Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
PERKEMBANGAN PERUMAHAN DI SEBELAH BARAT DAN
TIMUR KOTA MEDAN
(Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menempuh ujian
Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh:
DOSEN PEMBIMBING: Weslizar Samosir
03 0404 056
Ir. Jeluddin Daud, M.Eng Nip. 130878001
SUB JURUSAN TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan
Yesus atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini, dengan judul : “Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan
Timur Kota Medan ( Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Dan Kecamatan Medan Denai )”.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh
ujian sarjana pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberi arahan, masukan, serta bimbingan sehingga Tugas Akhir ini
selesai dengan baik.
2. Bapak Prof. DR. Ing. Johannnes Tarigan, selaku ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak – bapak penguji yang telah memberi masukan dan waktu dalam
penyelesaian Tugas Akhir saya ini.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Sipil Fakultas Teknik
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
6. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil serta apa yang terbaik bagi penulis dengan segala kesabaran jiwa,
serta memberikan dorongan dan doa, semoga mendapatkan berkat yang
melimpah dari Tuhan.
7. Saudari – saudari saya yang tercinta, kak Suryati, adik saya Lides dan
Nurwelis yang selalu memperhatikan saya dalam perkuliahan.
8. Seluruh teman – temanku stambuk ’03, serta adik – adik kelasku stambuk 06,
terima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam penyusunan Tugas Akhir
ini.
9. Seluruh teman – teman CM-SI dan staf LPMI yang selalu memberi semangat
dan doa bagi penulis serta rekan – rekan sekalian yang tak dapat disebutkan
satu persatu.
Dengan rendah hati penulis menyadari banyak terdapat kekurangan baik dari
segi penulisan maupun pembahasan, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman
dan referensi yang dimiliki.
Sebagai penutup, diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar
kiranya kelak tulisan ini lebih baik dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009
Penulis
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Medan sebagai kota inti secara fungsional mempunyai hubungan ruang yang kuat dengan wilayah sekelilingnya. Kebijaksanaan pembangunan kawasan perumahan tertata di wilayah pinggiran adalah merupakan suatu usaha mengalihkan penduduk Kota Medan ke wilayah pinggiran. Tingginya keinginan penduduk untuk bermukim di wilayah pinggiran tidak terlepas dari pengaruh pembangunan yang diarahkan ke wilayah sekitarnya. Sehubungan dengan lokasi perumahan tertata tersebut dilakukan penelitian tentang perkembangan perumahan di sebelah Barat dan Timur Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Denai yang juga merupakan wilayah pinggiran Kota Medan.
Kecamatan Medan Sunggal terdapat 6 kelurahan dengan total 43 perumahan tertata dengan jumlah rumah 4274 unit dan total penghuni perumahan 3612 KK, dari hasil penarikan Simple Random Sampling total sampel yang diambil 94 KK sedangkan untuk kecamatan Medan Denai terdapat 6 kelurahan dengan total 4 perumahan tertata dengan jumlah rumah 603 unit dan memiliki penghuni perumahan 557 KK sedangkan sampel yang diambil sebanyak 82 KK. Untuk memperoleh faktor – faktor yang mempengaruhi penduduk untuk memilih tinggal dan bermukim dilakukan penyebaran quisioner ke setiap rumah dengan wawancara.
Dari hasil penelitian analisa deskriptif dan chi – square test dengan SPSS dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi perkembangan perumahan adalah dilihat dari keinginan penghuni untuk memilih tinggal dan bermukim di kawasan, Medan Sunggal karena tingkat pendidikan penghuni tertinggi adalah perguruan tinggi, dengan pekerjaan wiraswasta dengan penghasilan rata – rata Rp 4 juta perbulan, 82 % merasa nyaman dengan kondisi lingkungannya dan memiliki fasilitas – fasilitas yang memadai serta jarak tempat kerja dengan perumahan yang dekat, sedangkan kecamatan Medan Denai yang mempengaruhi karena tingkat pendidikan penghuni tertinggi adalah perguruan tinggi, dengan pekerjaan pegawai swasta dan wiraswata, dengan penghasilan rata – rata 3,5 juta perbulan, 78 % merasa nyaman dengan kondisi lingkungannya dan memiliki fasilitas – fasilitas yang diingini.
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.3 Permasalahan ... 6
1.4 Pembatasan Masalah ... 7
1.5 Bagan Alir Penelitian ... 8
1.6 Metodologi Penelitian ... 9
1.7 Metode Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perkembangan Perumahan ……….. 11
II.2 Gambaran Umum Perkotaan……….... 16
II.2.1 Penataan Ruang Kota………. 17
II.2.2 Peranan Pemukiman………... 19
II.3 Kawasan Perumahan ………. 20
II.3.1 Lokasi Daerah Perumahan ……… 21
II.3.2 Pengaturan Daerah Perumahan ………. 22
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
ngunan Perumahan dan Permukiman………… 24
II.3.4 Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pengadaan …. Rumah di Indonesia ……….. 26
II.3.5 Program Pengadaan Rumah Baru……….. 28
II.3.6 Kebutuhan dan Ketersediaan Perumahan……... 29
II.3.7 Keterkaitan Kawasan Perumahan dengan……. Infrastruktur Perkotaan………... 31
II.4 Tata Guna Tanah Kawasan Perumahan……….. 31
II.4.1 Faktor Tata Guna Tanah………. 31
II.4.2 Konsep Struktur Tata Guna Lahan………. 34
II.4.3 Kawasan Perumahan Tertata untuk Real…….. Estate……….. 35
II.4.3.1 Permasalahan Perumahan Tertata……. Di Indonesia……… 36
II.4.3.2 Kebijaksanaan Dalam Pengembangan… Daerah Perkotaan……… 39
II.4.3.3 Perkembangan Real Estate Dalam……. Penyediaan Sarana Perumahan………… 40
II.4.3.4 Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Per-… kembangan Real Estate di Indonesia….. 44
II.5 Hubungan Permukiman dan Perumahan dengan……… Masalah Transportasi……….. 45
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Berwawasan Lingkungan……… 49
II.7 Pelaku Pembangunan dan Dampaknya………... 51
BAB 3 DESKRIPSI WILAYAH STUDI III.1 Gambaran Umum Kota Medan……… 54
III.1.1 Topografi……… 54
III.1.2 Sosial Budaya………. 55
III.2 Kondisi Wilayah Kecamatan Medan Sunggal………... 57
III.2.1 Kependudukan………... 59
III.2.2 Ketenagakerjaan………. 60
III.2.3 Sebaran Permukiman……….. 62
III..3 Kondisi Wilayah Kecamatan Medan Denai…………... 66
III.3.1 Kependudukan……… 67
III.3.2 Ketenagakerjaan………. 69
III.3.3 Sebaran Permukiman……….. 70
BAB IV METODE PENELITIAN IV.1 Tinjauan Umum……….. 73
IV.2 Pembuatan Daftar Quesioner………. 74
IV.3 Teknik Pengambilan Sampel………. 75
IV.4 Penentuan Jumlah Sampel………. 75
IV.5 Pemilihan Lokasi Sampel……….. 84
IV.5.1 Kecamatan Medan Sunggal………... 85
IV.5.2 Kecamatan Medan Denai……….. 87
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
IV.6.1 Waktu Pengambilan Sampel………. 88
IV.6.2 Ruang Lingkup Sampel……… 89
IV.6.3 Pemilihan Sampel………. 89
IV.6.4 Langkah-Langkah Mewawancarai………. 90
BAB V ANALISA DATA V.1 Penyusunan Data……… 91
V.2 Metode Analisa Data………. 91
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan……….. 106
VI.2 Saran……… 108
DAFTAR PUSTAKA ………... x
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkiraan Jumlah Rumah yang Harus Disediakan Oleh ………
Perumnas dan REI pada Tahun 1996-2010………. 30
Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan……… 56
Tabel 3.2 Data Jumlah Fasilitas di Kecamatan Medan Sunggal…………. 58
Tabel 3.3 Data Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Sunggal……….. 59
Tabel 3.4 Data Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Sunggal Empat..
