3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan permasalahan yang dijadikan topik penulisan
Tugas Akhir. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
berhubungan dengan objek penelitian yang penulis teliti.
Adapun pengertian objek penelitian menurut Husen Umar adalah sebagai
berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang
menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal jika dianggap perlu.”
(2005:303) Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, objek
penelitian yang diteliti oleh penulis ialah pada risiko penjualan kredit Unit Usaha
Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA yang beralamat di Jl. Suryani No.
3.2 Metode Penelitian
Pengertian metode penelitian menurut I Made Wirartha adalah :
“Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.”
(2006:68) Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu
mengunakan metode analisis deskriptif. Adapun pengertian metode analisis
deskriptif menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :
“Metode analisis deskriptif yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan perusahaan berdasarkan fakta yang ada untuk dianalisis berdasarkan literatur-literatur kemudian dapat diartikan menjadi sebuah kesimpulan.”
(2006:18) Dikemukakan bahwa metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki, yang pada akhirnya metode ini
digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran
3.2.1 Desain Penelitian
Definisi desain penelitian menurut Jonathan Sarwono ialah sebagai berikut :
“Desain penelitian adalah pedoman bagi peneliti untuk menentukan
arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”
(2006:79) Menurut Sugiyono, proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
“Proses penelitian terdiri atas: 1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Metode penelitian
5. Menyusun instrument penelitian 6. Kesimpulan.”
(2004:18) Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber Masalah
Peneliti menemukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar
penelitian.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap
penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab
mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya di dalam penelitian. Pada
penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang
akan diuji dengan cara menguji hipotesis.
3. Konsep dan Teori yang Relevan dan Penemuan yang Relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis) maka,
peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah. Selain
itu, penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan
sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun
kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan
penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya
kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Metode Penelitian
Untuk menguji hipotesis peneliti dapat memilih metode penelitin yang sesuai,
pertimbangan ideal untuk memilih metode tersebut adalah tingkat ketelitian
data yang diharapkan dan konsisten yang dikehedaki. Sedangkan pertimbangan
praktis adalah tersedianya dana, waktu dan kemudahan lainnya. Pada penelitian
ini metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif.
5. Menyusun Instrumen Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrument penelitian. Instrumen penelitian ini digunakan sebagai alat
observasi. Selain melakukan wawancara secara langsung, instrument yang
digunakan adalah buku catatan mengenai kebijakan-kebijakan perusahaan.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan
masalah.
6. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan
masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai
dasar untuk pembuatan keputusan.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Pengertian operasionaliasasi variabel menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :
“Operasionalisasi variabel adalah yang menjadikan variabel-variabel
yang sedang diteliti menjadi bersifat oprasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.”
(2006:28)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(independent variable). Menurut Jonathan Sarwono pengertian variabel bebas yaitu :
“Variabel bebas adalah suatu variabel yang variabelnya diukur,
(2006:54),
Dari definisi diatas, variabel bebas yaitu variabel yang keberadaannya
tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
adalah Risiko penjualan kredit.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator
Risiko Penjualan Kredit
“Penjualan kredit adalah suatu bentuk penjualan dimana saat barang atau jasa diserahkan, pembayarannya tidak segera diselesaikan pada saat itu juga. Penyelesaian pembayaran dalam beberapa hari sampai beberapa bulan.”
(Ardiyos, 2004:271)
“Risiko kredit adalalah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan pihak lain atau suatu kontrak tidak mau atau tidak mampu memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak, dan karena itu menyebabkan pemegang tagihan (klaim) mengalami kerugian.”
(Ardiyos, 2004:270)
Risiko penjualan kredit:
1. Kemungkinan pelanggan tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit.
2. Kemungkinan penjual mengalami kerugian.
3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1Sumber Data
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber data yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui hasil
wawancara dengan pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan
informasi yang sedang menjadi permasalahan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, literatur, artikel
dan dokumen-dokumen dari perusahaan serta berbagai sumber lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian sebagai sumber informasi.
3.2.3.2Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, penulis teknik pengumpulan data yang berkaitan
dengan pokok permasalahan yang hendak diungkapkan, yaitu:
1. Studi Pustaka (Library Research)
Penulis memperoleh sumber data sekunder melalui studi kepustakaan yaitu
dengan mendatangi perpustakaan dan mencari buku-buku literatur yang sesuai
dengan masalah yang diteliti, dan informasi yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan risiko penjualan kredit. Data
yang diperoleh dari studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah
ditemukan oleh para ahli yang kompeten di bidangnya masing-masing
2. Penelitian Secara Langsung (Field Research)
Melakukan usaha untuk mendapatkan data primer dan informasi tentang risiko
penjulan kredit yang diperlukan sebagai bahan penyusunan dan penganalisaan
berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis yang dilakukan dengan
cara mengunjungi perusahaan untuk melakukan penelitian terhadap kegiatan
perusahaan yang sesungguhnya. Sedangkan pengumpulan data guna
mendapatkan data primer adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Pengamatan (Observation)
Penulisan mengamati tentang hal yang berkaitan dengan risiko penjualan
kredit di koperasi, yaitu kegiatan pelaksanaan penjualan kredit yang
dilakukan di Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA.
b. Wawancara (Interview)
Penulis melakukan wawancara tentang pelaksanaan pelaksanaan penjualan
kredit yang dilakukan di Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI
HANUKARYA dan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data-data
informasi.
c. Dokumentasi (Documentation)
Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data
yang diperoleh dari Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI
HANUKARYA sebagai bahan untuk memperkuat penjelasan terhadap
3.2.4 Metode Analisis
Pengertian rancangan analisis menurut Burhan Bungin adalah :
“Metode analisis ialah sebuah rancangan yang akan memberikan
gambaran awal yang jelas dan terarah kepada penelitian tentang proses kegiatan penelitian”
(2003:37)
Sedangkan pengertian rancangan penelitian menurut Lexy J. Moleong adalah :
“Rancangan penelitian yaitu usaha merencanakan kemungkinan -kemungkinan tertentu secara luas tanpa menujukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsurnya masing-masing.”
(2000:36) Dalam menganalisis data, model penelitian yang digunakan oleh penulis
adalah rancangan analisis deskriptif, yaitu data yang diperoleh dan disimpulkan
kemudian dianalisis berdasarkan metode yang telah ditetapkan. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian, akan dibandingkan antara teori yang dipelajari
dengan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan pengolahan data
analisis untuk mendapatkan kesimpulan.
Adapun analisis data yang dilakukan oleh penulis adlah sebagai berikut:
1. Melakukan tinjauan terhadap penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan
2. Melakukan tinjauan terhadap hambatan yang terjadi dalam penjualan kredit
pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) pada KPRI HANUKARYA
Bandung.
3. Melakukan tinjauan terhadap risiko penjualan kredit pada Unit Usaha
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penjualan
Didalam bidang usaha khususnya dalam bidang perdagangan penghasilan
utama yang dihasilkan ialah berasal dari penjualan. Perkembangan penjualan pada
dewasa ini sangat berkembang pesat, dengan demikian tingkat persaingan antar
pesaing pun besar pengarunya pada perusahaan.
2.1.1.1 Definisi Penjualan
Pengertian penjualan menurut Basu Swastha menyatakan bahwa:
“Penjualan adalah ilmu dan seni yang mempengaruhi pribadi yang
dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan ”
(2001:8)
Pengertian penjualan menurut Hendry Simamora menjelaskan bahwa:
“Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan
merupakan jumlah kotor yang dibebankan pelanggan atas barang dan jasa “.
Sedangkan menurut Chairul Maroom memberikan definisi :
“Penjualan artinya penjualan barang dagang sebagai usaha pokok
yang biasanya dilakukan secara teratur “
(2002:28) Bedasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan
adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual
menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah
uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.
2.1.1.2 Klasifikasi Transaksi Penjualan
Ada Beberapa Transaksi Penjualan menurut La Midjan yang dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
“Transaksi penjualan dapat diklarifikasikan sebagai berikut: 1. Penjualan Tunai
2. Penjualan Kredit 3. Penjualan Tender 4. Penjualan Ekspor 5. Penjualan Konsinyasi 6. Penjualan Grosir.”
(2001:170) Adapun penjelasan beberapa klarifikasi penjualan ialah:
a. Penjualan Tunai
Penjualan tunai adalah Penjualan bersifat Cash dan Carry pada umumnya
terjadi secara kontan dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan
b. Penjualan Kredit
Penjualan kredit ialah penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu
bulan.
c. Penjualan Tender
Penjualan tender adalah penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender
untuk memegangkan tender selain harus memenuhi berbagai prosedur.
d. Penjualan Ekspor
Penjualan ekspor adalah penjualan yang dilaksanakan dengan pihak luar negeri
yang mengimpor barang tersebut.
e. Penjualan Konsinyasi
Penjualan konsinyasi adalah dilakukan secara titipan kepada pembeli juga
sebagai penjual.
f. Penjualan Grosir
Penjualan grosir dalah penjualan tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui
pedagangan glosir atau eceran.
2.1.1.3 Bagian-bagian Penjualan
Menurut Krismiadji menyatakan bahwa bagian penjualan terdiri dari:
“Bagian-bagian penjualan terdiri dari: 1. Bagian Penjualan
2. Bagian Kredit 3. Bagian Gudang 4. Bagian Pengiriman 5. Bagian Penagihan.”
Bagian-bagian penjualan diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagian Penjualan
Bagian penjualan adalah bagian penjualan menerima surat pesanan dari pihak
pembeli membuat surat order penjualan atas dasar pesanan tersebut.
2. Bagian Kredit
Bagian kredit adalah atas dasar pesanan dari pembeli yang diterima di bagian
penjualan, bagian ini memeriksa data kredit pelanggan yang selanjutnya
memberikan persetujuan terhadap surat pesanan tersebut dan memeriksanya ke
bagian gudang
3. Bagian Gudang
Bagian gudang adalah bagian yang bertugas untuk menyimpan persediaan
barang dagangan serta mempersiapkan barang dagangan yang akan dikirim
kepada pembeli.
4. Bagian Pengiriman
Bagian pengiriman adalah bagian ini mengeluarkan surat order penjualan dan
kemudian membuat nota pengiriman atas barang yang dipesan.
5. Bagian penagihan
Bagian penagihan adalah bagian ini bertugas untuk faktur dan kemudian
didistribusikan kepada:
a. Rangkap pertama (asli) diberikan kepada pelanggan
c. Rangkap ketiga diarsipkan berdasarkan nomor urut bersamaan dengan
surat order
2.1.1.4 Dokumen-Dokumen Penjualan
Dokumen – dokumen penjualan menurut La Midjan adalah sebagai berikut:
“Dokumen-dokumen penjualan terdiri dari: 1. Order Penjualan Barang (Sales Order)
2. Nota Penjualan Barang
3. Perintah Penyerahan Barang (delivery Order)
4. Faktur Penjualan (invoice)
5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)
6.Jurnal Penjualan (Sales Journal).”
(2001:183) Adapun penjelasan mengenai dokumen-dokumen penjualan adalah sebagai
berikut:
1. Order Penjualan Barang (Sales Order)
Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk
memperproses langganan dengan menyiapkan pesanan penjualan.
2. Nota Penjualan Barang
Nota penjualan barang merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan
barang yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen
3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)
Perintah penyerahan barang (delivery order) merupakan suatu bukti dalam
pengiriman barang atas barang yang diserahkan kepada pelanggan setelah ada
pencocokan rangkap slip.
4. Faktur Penjualan (Invoice)
Faktur Penjualan (Invoice) adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang
berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga
dan jumlah tagihanya.
5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)
Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip) adalah dokumen yang menjadi bukti
dalam pengiriman barang sehingga pelanggan dapat menerima pengiriman
barang tersebut.
6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
Jurnal Penjualan (Sales Journal) adalah formulir khusus yang digunakan untuk
mencatat secara kronologis transaksi penjualan yang terjadi dalam perusahan,
yang mana sisi debit berisi akun pendapatan (untuk penjualan tunai) atau
piutang (untuk penjualan kredit) dan di sisi kredit berisi akun penjualan beserta
jumlah dari transaksi penjualan tersebut.
