SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh FAIZAH NIM: 1112051000029
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
PERAN PRAKTISI HUMAS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF LEMBAGA
Humas memiliki peran penting dalam menjaga citra sebuah organisasi. Pentingnya peran ini sangat dibutuhkan lembaga Kementerian Agama Republik Indonesia yang tengah menghadapi krisis organisasi sehingga banyak dilanda pemberitaan negatif. Maraknya kasus korupsi di Kementrian Agama menjadi penyebab krisis. Di sisi lain, sebagai kementerian yang memiliki label agama seharusnya Kementerian Agama dapat menjadi contoh baik bagi masyarakat luas.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah. Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra positif lembaga? Kemudian hambatan apa saja yang dihadapi oleh Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra positif lembaga?
Teori yang digunakan adalah konsep peran humas menurut Dozier dan Broom. Teori ini digunakan sebagai alat pembedah dalam pembahasan peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia, apakah humas berhasil atas strategi dan metode yang digunakan, untuk membangun citra positif lembaga Kementerian Agama.
Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang peran Praktisi Humas Kementerian Agama dan apa saja hambatan yang dihadapi Praktisi Humas dalam membangun citra positif lembaga. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana penerapan peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra positif lembaga.
Setelah melakukan penelitian dan analisis, penulis menemukan beberapa temuan. Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia telah melakukan berbagai strategi dan kegiatan dalam membangun citra positif lembaga. Diantaranya menjaga citra positif, mengoptimalkan segala macam perangkat media, menjalin hubungan harmonis secara internal dan eksternal, dan analisis media. Humas menjadi pendukung dalam fungsi manajemen Kementerian Agama dan berupaya membangun citra positif lembaga. Hambatan-hambatan yang dihadapi Praktisi Humas yaitu tersendatnya aliran informasi dari unit teknis ke satu pintu (humas), lambatnya jawaban yang diberikan tim teknis atas masukan dan keluhan publik, terbatasnya staf humas, terbatasnya narasumber pemberitaan media, serta kepentingan media yang berbeda-beda. Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan dan dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia memiliki peran yang penting dalam membangun citra positif lembaga.
ii Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya dan Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw, karena atas perjuangannya dan pengorbanannya
dapat memberikan pelajaran dan teladan bagi umat Islam sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “PERAN PRAKTISI HUMAS
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM
MEMBANGUN CITRA POSITIF LEMBAGA”. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan telah mendukung
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moral maupun materi,
terutama kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Prof. Dr. M. Yunan Yusuf selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Dr. H. Sunandar, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia
membimbing dan telah banyak memberi masukan serta saran selama
iii
penulis ucapkan mohon maaf apabila dalam proses perkuliahan, ada sikap
atau sifat penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/ Ibu, penulis sangat
harapkan doa dari Bapak/ Ibu, semoga ilmu yang telah Bapak/ Ibu berikan
menuai banyak keberkahan.
6. Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dan Wartawan Media
Republika yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai
langsung terkait penelitian ini.
7. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta
pengelola perpustakaan Fakultas dan perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas layanannya, semoga pelayanan
kepada mahasiswa menjadi lebih baik lagi kedepannya.
8. Kedua orang tua, Alm. Rudi Efendi dan Ibu Tati Mujiyati, Abang Irfan,
Dita dan Adik Kiki sebagai keluarga penyemangat dalam menyelesaikan
penelitian ini.
9. Mas Khoerun, Mba Jannah, Pak Syaiful, Mas Gepeng, Pak Rosidin, dan
Mba Ratna yang telah senantiasa memberikan data untuk kelengkapan
penelitian ini.
10.RDK (Radio Dakwah dan Komunikasi) UIN Jakarta yang telah
memberikan arti dalam kehidupan di Kampus.
11.Teman-teman kelas KPI A angkatan 2012, sahabat penyemangat dalam
menyelesaikan penelitian ini, Panji, Annisaa, Rohima, Ratih, Kiki, Ami,
iv
13.Sahabat seperjuangan, Rizal Nur Fauzi dan Nida Attaqia yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, semoga segala apa yang telah penulis lakukan dan hasilkan dapat
membuahkan manfaat serta memberikan nilai kebaikan khususnya bagi para
penulis maupun pembaca sekalian. Dan semoga dapat menjadi suatu amalan
kebaikan dalam bidang dakwah di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2016
v
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Metodologi Penelitian ... 9
E. Pedoman Penulisan ... 12
F. Tinjauan Pustaka ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Peran ... 18
B. Kerangka Konsep ... 19
1. Hubungan Masyarakat ... 19
a. Definisi Hubungan Masyarakat... 19
b. Fungsi Hubungan Masyarakat ... 21
vi
a. Definisi Hubungan Masyarakat Pemerintah ... 28
b. Tugas Hubungan Masyarakat Pemerintah ... 29
c. Peran Hubungan Masyarakat Pemerintah ... 31
3. Model Perkembangan Komunikasi dan Praktik Humas ... 33
4. Model Perencanaan Humas ... 34
5. Konsep Citra ... 38
6. Konsep Korupsi ... 42
BAB III GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA RI A. Sejarah ... 46
B. Visi dan Misi ... 51
C. Struktur Organisasi Pusat ... 52
D. Kode Etik Pegawai ... 53
E. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi ... 53
F. Struktur Organisasi Pusat Informasi dan Humas ... 54
G. Tugas dan Fungsi Humas ... 55
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Membangun Citra Positif Lembaga... 57
B. Hambatan-hambatan Yang Dihadapi Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Membangun Citra Positif Lembaga ... 83
vii
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
viii
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Citra ... 39
Gambar 2.2 Model Grid Analysis Citra ... 40
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kementerian Agama RI ... 49
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama ... 52
Gambar 4.1 Kolom Nomor Porsi Haji ... 57
Gambar 4.2 Kuis Harapan Publik ... 63
Gambar 4.3 Harapan Adi Mansur @murytech Terhadap Kementerian Agama RI ... 64
Gambar 4.4 Website Kementerian Agama RI ... 69
Gambar 4.5 Majalah Cetak Kementerian Agama “Ikhlas Beramal” ... 70
Gambar 4.6 Majalah Online Kementerian Agama ... 70
Gambar 4.7 Konferensi Pers Pelunasan BPIH Reguler ... 71
Gambar 4.8 Konferensi Pers Rencana Perkemahan Rohis Siswa SMA/SMK Tingkat Nasional Tahun 2016 ... 72
Gambar 4.9 Menag Berkunjung Ke Kantor Redaksi Harian Waspada Medan ... 74
Gambar 4.10 PPID Kementerian Agama ... 75
Gambar 4.11 Kolom Pengaduan Masyarakat Kementerian Agama ... 77
Gambar 4.12 Portal Whistleblowing System Kementerian Agama ... 77
Gambar 4.13 Pameran Kementerian Agama Dalam Memperingati Hari Anti Korupsi ... 79
Gambar 4.14 Twitter Kementerian Agama @Kemenag_RI ... 80
Gambar 4.15 Facebook Kementerian Agama RI ... 81
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kementerian Agama merupakan lembaga pemerintah yang
membidangi urusan agama. Kementerian Agama dipimpin oleh Menteri
Agama yang sejak tanggal 9 Juni 2014 dijabat oleh Lukman Hakim
Saifuddin. Kementerian Agama mempunyai tugas-tugas keagamaan yang
berkenaan dengan masalah perkawinan, peradilan agama, urusan haji dan
umrah, dan masalah pengajaran agama di sekolah-sekolah.
