ii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN MOTIVASI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA
MATERI VIRUS DAN BAKTERI
(Studi korelasi kelas X SMAN 1 Way Tuba, Way Kanan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
Repa Septia Ratiana
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat dan motivasi belajar dengan hasil belajar biologi siswa. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Tuba yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data berupa angket untuk mengukur
minat dan motivasi belajar, serta tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Teknik analisis instrumen menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji prasarat yaitu uji linieritas, selanjutnya dengan uji korelasi bivariat (pearson correlation) dan uji korelasi ganda.
iii
belajar dengan hasil belajar biologi siswa sebesar 0,817, hubungan tersebut tergolong sangat kuat. Sehubungan dengan itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara minat yang dengan hasil belajar dan motivasi belajar yang dimiliki siswa dengan hasil belajar, semakin baik minat dan motivasi belajar siswa maka semakin baik hasil belajar yang diperoleh siswa.
xii
E. Teknik Analisis Instrumen, Data, dan Rencana Pengujian Hipotesis ... 33
a. Analisis Instrumen ... 33
b. Teknik Analisis Data ... 36
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
xiii V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
LAMPIRAN 1. Kisi- Kisi Angket ... 65
2. Kuesioner Angket ... 66
a. Angket Minat ... 67
b. Angket Motivasi ... 69
3. Kisi- Kisi Soal ... 73
4. Jawaban Soal ... 76
5. Rubik Penilaian Soal ... 79
6. Analisis Validitas Angket Minat ... 81
7. Analisis Reliabilitas Angket Minat ... 85
8. Analisis Validitas Angket Motivasi ... 87
9. Analisis Reliabilitas Angket Motivasi ... 93
10. Data Hasil Belajar ... 96
11. Data Rekapitulasi X1, X2, dan Y ... 99
12. Analisis Butir Soal ... 102
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap,bahkan yang meliputi segenap
aspek organisme atau pribadi (Djamarah dan Aswan, 1996: 11).
Usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan
(kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar
(Sardiman, 2012: 25). Sedangkan definisi mengajar adalah usaha
mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa
(Hamalik, 2004:48).
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang
diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah
sesuai dengan tujuan pendidikan (Djamarah dan Aswan, 1996: 33). Tujuan
umum pengajaran/pembelajaran adalah hasil belajar siswa setelah selesai
belajar, dan dirumuskan dengan suatu pernyataan yang umum (Sardiman,
Ada dua faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, yaitu
faktor internal (yang berasal dari dalam diri) dan faktor eksternal (yang berasal
dari luar diri). Faktor internal terdiri atas kesehatan, intelegensi dan bakat,
minat dan motivasi, serta cara belajar. Faktor eksternal terdiri atas keluarga,
sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar (Dalyono, 1997: 55).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar tinggi
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya minat dan motivasi siswa.
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan (kebutuhan) (Djaali, 2008: 101). Timbulnya motivasi
oleh karena seseorang merasakan sesuatu kebutuhan tertentu dan karenanya
perbuatan itu terarah kepada pencapaian tujuan tertentu pula dan apabila
tujuan telah tercapai maka ia akan merasa puas (Hamalik, 2004: 159).
Minat adalah perasaan suka terhadap suatu hal atau aktivitas tanpa adanya
paksaan pengerjaannya (Slameto dalam Djaali, 2008: 121). Minat yang baik
dan disadari oleh siswa terhadap bidang pelajaran akan menjaga siswa
sehingga siswa bisa menguasai pelajaran, pada akhirnya siswa bisa
mendapatkan hasil belajar yang baik (Djaali, 2008: 122). Dalyono (1997: 56)
mengemukakan bahwa minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar
dan juga datang dari sanubari, besarnya minat dapat mencapai tujuan yang
diminati.
Di antara kedua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
dengan faktor lingkungan yang hanya berkontribusi 30% dalam
mempengaruhi hasil belajar Clark (dalam Sudjana,2005: 183). Motivasi
merupakan salah satu faktor internal yang diketahui berhubungan erat dengan
hasil belajar, motivasi yang tinggi dapat menyebabkan tingginya hasil belajar.
Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan siswa setelah menempuh
proses belajar. Hasil belajar dapat dibagi ke dalam tiga ranah yaitu ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif.Ranah kognitif merupakan ranah yang
berhubungan dengan intelektualitas seseorang.Ranah tersebut biasanya diukur
menggunakan instrumen berupa tes.Ranah psikomotorik merupakan ranah
yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak yang
dimiliki seseorang. Pengukuran pada ranah psikomotorik sering dilakukan
dengan cara observasi. Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan
sikap dan budi pekerti seseorang.Ranah tersebut merupakan ranah yang
relevan dengan tujuan pendidikan yaitu terkait dengan perubahan tingkah
laku. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif merupakan ranah yang paling
dominan sering menjadi tolak ukur instan atas keberhasilan siswa dalam
proses belajar(Suprijono, 2010: 22).
Hasil belajar pada penelitian ini mengacu pada hasil belajar materi virus dan
bakteri. Virus berasal dari bahasa latin virulae yang artinya ‘menular’. Virus
merupakan substansi aseluler (tubuh tidak berupa sel), karena hanya memiliki
kapsid (selubung yang berfungsi sebagai dinding) dan asam nukleat, tetapi
tidak memiliki inti sel, sitoplasma, dan membran sel. Ukuran virus sangat
smith, 1972: 130). Virus disebut benda mati karena virus lebih dominan
mempunyai ciri-ciri sebagai benda mati daripada ciri-ciri makhluk hidup.
Virus berbentuk seperti molekul atau partikel yang disebut virion. Tetapi virus
juga menunjukkan ciri-ciri makhluk hidup karena virus mempunyai materi
genetik berupa asam nukleat yang terdiri dari dari ADN (Asam Deoksiribo
Nukleat) atau ARN (Asam Ribo Nukleat), serta dapat melakukan
perkembangbiakan yang dinamakan replikasi (Johnson dan Smith, 1972: 129).
