• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Style The Amsterdam School pada Bangunan Kolonial di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Style The Amsterdam School pada Bangunan Kolonial di Kota Medan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

STYLE THE AMSTERDAM SCHOOL

PADA

BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH

ROBBY SUHANDA 110406018

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH

STYLE THE AMSTERDAM SCHOOL

PADA

BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

ROBBY SUHANDA 110406018

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERNYATAAN

PENGARUH STYLE THE AMSTERDAM SCHOOL PADA BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015

Penulis

(4)

Judul Skripsi : Pengaruh Style The Amsterdam School Pada Bangunan

Kolonial Di Kota Medan

Nama Mahasiswa : Robby Suhanda

Nomor Pokok : 110406018

Departemen : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

(Imam Faisal Pane, ST.,MT.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Dr.Ir.Dwira N. Aulia, M.Sc.,) (Ir. N. Vinky Rahman, MT.)

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof.Ir. M.Nawawiy Loebis, M.Phil.,Ph.D.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Imam Faisal Pane, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D dan Bapak Ir. Dwi Lindarto

Hadinugroho, MT, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan

sarannya dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan

Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara.

5. Pegawai dan Satpam gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk (Lonsum),

Pegawai Kantor Pos Besar Medan dan Pegawai Kantor Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara yang telah meluangkan waktunya kepada

penulis dalam melakukan penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan

(7)

6. Kedua orang tua saya Zubir Amir S.Si. (Papa) dan Ismelda Harfianti (Mama)

dan Adik-adik dan sepupu yang telah memberikan semangat, dorongan, dan

bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera

Utara (USU) Medan.

7. Kepada pacar saya tercinta Puan Nurul Huda yang tiada hentinya memberikan

semangat dan dukungan kepada saya. serta sahabat saya (Rheza fauzy, M.

Taufik akbar dan Rahma wardani siregar), yang telah membantu serta

memberikan motivasi dan dorongan hingga selesainya skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan (Teddy, Andre, Iqbal dan Bg Liel), rekan-rekan

mahasiswa/i stambuk 2011 dan adik-adik stambuk 2014, teman-teman Stabat

Skateboarding & Binjai Skateboarding yang juga memberikan semangat

hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari

sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini. Akhir

kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar

bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015

Penulis,

(8)

ABSTRAK

The Amsterdam School merupakan salah satu aliran arsitektur yang berkembang di Belanda, berakar pada sebuah aliran yang dinamakan Nieuwe Kunst. Aliran Amsterdam School pengaruhnya sangat luas bahkan sampai ke Indonesia yang merupakan bekas jajahan Belanda juga mendapat bagian secara tidak langsung pada bangunan-bangunan kolonial Belanda. Penelitian ini akan membahas tentang terjadinya pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui observasi lapangan dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti dan melakukan studi dokumen/literature dimana studi ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan literartur serta catatan tertulis dan terkhusus yang berkaitan dengan Style The Amsterdam School. Melalui beberapa analisis maka hasil yang diperoleh yaitu, pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan tidak terlalu besar, Pengaruh dari Style The Amsterdam School hanya diambil sebagian-sebagian saja oleh arsitek Belanda yang berkarya di Nusantara. Karena lebih dari 90% arsitek yang berkarya di Hindia Belanda berasal dari Belanda, bahkan banyak diantara mereka dulunya berasal dari Amsterdam dan bentuk ekspresionisme pada bangunan kolonial di kota Medan hanya terdapat sebagian kecil saja pada gedung Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I ditandai oleh sisi bukaannya berbentuk segi tiga menghadap ke depan yang mendominasi sisi kiri hingga kanan bangunannya. Karena bangunan tersebut terlihat tidak umum dan distorsi, sedangkan bangunan kolonial lainnya seperti gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk dan Kantor Pos Besar Medan tidak memiliki bentuk ekspresionisme, karena bangunan tersebut masih terlihat umum dan tidak distorsi.

(9)

ABSTRACT

The Amsterdam School is an architectural stream developed in the Netherlands, is rooted in a stream called Nieuwe Kunst. Amsterdam School stream has a very large influence even to Indonesia, a former Dutch colony also indirectly got part in the Dutch colonial buildings. This research discusses the influence of the Amsterdam School Style on a colonial building in the Medan city. The method used is qualitative descriptive method that data obtained through field observations by directly observing the object to be examined and to study documents / literature where the study was conducted by studying books and literature as well as written records and especially those related to The Amsterdam School Style. Through some analysis of the results obtained, namely, the influence of the Amsterdam School style on a colonial building in the Medan city was not too big, influence of The Amsterdam School Style only taken partial by the Dutch architect who worked in the archipelago. Because of more than 90% of architects who worked in the Dutch East Indies are from Holland, even many of them used to come from Amsterdam and forms of expressionism on the colonial buildings in the Medan city there are only a small part on Office of Culture & Tourism of North Sumatra Province Level I building marked by the side of the triangle-shaped opening facing the front which dominates the left to the right side of the building. Because the building is not look common and distortion, while the other colonial buildings such as building PT.PP London Sumatra Indonesia Tbk and Medan Post Office does not have the form of expressionism, as the building is still look common and no distortion.

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Keaslian Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Berfikir ... 5

1.7 Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Asal-usul The Amsterdam School ... 8

2.2 The Amsterdam School sebagai gaya total ... 9

2.3 Perkembangan The Amsterdam School ... 10

2.4 Definisi The Amsterdam School ... 11

2.5 Konsep The Amsterdam School ... 12

(11)

BAB III METODOLOGI ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Variabel Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5 Kawasan Penelitian ... 32

3.6 Metode Analisa Data ... 32

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL PEMBAHASAN ... 34

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

A. Keadaan Wilayah Kota Medan ... 34

B. Keadaan Iklim Kota Medan ... 35

4.2 Deskripsi Kawasan Penelitian ... 35

A. Kawasan kesawan ... 35

B. Objek Kawasan Penelitian ... 36

4.3 Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan ... 38

4.3.1 Gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk (dulu kantor Harrison& Crossfield) ... 38

Sejarah singkat PT. London Sumatera Indonesia Tbk ... 38

Bentuk Ekspresionisme ... 40

4.3.2 Kantor Pos Besar Medan ... 43

Sejarah Kantor Pos dan Perkembangan Pos di Indonesia ... 43

(12)

4.3.3 Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

Tingkat I ... 51

Sejarah Singkat Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata ... 51

Bentuk Ekspresionisme ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

(13)

DAFTAR TABEL

2.1 Konsep The Amsterdam School menurut arsiteknya ... 28

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 5

Gambar 2.1 Park Guell di Barcelona ... 16

Gambar 2.2 Taut Glass Pavilion di Cologne ... 17

Gambar 2.3 Einstein Observatory Tower di Postdam ... 18

Gambar 2.4 Het Schip ... 20

Gambar 2.5 Jembatan Keizersgracht di Vijzelstraat Amsterdam ... 23

Gambar 2.6 Department store de Bijenkorf ... 24

Gambar 2.7 Scheepvaarthuis ... 25

Gambar 2.8 Langit-langit pada interior Scheepvaarthuis ... 27

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 32

Gambar 4.1 Kesawan pada tahun 1920-an ... 35

Gambar 4.2 Kawasan Kesawan ... 36

Gambar 4.3 Lokasi Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ... 37

Gambar 4.4 Lokasi Kantor Pos Besar Medan ... 37

Gambar 4.5 Lokasi Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara ... 38

Gambar 4.6 Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk tempo dulu ... 39

Gambar 4.7 Bangunan Gedung PT.PP London Sumatera ... 40

Gambar 4.8 Tiang-Tiang Tangga Besar Didepan Pintu Masuk gedung Lonsum ... 42

(15)

