• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tarif Angkutan Antar Kota Nice Trans Taxi Berdasarkan Bok Dan Wtp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Tarif Angkutan Antar Kota Nice Trans Taxi Berdasarkan Bok Dan Wtp"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TARIF ANGKUTAN ANTAR KOTA NICE

TRANS TAXI BERDASARKAN BOK DAN WTP

TUGAS AKHIR

DiajukanUntukMelengkapiSyaratPenyelesaian

PendidikanSarjanaTeknikSipil

DisusunOleh

07 0404 077

JEFFEREY BAKARA

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Jefferey Bakara, 2014, ANALISIS TARIF ANGKUTAN ANTAR KOTA NICE TRANS TAXI BERDASARKAN BOK DAN WTP, Skripsi, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Sumatera Utara.

Penentuan besaran tarif angkutan membutuhkan penanganan dan kebijakan yangarif. Karena harus dapat menjembatani kepentingan penumpang selaku konsumen dan pengelola angkutan umum. Angkutan umum Nice Trans Taxi merupakan salah satu angkutan umum antar kota yang melayani daerah strategis, diharapkan dapatmewakili penumpang angkutan umum khususnya bus antar kota tujuan Medan - Pematang Siantar.

Data di dapat dengan penyebaran kuisioner kepada pengguna angkutan Nice Trans Taxi dan juga wawancara dengan pengelola Nice Trans Taxi kemudian data dianalisis, hasil analisis data untuk mengetahui besarnya Biaya Operasional Kendaraan (BOK) yang dikeluarkan oleh operator Nice Trans Taxi dan mengetahui kemauan pengguna layanan untuk membayar tarif (Willingness to pay).

Hasil analisis data menunjukkan besarnya biaya operasional kendaraan yang dikeluarkan operator Nice Trans Taxi adalah Rp. 67.128/penumpang, dan besar tarif berdasarkan BOK adalah sebesar Rp 73.840/penumpang. Pengguna layanan Nice Trans Taxi didominasi oleh penumpang dengan tujuan urusan pekerjaan, berusia 31-40 tahun, dan bekerja sebagai wirausaha. Besar tarif berdasarkan Willingness to pay adalah sebesar Rp. 74.714. Besar tarif yang diperoleh berdasarkan BOK dan WTP masih lebih rendah bila dibandingkan dengan tarif berlaku yaitu sebesar Rp. 95.000/penumpang.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas segala

kasih dan karunia-Nya maka penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan

Penyususan tugas akhhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul yang diangkat pada tugas akhir ini ialah “ANALISIS TARIF

ANGKUTAN ANTAR KOTA NICE TRANS TAXI BERDASARKAN BOK DAN

WTP ”.

Banyak lika-liku yang dihadapi mulai dari awal penyusunan Tugas Akhir

ini sampai dengan terselesaikannya, dan disadari penuh bahwa selama proses

tersebut banyak sekali bantuan dari berbagai pihak baik materi, motivasi, dan

segala bentuk dukungan lain yang diterima sehingga semangat untuk

menyelesaikan Tugas Akhir ini dapat terjaga. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati, disampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Allah Bapa untuk segala berkat, penyertaan dan kasih setia-Nya

2. Keluarga terkasih, Orangtua ku B. Bakkara dan N.Situmeang serta

saudara-saudara penulis untuk setiap dukungan dan doa yang tak henti-hentinya.

3. Bapak Yusandy Aswad ST, MT selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam

memberikan masukan sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai tepat waktu.

4. Bapak Prof.Dr.Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, untuk segala perhatian yang

(4)

5. Bapak Ir.Indra Jaya Pandia MT dan Medis Surbakti ST, MT selaku Dosen

Pembanding, yang telah memberikan masukan dan waktu dalam penyelesaian

Tugas Akhir ini.

6. Bapak/Ibu staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, terkhusus di bidang

Transportasi atas segala kritikan beserta masukan yang diberikan pada saat

seminar proposal diadakan.

7. Bapak H. Siallagan dan E. Siallagan selaku pimpinan dan kepala tata usaha

Nice Trans Taxi yang telah memberikan bantuan dan ijin dalam penyelesaian

Tugas Akhir ini.

8. Buat teman-teman seperjuangan Andreas Christoper Siahaan, Dedy G

Simanjuntak, Deddy Gultom, Doan Siahaan, Rustxell Simanungkalit, Edwin

Pranata Simanjuntak, Boyma Sinaga, Markus Siregar, Alfin Rico

Simanjuntak, Bekro Sitepu dan teman lainnya yang tidak disebutkan serta

adik-adik angkatan 2010 terima kasih atas semangat dan bantuan kalian

selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Disadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu diharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca.

Medan, Juni 2014

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Umum ... 1

I.2 Latar Belakang ... 3

I.3 Perumusan Masalah ... 4

I.4 Tujuan Penelitian ... 5

I.5 Manfaat Penelitian ... 5

I.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

I.7 Sistematika penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

II.1 Transportasi Umum ... 8

II.2 Angkutan Umum ... 10

II.3 Jenis Angkutan Umum ... 11

II.4 Tarif Angkutan Umum ... 25

(6)

II.4.1.1 Pendekatan penyedia jasa... 27

II.4.1.2 Pendekatan pengguna jasa ... 28

II.4.1.3 Pendekatan pemerintah ... 29

II.4.2 Sistem Pembentukan Tarif Angkutan Umum ... 30

II.4.3 Jenis Tarif Angkutan Umum ... 31

II.4.4 Penentuan Besaran Tarif Angkutan Umum ... 34

II.5 Biaya Operasional Kendaraan ... 36

II.5.1 Struktur Biaya ... 36

II.5.1.1 Komponen Biaya Langsung ... 38

II.5.1.2 Komponen Biaya Tidak Langsung ... 40

II.5.2 Produksi Pelayanan Angkutan Umum ... 42

II.5.3 Biaya Pokok Produksi Angkutan Umum ... 43

II.6 Daya beli penumpang (Willingness To Pay) ... 43

II.7 Metode Sampling ... 45

II.8 Profil Nice Trans Taxi ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

III.1 Umum ... 50

III.2 Lokasi Penelitian ... 50

III.3 Metode Pengumpulan Data ... 50

III.4 Prosedur Kerja Penelitian ... 51

(7)

III.7 Pengolahan Data ... 55

III.8 Alat Bantu Penelitian ... 33

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHSAN ... 57

IV.1 Umum ... 57

IV.2 Analisis Tarif Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan ... 57

IV.2.1 Besaran Biaya Opearasional Kendaraan ... 63

IV.2.2 Penentuan Tarif Berdasrakan BOK ... 64

IV.3 Penentuan Tarif Berdasarkan Willingness to Pay ... 64

IV.3.1 Teknik Sampling ... 64

IV.3.2 Karakteristik Penumpang ... 65

IV.3.3 Willingness to Pay Berdasarkan Tujuan Perjalanan ... 68

IV.3.4 Willingness to Pay Berdasarkan Karakteristik Umur Responden ... 70

IV.3.5 Willingness to Pay Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Responden ... 72

IV.3.6 Willingness to pay Berdasarkan Karakteristik Penumpang ... 74

IV.3.8 Pembahasan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

V.1 Kesimpulan ... 76

V.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabulasi Jumlah Responden berdasarkan WTP dan tujuan

Perjalanan responden

Tabel 4.2 Tabulasi Jumlah Responden berdasarkan WTP dan Umur

responden

Tabel 4.3 Tabulasi Jumlah Responden berdasarkan WTP dan Pekerjaan

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Tarif Seragam

Gambar 2.2 : Tarif Berdasrkan Jarak

Gambar 2.3 : Tarif Bertahap

Gambar 2.4 : Tarif Berdasarkan Zona

Gambar 2.5 : Peta tujuan perjalanan Nice Trans Taxi

Gambar 2.6 : Armada Nice Trans Taxi

Gambar 3.1 : Bagan Prosedur Kerja Penelitian

Gambar 4.1 : Diagram Persentase Usia Penumpang

Gambar 4.2 : Diagram Persentase Pekerjaan Penumpang

(10)

ABSTRAK

Jefferey Bakara, 2014, ANALISIS TARIF ANGKUTAN ANTAR KOTA NICE TRANS TAXI BERDASARKAN BOK DAN WTP, Skripsi, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Sumatera Utara.

