STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp)
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH :
NOVIARNY ANGGASTA LARA S 110304062
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp)
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
NOVIARNY ANGGASTA LARA S 110304062
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir.Iskandarini, MM, Ph.D) (Ir. Lily Fauzia, M.Si) NIP. 196405051994032002 NIP:196510081992031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Noviarny Anggasta Lara Sumarlan (110304062) dengan judul skripsi Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan. Dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D Dan Ir. Lily Fauzia, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan serta untuk mengetahui strategi pemasaran usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan.
Penentuan daerah penelitian secara purposive. Metode pengambilan sampel dengan metode sensus sebanyak 9 sampel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah ketersediaan modal yang cukup, ketersediaan tenaga kerja, harga jual jamur tiram putih yang stabil dan kemudahan sarana transportasi. Kelemahan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan, kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama, sistem penjualan jamur tiram putih. Peluang usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah pangsa pasar jamur tiram putih yang besar, daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih, semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih. Ancaman usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah adanya persaingan antara petani dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih.
Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan yaitu, meningkatkan modal usaha jamur tiram putih, memanfaatkan pangsa pasar dan daya beli masyarakat dengan harga jual produk yang stabil, memanfaatkan pangsa pasar dengan kemudahan sarana transportasi.
RIWAYAT HIDUP
NOVIARNY ANGGASTA LARA SUMARLAN lahir di Medan pada tanggal 09 November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari
Bapak Alm. Sumarlan, SE dan Ibu Hj. Nirma Aprida, SE.
Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut.
1. Sekolah Dasar di SD Kartika I-1 Medan, masuk tahun 1999 dan lulus tahun
2005.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan, masuk
tahun 2005 dan lulus tahun 2008.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan, masuk tahun 2008 dan
lulus pada tahun 2011.
4. Tahun 2011 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN).
5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Bukit Jengkol,
Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara,
pada bulan Agustus 2014.
6. Melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Medan Polonia, Medan
Helvetia, Medan Marelan, Medan Tuntungan dan Medan Johor pada tahun
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih ( Pleurotus sp) di Kota Medan.
Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalama menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil
tanpa adanya bantuan dalam bentuk dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan,
serta kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Pada kesempatan ini
penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir.
Lily Fauzia, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran
dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis,
M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak
memberikan pengetahuan selama masa perkuliahan di Program Studi
4. Seluruh staf akademik dan pegawai di Program Studi Agribisnis yang telah
membantu seluruh proses administrasi di Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
5. Orangtua Tercinta Ayahanda Alm. Sumarlan, SE dan Ibunda Hj. Nirma
Aprida, SE serta adik tersayang Savira Budiarny Putri Sumarlan, Alm. Opa
tercinta dan Oma serta Seluruh Keluarga Besar yang selalu mendoakan,
memberi motivasi, kasih sayang dan dukungan kepada penulis agar dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kekasih tercinta Arief Muhammad Nasution yang telah memberikan bantuan,
semangat, dukungan, dan motivasi selama penelitian hingga skripsi selesai.
7. Sahabat-sahabat tersayang Finka Adisti Nasution, Juwita Sari Manullang,
Faqita Iqlima Putry, Karina Shafira, Fadiah Atikah, Sonia Ramadhani, Astri
Andani dan Nidya Diani yang telah memberikan dukungan, semangat dan
motivasi.
8. Teman-teman satu pembimbing Risa Yanti Diannisa Siregar, Dewi Irwana
Sari, Siti Fatimah serta teman-teman seperjuangan di Program Studi
Agribisnis stambuk 2011 yang telah memberikan motivasi, kebahagian,
kesedihan serta semangat dalam masa perkuliahan. Senang bisa mengenal
kalian satu sama lainnya.
9. Para petani jamur tiram putih yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
penulis dalam melaksanakan penelitian.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih banyak sekali lagi kepada seluruh
pihak di atas dan mendoakan agar Allah SWT membalas budi baik mereka dengan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karenanya penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan berharap skripsi ini
bermanfaar bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin Ya Rabbal’alamin.
Medan, Juni 2015
DAFTAR ISI
2.1.2 Potensi Usaha Jamur Tiram ... 7
2.2 Landasan Teori ... 8
2.2.1 Teori Pemasaran ... 8
2.2.2 Strategi Pemasaran ... 11
2.2.3 Analisis SWOT ... 15
2.3 Kerangka Pemikiran ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 21
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21
3.4 Metode Analisis Data ... 22
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 25
3.5.1 Defenisi ... 25
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
USAHA JAMUR TIRAM PUTIH ... 27
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 27
4.1.1 Keadaan Penduduk ... 28
4.1.2 Sarana dan Prasarana ... 31
4.2 Karakteristik Usaha Jamur Tiram Putih ... 31
4.2.1 Karakteristik Sampel ... 31
4.2.2 Permodalan ... 32
4.2.3 Tenaga Kerja ... 33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih ... 34
5.1.1 Kekuatan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 34
5.1.2 Kelemahan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 37
5.1.3 Peluang Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 39
5.1.4 Ancaman Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 40
5.2 Strategi Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih ... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 49
6.1 Kesimpulan ... 49
6.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi
Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2013
2
2. Jumlah Sampel Petani Jamur Tiram Putih di Kota
Medan
21
3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal 22
4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal 23
5. Matriks SWOT 24
6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
tahun 2013
Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
Tahun 2013
30
9. Sarana dan Prasarana Di Kota Medan Tahun 2013 31
10. Karakteristik Petani Jamur Tiram 32
11.Jumlah Tenaga Kerja Yang Tersedia Pada Usia
Produktif (15 - 44 Tahun) Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013
35
12.Data Produksi Jamur Tiram Putih Per Bulan (Kg)
13.Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman
Pemasaran Jamur Tiram Putih Di Kota Medan
37
41
14.Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 42
15.Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 43
16.Penggabungan matriks evaluasi faktor strategis
internal dan eksternal pemasaran jamur tiram putih.
