• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Membangun Citra Positif Lembaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Membangun Citra Positif Lembaga"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh FAIZAH NIM: 1112051000029

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

PERAN PRAKTISI HUMAS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF LEMBAGA

Humas memiliki peran penting dalam menjaga citra sebuah organisasi. Pentingnya peran ini sangat dibutuhkan lembaga Kementerian Agama Republik Indonesia yang tengah menghadapi krisis organisasi sehingga banyak dilanda pemberitaan negatif. Maraknya kasus korupsi di Kementrian Agama menjadi penyebab krisis. Di sisi lain, sebagai kementerian yang memiliki label agama seharusnya Kementerian Agama dapat menjadi contoh baik bagi masyarakat luas.

Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah. Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra positif lembaga? Kemudian hambatan apa saja yang dihadapi oleh Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra positif lembaga?

Teori yang digunakan adalah konsep peran humas menurut Dozier dan Broom. Teori ini digunakan sebagai alat pembedah dalam pembahasan peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia, apakah humas berhasil atas strategi dan metode yang digunakan, untuk membangun citra positif lembaga Kementerian Agama.

Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang peran Praktisi Humas Kementerian Agama dan apa saja hambatan yang dihadapi Praktisi Humas dalam membangun citra positif lembaga. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana penerapan peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra positif lembaga.

Setelah melakukan penelitian dan analisis, penulis menemukan beberapa temuan. Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia telah melakukan berbagai strategi dan kegiatan dalam membangun citra positif lembaga. Diantaranya menjaga citra positif, mengoptimalkan segala macam perangkat media, menjalin hubungan harmonis secara internal dan eksternal, dan analisis media. Humas menjadi pendukung dalam fungsi manajemen Kementerian Agama dan berupaya membangun citra positif lembaga. Hambatan-hambatan yang dihadapi Praktisi Humas yaitu tersendatnya aliran informasi dari unit teknis ke satu pintu (humas), lambatnya jawaban yang diberikan tim teknis atas masukan dan keluhan publik, terbatasnya staf humas, terbatasnya narasumber pemberitaan media, serta kepentingan media yang berbeda-beda. Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan dan dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia memiliki peran yang penting dalam membangun citra positif lembaga.

(6)

ii Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya dan Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad saw, karena atas perjuangannya dan pengorbanannya

dapat memberikan pelajaran dan teladan bagi umat Islam sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “PERAN PRAKTISI HUMAS

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM

MEMBANGUN CITRA POSITIF LEMBAGA”. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan telah mendukung

penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moral maupun materi,

terutama kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang

Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan

Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Prof. Dr. M. Yunan Yusuf selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Dr. H. Sunandar, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia

membimbing dan telah banyak memberi masukan serta saran selama

(7)

iii

penulis ucapkan mohon maaf apabila dalam proses perkuliahan, ada sikap

atau sifat penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/ Ibu, penulis sangat

harapkan doa dari Bapak/ Ibu, semoga ilmu yang telah Bapak/ Ibu berikan

menuai banyak keberkahan.

6. Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dan Wartawan Media

Republika yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai

langsung terkait penelitian ini.

7. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta

pengelola perpustakaan Fakultas dan perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas layanannya, semoga pelayanan

kepada mahasiswa menjadi lebih baik lagi kedepannya.

8. Kedua orang tua, Alm. Rudi Efendi dan Ibu Tati Mujiyati, Abang Irfan,

Dita dan Adik Kiki sebagai keluarga penyemangat dalam menyelesaikan

penelitian ini.

9. Mas Khoerun, Mba Jannah, Pak Syaiful, Mas Gepeng, Pak Rosidin, dan

Mba Ratna yang telah senantiasa memberikan data untuk kelengkapan

penelitian ini.

10.RDK (Radio Dakwah dan Komunikasi) UIN Jakarta yang telah

memberikan arti dalam kehidupan di Kampus.