Tahun Terakhir……… 60
Tabel 3.5 Data Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan ……….
Medan Sunggal……… 61
Tabel 3.6 Kepadatan Perumahan di Kecamatan Medan Sunggal………… 62
Tabel 3.7 Data Jumlah Fasilitas di Kecamatan Medan Denai………. 67
Tabel 3.8 Data Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Denai………….. 68
Tabel 3.9 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Denai ………
Empat Tahun Terakhir………. 68
Tabel 3.10 Data Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan ………..
Medan Denai……… 69
Tabel 3.11 Kepadatan Perumahan di Kecmatan Medan Denai………. 70
Tabel 5.1 Tabulasi, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, dan Penghasilan….. 92
Tabel 5.2 Data Yang Berhubungan Dengan Sarana, Prasarana dan ……..
Dan FasilitasUmum………. 93
Tabel 5.3 Tabulasi Kondisi Lingkungan………. 94
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 5.5 Tabulasi Suku, Asal Tempat Tinggal Dan Jarak Tempat…….
Tinggal Dengan Tempat Kerja……… 96
Tabel 5.6 Tabulasi Tidak Memilih Tinggal Di Kawasan Timur………..
Kota Medan………. 97
Tabel 5.7 Tabulasi Tidak Memilih Tinggal Di Kawasan Barat …………
Kota Medan………. 98
Tabel 5.8 Tabulasi Koordinasi Pemerintah dan Angkuatan Umum………
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki pola pertumbuhan kota dan
tingkat urbanisasi yang mirip dengan Negara berkembang lainnya. Pertumbuhan
penduduk perkotaan di Indonesia yang sangat tinggi mengakibatkan pertambahan
terhadap jumlah kota metropolitan. Tahun 1950 hanya satu kota metropolitan di
Indonesia yaitu Jakarta. Pada tahun 1990 kota metropolitan bertambah menjadi
delapan kota yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, Palembang,
Bogor, dan Ujung Pandang.
Pertumbuhan kota metropolitan yang begitu pesat menjadi unggul dengan
segala perkembangannya. Di samping itu kota metropolitan ternyata kurang
berfungsi sebagai katalisator pengembang wilayah. Dengan demikian pertumbuhan
dan pengembangannya perlu diperhatikan agar tidak melampaui daya dukung
alamnya. Pada dasarnya membangun dan mengembangkan kota-kota kecil di
sekeliling kota besar dapat mengurangi tekanan penduduk dan beban aktifitas
perkotaan dari kota inti.
Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara dengan luas 26.510 Ha
atau 36% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara (data: Pemko Kota Medan 2006)
merupakan salah satu kota metropolitan yang memiliki kecenderungan sebagaimana
kota-kota besar lainnya baik dengan kemajuan atau perkembangannya dan
permasalahan-permasalahannya. Kota Medan sebagai kota inti secara fungsional
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Pertumbuhan penduduk di kota-kota metropolitan termasuk kota Medan jika
dibandingkan satu sama lain, maka tampak adanya tingkat pertumbuhan yang tidak
merata keadaan tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan daya tarik kota-kota
metropolitan terhadap pendatang (migran), karena tingkat pembangunannya, tingkat
pendidikan dan tingkat aksesibilitas kota-kota metropolitan itu sendiri terhadap kota
inti yaitu suatu kota dimana kota tersebut menjadi pusat kegiatan bagi kota lainnya
atau kota sekitarnya. Seiring bertambahnya penduduk di kota Medan tidak disertai
dengan pertambahan tempat tinggal, jaringan jalan dan sarana prasarananya karena
berhubungan dengan masalah transportasi. Menurut data dari BPS hingga tahun
2001-2010 kebutuhan akan rumah khususnya perumahan tertata dan perumnas masih
diperlukan sekitar 64.000 unit lagi, sementara penyebarannya juga haruslah ditinjau
dari sudut RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah ) dan lahan kosong yang tersedia di
setiap kecamatan.
Demikian pula pertumbuhan penduduk di kecamatan Medan Sunggal dan
kecamatan Medan Denai sangat berhubungan dengan para pendatang (migran) yang
berasal dari wilayah pinggiran-pinggiran kota Medan dalam hal ini Kabupaten Deli
Serdang. Para pendatang tersebut kebanyakan datang dan bermukim dikarenakan
banyak hal yang tidak mereka dapatkan di tempat dahulu mereka tinggal seperti
pendidikan, pelayanan, sarana dan prasarana.
Perkembangan permukiman dan perumahan di suatu wilayah sangat
dipengaruhi oleh alih fungsi lahan, tata guna lahan yang nantinya akan menjadi daya
tarik orang untuk mendirikan bangunan atau bermukim, daya beli masyarakat, serta
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
bermukim juga menjadi pendukung berkembangnya perumahan di suatu wilayah
serta tentunya peran dari pemerintah sendiri.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,
mengatur mengenai penataan rumah dan permukiman. Undang-Undang itu
menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan,
sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Untuk hal yang
berkaitan dengan tata ruang dan pemanfaatannya juga ditetapkan Undang-Undang
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menjelaskan tentang
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan
peruntukan dan daya dukung lingkungan. Namun kenyataannya peran pemerintah
sangat terbatas dikarenakan keterbatasan anggaran untuk membiayai pembangunan
perumahan tersebut.
Perumahan pada garis besarnya terdiri dari beberapa komponen yaitu yang
pertama, ialah lahan atau tanah yang diperuntukkan untuk perumahan itu dimana
kondisi tanah akan mempengaruhi harga suatu rumah yang akan dibangun di atas
lahan itu. Yang kedua, ialah prasarana pemukiman yaitu jalan, drainase, dan fasilitas
perumahan lainnya. Dan komponen yang ketiga, ialah pemukiman yang dibangun
(fisik bangunan). Suatu pemukiman akan ideal apabila telah memiliki komponen
yang keempat, yaitu fasilitas umum dan fasilitas sosial. Menurut Suparno Sastra dan
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
memang sangat dipengaruhi oleh adanya landasan pembangunan yang kuat, pelaku
pembangunan, serta modal dasar pembangunan yang kuat pula. Kontribusi sektor
industri perumahan bagi pertumbuhan ekonomi melaui penyediaan lapangan
pekerjaan yang mendorong pembentukan modal yang besar merupakan salah satu
wujud nyata manfaat adanya perumahan dan permukiman yang berfungsi sebagai
wadah pengembangan sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan
sosial yang tertib dan aman.
Di sebelah Barat dan Timur kota Medan saat ini masih membutuhkan
permukiman dan perumahan yang layak huni untuk mengantisipasi pertumbuhan
penduduk yang bertambah dari tahun ke tahun. Kecamatan Medan Sunggal
merupakan wilayah sebelah Barat kota Medan yang memiliki luas wilayah 14.116
Km2 dan memiliki jumlah penduduk 108.949 jiwa. Kecamatan Medan Sunggal di
bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia, sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah dan Medan Baru, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang.
