• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) dI Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) dI Kota Medan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp)

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

NOVIARNY ANGGASTA LARA S 110304062

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp)

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

NOVIARNY ANGGASTA LARA S 110304062

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir.Iskandarini, MM, Ph.D) (Ir. Lily Fauzia, M.Si) NIP. 196405051994032002 NIP:196510081992031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Noviarny Anggasta Lara Sumarlan (110304062) dengan judul skripsi Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan. Dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D Dan Ir. Lily Fauzia, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan serta untuk mengetahui strategi pemasaran usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan.

Penentuan daerah penelitian secara purposive. Metode pengambilan sampel dengan metode sensus sebanyak 9 sampel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah ketersediaan modal yang cukup, ketersediaan tenaga kerja, harga jual jamur tiram putih yang stabil dan kemudahan sarana transportasi. Kelemahan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan, kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama, sistem penjualan jamur tiram putih. Peluang usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah pangsa pasar jamur tiram putih yang besar, daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih, semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih. Ancaman usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah adanya persaingan antara petani dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih.

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah strategi SO (Strengths Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan yaitu, meningkatkan modal usaha jamur tiram putih, memanfaatkan pangsa pasar dan daya beli masyarakat dengan harga jual produk yang stabil, memanfaatkan pangsa pasar dengan kemudahan sarana transportasi.

(4)

RIWAYAT HIDUP

NOVIARNY ANGGASTA LARA SUMARLAN lahir di Medan pada tanggal 09 November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari

Bapak Alm. Sumarlan, SE dan Ibu Hj. Nirma Aprida, SE.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut.

1. Sekolah Dasar di SD Kartika I-1 Medan, masuk tahun 1999 dan lulus tahun

2005.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan, masuk

tahun 2005 dan lulus tahun 2008.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan, masuk tahun 2008 dan

lulus pada tahun 2011.

4. Tahun 2011 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Bukit Jengkol,

Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara,

pada bulan Agustus 2014.

6. Melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Medan Polonia, Medan

Helvetia, Medan Marelan, Medan Tuntungan dan Medan Johor pada tahun

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih ( Pleurotus sp) di Kota Medan.

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalama menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil

tanpa adanya bantuan dalam bentuk dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan,

serta kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Pada kesempatan ini

penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir.

Lily Fauzia, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran

dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis,

M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak

memberikan pengetahuan selama masa perkuliahan di Program Studi

(6)

4. Seluruh staf akademik dan pegawai di Program Studi Agribisnis yang telah

membantu seluruh proses administrasi di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Orangtua Tercinta Ayahanda Alm. Sumarlan, SE dan Ibunda Hj. Nirma

Aprida, SE serta adik tersayang Savira Budiarny Putri Sumarlan, Alm. Opa

tercinta dan Oma serta Seluruh Keluarga Besar yang selalu mendoakan,

memberi motivasi, kasih sayang dan dukungan kepada penulis agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kekasih tercinta Arief Muhammad Nasution yang telah memberikan bantuan,

semangat, dukungan, dan motivasi selama penelitian hingga skripsi selesai.

7. Sahabat-sahabat tersayang Finka Adisti Nasution, Juwita Sari Manullang,

Faqita Iqlima Putry, Karina Shafira, Fadiah Atikah, Sonia Ramadhani, Astri

Andani dan Nidya Diani yang telah memberikan dukungan, semangat dan

motivasi.

8. Teman-teman satu pembimbing Risa Yanti Diannisa Siregar, Dewi Irwana

Sari, Siti Fatimah serta teman-teman seperjuangan di Program Studi

Agribisnis stambuk 2011 yang telah memberikan motivasi, kebahagian,

kesedihan serta semangat dalam masa perkuliahan. Senang bisa mengenal

kalian satu sama lainnya.

9. Para petani jamur tiram putih yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

penulis dalam melaksanakan penelitian.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih banyak sekali lagi kepada seluruh

pihak di atas dan mendoakan agar Allah SWT membalas budi baik mereka dengan

(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh

karenanya penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan berharap skripsi ini

bermanfaar bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin Ya Rabbal’alamin.

Medan, Juni 2015

(8)

DAFTAR ISI

2.1.2 Potensi Usaha Jamur Tiram ... 7

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Teori Pemasaran ... 8

2.2.2 Strategi Pemasaran ... 11

2.2.3 Analisis SWOT ... 15

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Analisis Data ... 22

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1 Defenisi ... 25

(9)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

USAHA JAMUR TIRAM PUTIH ... 27

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.1.1 Keadaan Penduduk ... 28

4.1.2 Sarana dan Prasarana ... 31

4.2 Karakteristik Usaha Jamur Tiram Putih ... 31

4.2.1 Karakteristik Sampel ... 31

4.2.2 Permodalan ... 32

4.2.3 Tenaga Kerja ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih ... 34

5.1.1 Kekuatan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 34

5.1.2 Kelemahan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 37

5.1.3 Peluang Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 39

5.1.4 Ancaman Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 40

5.2 Strategi Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi

Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2013

2

2. Jumlah Sampel Petani Jamur Tiram Putih di Kota

Medan

21

3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal 22

4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal 23

5. Matriks SWOT 24

6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

tahun 2013

Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan

Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Tahun 2013

30

9. Sarana dan Prasarana Di Kota Medan Tahun 2013 31

10. Karakteristik Petani Jamur Tiram 32

11.Jumlah Tenaga Kerja Yang Tersedia Pada Usia

Produktif (15 - 44 Tahun) Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2013

35

12.Data Produksi Jamur Tiram Putih Per Bulan (Kg)

13.Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman

Pemasaran Jamur Tiram Putih Di Kota Medan

37

41

14.Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 42

15.Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 43

16.Penggabungan matriks evaluasi faktor strategis

internal dan eksternal pemasaran jamur tiram putih.