Penentuan besaran tarif angkutan membutuhkan penanganan dan kebijakan yangarif. Karena harus dapat menjembatani kepentingan penumpang selaku konsumen dan pengelola angkutan umum. Angkutan umum Nice Trans Taxi merupakan salah satu angkutan umum antar kota yang melayani daerah strategis, diharapkan dapatmewakili penumpang angkutan umum khususnya bus antar kota tujuan Medan - Pematang Siantar.

Data di dapat dengan penyebaran kuisioner kepada pengguna angkutan Nice Trans Taxi dan juga wawancara dengan pengelola Nice Trans Taxi kemudian data dianalisis, hasil analisis data untuk mengetahui besarnya Biaya Operasional Kendaraan (BOK) yang dikeluarkan oleh operator Nice Trans Taxi dan mengetahui kemauan pengguna layanan untuk membayar tarif (Willingness to pay).

Hasil analisis data menunjukkan besarnya biaya operasional kendaraan yang dikeluarkan operator Nice Trans Taxi adalah Rp. 67.128/penumpang, dan besar tarif berdasarkan BOK adalah sebesar Rp 73.840/penumpang. Pengguna layanan Nice Trans Taxi didominasi oleh penumpang dengan tujuan urusan pekerjaan, berusia 31-40 tahun, dan bekerja sebagai wirausaha. Besar tarif berdasarkan Willingness to pay adalah sebesar Rp. 74.714. Besar tarif yang diperoleh berdasarkan BOK dan WTP masih lebih rendah bila dibandingkan dengan tarif berlaku yaitu sebesar Rp. 95.000/penumpang.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Umum

Seiring kemajuan jaman, kebutuhan manusia semakin meningkat. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut manusia akan melakukan pergerakan dari suatu

tempat ke tempat yang lain. Pergerakan dapat terjadi bila ada sistem transportasi

yang mendukung semua kegiatan yang dilakukan manusia. Sistem transportasi

merupakan salah satu komponen atau aspek yang tak terpisahkan dari komponen

lainnya yang membentuk kota sebagai suatu sistem.

Transportasi darat khususnya angkutan umum perkotaan yang berada di

kota-kota besar sangatlah penting keberadaanya dalam menjalankan salah satu

fungsi utamanya yaitu sebagai pengangkut pergerakan masyarakat untuk

mengerjakan aktifitas sehari-harinya dimana pelayanan yang diberikan diharapkan

dilakukan secara cepat, aman, nyaman, murah dan efisien. Dengan kemudahan

dan kelancaran pergerakan diharapkan fungsi keberadaan seseorang dan nilai

kegunaan suatu barang dapat dimaksimalkan baik dipandang dari segi tempat

maupun segi waktu sehingga membantu dalam mempercepat pertumbuhan suatu

kota.

Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan terjadinya keragaman dan

peningkatan aktifitas serta pergerakan penghuninya. Perkembangan ruang kota

menjadi salah satu faktor perkembangan transportasi dan menyebabkan perubahan

(12)

transportasi. Jasa transportasi terus berkembang dari masa ke masa seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk. Penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi

diperlukan untuk melayani aktifitas dan pergerakan penduduk tersebut. Manusia

dalam melakukan aktifitasnya perlu berinteraksi satu dengan lain, yang

memerlukan alat penghubung yaitu angkutan. Angkutan merupakan sarana untuk

memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Setiap kota yang

ada di Indonesia hendaknya memiliki suatu sistem angkutan umum yang dapat

bekerja secara efektif dan efisien.

Kota Medan dan Pematang Siantar sebagai salah satu kota besar di

Indonesia, dalam sistem transportasinya menggunakan angkutan umum sebagai

salah satu sarana transportasi, sehingga keberadaan angkutan umum penumpang

sangat penting dan diperlukan suatu pengaturan agar dapat melayani penumpang

secara maksimal. Angkutan yang menghubungkan dua kota atau angkutan antar

kota memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan transportasi bagi

masyarakat guna melaksanakan aktifitasnya. Dalam pengoperasiannya angkutan

antar kota tujuan Medan - Pematang Siantar hanya dikelola oleh pihak swasta.

Angkutan antar kota Nice Trans Taxi merupakan salah satu Angkutan

antar kota tujuan Medan - Pematang Siantar. Nice Trans taxi mempunyai tingkat

kenyamanan dan pelayanan yang lebih baik bila dibandingkan dengan angkutan

bus antar kota. Penambahan kenyaman dan pelayanan tentu membutuhkan biaya

yang lebih besar, untuk mengimbanginya pihak pengelola menaikkan tarif untuk

menjaga kelangsungan perusahaan. Disisi penumpang, penambahan tarif akan

(13)

Tarif merupakan harga jasa angkutan yang harus dibayar oleh pengguna

jasa, baik melalui mekanisme perjanjian sewa menyewa, tawar menawar, maupun

ketetapan Pemerintah. Harga jasa angkutan yang ditentukan mengikuti system

tariff, berlaku secara umum dan tidak ada ketentuan lain yang mengikat

perusahaan angkutan dan pemilik barang atau penumpang kecuali apa yang sudah

diatur dalam buku tarif (Siregar M, 1995; 1 dalam Warpani S, 2002).

I.2 Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa

terutama dalam kegiatan perekonomian negara yang tidak lepas dari pengaruh

pertambahan jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat

pesat. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan taraf hidup masyarakat

yang semakin meningkat. Salah satu sarana transportasi pada saat ini yang paling

mudah didapatkan dan sering digunakan adalah angkutan umum.

Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan angkutan umum

adalah dengan sistem pentarifan yang mampu mengakomodir keinginan operator

angkutan disatu pihak dan pengguna jasa angkutan dipihak lain. Disinilah peran

pemerintah diharapkan mampu menjembatani keduanya.

Perkembangan kota Pematangsiantar dan Medan sebagai ibukota propinsi

mendorong terjadinya pergerakan manusia yang semakin meningkat. Angkutan

umum dan kendaraan pribadi menjadi salah satu pilihan dalam melakukan

perjalan. Berbagai permasalahan angkutan umum dapat memicu masyarakat untuk

(14)

diakibatkan oleh ketidak nyamanan, tidak tepat waktu, mahalnya tarif angkutan

dsb.

Besarnya tarif angkutan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam

mengukur kualitas angkutan umum. Disatu sisi konsumen ingin pelayanan

semaksimal mungkin, di sisi lain penyedia layanan ingin mendapatkan untung

yang maksimal. Penyedia layanan bisa saja memberikan kenyamanan yang

maksimal tentu dengan tarif yang lebih besar juga. Disinilah perlu adanya

keseimbangan antara tarif yang berlaku dengan pelayanan yang diterima oleh

konsumen.

Nice Trans Taxi sebagai angkutan umum beroperasi pada rute

Medan-Pematang Siantar. Pada saat ini angkutan ini memiliki keunikan bila dibandingkan

dengan armada lainnya. Nice Trans Taxi menggunakan mobil jenis sedan yang

memiliki tiga penumpang maksimum, ditambah lagi dengan layanan antar jemput

bagi penumpang. Sejalan dengan kenyamanan yang diberikan pihak penyedia

layanan, penyedia angkutan juga memberikan tarif yang lebih besar juga.

Dengan kondisi yang telah dipaparkan diatas, penulis ingin

membandingkan tarif yang berlaku saat ini dengan tarif berdasarkan analisis biaya

operasional kendaraan dan kemauan pengguna layanan dalam membayar tarif.

I.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, pokok

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

(15)

2. Apakah tarif angkutan Nice Trans Taxi yang berlaku saat ini telah sesuai

ditinjau dari persepsi atau kemauan penumpang (Willingness To Pay)?

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisa tarif angkutan Nice Trans Taxi dengan membandingkan tarif yang

berlaku dengan tarif berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan.

2. Untuk mengetahui kemauan (Willingness To Pay) membayar penumpang Nice

Trans Taxi terhadap tarif yang berlaku saat ini.

I.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan referensi bagi pihak penyedia angkutan dalam menentukan

besarnya tarif angkutan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak-pihak yang

bersangkutan dalam membuat kebijakan mengenai tarif angkutan umum

khususnya angkutan antar kota.