Gambar 4.10 Bukaan pada gedung Lonsum ... 43

Gambar 4.11 Kantor Pos Besar Medan tempo dulu ... 47

Gambar 4.12 Bangunan Kantor Pos besar Medan ... 48

Gambar 4.13 Fasade utama pada kantor pos besar Medan ... 49

Gambar 4.14 Kubah dan unsur seni dekoratif padakantor pos besar Medan ... 50

Gambar 4.15 Bukaan pada Kantor Pos Besar Medan ... 55

Gambar 4.16 Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara ... 52

Gambar 4.17 Menara hias pada Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata ... 55

Gambar 4.18 Bukaan pada Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata ... 55

Gambar 4.19 Bukaan pada bangunan Scheepvaarthuis di Amsterdam ... 56

(16)

ABSTRAK

The Amsterdam School merupakan salah satu aliran arsitektur yang berkembang di Belanda, berakar pada sebuah aliran yang dinamakan Nieuwe Kunst. Aliran Amsterdam School pengaruhnya sangat luas bahkan sampai ke Indonesia yang merupakan bekas jajahan Belanda juga mendapat bagian secara tidak langsung pada bangunan-bangunan kolonial Belanda. Penelitian ini akan membahas tentang terjadinya pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui observasi lapangan dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti dan melakukan studi dokumen/literature dimana studi ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan literartur serta catatan tertulis dan terkhusus yang berkaitan dengan Style The Amsterdam School. Melalui beberapa analisis maka hasil yang diperoleh yaitu, pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan tidak terlalu besar, Pengaruh dari Style The Amsterdam School hanya diambil sebagian-sebagian saja oleh arsitek Belanda yang berkarya di Nusantara. Karena lebih dari 90% arsitek yang berkarya di Hindia Belanda berasal dari Belanda, bahkan banyak diantara mereka dulunya berasal dari Amsterdam dan bentuk ekspresionisme pada bangunan kolonial di kota Medan hanya terdapat sebagian kecil saja pada gedung Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I ditandai oleh sisi bukaannya berbentuk segi tiga menghadap ke depan yang mendominasi sisi kiri hingga kanan bangunannya. Karena bangunan tersebut terlihat tidak umum dan distorsi, sedangkan bangunan kolonial lainnya seperti gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk dan Kantor Pos Besar Medan tidak memiliki bentuk ekspresionisme, karena bangunan tersebut masih terlihat umum dan tidak distorsi.

(17)

ABSTRACT

The Amsterdam School is an architectural stream developed in the Netherlands, is rooted in a stream called Nieuwe Kunst. Amsterdam School stream has a very large influence even to Indonesia, a former Dutch colony also indirectly got part in the Dutch colonial buildings. This research discusses the influence of the Amsterdam School Style on a colonial building in the Medan city. The method used is qualitative descriptive method that data obtained through field observations by directly observing the object to be examined and to study documents / literature where the study was conducted by studying books and literature as well as written records and especially those related to The Amsterdam School Style. Through some analysis of the results obtained, namely, the influence of the Amsterdam School style on a colonial building in the Medan city was not too big, influence of The Amsterdam School Style only taken partial by the Dutch architect who worked in the archipelago. Because of more than 90% of architects who worked in the Dutch East Indies are from Holland, even many of them used to come from Amsterdam and forms of expressionism on the colonial buildings in the Medan city there are only a small part on Office of Culture & Tourism of North Sumatra Province Level I building marked by the side of the triangle-shaped opening facing the front which dominates the left to the right side of the building. Because the building is not look common and distortion, while the other colonial buildings such as building PT.PP London Sumatra Indonesia Tbk and Medan Post Office does not have the form of expressionism, as the building is still look common and no distortion.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan

termasuk juga interior bangunan yang berkembang pada masa kolonial Belanda di

Indonesia. Karena masa kolonial Belanda mampu memberikan kontribusi positif

dalam perkembangan arsitektur di Indonesia. Sehingga jejak-jejak arsitektur

kolonial mampu memberikan warna khas tersendiri pada bangunannya dan

membuat karakteristiknya yang kuat menjadikan arsitektur kolonial sebagai

langgam yang mudah dikenal.

Menurut Sumalyo (1993), Dalam bukunya berjudul Arsitektur Kolonial

Belanda Di Indonesia, Dalam perkembangan arsitektur dari segi masa, perubahan

bentuk dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu pertama perubahan secara

pelan-pelan atau evolusioner dan kedua secara cepat, Maksudnya yang digolongkan ke

dalam kategori pertama itu adalah arsitektur klasik bahkan yang usianya

beratus-ratus tahun lamanya, yang kedua arsitektur modern, berkembang pesat dan

berubah cepat dengan sejalannya perkembangan teknologi dan penduduk.

Arsitektur kolonial termasuk dalam kategori kedua, Arsitektur kolonial di

Indonesia adalah merupakan fenomena yang sangat unik, tidak dapat di jumpai di

lain tempat dan juga pada Negara-negara bekas koloni. Hal ini dikatakan

demikian karena terjadinya percampuran budaya antara penjajah dengan budaya

(19)

tempat di Indonesia di satu tempat dengan tempat lainnya apabila di teliti

memiliki perbedaan-perbedaan dan ciri-ciri tersendiri.

Masa kolonial di Indonesia sangat berperan penting dan mewarnai sejarah

perkembangan arsitektur di Indonesia. Jika dilihat bentangnya sejarah arsitektur di

Indonesia dibagi menjadi dalam tiga periode utama. Yaitu ketika periode sebelum

penjajahan Belanda di Indonesia, Periode selama masa penjajahan Belanda di

Indonesia dan yang terakhir periode pasca penjajahan Belanda di Indonesia.

Periode inilah yang menempatkan kedatangan Belanda ke Indonesia sebagai

penggalan penting yang mewarnai dan merubah perjalanan arsitektur di Indonesia.

Periode selama masa penjajahan belanda banyak dikenal dengan istilah Masa

kolonial, yang berlangsung dari abad ke-17 sampai dengan abad ke-20 tepatnya di

tahun 1940-an.

Handinoto(1986), Membagi secara garis besar perkembangan arsitektur

kolonial Belanda di Indonesia ini dalam tiga kurun waktu yaitu :

1. Di awal abad ke-17 sampai akhir abad ke-18 dimana pada masa itu

Belanda masuk ke Indonesia dibawah pengaruh kekuasaan penjajahan oleh

VOC, VOC adalah sebuah perusahaan dagang Belanda yang pertama

masuk ke Indonesia dengan alasannya sangat tertarik dengan hasil

perkembunan di Indonesia salah satunya seperti Rempah-rempah. Maka

dari itu di awal abad ke-17 bangunan-bangunan di Indonesia banyak

didominasi oleh bangunan berarsitektur perbentengan.

2. Di akhir abad ke-18 sampai abad ke-19, Bangunan perbentengan berubah

(20)

awalnya dipengaruhi oleh budaya setempat, contohnya saja pulau jawa

dengan kondisi lingkungan dan iklim tropisnya. Oleh karena itu

bentuk-bentuk bangunan yang di bawa oleh Belanda menyesuaikan dengan

lingkungan dan menghasilkan tampilan yang berbeda pula dengan

arsitektur periode sebelumnya.

3. Di awal abad ke-20 sampai akhir tahun 1940-an bisa dikatakan pula

dimana akhir dari penjajahan Belanda di Indonesia muncullah gerakan

yang menginginkan bentuk arsitektur khas Indiesch dengan mengambil

sumber arsitektur tradisional Indonesia. Gerakan ini dipelopori oleh

arsitek-arsitek muda belanda yang datang ke Indonesia untuk bekerja dan

berkarya.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas maka secara singkat perumusan

masalah dapat di rumuskan sebagai berikut :

Kenapa terjadinya Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan

kolonial di kota Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Mengetahui terjadinya Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dan karya

ilmiah lembaga pendidikan khususnya mahasiswa Arsitektur dan

masyarakat maupun akademisi lainnya mengenai Pengaruh Style The

Amsterdam Schoolpada bangunan kolonial di kota Medan sebagai sumber

pembelajaran sejarah heritage di Kota Medan.

2. Penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan pertimbangan serta

memperkaya kajian keilmuan melalui hasil - hasil penelitian yang di dapat

melalui kajian pustaka, bahkan menjadi masukan dan bahan bagi peneliti

yang ingin tertarik membahasnya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada

pemerintah maupun khalayak umum tentang Pengaruh Style The

Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota medan yang di

dalamnya terdapat bangunan-bangunan yang bernilai historis.

4. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya dalam objek penelitian

yang sama.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini akan menganalisa Pengaruh Style The Amsterdam School

pada bangunan kolonial di kota Medan. Sebagai upaya mengetahui dan

memahami seperti apa dan kenapa Pengaruh Style The Amsterdam Schooltersebut

(22)

1.6 Kerangka Berfikir

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG

Penjelasan mengenai latar belakang yang mana didalam latar belakang tersebut akan dijelaskan mengenai pengambilan tema Pengaruh Style The Amsterdam

School pada bangunan kolonial di kota Medan.

RUMUSAN MASALAH

Kenapa terjadinya Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan ?

TUJUAN MASALAH

Mengetahui terjadinya Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan.

OBSERVASI

(23)

1.7 Sistematika Pembahasan

Laporan ini disusun dalam 5 Bab, Dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi penjelasan mengenai latar belakang yang mana didalam latar

belakang tersebut akan dijelaskan mengenai pengambilan tema Pengaruh Style

The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan. Selanjutnya

terdapat perumusan masalah, tujuan penelitian, lingkup studi, keaslian penelitian,

kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi uraian mengenai teori yang berhubungan dengan penelitian agar

dapat memberikan gambaran tentang Pengaruh Style The Amsterdam School pada

bangunan kolonial dan Mengindentifikasi karakteristik bangunan kolonial yang

berpengaruh Style The Amsterdam School.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi mengenai pemilihan jenis penelitian, variabel penelitian, lokasi

penelitian, dan metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk

menyelesaikan penelitian secara sistematis.

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

Berisi mengenai tentang deskripsi objek kawasan penelitian yang sudah

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi mengenai hasil dari penelitian yang sudah dilakukan dan uraian

pembahasan dari data-data yang sudah didapatkan.

BAB V KESIMPULAN

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal-usul The Amsterdam School

Amsterdam School memiliki asal-usul di kantor arsitek Eduard Cuypers di

Amsterdam. Walaupun Cuypers tidak progresif arsitek dirinya, dia memberikan

banyak kesempatan untuk mengembangkan karyawan. Pemimpin Amsterdam

school Michel de Klerk, Johan van der Mey dan Piet Kramer semua bekerja untuk

Cuypers sampai sekitar tahun 1910. Pada tahun 1905 Amsterdam adalah kota

pertama untuk membangun kode bangunan, dan kota mempekerjakan Johan van

der Mey setelah itu, khusus menjabat sebagai Penasihat estetika, untuk membawa

persatuan artistik dan visi untuk lingkungan yang dibangun.

Amsterdam School merupakan salah satu gerakan arsitektural yang

merupakan bagian dari gerakan ekspresionisme yang berkembang di Amsterdam

Belanda pada awal abad ke 20. gerakan ini muncul sebagai akibat dari kebijakan

pemerintah kota Amsterdam untuk membangun tempat tinggal yang layak bagi

golongan pekerja di kota tersebut. sebagai bagian dari paham sosialis, gerakan

amsterdam school juga diterapkan pada bangunan-bangunan pemerintahan dan

sekolah. gaya ini pertama kali diperkenalkan oleh kantor arsitek Eduard cuypers,

dimana tiga pegawainya, Michel de klerk, Johan van der mey, dan Piet kramer

(26)

2.2 The Amsterdam School sebagai gaya total

Amsterdam School bukan hanya menerapkan gaya arsitektur. Seperti

gerakan lain itu juga berlaku untuk benda-benda lain, seperti furniture, desain

grafis dan penggunaan benda. Ini adalah bagian dari karakteristik yang berusaha

untuk mengaburkan batas-batas antara arsitektur dan seni yang diterapkan.

Filosofi desain ini, yang kebetulan meskipun itu populer dengan Berlage, ditunjuk

dengan istilah Gesamtkunstwerk. Ini diterapkan satu sisi untuk menggabungkan

berbagai seni melalui patung, besi tempa, furniture, mural untuk membawa dan

menerapkan di sisi lain tingkat tinggi kerajinan di semua bahan, ubin hiasan,

pegangan tangga elegan, pekerjaan plester yang indah, kaca-kaca, dan sebagainya.

Itu tidak harus selalu dari desainer yang sama, desainer lain yang sering

menempatkan ke daerah atau bahan tertentu.

Di perumahan, itu tidak mungkin untuk menerapkan sebanyak dekorasi

dalam berbagai bahan, hanya karena penghuni tidak bisa membelinya. Namun kita

melihat contoh agak lebih sadar seni jumlah ini di kantor pos di The Ship

(1919-1921) oleh Michel de klerk, yang sekarang menjadi museum berada. Namun,

seringkali itu tetap dalam seni terapan. Amsterdam School juga tidak hanya

tinggal di perumahan sosial. Gayanya segera menjadi populer di antara semua

lapisan. Banyak bangunan indah yang sudah populer dan aliran baru banyak

dipesan oleh kalangan orang elit. Ada beberapa bangunan seperti villa terkenal

yang tak terhitung jumlahnya dalam gaya Amsterdam School, meskipun

(27)

ideologi dan ada banyak arsitek yang merancang didalam gaya Amsterdam

School, tapi tidak ada hubungannya dengan sosialisme.

2.3 Perkembangan The Amsterdam School

Menurut Handinoto (2007), Perkembangan arsitektur modern di eropa

pada akhir abad 19 dan awal abad ke 20, tidak dipelopori oleh negara-negara

industri besar seperti inggris dan perancis, tapi justru oleh negara-negara industri

baru eropa yang relatif lebih kecil seperti belgia, austria, jerman dan belanda.

arsitektur Amsterdam School, yang pada awalnya berkembang disekitar

Amsterdam, berakar pada sebuah aliran yang dinamakan sebagai Nieuwe Kunst di

Belanda. Nieuwe kunst adalah versi Belanda dari aliran Art Nouveau yang masuk

ke Belanda pada peralihan abad 19 ke 20, (1892-1904).

Agak berbeda dengan Art Nouveau, didalam dunia desain Nieuwe Kunst

yang berkembang di Belanda, berpegang pada dua hal yang pokok, pertama

adalah orisinalitas dan kedua adalah spritualitas, disamping rasionalitas yang

membantu dalam validitas universal dari bentuk yang diciptakan (de Wit,

1983:35).

Aliran Amsterdam Shool menafsirkan orisinalitas ini sebagai sesuatu yang

harus dimiliki oleh setiap perancang, sehingga setiap desain yang dihasilkan,

harus merupakan ekspresi pribadi perancangnya. Sedangkan spritualitas

ditafsirkan sebagai metode penciptaan yang didasarkan atas penalaran yang bisa

menghasilkan karya-karya seni termasuk arsitektur, dengan memakai bahan dasar

yang berasal dari alam seperti bata, kayu, batu alam, tanah liat, dan sebagainya.

(28)

sehingga memungkinkan dibuatnya bermacam-macam ornamentasi yang indah.

Tapi semuanya ini harus tetap memperhatikan fungsi utamanya.

