• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etnografi Pengusaha Sampah (Studi tentang Usaha Pengangkutan Sampah Komplek Perumahan di Medan Sunggal)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Etnografi Pengusaha Sampah (Studi tentang Usaha Pengangkutan Sampah Komplek Perumahan di Medan Sunggal)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH DI MEDAN : KASUS PENGELOLAAN SAMPAH KOMPLEKS PERUMAHAN DI

KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

2.1. Mengenal Kota Medan dan Kecamatan Medan Sunggal 2.1.1. Sejarah Kota Medan

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dankeadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapasungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.Pada mulanya yang membuka perkampunganMedan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan– Deli).

(2)

bahwa disamping jenis tanah seperti tadi adalagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktupenjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarangMedan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

(3)

Sumber: Medan Dalam Angka 2012

(4)

2.1.2. Sekilas tentang Kecamatan Medan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Selayang di sebelah selatan, kecamatan Medan Helvetia di sebelah utara, kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, dan Kecamatan Medan Baru dan Medan Petisah di sebelah Timur. Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 14.116 km2. jarak kantor kecamatan ke kantor walikota Medan yaitu sekitar 8 km. Dari 6 kelurahan di kecamatan Medan Sunggal, kelurahan Sunggal memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 4.93 km² sedang kelurahan Simpang Tanjung mempunyai luas terkecil yakni 0,32 km².

Sumber: Medan Dalam Angka 2012

Gambar 2. Peta Kecamatan Medan Sunggal

(5)

RT dan 190 blok sensus. Lebih jelas tentang pembagian kelurahan dan lingkungan di Kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 1. Daftar Kelurahan, Jumlah Lingkungan dan Luas Wilayahnya di Kecamatan Medan Sunggal

No. Kelurahan Jumlah

Lingkungan Luas Area

1. Tanjung Rejo 24 3.50 Km²

2. Simpang Tanjung 4 0.32Km²

3. Sei Sikambing 22 28.4 Km²

4. Sunggal 14 4.93 Km²

5. Lalang 13 1.25Km²

6. Babura 11 1.06Km²

Jumlah 88 14.116 Km²

Sumber : Kecamatan Medan Dalam Angka 2009

(6)

Tabel.2. Kondisi Kependudukan Kecamatan Medan Sunggal

No. Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk (KK) Jenis Kelamin (LK) Jenis Kelamin (PR)

1. Tanjung Rejo 333681 7590 16119 18407

2. Simpang Tanjung 2522 331 888 735

3. Sei Sikambing 21334 5213 9738 11541

4. Sunggal 38566 7467 18317 19994

5. Lalang 21553 3791 11005 11366

6. Babura 12814 2373 6208 6152

Jumlah 130470 26765 62275 68195

Sumber: Kantor Kecamatan Medan Sunggal 2013

(7)

Begitu juga dengan guru (PNS) juga tidak terdapat di daerah ini.buruh dan pedagang terdapati di kelurahan tanjung rejo. Yang juga berdekatan dengan daerah Tanjung Sari yang agak lebih deket pusat kota (Medan Baru). Untuk Simpang Tanjung didiami paling sedikit jumlah pegawainya, termasuk pedagang daan buruh.

2.2. Pengelolaan Sampah di Kota Medan dan di Kecamatan Medan Sunggal Pengelolaan sampah merupakan suatu aliran kegiatan yang dimulai dari sumber penghasil sampah. Sampah dikumpulkan untuk diangkut ke tempat pembuangan untuk dimusnahkan atau sebelumnya dilakukan suatu proses pengolahan untuk menurunkan volume dan berat sampah. Teknik operasional pengelolaan sampah ini terdiri dari kegiatan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan sampai dengan pembuangan akhir harus bersifat terpadu.

(8)

Sumber: Dok. Pribadi

Gambar 3. Situasi Pengumpulan Sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

(9)

sampah di TPA juga tinggi meliputi pengadaan lahan dan operasi pembuangan sampah.

a. Pewadahan

Pewadahan sampah adalah cara pembuangan sampah sementara di sumbernya. Wadah sampah biasanya ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya wadah sampah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola, yaitu dipisah antara yang organik dengan non-organik agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya, khususnya dalam upaya daur ulang. Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, ada dua jenis pola pewadahan, yakni sebagai berikut:

Diperuntukkan bagi daerah pemukiman menengah keatas dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantungselera dan kemampuan pengadaan dari pemiliknya, dengan kriteria:

Pola Pewadahan Individual

• Bentuk: kotak, silinder, kantung, kontainer. • Sifat: dapat diangkat, tertutup.

• Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap

air, panas matahari, tahan diperlakukankasar, mudah dibersihkan.

• Ukuran: 10-50 liter untuk pemukiman, toko kecil, 100-500 liter untuk

kantor, toko besar, hotel, rumah makan.

(10)

Diperuntukkan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi pengelola karenasifat penggunaannya adalah umum, dengan kriteria:

Pola Pewadahan Komunal

• Bentuk: kotak, silinder, kontainer.

• Sifat: tidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup.

• Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap

air, panas matahari, tahan diperlakukankasar, mudah dibersihkan.

• Ukuran: 100-500 liter untuk pinggir jalan, taman kota, 1-10m3 untuk

pemukiman dan pasar.

• Pengadaan: pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha promosi

hasil produksi), instansi pengelola.

Sumber: Dok. Pribadi

(11)

b. Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara mengambil sampah dari masing-masing sumber/ wadah sampah untukdipindahkan ke tempat pembuangan sementara atau ke pengolahan sampah skala kawasan untuk dapat diolah atau didaur ulang. Pengumpulan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pada pengerjaan pengumpulan tidak langsung, dibutuhkan alat yang dapat membantu mempermudah pengumpulan, yaitu gerobak ataupun truk sampah. Gerobak ataupun truk harus bisa melakukan perjalanan dengan efektif dan efisien sepanjang area sumber sampah hingga sampai ke tempat pembuangan sementara atau tempat pengolahan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengumpulan adalah intensitas dan ritasi. Intensitas merupakan lamanya waktu yang diperlukan penarik gerobak dalam mengambil sampah di wilayah tertentu dengan satuan hari, sedangkan ritasi merupakan banyaknya gerakan bolak-balik dalam pengambilan sampah di wilayah tertentu, yaitu gerakan pengambilan sampah menuju ke TPS dan kembali lagi ke sumber sampah. Semakin banyak timbulan sampah, semakin banyak pula ritasi yang dilakukan.

c. Pengangkutan

(12)

sedikit timbulan sampah yang tak terpakai maka semakin rendah biaya operasional pengangkutan ke TPA. Dan dengan adanya pengolahan sampah di pasar ini diharapkan dapat menekan biaya operasional pengangkutan sekecil mungkin.

Selain pengangkutan yang menggunakan dump truk, pengangkutan sampah dengan menggunakan becak sampah adalah salah satu cara yang dilakukan secara berdikari oleh para “pengusaha sampah” untuk mengisi kekosongan angkutan.

d. Pengelolaan Sampah di TPA

(13)

Adapun kondisi jumlah penduduk dan kondisi sosial-ekonomi dalam hal ini pendapatan masyarakat memang sangat mempengaruhi perkembangan sampah secara kualitas dan kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sampah masyarakat kota medan pertahun dengan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan rata-rata (PDRB) masyarakat Kota medan.

Tabel 3. Volume sampah dan Kondisi PDRB Kota Medan

Tahun Jumlah

Sampah/Ton

Jumlah Penduduk (Lk & Pr)

PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku

2008 587,25 2 102 105 65 316 256,81

2009 615,1 2 121 053 72 630 208,14

2010 1 292,99 2 097 610 83 315,02

2011 1 270,3344 2 117 224 93 610,76

2012 1 540,665 2 122 804 10 5400,44

Sumber: Diolah dari Medan Dalam Angka, 2009, 2010, 2011 dan 2012 (BPS Kota Medan)

(14)

2.3. Komplek Perumahan dan Peningkatan Produksi Sampah di Medan Pada kesempatan kali ini perlu juga kiranya dijelaskan pengertian kompleks perumahan, sebab penelitian yang saya lakukan berlokasi di kompleks perumahan yang ada di jalan abadi kecamatan Medan sunggal yaitu kompleks vila setiabudi abadi. Walaupun istilah kompleks perumahan sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari namun ada persetujuan umum bahwa teori mengenai kompleks perumahan belum dikembangkan secara lengkap (Grant dan Mittelsteadt, 2004; Rotiman, 2005). Meskipun begitu beberapa penulis sudah mulai menambah ke penciptaan pembahasan teori. Blandy (2006) mengenali tiga pembahasan dominan yang digunakan untuk menerangkan pertumbuhan kompleks perumahan, yaitu:

a. Teori club goods

(15)

cara untuk menguraikan gejala kompleks perumahan. Menurut teori ini pelaku-pelaku memiliki kemampuan mengambil keputusan sendiri dan mempengaruhi masyarakat. Akan tetapi keadaan masyarakat itu juga dapat mempengaruhi kelakuan pelaku. Sebagai contoh pelaku dapat dipengaruhi oleh tingkat kejahatan, tetapi pelakulah yang akan mengambil keputusan untuk bermukim di perumahan.