3. Bagi para mahasiswa, akademisi dan pemerhati masalah angkutan pada

umumnya, penelitian ini diharapkan akan mendorong penelitian berikutnya

yang lebih sempurna.

I.6 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan penelitian yang akan digunakan agar penelitian ini lebih terarah

dalam meliputi:

(16)

2. Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan menggunakan metode Jasa Marga

dengan didasarkan perhitungan di lapangan, mengingat banyak biaya yang

belum diketahui secara rinci.

I.7Sistematika Penulisan

Untuk memperjelas tahapan yyang dilakukan dalam studi ini, didalam

penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan

sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi

tinjauan umum, latar belakang, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, hipotesa dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil studi yang relevan dengan

pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan hal-hal mengenai analisis tarif angkutan

umum.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini,

termasuk pengambilan data, langkah penelitian, analisa data.

BAB IV ANALISIS DATA

Berisikan pembahasan mengenai data-data yang dikumpulkan, lalu

(17)

Merupakan penutup yang berisikan tenteng kesimpulan yang telah

diperoleh dari pembahasan pada bab sebelumnya, dan saran mengenai hasil

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Transportasi Umum

Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan manusia dan barang

dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Manusia selalu berusaha

untuk mencapai efisiensi transportasi, yaitu berusaha mengangkut barang dan

orang dengan waktu secepat mungkin dan dengan pengeluaran biaya sekecil

mungkin.

Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan antara asal dan tujuan.

Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang antara dua tempat kegiatan yang

terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok dalam masyarakat.

Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal

dan tujuan, serta menggunakan kendaraan atau alat angkut dengan kecepatan

tertentu.

Sistem transportasi adalah bentuk keterkaitan dan keterikatan dari berbagai unsur

dasar transportasi dalam satu kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari

suatu tempat ke tempat lain (Munawar, 2005, dalam Widari, 2010). Tujuan sistem

transportasi ini adalah untuk mengatur dan mengkordinasikan pergerakan

penumpang dan barang tersebut hingga memberikan optimalisasi pada proses

pergerakannya.

(19)

a. Angkutan Muatan

Sistem yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dengan

menggunakan alat angkut tertentu dinamakan moda tranportasi . Dalam

pemanfaatan transportasi ada tiga moda yang dapat digunakan, yaitu:

1) Transportasi Darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik

hewan atau manusia.

Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor :

• Jenis dan spesifikasi kendaraan

• Jarak perjalanan

• Tujuan perjalanan

• Ketersediaan moda

• Ukuran dan kerapatan permukiman

2) Transportasi Air (sungai, danau, laut): kapal, perahu, rakit.

3) Transportasi Udara: pesawat terbang.

b. Manajemen

Manajemen sistem transportasi terdiri dari dua kategori:

1)Manajemen pemasaran & penjualan jasa angkutan

Manajemen pemasaran bertanggung jawab terhadap pengoperasian dan

pengusahaan di bidang pengangkutan. Selain itu bagian penjualan berusaha

mencari langganan sebanyak mungkin bagi kepentingan perusahaan.

2) Manajemen lalu lintas angkutan

Manajemen lalu lintas bertanggung jawab untuk mengatur penyediaan jasa

angkutan yang mengangkut dengan muatan, alat angkut dan biaya-biaya untuk

(20)

II.2 Angkutan Umum

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat tahun 2002 angkutan adalah

pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan

menggunakan kendaraan. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di

jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor. Kendaraan

motor merupakan kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada

pada kendaraan tersebut.

Kendaraan umum adalah setiap kendaraaan yang disediakan untuk digunakan oleh

umum dengan dipungut bayaran. Kendaraan umum dapat berupa mobil

penumpang, bus kecil, bus sedang dan bus besar. Tujuan utama dari keberadaan

angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan angkutan yang baik dan

layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman,

cepat, murah, dan nyaman.

Keberadaan angkutan umum dapat mengurangi volume lalu lintas kendaraan

pribadi. Hal ini dikarenakan angkutan umum pada umumnya dapat mengangkut

penumpang lebih banyak dengan tujuan perjalanan yang sama sehingga biaya

angkutan dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang. Semakin

banyak jumlah penumpang menyebabkan biaya per penumpang dapat ditekan

serendah mungkin.

Angkutan umum perlu beberapa kesamaan diantara para penumpang, antara lain

kesamaan asal dan tujuan. Kesamaan ini dicapai dengan cara pengumpulan di

terminal, loket atau tempat pemberhentian. Kesamaan tujuan tidak selalu berarti

(21)

Pelayanan angkutan umum akan berjalan dengan baik apabila terjadi

keseimbangan antara sediaan dan permintaan. Dalam kaitan ini perlu campur

tangan Pemerintah dengan tujuan antara lain :

a. Menjamin sistem operasi yang aman bagi kepentingan masyarakat pengguna

jasa angkutan, petugas pengelola angkutan, dan pengusaha jasa angkutan.

b. Mengarahkan agar lingkungan tidak terlalu terganggu oleh kegiatan angkutan.

c. Menciptakan persaingan sehat dan menghindarkan kembaran yang tidak perlu.

d. Membantu perkembangan dan pembangunan nasional maupun daerah dengan

meningkatkan pelayanan jasa angkutan.

e. Menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

f. Mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan.

II.3 Jenis Angkutan Umum

Menurut Keputusan Menteri nomor 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan

Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum. Angkutan orang dengan

kendaraan umum dalam trayek, terdiri dari :

a. Angkutan Lintas Batas Negara

b. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi

c. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi

d. Angkutan Kota

e. Angkutan Perdesaan

f. Angkutan Perbatasan

g. Angkutan Khusus.

(22)

Pelayanan angkutan lintas batas Negara dilaksanakan dalam jaringan trayek lintas

batas negara.

Pelayanan angkutan lintas batas negara diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai

berikut :

• Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada

kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan;

• Pelayanan angkutan yang dilakukan bersifat pelayanan cepat, yaitu pelayanan

angkutan dengan pembatasan jumlah terminal yang wajib disinggahi selama

perjalanan;

• Dilayani hanya oleh mobil bus besar atau mobil bus sedang dengan

pelayanan non ekonomi, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian antar

negara;

• Terminal yang merupakan terminal asal pemberangkatan, persinggahan dan

tujuan angkutan orang adalah terminal tipe A, atau simpul transportasi

lainnya berupa bandar udara, pelabuhan, stasiun kereta api dan pusat

kegiatan;

• Prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan lintas batas Negara

sebagaimana tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan.

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan lintas batas negara harus dilengkapi

dengan :

• Nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri,

(23)

• Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan

dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang

kendaraan;

• Jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat

pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan "ANGKUTAN

LINTAS BATAS NEGARA";

• Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard, yang dikeluarkan oleh

masing-masing perusahaan angkutan;

• Fasilitas bagasi sesuai kebutuhan;

• Tulisan standar pelayanan;

• Daftar tarif yang berlaku.

• Kotak obat lengkap dengan isinya;

• Alat pemantau unjuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat

merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam

mengoperasikan kendaraannya.

b.Angkutan Antar Kota Antar Propinsi

Pelayanan angkutan antar kota antar propinsi dilaksanakan dalam jaringan trayek

antar kota antar propinsi.

Pelayanan angkutan antar kota antar propinsi diselenggarakan dengan ciri-ciri

sebagaberikut :

• Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada

(24)

• Pelayanan angkutan yang dilakukan bersifat pelayanan cepat, yaitu pelayanan

angkutan dengan pembatasan jumlah terminal yang wajib disinggahi selama

perjalanan;

• Dilayani dengan mobil bus besar dan/atau mobil bus sedang, baik untuk

pelayanan ekonomi maupun pelayanan non ekonomi;

• Terminal yang merupakan terminal asal pemberangkatan, persinggahan dan

tujuan angkutan orang adalah terminal tipe A;

• Prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota antar

propinsi sebagaimana tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan.

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan antar kota antar propinsi harus

dilengkapi dengan :

• Nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri,

kanan, dan belakang kendaraan;

• Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan

dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang

• Jenis trayek yang dilayani yang ditulis secara jelas dengan huruf balok,

melekat pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan

"ANGKUTAN ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI";

• Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard, yang dikeluarkan oleh

masing-masing perusahaan angkutan;

• Fasilitas bagasi sesuai kebutuhan;

• Tulisan standar pelayanan;

(25)

Selain itu, kendaraan angkutan antar kota dalam propinsi dapat dilengkapi

dengan :

• Kotak obat lengkap dengan isinya;

• Alat pemantau unjuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat

merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam

mengoperasikan kendaraannya.

c. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi

Pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi dilaksanakan dalam jaringan trayek

antar kota dalam propinsi.

Pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi diselenggarakan dengan ciri-ciri

sebagai berikut :

• Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada

kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan;

• Pelayanan angkutan yang dilakukan bersifat pelayanan cepat atau lambat ;

• Dilayani dengan mobil bus besar atau mobil bus sedang, baik untuk pelayanan

ekonomi maupun pelayanan non ekonomi;

• Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B, pada awal

pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan;

• Prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota dalam

propinsi sebagaimana tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan.

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan antar kota dalam propinsi harus

dilengkapi dengan :

• Nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri,

(26)

• Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan

dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang

kendaraan;

• Jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat

pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan "ANGKUTAN

ANTAR KOTA DALAM PROPINSI";

• Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard, yang dikeluarkan oleh

masing-masing perusahaan angkutan;

• Fasilitas bagasi sesuai kebutuhan;

• Tulisan standar pelayanan;

• Daftar tarif yang berlaku.

Selain itu, kendaraan angkutan antar kota antar propinsi dapat dilengkapi dengan :

• Kotak obat lengkap dengan isinya;

• Alat pemantau unjuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat

merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam

mengoperasikan kendaraannya.

d. Angkutan Kota

Pelayanan angkutn kota dilaksanakan dalam jaringan trayek kota, yaitu trayek

yang seluruhnya berada dalam satu daerah Kota atau wilayah Ibu kota Kabupaten.

Pelayanan angkutan kota dapat diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

• Trayek utama :

1) Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada

(27)

2) Melayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan

pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang-alik secara tetap;

3) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada tempat-tempat

untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk

angkutan kota.

• Trayek cabang :

1) Berfungsi sebagai trayek penunjang terhadap trayek utama;

2) Mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada

kartu pengawasan kendaraan yang dioperasikan;

3) Melayani angkutan pada kawasan pendukung dan antara kawasan pendukung

dan permukiman;

4) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada tempat- tempat

untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk

angkutan kota.

• Trayek ranting :

1) Tidak mempunyai jadwal tetap;

2) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada tempat-tempat

untuk menaikkan dan menurunkan punumpang yang telah ditetapka untuk

angkutan kota;

3) Melayani angkutan dalam kawasan permukiman;

• Trayek langsung :

1) Mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada

(28)

2) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada tempat- tempat

untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk

angkutan kota;

3) Melayani angkutan antara kawasan utama dengan kawasan pendukung dan

kawasan permukiman.

Untuk kota yang berpenduduk di atas 500.000 jiwa, trayek utama dan trayek

langsung dilayani dengan bus besar, trayek cabang dengan bus sedang, dan trayek

ranting dengan bus kecil dan/atau mobil penumpang umum. Untuk kota yang

berpenduduk antara 100.000 – 500.000 jiwa, trayek utama dilayani dengan bus

sedang, trayek cabang dengan bus kecil, dan trayek ranting dengan mobil

penumpang umum. Untuk kota yang berpenduduk kurang dari 100.000 jiwa,

trayek utama dilayani dengan bus kecil dan/atau mobil penumpang umum dan

trayek cabang dilayani dengan mobil penumpang.

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan kota harus dilengkapi dengan:

• nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri,

kanan, dan belakang kendaraan;

• Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta lintasan yang dilalui dengan

dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang

kendaraan;

• Jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat

pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan “ANGKUTAN KOTA”;

• Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard, yang dikeluarkan oleh

(29)

• Daftar tarif yang berlaku.

Pada mobil bus yang melayani trayek kota dapat dipasang papan reklame, yang

pemasangannya tidak boleh mengganggu identitas kendaraan dan harus sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku.

e. Angkutan Perdesaan

Pelayanan angkutan perdesaan dilaksanakan dalam jaringan trayek yang berada

dalam satu daerah Kabupaten yang menghubungkan :

• Kawasan perdesaan dengan kawasan perdesaan;

• Kawasan ibu kota kabupaten dengan kawasan perdesaan.

Pelayanan angkutan perdesaan diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

• Mempunyai jadwal tetap dan/atau tidak berjadwal;

• Jadwal tetap diberlakukan apabila permintaan angkutan cukup tinggi;

• Pelayanan angkutan bersifat lambat, berhenti pada setiap terminal, dengan

waktu menunggu relatif cukup lama;

• Terminal yang merupakan terminal asal pemberangkatan dan tujuan

sekurangkurangnya terminal tipe C;

• Dilayani dengan mobil bus kecil atau mobil penumpang umum.

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan perdesaan harus dilengkapi dengan :

• Nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri,

kanan, dan belakang kendaraan;

• Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta lintasan yang dilalui dengan

dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang

(30)

• Jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat

pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan “ANGKUTAN

PERDESAAN”;

• Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard;

• Fasilitas bagasi sesuai kebutuhan;

• Daftar tarif yang berlaku.

f. Angkutan Perbatasan

Pelayanan angkutan perbatasan dilaksanakan dalam trayek yang menghubungkan

:

• antara Kota dengan Kecamatan yang berbatasan langsung pada wilayah

kabupaten;

• Antara Kabupaten dengan kecamatan yang berbatasan langsung pada wilayah

Kota;

• Antara Kota dengan Kecamatan yang berbatasan langsung pada wilayah Kota

lain;

• Antara Kabupaten dengan kecamatan yang berbatasan langsung pada wilayah

kabupaten lain.

Pelayanan angkutan perbatasan diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

• Mempunyai jadwal tetap atau tidak berjadwal;

• Melum terlayani trayek AKAP atau trayek AKDP;

• Dilayani dengan mobil bus atau mobil penumpang umum;

• Berhenti pada tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

(31)

• Nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri,

kanan, dan belakang kendaraan;

• Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta lintasan yang dilalui dengan

dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang

kendaraan;

• Jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat

pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan “ANGKUTAN

PERBATASAN”;

• Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard, yang dikeluarkan oleh

masing-masing perusahaan angkutan.

g. Angkutan Khusus

Angkutan khusus dalam trayek terdiri dari :

1) Angkutan Antar Jemput;

2) Angkutan Karyawan;

3) Angkutan Permukiman;

4) Angkutan Pemadu Moda.

Angkutan khusus dalam trayek merupakan pelayanan pelengkap terhadap

pelayanan angkutan antar kota antar propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi

dan angkutan kota.

1) Angkutan Antar Jemput

Pelayanan angkutan antar jemput dilaksanakan dalam trayek dengan asal dan

tujuan perjalanan tetap atau sebaliknya. Pelayanan angkutan antar jemput

diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

(32)

• Menggunakan mobil bus kecil dan/atau mobil penumpang umum;

• Menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan hitam;

• Pelayanan dari pintu ke pintu dengan jarak maksimum 500 km;

• Tidak menaikkan penumpang di perjalanan;

• Tidak mengenakan tarif yang berpotensi / dapat mengganggu pelayanan

angkutan dalam trayek pada lintasan yang sama;

• Kendaraan yang dioperasikan tidak melebihi 20% dari jumlah kendaraan

dalam trayek tetap dengan asal dan tujuan perjalanan yang sama.

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan antar jemput harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

• Dilengkapi fasilitas pendingin udara yang berfungsi dengan baik;

• Umur kendaraan maksimum 5 tahun;

• Tidak mencantumkan papan trayek pada kendaraan yang dioperasikan;

• Dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan tulisan “ANGKUTAN ANTAR

JEMPUT” yang ditempatkan pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan;

• Dilengkapi logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan

bagian tengah sebelah kiri dan kanan;

• Dilengkapi tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashbord

kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan.

2) Angkutan Karyawan

Pelayanan angkutan karyawan dilaksanakan dalam trayek yang melayani dari dan

ke satu tujuan sentra kerja dengan beberapa titik asal penumpang. Pelayanan

(33)

• Berjadwal dan tidak boleh singgah di terminal;

• Menggunakan mobil bus;

• Menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan hitam;

• Pembayaran dilakukan secara langsung atau tidak langsung oleh karyawan;

• Tidak menaikkan penumpang umum.

