• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi wajah menggunakan metode speed-up robust features (SURF)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deteksi wajah menggunakan metode speed-up robust features (SURF)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

RIWAYAT HIDUP

ii

Penulis dilahirkan di kota Cianjur Jawa Barat pada tanggal

22 Juli 1989 dari ayah bernama Surahmat dan ibu bernama

Yati. Penulis merupakan anak pertama dari enam

bersaudara. Penulis meyelesaikan pendidikan Sekolah

Dasar di SDN Bunijaya Kab.Cianjur pada tahun1996 dan

lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan MTs di pondok pesantren Al-Masthuriyah

Sukabumi dan tamat pada tahun 2005. Penulis melanjutkan MA di pondok

pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi dan lulus pada tahun 2008. Setelah tamat

MA, penulis hijrah ke kota Bandung dan diterima di Fakultas Teknik dan Ilmu

Komputer Program Studi S1 Teknik Komputer Universitas Komputer Indonesia

dan tamat pada tahun 2014.

(2)

DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN METODE SPEED-UP

ROBUST FEATURES (SURF)

TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Pada

Program Studi Strata Satu Sistem Komputer di Jurusan Teknik Komputer

Oleh Febry Yansyah

10208041

Pembimbing

Taufik Nuzwir Nizar, M.Kom

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(3)

V

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta.

Shalawat serta salam semoga terlimpah bagi Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Atas rahmat dan hidayah dari Allah SWT akhirnya penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini, meskipun proses belajar sesungguhnya tak akan

pernah berhenti. Tugas Akhir ini sesungguhnya bukanlah sebuah kerja individual

dan akan sulit terlaksana tanpa bantuan banyak pihak yang tak mungkin penulis

sebutkan satu persatu. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wendi Zarman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Teknik Komputer yang

telah banyak memberikan nasihat dan semangat selama penulis mengerjakan

tugas akhir ini.

2. Bapak Taufiq Nuzwir Nizar, M.Kom, selaku pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat hingga tugas

akhir ini terselesaikan.

3. Ibu S. Indriani L., M.T, selaku dosen wali yang telah membimbing penulis

dari mulai masuk Universitas sampai penulis menyelesaikan tugas akhir.

4. Ibunda dan Ayahanda tercinta, yang telah memberikan semangat, nasihat dan

juga doa selama penulis mengerjakan tugas akhir.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Komputer.

6. Staf Administrasi Jurusan Teknik Komputer.

Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini menjadi sumbangsih

yang bermanfaat bagi dunia sains dan teknologi di Indonesia, khususnya disiplin

keilmuan yang penulis dalami.

Bandung, Februari 2014

(4)

vi

1.5 Metode Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TEORI PENUNJANG ... 6

2.1 Perkembangan Pengolahan Citra ... 6

2.2 Sistem Deteksi Wajah ... 8

2.3 Metoda Speed-Up Robust Features (SURF) ... 9

2.3.1 Ruang Skala (scale Space) ... 9

(5)

vii

2.8 Perangkat Keras ... 17

2.9 Perangkat Lunak ... 17

2.9.1 Bahasa Pemrograman C++ ... 18

2.9.2 QT Creator ... 20

2.9.3 Open Source Computer Vision (Open CV)... 21

BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 23

3.1 Diagram Blok... 23

3.4 Perancangan Sistem ... 28

3.4.1 Konfigurasi OpenCV ... 28

3.4.2 Antarmuka Sistem ... 31

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ... 32

4.1 Pengujian Antarmuka Sistem ... 32

4.2 Proses Pengujian Pemotongan Area Wajah dengan Metode ROI ... 33

4.3 Proses Pengujian Ekstraksi Fitur SURF Pada Citra Uji ... 33

4.4 Proses Pengujian Ekstraksi Fitur SURF Pada Citra Data Awal ... 34

4.5 Proses Pengujian Matching Menggunakan FLANN ... 34

4.6 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan ... 35

4.6.1 Citra Data Awal dan Citra Uji ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

(6)

47

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sandyprayogi, E.Puspita, R.Susetyoko .Sistem Deteksi Wajah Pada Sistem Pengamanan

Lingkungan Berdasarkan Deteksi Objek Bergerak Menggunakan Kamera. Diakses 12 Juni

2013, dari http://www.eepis its.edu/uploadta/downloadmk.php?id=854

[2] Tania,D.K. (2010,07). Pengenalan Gambar Menggunakan Sebagian Data Gambar.

Diakses 06 Juni 2013, dari

http://uppm.ilkom.unsri.ac.id/userfiles/JurnalVol_5_No_2_Juli_2010/3-.pdf

[3] BROWN,M,m and LOWE, D.G., “Invariant Features from Interest Point Groups”,

British Machine Vision Conferense, Cardiff, Wales, page 656-665,2002.

[4] LOWE, D.G., “Distinctive Image Features from Scale-Invariant Keypoint”. Internasional

Journal of Computer Vision”, 60(2):91-110,2004.

[5] BAY,H., FASEL,B., and VAN GOOL,L., “Interactive Museum Guide : Fast and Robust

Recognition of Museum Object”. In Proceedings of the First International Workshop on

Mobile Vision”, May 2006

[6] “QT Programing”. Diakses 06 Oktober 2013

http://eko-artikel.blogspot.com/2013/09/qt-programming.html (Qt)

[7] OpenCV 2 Computer Vision Application Programming Cookbook. Diakses 06 Juni 2013

http://www.laganiere.name/opencvCookbook/chap1s1_2.shtml (OpenCV)

[8] Hidayat, 2011, “Menyusun Skripsi & Tesis”, Informatika.

[9] Rahman, A. M., Wasista,S. Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Webcam Untuk

Absensi Dengan Metoda Template Matching. Diakses 13 April 2013, dari

(7)

48

[10] Kurniawan, A., Saleh,A., Ramadijanti,N. Aplikasi Absesni Kuliah Berbasis Identifikasi

Wajah Menggunakan Metode Gabor Wavelet. Diakses 13 April 2013, dari

http://www.eepis-its.edu/uploadta/downloadmk.php?id=1414

[11] Agustian,Indra. (2012,06). Deteksi Kedip Mata Berbasis Metode SURF. Diakses 06 Juni

2013 dari http://unib.ac.id/blog/jurnalamplifier/files/2013/01/3-83kv04g4o9qzyp0.pdf

[12] Geng Du., Fei SU., Anni Cai. (2009) Face Recognition Using SURF Features. Diakses

29 Mei 2013, dari

http://robotics.csie.ncku.edu.tw/HCI_Project_2009/Face_recognition_using_SURF_features.

pdf

[13] “Real-time object detection in OpenCV using SURF”. Diakses 29 September 2013, dari

http://robocv.blogspot.com/2012/02/real-time-object-detection-in-opencv.html

[14]” Face detection con OpenCV 2.4 (Haar-like Feature based)”. Diakses 29 September

2013, dari

http://brainsnippets.org/2013/03/31/face-detection-con-opencv-2-4-haar-like-feature-based/

[15] ”SURF : Speed Up Robust Features”. Diakses 29 September 2013, dari

http://www.vision.ee.ethz.ch/~surf/index.html

[16] “Open CV”. Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2013, dari http://opencv.org/

[17] “QT Creator”. Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2013, dari

http://qt-project.org/groups/qt_creator/forum

[18] Wijaya, Marvin CH., Prijono, Agus., 2007, “Pengolahan Citra Digital Menggunakan

(8)

49

[19] Gunawan, Krisna., “Perancangan Sistem Pengenalan Wajah Berbasis Algoritma

Principal Component Analysis (PCA)”. Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2013, dari

http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-krisnaguna-29990&q=Krisna%20PCA

[20] Munir, Rinaldi., 2004, “Pengolahan Citra Digital Dengan Pendeteksian

Algoritmik”,Informatika : Bandung.

