III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini merupakan teori yang
berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini
yaitu: definisi dan perkembangan agroekologi, estimasi manfaat agroekologi
terhadap ekonomi dan lingkungan, serta estimasi kesejahteraan petani
agroekologi.
3.1.1. Definisi dan Perkembangan Agroekologi
Pertumbuhan populasi yang semakin meningkat diprediksikan oleh
Malthus akan menyebabkan krisis pangan di masa yang akan datang. Adanya
prediksi tersebut, menyebabkan dorongan pada sektor pertanian untuk dapat
meningkatkan produktivitas pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan pangan.
Sektor pertanian bergerak dengan penciptaan teknologi dan inovasi yang baru.
Salah satu inovasi yang dilakukan dari sektor pertanian yaitu perbaikan sistem
pertanian.
Sistem pertanian yang diterapkan pada suatu tempat akan menentukan
hasil pertanian yang dihasilkan dan mempengaruhi keadaan lingkungan. Sistem
pertanian yang umum diterapkan oleh petani di Indonesia adalah sistem pertanian
konvensional. Pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang menggunakan
input eksternal untuk meningkatkan hasil produksi usahatani guna
memaksimumkan keuntungan. Usaha memaksimumkan keuntungan ini secara
tidak langsung dapat merusak lingkungan, karena petani lebih cenderung
Sistem pertanian konvensional ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di
Indonesia. Sistem pertanian ini juga terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi global. Namun, sistem pertanian konvensional diduga mempunyai
dampak negatif, diantaranya: menyebabkan degradasi dan penurunan kesuburan
tanah, merusak vegetasi yang ada di lingkungan, menyebabkan erosi, kerugian
ekonomi, penggunaan air berlebihan, kerusakan sistem hidrologi, pencemaran
lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan,
ketergantungan petani pada input-input eksternal dan lain-lain.
Adanya dampak negatif akibat dari penerapan sistem pertanian
konvensional, menyebabkan perlunya perkembangan atau inovasi baru dalam
ilmu pertanian. Inovasi terdahulu dalam bidang pertanian yang bertujuan menjaga
kondisi lingkungan yaitu sistem pertanian organik. Selain itu, sistem pertanian
yang baru dikembangkan saat ini adalah sistem pertanian berkelanjutan yang juga
dikenal dengan sistem Agroekologi, yang merupakan sistem pertanian
berkelanjutan yang berdasar pada pengetahuan tradisional dan pengalaman dalam
pemenuhan pangan lokal. Agroekologi memperhatikan hubungan alam, sosial,
ekologi, budaya, ekonomi, masyarakat, dan keadaan lingkungan. Penerapan
pertanian agroekologi telah dilakukan di beberapa negara seperti: Mexico, Afrika,
Amerika, Nicaragua, Honduras, Guatemala dan Indonesia.
3.1.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi
Agroekologi sedang banyak dibicarakan dan disosialisasikan
penerapannya. Hal ini dilakukan karena terjadinya isu pencemaran lingkungan
akibat kegiatan pertanian. Penerapan agroekologi dapat menjaga kualitas
memperhatikan hubungan antara alam, sosial, ekologi, masyarakat, dan
lingkungan yang memiliki produktivitas tinggi. Sehingga penerapan agroekologi
dapat menjadi salah satu alternatif solusi pertanian agar dapat menjaga kondisi
lingkungan dan menghindari terjadinya krisis pangan.
Penerapan agroekologi memiliki manfaat terhadap lingkungan yang dapat
dilihat dari kemampuan penyerapan karbon yang dapat diketahui dengan
melakukan perhitungan Ecological Footprint (EF) dan energi input yang
digunakan dalam agroekologi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Agronomi Filipina menunjukkan bahwa energi yang digunakan dapat diestimasi
melalui Fossil Fuel Based Energy Inputs (FFEI) dan Indirect Fossil Fuel Based
Input (IFFEI). FFEI dihitung dengan pengukuran penggunaan minyak atau bahan bakar untuk traktor, pupuk kimia (urea), dan pestisida. Sedangkan IFFEI dihitung
dari penggunaan benih dalam agroekologi. Penelitian ini telah melakukan
perbandingan manfaat dari sisi input energi antara pertanian konvensional dan
agroekologi. Perbandingan energi antara pertanian konvensional dan agroekologi
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan Agroekologi
Lokasi Energi Agroekologi
(Mcal/ha) Konvensional (Mcal/ha) Infanta, Quezon FFEI IFFEI Total Energi 1,338 496 1,834 1,793 504 2,297 Baco, Oriental Mindaro FFEI IFFEI Total Energi 1,300 412 1,712 2,977 463 3,400
Sumber: Department of Agronomy, College of Agriculture, Philippines, 2002.
Keterangan:
FFEI: Fossil Fuel Based Energy Inputs
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam pertanian konvensional membutuhkan
energi input yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroekologi. Pengukuran
dilakukan dengan menghitung energi input yang digunakan. Secara matematis
dapat dituliskan:
Total Energi Input (TEI) = FFEI + IFFEI………..(3.1)
Dimana:
FFEI = Bahan bakar minyak + Pupuk kimia +
Pestisida…………..………….(3.2)
IFFEI = Jumlah Benih..………..(3.3)
Dimana:
Minyak = M (kg) Pestisida = E (kg)
Pupuk = P (kg) Jumlah Benih = B (kg)
Sehingga Total Energi Input (TEI) dapat dijabarkan menjadi:
TEI = M + E + P + B………..(3.4)
Rumus ini dapat digunakan untuk melihat energi yang digunakan dalam
suatu sistem pertanian, khususnya dalam penelitian ini yaitu energi yang
digunakan dalam agroekologi dan konvensional. Energi yang digunakan yaitu
penggunaan bahan kimia dan penggunaan benih.
Penerapan agroekologi juga memiliki manfaat ekonomi yang bagus,
karena pertanian ini dapat meningkatkan produktivitas petani dengan
meminimumkan penggunaan input eksternal. Berimplikasi pada pengurangan
biaya yang harus dikeluarkan petani dalam proses produksi. Namun, masih
banyak petani yang mengelola pertaniannya dengan sistem konvensional. Hal ini
ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi. Namun, ada beberapa
penelitian yang menyebutkan kelebihan agroekologi dibandingkan pertanian biasa
(pertanian industri) salah satunya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh
Alteiri (1991). Tabel 2 di bawah ini menunjukkan perbandingan agroekologi dan
pertanian biasa (pertanian industri).
Tabel 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi Karakteristik
Tanaman panen
Wilayah tanam Sistem tanam yang dominan Inputdominan Dampak lingkungan Biaya keahlian dan sumberdaya yang dibutuhkan Pertanian Industri
Beras, gandum, jagung dan sedikit yang lainnya
Tanah datar, area irigasi Monokultur, tanaman yang seragam
Bahan kimia, mesin, dan eksternal input
Sedang -tinggi (polusi kimia, erosi, ketahanan terhadap pestisida, dll)
Relatif tinggi
Tanaman konvensional dan satu disiplin ilmu dan keahlian
Pertanian Agroekologi
Semua tanaman pangan
Semua lahan
Polikultur, tanaman yang beragam
Penggunaan nitrogen, kontrol hama dengan biologikal, organik, bergantung pada alam.
Rendah- sedang (nutrisi)
Relatif rendah
Ekologi dan banyak ilmu yang dikombinasikan
Sumber: Alteri (1991)
Tabel 2 menunjukan bahwa agroekologi mempunyai keuntungan dalam
beberapa hal salah satunya dapat dilihat dari sisi biaya. Biaya pada pertanian
industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada agroekologi. Selain
itu, penelitian yang dilakukan Departemen Agronomi, Filipina menunjukkan
perbandingan pendapatan petani konvensional dengan petani Low External Input
Suistanable Agriculture (LEISA) yang dikenal di Indonesia sebagai agroekologi. Hasil penelitian di dua tempat di Filipina tentang pendapatan petani dapat dilihat
Tabel 3. Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional dan Agroekologi
Tempat Agroekologi Konvensional
Infanta, Quezon 382.20 198.02
Baco, Oriental Mindoro
304.00 290.00
Sumber: Department Agronomy, College of Agriculture (2002).