44
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
1. Jamur Tiram Putih
2. Diagram Analisis SWOT
7
18
3. Skema Kerangka Pemikiran
4. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Jamur Tiram
Putih
20
DAFTAR LAMPIRAN
No. LAMPIRAN
1 Karakteristik Sampel Petani Jamur Tiram Putih Di Kota Medan
2 Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Jamur Tiram
Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan
3 Parameter Penilaian Faktor Internal Pemasaran Jamur Tiram Putih
(Pleurotus Sp) di Kota Medan
4 Parameter Penilaian Faktor Eksternal Pemasaran Jamur Tiram Putih
(Pleurotus Sp) di Kota Medan
5 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)
6 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
7 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal Dan Eksternal
ABSTRAK
Noviarny Anggasta Lara Sumarlan (110304062) dengan judul skripsi Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan. Dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D Dan Ir. Lily Fauzia, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan serta untuk mengetahui strategi pemasaran usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan.
Penentuan daerah penelitian secara purposive. Metode pengambilan sampel dengan metode sensus sebanyak 9 sampel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah ketersediaan modal yang cukup, ketersediaan tenaga kerja, harga jual jamur tiram putih yang stabil dan kemudahan sarana transportasi. Kelemahan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan, kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama, sistem penjualan jamur tiram putih. Peluang usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah pangsa pasar jamur tiram putih yang besar, daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih, semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih. Ancaman usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah adanya persaingan antara petani dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih.
Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan yaitu, meningkatkan modal usaha jamur tiram putih, memanfaatkan pangsa pasar dan daya beli masyarakat dengan harga jual produk yang stabil, memanfaatkan pangsa pasar dengan kemudahan sarana transportasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diseluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis
yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang cukup hangat. Dari ribuan
jenis tersebut ada jamur yang merugikan menyebabkan penyakit pada tanaman
dan manusia. Jamur menguntungkan adalah jenis jamur yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, misalnya untuk pembuatan antibiotik, tempe, alkohol.
Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi.
Di Indonesia, jamur mulai dikenal dan dibudidayakan pada tahun 1950-an. Jamur
konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan
makanan sumber protein yang cukup digemari masyarakat. Dalam skala industri
atau semi-industri, terdapat kurang lebih sepuluh macam jamur konsumsi yang
sering di budidayakan. Berdasarkan urutannya, yang paling banyak
dibudidayakan, yakni jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur shiitake (Lentinus
edodes), jamur enokitake (Flammulina velutipes), jamur merang (Volvariella
volvacea), dan jamur tiram (Pleurotus sp) (Sumarsih, 2010).
Di antara jenis jamur yang dibudidayakan, jamur tiram merupakan jenis jamur
yang cukup populer yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat
di Indonesia. Menurut catatan sejarah, jamur tiram sudah dibudidayakan di Cina
sejak 1000 tahun silam, sementara itu di Indonesia, mulai di budidayakan pada
Jamur tiram termasuk kedalam jenis jamur kayu karena di alam dapat tumbuh
secara liar di vegetasi berkayu. Dinamakan jamur tiram karena bentuk tudung
yang melengkung, lonjong dan membulat sehingga menyerupai cangkang tiram
atau kerang (Piryadi, 2013).
Di Provinsi Sumatera Utara perkembangan produksi jamur belum terlalu banyak.
Hanya beberapa daerah saja yang menghasilkan jamur untuk kebutuhan pangan
akan jamur. Hal ini dapat diketahui dari data yang diperoleh dari Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Utara, dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Lanjutan Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Jamur
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2013
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa hanya 5 kabupaten/kota yang
memproduksi jamur, yaitu Kabupaten Asahan, Kabupaten Deli Serdang,
Kabupaten Langkat, Kota Tebing Tinggi dan Kota Binjai. Hal ini menunjukan
masih sedikitnya budidaya jamur tiram untuk daerah Provinsi Sumatera Utara.
Di Kota Medan, jamur tiram putih mulai banyak dikenal oleh masyarakat luas
walaupun merupakan bahan makanan yang enak dan bergizi tinggi, tetapi
sebagian besar masyarakat menganggap hal ini sebagai kebutuhan sekunder. Akan
tetapi aspek pemasaran merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha
jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan sifat produk yang tidak tahan lama dan
mudah rusak dan keberadaan pesaing lokal semakin memperketat persaingan
dalam pemasaran produk.
Permasalahan dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri adalah lemahnya
keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu distribusi dan penyediaan
faktor produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran
Proses pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan sebuah
usaha. Kualitas produk yang baik harus di dukung dengan strategi pemasaran
yang baik pula, agar konsumen mengetahui bahwa produk yang di tawarkan layak
untuk di konsumsi. Pasar jamur terbuka lebar, hal ini dibuktikan pada permintaan
masyarakat terhadap produk jamur yang selalu mengalami peningkatan, bahkan di
beberapa wilayah suplay jamur masih sangat kurang dan harus di pasok dari
wilayah lain. Selain kandungan gizinya, jamur juga sangat enak dan cocok di
proses menjadi aneka olahan jamur, inilah yang membuat permintaan jamur
semakin hari semakin bertambah. Dalam menjalankan usaha jamur tiram putih,
jika tidak dijalankan dengan pemasaran yang tepat maka sudah dipastikan bahwa
jamur tiram putih tersebut akan sulit diketahui pasar dan secara otomatis akan
mengalami kerugian bahkan kegagalan dalam menjalankan usaha tersebut.
Adanya perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh
terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan.
Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga
melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama
maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor
eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan,
seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan
tersebut (Rangkuti, 1997).
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana strategi pemasaran jamur tiram putih
maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka masalah penelitian ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apa sajakah faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman pada pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian ?
2. Bagaimana strategi untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram putih di
daerah penelitian ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman pada pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian.
