PERFORMA INDUK DAN ANAK DOMBA GARUT BERDASARKAN
TIPE KELAHIRAN DENGAN PENAMBAHAN
MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI
ADI SURYO NUGROHO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Induk dan Anak Domba Garut Berdasarkan Tipe Kelahiran dengan Penambahan Minyak Biji Bunga Matahari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
ADI SURYO NUGROHO. Performa Induk dan Anak Domba Garut Berdasarkan Tipe Kelahiran dengan Penambahan Minyak Biji Bunga Matahari. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan LILIS KHOTIJAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa induk dan anak domba garut berdasarkan tipe kelahiran dengan penambahan minyak biji bunga matahari. Ternak domba yang digunakan sebanyak 16 domba bunting dara dan 23 anak domba yang dilahirkan untuk menghitung konsumsi pakan, pertambahan bobot badan induk, bobot lahir anak, bobot sapih anak, pertambahan bobot badan anak, dan produksi susu induk. Penelitian didesain dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial (2x3) dengan perlakuan tipe kelahiran yang berbeda (tunggal dan kembar) dan perlakuan pakan yaitu dengan penambahan minyak biji bunga matahari dengan kadar yang berbeda (M1=0% penambahan minyak biji bunga matahari, M2=4% penambahan minyak biji bunga matahari, dan M3=6% penambahan minyak biji bunga matahari). Data diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukan tidak ada interaksi yang nyata (P>0.05) antar jenis perlakuan pakan dan tipe kelahiran pada semua peubah yang diamati. Bobot lahir, bobot sapih, dan PBB anak tipe kelahiran tunggal nyata lebih tinggi dibandingkan tipe kelahiran kembar( P<0.05) dan perlakuan pakan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap semua peubah. Kata kunci: domba garut, minyak biji bunga matahari, performa.
ABSTRACT
ADI SURYO NUGROHO. Performance Of Garut Ewes And Lamb Based On Type Of Birth With Addition Sun Flower Seed Oils. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and LILIS KHOTIJAH.
This study was aimed to evaluate the performance of garut ewe and lamb based on the type of birth with the addition of sunflower seed oil. The 16 pregnant ewes and 23 born lambs were used to measure the consumption of feed, body weight gain of ewes, birth weight of lambs, weaning weight of lambs, body weight gain of lambs, and milk production of ewes. The research was designed by using factorial randomized design (2x3). The first treatments was different type of birth (single and twin) and the second was the addition of sunflower seed oil with different levels (M1=0% addition of sunflower seed oil, M2=4% addition of sunflower seed oil, and M3=6% addition of sunflower seed oil). The data were analyzed using analyses of varians (anova). The results showed that there was no interaction (P>0.05) between feed treatments and types of birth at all variables that were observed. The birth weight, weaning weight, and average body gains of single birth type was higher than the twins birth (P<0.05) but the feed treatments not affect (P>0.05) on all variables.