Bakteri Archaebacteria terdiri dari bakteri-bakteri yang hidup di tempat
tempatkritis atau ekstrim, misalnya bakteri yang hidup di air panas, bakteri
yang hidup di tempat berkadar garam tinggi, dan bakteri yang hidup di tempat
yang panas atau asam, di kawah gunung berapi, dan di lahan gambut. Menurut
para ahli, Archaebacteria dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu
metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim (termoasidofil). Secara
struktural, kelompok prokariotik ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu
dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan, ribosomnya mengandung
beberapa jenis RNA-polimerase sehingga lebih mirip eukariotik, dan
plasmanya mengandung lipid dengan ikatan ester (Johnson dan smith,1972:
112). Bakteri Eubacteria memiliki struktur yang berbeda dengan
Archaebacteria dalam hal dinding selnya terdiri dari peptidoglikan,
ribosomnya hanya mengandung satu jenis RNA-polimerase, dan membran
plasmanya mengandung lipid dengan ikatan ester. Eubacteria merupakan
kelompok bakteri sejati, merupakan mikroorganisme prokariotik yang hidup
kosmopolit. Walaupun bakteri bersel tunggal, tetapi bakteri mempunyai
(spirila). Ketiga bentuk dasar bakteri tersebut masih memilikibeberapa
modifikasi (Widayati, Rochmah, dan Zubedi, 2011: 37).
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Way Tuba
didapat rata- rata nilai ulangan biologi siswa yaitu 45,5 sedangkan KKM yang
ditetapkan oleh sekolah adalah 70, dan hanya 30% siswa yang dapat mencapai
KKM. Oleh karena itu masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Hasil wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 1 Way Tuba
menunjukkan bahwa saat proses pembelajaran siswa cenderung tidak
mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru, siswa memilih untuk
mengobrol dengan teman sebangkunya dibanding mendengarkan penjelasan
guru, selain itu siswa juga jarang bertanya kepada guru tentang pelajaran
biologi baik saat di kelas maupun di luar kelas. Hal ini didukung oleh hasil
wawancara dengan beberapa siswa, siswa beranggapan bahwa pelajaran
biologi pelajaran yang membosankan dan sulit untuk dipahami. Siswa malas
mengikuti pelajaran tersebut, yang artinya memiliki minat yang rendah,
mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh tidak mencapai KKM.
Diduga yang terjadi pada siswa di SMA Negeri 1 Way Tuba disebabkan oleh
faktor internal yaitu kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar.
Kesadaran siswa sangat kurang untuk mengetahui pentingnya ilmu biologi.
Rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan juga kurang, sehingga
membuat hasil belajar siswa menjadi rendah. Pada dasarnya di dalam suatu
mencapai keberhasilan siswa.Minat yang baik dan disadari oleh siswa
terhadap bidang pelajaran akan menjaga siswa sehingga siswa bisa menguasai
pelajaran, pada akhirnya siswa bisa mendapatkan hasil yang baik (Djaali,
2008: 122).
Hasil penelitian Arini (2008: 60) menunjukkan bahwa motivasi lebih kuat
berpengaruh terhadap hasil belajar dibandingkan intelegensi. Penelitian
lainnya juga dilakukan oleh Yuliani (2012: 45), hasil penelitian yang
diperoleh yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara minat dan
motivasi dengan hasil belajar dan kriteria hubungan antara minat dengan hasil
belajar yang tinggi yaitu 84,64%.
Menurut hasil penelitian Haryanto (2011: 3) menunjukkan ada hubungan
antara motivasi belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup. Semakin baik motivasi belajar maka akan semakin baik
hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup. semakin baik
minat belajar siswa maka akan semakin baik hasil belajar pada mata pelajaran
pendidikan lingkungan hidup.
Proses pembelajaran berlangsung efektif jika guru berusaha dengan baik untuk
menjalankan tujuan sebagai guru dan siswa. Sebesar apapun usaha guru untuk
memberikan materi pembelajaran, tidak akan berhasil jika siswa tidak
memberikan respon positif terhadap apa yang diberikan oleh guru, sehingga
suasana kelas tidak akan hidup, akhirnya tujuan pembelajaran tidak tercapai
Berdasarkan uraian diatas, diduga ada hubungan antara minat dan motivasi
yang mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga akan dilakukan penelitian
mengenai hubungan antara minat dan motivasi dengan hasil belajar biologi
siswa yang dilakukan dikelas X SMA Negeri 1 Way Tuba semester ganjil
tahun pelajaran 2013-2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat ditentukan rumusan masalah
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan antara minat dengan hasil belajar biologi pada
materi virus dan bakteri siswa kelas X SMAN 1 Way Tuba?
2. Bagaimanakah hubungan antara motivasi dengan hasil belajar biologi pada
materi virus dan bakteri siswa kelas X SMAN 1 Way Tuba?
3. Bagaimanakah hubungan antara minat dan motivasi dengan hasil belajar
biologi pada materi virus dan bakteri siswa kelas X SMAN 1 Way Tuba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Hubungan antara minat dengan hasil belajar biologi pada materi virus
dan bakteri.
2. Hubungan antara motivasi dengan hasil belajar biologi pada materi
3. Hubungan antara minat dan motivasi dengan hasil belajar biologi pada
materi virus dan bakteri.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai penambah wawasan terkait minat
dan motivasi agar dapat dijadikan pertimbangan pada saat
merencanakan pembelajaran sebagai calon guru biologi yang baik.
2. Sebagai informasi bagi guru untuk menumbuhkan minat dan motivasi
sehinga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi peneliti lain untuk dijadikan referensi jika ingin melakakukan
penelitian yang berkaitan dengan minat dan motivasi siswa.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini untuk membatasi dan menghindari salah
persepsi terhadap masalah yang akan dibahas.
1. Minat belajar yang diamati terdiri dari empat indikator yaitu: (1) rasa ingin
tahu; (2) perasaan senang atau tidak senang; (3) kesadaran; (4) perhatian
(Pertiwi, 2010: 78)
2. Motivasi belajar yang diamati terdiri dari delapan indikator yaitu: (1)
dorongan untuk belajar; (2) waktu untuk belajar; (3) mengerjakan
perkerjaan rumah; (4) aktif belajar di kelas; (5) pujian dan hukuman
terhadap hasil belajar; (6) persaingan dalam belajar; (7) pengaruh guru
3. Hasil belajar pada ranah kognitifyaitu nilai yang diperoleh oleh siswa pada
mata pelajaran biologi pada materi virus dan bakteri.
4. Populasi pada penelitian ini seluruh siswa kelas X SMANegeri 1 Way
Tuba. Sedangkan sampel penelitian ini pada kelas Xyang berjumlah
100siswa yang terbagi menjadi empat kelas.
