• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (Penelitian Dilakukan di Rumah Sakit Umum Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (Penelitian Dilakukan di Rumah Sakit Umum Malang)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

ARDIANTI

STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap (IRNA)

RSU Dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh

Puji syukur tercurahkan kepada ALLAH SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSSA Malang).

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan rahmat, nikmat serta hidayah kepada seluruh umatNya, dan Rasulullah SAW yang sudah menuntun kita menuju jalan kebenaran.

2. Kedua orang tua saya yang tercinta, Bapak Suherman M. Saleh, SE. dan Ibu St. Rosdah M. Saleh, Spd. SD yang selama ini telah membesarkan dan mendidk penulis dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang, selalu berdoa untuk kesuksesan penulis serta dukungan dan semangat yang tidak pernah berhenti diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dengan baik.

3. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Ilmu kesehatan Muhammadiyah Malang.

(5)

v

dan sebagai motivasi untuk penulis serta memberi kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Bapak Drs. Didik Hasmono,M.S.,Apt., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nailis Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus dan ikhlas serta penuh kesabaran membimbing, mengarahkan dan memberikan kemudahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Ibu Hidajah Rachmawati,S.Si.Apt.Sp.FRS dan Ibu Lilik Yusetyani,Apt.Sp.FRS selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran yang diberikan kepada penulis untuk menjadikan skripsi ini lebih baik.

7. Ibu Dr.dr. Pudji Rahaju, Sp THT-KL (K) selaku Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan yang telah memberikan izin dan kelayakan etik sehingga penulis dapat melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

8. Staf pegawai RMK RSU Dr. Saiful Anwar Malang yang banyak membantu dalam proses pengambilan data skripsi.

9. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang terutama Bapak Ahmad Firdiansyah, S.Farm., Apt. selaku dosen wali yang sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat.

10.Untuk Ibu Sendy Lia Yunita S.Farm., Apt yang telah bersusah payah membantu jalannya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian skripsi dengan baik beserta Staff Tata Usaha Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang terimakasih karena telah banyak membantu dalam hal administrasi.

11.Buat adikku tersayang (Ressa, Ija, Athi dan Iwan) yang memotivasi penulis untuk jadi yang lebih baik lagi dan yang selalu memberikan penulis tawa dan tempat berkeluh kesah.

(6)

vi

13.Sahabat sekaligus teman seperjuangan saya, Aya tong-tong, mbak Niar, Aulia, Emak Fitri dan Desi Apilia yang selama ini membantu dan menyemangati penulis serta rasa kekeluargaan yang terjalin selama ini. 14.Teman-teman seperjuangan team skripsi “CKD” Fitri, Indri, Vio, Hervita dan

Raka terimakasih banyak buat semangat, saran, masukan, bantuan dan kerjasamanya selama ini dan tak lupa teman-teman klinik lain yang selalu senantiasa berbagi referensi dan saran bagi penyusunan skripsi ini.

15.Teman-teman Farmasi angkatan 2010, khususnya Farmasi A yang tidak bisa disebutin satu per satu, atas motivasi dan semangat yang diberikan kepada penulis.

16.Adek-adek kos 51 (Desy, Fitri, Icha, Ayu, Lisa, Murty) terimakasih atas bantuan dan suntikan semangatnya sehingga skripsi ini dapat terselsaikan dengan baik.

17.Teman-teman KKN 21, terimakasih atas pengalaman, keceriaan dan semangat kalian sebagai teman baruku selama 1 bulan di Sukodono-Dampit. Semoga silaturrahmi kita tetap terjalin.

18.Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semua keberhasilan ini tidak luput dari bantuan dan doa yang telah kalian semua berikan.

Jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, penulis tidak mampu membalas dengan apapun. Semoga amal baik semua pihak mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak dan menambah wawasan serta memperluas pola pikir sebagai seorang farmasis.