Tabel di atas menunjukkan bahwa pertanian agroekologi dapat
meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani di Infanta, Quezon yang
menerapkan agroekologi adalah $ 382.20/ha sedangkan di lokasi yang sama,
dengan penerapan sistem pertanian konvensional hanya sebesar $ 198.02/ha.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penghitungan Net Revenue (Department
Agronomy, College of agriculture, 2002), secara matematis dapat ditulis:
Net Revenue (NR) = Gross Revenue (GR) – Total Cost (TC)………(3.5) Dimana:
GR = Pg x Qg (USD/ton)
TC = Cash Cost + Non – cash cost (USD/ha)
Pg = harga gabah (USD)
Qg = jumlah gabah yang dihasilkan (ton/ha)
Beberapa penelitian menunjukan potensi ekonomi dan manfaat dari
penerapan agroekologi. Potensi ekonomi ini dapat ditunjukkan melalui Net
Revenue, Pendapatan, dan analisis kelayakan usahatani. Namun, Penelitian mengenai estimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi masih jarang
dilakukan. Sehingga, penelitian ini masih perlu dilakukan.
3.1.3. Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi
Pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi dan harga jual terhadap output yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan
dengan penggunaan input. Berdasarkan hasil penelitian terdahalu oleh The International Assessment of Agricultural Knowledge, Science and Technology for Development (IAASTD) yang menunjukan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan produksi dan produktivitas per unit area dengan penggunaan input
eksternal yang rendah.
Proses produksi pada pertanian agroekologi sama halnya dengan pertanian
lainnya. Produksi suatu output melibatkan hubungan antara faktor produksi
(input) dan jumlah hasil produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dalam penerapan pertanian agroekologi meliputi sarana dan prasarana produksi. Estimasi
pendapatan petani dapat dilakukan dengan melihat faktor produksi yang
digunakan dan jumlah output yang dihasilkan (Gittinger, 1986). Pendapatan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Π
= TR – TC……….. …(3.6)dimana:
Π
= pendapatan (Rp) TC = Total Biaya (Rp)TR = Total Penerimaan (Rp) Sedangkan
TR = ∑ (Yi* PYi) TC = ∑ (TFC + TVC)
dimana:
Yi = Jumlah outputyang dijual (unit) TVC = Total biaya variabel (Rp)
PYi = Harga output yang dijual (Rp/unit) TFC = Total biaya tetap (Rp) Lebih lanjut dapat dijabarkan menjadi:
Π
= ∑ (Yi* PYi) - ∑ (TFC + TVC)………(3.7)kriteria yang digunakan:
Π
= 0 ; maka titik impas,Π
> 0 ; maka untung,Π
< 0 ; maka rugi
Analisis manfaat-biaya juga dapat dilakukan untuk mengetahui
keuntungan ekonomi yang diperoleh petani ketika menerapkan agroekologi.
besar dari satu (Gittinger, 1986). Rumus B/C rasio dapat dituliskan sebagai
berikut:
B/C =
∑
∑
……….(3.3)dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t (Rp)
Ct = Biaya pada tahun t (Rp)
1/(1+i) = discount factor
n = umur proyek (tahun)
kriteria yang digunakan:
B/C ≥1 ; menunjukan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan
manfaat yang lebih besar atau sama dengan satu.
B/C <1 ; menunjukan bahwa setiap penambahan satu rupiah biaya akan
menghasilkan tambahan manfaat kurang dari satu atau sama dengan satu.
Manfaat yang diperoleh petani dalam hal ini bisa merupakan manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa hasil yang bisa
menghasilkan nilai berupa pendapatan petani dan langsung dirasakan oleh petani.
Sedangkan manfaat tidak langsung yaitu manfaat pada lingkungan dan
peningkatan kesehatan masyarakat dengan hasil pertanian yang dihasilkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesa yang sesuai
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agroekologi dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya.
2. Penurunan biaya produksi akan meningkatkan pendapatan petani.
3.2. Kerangka Operasional
Adanya pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan produktivitas pangan, maka dapat diprediksikan akan terjadi krisis
pangan di masa mendatang. Populasi penduduk yang meningkat di Indonesia
menyebabkan kebutuhan pangan Indonesia meningkat. Sehingga diperlukan
peningkatan pertanian terutama pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk.
Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini menggambarkan
tahapan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun tujuan
penelitian pertama yaitu mengkaji perkembangan agroekologi dan mengetahui
pemahaman masyarakat atau petani tentang manfaat agroekologi. Tujuan kedua
mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi, dengan melakukan
penghitungan Ecological Footprint yang merupakan indikator dampak terhadap
lingkungan akibat dari aktivitas manusia. Selanjutnya, mengestimasi pendapatan
petani agroekologi sebagai proksi kesejahteraan petani, dengan melihat konsep
usahatani, konsep pendapatan, dan konsep pemasaran.
Kemudian setelah melakukan tahapan di atas, dapat dirumuskan
rekomendasi bagi para penggerak sektor pertanian dalam hal ini stakeholder
sehingga penerapan pertanian agroekologi dapat dilaksanakan guna mengurangi
kerusakan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan pangan. Berdasarkan uraian di
atas maka dapat digambarkan kerangka untuk mencapai tujuan penelitian, berikut
Sumber: Penulis (2010)
Gambar 3. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Peningkatan Populasi
Kerusakan Lingkungan Pertanian Konvensional
Agroekologi
Perkembangan
agroekologi Estimasi Manfaat
agroekologi Terhadap
Lingkungan
Estimasi Kesejahteraan
Petani Agroekologi
ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP
LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN
PETANI DI KABUPATEN BOGOR
PROVINSI JAWA BARAT
DWI MARYATI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP
LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN
PETANI DI KABUPATEN BOGOR
PROVINSI JAWA BARAT
DWI MARYATI H44069001
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
DWI MARYATI. Estimasi Manfaat Agreokologi terhadap Lingkungan dan
Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dibimbing Oleh
PINI WIJAYANTI.
Sistem pertanian di Indonesia berorientasi pada peningkatan hasil produksi dengan penggunaan input eksternal sehingga menyebabkan ketergantungan petani terhadap input eksternal. Sama halnya dengan permasalahan yang ada di Provinsi Jawa Barat yaitu mulai tergantungnya petani dengan penggunaan pupuk eksternal. Penggunaan pupuk eksternal ini mengakibatkan degradasi, penurunan kesuburan tanah, tertahannya humus tanah, mengurangi kelembaban tanah, dan menyebabkan pencemaran berupa kandungan berbahaya di makanan dan lingkungan. Hal ini dapat berimplikasi pada penurunan produksi.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan upaya konservasi tanah dan air. Salah satu upaya yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat adalah penerapan suatu sistem pertanian yang bersifat ramah lingkungan yang memperhatikan ekologi dan alam yaitu agroekologi. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk 1) untuk mengestimasi pendapatan petani agroekologi 2) menganalisis kelayakan usahatani agroekologi 3) mengestimasi kesejahteraan petani agroekologi di Kabupaten Bogor.
Tujuan pertama dicapai dengan melakukan wawancara sehingga diperoleh informasi mengenai pengetahuan petani tentang lingkungan dan agroekologi. Tujuan kedua dilakukan dengan menggunakan pendekatan Ecological Footprint (EF) dengan melakukan perhitungan penggunaan energi bahan bakar dan energi tenaga kerja. Tujuan ketiga diperoleh dengan melakukan perhitungan pendapatan, analisis R/C ratio, dan produktivitas tenaga kerja yang diperoleh dengan melakukan analisis usahatani.