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2013 Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
ADI SURYO NUGROHO
PERFORMA INDUK DAN ANAK DOMBA GARUT BERDASARKAN
TIPE KELAHIRAN DENGAN PENAMBAHAN
Judul Skripsi : Performa Induk dan Anak Domba Garut Berdasarkan Tipe Kelahiran dengan Penambahan Minyak Biji Bunga Matahari Nama : Adi Suryo Nugroho
NIM : D14090038
Disetujui oleh
Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I
Ir Lilis Khotijah, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA Ketua Departemen
PRAKATA
Bismillahirrohmannirrohim. Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, shalawat serta salam bagi suri tauladan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarganya dan pengikutnya, atas segala karunia-Nyalah penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul Performa Induk dan Anak Domba Garut Berdasarkan Tipe Kelahiran dengan Penambahan Minyak Biji Bunga Matahari.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Ir Lilis Khotijah, MSi selaku pembimbing utama dan anggota yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan membantu penyusunan usulan proposal hingga penulisan skripsi ini selesai. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Mohamad Yamin, MAgrSc yang telah memberikan kritik dan saran saat seminar hasil, juga kepada Ir Sri Rahayu, MSi dan Dr Ir Didid Diapari, MSi selaku dosen penguji sidang sarjana atas kritik dan sarannya serta Edit Leisa Aditya, SPt MSc
selalu dosen panitia siding atas kritik dan sarannya. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada bapak, ibu, kakak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman satu penelitian diantaranya Cipta, Rully, Meta, Citra, Resti, Usmi, Evi, Ani, pak Asep dan Pak Sugih atas dukungan dan kerjasamanya selama penelitian. Terima kasih kepada Sahabat-sahabatku Syihan, Bowi, Fansury dan Rio atas kebersamaan dan dukungannya selama ini. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga
besar IPTP 46 “Golden Ranch“ dan Civitas Akademika Fakultas Peternakan IPB
atas kebersamaan, kerja sama, motivasi, dan kenangan suka duka selama ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat 2
Bahan 2
Prosedur 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum 5
Konsumsi Bahan Kering Pakan 5
Pertambahan Bobot Badan Induk 6
Bobot Lahir Anak 7
Bobot Sapih 8
Produksi Susu 9
Pertambahan Bobot Badan Harian Anak Domba 9
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
1 Komposisi rumput dan konsentrat penelitian berdasarkan bahan
kering 3
2 Komposisi zat makanan berdasarkan bahan kering 3 3 Rataan konsumsi bahan kering domba garut laktasi (g/ekor/hari) 5 4 Rataan PBB Induk berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan
pakan (g/ekor/) 6
5 Rataan bobot lahir berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan
pakan (kg/ekor) 7
6 Rataan bobot sapih berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan
pakan (kg/ekor) 8
7 Rataan produksi susu berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan
pakan (g/ekor/hari) 9
8 Rataan PBBH anak berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan
pakan (g/ekor/hari) 10
9 Korelasi pearson 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis ragam konsumsi induk domba 13 2 Hasil analisis ragam bobot badan induk domba 13 3 Hasil analisis ragam bobot lahir anak domba 13 4 Hasil analisis ragam bobot sapih anak domba 14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, karena pemeliharaan yang relatif mudah, banyak menghasilkan manfaat dan dapat digunakan sebagai investasi. Tingkat keberhasilan usaha domba biasanya diukur dari tingkat produktivitasnya, diantaranya adalah tingkat kesuburan induk. Pada ternak domba tingkat kesuburan atau fertilitas dicerminkan keteraturan induk beranak kembar. Domba priangan/garut merupakan domba hasil persilangan tiga bangsa antara domba ekor tipis, merino dan kaapstad dari Afrika Selatan. Bobot badan domba priangan betina bisa mencapai 35-40 kg dan bobot jantan mencapai 60- 80 kg (Devendra dan McLeroy 1992).