Malang, 9 Mei 2015 Peneliti

(7)

vii

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN GAGAL

GINJAL KRONIK

(

Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Gagal Ginjal Kronik (GGK) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal > 3 bulan dengan atau tanpa penurunan filtrasi gromerulus (GFR) atau nilai GFR < 60 mL/min/1,73m2. Gagal Ginjal Kronik (GGK) dapat menyebabkan rusaknya fungsi ginjal yang terjadi secara bertahap. Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan struktur dan fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus atau

Glomerulus Filtration Rate (GFR). Marker dari kerusakan ginjal adalah termasuk proteinuria, sedimen urin, atau komposisi darah atau urin pada penyakit tertentu (NKF-KDOQI, 2002). Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100-150/ 1 juta penduduk (Suwitra, 2006).

Infeksi merupakan penyebab kematian pada GGK. Untuk mengatasi infeksi pasien diberi terapi antibiotika. Antibiotika pada pasien GGK dengan infeksi harus berdasarkan pemilihan dan dosis yang tepat, karena fungsi ginjal yang berkurang dapat menyebabkan ginjal gagal mengekskresi antibiotika atau metabolit toksik, dan meningkatkan toksisitas antibiotika.

Ceftriaxone merupakan antibiotika golongan sefalosporin golongan ketiga yang memiliki aktivitas sangat kuat untuk melawan bakteri gram negatif dan gram positif serta beberapa bakteri anaerob lain termasuk Streptococcus pneumonia, Hemophiluse influenza, dan Pseudomonas. Ceftriaxone sebagai antimikroba adalah dengan menghambat sintesa dinding sel mikroba, yang dihambat ialah enzim transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan dan pengaruh pemberian ceftriaxone pada pasien gagal ginjal kronik dikaitkan dengan data laboratorium dan data klinik.

(8)

viii

(9)

ix

ABSTRAK

STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN GAGAL

GINJAL KRONIK

(Penelitian Dilakukan di Rumah Sakit Umum Malang)

Latar Belakang: Gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal, baik secara fungsional atau struktural selama ≥ 3 bulan, dengan atau tanpa penurunan

Glomerular Filtration Rate (GFR). Infeksi merupakan penyebab kematian pada Gagal Ginjal Kronik. Untuk mengatasi infeksi pasien diberi terapi antibiotika. Ceftriaxone baik digunakan pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal bahkan dosis obat tidak perlu disesuaikan pada gagal ginjal. Ceftriaxone bekerja sebagai antimikroba adalah dengan menghambat sintesa dinding sel mikroba, yang dihambat ialah enzim transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.

Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan ceftriaxone pada pasien gagal ginjal kronik serta mengetahui hubungan terapi terkait jenis, dosis, rute pemberian, frekuensi dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik dan data laboratorium pasien.

Metode: Penelitian observasional berupa studi retrospektif pada pasien gagal ginjal kronik periode Januari 2012 sampai Desember 2013

Hasil & Kesimpulan: Pola penggunaan ceftriaxone pada pasien gagal ginjal kronik yaitu penggunaan ceftriaxone tunggal sebanyak 12 pasien (46%) dan penggunaan ceftriaxone kombinasi dengan antibiotik lain sebanyak 14 pasien (54%). Penggunaan ceftriaxone kombinasi dengan antibiotik lain yang paling banyak adalah kombinasi ciprofloxacin (2x200mg) sebanyak 12 pasien (46%) intravena, azitromycin (1x500mg) sebanyak 1 pasien (2%) peroral, dan metronidazole (3x500mg) sebanyak 1 pasien (2%) intravena.

(10)

x

ABSTRACT

DRUG USE STUDY OF CEFTRIAXONE IN CHRONIC RENAL

FAILURE (CRF) PATIENTS

(Research Forum General Hospital Malang)

Background: Chronic renal failure (CRF) is kidney damage, either functionally or structurally for ≥ 3 months, with or without a decrease in Glomerular Filtration Rate (GFR). Infection is causes of mortality in Chronic renal failure (CRF). To overcome the patient is given infection antibiotika therapy. Either ceftriaxone used in patients with impaired renal function even dose of medication does not need to be adjusted in renal failure. Ceftriaxone works as an antimicrobial is by inhibiting the synthesis of microbial cell walls, which inhibited the enzyme transpeptidase is the third stage in a series of cell wall formation reaction.

