“ETNOGRAFI PENGUSAHA SAMPAH”
(Studi tentang Usaha Pengangkutan Sampah Komplek Perumahan di Medan Sunggal)
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (S.Sos) Disusun Oleh:
MUHAMMAD ARIFIN HASIBUAN NIM: 080905029
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Muhammad Arifin Hasibuan
NIM : 080905029 Departemen : Antropologi
Judul : Etnografi Pengusaha Sampah (Studi tentang Usaha Pengangkutan Sampah Komplek Perumahan di Medan Sunggal)
Medan, 28 Juni 2014
Dosen Pembimbing Ketua Departemen Antropologi
DR. R. Hamdani Harahap, M.Si
NIP196402271989031003 NIP. 196212201989031005 Dr. Fikarwin Zuska
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
“ETNOGRAFI PENGUSAHA SAMPAH”
(Studi tentang Usaha Pengangkutan Sampah Komplek Perumahan di Medan Sunggal)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah disajikan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, 28 Juni 2014
Penulis
ABSTRAK
Muhammad Arifin Hasibuan. 2014. ETNOGRAFI PENGUSAHA
SAMPAH (Studi tentang Usaha Pengangkutan Sampah Komplek Perumahan di Medan Sunggal), Medan. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 80 halaman, 7 tabel, 7 gambar.
Sejalan dengan potensi bertambahnya volume sampah yang mungkin diproduksi manusia, di sisi lain kemajuan peradaban manusia juga menuntut pada perlunya lingkungan yang sehat dan bersih. Hal ini sangat berhubungan dengan upaya manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka yang juga hakekat tujuan pembangunan yang menginginkan kesejahteraan pada tiap sisi kehidupan. Pertemuan dua fenomena inilah menempatkan permasalah sampah sebagai titik silang pertemuan yang menuntut penyelesaian. Salah satu adaptasi manusia terhadap persoalan ini adalah munculnya nilai bari bagi sebagian manusia dalam melihat sampah. Hal ini paling tidak terjadi di Kota Medan yang ditandai dengan munculnya “pengusaha sampah”. Atas dasar inilah penelitian berikut ini dilakukan. Permaslaah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kehidupan
Pengusaha Sampah yang ada di Kota Medan?. Tujuan umum penelitian ini
diantaranya adalah untuk menggambarkan kondisi Pengusaha Sampah yang ada di Medan yang meliputi kehidupan pengusaha sampah, faktor yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perubahan konsep sampah dan pengelolaannya pada diri “pengusaha sampah” dan terungkapnya strategi dan pola pengelolaan usaha sampah yang dilakukannya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model “Life History” atas diri Pak Salim yang berupkan Informan Utama dan Kunci dalam penelitian ini.
Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahui bahwa Besarnya sampah potensial yang diperkirakan diproduksi oleh masyarakat Kota Medan, jelas menuntut pada ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaannya. Pada kondisi demikian tersebut, di Medan beberapa tahun terakhir muncul usaha jasa distribusi pengangkutan sampah yang diproduksi oleh penghuni kompleks perumahan yang sslah seorang diantaranya adalah Pak Salim. Pak Salim yang dahulunya adalah seorang buruh bangunan serabutan yang kemudian menjadi penyedia jasa pengangkutan sampah. Sebagai pengusaha sampah, ia sudah membuktikan bahwa bergelut dengan sampah menjadi sebuah cara yang bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan mengubah nilai “sampah” walaupun tentunya juga tetap memaksimalkan potensi anggota keluarga yang ada secara maksimal. Hal yang bisa disaranakan melalui penelitian ini para pengusah sampah ada baiknya memutakhirkan perlengkapannya dalam menajlankan usahanya dengan bantuan pemerintah sebagai pihak yang “tugasnya” telah dipermudah oleh pengusaha sampah mandiri seperti Pak Salim. Tidak itu saja, ide tentang melihat nilai sampah dari sudut lainnya juga perlu disebarkan secara luas di masyarakat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT
yang selalu memberikan rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya kepada penulis hingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga
penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri
teladan yang baik bagi umat manusia. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
proses penulisan skripsi ini baik dari awal hingga akhir. Pertama sekali penulis ingin
menghaturkan terima kasih yang paling tulus kepada kedua orang tua, ayahanda
tercinta Almarhum Makmun Hasibuan dan terutama ibunda tersayang Mariani yang
telah memberikan kasih sayang terbaik di dunia dan pantang menyerah dalam
membesarkan, mendidik dan menyekolahkan penulis hingga mampu menulis tulisan
ini dalam rangkaian skripsi.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin
Zuska selaku Kepala Departemen Antropologi FISIP USU, yang telah membuat
kebijakan dan pengarahan terbaik kepada seluruh mahasiswa Antropologi dan Bapak
Drs. Agustrisno, M.SP. selaku Sekretaris Departemen Antropologi FISIP USU, yang
juga telah memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa Antropologi. Terima
kasih yang sangat besar juga saya sampaikan kepada Bapak DR. R. Hamdani
Harahap M.Si., selaku dosen pembimbing penulis sekaligus saudara yang telah
memberikan waktu, arahan dan bimbingan, serta motivasi kepada penulis hingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga kepada Bapak Drs.
Yance M.Si., selaku dosen wali yang telah banyak memberikan dorongan semangat
dan saran kepada penulis mulai dari awal hingga akhir perkuliahan. Terima kasih juga
kepada segenap Dosen Antropologi FISIP USU yang telah memberikan ilmu terbaik
Departemen Antropologi FISIP USU yakni ‘Kak Nur dan ‘Kak Sofie yang banyak
membantu dalam penyelesaian administrasi.
Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih
yang besar kepada Abangda Abdullah Akhyar Nasution, S.Sos, M.Si. yang mau
berbagi waktu bagi penulis dan menjadi pembimbing penulis ketika melakukan
penelitian di lapangan. Terima kasih bang atas saran dan waktu serta sambutan hangat
di setiap kesempatan. Kepada Pak Salim selaku tokoh utama dalam tulisan dan
sumber inspirasi maupun informasi bagi penulis, terima kasih atas semua pengalaman
yang telah bapak bagi kepada penulis. Terima kasih atas semua informasi yang telah
bapak berikan yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga
kepada Loreen Ho semoga tidak terjadi kesalahan dalam penulisan nama, seseorang
yang selama setahun terakhir menjadi lebih dari sekadar teman dan sahabat dalam
berbagi kasih, sayang, cinta, dan harapan. Cukup melihatnya tertawa saja penulis
sudah bahagia.penulis juga ingin berterima kasih kepada teman-teman yang selama
ini berada di sisi penulis baik dalam susah maupun senang, kepada kak Riza, Rivi,
Aeby dan teman seperjuangan lain yang tidak bisa penulis sebut semuanya. Dan
kepada dua sahabat penulis yang pernah menjadi orang dekat yaitu Eren dan Molana.
Terakhir kepada semua teman-teman mahasiswa di Departemen Antropologi,
terkhusus kepada M. Fajri Pasaribu, Haris Lukman, Rizki Ananda, Enggi, Balok,
Thia, Nessya, Agus, wahyu, Adit, terima kasih kawan atas semua waktu, ilmu, dan
pengalaman yang telah kita lalui. Kepada teman-teman stambuk 08 yang lain Riko,
Junius, Kalvin, Lias, Putri, Harni, Hardi, Sylvia, Santa Simamora, Santa Panjaitan,
Sari, Ria, Donald, Ramles, Ita, Radinton, Helen, dan semua teman-teman di
antropologi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih
sebesar-besarnya kepada kalian, semua memori tentang perjalanan hidup kita di kampus tak
Terkhusus ucapan terimakasih untuk sahabat, saudara, anak buah, bos,
sekaligus orang yang dituakan penulis yaitu Taupik Azhari, ya begitulah ia mengakui
namanya kepada semua orang, padahal penulis tahu bahwa beliau sendiri tidak begitu
yakin dengan siapa sebenarnya nama asli beliau. Terima kasih pik, semoga cepat
nyusul. Amin.
Akhir kata penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Masukan, saran dan perbaikan dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk
perbaikan ke depan. Oleh karena itu, penulis akan menerima dengan rendah hati
segala masukan dan saran yang diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan berharga bagi pengembangan disiplin Antropologi. Terima
kasih.