b. Akibat reorganisasi sosial-ekonomi

Pemisahan secara fisik ini menimbulkan pemisahan sosial atau kerenggangan sosial. Warga kompleks perumahan tidak usah berinteraksi dengan masyarakat umum. Sebagai akibat dua kelompok diciptakan, yang dalam (kita) dan yang luar (mereka). Keeksklusifan ini dapat mengakibatkan perasaan tak terikat tehadap masyarakat umum yang dapat menimbulkan frustrasi dan kecemburuan. Perasaan ini dapat menciptakan keadaan yang kurang aman dan menambah kemungkinan kekerasan (Thuillier, 2005: 264). Keterpisahan tersebut bukan sekedar karena hak pemilikan properti, lebih-lebih juga didorong oleh intensi para developer yang melihat privacy sebagai sebuah nilai jual yang mahal, khususnya bagi kalangan elit (orang kaya).

(16)

dan fisik. Secara fisik, pagar dan satpam yang melindungi perumahan merupakan pemisah antara warga perumahan dan masyarakat umum. Pagar dan batasan ini dapat menghindari perjalanan orang dan mobil.

c. Preferensi konsumen

Identitas dan Konsumsi Dalam la société de Consommation Jean Baudrillard mengatakan bahwa masyarakat konsumeris merupakan tatanan manipulasi tanda. Seorang konsumen menyamakan yang riil dari tanda-tanda yang hadir di sekitarnya,dengan demikian arena konsumsi adalah sebuah arena sosial. Media massa, dalam hal ini iklan perumahan merupakan sebuah mekanisme sosial yang akan merangsang calon konsumen untuk membeli. Artikel dalam media massa juga dapat merepresentasikan realita dari sudut pandang surat kabar dan kebutuhan konsumen. Keamanan dan keselamatan merupakan salah satu alasan utama mengapa orang memilih bermukim di kompleks perumahan. Dewasa ini tingkat kriminalitas lebih tinggi daripada sepuluh tahun yang lalu. Melalui proses urbanisasi semakin banyak orang berpindah ke kota. Akibatnya, tingkat kejahatan meningkat.

(17)

perlindungan dari persoalan sosial, termasuk kejahatan. Lingkungan perumahan biasanya aman, teratur dan dapat diprediksi (Atkinson & Blandy, 2005). Karena itu di kompleks ini semua aspek kehidupan warganya dapat dikuasai dan diatur. Gengsi dan Status Sosial Kompleks perumahan sering diidentikkan dengan kekayaan (Roitman, 2005). Walaupun sekarang ada bermacam-macam tipe perumahan, termasuk untuk kelas bawah, persepsi itu tetap ada.

Gambar

Gambar 1. Peta Kota Medan
Gambar 2. Peta Kecamatan Medan Sunggal
Tabel. 1. Daftar Kelurahan, Jumlah Lingkungan dan Luas Wilayahnya di Kecamatan Medan Sunggal
Gambar 3. Situasi Pengumpulan Sampah di Tempat Pembuangan Sementara  (TPS)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab pembuangan sampah pada usaha kecil di Pasar Tradisional Sei Sikambing Medan.. Jenis penelitian

Tidak terlaksananya Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 di Kecamatan Medan Sunggal disebabkan beberapa hal, diantaranya ketidakpedulian calon legislatif dan tim

Sementara itu, Ketua PD Salimah Kota Medan, Hj Endang menyampaikan, hasil berbagai lembaga survey dalam memilih pemimpin wilayah, diantara harus dekat dengan masyarakat/pemilih,

Pada tahun 2015 Kecamatan Medan Baru dihuni oleh 40.519 jiwa antara lain : Pertama Kelurahan Padang Bulan jumlah penduduk 9.310 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak

Selain tani dan buruh, bekerja sebagai nelayan juga banyak dilakukan terutama oleh penduduk yang tinggal dekat dengan laut.. Penduduk bekerja dengan memanfaatkan keadaan

Latar belakang masalah ini adalah banyaknya penduduk yang semakin lama semakin pesat jumlah penduduk yang menempati kota terutama kota Medan yang khususnya di daerah Tanjung

Zona Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pemilu Legislatif 2014 Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal. NO KECAMATAN KELURAHAN ALAMAT/ JALAN

Latar belakang masalah ini adalah banyaknya penduduk yang semakin lama semakin pesat jumlah penduduk yang menempati kota terutama kota Medan yang khususnya di