2. Untuk menentukan strategi pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi para petani jamur tiram putih dalam
memasarkan produknya.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemeritahan dan pihak terkait yang
membutuhkan nya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jamur Tiram
Jamur tiram memiliki banyak jenis, dan masing-masing jenis memiliki manfaat
dan konsumen yang berbeda. Jamur tiram putih atau white mushroom atau
shimeji, merupakan jenis jamur tiram yang paling banyak dibudidayakan di
Indonesia. Dicirikan dengan tudung dan tubuh tanaman yang berwarna putih susu.
Jamur tiram merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi dengan
kandungan asam amino yang lengkap, termasuk asam amino esensial yang
dibutuhkan manusia. Kandungan gizi dari jamur tiram yang sangat beragam ini
membuat jamur tiram sangat bagus untuk kesehatan, sehingga jamur tiram banyak
dibutuhkan dan disukai oleh masyarat, baik untuk kalangan menengah atas
maupun masyarakat kalangan bawah (Warisno, 2010).
Bentuk jamur tiram memiliki tudung agak membulat dan melengkung seperti
cangkang tiram dengan diameter 6-14 cm. daging buahnya berwarna putih dan
semakin tua akan semakin keras. Saat mudah, bilahnya berwarna putih.
Sebaliknya, saat menua, warna bilah berubah menjadi krem kekuningan dan
menyusut menjadi berukuran 1-3 cm (Asegab, 2011).
Jamur tiram bisa hidup pada suhu 10-32º C. artinya jika suhu kurang dari 10º C
atau lebih dari 32º C maka pertumbuhan jamur tiram kurang baik. Pertumbuhan
jamur tiram akan optimum pada suhu 25-26º C. Secara alamiah di Indonesia, suhu
Diperkirakan dalam 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65 kj kalori; 8,9
mg kalsium; 1,9 mg besi; 17 mg fosfor; 0,15 mg vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2
dan 12,4 mg vitamin C. Dibandingkan dengan daging ayam, kandungan jamur
tiram masih lebih komplit sehingga tidak salah bila jamur tiram menjadi bahan
pangan masa depan (Chazali, 2009).
Adapun kelebihan dari jamur tiram ini adalah relatif mudah untuk dibudidayakan,
produktif dan tidak memerlukan lahan yang luas untuk budidayanya. Kelemahan
jamur tiram adalah mudah diserang hama scariad (lalat jamur), daya simpan pasca
panen tidak tahan lama, sulit dikirim jauh karena tudungnya mudah hancur
(Anonimus, 2013).
Gambar 1. Jamur Tiram Putih
2.1.2 Potensi Usaha Jamur Tiram
Peluang usaha jamur tiram baik pada subsektor budidaya, pemasaran, maupun
pengolahan hasil dapat dilakukan dengan fleksibel dan tidak menyita banyak
waktu maupun tenaga. Sehingga peluang usaha ini dapat dijalankan oleh siapapun
membidik peluang usaha jamur tiram ini adalah terbukanya pangsa pasar, baik
pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Peluang pasar yang besar tersebut
tentu akan memberikan peluang yang besar pula untuk pertumbuhan dan
perkembangan usaha jamur tiram. Kelebihan peluang usaha jamur tiram ini belum
tentu terdapat pada peluang usaha yang lain. Ditambah lagi respon masyarakat
yang sangat besar terhadap produk jamur tiram, baik dalam bentuk segar maupun
olahan (Anonimus, 2013).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Pemasaran
Pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran
perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau
klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan
pelanggan atau klien dari produsen (Cannon dkk, 2008).
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial ketika individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,
2000).
Teori pemasaran yang amat sederhana pun selalu menekankan bahwa dalam
kegiatan pemasaran harus jelas siapa yang menjual apa, dimana, bagaimana,
bilamana, dalam jumlah berapa dan kepada siapa. Adanya strategi yang tepat akan
sangat mendukung kegiatan pemasaran secara keseluruhan.
Pengertian pemasaran (marketing) mengingatkan kita akan bauran pemasaran
“Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran
(Marketing Tools) yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai
tujuan pemasarannya di pasar sasaran” (Kotler, 2002).
Menurut Kotler (2000), bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu product (produk),
price (harga), place (tempat), promotion (promosi), tempat yang dimaksudkan di
sini ialah distribusi. Berikut ini penjelasan dari variable-variabel bauran
pemasaran :
1. Produk (Product) adalah barang atau layanan yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan atau masalahnya.
2. Harga (Price) adalah pengorbanan yang dilakukan konsumen untuk
mendapatkan suatu produk. Dari sisi finansial, harga tidak lain adalah uang
yang dikorbankan pelanggan untuk mendapatkan suatu produk. Pada
dasarnya, harga bisa murah atau lebih mahal dibanding pesaing.
3. Tempat (Place) adalah Tempat merupakan saluran distribusi yaitu
serangkaian organisasi yang saling tergantung yang saling terlihat dalam
proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau
dikonsumsi. Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus
bermarkas dan melakukan operasi.
4. Promosi (Promotion) adalah komunikasi yang dilakukan perusahaan dengan
konsumen. Promosi bisa ditujukin untuk memberitahukan, membujuk
Menurut Sarma (1994), pemasaran mempunyai fungsi untuk mengusahakan agar
pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan
harga yang tepat dengan cara :
1. Menggunakan kegunaan tempat (place utility), yaitu mengusahakan barang dan
jasa dari daerah produksi ke daerah konsumen.
2. Menaikkan kegunaan waktu (time utility), yaitu mengusahakan barang dan jasa
dari waktu belum diperlukan ke waktu yang diperlukan.
3. Menaikkan kegunaan bentuk (form utility), yaitu mengusahakan barang dan
jasa dari bentuk semula ke bentuk yang lebih diinginkan.
