• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis behavior of consumers on the purchase of cooking oil liquid and interests of consumers on frying shortening in the city of Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis behavior of consumers on the purchase of cooking oil liquid and interests of consumers on frying shortening in the city of Medan."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN MINYAK GORENG CAIR

DAN MINAT KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG PADAT DI KOTA MEDAN

CRISTIAN SETIANTA CITRA GINTING

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan tesis Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Minyak Goreng Cair dan Minat Konsumen Terhadap Minyak Goreng Padat di Kota Medan adalah karya saya dengan arahan darikomisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2011

(3)

ABSTRACT

CRISTIAN SETIANTA CITRA GINTING. Analysis behavior of consumers on the purchase of cooking oil liquid and interests of consumers on frying shortening in the city of Medan. Under direction of MA’ MUN SARMA, and ABDUL KOHAR IRWANTO.

Cooking oil is a raw material used in the process of regulary food processing. Cooking oil acts as a complement to the majority of the population food servings of Indonesia. Cooking oil consumption in Indonesia increased by 1.5 % annually, but the more it is consumed by the public is cooking oil than vegetable oil in bulk packaging (branded), not his time yet for Indonesia consumes cooking oil, because of the rainfall of health cooking oil without packaging is not hygienic and the quality is not guaranteed. Cooking oil liquid can only be used a maximum of 5 times frying shortening quality will decrease while Frying Shortening can be used more than 20 times without changing the quality of the results of frying shortening. The research is carried out in the city of Medan. the research is the study was also conducted in Jakarta and Bogor. The research focus is to discuss the consumer. Samples were choose by purposive method. Research location specified in four locations: housing (individual), housing (community), a modern markets, and traditional markets with these existing characteristics then the research discus know the consumer response of frying shortening products. Analysis of data on the attribute of cooking oil was conducted by analysis multivariant. Analysis multivariant used is analysis conjoint, the analysis multivariate marketing who used to see responses of the respondents in the city fields against frying shortening used analysis diskriminan. Based on the descriptive analysis of data shows that the respondent is a big family because of his family members as much as 5 people consisting of father, mother and three children. A large number of family members is a great opportunity to market for frying shortening but the respondents have earnings that are not excessively high, Rp. 500 00 – Rp.1 500 000 per month. Price has a sizable role for consumers to choose products to cooking oil. Conjoint analysis shows results that consumers would be interested in buying cooking oil when cooking oil that have nutritional content, packed in containers of two kilorgam and has a price of under Rp. 25 000.

(4)

CRISTIAN SETIANTA CITRA GINTING. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Minyak Goreng Cair dan Minat Konsumen Terhadap Minyak Goreng Padat di Kota Medan. Dibimbing Oleh MA’MUN SARMA, dan ABDUL KOHAR IRWANTO.

Konsumsi minyak goreng di Indonesia meningkat 1.5 % setiap tahunnya, tetapi yang lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah minyak goreng curah dibanding minyak goreng dalam kemasaan (bermerek), tidak masanya lagi bagi Indonesia mengkonsumsi minyak goreng curah, sebab dari sisi kesehatan minyak goreng curah tidak higienis dan kualitasnya tidak terjamin.

Minyak goreng ada yang berbentuk cair dan ada yang berbentuk padat. Minyak goreng yang berbentuk cair disebut minyak goreng cair sedangkan minyak goreng yang berbentuk padat disebut minyak goreng padat. Minyak goreng cair hanya dapat digunakan maksimum lima kali penggorengan setelah itu kualitas penggorengan akan menurun sedangkan minyak goreng padat dapat digunakan sampai 20 kali penggorengan tanpa mengubah mutu hasil penggorengan.

Minyak goreng padat merupakan hasil penelitian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di kota Medan. PPKS menyatakan lembaga penelitian kelapa sawit sudah mampu menghasilkan minyak goreng padat dari crude palm oil (CPO). PPKS menggandeng PT Perkebunan Nusantara IV dalam memproduksi minyak goreng padat untuk memberikan pilihan kepada masyarakat, sebelum PTPN IV mendirikan pabrik dan memproduksi minyak goreng padat, terlebih dahulu perlu menggali informasi bagaimana respon (tanggapan) konsumen terhadap minyak goreng padat. Mempelajari respon konsumen terhadap minyak goreng padat bertujuan untuk menghasilkan informasi, bagaimana tanggapan konsumen terhadap minyak goreng padat, agar dapat memberikan rekomendasi kebijakan kepada PT Perkebunan Nusantara IV sebelum mendirikan pabrik minyak goreng padat.

Minyak goreng padat belum dipasarkan sama sekali, analisis deskriptif perilaku pembelian minyak goreng cair diperlukan untuk melihat bagaimana perilaku pembelian minyak goreng yang dilakukan oleh konsumen. Penelitian dilakukan di kota Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis sebesar 10 % maka total sampel yang diambil adalah 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive.

Analisis terhadap atribut-atribut minyak goreng dilakukan dengan alat analisis

conjoint menggunakan software Statistical Analysis Software (SAS) 9. Analisis

conjoint sangat berguna untuk melihat atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi pembelian minyak goreng yang dilakukan oleh konsumen. Setelah dilakukan analisis

(5)

5

goreng padat harus disesuaikan dengan kantong konsumen sasaran, konsumen lebih menyukai jika harga minyak goreng padat di bawah Rp 25 000.

Analisis diskriminan dilakukan untuk melihat jika seandainya minyak goreng padat diproduksi dan jual dipasaran maka, akankan konsumen membeli minyak goreng padat, dari 100 responden setelah dilakukan analisis diskriminan dengan menggunakan software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 20 hasilnya 62 orang menyatakan akan membeli minyak goreng padat jika minyak goreng padat di pasarkan dan 20 orang menyatakan tidak akan membeli minyak goreng padat jika minyak goreng padat dipasarkan. 18 orang responden menyatakan bahwa responden ragu-ragu.

Berdasarkan data-data analisis deskriptif memperlihatkan bahwa 100 responden terdapat 92 orang perempuan dan delapan orang laki-laki merupakan keluarga besar karena memiliki anggota keluarga sebanyak 5 orang yang terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anak. Jumlah anggota keluarga yang besar merupakan peluang yang besar untuk memasarkan minyak goreng padat tetapi responden memiliki penghasilan yang tidak telalu tinggi yaitu Rp 500 000 – Rp 1 500 000 perbulan. Harga memiliki peran yang cukup besar bagi konsumen untuk memilih produk minyak goreng. Analisis conjoint menunjukan hasil bahwa konsumen akan tertarik membeli minyak goreng jika minyak goreng tersebut miliki kandungan nutrisi, dikemas dalam kemasan dua kilorgam dan memiliki harga dibawah Rp 25 000.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(7)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN

MINYAK GORENG CAIR

DAN MINAT KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG

PADAT DI KOTA MEDAN

CRISTIAN SETIANTA CITRA GINTING

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Terhadap Minyak Goreng Padat Di Kota Medan. Nama : Cristian Setianta Citra Ginting

NRP : H251090101

Mayor : Ilmu Manajemen

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Manajemen

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc

(9)
(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama satu bulan ini adalah riset pasar (pemasaran) dengan judul Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Minyak Goreng Cair dan Minat Konsumen Terhadap Minyak Goreng Padat di Kota Medan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk ikut dalam projek Minyak goreng padat dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang telah membantu saya sewaktu penelitian. Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec. dan Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku Pembimbing yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Juli 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 14 September 1984 dari seorang ayah yang bernama Ir. Kita Ginting dan ibu Setiawati. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Swasta Sultan Agung dan pada tahun 2003 yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SPMB. Penulis memilih jurusan Budidaya Pertanian, program studi Agronomi, Fakultas Pertanian.