Objective: to determine the pattern of use of ceftriaxone in patients with chronic renal failure and determine the relationship related therapy type, dose, route of administration, frequency and duration of administration associated with the clinical data and laboratory data of the patient.

Methods: The study was a retrospective observational studies such as chronic renal failure patients the period of January 2012 to December 2013

Results and Conclusions: The pattern of use of ceftriaxone in patients with chronic renal failure, namely the use of a single ceftriaxone as many as 12 patients (46%) and the use of ceftriaxone in combination with other antibiotics as many as 14 patients (54%). Ceftriaxone use in combination with other antibiotics the most are a combination of ciprofloxacin (2x200mg) of 12 patients (46%) intravenous

azithromycin (1x500mg) in 1 patient (2%) orally, and metronidazole (3x500mg) in 1 patient (2%) intravenous.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tinjauan Tentang Ginjal ... 5

2.1.1 Struktur dan Anatomi Ginjal ... 5

2.1.2 Fungsi Ginjal ... 6

2.2 Tinjauan Tentang Gagal Ginjal Kronik ... 6

2.2.1 Definisi ... 6

2.2.2 Epidemiologi ... 7

2.2.3 Etiologi ... 7

2.2.4 Patofisiologi ... 8

(12)

xii

2.2.6 Klasifikasi ... 9

2.2.7 Komplikasi pada Gagal Ginjal Kronik ... 10

2.2.7.1 Hiperkalemia ... 10

2.2.7.2 Gangguan Asam Basa ... 11

2.2.7.3 Komplikasi Kardiovaskuler ... 11

2.2.7.3.1 Hipertensi... 11

2.2.7.3.2 Gagal Jantung Kongestif ... 11

2.2.7.4 Komplikasi Hematologik ... 11

2.2.7.4.1 Anemia... 11

2.2.7.4.2 Koagulopati ... 11

2.2.7.5 Gangguan Metabolisme Mineral ... 11

2.2.7.6 Gangguan Endokrin ... 12

2.2.8 Penatalaksanaan Terapi pada Pasien GGK ... 12

2.2.8.1 Antihipertensi ... 12

2.2.8.2 Obat Anemia ... 12

2.2.8.3 Obat Osteodistrofi (Renal Bone Disease) ... 13

2.2.8.4 Obat Proteinuria ... 14

2.2.8.5 Lipid Lowering Agent ... 14

2.2.9 Data Laboratorium dan Data Klinik ... 15

2.3 Tinjauan Tentang Infeksi pada GGK ... 16

2.3.1 Definisi Infesksi ... 16

2.3.2 Patofisiologi Infeksi ... 16

2.3.3 Jenis Infeksi ... 17

2.3.3.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) ... 17

2.3.3.2 Pneumonia ... 17

2.3.3.3 Sepsis ... 17

2.4 Tinjauan Tentang Antibiotika ... 18

2.4.1 Definisi ... 18

2.4.2 Klasifikasi ... 18

(13)

xiii

2.4.3.1 Ceftriaxone ... 22

2.4.3.2 Dosis Ceftriaxone ... 23

2.4.3.3 Farmakokinetika Ceftriaxone ... 23

2.4.3.4 Mekanisme Kerja Ceftriaxone ... 23

2.4.3.5 Penggunaan Ceftriaxone ... 24

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Rancangan Penelitian ... 29

4.2 Populasi Penelitian ... 29

4.2.1 Populasi ... 29

4.2.2 Sampel ... 29

4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 29

4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ... 30

4.3 Bahan Penelitian ... 30

4.4 Instrumen Penelitian ... 30

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

4.6 Definisi Operasional ... 30

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 31

4.8 Analisis Data ... 31

BAB V HASIL PENELITIAN ... 33

5.1 Data Demografi Pasien ... 34

5.1.1 Jenis Kelamin ... 34

5.1.2 Status Pengobatan ... 34

5.1.3 Usia Pasien ... 34

5.2 Diagnosis Penyerta Pasien ... 35

5.3 Penggunaan Ceftriaxone ... 35

5.4 Distribusi dan Pola Terapi pada Pasien GGK ... 37

5.5 Lama Masuk Rumah Sakit ... 38

5.6 Kondisi Keluar Rumah Sakit ... 38

(14)

xiv

BAB VI PEMBAHASAN ... 40

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Etiologi GGK dan Penyebabnya ... 8