[21] “Interest Point Detection” Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2013, dari

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini bukan hanya memberikan penjelasan

mengenai alat yang akan dirancang dan implementasikan, namun memberikan

gambaran mengenai latar belakang mengapa permasalahan yang diambil adalah

mengenai deteksi wajah dengan metoda Speed-Up Robust Features (SURF),

menjelaskan masalah apa saja yang ingin dipecahkan dan tujuan yang ingin

dicapai pada tugas akhir ini.

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya teknologi, maka pengaplikasian deteksi

wajah mengalami pengembangan yang sangat cepat dan semakin banyak

digunakan, contohnya untuk sistem keamanan, absensi dan lainnya. Deteksi wajah

(face detection) merupakan salah satu tahap awal yang sangat penting sebelum

dilakukan proses pengenalan wajah (face recognition)[1]. Sistem pengenalan

wajah akan digunakan untuk membandingkan citra wajah masukan dengan suatu

kumpulan wajah sehingga dapat mengenali mana wajah yang paling cocok dengan

citra wajah tersebut.

Dari penelitian ini diharapkan dapat menguji perubahan transformasi pada

suatu area wajah. Selanjutnya pengaplikasian deteksi wajah dapat digunakan

untuk monitoring pada suatu ruangan. Telah di ketahui bersama bahwa sistem

monitoring yang sekarang ini masih jarang digunakan. Untuk itu deteksi wajah

dapat dimanfaatkan untuk monitoring keberadaan seseorang pada suatu ruangan,

dimana monitoring ruangan dengan deteksi wajah dapat mempermudah manusia

dalam hal mengetahui keberadaan seseorang didalam ruangan tanpa memasuki

suatu ruangan. Dengan pemanfaatan deteksi wajah ini akan memonitoring setiap

objek pada suatu ruangan dengan menggunakan kamera misalnya, yang

selanjutnya akan diproses dengan metoda deteksi wajah yang telah ada untuk

(10)

2

Untuk deteksi wajah itu sendiri telah banyak dikembangkan dengan

beberapa metode yang telah ada, pada penelitian sebelumnya deteksi wajah

berbasis metode template matching[9], dan metode Gabor Wavelet[10].

Akan tetapi berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini

akan menggunakan metode Speed-Up Robust Features (SURF). Metoda SURF

merupakan sebuah metode deteksi fitur yang menggunakan keypoint dari sebuah

gambar, keypoint itu sendiri adalah bagian-bagian dari sebuah gambar yang

nilainya tetap ketika mengalami perubahan skala, rotasi, blurring, transformasi

3dimensi dan pencahayaan. Salah satu tujuan penelitian deteksi wajah dengan

metoda SURF ini diharapkan agar dapat menganalisa wajah yang tidak utuh pada

posisi derajat tertentu berdasarkan transformasi rotasi, skala, dan perubahan 3

dimensi dengan dilakukan kalibrasi posisi wajah terlebih dahulu.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam pendeteksian wajah, kelemahan yang paling utama seperti yang

telah dipaparkan pada latar belakang, bahwa tidak sempurnanya gambar yang

dihasilkan ketika proses pengambilan gambar. Maka dari itu perlu digunakan

suatu metode pendeteksi wajah yang dapat mendeteksi area wajah pada posisi

derajat tertentu.

Dari hal diatas, maka dapat kita rumuskan suatu rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mendeteksi objek, dalam kasus ini adalah objek wajah,

dengan memanfaatkan ciri-ciri yang terdapat pada suatu objek wajah

menggunakan metode SURF.

2. Bagaimana cara menampilkan area wajah dengan menggunakan metoda

region of interest (ROI).

3. Bagaimana cara ekstraksi area wajah menggunakan metoda SURF.

4. Membuat aplikasi deteksi wajah menggunakan metode SURF, dengan

memanfaatkan Open CV.

5. Menguji ketangguhan metode SURF berdasarkan transformasi rotasi, skala

(11)

3

1.3. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan paparan mengenai latar belakang permasalahan serta masalah

apa saja yang ingin penulis pecahkan, tidak terlepas dari maksud dan tujuan yang

terkait dengan perancangan sistem ini.

1.3.1 Maksud

Maksud dari pembuatan tugas akhir ini adalah membuat suatu sistem

deteksi area wajah dengan menggunakan metode SURF pada citra yang telah

mengalami transformasi rotasi, skala dan 3 dimensi.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk menciptakan

efektifitas kerja dari sistem yang dirancang agar lebih banyak keuntungan yang

dapat diperoleh.

1.4. Batasan Masalah

Pada perancangan sistem yang akan dibuat ini terdapat beberapa batasan

masalah, yaitu:

1. Citra yang digunakan sebagai masukan menggunakan citra diam.

2. Pengujian yang dilakukan adalah objek citra wajah yang telah mengalami

transformasi rotasi, skala dan 3 dimensi.

3. Sistem yang dibangun hanya mendeteksi area wajah, bukan pengenalan wajah.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang akan digunakan untuk pengerjaan/penyusunan

tugas akhir ini adalah:

1. Studi Literatur

Moteda ini digunakan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dari

literatur-literatur yang sudah ada, baik dari buku, jurnal dan internet.

2. Observasi

Metoda ini dilakukan untuk melakukan observasi terhadap tools yang

digunakan untuk sistem deteksi wajah dengan berbekal informasi dan

pengetahuan yang sudah di dapatkan dari studi literatur. Tools yang digunakan

(12)

4 3. Perancangan Model Sistem

Metoda ini dilakukan untuk menerapkan informasi yang sudah didapatkan dari

studi literatur dan pengalaman dalam observasi kedalam model sistem yang

akan dirancang.

4. Pengujian dan Analisis Sistem

Untuk mengetahui kinerja dari sistem, maka model sistem yang telah

dirancangan akan di uji apakah hasil yang dihasilkan telah sesuai seperti yang

telah direncanakan, dan selanjutnya akan dianalisa untuk mengetahui performa

sistem deteksi wajah yang telah dirancang.

1.6. Sistematika Penulisan

Berdasarkan struktur penulisan yang dibuat, terdapat

penjelasan-penjelasan mengenai isi tiap bagian/bab yang ditulis.

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II TEORI PENUNJANG

Bagian teori penunjang berisika teori penunjang/dasar yang menjelaskan hal-hal

yang berhubungan dengan judul agar pembaca dapat memahami istilah-istilah/

teminologi dan maksud serta materi yang tertuang dalam buku tugas akhir.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Bagian perancangan sistem berisi blok/blok sistem yang disimulasikan /dirancang

/diimplementasikan dengan penjelasannya. Parameter-parameter sistem, blok

diagram, diagram alir sistem, diagram alir proses pekerjaan dan hal-hal yang

berhubungan dengan hal tersebut.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Dalam pengujian dan analisa berisi mengenai keluaran yang didapat, misalnya

grafik dan hasil simulasi, spesifikasi alat yang dibuat, nilai parameter yang sudah

(13)

5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian kesimpulan berisi hal-hal yang bisa disimpulkan dari hasil pengujian dan

analisa yang dilakukan pada BAB IV, juga menjawab apa yang sudah dinyatakan

dalam tujuan.

Saran berisi hal-hal yang mungkin dilakukan untuk pengembangan penelitian baik

sebagai kelanjutan/pengembangan penelitian ataupun sebagai pembanding

(14)

6

BAB II

TEORI PENUNJANG

2.1 Perkembangan Pengolahan Citra

Data atau informasi tidak hanya disajikan dalam bentuk teks saja, akan

tetapi dapat berupa sebuah gambar, audio (bunyi, suara, musik), dan video.

Keempat macam data atau informasi tersebut sering disebut multimedia.

Citra/gambar merupakan salah satu komponen multimedia yang memiliki peranan

penting sebagai informasi visual. Citra memiliki karakteristik yang tidak dimiliki

oleh data teks, yaitu citra kaya dengan informasi. Ada sebuah peribahasa yang

berbunyi “a picture is more than a thousand word” (sebuah gambar bermakna

lebih dari seribu kata), maksudnya adalah sebuah gambar dapat memberikan

informasi yang lebih banyak daripada informasi tersebut dalam bentuk kata-kata.

Citra secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwiwarna

(dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi

menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang dwiwarna. Sumber cahaya

menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya

tersebut. Pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat optik, misalnya mata pada

manusia, kamera, pemindai (scanner) dan sebagainya, sehingga bayangan objek

yang disebut citra tersebut terekam.

Pengolahan citra secara digital dimulai pada awal tahun 1921, yaitu

pertama kalinya sebuah foto berhasil di transmisikan secara digital melalui kabel

laut dari kota New York ke kota London (Bartlane Cable Picture Transmission

System) dengan memakan waktu kurang dari 3 jam yang biasanya pengiriman

suatu foto saat itu membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Selanjutnya pada

tahun 1960 tercatat perkembangan pesat dikarenakan munculnya teknologi

komputer yang sanggup memenuhi suatu kecepatan proses dan kapasitas memori

(15)

7

Bidang ini sangat berhubungan erat dengan ilmu pengenalan pola, yang

secara umum bertujuan mengenali suatu objek dengan cara mengekstrasi

informasi penting yang terdapat pada suatu citra. Contoh aplikasi pengolahan citra

pada berbagai disiplin ilmu :

1. Dalam bidang kedokteran terdapat sistem deteksi diagnosis suatu kelainan

dalam tubuh manusia melalui citra yang dihasilkan oleh scanner.

Gambar 2.1 Hasil Pencitraan Menggunakan Scanner

1. Dalam bidang industri pengolahan citra di terapkan pada sistem pemeriksaan

sauatu produk melalui kamera video.

2. Dalam bidang perdagangan pegolahan citra digunakan untuk sistem

mengelani huruf / angka dalam suatu formulir secara otomatis oleh mesin

pembaca.

3. Dalam bidang militer sistem ini diterapkan pada pengenalan target peluru

(16)

8

2.2 Sistem Deteksi Wajah

Deteksi wajah adalah salah satu tahap pra-proses yang sangat penting di

dalam sistem pengenalan wajah yang di gunakan untuk sistem biometrik. Deteksi

wajah juga dapat digunakan untuk pencarian dan pengindeksan citra atau video

yang didalamnya terdapat wajah manusia dalam berbagai ukuran, posisi, dan latar

belakang.

Pendeteksian wajah merupakan proses segmentasi area wajah dengan latar

belakang dari suatu citra masukan. Proses ini bekerja dengan cara memeriksa citra

yang dimasukan apakah memiliki ciri wajah atau tidak. Jika memiliki ciri wajah,

maka akan dilakukan proses pemisahan citra wajah dengan latar belakang citra

yang dimasukan. Berikut ini merupakan diagram blok proses pendeteksian wajah:

Gambar 2.2 Diagram Blok Proses Pendeteksian Wajah

Proses pendeteksian pada diagram blok diatas dimulai dengan masukan

berupa citra yang selanjutnya citra akan di proses oleh komputer dengan

menggunakan tools yang tersedia dengan memanfaatkan metoda-metoda yang

telah ada. Selanjutnya akan ditampilkan hasil dari proses deteksi wajah apakah

terdeteksi atau tidak.

Masukan dapat berupa video ataupun citra, apabila masukan berupa video

biasanya sistem berjalan secara online atau real time dan proses yang dapat

dilakukan adalah proses face tracking. Sementara jika masukan berupa citra,

biasanya sistem berjalan offline, maka dapat dilakukan proses pendeteksian wajah

[19].

Citra Komputer Hasil Deteksi

(17)

9

2.3 Metoda Speed-Up Robust Features (SURF)

Metoda Speed-Up Robust Features (SURF) merupakan sebuah metode

deteksi fitur yang menggunakan keypoint dari sebuah citra/gambar. Keypoint itu

sendiri adalah bagian-bagian dari sebuah citra/gambar yang nilainya kuat/tetap

ketika mengalami perubahan skala, rotasi, blurring, transformasi 3 dimensi,

pencahayaan dan juga perubahan bentuk.

Perubahan bentuk itu bisa terjadi karena bentuk citra data awal yang tidak

utuh atau tidak sempurna gambar yang ada di dalam citra sampel tersebut. Citra

uji yang tidak utuh mungkin karena ada objek lain yang menutupi, atau

pengambilan gambar yang tidak sempurna, atau keadaan objek itu sendiri yang

telah mengalami perubahan. Agar supaya invarian terhadap skala maka proses

pertama yang dilakukan adalah membuat ruang sekala (scale space).

2.3.1 Ruang Skala (Scale Space)

Ruang skala di bagi kedalam bilangan octave, dimana satu octave

mempresentasikan respon filter yang melakukan proses konvolusi citra masukan

dengan filter yang ukurannya bertambah tinggi. Dalam SURF, level paling rendah

dalam scale space diperoleh dari output filter 9x9. Filter ini berhubungan dengan

nilai Gaussian σ =1.2. Ketika membuat filter yang lebih besar, ada beberapa

faktor yang harus di perhitungkan terlebih dahulu. Kenaikan ukuran dibatasi oleh

panjang lobe yang positif atau negatif dari turunan Gaussian orde kedua. Berikut

ini presentasi dari turunan Gaussian orde kedua :

Gambar 2.3 (a) Turunan Orde Dua Gaussian (b) Scale Scale

Pada gambar 2.3(a) menunjukan Lobe positif yang mempresentasikan

dengan warna kotak putih, sedangkan lobe negatif dipresentasikan dengan warna

(18)

10

kotak hitam. Gambar 2.3(a) menunjukan turunan orde dua Gaussian terhadap x,y

dan xy.

Karena dalam proses ini kita membutuhkan posisi central pixel tetap,

maka kenaikan ukuran pixel minimum 2 (satu pixel untuk setiap sisi), karena ada

tiga lobe dimasing-masing filter adalah 6. Dengan demikian ukuran filter-filter

untuk octave pertama adalah 9x9, 15x15, 21x21, 27x27. Sedangkan untuk setiap

octave yang baru, ukuran kenaikan filter adalah double (dari 6 menjadi 12,

menjadi 24, dan menjadi 48), sehingga ukuran filter octave kedua adalah

15,27,39,51. Octave ketiga 27,51,75,99, dan jika gambar asli masih lebih besar

dari ukuran filter, maka octave keempat dibuat yaitu dengan ukuran filter

51,99,147 dan 195. Pada gambar 2.3(b) menunjukan contoh scale space.

2.3.2 Penempatan Lokasi Keypoint dengan Akurat

Untuk mencari lokasi keypoint yang invariant terhadap rotasi, maka

dilakukan proses yang terdiri dari tiga langkah seperti di bawah ini :

1. Langkah pertama : Menentukan nilai ambang penentuan lokasi apakah

keypoint atau tidak. Ketika nilai ambang dinaikan, jumlah keypoint yang

terdeteksi lebiih kecil dan sebaliknya. Oleh karena itu, nilai ambang bisa

disesuaikan untuk setiap aplikasi.

2. Langkah kedua : Sesudah proses penentuan ambang, selanjutnya proses

non-maxima suppression dilakukan untuk mencari sekumpulan calon keypoint.

Proses ini dilakukan dengan membandingkan masing-masing pixel gambar

pada scale space dengan 26 tetangga, yang terdiri atas 8 titik di scale asli dan

9 di masing-masing scale diatas dan dibawahnya ( total keseluruhan 9+8+9=

26). Hasil dari non-maxima suppression adalah keypoint yang dihasilkan

gambar.

3. Langkah ketiga : Proses ini adalah proses terakhir dimana dalam mencari

keypoint yaitu dengan menggunakan interpolasi dengan data yang dekat

(19)

11

yang diajukan oleh Brown[3]. H(x, y, σ) menyatakan determinan Hessian,

yang didefinisikan sebagai persamaan berikut ini :

Lokasi ekstrim yang diinterpolasi, , ditemukan dengan mencari

turunan dari fungsi ini dan diberi nilai nol, yang dapat digambarkan dengan

persamaan berikut ini :

Jika lebih besar dari 0.5 pada x,y atau arah σ, lokasi perlu disesuaikan lagi

dengan melakukan interpolasi lagi. Prosedur ini diulang sampai nilai kurang

dari 0.5. Bila interpolasi telah dilakukan beberapa kali tetapi hasilnya tidak

memenuhi nilai di bawah 0.5, maka keypoint tersebut dihapus. Keypoint yang

tersisa adalah yang stable.

Gambar 2.4 Non-Maxima Suppression

2.3.3 Deskriptor Keypoint dan Proses Matching

Deskriptor ditentukan berdasarkan daerah piksel sekitar keypoint.

Deskriptor ini menggambarkan distribusi intensitas piksel tetangga disekitar

keypoint, sama halnya dengan informasi gradien yang di ekstrak oleh SIFT[4].

(20)

12

dan tidak menggunakan gradien seperti yang dilakukan pada metoda SIFT. Selain

itu, SURF menggunakan integral gambar untuk meningkatkan kecepatan proses.

Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi waktu komputasi pada ekstraksi fitur

dan pada proses matching fitur, yang juga telah terbukti meningkatkan robust[5].

Proses awal yang akan dilakukan adalah mencocokan orientasi yang

dihasilkan berdasarkan informasi dari daerah yang berbentuk lingkaran disekitar

piksel yang menjadi keypoint. Kemudian membuat daerah berbentuk kotak pada

orintasi yang terpilih dan mengekstrak deskriptor SURF dari daerah tersebut. Pada

proses selanjutnya, proses matching fitur antara dua gambar dilakukan. Berikut ini

merupakan dua langkah penghitungan deskriptor keypoint yang akan dijelaskan

secara mendetail.

2.3.3.1 Pembuatan Orientasi

Agar supaya keypoint invarian terhadap rotasi gambar, maka kita harus

melakukan identifikasi orientasi yang dihasilkan disekitar keypoint. Untuk tujuan

tersebut, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menghitung respon Haar

Wavelet dalam arah x dan arah y pada daerah piksel tetangga disekitar keypoint

yang berbentuk lingkaran yang dengan jarak 6s, dimana s merupakan scale dari

keypoint yang terdeteksi. Ukuran wavelet ditentukan menjadi 4s. Filtering

dipercepat prosesnya dengan integral gambar, dan keluaran yang dihasilkan

direpresentasikan sebagai titik-titik dalam ruang dengan respon horizontal

sepanjang sumbu axis dan respon vertikal sepanjang sumbu koordinat.

Orientasi dominan diperkirakan dengan menghitung jumlah semua respon

dalam pergeseran orientasi dengan ukuran window π / 3 (seperti yang diunjukan

pada gambar 2.5), dimana respon horizontal dan vertikal dalam window tersebut

dijumlahkan. Dari kedua respon yang dijumlahkan akan menghasilkan sebuah

vektor orientasi lokal. Vektor terpanjang mendefinisikan orientasi keypoint.

Ukuran pergeseran window merupakan sebuah parameter yang harus dipilih

(21)

13

Gambar 2.5 Jendela Pergeseran Orientasi

2.3.3.2 Deskriptor Berdasarkan Jumlah Respon Haar Wavelet

Untuk proses ekstraksi deskriptor, langkah pertama yang dilakukan adalah

membuat daerah kotak sekitar keypoint, dimana keypoint sebagai pusat dari daerah

kotak tersebut, dan orientasinya di sekitar orientasi yang ditentukan. Berikut ini

merupakan gambar jendela orienasi perhitungan deskriptor pada skala yang

berbeda :

Gambar 2.6 Jendela Orientasi Perhitungan Deskriptor pada Skala yang Berbeda

Pada gambar diatas menjelaskan bahwa ukuran window yang diambil 20s,

yaitu nilai terbaik yang diambil berdasarkan hasil eksperimen.

Pada tahap selanjutnya, respon wavelet dx dan dy dijumlahkan

masing-masing sub-region. Selain memberikan informasi tentang polar dari perubahan

(22)

14

Masing-masing sub-region mempunyai empat dimensi deskriptor vertor v, yaitu

dx, dy, |dx| dan |dy|. Untuk 4x4 sub-region, maka panjang vektor deskriptornya

adalah 64 sebagaimana di ilustrasikan pada gambar beikut ini :

Gambar 2.7 perhitungan Deskriptor

Sementara untuk mendapatkan hasil vektor v dapat dilihat pada persamaan

berikut ini :

Respon Wafelet juga invariant terhadap pencahayaan, sedangkan sifat

invarian terhadap kontras dicapai melalui pembentukan deskriptor ke dalam

satuan vektor.

2.4 Deteksi Interest Point

Deteksi interest point merupakan sebuah terminologi baru dalam bidang

computer vision yang mengacu pada detection of interest point untuk proses

selanjutnya. Sebuah interest point adalah titik pada sebuah gambar yang secara

umum dapat di golongkan sebagai berikut :

1. Memiliki kejelasan, terutama memiliki cukup alasan yang matematis, dan

(23)

15

2. Memiliki posisi yang dapat difenisikan dengan baik dalam ruang gambar.

3. Struktur gambar di sekitar titik interest point kaya akan informasi (misalnya

:tekstur 2D yang signifikan), sehingga penggunaan interest point dapat

menyederhanakan/mempermudah sebuah proses pada vision system.

4. Titik ini stabil dibawah gangguan lokal dan global, dalam domain gambar

sebagai variasi sedemikian rupa kecerahan(iluminasi). Sehingga, titik interest

point dapat diandalkan untuk selanjutnya akan di hitung dengan

reproduktifitas yang tinggi.

5. Opsional, pendapat tentang interest point harus menyertakan atribut skala,

untuk memungkinkan menghitung interest point dari gambar/citra asli serta

dibawah perubahan skala.

Gambar 2.8 Deteksi Interest Point

2.5 Region Of Interest (ROI)

Sebuah “region of interest” adalah bagian dari citra yang ingin disaring

(filter) untuk membentuk beberapa operasi terhadapnya. Tujuan dari pemotongan

ini adalah untuk mengambil citra wajah dan membuang citra lain yang tidak

diperlukan. Dimensi citra yang dipotong disesuaikan dengan dimensi dari proses

segmentasi atau pengkodean objek wajah yang dilakukan pada proses

pendeteksian wajah.

ROI memungkinkan untuk mengakses bagian tertentu dari sebuah citra

untuk diolah secara berbeda. Fitur ini menjadi sangat penting apabila terdapat

(24)

16

2.5 Grayscaling Citra

Grayscaling citra merupakan tahapan pertama dari proses penyelarasan,

pada ahap ini terjadi pengkonversian citra warna RGB menjadi citra berwarna

keabu-abuan. Citra warna RGB terdiri dari 3 parameter warna yaitu merah (red),

hijau (green) dan biru (blue), jika citra warna RGB ini dimasukan ke dalam proses

ekstraksi, maka proses tersebut akan sulit untuk dilakukan karena citra RGB

terdiri dari 3 parameter, oleh karena itu diperlukan penyamaan parameter yaitu

dengan melakukan tahap grayscaling ini. Berikut ini adalah persamaan tahap

grayscaling citra :

X = 0.299r + 0.587g + 0.114b

Dimana, nilai citra RGB adalah (r,g,b) dengan nilai integer antara 0

sampai 255, dan x adalah nilai grayscale.

2.6 Modul Matching Fitur SURF Menggunakan Metode FLANN

Metode Fast Library Approximated Nearest Neighbor (FLANN) adalah

sebuah library untuk melakukan pencarian cepat, perkiraan tetangga, yang

terdapat pada space dimensi yang tinggi. Libarary ini merupakan kumpulan

algoritma yang bekerja dengan baik untuk menemukan nilai tetangga terdekat,

sementara untuk hasil parameter yang optimal, tergantung pada kumpulan data

yang digunakan.

Metoda Fast Library Approximated Nearest Neighbor (FLANN)

digunakan untuk matching fitur SURF citra wajah data awal dengan fitur SURF

citra wajah uji. Fitur SURF ini terdiri dari 3 komponen utama, yaitu: keypoint,

deskriptor dan vektor. Untuk satu gambar wajah citra uji terdapat cluster untuk

fitur SURF. Cluster ini akan otomatis dengan menggunakan K- Nearest Neighbor

(KNN) dengan tipe indeks kd tree, dimana KNN ini akan mencari jarak yang

paling kecil antara vector sampel dengan vector pada cluster.

Proses matching fitur citra wajah uji dan fitur citra wajah sampel, vektor

keypoint dan deskriptor pada citra wajah akan di cocokan nilainya dengan

menggunakan KNN search. KNN search mencari cluster pada citra wajah uji

(25)

17

pada citra wajah sampel. Setelah cluster diperoleh, akan dicari nilai vektor

deskriptor citra uji pada cluster teresebut yang sama atau yang paling dekat

dengan vektor deskriptor citra wajah sampel.

Jika terdapat yang sama, maka ada satu keypoint yang cocok antara kedua

citra wajah tersebut. Selanjutnya, untuk masing-masing gambar akan ditarik suatu

garis dari satu titik ke titik lainnya yang memiliki nilai keypoint yang cocok.

2.7 Perangkat Keras

Perangkat yang digunakan untuk pemrosesan adalah komputer / laptop,

pemrosesan pendeteksian wajah pada penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai

berikut :

1. Jenis Laptop : Toshiba Satelite U-400

2. Sistem Operasi : Windows 7 64 Bit

3. Prosesor : Intel Core 2 Duo T6400 @2.00Ghz 2.00Ghz

4. Memori : 2GB DDR2

5. LCD : 13.3 inchi (Resolusi 1280 x 800)

2.8 Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini merupakan perangkat

lunak yang di gunakan untuk memproses citra masukan yang hasilnya merupakan

dapat mempresentasikan apakah terdapat wajah atau tidak pada pendeteksian yang

(26)

18

2.8.1 Bahasa Pemrograman C++

Bahasa pemrograman C++ adalah suatu bahasa pemrograman komputer

yang telah diperluas dengan kemampuan object oriented. Sejak tahun 1990, C++

merupakan bahasa pemrograman komersil yang paling populer. C++

dikembangkan oleh Bjarne Stroustrup pada tahun 1979 dari bahasa pendahulunya

yaitu bahasa C.

Pada awal penciptaannya bahasa pemrograman C++ sering di sebut

dengan istilah “C with Classes” dikarenakan terdapat sedikit perbedaan dengan

bahas C, dimana perbedaan tersebut terletak pada penambahan kelas-kelas, fungsi

virtual, operator overloading, multiple inheritance, template, penanganan eksepsi

dan fitur-fitur lainnya. Telah banyak aplikasi-aplikasi yang dikembangkan,

diantaranya perangkat lunak sistem, perangkat lunak aplikasi, dan lain-lain.

Adapun kelebihan yang dimiliki bahas C++ ini adalah :

1. Bahasa C++ tersedia di semua jenis komputer.

2. Kode bahasa C/C++ sifatnya portable dan fleksibel untuk semua jenis

komputer.

3. Proses eksekusi program bahasa C/C++ lebih cepat.

4. Dukungan pustaka yang tersedia sangat banyak.

5. Bahasanya terstruktur.

6. Sudah mendukung pemrograman berorientasi objek.

Adapun kekurangan yang dimiliki oleh bahasa pemrograman C++ adalah :

1. Banyaknya operator serta fleksibilitas penulisan program yang masih

membuat bingung pemakai program.

2. Bagi pemula akan mengalami kesulitan ketika mencoba menggunakan pointer

(27)

19

Berikut ini merupakan contoh pemrograman C++ sederhana :

# include <iost r eam>

int main()

{

st d:: cout <<"Hello,new wor ld!\ n";

}

Keterangan:

1. # i nclude <iost ream>

Pernyataan #include memberitahukan pre-processor untuk menyertakan kode

dari iostream. Berkas iostream berisi deklarasi untuk berbagai fungsi yang

dibutuhkan oleh perangkat lunak atau kelas-kelas yang dibutuhkan.

Pre-processor adalah suatu program yang dijalankan oleh kompiler C++, yang

memiliki kemampuan untuk menambahkan dan menghapus kode dari sumber.

2. int main()

Pernyataan ini mendelekrasikan fungsi utama, fungsi adalah modul yang berisi

kode-kode untuk menyelesaikan masalah-masalah tertentu.

3. {

Kurung kurawal buka menandakan awal program.

4. st d:: cout <<"Hello,new wor ld!\ n";

Cout adalah sebuah obyek dari library perangkat lunak standar C++ yang

digunakan untuk mencetak string ke piranti output standar, biasanya layar

komputer. Kompilator menghubungkan kode dari library perangkat lunak

standar dengan kode yang telah ditulis untuk mendapatkan hasil yang dapat

dieksekusi.

(28)

20

Bentuk modifier yang digunakan untuk berganti baris setelah menampilkan

string.

6. }

Kurung kurawal tutup menandakan akhir program.

2.8.2 Qt Creator

Qt Framework sudah sejak lama digunakan untuk mengembangkan

aplikasi lintas platform. Qt sendiri dibuat pada tahuan 1996 oleh perusahaan asal

Swedia yang bernama Troltech. Karena sifatnya yang lintas platform, kita dapat

membuat aplikasi yang berjalan diatas platform Windows, Linux, dan Max. Qt

Framework sudah didesain sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh

depelover tanpa harus mengorbankan fleksibilitas dan efesiensi. Qt mendukung

pengembangan dengan dua bahas utama yaitu Objek Oriented C++ dan Java.

Qt Framework memiliki koleksi class library yang lengkap dan konsisten

didukung oleh dokumentasi yang komprehensif. Class library tersebut berisi

semua function yang dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasi. Qt Framework

membantu mengurangi pekerjaan developer dengan meningkatkan produktifitas

penulisan kode untuk pengembangan yang bersifat Rapid Applicatiom

Development (RAD).

Gambar 2.9 Qt Creator

Qt Creator adalah sebuah Cross-platform C++, yang memiliki Integrated

(29)

21

Creator sendiri merupakan sebuah Visual Debugger dengan mendukung tampilan

Grephical User Interface (GUI) dan form designer. Editornya juga memiliki fitur

berupa higligting sintaks dan auto completion. Qt Creator menggunakan kompiler

C++ dan GNU Compiler Collection on Linus dan FreeBSD. Pada Windows

kompilernya dapat menggunakan MingGW atau MSVC dengan pengaturan default

dan dapat juga menggunakan CDB dicompile dari sumbernya. Qt Creator

merupakan aplikasi open source yang dapat digunakan secara free, sehingga

banyak yang beralih ke penggunaan Qt Project, karena selain dasar

pemrogramannya adalah C atau C++, Qt Creator merupakan multi platform, yang

dapat digunakan di Windows ataupun di Linux.

2.8.3 Open Source Computer Vision (OpenCV)

Open Source Computer Vision adalah library open source multi-platform

yang berlisensi Berkeley Software Distribution (BSD) yang bersifat open source

sehingga bebas digunakan untuk hal-hal yang bersifat akademis dan penelitian.

Library ini berfungsi untuk mentransformasikan data dari citra diam atau kamera

video ke salah satu keputusan atau representasi baru. Semua representasi tersebut

dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.

Gambar 2.10 OpenCV

OpenCV dikembangkan oleh Visual Interactivity Group di Intel’s

Microprocessor Research Lab pada tahun 1999. Tujuan dikembangkannya

(30)

22

menyediakan situs yang mendistribusikan upaya dari komunitas sehingga dapat

dikonsolidasi dan dioptimalkan dari segi kinerjanya.

Telah banyak penambahan kelas OpenCV, sehingga OpenCV sampai saat

ini telah memiliki lebih dari 500 fungsi. Berikut ini beberapa fungsi yang dimiliki

oleh OpenCV :

Alasan penggunaan OpenCV karena kostumisasi yang dimiliki oleh

OpenCV yang tinggi dan kinerja yang baik pada program berbasis bahasa native

C/C++. Selain itu juga terdapat beberapa kelebihan OpenCV, diantaranya :

1. OpenCV gratis, karena open source library.

2. Memliki dokumen yang cukup banyak.

3. Dapat bekerja lebih cepat pada presesor berbasis Intel.

Selain kelebihan, OpenCV juga memiliki kekurangan, yaitu OpenCV

kurang mendukung bahasa berbasis .NET seperti C#, Visual Basic dan

lainnya,sehingga dibutuhkan wrappers mendukungnya. Pada penelitian ini

menggunakan OpenCV, karena tools yang dimiliki oleh OpenCV dapat

(31)

23

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Diagram Blok

Sistem yang di rancang terdiri dari dua blok utama yaitu blok proses

pemotongan area wajah dan proses ekstraksi fitur menggunakan metode SURF.

Berikut ini merupakan diagram blok sistem pemotongan area wajah :

Gambar 3.1 Diagram Blok Keseluruhan Sistem

Blok pemotongan area wajah menggunakan metode region of interest

(ROI), hal ini dilakukan untuk memudahkan proses ekstraksi fitur SURF hanya

pada area wajah saja. Blok proses ekstraksi fitur citra dilakukan dengan

memanfaatkan metoda Speed-Up Robust Features (SURF). Dimana citra yang

(32)

24

ekstraksi citra uji dan citra data awalakan di bandingkan nilainya dengan metode

FLANN. Berikut ini merupakan diagram blok secara keseluruhan sistem yang

akan dirancang :

Citra Uji

Merubah Citra Uji ke Grayscale

Ekstraksi Fitur SURF

Hasil Ekstraksi Fitur SURF Teknik FLANN Hasil Ekstraksi Fitur SURF

Citra Data Awal

Merubah Citra Sampel ke Grayscale

Ekstraksi Fitur SURF

Ya/Tidak

Mulai Mulai

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem Deteksi Wajah Menggunakan Metode SURF

Fitur SURF ini digunakan untuk menentukan keypoint pada objek dalam

citra. Setiap objek citra uji atau citra sdata awal akan di ekstrak oleh fitur SURF

yang dimiliknya. Pada proses pencocokan (matching) fitur SURF dengan

menggunakan teknik FLANN, yang akan di cocokan hanyalah fitur keypoint yang

berada pada wajah saja dari bagian gambar yang menjadi latar belakangnya.

(33)

25

3.2 Fitur SURF

Fitur SURF memiliki nilai yang konstan atau stabil (invariant) terhadap

perubahan skala, rotasi, blurring, pencahayaan dan transformasi 3 dimensi. Oleh

karena itu dapat digunakan untuk proses pendeteksian wajah. Deteksi wajah

menggunakan metoda SURF pada intinya adalah mencari interest point pada

suatu lokasi objek wajah yang terdeteksi. Terdapat dua langkah yang dapat kita

lakukan untuk mendeteksi wajah menggunakan metoda SURF :

1. Langkah pertama : Membandingkan ada atau tidaknya interst point pada

keadaan tersebut yang dapat dijadikan parameter yang cukup kuat untuk

mendefinisikan suatu wajah. Pada langkah ini dapat diperkuat dengan

membuat nilai minimal hessian yang bisa dikalibrasi sebelum mengakftifasi

proses deteksi.

2. Langkah kedua : Jika parameter yang didapatkan dari langkah pertama cukup

kuat, maka tahap selanjutnya adalah proses pencocokan (matching) setiap

interest point pada keadaan yang diketahui sebagai suatu objek wajah. Proses

pencocokan dapat dilakukan dengan menggunakan metoda Flann matcher dan

diperbaiki unuk mengeliminasi pasangan-pasangan interest point yang kurang

tepat dengan menggunakan jarak encludian. Untuk melakukan pencocokan,

maka diperlukan citra sampel wajah yang diambil sebelum proses deteksi

wajah.

3.3 Diagram Alir

Berikut ini adalah diagram alir yang akan digunakan dalam membuat

algoritma program untuk mendukung sistem pendeteksian wajah menggunakan

metoda SURF ini :

3.3.1 Ekstraksi Citra Uji Menggunakan Metoda SURF

Pada proses ini dilakukan ekstraksi SURF pada data uji dengan berbagai

posisi. Ekstraksi ini dilakukan untuk mempermudah pada tahap perbandingan.

(34)

26

Gambar 3.3 Diagram Ekstraksi Citra Uji Menggunakan Metoda SURF

3.3.2 Ekstraksi Citra Data Uji Menggunakan Metoda SURF

Ekstraksi citra data awal tidak berbeda jauh dengan ekstraksi citra uji.

Ekstraksi ini dilakukan agar mendapatkan hasil ekstraksi SURF yang selanjutnya

akan digunakan sebagai citra pembanding pada proses matching. Berikut ini

(35)

27

Gambar 3.4 Diagram Ekstraksi Citra Data Awal Menggunakan Metoda SURF

3.3.3 Matching Interest Point Menggunakan Teknik FLANN

Perbandingan (matching) dengan teknik FLANN dilakukan untuk mencari

nilai interest point yang dianggap sama pada masing-masing citra, baik itu interest

point citra uji ataupun interest point citra data awal. Berikut ini merupakan

diagram blok proses perbandingan :

Mulai

Teknik FLANN Hasil Ekstraksi Fitur SURF Citra Data

Awal Hasil Ekstraksi Fitur SURF Citra

Uji

Titik Yang sama/Tidak

Selesai

(36)

28

3.4 Perancangan Sistem

Pada proses perancangan sistem ini menjelaskan tentang bagaimana cara

konfigurasi library terhadap IDE yang digunakan dan antarmuka sistem yang

akan dilakukan.

3.4.1 Konfigurasi OpenCV

OpenCV adalah library tambahan yang digunakan pada penelitian ini,

sehingga tidak otomatis terhubung dengan IDE yang digunakan. Maka dari itu

perlu dilakukan konfigurasi tertentu untuk menghubungkan library dengan IDE

yang digunakan agar sistem pendeteksian wajah ini dapat berjalan. Pada penelitian

ini library yang digunakan adalah OpenCV. OpenCV dianggap cukup mendukung

pada proses pendeteksian wajah menggunakan metoda SURF ini, karena library

yang digunakan sudah tersedia. Sementara untuk IDE menggunakan QT Creator

Berikut ini merupakan tahapan konfigurasi library OpenCVdengan IDE

QT Creator:

1. Install IDE Qt Creator secara default, setalah itu kita akan dapat

menggunakannya. Berikut ini merupakan tampilan IDE QT Creator setelah

sukses di install :

(37)

29

2. Selanjutnya jalankan dan ekstrak OpenCV 2.3.1 pada folder yang berada pada

directori C:/

Gambar 3.7 Ekstraksi OpenCV

3. Setelah di ekstrak, selanjutnya adalah compilelibrary menggunakan compiler

dasar mingw/g++ yang dimiliki default oleh Qt Creator. Akan tetapi sebelum

itu dilakukan, kita harus membuat path pada environment variable pada

komputer kita. Berikut ini tampilan konfigurasi pada environment variable :

Gambar 3.8 Konfigurasi Environment Variable

4. Setelah tahap konfigurasi environment variable selesai, selanjunya kita akan

membangun library yang dimiliki OpenCV menggunakan sofware Cmake.

Cmake ini merupakan cross-platform dan open source untuk membangun

library packages. Ini merupakan gambar dimana sedang dilakukan build

(38)

30

Gambar 3.9 Build Library OpenCV Menggunakan Cmake

Setelah prose build ini selesai, QT Creator sudah dapat menggunakan library

yang dimiliki oleh OpenCV.

5. Penyertaan library OpenCV pada sistem yang akan dirancang dengan cara

menambahkan library file kedalam linker input properties dari project

prorerties yang akan dirancang :

INCLUDEPATH+=C:\\OpenCV\\opencv\\binary\\opencv2.3.1\\install\\includ

e

LIBS += -LC:\\OpenCV\\opencv\\binary\\opencv2.3.1\\install\\lib\

-lopencv_core231.dll \

-lopencv_highgui231.dll \

-lopencv_imgproc231.dll \

-lopencv_features2d231.dll \

-lopencv_calib3d231.dll\

-lopencv_contrib231.dll\

(39)

31

-lopencv_gpu231.dll\

-lopencv_legacy231.dll\

-lopencv_ml231.dll\

-lopencv_objdetect231.dll\

-lopencv_video231.dll

3.4.2 Antarmuka Sistem

Antarmuka sistem yang akan dibangun berupa frame command prompt

dan frame window yang terpisah, hal ini didasari karena keterbatasan library yang

tidak mendukung manage code, yang menyebabkan terjadi error pada

perancangan dengan antarmuka berbasis windows form application. Rancangan

antarmuka yang akan dirancang terdiri dari :

1. Hasil ekstraksi fitur SURF pada data uji.

2. Hasil ekstraksi fitur SURF pada data sampel.

3. Hasil perbandingan (matcher) interest point menggunakan teknik FLANN.

4. Hasil jumlah interest point yang terdeteksi dari citra uji.

5. Hasil jumlah interest point yang terdeteksi dari citra sampel.

6. Hasil jumlah interest point yang terdeteksi pada hasil perbandingan dengan

(40)

32

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1 Pengujian Antarmuka Sistem

Pada pengujian ini dilakukan pengujian antarmuka sistem pendeteksian

wajah yang terdiri dari command prompt dan frame window.

Gambar 4.1 Tampilan Antarmuka Command Prompt

Pada gambar diatas menunjukan tampilan antarmuka command prompt

yang berfungsi untuk menampilkan nilai interst point data awal, interest point

data uji, dan nilai interest point yang sama (match) dengan menggunakan teknik

FLANN. Selain itu, untuk melakukan proses penghentian program, serta sebagai

tempat informasi proses yang sedang berlangsung pada sistem.

(41)

33

Gambar 4.2 menunjukan tampilan window frame yang berfungsi

menampilkan hasil ekstraksi SURF citra data awal, citra uji, dan juga window

frame hasil matching dengan metode FLANN.

4.2 Pengujian Pemotongan Area Wajah dengan Metode ROI

Pada proses pengujian pemotongan area wajah masukan ini dilakukan

dengan cara memotong area wajah yang terdeteksi menggunakan metode region

of interest (ROI). Dengan menggunakan metode ROI, kita dapat memilih area

wajah yang akan kita proses. Hal ini dilakukan supaya mempermudah dalam

pendeteksian area wajah menggunakan metode SURF. Berikut ini merupakan

gambar dari area wajah yang telah melalui proses pemotongan area wajah

menggukan ROI :

Gambar 4.3 Pengujian Proses Pemotongan Area Wajah ROI

4.3 Proses Pengujian Ekstraksi Fitur SURF Pada Citra Uji

Berikut ini merupakan hasil ekstraksi fitur SURF pada citra uji dengan

menampilkan interest point yang berada pada area wajah citra uji :

(42)

34

Pada gambar 4.4 dapat kita amati terdapat titik-titik interest point pada

area wajah data uji dapat terdeteksi setelah melalui proses ekstraksi SURF. Data

uji yang dimasukan berasal dari 5 citra wajah orang. Dimana masing-masing

wajah telah mengalami transformasi rotasi, skala dan transformasi 3 dimensi.

4.4 Proses Pengujian Ekstraksi Fitur SURF Pada Citra Data Awal

Berikut ini merupakan hasil ekstraksi fitur SURF pada citra data awal

dengan menampilkan interest point yang berada pada area wajah citra data awal:

Gambar 4.5 Pengujian Proses Ekstraksi Fitur SURF Pada Citra Data Awal.

Pada gambar 4.5 dapat kita amati terdapat titik-titik interest point pada

area wajah data awal dapat terdeteksi setelah melalui proses ekstraksi SURF. Citra

data awal yang digunakan masing-masing 1 buah citra data awal untuk satu wajah.

Karena yang digunakan adalah 5 wajah orang, maka dalam proses pengujian

terdapat 5 citra data awal.

4.5 Proses Pengujian Matching Menggunakan FLANN

Setelah tahap ekstraksi selesai, tahap selanjutnya adalah membandingkan

(matching) interes point yang sama menggunakan metode FLANN. Mengacu

pada metode untuk matching fitur SURF, yaitu salah satunya metode fast library

approximated nearest neighbor (FLANN). Diamana fitur FLANN ini mencari

nilai interest point yang paling terdekat dan banyak cocok. Berikut ini merupakan

(43)

35

Gambar 4.6 Proses Pengujian Matching Menggunakan FLANN

Jika nilai interest point pada citra uji dan citra data awal dianggap sama

dan dianggap paling banyak cocok, maka akan ditarik suatu garis dari

masing-masing citra uji dan citra data awal tersebut. Dari gambar diatas dapat kita lihat

penarikan titik-titik interest point yang nilainya sama.

4.6 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan citra uji dengan citra

sampel.

4.6.1 Citra Data Awal dan Citra Uji

Berikut ini 5 citra wajah data awal yang digunakan :

1. Citra wajah Ardi

2. Citra wajah Dadi

3. Citra wajah Febry

4. Citra wajah Irvan

5. Citra wajah Prengki.

(44)

36

Data data awal digunakan untuk membandingkan citra uji yang telah

mengalami transformasi rotasi, skala dan 3 dimensi. Adapun citra uji yang telah

mengalami transfomasi rotasi, skala dan 3 dimensi berjumlah 125 citra uji dengan

masing-masing wajah orang yang digunakan mempunya 25 citra uji. Berikut ini

merupakan rincian citra uji :

1. Citra uji mengalami transformasi rotasi dengan cara memutar citra dengan

memutar per-300 hingga 3600. Maka didapatkan 12 citra uji dengan posisi citra

wajah sebagai berikut : 300, 600, 900, 1200, 1500, 1800, 2100, 2400, 2700, 3000,

3300, 3600.

2. Citra uji mengalami transformasi skala dengan cara diperkecil (zoom out) dan

diperbesar (zoom in) posisi wajah citra uji, anggap jarak untuk masing-masing

skala 25cm. Jumlah citra yang di transformasi skala citra diperkecil adalah 3

citra, yaitu diperkecil : 75%, 50%, 25%. Untuk citra yang diperbesar

berjumlah 4 citra, yaitu diperbesar : 125%, 150%, 175% dan 200%.

3. Citra uji mengalami transformasi 3dimensi, hal ini dilakukan dengan memutar

posisi wajah ke kanan dan ke kiri. Jumlah citra uji yang transformasi 3

dimensi adalah 6, berikut adalah citra uji yang digunakan : wajah menghadap

kanan 300, 600, 900 dan wajah menghadap kiri 300, 600, 900.

4.6.2 Pengujian

Berikut ini merupakan hasil pengujian sistem deteksi wajah menggunakan

metoda SURF dengan menghitung nilai interest point yang didapatkan pada citra

uji dan citra data awal :

4.6.2.1 Pengujian Perubahan Rotasi

Berikut ini merupakan hasil pengujian citra uji yang telah mengalami

transformasi rotasi. Pada tabel 4.1 dibawah ini merupakan citra uji yang

(45)

37

Tabel 4.1 Citra Uji Hasil Perubahan Rotasi

Nama Orang Citra Uji

Ardi

Dadi

Febry

Irvan

Prengki

(46)

38

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kondisi Perubahan Rotasi

(47)
(48)

40

Nama Citra Interest Point

Data Uji

Interest Point

Data Awal

Match Interest

Point

PRENGKI 3000 .Jpg 90 71 10

PRENGKI 3300 .Jpg 86 71 14

PRENGKI 3600 .Jpg 71 71 71

4.6.2.2 Pengujian Perubahan Skala

Berikut ini merupakan hasil pengujian citra uji yang telah mengalami

transformasi skala. Akan ditampilkan nilai interest point yang didapatkan pada

tabel dibawah ini :

Tabel 4.3 Citra Uji Hasil Perubahan Skala

Nama Orang Skala Diperkecil Skala Diperbesar

Ardi

Dadi

Febry

Irvan

(49)

41

Berikut ini tabel nilai interest point yang didapatkan pada pengujian

transformasi skala :

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kondisi Perubahan Skala

(50)

42

transformasi 3 dimensi. Akan ditampilkan nilai interest point yang didapatkan

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5 Citra Uji Hasil Perubahan 3 Dimensi

Nama Orang Posisi Rotasi Kiri Posisi Rotasi Kanan

Ardi

Dadi

Febry

(51)

43

Nama Orang Posisi Rotasi Kiri Posisi Rotasi Kanan

Prengki

Berikut ini tabel nilai interest point yang didapatkan pada pengujian

transformasi 3 dimensi :

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kondisi Perubahan 3 Dimensi

(52)

44

Dari hasil pengujian, dapat dilihat pada tahap pengujian telah berhasil

ekstraksi citra wajah menggunakan SURF. Selain itu, dapat ditampilkan jumlah

nilai interest point pada masing-masing citra, baik itu citra data awal atau citra uji.

Dengan menggunakan teknik matching FLANN, maka kita dapat

menampilkan jumlah interest point yang nilai sama menurut perhitungan FLANN.

Untuk analisa dari masing-masing hasil pengujian adalah :

1. Perubahan Rotasi

Jumlah citra uji yang digunakan berjumlah 60 citra uji yang telah mengalami

perubahan rotasi. Dengan asumsi bahwa posisi citra yang digunakan berada

(53)

45

2400, 2700, 3000, 3300, 3600 untuk masing-masing wajah yang digunakan.

Untuk hasil nilai interest point yang didapatkan, dapat dianalisa bahwa nilai

interest point untuk data sampel bernilai tetap untuk masing-masing sampel.

2. Perubahan skala

Untuk pengujian perubahan skala berjumlah 35 citra uji. Jumlah citra yang di

transformasi skala citra diperkecil adalah 3 citra, yaitu diperkecil : 75%, 50%,

25%. Untuk citra yang diperbesar berjumlah 4 citra, yaitu diperbesar : 125%,

150%, 175% dan 200%.. Nilai interest point dapat ekstraksi dengan baik dan

setelah di match dengan metoda FLANN, maka titik pada area wajah yang

dibandingkan benar posisinya.

3. Perubahan 3 Dimensi

Perubahan 3 dimensi pada citra uji ini dilakukan dengan menguji citra wajah

yang berada, berikut parameter yang di ujikan : 3D Kiri 300, 600, 900. 3D

Kanan 300, 600, 900. Interest point dapat diekstraksi dengan baik dengan

menggunakan metoda SURF, akan tetapi untuk tahap matcing menggunakan

metoda FLANN, penarikan titik yang sama tidak sesuai posisinya. Maka dari

itu dibutuhkan perhitungan secara manual untuk memperkirakan jumlah titik

(54)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan tahap pengujian dan analisa pada bab pengujian dan

analisa, maka kita mendapatkan suatu kesimpulan yaitu :

1. Ekstraksi menggunakan metode speed-up robust features (SURF) yang

digunakan dapat mengekstraksi nilai interest point dengan baik.

2. Pada proses matching interest point menggunakan metoda FLANN, hasil

pengujian citra perubahan rotasi dan skala nilai interest point yang

didapatkan sangat kuat terhadap perubahan. Sementara untuk pengujian

citra hasil perubahan 3 dimensi terdapat nilai interest point posisinya

tidak sama, hal ini dapat diakibatkan karena jumlah sampel yang sedikit.

5.2 Saran

Dari hasil pengujian dan analisa, maka saran yang dapat dipertimbangkan

untuk membuat sistem ini lebih baik, yaitu :

1. Untuk citra sampel diperbanyak untuk menguji ketangguhan transformasi

3 dimensi.

2. Penggunaan machine learning lain dapat digunakan untuk proses

perbandingan interest point.

3. Penentuan area wajah yang akan digunakan sebagai parameter

pendeteksian suatu wajah. Hal ini dapat dilakukan dengan mendeteksi nilai

interest point pada area tertentu, misalnya pada mata, hidung atau bibir.

4. Pembuatan database image baik menggunakan database xml, dan lain-lain.

Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengaksesan dan otomatisasi

pada sistem deteksi wajah menggunakan metoda SURF.

5. Hasil dari deteksi wajah ini dapat dikembangkan untuk sistem deteksi

Gambar

Gambar 2.1 Hasil Pencitraan Menggunakan Scanner
Gambar 2.2 Diagram Blok Proses Pendeteksian Wajah
Gambar 2.3 (a) Turunan Orde Dua Gaussian (b) Scale Scale
Gambar 2.4 Non-Maxima Suppression
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada Perusahaan yang dinyatakan sebagai pemenang, diharapkan menghubungi Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah, Satuan Kerja

2014 melalui SPSE, dengan ini diumumkan bahwa pelaksanaan Pengadaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Tahap II TA. 2014 telah ditetapkan Pemenang

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang meliputi kepatuhan berobat pasien dan variable- variabel yang mempengaruhi kepatuhan berobat pasien

Melaksanakan verifikasi dan kajian terhadap permohonan perizinan bidang koperasi, usaha kecil, dan menengah sesuai dengan lingkup tugas seksi berpedoman pada ketentuan

hubungan komunikasi interpersonal orang tua dalam membentuk perkembangan. anak usia sekolah di SD

Sistem tertentu adalah suatu sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat sedangkan sistem tak tertentu adalah sistem dengan perilaku ke depan yang tidak

Selain itu, yang membedakan sebaran alel gen APOE antara penderita Sindrom Down dengan populasi normal yang dalam hal ini diwakili oleh kontrol adalah pada

Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah berada pada tahap.. konkret dengan perkembangan kemampuan anak yang sudah