Pada tahun 1915, Nieuwe Kunst ini kemudian terpecah menjadi dua aliran.

Pertama yaitu aliran Amsterdam School dan yang kedua adalah De Stijl. Meskipun

berasal dari sumber yang sama dan mempunyai panutan yang sama oleh arsitek

Hendrik Petrus Berlage, tapi ternyata kedua aliran arsitektur ini mempunyai

perbedaan yang sangat besar sekali kalau tidak bisa dikatakan berlawanan. Kedua

aliran inilah yang mendominasi dunia arsitektur di Belanda sampai tahun 1950 an.

2.4 Definisi The Amsterdam School

Apa atau siapa yang dimaksud dengan Amsterdam School itu, Wim de Wit

(1983:29) menjelaskan sebagai berikut :

The Amsterdam School sebuah informali kelompok yang terorganisir dari

arsitek dan desainer berpusat di sekitar sebuah majalah yang disebut Wendingen,

aktif antara sekitar 1915-1930, pertama di Amsterdam dan kemudian di luar

ibukota Belanda juga. Selama periode ini kelompok lain juga datang ke depan di

Belanda. Ini adalah De Stijl, sebuah asosiasi longgar arsitek dan pelukis yang

menggunakan De Stijl majalah untuk menyebarkan seni abstrak dengan yang

lingkungan yang sama sekali baru bisa menciptakan.

Pemimpin utama dari aliran The Amsterdam School ini adalah Michael de

Klerk, Kelompok tersebut tergabung dalam kumpulan arsitek di kota Amsterdam

yang dinamakan Architectura et Amicitia Kelompok ini juga menerbitkan majalah

(29)

2.5 Konsep The Amsterdam School Arsitektur Ekspresionisme

Sejarah Arsitektur Ekspresionis diawali dari Jerman, Belanda, Austria,

Ceko dan Denmark dari tahun 1910 sampai 1924. Arsitektur Ekpresionis mengacu

pada gaya Arsitektur yang berkembang di Eropa pada permulaan abad ke 20.

Arsitektur Ekspresionis pertama terjadi di Jerman sebagai bagian dari pergerakan

Ekpresionisme dan juga di Belanda khususnya Amsterdam school antara tahun

1910 dan 1925. Gaya ini di ambil pada awal Modernisme yang di adopsi dari

novel-novel dan roman-roman, terkadang terlihat sangat tidak lazim dengan

menggunakan bahan dari batu bata, baja dan terutama kaca.

Pada tahun 1905, di Dresden dibentuk Die Brucke (Jembatan) yang

merupakan gerakan Ekspresionisme secara resmi yang pertama. Nama

Ekspressionismus belum dipakai pada waktu itu dan baru muncul kurang lebih

enam tahun kemudian. Pelopor pembentuknya adalah Ernest Ludwig Kirchner

(1880-1938), seorang pemuda mahasiswa Arsitektur yang makin lama makin

cenderung kearah Seni grafis. Untuk merealisasikan idenya itu ia memanggil

teman-teman Arsitekturnya yakni, Fritz Bleyl, Erick Heckel (1883-1970) dan Karl

Schmidt rottluff (1884-1976). Kemudian menyusul tokoh yang lebih tua, Max

Pechstein (1881-1955) yang kala itu berusia 25 tahun dan Emil Nolde

(1867-1956). Satu lagi yang berhubungan dengan Die Brucke, yaitu Otto Mueller

(1874-1930).

Penganut ekspresionisme memiliki paham bahwa “Art is an expression of

(30)

Aliran ini bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika

menciptakan suatu karya seni. Perintis aliran ini Benedetto Croce (1866-1952)

menyatakan bahwa seni merupakan pengungkapan dari kesan-kesan (art is

expression of impression). Menurutnya ekspresi sama dengan intuisi, atau

pengetahuan intuitip yang diperoleh melalui penghayalan tentang hal-hal

individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (image). Ekspresionisme

merupakan gerakan untuk mencapai campuran cita-cita yang kompleks, yang

dicirikan sebagai irasional, emosional dan romantik. Aliran ekspresionisme adalah

aliran yang ingin mengemukakan segala sesuatu yang

bergolak dalam jiwa. Sifat-sifat yang terkandung dalam karya-karya

ekspresionisme adalah adanya unsur subyektifitas yang sangat tinggi.

Ekspresionisme menjelajahi jiwa dan menemukan „Sturm und Drag‟ dan

pancarannya keluar, merupakan media yang baik untuk melukiskan emosinya

kepada orang lain.

Arsitektur Ekspresionisme mula-mula dikenal dengan ciri-cirinya yang

menggunakan batu bata. Sehingga terdapat pemahaman tentang Brick

Ekspresionisme, yang dikembangkan pada tahun 1920. Arsitek Bauhaus

berpendapat, bahwa Brick Ekspresionisme mengacu pada penghapusan semua

elemen dekoratif, Arsitek Ekspresionis mengembangkan bentuk khas atau elemen

pelengkap berbentuk kasar. Hal mencolok dari Brick Ekspresionisme adalah

keaktifan fasadenya, yang murni dicapai melalui pola pembentukan batu bata. Hal

ini membantu untuk membuat bangunan terlihat meriah dan tidak monoton.

(31)

potongan-potongan yang telah rusak selama pembakaran menyebabkan pewarnaan tidak

merata atau tidak diinginkan dapat digunakan sebagai elemen dekoratif,

mengeksploitasi penampilan masing-masing. Batu bata digabungkan dalam

berbagai sudut pengaturan, menciptakan karya hias yang tinggi, termasuk

bentuk-bentuk khusus patung.

Dalam Arsitektur Ekspresionisme memiliki nilai-nilai, yaitu sebagai

berikut :

a) Menghargai kebebasan bentuk dan garis

b) Menghasilkan bentuk bangunan yang tidak monoton (imajinasi seseorang).

c) Mengekspresikan bahasa emosi bentuk dan warna.

d) Merupakan ungkapan isi hati seseorang.

e) Menjelajahi jiwa dan melukiskan emosi kepada orang lain.

Menurut Erich Mendelsohn dalam penelitiannya bahwa Ekspresionis

menguraikan kelompok seni dinamik yang dipimpin oleh tiga macam Arsitek,

yaitu:

a) Para kaum Simbolis Kristalin yang menempatkan pengalaman simbolik,

ideal di atas pengalaman spatial yang nyata.

b) Para analis ruang, yaitu mereka yang menyadari Arsitektur sebagai

manifestasi intelektual dari ruang abstrak.

c) Mereka yang mencari bentuk, yang berangkat dari persyaratan-persyaratan

material yang konstruktif.

Dengan demikian maksud dan tujuan dari pada Ekspresionis pada

(32)

mencipta merupakan seni dalam arsitektur. Kebebasan yang dimaksud ini adalah

seni yang tidak hanya dibatasi oleh modul yang akan menjadikan bentuk

bangunan terlihat kaku dan monoton. Bentuk ekspresinya biasa terdapat pada

emosi kemarahan dan depresi serta emosi bahagia.

Dengan mengacuh pada pendekatan tersebut, maka ciri Arsitektur

Ekspresionis, yaitu:

a) Menggunakan makna dari simbol dan ide ruang yang diterapkan dalam

bangunan.

b) Menggunakan bentuk yang terdiri dari material yang konstruktif berupa

kaca, baja dan dinding beton/batu bata.

c) Menggunakan kesamaan arti makna dari aliran seni Ekspresionis dengan

aliran-aliran dalam Arsitektur,

d) Menggunakan kesamaan antara nilai arsitektur ekspresionis dengan objek

bangunan.

Berikut ini contoh-contoh bangunan yang memilik unsur Arsitektur

Ekspresionis, yaitu :

1. Park Guell, Barcelona

Park Guell adalah sebuah taman umum yang terletak di Carmel Hill, di

Barcelona Spanyol. Taman ini dibangun antara tahun 1900 dan 1914 dan secara

resmi dibuka sebagai sebuah taman umum pada tahun 1926. Pada tahun 1984,

UNESCO mendeklarasikan Taman sebuah situs warisan dunia di bawah karya

(33)

Taman hasil rancangan Gaudi ini terdiri dari pavilion-paviliun dengan struktur

batu yang mengagumkan. Bentuk atapnya yang melengkung, ditutupi dengan ubin

berwarna cerah yang menakjubkan, dengan puncaknya yang dihiasi elemen

berbentuk buah nanas.

Gambar 2.1 Park Guell di Barcelona (Sumber : Google image)

2. Taut Glass Pavilion, Cologne

Glass Pavilion di Pameran Clogne Deutcher Werkbund ini dibangun pada

tahun 1914 oleh Bruno Taut. Taut Glass Pavilion dibangun dengan menggunakan

struktur beton dan kaca, dengan kubah kaca prismatic berwarna cerah.

Bidang-bidang kaca berwarna ini bertindak sebagai cermin pada fasadenya. Taut

menjelaskannya sebagai kuil kecil akan keindahan dan refleksi cahayanya

berwarna mulai dari biru gelap di dasar, meningkat ke warna lumut, hijau dan

kuning keemasan hingga kuning pucat bercahaya pada puncaknya. Struktur ini

(34)

Gambar 2.2 Taut Glass Pavilion di Cologne (Sumber : Google image)

The Glass Pavilion adalah struktur beraneka ragam seperti buah nanas,

berpola belah ketupat polygonal, berbasis 14 sisi, terbuat dari lempeng kaca tebal.

Pada interiornya menggunakan tangga logam kaca-patri menuju ke ruang proyeksi

atas yang menyajikan kaleidoskop warna dari efek prisma yang memproduksi

cahaya warna dari sinar matahari. Keindahan Paviliun Glass ditulis dengan puisi

aphoristic oleh Scheerbart pada tahun 1914 pada buku yang berjudul

Glasarchitektur “Kaca bermakna menghancurkan kebencian, tanpa sebuah istana

kaca, hidup adalah sebuah keyakinan”, yang pada gilirannya didedikasikan untuk

Taut. Taut pada 1914 mendirikan sebuah majalah bernama Fuhlicht (Fajar

Cahaya) untuk kalangan ekspresionis pengikutnya. Hal ini terfokus pada

ikonografi kaca yang diwakili dalam bukunya Glass Pavilion. Filosofi ini dapat

ditelusuri kembali ke Bait Solomo dimana tersimpan gambar awal Pavilion Kaca

yang membuktikan akan keberasilannya dalam menghidupka semangat Gotik.

3. Einstein Observatory Tower, Postdam

Ini merupakan sebuah astrofisika Albert Einstein Science Park di Posdam

(35)

Telegraphenberg Postdam untuk rumah teleskop surya yang dirancang oleh

astronom Erwin Finlay-Freundlich. Teleskop percobaan dan pengamatan ini untuk

mendukung validasi teori relativitas Einstein. Bangunan ini pertama kali dimulai

sekitar tahun 1917, kemudian dibangun tahun 1919-1921. Struktur bangunan ini

pada awalnya adalah beton, namun oleh karena kesulitan konstruksi akan desain

yang kompleks, dan kekurangan akibat perang maka sebagian besar bangunan ini

menggunakan bata kemudian ditutupi dengan semacam semen.

Gambar 2.3 Einstein Observatory Tower di Postdam (Sumber : Google image)

Karena perubahan penggunaan bahan selama masa konstruksi dan desain

tidak diperbaruhi untuk disesuaikan, hal ini menyebabkan banyak masalah

dikemudian hari seperti terjadinya retak dan kelembaban yang tinggi. Perbaikan

yang ekstensif terhadap bangunan ini harus dilakukan hanya dalam 5 tahun setelah

konstruksi awal, yang diawasi langsung oleh Mendelsohn sendiri. Sejak itu

banyak pula renovasi yang telah dilakukan secara berkala. Hal ini menyangkut

karena Einstein Observatory Tower adalah salah satu landmark arsitektur

(36)

2.6 Tokoh The Amsterdam School 1. Michel de Klerk (1884–1923).

Arsitek paling penting dari gaya The Amsterdam School adalah Michel de

Klerk yang membangun satu blok apartemen yang disebut Het Schip (The Ship).

Gaya The Amsterdam School sangat dipengaruhi oleh ekspresionisme. Bangunan

dibangun sering dalam bentuk bulat dan ekspresif, dengan menara, menara hias

dan dekorasi jendela dan pintu. Permukaan dinding Amsterdam school

disertifikasi oleh keahlian para pembangun yang menggunakan banyak macam

batu bata berbeda yang diterapkan, walaupun dekorasi tetap sederhana dan bersih

dalam bentuk bangunannya. Patung biasanya figuratif diintegrasikan ke bangunan

bata ini. Unsur-unsur besi tempa, biasanya dicat warna hitam atau hijau gelap

(Amsterdam green), yang digunakan sebagai unsur dekoratif atau fungsional yang

sederhana, biasanya dicat putih atau lagi hijau gelap yang melengkapi bangunan.

Het Schip adalah sebuah gedung apartemen di distrik Spaarndammerbuurt

di Amsterdam, dibangun dengan gaya arsitektur dari Amsterdam School arsitektur

ekspresionis. Ini adalah salah satu contoh yang paling penting dari gaya arsitektur,

yang menggunakan versi Brick Ekspresionism. Versi Brick Ekspresionism yang

dimaksud keseluruhan bangunan Het schip menggunakan dinding bata yang

mencolok berwarna oranye menghiasi seluruh dinding bangunan Het schip,

Bangunan ini dirancang oleh Michel de Klerk. Bangunan samar-samar

menyerupai garis kapal. Penampilannya sangat tidak konvensional dari semua

(37)

ruang rapat kecil, dan kantor pos, yang pada 2001 adalah museum dari Amsterdam

School.

Het schip terdiri dari tiga blok besar. Blok pertama pada jalan Oostzaan

didirikan pada 1913-1915 dengan kontraktor yaitu Klaas Hille. Kemudian blok

kedua, di sisi timur Zaanstraat dibangun pada tahun 1915-1918 untuk perumahan

(De woningbouwvereniging) Eigen Haard . Akhirnya pada tahun 1917 blok ketiga

disisi Hembrugstraat dibangun yang berfungsi untuk perumahan juga.

Berdasarkan warna alami dari batu bata yang digunakan membuat bangunan ini

tampak mencolok kemudian desain bangunan yang juga berbeda dari yang lainnya

membuat Het Schip lebih mirip dengan karya ekspresionisme dibandingkan

dengan perumahan umum tradisional.

Gambar 2.4 Het Schip (Sumber : Google image)

Berikut ini karakteristik Amsterdam School pada gedung Het schip :

1.Originalitas

Dalam aliran ini originalitas merupakan hal yang sangat penting. nilai

(38)

tidak meniru seni bangunan lain. Bangunan ini membentuk segitiga setengah

kapal sehingga dikenal dengan Het schip.

2. Batu alam

Bangunan dari aliran Amsterdam school biasanya dibuat dari dominasi

batu alam, Bangunan ini dibuat dari susunan batu bata yang dikerjakan dengan

rumit dan keahlian yang tinggi. keahlian ini nampak dari dinding batu bata yang

disusun dengan rapi serta adannya lengkungan-lengkungan didindingnya.