11.Teman-teman kelas KPI A angkatan 2012, sahabat penyemangat dalam

menyelesaikan penelitian ini, Panji, Annisaa, Rohima, Ratih, Kiki, Ami,

(8)

iv

13.Sahabat seperjuangan, Rizal Nur Fauzi dan Nida Attaqia yang telah

memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, semoga segala apa yang telah penulis lakukan dan hasilkan dapat

membuahkan manfaat serta memberikan nilai kebaikan khususnya bagi para

penulis maupun pembaca sekalian. Dan semoga dapat menjadi suatu amalan

kebaikan dalam bidang dakwah di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juni 2016

(9)

v

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Pedoman Penulisan ... 12

F. Tinjauan Pustaka ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Peran ... 18

B. Kerangka Konsep ... 19

1. Hubungan Masyarakat ... 19

a. Definisi Hubungan Masyarakat... 19

b. Fungsi Hubungan Masyarakat ... 21

(10)

vi

a. Definisi Hubungan Masyarakat Pemerintah ... 28

b. Tugas Hubungan Masyarakat Pemerintah ... 29

c. Peran Hubungan Masyarakat Pemerintah ... 31

3. Model Perkembangan Komunikasi dan Praktik Humas ... 33

4. Model Perencanaan Humas ... 34

5. Konsep Citra ... 38

6. Konsep Korupsi ... 42

BAB III GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA RI A. Sejarah ... 46

B. Visi dan Misi ... 51

C. Struktur Organisasi Pusat ... 52

D. Kode Etik Pegawai ... 53

E. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi ... 53

F. Struktur Organisasi Pusat Informasi dan Humas ... 54

G. Tugas dan Fungsi Humas ... 55

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Membangun Citra Positif Lembaga... 57

B. Hambatan-hambatan Yang Dihadapi Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Membangun Citra Positif Lembaga ... 83

(11)

vii

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(12)

viii

Gambar 2.1 Proses Pembentukan Citra ... 39

Gambar 2.2 Model Grid Analysis Citra ... 40

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kementerian Agama RI ... 49

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama ... 52

Gambar 4.1 Kolom Nomor Porsi Haji ... 57

Gambar 4.2 Kuis Harapan Publik ... 63

Gambar 4.3 Harapan Adi Mansur @murytech Terhadap Kementerian Agama RI ... 64

Gambar 4.4 Website Kementerian Agama RI ... 69

Gambar 4.5 Majalah Cetak Kementerian Agama “Ikhlas Beramal” ... 70

Gambar 4.6 Majalah Online Kementerian Agama ... 70

Gambar 4.7 Konferensi Pers Pelunasan BPIH Reguler ... 71

Gambar 4.8 Konferensi Pers Rencana Perkemahan Rohis Siswa SMA/SMK Tingkat Nasional Tahun 2016 ... 72

Gambar 4.9 Menag Berkunjung Ke Kantor Redaksi Harian Waspada Medan ... 74

Gambar 4.10 PPID Kementerian Agama ... 75

Gambar 4.11 Kolom Pengaduan Masyarakat Kementerian Agama ... 77

Gambar 4.12 Portal Whistleblowing System Kementerian Agama ... 77

Gambar 4.13 Pameran Kementerian Agama Dalam Memperingati Hari Anti Korupsi ... 79

Gambar 4.14 Twitter Kementerian Agama @Kemenag_RI ... 80

Gambar 4.15 Facebook Kementerian Agama RI ... 81

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kementerian Agama merupakan lembaga pemerintah yang

membidangi urusan agama. Kementerian Agama dipimpin oleh Menteri

Agama yang sejak tanggal 9 Juni 2014 dijabat oleh Lukman Hakim

Saifuddin. Kementerian Agama mempunyai tugas-tugas keagamaan yang

berkenaan dengan masalah perkawinan, peradilan agama, urusan haji dan

umrah, dan masalah pengajaran agama di sekolah-sekolah.

Di tahun 2014, masyarakat dikejutkan oleh pemberitaan miris

terkait adanya dugaan kasus korupsi yang melibatkan pejabat Kementerian

Agama RI. Kasus tersebut antara lain tindak korupsi dana operasional

menteri (DOM) 2011-2014 dan dana penyelenggaraan haji yang dilakukan

oleh mantan Menteri Agama Suryadharma Ali. Hal tersebut tercantum

pada hasil berita Kompas.com dan Poskotanews.com.