Kecamatan Medan Sunggal memiliki 6 kelurahan yaitu Kelurahan Babura,
Kelurahan Tanjung Rejo, Kelurahan Sei kambing, Kelurahan Sunggal, Kelurahan
Lalang, Kelurahan Simpang Tanjung. Di Kecamatan Medan Sunggal ini banyak
terdapat perumahan-perumahan tertata dengan berbagai tipe, sampai tahun 2008 ini
tercatat berjumlah 43 kompleks perumahan dan daerah ini sangat potensial juga bagi
investor yang bergerak di bidang perumahan.
Sedangkan Kecamatan Medan Denai merupakan wilayah sebelah Timur kota
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
jiwa. Kecamatan Medan Denai di bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan
Tembung, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Medan Area.
Kecamatan Medan Denai terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari
Mandala I, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kelurahan Tegal Sari Mandala III,
Kelurahan Denai, Kelurahan Binjai dan Kelurahan Medan Tenggara. Di Kecamatan
Medan Denai ini tak banyak dijumpai perumahan tertata, tercatat ada 4 kompleks
perumahan saja yang dijumpai di kecamatan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui perkembangan perumahan,
penelitian ini juga untuk mengetahui kondisi lingkungan perumahan agar menjadi
suatu suatu perumahan yang lebih baik, tertib dan teratur dilihat dari segi letak
bangunan, letak jaringan jalan dan kondisi drainase yang bagus yang terdapat di
kecamatan Medan Sunggal dan Medan Denai.
Diharapkan juga agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan dan pemikiran bagi dinas Tata Kota Medan dalam menata
pembangunan perumahan di kedua kawasan studi. Berguna sebagai informasi dalam
pengembangan perencanaan kota, wilayah, dan kependudukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui banyaknya perumahan di Kecamatan Medan Sunggal dan
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
b. Untuk mengetahui trend atau kecenderungan berkembangnya perumahan di
wilayah studi.
c. Untuk mengetahui preferensi bermukim seseorang di Kecamatan Medan
Sunggal dan Kecamatan Medan Denai.
d. Untuk mengetahui peran pemerintah dan swasta (developer) dalam
pembangunan perumahan di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Denai.
1.3 Permasalahan
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah melihat persebaran perumahan,
berkaitan dengan pokok permasalahan tersebut di atas, maka melalui penelitian ini
juga akan dicoba untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
perkembangan perumahan yang antara lain:
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perumahan
Meningkatnya pembangunan dan pembelian perumahan.
Hubungan permukiman dengan masalah transportasi
Sarana dan prasarana pemukiman di kawasan pinggiran kota Medan.
Pemukiman yang terdiri dari rumah dan lingkungannya sebagai tempat
hunian merupakan titik awal pergerakan manusia dalam melaksanakan kegiatannya
sehari-hari. Tingginya keinginan penduduk untuk memilih bermukim di pinggiran
kota Medan tentu saja tidak terlepas dari pembangunan yang diarahkan ke wilayah
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
1.4 Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan faktor- faktor yang mempengaruhi karakteristik
perkembangan perumahan maka diperlukan penelitian.
Ruang lingkup wilayah penelitian meliputi :
Penelitian hanya dilakukan di kawasan perumahan tertata baik yang
mewah, sedang dan sederhana yang terdapat di kecamatan Medan
Sunggal dan Medan Denai.
Pengaruh sarana dan prasarana yang terdapat di perumahan tertata yang
terletak di kecamatan Medan Sunggal dan Medan Denai.
Perkembangan perumahan akan ditinjau dari luas, banyaknya perumahan
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
I.5 Bagan Alir penelitian
Tabulasi data hasil quisioner
Analisa data dengan Deskriktif dan Uji Chi Kuadrat
Kesimpulan dan Saran PENENTUAN JUDUL
STUDI PUSTAKA
Pengamatan dan Pengambilan data kawasan
perumahan Peta / Gambar
Letak Perumahan DATA
Survey ke wilayah dan menyebarkan quisioner
secara random
PILOT SURVEY
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
I.6 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan ruang lingkup :
a. Studi Literatur
Yang bertujuan untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan
keinginan membangun, bermukim, perkembangan perumahan.
b. Pengumpulan data sekunder
Sebelum dilakukan survey pada lokasi penelitian, terlebih dahulu
dilakukan pengumpulan data sekunder berupa data kawasan perumahan di
kecamatan Medan Sunggal dan Medan Denai beserta sarana dan
prasarananya. Data ini diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti
Bappeda, Dinas Tata Kota Medan dan intansi-instansi lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
c. Pengumpulan data primer
Data ini diperoleh dengan mengadakan survey langsung terhadap wilayah
yang ditinjau dengan menyebarkan quesioner secara random.
d. Analisa data
Dari pengumpulan data yang diperoleh, analisa yang digunakan adalah
analisa deskriptif dengan memaparkan hasil pengolahan data yang telah
ditabulasi dan uji chi kuadrat untuk memeriksa keseragaman dari hasil
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
I.7 Metode Penulisan
Penelitian ini akan menggunakan metode penulisan sebagai berikut:
a. BAB I. PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang penelitian ini dibuat,
permasalahannya beserta pembatasan masalah, maksud dan tujuan.
b. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang kerangka teori penelitian serta penjelasan
istilah-istilah yang tertera pada judul penelitian ini.
c. BAB III. DESKRIPSI WILAYAH STUDI
Berisikan tentang wilayah penelitian yang masih dalam ruang lingkup
pembahasan.
d. BAB IV. METODE PENELITIAN
Berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini.
e. BAB V ANALISI DATA
Berisikan tentang hasil perhitungan dari data – data yang diperoleh.
f. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Perkembangan Perumahan
Perkembangan perumahan adalah suatu pertumbuhan perkembangan
pembangunan perumahan sebagai salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan
manusia dan adanya kecenderungan seseorang, swasta (developer), pemerintah untuk
membangun perumahan serta kecenderungan seseorang untuk bermukim atau tidak
di perumahan tersebut, yang dipengaruhi oleh variabel-variabel seperti lahan yang
kosong, kondisi perumahan, segi pendapatan, sarana transportasi, tempat bekerja dan
sarana prasarana yang ada untuk mencapai kepuasan tertentu. Untuk
mempertahankan tingkat kepuasan yang sama terhadap pelayanan perumahan, maka
rumah tangga tersebut akan mengkonsumsi pelayanan perumahan lebih besar atau
tanah lebih luas. Selanjutnya pertambahan unit bangunan dan luas tanah tentu saja
mempunyai batas tertentu, sehingga peningkatan konsumsi pelayanan perumahan
dapat juga diartikan sebagai kenaikan kualitas rumah dan kondisi lingkungan yang
lebih menyenangkan.
Perumahan merupakan suatu jenis pemukiman, karena pemukiman adalah
tempat tinggal penduduk dan tempat melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
Pemukiman menyangkut manusia dan kebutuhan manusia dari berbagai aspek. Dan
pembangunan pemukiman di perkotaan dan daerah pinggiran kota adalah untuk
memenuhi kebutuhan tempat tinggal saja, dan ini dilakukan disetiap lapisan, apakah
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
maka program disusun untuk tiap-tiap lapisan berbeda pula. Dengan demikian dalam
kehidupan perkotaan akan adanya klasifikasi perumahan seperti adanya perumahan
kelas atas, menengah dan bawah. Klasifikasi ini tergantung dari kondisi fisik
perumahan dan status sosial lingkungan, sehingga walaupun jaraknya terhadap pusat
kota sama, tetapi harganya akan berbeda. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa
kondisi perumahan sangat mempengaruhi karakterisrik seseorang yang ingin
bermukim. Artinya, semakin baik kualitas perumahan maka semakin tinggi pula
kepuasan seseorang untuk bermukim di kawasan tersebut. Dengan demikian
penduduk sebagian besar mencari kehidupan lebih baik untuk kesejahteraan hidup
baik dengan mencari lokasi perumahan yang lebih baik.