II.2 Klasifikasi GGK dan Dasar Derajat Penyakit ... 10

II.3 Data Laboratorium pada kondisi normal dan GGK ... 15

V.1 Jenis Kelamin ... 34

V.2 Status Pasien ... 34

V.3 Usia Pasien ... 34

V.4 Diagnosis Penyerta Pasien ... 35

V.5 Pola Penggunaan Ceftriaxone ... 35

V.6 Pola Penggunaan Terapi Tunggal Tanpa Switch ... 36

V.7 Pola Penggunaan Terapi Tunggal dengan Switch Obat ... 36

V.8 Pola Penggunaan Terapi Kombinasi ... 37

V.9 Pola Penggunaan Terapi pada GGK ... 37

V.10 Lama Masuk Rumah Sakit ... 38

V.11 Kondisi Pasien Keluar Rumah Sakit ... 38

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Letak dan Penampang Melintang Ginjal ... 5

2.2 Unit Fungsional Nefron Ginjal ... 6

2.3 Struktur Kimia Ceftriaxone ... 22

3.1 Kerangka Konseptual ... 28

3.2 Kerangka Operasional ... 29

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

xvii

SINGKATAN

ACEI : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

ARB : Angiotensin Receptor Blocker

CKD : Chronic Kidney Disease

CSF : Cerebrospinal Fluid

CO : Cardiac Output

EPO : Eritropoietin

ESRD : End Stage Renal Disease

GFR : Glomerulus Filtration Rate

GGK : Gagal Ginjal Kronik

ISK : Infeksi Saluran Kemih

NKF-KDOQI :National Kidney Foundation-Kidney Disease Outcomes Quality Intiavive

NSAID : Non Steroid Anti Inflamatory Drug

RNA : Ribonucleic Acid

RMK : Rekam Medik Kesehatan

UACR : Urine Albumin to Creatinin Ratio

UPC : Urine Albumin to Creatinin

USRDS : United States Renal Data System

(19)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, A.K., Haddad, N., and Hebert, L.A., 2009. Progression of Kidney Disease: Diagnosis and Management. In: Molony D.A. and Craig J.C (Eds.), Evidence-based Nephrology, Chichester: John Wiley and sons, Ltd, pp. 310

Almi, DU., 2013. Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif dengan Riwayat Penggunaan Obat NSAID pada Pasien Laki-laki Lanjut Usia.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Anonim, 2009. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Bergis, Ritz E, Keller C. Nephropathy of type II diabetes mellitus. Nephrol Dial

Transplant (2000) 11 Suppl 9: 38-44

Betz, C.L., and Sowden, L.A., 2009. Buku saku keperawatan pediatri . Edisi ke-5, Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp 1448.

Coresh, J., Selvin., Stevens, L.A., Manzi, J., Kusek, J.W., Eggers, P., Lente, F.V., Levey, A.S., 2007. Prevalence of Chronic Kidney Disease in The United States, Journal of the American Medical Assosiation (JAMA), Vol. 298 No. 17.

Craig WA. 1998. Pharmacokinetic/pharmacodynamic parameters: rationale for antibacterial dosing of mice and men. Clin Infect Dis. Pp ;26:1–12.

Dalrymple, L.S., & Alan, S.G., 2008. Epidemiology of acute infections among patients with chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol 3, p. 1487-1493.

Davey, P., 2006. Medicine at a Glance. Rahmalia, A., Novianty, C., (Penerjemah)., Safitri, A., (Editor). Jakarta. Erlangga.

Daugirdas, J.T., Peter, G., Todd, S., 2001. Handbook of Dialysis 3rdEd.,Lippincontt Williams and Wilkins.

(20)

xix

Farmer III, J. J., Boatwright, K.D., Micheal Janda, J. 2007. Enterobacteriaceae; Introduction and Identification, p. 649-669. In P.R. Murray, Baron, E.J., Jorgensen, J.H., Pfaller, M.A., Yolken, R.H., (ed.), manual of clinical microbiology, 9th ed, vol. 1. ASM Press, Washington, D.C.