Di tahun 2014, masyarakat dikejutkan oleh pemberitaan miris
terkait adanya dugaan kasus korupsi yang melibatkan pejabat Kementerian
Agama RI. Kasus tersebut antara lain tindak korupsi dana operasional
menteri (DOM) 2011-2014 dan dana penyelenggaraan haji yang dilakukan
oleh mantan Menteri Agama Suryadharma Ali. Hal tersebut tercantum
pada hasil berita Kompas.com dan Poskotanews.com.
“Terdakwa kasus korupsi penyelenggaraan haji, Suryadharma Ali dituntut hukuman 11 tahun penjara oleh jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi. Suryadharma dianggap terbukti menyalahgunakan wewenangnya selaku Menteri Agama selama pelaksanaan ibdah haji tahun 2010-2013.”1
“Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Menteri Agama, Suryadharma Ali, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait penggunaan dana operasional menteri (DOM) pada Kemenag RI tahun anggaran 2011-2014. Hal itu diungkapkan Pimpinan sementara KPK, Johan Budi Sapto Prabowo. Ini berarti kasus kedua yang menjerat Suryadharma Ali sebagai tersangka
1
korupsi. Sebelumnya mantan Ketua Umum DPP PPP ini juga sudah jadi tersangka kasus korupsi dana perjalanan haji di Kementerian Agama.” 2
Hal di atas menunjukkan kepada publik bahwa kasus korupsi yang
terjadi di Indonesia sudah masuk di segala bidang. Termasuk bidang yang
terkait dengan agama. Tentu kasus seperti ini akan diingat publik
bagaimana mungkin sebuah lembaga negara yang memiliki lambang
Al-Qur’an, melakukan tindakan korupsi. Pun lembaga yang memiliki pejabat
dan pegawai yang berjiwa agamis namun pada kenyataannya tidak
termanifestasi dalam kinerjanya. Kasus korupsi ini tentunya semakin
memperburuk citra Kementerian Agama di mata publik. Hal tersebut
seperti yang tercantum dalam berita Tribunnews.com.
“Kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji 2012-2013 benar-benar membuat citra dan tingkat kepercayaan publik kepada Kementerian Agama berada pada titik nadir.3 Selain itu Lukman Hakim Saifuddin mengatakan tantangannya tidak sederhana. Bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap institusi Kemenag juga berada pada titik yang rendah saat ini.” 4
Adanya kasus korupsi tersebut menyebabkan tingkat integritas Kementerian Agama berada pada titik terendah. Hal ini dibuktikan pada akhir 2011 KPK membuat survei yang menghasilkan tingkat indeks integritas Kementerian Agama paling rendah yaitu 5,37 jauh di bawah standar integritas pusat yang mencapai angka 7,07. Tentu hal ini mengejutkan publik karena seharusnya Kementerian Agama menjadi garda
2
Sumber Poskotanews.com, KPK Tetapkan Suryadharma Ali Tersangka Korupsi Kasus Lain Oleh Yulian, Pada Jumat (3/7/15), Diambil pada Kamis (4/2/16),
3
Sumber Tribunnews.com, Awali Jabatan Menag Baru Minta Maaf Kepada Masyarakat Oleh Dany Permana pada (9/6/14), Diambil pada Kamis, (4/2/16),
4
terdepan membimbing umat dan masyarakat agar tetap hidup di jalan lurus. Selain itu, kementerian inilah yang seharusnya menjadi benteng penjaga moral bangsa.
Terkait dengan kasus suap korupsi tentunya dalam Islam praktik
suap menyuap merupakan perbuatan yang sangat dilarang. Hal tersebut
tertera dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 188, yang artinya:
"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 188) 5
Ayat di atas menjelaskan bahwa praktik suap menyuap dilarang dan berbahaya bagi kehidupan masyarakat. Dimana tindakan korupsi tersebut tentu banyak merugikan bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi, faktanya di Indonesia korupsi banyak terjadi dan diketahui berasal dari pemerintah itu sendiri, baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah dan juga para penegak hukum yang tadinya bertugas menindak tindakan kejahatan seperti korupsi ini.
Banyaknya pemberitaan miring yang menyerang sejumlah pejabat Kementerian Agama Republik Indonesia secara tidak langsung akan memengaruhi citra lembaga Kementerian Agama Republik Indonesia di mata publik. Kasus korupsi yang terjadi di Kementerian Agama membuat citra terhadap lembaga semakin menurun. Hal tersebut tentu akan merubah persepsi tugas, organisasi, wewenang, dan tanggung jawab lembaga
5
Kementerian Agama. Dalam hal ini masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan persepsi. Proses pembentukan persepsi terhadap lembaga Kemenag bukan semata-mata diperoleh dengan membaca berita saja. Melainkan dipengaruhi oleh adanya faktor eksternal dari individu seperti kelompok pergaulan dan peran media massa. Selain itu, proses pembentukan citra seseorang terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh efek kognitif dari komunikasi yang mereka lakukan.6
Sebagai sebuah lembaga yang menjunjung tinggi integritas dengan
takeline 5 nilai budaya kerja dan bersih melayani tentu Kementerian Agama RI perlu mendapat dukungan penuh dari masyarakat dalam memberantas kasus korupsi. Hal ini tentunya lembaga Kemenag harus dapat memperbaiki citranya di mata publik. Dalam proses pembentukan citra tentunya tidak terlepas dari peran dan fungsi Praktisi Humas dalam sebuah lembaga tertentu.
Praktisi Humas pada praktiknya memiliki keterkaitan dengan ilmu
komunikasi karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan
mata rantai yang menunjang kegiatan humas. Karena humas merupakan
metode ilmu komunikasi sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai
kaitan kepentingan dengan suatu organisasi.7
Secara struktural, keberadaan Praktisi Humas merupakan bagian penting dari sebuah lembaga. Hal ini membuktikan bahwa humas
6
Soleh Soemirat, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 114,
7
merupakan salah satu fungsi manajemen dalam sebuah lembaga. Praktisi Humas berperan melakukan komunikasi timbal balik yang bertujuan menciptakan rasa saling menghargai, saling mempercayai, menciptakan
good will, mendapatkan dukungan publik, tentu semua itu demi
tercapainya citra positif bagi suatu lembaga.8
Citra merupakan tujuan utama sekaligus reputasi dan prestasi bagi
sebuah lembaga atau perusahaan. Pengertian citra sendiri masih abstrak,
tetapi masih bisa dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk. Seperti
penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya
datang dari publik. Tentu Humas Kemenag bertujuan untuk membangun citra positif lembaga di mata publik. Bagi sebuah lembaga, reputasi dan citra merupakan hal yang paling utama sehingga wajar saja jika segala upaya dilakukan oleh sebuah lembaga demi menjaga citra dan reputasi yang baik.