Masalah pemukiman merupakan fenomena umum yang selalu dihadapi oleh
kota-kota yang sedang berkembang. Fakta menunjukkan bahwa sampai pada tingkat
perkembangan tertentu dari suatu kota, semakin besar kota tersebut semakin
menyolok pula masalah pemukiman yang dihadapi. Hal ini berawal dari adanya daya
tarik kota yang kuat terhadap migrant (pendatang) untuk tinggal menetap di kota.
Alasan datangnya para migrant banyak faktor, diantaranya faktor ekonomi dan
pendidikan lebih bagus di kota Medan daripada tempat yang lama dan keinginan
mencari lapangan kerja. Faktor stabilitas dan segi hiburan merupakan daya tarik juga,
banyak pendatang yang berasal dari Aceh, Riau, Padang dan lain – lain. Laju
pertambahan jumlah penduduk kota yang cukup tinggi tersebut harus diimbangi oleh
laju pertambahan rumah tingal seperti pembangunan perumahan di pinggiran kota.
Banyaknya rumah di pinggiran kota harus diikuti perluasan jaringan
transportasi yang luas pula. Transportasi merupakan variabel yang mempengaruhi
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
fasilitas untuk pertukaran barang dan jasa, dari suatu tempat menuju lokasi kegiatan
ekonomi yang tersebar sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan barang dan
orang. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk struktur serta efisiensi dari daerah
perkotaan dipengaruhi oleh sistem transportasi.
Komuting adalah pengangkutan orang untuk pertukaran pelayanan tenaga
kerja, merupakan jenis transportasi kota yang paling penting dan paling banyak
dipelajari. Pergerakan barang-barang di daerah perkotaan lebih sedikit dipelajari
daripada pergerakan orang, karena apabila sistem transportasi untuk keperluan
komuting sudah memadai maka sistem itu juga akan memenuhi kebutuhan lain.
Adanya indikasi bahwa setelah memilih tempat tinggal di perumahan tertata
para penghuni masih tetap bekerja ditempat yang lama ini dikarenakan mungkin
tempat bekerja yang lama masih memiliki kemudahan dijangkau dari rumah
penghuni yang baru. Apabila di tempat tinggal yang lama kemungkinan sarana dan
prasarana tidak mendukung. Dan biasa juga untuk kemudahan dalam bekerja.
Dapat disimpulkan bahwa transportasi menyangkut hampir di seluruh
kegiatan rumah tangga, sehingga menjadi hal penting dan menentukan. Dengan
perkataan lain karakteristik penghuni sangat dipengaruhi oleh kemudahan
transportasi di daerah tersebut. Variabel transportasi dapat dijabarkan dalam
penelitian ini, yaitu :
a. Ketersediaan transportasi
b. Kondisi lahan
c. Pelayanan angkutan umum
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
fungsinya tidak hanya sebagai pemukiman. Dengan tumbuhnya lapangan kerja
tersebut maka hubungan antara kota satelit dengan daerah sekelilingnya menjadi
berubah. Jadi pertumbuhan lapangan kerja pada suatu tempatakan menarik penduduk
dari kawasan metropolitan. Bahkan, perkembangan jenis jumlah lapangan kerja dapat
menarik pekerja dari luar kawasan metropolitan atau para migrant.
Dengan demikian, defenisi operasional tempat bekerja sebagai variabel independent
ialah :
a. Jarak perumahan ke tempat tujuan perjalanan.
b. Biaya transportasi ke tempat tujuan perjalanan.
c. Kenyamanan dalam mencapai ke tempat tujuan perjalanan.
Salah satu variable yang merupakan bagian terpenting dari karakteristik
penghuni perumahan adalah tersedianya sarana dan prasarana kota (fasilitas kota),
antara lain :
Sarana air bersih
Sarana pendidikan
Sarana kesehatan
Sarana listrik
Sarana rumah ibadah
Sarana komunikasi
Dan lain-lain
Dengan tersedianya sarana di atas maka kecenderungan untuk memilih
bermukim di suatu area perumahan akan semakin besar. Selain itu kondisi dari
sarana dan prasarana tersebut juga akan banyak berpengaruh pada karakteristik
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Penduduk kota semua memerlukan semua variabel atas, tetapi ada
kemungkinan para penduduk memilih satu saja, karena para penduduk ini dapat
memenuhi kebutuhan akan variabel lainnya dari kota inti atu kota besar. Dalam hal
ini, faktor jarak ke kota inti dan kemudahan transportasi akan sangat mempengaruhi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya tarik suatu kota akan semakin tinggi
apabila di kota tersebut seseorang dapat menekan biaya pengeluaran, berarti
meningkatkan kepuasan seseorang untuk bermukim. Dalam hal ini, yang perlu
diperhatikan bahwa faktor-faktor tersebut yang bervariasi sesuai dengan lokasi
adalah biaya transportasi dan pelayanan perumahan. Hal ini menjadi ciri-ciri dari
sistem kota metropolitan.
Peranan faktor ekonomi perkotaan, faktor sosial dan politik kebijaksanaan
menyebabkan suatu kota berkembang dengan cepat dibanding kota lainny ( Chapin,
1972 ). Dengan dasar konsep ekonomi perkotaan maka keberadaan lokasi perumahan
harus dilihat dari potensi lahan yang dimilikinya dan dapat dikembangkan sebagai
titik tumbuh tersendiri. Perkembangan lokasi perumahan harus diargumentasikan
sebagai perkembangan lahan yang mempunyai peluang untuk mendapatkan suatu
lingkungan hidup yang aktraktif dengan tatanan ruang yang berkualitas dan
mempunyai nilai ekonomis yang memberikan dampak berganda (multiflier-effect)
dan juga memberikan insentif yang cukup menjanjikan akibat distribusi dan
desentralisasi kegiatan ekonomi kota (Richardson, 1978).
Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas usaha merupakan
penyebab dari awal perkembangannya lokasi perumahan wilayah perkotaan.
Perkembangan ini berdampak pada peningkatan tuntutan kebutuhan ruang.
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Meningkatnya kebutuhan tanah untuk perumahan merupakan cikal bakal
perkembangan lokasi perumahan. Perkembangan lokasi lahan perumahan
mempunyai implikasi terhadap nilai dan harga. Proses peningkatan nilai dan harga
tanh memang dimulai dengan perkembangan fungsi dan peranan wilayah tersebut.
Apabila suatu wilayah berkembang akibat meningkatnya kemampuan
produktivitasnya dan semakin baiknya saran perhubungan, maka pemanfaatan dan
penggunaan tanah akan meningkat pula baik secara intensif maupun ekstensif.
II.2. Gambaran Umum Perkotaan
Kota adalah kelompok orang-orang dalam jumlah tertentu untuk hidup dan
bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu yang berpola hubungan
rasional ekonominya, kota merupakan lingkungan kehidupan dengan konsentrasi
penduduk yang tinggi karena kegiatan perekonomian non agraris yaitu industri dan
jasa yang terpusat membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Jadi kawasan perkotaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota
mempunyai banyak sekali pengertian, defenisi kota bergantung pada sudut
pendekatan tertentu. Pendekatan geografis-demografis adalah melihat kota sebagai
pemusatan penduduk , pendekatan segi ekonomi adalah melihat kota sebagai tempat
pemusatan lalu lintas ekonomi dan perdagangan serta kegiatan industri dan tempat
perputaran uang yang terus bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak.