Salah satu kesalah pahaman yang sering dilakukan terhadap pemasaran dalam
perusahaan pemasaran agribisnis adalah pembatasnya pada fungsi penjualan saja,
padahal dalam kenyataannya pemasaran didalam suatu perusahaan meliputi
berbagai aspek keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan pelanggan guna menghasilkan laba. Proses pemasaran
yang sesungguhnya mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan
produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan ini, menetapkan program promosi
dan kebijakan harga, serta menerapkan sistem distribusi untuk menyampaikan
barang dan jasa kepada pelanggan. Manajemen pemasaran menyangkut dengan
pengelolaan secara menyeluruh proses ini (Downey, 1987).
Setiap program pemasaran harus diawali dengan identifikasi atas kebutuhan
pelanggan. Pemasaran harus berorientasi pada pelanggan, bukan pada produk dan
perusahaan yang mengabaikan perspektif ini biasanya menghadapi kesulitan
besar. Karena kebutuhan pelanggan terus berubah, maka program pemasaran juga
2.2.2 Strategi Pemasaran
Strategi ini merupakan sekumpulan tindakan pemasaran yang terintegrasi dalam
rangka memberikan nilai kepada konsumen dan menciptakan keunggulan bersaing
bagi perusahaan. Strategi pemasaran harus bersifat distinctive (artinya bersifat
unik, tidak mudah ditiru oleh pesaing, dan spesifik) dan didukung oleh semua
potensi yang dimilki oleh perusahaan secara optimal (Rangkuti, 2002).
Strategi pemasaran merupakan cara perusahaan untuk mencapai tujuan
pemasaran. Dalam tujuan pemasaran harus secara jelas disebutkan berapa market
share dan volume penjualan yang ingin dicapai, kapan ingin dicapai. Dengan
demikian, strategi pemasaran adalah keseluruhan langkah untuk mencapai sasaran
tertentu. Jadi strategi pemasaran merupakan cerminan terbaik perusahaan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan bagimana perusahaan memanfaatkan potensi
sumberdaya manusia pada pasar yang paling menguntungkan (Rangkuti, 2002).
Menurut Rangkuti (1997), Unsur-unsur utama persaingan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga unsur utama, yaitu:
1. Unsur Strategi Persaingan
Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Segmentasi pasar, yaitu tindakan mengidentifikasikan dan membentuk
kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen
konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran
sendiri.
b. Targeting, yaitu suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang
c. Positioning, yaitu penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk
membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing poduk yang ada di
pasar ke dalam benak konsumen.
2. Unsur Taktik Pemasaran
Terdapat dua unsur taktik pemasaran, yaitu:
a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran
dalam berbagai aspek perusahaan.
b. Bauran pemasaran.
3. Unsur Nilai Pemasaran
Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang
dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan.
b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa
pelayan kepada konsumen.
c. Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat
setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses
memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Dalam merencanakan strategi pemasaran, manajer pemasaran haruslah mengambil
keputusaan mengenai bagaimana ia akan menggunakan alat-alat pemasaran yang
dimilikinya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Ada dua tipe faktor
yang dihadapi manajer pemasaran dalam strategi perencanaan pemasaran yaitu,
faktor yang dapat dikendalikan (controllable) dan faktor yang tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable) (Rewoldt, 1991).
Banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan yang mempengaruhi strategi
pemasaran, yaitu :
Permintaan
Permintaan adalah hasil dari kebutuhan dan sasaran konsumen.Permintaan
dibatasi oleh kekuatan-kekuatan pokok seperti penghasilan (income). Permintaan
juga bisa terpendam (latent) dan eksistensinya tidak diketahui. Strategi pemasaran
dapat digunakan untuk mengubah permintaan yang terpendam itu menjadi
permintaan efektif dengan menawarkan suatu produk atau jasa-jasa dengan cara
yang sesuai dengan kekuatan permintaan yang terpendam itu.
Persaingan
Keadaan persaingan sekarang, perkiraan persiangan di masa depan dan antisipasi
tindakan pembalasan dari pihak saingan, tentu akan mempengaruhi perencanaan
strategi pemasaran. Perencanaan strategi pemasaran itu haruslah
memperhitungkan sifat dan luasnya saingan, baik sekarang maupun di masa
depan, dalam menentukan rangkaian tindakan optimal yang akan diambil.
Struktur Distribusi
Untuk mendistribusikan sesuatu produk, suatu perusahaan mungkin mendirikan
jaringan penjualannya sendiri, tetapi cara ini sangat mahal dan seringkali tidak
sesuai untuk perusahaan-perusahaan yang lain. Strategi pemasaran haruslah
memperhitungkan hal-hal seperti ada atau tidak adanya saluran distribusi yang
sesuai, kesanggupan perusahaan untuk memasuki saluran tersebut, persaingan
yang akan dihadapi produk tersebut, serta kebutuhan saluran tersebut terhadap
fungsi-fungsi pemasaran.
Hambatan (constraints) terhadap kebebasan bertindak dari penjualan akan
memaksanya untuk mendapatkan jalan lain untuk memaksimumkan labanya.
Salah satu kemungkinan adalah menawarkan model yang berbeda-beda dari
produknya, yang masing-masing dengan ciri-ciri yang ditujukan untuk menarik
segmen pasar yang berbeda-beda pula dan untuk kebijaksanaan harga yang
berbeda untuk masing-masing model.
Biaya Non Pemasaran
Dalam merencanakan strategi pemasaran, biaya-biaya non-pemasaran seperti
biaya produksi dan umum (overhead), juga menimbulkan keterbatasan pada
strategi yang direncanakan. Kenaikan biaya produksi atau biaya overhead untuk
suatu produk, mungkin akan memaksa diadakannya perubahan dalam strategi
pemasaran, barangkali kearah pengurangan penekanan pada harga dan lebih
banyak penekanan pada faktor-faktor lain dalam pemasaran (marketing mix).