Medan, 28 Juni 2014
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Arifin Hasibuan, lahir pada tanggal 1
Februari 1991 di Aceh Tamiang. Anak satu-satunya dari
Almarhum Makmun Hasibuan dan Mariani.
Riwayat pendidikan penulis, menjalani pendidikan
sekolah dasar di SDN Tanjung Karang Aceh Tamiang
(1996-2002). Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di
SMPN 1 Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang
(2002-2005) dan SMA Plus Patra Nusa Rantau Aceh
Tamiang (2005-2008), NAD. Terakhir pada tahun 2008,
penulis mengikuti pendidikan sarjana (S-1) di Departemen Antropologi FISIP USU.
Selama perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi baik intra maupun ekstra
kampus. Di antaranya pernah menjadi Anggota INSAN periode 2008-2009, Anggota
Biro Musik HMI FISIP USU periode 2009-2010, dan Departemen Perkaderan
Anggota HMI FISIP USU. Penulis juga pernah mengikuti Latihan Kader 1 HMI
FISIP USU. Diluar, Penulis merupakan Ketua eksternal dari Himpunan Mahasiswa
Aceh Tamiang sejak 2010 dan masih aktif hingga sekarang.
KATA PENGANTAR
Pada saat ini permasalahan sampah bukan lagi menjadi permasalahan lokal
maupun nasional semata namun juga sudah menjadi permasalahan global. Sejalan
dengan tingkat urbanisasi yang terjadi yang juga dapat dilihat dari perubahan struktur
demografi penduduknya, maka hampir semua kota di dunia termasuk Medan juga
menghadapi kendala dengan ketersediaan pemukiman yang layak. Hal ini merupakan
konsekwensi langsung dari tingginya permintaan akan tempat tinggal. Pada kondisi
seperti itu, maka pesatnya perkembangan industri, perdagangan dan jumlah penduduk
kota saat ini sudah tidak lagi sesauai dengan daya dukung alam yang dibarengi
dengan buruknya manajerial terhadap tata kota dan laju pertumbuhan penduduk.
Muara akhir dari persoalan itu menuntut solusi penyelesainya yang salah satunya
adalah fenomena munculnya kompleks-kompleks perumahan yang dapat menampung
penduduk kota yang semakin padat.
Kemunculan kompleks perumahan dengan beragam konsep orientasi yang
ditawarkan juga selalu berasosiasi dengan femomena kemunculan sampah dan
pengelolaannya. Kenyataan ini dapat dilihat dari adanya kencenderungan bahwa
kompleks perumahan yang saat ini banyak muncul di Kota Medan memiliki
kelemahan yang paling umum terkait dengan kondisi terbatasnya tempat pembuangan
sampah. Menajemen pengelolaan sampah yang terkait dengan
konsentrasi-konsentrasi pemukiman yang ada tersebut semakin bertambahnya seiring dengan
semakin panjangnya rantai pengelolaan sampah dalam sistem pengelolaan sampah
Realita ini mengharuskan pemerintah setempat untuk bekerja ekstra keras
dalam mengelola sampah secara baik dan benar berdasarkan pengetahuan, sumber
daya dan dana yang relatif terbatas. Walaupun begitu, upaya baik pemerintah tidaklah
selamanya membuahkan hasil yang maksimal, bahkan jauh dari hasil yang
mencukupi bila diukur dengan sistem pengelolaan yang baik, aman, sehat, efektif,
ekonomis serta ramah lingkungan yang saat ini menjadi keharusan. Pengelolaan yang
dilakukan pemerintah cenderung seperti hanya menjalani rutinitas belaka yang
memandang sampah sebagai barang buangan yang menjijikkan sehingga
penanganannya dipahami hanya sebatas urusan memindahkan, membuang, dan
memusnahkan dengan cara yang paling umum dilakukan tanpa mempertimbangkan
aspek keamanan dan kesehatannya manusia yang terlibat dalam pengelolaannya.
Kehadiran “pengusaha sampah” yang mayoritas skala kecil ini begitu menarik
jika dilihat dalam ranah keilmuan antropologi. Hal ini tentunya tidak hanya terkait
dengan perubahan nilai akan sampah itu sendiri, namun kelahiran “pengusaha
sampah” itu sendiri juga merupakan sbuah proses adaptasi yang dilakukan
masyarakat atas tantangan yang muncul dalam kehidupannya. Setidaknya, dua hal
tersebutlah yang menjadi dasar penelitian tentang penghidupan “pengusaha sampah”
ini dilakukan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terhadap pengembangan keilmuan
Antropologi serta memberikan pengetahuan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan terutama mahasiswa-mahasiswa Antropologi. Penulis menyadari
sangat mengaharapkan saran, masukan serta pendapat dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan tulisan ini ke depan. Atas semua kritik dan saran penulis
mengucapkan terima kasih.
Medan, 28 Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 17
1.4.1. Tujuan Penelitian ... 17
1.4.2. Manfaat Penelitian ... 17
1.5. Sistematika Penulisan ... 18
1.6. Metode Penelitian ... 20
1.6.1. Sifat dan Pendekatan Penelitian ... 20
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data ... 21
1.6.3. Teknik Analisa Data ... 28
BAB II. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH DI MEDAN :KASUS PENGELOLAAN SAMPAH KOMPLEKS PERUMAHAN DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL 2.1. Mengenal Kota Medan dan Kecamatan Medan Sunggal ... 29
2.1.1. Sejarah Kota Medan ... 29
2.1.2. Sekilas tentang Kecamatan Medan Sunggal ... 32
2.2. Pengelolaan Sampah di Kota Medan dan di Kecamatan Medan Sunggal ... 35
2.3. Komplek Perumahan dan Peningkatan Produksi Sampah di Medan ... 42
BAB III. PENGUSAHA SAMPAH: LIKA-LIKU KEHIDUPAN PAK SALIM 3.1. Pak Salim: Profil “Pengusaha Sampah” di Medan Sunggal .... 47
3.2. Sampah di Mata Pak Salim ... 53
BAB IV. ANALISIS TEMUAN
4.1. Nilai Sampah di Mata Pengusaha Sampah: Kasus Pak Salim . 66 4.2. Strategi Hidup Pak Salim Sebagai Pengusaha Sampah ... 69
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 73 5.2. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Kelurahan, Jumlah Lingkungan dan Luas Wilayah di
Kecamatan Medan Sunggal... 34
Tabel 2 : Kondisi Kependudukan Kecamatan Medan Sunggal ... 35
Tabel 3 : Volume sampah dan Kondisi PDRB Kota Medan ... 42
Tabel 4 : Jumlah Perkiraan Pendapatan Pak Salim/ Bulan... 59
Tabel 5 : Daftar Kegiatan Pak Salim ... 61
Tabel 6 : Penghasilan Tambahan Pak Salim/ Bulan ... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Peta Kota Medan ... 32
Gambar 2 : Peta Kecamatan Medan Sunggal ... 33
Gambar 3 : Situasi Pengumpulan Sampah di Tempat Pembuangan Sementara .... 37
Gambar 4 : Kondisi Pewadahan Komunal berupa Kontainer ... 39
Gambar 5 : Kondis Rumah Pak Salim sebelum direnovasi ... 48
Gambar 6 : Pak Salim yang sedang membawa sampah dengan becaknya. ... 57
ABSTRAK
Muhammad Arifin Hasibuan. 2014. ETNOGRAFI PENGUSAHA
SAMPAH (Studi tentang Usaha Pengangkutan Sampah Komplek Perumahan di Medan Sunggal), Medan. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 80 halaman, 7 tabel, 7 gambar.
Sejalan dengan potensi bertambahnya volume sampah yang mungkin diproduksi manusia, di sisi lain kemajuan peradaban manusia juga menuntut pada perlunya lingkungan yang sehat dan bersih. Hal ini sangat berhubungan dengan upaya manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka yang juga hakekat tujuan pembangunan yang menginginkan kesejahteraan pada tiap sisi kehidupan. Pertemuan dua fenomena inilah menempatkan permasalah sampah sebagai titik silang pertemuan yang menuntut penyelesaian. Salah satu adaptasi manusia terhadap persoalan ini adalah munculnya nilai bari bagi sebagian manusia dalam melihat sampah. Hal ini paling tidak terjadi di Kota Medan yang ditandai dengan munculnya “pengusaha sampah”. Atas dasar inilah penelitian berikut ini dilakukan. Permaslaah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kehidupan
Pengusaha Sampah yang ada di Kota Medan?. Tujuan umum penelitian ini
diantaranya adalah untuk menggambarkan kondisi Pengusaha Sampah yang ada di Medan yang meliputi kehidupan pengusaha sampah, faktor yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perubahan konsep sampah dan pengelolaannya pada diri “pengusaha sampah” dan terungkapnya strategi dan pola pengelolaan usaha sampah yang dilakukannya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model “Life History” atas diri Pak Salim yang berupkan Informan Utama dan Kunci dalam penelitian ini.
Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahui bahwa Besarnya sampah potensial yang diperkirakan diproduksi oleh masyarakat Kota Medan, jelas menuntut pada ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaannya. Pada kondisi demikian tersebut, di Medan beberapa tahun terakhir muncul usaha jasa distribusi pengangkutan sampah yang diproduksi oleh penghuni kompleks perumahan yang sslah seorang diantaranya adalah Pak Salim. Pak Salim yang dahulunya adalah seorang buruh bangunan serabutan yang kemudian menjadi penyedia jasa pengangkutan sampah. Sebagai pengusaha sampah, ia sudah membuktikan bahwa bergelut dengan sampah menjadi sebuah cara yang bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan mengubah nilai “sampah” walaupun tentunya juga tetap memaksimalkan potensi anggota keluarga yang ada secara maksimal. Hal yang bisa disaranakan melalui penelitian ini para pengusah sampah ada baiknya memutakhirkan perlengkapannya dalam menajlankan usahanya dengan bantuan pemerintah sebagai pihak yang “tugasnya” telah dipermudah oleh pengusaha sampah mandiri seperti Pak Salim. Tidak itu saja, ide tentang melihat nilai sampah dari sudut lainnya juga perlu disebarkan secara luas di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai
umat manusia pada zaman modern ini, serta meningkatnya laju pertumbuhan
penduduk di setiap daerah di penjuru dunia maka eksploitasi sumber daya alam
secara besar- besaran pun tidak dapat dihindari lagi. Hal ini terjadi sebagai
konsekuensi logis dari adanya upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup umat manusia
yang sangat besar dan semakin kompleks. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup ini
yang juga diikuti dengan peningkatan konsumsi akan banyak barang oleh masyarakat
dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai permasalahan. Salah satu
permasalahan tersebut adalah meningkatnya volume sampah yang dihasilkan
manusia.
Sejalan dengan potensi bertambahnya volume sampah yang mungkin
diproduksi manusia, di sisi lain kemajuan peradaban manusia juga menuntut pada
perlunya lingkungan yang sehat dan bersih. Hal ini sangat berhubungan dengan
upaya manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka seiring dengan
kemajuan peradaban dan hakekat tujuan pembangunan yang menginginkan
kesejahteraan pada tiap sisi kehidupan. Pertemuan dua fenomena inilah menempatkan
permasalah sampahsebagai titik silang pertemuan yang menuntut penyelesaian. Pada
saat ini permasalahan sampah bukan lagi menjadi permasalahan lokal maupun
Di tingkat nasional, urgensi pengelolaan sampah dapat dilihat pada latar
belakang lahirnya undang-undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Pada undang- undang tersebut disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah
dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah yang dikelola
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah terdiri atas: 1) Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan
sehari-hari dan rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik ; 2) Sampah
sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawsan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya ; 3) Sampah
spesifik meliputi:
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun
c. Sampah yang timbul akibat bencana
d. Puing bongkaran bangunan
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. Sampah yang timbul secara tidak periodik. (Pasal 2 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah).
Permasalahan kompleks menyangkut pengelolaan sampah semakin terlihat
dari kemunculan pusat-pusat pemukiman manusia yang terkonsentrasi. Fenomena
dimana munculnya pola pemukiman yang terkonsentrasi dapat dilihat kehidupan
upaya pengelolalan sampah menjadi sebuah hal penting yang harus dilakukan oleh
setiap kota di dunia demi mencapai iklim kota yang nyaman dan kondusif untuk
dihuni oleh manusia yang memenuhi standar kelayakan lingkungan. Sebagaimana
kota -kota besar lainnya di indonesia, Kota Medan pun tidak lepas dari permasalahan
pengelolaan sampah tersebut. Meningkatkan angka pertumbuhan penduduk, adanya
keterbatasan lahan, dan tingginya tingkat konsumsi masyarakat menjadi masalah
umum di Kota Medan yang terakumulasi dan ikut mendorong kompleksitasnya
fenomena yang terkait dengan pengelolaan sampah.
Sejalan dengan tingkat urbanisasi yang terjadi yang juga dapat dilihat dari
perubahan struktur demografi penduduknya, maka hampir semua kota di dunia
termasuk Medan juga menghadapi kendala dengan ketersediaan pemukiman yang
layak. Hal ini merupakan konsekwensi langsung dari tingginya permintaan akan
tempat tinggal. Pada kondisi seperti itu, maka pesatnya perkembangan industri,
perdagangan dan jumlah penduduk kota saat ini sudah tidak lagi sesauai dengan daya
dukung alam yang dibarengi dengan buruknya manajerial terhadap tata kota dan laju
pertumbuhan penduduk. Muara akhir dari persoalan itu menuntut solusi
penyelesainya yang salah satunya adalah fenomena munculnya kompleks-kompleks
perumahan yang dapat menampung penduduk kota yang semakin padat.
Kemunculan kompleks perumahan dengan beragam konsep orientasi yang
ditawarkan juga selalu berasosiasi dengan femomena kemunculan sampah dan
pengelolaannya. Kenyataan ini dapat dilihat dari adanya kencenderungan bahwa
kompleks perumahan yang saat ini banyak muncul di Kota Medan memiliki
sampah. Menajemen pengelolaan sampah yang terkait dengan
konsentrasi-konsentrasi pemukiman yang ada tersebut semakin bertambahnya seiring dengan
semakin panjangnya rantai pengelolaan sampah dalam sistem pengelolaan sampah
secara umum di Kota Medan.
Realita ini mengharuskan pemerintah setempat untuk bekerja ekstra keras
dalam mengelola sampah secara baik dan benar berdasarkan pengetahuan, sumber
daya dan dana yang relatif terbatas. Walaupun begitu, upaya baik pemerintah tidaklah
selamanya membuahkan hasil yang maksimal, bahkan jauh dari hasil yang
mencukupi bila diukur dengan sistem pengelolaan yang baik, aman, sehat, efektif,
ekonomis serta ramah lingkungan yang saat ini menjadi keharusan. Pengelolaan yang
dilakukan pemerintah cenderung seperti hanya menjalani rutinitas belaka yang
memandang sampah sebagai barang buangan yang menjijikkan sehingga
penanganannya dipahami hanya sebatas urusan memindahkan, membuang, dan
memusnahkan dengan cara yang paling umum dilakukan1
Sebuah kota pada hakikatnya merupakan suatu tempat pertemuan antara
bangsa-bangsa (Soekanto, 2004: 158). Begitupun Kota Medan, Kota-kota di dunia
pada hakekatnya berkembang dengan karakteristik yang berbeda-beda, karena
perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis dan tanpa mempertimbangkan
aspek keamanan dan kesehatannya manusia yang terlibat dalam pengelolaannya.
1
sejarah/kebudayaan. Keadaan geografis kota lebih mempengaruhi fungsi dan bentuk
kota, sedangkan sejarah dan kebudayaan akan mempengaruhi karakteristik dan sifat
kemasyarakatan kota.
Wikipedia (2011:1) menjelaskan: Kota merupakan kawasan pemukiman yang
secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata
ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya
secara mandiri. Pengertian kota sebagaimana yang diterapkan di Indonesia mencakup
pengertian town dan city dalam bahasa Inggris. Selain itu, terdapat pula kapitonim
kota yang merupakan satuan administrasi negara di bawah provinsi.