(12)

Halaman

2.11. Analisis Multivariat Pemasaran ... 20

2.11.1.Analisis Diskriminan ... 20

2.11.2.Variasi Atribut (Analisis Konjoint) ... 21

2.12. Penelitian Terdahulu ... 22

III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiaran Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

(13)

iii

3.3.1.Jenis dan Sumber Data ... 27

3.4.Teknik Pengambilan Sampel ... 28

3.6. Teknik Pengolahan data Analisis Data ... 29

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Produk ... 31

4.2. Karakteristik Umum Responden ... 32

4.3. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Minyak Goreng Padat .... 39

4.3.1. Proses Keputusan Pembelian Minyak Goreng Cair ... 39

4.3.2. Evaluasi Produk ... 40

4.4. Analisis Diskriminan dan Analisis Conjoint ... 46

4.4.1. Analisis Diskriminan ... 46

4.4.2. Analisis Conjoint ... 47

4.5. Rekomendasi Pemasaran ... 48

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Keragaman Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 33

2. Hasil Analisis Chi Square Tingkat Usia ... 33

3. Keragaman Responden Berdasarkan Sumber Penghasilan ... 34

4. Keragaman Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga... 35

5. Keragaman Responden Berdasarkan Pendidikan... 35

6. Hasil Analisis Chi Square Pendidikan ... 36

7. Keragaman Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 36

8. Keragaman Responden Berdasarkan Rata-rata Pembelian Minyak ... 37

9. Hasil Chi Square Rata-rata Pembelian Minyak ... 37

10. Keragaman Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian ... 38

11. Hasil Chi Square Frekuensi Pembelian ... 38

12. Skala Kepentingan ... 44

13. Ukuran Persepsi ... 45

14. Hasil Analisis Diskriminan ... 46

15. Hasil Analisis Conjoint ... 47

16. Group Statitics ... 62

17. Starndrdized Canonical Discriminant Function Coeffcients... 63

18. Structure Matrix ... 63

19. Test of Equality of Group Means ... 63

20. Eivenvalues ... 64

21. Wiliks’ Lambda ... 64

(15)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kelapa Sawit ... 5

2. Pohon Industri Kelapa Sawit ... 7

3. Proses Keputusan Pembelian ... 17

4. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 26

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner Penelitian Konsumen ... 58 2. Output Hasil Analisis Diskriminan ... 62 3. Output Hasil Analisis Conjoint ... 69 4. Perkiraan Market Size Total Minyak Goreng Pada 5 Kota Besar

diIndoneisa Menurut Merek Dagang, Tahun 1994 – 1995 ... 70 5. Market Size Total Minyak Goreng di Indonesia Menurut

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Minyak goreng merupakan bahan dasar yang digunakan dalam proses pengolahaan makanan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, pemberi cita rasa, memperbaiki tekstur makanan dan penambahan nilai gizi. Minyak goreng berperan sebagai pelengkap sajian pada makanan mayoritas penduduk Indonesia, hal ini menjadikan minyak goreng termasuk ke dalam sembilan bahan pokok (sembako) yang keberadaanya sangat penting di masyarakat (Winarno, 1997).

Minyak goreng memiliki dua jenis yang berbeda di pasaran yaitu minyak goreng yang dijual dengan kemasan (bermerek) dan minyak goreng yang dijual tidak dengan kemasan (curah). Minyak goreng bermerek umumnya memiliki warna yang bening dan tidak membeku pada suhu kamar, sedangkan minyak goreng curah umumnya memiliki warna kuning bercampur putih dan terkadang membeku disuhu kamar (Flamboyan, 2011).

Hasil survei yang dilakukan oleh Martianto et al. (2005) menunjukan bahwa sebesar 77.5 % rumah tangga di Indonesia menggunakan minyak goreng curah untuk menggoreng dan rata-rata konsumsi minyak goreng cair di Indonesia adalah sebesar 23 gram per hari. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007) konsumsi per kapita minyak goreng Indonesia mencapai 16.5 kg per tahun, sedangkan untuk rumah tangga sendiri diperkirakan total konsumsi minyak goreng dalam negeri pada tahun 2005 mencapai enam juta ton dimana 83.3 % merupakan minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit.

(18)

Minyak goreng ada yang berbentuk cair dan ada yang berbentuk padat. Minyak goreng yang berbentuk cair disebut minyak goreng cair sedangkan minyak goreng yang berbentuk padat disebut minyak goreng padat. Minyak goreng cair biasanya digunakan untuk menggoreng makanan kebutuhan sehari-hari sedangkan minyak goreng padat digunakan untuk menggoreng makanan siap saji (fast food). Minyak goreng padat adalah minyak goreng yang berasal dari minyak nabati dan mendapat penambahan hydrogen (hydrogenated oil).

Minyak goreng padat memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan minyak goreng cair sehingga apabila dipakai untuk menggoreng bisa lebih awet. Minyak goreng padat memiliki kelebihan antara lain :

1. Hasil penggorengan lebih kering (crispy), lebih gurih dan tidak berminyak, tidak memiliki endapan

2. Kandungan air hasil penggorengan lebih sedikit sehingga jamur tidak mudah berkembang

3. Titik didih lebih tinggi 220 °C, dibandingkan titik didih minyak goreng biasa yang hanya 180 °C artinya minyak goreng ini dapat dipakai dalam jangka waktu

yang lebih lama dibandingkan minyak goreng biasa.

Minyak goreng padat lebih banyak beredar luas di luar negeri dibandingkan di dalam negeri sendiri umumnya digunakan oleh rumah makan cepat saji. Minyak goreng padat yang beredar di luar negeri umumnya berasal dari jagung, kedelai, dan biji bunga matahari. Minyak goreng padat yang beredar luas pada saat ini memiliki kandungan lemak trans1

11Lemak trans adalah lemak yang membuat lezat french fries, kentang goreng di restoran cepat saji yang disukai banyak orang. Lemak trans harus dihindari karena menurut laporan yang dibuat Harvard School of Public Health dan Wageningen University, bisa menyebabkan antara enam hingga 19 persen serangan jantung dan kematian setiap tahun.

yang tinggi. Minyak goreng padat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan minyak goreng padat hasil penelitian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Minyak goreng padat hasil penelitian PPKS berasal dari crude palm oil (CPO), dan memiliki kandungan lemak trans 0.0 per gramnya.

(19)

3

Minyak goreng padat hasil penelitian PPKS memiliki banyak kelebihan dibandingkan minyak goreng padat beredar pada saat ini dan umumnya berasal dari luar negeri berupa tidak memiliki kandungan lemak trans. Prospek penggunaan minyak goreng padat kemungkinan akan meningkat dimasa yang akan datang, karena semakin banyak orang menyukai makanan cepat saji. Tanggapan konsumen terhadap minyak goreng padat perlu dilakukan untuk mengetahui respon konsumen.

1.2. Perumusan Masalah

Minyak goreng padat merupakan minyak yang berwujud padat, bebas asam lemak trans, yang bertujuan khusus untuk penggorengan yang terendam (deep friying) . Minyak goreng padat memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan minyak goreng cair, artinya dapat digunakan berkali-kali tanpa mengubah mutu minyak dan hasil dari pengorengannya.

Pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) menyatakan lembaga penelitian kelapa sawit sudah mampu menghasilkan minyak goreng padat dari crude palm oil (CPO). PPKS menggandeng PT Perkebunan Nusantara IV dalam memproduksi minyak goreng padat untuk memberikan pilihan kepada masyarakat, sebelum PTPN IV mendirikan pabrik dan memproduksi minyak goreng padat, terlebih dahulu perlu menggali informasi bagaimana respon (tanggapan) konsumen terhadap minyak goreng padat. Mempelajari respon konsumen terhadap minyak goreng padat bertujuan untuk menghasilkan informasi, bagaimana tanggapan konsumen terhadap minyak goreng padat sehingga dapat memberikan rekomendasi kebijakan kepada PT Perkebunan Nusantara IV sebelum mendirikan pabrik minyak goreng padat.

Permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keputusan pembelian minyak goreng cair di kota Medan?

2. Bagaimana persepsi konsumen terhadap atribut-atribut minyak goreng cair di kota Medan?

3. Bagaimana minat konsumen terhadap minyak goreng padat di kota Medan? 4. Apakah rekomendasi yang akan diberikan untuk pemasaran minyak goreng padat

(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis keputusan pembelian minyak goreng cair di kota Medan.

2. Menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut-atribut minyak goreng cair di kota Medan.

3. Menganalisis minat konsumen terhadap minyak goreng padat di kota Medan. 4. Menyusun rekomendasi pemasaran minyak goreng padat kepada PTPN IV. 1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat menghasilkan informasi dan pertimbangan bagi PTPN IV untuk mendirikan pabrik minyak goreng padat. Memberi kesempatan bagi penulis untuk belajar, menambah pengalaman, dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan di pascasarjana IPB, serta dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan hutan hujan tropis di kawasan Afrika Barat. Kelapa sawit pada umumnya tumbuh di wilayah Kamerun, Pantai Gading, Libera, Nigeria, Sirea Lione, Togo, Angola, dan Congo. Kelapa sawit termasuk kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas liliopsida, ordo arecales, keluarga arecaceae, dan genus Elaeis. Tumbuhan kelapa sawit pertama kali ditemukan oleh Nicholaas Jacquin pada tahun 1763, dan diberi nama

Elaeis guineensis Jacq. (Antara, 2008).

Gambar 1. Kelapa Sawit (Antara, 2008).

Kelapa sawit dapat tumbuh tinggi mencapai 24 meter dari permukaan tanah. Akarnya merupakan akar serabut, pada akar-akar serabut terdapat akar nafas yang tumbuh mengarah kesamping atas untuk tambahan aerasi. Kelapa sawit tumbuh sempurna di daerah tropis, dengan ketinggian 0–500 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan stabil 2 000–2 500 mm setahun dan memiliki kelembapan 80–90%.

(22)

nabati dari sawit adalah harga murah, rendah kolestrol, dan memiliki kandungan karoten yang tinggi.

Minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku Mentega, frying shortening, coklat, es cream, pakan ternak, minyak goreng, vitamin and beta carotene. Minyak sawit dapat digunakan sebagai pelarut bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya contohnya: Krim, shampoo

Pada Gambar 2 berikut ini disajikan pohon industry kelapa sawit (Kementerian Perindustrian, 2010) dijelaskan buah kelapa sawit menghasilkan 2 jenis produk yaitu: minyak sawit kasar (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Minyak sawit mentah menghasilkan berbagi jenis produk turunan yaitu: Olein, Asam amino, Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), Vit. A&E, dan karoten. Olein dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak goreng, minyak salad, shortening

(minyak goreng padat) dan metil ester, sedangkan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dapat diolah lebih lanjut menjadi sabun cuci, metil ester, fat powder, dan

Cocoa Buter Substitue (CBS). Pohon industri kelapa sawit menjelaskan bahwa minyak goreng padat berasal minyak sawit kasar (CPO) diolah menjadi olein yang kemudian diolah lebih lanjut menjadi minyak goreng padat (shortening).

, lotion, pomade. Untuk Industri berat dan ringan minyak sawit dapat digunakan dalam industri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and fluxing agent, dan industri perak sebagai bahan pemisah dari material cobalt dan tembaga di industri logam. Dalam Industri kimia minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan detergen dan sabun (Attayaya, 2010).

(23)

7

Gambar 2. Pohon Industri Kelapa Sawit. Sumber : Kementrian Perindustrian (2010).

MINYAK KELAPA SAWIT

Kosmetika Shortening Cocoa ButterSubstitute (CBS)

Gliserol Food Emulsifier

Ket erangan Warna :

= sudah diproduksi di Indonesia = bel um diproduksi di Indonesia = dal am persiapan unt uk di produksi

Ket erangan Warna :

(24)

2.2. Frying Shortening/Minyak Goreng Padat

Frying shortening beredar luas di negara Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Produk minyak goreng padat merupakan minyak khusus, yang digunakan untuk menggoreng makanan fast food seperti ayam goreng krispy, kentang goreng, kripik kentang, serta jenis kripik lainnya (frito lay). frying shortening (minyak goreng padat) yang beredar di masyarakat saat ini mengandung lemak trans yang tinggi.

Lemak trans adalah lemak yang terbentuk dari gas hidrogen yang bereaksi dengan minyak, melalui proses yang dikenal dengan hidrogenasi. Lemak ini bahkan dinyatakan berakibat lebih buruk dibandingkan lemak jenuh, oleh karena itu asupan lemak jenis ini dianjurkan kurang dari 1% dari jumlah energi yang diperlukan tubuh per hari.

Secara alami makanan yang mengandung lemak trans hanyalah susu dan keju, sedangkan mentega, telur, dan daging sangat rendah. Negara Barat sendiri, konsumsi sehari-hari jenis makanan ini cukup tinggi, menyebabkan sumbangan lemak trans terhadap konsumsi setiap harinya cukup berarti. Khususnya daging, susu, dan keju memberikan sumbangan tertinggi lemak trans karena konsumsi yang berlebih. Minyak goreng cair yang beredar di pasaran umumnya berasal dari minyak kelapa sawit (palm oil) dan pengolahannya tidak melalui proses hidrogenasi, sehingga konsumen tidak perlu khawatir dengan minyak goreng cair karena tidak mengandung lemak trans.

Frying shortening lebih dikenal dengan sebutan minyak goreng padat adalah produk turunan dari minyak nabati (tumbuhan). Minyak goreng padat umumnya terbuat dari minyak yang berasal dari tumbuhan (nabati) yang mendapatkan penambahan hydrogen (disebut juga hydrogenated oil), penambahan hydrogen mengakibatkan minyak menjadi minyak jenuh2

2

Minyak jenuh adalah minyak yang banyak mengandung asam lemak jenuh, kandungan asam lemak jenuh yang tinggi ini cenderung meningkatkan kolesterol dalam darah.

(25)

9

Frying shortening pada dasarnya didesain dengan segment industri fast food. Minyak goreng padat dapat meningkatkan cita rasa makanan, kualitas pengorengan yang dihasilkan lebih baik dibandingkan menggunakan minyak goreng cair. Minyak goreng padat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil penelitian dari lembaga penelitian PPKS. Minyak goreng padat hasil penelitian PPKS memiliki kelebihan dibandingkan minyak goreng padat yang beredar luas diluar negeri, yaitu kandungan lemak trans 0 per gramnya. Konsumen tidak perlu takut menggunakan minyak goreng padat hasil penelitian PPKS ini, karena minyak goreng padat ini tidak mengandung lemak trans.

Minyak goreng padat memiliki melting point lebih tinggi dibandingkan minyak goreng cair umumnya, sehingga bila dipakai menggoreng bisa lebih awet, molekulnya tidak gampang terurai (gosong). Walaupun digunakan untuk menggoreng enam sampai tujuh kali penggorengan, masih bening dan kualitas minyak tidak menurun. Minyak goreng padat akan sangat berguna bagi konsumen kelas menengah ke bawah seperti pedagang ayam goreng crispy (renyah), pedagang gorengan, pedagang martabak goreng, dan pedagang gorengan lainnya, memakai minyak goreng jenis ini lebih hemat, karena hasil penggorengan yang dihasilkan lebih baik dan tidak harus sering mengganti minyak goreng.

2.3. Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana, individu dan kelompok tertentu mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain (Kotler dan Keller, 2008). Menurut Stoner (1978) pemasaran adalah keseluruhan dari suatu sistem kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Pemasaran merupakan suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, sehingga konsumen mendapatkan apa yang kosumen butuhkan dan inginkan sehingga, konsumen merasa puas.

(26)

mendapatkan laba. Proses pemasaran sendiri dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan saja. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan harus memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus (Dharmmesta dan Handoko, 1982). Empat konsep yang menjadi prinsip dasar pemasaran, yaitu:

1. Pasar sasaran, seorang pemasar harus memilih pasar sasaran yang tepat dan membentuk aktivitas pemasaran dengan sempurna.

2. Keperluan penggunaan, seorang pemasar harus memahami kehendak konsumen dan memenuhinya dengan efektif.

3. Pemasaran berintegrasi, seorang pemasar harus bekerja sama dengan semua sub-unit industri untuk memenuhi tanggungjawab pemasaran.