Foley, R.N., Parfrey, P.S, Sarnak, M.J., 1998. Clinical Epidemiology of Cardiovascular Disease in Chronic Renal Disease. Am J Kidney Dis,pp.

32: 112-119.

Ganiswara, S.G., Setiabudy, R., Suyatna, D.F., Purwantyastuti, Nafrialdi, 2005. Farmakologi dan terapi, Edisi IV, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; Jakarta.

Ganong, W.F., 2005. A Lange Medical Book : Review of Medical Physiology, 22th edition, New York: Prentice-Hall International, Inc.

Greene. R.J, and Harris, N.D., 2008. Pathology and Therapeutics for Pharmacist, 3rd edition. London; Pharmaceutical Press, pp. 213, 911-914.

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 9, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jawetz, E.; Melnick J.; Aldenberg E. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC, pp: 357-359.

Jayesh. 2010. Pharmacokinetics of ceftriaxone. Vet. Arhiv. 80, pp. 1 – 9.

Joy, M.S., Kshirsagar, A., and Franceschini, N., 2008. Chronic Kidney Disease : Progression-Modifying Therapies. In: DiPiro, T.J., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Welss, B.G. and Posey, L.M., Pharmacotherapy: A Pathopysiologic Approach, 7th edition, New York: McGraw-Hill Companies, Inc., pp.745-755.

Kato, S., Michal C., Hirokazu, H., Roberto, P.F., Seiichi, M., Yukio, Y., Anders, T., Peter, S., Beng, L., 2008. Aspects of immune dysfunction in end stage renal disease. Clin J Am Soc Nephrol 3, p. 1526-1533.

(21)

xx

Krane, V., and Wanner, C., 2009. Dyslipidemi In Chronic Kidney Disease. In.

Molony, D.A and Craig, J.C (Eds.). Evidence Based Nephrology. Chichester: John Wiley and sons, Ltd, p.337.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2009. Drug Information Handbook : A Comprehensive Resources for all Clinicians and Healthcare

Professionals, 17th edition. Hudson : Lexi Comps, Inc.

Levy M. 2008. Pathophysiology of Oxygen Delivery in Respiratory Failure. Chest.128:547-53.

Lin, J., 2011. Proteinuria In Chronic Kidney Disease. Chronic Kidney Disease (CKD): Clinical Practice Recommendations For Primary Care

Physicians and Health Care Providers A Collaborative Approach. In.

Yee, J & Krol, D.Gregory (Eds.). 6th Edition. Los Angeles: Henry Ford Hospital, pp. 24-27.

Marlisa. 2010. Hubungan Obat-obatan Antihipertensi Terhadap Terjadinya Xerostomia. Skripsi. Departemen Ilmu Penyakit Mulut. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

McEvoy & Gerald. 2008. AHFS Drugs Information. USA: American Society of health system pharmacists.

McGuinness, H., 2010. Anatomy and Physiology 4th edition, London: Hodder education.

Munar, M.Y and Harleen S., 2007. Drug dosing adjustment in patients with chronic kidney disease. American Family Physicion, vol. 75 no. 10, pp. 1487 – 1493.

Nadhiroh, M., Amelia, D.F., Samsirun, H. 2013. Pengaruh Reuse Dializer Terhadap Penurunan Ureum Kreatinin pada Penderita GGK. Jambi.

Jurnal Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jambi.

NKF, 2002. K/DOQI Clinical Practice Guidelines on Hypertension and

Antihypertensive Agents in Chronic Kidney Disease. [Access Oktober, 5

2013]. Available at:

(22)

xxi

NKF, 2004. K/DOQI Clinical Practice Guidelines on Hypertension and Antihypertensive Agents in Chronic Kidney Disease. [Access November, 4

2013]. Available at:

http://www.kidney.org/Professionals/kdoqi/guidelines_bp/index.htm

Pagana, K.D., & Pagana, T.J., 2002. Manual of Diagnostic and Laboratory Tests, 2nd edition, New York: Mosby, Inc.