Kota Medan sebagaimana yang telah diceriterakan sebelumnya juga
mengalami sindrom kemunculan kompleks perumahan dengan beragam tipe jika
dilihat dari banyaknya jumlah unit, konsep bangunan dan sebagainya. Pertumbuhan
atau kemunculan ”jamur pemukiman” yang berupa kompleks perumahan ini dalam
perkembangan sosial dan budaya masyarakat tentu tidak selalu memberikan efek
positif tapi juga memunculkan efek negatif. Salah satu efek negatif misalnya dengan
dibangunnya banyak perumahan maka terjadi pertambahan jumlah penduduk di
sebuah daerah yang kemudian akan berimbas pada besarnya potensi sampah yang
mungkin dihasilnya. Dengan kondisi seperti ini, maka kegiatan pengolahan sampah
bukan menjadi perkara sederhana lagi karena sampah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek buruk bagi lingkungan seperti menimbulkan pencemaran air,
tanah dan dapat menyebabkan penyakit. Berdasarkan data yang ada di ketahui bahwa
887,75 Ton/ hari. Komposisi rata – rata sampah Kota Medan terdiri dari 47,2%
sampah organik dan 52,8% sampah anorganik (BLH Kota Medan, 2010).
Besarnya sampah potensial yang diperkirakan diproduksi oleh masyarakat
Kota Medan, jelas menuntut pada ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaannya.
Selama ini tanggung jawab pengelolaan sampah seakan-akan mutlak hanya menjadi
monopoli pemerintah. Bila dikaitkan dengan keterbatasan pemerintah Kota Medan
dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk mengatasi persoalan sampah, maka
sudah barang tentu akan ditemukan banyak kelemahan. Oleh karena itu, mejadi suatu
hal wajar jika fasilitas pengangkutan sampah yang tersedia saat ini di Kota Medan
cenderung tidak dapat menjangkau seluruh sampah yang diperoduksi oleh semua
penduduk Kota Medan. Memperhatikan bahwa persoalan penanganan sampah
bukanlan merupakan hal mudah dan sederhana yang ditandai dengan adanya banyak
ha, mulai dari jumlah pihak yang terlibat, jenis teknologi yang digunakan, besarnya
dana yang dibutuhkan serta hal lainnya, maka kesuksesan pengelolaan sampah
memerlukan keinginan yang kuat dari semua elemen masyarakat untuk berperan
dalam menjaga kebersihan di lingkungannya. Hal ini tentunya tidak terlepas dari nilai
budaya mengenai sampah yang ada dan berkembang di masyarakat.
Pada kondisi demikian tersebut, beberapa tahun terakhir bermunculan usaha
jasa perantara yang terkait dengan distribusi pengangkutan sampah yang diproduksi
oleh penghuni kompleks pemukiman yang ada ke tempat pembuangan sementara dan
atau tempat pembungan akhir sampah. Kemunculan usaha ini jelas merupakan
respon adaptif sebagaian orang atas kehadiran peluang usaha itu sendiri. Terlepas dari
sampah perantara juga hanya akan muncul seiring dengan munculnya nilai baru
tentang konsep sampah dan pengelolaannya di masyarakat itu sendiri. Tantangan dan
permasalahan inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat menjadi
peluang dalam mencari penghidupan. Kondisi yang demikian jelas menjadi sebuah
fenomena yang menarik dikaji dari sudut Antropologi. Urgensi ini dapat dilihat dari
adanya perubahan nilai tentang konsep sampah yang dianut oleh para “pengusaha
sampah” yang dengan jeli memanfaatkan keterbatasan sistem pengelolaan sampah
yang ada sehingga mereka dapat dianggap mampu menerjemahkan pepatah “sambil
menyelam minum air” dalam ikut serta mengatasi permasalahan sampah.
Kehadiran “pengusaha sampah” yang mayoritas skala kecil ini begitu menarik
jika dilihat dalam ranah keilmuan antropologi. Hal ini tentunya tidak hanya terkait
dengan perubahan nilai akan sampah itu sendiri, namun kelahiran “pengusaha
sampah” itu sendiri juga merupakan sbuah proses adaptasi yang dilakukan
masyarakat atas tantangan yang muncul dalam kehidupannya. Setidaknya, dua hal
tersebutlah yang menjadi dasar penelitian tentang penghidupan “pengusaha sampah”
ini dilakukan.
1.2. Tinjauan Pustaka
Sampah, siapa pun pasti mengetahuinya. Ketika masih dibutuhkan, barang
sangat dijaga dan diperlakukan dengan baik. Namun, ketika tidak terpakai, barang
dibuang begitu saja tanpa diperdulikan. Sampah adalah material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses pemanfaatan atau penggunaan. Sampah
proses-proses alam tidak dikenala adanya sampah, yanga ada hanyalah
produk-produk tidak bergerak. Sampah bagi setiap orang memang memiliki pengertian relatif
berbeda dan subjektif jika dilihat dari setting pendidikan, social, ekonomi bahkan
secara cultural seseorang. Sampah bagi kalangan tertentu bisa menjadi harta
berharga. Hal ini cukup wajar mengingat setiap orang memiliki standar hidup dan
kebutuhan berbeda.
Menurut Notoatmodjo (2007: 187), sampah adalah sesuatu bahan atau benda
padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yng sudah tidak digunakan lagi dalam
suatu kegiatan manusia dan dibuang. Sementara itu, pada pasal 1 angka 1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah di
jelaskan bahwa "sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat". Para ahli kesehatan masyarakat di Amerika membuat
batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak
terjadi dengan sendirinya (dalam Notoatmodjo, 2007:188).
Sampah menurut WHO adalah, sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya (Budiman, 2007). Sedangkan menurut Enjang (2000)
menyatakan bahwa sampah adalah semua zat/benda yang sudah tidak dipakai lagi
baik berasal dari rumah-rumah maupun sisa-sisa proses industri.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mengartikan sampah sebagai benda
KBBI, Waste Management Law dalam UU NO. 137/1970 pada pasal 2 ayat (1),
mendefinisikan sampah sebagai materi dalam wujud padat maupun cair yang dibuang
karena tidak diperlukan lagi. Selanjutnya, Waste Business Journal menambahkan
bahwa sampah yang berwujud cair disebut sebagai limbah, sedangkan sampah yang
berwujud padat disebut sampah padat.
Terlepas dari wujudnya, secara umum, sampah itu sendiri dibedakan menjadi
dua kategori yaitu: sampah industri dan sampah umum. Sampah industri adalah
sampah yang dihasilkan dari aktivitas produksi (Kawasaki 2005:1). Sampah industri
pun dibedakan lagi menjadi dua jenis yaitu: sampah industri terkontrol khusus dan
sampah industri lainnya termasuk di dalamnya limbah industri- sementara. Semua
sampah di luar kategori sampah industri disebut sebagai sampah umum. Secara garis
besar sampah umum dibagi menjadi tiga yaitu: sampah umum terkontrol khusus,
limbah umum dan tinja, dan sampah umum lainnya atau yang lebih dikenal dengan
nama Muncipal Solid Waste (NREL 1993: 44; Fujisogokenkyujo 2001: 10; Kawasaki
2005: 1).
Bedasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah terdiri atas: 1) Sampah rumah tangga berasal dari
kegiatan sehari-hari dan rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik ; 2)
Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawsan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya ; 3)
Sampah spesifik meliputi:
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
c. Sampah yang timbul akibat bencana
d. Puing bongkaran bangunan
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. Sampah yang timbul secara tidak periodik. (Pasal 2 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah).
Secara keilmuan, penelitian mengenai persoalan sampah sudah sering
dilakukan baik dengan mengaitkan fenomena pengelolaan sampah dengan perilaku
individu dan masyarakat maupun mengaitkannya dengan teknis pengelolaannya.
Walaupun demikian, persoalan sampah menurut beberapa hasil penelitian sangat erat
kaitannya dengan pembangunan (industrialisasi), pertumbuhan ekonomi (peningkatan
pendapatan) dan jumlah penduduk (demografi). Di samping itu, hasil penelitian
terdahulu dianggap penting untuk dijadikan bahan analisis dan pembeda antara
penelitian yang dilakukan penulis saat ini dengan penelitian yang telah dilakukan
beberapa peneliti terdahulu.