4. Keuntungan, pemasar harus mencapai keuntungan melalui kepuasan pelanggan.

2.4. Produk Baru

Produk baru adalah produk yang benar-benar baru masuk ke pasar. Suatu inovasi akan menghasilkan produk baru. Engel et al. (1990) mendefenisikan inovasi sebagai ide atau produk apapun yang dirasakan oleh calon adopter sebagai sesuatu yang baru. Robertson dalam Engel et al. (1990) mengemukakan satu sistem untuk mengklasifikasikan inovasi yang didasarkan pada dampak inovasi atas perilaku didalam struktur sosial. Sistem ini mengklasifikasikan inovasi sebagai berikut:

a. Inovasi terus menerus, yaitu memodifikasi suatu produk yang sudah ada dan tidak membuat produk yang baru sepenuhnya, contohnya menambahkan flouride pada pasta gigi, dan meringankan kadar nikotin rokok.

b. Inovasi yang terus menerus secara dinamis, penciptaan produk baru atau perubahan produk yang sudah ada, tetapi tidak merubah pola belanja konsumen dan pemakaian produk, contohnya sisir listrik.

(27)

11

Determinasi kritis yang mempengaruhi produk baru, adalah: 1. Inovasi seperti produk, jasa dan ide baru.

2. Komunikasi melalui saluran-saluran tertentu

3. Waktu dimana individu tertentu memutuskan untuk menggunakan produk yang berhubungan dengan orang lain.

4. Sistem sosial yaitu orang, kelompok atau sistem lain yang saling berhubungan.

Hasil dari proses ini akan memperlihatkan bahwa beberapa anggota sistem sosial adalah adopter yaitu orang yang telah mengambil keputusan untuk terus menggunakan suatu produk baru, sisanya adalah non adopter dimana keputusan mereka untuk tidak menggunakan produk baru mungkin terjadi, karena banyak sekali alasan. Melakukan adopsi suatu produk baru merupakan suatu proses keputusan. 2.5. Sikap dan Perilaku Konsumen

Menurut Sumarwan (2002) sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting, yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Konsep sikap konsumen dipengaruhi oleh konsep kepecayaan konsumen dan Perilaku konsumen. Menurut Peter dan Olson (2005) sikap didefenisikan sebagai evaluasi keseluruhan seseorang dalam sebuah konsep. Menurut Schiffman et al. (2007) sikap merupakan ekspresi perasaan batin seseorang yang mencerminkan apakah seseorang itu dalam keadaan baik atau tidak yang cenderung ke beberapa objek. Menurut Engel et al. (1990) sikap menunjukan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai.

(28)

suatu produk kepada konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk, atribut dan manfaat produk menggambarkan persepsi konsumen.

Perilaku konsumen adalah proses dan suatu aktivitas ketika seseorang konsumen melakukan pencarian, pemilihan, penggunaan, serta melakukan evaluasi produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Menurut Engel et al. (1990) perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan produk atau jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Menurut Kotler dan Keller (2008) perilaku konsumen merupakan perilaku pembelian konsumen akhir, baik yang dilakukan oleh individu, dan rumah tangga, dalam membeli suatu produk atau jasa untuk dikonsumsi secara personal. Schiffman et al. (2007) mendefenisikan perilaku konsumen sebagai proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca (sesudah) mengkonsumsi suatu produk atau jasa yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.

Teori perilaku konsumen digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen, studi perilaku konsumen akan memberikan petunjuk dalam mengembangkan produk baru, karakteristik produk, harga dan barusan pemasaran. Menurut Kotler dan Keller (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:

1. Faktor kebudayaan

Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku.

2. Faktor sosial

(29)

13

3. Faktor pribadi

Faktor pribadi didefenisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.

4. Faktor psikologis

Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau dan antisipasinya pada waktu yang akan datang.

Menurut Kasali (2001) manusia memiliki selera dan pendidikan yang berbeda-beda, pada saat ini konsumen dapat menyalurkan aspirasinya menurut keinginannya masing-masing. Fenomena ini mengakibatkan pemasar harus paham betul bahwa produk yang dibuat tidak dapat lagi melayani siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Segmentasi pasar perlu dilakukan, ada dua konsep segmentasi, yaitu:

1. Apriori, segmentasi dilakukan sebelum produk diluncurkan dipasar. 2. Post Hoc, segmentasi yang dilakukan setelah produk dijalankan. 2.6. Atribut Produk

Produk pada dasarnya merupakan kumpulan dari berbagai macam atribut, setiap produk baik barang atau jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan atribut-atributnya. Menurut Limbong dan Sitorus (1991) barang adalah suatu sifat yang kompleks dapat diraba maupun tidak dapat diraba (termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan atau lembaga tataniaga, pelayanan perusahaan) yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya.

(30)

dapat berupa manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Atribut fungsi jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai ciri-ciri atau manfaat.

Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen dalam menilai suatu produk. Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan memberikan kekuatan kepada kepercayaan konsumen terhadap suatu atribut produk. Menurut Engel et al. (1990) dalam mengevaluasi atribut produk, ada dua sasaran pengukuran yang penting yaitu mengidentifikasi kriteria evaluasi dan memperkirakan saliensi relative dari masing-masing atribut produk. Kriteria evaluasi yang mencolok ditentukan dengan menggunakan atribut yang menduduki peringkat tertinggi sedangkan saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi.

Ukuran evaluasi atribut yang dihasilkan menunjukan kepentingan suatu atribut sekaligus keinginan konsumen terhadap atribut tersebut. Kekuatan kepercayan konsumen terhadap suatu atribut produk merupakan kekuatan harapan dan keyakinan terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut produk dicerminkan oleh pengetahuan konsumen terhadap suatu produk dan manfaat yang diberikan oleh produk.

2.7. Persepsi dan Minat Konsumen

(31)

15

1.

Proses pemahaman terhadap rangsangan atau stimulus diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Persepsi visual

2.

Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi visual merupakan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

Persepsi auditori

3.

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Persepsi perabaan

4.

Persepsi Pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Persepsi penciuman

5.

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.

Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

1.

Berdasarkan persepsi diatas maka dapat diketahui bahwa persepsi dapat timbul karena adanya rangsangan dari luar yang akan menekan saraf sensorik seseorang dan melalui kelima indranya yaitu penglihatan, pendengaran, pembauan, perasaan dan sentuhan, kemudian stimulus akan diseleksi, diorganisir dan diinterpretasikan oleh setiap orang menurut pendapatnya masing-masing. Setiap persepsi manusia akan berbeda untuk realitas yang sama, karena ada perbedaan berikut:

2.

Perceptual Selection yaitu secara ilmiah dan dengan tidak sadar seseorang akan memilih sendiri stimulus atau rangsangan yang menarik dan sesuai bagi dirinya.

3.

Perceptual Organization yaitu pada hakekatnya seseorang akan menangkap stimulus yang telah ia seleksi sebagai suatu kesatuan yang utuh.

(32)

Persepsi seseorang dibedakan kepada tiga persepsi yaitu seleksi, organisasi dan interprestasi. Setiap orang memiliki harapan, motivasi dan pengalaman yang berbeda-beda terhadap stimulus sehingga seseorang mempunyai persepsi yang berbeda dengan orang lainnya terhadap stimulus yang sama.

1.

Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap dan perilaku, minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan. Menurut Gunarso (1985) minat merupakan sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut. Menutur Sab’atun (2001) berpendapat minat merupakan suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan obyek yang menarik baginya. Menurut Sumarni (2000) membedakan minat menjadi dua bagian yaitu:

2.

Minat subyektif adalah perasaan senang atau tidak senang pada suatu obyek yang berdasarkan pengalaman.

Minat obyektif adalah suatu reaksi menerima atau menolak suatu obyek disekitarnya.

(33)

17

Menurut Schiffman et al. (2007) persepsi seseorang terhadap kualitas produk akan berpengaruh terhadap minat membeli yang terdapat pada setiap konsumen. Persepsi yang positif terhadap kualitas produk akan merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti oleh perilaku pembelian. Perilaku membeli suatu produk timbul karena didahului oleh adanya minat membeli oleh konsumen. Minat untuk membeli muncul disebabkan salah satunya oleh persepsi yang didapatkan bahwa produk memiliki kualitas yang baik.

2.8. Proses Keputusan Pembelian

Lima tahap yang dilalui oleh seorang konsumen dalam proses pembelian (Kotler & Keller, 2008), yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pembelian. Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Setiap konsumen tertentu melewati kelima tahap ini untuk setiap pembelian yang mereka buat.

Gambar 3. Proses Keputusan Pembelian, Sumber: Kotler dan Keller (2008)

(34)

2.9. Riset Pemasaran

Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Riset pemasaran adalah suatu sistem yang terdiri dari orang, peralatan dan prosedur untuk mengelola informasi untuk keputusan di bidang marketing.

Menurut Rangkuti (1997) riset pemasaran adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian. Proses riset pemasaran adalah serangkaian kegiatan atau tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan riset pemasaran. Kegiatan ini meliputi:

1. Penentuan masalah.

2. Merumuskan kerangka teori. 3. Formulasi desain riset.

4. Kegiatan lapangan dan pengumpulan data. 5. Persiapan dan analisis data, serta.

6. Pembuatan laporan dan presentasi.

Riset pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu riset eksploratif, konklusif dan pemantauan prestasi (umpan balik). Riset eksploratif dirancang untuk mengadakan penyelidikan awal dari suatu masalah. Disain riset mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan lebih peka terhadap hal-hal yang tidak terduga. Rancangan riset bersifat luas dan serbaguna. Data yang digunakan dapat berupa data primer, data sekunder ataupun hasil wawancara dengan para ahli atau kelompok. Riset ini cocok untuk menganalisis masalah dan peluang. Riset konklusif memberikan informasi yang dapat mengevaluasi dan menyeleksi rangkaian tindakan.

(35)

19

Riset pemasaran ke dalam dua kelompok besar yaitu riset identifikasi masalah (Problem identification research) dan riset pemecahan masalah (Problem solving research).

2.10. Marketing Mix

Marketing mix atau bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Kotler dan Keller (2008), mengklasifikasikan alat-alat tersebut menjadi empat kelompok yang luas yang disebut 4 P, yaitu :

a. Produk (Product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk dapat berupa barang fisik, jasa, pengalaman, orang, tempat, properti dan ide atau gagasan.

b. Harga (Price)

Harga adalah nilai barang atau jasa dalam bentuk uang. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan oleh perusahaan kepada pasar tentang produk dan mereknya. Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur lainya menghasilkan biaya, selain itu harga juga merupakan unsur bauran pemasaran yang paling mudah untuk disesuaikan.

c. Tempat (Place)

Tempat atau saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk siap untuk dikonsumsi oleh konsumen.

d. Promosi (Promotion)

(36)

2.11. Analisis Multivariat Pemasaran

Simamora (2005) mengatakan bahwa analisis dapat dibagi menjadi tiga tingkatan berdasarkan banyaknya variabel yang digunakan. Jika hanya menggunakan satu variabel disebut analisis univariat, apabila menggunakan dua variabel disebut sebagai analisis bivariat, sedangkan jika menggunakan lebih dari dua variabel dinamakan analisis multivariat. Regresi (analisis bivariat) variabel independen (X) hanya ada satu, analisis yang kita lakukan adalah regresi sederhana (simpel regresion). Jika kita menambahkan satu lagi variabel independen, variabel yang yang dianalisis sekarang menjadi tiga yaitu satu variabel dependen dan dua variabel independen. Secara otomatis, analisis yang kita lakukan adalah analisis multivariat.

Analisis multivariat adalah metode-metode statistika untuk mengelola beberapa pengukuran yang menyangkut individu atau objek sekaligus (simultaneously). Analisis multivariat selalu berkembang, analisis multivariat terdiri dari beberapa teknik yang telah diterima secara luas yaitu analisis faktor, regresi berganda, analisis diskriminan, analisis konjoin, korelasi kanonikal, anlisis klaster,

multidimension scaling,analisis korespondensi, model probabilitas linier. Alat (tools) analisis multivariat pemasaran yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan dan analisis conjoint.

2.11.1. Analisis Diskriminan

Analisis Diskriminan mirip regresi linear berganda. Analisis diskriminan merupakan teknik yang akurat untuk memprediksi seseorang termasuk dalam kategori apa, dalam perusahaan asuransi dapat memprediksi apakah seorang nasabah baru akan bertahan terus sesuai dengan program ataukah berhenti membayar polis ditengah jalan, dengan catatan data yang terlibat dijamin keakuratannya.

(37)

21 X = prediktor atau variabel independet

2.11.2. Variasi atribut (Analisis Conjoint)

Conjoint Analysis (Multivariat Analysis) digunakan untuk menyusun model estimasi tingkat kepentingan pelanggan terhadap sekumpulan atribut dalam pemasaran, analisis konjoin merupakan teknik yang sangat baik untuk menjawab pertanyaan mengenai tingkat kepentingan sekumpulan atribut dan pengembangan model produk yang paling disukai pelanggan. Analisis konjoin tergolong metode tidak langsung (Indirect Method). Kesimpulan diambil berdasarkan respon subjek terhadap perubahan sejumlah atribut. Karena itu, perlu dipastikan terlebih dahulu apa saja atribut suatu produk atau merek (Simamora, 2005).

Percobaan konjoin merupakan suatu metode yang sangat powerful untuk membantu mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu produk atau jasa baik yang baru maupun lama yang paling disukai konsumen.

Variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Berat (1 kg, ½ kg, 1 ons). • Enrichment (vitamin, tidak).

Model analisis conjoint:

U = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 +...+ bkXk ...(2)

Dimana :

U = skor conjoint

(38)

2.12. Penelitian Terdahulu

Syukri (2003) melakukan penelitian tentang pola pengambilan keputusan konsumen dalam pemilihan jenis kerupuk berdasarkan daya terima, preferensi & keterpilihan produk. Teknik yang digunakan mengadopsi teknik cognitive – conceptual aspect of food acceptance dengan skala likert dari 1- 7. Analisis menggunakan nilai kesukaan (skala likert 1-7). Food preference menggunakan analisis uji rank dan pemilihan produk menggunakan intensitas konsumen dan interaksi antar faktor atribut produk.

Agustina (2004) meneliti pemasaran produk minyak goreng padat merek sawitri di Kota Bogor. Konsep yang digunakan adalah analisis perilaku konsumen pembelian minyak goreng yaitu identifikasi kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi pasca pembelian dengan jumlah sampel 100 orang. Hasilnya adalah atribut kebutuhan pembelian minyak goreng adalah non kolesterol, kandungan gizi dan tidak menyebabkan batuk. Media yang paling berpengaruh dalam pencarian informasi adalah TV (78%). Pertimbangan dalam mengevaluasi alternatif adalah kualitas, kemudahan mendapatkan dan harga. Mayoritas minyak yang dibeli adalah bimoli dan filma dengan kemasan refill. Responden beralih merek cukup tinggi yaitu 62% jika tidak ada merek yang dicari di lokasi pembelian. Ada hubungan yang nyata kemungkinan beralih ke minyak padat dengan usia, pekerjaan, pendidikan, pengeluaran dan jumlah anggota keluarga. Minyak goreng ini dinilai cukup ideal (sedang) oleh konsumen.

(39)

23

untuk bauran harga adalah harga sesuai kualitas, lokasi terutama kenyamanan. Promosi yang menjadi pertimbangan adalah iklan, hadiah dan potongan harga.

Nasution (2005) melakukan penelitian tentang analisis strategi pemasaran produk baru yaitu pestisida. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi strategi pemasaran yang dilakukan PT.Agricon Ltd. dan merumuskan bauran pemasaran yang paling tepat. Alat analisis yang digunakan adalah AHP (Analytic Hierarchy Proces). Hasilnya taktik (bauran pemasaran) yang tepat sesuai prioritas adalah promosi (pertemuan dengan kelompok tani), harga (dibawah pesaing), produk (kuantitas yang mencukupi) dan menggunakan distributor

Sidiq (2008) meneliti tentang analisis persepsi konsumen dan strategi pemasaran Jus Jeruk Siam Pontianak (JJSP). Analisis yang dilakukan terdiri dari pengujian dua peubah yang dianggap sebagai faktor pendukung keputusan pembelian JJSP oleh konsumen melalui uji ketergantungan (test of independence) dengan uji khi kuadrat dan uji kekuatan diantara hubungan faktor tersebut dengan koefisien kontingensi (C). Analisa biplot dilakukan untuk mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap hasil dari evaluasi produk jus jeruk (orange atau lemon). Dari kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah didapat, dapat dievaluasi atribut yang dapat dilayani secara optimal oleh produk JJSP sebagai acuan dalam positioning JJSP. Gabungan dari Uji khi kuadrat & koefisien kontingensi, analisa biplot dan analisa K-Means Clustering digunakan untuk menyusun persepsi dan strategi pemasaran.

(40)

gizi) , Harga (potongan dalam penjumlahan tertentu), promosi (brosur/leaflet) dan tempat (siap antar, kontinuitas ketersediaan).

(41)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Konsumsi minyak goreng di Indonesia meningkat setiap tahunnya semakin banyak perusahaan-perusahaan tertarik untuk meraih keuntungan diindustri minyak goreng, kesempatan untuk berinvestasi ke dalam industri minyak goreng masih terbuka. Minyak goreng padat merupakan minyak yang berwujud padat untuk penggorengan yang terendam (deep friying). Minyak goreng padat pada dasarnya memiliki segment industri fast food, tetapi dalam penelitian ini difokuskan kepada konsumen.

Minyak goreng padat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan minyak goreng padat yang berasal dari hasil penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). PPKS sudah mampu menghasilkan minyak goreng padat dari minyak kelapa sawit mentah (CPO). PPKS menggandeng PT Perkebunan Nusantara IV dalam memproduksi minyak goreng padat untuk memberikan pilihan kepada masyarakat luas. Prospek penggunaan minyak goreng padat kemungkinan akan meningkat dimasa yang akan datang, karena semakin banyak orang menyukai makanan cepat saji. Tanggapan konsumen terhadap minyak goreng padat perlu dilakukan untuk mengetahui respon konsumen.

Penelitian ini dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: perilaku pembelian minyak goreng cair, analisis diskriminan dan analisis conjoint. Perilaku pembelian minyak goreng cair dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, hasil analisis akan menghasilkan informasi bagaimana perilaku pembelian minyak goreng cair di kota Medan.

(42)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian.

Analisis Perilaku Konsumen Minyak Goreng Cair dan Minat Konsumen Terhadap Minyak Goreng Padat

Strategi Pemasaran Minyak Goreng Padat Produk Baru

Minyak Goreng Padat

Menganalisis Persepsi Konsumen

Terhadap Atribut-Atribut Minyak

Goreng cair Menganalisis Minat

Konsumen Terhadap Minyak Goreng Padat

Menganalisis Perilaku Pembelian Minyak Goreng Cair di kota

Medan

Analisis Conjoint

Analisis Diskriminan

Rekomendasi Pemasaran Minyak Goreng Padat

(43)

27 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian saya dilakukan di kota Medan. Penelitian saya ini merupakan studi dari penelitian yang juga dilakukan di kota Jakarta dan Bogor. Penelitian saya fokus untuk membahas konsumen. Penarikan sampel dilakukan secara purposive. Lokasi penelitian ditentukan di empat lokasi yang berbeda yaitu: perumahan (individu), perumahan (komunitas), pasar modern, dan pasar tradisional dengan karakteristik yang ada tersebut maka penulis ingin mengetahui respon konsumen terhadap produk minyak goreng padat. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2010. 3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan melakukan riset kepada konsumen untuk mendapatkan data primer. Metode survei merupakan metode penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok, wawancara dan obervasi dilapangan.

3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.

1. Data Primer

(44)

Data sekunder diperoleh melalui berbagai dokumen (literatur), data perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat, data demografi daerah kajian serta berbagai literatur lain yang terkait dengan topik kajian.

3.4. Teknik Pengambilan sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, artinya tidak ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Metode penarikan sampel (sampling) merupakan metodologi yang digunakan untuk memilih anggota-anggota dari populasi yang akan digunakan sebagai sampel yang representatif (mewakili). Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki satu kesamaan atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam kajian ini adalah secara sengaja (Purposive Sampling3). Lokasi pengambilan sampel dilakukan di empat daerah yaitu perumahan (individu), perumahan (komunitas), pasar modern, dan pasar tradisional. Teknik pengambilan sampel di daerah perumahan (individu) dilakukan dengan mewawancara konsumen di daerah perumahan dimana daerah perumahan tersebut tidak berada dalam kompleks suatu perumahan. Teknik pengambilan sampel di daerah perumahan (komunitas) dilakukan dengan mewawancara konsumen di daerah perumahan dimana daerah perumahan tersebut berada dalam kompleks perumahan. Teknik pengambilan sampel pada pasar modern dilakukan dengan mewawancarai konsumen yang sedang berbelanja di pasar modern. Teknik pengambilan sampel pada pasar tradisional dilakukan dengan mewawancarai konsumen yang sedang berbelanja di pasar tradisional. Pemilihan lokasi sampel dipilih berdasarkan kriteria pendekatan status sosial ekonomi.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan rumus Slovin berikut :

n = N _ ...(3) 1 + Ne

3

Purposive sampling adalah pengambilan sampel dengan maksud atau tujuan tertentu. Seorang peneliti memilih sesuatu sebagai sampel karena peneliti menggangap bahwa sesuatu tertentu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

2

(45)

29 Populasi di dalam penelitian ini adalah penduduk kota Medan. Menurut BPS (2009) penduduk kota Medan berjumlah 2 029 797 dengan menggunakan rumus Slovin dan nilai kritis yang digunakan sebesar 10 % maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 100 orang. Alokasi masing-masing sampel di empat lokasi pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Perumahan (individu) sebanyak 25 orang 2. Perumahan (komunitas) sebanyak 25 orang 3. Pasar modern sebanyak 25 orang

4. Pasar tradisional sebanyak 25 orang 3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Pengolahan data mengunakan metode analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif, untuk analisis data terlebih dahulu dilakukan editing data terhadap hasil kuisioner, untuk melihat bagaimana perilaku pembelian minyak goreng cair dilakukan analisis deskriptif. Analisis Chi-square digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of contingency). Analisis data terhadap atribut minyak goreng dilakukan dengan analisis multivariant pemasaran. Analisis multivariant yang digunakan yaitu analisis conjoint, sedangkan analisis multivariant pemasran yang digunakana untuk melihat tanggapan responden di kota Medan terhadap minyak goreng padat digunakan analisis diskriminan. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan software Minitab 15. Anlisis diskriminan dilakukan dengan menggunakan software Product and Service Solutions (SPSS) Statistics 20. Analisis conjoint dilakukan dengan menggunakan Software Statistical Analysis Software Statistical Analysis Software (SAS) 9.

Model analisis conjoint:

(46)

suatu kombinasi linier dari berbagai variabel independent, yaitu :

D = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 ...(5)

Dimana :

D = skor diskriminan

b = koefisien diskriminan atau bobot X = prediktor atau variabel independet

X1 = Jika produk minya goreng padat diproduksi dan tersedia di pasaran

akankah anda membeli ditempat tersebut? X2

X

= Jika ada minyak goreng baru dalam bentuk padat akankah anda mencobanya?

(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Produk.

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair pada suhu kamar, umumnya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng yang berasal dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, dan kedelai sedangkan minyak goreng yang berasal dari hewan biasanya dihasilkan dari lemak hewan seperti lemak kambing, lemak lembu dan lemak kerbau. Minyak goreng cair yang beredar umum di Indonesa adalah minyak yang berasal dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sedangkan minyak goreng yang beredar di negara-negara Amerika Serikat dan Eropah berasal dari kedelai, jagung, biji bunga matahari dan zaitun. Minyak goreng cari yang beredar di Indonesia memiliki kelebihan dibandingkan minyak goreng yang beredar di negara-neraga Amerika Serikat dan Eropah yaitu tidak memiliki kandungan lemak trans4

PPKS memformulasikan minyak goreng ini dalam bentuk padat (minyak goreng padat). Umumnya minyak goreng berbentuk cair dalam suhu kamar tetapi minyak goreng padat berbentuk padat pada suhu kamar. Minyak goreng padat

. Minyak goreng cair biasanya dapat digunakan hingga tiga sampai empat kali penggorengan. Jika digunakan lebih dari empat kali penggorengan minyak akan berubah warna dan kualitas penggorengan akan menurun.

Minyak goreng padat merupakan hasil penelitian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berlokasi di Medan (Sumatera Utara). Minyak goreng padat diformulasikan agar lebih tahan terhadap suhu tinggi sehingga dapat digunakan 20 kali penggorengan tanpa mengubah mutu minyak dan hasil gorengannya. Minyak goreng padat diperuntukkan untuk penggorengan terendam (deep friying) dengan tujuan menghasilkan pengorengan yang garing dan renyah seperti kripik goreng, kentang goreng, ayam goreng tepung dan makanan cepat saji lainnya.

4

(48)

umumnya banyak digunakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropah. Negara-negara Amerika Serikat dan Eropah penggunaan minyak goreng padat lebih banyak digunakan oleh restoran cepat saji (fast food restaurant). Minyak goreng padat umumnya digunakan dalam jumlah besar karena makanan yang akan disajikan, digoreng dalam keadaan terendam didalam minyak dan digoreng pada suhu yang tinggi. Minyak goreng padat hasil penelitian PPKS yang ada pada saat ini, satu-satunya minyak goreng yang bebas asam lemak trans dibandingkan dengan minyak goreng padat yang beredar dipasaran pada saat ini.

Gambar 5. Minyak Goreng Padat

4.2. Karakteristik Umum Responden.

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di empat lokasi yang berbeda yaitu: pasar modern, pasar tradisional, perumahan (komunitas) dan perumahan (individu), dari 100 orang responden yang terpilih terdiri dari delapan orang laki-laki dan 92 orang perempuan. Kebanyakaan para responden merupakan perempuan sepertinya perempuan lebih banyak berurusan dengan urusan rumah tangga sehingga memiliki lebih banyak pengetahuan terhadap minyak goreng yang digunakan sewaktu memasak.

(49)

33

Penentuan karateristik responden didasarkan pada pengaruhnya terhadap proses pembelian minyak goreng cair. Usia responden dibagi menjadi empat kelas, yaitu usia 15 – 25 tahun, 26 – 35 tahun, 36 – 45 tahun, dan ≥ 46 tahun. Responden yang berusia 15 - 25 tahun ada sebanyak 63 orang, repsonden yang berusia 26 – 35 tahun sebanyak 18 orang, responden yang berusia 36 – 45 tahun sebanyak 15 orang, dan responden yang berusia ≥ 46 tahun sebanyak empat orang (Tabel 1).

Tabel 1. Keragaman Responden Berdasarkan Tingkat Usia.

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas responden adalah perempuan dewasa atau ibu rumah tangga. Perempuan dewasa atau ibu rumah tangga yang umumnya berbelanja minyak goreng cair.

Chi Square Hitung (Tabel 2) > Chi Square Tabel (6.760 < 7.814) Kesimpulannya distribusi populasi seragam, responden yang berbelanja di pasar modern pada umumnya berusia 15 – 25 tahun. Perumahan (individu) pada umumnya responden memiliki usia 36 – 45 Tahun (ibu-ibu yang sudah mapan)

(50)

Berdasarkan tingkat sumber penghasilan (Tabel 3), diketahui penghasilan rata-rata responden berkisar Rp500 001 - Rp1 500 000 perbulan, sebanyak 17 orang. Responden yang memiliki penghasilan Rp1 500 001 - Rp2 500 000 sebanyak 11 orang. Responden yang memiliki penghasilan Rp2 500 001 - Rp5 000 000 sebanyak tujuh orang. Responden yang memiliki penghasilan ≤ Rp500 000 sebanyak empat orang. Responden yang memiliki penghasilan > Rp5 000 001 sebanyak satu orang. Sebanyak 40 orang responden mengisi sumber penghasilannya, tetapi 60 konsumen lainnya tidak mengisi sumber penghasilannya.

Tabel 3. Kerangaman Responden Berdasarkan Sumber Penghasilan.

(51)

35

Tabel 4. Kerangaman Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga.

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden cukup bervariasi mulai dari SMP sampai Sarjana pada Tabel 5. Latar belakang pendidikan sebagian besar responden adalah lulusan SMA/K (59 orang), kemudian lulusan perguruan tinggi (sarjana) sebanyak 21 orang, dan lulusan diploma akademik sebanyak 17 orang. Sisanya merupakan lulusan SMP sebanyak satu orang, kebanyakan dari responden memiliki status sebagai ibu rumah tangga (bukan wanita karir).

Tabel 5. Kerangaman Responden Berdasarkan Pendidikan.

(52)

Tabel 6. Hasil Analisis Chi Square Pendidikan

Pekerja responden (Tabel 7) pada umumnya adalah ibu rumah tangga. Sebagian besar responden bekerja sebagai administrasi (pegawai) sebanyak delapan orang, kemudian guru atau dosen sebanyak lima orang, ahli hukum dan dokter sebanyak dua orang, dan bekerja sebagai manajer sebanyak satu orang, sisanya sebanyak 46 orang tidak bekerja (tidak memiliki pekerjaan).

Tabel 7. Kerangaman Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan.

(53)

37

Tabel 8. Kerangaman Responden Berdasarkan Rata-rata Pembelian Minyak.

Chi Square Hitung (Tabel 9) > Chi Square Tabel (6.373 < 7.814) Kesimpulannya distribusi populasi seragam. Rata-rata pembelian minyak yang dilakukan oleh responden adalah satu sampai dua liter. Pembelian dilakukan oleh responden dari perumahan (individu) dan dilakukan di pasar modern.

Tabel 9. Hasil Analisis Chi Square Rata-rata Pembelian Minyak.

(54)

dengan responden yang membeli minyak goreng cair sebulan dua kali sebanyak 10 orang.

Tabel 10. Kerangaman Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian.

Chi Square Hitung (Tabel 11) > Chi Square Tabel (20.045 > 7.814) Kesimpulannya distribusi populasi tidak seragam. Responden di kota Medan umumnya berbelanja sebulan sekali. Responden umumnya berbelanja di pasar modern, dan untuk daerah perumahan sendiri pada umumnya perumahan (individu) yang berbelanja sebulan sekali.

Tabel 11. Hasil Analisis Chi Square Frekuensi pembelian.

(55)

39

kuesioner penelitian konsumen rata-rata konsumsi minyak goreng cair 100 responden di kota Medan adalah 253.7 gram (2.537 Kg) per bulannya.

Berbeda dengan hasil temuan yang dilakukan oleh Martianto et. al. (2005) dengan rata-rata konsumsi responden 23 gram per harinya yang memiliki anggota keluarga sebanyak 5 orang selama satu bulan (30 hari) konsumsi rata-rata minyak goreng cair responden seharusnya adalah 3450 gram (3.45 Kg) per bulannya berbeda dengan hasil rata-rata konsumsi minyak goreng cair 100 responden di kota Medan tetapi Martianto et. al (2005) tidak memberikan informasi berapa rata-rata penghasilan dari para respondennya. Penghasilan rata-rata terkait dengan daya beli dari responden, responden yang memiliki penghasilan rata-rata yang tinggi akan mampu memenuhi kebutuhanya tetapi responden yang memiliki penghasilan pas-pasan hanya mampu memenuhi kebutuhannya seadanya saja.

4.3. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Minyak Goreng Cair. 4.3.1. Proses Keputusan Pembelian Minyak Goreng Cair

Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan konsumen bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Ketika saat seseorang konsumen ingin membeli minyak goreng untuk menggoreng, keinginan tersebut tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu proses. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan didalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (eksternal).

(56)

dibeli dan cara pembayarannya. Konsumen akan bertanya kepada teman, saudara atau tenaga penjual, membaca surat kabar, majalah untuk konsumen, melihat dan mendengar berbagai iklan produk.

Minyak goreng padat belum dipasarkan sama sekali sehingga analisis deskriftif perlu dilakukan untuk melihat bagaimana proses keputusan pembelian minyak goreng cair oleh responden secara umum. Informasi yang didapat akan memberikan gambaran kepada pemasar minyak goreng padat bagaimana proses keputusan pembelian minyak goreng cair oleh responden. Seorang pemasar yang handal akan berhasil memasarkan produknya jika produk yang dipasarkan di tempat yang tepat, konsumen sasaran yang tepat, dan tempat pemasaran (saluran distribusi) yang tepat. Berdasarkan hasil data kuesioner penelitian konsumen, minyak goreng yang paling banyak digunakan responden adalah Bimoli.

4.3.2. Evaluasi Produk

Untuk memenuhi kebutuhannya konsumen akan mengkonsumsi suatu produk sebelum mengkonsumsi produk yang diinginkanya konsumen terlebih dahulu melakukan pencarian informasi terhadap produk yang akan dibelinya. Setelah mengumpulkan beberapa informasi konsumen akan melakukan evaluasi baik evaluasi informasi produk maupun evaluasi terhadap atribut-atribut produk. Kriteria evaluasi adalah atribut produk atau karateristik dari suatu produk dan jasa yang akan digunakan. Sebagai contohnya jika seseorang konsumen hendak membeli sebuah rumah, konsumen terlebih dahulu akan mempertimbangkan atribut-atribut berikut: lokasi rumah, luas rumah, model rumah, keamanan lingkungan, banjir atau tidak, harga rumah, cara pembayarannya dan perusahaan pengembang jika rumah tersebut berada didalam suatu kompleks perumahan.

(57)

41

biasa saja atau mungkin juga daerah kumuh (prestis lokasi dari daerah perumahan tersebut).

Pada tahap ini konsumen akan menetapkan kriteria-kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif-alternatif yang ada memutuskan berbagai macam alternatif-alternatif yang ada, menilai alternatif yang dipertimbangkan dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat keputusan akhir. Jika diilustrasikan dengan minyak goreng padat konsumen akan melihat atribut-atribut yang dimiliki oleh minyak goreng padat seperti harga minyak goreng, kemasan produk, ukuran produk, warna produk, kandungan nutrisi, dan hasil penggorengan.

Jika dihubungkan dengan pendapatnya Engel, Blackwell dan miniard (1995) yang menyebutkan tiga atribut penting yang umum sering digunakan untuk evaluasi yaitu: harga, merek dan negara asal atau pembuat produk. Harga adalah atribut produk dan jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi suatu produk. Hali ini dibenarkan oleh Sumarwan (2002) konsumen di Indonesia sebagian besar masih memiliki pendapatan yang rendah, oleh sebab itu harga adalah faktor utama yang dipertimbangkan untuk memilih produk atau jasa. Merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Merek-merek produk yang sudah lama dikenal oleh konsumen telah menjadi sebuah citra bahkan simbol status bagi produk tersebut. Asal negara sangat berpengaruh terhadap suatu produk, konsumen Indonesia dikenal sebagai konsumen yang menyukai produk impor. Konsumen yang ada di Indonesia menganggap produk impor sebagai produk yang lebih berkualitas dibandingkan produk lokal. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang sangat digemari oleh konsumen Indonesia. Sebagai bukti banyak fast food asing dari kedua negara tersebut berkembang pesat di Indonesia.

(58)

cara: observasi, kelompok fokus, survei, data perilaku dan pengalaman. Riset oberservasi dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dengan meneliti pelaku sebagai contoh diam-diam meneliti ketika mereka berbelanja atau ketika mereka mengkonsumsi produk. Riset obeservasi dapat juga dilakukan dengan sesi wawancara kepada pihak yang berkepentingan, dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada peneliti minyak goreng padat yang merupakan peneliti yang berasal dari PPKS, setelah mewawancara peneliti dari PPKS didapatkan hasil bahwa minyak goreng padat ini dapat digunakan sampai dengan 20 kali untuk menggoreng ayam dan dapat digunakan sampai 35 kali untuk menggoreng kentang tanpa mengubah mutu hasil penggorengan. Minyak goreng padat lebih menguntungkan jika dibandingkan minyak goreng cair yang hanya dapat digunakan empat sampai lima kali untuk menggoreng ayam dan kentang goreng.

Riset survei pada umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mempelajari pengetahuan, kepercayaan, preferensi, dan kepuasan masyarakat terhadap produk. Kuesioner penelitian konsumen merupakan contoh riset survei. Kuesioner penelitian konsumen yang diberikan kepada konsumen untuk diisi merupakan tools (alat) untuk melihat apa yang mendasari konsumen untuk membeli minyak goreng cair. Konsumen diharuskan untuk mengisi (memberikan bobot) terhadap atribut-atribut minyak goreng yang terdiri dari: harga yang terjangkau, kemasan produk, ukuran produk, warna produk, kandungan nutrisi produk, fortifikasi/penambahan nutrisi, hasil penggorengan, kepraktisan penggunaan, dan kepraktisan penyimpanan. Skala yang digunakan yaitu satu sampai lima dengan ketentuan sebagai berikut:

(1 = SANGAT TIDAK PENTING, 2 = TIDAK PENTING, 3 = KURANG PENTING, 4 = CUKUP, 5 = PENTING, 6 = SANGAT PENTING) seperti yang terlihat di Tabel 8.

(59)

43

minyak jika goreng cair yang digunakan oleh konsumen pada saat ini mendapatkan penambahan nutrisi. Konsumen membeli minyak goreng cair dengan pertimbangan kandungan nutrisi yang ada didalam minyak goreng cair, minyak goreng cair yang memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik (complete) lebih disukai oleh konsumen. Harga dari minyak goreng cair tidak terlalu mahal dan dapat dijangkau oleh kantung konsumen (daya beli konsumen). Hasil penggorengan dari minyak goreng cair harus baik (mutu hasil penggorengan harus baik).

Pengambilan keputusan pembelian minyak goreng cair memiliki situasi keterlibatan yang tinggi. Menurut Sumarwan (2002) jika konsumen mengambil keputusan dalam situasi keterlibatan tinggi penggunaan teknik yang biasa dilakukan merupakan teknik kompensatori. Teknik kompensatori adalah kelebihan suatu atribut dari sebuah merek dapat menutupi kelemahan dari atribut lainnya. Atribut utama yang diinginkan oleh konsumen adalah fortifikasi/penambahan nutrisi, kandungan nutrisi, harga yang terjangkau, dan hasil penggorengan. Pada Tabel 8. atribut skala kepentingan terdiri dari: harga yang terjangkau, kemasan produk, ukuran produk, warna produk, kandungan nutrisi, fortifikasi/penambahan nutrisi, hasil penggorengan, kepraktisan penggunaan, kepraktisan penyimpanan. Karena pengambilan keputusan pembelian minyak goreng cair memiliki situasi keterlibatan yang tinggi dan termasuk kedalam teknik kompensatori kelebihan atribut yang diinginkan oleh kosumen dapat menutupi kelemahan dari atribut yang lain. Pemasar harus fokus kepada atribut-atribut yang menurut konsumen penting.

Gambar

Gambar 1. Kelapa Sawit (Antara, 2008).
Gambar 2. Pohon Industri Kelapa Sawit. Sumber : Kementrian Perindustrian (2010).
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian.
Tabel 1. Keragaman Responden Berdasarkan Tingkat Usia.
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

[r]

Meski secara kualitas minyak goreng kemasan (cooking oil in pack) lebih baik, namun sampai dengan saat ini jenis minyak goreng curah atau minyak goreng tanpa merek (cooking oil

 Bakteri saprofit memperoleh makanan dari sisa- sisa makhluk hidup yang telah mati atau limbah, misalnya bakteri yang hidup di tempat sampah, Contoh : Escherichia

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 11/Pan-ALL/DPA- SKPD/2011 tanggal 15 Agustus 2011 oleh Panitia pengadaan Peralatan Lapangan dan Laboratorium

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/BM-27/POKJA/2015 tanggal 13 Agustus 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan 30 Ruas

dan Materialisme Terhadap Perilaku Perencanaan Dana Pensiun Dengan Impulsive Buying Sebagai Variabel Mediasi ” dengan benar. Penulisan Skripsi ini tidak lepas dari

The results of the study of the effect of the variables of benefit, service quality, and ease of use on the attractiveness and satisfaction of DANA E- Wallet