2. Faktor-Faktor Strategi Pemasaran (Dapat Dikendalikan)
Dalam merumuskan strategi pemasaran, penjual mengatur faktor-faktor yang
dikuasainya sedemikian rupa sehingga mencapai pendekatan strategi yang
optimum untuk sasaran pemasarannya. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan
adalah sebagai berikut :
Produk
Produk adalah salah satu faktor terpenting yang dapat dikendalikan oleh manajer
pemasaran dan dalam banyak hal merupakan alat yang paling efektif baginya.
Produk dapat diubah dengan berbagai cara untuk meningkatkan tercapainya
sasaran pemasaran. Produk dapat diubah kualitasnya, ukurannya, bentuknya,
Distribusi
Para perencana strategi pemasaran mempunyai banyak pilihan bagi kebijaksanaan
distribusinya. Misalnya seperti memilih daerah dimana akan memasarkan produk,
memutuskan berapa jumlah penyalur yang dibutuhkan masing-masing pasar dan
banyak masalah lain yang harus diputuskan dalam hal faktor distribusi.
Harga
Harga yang ditawarkan untuk suatu produk adalah faktor yang dapat dikendalikan
dalam batas-batas tertentu. Diskon dapat digunakan untuk membedakan harga
berdasarkan kualitas yang dibeli atau untuk mencapai harga yang berbeda untuk
kelas perdagangan yang berbeda pula. Pilihan harga yang tersedia dalam
perencanaan strategi pemasaran dibatasi oleh faktor biaya.
Promosi
Para manajer pemasaran dapat memilih pemakaian alat-alat promosi dalam
Berbagai jumlah dan kombinasi. Mereka dapat memilih memakai iklan sebagai
metode utama untuk komunikasi dengan konsumen atau halnya sebagai pelengkap
untuk bentuk komunikasi yang lain. Promosi penjualan pun merupakan suatu
faktor bagi strategi promosi yang bentuknya beraneka ragam dan dapat digunakan
dalam berbagai jumlah.
2.2.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasikan berbagai faktor
secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1997).
Analisis SWOT terdiri atas 4 (empat) faktor sebagai berikut:
1. Strength (Kekuatan).
Strength merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek,
atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (Kelemahan)
Weakness merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek,
atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities (Peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang akan
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari organisasi, proyek, atau
konsep bisnis itu sendiri misalnya, competitor, kebijakan pemerintah, dan kondisi
lingkungan sekitar.
4. Threat (Ancaman)
Threat merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.
Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan eksternal peluang dan
ancaman yang dihadapi dunia bisnis serta lingkungan internal kekuatan dan
kelemahan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan
ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT.
Kuadran I : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan hingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented
strategy).
Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran III: Perusahaan mengahadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di
lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus
strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang
lebih baik.
Kuadran IV: Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
BERBAGAI PELUANG
Kuadran III Kuadran I mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif
KELEMAHAN KEKUATAN INTERNAL INTERNAL
Mendukung Strategi defensif Mendukung Strategi diversifikasi
Kuadran IV Kuadran II
BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 2. Diagram Analisis SWOT
2.3 Kerangka Pemikiran
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang banyak diminati
pasar. Kandungan protein, kalori, zat besi, dan berbagai macam vitamin yang
terdapat di dalamnya sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan
sehat dengan cita rasa yang cukup nikmat. Hal inilah yang membuat kebutuhan
pasar jamur tiram setiap harinya menunjukan peningkatan yang sangat tajam.
Proses pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan sebuah
usaha. Kualitas produk yang baik harus di dukung dengan strategi pemasaran
yang baik pula, agar konsumen mengetahui bahwa produk yang ditawarkan layak
untuk di konsumsi.
Sama halnya dengan menjalankan usaha budidaya jamur, meskipun kini jamur
tengah menjadi primadona namun jika tidak dijalankan dengan pemasaran yang
secara otomatis petani akan mengalami kerugian bahkan kegagalan dalam
menjalankan bisnis tersebut.
Setiap usaha besar maupun kecil tidak terlepas dari kendala yang muncul dari
dalam maupun dari luar lingkungan sekitar usaha. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya persaingan. Untuk dapat bertahan dari segala persaingan dibutuhkan
sebuah strategi.
Strategi adalah suatu cara dimana perusahaan atau usaha akan mencapai tujuan
nya, sesuai dengan pelung-peluang dan ancaman-ancaman likungan eksternal
yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal. Untuk menentukan
strategi-strategi tersebut dilakukan analisis SWOT dalam bentuk matriks. Dimana
analisis ini dapat memaksimalkan kekuatan atau strength dan peluang atau
Opportunities, serta meminimalkan kelemahan atau weaknesses dan ancaman atau
Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
USAHA JAMUR TIRAM PUTIH
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan (Strengths) Peluang (Opportunities)
Kelemahan (Weaknesses) Ancaman (Threats)
STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan
Helvetia, Medan Tuntungan, Medan Marelan dan Medan Johor. Daerah penelitian
ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan
mempertimbangkan bahwa usaha jamur tiram putih di daerah tersebut dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan untuk menetukan sampel adalah metode sensus, yaitu
semua populasi dijadikan sampel. Adapun besar sampel adalah sebanyak 9 petani
jamur tiram putih.
Tabel 2. Jumlah Sampel Petani Jamur Tiram Putih di Kota Medan
No. Kecamatan Jumlah (Unit)
1. Medan Helvetia 3
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara
langsung dengan responden yaitu petani jamur tiram putih menggunakan
diperoleh dari instansi atau lembaga terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan
instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah 1 dengan analisis
deskriptif dan masalah 2 digunakan analisis SWOT. Proses penyusunan
perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu:
1. Tahap pengumpulan data,
2. Tahap analisis dan
3. Tahap pengambilan keputusan.
Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan
pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal
dan data internal. Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan dan
data internal diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan tabel tersebut, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor
strategi adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan/kelemahan serta
peluang/ancaman dalam kolom 1, lalu di beri peringkat (rating) untuk setiap
faktor pada kolom 2 berdasarkan respon sampel penelitian terhadap faktor-faktor
tersebut, yaitu:
Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal
Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal
4 Sangat Besar Kekuatan Peluang
3 Besar Kekuatan Peluang
2 Kecil Kekuatan Peluang
1 Sangat Kecil Kekuatan Peluang
1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman
2 Besar Kelemahan Ancaman
3 Kecil Kelemahan Ancaman
4 Sangat Kecil Kelemahan Ancaman
Sumber: Rangkuti, 1997.
Kemudian beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh
melebihi skor total 1 pada kolom 3 dengan rumus sebagai berikut:
Bobot rating total bobottotal rating
Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk
mendapatkan skor dalam kolom 4 ( Rangkuti, 1997).
Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua infornasi tersebut dalam model
faktor-faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
diadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya.
Matriks SWOT mempunyai 4 langkah alternative strategi yaitu sebagai berikut :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan
untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
(Rangkuti, 1997).
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional dibuat untuk menghindari kekeliruan dan
kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini. Adapun defenisi dan batasan
operasional yang dibuat adalah:
3.5.1 Defenisi:
1. Jamur Tiram Putih adalah tanaman yang diusahakan oleh petani jamur tiram
putih.
2. Strategi pemasaran adalah cara perusahaan dengan keseluruhan langkah untuk
mencapai tujuan tertentu.
3. Strength adalah kekuatan- kekuatan yang terdapat dalam usaha jamur tiram
4. Weakness adalah kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam usaha jamur tiram
putih.
5. Opportunities adalah peluang yang akan akan terjadi di masa yang akan datang
pada usaha jamur tiram putih.
6. Threat adalah ancaman-ancaman yang dapat mengganggu usaha jamur tiram
putih.
7. Baglog adalah tempat untuk pembiakan tubuh buah jamur yang di dalam nya
sudah terdapat media dan nutrisi yang mendukung pertumbuhan jamur.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Tempat penelitian di Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan
Helvetia, Medan Marelan, Medan Tuntungan dan Medan Johor.
2. Sampel penelitian adalah petani jamur tiram putih.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
USAHA JAMUR TIRAM PUTIH
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Kota Medan terletak antara 3º 30’ - 3º 47’ Lintang Utara dan 98º 35’ - 98º 44’
Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota
Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum bekisar 32,15ºC –
34,21ºC. Kelembapan udara di wilayah Medan rata-rata 76 - 81%. Kota Medan
berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat, dan
timur.
Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km2 (26.510 Ha). Secara administratif, Kota
Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Kota ini merupakan pusat
pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota
Medan Merupakan dataran yang merupakan tempat pertemuan dua sungai
penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Berikut adalah kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi penelitian pada
usaha jamur tiram putih, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan
Helvetia, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Marelan dan
4.1.1 Keadaan Penduduk
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian
sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan
persebaran penduduk tercapai optimal.
Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya
keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan
pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana
penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.
Pada tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.516 jiwa. Dibanding
hasil Proyeksi Penduduk 2012, terjadi pertambahan penduduk sebesar 12.712
jiwa (0,6%). Dengan luas wilayah mecapai 265,10 km2, kepadatan penduduk
mencapai 8.055 jiwa/km2.
A.Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin
Penduduk Kota Medan berjumlah 2.135.516 jiwa dengan jumlah laki-laki
1.053.393 jiwa dan perempuan 1.082.123 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan
yang ada di Kota Medan. Untuk lebih mengetahui lebih jelasnya mengenai
jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
6, sebagai berikut:
Tabel 6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Medan Tuntungan 40.097 42.437 82.534
2. Medan Johor 62.331 64.336 126.667
3. Medan Amplas 57.918 59.004 116.922
Lanjutan Tabel 6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
5. Medan Area 48.054 49.200 97.254
Jumlah 1.053.393 1.082.123 2.135.516
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013
B. Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Kota Medan terdiri dari jumlah penduduk yang cukup besar. Dari tahun ke tahun
jumlahnya terus bertambah, banyaknya penduduk dapat dibedakan berdasarkan
jenis kelamin dan umur. Jumlah ini juga terus bertambah dari tahun ke tahun.
Adapun data jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun
2013 dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
Lanjutan Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
Jiwa Jiwa
Jumlah 1.053.393 1.082.123 2.135.516
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013
C.Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kota Medan bervariasi
jumlahnya untuk setiap tingkat pendidikan. Berdasarkan data yang tersedia, dapat
dilihat masih banyak penduduk Kota Medan yang belum pernah sekolah. Untuk
lebih jelasnya, data penduduk Kota Medan berumur 15 tahun ke atas yang
termasuk angkatan kerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2013
No. Pendidikan Tinggi Yang
6. Akademi/Universitas 92.136 65.399 157.535
Jumlah 631.144 373.755 1.004.899
4.1.2 Sarana dan Prasarana
Semakin baik sarana dan prasaran di Kota Medan maka akan mempercepat laju
pembangunan. Cepatnya laju pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi
kemajuan laju ekonomi di Kota Medan. Sarana dan prasarana suatu daerah sangat
penting dalam mendukung pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah.
Sarana yang mendukung perkembangan suatu daerah adalah sarana dan prasarana
pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, serta sarana dan prasarana
beribadah. Adapun paparan data mengenai sarana dan prasarana di Kota Medan
dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Sarana dan Prasarana Di Kota Medan Tahun 2013
No. Keterangan Swasta Negeri Total
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013
4.2 Karakteristik Usaha Jamur Tiram Putih 4.2.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama
berusaha, dan luas bangunan usaha. Secara rinci, karakteristik sampel petani
Tabel 10. Karakteristik Petani Jamur Tiram Putih
Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range
Umur Tahun 36 23 – 62
Tingkat Pendidikan Tahun 12 12 – 16
Lama Usaha Tahun 3 1 – 4
Luas Bangunan Usaha m2 193,8 59 – 520
Sumber: Analisi Data Primer, Lampiran 1
Dari data tabel tersebut bahwa rata-rata umur petani jamur tiram putih adalah 36
tahun dengan rentang antara 23 - 62 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang
dijalani petani jamur tiram putih rata-rata adalah 12 tahun, hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan petani jamur tiram putih adalah tingkat SMA/sederajat,
sedangkan pengalaman berusaha jamur tiram putih tersebut rata-rata adalah 3
tahun dengan rentang antara 1 - 4 tahun. Rata-rata luas bangunan untuk jamur
tiram putih adalah 193,8 m2 dengan rentang antara 59 – 520 m2 .
4.2.2 Permodalan
Setiap perusahaan akan memerlukan modal untuk biaya investasi atau operasi.
Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, modal keluarga ataupun pinjaman
dari lembaga keuangan/bank. Lembaga keuangan memang sangat dibutuhkan
oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usaha kecil yang biasanya
membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal usaha.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
4.2.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi
dan budidaya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih ini
untuk mengerjakan berbagai kegiatan seperti pembuatan bibit, penyiraman jamur
tiram, pemanenan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani
jamur tiram putih di daerah penelitian, rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipakai
adalah 3 orang dengan rentangan antara 1-8 orang. Upah tenaga kerja rata-rata
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih
5.1.1 Kekuatan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih
Adapun kekuatan dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah:
1. Ketersediaan modal yang cukup
Modal usaha bagi pengusaha skala besar ataupun kecil merupakan unsur yang
utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung
peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya meningkatkan taraf hidup
pengusaha itu sendiri. Setiap perusahaan membutuhkan modal yang besar untuk
biaya investasi dan operasi. Terkadang modal dapat menjadi ancaman bagi para
pengusaha. Namun, di daerah penelitian modal merupakan sesuatu kekuatan bagi
mereka dalam menjalankan usahanya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, rata-rata modal yang digunakan adalah modal sendiri. Modal yang
digunakan pada usaha jamur tiram putih tersebut rata-rata adalah Rp. 68.000.000
dengan rentang antara Rp. 25.000.000 – Rp. 350.000.000. Hal ini memberikan
kekuatan bagi usaha di karenakan memiliki modal yang tersedia untuk
mengembangkan usaha jamur tiram putih di Kota Medan.
2. Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi.
Usaha jamur tiram putih ini tidak membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan
ketekunan. Pada tahun 2013, penduduk Kecamatan Medan Helvetia, Medan
Johor, Medan Polonia, Medan Tuntungan dan Medan Marelan relatif lebih banyak
pada usia produktif 15 – 44 tahun. Untuk lebih jelasnya, data jumlah tenaga kerja
yang tersedia pada usia produktif menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
11
Tabel 11. Jumlah Tenaga Kerja Yang Tersedia Pada Usia Produktif (15 - 44 Tahun) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013
Berdasarkan tabel 11, jumlah tenaga kerja pada usia produktif banyak tersedia.
Hal ini merupakan kekuatan bagi usaha jamur tiram putih karena apabila terjadi
peningkatan skala usaha, petani tidak mengalami kesulitan untuk mencari tenaga
kerja. Kebutuhan tenaga kerja juga dapat dipenuhi dari dalam keluarga atau dari
luar keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih antara lain
mengerjakan berbagai kegiatan seperti pembuatan bibit, penyiraman, pemanenan.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram rata-rata adalah 3
orang dengan rentang antara 1 – 8 dengan jam kerja kurang lebih 8 jam/hari.
Medan tuntungan 15-44 21.100 22.688 43.788
3. Harga jual jamur tiram putih yang stabil
Dalam menetapkan harga produk, perusahaan tidak hanya menetapkan harga
berdasarkan kehendak perusahaan. Penetapan harga harus melihat penetapan
harga pesaing, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan dan
memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga yang terlalu tinggi
menyebabkan kehilangan pelanggan karena berpindah menjadi pelanggan
perusahaan pesaing. Penetapan harga yang terlalu rendah juga menyebabkan
berkurangnya keuntungan (profit) yang diperoleh perusahaan dan akan
berpengaruh pada kelangsungan usaha.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, Rata-rata harga jual jamur tiram putih adalah Rp. 21.000/kg dengan
rentang harga antara Rp. 18.000/kg - Rp. 25.000/kg. Petani memperoleh
keuntungan sebesar Rp. 2.440/kg. Hal ini menjadi kekuatan usaha jamur tiram
putih karena harga jual ditentukan oleh petani jamur tiram putih dan harga yang
diberikan relatif stabil karena petani yang membudidayakan masih sedikit, jumlah
produksi jamur tiram putih tidak terlalu banyak sehingga jamur tiram di pasaran
masih terbatas.
4. Kemudahan sarana transportasi
Tranportasi yang digunakan dalam pemasaran jamur tiram putih digunakan
sebagai alat angkut untuk mengantarkan jamur tiram putih kepada konsumen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, hal ini menjadi kekuatan dalam proses pemasaran jamur tiram putih.
mengantarkan jamur tiram putih secara tepat waktu kepada konsumen. Rata-rata
sampel memiliki transportasi milik pribadi berupa sepeda motor yang
dipergunakan untuk membantu proses pemasaran.