Penelitian Zuska (2008; 306) tentang Relasi Kuasa Antar Pelaku Dalam
Kehidupan Sehari-hari (studi kasus di kancah pengelolaan sampah kota- dalam hal ini
Kota Depok) mengungkapkan bahwa masalah persampahan tidak begitu mudah dapat
diharapkan menemukan solusi tanpa memperhatikan relasi-relasi kuasa yang
terbentuk didalamnya. Pemecahan secara yuridis dan teknis juga tidak terlalu
menolong, terlebih apabila pengelolaan sampah yang dimaksud bukan semata-mata
untuk membersihkan sampah. pengaitan pengelolaan sampah dengan program
peningkatan retribusi guna menaikkan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD)
mudah menyampingkan kebersihan. Para pihak yang terlibat akan lebih menekankan
pengumpulan retribusi dengan cara yang seringkali kurang mendukung tujuan .
mewujudkan kebersihan
Selain itu, adapula penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Candra dari
Universitas Tanjung Pura Pontianak dengan judul: Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (studi kasus di Kelurahan Siantan Tengah
Kecamatan Pontianak Utara). Hasil penelitiannya menunjukkan tingkat partisipasi
dalam pengelolaan sampah ditentukan oleh tingkat kemampuan, kemauan dan
kesempatan, yang dibagi kedalam enam indikator; (1) sikap terhadap lingkungan dan
program, (2) motivasi untuk terlibat ke dalam program, (3) tingkat pengetahuan
dalam pengelolaan sampah, (4) tingkat keterampilan dalam pengelolaan sampah
sebelum adanya program, (5) tingkat pengalaman dalam pengelolaan sampah
sebelum adanya program, (6) manajemen program pengelolaan sampah. (Candra,
2012: 18).
Salah satu contoh kasus fenomena sampah yang hadir di kota Medan adalah
sampah yang berasal dari komplek perumahan. Kita mengetahui bahwa seiring
dengan tingkat urbanisasi dan fertilitas penduduk yang terjadi yang juga dapat dilihat
dari perubahan struktur demografi penduduknya, maka hampir semua kota di dunia
menghadapi kendala dengan ketersediaan pemukiman yang layak. Hal ini merupakan
konsekuensi langsung dari tingginya permintaan akan tempat tinggal. Pada kondisi
seperti itu, maka pesatnya perkembangan industri, perdagangan dan jumlah penduduk
kota saat ini sudah tidak lagi sesuai dengan daya dukung alamnya yang dibarengi
Muara akhir dari persoalan itu menuntut solusi penyelesainya yang salah satunya
adalah fenomena munculnya kompleks-kompleks perumahan yang dapat menampung
penduduk kota yang semakin padat.
Kehadiran kompleks perumahan dengan beragam konsep orientasi yang
ditawarkan juga selalu berasosiasi dengan femomena pengelolaan sampah. Kenyataan
ini dapat dilihat dari adanya kencenderungan bahwa kompleks perumahan yang saat
ini banyak muncul di Kota Medan memiliki kelemahan yang paling umum terkait
dengan kondisi terbatasnya tempat pembuangan sampah.
Sekilas, sampah selalu menjadi momok yang menakutkan akibat dampak
negatif yang ditimbulkannya. Selain mempengaruhi higienitas dan kualitas
lingkungan, keberadaan sampah senantiasa menimbulkan problematika sosial yang
cukup pelik di berbagai pihak. Tak pelak, sampah pun semakin diremehkan dan
dipandang sebelah mata. Padahal, sampah tidak seburuk itu, dengan sedikit kemauan
dan kreatifitas berfikir sampah dapat dijadikan sebuah sumber penghasilan yang
menguntungkan seperti apa yang dilakukan oleh sekelompok orang termasuk
“pengusaha sampah”. Keadaan lingkungan sosial budaya suatu masyarakat pastilah
dibangun dan dipengaruhi oleh penghuninya melalui interaksi-interaksinya, mereka
pelaku-pelaku (sendiri atau bersama) yang mampu memanfaatkan sumber-sumber
yang dapat dimanfaatkannya untuk mempengaruhi pembentukan “acuan” yang bisa
Para “pengusaha sampah” memanfaatkan pandangan negatif masyarakat pada
umumnya terhadap sampah sebagai suatu yang tak berguna bahkan cenderung
merugikan menjadi suatu peluang usaha. Layaknya mengubah sampah menjadi emas,
itulah suatu perumpamaan yang cocok dikaitkan dengan apa yang dilakukan oleh
“pengusaha sampah” ini. Pandangan mereka terhadap sampah sampah sebagai
sesuatu yang bernilai lebih mampu menggali kreatifitas mereka untuk menjadikan
usaha mereka berjalan lancar. Salah satunya adalah usaha pengangkutan dan
pemindahan sampah dari kompleks perumahan ke tempat pembuangan
semnatar/akhir setelah sebelumnya sampah tersebut diseleksi terlebih dahulu. Para
“pengusaha sampah” tersebut dapat meraup untung dari beberapa sisi, diantaranya
dari iuran yang diberikan para pelanggan yang menggunakan jasa mereka dan dari
sampah itu sendiri yang nilainya masih bisa dijual atau didaur ulang berdasarkan
jenisnya.
Dari sekian banyak cara menggambarkan fenomena sosial termasuk fenomena
sampah dan pengelolaan melalui penelitian, salah satunya dapat menggunakan
pendekatan yang bersifat kualitatif. Satu varian dari pendekatan kualitatif yang jamak
digunakan terutama di kalangan penggiat antropologi adalah metode etnografi.
Metode etnografi dapat digunakan untuk meneliti perilaku-perilaku manusia
berkaitan dengan perkembangannya dalam setting sosial dan budaya tertentu,
misalnya penelitian mengenai perilaku manusia begitupula cara mereka untuk
menjalankan hidupnya.
Metode penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara
participant”, etnografi menjadi sebuah metode penelitian yang unik karena
mengharuskan partisipasi peneliti secara langsung dalam sebuah masyarakat atau
komunitas sosial tertentu. Yang lebih menarik, sejatinya metode ini merupakan akar
dari lahirnya ilmu antropologi yang kental dengan kajian masyarakat.
Secara harafiah, etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku
bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field
work) selama sekian bulan atau sekian tahun. Etnografi, baik sebagai laporan
penelitian maupun sebagai metode penelitian, dianggap sebagai asal-ususl ilmu
antropologi. Dalam buku “Metode Etnografi” Spardley mengungkap perjalanan
etnografi dari mula-mula sampai pada bentuk etnografi baru. Kemudian dia sendiri
juga memberikan langkah-langkah praktis untuk mengadakan penelitian etnografi
yang disebutnya sebagai etnografi baru ini (Spradley, 1997).
Istilah Etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan).
Etnografi yang akarnya adalah ilmu antropologi pada dasarnya adalah kegiatan
penelitian untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui
fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Menurut pemikiran yang dirangkum oleh
Mulyana ini, etnografi bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni
semua aspek budaya baik yang bersifat material, seperti artefak budaya dan yang
bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan norma, dan sistem nilai kelompok
yang diteliti. Sedang Frey et al., (dalam Mulyana, 2001: 161) mengatakan bahwa
etnografi berguna untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik
alamiah. Uraian tebal (thick description) berdasarkan pengamatan yang terlibat
Pengamatan yang terlibat menekankan logika penemuan (logic of discovery),
suatu proses yang bertujuan menyarankan konsep-konsep atau membangun teori
berdasarkan realitas nyata manusia. Metode ini mematahkan keagungan metode
eksprimen dan survei dengan asumsi bahwa mengamati manusia tidak dapat dalam
sebuah laboratorium karena akan membiaskan perilaku mereka. Pengamatan
hendaknya dilakukan secara langsung dalam habitat hidup mereka yang alami.
Etnografer harus pandai memainkan peranan dalam berbagai situasi karena
hubungan baik antara peneliti dengan informaan merupakan kunci penting
keberhasilan penelitian. Untuk mewujudkan hubungan baik ini diperlukan
ketrampilan, kepekaan dan seni. Selain ketrampilan menulis, beberapa taktik yang
disarankan adalah taktik “mencuri-dengar” (eavesdropping) dan taktik “pelacak”
(tracer), yakni mengikuti seseorang dalam melakukan serangkaian kegiatan
normalnya selama periode waktu tertentu.