3. Warna alam mendominasi bangunan

Dalam aliran The Amsterdam school warna yang mendominasi bangunan

ini adalah warna-warna alam, seperti yang terdapat di Het Schip yaitu warna batu

bata dan batu alam. Ornamendari bangunan ini juga berasal dari bahan asli dari

alam seperti batu bata, batu alam dan kayu.

4. Bentuk jendela dan kusen

Bentuk jendela dan kusen pada bangunan Het Schip memperlihatkan

garis-garis horizontal yang merupakan ciri ekspresionisme, disamping itu ada juga

setengah lengkungan untuk memperindah bentuk kusen. namun bentuk ini tidak

lepas dari ciri aliran Amsterdam school yaitu kusen jendela dengan bentuk

laddervensters atau kusen jendela nampak seperti tangga.

5.Ornamen yang terdapat pada Het schip

Terdapat beberapa ukiran yang terdapat pada bangunan Het schip ialah

satunya yaitu ukiran berbentuk manusia memegang panah yang diyakini

merupakan simbol dari kelas buruh, Di uuung dinding kantor pos terdapat patung

(39)

6. Menara

Menara pada bangunan Het schip yang menyerupai paying dibangun

dengan ide menyerupai menara oriental Scandinavia.

2. Piet Krammer (1881-1961).

Piet Kramer adalah seorang mahasiswa Eduard Cuypers dan salah satu

perwakilan terpenting dari Amsterdam school, Aliran ini banyak merancang di

bidang perumahan sosial, terkenal karena bentuk yang aneh dan kaya ornamen.

Kramer banyak menerapkan warna pada desainnya seperti warna sekunder

orange, hijau dan ungu yang kurang dikenal. Pada tahun 1911 ia bekerja sama

dengan Johan van der Mey dan Michel de Klerk berpartisipasi dalam rumah

pengiriman atau dikenal dengan Scheepvaarthuis yang merupakan salah satu

contoh bangunan pertama Amsterdam School.

Kramer juga banyak merancang jembatan dalam bentuk estetis dan

memadukan unsur besi tempa dan penerapan patung dengan gaya unik, Arsitek

Piet Kramer telah memberikan kontribusi untuk penerapan aliran Amsterdam

School pada desain jembatannya. Ia banyak merancang ratusan jembatan di

Amsterdam. Krakteristik jembatan yang dirancangan oleh Piet Kramer berupa

besi yang ditanamkan, memadukan unsur besi tempa, dan patung. Patung ini

kebanyakan dirancang oleh Hildo Krop. Hildo krop (1884-1970) adalah seorang

pematung Belanda yang produktif dan desainer mebel, dikenal sebagai pemahat

kota Amsterdam.

Salah satu yang pertama ciptaan Kramer adalah jembatan Keizersgracht di

(40)

besar-besar pada pangkal jembatan tersebut dan pegangan yang begitu rinci dan

rumit. Pada detail pegangan ini, jelas terlihat bahwa keahlian yang diperlukan

sangat tinggi sehingga menhasilkan bentuk yang plastis.

Gambar 2.5 Jembatan Keizersgracht di Vijzelstraat Amsterdam (Sumber : Google image)

Department store de Bijenkorf (1924-1926) di Den Haag merupakan

gerakan ekspresionis aliran Amsterdam school, Department store de Bijenkorf

atau dikenal Sarang lebah adalah Department store di Belanda dengan toko

andalannya di Dam Square, Amsterdam. De bijenkorf merupakan bangunan

penting di pusat kota Den haag yang mulai dibangun pada tahun 1925, bangunan

ini merupakan hasil karya Arsitek Belanda bergaya Amsterdam school yaitu Piet

Kramer yang terinspirasi dari bentuk monumental bulat, bagian atas bangunan De

bijenkorf terdiri dari permukaan vertikal terus menerus, dinding bata oranye

menghiasi permukaan bangunan De bijenkorf, diantara pilar-pilar terdapat jendela

kaca berbentuk persegi besar memanjang kebawah dibalut bingkai warna

perunggu, bagian sudut bangunan diperlakukan dengan bentuk bulat kelihatan

(41)

Gambar 2.6 Department store de Bijenkorf (Sumber : Google image)

3. Johan Melchior van der Mey (1878-1949)

Johan Melchior van der Mey adalah seorang arsitek Belanda paling

dikenal tentang Scheepvaarthuis (rumah pengiriman) di Amsterdam terletak di

Prins Hendrikkade, Van der Mey adalah seorang mahasiswa Eduard Cuypers

sejak tahun 1898, memenangkan versi Belanda dari Prix de Rome pada tahun

1906, dan mendapat pekerjaan di kota Amsterdam sebagai penasihat “Estetika”.

Pada tahun 1905 Amsterdam telah menjadi kota pertama di dunia untuk

memaksakan kode bangunan, dan mereka mempekerjakan Johan van der Mey

sebagai ahli bangunan sipil. Dalam kapasitas ini ia mengembangkan fasad untuk

1912 Palm House di Hortus Bontanicus antara bangunan lainnya.

Pada tahun yang sama dibawa komisi untuk Scheepvaarthuis, koperasi

besar bangunan untuk enam perusahaan pengiriman Belanda. Van der Mey dicari

oleh rekan arsiteknya Michel de Klerk dan Piet Kramer, dan arsitek lain yang

bernama A.D.N. van Gendt adalah bertanggung jawab untuk teknik struktur

beton. Pekerjaan Van der Mey adalah untuk mengkoordinasikan seni simbolis

(42)

seniman-seniman terkenal ikut berkontribusi dalam desain ini. Ini adalah titik

awal yang yang menarik perhatian Amsterdam School (1910-1940), sebuah aliran

arsitektur yang menanggapi rasionalisme, desain ekspresif di bata, genteng merah

dan kayu terpahat halus menentukan tampilan bangunan. Garis horizontal adalah

salah satu karakteristik yang paling penting dari gaya ini.

Gambar 2.7 Scheepvaarthuis (Sumber : Google image)

Scheepvaarthuis adalah bangunan di ujung barat dari Waalseiland dekat

pelabuhan Amsterdam yang merupakan salah satu dari 100 situs warisan Belanda

dan umumnya dianggap sebagai contoh bangunan dari Amsterdam school, The

Scheepvaarthuis dianggap sebagai karya dari arsitek Van der Mey dengan gaya

arsitektur Amsterdam school. Dibangun antara 1912 dan 1916 oleh arsitek Van

der Mey yang akan digunakan sebagai kantor pusat oleh perusahaan pelayaran

yang paling berkembang pesat di Amsterdam.

Bangunan Scheepvaarthuis merupakan contoh bangunan berarsitektur

yang dinamis, bangunan scheepvaarthuis dianggap sebagai bahan manifesto

pertama dari Amsterdam School, meskipun tidak memiliki plastisitas invetif

(43)

Amsterdam school dengan gaya ekspresionism, kekayaan bentuk detail, integrasi

arsitektur dan patung membuat Scheepvaarthuis menjadi bangunan yang berkesan.

Sekelompok besar seniman berpartisipasi besar dalam dekorasi baik itu

eksterior dan interior gedung. Seperti yang dimaksudkan untuk melayani sebagai

kantor praktis, modern dan fungsional dan juga merujuk kepada tradisi maritim

yang kaya di Belanda, ada banyak simbol maritim yang dimasukkan ke dalam

desain bangunan tersebut. Sebagai contoh, luar bangunan diliputi oleh ukiran

patung-patung yang mencerminkan Kekaisaran kolonial Belanda, dengan patung

personifikasi lautan di sekitar pintu masuk utama yang disajikan sebagai eksotis

wanita misterius.