2.1.1.5 Tujuan Penjualan
Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting
karena adanya kegiatan penjualan tersebut maka, akan terbentuk laba yang
Tujuan umum penjualan menurut Basu swastha, yaitu:
“Tujuan umum penjualan:
1. Mencapai volume penjualan tertentu 2. Mendapat laba tertentu
3. Menujang pertumbuhan perusahaan”
(2001:404)
2.1.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan menurut Basu Swastha adalah:
“Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan: 1. Kondisi dan Kemampuan Penjualan
2. Kondisi Modal Pasar 3. Modal
4. Kondisi Organisasi”
(2001:406) Beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Kondisi dan Kemampuan Penjualan
Kondisi dan Kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah
penting yang berkaitan dengan produk dijual, jumlah dan sifat dari tenaga
penjual adalah:
a. Jenis karakteristik barang dan jasa yang ditawarkan
b. Harga produk atau jasa
2. Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok pembelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualanya.
3. Modal
Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang
dagang ditempatkan atau untuk memperbesar usahanya.
4. Kondisi Organisasi
Pada perusahaan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh
bagian sendiri yaitu, bagian penjualan yang dipegang orang-orang yang ahli
dibidang penjualan.
2.1.2 Penjualan Kredit
2.1.2.1 Pengertian Penjualan Kredit
Menurut Soemarso S.R. mengemukakan bahwa:
“Penjualan merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut dengan penjualan kredit.”
(2004:338) Sedangkan menurut Sigit Hermawan menjelaskan bahwa:
”Penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan dengan cara perusahaan memberikan barang atau jasa dan pihak lain tidak langsung membayarnya tetapi pembayaran dilakukan pada masa mendatang.”
Dan menurut Ardiyos menyatakan bahwa:
“Penjualan kredit adalah suatu bentuk penjualan dimana saat barang atau jasa diserahkan, pembayarannya tidak segera diselesaikan pada saat itu juga. Penyelesaian pembayaran dalam beberapa hari sampai beberapa bulan.”
(2004:271) Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penjualan kredit
adalah penjualan barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan bukan pada saat
itu juga tetapi pada saat mendatang, dapat beberapa hari sampai beberapa bulan
setelah terjadinya penjualan tersebut.
2.1.2.2 Manfaat Penjualan Kredit
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti penjualan kredit memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu:
“Manfaat penjualan kredit:
1. Penjualan kredit meningkatkan jumlah penjualan 2. Penjualan kredit meningkatkan laba.”
(2002:124)
Berikut ini penjelasan dari manfaat penjualan kredit, adalah:
1. Penjualan kredit meningkatkan jumlah penjualan, dengan adanya penjualan
kredit yang merupakan bentuk kebijakan perusahaan yang memberikan
kelonggaran bagi pelanggan untuk membayar dikemudian atas penjualan
barang atau jasa, maka dapat meningkatakan daya tarik pelanggan untuk
2. Penjualan kredit meningkatkan laba, dengan meningkatnya jumlah penjualan
maka secara hal tersebut menyebabkan pula meningkatnya pendapatan
perusahaan atas kegiatan penjualan tersebut sehingga meningkatkan laba
perusahaan.
2.1.2.3 Jenis Penjualan Kredit
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, penjualan kredit terbagi atas:
“Jenis penjualan kredit:
1. Penjualan kredit tanpa diskon 2. Penjualan kredit dengan diskon.”
(2002:126)
Adapun penjelasan dari jenis penjualan kredit adalah seperti di bawah ini:
1. Penjualan kredit tanpa diskon ialah penjualan kredit tanpa adanya pemberian
diskon walaupun pelanggan membayar kewajiban atas penjualan kredit lebih
cepat dari waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan perjanjian.
2. Penjualan kredit dengan diskon ialah penjualan kredit yang diberikan
perusahaan mengitrodusir diskon yang bermaksud agar pembeli mempercepat
pembayaran mereka. Dengan demikian dapat ditekan kepreluan dana akan
tambahan piutang. Misalnya, perusahaan menawarkan syarat penjualan, 2/20
mereka akan memperoleh diskon 2%, tetapi jika melunasi pada hari ke 60
harus membayar dengan harga penuh.
2.1.2.4 Standar kredit
Standar Kredit berguna dalam penjualan kredit yaitu untuk
mengungkapkan kemampuan keuangan minimum pelanggan sehingga dapat
ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh kredit. Dengan demikian,
perusahaan dapat meramalkan siapa pelanggan yang akan dapat terlambat dalam
membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mengakibatkan kerugian
piutang.
Menurut Handono Mardiyanto Lima aspek yang umumnya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit meliputi hal berikut:
“Dasar untuk menentukan kelayakan kredit terdiri dari: 1. Karakter
2. Kapasitas 3. Kapital 4. Kolateral 5. Kondisi.”
(2009:127) Berikut adalah penjelasan dari dasar untuk menetapkan kelayakan kredit,
yaitu:
1. Karakter, sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai
dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut
diperhatikan.
2. Kapasitas, kemampuan pelanggan dalam membayar kewajibannya, yang
dengan aspek likuiditas dan solvabilitas (proporsi utang ataupun kemampuan
membayar utang).
3. Kapital, kekayaan bersih (ekuitas) yang dimiliki perusahaan. Rasio utang
terhadap ekuitas (debt equity ratio) dan rasio profitabilitas sering digunakan
mengukur aspek kapital ini.
4. Kolateral, sejumlah akiva yang dijadikan jaminan dalam konteks piutang
usaha, aktiva yang dijaminkan adalah surat berharga.
5. Kondisi, keadaan ekonomi makro yang akan mempengaruhi siklus bisnis
pelanggan dan mempengaruhi pula kemampuan membayar pelanggan pada
waktu mendatang.
2.1.3 Risiko Penjualan Kredit
Pengertian risiko menurut Ardiyos adalah:
“Risiko ialah peluang dimana hasil yang sesungguhnya bisa berbeda
dengan hasil yang diharapkan atau kemungkinan nilai yang hilang atau diperoleh yang dapat diukur.”
(2004:309) Menurut Ardiyos memberikan definisi sebagai berikut:
“Risiko kredit adalah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan pihak lain atau suatu kontrak tidak mau atau tidak mampu memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak, dan karena itu menyebabkan pemegang tagihan (klaim) mengalami kerugian.”
Sedangkan Mahsyad Ali menjelaskan:
Risiko kredit ialah risiko yang timbul karena pihak debitur tidak dapat melunasi kembali pinjaman sehingga pihak kreditur mengalami kerugian karena terjadinya kemacetan dalam penagihan.