Palumbo, Pasquale., 2004. The Case For Insulin Treatment early in Type 2 Diabetes. Cleveland Clinic Journal Of Medicine. Vol 71. No. 5

Parsad D, Pandhi R, Dogra S. 2003. A guide to selection and appropriate use of macrolides in skin infections. Am J Clin Dermatol; 4: 389–97.

Petri,W.A. 2006. The Pharmacological Basis of Therapeutics, In: Goodmann and Gilman’s. 11th

edition. New York: Mc Graw-Hill, Chapter 36.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan PraktikEd. 4. Jakarta.

Powe, N.R., Bernard, J., Susan, L.F., Judith, H., William, B., 2000. Septicemia in dyalisis patients : Incidence, risk Factor and Prognosis. Kidney International, Vol. 55, p. 1081-1090.

Rahayu, H., 2012. Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat RW 01 Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. Skripsi Fakultas Ilmu

Keperawatan, Program Sarjana Reguler Depok.

Sarnak, M.J., & Bertrand, L.J., 2000. Mortality caused by sepsis in patients with end stage renal disease compared with the general population. Kidney International, Vol. 58, p. 1758.

Sassen J.J. and Machlaughin E.J; 2008. Hypertention. In. Dipiro, J.T; Talbert L.R; Yee C.G; Matzke, R.G; Wells, G.B; and Posey, M.L; Pharmacotherapy: A Patophysiology Appoach, 7th edition, new York: McGraw-Hill Companies, Inc., pp. 139-167.

(23)

xxii

Schoolwerth, A.C., Engelgau, M.M., Hostetter, T.H., Rufo, K.H., McClelan, W.M., 2006. Chronic Kidney Disease a Public Health Problem that Needs a Public Health Action Plan, Prevention Chronic Disease, 3(2): 15

Sjamsiah, S. 2005. Farmakoterapi Gagal Ginjal. Surabaya : Program Pendidikan Spesialis Farmasi Rumah Sakit Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Skorecki, K., Green J., and Brenner B.M., 2005. Disorders of the Kidney and Urinary

Tract: Chronic Renal Failure. In: Fauci, K.B. and Jamesson, H.L., Harrison’s Principels of Internal Medicine, 16th edition, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc., pp. 1653-1654.

Stringer, Janet L. 2006. Basic Concepts in Pharmacology: a Student’s Survival Guide. Edisi 3. (diterjemahkan oleh: dr. Huriawati Hartanto). Jakarta: Buku Kedokteran EGC. pp 186 – 199.

Suhardjono, Lydia A, Kapojos EJ, Sidabutar RP. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3 : Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: FKUI. Hal. 427-429.

Sunarto. 2010. Efek Penggunaan Povidon Iodine dan Metronidazole Dalam Penatalaksanaan Kompre Luka Kronis pada Pasien Kanker Payudara di RSUD Dr. Kariadi Semarang. Skripsi. Program Studi S1 Keperawatan FIKES, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Sutton, S.S. 2008. Sepsis and septic shock. In: Marie, A.C.B., Barbara, G.W., Teary, L.S., Patrick, M.M., Jal, M.K., John, C.R., Joseph, T.D (Eds). Pharmacotherapy Principles and Practice, New York: The McGraw Hill Companies, Inc, p: 1185.

Suyono, Slamet. 2001. Penyakit Ginjal Kronik. In: Suhardjono, Lydia A., Kapojos, E.J., Sidabutar, R.P., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3, Jakarta; Pusat Penerbitan, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 427-437.

Syamsudin. 2011. Buku Ajar : Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta : Salemba Medika.

(24)

xxiii

USU Periode September 2013-Maret 2014. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Sweetman, S., 2009. Martindale 36 : The Complete Drug Reference. Britain: Pharmaceutical Press, Electronic version.

Tanu, I. (2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta : UI Press.

Trotman, R.L., John C. W., D. Matthew, S., William, L.S., 2005. Antibiotics dosing in critically ill adults patients receiving continuous renal replacement therapy. Clinical Infectious Disease. Vol. 41, p. 1159 – 1164.