Hasil penelitian menunjukkan penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor belum murni agroekologi melainkan penerapan sistem Low External Input Agriculture (LEIA). Beberapa konsep yang menggambarkan petani di Kabupaten Bogor telah menerapkan LEIA, diantaranya adalah cara perawatan tanah, pengendalian hama, penangkaran benih, dan pengaturan air. Estimasi manfaat LEIA terhadap lingkungan dengan menggunakan pendekatan ecological footprint (EF) memberikan nilai Ecological Footprint of Fuel (EFF) sebesar 0.01 ha dan nilai Ecological Footprint of Labour (EFL) yaitu 0.02 ha. Nilai EFF dan EFL menunjukkan bahwa penerapan LEIA tidak menyebabkan ecological deficit sehingga lingkungan tetap lestari.
Desa Cidokom. Berdasarkan keseluruhan analisis usahatani terlihat bahwa penerapan LEIA menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Ditinjau dari sisi kesejahteraan, persentase petani yang sejahtera di Pasir Honje lebih banyak bandingkan dengan Desa Cidokom. Hal ini terjadi karena sebaran pendapatan rata-rata petani Cidokom tidak merata.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN
KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA
BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN
ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH
GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI
INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Februari 2011
Judul : Estimasi Manfaat Agroekologi Terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Nama : Dwi Maryati
NRP : H44069001
Menyetujui Dosen Pembimbing,
Pini Wijayanti, SP. M.Si NIP. 19810919 200701 2 001
Mengetahui Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Manna, Bengkulu Selatan pada tanggal 2 Maret
1988. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Baksin dan Ibu Ristahayati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri
17 Manna pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2
Manna yang lulus pada tahun 2003. Penulis menamatkan pendidikan lanjutan
menengah atas di SMU Negeri 5 Manna pada tahun 2006.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2006. Setelah melewati Tingkat
Persiapan Bersama (TPB), penulis melanjutkan kuliah di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi diantaranya
organisasi daerah Ikatan Mahasiswa Bumi Raflesia (IMBR) dan UKM yang ada di
IPB yaitu Gentrakaheman. Penulis juga tercatat sebagai anggota Resources and Environmental Economic Student Assosiation (REESA) Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selain itu, penulis pun aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah serta karunia-Nya. Salam dan Salawat penulis kirimkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Estimasi Manfaat Agroekologi Terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan
Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan mengestimasi manfaat penerapan agroekologi
terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani. Estimasi manfaat tersebut
berkenaan dengan seberapa besar penggunaan energi, baik energi bahan bakar
maupun energi tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Selain itu,
penelitian ini juga mengestimasi kesejahteraan petani dengan menggunakan
indikator pendapatan petani.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua
pihak yang membutuhkan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya
dengan topik dan tema yang serupa. penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan yang dihadapi. Sehingga, Penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun penyempurnaan pada skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
berkah, rahmat dan anugerah-Nya serta jalan dan kemudahan yang ditunjukkan
kepada penulis. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini juga tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam
kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Keluarga tercinta, ayah, ibu, kakak-kakakku, dan kembaranku terimakasih
atas doa, dukungan serta kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga karya
ini dapat menjadi bukti kasih sayangku terutama untuk Ibu dan Ayah.
2. Pini Wijayanti, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
3. Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing akademik selama masa
perkuliahan di Departemen Ekonomi sumberdaya dan Lingkungan atas
dukungan dan bimbingan akademik kepada penulis.
4. Dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
Terimakasih atas semua ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis dan teman-teman.
5. Pengurus kelompok tani di lokasi penelitian, para petani, dan masyarakat
sekitar Leuwiliang dan Rumpin. Terimakasih atas waktu, kesempatan,
informasi, pelajaran, dan dukungan selama penelitian.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan Ita, Lely, Febri, Heni, lisa, Norita, Hani, Tasya,
ini dan rasa persahabatan yang telah kalian berikan selama ini. Semoga
perjuangan dalam kebersamaan kita selalu ada.
7. Teman-teman yang telah membantu penelitian ini adikku, Emil, dan Handa.
Terimakasih atas bantuan, kerjasama, kritikan, dukungan, kebersamaan dalam
penelitian skripsi ini.
8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Tina, Zenal, dan Bagus terimakasih
untuk masukan, semangat, dukungan, dan doa dalam menyusun skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat ESL 43 dan 44 yang tak dapat ku sebutkan satu per satu,
terimakasih atas semangat, kebersamaan, dan kekompakkan selama ini.
Menjadi bagian dari orang-orang cerdas dan kritis seperti kalian semua
merupakan suatu motivasi bagi penulis untuk terus berjuang kearah yang
lebih baik lagi.
10. Anak-anak kost Wisma Shinta: Nadila, Devi, Evi, Novi, Riri, Fitri, Leli, dan
Intan terimakasih atas doa dan semangat yang diberikan.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu terimakasih atas
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTARTABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi ... 9
2.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi ... 12
2.3. Pengaruh Penerapan Agroekologi terhadap Pendapatan Petani ... 16
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20
3.1.1. Definisi dan Perkembangan Agroekologi ... 20
3.1.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari penerapan Agroekologi ... 21
3.1.3. Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi ... 25
3.2. Kerangka Operasional ... 28
IV. METODE PENELITIAN ... 30
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
4.2. Jenis dan Sumberdata ... 30
4.3. Penentuan Jumlah Responden atau Sampel ... 30
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31
4.4.1. Mengkaji Penerapan Sistem Agroekologi ... 32
4.4.2. Estimasi Manfaat Lingkungan dari Penerapan Agroekologi ... 32
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 37
5.1. Kecamatan Leuwiliang ... 37 5.1.1. Letak dan Luas ... 37 5.1.2. Iklim dan Hidrologi ……….. .. 38 5.1.3. Topografi……… ... 38 5.1.4. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ……….. . 38 5.1.5. Sarana dan Prasarana ……… . 40 5.2. Kecamatan Rumpin ... 40 5.2.1. Letak dan Luas ……….. . 40 5.2.2. Iklim dan Hidrologi ... 41 5.2.3. Tanah dan Geologi .……… .... 41 5.2.4. Topografi………… ……… .... 42 5.2.5. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ……….. . . 42 5.2.6. Sarana dan Prasarana……… .. .. 43 5.3 Karakteristik Responden ..……… .... . 43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
6.1. Penerapan Sistem Low External Input Agriculture ... 48 6.1.1. Kajian Penerapan Sistem Low External Input Agriculture ... . 48 6.1.2. Keberlanjutan Sistem Low External Input Agriculture ….. ... 54 6.2. Estimasi Manfaat Low External Input Agriculture
terhadap Lingkungan…….. ... 55 6.3. Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Low External
Input Agriculture ... 60 6.3.1. Pendapatan Rata-Rata Petani Low External Input
Agriculture ... 60 6.3.2. Analisis Usahatani Low External Input Agriculture ... 64 6.3.3. Tingkat Kesejahteraan Petani. ... 66
VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 68
7.1. Simpulan ... 68 7.2. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan
Agroekologi ... 22 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi……… ... 24 3. Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional
dan Agroekologi ... 25 4. Tabel Matriks Metode Analisis Data ... 31 5. Faktor Konversi Energi ... 33 6. Rentang Umur Petani Responden di Pasir Honje dan Cidokom
Tahun 2010 ... 44 7. Status Pendidikan Responden Petani di Pasir Honje dan Cidokom
Tahun 2010 ... 45 8. Rentang Pengalaman Bertani Responden di Pasir Honje dan Cidokom
Tahun 2010 ... 46 9. Status Kepemilikkan Lahan Petani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 ... 46 10. Rentang Luas Lahan yang Dimiliki Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 ... 47 11. Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja (ha/tahun)
di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 ... 56 12. Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja (ha/tahun)
di Pasir Honje dan Cidokom ... 59 13. Penggunaan Pupuk oleh Petani LEIA per Tahun di Pasir Honje dan
Cidokom Tahun 2010 ... 62 14. Analisis Usahatani LEIA per Ha per tahun di Pasir Honje dan Cidokom
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Jumlah Penduduk Indonesia dan Jumlah Produksi Padi Indonesia
Tahun 1970-2010 ... 3 2. Perbandingan Agroekologi terhadap Pertanian Industri ... 15 3. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian ... 29 4. Perawatan Tanah Secara Tradisional dengan Menggunakan Kerbau ... 50 5. Komoditas Tanaman di Lahan Sawah Petani ... 61 6. Perbandingan Pendapatan Petani LEIA di Pasir Honje dan Cidokom
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Output Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom ... 74 2. Input Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom ... 76 3. Analisis Pendapatan Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom ... 82 4. Konsumsi Bahan Bakar Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom .. 83 5. Konsumsi Tenaga Kerja Petani Agroekologi di Pasir Honje dan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian bersifat substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai
pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia
lapangan kerja, dan sebagai penyumbang devisa negara. Walaupun demikian,
pertanian juga merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan,
seperti penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam sistem pertanian.
Sehingga, diperlukannya pengembangan pertanian berkelanjutan (suistainable
agricultural development) yang berbasis pada pengurangan penggunaan pupuk kimia agar lingkungan tetap lestari. Pertanian berkelanjutan ini telah dibahas
dalam pertemuan Puncak Bumi di Rio de Janeiro, Brazil yang menghasilkan
kesepakatan global dalam kepentingan penyelamatan bumi dari kerusakan.
Kerusakan bumi diakibatkan dari berbagai sumber. Beberapa sumber
tersebut adalah pola berpikir masyarakat yang materialistis, gaya hidup
masyarakat yang bersifat eksploitatif serta konsumtif, industrialisasi yang
berpolusi tinggi, kemiskinan di negara-negara sedang berkembang, penggundulan
hutan, erosi, perluasan pemukiman, alih fungsi lahan pertanian, dan salah satunya
disebabkan karena penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam sistem
pertanian (Winangun, 2005).
Sistem pertanian yang berkembang selama ini adalah sistem pertanian
konvensional, sistem pertanian organik, dan sistem agroekologi. Adapun sistem
pertanian yang umum dilakukan oleh petani Indonesia adalah sistem pertanian
konvensionl. Sistem ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di Indonesia1.
1
Penerapan sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara global. Sebaliknya, Gliesmann (2007) dan hasil
penelitian di Guatemala, Honduras, dan Nicaragua yang dilakukan oleh Pesticide
Action Network North America (PANNA) (2009) menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut:
a. Degradasi, penurunan kesuburan tanah, tertahannya humus tanah, dan
mengurangi kelembaban tanah.
b. Merusak vegetasi yang ada di lingkungan.
c. Menyebabkan erosi.
d. Kerugian ekonomi.
e. Penggunaan air berlebihan dan kerusakan sistem hidrologi.
f. Pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan
makanan.
g. Ketergantungan petani pada input-input eksternal.
h. Kehilangan diversitas genetik seperti berbagai jenis tanaman dan varietas
tanaman pangan tradisional atau lokal.
i. Peningkatan kesenjangan global antara negara-negara industri dan
negara-negara berkembang.
Melihat dampak negatif dari penerapan sistem pertanian konvensional
tersebut, maka diperlukan sistem pertanian lain yang mampu mengurangi
kerusakan lingkungan namun tetap mempertahankan produktivitas. Salah satu
sistem tersebut dikenal dengan agroekologi yang merupakan sistem ramah
lingkungan dengan prinsip-prinsip sederhana yang mengutamakan kelestarian
meningkatkan hasil panen dan mengurangi dampak kurang baik pada lingkungan.
Agroekologi menggambarkan keterkaitan antara alam dan sosial yang merupakan
kunci untuk mencapai produktivitas tinggi, agroekologi juga sering disebut
dengan pertanian berkelanjutan yang dapat berfungsi untuk menjaga ketahanan
pangan dan keseimbangan ekologi. Ketahanan pangan merupakan hal yang
menjadi perhatian pemerintah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan
penduduk yang semakin cepat.
Berdasarkan teori Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan
penduduk meningkat berdasarkan deret ukur sedangkan pertumbuhan pangan
meningkat berdasarkan deret hitung, diprediksikan bahwa akan terjadi krisis
pangan pada waktu tertentu. Data menunjukkan pertumbuhan penduduk Indonesia
selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan
kebutuhan pangan pokok akan meningkat. Gambar 1 berikut ini menunjukkan
trend peningkatan pertumbuhan penduduk Indonesia dan pertumbuhan produksi padi Indonesia pada tahun 1970-2010.
Sumber : Biro Pusat Statistik (2005), Departemen Pertanian (2010)
Gambar 1. Jumlah Penduduk Indonesia dan Produksi Padi Indonesia
Tahun 1970-2010
0 10000000 20000000 30000000
1970 1980 1990 2000 2010 Tahun
Jumlah Populasi(ribu jiwa) dan Produksi Padi (ton)
Jumlah Penduduk
Gambar 1 menunjukan bahwa jumlah penduduk dan jumlah produksi padi
semakin meningkat setiap tahunnya. Trend menunjukan bahwa pertumbuhan
jumlah penduduk Indonesia meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah
produksi padi. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan konsumsi terhadap
produk pangan terutama dalam kebutuhan beras juga meningkat. Meningkatnya
kebutuhan pangan, mendorong pemerintah untuk meningkatkan kegiatan
pertanian, seperti pemanfaatan teknologi dan inovasi yang dapat menyebabkan
terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan.
Degradasi lahan dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertanian akan
mengurangi produksi. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat untuk
mengatasinya. Salah satunya adalah penciptaan sistem-sistem baru di bidang
pertanian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pretty et al (2002) menyebutkan
beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi hasil pangan.
Solusi pertama adalah melakukan pembukaan lahan baru tetapi akan
menyebabkan kerusakan biodiversity. Solusi kedua adalah melakukan revolusi
hijau, namun bergantung pada penggunaan input eksternal seperti pupuk kimia
dan pestisida yang akan menyebabkan pencemaran tanah. Solusi ketiga adalah
penarapan pertanian berkelanjutan (agroekologi) yang memperhatikan prinsip
ekologi, keselarasan dengan manusia, masyarakat, dan budaya.
Penerapan agroekologi dapat merubah produksi pertanian menjadi lebih
berkelanjutan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, serta
mengurangi penggunaan input eksternal (Alteiri, 1995). Penerapan sistem
agroekologi hingga saat ini terus melakukan inovasi, sosialisasi, dan pemberian
pengetahuan tentang agroekologi kepada masyarakat umum.
Sosialisasi dari hasil penelitian tentang penerapan agroekologi
memberikan hasil. Terlihat dari sejumlah negara yang telah berhasil menerapkan
sistem agroekologi. Amerika Latin dengan penerapan agroekologi mampu
memenuhi 41% kebutuhan domestik. Sekitar 80% petani di Afrika mengelola
sumberdaya yang terbatas berdasarkan kearifan lokal. Petani menggunakan
tanaman polongan sebagai pengikat nitrogen, bukan menggunakan pupuk dan
pestisida. Sekitar 12,500 keluarga petani di Ethiophia telah mengadopsi pertanian
berkelanjutan, dan hasil tanaman meningkat 60%. Empat puluh lima keluarga
petani di Guatemala dan Honduras yang telah menerapkan agroekologi,
mengalami peningkatan hasil panen dari 400-600 kg/ha menjadi 2000-2500 kg/ha.
Petani menggunakan pupuk hijau, tanaman penutup, potongan rumput sekeliling,
dan pupuk kandang. Sementara di Indonesia, sudah ada beberapa petani kecil
yang menerapkan agroekologi. Beberapa desa yang ada di Kabupaten Bogor, telah
mencoba melakukan agroekologi secara intensif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa agroekologi mempunyai
keunggulan dari sisi konservasi lingkungan secara berkelanjutan, keuntungan
ekonomi dan keuntungan sosial bagi keluarga petani dan masyarakat. Sehingga
dapat menjadi alternatif solusi pertanian masa mendatang, yang mampu
menghadapi tekanan lingkungan dan krisis pertanian pada abad 21. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum bahwa
agroekologi dapat memberikan keuntungan dan manfaat dari sisi lingkungan,
Sehingga, penelitian mengenai estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan
dan pengaruh agroekologi terhadap kesejahteraan petani ini perlu untuk
dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Barat merupakan sentra poduksi padi dan hasil pertanian
non pangan lainnya. Pertanian selalu mengalami perubahan dan mengikuti
pembangunan yang ada. Sehingga sistem pertanian yang dilakukan juga berubah
dengan adanya perkembangan teknologi dan inovasi dalam pencapaian hasil yang
maksimum.
Sistem pertanian yang diterapkan akan mempengaruhi hasil pertanian dan
keberlanjutan dari pertanian itu sendiri. Keberhasilan suatu pertanian ditentukan
oleh keadaan lingkungan yang mendukung kegiatan pertanian dalam
memproduksi suatu komoditas pertanian. Prinsip-prinsip ekologi, sosio-kultural,
dan ekonomi merupakan hal mendasar dalam sistem agroekologi untuk mencapai
keberhasilan pengembangan pertanian berkelanjutan (Winangun, 2005).
Pengembangan pertanian berkelanjutan dalam hal ini adalah agroekologi.
Tujuan yang ingin dicapai yaitu menjaga kondisi lingkungan dan meningkatkan
hasil pertanian yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan petani.
Penelitian menyebutkan bahwa masih banyak petani yang menganggap sistem
pertanian ini tidak menguntungkan (Serikat Petani Indonesia, 2010)2. Petani yang
telah bergantung pada input eksternal menganggap agroekologi tidak
menguntungkan secara ekonomi karena hasil yang didapat akan lebih kecil
dibandingkan ketika petani menggunakan bahan kimia. Beberapa desa di
Kabupaten Bogor, telah mencoba menerapkan agroekologi. Sejauh mana
penerapan agroekologi di lokasi ini belum dikaji secara serius. Sehingga,
penelitian tentang estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan
kesejahteraan petani perlu dilakukan untuk mengkaji penerapan sistem
agroekologi lebih lanjut.
Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
(1) Bagaimana penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor?
(2) Bagaimana manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi?
(3) Bagaimana manfaat ekonomi dari penerapan agroekologi dan bagaimana
kesejahteran petani yang menerapkan agroekologi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
(1) Mengkaji penerapan sistem agroekologi sehingga dapat berkelanjutan di
Kabupaten Bogor.
(2) Mengestimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan di Kabupaten
Bogor.
(3) Menganalisis usahatani agroekologi untuk mengetahui manfaat ekonomi
yang dihasilkan dan mengestimasi pendapatan petani sebagai proksi nilai
kesejahteraan petani agroekologi di Kabupaten Bogor.
1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama bagi peneliti
agroekologi yang diterapkan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan
Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian ini juga
bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi pengambil keputusan terkait pertanian
konvensional. Sehingga dapat mendukung kegiatan petani lebih ramah terhadap
lingkungan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan pertanian
berkelanjutan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengestimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan
ekonomi dari adanya penerapan sistem agroekologi serta manfaat agroekologi
terhadap kesejahteraan petani di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan
Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian hanya meliputi
proses produksi, potensi, manfaat ekonomi dan lingkungan yang dirasakan oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi
Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai
banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu
pencemaran lingkungan akibat dari kegiatan pertanian. Pencemaran terjadi karena
usaha dalam peningkatan produksi. Usahatani yang selalu menekankan pada
pengolahan tanah yang intensif, penggunaan bibit unggul, pemupukan, irigasi
serta pengendalian hama dengan penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia
(input eksternal). Penggunaan input-input eksternal ini menyebabkan
berkurangnya kesuburan tanah dan menurunnya hasil produksi.
Penurunan hasil produksi yang diiringi dengan meningkatnya
pertumbuhan populasi penduduk, menyebabkan terjadinya kelaparan dan kurang
gizi di beberapa tempat. Keadaan ini, memberikan dorongan bagi para ilmuwan
untuk melakukan kemajuan di bidang sains dan inovasi teknologi. Sistem
pertanian yang terlebih dahulu dilakukan menjadi sebuah permasalahan dalam
bidang pertanian. Permasalahan yang dimaksud adalah pertanian terdahulu atau
konvensional menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang akan
menyebabkan penurunan produksi. Sehingga para ilmuwan memikirkan
pengembangan di bidang pertanian yang lainnya. Sekarang ini, telah mulai
dikembangkan pertanian yang berprinsip pada ekologi, keselarasan dengan
manusia, sosial dan budaya yang mampu meningkatkan hasil produksi pertanian
yang dikenal dengan agroekologi(Pretty et al., 2007).
Agroekologi adalah bagian dari pertanian berkelanjutan yang
lingkungan yang sehat. Agroekologi diterapkan berdasarkan pada pengetahuan
lokal dan pengalaman dalam pemenuhan kebutuhan pangan lokal. Agroekologi
sebagai pertanian berkelanjutan mempunyai empat konsep sebagai kunci
keberlangsungan pertanian yaitu produktivitas, ketahanan, keberlanjutan, dan
keadilan (PANNA, 2009). Selain itu, Jiwo (2009) mendefinisikan agroekologi
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan biotik dan abiotik di bidang pertanian,
dan secara sederhana dimaknai sebagai ilmu lingkungan pertanian3.
Penerapan pertanian agroekologi berbasis pada ekologi dan berkonsep
pada keberlanjutan dari hasil pertanian, lingkungan dan ekologinya. Sistem
pertanian ini merupakan pertanian di masa mendatang karena dapat menjadi
sebagai alternatif solusi dalam mengatasi krisis pangan. Penerapan sistem
pertanian ini mengalami beberapa tantangan, dengan keadaan masyarakat yang
belum begitu memahami tentang keadaan lingkungan. Sehingga masih banyak
petani atau masyarakat yang lebih memilih menggunakan sistem pertanian
konvensional yang berorientasi pada keuntungan. Terkait dengan hal ini, yang
dapat membenarkan masyarakat untuk tetap melakukan pertanian konvesional,
yaitu tulisan Gliessman dalam bukunya “The Ecological Sustainable Food
System” mengatakan bahwa awal perkembangan pertanian agroekologi hanya di fokuskan pada skala kecil, sehingga tidak dapat memenuhi pangan global
(Gliessman, 2007). Masyarakat mengartikan bahwa agroekologi tidak dapat
memberikan keuntungan secara ekonomi. Oleh karena itu, informasi tentang
3
http://mkundarto.wordpress.com/2009/10/01/mengenal-agroekologi/. Diakses tanggal: 26 Mei 2010.
agroekologi baik itu keuntungan maupun perkembangan, dan penerapan masih
perlu disosialisasikan.
Agroekologi memberikan pengetahuan dan metodologi yang dibutuhkan
untuk pembangunan pertanian yang ramah lingkungan, produktif, dan
menguntungkan secara ekonomi. Beberapa negara telah menerapkan sistem
pertanian agroekologi, diantaranya petani kecil di Mexico, Guatemala, Honduras,
Nicaragua, Afrika, Amerika Serikat, serta Indonesia. Penerapan agroekologi di
masing-masing negara mempunyai strategi yang berbeda-beda. Seperti yang
dilakukan oleh petani di Afrika mereka mengubah input menjadi output dengan
sistem polikultur. Sistem ini dilakukan oleh petani dalam skala kecil yang dapat
memproduksi padi, buah, sayur, dan dapat juga menghasilkan binatang ternak.
Selanjutnya, penerapan pertanian agroekologi di Mexico cenderung pada
pertanian organik dengan pengaturan perputaran waktu panen, penggunaan pupuk
organik, dan irigasi air yang bersih (PANNA, 2009).
Adapun strategi lain dari penerapan agroekologi yaitu sistem agroforestry.
International Council for Research in Agroforestry mendefinisikan agroforestry
sebagai suatu sistem pengolaan lahan yang berasaskan kelestarian, yang dapat
meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, dengan mengkombinasikan
tanaman pohon-pohonan dan tanaman hutan secara bersama-sama pada lahan
yang sama. Pertanian ini juga menerapkan cara pengelolaannya sesuai dengan
kebudayaan penduduk setempat. Nair (1982) mendefinisikan agroeforestry
sebagai suatu nama kolektif untuk sistem penggunaan lahan dimana tanaman
keras berkayu ditanaman bersamaan dengan tanaman pertanian dan hewan,
tanaman penutup, sistem ini menggunakan tanaman polong sebagai pengganti
pupuk tanah, meningkatkan keadaan biologi dan melindungi dari hama (Finch dan
Sharp, 1976) dalam (Alteiri, 1995). Sedangkan di Indonesia penerapan pertanian
agroekologi lebih cenderung kepada pertanian tradisional. Pertanian tradisional
adalah pertanian yang bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai,
menjamin, dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali
budaya pertanian (Serikat Petani Indonesia, 2010). Penerapan pertanian ini
bertujuan memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal.
2.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi
Petani melakukan usahatani dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan
manfaat (profit dan benefit) yang maksimum dalam proses produksi. Usahatani
adalah organisasi dari alam (lahan) dan merupakan upaya petani dalam
memanfaatkan seluruh sumberdaya (tanah, pupuk, tenaga kerja, modal dan
lain-lain) yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian yang sengaja
diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus,
2008).
Usaha yang dilakukan petani pun berbagai macam, seperti penggunaan
pupuk dan pestisida untuk dapat meningkatkan hasil produksi. Selain itu, petani
mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam penerapan
sistem-sistem pertanian untuk dapat memperoleh keuntungan dan manfaat yang
maksimum. Gittinger (1986) mendefinisikan manfaat adalah sesuatu yang
membantu suatu tujuan usaha. Lebih lanjut Gittinger (1986) menjelaskan bahwa
produksi dan pengurangan biaya. Pendapatan adalah selisih antara total
penerimaan dan total pengeluaran (biaya), dapat dirumuskan sebagai berikut:
Π
= TR – TC ………...(2.1)Dimana:
Π
= Pendapatan (Rp)TR = Total Revenue (Rp)
TC = Total Cost (Rp)
Dapat dijabarkan:
TR = P*Q dan TC = Px*Qx………...(2.2)
Sehingga dapat dituliskan:
Π
= P*Q – Px*Qx ……….(2.3)Dimana:
P = Harga output (Rp/unit)
Q = Jumlah output yang dihasilkan (Unit)
Px = Harga input (Rp/unit)
Qx = Jumlah input yang digunakan (Unit)
Kriteria yang digunakan:
Π
= 0 ; maka titik impasΠ
> 0 ; maka untungΠ
< 0 ; maka rugiSetelah melakukan sistem perhitungan dengan menggunakan rumus di
atas, petani dapat memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh. Keuntungan
menggambarkan potensi ekonomi dan baiknya suatu usaha untuk dilakukan.
Petani akan menerapkan sistem pertanian yang mempunyai potensi ekonomi yang
baik dan memberikan manfaat bagi petani. Selanjutnya Gittinger (1986)
memaparkan beberapa aspek penting dalam menentukan keuntungan yang akan
diperoleh dari penanaman investasi. Adapun aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan keuntungan adalah aspek teknis, institusional, sosial, komersil,
Keuntungan dan manfaat usahatani agroekologi di Indonesia sudah
dirasakan oleh Budi Santoso seorang petani di Lampung. Penerapan agroekologi
mampu menghemat input produksi pertanian sebesar 50%, selain itu keuntungan
lain yang diperoleh adalah kemampuan memproduksi tanaman tomat dan kopi
dalam lahan yang sama4. Keuntungan dan manfaat agroekologi dapat dilihat dari
hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alteiri (1991) yang menyatakan
bahwa agroekologi potensial dalam melawan kelaparan. Penelitian Alteiri
menyatakan analisis potensi ekonomi dari penerapan agroekologi dapat dilakukan
dengan pendekatan efisiensi penggunaan input bagi petani. Penelitian Alteiri
mengenai perbedaan penggunaan input dilakukan pada pertanian industri dan
agroekologi.
Peningkatan produksi pada pertanian industri (A) membutuhkan input
eksternal yang tinggi dan menghasilkan karbon yang juga tinggi sebagai hasil dari
penyederhanaan sistem produksi, yang dapat mengurangi variasi tanaman serta
produktivitas yang rendah. Pertanian agroekologi (C) tidak menghasilkan karbon
yang tinggi karena penggunaan input ektsternal yang rendah. Penggunaan input
eksternal yang rendah mampu meningkatkan produksi dan produktivitas.
Penggunaan input eksternal dapat menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih
tinggi bagi petani.
Penilaian terhadap biaya karbon bahwa pertanian industri akan
menghasilkan karbon yang lebih tinggi sehingga muncul biaya sosial yang akan
menyebabkan biaya pada pertanian industri lebih tinggi dibandingkan dengan
4
SPI . http://www.spi.or.id/?p=2159. Diakses: tanggal 8 Juni 2010.
agroekologi. Biaya sosial adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen atau
perusahaan ketika biaya kerusakan lingkungan akibat proses produksi dibebankan
pada perusahaan atau produsen.
Selanjutnya, pengembangan pertanian industri kurang ramah lingkungan
dibandingkan agroekologi yang lebih cenderung pada pengetahuan lokal dalam
mengelola lingkungan. Pengetahuan lokal masyarakat tentang lingkungan
meliputi pengetahuan tentang merawat tanah secara tradisional, mencegah hama
tanaman dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada disekitar, dan melakukan
siklus tanam yang dapat menjaga kesuburan tanah. Berikut Gambar 2
menunjukkan perbandingan antara pertanian agroekologi dan pertanian industri.
[image:40.595.81.508.382.734.2]Sumber: Diadopsi dan Modifikasi dari Mulvany (2010).
Gambar 2. Perbandingan Agroekologi terhadap Pertanian Industri.
C
A = Industrial, (tinggi input produksi eksternal)
B= produtivitas
saat ini B
A
C= Agroekologi, input eksternal rendah dan beragam
Rendah………...DayaAdaptasi/kenyal.………Tinggi Tinggi………..……...Biaya karbon………..….Rendah Tinggi………....Ketahanan Pangan……….Tinggi Rendah………....pengetahuan lokal………Tinggi Persediaan pangan per
2.3. Pengaruh Penerapan Agroekologi terhadap Pendapatan Petani
Penerapan agroekologi dapat memberikan dampak yang baik bagi
lingkungan. Dampak yang baik bagi lingkungan dikarenakan dalam penerapan
pertanian ini berkonsep pada ekologi, dengan melakukan pengurangan atau
menghilangkan penggunaan input kimia, mengganti manajemen pertanian untuk
mendapatkan nutrisi tanaman dan melindungi tanaman dari hama (Alteiri, 1993).
Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan, yaitu: lebih
menekankan pada sistem penerapan agroekologi (Gliessman, 2007), dimensi baru
agroekologi (Clements dan Anil, 2004), prinsip dan strategi pertanian
berkelanjutan dalam sistem pertanian (Alteiri, 1995), dan pertanian agroekologi
dapat memenuhi kebutuhan makanan untuk miliaran orang (Pretty, 2002).
Penelitian yang menunjukan pengaruh pendapatan petani dengan adanya
penerapan agroekologi telah dilakukan oleh PANNA, yang menunjukan adanya
keuntungan dari penerapan pertanian ini. Salah satunya adalah peningkatan
terhadap pendapatan rumah tangga bagi petani. Namun, penelitian yang
mengestimasi manfaat agroekologi dan estimasi pendapatan petani belum banyak
dilakukan. Sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan. Melakukan estimasi
pendapatan petani, perlu menguasai beberapa konsep yang berkaitan dengan
pendapatan petani yaitu konsep usahatani, konsep pendapatan petani, dan konsep
pemasaran.
2.3.1. Konsep Usahatani
Petani agroekologi mempunyai strategi dalam melakukan peningkatan dan
pengembangan hasil pertaniannya. Strategi yang dilakukan oleh sebagian petani di
pertanian tradisional. Strategi ini dilakukan oleh sekelompok petani yang sering
dikenal dengan usahatani. Menurut Rahim dan Hastuti (2008) usahatani adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor
produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, dan benih) dengan efektif, efisien,
dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan
usahatani meningkat.
Selanjutnya Rahim dan Hastuti (2008) mengklasifikasikan usahatani
sebagai berikut:
a. Usahatani Perorangan
Usahatani perorangan dilakukan secara perorangan dan faktor produksi
dimiliki secara perorangan. Kelebihannya dapat bebas mengembangkan
pertaniannya, sedangkan kelemahannya kurang produktif.
b. Usahatani Kolektif
Usahatani kolektif merupakan usahatani yang dilakukan bersama-sama
atau kelompok dan faktor produksi seluruhnya dikuasai oleh kelompok sehingga
hasilnya dibagi oleh anggota.
c. Usahatani kooperatif
Usahatani kooperatif merupakan usahatani yang dikelola secara kelompok
dan tidak seluruh faktor produksi dikuasai oleh kelompok, hanya kegiatan yang
dilakukan bersama-sama.
2.3.2. Konsep Pendapatan Petani
Usahatani dapat dikatakan berhasil dengan melakukan estimasi pendapatan
yang diperoleh petani dalam mengelola usahataninya. Pendapatan dapat
dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan juga didefinisikan oleh Rahim dan
Hastuti (2008) sebagai selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan
meliputi pendapatan kotor atau pendapatan total dan pendapatan bersih.
Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran
total, sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan petani dengan
biaya yang digunakan dalam produksi usahatani.
Biaya atau pengeluaran usahatani merupakan nilai penggunaan sarana
produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Biaya usahatani dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost) yang digolongkan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, contoh: biaya
sewa lahan. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang akan berubah ketika
terjadi penambahan satu-satuan output yang diproduksi (Soekartawi dan Brian,
1986).
2.3.3. Konsep Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha
memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran (Rahim dan
Hastuti, 2008). Sedangkan (Sudiyono, 2002) dalam (Rahim dan Hastuti, 2008)
mendefinisikan pemasaran pertanian merupakan sejumlah kegiatan yang
ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang dipertukarkan
kepada konsumen.
Pemasaran dalam hal ini adalah pemasaran komoditas pertanian. Komoditas
pertanian yang dihasilkan dari penerapan sistem agroekologi. Output yang
dengan hasil pertanian organik. Namun, karena sistem pertanian yang baru dan
tentunya produk yang dihasilkan juga harus dipromosikan terlebih dahulu melalui
sistem pemasaran. Sehingga, diperlukannya lembaga pemasaran untuk dapat
memenuhi permintaan konsumen terhadap komoditas sesuai waktu, tempat yang
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini merupakan teori yang
berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini
yaitu: definisi dan perkembangan agroekologi, estimasi manfaat agroekologi
terhadap ekonomi dan lingkungan, serta estimasi kesejahteraan petani
agroekologi.
3.1.1. Definisi dan Perkembangan Agroekologi
Pertumbuhan populasi yang semakin meningkat diprediksikan oleh
Malthus akan menyebabkan krisis pangan di masa yang akan datang. Adanya
prediksi tersebut, menyebabkan dorongan pada sektor pertanian untuk dapat
meningkatkan produktivitas pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan pangan.
Sektor pertanian bergerak dengan penciptaan teknologi dan inovasi yang baru.
Salah satu inovasi yang dilakukan dari sektor pertanian yaitu perbaikan sistem
pertanian.
Sistem pertanian yang diterapkan pada suatu tempat akan menentukan
hasil pertanian yang dihasilkan dan mempengaruhi keadaan lingkungan. Sistem
pertanian yang umum diterapkan oleh petani di Indonesia adalah sistem pertanian
konvensional. Pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang menggunakan
input eksternal untuk meningkatkan hasil produksi usahatani guna
memaksimumkan keuntungan. Usaha memaksimumkan keuntungan ini secara
tidak langsung dapat merusak lingkungan, karena petani lebih cenderung
Sistem pertanian konvensional ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di
Indonesia. Sistem pertanian ini juga terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi global. Namun, sistem pertanian konvensional diduga mempunyai
dampak negatif, diantaranya: menyebabkan degradasi dan penurunan kesuburan
tanah, merusak vegetasi yang ada di lingkungan, menyebabkan erosi, kerugian
ekonomi, penggunaan air berlebihan, kerusakan sistem hidrologi, pencemaran
lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan,
ketergantungan petani pada input-input eksternal dan lain-lain.
Adanya dampak negatif akibat dari penerapan sistem pertanian
konvensional, menyebabkan perlunya perkembangan atau inovasi baru dalam
ilmu pertanian. Inovasi terdahulu dalam bidang pertanian yang bertujuan menjaga
kondisi lingkungan yaitu sistem pertanian organik. Selain itu, sistem pertanian
yang baru dikembangkan saat ini adalah sistem pertanian berkelanjutan yang juga
dikenal dengan sistem Agroekologi, yang merupakan sistem pertanian
berkelanjutan yang berdasar pada pengetahuan tradisional dan pengalaman dalam
pemenuhan pangan lokal. Agroekologi memperhatikan hubungan alam, sosial,
ekologi, budaya, ekonomi, masyarakat, dan keadaan lingkungan. Penerapan
pertanian agroekologi telah dilakukan di beberapa negara seperti: Mexico, Afrika,
Amerika, Nicaragua, Honduras, Guatemala dan Indonesia.
3.1.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi
Agroekologi sedang banyak dibicarakan dan disosialisasikan
penerapannya. Hal ini dilakukan karena terjadinya isu pencemaran lingkungan
akibat kegiatan pertanian. Penerapan agroekologi dapat menjaga kualitas
memperhatikan hubungan antara alam, sosial, ekologi, masyarakat, dan
lingkungan yang memiliki produktivitas tinggi. Sehingga penerapan agroekologi
dapat menjadi salah satu alternatif solusi pertanian agar dapat menjaga kondisi
lingkungan dan menghindari terjadinya krisis pangan.
Penerapan agroekologi memiliki manfaat terhadap lingkungan yang dapat
dilihat dari kemampuan penyerapan karbon yang dapat diketahui dengan
melakukan perhitungan Ecological Footprint (EF) dan energi input yang
digunakan dalam agroekologi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Agronomi Filipina menunjukkan bahwa energi yang digunakan dapat diestimasi
melalui Fossil Fuel Based Energy Inputs (FFEI) dan Indirect Fossil Fuel Based
Input (IFFEI). FFEI dihitung dengan pengukuran penggunaan minyak atau bahan bakar untuk traktor, pupuk kimia (urea), dan pestisida. Sedangkan IFFEI dihitung
dari penggunaan benih dalam agroekologi. Penelitian ini telah melakukan
perbandingan manfaat dari sisi input energi antara pertanian konvensional dan
agroekologi. Perbandingan energi antara pertanian konvensional dan agroekologi
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan Agroekologi
Lokasi Energi Agroekologi
(Mcal/ha) Konvensional (Mcal/ha) Infanta, Quezon FFEI IFFEI Total Energi 1,338 496 1,834 1,793 504 2,297 Baco, Oriental Mindaro FFEI IFFEI Total Energi 1,300 412 1,712 2,977 463 3,400
Sumber: Department of Agronomy, College of Agriculture, Philippines, 2002.
Keterangan:
FFEI: Fossil Fuel Based Energy Inputs
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam pertanian konvensional membutuhkan
energi input yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroekologi. Pengukuran
dilakukan dengan menghitung energi input yang digunakan. Secara matematis
dapat dituliskan:
Total Energi Input (TEI) = FFEI + IFFEI………..(3.1)
Dimana:
FFEI = Bahan bakar minyak + Pupuk kimia +
Pestisida…………..………….(3.2)
IFFEI = Jumlah Benih..………..(3.3)
Dimana:
Minyak = M (kg) Pestisida = E (kg)
Pupuk = P (kg) Jumlah Benih = B (kg)
Sehingga Total Energi Input (TEI) dapat dijabarkan menjadi:
TEI = M + E + P + B………..(3.4)
Rumus ini dapat digunakan untuk melihat energi yang digunakan dalam
suatu sistem pertanian, khususnya dalam penelitian ini yaitu energi yang
digunakan dalam agroekologi dan konvensional. Energi yang digunakan yaitu
penggunaan bahan kimia dan penggunaan benih.
Penerapan agroekologi juga memiliki manfaat ekonomi yang bagus,
karena pertanian ini dapat meningkatkan produktivitas petani dengan
meminimumkan penggunaan input eksternal. Berimplikasi pada pengurangan
biaya yang harus dikeluarkan petani dalam proses produksi. Namun, masih
banyak petani yang mengelola pertaniannya dengan sistem konvensional. Hal ini
ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi. Namun, ada beberapa
penelitian yang menyebutkan kelebihan agroekologi dibandingkan pertanian biasa
(pertanian industri) salah satunya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh
Alteiri (1991). Tabel 2 di bawah ini menunjukkan perbandingan agroekologi dan
[image:49.595.115.507.223.491.2]pertanian biasa (pertanian industri).
Tabel 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi Karakteristik
Tanaman panen
Wilayah tanam Sistem tanam yang dominan Inputdominan Dampak lingkungan Biaya keahlian dan sumberdaya yang dibutuhkan Pertanian Industri
Beras, gandum, jagung dan sedikit yang lainnya
Tanah datar, area irigasi Monokultur, tanaman yang seragam
Bahan kimia, mesin, dan eksternal input
Sedang -tinggi (polusi kimia, erosi, ketahanan terhadap pestisida, dll)
Relatif tinggi
Tanaman konvensional dan satu disiplin ilmu dan keahlian
Pertanian Agroekologi
Semua tanaman pangan
Semua lahan
Polikultur, tanaman yang beragam
Penggunaan nitrogen, kontrol hama dengan biologikal, organik, bergantung pada alam.
Rendah- sedang (nutrisi)
Relatif rendah
Ekologi dan banyak ilmu yang dikombinasikan
Sumber: Alteri (1991)
Tabel 2 menunjukan bahwa agroekologi mempunyai keuntungan dalam
beberapa hal salah satunya dapat dilihat dari sisi biaya. Biaya pada pertanian
industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada agroekologi. Selain
itu, penelitian yang dilakukan Departemen Agronomi, Filipina menunjukkan
perbandingan pendapatan petani konvensional dengan petani Low External Input
Suistanable Agriculture (LEISA) yang dikenal di Indonesia sebagai agroekologi. Hasil penelitian di dua tempat di Filipina tentang pendapatan petani dapat dilihat
Tabel 3. Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional dan Agroekologi
Tempat Agroekologi Konvensional
Infanta, Quezon 382.20 198.02
Baco, Oriental Mindoro
304.00 290.00
Sumber: Department Agronomy, College of Agriculture (2002).
Tabel di atas menunjukkan bahwa pertanian agroekologi dapat
meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani di Infanta, Quezon yang
menerapkan agroekologi adalah $ 382.20/ha sedangkan di lokasi yang sama,
dengan penerapan sistem pertanian konvensional hanya sebesar $ 198.02/ha.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penghitungan Net Revenue (Department
Agronomy, College of agriculture, 2002), secara matematis dapat ditulis:
Net Revenue (NR) = Gross Revenue (GR) – Total Cost (TC)………(3.5) Dimana:
GR = Pg x Qg (USD/ton)
TC = Cash Cost + Non – cash cost (USD/ha)
Pg = harga gabah (USD)
Qg = jumlah gabah yang dihasilkan (ton/ha)
Beberapa penelitian menunjukan potensi ekonomi dan manfaat dari
penerapan agroekologi. Potensi ekonomi ini dapat ditunjukkan melalui Net
Revenue, Pendapatan, dan analisis kelayakan usahatani. Namun, Penelitian mengenai estimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi masih jarang
dilakukan. Sehingga, penelitian ini masih perlu dilakukan.
3.1.3. Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi
Pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi dan harga jual terhadap output yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan
dengan penggunaan input. Berdasarkan hasil penelitian terdahalu oleh The International Assessment of Agricultural Knowledge, Science and Technology for Development (IAASTD) yang menunjukan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan produksi dan produktivitas per unit area dengan penggunaan input
eksternal yang rendah.
Proses produksi pada pertanian agroekologi sama halnya dengan pertanian
lainnya. Produksi suatu output melibatkan hubungan antara faktor produksi
(input) dan jumlah hasil produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dalam penerapan pertanian agroekologi meliputi sarana dan prasarana produksi. Estimasi
pendapatan petani dapat dilakukan dengan melihat faktor produksi yang
digunakan dan jumlah output yang dihasilkan (Gittinger, 1986). Pendapatan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Π
= TR – TC……….. …(3.6)dimana:
Π
= pendapatan (Rp) TC = Total Biaya (Rp)TR = Total Penerimaan (Rp) Sedangkan
TR = ∑ (Yi* PYi) TC = ∑ (TFC + TVC)
dimana:
Yi = Jumlah outputyang dijual (unit) TVC = Total biaya variabel (Rp)
PYi = Harga output yang dijual (Rp/unit) TFC = Total biaya tetap (Rp) Lebih lanjut dapat dijabarkan menjadi:
Π
= ∑ (Yi* PYi) - ∑ (TFC + TVC)………(3.7)kriteria yang digunakan:
Π
= 0 ; maka titik impas,Π
> 0 ; maka untung,Π
< 0 ; maka rugi
Analisis manfaat-biaya juga dapat dilakukan untuk mengetahui
keuntungan ekonomi yang diperoleh petani ketika menerapkan agroekologi.
besar dari satu (Gittinger, 1986). Rumus B/C rasio dapat dituliskan sebagai
berikut:
B/C =
∑
∑
……….(3.3)dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t (Rp)
Ct = Biaya pada tahun t (Rp)
1/(1+i) = discount factor
n = umur proyek (tahun)
kriteria yang digunakan:
B/C ≥1 ; menunjukan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan
manfaat yang lebih besar atau sama dengan satu.
B/C <1 ; menunjukan bahwa setiap penambahan satu rupiah biaya akan
menghasilkan tambahan manfaat kurang dari satu atau sama dengan satu.
Manfaat yang diperoleh petani dalam hal ini bisa merupakan manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa hasil yang bisa
menghasilkan nilai berupa pendapatan petani dan langsung dirasakan oleh petani.
Sedangkan manfaat tidak langsung yaitu manfaat pada lingkungan dan
peningkatan kesehatan masyarakat dengan hasil pertanian yang dihasilkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesa yang sesuai
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agroekologi dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya.
2. Penurunan biaya produksi akan meningkatkan pendapatan petani.
3.2. Kerangka Operasional
Adanya pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan produktivitas pangan, maka dapat diprediksikan akan