44

(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1. Jamur Tiram Putih

2. Diagram Analisis SWOT

7

18

3. Skema Kerangka Pemikiran

4. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Jamur Tiram

Putih

20

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. LAMPIRAN

1 Karakteristik Sampel Petani Jamur Tiram Putih Di Kota Medan

2 Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Jamur Tiram

Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan

3 Parameter Penilaian Faktor Internal Pemasaran Jamur Tiram Putih

(Pleurotus Sp) di Kota Medan

4 Parameter Penilaian Faktor Eksternal Pemasaran Jamur Tiram Putih

(Pleurotus Sp) di Kota Medan

5 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

6 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

7 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal Dan Eksternal

(13)

ABSTRAK

Noviarny Anggasta Lara Sumarlan (110304062) dengan judul skripsi Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan. Dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D Dan Ir. Lily Fauzia, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan serta untuk mengetahui strategi pemasaran usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan.

Penentuan daerah penelitian secara purposive. Metode pengambilan sampel dengan metode sensus sebanyak 9 sampel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah ketersediaan modal yang cukup, ketersediaan tenaga kerja, harga jual jamur tiram putih yang stabil dan kemudahan sarana transportasi. Kelemahan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan, kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama, sistem penjualan jamur tiram putih. Peluang usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah pangsa pasar jamur tiram putih yang besar, daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih, semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih. Ancaman usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah adanya persaingan antara petani dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih.

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah strategi SO (Strengths Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan yaitu, meningkatkan modal usaha jamur tiram putih, memanfaatkan pangsa pasar dan daya beli masyarakat dengan harga jual produk yang stabil, memanfaatkan pangsa pasar dengan kemudahan sarana transportasi.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diseluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis

yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang cukup hangat. Dari ribuan

jenis tersebut ada jamur yang merugikan menyebabkan penyakit pada tanaman

dan manusia. Jamur menguntungkan adalah jenis jamur yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia, misalnya untuk pembuatan antibiotik, tempe, alkohol.

Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi.

Di Indonesia, jamur mulai dikenal dan dibudidayakan pada tahun 1950-an. Jamur

konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

makanan sumber protein yang cukup digemari masyarakat. Dalam skala industri

atau semi-industri, terdapat kurang lebih sepuluh macam jamur konsumsi yang

sering di budidayakan. Berdasarkan urutannya, yang paling banyak

dibudidayakan, yakni jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur shiitake (Lentinus

edodes), jamur enokitake (Flammulina velutipes), jamur merang (Volvariella

volvacea), dan jamur tiram (Pleurotus sp) (Sumarsih, 2010).

Di antara jenis jamur yang dibudidayakan, jamur tiram merupakan jenis jamur

yang cukup populer yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat

di Indonesia. Menurut catatan sejarah, jamur tiram sudah dibudidayakan di Cina

sejak 1000 tahun silam, sementara itu di Indonesia, mulai di budidayakan pada

(15)

Jamur tiram termasuk kedalam jenis jamur kayu karena di alam dapat tumbuh

secara liar di vegetasi berkayu. Dinamakan jamur tiram karena bentuk tudung

yang melengkung, lonjong dan membulat sehingga menyerupai cangkang tiram

atau kerang (Piryadi, 2013).

Di Provinsi Sumatera Utara perkembangan produksi jamur belum terlalu banyak.

Hanya beberapa daerah saja yang menghasilkan jamur untuk kebutuhan pangan

akan jamur. Hal ini dapat diketahui dari data yang diperoleh dari Dinas Pertanian

Provinsi Sumatera Utara, dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

(16)

Lanjutan Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Jamur

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2013

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa hanya 5 kabupaten/kota yang

memproduksi jamur, yaitu Kabupaten Asahan, Kabupaten Deli Serdang,

Kabupaten Langkat, Kota Tebing Tinggi dan Kota Binjai. Hal ini menunjukan

masih sedikitnya budidaya jamur tiram untuk daerah Provinsi Sumatera Utara.

Di Kota Medan, jamur tiram putih mulai banyak dikenal oleh masyarakat luas

walaupun merupakan bahan makanan yang enak dan bergizi tinggi, tetapi

sebagian besar masyarakat menganggap hal ini sebagai kebutuhan sekunder. Akan

tetapi aspek pemasaran merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha

jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan sifat produk yang tidak tahan lama dan

mudah rusak dan keberadaan pesaing lokal semakin memperketat persaingan

dalam pemasaran produk.

Permasalahan dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri adalah lemahnya

keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu distribusi dan penyediaan

faktor produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran

(17)

Proses pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan sebuah

usaha. Kualitas produk yang baik harus di dukung dengan strategi pemasaran

yang baik pula, agar konsumen mengetahui bahwa produk yang di tawarkan layak

untuk di konsumsi. Pasar jamur terbuka lebar, hal ini dibuktikan pada permintaan

masyarakat terhadap produk jamur yang selalu mengalami peningkatan, bahkan di

beberapa wilayah suplay jamur masih sangat kurang dan harus di pasok dari

wilayah lain. Selain kandungan gizinya, jamur juga sangat enak dan cocok di

proses menjadi aneka olahan jamur, inilah yang membuat permintaan jamur

semakin hari semakin bertambah. Dalam menjalankan usaha jamur tiram putih,

jika tidak dijalankan dengan pemasaran yang tepat maka sudah dipastikan bahwa

jamur tiram putih tersebut akan sulit diketahui pasar dan secara otomatis akan

mengalami kerugian bahkan kegagalan dalam menjalankan usaha tersebut.

Adanya perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh

terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan.

Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga

melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama

maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor

eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan,

seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan

tersebut (Rangkuti, 1997).

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana strategi pemasaran jamur tiram putih

maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

(18)

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka masalah penelitian ini

dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Apa sajakah faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman pada pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian ?

2. Bagaimana strategi untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram putih di

daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman pada pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian.

2. Untuk menentukan strategi pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi para petani jamur tiram putih dalam

memasarkan produknya.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemeritahan dan pihak terkait yang

membutuhkan nya.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jamur Tiram

Jamur tiram memiliki banyak jenis, dan masing-masing jenis memiliki manfaat

dan konsumen yang berbeda. Jamur tiram putih atau white mushroom atau

shimeji, merupakan jenis jamur tiram yang paling banyak dibudidayakan di

Indonesia. Dicirikan dengan tudung dan tubuh tanaman yang berwarna putih susu.