Dengan penjelasan di atas maka metode etnografi adalah metode yang sangat
reliabel untuk mengupas permasalahan yang ada dalam suatu objek penelitian
masyarakat, dalam hal ini adalah pengusaha sampah yang memiliki sebuah terobosan
baru dalam bidang usaha maupun pandangan hidup. Penelitian etnografi dengan
model life history juga menjadi pilihan bagi peneliti untuk melakukan penelitian
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Oscar lewis (1988) dalam bukunya yang
berjudul Kisah 5 Keluarga Miskin di Meksiko. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip
yang digunakan lewis, peneliti mencoba menggali lebih dalam tentang apa yang
sebenarnya terjadi dan faktor apa yang memunculkan ide dari pengusaha sampah
berupaya untuk menggali dan memahami strategi yang mereka gunakan untuk
membuat dirinya bertahan dengan kondisi nilai masyarakat tentang sampah yang
cenderung akan kontadirktif dengan pandangan mereka.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang
berfokus pada usaha pengangkutan sampah pemukiman maupun perumahan yang
dilakukan secara mandiri oleh pengusaha non pemerintah. Guna memperoleh sisi
antropologis dari fenomena yang terjadi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
terletak pada sebuah persoalan tentang “Bagaimana Kehidupan Para Pengusaha
Sampah yang ada di Kota Medan?”.
Mengingat kajian ini menggunakan pendekatan etnografis sebagai salah satu
ciri khas antropologi dalam menggambarkan objek studinya, maka gambaran
kehidupan pengusaha sampah itu akan tergambar dalam serangkaian pertanyaan
penelitian yang mencakup:
a. Bagaimana kehidupan dan konsep para pengusaha tentang sampah dan
pengelolaannya?
b. Bagaimana kondisi ekonomi para pengusaha sampah dikaitkan dengan
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diungkap sebelumnya, maka beberapa tujuan
dalam penelitian ini diantaranya adalah:
a. Tergambarkannya dengan jelas dan ilmiah kehidupan pengusaha sampah yang
dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir telah muncul sebagai salah satu jenis
okupasi dalam kehidupan masyarakat kota Medan.
b. Terperikannya kondisi atau faktor yang secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi perubahan konsep sampah dan pengelolaannya pada diri sebagian
masyarakat Kota Medan.
c. Terungkapnya strategi dan pola pengelolaan usaha yang dimiliki pengusaha
sampah sebagai salah satu strategi daptasi dalam mengahadapi perubahan sosial
budaya dan ekonomi yang terjadi di masyarakat.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Sementara itu, beberpa manfaat yang kiranya akan bisa diperoleh dari penelitian ini di
antaranya:
a. Secara teoritis keilmuan, penelitian ini akan bisa ikut berkonstribusi pada
pemanfaatan konsep dan pendekatan antropologis dalam menggambarkan
pemahaman tentang fenomena kemunculan “pengusaha sampah” yang
terkesan “ganjil” atau “tidak biasa” akan bisa dipahami secara apa adanya
sesuai dengan pemahaman yang lebih ilmiah.
b. Secara praktis, kajian ini jelas akan bisa ikut bermanfaat dalam menyediakan
berbagai informasi tentang salah satu ragam okupasi atau usaha kreatif
masyarakat dalam menyiasati kesulitan hidup. Dengan demikian hasil
penelitian ini akan bisa menjadi dasar bagi banyak pihak untuk mendorong
munculnya usaha-usaha kreatif dengan tetap mempertimbangkan pentingnya
pemahaman akan konsep diri dan lingkungan.
1.5. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab. Bab pertama adalah pembahasan
mengenai latar belakang masalah dari penelitian ini. Kemudian tinjauan pustaka yang
berisi teori dan konsep yang mendukung penelitian ini. Selanjutnya pembahasan
rumusan masalah yang disusul dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Dua
bagian terakhir adalah pembahasan mengenai sistematika penulisan dan metode
penelitian yang berisi tentang pengalaman penelitian.
Pada bab kedua berisi hal-hal yang menyangkut kondisi umum Kota Medan
dan perkembangan persampahan di Medan Sunggal secara khusus. Pada bab ini
seabgian besar isinya adalah informasio tentang kondisi geografis dan demografis
Pada bab ketiga berisi tentang pembahasan mengenai profil dari pengusaha
sampah yang menjadi ini forman kunci. Bab ini akan menceritakan kisah atau life
history dari pengusaha sampah yang menjadi fokus perhatian mulai dari awal berkarir
hingga menjadikan usaha sampah ini sebagai pekerjaan tetap mereka. Seperti apa
latar belakang masing-msing pengusaha sampah juga akan dibahas di dalam bab ini
Pada bab keempat akan dibahas hal-hal mengenai pengalaman pengusaha
sampah selama menjalankan tugasnya sebagai pengusaha sampah di Medan yang
merupakan intisari dari bab sebelumnya. Pengalaman pengusaha sampah tersebut
akan menggambarkan hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh pengusaha sampah
dalam menjalankaan tugasnya.
Selain itu bab ini juga berisi tentang strategi yang diambil serta perasaan yang
dirasakan oleh pengusaha sampah dalam setiap peristiwa yang dialaminya termasuk
ketika menghadapi hambatan dan tantangan di lapangan tempat ia mengais rezeki.
Secara lebih jelas, bab ini akan menjelaskan kompleksitas pekerjaan pengusaha
sampah dalam masyarakat urban.
Bab terakhir atau bab kelima berisi tentang kesimpulan yang bisa diambil dari
bab-bab sebelumnya mengenai pengalaman pengusaha sampah dalam bekerja. Bab
ini juga berisi saran-saran yang diperlukan dan diharapkan bisa menjadi masukan
bagi para pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan lingkungan dan
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Sifat dan Pendekatan Penelitian
Sebagaimana disebutkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif dengan metode etnografi. Pada kesempatan kali ini penelitian
etnografi yang dilakukan akan lebih yang berarah kepada life history. Ini dilakukan
secara khusus untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Strauss (1990:17)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah penelitian kualitatif adalah suatu
jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak diperoleh oleh alat-alat
prosedur statistik atau alat-alat kuantifikasi lainnya. Hal ini dapat mengarah pada
penelitian tentang kehidupan, sejarah, perilaku seseorang atau hubungan-hubungan
interaksional. Konsep ini menekankan bahwa penelitian kualitatif ditandai oleh
penekanan pada penggunaan non statistik (matematika) khususnya dalam proses
analisis data hingga dihasilkan temuan penelitian secara alamiah. Ini merupakan salah
satu unsur yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif.
Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif tidak harus banyak sebagaimana berlaku
pada penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif bisa dilakukan hanya dengan satu
subjek penelitian. Tetapi tentu bukan sembarang individu atau subjek yang dipilih
sesuka peneliti. Latar atau individu yang hendak diteliti hendaknya memiliki
keunikan tersendiri sehingga hasilnya betul-betul bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Keunikan latar atau individu yang menjadi subjek penelitian itu
menentukan tingkat bobot ilmiah. Penelitian ini akan mencoba mendeskripsikan
kebudayaan pengusaha sampah dan bertujuan untuk memahami suatu pandangan
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data yang valid dan objektif sehingga
dibutuhkan suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Pada kesempatan ini peneliti
menggunakan kombinasi tiga teknik, yaitu :
a. Observasi Partisipasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui pengamatan
terhadap gejala yang terjadi pada objek yang diteliti. Panca indera manusia adalah
alat utama yang digunakan untuk menangkap segala gejala yang diamati. Hasil dari
gejala yang ditangkap oleh panca indera tersebut dapat dicatat untuk kemudian
dianalisis oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian. Tujuan utama
pengamatan adalah untuk mencatatkan atau mendeskripsikan prilaku objek serta
memahaminya dan akhirnya menjadi sebuah kesimpulan awal.Informasi dan data
pada penelitian ini salah satunya didapat dari observasi partisipasi yang dilakukan
untuk melihat secara langsung kehidupan pengusaha sampah dan cara mereka dalam
menjalankan kehidupannya sebagai pengusaha sampah. Karena usaha sampah ini
merupakan usaha yang pastinya banyak mendapati hambatan baik secara fisik
maupun mental, mengingat sampah bagi orang-orang pada umumnya adalah benda
yang sudah tidak dapat digunakan dan sama sekali tidak bernilai. Observasi
partisipasi bersama para pengusaha sampah, saya lakukan dengan mendatangi tempat
mereka mengutip sampah sehari-hari di komplek-komplek perumahan dan
mereka sedang bekerja maka saya mencoba mengamati cara dan apa yang mereka
lakukan sembari membantu sedikit pekerjaannya, dan saat senggang atau istirahat
saya baru mulai bertanya tentang beberapa hal yang tidak saya ketahui tentang usaha
sampahitu kepada mereka. Tidak hanya itu sealma proses pengumpulan data melalui
observasi, saya juga terlibat dan ikut serta dengan aktivitas informan yang dalam hal
ini adalah Pak Salim. Secara operasional teknik pengumpulan data yang berupa
observasi partisipasi tidaklah bisa dipisahkan dengan teknik pengumpulan data yang
berupa wawancara mendalam. Hal ini dikarenaka penggunaan dua teknik ini sering
harus bersamaan saya lakukan selama saya berhubungan aktif dengan “pengusaha
sampah” yang saya amati.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung kepada informan. Wawancara ditempuh guna memperoleh data serta untuk
menggali keterangan-keterangan yang diperlukan secara mendalam. Oleh karena pada
kesempatan kali ini peneliti menggunakan pendekatan etnografi, maka wawancara
yang digunakan juga merupakan wawancara mendalam yang bersifat etnografis.
Wawancara etnografis merupakan serangkaian percakapan persahabatan yang ke
dalamnya peneliti secara perlahan memberikan beberapa unsur etnografis untuk
membantu informan memberikan jawaban sebagai seorang informan. Unsur
etnografis tersebut adalah tujuan yang eksplisit, penjelasan, dan pertanyaan yang
bersifat etnografis. Wawancara dilakukan kepada beberapa informan yang dianggap
formal temuam utama dalam penelitian ini berfokus pada satu orang “pengusaha
sampah” yang sejarah hidupnya dibahas dalam penelitian ini dan seorang tokoh yang
menginspirasi peneliti untuk melakukan penelitian. Wawancara kepada tokoh yang
menginspirasi lebih dikarena tokoh ini memiliki seperangkat pengetahuan yang dalam
pandangan peneliti relevan dengan tema yang dibahas. Memilih topik untuk
melakukan penelitian tentang sampah ini sebenarnya diawali dari kekaguman saya
kepada bapak pemilik kost dimana saya pernah tinggal pada tahun 2010. Bapak
tersebut biasa dipanggil Pak Ginting. Beliau adalah seorang kakek berusia sekitar 65
tahun namun masih memiliki semangat dan kondisi fisik yang kuat mengurusi
pondokan/ kost yang dimilikinya di Jalan dr. Mansur tepatnya di Gang Rukun No. 2.
Singkat cerita Pak ginting memiliki sebuah kemampuan unik yakni ia selalu
mengetahui kapan anak kost yang menetap di tempatnya itu sedang punya banyak
uang atau tidak, sehinga jarang sekali beliau gagal dalam mengutip uang kos yang
biasa dibayar per tiga bulan. Kemampuan uniknya ini menarik perhatian saya dan
beberapa teman saya untuk mencari tahu bagaimana caranya Pak Ginting mengetahui
kondisi ekonomi para anak kost setiap bulannya. Setelah beberapa hari
memperhatikan apa yang ia lakukan setiapa harinya, ternyata Pak Ginting mengetahui
kondisi ekonomi para anak kostnya lewat keranjang sampah yang ada di setiap kamar
anak kost. Lewat sampah yang ada dalam keranjang itulah ia mengetahui apa yang
dibeli dan sudah dikonsumsi oleh anak kost dan dengan mudah Pak Ginting dapat
mengetahui kondisi kantong atau kondisi ekonomi anak kost yang memiliki
keranjang tersebut. Kondisi apakah si anak kost berbelanja banyak maupun sedikit
diketahui dari sampah yang diproduksi. Sangat unik, sangat strategis dan cerdas apa
yang dilakukan pria berusia 65 tahun ini. Hal inilah yang awalnya menyadarkan saya
bahwa sebenarnya sampah bukan hanya barang sisa yang tidak berguna, namun
sampah mampu menceritakan banyak hal, salah satunya kondisi ekonomi kami para
anak kost yang secara tidak langsung diceritakan sampah kepada Pak Ginting selaku
bapak kost.
Didasari oleh kejadian di atas, akhirnya saya mulai tertarik dengan
pengetahuan yang ditawarkan oleh sampah. Saat mengajukan judul proposal, awalnya
saya tidak ingin menuliskan tentang topik sampah ini sebagai salah satu judul yang
harus saya cantumkan pada formulir pengajuan udul proposal penelitian karena saya
belum pernah sama sekali mendalami bidang ini sebelumnya dan saya tidak yakin
untuk membahasnya. Tapi saat itu saya hanya memiliki dua judul dan masih ada satu
tempat kosong untuk judul ketiga sebagai opsional dalam pengajuan judul proposal,
maka saya menuliskan judul tentang pengusaha sampah di Medan Sunggal tempat
saya tinggal. Akhirnya saat saya mengajukan judul tersebut kepada Ketua
Departemen dan beliau memilih judul ketiga yang sebenarnya saya tidak yakin
dengan judul itu. Namun setelah berdiskusi dengan beliau saya sedikit mendapat
pencerahan dan mulai bisa membayangkan apa yang akan saya lakukan saat
penelitian. Ketua departemen merekomendasikan seorang dosen dalam hal ini Bapak
R. Hamdani sebagai dosen pembimbing. Selanjutnya saya berdiskusi dengan beliau
dalam menyusun proposal hingga menyelesikan penelitian ini.
Beberapa hasil wawancara yang sempat dilakukan dengan Pak Ginting
yang diperoleh dari beliau membantu peneliti untuk melakukan wawancara etnografis
kepada satu-satunya informan pokok dalam penelitian ini yaitu Pak Salim. Seperti
yang telah di jelaskan pada bagian sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan
model life history untuk mengungkap pengalaman pengusaha sampah. Model studi
life history ini biasa digunakan untuk mengungkap kisah hidup maupun pengalaman
yang pernah terjadi pada seseorang yang mempengaruhi pandangan, penilaian, dan
orientasinya tentang hidup. Biasanya metode yang digunakan dalam model ini adalah
peneliti mengamati secara langsung setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang
yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan apa yang dijelaskan tersebut maka saya
memulai penelitian ini dengan cara mengamati dan melakukan wawancara awal pada
informan kunci yaitu seorang pengusaha sampah yang bernama Pak Salim untuk
mengetahui gambaran umum akan usaha yang digelutinya sehari-hari. Wawancara
dengan Pak Salim dimulau dengan upaya saya untuk mendekatkan diri terlebih
dahulu. Pada awalnya saya mencoba menemui beliau di sebuah komplek perumahan
di Jalan Abadi Medan Sunggal tempat biasa beliau mengambil sampah. Saat itu saya
menyampaikan niat saya yang bermaksud untuk mengangkat cerita kehidupan beliau
dalam penelitian untuk skripsi. Beliau menerima dengan senang hati dan sangat
proaktif dengan maksud dan tujuan saya tersebut. Tanpa saya minta beliau langsung
memberikan nomor telepon genggamnya agar saya bisa membuat janji untuk
menemuinya. Saya pun sangat senang dengan respon baik yang diberikan Pak Salim
hari itu dan dengan cepat mencatat nomor telepon genggamnya sambil mengucapkan
terima kasih dan maaf karena sedikit mengganggu waktu kerjanya. Lalu Pak Salim
Pada hari berikutnya saya mencoba menghubungi Pak Salim lewat nomor
telepon yang sudah ia berikan kepada saya. Beberapa kali saya menghubungi namun
telepon tak kunjung diangkat dan saya memutuskan untuk mencoba menghubunginya
kembali nanti. Sekitar pukul 19.00 pada hari yang sama saya mencoba menelepon
kembali Pak Salim dan saat itu telepon baru diangkat. Ia menyatkan bahwa upaya
saya menghubunginya sedari tadi tidak bisa direspon sebab ia dengan bekerja. Ia
terbiasa untuk tidak membawa telepon gengamnya pada saat bekerja. Melalui
pembicaraan telepon akhirnya saya dan Pak Salim mendapatkan kesepakatan bahwa
besok harinya saya akan ikut dengan Pak Salim untuk mengutip sampah di beberapa
komplek perumahan tempat biasa ia mengutip sampah.