Desain bangunan diamanahkan kepada saudara Johan Godart dan Adolf

Daniel Nicholas van Gendt. Saudara-saudara van Gendt yang bertanggung jawab

untuk pelaksanaan teknis dan desain bingkai beton. Desain arsitektur yang tersisa

untuk kemudian relatif tidak diketahui arsitek Johan van der Mey. Arsitek

Amsterdam School Michel de Klerk dan Piet Kramer juga ikut berkontribusi.

Pembangunan perusahaan publik didirikan dengan modal 1.000.000

gulden. Gedung yang direncanakan untuk menduduki 1.400 meter persegi di sudut

Prins Hendrikkade dan Binnenkant. Dalam desain bangunannya untuk

menghindari variasi warna, batu bata dipanggang pada saat kontruksi yang sama.

berbagai jenis batu bata, besi, kaca patri, kayu keras eksotis dan tekstil yang

diproses dalam jumlah besar. Bahan yang digunakan juga sangat mahal dengan

beberapa jenis bata dan cetakan untuk diterapkan secara khusus. Selain itu, batu

(44)

Pintu utama di sudut Prins Hendrikkade dan Binnenkant atasnya dengan struktur

terpotong tower, dilapisi dengan tembaga berwarna Inggris slate. Pada bagian

interior Scheepvaarthuis langit-langitnya tertutup kaca yang menampilkan tema

bahari yang khas.

(45)
(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu

menghasilkan data deskriptif dari Objek yang diamati yaitu bangunan kolonial di

kota Medan. Data-data yang diperlukan diperoleh dengan melakukan pengamatan

langsung di lokasi penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kualitatif, yaitu mengumpulkan, menganalisa serta menyimpulkan data-data dan

informasi yang diperlukan dari lokasi yang berkaitan dengan The Amsterdam

School pada bangunan kolonial di kota Medan.

Dalam mengumpulkan data menggunakan metode kualitatif, Penulis

melakukan 2 hal jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan pendekatan studi kepustakaan (Library Research) dan studi lapangan

(Field Research).

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Metode penelitian studi pustaka ini dilakukan dengan cara menelusuri

teori-teori serta buku-buku, artikel, dokumen maupun foto-foto yang

relevan terhadap masalah yang akan diteliti. Studi pustaka ini penting

dilakukan karena kemungkinan data-data yang hendak kita cari dilapangan

sudah ada di dalam buku-buku ataupun terbitan terdahulu yang telah

(47)

2. Penelitian Lapangan (Field Research )

Metode penelitian lapangan dilakukan dengan cara mengumpulkan

data-data dari instansi terkait, baik komunikasi langsung dan observasi terhadap

bangunan kolonial di kawasan Kota Medan.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang yang mempunyai nilai yang beragam,

Sekaran dalam (Sinulingga, 2011). Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini

ialah pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota

Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010:117),

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,

tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Menurut Kartini (2014:55), Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.

Dengan meneliti sebagian dari populasi diharapkan bahwa hasil yang didapat

akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Oleh karena

itu, pemilihan sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap

elemen mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih. Jadi,

populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang

(48)

Populasi pada penelitian ini yaitu pada bangunan kolonial di kawasan Kesawan di

kota Medan

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2010:118), Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan

penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin meneliti tentang

populasi tersebut dan peneliti memeiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu,

maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga generalisasi

kepada populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling karena Purposive sampling adalah

pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang

diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan

sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu yang disesuaikan dengan

tujuan atau masalah penelitian. Sampel penelitian ini yaitu Pengaruh Style The

Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan seperti gedung PT.PP

London sumatera Indonesia Tbk, Kantor pos besar Medan dan Kantor dinas

pariwisata dan kebudayaan provinsi sumatera utara tingkat I Medan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

1. Observasi

Dalam mengumpulkan data, maka penulis mengumpulkan data dengan

(49)

tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu

yang diamati, Sehingga dalam hal ini penulis memperoleh data yang akurat.

2. Studi Dokumen

Dalam penelitian ini dilakukan berupa pengumpulan buku, arsip-arsip atau

dokumen, artikel-artikel didalam majalah atau surat kabar yang berkaitan dengan

topik penelitian, buku-buku serta literatur lain yang mendukung penelitian.

3.5 Kawasan Penelitian

Lokasi penelitian ini terdapat di Kelurahan Kesawan, Medan Barat,Medan,

Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kawasan ini adalah kawasan yang banyak

dipenuhi bangunan-bangunan kolonial bersejarah pada masa Hindia Belanda.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (Sumber : Google maps)

3.6 Tahapan Analisa Data

Tahapan analisa data merupakan suatu alat yang digunakan dalam

pembahasan dan penyelesaian rumusan masalah yang bertujuan untuk

(50)

keputusan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995).

Penyusunan hasil kajian ini didukung oleh adanya suatu data yang

berkaitan langsung dengan objek, Dalam memperoleh data tersebut digunakan

beberapa metode pengumpulan data, yaitu :

Tahapan analisa data yang akan dilakukan untuk menyelesaikan penelitian ini

adalah:

1. Mengumpulkan data dengan melakukan observasi langsung ke objek yang

akan diidentifikasi/diteliti dan melakukan studi dokumen/literatur.

2. Mengidentifikasi Pengaruh The Amsterdam School pada bangunan

kolonial di kota Medan, Ditinjau dari sejarah mengapa terjadinya pengaruh

The Amsterdam School pada saat itu, Arsitek-arsitek yang berperan dalam

The Amsterdam School dan konsep apa saja yang digunakan The

Amsterdam School pada bangunan tersebut berupa tampak wajah

bangunan, penggunaan material, bentuk jendela dan pintu dan lain-lain.

3. Setelah data yang diperlukan terkumpul, data-data tersebut kemudian

dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif.

a. Data dikelompokkan dan di analisa dengan metode deskriptif. Data

fisik mengenai eksisting lapangan digambarkan kembali sesuai dengan

hasil survey.

b. Kajian analisis tersebut dipaparkan dan akan merujuk pada teori dan

data yang sebelumnya telah dipaparkan pada bab kajian pustaka.

(51)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas hal-hal yang berkaitan dengan hasil dan

pembahasan dari kawasan penelitian, Adapun yang menjadi hasil dan pembahasan

dari penelitian ini adalah bangunan-bangunan kolonial di kota Medan yang

memiliki pengaruh Style The Amsterdam School.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian A. Keadaan Wilayah Kota Medan

Wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ –3”43’ LU dan 98”35’ –

98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km² dengan batas-batas sebagai berikut :

 Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang Dan Selat Malaka  Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

 Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

 Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5

–37,5 meter diatas permukaan laut.

Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya

sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,

Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini

menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai

kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling

(52)

B. Keadaan Iklim Kota Medan

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar

antara 23,2ºC - 24,3ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,8ºC - 33,2ºC

(Stasiun Polonia 2001), Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata

berkisar antara 84 - 85%.

kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec, sedangkan rata-rata total laju

penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2001

rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 226,0 mm

dan 299,5 mm pada Stasiun Polonia.

4.2 Deskripsi Kawasan Penelitian A. Kawasan kesawan

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia yang banyak

menyimpan segudang cerita bersejarah yang diabadikan melalui

bangunan-bangunan kuno dengan berbagai gaya dari beragam budaya arsitektur, seperti

Eropa, Melayu, Cina dan lain sebagainya sejak jaman Kolonial Belanda.

(53)

Kawasan Kesawan termasuk kawasan Kota Lama Medan, merupakan

lokasi awal perkembangan Kota Medan modern yang mulai berdiri pada akhir

abad ke-16 dan berkembang pada awal tahun 1900-an. Akibat adanya penggunaan

fungsi bisnis yang sebagian berpusat di Jalan Ahmad Yani dan sekitarnya maka

dari itu berdatanganlah perusahaan-perusahaan asing untuk membuka berbagai

perkantoran seperti Bank, Perusahaan perkebunan, Kantor pusat, Perusahaan

pelayaran, kapal-kapal asing, dan lain sebagainya, Sehingga kawasan Kesawan

berkembang pesat menjadi pusat kota.