Jika ditinjau dari pendekatan sosio-antropologis adalah melihat hubungan
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Penduduk kota pada umumnya bersifat anonim artinya orang tidak mengenal satu
sama lain dengan akrab, penduduk kota berorientasi kepada kemajuan. Oleh karena
itu pada umumnya lebih mudah berhubungan dunia luar maka pengaruh kemajuan
akan datang lebih cepat diserap orang-orang di kota. Di samping berorientasi kepada
kemajuan diketahui pola hubungan masyarakat di perkotaan telah menuju hubungan
yang rasional, egois, impersonal, individualistis.
Kota terdiri dari bangunan tempat tinggal, perkantoran dan tempat
perniagaan/perdagangan, seluruh bangunan fisik ini berkembang lebih lambat
daripada pertumbuhan penduduk kota, baik pertambahan penduduk kota,
pertambahan karena kelahiran atau lajunya arus urbanisasi. Dari masa ke masa,
masalah perumahan bagi pertumbuhan penduduk yang terkendali ini tak pernah
tuntas bahkan permasalahannya terus bertambah.
Usaha memperbaiki mutu perumahan terus meningkat terutama bagi
golongan menengah yang kian bertambah di perkotaan, umumnya dan khususnya
seperti Jakarta, Medan dan Bandung. Kebutuhan perumahan berbeda untuk setiap
golongan masyarakat yaitu bagi golongan berpendapatan rendah atau golongan
bawah, bagi golongan berpendapatan sedang atau golongan menengah, dan golongan
berpendapatan tinggi atau bagi golongan menengah atas, atau bahkan kelompok elit
atau golongan atas.
II.2.1. Penataan Ruang Kota
Penataan ruang ialah usaha untuk merencanakan jumlah penggunaan lahan
untuk keperluan tertentu dan pada tempat yang tepat, termasuk didalamnya
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
tempat berbelanja, tempat hiburan dan lain-lain yang semuanya juga sangat penting
tergantung pada rencana jaringan jalan dikota dan pemilihan rencana penggunaan
lahan. Penataan ruang wilayah dilakukan pada tingkat nasional (rencana tata ruang
wilayah nasional), tingkat propinsi(rencana tata ruang wilayah propinsi disingkat
RTRW propinsi), dan pada tingkat kabupaten (RTRW kabupaten). Sesuai dengan
Keputusan Menteri PU no. 64/KPTS/1986, ada empat tingkatan Rencana Ruang
Kota:
1. Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan
Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan menggambarkan posisi kota yang
direncanakan terhadap kota lain secara nasional dan hubungannya dengan
wilayah belakangnya.
2. Rencana Umum Tata Ruang Kota
Rencana Umum Tata Ruang Kota menggambarkan pemanfaatan ruang kota
secara keseluruhan.
3. Rencana Detail Tata Ruang Kota
Rencana Detail Tata Ruang Kota menggambarkan pemanfaatan ruang kota
secara lebih rinci.
4. Rencana Teknik Ruang Kota
Rencana Teknik Ruang Kota menggambarkan rencana geometri pemanfaatan
ruang kota sehingga sudah bisa menjadi pedoman dalam penentuan sait(site)
pembangunan/konstruksi di kota.
Menurut Robinson Tarigan ( 2003 ), pada prinsipnya program penataan kota
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penyediaan, pelayanan prasarana dan sarana
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
dapat meningkatkan produktifitas kota dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek
pemerataan, lingkungan, dan budaya.
Pengalaman menunjukkan bahwa banyak sekali hambatan yang ditemui untuk
menerapkan rencana tata ruang dari sebuah kota yang telah terbangun, terutama
mengenai pembebasan lahan. Demikian halnya dalam perumahan – perumahan yang
telah dibangun banyak yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kota sehingga
pemerintah pun kesulitan dalam menata kota karena banyaknya masalah yang
dihadapi di lapangan. Tidak sedikit juga perumahan yang dibangun karena
mempunyai kepentingan pribadi walau bangunan tersebut banyak berdampak negatif
pada lingkungan.
II.2.2. Peranan Pemukiman
Lingkungan pemukiman merupakan ruang yang terluas digunakan dalam
sebuah kota, oleh karena itu sangat penting peranannya dalam membentuk tata ruang
kota. Penggunaan lahan untuk perumahan merupakan faktor utama dalam
pertumbuhan atau perluasan kota dan sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Kota
yang pertumbuhan penduduknya sangat tinggi akan membutuhkan penggunaan tanah
untuk perumahan dengan pertumbuhan yang tinggi pula.
Pemukiman dengan garis besarnya terdiri dari berbagai komponen yaitu
pertama, ialah lahan atau tanah yang diperuntukkan untuk perumahan dimana kondisi
tanah akan mempengaruhi harga dari satuan rumah yang akan dibangun. Kedua,
ialah prasarana pemukiman yaitu jalan lokal, saluran drainase, jaringan listrik yang
semuanya menentukan kualitas perumahan yang dibangun. Dan ketiga, ialah
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
memiliki komponen yang keempat, yaitu fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Permukiman berarti proses atau tindakan pemukiman penduduk. Namun kata ini
permukiman bukan merupakan aktifitas melainkan benda atau untuk mencapai
proses sesuai artinya. Dan alat yang digunakan adalah berupa tempat tinggal atau
biasa disebut rumah. Karena permukiman sebagai salah satu unsur yang membentuk
kota terdiri berbagai bangunan dan prasarana lingkungannya merupakan unsur yang
paling menonjol dari pada unsur sarana dan prasaran kota lainnya. Permukiman
adalah salah satu kebutuhan pokok minimal sandang pangan yang harus di penuhi
oleh manusia.
II. 3. Kawasan Perumahan
Masalah perumahan merupakan fenomena umum yang selalu dihadapi oleh
kota-kota di Negara yang sedang berkembang. Fakta menunjukkan bahwa pada
sampai tingkat perkembangan tertentu disuatu kota, semakin besar kota itu, semakin
menyolok pula masalah perumahan yang dihadapi. Hal ini berawal dari adanya daya
tarik kota terhadap migran pendatang untuk tinggal menetap di kota. Laju
pertambahan jumlah penduduk kota yang cukup tinggi tersebut tidak mampu
diimbangi oleh laju pertambahan rumah tinggal yang memadai.
Menurut Branch (Budi Sinulingga, 1995), kawasan perumahan sebagai salah
satu unsur yang membentuk kota terdiri dari berbagai bangunan dan prasarana
lingkungan yang merupakan unsur yang paling menonjol dari pada unsur-unsur
sarana dan prasarana kota lainnya. Bangunan-bangunan sesungguhnya merupakan
unsur perkotaan yang paling jelas terlihat, dipandang dari satu kapanpun dan dari
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
besar dalam menimbulkan permasalahan perkotaan jika dalam pengadaan dan
pengembangan tidak diatur dengan benar.
Persoalan perkotaan yang dimaksud adalah selain dapat menimbulkan
kesembrawutan wajah kota, maka pembangunan rumah-rumah tinggal berikut
fasilitas rumah yang tidak memenuhi kriteria sehat, akan menimbulkan
masalah-masalah sosial yang sulit untuk dipecahkan.