Wilianti, N.P., 2008. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2008. Laporan Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Wilson, Lorraine M. 2005. Gagal Ginjal Kronik. In : Price, Sylvia Anderson., Wilson, Lorraine McCarty., Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Vol. 2. Jakarta; EGC, pp.914–933.

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronik (GGK) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal > 3 bulan dengan atau tanpa penurunan filtrasi gromerulus (GFR) atau nilai GFR < 60 mL/min/1,73m2. Gagal Ginjal Kronik (GGK) dapat menyebabkan rusaknya fungsi ginjal yang terjadi secara bertahap. Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan struktur dan fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus atau Glomerulus Filtration Rate (GFR). Marker dari kerusakan ginjal adalah termasuk proteinuria, sedimen urin, atau komposisi darah atau urin pada penyakit tertentu (NKF-KDOQI, 2002). GGK dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti Diabetes Mellitus (DM), glomerulonefritis kronik, pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi traktus urinarius, infeksi, medikasi, atau agen toksik (timah, kadmium, merkuri, kromium) (Brunner & Suddarth, 2002).

Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100-150/ 1 juta penduduk (Suwitra, 2006). Data Amerika Serikat menunjukkan prevalensi penyakit GGK pada tahun 1988-1994 meningkat dari 10% menjadi 13,1% pada tahun 1999-2004. Prevalensi ini dilihatkan berdasarkan albuminuria dan penurunan GFR. Perkiraan prevalensi pada tahun 1988-1994 dan 1999-2004, masing-masing 1,7% dan 1,8% untuk tahap 1; 2,7% dan 3,2% untuk tahap 2; 5,4% dan 7,7% untuk tahap 3; 0,21 dan 0,35% untuk tahap 4 (Coresh et al., 2007). Sedangkan GGK tahap 5 (ESRD) menurut dokumen Annual Data Report of Renal Data System (USRDS), insiden ESRD pada tahun 1998 adalah lebih dari 85.000 orang, atau 308 persejuta orang pertahun (NKF-KDOQI, 2002).

(26)

2

pH, serta mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang tidak berguna dan membahayakan tubuh (At a Glance, 2009). Pada penderita GGK terjadi kerusakan ginjal yang mengakibatkan penurunan fungsi-fungsi tersebut. Selain itu, fungsi imunologis juga terganggu pada GGK dan infeksi sering terjadi. Penderita GGK mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun infeksi saluran cerna. Keadaan uremia menyebabkan kelainan-kelainan yang menghambat sistem imunitas untuk berfungsi dengan baik. Gangguan imunitas tersebut dapat meningkatkan resiko terkenanya infeksi, dan infeksi memberikan konstribusi yang signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas penderita. Penyebab gagal ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Penyebab utama dari penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat adalah diabetes mellitus dengan insiden penyakit 44%, sedangkan penyebab lain diantaranya hipertensi, glomerulonefritis, nefritis interstitialis, penyakit sistemik, neoplasma (Chaudhry, 1993; Suwitra, 2006).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang prevalensinya meningkat terus diseluruh dunia (Chasani, 2007). DM yang tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan komplikasi kronik, baik komplikasi mikrovaskuler maupun komplikasi makrovaskuler. DM juga dapat menyebabkan gangguan imunitas, sehingga penderita DM mudah terkena infeksi. Infeksi yang mudah menyerang DM diantaranya infeksi jamur, infeksi saluran kemih (atas maupun bawah), tuberkulosis. Adanya DM sebagai penyakit yang menyertai GGK dapat memperburuk kondisi penderita. DM dapat menyebabkan kerusakan mikrovaskuler, termasuk kerusakan pada glomerulus ginjal. Kerusakan ini dapat disebabkan secara langsung oleh tingginya kadar glukosa dalam darah, metabolit glukosa, atau tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering dijumpai pada penderita diabetes. Pada umumnya insidensi infeksi meningkat pada DM. Morbiditas dan mortalitas suatu infeksi pada DM cenderung lebih tinggi dibandingkan non-DM (Corwin, 2007; Sofro, 2007).