Gambar 4.2 Kawasan Kesawan (Sumber : Google maps)

B. Objek Kawasan Penelitian

Objek kawasan penelitian ini berada di daerah kawasan Kesawan, Medan

barat, Medan, Indonesia yang memiliki banyak bangunan-bangunan kolonial,

Objek penelitian terdiri dari bangunan kolonial seperti Gedung PT. London

Sumatera (dulu kantor Harrison & Crossfield), Kantor Pos Besar Medan dan

(54)

Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk

Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk berada di jalan Ahmad Yani

No.2, Medan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 4.3 Lokasi Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk (Sumber : Google Maps)

Kantor Pos Besar Medan

Bangunan Kantor pos besar Medan berada di Jalan Pos No.1 atau jalan

balai kota, Medan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

(55)

Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani No.107 Kesawan, Medan Barat Medan,

Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 4.5 Lokasi Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

(Sumber : Google Maps)

4.3 Pengaruh Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan 4.3.1 Gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk (dulu kantor Harrison & Crossfield)

Sejarah singkat PT. London Sumatera Indonesia Tbk

Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk atau umumnya dikenal

lonsum ini dibangun tepatnya pada tahun 1906 bersamaan dengan lahirnya Ratu

Juliana Royal Dutch Family. Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ini

dibangun oleh pemilik perusahaan di inggris yaitu Harrison and Crossfield

Company atau bisa dikatakan Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ini

(56)

tahun 1844 di Liverpool-Inggris yang bergelut di bidang importir perkebunan

seperti teh dan kopi. Fungsi gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ini

adalah sebagai kantor perdagangan dan perkebunan, Gedung PT. London

Sumatera Indonesia Tbk dibangun dengan lima lantai dan keseluruhan gedung

bercat putih krem setelah gedung ini dijual kepada pemerintah belanda pada masa

itu dan namanya kemudian diubah sesuai dengan nama putri belanda yaitu

menjadi Juliana Building, Arsitektur gedung ini mengadaptasi dari gaya arsitektur

rumah-rumah di London sekitar abad 18-19. Model arsitekturnya banyak

dipengaruhi oleh gaya Eropa seperti bentuk-bentuk jendela di sisi kiri dan kanan

gedung, Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ini memanjang ke atas,

bentuk jendela yang panjang dan lebar, serta tiang-tiang tangga yang kokoh di

depan pintu masuk atau entrance gedung ini menunjukkan kekhasan gaya

arsitektur kolonial Belanda yang sangat mencolok namun indah.

Gambar : 4.6 Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk tempo dulu (Sumber : Google image)

Kepemilikan Gedung London Sumatera kemudian beralih dari Harrison &

(57)

Gedung London Sumatera langsung berganti nama menjadi PT PP London

Sumatera saat ini. Lokasinya berada di pusat kota Medan dan didampingi dengan

gedung-gedung lainnya yang tak kalah nilai sejarahnya seperti Kantor Pos Besar

Medan, Bank Indonesia, Balai Kota dan bangunan lainnya.

Lokasi Gedung Lonsum ini sangat strategis, berada di persimpangan jalan

pusat kota Medan yang kaya akan bangunan-bangunan bernilai historis tinggi.

Tepatnya di jalan Jenderal Ahmad Yani nomor 2 Medan barat, Medan, Indonesia

atau dikenal sebagai kawasan Kesawan yang mempunyai nilai perjalanan sejarah

panjang dan menjadi salah satu bangunan cagar budaya di kota Medan yang wajib

dilindungi oleh pemerintah kota medan juga menjadi tujuan objek wisata bagi

para masyarakat dan wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengenal sejarah

bangunan kolonial di kota Medan.

Bentuk Ekspresionisme

Gambar 4.7 Bangunan Gedung PT.PP London Sumatera (Sumber : Data Lapangan 2015)

Bangunan gedung Lonsum dibangun dengan lima lantai secara

(58)

didominasi oleh warna putih, Bentuk gedung Lonsum ini menyerupai dan bergaya

layak seperti rumah rumah yang ada di London pada abad ke 18-19. Bangunan

lonsum ini dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa yang dapat bisa kita lihat pada

bentuk bukaan jendelanya menghiasi dari sisi kiri bangunan lonsum hingga sisi

kanan, bentuk jendela pada gedung lonsum terlihat panjang dan melebar serta

didukung oleh tiang-tiang tangga besar di depan pintu masuk gedung lonsum.

Bangunan gedung lonsum merupakan bangunan arsitektur modern,

bangunan ini dibangun oleh pendirinya bernama Daniel Harrison seorang

berkebangsaan inggris, Bangunan lonsum memiliki gaya bangunan pada bentuk

bulat atau lingkaran pada fasade utama bangunannya. Kemudian didukung oleh

tiang tiang berbentuk bundar di pintu masuknya bentuknya didominasi oleh

garis-garis horizontal yang menghiasi dari bawah tiang hingga keatas, sisi bangunan

lonsum juga didominasi berbentuk garis-garis horizontal dari sisi kiri bangunan

hingga kanan bangunannya, Bangunan lonsum tidak memiliki gaya arsitektur

ekspresionisme karena bangunan tersebut masih terlihat umum pada tampilan

bangunannya tidak seperti bangunan ekspresionisme pada umumnya. Hingga saat

ini gedung ini masih berfungsi sebagai kantor perkebunan dari awal berdirinya

hingga sekarang, gedung lonsum ini letaknya berada dipersimpangan jalan

(59)

Gambar 4.8 Tiang-Tiang Tangga Besar didepan Pintu Masuk Gedung Lonsum (Sumber : Data Lapangan 2015)

Tiang-tiang pada gedung lonsum tidak hanya berbentuk bulat saja di

dalam bangunan terdapat juga tiang-tiang besar berbentuk persegi tidak berbentuk

bulat lagi seperti tiang-tiang yang berada di depan bangunan lonsum. Tiang-tiang

yang berada didalam bangunan lonsum ini ada diselimuti cat berwarna putih dan

warna coklat seperti perpaduan batu alam. Tiang-tiang cat berwarna putih dapat

dijumpai di bagian hall bangunan sedang tiang tiang cat berwarna coklat

perpaduan batu alam terdapat di liftnya bangunan lonsum tersebut.

Gambar

Gambar 2.1 Park Guell di Barcelona (Sumber : Google image)
Gambar 2.2 Taut Glass Pavilion di Cologne (Sumber : Google image)
Gambar 2.3 Einstein Observatory Tower di Postdam  (Sumber : Google image)
Gambar 2.4 Het Schip (Sumber : Google image)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memahami bagaimana konsep aljabar Boolean dan penerapannya dalam sirkuit kombinatorial / Rangkaian.. Memahami konsep relasi dan bagaimana

PERTAMA : Hasil Pengawasan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia atas Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Keywords and phrases: multivariate risk measure, multi-objective risk-averse two-stage stochastic programming, risk-averse scalarization problems, convex Benson algorithm,

Pompa merupakan mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida cair yang umumnya dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi melalui

Berdasarkan fakta-fakta yang ada sehingga penulis mengangkat judul skripsi yaitu “ Peranan Paguron Trirasa Jalasutra dalam Mengembangkan Pencak Silat Nampon di

Fungsi keanggotaan dapat disempurnakan dengan menggunakan survey yang lebih luas(survey tentang berapa derajat keanggotaan suatu nilai pada himpunan fuzzy, misal

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa algoritma fuzzy sugeno dapat diterapkan untuk menentukan clue yang ada pada game Ali and The Labirin..

Penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan (1) wujud penanda wujud penanda referensi dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar Republika