Perumahan adalah salah satu kebutuhan pokok minimal selain sandang
pangan yang harus dipenuhi oleh manusia. Dan ternyata untuk mencukupi kebutuhan
ini bukanlah suatu kebutuhan yang mudah, terlebih lagi bagi penduduk kota. Di
perkotaan, rumah menjadi sesuatu yang sangat mahal sebagai akibat dari tingginya
harga tanah. Apalagi untuk memperoleh rumah yang layak untuk ditempati, hanya
sebagian kecil warga kota yang dapat memilikinya. Tingkat modernitas suatu kota
salah satunya diukur dari tingkat kualitas perumahan dan pemukiman yang ada di
kota tersebut. Artinya bahwa semakin modern kota tersebut, akan tercermin dari
semakin baik pula kualitas perumahan yang dimilikinya. Kualitas yang dimaksud
harus berdimensi menyeluruh, yakni selain kualitas material konstruksi dari
bangunan-bangunan yang ada, kelengkapan sarana dan prasarana sosial dan
lingkungan, serta keterkaitan yang harmonis antara kawasan perumahan dengan
kawasan-kawasan lainnya.
II.3.1. Lokasi Daerah Perumahan
Untuk menetapkan lokasi perumahan yang baik perlu diperhatikan, hal-hal
sebagai berikut :
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
a. Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti
b. Tanahnya baik sehingga konstruksi bangunan yang ada dapat direncanakan
c. Mudah mendapatkan air bersih, listrik, pembuangan air limbah dan lain-lain
d. Mudah mendapatkan bahan-bahan bangunan
e. Mudah mendapatkan tenaga kerja
2. Ditinjau dari segi tata guna ialah :
a. Tidak merusak lingkungan yang telah ada
b. Sejauh mungkin dipertahankan tanah yang berfungsi sebagai reservoir air
3. Ditinjau dari segi kesehatan dan kemudahan :
a. Lokasi perumahan yang sebaiknya jauh dari lokai pabrik yang mendapatkan
polusi
b. Lokasi perumahan sebaiknya tidak terlalu terganggu oleh kebisingan
c. Lokasi perumahan mudah dicapai dari tempat kerja penghuni
4. Ditinjau dari segi politis dan ekonomis
a. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekelilingnya
b. Mudah pemasarannya karena lokasi disukai calon pembeli.
II. 3.2. Pengaturan Daerah Perumahan
Setelah lokasi perumahan ditentukan berdasarkan pilihan yang optimal, maka
agar dalam jangka panjang perumahan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif
padalingkungan dalam arti luas, perlu sekali site planning. Site planning ini penting
sekali karena hal tersebut akan menentukan bentuk kota yang ada, dapat menciptakan
kemudahan atau kesukaran bagi penghuni, selain itu dapat mempengaruhi tingkah
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
negatif akibat suatu penyusunan site planning yang kurang baik, perlu diperhatikan
hal-hal seperti jaringan-jaringan jalan dan lebarnya direncanakan sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan kemudahan yang cukup bagi para penghuninya
kemudian susunan kapling direncanakan sedemikain rupa sehingga
kelompok-kelompok kapling yang besar dan yang kecil dan teratur dalam komposisi yang baik
serta disediakan tanah-tanah untuk fasilitas umum yang cukup misalnya penghijauan,
tempat beribadat, sekolah, jaring-jaring saluran drainase, pembuangan air limbah dan
sebagainya harus dapat diatur sedemikian rupa, sehingga lokasi perumahan yang ada
dapat bebas dari genangan air atau banjir dan yang terakhir perencanaan suatu daerah
pemukiman seyogyanya juga dapat memberikan kemudahan bagi para penduduk
yang tinggal di sekitar daerah perumahan tersebut bahkan kalau mungkin dapat
diciptakan suatu kesatuan yang baik. Menurut Suparno Sastra dan Endi Marlina
(2005), rincian strategi pembangunan perunahan dan permukiman serta sarana
pendukungnya di perkotaan dan pedesaan hendaknya mengacu pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Dalam upaya penyelenggaraan pembangunan perkotaan perlu segera
diciptakan iklim pengelolaan yang mampu mendorong masyarakat
dan dunia usaha untuk ikut berperan serta secara aktif.
2. Salah satu faktor penyebab kemiskinan di kota adalah
tertutupnya/terhambatnya akses masyarakat miskin terhadap prasarana
dan sarana perkotaan. Oleh karena itu perlu segera diwujudkan
perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan ini di
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
3. Penggunaan teknologi tepat guna yang mampu mendorong
terbangunnya prasarana dan sarana perkotaan yang layak dan
memadai serta mampu menjangkau masyarakat secara luas.
4. Dalam upaya mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan perlu
dilakukan optimalisasi potensi dan sumber daya lokal demi
terciptanya efisiensi pengelolaan perkotaan.
II.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Pembangunan permukiman secara langsung menyangkut berbagai aspek
kehidupan keluarga dan masyarakat serta menciptakan suasana kerukunan hidup
keluarga dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam rangka membentuk
lingkungan serta persemaian nilai budaya bangsa dan pembinaan watak anggota
keluarga. Pembangunan permukiman baik pembangunan rumah baru maupun
pemugaran permukiman di pedesaan dan di perkotaan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal baik dalam jumlah maupun kualitasnya
dalam lingkungan yang sehat serta kebutuhan akan kehidupan yang memberikan rasa
aman, damai, tentram dan sejahtera.
Untuk menyukseskan pembangunan tersebut harus ada kerja sama antar
instansi, agar tidak terjadi ketimpangan didalam pelaksanaan pembangunan
permukiman. Dan diharapkan, bahwa kerja sama antar instansi itu sangat penting
artinya khususnya didalam pembangunan permukiman karena jika sesuatu
pembangunan tanpa adanya kerja sama akan membawa akibat terhambatnya
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan permukiman :
a. Faktor kependudukan
Perkembangan penduduk yang cukup tinggi merupakan masalah yang dapat
memberikan pengaruh yang sangat besar khususnya penduduk yang berada dan
berdiam di pusat-pusat kota, sedangkan jumlah rumah yang tersedia yang
memenuhi persyaratan sebagai rumah yang layak huni tidak dapat memenuhi
perkembangan jumlah anggota keluarga yang membutuhkan rumah.
Pertumbuhan penduduk terutama di kota-kota besar disebabkan adanya arus
urbanisasi dari luar daerah perkotaan, baik sebagai pendatang menetap maupun
sebagai pendatang tidak menetap seperti mereka pergi bekerja di kota dan sore
hari pulang ke tempat asalnya.
b. Faktor pertanahan
Dengan adanya arus urbanisasi sebagai fenomena pada saat ini terutama di
kota-kota yang sedang berkembang seperti Indonesia memberikan dampak yang akan
mempengaruhi pembangunan perumahan dan pemukiman sehingga terjadi
masalah penyediaan tanah untuk pembangunan tersebut khususnya di daerah
perkotaan kalaupun adaharus dengan harga yang sangat tinggi. Akibatnya
keterbatasan tanah-tanah di daerah perkotaan maka para developer atau para
pengembang mengalihkan pembangunan perumahan dan pemukiman ke daerah
pinggiran kota.
c. Faktor Kelembagaan
Dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan pemukiman faktor ini sangat
berpengaruh karena adanya perangkat kelembagaan yang berfungsi akan dapat
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
tersebut oleh perangkat pemerintah pusat serta pihak swasta yang semuanya
merupakan suatu sistem yang terpadu sedangkan bagi pemerintah daerah
memegang peranan penting dalam strategi pelaksnaana pembangunan khususnya
perumahan dan pemukiman.
II. 3.4. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pengadaan Rumah di Indonesia
Kebijaksanaan pemerintah dalam pengadaan rumah untuk mengatasi masalah
kekurangan perumahan di Indonesia dilakuk an melalui :
1. Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilakukan oleh Perum
Perumnas.
2. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan yang tergabung
dalam persatuan pengusaha Real Estate Indonesia (REI).
3. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi swasta
yang dibiayai melalui Kredit Kepemilikan Rumah Bank Tabungan Negara
(KRR – BTN).