(2004:27) Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko penjualan
kredit tidak begitu berbeda dengan risiko kredit, risiko penjualan kredit ialah
risiko yang berkaitan dengan pihak pelanggan yang tidak mampu memenuhi
ketentuan penjualan kredit sehingga penjual yang memegang tagihan mengalami
kerugian karena tidak tertagihnya hak penjual.
Menurut William Coem, Jenis-jenis risiko Penjualan Kredit yang dihadapi
oleh perusahaan ialah:
“ Jenis risiko penjualan kredit yang dihadapi perusahaan:
1. Perusahaan menghadapi risiko kredit dalam hal misalnya perusahaan tidak menerima pembayaran dimuka secara tunai untuk produk atau jasa yang dijualnya.
2. Dengan melakukan penyerahan barang atau jasa di depan dan menagih pembayaran kelak maka perusahaan menanggung suatu risiko selama tenggang waktu penyerahan barang atau jasa dengan waktu pembayaran.”
(2000:135) Adapun penjelasan dari jenis risiko penjualan kredit ialah:
1. Perusahaan menghadapi risiko kedit dalam hal misalnya perusahaan tidak
menerima pembayaran dimuka secara tunai untuk produk atau jasa yang
dijualnya, tentunya dengan tidak menerima uang muka atas penjualan kredit
tidak membayar tagihan perusahaan pada waktu pembayaran berbeda jika
pembayaran uang muka atas penjualan kredit dilakukan oleh pelanggan
tentunya akan sedikit mengurangi risiko kerugian karena beberapa bagian
pembayaran telah terbayar oleh uang muka.
2. Dengan melakukan penyerahan barang atau jasa di depan dan menagih
pembayaran kelak maka perusahaan menanggung suatu risiko selama
tenggang waktu penyerahan barang atau jasa dengan waktu pembayaran, jika
selama jangka waktu pembayaran pelanggan tidak mampu membayar maka
dipastikan perusahaan mengalami kerugian atas penjualan kredit.
2.1.4 Koperasi
2.1.4.1 Pengertian Koperasi
Koperasi pada umunya merupakan suatu lembaga ekonomi yang sangat
penting untuk dipertahankan dikarenakan kopersi merupakan perkumpulan
orang-orang yang secara sukarela mempersatukan diri dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan bentuk usaha yang dikelola
secara demokratis.
Pengertian koperasi menurut Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti adalah
sebagai berikut:
“Koperasi adalah suatu kumpulan yang beranggotakan orang atau badan yang anggotanya diberi kebebasan untuk masuk dan keluar dengan bekerjasama secara kekeluargaaan menjalankan usahanya demi mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.”
Pengertian koperasi menurut Tiktik Sartika Pratomo ialah:
“Koperasi bisa juga didefinisikan sebagai organisasi yang didirikan
dengan tujuan bersama untuk menunjang kepentingan ekonomi para anggotanya melalui suatu perusahaan bersama.”
(2007:4)
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.27 tentang Akuntansi Perkoperasian menjelaskan bahwa:
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.”
(2009:27.3) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah
badan usaha yang beranggotakan orang seseorang atau badan hukum yang
didirikan secara bersama sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
azas kekeluargaan demi meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.
2.1.4.2 Ciri-ciri Koperasi
Koperasi bersifat demokratis, menjunjuang tinggi kebersamaan,
kekeluargaan dan keterbukaan, Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992
tentang perkoperasian, koperasi Indonesia memiliki ciri-ciri yaitu:
1. Koperasi adalah badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan
2. Tujuan harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggotauntuk
meningkatkan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif, dan
efisien sehingga mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat
meningkatkan nilai tambah dan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota.
3. Kegiatan koperasi bersifat sukarela dan terbuka serta tidak boleh dipaksakan
oleh siapapun, yang berarti tidak ada pembatasan atau diskriminasi dalam
bentuk apapun.
4. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota
yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
5. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha dalam koperasi ditentukan
berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi dan balas jasa
terhadap modal yang diberikan kepada koperasi.
2.1.4.3 Landasan dan Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi menurut Undang-Undang No.25 tahun 1992 tentang
perkoperasian disebutkan bahwa:
1. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan anggota:
a. Pemberian jasa atau pelayanan yang bermanfaat bagi anggota.
b. Peningkatan taraf hidup anggota.
c. Peningkatan pendidikan moril anggota koperasi.
2. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan masyarakat :
a. Mengembalikan kepercayaan masyarakat akan manfaat koperasi
c. Meningkatkan warga masyarakat ekonomi lemah daalm wadah koperasi
d. Menciptakan dan memperluas lapangan kerja.
e. Membantu pelayanan dan penyediaan kebutuhan-kebutuhan.
f. Membantu usaha-usaha sosial dalam masyarakat sesuai Pasal 34
Undang-Undang No 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok perkoperasian.
g. Meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan masyarakat.
3. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan pemerintah:
a. Melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 (Koperasi
sebagai alat pendemokrasian ekonomi).
b. Membantu dan menunjang program pemerintah dalam pembangunan.
c. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat.
d. Partner pemerintah yang bergerak di bidang Indonesia.
Sedangkan landasan koperasi itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Landasan Idiil
Landasan Idiil adalah kelima sila dari Pancasila yaitu keTuhanan,
kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan harus dijadikan
dasar dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, karena sila-sila tersebut
menjadi sifat dan tujuan koperasi serta selamanya merupakan aspirasi
2. Landasan Struktural dan Landasan Gerak
Landasan struktural Undang-Undang Dasar 1945 dan landasan
geraknyaadalah Pasal 33 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 beserta
penjelasannya.
3. Landasan Operasional
Landasan operasional koperasi adalah GBHN merupakan pernyataan
kehendak rakyat tentang pokok umum pembayaran nasional yang akan
memberikan arah perjuangan Negara dan rakyat Indonesia.
4. Landasan Mental
Landasan mental koperasi adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi dalam
koperasi harus bergabung kedua landasan mental tadi sebagai kedua unsur
yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi, dan awas-mengawasi.
2.1.4.4 Fungsi dan Peran Koperasi
Koperasi sangat penting keberadaanya di dalam meningkatkan potensi
ekonomi rakyat serta di dalam mewujudkan demokrasi ekonomi.
Dalam Undang-Undang Perkoperasian No. 25 tahun 1992, bab III, bagian
pertama, Pasal 4, tentang Fungsi dan peran Koperasi adalah :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
peerekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan pereokonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Dalam menjalankan aktivitasnya koperasi melaksanakan prinsip koperasi
yaitu sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian atas hasil usaha secara adil sebanding dengan jasa usaha
masing-masing anggotanya.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
f. Pendidikan perkoperasian.
g. Kerjasama antar koperasi.
2.1.4.5 Bentuk dan Jenis-jenis Koperasi
Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992, ada dua bentuk koperasi
yaitu:
1. Koperasi Primer
Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
orang-seorang. Orang-seorang pembentuk koperasi adalah mereka yang memenunuhi
Koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.
Persyaratan ini dimaksud untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan
koperasi.
2. Koperasi Sekunder
Berdasarkan status keanggotaannya, koperasi sekunderterdiri atas dua macam,
yaitu koperasi yang beranggotakan:
a. Badan hukum koperasi primer
Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi primer disebut pusat
koperasi. Kerjasama diantara koperasi-koperasi primer yang setingkat
disebut kerjasama yang bersifat sejajar (horizontal).
b. Badan hukum koperasi sekunder
Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi sekunder disebut induk
koperasi. Kerjasama antara antara koperasi primer dengan koperasi
sekunder yang sama jenisnya disebut kerjasama vertikal. Sedangkan
kerjasama antara koperasi-koperasi sekunder yang setingkat bersifat
Dalam perkembangannya, koperasi mempunyai berbagai macam kegiatan
sesuai dengan kebutuhannya yang berdampak kepada pembagian jeni-jenis
koperasi.
Jenis-jenis koperasi menurut Jochen Ropke yaitu:
“Jenis-jenis koperasi adalah sebagai berikut: 1. Koperasi Simpan Pinjam (Koperasi Kredit) 2. Koperasi Konsumen (Koperasi Konsumsi) 3. Koperasi Produsen (Koperasi Produksi) 4. Koperasi Pemasaran (Koperasi Serba Usaha) 5. Koperasi Jasa”.
(2000:16) Adapun uraian dari jenis-jenis koperasi diatas adalah sebagai berikut:
1. Koperasi Simpan Pinjam (Koperasi Kredit)
Koperasi yang melakukan kegiatan usahanya daalm memberikan pinjaman
kepada anggotanya dengan mudah dan bunga yang ringan.
2. Koperasi Konsumen (Koperasi Konsumsi)
Koperasi yang melakukan kegiataan usahanya dengan menyediakan
barang-barang ekonomi untuk konsumen atau anggota.
3. Koperasi Produsen (Koperasi Produksi)
Koperasi yang melakukan kegiataan usahanya dengan memproduksi
barang-barang yang akan dipasarkan.
4. Koperasi Pemasaran (Koperasi Serba Usaha)
Koperasi yang melakukan kegiataan usahanya dalam hal cara memasarkan.
5. Koperasi Jasa
Modal koperasi dalam pelaksanaanya berasal dari para anggota, seperti
yang tertera dalam Undang-Undang No.12 tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian Pasal 32 ayat 2 menyatakan bahwa simpanan anggota di dalam
koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela.
Masing-masing jenis simpanan tersebut mempunyai tanggung jawab yang
berbeda-beda terhadap kerugian yang mungkin terjadi atau bilamana koperasi itu
dibubarkan.
Adapun pengertian dari masing-masing jenis simpanan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Simpanan wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota
untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu misalnya
ditarik pada waktu penjualan barang-barang aatu pada waktu anggota
menerima kredit dari koperasi dan sebagainya. Simpanan wajib ini tidak ikut
menanggung kerugian.
b. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk
diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang menjadi anggota koperasi
tersebut dan besarnya sama untuk semua anggota. Simpanan pokok ini ikut
menanggung kerugian.
c. Simpanan sukarela adalah simpanan yang diadakan oleha angggota atas dasar
2.2 Kerangka Pemikiran
Koperasi merupakan bentuk usaha bersama yang berdasarkan atas azas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi untuk mewujudkan dan mengembangkan
pereokonomian nasional. Setiap koperasi dalam kegiatan usahanya pastinya selalu
mengarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, yakni kesejahteraan para
anggotanya karena kesejahteraan anggota merupakan aspek paling utama dalam
keberadaan koperasi. Koperasi harus memberikan pelayanan yang menunjang
bagi kehidupan ekonomi para anggotanya.
Seperti dalam pengertiannya menurut Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti adalah sebagai berikut:
“Koperasi adalah suatu kumpulan yang beranggotakan orang atau badan yang anggotanya diberi kebebasan untuk masuk dan keluar dengan bekerjasama secara kekeluargaaan menjalankan usahanya demi mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.”
(2002:18) Pada umumnya koperasi terdiri dari beberapa unit usaha, seperti Unit
Usaha Pelayanan umum (Toko) yang menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari
untuk para anggotanya, Unit Usaha Pelayanan Keluarga yang menyediakan
kebutuhan akan barang-barang pelengkap (sekunder) keluarga, Unit Usaha Jatek
dan Rekanan yang menyediakan pelayanan jasa tekonologi, dan Unit Usaha
Simpan Pinjam yang memberikan pelayanan kegiatan simpan (tabungan) dan
Pinjaman uang untuk kebutuhan para anggota.
Salah satu bentuk unit usaha yang penting dan menunjang mengenai
(Toko). Pada unit usaha tersebut terdapat bentuk pelayanan koperasi dalam
menunjang para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya ialah
dengan melalui usaha pelayanan niaga dimana salah satu kegiatannya adalah
penjualan, baik penjualan tunai maupun penjualan kredit. Namun, pada dasarnya
penjualan yang merupakan bentuk konkrit pelayanan koperasi terhadap
anggotanya untuk membantu merigankan beban ekonomi anggotanya ialah
penjualan kredit.
Perlunya penjualan kredit untuk tujuan seperti di atas tercermin dalam
definisi penjualan kredit menurut Soemarso S.R.:
“Penjualan merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk mempebolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut dengan penjualan kredit.”
(2004:338)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan yaitu dengan adanya penjualan
kredit dalam koperasi, pelanggan yang pada dasarnya merupakan anggota
koperasi mendapatkan kelonggaran pada waktu penjualan.
Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperolehkan para
pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang dan jasa yang
dilakukan.
Dalam pelaksanaannya tidak semua kegiatan penjualan kredit berjalan
kepada anggotanya yang membeli barang dagangan secara kredit. Hal tersebut
merupakan risiko dari koperasi yang kebijakan penjualan secara kredit.
Menurut Ardiyos memberikan definisi sebagai berikut:
“Risiko kredit adalalah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan pihak lain atau suatu kontrak tidak mau atau tidak mampu memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak, dan karena itu menyebabkan pemegang tagihan (klaim) mengalami kerugian.”
(2009:270)
Dengan adanya penjualan kredit yang menimbulkan piutang sebagai hak
koperasi, memungkinkan pula timbulnya risiko bagi koperasi dikarenakan di
kemudian hari tepatnya pada saat pembayaran atas penjualan kredit tiba,
pelanggan yang merupakan anggota koperasi tidak mampu atau tidak mau
memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan sedangkan kebutuhan anggota
untuk berbelanja secara kredit yang dilakukan secara rutin terus terjadi. Hal
tersebut menyebabkan penumpukan hak koperasi yang belum tertagih atau bahkan
hak koperasi tidak dapat tertagih dan tentunya hal tersebut merugikan koperasi,
Gambar 2.1
Bagan Kerangka pemikiran Koperasi
Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko)
Unit Usaha Pelayanan
Keluarga
Unit Usaha Jatek dan
Rekanan
Unit Usaha Simpan
Pinjam
Penjualan Tunai Penjualan Kredit
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini perkembangan perekonomian di Indonesia semakin pesat
seiring laju perubahan zaman ke arah era globalisasi. Hal ini mengakibatkan
munculnya perusahaan-perusahaan baik yang berskala besar maupun yang
berskala kecil dan meningkatkan pula laju persaingan perusahaan-perusahaan
tersebut menjadi semakin ketat khususnya persaingan untuk menghasilkan
pendapatan yang optimal. Perusahaan-perusahaan yang bersaing pun bukan hanya
perusahaan yang bergerak di bidang jasa saja tetapi juga perusahaan yang
bergerak di bidang perdagangan dan industri.
Di tengah persaingan ketat antar perusahaan yang berorientasi pada
penghasilan yang optimal dan bahkan laba yang besar, Indonesia memiliki bentuk
usaha yang menjadi ciri khas perekonomian di Indonesia. Dalam hal ini
pemerintah Indonesia mengatur bentuk usaha tersebut yang dijelaskan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa
perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Salah satu bentuk usaha yang melandaskan kegiatannya sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan pada asas kekeluargaan, mengutamakan pada
kemakmuran masyarakat dan tentunya sesuai dengan pasal 33 ayat (1) tersebut
kepentingan perikemanusiaan bukan merupakan pemusatan permodalan atau
merupakan kebendaan. Koperasi mempunyai peranan penting dalam membantu
masyarakat terutama masyarakat golongan menengah ke bawah. Nilai-nilai dasar
seperti kekeluargaan, kesetiakawanan (solidaritas), keadilan, gotong royong,
demokrasi, dan kebersamaan dapat dijadikan sebagai faktor kekuatan koperasi
dalam keberadaannya di tengah masyarakat. Koperasi juga merupakan wadah
demokrasi ekonomi milik bersama para anggota, pengurus maupun pengelola.
Tujuan utama pendirian koperasi karyawan yaitu untuk melayani dan
membantu keperluan anggotanya dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Salah
satu bentuk bantuan koperasi terhadap anggotanya ialah dengan melalui
penjualan, baik penjualan tunai maupun penjuaaln kredit. Namun pada dasarnya
penjualan yang merupakan bentuk bantuan koperasi terhadap anggotanya untuk
merigankan beban anggotanya ialah penjualan kredit.
Penjualan kredit merupakan bentuk penjualan yang memberikan
kelonggaran bagi pelanggan untuk melakukan pembayaran, yakni denga tidak
membayar pada saat terjadi penyerahan barang atau jasa melainkan pembayaran
dilakukan kemudian, sekitar beberapa hari sampai dengan beberapa bulan.
Seperti diungkapkan oleh Sutrisno dalam jurnalnya pada tahun 2008 yaitu
Koperasi Indonesia, Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada
dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60
persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang
dalam pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa
dengan pangsa sekitar 31%.
Penjualan kredit yang diberikan oleh koperasi harus memberikan manfaat
bagi kopersi itu sendiri dan juga bagi anggotanya. Manfaat tersebut yaitu salah
satunya meningkatkan jumlah penjualan bagi koperasi yang akan meningkatkan
pula pada jumlah laba. Tidak seperti penjualan tunai, pada prakteknya penjualan
kredit selain dapat memberikan keuntungan bagi koperasi juga menyebabkan
masalah bagi koperasi. Masalah yang diakibatkan dari penjualan kredit ialah
sulitnya dalam penagihan hak koperasi atas penjualan kredit tersebut.
Salah satu koperasi di Indonesia adalah Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI) HANUKARYA Bandung merupakan koperasi yang
kegiatannya berdasarkan pada prinsip-prinsip koperasi. KPRI HANUKARYA
Bandung terdiri berbagai bidang usaha diantaranya ialah Unit Usaha Simpan
Pinjam, Unit Usaha Pelyanan Umum, Unit Usaha Pelayanan Keluarga, Unit
Usaha Pelayanan Jasa Teknologi.
Salah satu bidang usaha yang merupakan ujung tombak dari pelayanan
koperasi kepada anggotanya adalah pengadaan barang kebutuhan pokok
sehari-hari. KPRI HANUKARYA Bandung memilki Unit Usaha Pelayanan Umum
(Toko) yang kegiatannya memberikan pelayanan dan kesejahteraan langsung
kepada anggota dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Penjualan
kebutuhan pokok sehari-hari tersebut terjadi secara tunai dan secara kredit.
Penjualan secara tunai dilakukan bagi masyarakat umum dan penjualan kredit
Penjualan kredit merupakan salah satu bentuk kegiatan yang diupayakan
oleh KPRI HANUKARYA Bandung untuk membantu meringankan beban para
anggotanya dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, oleh sebab itu
penjualan kredit lebih disukai para anggota KPRI HANUKARYA Bandung
dibandingkan penjualan tunai. Selain itu, penjualan kredit merupakan salah satu
bentuk upaya KPRI HANUKARYA Bandung agar dapat meningkatkan volume
penjualan kebutuhan pokok sehari-hari yang dapat juga meningkatkan pendapatan
untuk mempertahankan keberadaan KPRI HANUKARYA Bandung khususnya
Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) agar beroperasi dengan baik. Dengan
demikian, untuk mempertahankan keberadaan KPRI HANUKARYA Bandung
khususnya Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) agar beroperasi dengan baik dan
mencapai target yang telah ditetapkan dapat ditunjang dengan adanya ketentuan
khusus pelaksanaan penjualan kredit yang mampu menciptakan penjualan kredit
yang tertata dengan baik. Belum adanya ketentuan khusus mengenai pelaksanaan
penjualan kredit seperti ketentuan mengenai batas maksimum nominal penjualan
kredit yang diberikan kepda anggota dapat mengurangi kelancaran jalannya
penjualan kredit.
Mengingat bukan hanya Unit Pelayanan Umum (Toko) yang memberikan
pelayananan penjualan kredit bagi anggota KPRI HANUKARYA Bandung, maka
dibutuhkan koordinasi antara Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) dengan Unit
Usaha lainnya mengenai informasi pelaksanaan penjualan kredit pada
kredit yang sebagian dananya bersumber dari gaji anggota KPRI HANUKARYA
Bandung. Kesulitan dalam penarikan tagihan tersebut akan menimbulkan
penumpukan tagihan atau bahkan tak tertagihya hak koperasi atas penjualan kredit
tersebut. Hal-hal tersebut dapat disebut pula sebagai risiko dari penjualan kredit
yang harus ditanggung oleh Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI
HANUKARYA Bandung.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Tinjauan atas Risiko Penjualan Kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HANUKARYA Bandung”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, penulis
mencoba mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan dibahas, diantaranya
ialah:
1. Belum adanya ketentuan khusus mengenai penjualan kredit, seperti batas
maksimum nominal penjualan kredit pada Unit Pelayanan Umum (Toko)
KPRI HANUKARYA Bandung yang diberikan kepada anggota.
2. Kurangnya koordinasi antara Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) dengan
Unit Usaha lainnya mengenai informasi pelaksanaan penjualan kredit pada
masing-masing Unit Usaha.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, penulis
mencoba merumusakan beberapa masalah yang akan dibahas, diantaranya ialah:
1. Bagaimana pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum
(Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.
2. Hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam penjualan kredit pada Unit
Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.
3. Risiko apa saja yang ditimbulkan dalam penjualan kredit pada Unit Usaha
Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data/informasi yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti sehingga dapat memecahkan
permasalahan tersebut.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha
Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam penjualan
3. Untuk mengetahui dan memahami risiko apa saja yang ditimbulkan dalam
penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI
HANUKARYA Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan oleh penulis dalam rangka
membandingkan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dengan praktek,
tentang analisis atas risiko penjualann kredit
1.4.1 Kegunaan Akademis
Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini diantaranya:
1. Kegunaan Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
pengembangan ilmu pengetahuaan terutama di bidang akuntansi
perkoperasian khususnya mengenai risiko penjualan kredit di koperasi.
2. Kegunaan Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis berkaitan dengan
penjualan kredit khususnya pada koperasi.
b. Mengetahui dan membandingkan antara teori yang didapat/diperoleh dari
bangku kuliah dengan keadaan sebenarnya di lapangan berkaitan dengan
penjualan kredit khususnya pada koperasi.
c. Mampu mempelajari dan memahami risiko penjualan kredit khususnya
pada koperasi.
Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pihak yang akan melakukan
penelitian sehingga dapat menambah wawasan, pengetahuan, baik teori
maupun praktek mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini,
yaitu risiko penjualan kredit pada Koperasi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah bagi
perusahaan/instansi, sebagai berikut:
Sebagai bahan masukan yang berguna untuk membuat atau mengkaji
kebijakan-kebijakan keuangan mengenai risiko penjualan kredit pada KPRI
HANUKARYA Bandung, khusunya pada Unit Pelayanan Umum (Toko).
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) HANUKARYA Bandung pada Unit Pelayanan Umum (Toko) yang
berlokasi di Jl. Suryani No. 16 Telp. 6030483 Ps. 289-290-306 Bandung 40211.
1.5.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian pada bulan April 2011 sampai dengan Juli
Tabel 1.1 4. Final pembuatan laporan
Penelitian 5. Pengumpulan Laporan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia, serta petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “Tinjauan atas Risiko Penjualan Kredit pada Unit Usaha Pelayanan
Uum (Toko) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HANUKARYA Bandung”. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menghadapi hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak maka penulisan
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
Penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian
sidang guna memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan karena terbatasnya
kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas
segala kekurangan tersebut. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar Tugas Akhir ini menjadi lebih baik lagi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing serta meluangkan waktu, pikiran dan tenaga baik
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Rini Septiani SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan
petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini.
5. Siti Kurnia Rahayu, SE., M. Ak,. Ak. selaku Dosen Wali kelas 3Ak5.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia.
7. Seluruh Staff dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia khususnya pada
Fakultas Ekoneomi Program Studi Akuntansi.
8. Gunawan, ST. selaku ketua pengurus KPRI HANUKARYA Bandung yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian pada Unit Usaha Pelayanan
Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.
9. Ii Sutija selaku Ketua Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI
HANUKARYA Bandung sekaligus selaku pembimbing penulis di tempat
penelitian yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan saran yang
10. Seluruh staff/karyawan Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI
HANUKARYA Bandung yang baik secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu penulis saat melakukan penelitian pada Unit Usaha
Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.
11. Mamah dan Bapakku tercinta, yaitu Imas Wahyuningsih dan Haris Samsudin
yang senantiasa memberikan dukungan moril berupa doa, dorongan,
semangat, curahan kasih sayang yang tulus dan bimbingannya serta dukungan
materil yang begitu besar yang tak mungkin terbalaskan untuk dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
12. Adikku dan Kakakku tersayang, yaitu Ahmad Luthfi Musyafa Samsudin dan
Taufik Ikbal samsudin yang tak pernah henti memberikan dukungan, doa, dan
semangat.
13. Kakak Sepupuku tersayang, Ririn dan Tantie yang selalu mendoakan dan
membantu penulis menyediakan fasilitas dalam penyelesaian Laporan Tugas
Akhir ini.
14. Seluruh keluargaku yang selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis.
15. Sahabatku terkasih, yaitu Hera Widya, Irma Fauzia, Sri Mulyati dan terutama
Julia Kurniatun yang selalu ada pada saat penulis senang maupun sedih dan
tiada pernah henti memberikan suntikan semangat kepada penulis.
16. Kawan-kawan seperjuanganku di kelas Ak5 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, terima kasih atas masukan, saran-saran,
17. Teman-temanku yang tak mungkin disebutkan satu per satu yang namun
selalu memberikan dukungan kepada penulis.
18. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan dan ketulusan
dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini.
Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membutuhkan khususnya bagi peneliti yang mengangkat judul yang sama dengan
judul yang penulis angkat.
Terima kasih.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
Bandung, Juli 2011
Selling is one of activities in cooperation for serve the necessity of
cooperation’s member. One of Public service Business Unit (Store) KPRI
HANUKARYA Bandung in selling is with presence of credit sales. Credit sales are one kind of sales where when goods or services are surrender, payment of it is not immediately finished in that moment. The payment could be finish in several days till several months. In credit sales that payment not finished in that moment, it is also can bring about risk. The main purpose of this research is to know risk of credit sales in Public service Business Unit (Store) KPRI HANUKARYA Bandung. The method used in this research is descriptive analysis method, it is the method that purpose to describe company in accordance with systematic, factual, accurate about characteristics and phenomena that observation. Finally, this method used for find diving problems. Data collection is done by direct observation with the parties concerned and the research literature is done by reading books related to the problem under study.
The result of this research is that credit sales indeed susceptible with risk. Risk of credit sales occurred likes in the theory. This case indeed possibility of cooperation’s member (costumer) cannot finish requisite of credit sales and possibility of KPRI HANUKARYA (seller) suffer financial loss.
Penjualan merupakan salah satu kegiatan yang biasa dilakukan di suatu koperasi guna melayani kebutuhan para anggotanya. Salah satu bentuk kebijakan Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA dalam hal penjualan yaitu dengan adanya penjualan kredit. Penjualan kredit adalah suatu bentuk penjualan dimana saat barang atau jasa diserahkan, pembayarannya tidak segera diselesaikan pada saat itu juga. Penyelesaian pembayaran dalam beberapa hari sampai beberapa bulan. Dalam penjualan kredit yang pembayarannya tidak diselesaikan pada saat itu juga tentunya akan menimbulkan risiko. Tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui risiko penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi/gambaran perusahaan secara sistematis, faktual, akurat, mengenai sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki. Pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dengan pihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Hasil penelitian ini adalah bahwa penjualan kredit memang rentan akan timbulnya risiko. Risiko penjualan kredit tersebut memang ada dan sesuai dengan teori. Hal ini antara lain dengan adanya kemungkinan anggota (pembeli) yang tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit dan kemungkinan KPRI HANUKARYA (Penjual) mengalami kerugian.
Review of Risk of Credit Sales In Public Service Business Unit
(Store) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
HANUKARYA Bandung
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
NAMA: DINNY ARYANTI SAMSUDIN NIM: 21308042
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Dinny Aryanti Samsudin
Tempat tanggal lahir : Bandung, 14 Desember 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Dago Atas Kampung Bengkok No 16 RT 01 RW
01 Bandung 40135
DATA PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Muhammadiyah VI Bandung 1996-2002
Sekolah Menengah Pertama : SMP Pasundan 6 Bandung 2002-2005
Sekolah Menengah Atas : SMAN 19 Bandung 2005-2008
Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia
(UNIKOM) Bandung
Bernhard Limbung. 2010. Pengusaha Koperasi. Jakarta: Margaretha Pustaka.
Burhan Bungin. 2003. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Coem Wiliam. 2000. Principles for the Management of Credit Risk. Basel: Basel Committee on Banking Supervision
Chairul Maroom, 2002, Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang, Yogyakarta : Andi.
Handono Mardiyanto. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Grasindo.
I Made Wirartha. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Peraturan Standar Akuntansi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Marsyad, Sigit Hermawan. 2006. Akuntansi untuk Perusahaan Jasa dan Dagang. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lexy J. Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rudianto. 2008. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.
Suad Husnan. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Tiktik Sartika Partomo. 2008. Ekonomi Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Risiko Penjualan
Kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) HANUKARYA Bandung”, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko)
KPRI HANUKARYA Bandung merupakan salah satu kegiatan KPRI
HANUKRYA Bandung yang sudah cukup sesuai dengan teori, dimana
penjualan kredit dilaksanakan dengan memperbolehkan anggota melakukan
beberapa kali transaksi belanja secara kredit dalam satu bulan dan
memperbolehkan anggota membayar hak koperasi atas penjualan kredit
tersebut dikemudian hari. Pembayaran hak koperasi atas penjualan kredit
tersebut dapat dilakukan secara langsung oleh anggota kepada pihak koperasi
dan dapat pula dibayarkan melalui pemotongan gaji/honor/tunjangan anggota.
2. Secara garis besar, hambatan-hambatan yang terjadi dalam penjualan kredit
pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung
adalah kurangnya ketentuan khusus mengenai penjualan kredit, kurangnya
memperhatikan standar kredit, kurangnya koordinasi antar Unit Usaha
mengenai informasi penjualan kredit/pemberian kredit terhadap anggota.
mengganggu kelancaran dalam pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha
Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.
3. Risiko penjualan kredit yang terjadi pada Unit Usaha Pelayanan Umum
(Toko) KPRI HANUKARYA Bandung sesuai dengan teori dijelaskan pada
bab sebelumnya yang mana ada dua hal yang menjadi risiko penjualan kredit.
Hal pertama yaitu kemungkinan pelanggan yang merupakan anggota KPRI
HANUKARYA Bandung tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit
yakni tidak mampu membayar hak koperasi atas penjualan kredit terlihat dari
tumpukkan tagihan selama beberapa bulan atas penjualan kredit yang
diberikan kepada anggota tersebut. Hal kedua yaitu Kemungkinan penjual
yang merupakan pihak KPRI HANUKARYA mengalami kerugian, hal
tersebut tentunya dikarenakan oleh pelanggan yang tidak mampu membayar
hak koperasi atas penjualan kredit.
5.2 Saran
Setelah dilakukannya penelitian yang dilakukan penulis pada Unit Usaha
Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung mengenai risiko
penjualan kredit, penulis mencoba memberi saran kepada instansi / perusahaan
dan saran yang disampaikan semoga dapat memberikan manfaat. Salah satu
manfaat dari saran adalah untuk memberi informasi-informasi atau
masukan-masukan dalam mencapai tujuan yang akan dicapai. Adapun saran yang
disampaikan penulis adalah sebagai berikut :