“Terdakwa kasus korupsi penyelenggaraan haji, Suryadharma Ali dituntut hukuman 11 tahun penjara oleh jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi. Suryadharma dianggap terbukti menyalahgunakan wewenangnya selaku Menteri Agama selama pelaksanaan ibdah haji tahun 2010-2013.”1

“Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Menteri Agama, Suryadharma Ali, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait penggunaan dana operasional menteri (DOM) pada Kemenag RI tahun anggaran 2011-2014. Hal itu diungkapkan Pimpinan sementara KPK, Johan Budi Sapto Prabowo. Ini berarti kasus kedua yang menjerat Suryadharma Ali sebagai tersangka

1

(14)

korupsi. Sebelumnya mantan Ketua Umum DPP PPP ini juga sudah jadi tersangka kasus korupsi dana perjalanan haji di Kementerian Agama.” 2

Hal di atas menunjukkan kepada publik bahwa kasus korupsi yang

terjadi di Indonesia sudah masuk di segala bidang. Termasuk bidang yang

terkait dengan agama. Tentu kasus seperti ini akan diingat publik

bagaimana mungkin sebuah lembaga negara yang memiliki lambang

Al-Qur’an, melakukan tindakan korupsi. Pun lembaga yang memiliki pejabat

dan pegawai yang berjiwa agamis namun pada kenyataannya tidak

termanifestasi dalam kinerjanya. Kasus korupsi ini tentunya semakin

memperburuk citra Kementerian Agama di mata publik. Hal tersebut

seperti yang tercantum dalam berita Tribunnews.com.

“Kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji 2012-2013 benar-benar membuat citra dan tingkat kepercayaan publik kepada Kementerian Agama berada pada titik nadir.3 Selain itu Lukman Hakim Saifuddin mengatakan tantangannya tidak sederhana. Bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap institusi Kemenag juga berada pada titik yang rendah saat ini.” 4

Adanya kasus korupsi tersebut menyebabkan tingkat integritas Kementerian Agama berada pada titik terendah. Hal ini dibuktikan pada akhir 2011 KPK membuat survei yang menghasilkan tingkat indeks integritas Kementerian Agama paling rendah yaitu 5,37 jauh di bawah standar integritas pusat yang mencapai angka 7,07. Tentu hal ini mengejutkan publik karena seharusnya Kementerian Agama menjadi garda

2

Sumber Poskotanews.com, KPK Tetapkan Suryadharma Ali Tersangka Korupsi Kasus Lain Oleh Yulian, Pada Jumat (3/7/15), Diambil pada Kamis (4/2/16),

3

Sumber Tribunnews.com, Awali Jabatan Menag Baru Minta Maaf Kepada Masyarakat Oleh Dany Permana pada (9/6/14), Diambil pada Kamis, (4/2/16),

4

(15)

terdepan membimbing umat dan masyarakat agar tetap hidup di jalan lurus. Selain itu, kementerian inilah yang seharusnya menjadi benteng penjaga moral bangsa.

Terkait dengan kasus suap korupsi tentunya dalam Islam praktik

suap menyuap merupakan perbuatan yang sangat dilarang. Hal tersebut

tertera dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 188, yang artinya:

"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 188) 5

Ayat di atas menjelaskan bahwa praktik suap menyuap dilarang dan berbahaya bagi kehidupan masyarakat. Dimana tindakan korupsi tersebut tentu banyak merugikan bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi, faktanya di Indonesia korupsi banyak terjadi dan diketahui berasal dari pemerintah itu sendiri, baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah dan juga para penegak hukum yang tadinya bertugas menindak tindakan kejahatan seperti korupsi ini.