4. Pembangunan perumahan yang dilakukan melalui dana suatu lembaga yang
diperuntukkan bagi pegawainya.
5. Pembangunan perumahan dan pemukiman transmigrasi yang dilakukan
melalui dana Departemen Transmigrasi.
6. Pembangunan perumahan dana pemukiman bagi masyarakat terasing melalui
dana Departemen Sosial.
7. Pembangunan perumahan dan pemukiman pedesaan melalui koordinasi
antara Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Departemen Dalam
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
8. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pengembang lainnya.
Secara umum maksud dan tujuan pembangunan perumahan dan pemukiman
tersebut adalah untuk :
1. Memperbaiki keadaan perumahan dan lingkungan untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat.
2. Mengembangkan dan meningkatkan sarana, prasarana dan fasilitas
lingkungan baik perkotaan maupun pedesaan.
3. Meningkatkan dan memanfaatkan kembali fungsi-fungsi perkotaan dengan
lebih mengutamakan tata guna lahan.
Secara lebih khusus pengadaan sekaligus pengawasan terhadap perumahan
dan pemukiman melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagaimana disebutkan diatas
diatur menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan pemukiman
tersebut dijelaskan bahwa penataan perumahan dan pemukiman bertujuan untuk :
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang
sehat aman serasi dan teratur.
3. Memberi arah dan pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk yang
rasional.
4. Menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan
bidang-bidang lain.
Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pengadaan
perumahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta harus benar-benar
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
II. 3.5. Program Pengadaan Rumah Baru
Pembangunan perumahan baru harus dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu :
1. penyediaan infrastruktur, seperti jaringan jalan, saluran sanitasi dan drainase,
jaringan air bersih, jaringan listrik.
2. penyediaan fasilitas pendukung, seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, sosial
kemasyarakatan, serta fasilitas umum lainnya.
3. ketersediaan ruang terbuka sebagai fasilitas pendukung bagi kegiatan
informal penghuninya, serta sebagai strategi mempertahankan ketersediaan
air bersih dalam jangka panjang.
Program pembangunan perumahan baru dapat dilaksanakan baik oleh
pemerintah (PERUMNAS) maupun pihak swasta. Agar penyediaan perumahan baru
bagi masyarakat berpenghasilan rendah dapat tercapai maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan pengadaan perumahan dengan perbandingan 1 kelas
mewah: 3 kelas menengah: 6 kelas bawah bagi developer swasta. Kebijakan ini
sesuai dengan azas keadilan, pemerataan, dam keterjangkauan.
Selain itu, untuk mendukung kemampuan pemilikan rumah oleh masyarakat
berpenghasilan rendah, program ini didukung oleh lembaga perbankan (misalnya
BTN) dengan program Kredit Pemilikan Rumah dengan suku bunga lunak. Lembaga
perbankan swasta pun saat ini sudah banyak yang ikut aktif mendukung program
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
II. 3.6. Kebutuhan dan Ketersediaan Perumahan
Perkiraan kebutuhan perumahan pada periode mendatang merupakan turunan dari
kajian mengenai perkembangan penduduk. Walaupun tingkat pertumbuhan
penduduk diperkirakan akan turun sebesar 1,68 % selama jangka waktu 1996-2000
jumlah penduduk rumah rangga akan meningkat dua kali lipat dari tingkat
pertumbuhan tersebut (3,49 %) yang ditentukan sangat berpengaruh terhadap tingkat
kebutuhan perumahan.
Tingkat kebutuhan penyediaan rumah adalah 2 % per tahun atau sejumlah
13000 unit per tahun sampai 2001. Jika proyeksi ini diteruskan sampai dengan 2010,
maka dalam kurun waktu 2001-2010 minimal harus dapat disediakan rumah
sebanyak 140100 unit, dan apabila kebutuhan tersebut sampai dengan 2001 terpenuhi
maka untuk kurun waktu 2001-2010 tersebut jumlah rumah yang harus disediakan
adalah sekitar 15000 unit pertahun. Dengan jumlah kebutuhan penyediaan tanah
tersebut, maka dalam kurun waktu 15 tahun mendatang diperkirakan bahwa untuk
pembangunan perumahan baru membutuhkan lahan yang luasnya minimal 7000
hektar. Tingkat penyediaan 2% per tahun sebenarnya merupakan angka estimasi
cukup tinggi karena mengacu pada proyeksi jumlah rumah tangga. Sekitar 46 % dari
angka estimasi tersebut merupakan jumlah kebutuhan rumah kosong yang dianggap
mutlak untuk dipenuhi. Tabel 2.1. berikut ini menyediakan perkiraan jumlah rumah
yang harus disediakan oleh pemerintah (Perumnas) dan swasta (REI) sampai tahun
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 2.1. Perkiraan Jumlah Rumah Yang Harus Disediakan oleh Perumnas dan REI
pada Periode 1996-2010.
DEVELOPER JUMLAH UNIT RUMAH YANG HARUS
DISEDIAKAN
Sumber : BPS Kota Medan 2006
Dari hasil analisis menunjukkan perkiraan rumah yang harus disediakan Perumnas
dan REI di kecamatan Medan Sunggal dan kecamatan Medan Denai pada periode
2001-2010 :
DEVELOPER
JUMLAH UNIT RUMAH YANG HARUS DISEDIAKAN
Medan Sunggal Medan Denai
PERUMNAS
Dengan demikian sebenarnya secara teoritis di kecamatan Medan Sunggal
telah mengalami surplus jumlah rumah tertata sebanyak 2722 rumah, sedangkan pada
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
II. 3.7. Keterkaitan Kawasan Perumahan dengan Infrastruktur Perkotaan
Kawasan perumahan sebagai tempat hunian penduduk merupakan salah satu
masalah pokok yang harus diperhatikan oleh pemerintah pusat dan para developer.
Sebagai tempat tinggal penduduk, lokasi kawasan perumahan harus mudah dijangkau
setiap tempat aktivitas perkotaan, seperti lokasi pekerjaan, kantor instansi pemerintah
dan swasta, pasar, pendidikan dan lain-lain. Kecendrungan penduduk untuk memilih
tempat bermukim sangat dipengaruhi oleh kemudahan untuk menjangkau lokasi.
Akibat yang ditimbulkan oleh ketidak tetapan lokasi pemukiman dalam terlambatnya
perkembangan kota baik dari segi fisik kota maupun dari segi ekonomisnya.
II.4. Tata Guna Tanah Kawasan Perumahan
Tata guna lahan adalah suatu cara untuk menghasilkan kegiatan yang
menimbulkan perjalanan. Penggunaan-penggunaan tanah yang berlainan akan
menghasilkan karakteristik perjalanan yang berlainan pula, misalnya tanah
diperuntukkan untuk kawasan perumahan, kawasan perkantoran, pusat pertokoan dan
lainnya diharapkan akan menghasilkan banyak perjalanan dari pada ruang terbuka.
II.4.1. Faktor Tata Guna Lahan
Menurut Drs. Robinson Tarigan, M.R.P. lahan dibutuhkan oleh setiap
manusia untuk menopang kehidupannya. Pada sisi lain, kemampuan manusia untuk
mendapatkan lahan tidak sama. Hal ini membuat penggunaan atau kepemilikan lahan
tidak dapat sepenuhnya diserahkan kapada mekanisme pasar. Apabila dibiarkan
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
dan menetapkan harga sewa yang tinggi untuk orang-orang yang membutuhkan
lahan. Padahal setiap orang membutuhkan lahan sebagai tempat tinggal atau tempat
berusaha
Kegiatan-kegiatan yang berlainan dapat menghasilkan karakteristik yang
berlainan pula, misalnya satu hektar tanah kawasan perumahan yang dikembangkan
pada kepadatan yang tinggi, kemudian sekali akan menghasilkan lebih banyak
pergerakan orang dibandingkan dengan satu hektar tanah yang dikembangkan untuk
keperluan rumah tinggal pada kepadatan rendah.