Penguasaan ilmu kehumasan menjadi hal yang sangat penting bagi
pegawai khususnya bagi lembaga Kementerian Agama untuk menjaga dan
membina keharmonisan dengan semua kalangan agar citra positif
Kementerian Agama tetap terjaga.9
Kehumasan bagi aparat pemerintah adalah membangun
komunikasi yang produktif dan efektif dengan masyarakat. Selain itu,
peran kehumasan merupakan lini tugas penting dalam membangun citra
8
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 35,
9
dan kewibawaan pemerintah serta image dan opini publik yang positif.
Seorang humas agar dapat menjembatani antara Kementerian Agama
(dalam konteks hubungannya) dengan masyarakat dan lembaga-lembaga
lainnya di masyarakat.10
Kementerian Agama merupakan lembaga pemerintah yang memiliki tugas dan menjadi contoh bagi masyarakat agar tidak melakukan tindakan negatif. Tentu saja hal ini tidak mudah dalam memperbaiki citra Kementerian Agama di mata publik setelah terungkapnya berbagai kasus korupsi yang ada di lembaga tersebut.
Praktisi Humas berperan membentuk opini publik menuju opini yang lebih baik, terutama dalam mengembangkan persepsi terbaik sebuah lembaga. Praktisi Humas sendiri bertugas untuk dapat memengaruhi cara pandang dan menciptakan citra yang diharapkan menciptakan citra yang baik atau publikasi yang positif merupakan prestasi sekaligus menjadi tujuan utama sebuah lembaga atau perusahaan terutama bagi aktivitas humas. Karena apabila citra positif telah dicapai oleh suatu perusahaan, maka hal ini akan memengaruhi bagaimana tanggapan masyarakat terhadap lembaga Kemenag itu sendiri dan berkaitan dengan rasa hormat atau kesan yang baik yang dapat menguntungkan terhadap citra lembaga itu sendiri.11
10
Sumber www.bdkjakarta.kemenag.go.id, Membangun Citra Kementerian Agama Dengan Kehumasan Yang Profesional Oleh Sahro Wardi Pada (13/06/12), Diambil Pada Kamis (4/2/16),
11
Di sini Praktisi Humas Kementerian Agama memiliki tugas dan tantangan yang cukup berat. Tentu Praktisi Humas berperan penting dalam membangun citra positif dan kepercayaan publik terhadap lembaga Kementerian Agama.
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul, "Peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Membangun Citra Positif Lembaga".
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah penulis paparkan
sebelumnya maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada subjek
dan pesan. Subjek yang dimaksud adalah Praktisi Humas Lembaga
Kementerian Agama Republik Indonesia, sedangkan pesannya adalah
peran Praktisi Humas Kementerian Agama dalam membangun citra
positif lembaga.
Agar batasan masalah penulis ini lebih terarah dan fokus, maka
penulis ingin mengkaji apa saja yang dilakukan Praktisi Humas pada
tahun 2014-2015 dimana setelah Lukman Hakim Saifudin resmi
dilantik menjadi Menteri Agama Republik Indonesia.
2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji oleh peneliti adalah:
1. Bagaimana peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik
2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi Praktisi Humas
Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra
positif lembaga?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik
Indonesia dalam membangun citra positif lembaga
2. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi Praktisi Humas
Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra
positif lembaga
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan
kontribusi positif bagi ilmu komunikasi terutama dibidang humas
berkaitan dengan kegiatan peran Praktisi Humas pada lembaga negara
dalam membangun citra positif lembaga.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran jelas mengenai
peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam
membangun citra positif lembaga dan hambatan-hambatan apa saja
yang dihadapi Praktisi Humas Kementerian Agama Republik
E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian
Dani Verdiansyah dalam bukunya Filsafat Ilmu Komunikasi
mengungkapkan bahwa paradigma ilmu merupakan cara pandang yang
dilakukan seseorang dalam mempengaruhi cara berpikir, menentukan
sikap, dan bertingkah laku dalam mencari sebuah kebenaran.12
Paradigma dalam penelitian khususnya dalam penelitian kualitatif ada
tiga yaitu paradigma konstruktivisme, post-positivisme, dan teori
kritis.13
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma
konstruktivisme dimana penelitian ini akan menemukan realitas
berdasarkan hasil pemikiran dari temuan penulis.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip oleh
Imam Gunawan adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu
secara holistik (utuh).14 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Menurut Jalaluddin Rachmat dalam
bukunya “Metode Penelitian Komunikasi” metode deskriptif tidak
bermaksud mengadakan pengujian, menjelaskan hubungan, tetapi lebih
12
Dani Verdiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Indeks, 2008), Cet. Ke-2, h. 50,
13
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-1, h. 48,
14
memfokuskan diri untuk menilai dan mamainkan unsur-unsur,
sifat-sifat, bentuk atau karakteristik tertentu dari suatu kasus atau peristiwa
yang terjadi di lapangan. Metode deskriptif hanya memaparkan situasi
atau peristiwa dan tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak
menguji hipotesis atau membuat prediksi.15
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus.
Guba & Lincoln, lebih diperjelas oleh Stake, kemudian dikembangkan
oleh Creswell, sebagaimana yang dikutip oleh Imam Gunawan yang
menyebutkan bahwa studi kasus adalah penelitian yang dilakukan
terhadap suatu objek yang disebut sebagai kasus, yang dilakukan
secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan
berbagai macam sumber data. Selain itu, Creswell menyebut metode
penelitian studi kasus sebagai salah satu strategi penelitian kualitatif.16
Studi kasus ini menggunakan tipe deskriptif secara sistematis
faktual dan aktual mengenai fakta suatu objek tertentu. Metode
tersebut peneliti gunakan untuk berusaha menjawab dan menjelaskan
lebih dalam tentang peranan Praktisi Humas Kementerian Agama
Republik Indonesia dalam membangun citra positif lembaganya.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Praktisi Humas
Kementerian Agama Republik Indonesia dan objek penelitiannya
15
Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 24,
16
adalah peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia
untuk membangun citra positif lembaganya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
tentunya berpatokan pada kebutuhan analisa. Adapun metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah:
a. Penelitian pustaka (library research), dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji.
b. Wawancara mendalam, yakni teknik pengumpulan data dari suatu informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan
agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Dengan demikian
peneliti memperoleh data secara langsung dengan sumber data,
sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Adapun wawancara
yang dilakukan dengan Rosidin selaku Kepala Bidang Humas
Kementerian Agama dan Ratna Puspita selaku Wartawan
Republika.
c. Dokumentasi, yakni metode pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti membaca data Humas Kementerian
Agama Republik Indonesia itu sendiri. Peneliti memperoleh data
dengan cara melihat catatan peristwa yang berbentuk tulisan, slide,
6. Teknik Analisis Data
Setelah data yang terkumpul memadai, maka tahap selanjutnya
dari sebuah penelitian adalah mengelola dan menganalisa data. Karena
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka data yang telah
terkumpul akan diolah menjadi data kualitatif. Dalam penelitian ini
peneliti akan mencocokkan data-data empiris yang diperoleh dalam
penelitian dengan teori-teori yang peneliti gunakan. Jika kedua pola
tersebut memiliki kesamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas
internal penelitian ini.
Analisa data kualitatif dimulai dengan menganalisa berbagai
data yang didapat dari laporan yaitu berupa kalimat-kalimat atau
pernyataan-pernyataan, dokumen-dokumen, catatan maupun
dokumentasi.
7. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan sejak bulan Maret atau sejak
dimulainya proposal dilakukan hingga bulan Juni 2016 atau sampai
penelitian ini diselesaikan. Tempat penelitian dilakukan di kantor
Kementerian Agama Republik Indonesia yang beralamat di Jalan
Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta Pusat 10710.
F. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman
Akademik Program Strata 1 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
G. Tinjauan Pustaka
Sebelum menyusun skripsi lebih lanjut, maka peneliti terlebih
dahulu menelusuri penelitian skripsi yang sudah dilakukan di Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta dan universitas lain.
Maksudnya agar penelitian yang akan dilakukan tidak sama dengan
skripsi-skripsi sebelumnya dan adanya pemetaan perkembangan terhadap
penelitian. Adapun beberapa tinjauan pustaka tersebut:
1. Skripsi yang berjudul Peran Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Membangun Citra Positif Lembaga. Skripsi ini ingin melihat bagaimana peran Biro Humas KPK dan apa saja
langkah-langkah yang dilakukan oleh Biro Humas untuk membangun
citra positif lembaga. Hal ini dikarenakan banyaknya kasus yang
menyeret KPK seperti kasus korupsi yang secara tidak langsung
menurunkan citra dan reputasi lembaga. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Metode yang digunakan
yaitu metode studi kasus. Pengumpulan data melalui penelitian pustaka,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Kesimpulan hasil penelitian
ini adalah bahwa Biro Humas KPK telah menjalankan fungsi-fungsi
kehumasannya dengan baik yaitu sebagai fasilitator komunikator,
fasilitator proses pemecahan masalah, teknisi komunikasi, membina
relationship, dan membentuk corporate image. Selain itu, peran biro
humas sebagai pendukung atau sponsor dalam segala kegiatan yang
bertujuan dalam mendekatkan KPK dengan masyarakat. Perbedaan
membahas tentang peran biro humas KPK dalam membangun citra
positif.17
2. Skripsi dengan judul Peran Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa. Skripsi ini ingin melihat bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa Tahun 2014. Ini dilatar belakangi karena
pentingnya mensosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa kepada seluruh
masyarakat Indonesia agar rasa cinta tanah air terus berkobar dalam diri
setiap individu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data yang dilakukan
menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa peran Humas seperti menjadi
communicator, membina relationship, peranan back up management,
dan membentuk corporate image berjalan cukup baik. Ini terlihat pada
kegiatan-kegiatan sosialisasi MPR RI dimana Pimpinan MPR RI dan
Tim Kerja Sosialisasi MPR RI yang telah dibentuk. Perbedaan skripsi
ini terletak pada objek dan tujuan. Skripsi kahfi ini menjelaskan peran
humas MPR RI dalam mensosialisasikan empat pilar bangsa.18
3. Skripsi yang berjudul Peran Public Relations Dalam Membangun Citra Positif Kraton Surakarta (Studi Deskriptif Tentang Perbandingan Peran Humas Hangabehi dan Tedjowulan Dalam
17
Nurlaela, 1111051000085, Peran Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Membangun Citra Positif Lembaga, (Jakarta: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2015),
18
Membangun Citra Positif Terkait Konflik Perebutan Kekuasaan 2 Raja). Rumusan masalah ini yakni ingin mengetahui bagaimana peran Humas Keraton Surakarta, kubu Hangabehi dan Tedjowulan dalam
membangun citra positif Keraton Surakarta terkait dengan krisis
internal Keraton Surakarta yang berupa perebutan kekuasaan antara 2
Raja. Ini dilatarbelakangi adanya permasalahan perebutan kekuasaan
antara 2 raja ini yang secara langsung atau tidak akan mempengaruhi
penilaian dan opini masyarakat terhadap Kerabat Keraton dan citra
positif Keraton Surakarta secara keseluruhan. Di sini, peran public
relations sangat penting untuk menangani segala hal yang berkaitan
dengan pihak lain di luar keraton. Metode penelitian yang digunakan
yaitu metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan
datanya menggunakan dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, dan
observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa humas dari
kedua raja berhasil menjalankan peran dan fungsi nya dalam menangani
masalah ini. Akan tetapi humas Tedjowulan berperan lebih aktif dalam
membangun citra positif di tengah konflik. Sementara humas
Hangabehi lebih condong ke arah humas sebagai juru penerang
kebudayaan. Yang membedakan skripsi peneliti dengan skripsi Retno
terletak pada objek saja. Skripsi ini membahas tentang peran public
relation dalam membangun citra positif Kraton Surakarta.19
19
4. Skripsi dengan judul Strategi Membangun Citra Positif Perusahaan Melalui Publikasi Humas (Studi Pada Teater Imax Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah). Skripsi ini ingin melihat bagaimana strategi Keong Emas TMII dalam upaya terbentuknya citra positif
Keong Emas melalui publikasi PR. Hal ini dilatar belakangi karena saat
ini masyarakat lebih tertarik untuk menonton film komersil dibanding
film bertemakan pendidikan yang disajikan oleh Keong Emas. Tentu
tetaer Keong Emas ini akan melakukan upaya publikasi agar
masyarakat tetap setia menonton film pendidikan yang disajikan oleh
teater ini. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif. Alat
pengumpul datanya memakai teknik wawancara. Adapun hasil
penelitiannya bahwa publikasi lebih menekankan suatu proses dan
teknis untuk mempersiapkan dan menerbitkan media komunikasi demi
kepentingan kegiatan atau aktivitas publikasi humas/PR dalam upaya
penyampaian pesan, opini, informasi dan berita, namun tidak demikian
halnya dengan Keong Emas yang lebih berfokus kepada publisitas
khususnya publisitas dalam bentuk tie in publicity (publisitas yang
disengaja). Perbedaan dengan skripsi peneliti terletak pada subjek dan
objek. Skripsi Katrin membahas tentang strategi membangun citra
positif Teater Imax Keong Emas TMII melalui publikasi humas.20
20
H. Sistematika Penulisan
Secara sistematis penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab.
Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, menguraikan konsep humas dan konsep citra, yang mencakup pengertian, fungsi, tujuan, peran, dan model
perkembangan komunikasi dan praktik humas, dan model perencanaa
humas.
Bab III Gambaran Umum Kementerian Agama Republik Indonesia, terdiri dari sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, kode etik pegawai,
kedudukan tugas dan fungsi, struktur bidang humas, dan tugas dan fungsi
Humas Kementerian Agama Republik Indonesia.
Bab IV Hasil Temuan dan Analisis Data, menguraikan mengenai segala yang berkaitan dengan objek penelitian yang meliputi: deskripsi objek
penelitian yaitu peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik
Indonesia dalam membangun citra positif lembaga, dan hambatan yang
dihadapi oleh Praktisi Humas Kementerian Agama dalam membangun
citra positif lembaga.
Bab V Kesimpulan dan Saran, yang berisi kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir penulisan skripsi penulis menyajikan daftar pustaka yang
menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran yang
18
LANDASAN TEORI
A. Definisi Peran
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Artinya
seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu
peran. Peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang
menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu
peran. Peran mencakup 3 hal:
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat;
2. Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat;
3. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.1
Peranan dapat didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang
terencana seseorang yang mempunyai status tertentu di masyarakat.
Peranan dapat dikatakan sebagai tindakan seseorang sesuai dengan
statusnya dalam masyarakat. Menurut Levinson, bahwa peranan itu
mencakup tiga hal yaitu: Pertama; peranan meliputi norma-norma yang
dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
Kedua; peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
1
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Ketiga; peranan juga dapat
dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat. Peranan seseorang lebih banyak menunjukkan suatu proses
dari fungsi dan kemampuan mengadaptasi diri dalam lingkungan
sosialnya.2
Jika ditarik kesimpulan dari beberapa poin di atas, peranan adalah
segala sesuatu yang dijalankan oleh seorang pimpinan terutama dalam
menjalankan hak dan kewajiban yang sesuai dengan wewenang dan
kedudukannya.
B. Hubungan Masyarakat (Humas) 1. Definisi Hubungan Masyarakat
Dalam sebuah organisasi komersial maupun non komersial
keberadaan hubungan masyarakat cukup diperhitungkan
keberadaannya. Humas diartikan sebagai salah satu kegiatan dari
public relation yang menangani hubungan antara lembaga dengan
masyarakat. Humas memiliki ruang lingkup yang terbatas, sedangkan
public relation memiliki ruang lingkup yang luas. Humas hanya
menyampaikan pesan kepada masyarakat sedangkan public relation
sangat berperan aktif baik urusan interen maupun eksteren yakni
untuk membangun relasi dengan masyarakat luas. Kesamaan humas
dan public relation yakni sama-sama membangun komunikasi dua
arah antara masyarakat.
2
Menurut british institute of public relation (IPR) humas adalah
keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat
baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya.3
Menurut Frank Jefkins, humas adalah semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara
suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
Tetapi tidak hanya mencapai saling pengertian saja, melainkan ada
tujuan khusus seperti penanggulangan masalah-masalah komunikasi
yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya mengubah sikap
yang negatif menjadi positif.4
Dengan demikian, Humas dapat diartikan sebagai upaya
berkesinambungan guna menciptakan pengertian publik yang lebih
baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu
organisasi/individu. Selain itu Humas juga melakukan kegiatan
komunikasi baik kepada internal maupun eksternal pada sebuah
organisasi atau perusahaan. Humas bertanggungjawab memberikan
informasi, meyakinkan, meraih simpati, dan memberikan ketertarikan
masyarakat untuk membuat masyarakat mengerti dan menerima
sebuah situasi.
3
Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2003), Edisi Ke-5, h. 9.
4
2. Fungsi Hubungan Masyarakat (Humas)
Humas memiliki fungsi timbal balik, ke luar dan ke dalam. Ke
luar ia harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran
masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan
organisasi atau lembaganya. Ke dalam, ia berusaha mengenali,
mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan
gambaran negatif dalam masyarakat sebelum sesuatu tindakan atau
kebijakan itu dijalankan. Dapat dikatakan, ia berperan dalam membina
hubungan baik antara lembaga atau organisasinya dengan masyarakat
atau dengan media massa. Fungsi utama humas adalah mengatur lalu
lintas, sirkulasi informasi, internal eksternal, dengan memberikan
informasi serta penjelasan seluas mungkin kepada publik mengenai
kebijakan, program, tindakan suatu organisasi agar dapat dipahami
sehingga memperoleh public support and public acceptance.5
Sedangkan Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Relations
Principles and Problems, ia mengemukakan fungsi humas:
a. It should serve the public’s interest (Mengabdi kepada kepentingan umum). Hal ini ditekankan karena adanya anggapan
bahwa pejabat humas sebagai orang “sewaan” orang-orang kaya
yang menginginkan orang-orang miskin tetap hidup melarat.
Yang dimaksud orang kaya adalah para manajer dan orang-orang
miskin adalah khalayak.
5
[image:33.595.103.515.195.571.2]b. Maintain good communication (Memelihara komunikasi yang
baik). Memelihara hubungan komunikatif antara pejabat humas
dengan publik baik internal maupun eksternal dan dengan
manajer beserta stafnya, dilakukan secara timbal balik yang
dilandasi empati sehingga menimbulkan rasa simpati.
c. Stress good morals and manners (Menitikberatkan moral dan
perilaku yang baik). Ditekankannya moral dan perilaku yang baik
ialah semata-mata untuk menjaga citra organisasi di hadapan
publiknya.6
3. Tugas Hubungan Masyarakat
Menurut Cutlip, Center, dan Broom dalam bukunya “Effective Public
Relations” tugas humas mencakup sepuluh kategori ini:
a. Writing and Editing: membuat newsrelease yang disiarkan dan
dicetak, newsletter untuk wartawan dan stakeholder eksternal.
Website dan pesan di media lainnya, laporan tahunan, naskah
pidato, brosur, film, dan slide show, artikel publikasi, iklan
institusi, dan lain-lain
b. Media Relations and Placement: menghubungi pihak media,
freelance writer, dan publikasi perdagangan secara intens agar
mereka mempublikasikan dan menyiarkan berita dan feature
mengenai organisasi, Merespon permintaan media akan
informasi, mengklarifikasi isu dan memberikan akses media
kepada sumber yang dapat memiliki otoritas
6
c. Research: mencari informasi mengenai opini publik,
kecenderungan, isu yang sedang naik, iklim politik dan
pemerintahan, kelompok kepentingan dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan stakeholder organisasi
d. Management and Administration: memogramkan dan
merencanakan kolaborasi dengan manajer lain, mengetahui
kebutuhan-kebutuhan, menentukan prioritas, mengatur tujuan dan
sasaran, membangun strategi dan taktik. Mengadministrasi
personal, keuangan, dan jadwal program
e. Counseling: memberikan masukan kepada top management
mengenai keadaan sosial, politik dan regulasi; memberi konsultasi
kepada manajemen tentang bagaimana menghindari dan
merespon kritik, dan bekerja sama dengan pembuat keputusan
dengan memberikan masukan mengenai strategi dalam menjaga
atau merespon isu dan krisis
f. Special Event: menyiapkan dan menyusun konferensi pers,
convention, open house, grand opening, perayaan ulang tahun,
acara amal, kontes, program penghargaan dan special event
lainnya
g. Speaking: mengajarkan orang-orang dalam berbicara dan
mengatur pembicara yang terisi dalam podium sebelum
pembicara utama muncul
h. Production: membangun komunikasi dan menggunakan
tipografi, tampilan layar komputer, merekam dan mengubah
video dan mempersiapkan presentasi audiovisual
i. Training: menyiapkan executive spokeperson untuk berhubungan
dengan media dan membuat kesan kepada publik. Melatih
orang-orang dalam organisasi untuk meningkatkan kemampuan menulis
dan berkomunikasi. Membantu mengenalkan perubahan budaya,
kebijakan, struktur dan proses organisasi
j. Contact: melayani sebagai penghubung dengan media, komunitas,
dan kelompok eksternal dan kelompok internal lainnya.
Mendengarkan, menegoisasi, mengendalikan konflik dan
mendapatkan kesepakatan sebagai mediator antara organisasi dan
stakeholder yang penting. Menyusun pertemuan dan sambutan
sebagai tuan rumah kepada para tamu.7
Tugas pokok humas menurut A.W. Widjaja dalam bukunya yang
berjudul “Komunikasi dan Hubungan Masyarakat” antara lain:
a. Pengumpulan dan Pengolahan Data
1) Mengumpulkan data untuk keperluan informasi
2) Mengolah data
3) Menyajikan data sehingga siap digunakan
4) Mengarsipkan data sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
kembali
5) Melayani kebutuhan data bagi yang memerintahkan
7
6) Membuat kliping dari seluruh media massa
b. Penerangan
1) Menyebarkan informasi
2) Mengadakan hubungan dengan media massa
3) Mengadakan pemberian kehumasan
4) Membuat dokumentasi kegiatan lembaga
5) Menyelenggarakan pameran
6) Memberikan pelayanan informasi dengan menyajikan
berita-berita dan kliping
7) Mentranskrip rekaman pidato dan mengarsipkannya
8) Mengalbumkan foto-foto kegiatan
9) Mengikuti kunjungan kerja pejabat/pimpinan
10)Mengadakan wisata pers ke objek yang telah ditentukan
c. Publikasi
1) Menerbitkan warta harian, mingguan, majalah bulanan, dan
folder (leaflet)
2) Menerbitkan buku kerja
3) Menerbitkan kalender kerja
4) Ikut serta menyelenggarakan pameran, antara lain pameran
pembangunan.8
4. Peran Hubungan Masyarakat
Kini kehadiran humas di sebuah lembaga atau organisasi
menjadi bagian penting. Humas memiliki peran yang sangat penting
8
untuk membantu fungsi manajemen dalam membangun citra yang
baik di mata publik. Peran Praktisi Humas juga dikatakan sebagai
kunci keberhasilan sebuah lembaga atau organisasi.
Sementara itu menurut Dozier, peranan petugas/praktisi humas
merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi humas
dan komunikasi organisasi. Peranan petugas humas dibedakan
menjadi 2 (dua), yakni peranan managerial (communication manager
role) dan peranan teknis (communication technician role).
Peranan manajerial dikenal dengan peranan di tingkat
manajemen dapat diuraikan menjadi 3 peranan, yakni expert preciber
communication, problem solving facilitator, dan communication
facilitator. Sehingga bila dijelaskan lebih jauh terdapat 4 peranan,
antara lain:
1. Expert Preciber Communication
Petugas humas dianggap sebagai orang yang ahli. Dia
menasihati pimpinan perusahaan/organisasi. Hubungan mereka
diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien.
2. Problem Solving Process Facilitator
Peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan
masalah. Pada peranan di sini petugas humas melibatkan diri atau
dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota
tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam
3. Communication Facilitator
Peranan sebagai fasilitator komunikasi antara
perusahaan/organisasi dengan publik baik dengan publik eksternal
maupun internal. Humas sebagai jembatan komunikasi antara
publik dengan perusahaan.
4. Technician Communication
Petugas humas dianggap pelaksana teknis komunikasi. Dia
menyediakan layanan di bidang teknis, sementara kebijakan dan
keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan
merupakan keputusan petugas humas, melainkan keputusan
manajemen dan petugas humas yang melaksanakannya.9
Menurut Rosady Ruslan dalam bukunya “Manajemen Public
Relation dan Media Komunikasi” seorang pejabat humas yang
melakukan fungsi manajemen dalam sebuah perusahaan. Secara garis
besar aktifitas utamanya humas berperan sebagai communicator,
relationship, back up management, dan good image maker.10
Perannya sebagai communicator artinya sebagai penghubung antara
organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. Humas
melakukan kegiatan komunikasi yang baik dengan pihak internal
maupun pihak eksternal. Sedangkan relationship merupakan upaya
peran Praktisi Humas dalam membina hubungan yang positif dan
saling menguntungkan dengan pihak publiknya.. Humas juga
9
Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Hubungan Masyarkat, (Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia, 2002), Cet. Ke-1, h. 24,
10
berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan,
kerja sama, dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.
Peran sebagai back up management merupakan peran Praktisi
Humas sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau
perusahaan untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka
tujuan pokok perusahaan. Kemudian good image maker adalah peran
Praktisi Humas dalam menciptakan citra bagi organisasi atau
perusahaan. Dalam hal ini berperan menjaga dan menciptakan citra
yang positif terhadap perusahaan dimata publik.
Dalam menjalankan fungsi, peran dan tugasnya humas
memiliki beberapa sasaran dan kegiatan khusus. Menurut H. Fayol
beberapa kegiatan dan sasaran humas adalah membangun identitas
dan citra perusahaan (building corporate identity and image).
Membangun citra dan identitas organisasi ini diwujudkan dengan
mendukung kegiatan komunikasi timbal balik yang positif dengan
berbagai pihak.11
C. Hubungan Masyarakat Pemerintahan
1. Definisi Hubungan Masyarakat Pemerintahan
Humas dalam lembaga pemerintah merupakan suatu keharusan
fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi tentang
kebijakan, program, dan kegiatan lembaga pemerintah kepada
masyarakat. Pada umumnya humas diklasifikasikan menurut jenis
organisasi yakni humas pemerintahan, humas perusahaan, dan humas
11
internasional. Dalam humas pemerintahan, Sam Black dalam bukunya
“Practical Public Relation”, mengklasifikasikan humas menjadi humas pemerintahan pusat dan humas pemerintahan daerah.12
Humas pemerintah diarahkan untuk hubungan dengan media,
masalah umum, dokumentasi, dan publikasi. Demikian juga dengan
namanya selain Divisi Humas, dikenal juga Sekretaris Pers, Divisi
Informasi dan Komunikasi, Bagian Umum, Pusat Dokumentasi dan
Publikasi. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan humas adalah
konferensi pers, membuat press release, press cliing, pameran,
menerbitkan media intern, mengorganisir pertemuan dengan
masyarakat, penerangan melalui berbagai media komunikasi bagi
masyarakat, mendokumentasi semua kegiatan instansi, mengorganisir
kunjungan para pejabat, dan menerima keluhan masyarakat.13
2. Tugas Hubungan Masyarakat Pemerintah
Humas pemerintah bertugas memberikan informasi dan
penjelasan kepada publik mengenai kebijakan dan langkah yang
diambil oleh pemerintah serta mengusahakan timbulnya hubungan
yang harmonis antara lembaga dengan publik. Pada dasarnya tugas
humas pemerintah adalah:
a. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat
tentang kebijakan, langkah-langkah, dan tindakan-tindakan
12
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-6, h. 38-39.
13
pemerintah, serta memberikan layanan informasi yang diperlukan
kepada masyarakat secara terbuka.
b. Memberi bantuan kepada media berita berupa bahan-bahan
informasi mengenai kebijakan dan langkah-langkah serta tindakan
pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita
untuk acara-acara resmi yang penting.
c. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan
kebudayaan yang telah dicapai oleh bangsa kepada khalayak di
dalam negeri maupun luar negeri.
d. Memonitor pendapat umum tentang kebijakan pemerintah
selanjutnya menyampaikan tanggapan masyarakat dalam bentuk
feedback kepada pimpinan instansi-istansi pemerintahan yang
bersangkutan sebagai input.14
Adapun tugas humas menurut Onong Uchjana Effendy terdiri
atas dua tugas. Pertama, menyebarkan informasi secara teratur
mengenai kebijaksanaan, perencanaan, dan hasil yang tidak dicapai.
Kedua, menerangkan dan mendidik publik mengenai
perundang-undangan dan hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan rakyat
sehari-hari.15
14
I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Hubungan Masyarakat, (Jogjakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1, h. 78,
15
Jurnal Ilmu Komunikasi, Meilyna Diah Anggrahini, Christina Rochayanti dan Edwi Arief Sosiawan, Peran Praktisi Humas Pemerintah Kabupaten Sragen Dalam Pengelolaan Isi Informasi Website Pemda Sebagai Media Communications Relation Dengan Masyarakat,
3. Peran Hubungan Masyarakat Pemerintah
Humas di lembaga swasta memiliki struktur organisasi yang
lebih ketat, sehingga peranannya spesifik. Sedangkan humas
pemerintah di samping bertugas menyelenggarakan dan
mengoordinasikan lalu-lintas arus informasi ia juga berfungsi sebagai
penyaring atau filter dari komunikasi timbal balik dengan tujuan untuk
menciptakan dan membina stabilitas sosial. Secara umum, baik humas
pemerintah maupun swasta mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
menciptakan iklim pendapat umum yang menguntungkan.16
Menurut Frazier Moore peranan Praktisi Humas pemerintah
adalah untuk memberikan sanggahan mengenai pemberitaan yang
salah dan merugikan pemerintah, dan mengkomunikasikan atau
menginformasikan segala kebijakan pemerintah kepada masyarakat.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan citra yang positif pemerintah di
mata publik. 17
Humas pemerintahan berperan ganda yaitu keluar memberikan
informasi, sedangkan ke dalam wajib menyerap reaksi, aspirasi atau
opini khalayak, diserasikan demi kepentingan instansinya atau tujuan
bersama. Peran taktis dan strategis kehumasan pemerintah/BUMN
tersebut menyangkut beberapa hal, sebagai berikut:
a. Tugas secara taktis dalam jangka pendek, Humas berupaya
memberikan pesan-pesan dan informasi kepada khalayak umum,
16
I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Hubungan Masyarakat, (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1, h. 80.
17
dan khalayak tertentu sebagai target sasarannya. Kemampuan
untuk melakukan komunikasi timbal balik, dan kemudian
memotivasi atau mempengaruhi opini masyarakat dengan usaha
untuk “menyamakan persepsi” dengan tujuan dan sasaran
lembaga yang diwakilinya
b. Tugas strategis dalam jangka panjang Humas, yakni berperan
secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, memberikan
sumbang saran, gagasan dan hingga ide-ide cemerlang serta
kreatif dalam menyukseskan program kerja lembaga/instansi yang
bersangkutan hingga pelaksanaan pembangunan nasional.
Terakhir bagaimana upaya menciptakan citra atau opini
masyarakat yang positif.18
Dari kedua konsep humas secara umum dan humas
pemerintah, terlihat jelas bahwa keduanya memiliki tugas, fungsi dan
peran yang hampir serupa. Keduanya ingin menjaga hubungan yang
baik antara organisasi kepada publiknya baik internal maupun
eksternal. Hubungan baik yang dijalankan oleh organisasi dan
publiknya ini dapat tercipta melalui komunikasi yang terbuka dan
terjalin baik antara organisasi dengan publiknya. Komunikasi yang
baik akan menghasilkan kesan dan pengalaman sendiri dari publik
kepada organisasi. Kesan dan pandangan publik mengenai organisasi
ini yang nantinya akan sangat berpengaruh kepada citra dan reputasi
organisasi.
18
D. Model Perkembangan Komunikasi dan Praktek Humas
Menurut James E. Grunig (1992: 285), bahwa perkembangan
humas dalam konsep dan praktik dalam proses komunikasi yaitu terdapat 4
model (Four typical ways of conceptual and practicing communication)
sebagai berikut:
1. Model Publicity or Press Agentry
Humas melakukan propaganda atau kampanye melalui proses
komunikasi satu arah untuk tujuan publisitas yang menguntungkan
sepihak, dengan mengabaikan kebenaran informasi sebagai upaya
untuk menutupi unsur negatif dari suatu lembaga.
2. Model Public Information
Humas bertindak seolah journalist in resident. Berupaya membangun
kepercayaan organisasi melalui proses komunikasi searah dan tidak
mementingkan persuasif. Seolah bertindak sebagai wartawan dalm
menyebarluaskan publisitas, informasi dan berita ke publik. Unsur
kebenaran dan objektivitas pesan (informasi) selalu diperhatikan oleh
pihak narasumbernya.
3. Model Two Way Asymmetrical
Humas melakukan kampanye melalui komunikasi dua arah dan
penyampaian pesan berdasarkan hasil riset serta strategi komunikasi
persuasif publik secara ilmiah. Unsur kebenaran diperhatikan untuk
membujuk publik agar mau bekerja sama, bersikap terbuka sesuai
harapan organisasi. Feedback dan feedfoward dari pihak publik
diperlukan sebelum melaksanakan komunikasi. membangun hubungan
dan pengambilan inisiatif selalu didominasi oleh si pengirim.
4. Model Two Way Symmetrical
Model komunikasi simetris dua arah yag menggambarkan bahwa suatu
komunikasi propaganda melalui dua arah timbal balik yang berimbang.
Model ini mampu memecahkan atau menghindari terjadinya konflik
dengan memperbaiki pemahaman publik secara strategis agar dapat
diterima, dianggap lebih etis dalam penyampaian pesan (informasi)
melalui teknik komunikasi membujuk untuk membangun saling
pengertiadan menguntungkan kedua belah pihak.19
Model-model komunikasi di atas, bagi humas dapat digunakan
dengan model yang berbeda untuk tujuan yang berbeda dan dalam
situasi yang berbeda pula secara tepat serta efektif, baik untuk tujuan
penelitian maupun kegiatan secara praktikal.
E. Model Perencanaan Humas
Salah satu model perencanaan humas adalah apa yang disebut
sebagai “model enam langkah”. Model ini sudah diterima secara luas oleh
para praktisi humas profesional. Keenam tahapannya sebagai berikut:
1. Pengenalan situasi
Kunci pertama dalam menyusun suatu rencana secara logis
adalah pemahaman terhadap situasi yang ada. Untuk memahami
situasi, kita memerlukan informasi atau data intelijen. Untuk itu perlu
diadakan suatu studi mengenai situasi-situasi internal maupun
19
eksternal yang dihadapi organisasi. Setelah kita mampu mengenali
situasi dengan baik, maka kita juga akan dapat mengenali masalah
yang ada serta mencari cara untuk memecahkannya.
2. Penetapan tujuan
Setiap tujuan organisasi dalam pengertian yang luas akan jauh
lebih mudah dijangkau apabila usaha mencapainya juga disertai
dengan kegiatan-kegiatan humas, baik yang dilakukan oleh
unit/departemen humas internal maupun oleh lembaga konsultan
humas eksternal. Misalnya agar mencapai tujuan yakni untuk
memperbaiki bobot para calon pegawai baru, dibutuhkan kerja sama
yang erat antara manajer humas dan manajer personalia.
3. Definisi khalayak
Penting suatu organisasi mengenali dan membatasi
khalayaknya. Sebesar apa pun suatu organisasi ia tidak mungkin
menjangkau semua orang. Ia menentukan sebagian yang sesuai atau
yang paling dibutuhkan oleh suatu organisasi. Dengan jenis dan
jumlah khalayak yang lebih terbatas, suatu organisasi akan lebih
efisien dalam menggarapnya, apalagi jika ini dikaitkan dengan
kelangkaan sumber daya. Khalayak humas relatif lebih luas dan
bervariasi dibandingkan dengan khalayak periklanan.
4. Pemilihan media dan teknik-teknik humas
a. Media dan teknis humas
Media dan teknis humas itu sendiri sangat bervariasi. Contoh para
untuk tekniknya. Bila kita membandingkan media humas dan
media iklan, akan muncul hal menarik sebagai berikut:
1) Kampanye periklanan dan kampanye humas sama-sama
menggunakan berbagai macam media. biasanya para praktisi
humas cenderung pada media yang bercakupan lebih luas,
sedangkan dunia periklanan condong pada media-media yang
punya ciri khas sesuai dengan karakteristik khalayak yang
hendak dituju.
2) Para praktisi humas berhubungan dengan editor, jurnalisa,
serta produser. Sedangkan periklanan lebih banyak
berhubungan dengan manajer iklan di media massa.
3) Iklan sifatnya lebih komersil dibandingkan humas. setiap
kolom surat kabar bagi iklan harus dibayar, sedangkan artikel
humas terkadang tidak.
4) Kampanye periklanan dilakukan terbatas pada media yang bis
diharapkan akan mmebuahkan hasil maksimal. Sedangkan
humas menggunakan media apa saja asalkan bisa
menjangkau sebanyak mungkin khalayak.
5) Program humas memang secara umum tidak terlalu
pilih-pilih media seperti iklan. Perbedaan antara humas dan iklan
akan mudah dimengerti bahwa tujuan humas memang tidak
6) Tidak seperti dunia periklanan, dunia kehumasan dapat
menggunakan berbagai media khususnya seperti jurnal
internal, buletin, atau sekedar majalah dinding.
b. Jenis-jenis Media Humas
Jenis-jenis media humas yang pokok antara lain media pers
(koran, majalah), audio-visual (slide, video, film), radio, televisi,
pameran, bahan-bahan cetakan, penerbitan buku khusus, surat
langsung, pesan–pesan lisan, pemberian sponsor, dan jurnal
organisasi (internal dan eksternal). Kemudian menggunakan ciri
khas dan identitas perusahaan, dan masih banyak lagi media
humas lainnya.
5. Pengaturan anggaran
Perencana media humas juga harus memperhitungkan media
mana yang harus digunakan untuk menjangkau khalayak yang telah
dipilih, tentunya sesuai dengan keterbatasan anggaran yang ada.
Anggaran tersebut penting karena untuk mengetahui seberapa banyak
dana yang diperlukan dalam rangka membiayai suatu program atau
kampanye humas. Selain itu, suatu anggaran humas memiliki
unsur-unsur atau pos-pos pengeluaran pokok antara lain tenaga kerja, biaya
tetap, materi atau peralatan, dan kas kecil. Setelah itu penyusunan
anggaran humas sehingga total anggaran yang dikeluarkan jelas.
Kemudian kalkulasi anggaran untuk departemen humas. Disajikan
dengan sebuah anggaran hipotetis untuk sebuah unit atau departemen
6. Pengukuran hasil kegiatan humas
Terdapat tiga hal terpenting berkenaan dengan pengukuran
hasil. Pertama, teknik yang digunakan untuk mengenali situasi
seringkali dimanfaatkan guna mengevaluasi yang telah dicapai oleh
segenap kegiatan humas yang telah dilakukan. Kedua, metode-metode
evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahap perencanaan.ketiga,
setiap program humas harus memiliki tujuan yang pasti berupa target.
Setelah kampanye humas atau prgram humas usai dilaksanakan maka
guna mengukur hasil bisa memanfaatkan tujuan sebagai suatu tolak
ukur atau bahan perbandingan.20
F. Konsep Citra
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) citra mengandung
arti gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,
organisasi atau produk. Citra atau image berkaitan erat dengan suatu
penilaian, opini atau bahkan kepercayaan publik yang dijadikan sebagai
khalayak sasarannya. Citra di sini dapat berupa citra positif maupun citra
negatif.
Dalam buku metode riset, citra dideskripsikan sebagai pandangan
dari khalayak terhadap institusi. Citra dapat digambarkan sebagai sebuah
“mental pictures” yang terbentuk akibat adanya rangsangan atau stimulus
yang diterima individu. Proses pembentukan citra pengalaman melalui
stimulus adalah sebagai berikut:
20
Gambar 2.1
Proses Pembentukan Citra21
Stimulus Respon
Gambar tersebut menjelaskan bahwa sikap yang ditunjukkan oleh
khalayak merupakan hasil dari kepercayaan, informasi dan pengetahuan
yang diperoleh dari perusahaan, maka sikap merupakan dampak nyata dari
pengetahuan yang dimilikinya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa dari
gambar tersebut bahwa stimulus yang diterima akan menghasilkan
persepsi yang kemudian menghasilkan salah satu dari antara kognisi atau
motivasi yang berhubungan dengan timbal balik persepsi, dari kedua hal
yang dihasilkan oleh persepsi, kognisi atau motivasi inilah yang kemudian
akan berhubungan timbal-balik dengan sikap yang pada akhirnya
menghasilkan respon.
Humas digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam
model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang
diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk
mengetahui citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya
dibutuhkan adanya penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat
mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai secara pasti sikap publik
terhadap lembaganya.
21
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 115.
Kognisi
Persepsi Sikap
[image:51.595.103.514.99.623.2]Untuk mengukur penilaian atau pengetahuan khalayak (audience
awareness) terhadap objek tertentu melalui dengan memodifikasi “analisis
citra dan pengukuran tanggapan khalayak”, yang dikemukakan oleh
C.E.Osgood, C.J. Suci & P.H. Tannenbaum, dalam buku The
Measurement of Meaning (1957).22
Gambar 2.2
Model Grid Analysis Citra (Tanggapan Khalayak)23
Citra Baik
A B
Sangat Dikenal Kurang Dikenal
D C
Citra Buruk
Model Grid di atas, yaitu penjelasan dan analisisnya sebagai berikut:
1. Poin A, merupakan grade citra perusahaan atau penilaian pelayanan
dalam posisi yang ideal atau positif, dan dikenal sangat baik oleh semua
orang, pelanggan atau khalayak yang menjadi sasarannya.
22
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. Ke-5, h. 80,
23
2. Poin B, grade perusahaan atau pelayanan cukup positif, dan lembaga
bersangkutan hanya disukai atau dikenal oleh kalangan khalayak
tertentu (kurang dikenal).
3. Poin C, grade c