Banyaknya pemberitaan miring yang menyerang sejumlah pejabat Kementerian Agama Republik Indonesia secara tidak langsung akan memengaruhi citra lembaga Kementerian Agama Republik Indonesia di mata publik. Kasus korupsi yang terjadi di Kementerian Agama membuat citra terhadap lembaga semakin menurun. Hal tersebut tentu akan merubah persepsi tugas, organisasi, wewenang, dan tanggung jawab lembaga

5

(16)

Kementerian Agama. Dalam hal ini masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan persepsi. Proses pembentukan persepsi terhadap lembaga Kemenag bukan semata-mata diperoleh dengan membaca berita saja. Melainkan dipengaruhi oleh adanya faktor eksternal dari individu seperti kelompok pergaulan dan peran media massa. Selain itu, proses pembentukan citra seseorang terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh efek kognitif dari komunikasi yang mereka lakukan.6

Sebagai sebuah lembaga yang menjunjung tinggi integritas dengan

takeline 5 nilai budaya kerja dan bersih melayani tentu Kementerian Agama RI perlu mendapat dukungan penuh dari masyarakat dalam memberantas kasus korupsi. Hal ini tentunya lembaga Kemenag harus dapat memperbaiki citranya di mata publik. Dalam proses pembentukan citra tentunya tidak terlepas dari peran dan fungsi Praktisi Humas dalam sebuah lembaga tertentu.

Praktisi Humas pada praktiknya memiliki keterkaitan dengan ilmu

komunikasi karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan

mata rantai yang menunjang kegiatan humas. Karena humas merupakan

metode ilmu komunikasi sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai

kaitan kepentingan dengan suatu organisasi.7

Secara struktural, keberadaan Praktisi Humas merupakan bagian penting dari sebuah lembaga. Hal ini membuktikan bahwa humas

6

Soleh Soemirat, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 114,

7

(17)

merupakan salah satu fungsi manajemen dalam sebuah lembaga. Praktisi Humas berperan melakukan komunikasi timbal balik yang bertujuan menciptakan rasa saling menghargai, saling mempercayai, menciptakan

good will, mendapatkan dukungan publik, tentu semua itu demi

tercapainya citra positif bagi suatu lembaga.8

Citra merupakan tujuan utama sekaligus reputasi dan prestasi bagi

sebuah lembaga atau perusahaan. Pengertian citra sendiri masih abstrak,

tetapi masih bisa dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk. Seperti

penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya

datang dari publik. Tentu Humas Kemenag bertujuan untuk membangun citra positif lembaga di mata publik. Bagi sebuah lembaga, reputasi dan citra merupakan hal yang paling utama sehingga wajar saja jika segala upaya dilakukan oleh sebuah lembaga demi menjaga citra dan reputasi yang baik.

Penguasaan ilmu kehumasan menjadi hal yang sangat penting bagi

pegawai khususnya bagi lembaga Kementerian Agama untuk menjaga dan

membina keharmonisan dengan semua kalangan agar citra positif

Kementerian Agama tetap terjaga.9

Kehumasan bagi aparat pemerintah adalah membangun

komunikasi yang produktif dan efektif dengan masyarakat. Selain itu,

peran kehumasan merupakan lini tugas penting dalam membangun citra

8

Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 35,

9

(18)

dan kewibawaan pemerintah serta image dan opini publik yang positif.

Seorang humas agar dapat menjembatani antara Kementerian Agama

(dalam konteks hubungannya) dengan masyarakat dan lembaga-lembaga

lainnya di masyarakat.10

Kementerian Agama merupakan lembaga pemerintah yang memiliki tugas dan menjadi contoh bagi masyarakat agar tidak melakukan tindakan negatif. Tentu saja hal ini tidak mudah dalam memperbaiki citra Kementerian Agama di mata publik setelah terungkapnya berbagai kasus korupsi yang ada di lembaga tersebut.

Praktisi Humas berperan membentuk opini publik menuju opini yang lebih baik, terutama dalam mengembangkan persepsi terbaik sebuah lembaga. Praktisi Humas sendiri bertugas untuk dapat memengaruhi cara pandang dan menciptakan citra yang diharapkan menciptakan citra yang baik atau publikasi yang positif merupakan prestasi sekaligus menjadi tujuan utama sebuah lembaga atau perusahaan terutama bagi aktivitas humas. Karena apabila citra positif telah dicapai oleh suatu perusahaan, maka hal ini akan memengaruhi bagaimana tanggapan masyarakat terhadap lembaga Kemenag itu sendiri dan berkaitan dengan rasa hormat atau kesan yang baik yang dapat menguntungkan terhadap citra lembaga itu sendiri.11

10

Sumber www.bdkjakarta.kemenag.go.id, Membangun Citra Kementerian Agama Dengan Kehumasan Yang Profesional Oleh Sahro Wardi Pada (13/06/12), Diambil Pada Kamis (4/2/16),

11

(19)

Di sini Praktisi Humas Kementerian Agama memiliki tugas dan tantangan yang cukup berat. Tentu Praktisi Humas berperan penting dalam membangun citra positif dan kepercayaan publik terhadap lembaga Kementerian Agama.