Meskipun luasan dari kawasan perumahan penduduk adalah luas, untuk
keperluan perjalanan ini luasannya hanya menganggap tanah saja, karena antara
80-90 % dari semua perjalanan bermula dan berakhir di rumah, maka tata guna lahan
kawasan perumahan adalah penting sekali.
Prinsip-prinsip penggunaan lahan adalah :
a. Pendekatan terhadap sistem ekologi kota Medan, yakni usaha untuk membentuk
sistem hubungan fungsional antara manusia dan alam fisiknya untuk memperoleh
kelestarian alam.
b. Penggunaan lahan secara optimal, yaitu pendayagunaan fungsi lahan untuk
memperoleh nilai efisiensi dan efektifitas secara luas.
c. Pola keserasian, yakni keseimbangan di antara ruang-ruang kegiatan kota yang
dibentuk
Beberapa jenis tata guna lahan terbesar secara meluas (perumahan) dan jenis
lainnya mungkin kelompok (pusat pertokoan). Beberapa jenis tata guna lahan
mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam suatu kota seperti rumah sakit dan
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
dibandingkan dengan daerah lainnya baik dari segi fisik kuantitas (kapasitas)
maupun kualitas (frekuensi dan pelayanan). Contohnya pelayanan angkutan umum
biasanya lebih baik di pusat perkotaan dan pada jalan utama dibandingkan dengan di
daerah pinggiran kota.
Apabila tata guna lahan saling berkaitan dan hubungan transportasi antara
lain lahan tersebut mempunyai kondisi yang baik, maka aksesbilitasi tinggi.
Sebaliknya, jika aktifitas tersebut saling terpisah jauh dan hubungan transportasinya
jelek, maka aksesibilitas rendah. Beberapa kombinasi diantaranya mempunyai
aksesibilitasnya menengah.
Pada dasarnya kebijaksanaan tata ruang sangat erat kaitannya dengan
kebijaksanaan transportasi. Ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan di atas
lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik
menghubungkan satu ruang kegiatan dengan ruang kegiatan lainnya. Antara ruang
kegiatan dan transportasi terjadi yang disebut siklus penggunaan ruang transportasi.
Akses transportasi ke suatu ruang kegiatan (persil lahan) diperbaiki, ruang
kegiatan tersebut akan menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih
berkembang ruang kegiatan tersebut, meningkat pula kegiatan akan transportasi.
Peningkatan ini kemudian menimbulkan kelebihan beban pada transportasi dan
siklus akan terulang kembali bila aksebilitas diperbaiki.
Peruntukkan lahan tertentu bandara, lokasinya tidak sembarangan dan
biasanya terletak jauh diluar kota karena ada batasan dari segi keamanan,
pengembangan wilayah, dan lain-lain. Dikatakan aksesbilitas ke bandara tersebut
akan selalu rendah karena letaknya yang jauh di luar kota. Meskipun letaknya jauh,
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
transportasi yang dapat dilalui dengan kecepatan tinggi sehingga waktu tempuhnya
lebih pendek.
Berdasarkan penjelasan diatas, struktur kota yang terbesar memanjang dari
pusat ke pinggiran atau acak secara meluas ke segala penjuru kota menyebabkan
tidak memadainya perkembangan prasarana jalan dan angkutan umum untuk
melayani masyarakat.
Persoalan menjadi lebih rumit karena disebabkan oleh hal yang terurai diatas,
juga oleh terbatasnya lahan di pusat kegiatan perkotaan sehingga pelebaran dan
penambahan ruas jalan baru sulit dilakukan.
II. 4.2. Konsep Struktur Tata Guna Lahan
Konsep struktur tata ruang Kota Medan sesuai dengan pola kegiatan fasilitas
dan penggunaan lahan serta konsep struktur wilayah fungsional dimasa mendatang
diarahkan pada :
1. Konsep struktur tata guna lahan tradisional, menyediakan lahan bagi kegiatan
yang berorientasi kepada :
a. Kegiatan ekstratip (pertanian/perkebunan)
b. Kegiatan industri dan kawasan khusus
c. Kegiatan perhubungan, jasa dan pariwisata
d. Kegiatan pelayanan sosial, bangunan umum, dan pemerintah
e. Kegiatan perumahan atau pemukiman
2. Penyediaan lahan bagi kegiatan yang untuk sementara belum ditentukan,
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
Semakin besarnya kegiatan di wilayah perkotaan, khususnya di wilayah Kota
Medan dan sekitarnya yang cenderung membentuk kota metropolitan langsung
mempengaruhi perkembangan wilayah pinggiran Kota Medan yang berada di
Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Denai.
II. 4.3. Kawasan Perumahan Tertata untuk Real Estate
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 1986,
kawasan adalah daerah dan perumahan adalah kumpulan beberapa buah rumah
yang berfungsi sebagai tempat tinggal, sedangkan tertata adalah tesusun, teratur dan
terbenahi.
Dari deskripsi arti umum tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kawasan
perumahan tertata adalah daerah yang diperuntukkan sebagai tempat pembangunan
rumah-rumah secara terpadu yang sesuai dengan tata guna tanah dan dikelola oleh
suatu badan, dalam hal ini disebut dengan pengembang (developer). Di kawasan
tersebut di tata letak rumah dan sarana-sarana pendukungnya seperti olahraga,
rekreasi, pasar dan jaringan jalan.
Menurut penjelasan Departemen Dalam Negeri bahwa Real Estate
diindektikkan dengan perusahaan pembangunan perumahan. Perusahaan
pembangunan adalah suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan
dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar diatas suatu areal tanah yang merupakan
suatu kesatuan pemukiman, dilengkapi prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas
social yang diperlukan oleh masyarakat yang menghuninya.
Defenisi dari lingkungan perumahan baru adalah kompleks perumahan yang
Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan (Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai), 2009.
USU Repository © 2009
perumahan. Pada umumnya kondisi perumahannya sudah baik dengan penyediaan
fasilitas yang lengkap, beberapa tahun ini pembangunan perumahan terlihat
berlangsung pesat, baik yang dilakukan pemerintah maupun pihak swasta.
II. 4.3.1. Permasalahan Perumahan Tertata Di Indonesia
Permasalahan rumah tertata di Indonesia dapat dilihat dari kondisi perumahan
baik dikota maupun di desa masih banya kyang belum memenuhi persyaratan baik
teknis maupun kesehatan. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan,
pengetahuan dan pendidikan dari sebagian besar masyarakat Indonesia yang relatif
masih rendah. Akibatnya daya tangkap dan pengertiannya terhadap fungsi rumah dan
lingkungan masih kurang.
Pada dasarnya pembangunan perumahan menyangkut berbagai bidang sidang
lintas sektor antara lain kependudukan, teknologi, pembiayaan, pertanahan,
kelembagaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan program
pembangunan di lapangan dapat saja ditemukan aspek lain, titik berat kepentingan
yang berada sehingga kadang-kadang menimbulkan hambatan dalam
pelaksanaannya. Dalam kaitan itu ada beberapa permasalahan yang sering dijumpai
dalam bidang perumahan, antara lain :
1. Pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih sangat tinggi, merupakan
masalah pokok dalam pembangunan perumahan. Masalah ini mengakibatkan
kebutuhan akan rumah selalu meningkat.
Disamping masalah pertambahan penduduk, juga ditentukan pada masalah