Jamur tiram merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi dengan

kandungan asam amino yang lengkap, termasuk asam amino esensial yang

dibutuhkan manusia. Kandungan gizi dari jamur tiram yang sangat beragam ini

membuat jamur tiram sangat bagus untuk kesehatan, sehingga jamur tiram banyak

dibutuhkan dan disukai oleh masyarat, baik untuk kalangan menengah atas

maupun masyarakat kalangan bawah (Warisno, 2010).

Bentuk jamur tiram memiliki tudung agak membulat dan melengkung seperti

cangkang tiram dengan diameter 6-14 cm. daging buahnya berwarna putih dan

semakin tua akan semakin keras. Saat mudah, bilahnya berwarna putih.

Sebaliknya, saat menua, warna bilah berubah menjadi krem kekuningan dan

menyusut menjadi berukuran 1-3 cm (Asegab, 2011).

Jamur tiram bisa hidup pada suhu 10-32º C. artinya jika suhu kurang dari 10º C

atau lebih dari 32º C maka pertumbuhan jamur tiram kurang baik. Pertumbuhan

jamur tiram akan optimum pada suhu 25-26º C. Secara alamiah di Indonesia, suhu

(20)

Diperkirakan dalam 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65 kj kalori; 8,9

mg kalsium; 1,9 mg besi; 17 mg fosfor; 0,15 mg vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2

dan 12,4 mg vitamin C. Dibandingkan dengan daging ayam, kandungan jamur

tiram masih lebih komplit sehingga tidak salah bila jamur tiram menjadi bahan

pangan masa depan (Chazali, 2009).

Adapun kelebihan dari jamur tiram ini adalah relatif mudah untuk dibudidayakan,

produktif dan tidak memerlukan lahan yang luas untuk budidayanya. Kelemahan

jamur tiram adalah mudah diserang hama scariad (lalat jamur), daya simpan pasca

panen tidak tahan lama, sulit dikirim jauh karena tudungnya mudah hancur

(Anonimus, 2013).

Gambar 1. Jamur Tiram Putih

2.1.2 Potensi Usaha Jamur Tiram

Peluang usaha jamur tiram baik pada subsektor budidaya, pemasaran, maupun

pengolahan hasil dapat dilakukan dengan fleksibel dan tidak menyita banyak

waktu maupun tenaga. Sehingga peluang usaha ini dapat dijalankan oleh siapapun

(21)

membidik peluang usaha jamur tiram ini adalah terbukanya pangsa pasar, baik

pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Peluang pasar yang besar tersebut

tentu akan memberikan peluang yang besar pula untuk pertumbuhan dan

perkembangan usaha jamur tiram. Kelebihan peluang usaha jamur tiram ini belum

tentu terdapat pada peluang usaha yang lain. Ditambah lagi respon masyarakat

yang sangat besar terhadap produk jamur tiram, baik dalam bentuk segar maupun

olahan (Anonimus, 2013).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Pemasaran

Pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran

perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau

klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan

pelanggan atau klien dari produsen (Cannon dkk, 2008).

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial ketika individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,

2000).

Teori pemasaran yang amat sederhana pun selalu menekankan bahwa dalam

kegiatan pemasaran harus jelas siapa yang menjual apa, dimana, bagaimana,

bilamana, dalam jumlah berapa dan kepada siapa. Adanya strategi yang tepat akan

sangat mendukung kegiatan pemasaran secara keseluruhan.

Pengertian pemasaran (marketing) mengingatkan kita akan bauran pemasaran

(22)

“Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran

(Marketing Tools) yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai

tujuan pemasarannya di pasar sasaran” (Kotler, 2002).

Menurut Kotler (2000), bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu product (produk),

price (harga), place (tempat), promotion (promosi), tempat yang dimaksudkan di

sini ialah distribusi. Berikut ini penjelasan dari variable-variabel bauran

pemasaran :

1. Produk (Product) adalah barang atau layanan yang ditawarkan oleh

perusahaan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan atau masalahnya.

2. Harga (Price) adalah pengorbanan yang dilakukan konsumen untuk

mendapatkan suatu produk. Dari sisi finansial, harga tidak lain adalah uang

yang dikorbankan pelanggan untuk mendapatkan suatu produk. Pada

dasarnya, harga bisa murah atau lebih mahal dibanding pesaing.

3. Tempat (Place) adalah Tempat merupakan saluran distribusi yaitu

serangkaian organisasi yang saling tergantung yang saling terlihat dalam

proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau

dikonsumsi. Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus

bermarkas dan melakukan operasi.

4. Promosi (Promotion) adalah komunikasi yang dilakukan perusahaan dengan

konsumen. Promosi bisa ditujukin untuk memberitahukan, membujuk

(23)

Menurut Sarma (1994), pemasaran mempunyai fungsi untuk mengusahakan agar

pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan

harga yang tepat dengan cara :

1. Menggunakan kegunaan tempat (place utility), yaitu mengusahakan barang dan

jasa dari daerah produksi ke daerah konsumen.

2. Menaikkan kegunaan waktu (time utility), yaitu mengusahakan barang dan jasa

dari waktu belum diperlukan ke waktu yang diperlukan.

3. Menaikkan kegunaan bentuk (form utility), yaitu mengusahakan barang dan

jasa dari bentuk semula ke bentuk yang lebih diinginkan.

Salah satu kesalah pahaman yang sering dilakukan terhadap pemasaran dalam

perusahaan pemasaran agribisnis adalah pembatasnya pada fungsi penjualan saja,

padahal dalam kenyataannya pemasaran didalam suatu perusahaan meliputi

berbagai aspek keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan pelanggan guna menghasilkan laba. Proses pemasaran

yang sesungguhnya mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan

produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan ini, menetapkan program promosi

dan kebijakan harga, serta menerapkan sistem distribusi untuk menyampaikan

barang dan jasa kepada pelanggan. Manajemen pemasaran menyangkut dengan

pengelolaan secara menyeluruh proses ini (Downey, 1987).

Setiap program pemasaran harus diawali dengan identifikasi atas kebutuhan

pelanggan. Pemasaran harus berorientasi pada pelanggan, bukan pada produk dan

perusahaan yang mengabaikan perspektif ini biasanya menghadapi kesulitan

besar. Karena kebutuhan pelanggan terus berubah, maka program pemasaran juga

(24)

2.2.2 Strategi Pemasaran

Strategi ini merupakan sekumpulan tindakan pemasaran yang terintegrasi dalam

rangka memberikan nilai kepada konsumen dan menciptakan keunggulan bersaing

bagi perusahaan. Strategi pemasaran harus bersifat distinctive (artinya bersifat

unik, tidak mudah ditiru oleh pesaing, dan spesifik) dan didukung oleh semua

potensi yang dimilki oleh perusahaan secara optimal (Rangkuti, 2002).

Strategi pemasaran merupakan cara perusahaan untuk mencapai tujuan

pemasaran. Dalam tujuan pemasaran harus secara jelas disebutkan berapa market

share dan volume penjualan yang ingin dicapai, kapan ingin dicapai. Dengan

demikian, strategi pemasaran adalah keseluruhan langkah untuk mencapai sasaran

tertentu. Jadi strategi pemasaran merupakan cerminan terbaik perusahaan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan bagimana perusahaan memanfaatkan potensi

sumberdaya manusia pada pasar yang paling menguntungkan (Rangkuti, 2002).

Menurut Rangkuti (1997), Unsur-unsur utama persaingan dapat diklasifikasikan

menjadi tiga unsur utama, yaitu:

1. Unsur Strategi Persaingan

Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Segmentasi pasar, yaitu tindakan mengidentifikasikan dan membentuk

kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen

konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran

sendiri.

b. Targeting, yaitu suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang

(25)

c. Positioning, yaitu penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk

membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing poduk yang ada di

pasar ke dalam benak konsumen.

2. Unsur Taktik Pemasaran

Terdapat dua unsur taktik pemasaran, yaitu:

a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran

dalam berbagai aspek perusahaan.

b. Bauran pemasaran.

3. Unsur Nilai Pemasaran

Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang

dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan.

b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa

pelayan kepada konsumen.

c. Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat

setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses

memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Dalam merencanakan strategi pemasaran, manajer pemasaran haruslah mengambil

keputusaan mengenai bagaimana ia akan menggunakan alat-alat pemasaran yang

dimilikinya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Ada dua tipe faktor

yang dihadapi manajer pemasaran dalam strategi perencanaan pemasaran yaitu,

faktor yang dapat dikendalikan (controllable) dan faktor yang tidak dapat

dikendalikan (uncontrollable) (Rewoldt, 1991).

(26)

Banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan yang mempengaruhi strategi

pemasaran, yaitu :

 Permintaan

Permintaan adalah hasil dari kebutuhan dan sasaran konsumen.Permintaan

dibatasi oleh kekuatan-kekuatan pokok seperti penghasilan (income). Permintaan

juga bisa terpendam (latent) dan eksistensinya tidak diketahui. Strategi pemasaran

dapat digunakan untuk mengubah permintaan yang terpendam itu menjadi

permintaan efektif dengan menawarkan suatu produk atau jasa-jasa dengan cara

yang sesuai dengan kekuatan permintaan yang terpendam itu.

 Persaingan

Keadaan persaingan sekarang, perkiraan persiangan di masa depan dan antisipasi

tindakan pembalasan dari pihak saingan, tentu akan mempengaruhi perencanaan

strategi pemasaran. Perencanaan strategi pemasaran itu haruslah

memperhitungkan sifat dan luasnya saingan, baik sekarang maupun di masa

depan, dalam menentukan rangkaian tindakan optimal yang akan diambil.

 Struktur Distribusi

Untuk mendistribusikan sesuatu produk, suatu perusahaan mungkin mendirikan

jaringan penjualannya sendiri, tetapi cara ini sangat mahal dan seringkali tidak

sesuai untuk perusahaan-perusahaan yang lain. Strategi pemasaran haruslah

memperhitungkan hal-hal seperti ada atau tidak adanya saluran distribusi yang

sesuai, kesanggupan perusahaan untuk memasuki saluran tersebut, persaingan

yang akan dihadapi produk tersebut, serta kebutuhan saluran tersebut terhadap

fungsi-fungsi pemasaran.

(27)

Hambatan (constraints) terhadap kebebasan bertindak dari penjualan akan

memaksanya untuk mendapatkan jalan lain untuk memaksimumkan labanya.

Salah satu kemungkinan adalah menawarkan model yang berbeda-beda dari

produknya, yang masing-masing dengan ciri-ciri yang ditujukan untuk menarik

segmen pasar yang berbeda-beda pula dan untuk kebijaksanaan harga yang

berbeda untuk masing-masing model.

 Biaya Non Pemasaran

Dalam merencanakan strategi pemasaran, biaya-biaya non-pemasaran seperti

biaya produksi dan umum (overhead), juga menimbulkan keterbatasan pada

strategi yang direncanakan. Kenaikan biaya produksi atau biaya overhead untuk

suatu produk, mungkin akan memaksa diadakannya perubahan dalam strategi

pemasaran, barangkali kearah pengurangan penekanan pada harga dan lebih

banyak penekanan pada faktor-faktor lain dalam pemasaran (marketing mix).

2. Faktor-Faktor Strategi Pemasaran (Dapat Dikendalikan)

Dalam merumuskan strategi pemasaran, penjual mengatur faktor-faktor yang

dikuasainya sedemikian rupa sehingga mencapai pendekatan strategi yang

optimum untuk sasaran pemasarannya. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan

adalah sebagai berikut :

 Produk

Produk adalah salah satu faktor terpenting yang dapat dikendalikan oleh manajer

pemasaran dan dalam banyak hal merupakan alat yang paling efektif baginya.

Produk dapat diubah dengan berbagai cara untuk meningkatkan tercapainya

sasaran pemasaran. Produk dapat diubah kualitasnya, ukurannya, bentuknya,

(28)

 Distribusi

Para perencana strategi pemasaran mempunyai banyak pilihan bagi kebijaksanaan

distribusinya. Misalnya seperti memilih daerah dimana akan memasarkan produk,

memutuskan berapa jumlah penyalur yang dibutuhkan masing-masing pasar dan

banyak masalah lain yang harus diputuskan dalam hal faktor distribusi.

 Harga

Harga yang ditawarkan untuk suatu produk adalah faktor yang dapat dikendalikan

dalam batas-batas tertentu. Diskon dapat digunakan untuk membedakan harga

berdasarkan kualitas yang dibeli atau untuk mencapai harga yang berbeda untuk

kelas perdagangan yang berbeda pula. Pilihan harga yang tersedia dalam

perencanaan strategi pemasaran dibatasi oleh faktor biaya.

 Promosi

Para manajer pemasaran dapat memilih pemakaian alat-alat promosi dalam

Berbagai jumlah dan kombinasi. Mereka dapat memilih memakai iklan sebagai

metode utama untuk komunikasi dengan konsumen atau halnya sebagai pelengkap

untuk bentuk komunikasi yang lain. Promosi penjualan pun merupakan suatu

faktor bagi strategi promosi yang bentuknya beraneka ragam dan dapat digunakan

dalam berbagai jumlah.

2.2.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasikan berbagai faktor

secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

(29)

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1997).

Analisis SWOT terdiri atas 4 (empat) faktor sebagai berikut:

1. Strength (Kekuatan).

Strength merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek,

atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.

2. Weakness (Kelemahan)

Weakness merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek,

atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Opportunities (Peluang)

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang akan

terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari organisasi, proyek, atau

konsep bisnis itu sendiri misalnya, competitor, kebijakan pemerintah, dan kondisi

lingkungan sekitar.

4. Threat (Ancaman)

Threat merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat

mengganggu organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.

Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan eksternal peluang dan

ancaman yang dihadapi dunia bisnis serta lingkungan internal kekuatan dan

kelemahan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan

ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis

(30)

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh

kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisis SWOT.

Kuadran I : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut

memiliki peluang dan kekuatan hingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented

strategy).

Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran III: Perusahaan mengahadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di

lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus

strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah

internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang

lebih baik.

Kuadran IV: Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

(31)

BERBAGAI PELUANG

Kuadran III Kuadran I mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif

KELEMAHAN KEKUATAN INTERNAL INTERNAL

Mendukung Strategi defensif Mendukung Strategi diversifikasi

Kuadran IV Kuadran II

BERBAGAI ANCAMAN

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT

2.3 Kerangka Pemikiran

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang banyak diminati

pasar. Kandungan protein, kalori, zat besi, dan berbagai macam vitamin yang

terdapat di dalamnya sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan

sehat dengan cita rasa yang cukup nikmat. Hal inilah yang membuat kebutuhan

pasar jamur tiram setiap harinya menunjukan peningkatan yang sangat tajam.

Proses pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan sebuah

usaha. Kualitas produk yang baik harus di dukung dengan strategi pemasaran

yang baik pula, agar konsumen mengetahui bahwa produk yang ditawarkan layak

untuk di konsumsi.

Sama halnya dengan menjalankan usaha budidaya jamur, meskipun kini jamur

tengah menjadi primadona namun jika tidak dijalankan dengan pemasaran yang

(32)

secara otomatis petani akan mengalami kerugian bahkan kegagalan dalam

menjalankan bisnis tersebut.

Setiap usaha besar maupun kecil tidak terlepas dari kendala yang muncul dari

dalam maupun dari luar lingkungan sekitar usaha. Hal inilah yang menyebabkan

terjadinya persaingan. Untuk dapat bertahan dari segala persaingan dibutuhkan

sebuah strategi.

Strategi adalah suatu cara dimana perusahaan atau usaha akan mencapai tujuan

nya, sesuai dengan pelung-peluang dan ancaman-ancaman likungan eksternal

yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal. Untuk menentukan

strategi-strategi tersebut dilakukan analisis SWOT dalam bentuk matriks. Dimana

analisis ini dapat memaksimalkan kekuatan atau strength dan peluang atau

Opportunities, serta meminimalkan kelemahan atau weaknesses dan ancaman atau

(33)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

USAHA JAMUR TIRAM PUTIH

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan (Strengths) Peluang (Opportunities)

Kelemahan (Weaknesses) Ancaman (Threats)

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan

Helvetia, Medan Tuntungan, Medan Marelan dan Medan Johor. Daerah penelitian

ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan

mempertimbangkan bahwa usaha jamur tiram putih di daerah tersebut dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menetukan sampel adalah metode sensus, yaitu

semua populasi dijadikan sampel. Adapun besar sampel adalah sebanyak 9 petani

jamur tiram putih.

Tabel 2. Jumlah Sampel Petani Jamur Tiram Putih di Kota Medan

No. Kecamatan Jumlah (Unit)

1. Medan Helvetia 3

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara

langsung dengan responden yaitu petani jamur tiram putih menggunakan

(35)

diperoleh dari instansi atau lembaga terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan

instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah 1 dengan analisis

deskriptif dan masalah 2 digunakan analisis SWOT. Proses penyusunan

perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu:

1. Tahap pengumpulan data,

2. Tahap analisis dan

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan

pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal

dan data internal. Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan dan

data internal diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.

(36)

Berdasarkan tabel tersebut, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor

strategi adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan/kelemahan serta

peluang/ancaman dalam kolom 1, lalu di beri peringkat (rating) untuk setiap

faktor pada kolom 2 berdasarkan respon sampel penelitian terhadap faktor-faktor

tersebut, yaitu:

Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Besar Kekuatan Peluang

3 Besar Kekuatan Peluang

2 Kecil Kekuatan Peluang

1 Sangat Kecil Kekuatan Peluang

1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman

2 Besar Kelemahan Ancaman

3 Kecil Kelemahan Ancaman

4 Sangat Kecil Kelemahan Ancaman

Sumber: Rangkuti, 1997.

Kemudian beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh

melebihi skor total 1 pada kolom 3 dengan rumus sebagai berikut:

Bobot rating total bobottotal rating

Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk

mendapatkan skor dalam kolom 4 ( Rangkuti, 1997).

Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua infornasi tersebut dalam model

(37)

faktor-faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

diadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimilikinya.

Matriks SWOT mempunyai 4 langkah alternative strategi yaitu sebagai berikut :

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk

(38)

2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi

ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk

menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki

kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan

untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

(Rangkuti, 1997).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional dibuat untuk menghindari kekeliruan dan

kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini. Adapun defenisi dan batasan

operasional yang dibuat adalah:

3.5.1 Defenisi:

1. Jamur Tiram Putih adalah tanaman yang diusahakan oleh petani jamur tiram

putih.

2. Strategi pemasaran adalah cara perusahaan dengan keseluruhan langkah untuk

mencapai tujuan tertentu.

3. Strength adalah kekuatan- kekuatan yang terdapat dalam usaha jamur tiram

(39)

4. Weakness adalah kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam usaha jamur tiram

putih.

5. Opportunities adalah peluang yang akan akan terjadi di masa yang akan datang

pada usaha jamur tiram putih.

6. Threat adalah ancaman-ancaman yang dapat mengganggu usaha jamur tiram

putih.

7. Baglog adalah tempat untuk pembiakan tubuh buah jamur yang di dalam nya

sudah terdapat media dan nutrisi yang mendukung pertumbuhan jamur.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Tempat penelitian di Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan

Helvetia, Medan Marelan, Medan Tuntungan dan Medan Johor.

2. Sampel penelitian adalah petani jamur tiram putih.

(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

USAHA JAMUR TIRAM PUTIH

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kota Medan terletak antara 3º 30’ - 3º 47’ Lintang Utara dan 98º 35’ - 98º 44’

Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota

Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum bekisar 32,15ºC –

34,21ºC. Kelembapan udara di wilayah Medan rata-rata 76 - 81%. Kota Medan

berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat, dan

timur.

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara

dengan luas daerah sekitar 265,10 km2 (26.510 Ha). Secara administratif, Kota

Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Kota ini merupakan pusat

pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota

Medan Merupakan dataran yang merupakan tempat pertemuan dua sungai

penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Berikut adalah kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi penelitian pada

usaha jamur tiram putih, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan

Helvetia, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Marelan dan

(41)

4.1.1 Keadaan Penduduk

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian

sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan

persebaran penduduk tercapai optimal.

Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya

keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung

lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan

pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana

penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

Pada tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.516 jiwa. Dibanding

hasil Proyeksi Penduduk 2012, terjadi pertambahan penduduk sebesar 12.712

jiwa (0,6%). Dengan luas wilayah mecapai 265,10 km2, kepadatan penduduk

mencapai 8.055 jiwa/km2.

A.Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.135.516 jiwa dengan jumlah laki-laki

1.053.393 jiwa dan perempuan 1.082.123 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan

yang ada di Kota Medan. Untuk lebih mengetahui lebih jelasnya mengenai

jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

6, sebagai berikut:

Tabel 6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Medan Tuntungan 40.097 42.437 82.534

2. Medan Johor 62.331 64.336 126.667

3. Medan Amplas 57.918 59.004 116.922

(42)

Lanjutan Tabel 6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

5. Medan Area 48.054 49.200 97.254

Jumlah 1.053.393 1.082.123 2.135.516

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013

B. Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin

Kota Medan terdiri dari jumlah penduduk yang cukup besar. Dari tahun ke tahun

jumlahnya terus bertambah, banyaknya penduduk dapat dibedakan berdasarkan

jenis kelamin dan umur. Jumlah ini juga terus bertambah dari tahun ke tahun.

Adapun data jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun

2013 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

(43)

Lanjutan Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

Jiwa Jiwa

Jumlah 1.053.393 1.082.123 2.135.516

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013

C.Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kota Medan bervariasi

jumlahnya untuk setiap tingkat pendidikan. Berdasarkan data yang tersedia, dapat

dilihat masih banyak penduduk Kota Medan yang belum pernah sekolah. Untuk

lebih jelasnya, data penduduk Kota Medan berumur 15 tahun ke atas yang

termasuk angkatan kerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No. Pendidikan Tinggi Yang

6. Akademi/Universitas 92.136 65.399 157.535

Jumlah 631.144 373.755 1.004.899

(44)

4.1.2 Sarana dan Prasarana

Semakin baik sarana dan prasaran di Kota Medan maka akan mempercepat laju

pembangunan. Cepatnya laju pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi

kemajuan laju ekonomi di Kota Medan. Sarana dan prasarana suatu daerah sangat

penting dalam mendukung pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah.

Sarana yang mendukung perkembangan suatu daerah adalah sarana dan prasarana

pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, serta sarana dan prasarana

beribadah. Adapun paparan data mengenai sarana dan prasarana di Kota Medan

dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Sarana dan Prasarana Di Kota Medan Tahun 2013

No. Keterangan Swasta Negeri Total

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013

4.2 Karakteristik Usaha Jamur Tiram Putih 4.2.1 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama

berusaha, dan luas bangunan usaha. Secara rinci, karakteristik sampel petani

(45)

Tabel 10. Karakteristik Petani Jamur Tiram Putih

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur Tahun 36 23 – 62

Tingkat Pendidikan Tahun 12 12 – 16

Lama Usaha Tahun 3 1 – 4

Luas Bangunan Usaha m2 193,8 59 – 520

Sumber: Analisi Data Primer, Lampiran 1

Dari data tabel tersebut bahwa rata-rata umur petani jamur tiram putih adalah 36

tahun dengan rentang antara 23 - 62 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang

dijalani petani jamur tiram putih rata-rata adalah 12 tahun, hal ini menunjukkan

bahwa pendidikan petani jamur tiram putih adalah tingkat SMA/sederajat,

sedangkan pengalaman berusaha jamur tiram putih tersebut rata-rata adalah 3

tahun dengan rentang antara 1 - 4 tahun. Rata-rata luas bangunan untuk jamur

tiram putih adalah 193,8 m2 dengan rentang antara 59 – 520 m2 .

4.2.2 Permodalan

Setiap perusahaan akan memerlukan modal untuk biaya investasi atau operasi.

Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, modal keluarga ataupun pinjaman

dari lembaga keuangan/bank. Lembaga keuangan memang sangat dibutuhkan

oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usaha kecil yang biasanya

membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal usaha.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

(46)

4.2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi

dan budidaya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih ini

untuk mengerjakan berbagai kegiatan seperti pembuatan bibit, penyiraman jamur

tiram, pemanenan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani

jamur tiram putih di daerah penelitian, rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipakai

adalah 3 orang dengan rentangan antara 1-8 orang. Upah tenaga kerja rata-rata

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih

5.1.1 Kekuatan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih

Adapun kekuatan dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah:

1. Ketersediaan modal yang cukup

Modal usaha bagi pengusaha skala besar ataupun kecil merupakan unsur yang

utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung

peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya meningkatkan taraf hidup

pengusaha itu sendiri. Setiap perusahaan membutuhkan modal yang besar untuk

biaya investasi dan operasi. Terkadang modal dapat menjadi ancaman bagi para

pengusaha. Namun, di daerah penelitian modal merupakan sesuatu kekuatan bagi

mereka dalam menjalankan usahanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, rata-rata modal yang digunakan adalah modal sendiri. Modal yang

digunakan pada usaha jamur tiram putih tersebut rata-rata adalah Rp. 68.000.000

dengan rentang antara Rp. 25.000.000 – Rp. 350.000.000. Hal ini memberikan

kekuatan bagi usaha di karenakan memiliki modal yang tersedia untuk

mengembangkan usaha jamur tiram putih di Kota Medan.

2. Ketersediaan tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi.

Usaha jamur tiram putih ini tidak membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan

(48)

ketekunan. Pada tahun 2013, penduduk Kecamatan Medan Helvetia, Medan

Johor, Medan Polonia, Medan Tuntungan dan Medan Marelan relatif lebih banyak

pada usia produktif 15 – 44 tahun. Untuk lebih jelasnya, data jumlah tenaga kerja

yang tersedia pada usia produktif menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

11

Tabel 11. Jumlah Tenaga Kerja Yang Tersedia Pada Usia Produktif (15 - 44 Tahun) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013

Berdasarkan tabel 11, jumlah tenaga kerja pada usia produktif banyak tersedia.

Hal ini merupakan kekuatan bagi usaha jamur tiram putih karena apabila terjadi

peningkatan skala usaha, petani tidak mengalami kesulitan untuk mencari tenaga

kerja. Kebutuhan tenaga kerja juga dapat dipenuhi dari dalam keluarga atau dari

luar keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih antara lain

mengerjakan berbagai kegiatan seperti pembuatan bibit, penyiraman, pemanenan.

Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram rata-rata adalah 3

orang dengan rentang antara 1 – 8 dengan jam kerja kurang lebih 8 jam/hari.

Medan tuntungan 15-44 21.100 22.688 43.788

(49)

3. Harga jual jamur tiram putih yang stabil

Dalam menetapkan harga produk, perusahaan tidak hanya menetapkan harga

berdasarkan kehendak perusahaan. Penetapan harga harus melihat penetapan

harga pesaing, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan dan

memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga yang terlalu tinggi

menyebabkan kehilangan pelanggan karena berpindah menjadi pelanggan

perusahaan pesaing. Penetapan harga yang terlalu rendah juga menyebabkan

berkurangnya keuntungan (profit) yang diperoleh perusahaan dan akan

berpengaruh pada kelangsungan usaha.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, Rata-rata harga jual jamur tiram putih adalah Rp. 21.000/kg dengan

rentang harga antara Rp. 18.000/kg - Rp. 25.000/kg. Petani memperoleh

keuntungan sebesar Rp. 2.440/kg. Hal ini menjadi kekuatan usaha jamur tiram

putih karena harga jual ditentukan oleh petani jamur tiram putih dan harga yang

diberikan relatif stabil karena petani yang membudidayakan masih sedikit, jumlah

produksi jamur tiram putih tidak terlalu banyak sehingga jamur tiram di pasaran

masih terbatas.

4. Kemudahan sarana transportasi

Tranportasi yang digunakan dalam pemasaran jamur tiram putih digunakan

sebagai alat angkut untuk mengantarkan jamur tiram putih kepada konsumen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, hal ini menjadi kekuatan dalam proses pemasaran jamur tiram putih.

(50)

mengantarkan jamur tiram putih secara tepat waktu kepada konsumen. Rata-rata

sampel memiliki transportasi milik pribadi berupa sepeda motor yang

dipergunakan untuk membantu proses pemasaran.

5.1.2 Kelemahan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih

Adapun kelemahan dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian

adalah:

1. Jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi

permintaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, jumlah produksi jamur tiram putih cenderung naik turun. Hal tersebut

dikarenakan pengaruh musim, kurang banyaknya baglog jamur tiram putih dan

sistem manajemen yang kurang baik. Jumlah produksi jamur tiram perhari

rata-rata adalah 26 kg/hari. Sehingga dengan jumlah produksi rata-rata-rata-rata perharinya 26

kg/hari maka menjadi kelemahan bagi petani jamur tiram putih dikarenakan

belum bisa mencukupi permintaan konsumen terhadap jamur tiram putih,

sedangkan data permintaan konsumen belum ada sehingga permintaan konsumen

terhadap jamur tiram putih tidak dapat diketahui dengan pasti. Adapun data

jumlah produksi jamur tiram putih per bulan nya dapat dilihat pada tabel 12

Tabel 12. Data Produksi Jamur Tiram Putih Per Bulan (Kg)

(51)

2. Kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama

Dalam suatu usaha, kualitas produk sangat harus di perhatikan baik dari segi

tekstur, ukuran dan daya tahan produk itu sendiri. Jamur tiram merupakan produk

pertanian yang tidak tahan lama.

Dari hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian,

kualitas produk yang dihasilkan oleh masing-masing sampel didaerah penelitian

memiliki kualitas produk yang baik tetapi daya simpan pasca panen dari jamur

tiram putih hanya bisa bertahan sehari sampai tiga hari. Hal tersebut dikarenakan,

jamur tiram sangat aktif melepaskan uap air, sehingga jamur menjadi kering dan

kantong penyimpanan menjadi basah karena uap air. Basahnya kantong

penyimpanan bisa menyebabkan jamur menjadi lebih cepat busuk dan tidak bisa

digunakan kembali. Sedangkan jika jamur kering warnanya menjadi kekuningan,

sehingga jamur tiram putih harus cepat dijual sebelum busuk. Maka dari itu,

kualitas produk jamur tiram termasuk kelemahan dalam usaha jamur tiram putih.

3. Kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih

Salah satu kelemahan dalam menjalankan suatu usaha adalah kurangnya

pengetahuan para pengusaha tentang bagaimana sistem penjualan produk dengan

baik. Salah satu sistem penjualan produk adalah dengan menawarkan produknya

yang dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui media cetak, media elektronik

dan media online.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, sistem penjualan produk jamur tiram putih di daerah penelitian lebih

banyak ditujukan keagen (distributor), memberikan informasi dari mulut ke mulut

(52)

konsumen akan bertambah jika kualitas produknya tetap terjaga sehingga tidak

memerlukan penawaran produk. Hal ini merupakan kendala bagi usaha jamur

tiram putih untuk memperluas jaringan pemasaran produknya.

5.1.3 Peluang Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih

Adapun peluang dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah:

1. Pangsa pasar jamur tiram putih yang besar

Dalam memasarkan produknya, setiap perusahaan memiliki segmentasi pasar

sendiri-sendiri. Usaha besar/menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas.

Sedangkan usaha kecil memiliki pasar lokal dan daerah sekitar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, segmentasi pasar untuk jamur tiram putih yaitu di pasar lokal/pasar

tradisional, supermarket, rumah makan, restoran dan konsumsi rumah tangga.

Dengan banyaknya permintaan pangsa pasar terhadap jamur tiram putih dapat

menjadi peluang bagi usaha jamur tiram putih di Kota Medan agar lebih banyak

petani yang membudidayakan dan usaha jamur tiram putih dapat berkembang

dengan luas.

2. Daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih

Jamur tiram putih merupakan produk yang dikonsumsi para konsumen dari

berbagai kalangan dikarenakan harganya yang masih dapat terjangkau.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, hal ini menjadi peluang bagi para petani jamur tiram putih. Dengan

demikian petani tidak perlu takut dalam menjalankan usaha jamur tiram putih

(53)

3. Semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih

Jamur tiram putih mulai banyak dikenal oleh masyarakat Kota Medan. Dari

kalangan anak-anak hingga dewasa mulai gemar mengkonsumsi jamur tiram

putih.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah

penelitian, hingga saat ini selera masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram

putih merupakan salah satu peluang bagi petani jamur tiram putih. Makanan yang

mengandung nilai gizi tinggi, rasanya yang enak dan bisa dibuat menjadi berbagai

produk olahan otomatis akan membuat para konsumen tertarik untuk membeli dan

menikmati jamur tiram putih.

5.1.4 Ancaman Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih

Adapun ancaman dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah:

1. Adanya persaingan antara petani

Pangsa pasar dan permintaan yang selalu meningkat terhadap jamur tiram putih

menyebabkan mulai banyaknya petani yang membudidayakan jamur tiram putih.

Dampak yang timbul dari usaha ini adalah terjadinya persaingan dengan petani

lain dalam memperebutkan konsumen. Untuk menghadapi banyaknya pesaing

dalam usaha jamur tiram putih para petani meningkatkan kualitas dari produk

yang dihasilkan serta mempertahankan pelanggan tetap mereka agar tidak beralih

ke usaha jamur tiram putih lain.

2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih

Ancaman produksi utama yang dihadapi oleh usaha jamur tiram putih adalah

musim/cuaca yaitu musim kemarau dengan suhu udara panas dapat

(54)

putih ini memerlukan suhu dingin dan kecukupan akan air. Maka, pada saat

musim kemarau permintaan akan jamur tiram putih tidak dapat terpenuhi, karena

mengalami penurunan produksi.

5.2 Strategi Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih

Dalam menghadapi berbagai masalah dalam mencapai tujuan perusahaan harus

dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar menempatkan diri pada

posisi yang menguntungkan. Untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat

bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan

eskternal yang berpengaruh pada perusahaan.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari usaha

jamur tiram putih di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman yang

mempengaruhi pemasaran jamur tiram putih di Kota Medan sebagai berikut :

Tabel 13. Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman Pemasaran Jamurn Tiram Putih Di Kota Medan

Faktor - faktor Parameter

Faktor Internal

- Kekuatan 1. Ketersediaan modal yang cukup 2. Ketersediaan tenaga kerja

3. Harga jual jamur tiram putih yang stabil 4. Kemudahan sarana transportasi

- Kelemahan 1. Jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan

2. Kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama

3. Kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih Faktor Eksternal

- Peluang 1. Pangsa pasar jamur tiram putih yang besar

Gambar

TABEL Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi
GAMBAR HALAMAN
Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013    Jamur
Gambar 1. Jamur Tiram Putih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah penambahan jamur tiram (Pleurotus ostreatus sp.) pada adonan bakso ayam meningkatkan kualitas kimia

Jamur tiram memiliki nilai ekonomis yang tinggi, kendala dalam pemasaran jamur tiram adalah banyaknya permintaan jamur tiram tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan

Harga yang ditawarkan untuk suatu produk adalah faktor yang dapat dikendalikan. dalam batas-batas

Diambil dari website http://jamurekangicong.blogspot.com/2013/07/kelebihan-dan-kekurangan- budidaya.htm l Diakses Pada Tanggal 29 Maret 2015.. Badan Pusat Statistik Sumatera

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths –

Bagaimana saluran pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus floridae) Di Desa Tanjung Seteko Indralaya Kabupaten Ogan Ilir.. Berapa besar margin pemasaran dan bagian yang diterima

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan: (1) Pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 4 saluran pemasaran; (2)

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths –