• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DEPARTEMEN

FAKUKTAS

BARAT

EKA WIDYA MATTASARI

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKUKTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

PERIKANAN TANGKAP PERIKANAN

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Unit Penangkapan Pancing

Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah karya saya

sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentukan

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

kutipan dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

(3)

EKA WIDYA MATTASARI, C44080078. Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh DINIAH dan MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Produksi tuna 2011 dari unit penangkapan pancing rumpon di PPN

Palabuhanratu meningkat 0,73 % dari tahun 2010. Unit penangkapan pancing

rumpon meningkat 1,55 % pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya. Penilaian teknis dan ekonomis terhadap unit penangkapan pancing rumpon dihitung agar dapat diketahui bagaimana kelayakan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon, menghitung investasi yang diperlukan dan keuntungan yang diperoleh dari pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon di perairan Palabuhanratu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Analisis data yang dilakukan berupa analisis teknis dan finansial. Unit penangkapan pancing rumpon terdiri atas pancing tonda, jerigen, layang-layang dan kotrek. Pancing rumpon mudah untuk dilakukan karena pengoperasian yang sederhana. Berdasarkan

analisis usaha, pancing rumpon mendapatkan keuntungan sebesar Rp.

67.245.500,00,- dan waktu pengembalian modal usaha dalam waktu 4,2 tahun. Berdasarkan analisis finansial, pancing rumpon layak dilakukan karena nilai NPV>0, Net B/C>1 dan IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga dan usaha ini

tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan solar. Akan tetapi, jika menggunakan

modal sendiri usaha baru merupakan yang paling sensitif jika kenaikan harga solar mencapai 198%. Pancing rumpon diminati banyak nelayan karena pengoperasian yang mudah dan dapat dilakukan diperairan mana saja, dapat

mengurangi terjadinya over fishing. Modal pinjaman dari bank tidak terlalu

sensitif terhadap kenaikan harga solar, sehingga pengambil kebijakan (pemerintah daerah) dapat mengusahakan modal usaha bagi nelayan pancing rumpon melalui lembaga keuangan. Perlu adanya kajian mendalam untuk usaha pancing rumpon untuk keseimbangan stock dan kajian teknis lebih mendalam tentang unit penangkapan pancing rumpon.

(4)

EKA WIDYA MATTASARI, C44080078. Assessment Rumpon Line Fishing Unit in Palabuhanratu, Sukabumi, West Java. Supervised by the DINIAH and MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Tuna total production with rod fishing increase 0.73% in 2011, and total of

rod fishing unit increase 1.55% in the same time. Technical and economical

analysis must be done for we know how the feasibility of rod fishing unit’s business. The objective of the research is to describe the rod fishing unit, to calculate the benefit, and the investment of rod fishing unit’s business in Palabuhanratu waters. The research is case study of rod fishing unit’s business. Data analysis used description, technical and financial analysis. There are four

types of rod fishing, those are troll fishing, pancing jerigen, pancing

layang-layang and hand line. The rod fishing is not difficult in operation. Business of

the rod fishing unit can give a profit Rp 67,245,500.00 and payback period is 4.2 years. The value of NPV is more than 0 (zero), Net B/C is more than 1 and IRR is more than value of interest rate. The business of rod fishing unit is not sensitive to the fuel’s price increasing. The decision makers can help the fishermen to improve their capital from finance institution, and do the detail technical analysis about rod fishing unit operation and its influence to stock equilibrium

(5)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan tersebut hanya untuk kepentingan

pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

(6)

BARAT

EKA WIDYA MATTASARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKUKTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Nama Mahasiswa : Eka Widya Mattasari

NRP : C44080078

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui : Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr.Ir. Diniah, M.Si. Ir. Moch.Prihatna Sobari, M.S.

NIP. 19610924 198602 2 001 NIP. 19610316 198601 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19621223 1987030 1 001

(8)

Alat penangkapan pancing rumpon banyak digunakan di Perairan

Pelabuhanratu. Pengoperasiannya menggunakan alat bantu penangkapan ikan,

yaitu rumpon laut dalam. Tulisan ini mengungkapkan kondisi teknis dan

ekonomis usaha perikanan pancing rumpon yang dilakukan di Perairan

Palabuhanratu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu

saran dan kritik sangat diharapkan untuk melengkapi karya ini. Terimakasih

kepada pembimbing Dr.Ir. Diniah, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing

sekaligus Pembimbing Akademik dan Ir. Moch.Prihatna Sobari, M.S. sebagai

anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya

selama penulis melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi. Semoga karya

ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, para akademisi dan semua pihak

yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2012

(9)

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1) Kedua orang tua, Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM. dan Ibu Wiwik

Wulandari yang setiap saat mendoakan dan memberikan yang terbaik.

Adikku Poetry Regya Mattasari, teman bertengkar dan pemberi semangat;

2) Dr.Ir. Diniah, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing sekaligus Pembimbing

Akademik dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. sebagai anggota Komisi

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya selama

penulis melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi.;

3) Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. sebagai Ketua Komisi Pendidikan dan

Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, MSc. sebagai dosen penguji pada sidang

ujian skripsi yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi;

4) Ibu Ir. Dedah Herlina M.Si Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Sukabumi beserta staf, dan Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM. Kepala

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu beserta staf yang telah

membantu di lapangan selama penelitian;

5) Responden yang telah membantu perolehan data selama penelitian;

6) Candra Arief Himawanto dan keluarga sebagai penyemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini;

7) Sahabat Icut, Insun, Alvin “Jablay”, Ani “Eman”, kak Haidir sebagai teman

yang telah mendampingi penelitian dan membantu pada saat penelitian dan

memberikan semangat;

8) Ana, Desi, Lina, Ina, Herul, Ema, Tabah, Kakek, Bayu, Toro, Okta, Fristy,

Rheka, Aming, Luna dan seluruh kawan seperjuangan PSP 45, adik-adik PSP

46, PSP 47 dan Citra sebagai teman TPB yang memberikan semangat;

9) Teman-teman satu Kost Rumah Hijau : Mbak Ayu, Jati, Kak Echa;

(10)

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 2

Pebuari 1990. Penulis merupakan putri pertama dari dua

bersaudara pasangan Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM

dan Ibu Wiwik Wulandari.

Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan

menengah di SMA Negeri 6 Bekasi. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2008 dan

terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa kegiatan,

diantaranya menjadi anggota Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan (Himafarin) untuk dua periode 2009-2011. Selain itu,

penulis juga menjadi anggota divisi Hubungan Masyarakat Himpunan Perikanan

Tangkap Indonesia (Himpatindo) pada tahun 2012.

Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusun skrispi dengan

judul “Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu,

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat”. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang skripsi

yang diselenggarakan oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor pada tanggal 4 Juli

(11)

xi

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan... 2

1.4 Manfaat... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA ...3

2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda ... 3

2.1.1 Definisi dan klasifikasi... 3

2.1.2 Alat penangkapan ikan ... 3

2.1.3 Kapal ... 5

2.1.4 Nelayan ... 5

2.1.5 Umpan ... 5

2.1.6 Metode pengoperasian pancing tonda ... 5

2.1.7 Hasil tangkapan pancing tonda ... 6

2.1.8 Daerah pengoperasian pancing tonda... 6

2.2 Unit Penangkapan Pancing Ulur ... 7

2.2.1 Definisi dan klasifikasi... 7

2.2.2 Alat penangkapan ikan ... 7

2.2.3 Kapal ... 8

2.2.4 Nelayan ... 8

2.2.5 Umpan ... 9

2.2.6 Metode pengoperasian pancing ulur ... 9

2.2.7 Hasil tangkapan pancing ulur... 9

2.2.8 Daerah pengoperasian pancing ulur ... 9

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar ... 9

2.3.1 Habitat ... 9

2.3.2 Jenis sasaran tangkap ... 10

2.4 Alat Bantu Penangkapan Rumpon Laut Dalam ... 14

2.4.1 Definisi dan klasifikasi... 14

2.4.2 Konstruksi dan pemasangannya ... 14

2.5 Aspek Teknik ... 16

(12)

xii

3 METODOLOGI ...19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.3 Metode Penelitian ... 19

3.4 Metode Pengambilan Responden ... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.5.1 Aspek teknik ... 20

3.5.2 Aspek finansial... 20

3.6 Metode Analisis Data ... 20

3.6.1 Analisis teknis ... 21

3.6.2 Analisis finansial ... 21

3.7 Analisis Sensitivitas ... 26

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...27

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 27

4.1.1 Letak geografis... 27

4.1.2 Penduduk... 27

4.1.3 Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi ... 28

4.2 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu... 31

4.2.1 Letak geografis... 31

4.2.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu ... 31

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...36

5.1 Analisis Teknik ... 36

5.1.1 Unit penangkapan pancing rumpon ... 36

5.1.2 Produktivitas ... 43

5.2 Analisis Finansial ... 45

5.2.1 Analisis usaha ... 45

5.2.2 Analisis kriteria investasi ... 48

5.3 Analisis Sensitivitas ... 48

5.4 Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Pancing ... 49

6 KESIMPULAN DAN SARAN ...51

6.1 Kesimpulan... 51

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ...53

(13)

xiii Halaman

1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun

2004-2008 ...28

2 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006-2010 di Kabupaten Sukabumi...28

3 Alat penangkapan ikan yang beroperasi di Kab. Sukabumi tahun 2009...29

4 Jumlah armada penangkapan ikan Kab. Sukabumi tahun 2006-2010 ...30

5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan tahun 2006-2010 ...30

6 Perkembangan jumlah nelayan PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...32

7 Perkembangan alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...32

8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...33

9 Perkembangan volume di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...34

10 Perkembangan nilai produksi di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...35

11 Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan pancing rumpon per tahun PPN Palabuhanratu tahun 2011...42

12 Produktivitas alat tangkap pancing rumpon (dalam kg) ...45

13 Biaya investasi usaha perikanan pancing rumpon ...45

14 Biaya tetap usaha perikanan pancing rumpon...46

15 Biaya variabel usaha perikanan pancing rumpon dalam satu tahun ...47

16 Penerimaan rata-rata usaha perikanan pancing rumpon...47

17 Hasil analisis usaha perikanan pancing rumpon ...48

18 Hasil analisis kriteria investasi usaha perikanan pancing rumpon ...48

(14)

xiv Halaman

1 Alat tangkap pancing tonda...4

2 Alat tangkap pancing ulur ...8

3 Madidihang -Yellowfin Tuna(Thunnus albacares)...10

4 Tuna Mata Besar - Bigeye Tuna (Thunnus obesus) ...12

5 Cakalang (Katsuwonus pelamis) ...13

6 Rumpon ...15

7 Rantai pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu ...35

8 Konstruksi pancing tonda...37

9 Konstruksi pancing layang-layang ...37

10 Konstruksi pancing jerigen ...38

11 Konstruksi pancing kotrek ...39

12 Kapal pancing rumpon di PPN Plabuhanratu...39

13 Proporsi hasil tangkapan unit penangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2011 ...43

(15)

xv Halaman

1 Peta Lokasi Penelitian dan Daerah Penangkapan Ikan ...57

2 Perhitungan Produktivitas ...58

3 Analisis usaha pancing rumpon tahun 2012...59

4 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

sendiri usaha lama ...60

5 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

sendiri usaha baru...61

6 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

pinjaman dari bank ...62

7 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

sendiri usaha lama ketika kenaikan harga solar 180% ...63

8 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

sendiri usaha baru ketika kenaikan harga solar 198% ...64

9 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

pinjaman dari bank ketika kenaikan harga solar 288%...65

(16)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Palabuhanratu merupakan basis utama perikanan tangkap di bagian selatan

Jawa Barat. Posisi Palabuhanratu yang berhadapan langsung dengan Samudera

Hindia, sangat strategis untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan. Dua

tahun terakhir ini 2009-2010, telah berkembang dengan pesat unit penangkapan

pancing rumpon. Pancing ini dioperasikan di Samudera Hindia di selatan Teluk

Palabuhanratu. Hal ini sangat terkait dengan hasil penelitian Mudjizat (2008)

bahwa perairan Teluk Palabuhanratu sudah mengalami kejenuhan operasional.

Pancing merupakan alat tangkap yang mempunyai selektivitas tinggi,

karena hasil tangkapannya disesuaikan dengan mata pancing yang digunakan dan

sesuai dengan target penangkapannya. Pancing yang digunakan di PPN

Palabuhanratu beragam, diantaranya adalah pancing laut dalam. Pancing laut

dalam ini di operasikan di perairan Samudera Hindia di selatan Jawa, posisi 7o-8o

LS dan 1050 -1070 BT. Pengoperasian pancing laut dalam ini menggunakan alat

bantu penangkapan rumpon sebagai pemikat ikan sasaran tangkap, sehingga

pancing ini biasa disebut sebagai pancing rumpon. Sasaran tangkap pancing

rumpon adalah ikan pelagis besar yang exportable, antara lain yellowfin tuna

(Thunnus albacares) dan cakalang (Katsuwonus pelamis).

Produksi tuna dari unit penangkapan pancing rumpon pada tahun 2011

berjumlah 3.502.497 kg atau 53,56% dari jumlah tuna yang didaratkan di PPN

Palabuhanratu. Pada tahun 2011 telah terjadi peningkatan produksi tuna sebesar

0,73 % dari tahun 2010. Jumlah unit penangkapan pancing rumpon meningkat

1,55 % pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya.

Pancing rumpon mulai dikembangkan di PPN Palabuhanratu pada tahun

2007, dengan tujuan mempermudah nelayan dalam melakukan kegiatan

penangkapan ikan dengan mengubah cara penangkapan ikan dari berburu menjadi

memanen ikan di suatu lokasi dan ini dapat memudahkan nelayan untuk

menangkap ikan. Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing rumpon tentunya

mempunyai alasan tersendiri. Menjadi pertanyaan bagi penulis, betulkah usaha

(17)

untuk melakukan usaha ini. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis

menganggap penting dilakukan penilaian terhadap unit penangkapan pancing

rumpon di Palabuhanratu agar lebih jelas besar investasi yang dibutuhkan dan

keuntungan yang akan diperoleh.

1.2 Perumusan masalah

Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing rumpon dan produksinya,

menjadi pertanyaan bagi penulis, apakah keadaan ini akan terus berkembang?,

apakah dapat memberikan manfaat bagi nelayan pancing rumpon?. Hal ini dapat

diketahui apabila dilakukan penilaian teknis dan ekonomis terhadap kegiatan unit

penangkapan pancing rumpon. Sehubungan dengan hal itulah maka terdapat

beberapa permasalahan yang perlu dicari jawabannya, antara lain :

1) Bagaimana keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon?

2) Berapakah investasi yang harus ditanam untuk melakukan usaha ini?

3) Berapakah keuntungan yang bisa diperoleh?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1) Menggambarkan keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon

2) Menghitung keuntungan yang akan diperoleh dari pengoperasian unit

penangkapan pancing rumpon di perairan Palabuhanratu dan kriteria

investasinya.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1) Bagi penulis, hasil penelitian ini akan menambah wawasan tentang

kegiatan unit penangkapan pancing rumpon, dapat mengevaluasi atau

melakukan penilaian terhadap unit penangkapan pancing rumpon; dan

2) Bagi pemerintah daerah maupun Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai

informasi tentang pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar

menggunakan unit penangkapan pancing rumpon dengan alat bantu

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda

Unit penangkapan pancing tonda merupakan kesatuan unsur dari kapal

penangkapan ikan, pancing tonda dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat

tangkap ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pancing atau lines. Berikut

merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing tonda.

2.1.1 Definisi dan klasifikasi

Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang dioperasikan secara

aktif dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda

merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis ikan

pelagis besar seperti tuna, cakalang dan tongkol yang biasa hidup di dekat

permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang

tinggi (Gunarso 1985).

Pancing tonda memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya pancing

irid atau klewer (Jawa), pancing kaladalam atau kabalancam (Sepulu-Madura),

pancing lohmoloh atau palanggungan atau lemading (Pegagan-Madura), pancing

pengenser (Bawean), Lor bebe (Penarukan-Jawa Timur), pancing pengambes

(Puger-Jawa Timur), pancing pemalesan (Bali), dan kakahu atau sela (Ambon,

Maluku Selatan) (Subani dan Barus 1989).

Pancing tonda dalam klasifikasi von Brandt (2005) digolongkan ke dalam

kelompok perikanan pancing (lines). Menurut klasifikasi dalam Statistik

Perikanan Indonesia yang dikeluarkan Departemen Kelautan dan Perikanan

masuk dalam kelompok pancing (hook and line).

2.1.2 Alat penangkapan ikan

Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang terdiri atas seutas tali

panjang, mata pancing dan umpan. Konstruksi pancing tonda terdiri atas galah,

tali pancing utama, kili-kili, tali pancing cabang dan mata pancing. Mata pancing

pada pancing tonda ada yang dilengkapi dengan umpan tiruan (hook with artificial

bait), umpan tiruan yang dilengkapi dengan mata pancing (rapala), atau ada juga

(19)

pada siang hari, pengoperasian pancing tonda dilakukan dengan cara ditarik di

belakang perahu atau kapal yang bergerak maju secara horizontal menelusuri

lapisan permukaan air hingga kedalaman tertentu di wilayah perairan dimana

menjumpai kawanan ikan (tongkol dan cakalang) atau di depan gerombolan ikan

sasaran dengan kecepatan kapal antara 2-6 knot (Faridet al1989).

Menurut Ayodhyoa 1981, pancing tonda dikelompokkan ke dalam alat

tangkap pancing dengan beberapa kelebihan, yaitu :

1. Metode pengoperasian relatif sederhana;

2. Modal yang diperlukan lebih sedikit;

3. Bisa memakai umpan buatan;

4. Dapat bebas memilihfishing ground;

5. Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat

terjamin.

Beberapa kekurangannya adalah

1. Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lainnya; dan

2. Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat dan

waktu.

Parameter utama yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam operasi

penangkapan ikan menggunakan pancing tonda adalah ukuran mata pancing.

Gambar alat tangkap pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : www.kp3k.kkp.go.id

(20)

2.1.3 Kapal

Pada umumnya panjang kapal yang mengoperasikan pancing tonda

berkisar antara 5-20 m. Kapal memiliki ruang kemudi di bagian depan atau haluan

dan dek tempat bekerja berada di bagian belakang atau di buritan (Sainsbury

1971). Perahu yang digunakan oleh nelayan pancing tonda di Palabuhanratu

adalah perahu motor tempel dari jenis congkreng dan bercadik memiliki panjang 6

m dan terbuat dari bahan kayu (Nugroho 2002).

Kapal yang mengoperasikan alat tangkap pancing tonda biasanya memiliki

outriggersebagai tempat tali pancing diikatkan. Biasanya terdapat satu atau lebih

outriggerterpasang pada bagian belakang kapal atau buritan (Sari 2011).

2.1.4 Nelayan

Pancing tonda umumnya dioperasikan oleh 4-6 orang nelayan, terdiri atas

satu orangfishing master, satu orang juru mesin dan 2-4 orang ABK.

Masing-masing ABK mengoperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi

penangkapan ikan berlangsung. Pekerjaan juru mudi merangkap sebagai fishing

master.

2.1.5 Umpan

Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan buatan. Umpan

buatan yang biasa digunakan adalah bulu ayam (chicken feader), bulu domba

(sheep wools), kain perca yang berwarna-warni, maupun bahan sintetis berbentuk

miniatur yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan buatan antara lain berupa

miniatur cumi-cumi dan ikan (Subani dan Barus 1989).

2.1.6 Metode pengoperasian pancing tonda

Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik secara horizontal oleh

perahu atau kapal yang bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Pancing

diberi umpan segar atau umpan buatan. Umpan buatan dapat bergerak seperti ikan

asli, karena adanya pengaruh tarikan dari kapal. Oleh karena itu, ikan pemangsa

biasanya langsung menyambarnya. Kecepatan kapal dalam menarik pancing tonda

(21)

cepat, seperti tuna dan cakalang, biasanya ditarik dengan kecepatan kapal antara

6-8 knot (Sainsbury 1971).

Operasi penangkapan ikan menggunakan pancing tonda biasa dilakukan

pada siang hari. Pada saat operasional, satu kapal pancing tonda tidak hanya

terdiri atas satu pancing, namun sekaligus beberapa pancing. Penondaan dilakukan

dengan mengulurkan tali sekitar dua per tiga dari seluruh panjang tali pancing

yang disediakan. Penangkapan ikan dapat dilakukan dengan cara menduga-duga

dengan berlayar ke sana dan ke sini atau manoevre, bisa juga terlebih dahulu

mencari kawanan ikan atau dapat juga dilakukan di sekitar rumpon (Subani dan

Barus 1989).

2.1.7 Hasil tangkapan pancing tonda

Secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis

besar yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang yang sering

bergerombol. Ikan pelagis yang memiliki kualitas tinggi seperti yellowfin tuna,

skipjack, sword fish,dan ikan pelagis besar lainnya (Monintja dan Martasuganda

1994). Tuna besar berdasarkan FAO (1983) digolongkan menjadi tujuh spesies

yaitu yellowfin tuna (Thunnus albacares), bigeye tuna (Thunnus obesus),

southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), northern bluefin tuna (Thunnus

thynnus), albacore (Thunnus alalunga), longtail tuna (Thunnus tonggol) dan

blackfin tuna.

2.1.8 Daerah pengoperasian pancing tonda

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan daerah operasi

penangkapan ikan berlangsung yang diduga sebagai tempat ikan bergerombol.

Ikan merupakan organisme yang bersifat mobile, artinya ikan sering

berpindah-pindah tempat yang menyebabkan sulitnya menentukan arah dan letak dari

perpindahan daerah penangkapan ikan (Hetharuca 1983). Jenis ikan yang menjadi

target utama penangkapan dengan pancing tonda adalah jenis ikan pelagis yang

bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang. Oleh karena itu, kedalaman

mata pancing tonda disesuaikan dengan swimming layer dari ikan yang menjadi

(22)

Penangkapan ikan di Perairan Palabuhanratu umumnya dilakukan

sepanjang tahun dan dikenal dengan dua musim penangkapan yaitu Musim Timur

dan Musim Barat. Musim Timur adalah musim dengan jumlah ikan sangat banyak

atau berlimpah yaitu pada Bulan Juni-Oktober. Periode ini ditandai dengan angin

yang lemah, keadaan laut yang tenang dan curah hujan sedikit. Musim Barat

ditandai dengan sedikitnya hasil tangkapan yang didaratkan akibat keadaan

perairan yang cukup membahayakan untuk operasi penangkapan ikan. Musim

Barat berlangsung pada Bulan November-April atau Mei (Pariwono et al. 1998).

Menurut Tampubolon (1980), berdasarkan jumlah hasil tangkapan, di

Palabuhanratu dapat digolongkan menjadi tiga musim penangkapan ikan, yaitu :

1. Musim banyak ikan (Juni – September);

2. Musim sedang ikan (Maret – Mei dan Oktober – November); dan

3. Musim kurang ikan (Desember – Februari).

2.2 Unit Penangkapan Pancing Ulur

Unit penangkapan pancing ulur merupakan kesatuan unsur dari kapal

penangkapan ikan, pencing ulur dan nelayan yang mengoperasikannya. Pancing

ulur ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pancing atau lines. Berikut

merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing ulur.

2.2.1 Definisi dan klasifikasi

Pancing ulur adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan yang sudah

lama dikenal nelayan dan dioperasikan secara sederhana. Menurut FAO-ISSCFG

dan Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia (1989) pancing ulur termasuk

dalam klasifikasi pancing (BBPPI 2007).

2.2.2 Alat penangkapan ikan

Pancing ulur pada prinsipnya terdiri atas dua komponen utama, yaitu tali

(line) dan mata pancing (hook). Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun,

nilonatau polyethylene. Mata pancing dibuat dari kuningan atau bahan lain yang

tahan karat. Pada umumnya ujung mata pancing berkait balik, namun ada juga

mata pancing yang tidak berkait balik. Jumlah mata pancing bisa tunggal atau

(23)

pancing bervariasi disesuaikan

panjang 74 cm, lebar 32

2.2.4 Nelayan

Nelayan yang

sampai tiga orang terdiri

saat pengoperasian dilakukan

pancing ulur, juru mudi

disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan tertangkap

Banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh

banyak nelayan menggunakannya dan banyak dit

perkampungan nelayan (Puspito 2009). Gambar alat tangkap

Gambar 2.

Sumber : http://jurnal.pdii.lipi.go.id

Gambar 2 Alat tangkap pancing ulur

digunakan pada pengoperasian pancing ulur terbuat

berukuran LxBxD = 10,70 m x 2,87 m x 1,00 m. Tenaga

adalah sebuah mesin yang ditempatkan di dalam

engkapi dengan jangkar, petromak dancool box

dari styrofoam dengan kapasitas 25 kg dan mempunyai

lebar 32 cm dan tinggi 35 cm (Handriana 2007).

yang mengoperasikan pancing ulur bia sanya

terdiri atas nelayan pekerja dan pemilik. Pembagian

dilakukan berdasarkan pengalaman. Pada saat

mudi berperan sebagai pemancing (Rochmawati

(24)

2.2.5 Umpan

Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan buatan. Umpan

buatan yang biasa digunakan adalah bulu ayam (chicken feader), maupun bahan

sintetis berbentuk miniatur hewan yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan

buatan antara lain berupa miniatur cumi-cumi dan ikan. Umpan yang telah

dimakan ikan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing

ditarik ke perahu (Subani dan Barus 1989).

2.2.6 Metode pengoperasian pancing ulur

Posisi para pemancing pada saat pengoperasian pancing ulur adalah berada

di bagian haluan, tengah dan buritan. Umpan yang digunakan akan diganti setiap

trip. Pada saat pengoperasian, tali pancing diulur ke dalam perairan hingga

pemberatnya menyentuh dasar perairan. Jumlah pengangkatan dan penurunan

setiap unit pancing tidak sama, karena bergantung pada ikan yang tertangkap

(Handriana 2007).

2.2.7 Hasil tangkapan pancing ulur

Hasil tangkapan pancing ulur yang dominan adalah ikan layur (Trichiurus

spp.). Ikan layur umumnya hidup di perairan dalam dengan dasar lumpur,

meskipun tergolong ikan demersal, umumya ikan layur muncul ke permukaan

pada waktu senja (Astuti 2008).

2.2.8 Daerah pengoperasian pancing ulur

Pengoperasian alat pancing ini di daerah karang-karang, di perairan

dangkal, perairan dalam, di rumpon-rumpon maupun rumpon dengan kedalaman

2-3 meter. Penggunaan pancing ulur banyak digunakan di daerah perairan

Tanjung Pasir, Banten (Subani dan Barus, 1989).

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar

2.3.1 Habitat

Habitat ikan pelagis besar berada di kolom dan lapisan permukaan

perairan. Berdasarkan habitatnya, ikan pelagis dibagi menjadi pelagis kecil dan

pelagis besar. Ikan pelagis besar terdiri atas berbagai jenis ikan seperti : Tenggiri

(25)

2.3.2 Jenis sasaran tangkap

1) Tuna Sirip Kuning - Madidihang

Madidihang (Thunnus albacares) (Gambar 3) termasuk dalam ordo

Perciformes, famili Scombridae dan genus Thunnus. Ciri-cirinya yaitu bentuk

badan yang memanjang, bulat seperti cerutu. Tapisan 26-34 pada busur insang

pertama. Memiliki dua cuping atau lidah di antara kedua sirip perutnya. Jari-jari

keras sirip punggung pertama 13-14, dan 14 jari-jari lemah pada sirip punggung

kedua, diikuti 8-10 jari sirip tambahan. Kemudian sirip dubur berjari-jari lemah

14-15, lalu 7-10 jari-jari sirip tambahan. Satu lunas kuat pada batang sirip ekor

diapit dua lunas kecil pada ujungnya. Untuk jenis-jenis dewasa, sirip punggung

kedua dan dubur tumbuh sangat panjang, sirip dada cukup panjang. Badan

bersisik kecil-kecil, korselet (jalur sisik khusus yang mengelilingi badan di daerah

sekitar sirip dada) bersisik agak besar tetapi tidak nyata. Madidihang termasuk

ikan buas, predator, karnivor, dapat mencapai 195 cm, umumnya 50-150 cm,

hidup bergerombol kecil (Ditjen Perikanan 1990).

Sumber: Saanin 1984

Gambar 3 Madidihang -Yellowfin Tuna(Thunnus albacares)

Warna tubuh madidihang bagian atas berpadu antara hitam dan

keabu-abuan, kuning perak pada bagian bawah, sirip punggung dan sirip perut. Sirip

tambahan berwarna kuning cerah berpinggiran gelap. Pada perut terdapat kurang

(26)

Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna menurut Saanin (1984) :

2) Tuna Mata Besar (Bigeye Tuna)

Bigeye Tuna (Thunnus obesus) (Gambar 4) termasuk ordo Perciformes,

famili Scombridae dan genus Thunnus dan juga termasuk jenis tuna besar, sirip

dada cukup panjang pada individu yang besar dan menjadi sangat panjang pada

individu yang sangat kecil. Warna bagian bawah dan perut putih, garis sisi pada

ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan, sirip

punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur

berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan (finlet) berwarna kuning terang,

dan hitam pada ujungnya. Menurut Fukofuka dan Itano 2006 vide Faizah 2010

ikan tuna mata besar mempunyai ciri-ciri luar seperti sirip ekor mempunyai

lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor, pada ikan dewasa matanya

relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain, profil badan seluruh bagian

dorsal dan ventral melengkung secara merata, sirip dada pada ikan dewasa 1/4

-1/3 kali fork lenght (FL), ikan tuna mata besar dengan ukuran lebih dari 75 cm

dengan berat 10 kg mempunyai sirip dada yang lebih panjang dari pada ikan tuna

(27)

Sumber: Saanin 1984

Gambar 4 Tuna Mata Besar -Bigeye Tuna(Thunnus obesus)

Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna mata besar menurut Collette dan

Nauen 1983videFaizah 2010 :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Osteichthyes

Subclass : Actinopterygii

Order : Perciformes

Suborder : Scombroidei

Family : Scombridae

Subfamily : Scombrinae

Genus :Thunnus

Species :Thunnus obesus

3) Cakalang

Cakalang (Katsuwonus pelamis) (Gambar 5) termasuk ke dalam ordo

Perciformes, famili Scombridae dan genus Katsuwonus. Ciri-ciri ikan cakalang

adalah badan memanjang seperti cerutu atau torpedo (fusiform) dan bentuk tubuh

padat agak membulat, memiliki tapis insang (gill raker) 53-62 buah. Cakalang

mempunyai dua sirip dorsal yang terpisah, sirip yang pertama mempunyai 14-16

jari-jari keras, sedangkan sirip kedua mempunyai 7-8 jari-jari lunak. Sirip dada

pendek dan pada sirip perut terdapat 7-8finlet dan terdapat rigi-rigi kedua lebih

kecil pada masing-masing sisi perut dan sirip ekor. Pada sirip punggung terdapat

(28)

tergolong ikan pelagis dan perenang cepat yang mencapai lebih dari 25 mil per

jam.

Sumber: Saanin 1984

Gambar 5 Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Penyebaran cakalang dapat meliputi skala ruang yang luas. Penyebarannya

di Indonesia meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh,

pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Keberadaannya

sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat suatu perairan seperti : suhu, makanan,

massa air, salinitas dan arus. Kisaran suhu optimum untuk ikan cakalang sekitar

14,7oC-30oC. Cakalang merupakan perenang cepat dan melawan arus, mencari

makan berdasarkan penglihatan dan sifatnya rakus terhadap makanan. Dalam

gerakannya, cakalang mengandalkan loncatan lamban dan membentuk

lengkungan (Tampubolon 1980).

Klasifikasi cakalang menurut Saanin (1984) :

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Subclass : Actinopterygii

Order : Perciformes

Suborder : Scombroidea

Family : Scombridae

Subfamily : Scombrinae

Genus :Katsuwonus

(29)

2.4 Alat Bantu Penangkapan Rumpon Laut Dalam

2.4.1 Definisi dan klasifikasi

Keberhasilan usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah

bagaimana mendapatkan daerah penangkapan ikan (fishing ground), gerombolan

ikan dan potensinya untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan ikan.

Beberapa cara untuk mendapatkan atau mengumpulkan kawanan ikan sebelum

operasi penangkapan ikan dilakukan ialah menggunakan alat bantu penangkapan

ikan. Alat bantu penangkapan ikan sering disebut Fish Agregating Device.

Bentuk alat bantu penangkapan ikan ini antara lain “Rumpon” dan sinar lampu

(Light fisheries). Alat bantu penangkapan ikan berfungsi membantu untuk

mengumpulkan ikan pada satu titik atau tempat yang kemudian di tempat itu

dilakukan operasi penangkapan ikan (Handriana 2007).

Pada prinsipnya, alat bantu rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan

agar mudah tertangkap. Ada beberapa dugaan penyebab ikan berkumpul di sekitar

rumpon, diantaranya adalah karena rumpon dijadikan sebagai tempat berlindung

dan mencari makan (Subani dan Barus 1989). Rumpon adalah suatu bangunan

yang menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam di suatu tempat di

tengah laut.

2.4.2 Konstruksi dan pemasangannya

Pada umumnya rumpon (Gambar 6) terdiri atas empat bagian penting,

yaitu pelampung atau float, pemikat atau atraktor berupa daun kelapa atau daun

lontar dan pemberat atau sinker/anchor(Handriana 2007). Pelampung (float)

berfungsi sebagai penanda keberadaan rumpon, pada pelampung biasanya

dipasang bendera tanda. Tali panjang (rope) berfungsi menghubungkan

pelampung dan pemberat, sedangkan pemberat berfungsi sebagai jangkar dengan

tujuan agar rumpon menetap pada satu tempat atau tidak berpindah-pindah.

Atraktor merupakan bagian yang paling penting karena berfungsi sebagai alat

(30)

Sumber : www.google.com

Gambar 6 Rumpon

Menurut kedalamannya, rumpon dibagi dua, yaitu rumpon laut dalam

dengan kedalamannya lebih dari 600 m dan rumpon laut dangkal dengan

kedalamannya kurang dari 100 m. Rumpon dikenal dengan nama daerah yang

berbeda-beda, tendak (Jawa), onjen (Madura), robo (Sumatera Barat), unjang dan

ulasan (Sumatera Timur, Sumatera Utara) (Handriana 2007).

Rumpon yang dipergunakan sebelumnya sudah berada pada daerah

penangkapan ikan yang ditentukan. Metode pengoperasian rumpon sendiri

terbilang mudah karena hanya diapungkan saja dalam jangka waktu lama.

Menurut Rosana dan Prasita (2008), sebelum melabuhkan rumpon, terlebih

dahulu dilakukan survei perairan untuk memperoleh masukan dan bahan

pertimbangan dalam menentukan lokasi yang sesuai untuk menerjunkan rumpon.

Survei perairan di sepanjang landas kontinen Samudera Hindia

menggunakan sejumlah peralatan, antara lain: penentuan posisi kapal dan

kedudukan rumpon menggunakan GPS dan arah haluan, baringan kapal terhadap

benda-benda daratan dilakukan dengan kompas tangan. Penempatan rumpon

sebaiknya pada perairan landas kontinen berkisar 1 mil hingga 5 mil dari garis

pantai, karena kedalaman perairan pada jarak lebih dari 5 mil di luar garis pantai

cenderung berubah tajam memasuki lereng kontinen. Penempatan rumpon pada

lereng kontinen sangat riskan bagi rumpon karena beberapa hal, antara lain:

jangkar rumpon dapat tergelincir (sliding) ke dasar perairan yang lebih dalam, tali

(31)

pada lereng kontinen lebih besar dibandingkan pada landasan kontinen (Rosana

dan Prasita 2008).

Menurut Rosana dan Prasita (2008) pelaksanaan pemasangan atau

penerjunan rumpon sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, sebab pada

saat itu kondisi laut umumnya dalam keadaan tenang. Adapun urutan pelaksanaan

penerjunan rumpon dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pangkal tali atraktor dikaitkan dengan pelampung;

1. Ujung tali atraktor dikaitkan dengan pangkal tali pemberat rangkap dua;

2. Bila kapal sudah mendekati posisi lokasi penerjunan, kapal mengambil posisi

melawan arus;

3. Pelampung yang diterjunkan, disusul tali atraktor yang diulur dan dilanjutkan

dengan rakitan atraktor diterjunkan secara satu persatu agar tidak saling terkait

dan melilit;

4. Rangkaian pemberat diterjunkan secara serentak.

2.5 Aspek Teknik

Aspek teknik meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan

jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek (Kadariah et al. 1999).

Menurut Umar (2003), analisis teknis digunakan dalam penentuan strategi

produksi dan perencanaan produk. Tujuan studi aspek ini adalah untuk meyakini

apakah secara teknik suatu usaha dapat dilaksanakan secara layak atau tidak

layak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional. Analisis teknis untuk

melihat hubungan faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi. Aspek

teknik diperlukan untuk mengetahui produktivitas dari unit penangkapan. Oleh

sebab itu, penilaian aspek teknik meliputi produktivitas per alat tangkap, per trip,

per nelayan, per biaya operasional dan per biaya investasi (Sparre dan Venema

1999).

2.6 Aspek Finansial

Aspek finansial digunakan sebagai salah satu parameter untuk penelitian

tentang unit penangkapan ikan. Analisis finansial penting dalam

memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang turut serta dalam menyukseskan

(32)

dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam

proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek (Kadariahet al. 1999).

Gray et al. (2005) mengatakan bahwa analisis finansial dapat dilakukan

melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha yang

dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan

biaya (Revenue- Cost Ratio), serta Payback-Period (PP). Menurut Rangkuti

(2001), Return on Investment (ROI) dilakukan untuk mengetahui besarnya

keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang

ditanamkan.

Analisis kriteria investasi meliputiNet Present Value (NPV), Net Benefit

Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Gross Benefit-Cost Ratio

(Gross B/C) dan Profitability Ratio (PV’/K). Setiap kriteria investasi

menggunakan perhitungan nilai sekarang (present value) atas arus benefit dan

biaya selama umur proyek (Grayet al.2005).

Dari kelima kriteria tersebut, tiga kriteria pertama yaituNPV, IRR dan Net

B/C lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan Gross

B/C dan Profitability Ratio didasarkan atas salah pengertian tentang sifat dasar

biaya, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan dalam penyusunan urutan peluang

investasi. Dengan kata lain, kedua kriteria ini tidak dianjurkan untuk

dipergunakan di Indonesia (Grayet al.2005).

2.6.1 Analisis usaha

Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama

usaha itu telah berjalan. Dalam perikanan, analisis usaha penting untuk

mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah

dijalankan selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha bertujuan

untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau

tidak, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio) untuk

mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode

tertentu cukup menguntungkan (Sugiarto et al. 2002), analisis waktu balik modal

(Payback Period) agar dapat mengetahui periode yang diperlukan untuk menutup

(33)

aliran kas, Return on investment (ROI) untuk membandingkan kinerja antar

periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi.

2.6.2 Analisis kriteria investasi

Analisis kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan

yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Analisis dilakukan dengan

menghitung komponen-komponen Net Present Value (NPV) untuk mengetahui

apakah usaha layak dilanjutkan atau tidak,Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) untuk

mengetahui besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur

ekonomis proyek., Internal Rate of Return (IRR) untuk mengetahui tingkat

keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan (Gray et al.

(34)

3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan

selama 1 bulan, yaitu pada Bulan Maret 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya kuisioner, alat

dokumentasi berupa kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pancing.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang

terinci tentang suatu objek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik

atau khusus dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk

memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter

dari suatu keadaaan yang ada pada waktu penelitian (Nazir 2005).

3.4 Metode Pengambilan Responden

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu

mengambil sample secara tidak acak atau peneliti menganggap sample yang

diambil memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Sampel yang

diambil berjumlah 4 orang nelayan yang memiliki kriteria diantaranya:

1. Nelayan pancing rumpon yang menjalankan usahanya lebih dari satu tahun;

2. Nelayan merupakan pemilik sekaligus orang yang hanya memiliki penghasilan

dari usaha perikanan tangkap;

3. 3 unit penangkapan merupakan usaha yang telah lama dijalankan;

4. 1 unit penangkapan merupakan usaha baru.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

(35)

mengenai keseluruhan kegiatan unit penangkapan pancing rumpon. Data

sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi PPN Palabuhanratu dan

Syahbandar PPN Palabuhanratu.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain :

3.5.1 Aspek teknik

Aspek teknik berhubungan dengan metode pengoperasian pancing rumpon

meliputi :

1. Konstruksi dan metode pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon;

2. Komposisi hasil tangkapan;

3. Lokasi dan musim pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon;

4. Jumlah trip per tahun.

5. Banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh unit penangkapan pancing rumpon

per total trip

3.5.2 Aspek finansial

Aspek finansial yang akan diamati dalam penelitian ini diantaranya:

1. Biaya operasional selama kegiatan berlangsung;

2. Biaya perbekalan;

3. Harga jual hasil tangkapan per kilogram;

4. Pendapatan nelayan per tahun.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Jumlah unit penangkapan pancing rumpon yang dioperasikan di perairan

Palabuhanratu, Sukabumi pada tahun 2007-2011;

2. Peta lokasi pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon yang

dioperasikan di perairan Palabuhanratu, Sukabumi;

3. Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis, astronomis,

kependudukan dan keadaan perikanan secara umum di perairan Palabuhanratu,

Sukabumi.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk

yang mudah diinterpretasikan. Data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian

(36)

3.6.1 Analisis teknis

Analisis teknis digunakan untuk mengetahui apakah secara teknik alat

tangkap pancing rumpon efektif atau tidak bila dioperasikan berdasarkan

konstruksi, daerah penangkapan ikan, metode penangkapan ikan dan musim

penangkapan ikan. Oleh sebab itu, penilaian aspek teknis meliputi hasil tangkapan

per tahun (ton), upaya penangkapan per tahun (unit) dan produksi per alat

tangkap.

Produktivitas adalah suatu alat untuk melihat efisiensi teknik dan suatu

proses produksi yang merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan

keseluruhan input sumberdaya yang dipergunakan. Produktivitas dihitung

menggunakan data sekunder untuk mengetahui produktivitas per alat tangkap,

produktivitas per trip, produktivitas per nelayan, produktivitas per biaya

operasional dan produktivitas per biaya investasi, (Hanafiah 1986) yaitu:

3.6.2 Analisis finansial

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kemungkinan

pengembangan usaha perikanan pancing rumpon. Analisis finansial dilakukan

melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi (Riyanti 2010).

1) Analisis usaha

Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama

(37)

mengetahui tingkat keuntungan

tingkat keuntungan atau keberhasilan dari ussaha perikanan

selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan

penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio),

Payback Period) danReturn on investment (ROI).

dapatan usaha

Pendapatan Usaha merupakan jumlah nominal

total pemasukan yang diterima dengan total pengeluaran

Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan

saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini juga dapat

besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu

(Sugiarto et al2002). Rumus yang digunakan adalah

Keuntungan penerimaan

penerimaan > total biaya maka usaha dikatakan untung

penerimaan = total biaya maka usaha dikatakan tidak

penerimaan < total biaya maka usaha dikatakan rugi

imbangan penerimaan dan b iaya (Revenue-Cost

Revenue-Cost Ratio digunakan untuk mengetahui

diperoleh dari kegiatan usaha selama periode

(Sugiarto et al2002). Rumus yang digunakan adalah

(38)

Kriteria :

 Jika R/C > 1, maka kegiatan usaha tersebut untung sehingga usaha

tersebut layak untuk dilanjutkan;

 Jika R/C < 1, maka kegiatan usaha tersebut rugi sehingga usaha tersebut

tidak layak untuk dilanjutkan;

 Jika R/C = 1, maka kegiatan usaha tersebut tidak untung maupun rugi

atau usaha tersebut berada dalam titik impas.

(3) Analisis waktu balik modal (Payback Period)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan

aliran kas atau dengan kata lainpayback periodjuga dapat diartikan sebagai ratio

antarainitial cash investment dengancash inflownya, hasilnya merupakan satuan

waktu. Selanjutnya rasio nilai ini dibandingkan denganMaximum payback period

yang dapat diterima. Rumus yang digunakan (Umar 2003) adalah

Keterangan:

PP = Payback Period

I = Investasi yang dikeluarkan

π = Keuntungan

Kriteria :

Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum payback periode

maka usaha tersebut dikatakan layak untuk dilanjutkan.

(4) Return on investment (ROI)

Analisis keuangan sangat bermanfaat untuk membandingkan kinerja antar

periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi. Metode yang umum

digunakan dalam evaluasi kinerja adalah membandingkan seluruh sumberdaya

yang digunakan dengan laba yang diperoleh. Model pengukuran yang dipakai

adalah analisis tingkat pengembalian investasi (Return on investment-ROI). ROI

(39)

Perhitungan terhadap ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya

keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan

(Rangkuti 2001). Rumus yang digunakan adalah

Keterangan:

ROI =Return on Investment(tingkat pengembalian)

π = Keuntungan

I = Investasi

2) Analisis kriteria investasi

Analisis kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan

yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Suatu kegiatan bisa atau tidak

untuk dijalankan dan mengevaluasi kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan analisis kriteria investasi. Perhitungan analisis ini menggunakan

beberapa asumsi dasar untuk membatasi permasalahan yang ada. Asumsi dasar

yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1) Analisis yang dilakukan untuk usaha lama akan dimulai dengan umur kegiatan

10 tahun, karena umur teknis kapal sekitar 10 tahun;

(2) Untuk skenario pertama, yaitu menggunakan modal sendiri usaha lama,

analisis ini dimulai dari tahun ke-1, karena dibuat untuk mengevaluasi usaha

pancing rumpon yang telah berjalan.

(3) Untuk skenario kedua, yaitu menggunakan modal sendiri usaha baru, analisis

ini dimulai dari tahun ke-0, karena dibuat untuk melihat kelayakan usaha

pancing rumpon.

(4) Sumber modal yang digunakan adalah modal sendiri dan modal pinjaman dari

bank sebesar 60% dari modal investasi;

(5) Nilai dan harga pada saat perhitungan adalah konstan;

(6) Discount factor yang digunakan berdasarkan pada tingkat suku bunga kredit

investasi pada Bank BRI sebesar 15%.

Analisis dilakukan dengan menghitung komponen-komponen Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR)

(40)

(1) Net Present Value(NPV)

Keterangan : BtCt

NPV : Net Present Value

Bt :benefitsosial kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t

Ct : biaya kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t

i : Tingkat suku bunga

n : Umur ekonomis proyek

Ketentuan dari NPV adalah

NPV≥0, artinya usaha penangkapan dapat dilanjutkan

NPV≤0, artinya usaha penangkapan tidak dapat dilanjutkan

NPV = 0, artinya usaha penangkapan ikan tidak untung maupun rugi

(2) Net Benefit Cost Ratio(Net B/C)

Analisis Net Benefit Cost Ratio bertujuan untuk mengetahui besarnya

penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek.

Net B/C merupakan perbandingan sedemkian rupa, sehingga pembilangnya terdiri

atas present value total dari benefitbersih dalam tahun-tahun saatbenefit bersih

itu bernilai positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari

biaya bersih dalam tahun-tahun saat Bt - Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor

lebih besar daripada benefit kotor, yang dinyatakan dengan rumus (Gray et al

2005):

Ketentuan:

Net B/C≥1, maka usaha tersebut mendapatkan keuntungan

Net B/C≤1, maka usaha tersebut mengalami kerugian

Net B/C = 1, maka usaha tersebut impas

(3) Internal Rate of Return(IRR)

Analisis Internal Rate of Return digunakan untuk mengetahui tingkat

(41)

of Returnmerupakan

IRR≥i, usaha tersebut

IRR = i, usaha tersebut

IRR≤i, usaha tersebut

menimbulkan

merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari

dinyatakan dengan rumus (Grayet al.2005):

Rate of Return

bunga yang menghasilkan NPV positif bunga yang menghasilkan NPV negatif

suku bunga i'

suku bunga i″

tersebut layak untuk dilanjutkan dan mendapatkan tersebut layak untu k dilanjutkan tanpa mendapatkan tersebut tidak layak untuk dilanjutkan karena hanya menimbulkan kerugian.

Sensitivitas

sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjad

pancing rumpon jika ada suatu perubahan dalam

Perubahan yang kemungkinan dapat mempengaruhi

pancing rumpon diantaranya kenaikan harga solar.

sangat bergantung kepada bahan bakar, karena

penangkapan membutuhkan bahan bakar untuk menggera

sedikit. Metode yang digunakan adalahswitching

value adalah nilai pengganti, dalam analisis ini

maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa

memberikan keuntungan normal. Perubahan -perubahan

pada harga output maupun harga input. Teknik

coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,

tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang

dapat memperoleh keuntungan normal (Oktawidya

(42)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Letak geografis

Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara

geografis terletak di antara 60.57`- 70.25` LS dan 1060.49`- 1070 BT. Kabupaten

Sukabumi mempunyai luas daerah 4.128 km2atau 14,39% dari luas Jawa Barat

atau 3,01% dari luas Pulau Jawa. Batas-batas wilayah Kabupaten Sukabumi (BPS

Kabupaten Sukabumi, 2009) sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor ,

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudra Indonesia,

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.

Kabupaten Sukabumi dibagi menjadi 47 kecamatan. Kegiatan perikanan

tangkap banyak dilakukan di 7 kecamatan yang menghadap ke Samudera Hindia

yaitu Cikemas, Ciracap, Surade, Cibitung, Palabuhanratu, Simpenan dan Cisolok.

Namun, semua kegiatan perikanan terpusat di Kecamatan Palabuhanratu. Hal ini

karena adanya PPN Palabuhanratu.

4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2004 hingga tahun 2008

terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk mencapai

2.437.395 jiwa, terdiri atas 1.221.177 laki-laki dan 1.216.218 perempuan.

Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 590,45 orang per km2.

Selain data BPS, data kependudukan juga dilengkapi dengan data hasil registrasi

penduduk sebagai pembanding. Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis

kelamin di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel

(43)

Tabel 1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun 2004-2008

Tahun Jumlah penduduk Rasio jenis

kelamin

Kepadatan penduduk

per km2

Laki-laki Perempuan Jumlah

2004 1.135.889 1.120.755 2.256.644 101,35 546,67

2005 1.156.871 1.143.773 2.300.644 101,15 557,33

2006 1.178.005 1.167.454 2.345.459 100,90 568,18

2007 1.199.698 1.192.038 2.391.736 100,64 579,39

2008 1.221. 177 1.216.218 2.437.395 100,41 590,45

Sumber : BPS Kab. Sukabumi, 2009

4.1.3 Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi

1) Nelayan

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi yang bekerja sebagai nelayan

pada tahun 2010 sebanyak 12.440 orang, terbagi atas 10.810 orang nelayan buruh

dan 1.630 orang nelayan pemilik. Sejak tahun 2006 hingga 2010, jumlah nelayan

di Kabupaten Sukabumi berfluktuatif, namun tidak terlalu jauh berubah dan

cenderung menurun. Perkembangan jumlah nelayan secara rinci tahun 2006-2010

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006-2010 di Kabupaten

Sukabumi

Tahun Nelayan (orang) Jumlah (orang)

Nelayan Buruh Nelayan Pemilik

Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2010

2) Alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan yang beroperasi di wilayah perairan Kabupaten

Sukabumi pada tahun 2009 berjumlah 1951 unit, terdiri atas lima kelompok alat

penangkapan ikan, mencakup lebih dari 12 jenis alat penangkapan ikan. Alat

(44)

sebanyak 905 unit atau 46,4% dengan sasaran utama adalah ikan kembung

(Restraliger sp). Selanjutnya diikuti oleh rawai tuna sebanyak 350 unit atau

17,9% dengan sasaran utama ikan pelagis besar, terutama jenis tuna. Jenis alat

penangkapan ikan yang paling sedikit jumlahnya adalah jaring insang lingkar,

yaitu berjumlah 9 unit atau 0,5% dari jumlah total alat penangkapan ikan di

perairan Kabupaten Sukabumi. Sasaran utama alat tangkap jaring insang lingkar

adalah ikan tembang (Sardinella fimbriata). Perincian alat penangkapan ikan

yang beroperasi di perairan Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Alat penangkapan ikan yang beroperasi di Kab. Sukabumi tahun 2009

No Kelompok Alat Tangkap Jenis Alat Tangkap Jumlah

unit

Persentase (%)

1 Pukat Kantong Payang 150 7,7

Dogol 24 1,2

2 Jaring Insang Jaring Insang Hanyut 905 46,4

Jaring Insang

Lingkar 9 0,5

Jaring Insang Tetap 106 5,4

3 Jaring Angkat Bagan Perahu/Rakit 154 7,9

Bagan Tancap 54 2,8

4 Pancing Rawai Tuna 350 17,9

Pancing Tonda 100 5,1

Sumber: DKP Kab. Sukabumi 2009

3) Armada penangkapan ikan

Armada penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Kabupaten

Sukabumi pada tahun 2010 berjumlah 1543 unit, meningkat 1,18% dari tahun

sebelumnya. Perkembangan jumlahnya dari tahun 2006 hingga 2010 berfluktuasi

dan cenderung meningkat. Armada penangkapan ikan ini dibedakan menjadi

perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Sejalan dengan

modernisasi armada penangkapan ikan, sejak tahun 2006 jumlah armada perahu

tanpa motor mengalami penurunan, sedangkan perahu motor tempel maupun

kapal motor mengalami peningkatan. Armada perahu tanpa motor, jumlahnya

(45)

Penurunan tertinggi terjadi dari tahun 2006 ke tahun 2007, mencapai 16%.

Armada kapal motor mengalami peningkatan dari tahun 2006 sebanyak 233 unit

menjadi 403 unit pada tahun 2010. Peningkatan jumlah armada kapal motor

tertinggi terjadi dari tahun 2006 ke 2007, yaitu mencapai 36%. Perkembangan

armada penangkapan ikan tahun 2006 hingga 2010 secara rinci dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah armada penangkapan ikan Kab. Sukabumi tahun 2006-2010

Tahun

2007 278 960 365 1603 18,74

2008 290 975 374 1639 2,25

2009 240 900 385 1525 -6,7

2010 230 910 403 1543 1,18

Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2010

4) Volume dan nilai produksi

Volume produksi perikanan tangkap yang dihasilkan perairan Kabupaten

Sukabumi pada tahun 2010 sebesar 6.992,15 ton dengan nilai produksi sebesar

Rp. 49.174.100,00. Jika melihat perkembangannya pada periode 2006-2010,

terjadi penurunan volume produksi, namun nilai produksi mengalami kenaikan

hingga tahun 2008 sebesar Rp. 65.863.676,30 dan selanjutnya menurun kembali

hingga tahun 2010. Perkembangan volume dan nilai produksi lebih rinci sejak

tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan tahun 2006-2010

Tahun

2006 9.486,20 - 47.430.000,00

-2007 8.655,79 -8,75 62.955.134,74 32,73

2008 8.822,00 1,92 65.863.676,30 4,62

2009 7.878,20 -10,7 56.155.022,00 -14,74

2010 6.992,15 -11,24 49.174.100,00 -12,43

(46)

4.2 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu

4.2.1 Letak geografis

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak di Kecamatan

Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis Pelabuhan

Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 59' 47, 156" Lintang

Selatan (LS) dan 106º 32’ 61, 884" Bujur Timur (BT). Daerah ini merupakan

daerah pesisir Selatan Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan

Samudera Hindia.

Secara geografis, Perairan Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 50'

47, 10"- 07º 30’ Lintang Selatan (LS) dan 106º 32’ 10"- 106º 30’ Bujur Timur

(BT). Kecamatan Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi

dengan luas wilayah 10.287,91 ha. Kecamatan Palabuhanratu memiliki batas

wilayah sebagai berikut (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009):

1) Sebelah Utara : Kecamatan Cikidang

2) Sebelah Selatan : Samudra Hindia

3) Sebelah Timur : Kecamatan Bantargadung

4) Sebelah Barat : Kecamatan Cikakak

4.2.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu

1) Nelayan

Nelayan adalah orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung

di dalam aktivitas penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang berada di PPN

Palabuhanratu berfluktuatif. Jika dilihat sejak tahun 2007 hingga 2011, jumlah

nelayan terbanyak terdapat pada tahun 2007 sebanyak 5.994 orang. Tahun 2008

jumlah nelayan berkurang menjadi 3.900 orang atau menurun 53,7%.

Perkembangan jumlah nelayan rinci sejak tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat

(47)

Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011

Tahun Jumlah (orang) Persentase (%)

2007 5994

-2008 3900 -34,93

2009 4453 14,18

2010 4474 0,47

2011 4569 2,12

Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu 2011

2) Alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN

Palabuhanratu cukup beragam. Alat penangkapan ikan yang paling dominan pada

tahun 2011 adalah pancing tonda, berjumlah 158 unit atau 5,38% dari total alat

penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu. Jumlah pancing tonda meningkat terus

sejak tahun 2007, sementara jenis alat penangkapan ikan yang lain berfluktuasi.

Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun

2007-2011 dapat dilihat di dalam Tabel 7.

Tabel 7 Perkembangan alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil

tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011

Tahun Alat Tangkap (unit)

Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2007;2008;2009;2010;2011

Keterangan :

PYG = Payang TN = Trammelnet - = tidak ada data

PU = Pancing Ulur GN = Gillnet

PL = Pancing Layur BGN = Bagan

PT = Pancing Tonda RW = Rawai

JK = Jaring Klitik PS = Purse seine

JR = Jaring Rampus LL = Long Line

Sasaran tangkap pancing tonda adalah kelompok ikan pelagis besar. Selain

pancing tonda, ikan pelagis besar juga ditangkap menggunakan alat penangkapan

(48)

demersal umumnya ditangkap menggunakan alat penangkap ikan jaring klitik,

jaring rampus, dantrammelnet.

3) Armada penangkapan ikan

Armada penangkapan ikan yang digunakan di PPN Palabuhanratu terdiri

atas dua macam, yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM).

Perahu motor tempel menggunakan motor (outboard engine) yang diletakkan di

bagian luar kapal. Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha

perikanan skala kecil dengan harga perahu yang lebih terjangkau. Daya motor

tempel berkisar antara 5-40 PK. Kapal motor (KM) menggunakan mesin yang

diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) dengan kekuatan 300

PK. Umumnya kapal motor digunakan untuk usaha perikanan yang berskala

besar dan hanya dimiliki oleh nelayan bermodal besar.

Jumlah kapal motor di PPN Palabuhanratu terus meningkat selama periode

tahun 2007 sampai 2011, sedangkan jumlah perahu motor tempel pada periode

yang sama mengalami penurunan. Peningkatan jumlah kapal motor tertinggi

terjadi dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 28,11%. Jumlah perahu motor

tempel terjadi peningkatan dari tahun 2010 ke 2011, yaitu sebesar 33,24%.

Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu pada tahun

2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun

2007-2011

2008 416 -21,66 230 -28,35

2009 364 -12,5 394 71,3

2010 346 -4,95 491 24,62

2011 461 33,24 629 28,11

Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011

4) Volume dan nilai produksi

Volume produksi ikan di PPN Palabuhanratu terdiri atas volume produksi

(49)

volume produksi ikan yang didatangkan dari daerah lain. Volume produksi ikan

yang dihasilkan PPN Palabuhanratu terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar

13.814.120 kg. Volume produksi terkecil terjadi pada tahun 2009 sebesar

8.716.777 kg.

Volume produksi yang didaratkan di PPN Palabuhanratu lebih kecil

jumlahnya dibandingkan dengan volume yang masuk. Volume produksi ikan

yang didaratkan di PPN Palabuhanratu hanya mencapai 47,34% pada tahun 2011,

sisanya dipenuhi dari luar PPN Palabuhanratu, yaitu dari Belitung, Muara Baru

dan lain-lain. Perkembangan volume produksi di PPN Palabuhanratu secara rinci

tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9 Perkembangan volume di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011

Tahun

2007 6.056.256 - 7.490.428 - 13.546.684

-2008 4.580.683 -24,36 4.256.260 -43,18 8.836.943 -34,77

2009 3.950.267 -13,76 4.766.510 11,99 8.716.777 -1,36

2010 6.744.292 70,73 5.153.256 8,11 11.897.548 36,50

2011 6.539.133 3,04 7.274.987 41,17 13.814.120 16,11

Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011

Nilai produksi yang dicapai PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 adalah

Rp. 212.838.920.819. Nilai ini diperoleh dari produksi yang didaratkan di PPN

Palabuhanratu sebesar Rp. 120.339.550.319 atau 56,54% dan sisanya dari

produksi yang masuk ke PPN Palabuhanratu dari luar sebesar Rp. 92.499.370.500

atau 43,45%. Secara keseluruhan, nilai produksi PPN Palabuhanratu terus

meningkat dari tahun 2007 hingga 2011. Demikian pula nilai produksi yang

masuk ke PPN Palabuhanratu. Sebaliknya terjadi pada nilai produksi yang

didaratkan di PPN Palabuhanratu, mulai tahun 2007 nilai produksi meningkat

terus hingga 2010, namun terjadi penurunan cukup tajam dari 2010 ke 2011

sebesar 83,16%. Perkembangan nilai produksi di PPN Palabuhanratu secara rinci

Gambar

Gambar 6 Rumpon
Tabel 1Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun
Tabel 3Alat penangkapan ikan yang beroperasi di Kab. Sukabumi tahun 2009
Tabel 10 Perkembangan nilai produksi di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

tidaknya pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran IPS di SMPN Kota Singaraja Uji t perhitungan dibantu dengan IBM SPSS 16 for

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa

Sisa-sisa tanaman terakumulasi di dasar danau yang dangkal dan kolam yang beraerasi dan berdrainase buruk sehingga perombakan terjadi tidak berjalan sempurna Proses

• Bridge the gap between concrete and abstract thinking : Explore cause and effect; Create patterns; Solve problems; Discover solutions; hands-on learning. • Creativity flourishes

Dari 48 jam praktek lapangan pada tahap kedua ini terbagi ke dalam:.. Tahap persiapan: pembekalan dengan diberikan

pembelajaran keterampilan menelaah dan merevisi teks cerpen dengan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compositin (CIRC) berbantuan media

Parenting berbasis Islami merupakan suatu program pendidikan yang diberikan kepada anggota keluarga, khususnya bagi orang tua yang memiliki kemampuan untuk mendidik

Dos sollen, yakni mengenai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Dan Pengaturan Pertanahan, terkait