E. Kerangka Pemikiran
Minat adalah suatu perasaan terhadap rasa suka dan tidak suka terhadap
sesuatu dan minat tersebut muncul dalam dirinya sendiri. Jika ada sesuatu
yang menarik minat dibutuhkan oleh siswa maka siswa tersebut akan
memiliki perhatian terhadap sesuatu tersebut. Sama halnya jika siswa tertarik
minat terhapat biologi maka siswa itu akan memliki perhatian terhadap
biologi sehingga siswa tersebut akan bersungguh –sungguh belajar biologi.
Siswa yang memiliki minat yang baik maka ia akan mempunyai perhatian
yang lebih dalam proses pembelajaran dan tidak bermain –main dalam
belajar, dan siswapun memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap biologi
sehingga jika mendapat tugas dari guru, siwa akan antusias mengerjakan dan
saat berlangsung belajar, siswa akan atusian untuk bertanya.
Motivasi yaitu suatu dorongan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang
sesuai dengan tujuan, dimana siswa yang memiliki motivasi yang kuat maka
akan memiliki energi untuk melakukan suatu kegiatan. Motivasi adalah
sesuatu yang dapat menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar. Didalam suatu pembelajaran motivasi sangat dibutuhkan karena
r2 R
pembelajaran. Jika siswa mempunyai motivasi maka siswa tersebut akan
tertarik kepada materi yang sedang disampaikan oleh guru dan tidak
mengacuhkannya, kemudian sebaliknya jika siswa tidak mempunyai motivasi
maka dia tidak akan tertarik oleh materi yang sedang disampaikan dan akan
mengacuhkannya.
Berdasarkan uraian diatas, faktor minat dan motivasi diharapkan memiliki
hubungan dengan hasil belajar biologi yang diperoleh siswa. Adanya minat
yang tinggi terhadap pelajaran biologi diharapkan siswa dapat mendapatkan
hasil yang sesuai dan memuaskan, dan dengan adanya motivasi diharapkan
siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Pada penelitian ini ada tiga variabel yaitu dua variabel bebas, dan satu
variabel terikat. Variabel bebeas yaitu minat (X1), motivasi (X2). variabel
terikatnya yaitu hasil belajar kognitif biologi (Y).
Keterangan :
X1 = Minat
X2 = Motivasi
Y = Hasil belajar kogintif biologi
r1= Hubungan minat ( X1) dengan hasil belajar kogintif biologi (Y)
X
1X
2Y
r2 = Hubungan motivasi (X2) dengan hasil belajar kogintif biologi (Y)
R = Hubungan antara minat ( X1) dan motivasi (X2) dengan hasil
belajar Kogintif Biologi pada materi virus, dan bakteri.
Gambar.1. Diagram Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian yaitu:
1. Ada hubungan yang positif antara minat dengan hasil belajar biologi
pada materi virus dan bakteri siswa kelas X SMA Negeri l Way Tuba.
2. Ada hubungan yang positif antara motivasi dengan hasil belajar
biologi pada materi virus dan bakteri siswa kelas X SMA Negeri l
Way Tuba.
3. Ada hubungan yang positif antara minat dan motivasi dengan hasil
belajar biologi pada materi virus dan bakteri kelas X SMA Negeri l
Way tuba.
Hipotesis Statistik
1. Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif antara minat (X1) dengan
hasil belajar (Y).
Ha : Terdapat hubungan yang positif minat belajar (X1)
dengan hasil belajar (Y).
2. Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif motivasibelajar (X2)
dengan hasil belajar (Y).
Ha : Terdapat hubungan yang positif motivasi belajar(X2) dengan
3. Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif minat belajar(X1) dan
motivasi (X2) dengan hasil belajar (Y).
Ha : Terdapat hubungan yang positif minat belajar (X1) motivasi (X2)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Minat Belajar Siswa
Minat adalah perasaan suka terhadap suatu hal atau aktivitas tanpa adanya
paksaan saat pengerjaan (Slameto dalam Djaali, 2008: 121). Minat yang baik
dan disadari oleh siswa terhadap bidang pelajaran akan menjaga siswa
sehingga siswa bisa menguasai pelajaran, pada akhirnya siswa bisa
mendapatkan prestasi yang baik (Djaali, 2008: 122). Dalyono (1997: 56)
mengemukakan bahwa minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar
dan juga datang dari sanubari, besarnya minat dapat mencapai tujuan yang
diminati. Daya tarik dari luar dapat dipengaruhi oleh guru dalam proses
pembelajaran dan pengelolaan kelasnya.
Menurut Surya (2009: 2) minat adalah keinginan yang kuat untuk memenuhi
kepuasan seseorang baik berupa keinginan memiliki maupun melakukan
sesuatu. Berdasarkan minat atau keberartian minat ini dapat dipandang dari
dua sisi, yaitu:
a. minat sebagai sebab, yaitu tenaga pendorong yang merangsang seseorang memperhatikan objek tertentu lebih dari objek-objek lainnya.
Minat sebagai pendorong seseorang memperhatikan objek tertentu yang
mengandung unsur kegembiraan. Begitu pula halnya dengan belajar, belajar
akan berlangsung dengan baik jika di dorong oleh minat yang kuat.
Djaali (2008: 121) berpendapat bahwa minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakain besar minatnya.
Crow dan Crow dalam Djaali (2008: 121) berpendapat bahwa minat
berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Sesuai dengan pendapat dari Suryabrata (1983: 84) dalam Indraliana yang
berpendapat bahwa:
“minat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar. Jika siswa tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan bahwa siswa tersebut akan berhasil dengan baik dalam
mempelajari hal tersebut, sebaiknya jika mempelajari sesuatu dengan penuh minat maka akan diharapkan hasilnya akan lebih baik”
Proses belajar itu akan berjalan dengan lancar bila disetai dengan minat.
Sesuai dengan pendapat Sardiman (2012: 95), Minat dapat dikembangkan
dengan cara –cara sebagai berikut: membangkitkan adanya suatu kebutuhan,
menghubungkan dengan adanya persoalan yang lampau dan mememberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik menggunkan berbagai
Menurut Jaelani (2006: 66) dari segi kata minat dapat diartikan sebagai
kecenderungan hati terhadap sesuatu serta perhatian terhadap sesuatu dan
kesukaan terhadap sesuatu. Minat akan timbul diri seseorang apabila sesuatu
yang diminati bermanfaat, bisa dirasakan, dialami secara nyata, dan bila pihak
luar juga mendorong kearah tersebut.
The American Heritage Dictionary of the English Languge dalam Djaali
(2008: 122) menyatakan minat merupakatan rasa ingin tahu, mempelajari,
mengagumi, atau memiliki sesuatu. Jhon dalam Djaali (2008: 122)
menyatakan bahwa minat merupakan bagian dari ranah efeksi, mulai dari
kesadaran sampai pada pilihan nilai. Gerungan dalam Djaali (2008: 122)
menyebutkan minat merupakan pengerahan perasaan dan menafsirkan untuk
suatu hal (ada unsur seleksi). Teori menurut Holland dalam Djaali (2008:
122) lebih sesuai yang menyatakan minat adalah kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu.
Minat dapat ditimbulkan dikarenakan oleh adanya keingin tahuan seorang
siswa dalam menemukan sesuatu yang baru dan dipelajari. Minat dapat
diukur dengan menggunakan teori penyusunan skala psikologi yang
dikembangkan oleh Azwar (2012). Menurut Suhartin (2010: 70), contoh
penemuan minat misalnya “senang” berkali- kali penulis kemukakan, ini
bukan kebetulan tetapi memang disengaja. Adapun sebabnya dikarnakan
“minat” tersebut biasanya timbul sebagai akibat suatu perbuatan yang
menyenangkan. Psikologi belajar hukum ini disebut hukum kepuasan (the law
suatu kencendrungan berulang-ulang. Untuk mengarahkan minat anak,
beberapa usaha dapat dilakukan antara lain:
1. menyediakan macam-macam peralatan yang menggambarkan berbagai bidang sepeeti bidang tekhik, olah raga, kesenian, pertanian. Bermacam-macam peralatan tersebut anak akan memilih peralatan yang mereka senangi.
2. kecerdasan anakpun perlu dites untuk mengukur kempuan anak.
A. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap
pencapaian hasil belajar. Psikologi istilah motif sering dibedakan dengan
istilah motivasi. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif dan
motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah
tersebut. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Seperti dikatakan oleh Sardiman (dalam Purwanto,
1998: 60): motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau
perangsang. Sedangkan Nasution (1995: 73), motif adalah segala daya yang
mendorog seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat
menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu. Adapun pengertian motivasi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer adalah keinginan atau
dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak
sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.
Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya adalah;
pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk
memenuhi suatu kebutuhan.
Menurut Donald (dalam Sardiman, 2012: 74), motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan
didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Beberapa pengertian yang
dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang
terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
Motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam
motivasi terkandung tiga unsur penting yaitu:
a. bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia.
b. motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dilihat dari berbagai
sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan
motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organisme kedalam beberapa
golongan menurut pendapatnya masing-masing. Menurut Hamalik (2004 :
a. motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari
perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
b. motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affctive arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuakn yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar.
c. motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan
Frandsen (dalam Sardiman, (2012: 87), mengemukakan jenis motivasi dilihat
dari dasar pembentukannya yaitu: motif bawaan, (motive psychological
drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya: dorongan untuk
belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu
didalam masyarakat. Serta membagi motif-motif itu menjadi dua golongan
sebagai berikut:
1. psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis
atau jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya.
2. affiliative needs adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan
manusia lain dalam masyarakat seperti : dorongan selalu ingin berbuat
baik (etika) dan sebagainya.
Frandsen (dalam Sardiman, 2012: 87), masih menambahkan jenis-jenis motif
a. cognitive motive
Motif ini menunjukan pada gejala instrinsik, yakni menyangkut kepuasan
individu. Kepuasan individu yang berbeda didalam diri manusia dan
biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah
sangat primer dalam kegitaan belajar disekolah, terutama yang berkaitan
pengembangan intelektual.
b. self-expression
Penampilan diri adalah prilaku dari manuusia. yang penting kebutuhan
individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu
terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian untuk ini memang
diperlukan kreativitas, enuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang
memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.
c. self-enhancement
Melalui aktulisasi diri dan pengembangan ompetesi akan meningkatkan
kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah
satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan
suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu
prestasi.
Menurut Sardiman (2012: 89) adapun bentuk motivasi belajar di sekolah
dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar,
misalnya: ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan
dan sebagainya. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik
adalah: adanya kebutuhan, pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
dan cita-cita atau aspirasi.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu
siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk
motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar
untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian
dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua,
guru dan lain-lain merupakan contoh konkret dari motivasi ekstrinsik yang
dapat mendorong siswa untuk belajar.
Menurut Sardiman (2012: 85) di dalam kegiatan belajar mengajar peranan
motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi siswa
dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan
memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat
berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi
yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat
motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu. Maka motivasi
fungsi motivasi ada tiga yaitu:
a. mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi.
b. menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c. menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Menurut Sardiman (2012: 92), ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah antaranya:
memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, memberi ulangan, mengetahui
hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.
C.Hasil Belajar Siswa
Menurut Slameto (2003: 132) belajar ialah "Suatu usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Begitu juga menurut Whitaker yang dikutip oleh Soemanto
(1990: 43) memberikan definisi bahwa belajar adalah "proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman".
Pengertian hasil belajar menurut Petter (1991: 78) adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
guru. Hasil belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan siswa
setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh
pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu terbentuk dan
berkembang melalui proses belajar.
Rumusan tujuan pembelajaran, harus mencakup 3 aspek penting yang
diistilahkan oleh Bloom (dalam Sanjaya 2008:125-127) salah satunya yaitu
domain kognitif. Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran yang berkaitan
dengan pengembangan aspek intelektual siswa, melalui pengetahuan, dan
informasi. Penguasaan pengetahuan dan informasi seperti pengusaan mengenai
data dan fakta, konsep, generalisasi dan prinsip merupakan materi pelajaran
yang akan membantu bahkan merupakan hal penting untuk proses
pembelajaran pada tahap yang lebih tinggi. Semakin kuat seseorang dalam
menguasai pengetahuan dan informasi, maka semakin mudah orang tersebut
melakukan aktivitas belajar. Domain kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu:
1. pengetahuan
Pengetahuan adalah tingkat tujuan kognitif yang paling rendah. Tujuan ini
berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat informasi yang sudah
dipelajari (recall). Pengetahuan mengingat fakta sangat bermanfaat dan
penting untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi berikutnya.
2. pemahaman
Pemahaman lebih tinggi tinggi tingkatannya dari pada pengetahuan.
Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan
dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau
3. penerapan
Penerapan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi lagi tingkatannya
dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini
berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran
yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide
dan lain sebagainya kedalam situasi baru yang konkret. Prilaku yang
berkenaan dengan kemampuan penerapan ini, misalnya kemampuan
memecahkan suatu persoalan dengan menggunakan rumus, dalil, atau
hukum tertentu. Disini tampak jelas, bahwa seseorang akan dapat
menguasai kemampuan menerapkan manakala didukung oleh kemampuan
mengingat dan memahami fakta atau konsep tertentu.
4. analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecahkan suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar
bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks
yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang dapat
menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan
dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu, biasanya analisis diperlukan
bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas.
5. sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam
suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau
melihat hubungan abstrak berbagai informasi yang tersedia. Sintesis
bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur atau
bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan
sintesis, merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau
menciptakan inovasi dan kreasi baru.
6. evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini
berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.
Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Sardiman (2012: 28)
menjelaskan bahwa hasil belajar meliputi: a) hal ihwal keilmuan dan
pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), b) hal ihwal personal, kepribadian,
atau sikap (afektif), c) hal ihwal kelakuan, keterampilan, atau penampilan
(psikomotorik). Lebih lanjut, Sardiman (2012: 29) menyebutkan bahwa ketiga
hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara
perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri
siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Anderson (dalam Widodo, 2006: 140) menguraikan dimensi proses kognitif
pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: 1) menghafal (remember),
yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka
pasnjang, 2) memahami (understand), yaitu mengkonstruk makna atau
pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam
prosedur guna meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, 4) menganalisis
(analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut, 5) mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan
berdasarkan kriteria dan standar yang ada, dan 6) membuat (create), yaitu
menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.
Menurut Hamalik (2004:30), hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan
pada aspek-aspek berikut: (1) pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4)
keterampilan,(5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani,
etis atau budi pekerti, dan (10) sikap.
D.Virus dan Bakteri
Virus berasal dari bahasa latin virulae yang artinya „menular‟. Virus
merupakan substansi aseluler (tubuh tidak berupa sel), karena hanya memiliki
kapsid (selubung yang berfungsi sebagai dinding) dan asam nukleat, tetapi
tidak memiliki inti sel, sitoplasma, dan membran sel. Ukuran virus sangat
kecil, sehingga disebut juga mikro ba atau mikroorganisme. Para ahli biologi
sepakat bahwa virus merupakan substansi atau bentuk peralihan antara benda
hidup (makhluk hidup) dan benda mati. Virus disebut benda mati karena virus
lebih dominan mempunyai ciri-ciri sebagai benda mati dari pada ciri-ciri
makhluk hidup. Virus berbentuk seperti molekul atau partikel yang disebut
virion. Tetapi virus juga menunjukkan ciri-ciri makhluk hidup karena virus
mempunyai materi genetik berupa asam nukleat yang terdiri dari dari ADN
melakukan perkembangbiakan yang dinamakan replikasi (Johnson dan Smith,
1972: 129-130).
Ukuran virus berkisar antara 25-300 nm. Virus yang berukuran 25 nm dijumpai
pada virus penyebab polio. Sedangkan virus yang berukuran l00 nm misalnya
Bakteriofag atau virus T (Bacteriophage atau phage), yaitu virus yang
menyerang bakteri Escherichia coli. Sedangkan virus yang berukuran lebih
kurang 300 nm contohnya adalah TMV (Tobacco Mosaic Virus). Bentuk tubuh
virus sangat bervariasi. Virus yang berbentuk bulat contohnya adalah virus
influenza (Influenza virus) dan HIV penyebab AIDS. Virus juga ada yang
berbentuk oval, seperti virus rabies (Rabiez virus). Bentuk batang dijumpai
pada TMV, bentuk jarum dijumpai pada Tungrovirus (virus penyebab
kekerdilan pada batang padi), dan bentuk seperti huruf T dijumpai pada
Bakteriofag. Sedangkan bentuk polihedral contohnya adalah pada Adenovirus
(penyebab penyakit demam) (Widayati, Rochmah dan Zubedi, 2011: 22).
Virus hidup sebagai parasit obligat (parasit sejati). Tempat hi dupnya di dalam
jaringan tubuh organisme lain (tubuh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan).
Jadi, virus hanya dapat hidup secara parasit pada sel organisme lain. Virus
hanya dapat berkembang biak pada sel-sel hidup dan untuk reproduksinya virus
hanya memerlukan asam nukleat. Karena dapat melakukan reproduksi, maka
virus dianggap sebagai makhluk hidup (organisme) (Widayati, Rochmah dan
1. Bakteri (Archaebacter dan Eubacter)
a. Archaebacteri
Archaebacteria terdiri dari bakteri-bakteri yang hidup di tempat tempat
kritis atau ekstrim, misalnya bakteri yang hidup di air panas, bakteri yang
hidup di tempat berkadar garam tinggi, dan bakteri yang hidup di tempat
yang panas atau asam, di kawah gunung berapi, dan di lahan gambut.
Menurut para ahli, Archaebacteria dikelompokkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim
(termoasidofil). Secara struktural, kelompok prokariotik ini memiliki
beberapa karakteristik, yaitu dinding selnya tidak mengandung
peptidoglikan, ribosomnya mengandung beberapa jenis RNA-polimerase
sehingga lebih mirip eukariotik, dan plasmanya mengandung lipid dengan
ikatan ester (Johnson dan Smith, 1972: 112).
Metanogen merupakan kelompok prokariotik yang mereduksi
karbondioksida (CO2) menjadi metana (CH4) menggunakan hidrogen
(H2). Metanogen merupakan mikroorganisme anaerob, tidak membutuhkan
oksigen karena baginya oksigen merupakan racun. Metanogen memiliki
tempat hidup di lumpur dan rawa, tempat mikroorganisme lain
menghabiskan semua oksigen. Contohnya adalah Methanococcus Janascii
(Johnson dan Smith, 1972: 120).
Akibatnya rawa akan mengeluarkan gas metana atau gas rawa. Beberapa
spesies lain yang termasuk kelompok metanogen hidup di lingkungan
anaerob di dalam perut hewan seperti sapi, rayap, dan herbivora lain yang
nutrisi. Contohnya adalah Succinomonas Amylolytica yang hidup di dalam
pencernaan sapi dan merupakan pemecah amilum. Peran lain metanogen
adalah sebagai pengurai, sehingga bisa dimanfaatkan dalam pengolahan
kotoran hewan untuk memproduksi gas metana, yang merupakan bahan
bakar alternatif (Widayati, Rochmah dan Zubedi, 2011: 25).
b. Eubacteria
Eubacteria memiliki struktur yang berbeda dengan Archaebacteria dalam
hal dinding selnya terdiri dari peptidoglikan, ribosomnya hanya
mengandung satu jenis RNA-polimerase, dan membran plasmanya
mengandung lipid dengan ikatan ester. Eubacteria merupakan kelompok
bakteri sejati, merupakan mikroorganisme prokariotik yang hidup
kosmopolit. Walaupun bakteri bersel tunggal, tetapi bakteri mempunyai
beberapa bentuk yaitu bulat (coccus), batang (basilus), dan berbentuk
spiral (spirila). Ketiga bentuk dasar bakteri tersebut masih memiliki
beberapa modifikasi (Widayati, Rochmah dan Zubedi, 2011: 37)
Berdasarkan modifi kasi bentuknya, bakteri coccus dapat berupa
monococcus, diplococcus, streptococcus, dan sarcina. Monococcus adalah
bakteri yang berbentuk bulat tunggal. Contoh monococcus adalah Neiserria
Gonorrhoea (penyebab penyakit gonorhoe). Diplococcus yaitu bakteri
berbentuk bulat yang berpasangan. Contohnya Diplococus Pneumaticus
(penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru). Sedangkan
Streptococcus adalah bakteri berbentuk bulat yang bersusun seperti rantai.
Modifikasi bentuk yang lain adalah staphylococcus (bulat yang berupa
gerombolan seperti buah anggur) dan sarcina (yaitu bakteri berbentuk bulat
yang berkelompok empat-empat sehingga berbentuk seperti kubus dengan
8 sel). Contohnya adalah Staphylococcus Aureus yang merupakan
penyebab penyakit pneunomia (radang paru-paru) dan keracunan dalam
makanan (Widayati, Rochmah dan Zubedi, 2011: 38).
Bakteri basilus juga mempunyai beberapa modifikasi bentuk, yaitu
monobasil, diplobasil, atau streptobasil. Monobasil yaitu bakteri berbentuk
basil tunggal. Contohnya adalah Escherichia Coli (membantu pembusukan
di dalam colon atau usus besar) dan Salmonella Thyposa (penyebab
penyakit tipus). Diplobasil adalah bakteri bentuk batang yang berpasangan.
Sedangkan streptobasil adalah bakteri dengan bentuk batang yang
bergandengan memanjang seperti bentuk rantai. Contohnya, Acetobacter
Xylinum yang diguna kan dalam pembuatan nata de coco(Widayati,
Rochmah dan Zubedi 2011: 37).
Sedangkan kelompok bakteri dengan bentuk dasar spiral memiliki 3 macam
modifikasi, yaitu spirilum(berbentuk spiral), vibrio, dan spirochaeta.
Contohnya adalah Triponema Pallidum (penyebab penyakit sifilis). Vibrio
merupakan modifikasi dari bentuk spiral yaitu berbentuk koma. Contohnya
adalah Vibrio Cholerae (penyebabkan penyakit kholera). Sedangkan
spirochaeta merupakan kelompok bakteri berbentuk spiral yang lentur,
sehingga ketika bergerak tubuhnya dapat memanjang atau memendek
III. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Way Tuba Tahun Ajaran
2013-2014 pada bulan september tahun 2013.
B.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Way Tuba. Sedangkan sampel pada penelitian ini yaitu siswa kelas X yang
terdiri dari empat kelas dengan jumlah 100 siswa. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Sample Jenuh dengan proporsi tertentu. Dari
empat kelas diambil sampel sebanyak 100% . Teknik ini dilakukan karena
ingin mengetahui minat dan motivasi pada sampel yang telah ditentukan.
C.Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yaitu menghubungkan
antara minat dan motivasi dengan hasil belajar siswa yang tercermin pada
nilai jawaban siswa dari soal-soal dan hasil olah data pertanyaan kuesioner
yang telah disusun dan telah teruji-ahli. Hubungan tersebut diharapkan
mampu menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.
Pendekatan penelitian ini secara deskriptif, yakni menggambarkan atau
menuangkan perhitungan kualitatif dan kuantitatif di akhir penelitian untuk
mengetahui hubungan antar variabel dengan melihat seberapa besar
hubungan minat dan motivasi terhadap hasil belajar.
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yang terdiri dari:
a) Prapenelitian
1. membuat surat izin penelitian ke sekolah yang menjadi objek
penelitian.
2. mengadakan observasi ke sekolah objek penelitian untuk
mendapatkan informasi mengenai hasil belajar, keadaan sekolah,
siswa dan guru.
3. menetapkan populasi dan sampel.
4. membuat instrumen penelitian berupa angket minat dan motivasi dan
tes untuk mengukur hasil belajar siswa.
5. melakukan uji ahli untuk instrumen penelitian dan uji validitas serta
reliabilitas.
b) Pelaksanaan Penelitian
1. penelitian ini dilaksanakan pada bulan september 2013
2. mengelompokkan/mengklasifikasikan nilai-nilai hasil belajar sampel
siswa menjadi tiga kelompok, yakni tinggi, sedang, dan rendah.
3. memberikan kuesioner kepada siswa, dan mememastikan jawaban
kuesioner dibuat sejujur mungkin oleh siswa.
4. merekap dan menghitung hasil data yang diperoleh dari instrumen
penelitian dengan metode yang telah ditentukan pada subjudul
5. mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui hubungan antara
minat, motivasi dan hasil belajar siswa.
6. menyimpulkan hasil perbandingan untuk menjawab pertanyaan
rumusan masalah, yakni “bagaimana hubungan antara motivasi dan
minat dengan hasil belajar?”
7. mengungkapkan, memaparkan dan mendeskripsikan hasil penelitian,
angket dan tes pengukuran.
D.Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data ini sebagai berikut.
1. Angket
Angket atau kuesioner adalah usaha untuk mengumpulkan informasi
dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab
secara tertulis oleh responden.Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang minat dan motivasi yaitu dengan
menggunakan angket yang dikembangkan oleh penulis dan telah diuji
ahli dan diberikan secara langsung kepada sampel. Skala disusun dalam
skala likert dengan menggunakan empat tingkatan.
2. Teknik Pengukuran (Tes)
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data kognitif tentang hasil
belajar biologi siswa. Teknik pengukuran ini memakai soal essay yang
berjumlah tujuh soal yang disusun penulis pada meteri virus dan
E.Teknik Analisis Instrumen,Data,dan Rencana Pengujian Hipotesis
1. Analisis instrumen
Instrumen harus melalui proses uji ahli sebelum diberikan kepada
sampel, setelah itu diujicobakan pada populasi di luar populasi sampel
untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas. Validitas angket
dicari dengan menggunakan rumusan korelasi product
moment.Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya validitas
suatu instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto,
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus Korelasi Product
Moment dengan rumus sebagai berikut.
b.
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Skor butir soal Y = Skor total n = Jumlah sampel (Arikunto, 2007: 72).
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung> r tabel dengan , maka
alat ukur tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya apabila r hitung< r tabel,
maka alat ukur tersebut tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrumen dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap
apabila diujikan berkali-kali (Arikunto, 2007: 60). Sebelum angket
diujikan kepada responden, angket diujikan terlebih dahulu kepada
populasi di luar sampel untuk mengatahui tingkat reliabilitas nya
dengan menggunakan rumus Alpha. Alfa Cronbach merupakan suatu
koefisien reliabilitas yang mencerminkan seberapa baik item pada suatu
rangkaian berhubungan secara positif satu dengan lain nya (Koestoro,
2006: 243).Peneliti menggunakan program SPSS 17. untuk menghitung reliabilitas instrumen angket minat dan motivasi (hasil perhitungan
05 , 0
pada angket minat dapat dilihat pada hal 84-85. Dan angket motivasi pada hal, 92-94). Teknik penghitungan reliabilitas instrumen dengan koefisien Alphasebagai berikut.
r1 1 =
r1 1 = Reliabilitas instrumen
n = Banyaknya butir soal
(Arikunto, 2009: 109).
Dengan kriteria uji r hitung> r tabel, maka pengukuran tersebut reliabel dan
sebaliknya apabila r hitung< r tabel, maka pengukuran tersebut tidak
reliabel. Jika alat instrumen tersebut reliabel, maka dilihat kriteria
penafsiran mengenai indeks r11 sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria Penafsiran Indeks r11
Rentang indeks Kriteria
0,800 - 1,000 Sangat tinggi
0,600 - 0,799 Tinggi
0,400 - 0,599 Cukup
0,200 - 0,399 Rendah
0,000 - 0,100 Sangat rendah
Untuk mengubah skor angket menjadi nilai digunakan rumus :
(Arikunto,2008:109)
2. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan metode penelitian dan jenis data yang dikumpulkan maka
analisis data yang dilakukan terdiri dari dua tahap, yaitu deskripsi data dan
pengujian hipotesis. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan
spss 17. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji linieritas.
a. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dideskripsikan berdasarkan kategori teratur. Data
minat, motivasi belajar diperoleh dari penyebaran angket, sedangkan
data hasil belajar diperoleh dari nilai ujian siswa. Selanjutnya
menggolongkan tingkatan minat dan motivasi belajar menurur kategori
teratur dengan menentukan kategori interval..
Panjang Kelas Interval (p) = Rentang Kelas Interval Banyak Kelas Interval P = 85 – 32
3
P = 7,66 dibulatkan menjadi 8
Berdasarkan rumus interval diatas maka dikelompokan sebagai berikut:
Tabel 2. Pengelompokan Minat Belajar
Kategori Kelas Interval
Tinggi 68-85
Sedang 50-67
Rendah 32-49
Sedangkan data motivasi belajar sebagai berikut. Panjang Kelas Interval (p) = Rentang Kelas Interval
Banyak Kelas Interval P = 154 – 101
3
P = 7,66 dibulatkan menjadi 8
(Sunyoto, 2008: 12) Berdasarkan rumus interval diatas maka dikelompokan sebagai
berikut:
Tabel 3. Pengelompokan Motivasi Belajar
Kategori Kelas interval
Tinggi 137-154
Sedang 119-136
Rendah 101-118
Data hasil Belajar diperoleh berdasarkan kriteria penilaian hasil belajar yaitu:
Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Belajar
Nilai Siswa Kriteria
81- 100 Sangat tinggi
61 -80 Tinggi
41 – 60 Sedang
21 – 40 Rendah
0 -20 Sangat rendah
b. Uji linieritas
Uji kelinieran dan regresi dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan
pengujian hipotesis. Untuk regresi linier yang didapat dari data X dan
Y, apakah sudah mempunyai pola regresi yang ber bentuk linier atau
tidak serta koefesien arah nya berarti atau tidak dilakukan linieritas
regresi. Pengujian terhadap regresi ini menggunakan Analisis Varians
(ANAVA). Pertama dilakukan menghitung jumlak kuadrat-kuadrat (JK)
dari berbagai sumber varians. Untuk menguji apakah model linier yang
diambil benar cocok dengan keadaan atau tidak, pengujian ini dilakukan
dengan rumus sebagai berikut.
JKT = 2
JK (a) = ( )
2
JK (b/a) = { − ( )}
JK (E) = 2 − 2
1
Tiap sumber varians mempunyai derajat kebebasan (dk) yaitu 1 untuk
koefesien a, 1 untuk regresi b/a, n untuk total, n-2 untuk sisa, k-2 untuk
tuna cocok, dan n-k untuk galat. Dengan adanya dk, maka besarnya
kuadrat tengah (KT) dapat dihitung dengan jalan membagi dk dengan
dk nya masing-masing seperti sebagai berikut.
KT untuk koefesien a = ( / )
Setelah diperoleh perhitungan dari rumus di atas, kemudian disusun
dalam Tabel ANAVA berikut ini.
Tabel 5. Daftar Analisis Varians (ANAVA)
JK (G) =
n = Banyaknya Responden
Kriteria pengujian
a. Jika Fhitung≥ F(1-α) (n-2), maka tolak Ho berarti koefesien arah
berarti dan sebaliknya. Jika Fhitung≤ F(1-α) (n-2), maka Ho
diterima berarti koefesien arah tidak berarti.
b. Jika Fhitung ≤ F(1-α) (k-2, n-1), maka tolak Ho berarti regresi linier
dan sebaliknya. Jika Fhitung≥ F(1-α) (k-2, n-1), maka Ho diterima
berarti regresi tidak berarti.
c. Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut = (n-k) (Sudjana, 2002: 33(k-2).
c. Bivariate Pearson (Korelasi Pearson product Moment)
Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product
Moment. Penelitian ini terdiri atas dua korelasi sederhana (hubungan
antara satu variabel independen dengan satu atau lebih variabel
dependen) dan satu korelasi ganda (hubungan antara dua atau lebih
variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen).
Rumus Pearson Product Moment:
Kriteria pengujian
1. Jika rhitung ≤ rtabel pada taraf 5 % > 0.05 maka Ha ditolak yang
menyatakan tidak terdapat hubungan.
2. Jika rhitung ≥ rtabel pada taraf 5 % < 0.05 maka Ha diterima yang
menyatakan terdapat hubungan.
Tabel 6. Tingkat Hubungan Berdasarkan Interval Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sumber: Priyatno, (2010: 16)
Tingkat hubungan yang ditunjukkan oleh rumus Pearson Product
Moment tersebut secara langsung dan meyakinkan berlaku untuk sampel
yang diambil. Kedua rumus tersebut diterapkan untuk menguji
masing-masing variabel terikat, yaitu motivasi (x1)) dan minat (x2) terhadap
variabel bebas hasil belajar (Y). Untuk menguji tingkat hubungan kedua
variabel tersebut dengan variabel bebas secara bersamaan diuji dengan
rumus korelasi berganda sebagai berikut:
. 1 2 =
ryx1 = Korelasi sederhana (product moment pearson) antara
ryx2 = Korelasi sederhana (product moment pearson) antara
X2 dengan Y
x1y2 = Korelasi sederhana (product moment pearson) antara
X1 dengan Y2
Kriteria pengujian
1. Jika rhitung ≤ rtabel pada taraf 5 % > 0.05 maka Ha ditolak yang
menyatakan tidak terdapat hubungan.
2. Jika rhitung ≥ rtabel pada taraf 5 % < 0.05 maka Ha diterima yang
menyatakan terdapat hubungan.
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai
berikut:
Tabel 7. Koefisien Korelasi Berganda
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0799 0,80 – 1,000
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Ada hubungan yang positif antara minat belajar terhadap hasil belajar biologi pada materi virus dan bakteri siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Tuba Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan hasil belajar biologi pada materi virus dan bakteri siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Tuba Tahun Pelajaran 2013/2014.
B.Saran
Untuk kepentingan penelitian selanjutnya, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Sebelum dilakukan penelitian hendaknya guru memberikan arahan kepada siswa agar siswa memahami jalannya penelitian.
2. Hendaknya pihak terkait seperti guru dan orang tua murid bersama-sama menumbuhkan minat belajar siswa. Dalam hal ini, guru dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan orang tua dapat memberikan perhatian, pemahaman kepada anak agar lebih giat dalam belajar.
3. Siswa sebagai peserta didik, hendaknya memiliki motivasi belajar.yang tinggi. Hal itu dikarenakan, dengan memiliki motivasi belajar yang tinggi, siswa akan terpacu untuk mendapatkan hasil belajar yag baik di dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebaliknya, jika motivasi belajar yang dimiliki siswa rendah, maka hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal atau tidak akan mendapatkan hasil belajar yag baik.
4. Guru hendaknya menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang bervariasi selain hanya menggunakan metode diskusi dapat membuat siswa lebih aktif, siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Arini. 2008. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Pada Bidang Studi Agama Islam. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah. Jakarta.
Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Djamarah, S dan Aswan. 1996. Strategi Belajar dan Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Haryanto. 2011. Hubungan Antara Motivasi dan Minat Belajar dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. (Jurnal Hal: 1-9). Universitas Padjajaran. Bandung.
Jaelani, A. F. 2006. Membuka Pintu Rezeki. Gema Insani. Jakarta.
Http://Books.Google.Co.Id/Books?Id=Ycxgz8yvdjqc&Printsec=Frontcove r#V=Onepage&Q&F=False pada 24 Juni 2013 08:46 p.m.
Jakarta.
Johnson, A.T. dan H. A. Smith. 1972. Plant Names Simplified : Their
Pronunciation Derivation & Meaning. Landsmans Bookshop. Buckenhill, Herefordshire.S
Keller, J.M. 2010. Motivasi Design For Learning and Performance: The Arcs Model Approach. http://www.arcsmodel.com/home.html. Diambil pada 1 Januari 2013.
Muslich. 2007. Pendidikan dan Psikologi Proses Pengajaran. CV Rajawali. Jakarta.
Peter, S. 1991. Kamus besar Bahasa Indonesia Kontenporer. Modern English: Jakarta
Pertiwi, I. 2010. Pengaruh Intelenjensi dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA 9 Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Purwanto, Ng. 1998. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosda Karya. Bandung. Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistika Data dengan SPSS. Mediakom.
Yogyakarta
Purwanto, Ng . 2008. Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sanjaya, W. 2008. Perancangan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media Group. Jakarta.
Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. CV Rajawali. Jakarta.
Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Soemanto, W, 1990. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.
Sunyoto, D. 2008. Statistik Ekonomi Dasar. Amaro Books. Yogyakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Penerbit Alfabet. Yogyakarta. Suhartin. 2010. Smart Parenting. PT Bpk Gunung Mulia. Jakarta.
Sumardi, S. 1983. Metodelogi Penelitian. CV Rajawali. Jakarta.
Suprijono, A. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Surya, H. 2009. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta. Alex Media Komputindo. Diakses dari
Widayati.,S., N. Rochmah, dan S. Zubedi. 2011. Biologi SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan. Depdiknas.
Widodo, A. 2006. Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. [Online] http://widodo.staf.upi.edu/files/2011/03/2006-Revisi
Taksonomi-Bloom-dan-Pengembangan-Butir-Soal.pdf. Diakses pada 18 Mei 2013.
Yuliani, E. 2012. Hubungan Antara Minat Motivasi dan Cara Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMAN 1 Negeri Besar Way Kanan Tahun Pelajaran 2009-2010. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.