Induk domba Garut merupakan salah satu domba prolifik yang hidup di daerah tropis yang dapat melahirkan 1-4 ekor anak per kelahiran. Menurut Rizal dan Herdis (2008), laju ovulasi domba priangan rata-rata 2.1 (antara 1 dan 5) dengan jumlah anak kelahiran (litter size) rata-rata 1.8 (antara 1 dan 5). Bobot lahir anak yang tinggi di atas rataan, umumnya akan memiliki kemampuan hidup lebih tinggi dalam melewati masa kritis, pertumbuhannya cepat dan akan memiliki bobot sapih yang lebih tinggi (Bourdon 2000). Sifat prolifik juga juga memiliki kekurangan seperti tingginya mortalitas anak domba sebelum disapih akibat rendahnya bobot lahir dan bobot sapih anak domba kembar serta akibat kekurangan nutrisi. Penyebab permasalahan tersebut karena produksi susu induk yang tidak sebanding dengan banyaknya anak yang lahir dalam satu kelahiran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi susu induk yaitu melakukan perbaikan dalam kuantitas dan kualitas pakan. Pakan dengan sumber asam lemak esensial yang berasal dari minyak biji bunga matahari diharapkan mampu memperbaiki masalah tersebut. Minyak biji bunga matahari digunakan untuk berbagai keperluan seperti minyak goreng, pembuatan margarine bahan baku kosmetik, dan obat-obatan, selain itu bungkil atau ampas hasil pemerasan minyak mengandung 42.1 g lemak dan 13%-20% protein, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Minyak biji bunga matahari termasuk golongan minyak rendah kolesterol menyaingi minyak jagung, minyak kacang tanah dan minyak kedelai, sehingga sangat baik untuk kesehatan (Rukmana 2004). Pemberian lemak biasanya dimaksudkan untuk meningkatkan kepadatan energi dalam pakan, di samping memiliki keuntungan lain, seperti meningkatkan penyerapan nutrien larut lemak dan mengurangi debu pada pakan (Palmquist 1988). Melalui perbaikan pemberian pakan dengan penambahan minyak biji bunga matahari pada penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki performa induk dan kualitas anak domba garut.
Tujuan Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian menggunakan beberapa induk dan anak yang dipelihara secara intensif dengan perlakuan pemberian minyak biji bunga matahari yang berbeda. Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan jenis pemberian pakan dan jenis kelahiran yang berbeda.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2012 hingga bulan Februari 2013. Penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alat
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu untuk beranak yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Apabila induk sudah memperlihatkan tanda-tanda mau melahirkan atau beranak, alas kandang diberi bedding serbuk gergaji atau rumput kering.
Alat lain yang digunakan adalah timbangan digital kapasitas 100 kg untuk menimbang bobot domba induk dan anak. Timbangan digital dengan kapasitas 3 kg untuk menimbang bobot lahir anak, hijauan, pakan konsentrat dan sisa pakan.
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan selama penelitian yaitu 16 ekor domba garut bunting pertama kali yang memiliki bobot badan rata-rata 32.43 ± 3.2 dan 23 ekor anak domba garut yang dilahirkan. Domba ditempatkan di kandang melahirkan.
Pakan
Ternak mendapat ransum yang terdiri atas rumput Brachiaria humidicola dalam bentuk segar dan konsentrat dibuat isoprotein (TDN 70%-75%) dengan rasio pemberian 30:70. Ransum diberikan sebanyak 3.5% bahan kering dari bobot badan, serta air diberikan secara ad libitum.
3 Tabel 1 Komposisi rumput dan konsentrat penelitian berdasarkan bahan kering
Pakan Perlakuan matahari, M3 = 6% minyak biji bunga matahari
Tabel 2 Komposisi zat makanan berdasarkan bahan kering Komposisi Nutrien Pakan Penelitian* Brachiaria
Humidicola (%)
minyak biji bunga matahari, M3 = 6% minyak biji bunga matahari
Prosedur
Pemeliharaan
Pemeliharaan induk pada penelitian ini dilakukan sejak induk melahirkan sampai anak disapih. Domba yang digunakan ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal pemeliharaan.
Penimbangan Bobot Badan Induk dan Anak
Penimbangan bobot badan dilakukan untuk mengetahui pertambahan bobot badan induk dan anak. Penimbangan bobot badan induk dan pertambahan bobot badan anak dilakukan satu minggu sekali selama delapan minggu. Penimbangan bobot badan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan.
Peubah yang Diamati
4
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah selisih pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan.
Konsumsi pakan (g) = pemberian (g) - sisa (g)
Konsumsi selama pemeliharaan (g/ekor) Rataan konsumsi pakan (g/ekor/hari) =
Lama penelitian
Bobot lahir anak domba didapatkan dengan cara menimbang anak domba sesaat setelah lahir dalam kurun waktu 24 jam.
Bobot Sapih Anak
Bobot sapih anak domba didapatkan dengan cara menimbang anak domba saat dipisahkan pemeliharaannya dengan induk. Bobot yang didapatkan saat penimbangan merupakan data bobot sapih anak, anak domba pada penelitian ini di sapih saat umur 56 hari.
Pertambahan Bobot Badan Anak
Pertambahan bobot badan (PBB) anak domba dapat diketahui dengan cara melakukan penimbangan bobot hidup.
Bobot sapih – Bobot lahir (g/ekor)
Rataaan pertambahan =
bobot badan (g/ekor/hari ) Lama pemeliharaan anak
Produksi Susu Induk
Produksi susu induk diukur dengan menggunakan rumus pendugaan. Dove (1988) menyatakan bahwa untuk menghasilkan 1 kg pertambahan bobot badan anak, anak domba perlu mengkonsumsi susu sebanyak 6 kg.
Produksi susu (kg) = pertambahan bobot badan anak (kg) x 6
Rancangan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3. Faktor pertama perlakuan adalah tipe kelahiran (tunggal dan kembar) dan faktor kedua adalah pemberian pakan dengan jumlah minyak yang berbeda yang berasal dari minyak biji bunga matahari (M1=0% penambahan minyak biji bunga matahari, M2=4% penambahan minyak biji bunga matahari, dan M3=6% penambahan minyak biji bunga matahari). Model matematik yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) sebagai berikut:
Yij= + Ai + Bj +(AB)ij+ εijK
Keterangan :
5
= Rataan umum pengamatan
Ai = Pengaruh perlakuan tipe kelahiran ke-j (tunggal dan kembar) terhadap
performa induk dan anak
Bj = Pengaruh perlakuan pemberian ransum ke-i (i = M1, M2, M3) terhadap
performa induk dan anak
(AB)ij = Interaksi faktor A dan B terhadap performa Induk dan Anak
εij = Pengaruh galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan (Steel dan Torrie 1993)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Induk dan anak domba garut yang berhasil diamati sebanyak 16 ekor induk dan 23 ekor anak yang terdiri dari 8 ekor induk dengan 8 ekor anak tipe kelahiran tunggal dan 8 ekor induk dengan 15 ekor anak tipe kelahiran kembar. Suhu udara pada saat pengamatan pada pagi, siang, dan sore hari berkisar 26-33 oC dengan kelembaban 85%-92%. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu untuk beranak yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum.
Konsumsi Bahan Kering Pakan
Konsumsi bahan kering pada induk domba selama laktasi ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Rataan konsumsi bahan kering domba garut laktasi Tipe Rataan 923.53±42.14 924.75±128.24 860.81±98.19
Keterangan : M1 = ransum tanpa minyak biji bunga matahari, M2= 4% minyak biji bunga matahari, M3= 6% minyak biji bunga matahari.
6
kering sekitar 3.5% dari bobot badan atau 1403 g/ekor/hari. Hasil konsumsi bahan kering induk laktasi dalam penelitian ini berkisar 860.81–924.75 g/ekor/hari dengan rata-rata bobot badan 32.43. Konsumsi ini lebih rendah, dimana 3.5% dari bobot badan tersebut seharusnya mengkonsumsi bahan kering 1135 g/ekor/hari.
Pertambahan Bobot Badan Induk
Penampilan produksi domba induk yang mendapat ransum dengan penamabahan minyak biji bunga matahari yang berbeda tercantum pada Tabel 4. Tabel 4 Rataan pertambahan bobot badan induk berdasarkan tipe kelahiran dan
perlakuan pakan
Tipe kelahiran Perlakuan Rataan
M1 M2 M3 matahari, M3= 6% minyak biji bunga matahari. (-)= penyusutan
Berdasarkan hasil analisis statisik, tidak ada pengaruh dan interaksi antara tipe kelahiran dan perlakuan pakan terhadap pertambahan bobot badan induk (P>0.05). Rata-rata penurunan bobot badan induk domba laktasi pada penelitian ini yaitu -16.44 g/ekor/hari. Penurunan bobot badan ini dikarenakan pada awal laktasi aliran metabolit dari darah terjadi sangat cepat untuk proses produksi susu, sedangkan konsumsi induk belum memenuhi kebutuhan zat makanan induk (Forbes 2007). Menurut Mathius (1996) bahwa kebutuhan nutrisi yang tinggi tidak dapat dicukupi oleh konsumsi pakan yang diberikan sehingga terjadi mobilisasi lemak dan akan berdampak terhadap kehilangan bobot badan selama awal laktasi dan penurunan bobot badan induk selama laktasi mencapai 10-36 g/ekor/hari.
7
Gambar 1 Grafik bobot badan induk sebelum dan sesudah melahirkan Gambar 1 memperlihatkan bobot badan domba induk sebelum melahirkan terjadi peningkatan bobot badan rata-rata sebesar 126.61 g/ekor/hari. Hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan Kearl (1982) domba bunting bobot 30-35 dapat menghasilkan PBB sebesar 50-140 g/ekor/hari setelah melahirkan rataan bobot induk mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 16.44 g/ekor/hari hingga dua bulan laktasi. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Freer dan Dove (2002) yang menyatakan bahwa penurunan bobot badan terjadi pada bulan pertama laktasi, kemudian akan meningkat kembali setelah satu bulan laktasi dan keadaan organ reproduksi siap untuk gestasi kembali setelah 2 bulan melahirkan (Freer dan Dove 2002).
Bobot Lahir Anak
Hasil rataan bobot lahir berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan pakan (kg/ekor) pada penelitian ini tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan bobot lahir berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan pakan Tipe berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0.05)
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rataan bobot lahir anak tipe kelahiran tunggal berbeda nyata dengan tipe kelahiran kembar (P<0.05)
8
namun tidak berbeda nyata pada penambahan minyak biji bunga matahari(P>0.05) dan tidak ada interaksi antara tipe kelahiran dan perlakuan pakan terhadap bobot lahir. Bobot lahir tipe kelahiran kembar (1.81±0.11 kg/ekor) lebih rendah dibandingkan bobot lahir tipe kelahiran tunggal (2.37±0.16 kg/ekor). Hasil ini sama dengan hasil penelitian Istiqomah (2006) yang melaporkan bahwa bobot lahir tunggal lebih besar dibandingkan bobot lahir kembar yaitu sebesar 2.22±0.66 kg/ekor untuk tipe kelahiran tunggal dan 1.60±0.44 kg/ekor untuk tipe kelahiran kembar.
Perbedaan bobot lahir dikarenakan adanya pengaruh dari tipe kelahiran yaitu anak domba tipe kelahiran tunggal mempunyai perkembangan janin yang lebih baik daripada tipe kelahiran kembar, hal ini sesuai dengan pernyataan Hinch et al. (1983) yaitu adanya kompetisi pada anak tipe kelahiran kembar di dalam uterus induk untuk mendapatkan zat-zat makanan yang terbatas melalui plasenta.
Bobot Sapih
Rataan bobot sapih anak domba garut umur 56 hari dengan induk mendapatkan ransum sumber asam lemak esensial yang berasal dari minyak biji bunga matahari tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6 Rataan bobot sapih berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan pakan
Tipe kelahiran Perlakuan Rataan
M1 M2 M3 matahari, M3= 6% minyak biji bunga matahari. Angka dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0.05)
Tabel 6 menunjukan bahwa penambahan minyak biji bunga matahari pada pakan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot sapih (P>0.05) sedangkan pada tipe kelahiran menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap bobot sapih dan tidak ada interaksi antara tipe kelahiran dan perlakuan pakan terhadap bobot sapih.
9
Produksi Susu
Rataan produksi susu umur 56 hari berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan pakan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Rataan produksi susu berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan pakan
Tipe matahari, M3= 6% minyak biji bunga matahari. Angka dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0.05)
Secara fisiologis induk yang melahirkan anak kembar akan menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelahiran tunggal. Hal ini disebabkan kecukupan makanan untuk anak yang disediakan induk secara biologis. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan sel-sel sekretoris kelenjar ambing harus juga semakin tinggi agar dapat menyediakan makanan untuk anaknya (Capuco et al. 2003). Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap produksi susu tetapi tidak ada interaksi antara tipe kelahiran dan perlakuan pakan terhadap produksi susu.
Produksi susu induk umur 56 hari rata-rata yaitu 1058.62 g/ekor/hari. Produksi susu pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan Santi (2011) dalam penelitiannya melaporkan bahwa produksi susu induk domba yang diberi pakan onggok dan jagung sebesar 763.69 g/ekor/hari. Tipe kelahiran berbeda nyata (P<0.05) dengan produksi susu. Hal ini sependapat dengan Cardelino dan Benson (2002), Gonzalo et al. (2002), dan Adriani (1998) bahwa tipe kelahiran antara tunggal dengan kembar mempengaruhi produksi susu. Produksi susu induk berpengaruh pada pertumbuhan anak domba, tanpa susu tersebut anak domba tidak akan bertahan hidup. Produksi susu juga dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan, lingkungan, dan tingkah laku induk (Cardelino dan Benson 2002).
Pertambahan Bobot Badan Harian Anak Domba
10
anak (P>0.05) tetapi tipe kelahiran menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap PBBH anak.
Tabel 8 Rataan PBB anak berdasarkan tipe kelahiran dan perlakuan pakan Tipe Rataan 112.75±22.97 106.94±40.00 122.95±35.71
Keterangan : M1 = ransum tanpa minyak biji bunga matahari, M2= 4% minyak biji bunga matahari, M3= 6% minyak biji bunga matahari. Angka dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0.05)
PBBH tipe kelahiran tunggal (133.92±25.46 kg) lebih tinggi daripada tipe kelahiran kembar (102.73±32.75 kg). Hasil ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Istiqomah (2006) yaitu sebesar 107.50 untuk tipe kelahiran tunggal dan 95.30 untuk tipe kelahiran kembar. Pertambahan bobot badan anak domba pada kelahiran kembar cenderung lebih rendah, disebabkan oleh adanya kompetisi dari anak yang dilahirkan untuk mendapatka susu dari induknya (Wardon et al. 1985).
Laju pertumbuhan dari lahir hingga sapih sebagian besar dapat dipengaruhi oleh jumlah air susu yang dihasilkan induk. Pertumbuhan anak domba Garut tercepat dimulai semenjak dilahirkan sampai berumur 3 – 4 bulan. Pertumbuhan selanjutnya menjadi lambat sehingga perlu diberi lebih banyak makan (Sumoprastowo 1993). Tabel 9 memperlihatkan hubungan bobot lahir, bobot sapih, dan PBBH anak dengan tipe kelahiran.
Tabel 9 Korelasi pearson
Tipe Kelahiran Bobot Lahir Bobot Sapih Bobot Lahir - 0.535 (1)
11 positif. P-value yang bernilai 0.000 dan 0.003 (P<0.01) yang berarti sangat nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa bobot lahir yang tinggi cenderung memiliki bobot sapih yang tinggi dan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi (Inounu 1996). Nilai korelasi pearson antara bobot sapih dan PBBH adalah +0.982. Artinya kedua variable memiliki korelasi positif yang sangat erat. Nilai ini menyatakan bahwa antara bobot sapih dan PBBH berkorelasi secara linier positif sangat kuat, karena nilainya mendekati +1. P-value yang bernilai 0 (P<0.05) yang berarti terdapat korelasi antara bobot sapih dan PBBH (sangat nyata, P<0.01). Hal ini sesuai dengan pernyataan Iniguez et al. (1993) yang menyatakan bahwa bobot sapih yang tinggi cenderung memiliki pertambahan bobot badan dan kemampuan hidup yang tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tipe kelahiran dan level penambahan minyak biji bunga matahari sampai 6% tidak berpengaruh negatif terhadap performa induk laktasi dan anak domba yang dihasilkan. Tipe kelahiran tunggal mempunyai nilai bobot lahir, bobot sapih, dan PBBH anak yang lebih tinggi dibandingkan kembar. Konsumsi pakan induk mempunyai nilai yang sama sedangkan produksi susu induk yang melahirkan anak kembar lebih tinggi dibandingkan induk yang melahirkan anak tunggal. Bobot lahir sangat berkorelasi positif terhadap bobot sapih domba yang dilahirkan.
Saran
Domba yang beranak kembar sebaiknya diberikan perhatian lebih dalam manjemen pemeliharanya termasuk kecukupan nutrisi sehingga anak-anak domba yang dilahirkan kembar dapat ditingkatkan PBBHnya untuk mendapatkan bobot sapih yang tinggi pula.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani. 1998. Hubungan laju penyusutan sel-sel sekretoris kelenjar ambing dengan produksi susu dan jumlah anak pada domba Priangan yang memperoleh dua tingkat pemberian pakan. [tesis]. Program Pascasarjana. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Adu IF, Buvanendra V. 1982. Pre weaning performance of lambs from pure and crossbred mating among Nigerian breed of sheep. Word Rev Anim. Prod. Vol. XVIII. No. 1: 73 .
Bourdon RM. 2000. Understanding Animal Breeding. New Jersey (US) : Prentice Hall, Upper Saddle River.
12
Cardellino RA, Benson ME. 2002. Lactation curves of commercial ewes rearing lambs. J. Anim. Sci. 80: 23-27.
Devendra, C. and Mcleroy G. B. 1992. Sheep Breeds. In :C. Devendra dan G.B. Mcleroy (Eds.). Goat and Sheep Production in the Tropic. ELBS. England (GB) : Longman Group Limited.
Dove H. 1988.Estimating the intake of milk by lambs, from the turn over of deuterium- or tritium-labelled water. J. British of Nutrition 60: 375-387. Forbes JM. 2007. Voluntary Feed Intake and Diet Selection In Farm Animal. Ed
ke-2 Australia (AU) : CABI Publishing.
Freer M, Dove H. 2002. Sheep nutrition. Australia (AU) : CABI Publishing
Gatenby RM. 1991. Sheep the Tropical Agriculturalist. London (UK): McMillan Education Ltd.
Gonzalo C, Ariznabarreta A, Carriedo JA, Primitivo FS. 2002. Mammary pathogens and their relationship to somatic cell count and milk yield losses in dairy ewes. J. Dairy Sci. 85: 1460-1467.
Hinch GN, Kelly RW, Owens JI, Croble SF. 1983. Pattern of Lamb Survival High Fecundity Boorola Flocks. Proc. Of The N. Z. Soc. Animal. Prod. 43 : 29-32 Inounu I, Iniguez LC, Bradford GE, Subandriyo, Tiesnamurti B. 1993. Production
performance of prolific javanese ewes. Small Ruminant Res. 12:243-257. Inounu I. 1996. Keragaman produksi ternak prolifik [disertasi]. Sekolah
Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Istiqomah L. 2006. Performa dan evaluasi genetik bobot lahir dan bobot sapih domba garut di peternakan ternak domba sehat bogor.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kearl LC.1982. Nutrient Requirement of Ruminant in Developing Countries. International Feedstuff. Utah Agric Exp Station. Utah (USA): Utah State University, Logan.
Mathius I W. 1996. Kebutuhan energi dan protein domba induk pada fase akhir kebuntingan dan laktasi [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perencanaan dan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Edisi ke-2. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Pr.
[NRC]National Research Council. 2006. Nutrient Requirement of Sheep. Washington (US) : National Academy Pr.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): UI Pr.
Palmquist DL. 1988. The feeding value of fats. Feed Sci. pp. 293-311.
Purwanto H, Ari SAT, Utami S. 2013. Hubungan antara bobot lahir dan body condition score (bcs) periode kering dengan produksi susu di bbptu sapi perah baturraden. JIP. 1(1):134-141.
Rizal M, Herdis. 2008. Inseminasi buatan pada domba. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Rukmana R. 2004. Budidaya Bunga Matahari. Semarang (ID): Aneka Ilmu. Sabbagh TA, Swanson LV, Thompson JM. 2012. The effect of ewe body
conditionat lambing on colostral immunoglobulin G. concentration and lamb performance. J.Anim. Sci.73:2860–2864.
13 Santi NEK. 2011. Penampilan reproduksi induk dan pertumbuhan anak domba lokal yang mendapat ransum dengan sumber karbohidrat jagung dan onggok. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siamifta CL. 2013. Suplementasi minyak biji bunga matahari (helianthus annus) pada ransum terhadap konsumsi dan penampilan domba garut bunting. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Steel RGD, JH Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan Biometrik) Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soeparno, Davies HL. 1987. Studies on the growth and carcass composition in the
Daldale Wether Lamb. I. The effect of dietary energy concentration and pasture species. Austr. J. Agric. Res. 38 : 403-415.
Tiesnamurti B. 1992. Reducing the preweaning mortalityrate of Javanese thin-tail sheep. In: WinrockInternational Institute for Agriculture Development. pp: 93-101.
Tillman AD, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Hartadi H, Lebdosoekojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.
Triwulaningsih EJ. 1986. Beberapa parameter genetik sifat kuantitatif kambing Peranakan Etawah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis ragam konsumsi induk domba
Source DB JK KT Fhit Pr > F
Lampiran 2 Hasil analisis ragam bobot badan induk domba
Source DB JK KT Fhit Pr > F
Lampiran 3 Hasil analisis ragam bobot lahir anak domba
Source DB JK KT Fhit Pr > F
14
Lampiran 4 Hasil analisis ragam bobot sapih anak domba
Source DB JK KT Fhit Pr > F
Pakan 2 0.31257937 0.15628968 0.05 0.9543 Lahir 1 22.61074766 22.61074766 6.78 0.0185* Pakan*Lahir 2 18.30922840 9.15461420 2.74 0.0927 Galat 17 56.7016667 3.3353922
Total 22 107.7686957
Keterangan : *berbeda nyata (P<0.05)
Lampiran 5 Hasil analisis ragam produksi susu
Source DB JK KT Fhit Pr > F
Pakan 2 335 930.9612 167 965.4806 1.93 0.1952 Lahir 1 807 926.5693 807 926.5693 9.29 0.0123* Pakan*Lahir 2 72 467.4233 36 233.7117 0.42 0.6701 Galat 10 869 235.694 86 923.569
Total 15 1908 993.700
Keterangan : *berbeda nyata (P<0.05)
Lampiran 6 Hasil analisis ragam PBB anak domba
Source DB JK KT Fhit Pr > F
Pakan 2 51.832112 25.916056 0.03 0.9670 Lahir 1 3 966.297480 3 966.297480 5.14 0.0367* Pakan*Lahir 2 5 128.312587 2 564.156294 3.32 0.0604 Galat 17 13 111.02734 771.23690
Total 22 24 640.13749
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta Timur, pada tanggal 13 November 1991 dari pasangan Bapak Tokhidin dan Ibu Duriah. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara.
Pendidikan penulis diawali dari Sekolah Dasar Negeri 11 Pagi pada tahun 1997. Tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 157 kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 113 pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan angkatan 46, Fakultas Peternakan pada tahun 2009.