(27)

3

Beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Semakin tinggi tekanan darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang dapat ditimbulkan. Hipertensi terjadi pada sebagian besar pasien GGK dan tekanan darahnya harus diatur sesuai target untuk mencegah kerusakan organ. Target tekanan darah untuk mengurangi risiko CVD pada GGK adalah 130/80 mmHg (Baharuddin, 2011).

Penderita GGK, terutama stadium akhir rentan terhadap infeksi karena adanya disfungsi sistem imun yang disebabkan oleh uremia (Kato et al., 2008). Penyebab tingginya infeksi pada pasien GGK selain menurunnya sistem imun, juga disebabkan oleh adanya penyebab sekunder seperti adanya diabetes dan penyakit jantung paru pada GGK yang akan memperberat resiko infeksi (Robby, 1996). Infeksi pada pasien GGK dapat berupa infeksi saluran kemih dan pneumonia yang semuanya dapat mengarah kepada sepsis (Powe et al., 2000). Kematian akibat sepsis sebanyak 75% dari total jumlah kematian akibat infeksi pada GGK di US (Sarnak & Jaber, 2000). Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit). Ceftriaxone merupakan pilihan terbaik untuk diberikan pada saat awal pasien masuk rumah sakit dengan diagnosis pneumonia (Guidelines Pneumonia, 2005).

Antibiotika merupakan terapi yang diberikan untuk mengatasi infeksi, dan banyak pasien GGK mendapat terapi antibiotika lebih dari satu dikarenakan infeksi serius yang diderita (Trotman et al., 2005). Sefalosporin generasi ketiga memiliki aktifitas lebih kuat dan lebih luas dari generasi sebelumnya terhadap kuman gram negatif. Digunakan secara parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap amoksisilin dan sefalosporin generasi I, juga bisa dikombinasi dengan aminoglikosida (gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya. Antibiotik golongan ini meliputi cefoperazone,

cefotaxime, ceftazidime, ceftizoxime, ceftriaxone, cefixime, cefpodoximeproxetil, ceftributen, dan moxalactam (Jawetz, 2004).

(28)

4

sefalosporin generasi pertama dan generasi kedua. Ceftriaxone dapat digunakan untuk terapi meningitis, infeksi gastrointestinal, infeksi pada bronkitis kronis, infeksi dan saluran napas. Mekanisme kerja ceftriaxone sebagai antimikroba adalah dengan menghambat sintesa dinding sel mikroba, yang dihambat ialah enzim transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Ceftriaxone diekskresikan terutama melalui ginjal 33-67% dan sisanya dimetabolisme di hati dan dikeluarkan bersama feses (McEvoy, 2008).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diperlukan sebuah studi untuk mengetahui penggunaan ceftriaxone pada pasien Gagal Ginjal Kronik. Tujuan dilakukan studi ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan ceftriaxone pada pasien Gagal Ginjal Kronik dan menganalisis penggunaan ceftriaxone terkait dosis dan rute pemakaian sehingga dapat menjadi gambaran untuk bahan pertimbangan dalam pemilihan penggunaan ceftriaxone berikutnya.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan ceftriaxone terhadap pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pola penggunaan ceftriaxone pada pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengkaji terapi ceftriaxone seperti dosis, bentuk sediaan, dan rute pemberian pada pasien Gagal Ginjal Kronik dikaitkan dengan data laboratorium dan data klinik di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh

pemberian ceftriaxone pada pasien Gagal Ginjal Kronik.

1.4.2 Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya tentang terapi

Gambar

Tabel                                                                                                              Halaman
Gambar                                                                                                             Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes, selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali, yang dengan penuh perhatian telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam

[r]

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan

Safriyadin. Hubungan Perhatian Orang Tua, Kinerja Guru, Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SDN Gugus Cakra Kota Semarang. Sarjana Pendidikan Universitas

Setelah analisis struktur pada ketiga jenis graf diatas, selanjutnya analisis dilakukan pada graf jembatan yang terbentuk dari (1) graf lingkaran dan lingkaran, (2) graf bintang dan

Siswa menjelaskan kepada teman sekelompok ketika ada materi yang

‘I know what you were doing,’ said Anji, thin-lipped, knowing that only one person could have introduced that concept to the Crooked World, and pretty sure she knew with whom he

[r]