Sekitar pukul 6 pagi saya menunggu Pak Salim keluar dari gang depan
rumahnya sambil sarapan lontong yang ada dijual tempat di depan gang rumah Pak
Salim. Tidak lama saya menunggu, Pak Salim pun keluar dengn becak dayung yang
biasa ia pergunakan sebagai “alat tempurnya”2
2
Terminologi alat tempur sering digunakan oleh Pak Salim untuk menyebut peralatan yang digunakannya untuk melakukan aktifitas mengangkut dan memilah-milah sampah langganannya
di lapangan. Pak Salim datang dengan
kaos oblong yang sudah agak pudar warnanya dan di bagian kerah kaos itu ada
beberapa lubang seperti bekas peluru. ia juga memakai celana pendek berwarna hitam
yang warnanya juga sudah tidak begitu hitam karena sering terjemur di terik
matahari. Celana itu dihiasi dengan puluhan noda tetesan cat dinding berwarna
kuning yang jelas bukan disengaja menjadi hiasan celana tersebut. Sambil tersenyum
dan dengan nada santai Pak Salim menjawab “boleh”, dan saya pun langsung
mengikuti Pak Salim dari belakang untuk menuju tempat ia mengutip sampah. Di
perjalanan saya tidak banyak berbicara dengan beliau, saya masih sedikit canggung
dan masih belum mengerti apa yang sebaiknya saya lakukan dalam mengikuti
kegiatan mengutip sampah ini, akhirnya saya hanya mengamati dan memerhatikan
Pak Salim menyapa orang-orang yang ia temui dan begitu ramahnya PakSalim pada
setiap orang yang ia temui di jalan. Kegiatan yang sama harus saya lakukan bebrap
kali sehingga akhirnya tanpa terasa Pak Salim sering bercerita banyak tentang hidup
dan pekerjaannya tanpa saya Tanya terlebih dahulu. Hasil pengumpulan data yang
sala lakukan mengungkapkan bahwa rute kerja Pak Salim sering dimulai di Kompleks
Perumahan Abadi Palace yang berada di jalan Abadi Medan Sunggal. Waktu
menunjukkan pukul 7.30 dan komplek itu masih trerlihat sunyi, hanya ada beberapa
rumah yang terlihat sudah beraktifitas seperti ibu-ibu yang menjemur kain atau yang
menyapu halaman rumah mereka. Kami memulai mengutip sampah dari rumah ke
rumah dimulai dari rumah yang letaknya paling belakang atau paling jauh dari
gerbang kompleks hingga ke rumah yang paling depan. Tidak banyak sampah yang
dikutip Pak Salim dari komplek tersebut karena memang muatan becaknya tidak
mungkin cukup sehingga sampah pun digilir. Pada beberap kesempatan jika hari
sudah mulai terik dan saya mengajak Pak Salim untuk makan siang di sebuah warung
nasi pinggir jalan. Setelah kegiatan makan siang inilah aktivitas wawancara dengan
beliau paling umum saya lakukan. Setalah berbincang sekitar satu jam, biasanya kami
pun bergegas untuk kegiatan selanjutnya. Kegiatan ini saya lakukan serupa dalam
butuhkan pada penelitian ini. Ada beberapa malam saya juga mengajak Pak Salim
untuk duduk ngopi sambil mewawancarainya, obrolan malam sambil meneguk kopi
juga sangat efektif untuk eksplorasi kegiatan dan perjalanan hidup Pak Salim, beliau
sangat santai dan antusias bercerita disaat seperti itu.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan teknik mengumpulkan data-data tertulis yang
berkaitan dengan maslah penelitian. Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, prasasti, buku, agenda, majalah, dan sebagainya.
1.6.3. Teknik Analisa Data
Terhadap rumusan masalah dipergunakan analisis data deskriptif dengan
pendekatan etnografis. Pada dasarnya seluruh analisis melibatkan suatu cara berfikir
yang berujung pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan
bagian-bagianya, serta hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhannya. Data yang
diperoleh dalam proses penggalian data dianalisis secara kualitatif. Ini artinya setiap
perkembangan data diperoleh ditampilkan dalam laporan penelitian menurut
kronologis waktu secara naratif. Dengan model ini, maka kegiatan analisis data sudah
mulai dilakukan pada saat–saat awal pengumpulan data lapangan.
Data yang sudah dikumpulkan diatur secara berurutan, diorganisasikan ke
dalam satu pola, atau dikatagorikan dan diuraikan ke dalam satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema budaya dan dapat dirumuskan dalam narasi yang
dikonfirmasi menurut validitas, sumber dan temanya yang kemudian
diinterpretasikan. Pengkonfirmasikan data dimaksudkan untuk menentukan data-data
yang dirasa kurang valid terhadap hal demikian data tersebut akan direduksikan.
Sedangkan keseluruhan data yang dimiliki akan dicoba interpretasikan dan
dinarasikan sebaik mungkin, dengan harapan dapat memahami dengan
sebaik-baiknya data yang diperoleh, sehingga pada gilirannya dapat memahami dan
menentukan jawaban bagaimana kondisi kehidupan dan subkultur komunitas
masyarakat yang hidup dari sampah di Kota Medan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH DI MEDAN : KASUS PENGELOLAAN SAMPAH KOMPLEKS PERUMAHAN DI
KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
2.1. Mengenal Kota Medan dan Kecamatan Medan Sunggal 2.1.1. Sejarah Kota Medan
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli
dankeadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapasungai
melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu
adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei
Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.Pada mulanya yang membuka
perkampunganMedan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka
sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–
Deli).
Setelah zaman kemerdekaanlama kelamaan istilah Medan Deli
secaraberangsur-angsur lenyap sehingga akhirnyakurang popular.Dahulu orang
menamakan Tanah Deli mulai dariSungai Ular (Deli Serdang) sampai ke
SungaiWampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deliyang berkuasa pada waktu itu
wilayahkekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.Secara
keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanahpasir, tanah
campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal inimerupakan penelitian
bahwa disamping jenis tanah seperti tadi adalagi ditemui jenis tanah liat yang
spesifik. Tanah liat inilah pada waktupenjajahan Belanda ditempat yang bernama
Bakaran Batu (sekarangMedan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata
yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli
Klei.
Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni
:Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan
Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d
September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan
intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih
merupakan hutan rimba dan disana sini terutama di muara-muara sungai diselingi
pemukiman pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya.
Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang
sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang
sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera
Sumber: Medan Dalam Angka 2012
2.1.2. Sekilas tentang Kecamatan Medan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal berbatasan langsung dengan kecamatan Medan
Selayang di sebelah selatan, kecamatan Medan Helvetia di sebelah utara, kabupaten
Deli Serdang di sebelah barat, dan Kecamatan Medan Baru dan Medan Petisah di
sebelah Timur. Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu kecamatan di Kota
Medan yang mempunyai luas sekitar 14.116 km2. jarak kantor kecamatan ke kantor
walikota Medan yaitu sekitar 8 km. Dari 6 kelurahan di kecamatan Medan Sunggal,
kelurahan Sunggal memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 4.93 km² sedang
kelurahan Simpang Tanjung mempunyai luas terkecil yakni 0,32 km².
Sumber: Medan Dalam Angka 2012
Gambar 2. Peta Kecamatan Medan Sunggal
Secara administratif, Kecamatan Medan Sunggal yang dipimpin oleh seorang
RT dan 190 blok sensus. Lebih jelas tentang pembagian kelurahan dan lingkungan di
Kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 1. Daftar Kelurahan, Jumlah Lingkungan dan Luas Wilayahnya di Kecamatan Medan Sunggal
No. Kelurahan Jumlah
Lingkungan Luas Area
1. Tanjung Rejo 24 3.50 Km²
2. Simpang Tanjung 4 0.32Km²
3. Sei Sikambing 22 28.4 Km²
4. Sunggal 14 4.93 Km²
5. Lalang 13 1.25Km²
6. Babura 11 1.06Km²
Jumlah 88 14.116 Km²
Sumber : Kecamatan Medan Dalam Angka 2009
Berdasarkan data yang ada di ketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan
Medan Sunggal pada tahun 2012 sebanyak 130.470 penduduk terdiri dari 62.275
orang laki-laki serta 68.195 orang perempuan. Berdasarkan kelompok umur,
distribusi penduduk kecamatan Medan Helvetia relatif lebih banyak penduduk usia
produktif. Terdapat warga negara Asing cina berdomisili di kecamatan ini. Sebanyak
25 orang warga negara asing cina berdomisili di kecamatan Medan Sunggal. Lebih
jelas tentang kondisi kependudukan di Kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada