• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tentang Tanggung Jawab Pembuangan Sampah Pada Usaha Kecil Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Tentang Tanggung Jawab Pembuangan Sampah Pada Usaha Kecil Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TENTANG TANGGUNG JAWAB PEMBUANGAN SAMPAH PADA USAHA KECIL DI PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)

OLEH

SITI ALAWIYAH NASUTION 090502145

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Siti Alawiyah Nasution

NIM : 090502145

Program Studi : S-1 Reguler

Konsentrasi : Manajemen Usaha Kecil

Judul : Analisis Tentang Tanggung Jawab Pembuangan Sampah Pada Usaha Kecil Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)

Tanggal: ... Ketua Program Studi

Dr.Endang Sulistya Rini,SE,M.Si NIP. 19620513 199203 2 001 Tanggal: ... Ketua Departemen

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Siti Alawiyah Nasution

NIM : 090502145

Program Studi : S-1 Reguler

Konsentrasi : Manajemen Usaha Kecil

Judul : Analisis Tentang Tanggung Jawab Pembuangan Sampah Pada Usaha Kecil Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)

Tanggal : ... 2013

Peneliti

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Siti Alawiyah Nasution

NIM : 090502145

Program Studi : S-1 Reguler

Konsentrasi : Manajemen Usaha Kecil

Judul : Analisis Tentang Tanggung Jawab Pembuangan Sampah Pada Usaha Kecil Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)

Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai

Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, MSi Dra. Setri Hiyanti, MSi NIP. 19621024 198601 2 001 NIP. 19510213 198303 2 002

Ketua Program Studi S-1 Manajemen

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Siti Alawiyah Nasution

NIM : 090502145

Program Studi : S-1 Reguler

Konsentrasi : Manajemen Usaha Kecil

Judul : Analisis Tentang Tanggung Jawab Pembuangan Sampah Pada Usaha Kecil Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)

Tanggal : ...

Ketua Program Studi

Dr.Endang Sulistya Rini,SE,M.Si NIP. 19620513 199203 2 001

Tanggal : ... Ketua Departemen

(6)

ABSTRAK

ANALISIS TENTANG TANGGUNG JAWAB PEMBUANGAN

SAMPAH PADA USAHA KECIL DI PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab pembuangan sampah pada usaha kecil di Pasar Tradisional Sei Sikambing Medan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti melakukan wawancara mendalam, guna untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian. Subjek penelitian ditujukan kepada pengelola pasar dan pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing, yaitu orang yang berperan dalam tanggung jawab pembuangan sampah di Pasar Sei Sikambing.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian (wawancara) secara langsung kepada subjek penelitian dan pada umumnya

bersifat up to date. Sedangkan data sekunder hanya sebagai pertimbangan dan

lebih bersifat historis.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Pasar Sei Sikambing tidak kotor dan tidak banyak sampah yang berserakan karena adanya kerjasama yang baik antara pengelola pasar dan pedagang sayur. Pedagang sayur membuang sampah ke tempat pembuangan sampah yang telah disediakan pasar dan ada juga pedagang yang mengumpulkan di satu tempat atau memasukkannya kedalam plastik dan meletakkan di dekat area berjualan agar mudah dikutip petugas kebersihan. Meskipun pedagang sayur membayar iuran kebersihan kepada pengelola pasar tetapi pedagang sayur tidak sembarangan membuang sampahnya.

(7)

ABSTRACT

ANALYSIS OF WASTE DISPOSAL RESPONSIBILITY ON

SMALL BUSINESS IN TRADITIONAL MARKET

(Case Study in Sei Sikambing Market Medan)

This research aims to identify and analyze the responsibility of waste disposal on small businesses in Traditional Market Sei Sikambing Medan.

Type of research is descriptive method with qualitative approach, where researcher conducted indepth interview, in order to collect information and data required in the research. Subjects addressed to the manager of market research and vegetable vendors on Sei Sikambing Market, that is those who play a role in responsibility in the waste disposal on Sei Sikambing Market.

The primary data in this research is obtained from the research (interviews) directly to the subject of study and was generally up to date. While the data is only as a secondary consideration and more historical.

Based on the results of this research is that Sei Sikambing Market not dirty and not a lot of trash scattered because of the good cooperation between the market managers and vegetable traders. Vegetable traders dispose of trash to land fills which have supplied the market and there are also traders who gather on one place or put it in plastic and put on near the selling area to be easily cited janitor. Although vegetable vendors pay a fee to the organizer hygiene market but not vain vegetable traders dispose their garbage.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku tercinta Drs. H. Samsunar Nasution dan Hj. Enni Susilawati yang senantiasa mendoakan, memotivasi dan mencukupi segala kebutuhan dana dan material tanpa merasa kekurangan sesuatu apapun.

Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, nasehat dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE., M.Ec., Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1

Manajemen.

3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi., selaku sekretaris Departemen Manajemen.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, MSi., selaku Dosen Pembimbing yang

sangat membantu dalam pemberian saran dan kritik agar skripsi yang saya tulis ini menjadi lebih baik dan saya sangat berterima kasih atas diberikannya waktu untuk membimbing saya secara perlahan sampai selesai seperti sekarang ini.

6. Ibu Dra. Setri Hiyanti Siregar, MSi., selaku Dosen Pembaca Penilai yang

(9)

7. Seluruh dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi yang telah banyak mendidik mahasiswa/i dengan penuh dedikasi.

8. Karyawan/wati Fakultas Ekonomi yang telah banyak membantu para

mahasiswa/i dalam memperlancar jalannya kegiatan belajar mengajar di kampus.

9. Abangku tercinta Genda Maradongan Nasution dan Arjanggi Nasution

STP, MSc. Tidak lupa juga terima kasih kepada sepupuku yang sangat saya cintai yaitu Ria Elvira, SE , Dwita Rahmadani, S.Sos , Atikah, SP dan Rizqi Annisa dan terima kasih juga kepada tanteku yang paling baik Mila Sungkono yang selalu memberikan semangat kepada saya.

10.Sahabatku yang sangat dicintai dari SMA yang selalu memberikan

dukungan, semangat dan selalu mendoakan yaitu Nurul Auni Iskandar, Dyah Karunia Sari, Vicky Dhara Wahyuni, Nina Nefiadana Chikita dan adikku Farah Izzaty Iskandar.

11.Kepada sahabatku yang sangat dicintai Dea Finika Putri, Ardiana

Dongoran, Astri Amalia Sari dan Reni Rahma Sari semoga cepat menyusul. Hidupku tidak berarti tanpa dukungan kalian.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, 24 Juni 2013 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Teoritis ... 5

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 25

3.2 Waktu dan TempatPenelitian ... 26

3.3 Subjek Penelitian ... 26

3.4 Jenis Data ... 26

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.6 Analisis Data ... 28

3.7 Tahap-tahap Penelitian ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 33

4.1.1 Profil Singkat Pasar Sei Sikambing ... 33

4.1.2 Struktur Organisasi Pasar Sei Sikambing ... 34

4.1.3 Visi dan Misi Pasar Sei Sikambing ... 35

4.1.4 Kondisi Fisik Pasar Sei Sikambing ... 35

(11)

4.2 Hasil Analisis... 38

4.2.1 Hasil Pengamatan/Observasi ... 38

4.2.2 Hasil Wawancara ... 40

4.3 Pembahasan ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(15)

ABSTRAK

ANALISIS TENTANG TANGGUNG JAWAB PEMBUANGAN

SAMPAH PADA USAHA KECIL DI PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab pembuangan sampah pada usaha kecil di Pasar Tradisional Sei Sikambing Medan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti melakukan wawancara mendalam, guna untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian. Subjek penelitian ditujukan kepada pengelola pasar dan pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing, yaitu orang yang berperan dalam tanggung jawab pembuangan sampah di Pasar Sei Sikambing.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian (wawancara) secara langsung kepada subjek penelitian dan pada umumnya

bersifat up to date. Sedangkan data sekunder hanya sebagai pertimbangan dan

lebih bersifat historis.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Pasar Sei Sikambing tidak kotor dan tidak banyak sampah yang berserakan karena adanya kerjasama yang baik antara pengelola pasar dan pedagang sayur. Pedagang sayur membuang sampah ke tempat pembuangan sampah yang telah disediakan pasar dan ada juga pedagang yang mengumpulkan di satu tempat atau memasukkannya kedalam plastik dan meletakkan di dekat area berjualan agar mudah dikutip petugas kebersihan. Meskipun pedagang sayur membayar iuran kebersihan kepada pengelola pasar tetapi pedagang sayur tidak sembarangan membuang sampahnya.

(16)

ABSTRACT

ANALYSIS OF WASTE DISPOSAL RESPONSIBILITY ON

SMALL BUSINESS IN TRADITIONAL MARKET

(Case Study in Sei Sikambing Market Medan)

This research aims to identify and analyze the responsibility of waste disposal on small businesses in Traditional Market Sei Sikambing Medan.

Type of research is descriptive method with qualitative approach, where researcher conducted indepth interview, in order to collect information and data required in the research. Subjects addressed to the manager of market research and vegetable vendors on Sei Sikambing Market, that is those who play a role in responsibility in the waste disposal on Sei Sikambing Market.

The primary data in this research is obtained from the research (interviews) directly to the subject of study and was generally up to date. While the data is only as a secondary consideration and more historical.

Based on the results of this research is that Sei Sikambing Market not dirty and not a lot of trash scattered because of the good cooperation between the market managers and vegetable traders. Vegetable traders dispose of trash to land fills which have supplied the market and there are also traders who gather on one place or put it in plastic and put on near the selling area to be easily cited janitor. Although vegetable vendors pay a fee to the organizer hygiene market but not vain vegetable traders dispose their garbage.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sampah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar di Indonesia.

Pada tahun 2020, volume sampah perkotaan di Indonesia diperkirakan akan

meningkat lima kali lipat, diantaranya sumber sampah yang terbanyak berasal dari

pemukiman dan pasar tradisional (Fatimah, 2009 : 1).

Jumlah sampah yang bertambah dalam suatu wilayah, berkorelasi dengan

jumlah populasi manusia dan banyaknya aktivitas yang dilakukan di dalam suatu

komunitas. Menurut data Dinas Kebersihan Kota Medan pada tahun 2009 dengan

pertambahan penduduk Kota Medan sebesar 2.578.315 jiwa menghasilkan

sampah sebesar 5.616 m3/hari (1.404 ton/hari) dengan volume sampah sebesar itu

jika tidak dilakukan dengan tanggung jawab sosial yang baik maka pengolahan

sampah di Kota Medan akan terkendala.

Sampah yang berasal dari pemukiman, pasar, taman, dan lain-lain, jika

tidak dikelola secara baik, keberadaannya sering menimbulkan masalah bagi

lingkungan, seperti:

1. Sampah yang tidak teratasi dengan baik dapat menyebabkan lingkungan tidak

baik secara estetika.

2. Sampah yang membusuk menghasilkan gas yang berbau yang tidak sedap dan

berbahaya bagi kesehatan, air yang dikeluarkan (leachate) juga dapat

(18)

3. Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyebabkan tersumbatnya

saluran drainase sehingga dapat menimbulkan banjir.

4. Kawasan yang padat penduduknya seperti kota besar akan kesulitan mencari

lahan baru untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Negara berkembang seperti Indonesia menyelesaikan masalah sampah

yaitu dengan membuang ke tempat lain, tentu saja ini bukan merupakan

pemecahan masalah. Oleh sebab itu untuk meminimalisasi (pengurangan) sampah

mencakup tiga usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu: Reduse (mengurangi):

sebisa mungkin mengurangi barang dan material yang dipakai sehari-hari. Reuse

(memakai kembali): memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia

menjadi sampah/menghindari pemakaian sekali pakai. Recycle (mendaur ulang):

sedapat mungkin mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi

menjadi bentuk dan fungsi lain, meski tidak semua barang bisa di daur ulang.

Menurut Slamet (dalam Pakpahan, 2010 : 4) ada beberapa faktor yang

penting yang mempengaruhi sampah yaitu: jumlah penduduk, keadaan sosial,

kemajuan teknologi yang akan menambah jumlah maupun kualitas sampah.

Pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan akan:

1. Mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga dapat

memperpanjang umur Tempat Pembuangan Akhir (TPA), meningkatkan

efisiensi biaya pengangkutan sampah, meningkatnya kondisi sanitasi di

sekitar TPA.

2. Mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kebersihan

(19)

3. Membantu melestarikan sumberdaya alam, terutama kompos yang dipakai

untuk pupuk tanaman.

4. Menghasilkan sumberdaya baru dari sampah, misalnya pupuk tanaman.

5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan

meningkatkan pendapatan masyarakat.

Salah satu pasar tradisional yang terletak di Jl. Gatot Subroto yang lebih

dikenal dengan Pajak Sei Sikambing atau Pasar Sei Sikambing menjual

diantaranya sembako, bumbu dapur, sayur mayur, ikan, daging, pakaian,

makanan, jajanan pasar dan lainnya di dalam pasar sehingga menimbulkan

sampah. Berdasarkan data, jumlah tempat berdagang di Pasar Sei Sikambing

berjumlah 646. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh pasar tersebut berkisar

2-3m3/hari.

Petugas kebersihan yang bertugas membersihkan sampah hanya 5 orang

dengan pengolahan pasar yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD). Petugas kebersihan membersihkan sampah setiap hari. Sampah di

kumpulkan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang berada di depan Pasar

Sei Sikambing. Pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan truk

pengangkut sampah kemudian di angkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di

TPA Terjun atau di TPA Tuntungan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada Pak Doli sebagai staff di Perusahaan

Daerah (PD) Pasar, kendala utama sampah di Pasar Sei Sikambing adalah truk

pengangkutan yang mengangkut sampah bukan hanya mengangkut di Pasar Sei

(20)

sampah menjadi terbatas. Oleh sebab itu tanggung jawab sosial pembuangan

sampah di Pasar Tradisional Sei Sikambing Medan sangat penting. Melihat

kondisi tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

Analisis tentang Tanggung Jawab Pembuangan Sampah pada Usaha Kecil di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Sei Sikambing Medan)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: “Bagaimana tanggung

jawab pembuangan sampah pada usaha kecil di Pasar Tradisional Sei Sikambing

Medan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

tanggung jawab pembuangan sampah pada usaha kecil di Pasar Tradisional Sei

Sikambing Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Meningkatkan kebersihan lingkungan akibat pencemaran dari sampah

2. Memberikan kenyamanan kepada pelanggan pasar

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep

yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai

bentuk tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan sekitar dimana perusahaan

itu berada. CSR berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan

dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek

ekonomis, sosial dan lingkungan. Putri (dalam Elvinaro dan Dindin, 2011 : 34).

CSR merupakan sebuah program yang mengimplementasikan tanggung

jawab sosial sebuah perusahaan kepada masyarakat luas. Dengan kata lain bahwa

perusahaan memiliki suatu tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam segala

aspek operasional. CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan,

dimana suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak semata

berdasarkan faktor keuangan dan keuntungan melainkan juga harus berdasarkan

konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Keberadaan perusahaan juga sangat diharapkan oleh masyarakat

sekitarnya untuk memberikan manfaat bagi mereka, misalnya melalui pemberian

pelayanan, peningkatan kegiatan ekonomi lokal dan lain-lain. Perusahaan perlu

pula memenuhi harapan-harapan tesebut secara bertanggung jawab.

(22)

CSR menjadi tuntutan tak terelakan seiring dengan bermunculannya

tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya

dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan

juga komunitas yang berada di sekelilingnya. Rahman (dalam Elvinaro dan

Dindin, 2011 : 34).

CSR secara umum merupakan kontribusi menyeluruh dari dunia usaha

terhadap pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampak

ekonomi, sosial dan lingkungan dari kegiatannya. Secara singkat CSR

mengandung makna bahwa perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur,

mematuhi hukum, menjunjung intergrasi dan tidak korup. CSR menekankan

bahwa perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang etis dan sustainable

secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Tidak mengherankan kalau kemudian

CSR dianggap sebagai jawaban terhadap praktik bisnis yang melulu mencari

untung sebesar-besarnya. Ernie Tisnawati (dalam Elvinaro dan Dindin, 2011 : 35).

Menurut Griffin (dalam Mudjiarto dan Wahid, 2006 : 65), etika sangat

berpengaruh pada tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial

menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda-beda. Ada beberapa

pertanggungjawaban perusahaan yaitu:

1. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan

Perusahaan harus ramah lingkungan artinya perusahaan harus

memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan, misalnya tidak

(23)

limbah yang merusak lingkungan, menjalani komunikasi dengan kelompok

masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan

Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut

Ebert (dalam Mudjiarto dan Wahid, 2006 : 66) ada dua kategori yaitu:

a. Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas

b. Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar

Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak

pelanggan. Menurutnya ada empat hak pelanggan yaitu :

a. Hak untuk mendapatkan produk yang aman

b. Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk

c. Hak untuk didengar

d. Hak untuk memilih produk yang dibeli

3. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Perusahaan bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya

menyediakan pekerjaan dan menciptakan pekerjaan dan menciptakan

kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang

berada dilokasi tersebut.

Pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Bumi Rio de Jenairo di Brazil

tahun 1992 lalu yang dikenal sebagai Earth Summit dikembangkan pula konsep

sustainable development (pembangunan berkelanjutan) yang didasarkan kepada

perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal

(24)

Pembangunan berkelanjutan yang intinya dikenal sebagai konsep 3 P yaitu

Profit, People dan Planet kemudian populer dengan istilah Corporate Social

Responsibility (CSR). Jika perusahaan dan usaha kecil ingin dapat beroperasi

secara berkelanjutan (sustainable), maka manajemen perusahaan maupun usaha

kecil tidak boleh hanya mengerjar profit tetapi juga perlu memperhatikan masalah

people dan planet secara serius.

Menurut Elkington (dalam Sukaria, 2010 : 29) konsep 3P, perusahaan

tidak seharusnya berpijak hanya pada aspek ekonomi yang direfleksikan dalam

bentuk keuntungan finansial (profit) tetapi juga aspek sosial dan lingkungan.

1. Keuntungan (Profit)

Perusahaan memiliki target utama salah satunya adalah keuntungan yang

tinggi. Pemilik modal menginginkan keuntungan yang tinggi dari modal yang

dimilikinya.

2. Masyarakat Pemangku Kepentingan (People)

Perusahaan sangat memerlukan dukungan masyarakat untuk menjamin

perkembangan dan keberlangsungan hidup perusahaan tersebut. Masyarakat dan

perusahan memiliki hak yang sama terhadap sumberdaya alam yang tersedia

disekitar atas dasar kesetaraan (eqatio of legitimacy). Masyarakat juga sangat

efektif untuk dimanfaatkan dalam menumbuhkan dan menjaga rasa aman di

lingkungan perusahaan.

3. Lingkungan Hidup (Planet)

Perhatian perusahaan yang kurang terhadap lingkungan hidup sering

(25)

longsor, gangguan musim (musim kering dan musim basah semakin tidak teratur

dan munculnya situasi ekstrim yang berkepanjangan), erosi dan kerusakan pada

lahan-lahan produktif, gangguan hama tanaman, wabah penyakit baru dan

berbagai gangguan lain.

Masalah lingkungan hidup terjadi karena hubungan manusia dalam semua

aktivitas kehidupannya dengan alam adalah hubungan sebab akibat. Jika manusia

memelihara alam sekitarnya dan mengeksploitas sumberdaya alam dengan cara

yang benar dan dalam batas daya regeneratif alam maka alam akan sangat ramah

kepada manusia dan memberikan yang berkelanjutan secara nyaman.

Perusahaan memiliki tingkat kepedulian terhadap isu-isu lingkungan

ekologis pada dasarnya tidak sama. Menurut Roome (dalam Sukaria, 2010 : 132)

terdapat lima kemungkinan tingkat kepedulian mulai dari tidak patuh sampai

sangat peduli. Tiga tipe pertama yaitu: non compliance, compliance dan

compliance plus.

Perusahaan compliance plus adalah perusahaan dengan kategori patuh

karena takut kepada peraturan pemerintah. Perusahaan yang non compliance tidak

memiliki kemampuan yang memadai dalam pengadaan sumber daya untuk

menangani limbah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Perusahaan

compliance adalah perusahaan yang bertindak terbatas untuk mencapai

pemenuhan standar-standar yang diberlakukan.

2.1.2 Pembuangan Sampah

Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,

(26)

terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang

belum memiliki nilai ekonomis. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya

(non hazardous). Departemen Kehutanan (dalam Imam, 2010 : 2)

Jumlah dan aktivitas penduduk yang meningkat di wilayah perkotaan

menghasilkan volume sampah yang semakin meningkat. Hal ini menimbulkan

berbagai masalah karena sampah dapat mencemari lingkungan apabila tidak

dikelola dengan baik. Mirmanto (dalam Imam, 2010 : 2)

Sampah yang tidak terkelola dengan baik berakibat antara lain tempat

berkembang dan sarang dari serangga dan tikus menjadi sumber polusi dan

pencemaran tanah, air dan udara sebab sampah menghasilkan cairan lindi

(leachate) dan bau busuk yang ditimbulkan akibat dari proses komposisi yang

menghasilkan gas CO2, methan dan sebagainya. Dan apabila sampah merupakan

sampah anorganik yang menyebabkan tanah tidak dapat diolah, pemandangan

yang tidak sehat, menyebabkan banjir dan merupakan sumber dan tempat hidup

kuman-kuman yang membahayakan kesehatan. (Mirmanto, 2005 : 2)

Wied Harry Apriadji (dalam Mirmanto, 2005 : 7) menggolongkan sampah

dalam empat kelompok antara lain meliputi :

1. Human excreta merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh

manusia meliputi tinja (faeces) da air kencing (urine)

2. Sewage merupakan air limbah yan dibuang oleh pabrik maupun rumah tangga,

contohnya adalah air bekas cucian pakaian yang masih mengandung larutan

(27)

3. Refuse merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan

kegiatan rumah tangga. Refuse dalam kehidupan sehari-hari disebut sampah.

Contoh : panci bekas, kertas bekas pembungkus bumbu dapur, sendok kayu

yang sudah tidak dipakai lagi dan dibuang, sisa sayuran, nasi basi, daun-daunan

tanaman dan masih banyak lagi

4. Industrial waste merupakan bahan-bahan bangunan dari sisa-sisa proses

industri

Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Sampah Organik

Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa

makanan, sayuran, daun-daun kering dan sebagainya. Sampah organik adalah

merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh

pemilik/pemakai sebelumnya tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan

prosedur yang benar. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami

pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak

berbau (sering disebut dengan kompos).

Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti

daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput dan bahan lain yang sejenis yang

proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus

seperti pasar sayur mayur, pasar buah atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam.

(28)

2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk seperti

plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas

minuman, kaleng, kayu dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah

komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa

sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan,

botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas baik kertas koran, HVS

maupun karton.

Sampah dalam jumlah besar dalam kehidupan sehari-hari datang dari

aktivitas industri misalnya pertambangan, manufaktur dan konsumsi. Hampir

semua produk industri akan menjadi sampah pada akhirnya. Laju pengurangan

sampah lebih kecil daripada laju produksinya. Hal inilah yang menyebabkan

bertambahnya jumlah sampah yang semakin menumpuk dan menumpuk hari demi

hari dan memunculkan permasalahan baru. (A. Guruh, 2011 : VII).

Sampah rumah tangga maupun non-rumah tangga, sampai saat ini

sebagian besar masih dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun

ke transfer depo yang akhirnya dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sampah itu dibuang apa adanya, belum atau tidak dipisahkan sesuai dengan

jenisnya.

Jumlah sampah yang dikelola dengan benar, presentasenya masih sangat

kecil. Sebagian besar masih dibuang begitu saja (disposal). Menurut Basriyanta

(2007 : 20) proses pengelolaan sampah saat ini, apabila ditinjau dari metode 3R +

(29)

1. Reduce

Proses meminimalisasikan jumlah timbunan sampah dari sumbernya.

2. Reuse

Proses memilih dan memilah serta mengoptimalkan fungsi sampah yang masih

bisa dimanfaatkan.

3. Recycle

Proses mengolah kembali sampah yang masih bisa diproses ulang menjadi

barang lain yang bermanfaat, layak pakai, serta layak jual.

4. Disposal

Proses pembuangan akhir sampah yang memang sudah tidak bisa dimanfaatkan

kembali.

Sidik et al (dalam Pakpahan, 2010 : 10) mengemukakan bahwa ada dua

proses pembuangan akhir yaitu :

1. Penimbunan secara terbuka (open dumping)

2. Pembuangan secara sehat (sanitary landfill)

Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di areal tertentu tanpa

membutuhkan tanah penutup sedangkan pada cara sanitary landfill, sampah

ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai

penutup.

Proses sanitary landfill (pembuangan secara sehat) adalah pembuangan

sampah yang didesain, dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan cara

(30)

timbul dari pengembangan dan operasional fasilitas pengelolaan sampah.

JICA (dalam Pakpahan, 2010 : 10)

Metode sanitary landfill merupakan salah satu metode pengelolahan

sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA), kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan

selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada

bagian dasar tempat tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi

sebagai saluran limbah cair sampah atau ke lingkungan. Pada metode sanitary

landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas

penguraian sampah.

2.1.3 Usaha Kecil

Menurut Undang-Undang RI. No. 9 Tahun 1995, pasal (1) yang dimaksud

dengan Usaha Kecil adalah “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan

sebagaimana diatur dalam undang-undang”. Menurut Griffin dan Ebert (dalam

Deni, 2003 : 10) Usaha kecil (small business) adalah usaha yang dimiliki dan

dikelola secara bebas (mandiri) dan tidak mendominasi pasar.

Usaha kecil yang dimaksud dalam pengertian diatas, termasuk dalam

usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil informal adalah

usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum seperti :

1. Petani

2. Industri rumah tangga

3. Pedagang asongan

(31)

5. Pedagang kaki lima

6. Pemulung

Sedangkan yang dimaksud dengan usaha kecil tradisional adalah usaha

yang menggunakan produksi sederhana yang telah digunakan secara

turun-menurun dan atau berkaitan dengan seni dan budaya, kegiatan ekonmi rakyat yang

berskala kecil yang dimiliki dan menghidupi sebagian besar rakyatnya.

1. Peran dan fungsi usaha kecil

Menurut Deni (2003 : 13) peran dan fungsi usaha kecil diantaranya adalah

a. Penyediaan barang dan jasa

Kebutuhan hidup manusia sebagian besar tidak dibuat sendiri. Barang dan

jasa yang dikonsumsi sebagian besar diperoleh dari tukar-menukar. Barang

dan jasa yang dihasilkan oleh usaha kecil dapat dijual di pasar atau

ditukarkan kepada usaha menengah dan usaha besar.

Disini usaha kecil dapat berperan sebagai pemasok atau pengadaan

(produsen) barang dan jasa yang diperlukan oleh usaha menengah dan usaha

besar atau berperan sebagai penyalur hasil usaha menengah dan usaha besar

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Usaha kecil secara langsung maupun tidak langsung berfungsi untuk:

1) Meningkatkan kemakmuran masyarakat

2) Memenuhi kebutuhan masyarakat

3) Turut mengusahakan pemerataan hasil

4) Meningkatkan nilai guna barang dan jasa

(32)

b. Penyerapan Tenaga Kerja

Salah satu sektor ekonomi yang dapat menanggulangi dan memperbesar

kesempatan kerja adalah sektor usaha kecil. Usaha kecil memiliki daya

serap yang tinggi terhadap angkatan kerja dibandingkan industri lainnya,

karena dapat menciptakan berbagai unit usaha produktif yang berpola

kepada konsumsi masyarakat.

Usaha kecil dengan demikian dapat berfungsi sebagai :

1) Penyedia lapangan kerja yang luas bagi golongan masyarakat kecil

2) Sarana penanggulangan masalah pengangguran

3) Meningkatkan produktifitas masyarakat

4) Meningkatkan harkat martabat golongan masyarakat kecil

c. Pemerataan pendapatan

Usaha kecil merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan pekerjaan

dan pemberdayaan golongan masyarakat kecil. Pola-pola usaha yang

dilakukan usaha kecil adalah pola usaha yang betumpu kepada kebutuhan

masyarakat banyak. Unit-unit usaha disesuaikan dengan kondisi

lingkungan sosial masyarakatnya, sehingga diharapkan dapat

menumbuhkan potensi ekonomi yang tida digarap oleh usaha menengah

dan usaha besar.

Dari uraian ini dapat disimak bahwa usaha kecil mampu untuk berperan

memberikan pemerataan penghasilan terutama bagi golongan masyarakat

(33)

1) Alat untuk membagi unit-unit usaha dan bidang garapan ekonomi

mayarakat

2) Memberikan keleluasaan usaha untuk memperoleh pendapatan

3) Menjaga stabilitas sosial masyarakat

4) Menggali berbagai potensi ekonomi masyarakat

d. Memberi Nilai Tambah Bagi Produk Jasa Daerah

Usaha kecil memberikan kesempatan yang sangat luas kepada setiap daerah

dalam mengembangkan potensi seni dan budaya yang menjadi ciri khas

daerahnya masing-masing, seperti produksi kerajianan, industri pariwisata,

home industri, makanan khas, dan budaya daerah.

Usaha kecil dengan demikian berfungsi sebagai :

1) Penyangga ekonomi masyarakat daerah

2) Sarana pelestari budaya yang berkembang di daerah

3) Alat meningkatkan nilai ekonomi pendapatan asli daerah

4) Meningkatkan harkat dan martabat budaya masyarakat

e. Meningkatkan Taraf Hidup

Usaha kecil memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk

memperbaiki kehidupannya. Setiap orang dapat menjalankan usaha sesuai

dengan unit-unit usaha yang ada pada usaha kecil dalam rangka

memperoleh penghasilan, baik sebagai mata pencaharian maupun usaha

sambilan. Dengan penghasilan yang diperolehnya, masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan hidup seperti untuk pendidikan, kesehatan, sandang

(34)

akan mempengaruhi pola pikir dan sosial masyarakat ke arah yang lebih

baik, kondisi ini akan bedampak kepada kondisi stabiitas nasional yang

lebih kondusif.

Usaha kecil juga dengan unit-unit usahanya berfungsi sebagai:

1) Meningkatkan sumber daya manusia yang produktif

2) Menciptakan generasi yang lebih baik di masa yang akan datang

3) Merubah kesejahteraan masyarakat lebih baik

4) Merubah pola pikir dan perilaku sosial masyarakat

2. Kelebihan Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu membuka lapangan

pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat dan

dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,

serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan

stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi khususnya.

Usaha kecil di dalam kondisi krisis merupakan satu-satunya usaha yang

masih dapat bertahan dalam menghadapi tidak menentunya iklim usaha di tanah

air. Kehidupan ekonomi masyarakat masih tetap berjalan dan transaksi masih

terjadi, hal ini dikarenakan usaha kecil selalu mengikuti perubahan-perubahan

yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Kondisi seperti ini dipengaruhi oleh

faktor-faktor kelebihan yang dimiliki oleh usaha kecil dan faktor tersebut tidak

(35)

a. Inovatif

Inovatif merupakan kemampuan yang dimiliki usaha kecil untuk selalu

melakukan penemuan atau terobosan dalam menghasilkan produk baru yang

belum ada sebelumnya, atau mengerjakan sebuah produk yang sudah ada

dengan cara-cara yang baru.

Demikian pula dengan usaha kecil, selalu ingin mencoba hal yang baru dan

dapat merasakan apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakatnya, sehingga

dengan cepat dapat merubah unit usahanya. Hal ini dikarenakan usaha kecil

ruang lingkup usahanya terbatas dan tidak memerlukan pandangan orang lain

dalam mengambil keputusan.

Seseorang agar dapat berpikir inovatif harus mematuhi prinsip-prinsip sebagai

berikut :

1) Prinsip Keharusan

Prinsip keharusan ini harus dipatuhi oleh seorang inovator, prinsip ini terdiri

dari:

a) Harus menganalisis peluang

b) Harus memperluas wawasan

c) Harus bertindak efektif

d) Harus tidak berpikir muluk

2) Prinsip Larangan

Prinsip larangan ini tidak boleh dilakukan oleh seorang innovator, prinsip

(36)

a) Dilarang berlagak pintar

b) Dilarang untuk rakus

c) Dilarang berpikir terlalu jauh ke depan

b. Usaha Kecil Lebih Akrab

Usaha kecil memiliki karakteristik, salah satunya adalah ekonomi

kerakyatan. Usaha kecil lahir dan tumbuh berkembang dari golongan

mayarakat kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di antara mereka. Rasa

kekeluargaan dalam sosial sehari-hari tumbuh dengan sendirinya sesuai dengan

norma yang berlaku di lingkungannya.

Ciri-ciri usaha kecil dalam menajalankan usahanya ditinjau dari segi sosial

masyarakat, terdiri dari :

1) Menjunjung tinggi norma-norma kemasyarakatan

2) Lahir dari ekonomi kerakyatan

3) Rasa kekeluargaan yang kental

4) Daya tawar sesuai kondisi masyarakat

5) Hubungan sosial langsung

6) Modal usaha sesuai dengan kemampuan

c. Usaha Kecil Lebih Fleksibel

Usaha kecil bersifat fleksibel maksudnya usaha yang dilakukan bersifat

lentur terhadap situasi dan kondisi ekonomi, baik dari waktu dan tempat.

Tenaga kerja, produksi, posisi tawar, iklim usaha dan pasar terutama usaha

(37)

Kelenturan usaha ini disebabkan sistem manajemen yang sederhana sehingga

dalam mengambil keputusan tidak menunggu pihak lain dan jangkauannya

relatif kecil. Perubahan situasi dan kondisi dapat dengan mudah diantisipasi,

seperti situasi dan kondisi yang berkaitan dengan:

1) Waktu dan Tempat

Usaha kecil tidak terikat ketat oleh waktu dalam menjalankan usahanya,

kapan dan dimanapun dapat dilakukan. Jika pekerjaan memerlukan waktu

cepat maka pengusaha akan melakukannya sesuai dengan waktu yang

diinginkan masyarakat karena dapat dikerjakan dimanapun (di rumah,

sanggar, bengkel). Seperti usaha kecil kerajinan, home industry.

2) Tenaga Kerja

Usaha kecil pada umumnya mempekerjakan tenaga yang mempunyai

keterampilan terdidik informal sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan

banyak tersedia dalam masyarakat, seperti industri sepatu di Cibaduyut,

katering, petani.

3) Produksi

Proses produksi dengan cepat dapat berubah sesuai dengan mekanisme dan

kebutuhan masyarakat, seperti perubahan model, warna, jenis barang dan

harga.

4) Posisi Tawar

Dalam usaha kecil dapat terjadi tawar-menawar, sementara dalam usaha

berskala besar biasanya harga itu sudah baku. Hal ini dilatarbelakangi oleh

(38)

5) Iklim Usaha

Kondisi ekonomi global tidak terlalu berpengaruh terhadap usaha yang

dijalankan karena modal yang dipergunakan tidak tergantung kepada

pinjaman dan relatif kecil, sehingga daya tahan usaha kecil lebih kuat

dibandingkan usaha menengah dan usaha besar yang memerlukan modal

relatif besar dan tergantung pada pinjaman.

6) Pasar

Pengertian pasar adalah calon konsumen yang menjadi sasaran lebih luas

karena harga jual produknya relatif murah sehingga terjangkau oleh

masyarakat menengah ke bawah dan umumnya masyarakat kita termasuk

dalam kelompok ini.

3. Kelemahan Usaha Kecil

Usaha kecil tidak hanya memliki kelebihan, tetapi terdapat

kelemahan-kelemahan usaha kecil yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Permodalan terbatas, hal ini mempersulit untuk mengadakan perluasan

usaha

b. Kepemilikan dipegang oleh seorang pemilik, jika berhalangan akan

mengganggu produktifitas usaha

c. Maju mundurnya usaha akan bergantung kepada kecakapan seseorang

d. Resiko kerugian ditanggung sendiri

e. Kemampuan bersaing rendah

f. Sistem pengendalian rendah, baik dalam memonitori biaya, tingkat

(39)

g. Dalam melakukan proses produksi masih tradisional sehingga

mempengaruhi mutu barang

2.2 Penelitian Terdahulu

Siti Ade Fatimah (2009) melakukan penelitian yang berjudul: “Analisis

Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah menjadi Pembangkit Listrik Tenaga

Sampah (PLTSa) di Kota Bogor”. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis kelayakan proyek pembangunan PLTSa ditinjau dari Aspek Teknis,

Aspek Pasar, Aspek Manajemen, Aspek Finansial dan menganalisis kepekaan

pembangunan PLTSa yang mempengaruhi kondisi kelayakan. Hasil dari

penelitian ini berdasarkan analisis kelayakan usaha PLTSa untuk dua skenario

dapat disimpulkan bahwa Aspek Teknis, Aspek Pasar, Aspek Manajemen, Aspek

Finansial PLTSa Kota Bogor layak untuk dilakasanakan. Meskipun demikian

masih ada hal yang harus diperhatikan dan ditindak lanjuti agar proyek ini

berhasil direalisasikan yaitu proyek PLTSa ini harus diteliti lebih jauh dengan

menggunakan kajian dari aspek ekonomi dan aspek sosial lingkungan, cara-cara

pelaksanaan proyek dan pembiayaan, perjanjian kerjasama serta pengoperasian

PLTSa haruslah dibuat mekanisme yang jelas.

Adian Rindang (2011) melakukan penelitian yang berjudul: “ Identifikasi

Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Studi Kasus di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara”. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang dibutuhkan dalam sistem

pengolahan sampah organik dan sampah anorganik di lingkunfan Fakultas

(40)

diagram kotak gelap (Black Box). Hasil dari penelitian ini diperoleh faktor-faktor

dominan yang mempengaruhi sistem pengolahan sampah yaitu karakteristik

sampah di lingkungan FP USU yaitu organik, kertas, lingkungan, plastik dan

karton kemudaina teknologi yang cocok diterapkan yaitu pengomposan bagi

sampah organik dan sampah anorganik dilakukan pemilahan untuk selanjutnya

dijadikan bahan baku industri barang daur ulang.

2.3 Kerangka Konseptual

Tanggung jawab sosial merupakan tindakan sosial sebuah perusahaan

kepada masyarakat luas. Keberadaan perusahaan sangat diharapkan oleh

masyarakat sekitarnya untuk memberikan manfaat bagi mereka, misalnya

pemberian pelayanan, peningkatan kegiatan ekonomi dan lain-lain.

Sampah merupakan semua material yang dibuang dari kegiatan rumah

tangga, perdagangan, industri dan kegiatan-kegiatan lain. Sementara itu

pembuangan sampah merupakan suatu tindakan/aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk membuang barang-barang sisa/bekas yang tidak terpakai pada

tempatnya.

Sebagai pasar tradisional yang bergerak di bidang penjualan berbagai

macam ragam penjualan, maka hal tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap

usaha kecil. Karena dengan adanya tanggung jawab yang besar terhadap para

konsumen dan tempat yang bersih dari sampah akan meningkatkan penjualan

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan

data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,

catatan, memo dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari

penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik

fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan

pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara

realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

3.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pasar Tradisional Sei Sikambing Medan.

Penelitian ini dimulai dari bulan Februari sampai April 2013.

3.4 Subjek Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini akan mewawancarai subjek penelitian yaitu

pengelola pasar dan pedagang sayur.

3.5 Jenis Data 1. Data Primer

Menurut Nasution (dalam Kurniawan, 2012 : 34) data primer adalah data

yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.

(42)

tentang tanggung jawab sosial pembuangan sampah pada usaha kecil di

pasar tradisional yaitu dengan cara wawancara langsung dengan pedagang

sayur dan pengelola pasar di Pasar Tradisional Sei Sikambing Medan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang berisikan informasi dan teori-teori

yang digunaka untuk mendukung penelitian. Peneliti memperoleh data

sekunder dari literatur, buku dan internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan proses triangulasi yaitu:

a. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewancara

(interview) yang mengajukan pertanyaan dari yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan atas itu. Wawancara mendalam

digunakan oleh peneliti untuk menggunakan menilai keadaan seseorang.

Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu maupun

dalam bentuk kelompok, sehingga di dapat data informatik yang orientik.

b. Pengamatan/Observasi

Metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan,

meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan

seluruh alat indra. Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan yang

(43)

alat indra terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat

dianalisa pada waktu kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada

waktu kejadian itu terjadi. Dibandingkan metode survey metode observasi

lebih obyektif.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,

teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan

masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data

yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis

dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum, baik

mendukung maupun menolak hipotesis tersebut.

3.7 Analisis Data

Suatu penelitian sangat diperlukan dalam suatu analisis data yang berguna

untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan

menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau

fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek.

Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke

dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan metode kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(44)

Komponen-komponen utama dalam proses analisis data harus benar-benar

dipahami. Komponen tersebut adalah reduksi data, kajian data dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Untuk menganalisis berbagai data yang sudah ada

digunakan metode deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk

menggambarkan data yang sudah diperoleh melalui proses analitik yang

mendalam dan selanjutnya diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut

atau dalam bentuk naratif. Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai

dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari

fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan secara bersamaan dengan cara proses pengumpulan data. Menurut

Miles dan Humberman (dalam Kurniawan, 2012 : 39) tahapan analisis data

sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Penelitian mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai

dengan observasi dan wawancara di lapangan.

2. Reduksi data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memnberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan

(45)

3. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik,

network, cart, atau grafis sehingga data dapat dikuasai.

4. Pengambilan keputusana atau verifikasi

Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema hubungan,

persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya. Jadi

dari data tersebut berusaha diambil kesimpulan. Verifikasi dapat

dilakukan dengan keputusan, didasarkan pada reduksi data, dan

penyajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat

dalam peneliti.

Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi

dan terkait. Pertama-tama dilakukan penelitian di lapangan dengan mengadakan

mengadakan wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan data.

Karena data-data, pengumpulan penyajian data, reduksi data,

kesimpulan-kesimpulan atau penafsiran data yang dikumpulkan banyak maka diadakan

reduksi data. Setelah direduksi maka kemudian diadakan sajian data, selain itu

pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga hal

tersebut selesai dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.

Peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan

(46)

kuantitatif. Setelah data dari lapangan terkumpul maka digunakan metode

pengumpulan data.

Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang

menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul

dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi

yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan

menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

3.7 Informan

Dalam penelitian ini dibutuhkan informan untuk membantu proses

pengumpulan data. Informan tersebut dipilih didasarkan kebutuhan untuk

mendukung reliabilitas penelitian.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengelola pasar Sei

Sikambing Medan dan pedagang sayur Pasar Sei Sikambing Medan, dimana

informan tersebut dianggap membantu dan memberikan informasi mengenai

bagaimana tanggung jawab pembuangan sampah pada usaha kecil di pasar

tradisional.

3.8 Tahap-tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan digunakan untuk meminta izin kepada lembaga

yang terkait sesuai dengan sumber data yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan data

(47)

cara:

1. Wawancara dengan pengelola pasar

2. Wawancara dengan pedagang sayur

3. Observasi langsung dan pengambilan data dari lapangan

4. Menelaah teori-teori yang relevan

b. Mengidentifikasi data

Data yang sudah terkumpul melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi diidentifikasi untuk memudahkan peneliti dalam

menganalisa sesuai tujuan yang diinginkan.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Objek Penelitian 4.1.1 Profil Singkat Pasar Sei Sikambing

Masyarakat Medan menyebut pasar tradisional dengan kata pajak. Di kota

Medan ucapan pajak sudah lumrah. Dalam kamus bahasa Indonesia, pajak artinya

upeti. Pasar Sei Sikambing atau Pajak Sei Sikambing berdiri sejak akhir tahun

70-an. Nama Pasar Sei Sikambing sendiri diambil dari nama kelurahan disana. Di

Medan, Sei artinya sungai. Jadi Sei Sikambing dapat disebut dengan sungai

sikambing.

Pasar Sei Sikambing merupakan salah satu pasar tradisional yang berada

di Medan. Pasar Sei Sikambing terletak di Jalan Gatot Subroto – Medan, berada

tepat di depan Taman Tomang Elok dan berada di samping Jl. Kapten Muslim -

Medan. Pasar Sei Sikambing berada di daerah Medan Barat. Pasar Sei Sikambing

adalah pasar resmi yang dibangun Pemerintah yang dikelola oleh Perusahaan

Daerah (PD) Pasar Kota Medan Pasar Sei Sikambing.

Pasar Sei Sikambing yang dikelola Perusahaan Daerah (PD) Pasar saat ini

memiliki 750 pedagang, belum termasuk pedagang yang dikelola kelurahan. Pasar

Sei Sikambing yang dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar memiliki luas

50 x 75 meter dan sisanya dikelola oleh kelurahan. Perusahaan Daerah (PD) Pasar

di Pasar Sei Sikambing memiliki satu kepala pasar, tiga staff, empat pengutip,

(49)

4.1.2 Struktur Organisasi Pasar Sei Sikambing

Struktur organisasi diperlukan dalam pelaksanaan tugas pasar. Struktur

organisasi menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang

berbeda dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi pada pasar sei sikambing dapat dilihat pada gambar

sebagai berikut:

Sumber: Kantor Pasar Sei Sikambing, Tahun 2013 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pasar

(50)

4.1.3 Visi dan Misi Pasar Sei Sikambing 1. Visi

Pasar Sei Sikambing memiliki visi untuk meningkatkan pelayanan,

kebersihan, kenyamanan, keamanan dan pendapatan di Pasar Sei

Sikambing.

2. Misi

Pasar Sei Sikambing memiliki misi dalam hal memajukan Pasar Sei

Sikambing agar konsumen tidak beralih ke pasar modern.

4.1.4 Kondisi Fisik Pasar Sei Sikambing

Pasar Sei Sikambing memiliki luas 50 x 75 meter. Luas 50 x 75 meter ini

adalah luas Pasar Sei Sikambing yang dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD)

Pasar. Pasar Sei Sikambing berada di kota sehingga memudahkan konsumen

untuk berbelanja di Pasar Sei Sikambing. Kondisi sekitar di Pasar Sei Sikambing

sebagai berikut:

a. Depan : Jl. Gatot Subroto, Taman Tomang Elok

b. Kanan : Pertokoan

c. Kiri : Jl. Kapten Muslim, Pertokoan

d. Belakang : Pemukiman, berbatasan dengan gang pertama

Pola penggunaan lahan di Pasar Sei Sikambing didominasi oleh kegiatan

perdagangan/jual beli yaitu pedagang sayur, pedagang daging sapi dan ayam,

(51)

TABEL 4.1 DATA-DATA PEDAGANG PASAR INPRES

Sumber : Kantor Pasar Sei Sikambing, Tahun 2013

TABEL 4.2 LUAS BANGUNAN BERJUALAN

Jenis Bangunan Ukuran Bangunan (meter)

KIOS 2 x 2 dan 2 x 2,5

STAN 1,8 x 2 dan 1,5 x 2

Sumber: Kantor Pasar Sei Sikambing, Tahun 2013

4.1.5 Sarana dan Prasarana Pasar Sei Sikambing

Indonesia sebagai negara yang dalam tahap pembangunan, pemerataan

fungsi dari pembangunan adalah meningkatkan sarana dan prasarana dalam

pembangunan yang dampaknya dapat dirasakan oleh warga Negara Indonesia baik

(52)

upaya yaitu meningkatkan peran serta dalam menyukseskan pembangunan, maka

perlu adanya suatu sarana dan prasarana yang dapat mewujudkan hal tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sarana adalah sesuatu yang

dipakai sebagai alat untuk mempermudah pekerjaan, maksud atau tujuan.

Sementara prasarana adalah segala yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya sesuatu proses. Bentuk sarana dan prasarana di pasar sei

sikambing antara lain sebagai berikut:

Sarana Umum di Pasar Sei Sikambing adalah

1. Kamar Mandi Umum

Kamar mandi umum di Pasar Sei Sikambing tidak terlalu kotor

karena ada petugas yang membersihkannya. Dan setiap pedagang atau

pengunjung pasar harus membayar uang kepada penjaga kamar mandi

umum saat mengunakan kamar mandi. Untuk biaya buang air kecil dan

buang air besar dikenakan biaya Rp. 1.000,00 dan untuk pedagang yang

ingin mandi dikenakan biaya Rp. 2.000,00.

2. Area Parkir

Pasar Sei Sikambing memiliki area parkir seluas 50 x 10 meter

yang di atur oleh dua petugas parkir. Parkir yang berada di dalam Pasar

Sei Sikambing adalah parkiran sepeda motor. Parkiran di pasar sei

sikambing terlihat rapi karena benar-benar di atur oleh petugas parkir.

Prasarana yang ada di Pasar Sei Sikambing adalah

1. Bidang agama

(53)

menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupannya, terutama

agama Islam. Hal ini bisa dilihat dengan adanya bangunan tempat

ibadah/musholla yang dilengkapi dengan kamar mandi.

Fasilitas tempat ibadah lengkap dengan MCKnya maka

kesimpulannya masyarakat pasar Sei Sikambing dianggap sebagai

masyarakat yang peduli dengan agama. Keadaan musholla dan kamar

mandi musholla di pasar sei sikambing tersebut terlihat bersih. Musholla

di Pasar Sei Sikambing diberi nama Musholla Quba.

2. Bidang Pembangunan

Untuk melayani dan memaksimalkan peran serta warga Pasar Sei

Sikambing maka diperlukan adanya perbaikan pembangunan pertokoan,

pagar dan tempat parkir.

Dengan jumlah pedagang yang besar maka diperlukan pembangunan

sarana dan prasarana yang memadai. Sekarang ini pengelola pasar mempunyai

rencana untuk memperbaiki Pasar Sei Sikambing agar lebih bagus lagi sehingga

para konsumen betah dan nyaman saat berbelanja.

4.2 Hasil Analisis

4.2.1 Hasil Pengamatan/Observasi di Pasar Sei Sikambing

Observasi dilakukan pada bulan Februari sampai April 2013. Pasar Sei

Sikambing terlihat tidak terlalu kotor dan becek. Ini dikarenakan usaha pengelola

pasar bekerjasama dengan pedagang agar tidak membuang sampahnya

sembarangan. Pasar menyediakan tempat pembuangan sampah di dekat area

(54)

sampahnya.

Tidak semua pedagang membuang sampahnya ke tempat pembuangan

sampah yang disediakan pasar. Ada beberapa pedagang menumpuk sampahnya di

satu tempat dan ada yang membuangnya ke dalam plastik dan meletakkan di dekat

area berjualan mereka agar petugas kebersihan mudah mengambil/mengutipnya.

Hal ini dilakukan pedagang karena tempat pembuangan sampah yang disediakan

pasar tidak begitu dekat dengan area berjualannya sehingga mereka lebih suka

menumpuknya di suatu tempat atau membuangnya ke dalam plastik yang mereka

sediakan sendiri.

Ada pedagang yang menyediakan tempat sampah sendiri di dekat area

berjualan mereka untuk memudahkan mereka membuang sampahnya. Tempat

sampah yang disediakan pasar ditandai dengan cat berwarna hijau sementara yang

tidak berwarna berarti pedagang menyediakan sendiri tempat pembuangan

sampahnya. Tempat pembuangan sampah yang disediakan pasar sudah lumayan

banyak tetapi jarak antara area berjualan setiap pedagang tidak sama ke tempat

pembuangan sampah. Misalnya pedagang yang berada di sudut pasar harus

membuang sampahnya ke tempat pembuangan sampah di dekat area parkir di

depan toko emas. Jadi kebanyakan pedagang yang akan membuang sampah ke

tempat pembuangan sampah itu hanya pedagang yang dekat sekali dengan tempat

pembuangan sampah saja.

Ada juga tempat pembuangan sampah yang disediakan pasar berjarak

beberapa pedagang saja dari area berjualan tetapi mereka lebih suka menumpuk di

(55)

malas berjalan ke tempat pembuangan sampah yang disediakan pasar.

Tidak semua pedagang mau membuang/mengutip sampahnya. Ada

sebagian kecil pedagang yang membiarkan sampahnya berserakan begitu saja

karena mereka sudah membayar uang kebersihan dan ada petugas kebersihan

yang akan membuang/mengutipnya.

4.2.2 Hasil Wawancara di Pasar Sei Sikambing

Wawancara dilakukan pada tanggal 02 April sampai 07 April 2013 di

Pasar Sei Sikambing. Wawancara tersebut ditujukan kepada pengelola pasar dan

pedagang sayur untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab pembuangan

sampah pada usaha kecil di Pasar Sei Sikambing.

Wawancara dilakukan kepada pengelola pasar dan pedagang sayur agar

terbukti apakah pedagang benar-benar bertanggung jawab terhadap sampah yang

mereka hasilkan.

Hasil wawancara dengan Bapak Daolat Harahap sebagai Kepala Pasar Sei

Sikambing sebagai berikut:

“... sudah jelas, sampah yang paling banyak dihasilkan disini adalah

sampah pedagang sayur. Pedagang sayur disini sudah mulai bertanggung jawab

dengan kebersihan. Usaha yang dilakukan pengelola pasar agar pedagang peduli

kebersihan dengan cara mensosialisasikan bahwa sampah adalah tanggung

jawab bersama. Pengutipan sampah dilakukan sekali dalam sehari yaitu pada

pagi hari. Kami menyediakan tempat pembuangan sampah untuk pedagang yang

diberi tanda cat berwarna hijau. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di pajak

(56)

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bapak Doli, salah satu staff di

Pasar Sei Sikambing. Hasil wawancara dengan Pak Doli sebagai berikut:

“... iya, sampah pedagang sayur memang paling banyak. Pedagang

sayur sudah lumayan bertanggung jawab dengan sampah mereka. Ada yang mau

meletakkan sampahnya ke tempat pembuangan sampah yang disediakan, ada juga

yang tidak mau. Kami menyediakan tempat pembuangan sampah untuk pedagang

agar mempermudah mereka membuang sampah dan juga agar sampah yang

mereka hasilkan tidak berserakan dimana-mana”.

Berikut adalah hasil wawancara yang telah dilakukan kepada delapan belas

pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing.

Pedagang sayur pertama, Ibu Nelly (52 tahun)

“... saya berjualan di Pajak Sei Sikambing sudah puluhan tahun,

mungkin sejak tahun 80-an. Saya membuang sampah sisa sayuran saya dengan

cara mengumpulkannya di dalam plastik. Seperti sekarang ini saya mengupas

bawang, kulitnya saya letak di plastik karena tempat sampah yang disediakan

tidak terlalu dekat dengan area berjualan saya. Jika saya mau membuang sampah

ke tempat pembuangan sampah yang disediakan, saya harus jalan ke dekat area

parkir. Sampah yang paling banyak saya buang biasanya kulit bawang dan kulit

jipang. Saya tidak keberatan dengan biaya pengutipan kebersihan karena hanya

(57)

Pedagang sayur kedua, Ibu Hetty (52 tahun)

“... sudah berjualan disini sejak tahun 1980. Jenis sampah yang paling

banyak saya buang adalah sampah kol, cabe dan kulit bawang. Saya tidak

mengetahui sistem pembuangan sampah dan pengelolaan sampah di pajak sei

sikambing, saya tidak tahu sampahnya akan dibuang kemana setelah dari pajak

ini. Saya membuang sampah sisa sayuran saya dengan cara mengumpulkan di

lantai tempat jualan saya, setelah selesai berjualan saya meletakkannya ke dalam

plastik. Kalau saya lagi rajin, biasanya saya akan membuang sampahnya

langsung ke tempat sampah yang disediakan”.

Pedagang sayur ketiga, Ibu Erika (32 tahun)

“... saya berjualan disini baru 10 bulan. Saya ada menyediakan tempat

sampah sendiri untuk mempermudah saya membuang sampah. Sisa sampah yang

paling banyak saya hasilkan sampah sisa sayuran kol”.

Pedagang sayur keempat, Bapak Megangsa (45 tahun)

“... saya sudah berdagang disini selama 3 tahun. Saya membuang

sampah sisa sayuran saya dengan cara menumpuk di dekat area berjualan saya

karena nanti akan ada petugas kebersihan yang akan mengutip. Karena biasa

sampah sisa sayuran saya dalam jumlah banyak, sehingga saya menumpuknya di

dalam karung dan meletakkan di dekat area berjualan saya. Biasanya sampah

(58)

Pedagang sayur kelima, Ibu Siti Aisyah (48 tahun)

“... saya sudah jualan disini sejak tahun ’79. Sampah yang saya

hasilkan tidak terlalu banyak karena sayuran saya sedikit. Sampah yang saya

hasilkan saya kumpulkan disekitar area berjualan dan akan ada petugas yang

mengutip sampah. Di pagi dan siang hari petugas kebersihan akan menyapu

sekedarnya. Sore hari petugas akan membersihkan keseluruhan sampah yang ada

di pajak”.

Pedagang sayur keenam, Ibu Murni br Sembiring (40 tahun)

“... sudah berjualan disini lebih kurang 10 tahun. Saya biasa

mengumpulkan sampah saya di plastik dan kadang saya antar sendiri ke tempat

sampah yang disediakan pasar”.

Pedagang sayur ketujuh, Ibu Rabun (35 tahun )

“... saya sudah lama berjualan disini, sekitar 10 tahun. Kutipan

kebersihan disini per harinya Rp 2.000,00. Saya tidak keberatan dengan kutipan

ini. Setiap hari saya membuang sampah saya ke tempat yang disediakan pasar”.

Pedagang sayur kedelapan, Ibu Jeni (33 tahun)

“... saya berjualan disini kira-kira sudah 10 tahun. Sampah saya buang

ditempat sampah yang disediakan pasar karena dekat dengan area berjualan

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pasar
TABEL 4.2 LUAS BANGUNAN BERJUALAN

Referensi

Dokumen terkait

Komparasi Karakteristik Jumlah Tanggungan Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan. Anggota keluarga

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air pada rumah tangga di Lingkungan XIII Kelurahan Sei Sikambing C – II, Kecamatan Medan

Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan terdapat beberapa perbedaan antara pasar modern (Medan Mall) dengan pasar tradisional di Pusat Pasar Medan, yakni menyangkut perbedaan

Tanggung jawab pengelolaan sampah yang ada di TPA Bantargebang Bekasi secara penuh dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebersihan Provinsi DKI

Atas segala berkat kasih dan karuniaNya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Aspek Hukum Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sampah Di

Tanggung jawab pengelolaan sampah yang ada di TPA Bantargebang Bekasi secara penuh dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebersihan Provinsi

masalah, yaitu: ”Bagaimana Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Pasar Pajak USU Karona

Di Pasar Tradisional Sentral terdapat upaya pencapaian kesejahteraan yang menjadi tujuan pelaku usaha dengan berbagai jenis usaha kecil menengah seperti usaha