5.1.2 Kelemahan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih
Adapun kelemahan dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian
adalah:
1. Jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi
permintaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, jumlah produksi jamur tiram putih cenderung naik turun. Hal tersebut
dikarenakan pengaruh musim, kurang banyaknya baglog jamur tiram putih dan
sistem manajemen yang kurang baik. Jumlah produksi jamur tiram perhari
rata-rata adalah 26 kg/hari. Sehingga dengan jumlah produksi rata-rata-rata-rata perharinya 26
kg/hari maka menjadi kelemahan bagi petani jamur tiram putih dikarenakan
belum bisa mencukupi permintaan konsumen terhadap jamur tiram putih,
sedangkan data permintaan konsumen belum ada sehingga permintaan konsumen
terhadap jamur tiram putih tidak dapat diketahui dengan pasti. Adapun data
jumlah produksi jamur tiram putih per bulan nya dapat dilihat pada tabel 12
Tabel 12. Data Produksi Jamur Tiram Putih Per Bulan (Kg)
2. Kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama
Dalam suatu usaha, kualitas produk sangat harus di perhatikan baik dari segi
tekstur, ukuran dan daya tahan produk itu sendiri. Jamur tiram merupakan produk
pertanian yang tidak tahan lama.
Dari hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian,
kualitas produk yang dihasilkan oleh masing-masing sampel didaerah penelitian
memiliki kualitas produk yang baik tetapi daya simpan pasca panen dari jamur
tiram putih hanya bisa bertahan sehari sampai tiga hari. Hal tersebut dikarenakan,
jamur tiram sangat aktif melepaskan uap air, sehingga jamur menjadi kering dan
kantong penyimpanan menjadi basah karena uap air. Basahnya kantong
penyimpanan bisa menyebabkan jamur menjadi lebih cepat busuk dan tidak bisa
digunakan kembali. Sedangkan jika jamur kering warnanya menjadi kekuningan,
sehingga jamur tiram putih harus cepat dijual sebelum busuk. Maka dari itu,
kualitas produk jamur tiram termasuk kelemahan dalam usaha jamur tiram putih.
3. Kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih
Salah satu kelemahan dalam menjalankan suatu usaha adalah kurangnya
pengetahuan para pengusaha tentang bagaimana sistem penjualan produk dengan
baik. Salah satu sistem penjualan produk adalah dengan menawarkan produknya
yang dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui media cetak, media elektronik
dan media online.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, sistem penjualan produk jamur tiram putih di daerah penelitian lebih
banyak ditujukan keagen (distributor), memberikan informasi dari mulut ke mulut
konsumen akan bertambah jika kualitas produknya tetap terjaga sehingga tidak
memerlukan penawaran produk. Hal ini merupakan kendala bagi usaha jamur
tiram putih untuk memperluas jaringan pemasaran produknya.
5.1.3 Peluang Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih
Adapun peluang dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah:
1. Pangsa pasar jamur tiram putih yang besar
Dalam memasarkan produknya, setiap perusahaan memiliki segmentasi pasar
sendiri-sendiri. Usaha besar/menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas.
Sedangkan usaha kecil memiliki pasar lokal dan daerah sekitar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, segmentasi pasar untuk jamur tiram putih yaitu di pasar lokal/pasar
tradisional, supermarket, rumah makan, restoran dan konsumsi rumah tangga.
Dengan banyaknya permintaan pangsa pasar terhadap jamur tiram putih dapat
menjadi peluang bagi usaha jamur tiram putih di Kota Medan agar lebih banyak
petani yang membudidayakan dan usaha jamur tiram putih dapat berkembang
dengan luas.
2. Daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih
Jamur tiram putih merupakan produk yang dikonsumsi para konsumen dari
berbagai kalangan dikarenakan harganya yang masih dapat terjangkau.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, hal ini menjadi peluang bagi para petani jamur tiram putih. Dengan
demikian petani tidak perlu takut dalam menjalankan usaha jamur tiram putih
3. Semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih
Jamur tiram putih mulai banyak dikenal oleh masyarakat Kota Medan. Dari
kalangan anak-anak hingga dewasa mulai gemar mengkonsumsi jamur tiram
putih.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah
penelitian, hingga saat ini selera masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram
putih merupakan salah satu peluang bagi petani jamur tiram putih. Makanan yang
mengandung nilai gizi tinggi, rasanya yang enak dan bisa dibuat menjadi berbagai
produk olahan otomatis akan membuat para konsumen tertarik untuk membeli dan
menikmati jamur tiram putih.
5.1.4 Ancaman Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih
Adapun ancaman dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah:
1. Adanya persaingan antara petani
Pangsa pasar dan permintaan yang selalu meningkat terhadap jamur tiram putih
menyebabkan mulai banyaknya petani yang membudidayakan jamur tiram putih.
Dampak yang timbul dari usaha ini adalah terjadinya persaingan dengan petani
lain dalam memperebutkan konsumen. Untuk menghadapi banyaknya pesaing
dalam usaha jamur tiram putih para petani meningkatkan kualitas dari produk
yang dihasilkan serta mempertahankan pelanggan tetap mereka agar tidak beralih
ke usaha jamur tiram putih lain.
2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih
Ancaman produksi utama yang dihadapi oleh usaha jamur tiram putih adalah
musim/cuaca yaitu musim kemarau dengan suhu udara panas dapat
putih ini memerlukan suhu dingin dan kecukupan akan air. Maka, pada saat
musim kemarau permintaan akan jamur tiram putih tidak dapat terpenuhi, karena
mengalami penurunan produksi.
5.2 Strategi Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih
Dalam menghadapi berbagai masalah dalam mencapai tujuan perusahaan harus
dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar menempatkan diri pada
posisi yang menguntungkan. Untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat
bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan
eskternal yang berpengaruh pada perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari usaha
jamur tiram putih di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman yang
mempengaruhi pemasaran jamur tiram putih di Kota Medan sebagai berikut :
Tabel 13. Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman Pemasaran Jamurn Tiram Putih Di Kota Medan
Faktor - faktor Parameter
Faktor Internal
- Kekuatan 1. Ketersediaan modal yang cukup 2. Ketersediaan tenaga kerja
3. Harga jual jamur tiram putih yang stabil 4. Kemudahan sarana transportasi
- Kelemahan 1. Jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan
2. Kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama
3. Kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih Faktor Eksternal
- Peluang 1. Pangsa pasar jamur tiram putih yang besar