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan karyawan harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

• Dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan tulisan “ANGKUTAN

KARYAWAN” yang ditempatkan pada badan kendaraan sebelah kiri dan

kanan;

• Dilengkapi logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan

bagian tengah sebelah kiri dan kanan;

• Dilengkapi tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashbord

kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan.

3) Angkutan Permukiman

Pelayanan angkutan permukiman dilaksanakan dalam trayek yang melayani dari

dan ke satu kawasan permukiman dengan beberapa titik tujuan penumpang.

Pelayanan angkutan permukiman diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

• Khusus mengangkut penumpang kawasan permukiman;

• Berjadwal dan tidak boleh singgah di terminal;

• Menggunakan mobil bus besar dan/atau bus sedang;

• Menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan

hitam;

(34)

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan permukiman harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

• Dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan tulisan “ANGKUTAN

PERMUKIMAN” yang ditempatkan pada badan kendaraan sebelah kiri dan

kanan;

• Dilengkapi logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan

bagian tengah sebelah kiri dan kanan;

• Dilengkapi tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashbord

kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan.

4) Angkutan Pemadu Moda

Pelayanan angkutan pemadu moda dilaksanakan untuk melayani penumpang dari

dan/atau ke terminal, stasiun kereta api, pelabuhan dan bandar udara kecuali dari

terminal ke terminal.

Pelayanan angkutan pemadu moda diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai

berikut :

• Khusus mengangkut perpindahan penumpang dari satu moda ke moda lain;

• Berjadwal;

• Menggunakan mobil bus dan /atau mobil penumpang;

• Menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan hitam.

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan pemadu moda harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

(35)

• Dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan tulisan sesuai jenis pelayanan

yang tercantum pada izin trayek, yang ditempatkan pada badan kendaraan

sebelah kiri dan kanan;

• Dilengkapi logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan

bagian tengah sebelah kiri dan kanan;

• Dilengkapi tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashbord

kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan;

• Dilengkapi fasilitas bagasi sesuai kebutuhan.

II.4 Tarif Angkutan Umum

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat tahun 2002, tarif adalah

besarnya biaya yang dikenakan pada setiap penumpang kendaraan angkutan

umum yang dinyatakan dalam rupiah. Penetapan tarif dimasukkan untuk

mendorong terciptanya penggunaan prasarana dan sarana pengangkutan secara

optimum dengan mempertimbangkan lintasan yang bersangkutan.

Guna melindungi konsumen, pemerintah menetapkan batas tarif maksimum, dan

bila dianggap perlu untuk menjaga persaingan sehat, pemerintah juga menetapkan

tarif minimum. Sementara itu tarif harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga

masih memberi keuntungan wajar kepada pihak pengusaha angkutan umum dan

dapat diterima konsumen.

Perhitungan tarif angkutan umum merupakan hasil perkalian antara tarif pokok

dan jarak (kilometer) rata-rata satu perjalanan (tarif Break Event Event Point) dan

di tambah 10 % untuk keuntungan jasa perusahaan, secara matematis dirumuskan

(36)

Tarif = (tarif pokok x jarak rata-rata) + 10% tarif BEP .………….(2.1)

Tarif BEP = tarif pokok x jarak rata-rata………..(2.2)

Tarif pokok = ���������� �����

������ ��������� ���������� ��������� …………..…...(2.3)

Faktor muat penumpang (loading factor) adalah nisbah antara jumlah penumpang

yang diangkut dengan daya tampung atau kapasitas kendaraan selama satu

lintasan (Warpani, 2002). Perhitungan faktor pengisian adalah sebagai berikut:

F =�

� x 100%...(2.4)

Keterangan:

F = faktor pengisian (loading factor).

P = banyaknya penumpang yang diangkut sepanjang satu lintasan sekali jalan.

K = daya tampung kendaraan yang diijinkan.

II.4.1 Kebijakan Tarif

Kebijakan tarif dapat dipandang sebagai kebijakan multisisi. Di satu sisi

dapat dipandang sebagai alat pengendali lalu lintas, disisi yang lain dapat berarti

alat untuk mendorong masyarakat menggunakan kendaraan umum dan

mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dan sisi yang lainnya lagi dapat

digunakan untuk mengarahkan perkembangan wilayah dan kota.

(37)

Menurut Suprijadi (1991) (dalam Warpani, 2002;150), kebijakan tarif yang

berlaku di Indonesia mengacu pada pendekatan berikut:

II.4.1.1 Pendekatan penyedia jasa

Apabila kebijakan tariff yang berdasarkan pendekatan penyedia jasa

dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan usaha jasa

pengangkutan, serta demi menjaga kelancaran penyedia jasa, keamanan, dan

kenyamanan layanan jasa perangkutan, maka:

a. Tarif didasarkan atas berbagai biaya yang dikeluarkan, dalam arti dapat

menutup seluruh biaya produksi jasa angkutan dan memperoleh kelebihan

berupa laba;

b. Tarif seharusnya dapat memberikan pendapatan yang layak bagi penyedia

jasa, sehingga upaya pemeliharaan sarana dan prasarana dapat terpenuhi dan

pengembalian investasi dapat diwujudkan dalam waktu yang relative tidak

sama;

c. Untuk investasi yang besar dengan tingkat pengembalian modal yang cukup

lama, maka tariff diharapkan dalam jangka panjang lebih tinggi dari biaya

marginal;

d. Tariff diharapkan dapat menumbuhkan alokasi modal yang rasional bagi

pembangunan dan pengembangan usaha perangkutan serta mendorong

tercapainya pemerataan pembangunan;

e. Jika penyususan struktur penyedia jasa yang efisien dapat dikembangkan

(38)

dapat dikelompokkan pada setiap pelayanan sehingga pengklasifikasian tariff

yang sesuai dengan jasa tersebut juga dapat disusun.

II.4.1.2 Pendekatan pengguna jasa

Jika pendekatan berdasarkan pengguna jasa dimaksudkan agar tarif tidak

terlalu memberatkan pengguna jasa dan memperlancar mobilitas baik penumpang

maupun barang, maka:

a. Tarif harus rasional, diberlakukan secara umum, layak dal adil serta tidak

diskriminatif dalam pengklasifikasiannya;

b. Tarif diharapkan dapat merangsang peningkatan kegiayan dunia usaha dan

mendorong pertumbuhan produksi secara menyeluruh;

c. Tarif diharapkan dapat terjangkau oleh daya beli pengguna jasa;

d. Tarif diharapkan dapat membantu perkembangan integritas social masyarakat,

khususnya bagi angkutan penumpang;

e. Tarif harus dapat mendorong dan mengembangkan distribusi pemasaran yang

luas;

f. Tarif sebagai unsur biaya pada kalkulasi harga pokok barang diharapkan dapat

ditekan sekecil mungkin.

II.4.1.3 Pendekatan pemerintah

Pendekatan pemerintah yang dimaksud untuk mendorong pembangunan

ekonomi serta menjaga stabilitas politik dan keamanan dalam rangka globalisasi,

meliputi:

(39)

b. Menunjang upaya tercapainya kesejahteraan social bagi masyarakat;

c. Memperhatikan dan melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan

pertumbuhan, penyebaran, dan struktur kependudukan;

d. Mengendalikan tarif yang dapat menjamin dan mmendorong penggunaan

sumber daya secara maksimal;

e. Mengembangkan dan mendorong sarana dengan memperhatikan

perkembangan teknologi dalam bentuk konservasi dan diverifikasi energy;

f. Mencapai keadaan alokasi sumber daya yang optimum dengan memperhatikan

kriteria efisiensi dan pemerataan pembangunan;

g. Menjaga tingkat pelayanan dalam rangka peningkatan kinerja layanan jasa

perangkutan.

II.4.2 Sistem Pembentukan Tarif Angkutan Umum

Tarif bagi penyedia jasa angkutan (operator) adalah harga dari jasa yang

diberikan. Sedangkan bagi pengguna jasa, besarnya tarif merupakan biaya yang

harus dibayarkan untuk jasa yang telah dipakainya. Penentuan tarif ini harus

berdasarkan sistem pembentukannya yang diatur oleh pemerintah. Ada tiga cara

dalam menentukan sistem pembentukan tarif , yaitu:

1. Sistem pembentukan tarif atas dasar produksi jasa (cost of service pricing).

Dengan sistem ini, tarif dibentuk atas dasar biaya produksi jasa transportasi

ditambah dengan keuntungan yang layak bagi kelangsungan hidup dan

pengembangan perusahaan. Tarif yang dibentuk atas dasar biaya dinyatakan

sebagai tarif minimum, dimana perusahaan tidak akan menawar lagi dibawah tarif

terendah itu. Sistem ini digunakan setelah terlebih dahulu menentukan biaya yang

(40)

Direct Cost (Biaya Langsung)

Inderect Cost (Biaya Tak Langsung)

2. Sistem pembentukan tarif atas dasar nilai jasa (value of service pricing).

Dengan sistem ini, tarif didasarkan atas nilai yang dapat diberikan terhadap jasa

pelayanan transportasi. Besar kecilnya nilai itu tergantung pada elastis permintaan

jasa pelayanan transportasi. Tarif yang didasarkan atas nilai jasa transportasi

biasanya dinyatakan sebagai tarif maksimum.

3. Sistem pembentukan yang didasarkan pada “What the traffic will bear”

Tarif yang didasarkan pada What the traffic will bear berada diantara tarif

minimum dan tarif maksimum. Untuk itu dasar tarif ini adalah berusaha dapat

menutupi seluruh biaya variabel sebanyak mungkin dan sebagian dari biaya tetap

(fixed cost).

II.4.3 Jenis Tarif Angkutan Umum

Adapun jenis tarif yang berlaku dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Tarif Seragam (Flat Fare)

Pada sistem ini, tarif dikenakan tanpa memperhatikan jarak yang ditempuh, baik

perjalanan jarak pendek maupun jauh dikenakan tarif yang sama. Secara umum,

tarif seragam biasanya diterapkan untuk penumpang yang mempunyai panjang

perjalanan rata-rata hampir sama. Kerugian tarif ini adalah pada penumpang yang

melakukan perjalanan jarak pendek karena harus membayar dengan tarif yang

sama dengan penumpang yang melakukan perjalanan jarak jauh. Sebaliknya

penumpang yang melakukan perjalanan jarak jauh akan diuntungkan dengan

(41)

Gambar 2.1 Tarif Seragam

Gambar 2.2 Tarif Berdasarkan Jarak 2. Tarif Berdasarkan Jarak (Distance-Based Fare)

Sistem tarif ini ditentukan berdasarkan jarak yang ditempuh, yaitu besarnya tarif

yang ditetapkan adalah perkalian besar tarif perkilometer dengan panjang

perjalanan, dimana jarak minimum dan tarif minimum ditetapkan terlebih dahulu

nilainya. Sistem tarif ini memiliki kelemahan, yaitu kesulitan dalam pengumpulan

ongkos karena sebagian penumpang melakukan perjalanan yang relatif pendek

menggunakan angkutan lokal. Hubungan antara tarif angkutan dan jarak tempuh

angkutan untuk tarif berdasarkan jarak dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Tarif (Rp)

Jarak (km)

(42)

Gambar 2.3 Tarif Bertahap 3. Tarif Bertahap

Sistem tarif ini didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh penumpang yang di

bagi persatuan tahapan.tahapan adalah suatu penggalan dari rute yang jaraknya

antar satu atu lebih tempat pemberhentian sebagai dasar perhitungan tarif. Tarif

bertahap mencerminkan usaha penggabungan secara wajar keinginan penumpang

dan pertimbangan biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan waktu untuk

mengeluarkan ongkos. Struktur seperti ini tidak hanya digunakan dengan

memperhitungkan bermacam-macam permintaan pelayanan perangkutan untuk

jarak pendek dan panjang tapi juga akan menguntungkan jika memperhatikan

metode pengumpulan tarif. Hubungan antara tarif angkutan dan jarak tempuh

angkutan untuk tarif bertahap dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

4. Tarif Zona

Sistem tarif ini adalah penyederhanaan dari tarif bertahap dimana daerah

pelayanan perangkutan tersebut dibagi kedalam zona-zona. Pusat kota biasanya Jarak (km)

(43)

Gambar 2.4 Tarif Berdasarkan Zona

sebuah sabuk. Daerah pelayanan angkutan juga dapat dibagi kedalam zona-zona

yang berdekatan. Jika terdapang jalan yang melintang dan melingkar, panjang

jalan ini harus dibatasi dengan membagi zona kedalam sektor-sektor. Skala jarak

dan tarif dibentuk dengan cara yang sama dengan struktur tarif bertahap yang

berdasarkan suatu jarak dan suatu tingkatan tarif. Kerugian akan terjadi bagi

penumpang yang hanya melakukan perjalanan jarak pendek didalam dua zona

yang berdekatan, mereka harus membayar ongkos untuk dua zona. Sebaliknya

suatu perjalanan yang panjang dapat menjadi lebih murah jika dilakukan didalam

sebuah zona dibandingkan dengan perjalanan pendek yang melintasi batas zona.

Hubungan antara tarif angkutan dan jarak tempuh angkutan untuk tarif zona dapat

dilihat pada grafik dibawah ini.

II.4.4 Penentuan Besaran Tarif Angkutan Umum Jarak (km) Tarif

(44)

(Alexander Grey, 1975 seperti dikutip oleh widari, 2010) menyarankan untuk

mempertimbangkan empat prinsip sebagai penuntun dalam menetapkan

tujuan-tujuan dari kebijaksanaan penentuan besaran tarif angkutan umum yaitu:

1. Tujuan tersebut harus mencerminkan keinginan pemerintah dimasa depan

dengan ukuran-ukuran yang berangsur-angsur akan menjadi jelas.

2. Tujuan harus bersifat operasional, yang harus berarti harus ada

perangkat-perangkat yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan.

3. Tujuan sebaiknya tersusun berdasarkan prosedur analitis yang normal dengan

meminimumkan interaksi, dan memaksimalkan disetiap kumpulan.

4. Tujuan disusun dengan suatu cara hirarki yang pencakupannya maksimum,

konsisten dan berhubungan.

Berdasarkan keempat prinsip diatas, maka dalam menentukan besaran tarif

angkutan umum, ada beberapa faktor dengan tujuan tertentu yang dapat

dipertimbangkan , antara lain adalah:

a. Faktor sosial, tujuannya adalah:

• Mendistribusikan kembali pendapatan dari orang berada kepada mereka yang

miskin.

• Memberika kesempatan perjalanan kepada kelompok yang kurang beruntung

seperti orang lanjut usia, orang cacat dan orang-orang yang tidak sepenuhnya

dapat menggunakan angkutan pribadi.

• Mengurangi kekacauan pada angkutan umum di saat-saat jam sibuk.

(45)

b. Faktor lingkungan, dengan faktor ini diharapkan dapat memberi hasil sebagai

berikut:

• Mendorong permintaan masyarakat secara geografis menjadi lebih padat.

• Mendorong kegiatan pergerakan ke pusat-pusat strategis kota.

• Mengurangi kemacetan lalu lintas

• Mengurangi polusi udara, suara dan gangguan visual.

• Mengurangi kecelakaan.

c. Faktor ekonomi dan keuangan, factor ini bertujuan:

• Memaksimumkan pendapatan.

• Meminimumkan satuan biaya operasi.

• Mempertahankan satuan fleksibilitas untuk penyesuaian tingkat tarif dengan

sasaran pendapatan yang baru atau permintaan pasar.

• Memastikan efisiensi penggunaan sumber-sumber langka, mendorong

menggunakan lebih banyak kapasitas yang masih tersisa.

• Menghemat energi.

d. Faktor operasi, dengan tujuan:

• Memelihara kemudahan mendapatkan informasi mengenai permintaan

penumpang.

• Meningkatkan efisiensi pengumpulan tiket dan ongkos.

• Memberikan fasilitas pengoperasian angkutan oleh satu orang dan

meringankan tugas-tugas para karyawan.

• Mengurangi pengelakan dan kecurangan ongkos.

• Memelihara insentif untuk meningkatkan kinerja pengaturan.

(46)

Menurut DirektoratJenderal Perhubungan Darat Biaya operasional kendaraan

adalah biaya yang secara ekonomis terjadi karena di operasikannya satu

kendaraan pada kondisi normal untuk suatu tujuan tertentu. Di dalam standart

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2002) disusun struktur biaya dalam

mendapatkan besarnya biaya operasional kendaraan.

II.5.1 Struktur Biaya

Jika ditinjau dari kegiatan usaha angkutan biaya yang dikeluarkan, untuk suatu

produksi jasa angkutan yang akan dijual kepada pemakai jasa, dapat dibagi dalam

tiga bagian, yaitu :

a. Yang dikeluarkan untuk pengelolaan perusahaan;

b. Yang dikeluarkan untuk operasi kendaraan, dan

c. Yang dikeluarkan untuk retribusi, iuran, sumbangan, dan yang berkenaan

dengan pemilikan usaha dan operasi.

Untuk memudahkan perhitungan biaya pokok, perlu dilakukan pengelompokan

biaya dengan teknik pendekatan sebagai berikut

a. Kelompok biaya menurut fungsi pokok kegiatan :

1) Biaya produksi : biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan

dalam proses produksi.

2) Biaya organisasi : semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi

dan biaya umum perusahaan, dan

3) Biaya pemasaran : biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran produksi

jasa.

(47)

dihasilkan, yang terdiri atas

a. biaya tetap

b. biaya tidak tetap

2) Biaya Tidak Langsung : Biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan

produk jasa yang dihasilkan, yang terdiri atas

a. biaya tetap

b. biaya tidak tetap

Biaya tetap : biaya yang tidak berubah (tetap) walaupun terjadi perubahan terjadi

perubahan pada volume produksi jasa sampai ke tingkat tertentu.

Biaya tidak tetap : biaya yang berubah apabila terjadi perubahan pada volume

produksi jasa.

Berdasarkan pengelompokan biaya itu struktur perhitungan biaya pokok jasa

angkutan adalah sebagai berikut :

II.5.1.1 Komponen Biaya Langsung

1) Penyusutan Kendaraan

Penyusutan kendaraan angkutan umum dihitung dengan menggunakan metode

garis lurus. Untuk kendaraan baru, harga kendaraan dinilai berdasarkan harga

kendaraan baru, termasuk BBN dan ongkos angkut, sedangkan untuk kendaraan

lama, harga kendaraan dinilai berdasarkan harga perolehan.

Penyusutan per tahun = �������������� −����� ������

���� ����������

……….(2.5)

(48)

2) Bunga Modal

Bunga modal dihitung dengan rumus

Bunga Modal/Thn = �+1

2 �ℎ���� ��������� ��������� �����/��ℎ��

���� ����������

.(2.6)

Keterangan:

n = masa pengembalian pinjaman

3) Gaji dan tunjangan awak kendaraan

Awak kendaraan terdiri dari sopir dan kondektur. Penghasilan kotor awak

kendaraan berupa gaji tetap, tunjangan sosial dan uang dinas jalan / tunjangan

kerja operasi.

4) Bahan Bakar minyak (BBM)

Penggunaan BBM tergantung dari jenis kendaraan.

5) Ban

Secara umum, fungsi dari ban untuk semua jenis kendaraan, baik roda dua, roda

empat atau lebih, truk bahkan sepeda sekalipun tetap sama yaitu untuk menahan

beban, meredam guncangan, meneruskan fungsi pengereman dan traksi ke

permukaan jalan, dan mengendalikan arah gerak kendaraan.

6) Servis kecil

Service kecil dilakukan dengan patokan km tempuh antar- servis, yang disertai

penggantian oli mesin dan penambahan gemuk serta minyak rem

7) Servis besar

Servis besar dilakukan setelah beberapa kali servis kecil atau dengan patokan km

tempuh, yaitu penggantian oli mesin, oli gardan, oli tranmisi, platina, busi, filter

(49)

8) Penambahan oli mesin

Penambahan oli mesin dilakukan setelah km-tempuh pada jarak km tertentu.

9) Suku cadang dan bodi

Biaya untuk keperluan suku cadang mesin, bagian rangka bawah (chassis) dan

bagian bodi diperhitungkan per tahun sebesar 5 % dari harga bus.

10) Cuci bus

Bus kota sebaiknya dicuci setiap hari.

11) Retribusi terminal

Biaya retribusi terminal per bus diperhitungkan per hari atau per bulan.

12) STNK/Pajak kendaraan

Perpanjangan STNK dilakukan setiap lima tahun sekali, tetapi pembayaran pajak

kendaraan dilakukan setiap tahun dan biayanya sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

13) Kir

Kir kendaraan dilakukan minimal sekali setiap enam bulan dan biayanya sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

14) Asuransi

(a) Asuransi kendaraan

Asuransi kendaraan pada umumnya hanya dilakukan oleh perusahaan yang

membeli kendaraan secara kredit bank. Namun, asuransi kendaraan perlu

diperhitungkan sebagai pengamanan dalam menghadapi resiko. Biaya premi per

bus per tahun.

(50)

Pada umumnya awak kendaraan wajib diasuransikan oleh perusahaan angkutan.

II.5.1.2 Komponen Biaya Tidak Langsung

1) Biaya pegawai selain awak kendaraan

Tenaga selain awak kendaraan terdiri atas pimpinan, staf administrasi, tenaga

teknis dan tenaga operasi. Jumlah tenaga pimpinan, staf administrasi, tenaga

teknik dan tenaga operasi tergantung dari besarnya armada yang dikelola.

Biaya pegawai ini terdiri atas gaji/upah, uang lembur dan jaminan sosial

Jaminan sosial berupa :

- Tunjangan perawatan kesehatan;

- Pakaian dinas

- Asuransi kecelakaan

- Tunjangan lain-lain

2) Biaya Pengelolaan

(a) Penyusutan bangunan kantor

(b) Penyusutan bangunan dan peralatan bengkel

Masa penyusutan butir (1) & (2) diperhitungkan selama 5 s/d 20 tahun tergantung

dari keadaan fisik bangunan tanpa harga tanah.

(c) Masa penyusutan inventaris/alat kantor (diperhitungkan 5 tahun)

(d) Masa penyusutan sarana bengkel (diperhitungkan selama 3 s/d 5 tahun)

(e) Administrasi kantor (biaya surat menyurat, biaya alat tulis menulis)

(f) Pemeliharaan kantor (misalnya, pengecatan kantor)

(g) Pemeliharaan pool dan bengkel

(51)

Biaya perjalanan dinas meliputi perjalanan dinas pimpinan, staf administrasi,

teknisi dan tenaga operasi (noncrew).

(k) Pajak Perusahaan

(l) Izin trayek

Izin trayek ditentukan berdasarkan peraturan daerah yang bersangkutan dan rute

(m) Izin usaha

(n) Biaya pemasaran (biaya promosi)

(o) Biaya lain-lain

Contoh adalah biaya pengelolaan yang tidak termasuk dalam unsur biaya pada

butir (a) s.d. (n).

II.5.2 Produksi Pelayanan Angkutan Umum

Produksi angkutan penumpang jalan raya dapat ditentukan dalam beberapa bentuk

yaitu sebagai berikut :

• Produksi km

• Produksi rit

• Produksi penumpang orang ( penumpang diangkut)

• Produksi penumpang km (seat-km)

Rumusan perhitungan produksi

a. Produksi perhitungan produksi

Kilometer-tempuh angkutan penumpang jalan raya diperoleh dari perhitungan :

(jumlah SO x frekwensi/hari x hari operasi/bulan x bulan operasi/tahun x km/rit) +

kilometer kosong.

(52)

Jumlah rit diperoleh dari perhitungan :

Jumlah bus SO x frekwensi/hari x hari operasi/bulan x bulan operasi/tahun.

c. Produksi penumpang orang (pnp diangkut)

Jumlah penumpang orang diperoleh dari perhitungan

Jumlah SO x frekwensi/hari x hari operasi/bulan x bulan operasi/tahun x kapasitas

terjual/rit

d. Produksi Penumpang Km (seat-km)

Jumlah seat-km (pnp-km) diperoleh dari perhitungan :

Jumlah SO x frekwensi/hari x hari operasi/bulan x bulan operasi/tahun x jarak

tempuh/rit x kapasitas terjual/rit

II.5.3 Biaya Pokok Produksi Angkutan Umum

Secara umum defenisi dari biaya pokok angkutan umum adalah besarnya biaya

yang harus dikeluarkan oleh operator untuk dapat menghasilkan satuan produksi

pelayanan angkutan umum atau secara otomatis dapat dikatakan bahwa biaya

poko produksi angkutan umum adalah total biaya operasi kendaraan per tahun

dibagi dengan total produksi pelayanan per tahun. Dengan demikian hal-hal yang

sangat mempengaruhi besarnya biaya pokok produksi angkutan umum adalah

BOK angkutan umum, karakteristik penumpang dan perjalanannya. Persamaan

dari biaya pokok produksi angkutan umum adalah:

BPP = BOK

TPP

………(2.7)

(53)

BOK = Total Biaya Operasi Kendaraan (Rp)

TPP = Total Produksi Pelayanan (pnp-km)

II.6 Daya beli penumpang (Willingness To Pay)

Willingness To Pay (WTP) adalah kemauan pengguna mengeluarkan imbalan atas

jasa yang telah diterimnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP

didasarkan atas persepsi pengguna terhadap tarif dan jasa pelayanan angkutan

umum tersebut. Dalam konteks transportasi, WTP dipengaruhi oleh:

1. Kuantitas dan kualitas produksi jasa angkutan umum

Semakin banyak jumlah armada angkutan yang melayani tentu akan lebih

menguntungkan pihak konsumen, karena tingkat pengisian akan lebih rendah

sehingga tingkat pelayanannya akan lebih baik (tidak berdesak-desakan). Dalam

kondisi seperti ini tentu tingkat kemauan konsumen membayar akan lebih besar

bila dibandingkan dengan kondisi sebaliknya.

2. Utilitas pengguna

Semakin besar manfaat yang dirasakan oleh konsumen terhadap suatu pelayanan

transport yang dirasakannya tentunya akan semakin besar pula kemauan

konsumen membayar biaya perjalanannya, demikian pula sebaliknya.

3. Pekerjaan pengguna

Bila seseorang mempunyai pekerjaan yang baik tentu memiliki penghasilan yang

besar. Semakin besar penghasilan tentunya kemauan membayar ongkos

perjalanannya pun semakin besar. Hal ini disebabkan karena alokasi biaya

perjalanannya lebih besar sehingga akan memberikan kemampuan dan kemauan

(54)

Nilai WTP didapat dengan merata-ratakan persepsi tarif yang dipilih untuk setiap

Umur pengguna berpengaruh terhadap tingkat kedewasaan pengguna, dari

tingkat kedewasaan ini nantinya akan berpengaruh terhadap kemauan membayar

tarif.

WTPkategori umur =

∑(����� ���� ������ ℎ������ ℎ��������� )

����� ℎ��������� �������� �� ��

…….…..(2.10)

WTPseluruh kategori umur

5. Tujuan melakukan perjalanan

= ∑(����������� ����)

����� ℎ�������� ����

.

……….…....(2.11)

Tujuan melakukan perjalanan adalah alasan pengguna dalam melakukan

suatu perjalanan. Semakin penting tujuan melakukan perjalanan tentunya

kemauan untuk membayar tarif perjalanan pun semakin besar, begitu juga

sebaliknya.

(55)

WTPseluruh tujuan perjalanan

II.7 Metode Sampling

= ∑(����������� tujuan perjalanan)

����� ℎ�������� tujuan perjalanan

. ………..(2.13)

Sampel adalah sebagian dari kuantitas populasi yang mencerminkan dari

keseluruhan populasi tersebut (Pasalong, 2012).

Denganmeneliti sebagian unit-unit dari populasi diharapkan dapat memperoleh

hasil yang dapat memberikan gambaran sifat populasi bersangkutan. Untuk dapat

mencapai hal tersebut maka cara-cara penarikan sebuah sampel harus memenuhi

syarat-syarat tertentu

1. Syarat-syarat Pengambilan Sampel

Adapun syarat-syarat pengambilan sampel yang baik, adalah sebagai berikut:

a. Sampel dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh

populasi. Dalam artian bahwa sampel harus dapat menjelaskan atau

mewakili populasi.

b. Sampel dapat menetukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan

sifat baku dari hasil yang diperoleh.

c. Sampel tersebut dapat memberikan keterangan sebanyak-banyaknya

dengan waktu, biaya, dan tenaga yang paling minimal.

d. Sampel itu hendaknya edqquate (cukup dan reprensentatif). Dalam artian

bahwa sampel yang dipilih harus dapat mewakili populasi yang dipilih.

2. Alasan Pengambilan Sampel

Ada tiga alasan mengapa melaksanakan suatu penelitian selalu mengambil

(56)

a. Karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga. Dalam artian bahwa dengan

mengambil sampel dari populasi maka dapat melahirkan efisien waktu,

biaya dan tenaga. Namun sampel yang dipilih tetap terjaga keterwakilan

populasi yang akan dijelaskan.

b. Karena populasi sesungguhnya tidak ada secara fisik. Dalam artian bahwa

yang ada sesungguhnya adalah individu-individuyang saling berinteraksi

sehingga berbentuk kelompok, hal ini biasa disebut populasi.

3. Teknik sampling

Teknik sampling pada dasarnya merupakan teknik penentuan sampel. Pada

penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah simple random sampling,yaitu

suatu teknik penarikan sampel yang paling sederhana, karena cara pengambilan

sampel ini hanya dilakukan secara acak atau cara mengundi tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam anggota populasi tersebut. Jadi semua anggota populasi

mempunyai kesempatan yang sama menjadi sampel. Teknik ini dilakukan apabila

anggota populasi dianggap homogen.

Untuk menentukan besar sampel yang tidak diketahui besar populasinya

digunakan rumusSlovin sebagai berikut:

n = �

1+��2 ………

…..(2.13)

n = jumlah sampel yang diambil

N = Jumlah populasi

e = Batas ketelitian (margin error), ditetapkan sebesar 10%

(57)

Nice Trans Taxi adalah salah satu perusahaan angkutan umum antar kota

antar jemput yang beroperasi dengan tujuan Medan – Pematang Siantar .

Angkutan ini mulai beroperasi pada tanggal 4 Agustus 2011. Jenis kendararaan

yang digunakan adalah sedan Chevrolet Lova. Angkutan ini beroperasi selama 24

jam dalam sehari. Perusahaan angkutan ini memiliki kantor di Jl. Senat Medan,

dua loket di daerah Medan (Jl. Stasiun Kereta Api No.1 dan Jl. Sisingamangaraja

Km2 Medan) dan satu loket di daerah Pematang Siantar (Jl. Merdeka No. 117).

Gambar 2.1: Peta tujuan perjalanan Nice Trans Taxi

Gambar

Gambar 2.1 Tarif Seragam
Gambar 2.3 Tarif Bertahap
Gambar 2.4 Tarif Berdasarkan Zona
Gambar 2.1: Peta tujuan perjalanan Nice Trans Taxi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data yang didapat dari survey primer berupa wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada pengguna jasa Trans Metro Bandung, didapat bahwa

Analisa data yang digunakan adalah pendekatan deskriptif, didasarkan pada data-data kuantitatif yang ditinjau dari jenis biaya yang dikeluarkan angkutan antar kota

Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota dalam satu daerah Provinsi dengan menggunakan

Data di dapat dengan penyebaran kuisioner kepada pemilik angkutan umum perkotaan/ sopir angkot trayek Cilawu-Garut Kota Kabupaten Garut dan juga wawancara dengan pengusaha

Data di dapat dengan penyebaran kuisioner kepada pengguna angkutan bus Trans Balikpapan dan juga wawancara dengan pengelola bus Trans Balikpapan kemudian data di analisis,

Program Pascasarjana Bidang Transportasi, Jurusan Teknik Sipil, Unud Abstrak: Analisis kelayakan ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan peneta- pan tarif resmi Bus Rapid

Saat ini Angkutan Kota memiliki 14 trayek Data Dinas Perhubungan Kota Palembang yang salah satunya akan saya bahas dalam penelitian ini yaitu Trayek Ampera - Km.5 yang merupakan salah

Faktor yang mempengaruhi WTP antara lain : • Kualitas dan kuantitas produksi jasa Trans Koetaradja • Utilitas atau nilai manfaat yang diterima pengguna atas suatu jasa angkutan Besar