Dari pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul, "Peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Membangun Citra Positif Lembaga".

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah penulis paparkan

sebelumnya maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada subjek

dan pesan. Subjek yang dimaksud adalah Praktisi Humas Lembaga

Kementerian Agama Republik Indonesia, sedangkan pesannya adalah

peran Praktisi Humas Kementerian Agama dalam membangun citra

positif lembaga.

Agar batasan masalah penulis ini lebih terarah dan fokus, maka

penulis ingin mengkaji apa saja yang dilakukan Praktisi Humas pada

tahun 2014-2015 dimana setelah Lukman Hakim Saifudin resmi

dilantik menjadi Menteri Agama Republik Indonesia.

2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dikaji oleh peneliti adalah:

1. Bagaimana peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik

(20)

2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi Praktisi Humas

Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra

positif lembaga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik

Indonesia dalam membangun citra positif lembaga

2. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi Praktisi Humas

Kementerian Agama Republik Indonesia dalam membangun citra

positif lembaga

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan

kontribusi positif bagi ilmu komunikasi terutama dibidang humas

berkaitan dengan kegiatan peran Praktisi Humas pada lembaga negara

dalam membangun citra positif lembaga.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran jelas mengenai

peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam

membangun citra positif lembaga dan hambatan-hambatan apa saja

yang dihadapi Praktisi Humas Kementerian Agama Republik

(21)

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Dani Verdiansyah dalam bukunya Filsafat Ilmu Komunikasi

mengungkapkan bahwa paradigma ilmu merupakan cara pandang yang

dilakukan seseorang dalam mempengaruhi cara berpikir, menentukan

sikap, dan bertingkah laku dalam mencari sebuah kebenaran.12

Paradigma dalam penelitian khususnya dalam penelitian kualitatif ada

tiga yaitu paradigma konstruktivisme, post-positivisme, dan teori

kritis.13

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma

konstruktivisme dimana penelitian ini akan menemukan realitas

berdasarkan hasil pemikiran dari temuan penulis.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip oleh

Imam Gunawan adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu

secara holistik (utuh).14 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

metode deskriptif kualitatif. Menurut Jalaluddin Rachmat dalam

bukunya “Metode Penelitian Komunikasi” metode deskriptif tidak

bermaksud mengadakan pengujian, menjelaskan hubungan, tetapi lebih

12

Dani Verdiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Indeks, 2008), Cet. Ke-2, h. 50,

13

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-1, h. 48,

14

(22)

memfokuskan diri untuk menilai dan mamainkan unsur-unsur,

sifat-sifat, bentuk atau karakteristik tertentu dari suatu kasus atau peristiwa

yang terjadi di lapangan. Metode deskriptif hanya memaparkan situasi

atau peristiwa dan tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak

menguji hipotesis atau membuat prediksi.15

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus.

Guba & Lincoln, lebih diperjelas oleh Stake, kemudian dikembangkan

oleh Creswell, sebagaimana yang dikutip oleh Imam Gunawan yang

menyebutkan bahwa studi kasus adalah penelitian yang dilakukan

terhadap suatu objek yang disebut sebagai kasus, yang dilakukan

secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan

berbagai macam sumber data. Selain itu, Creswell menyebut metode

penelitian studi kasus sebagai salah satu strategi penelitian kualitatif.16

Studi kasus ini menggunakan tipe deskriptif secara sistematis

faktual dan aktual mengenai fakta suatu objek tertentu. Metode

tersebut peneliti gunakan untuk berusaha menjawab dan menjelaskan

lebih dalam tentang peranan Praktisi Humas Kementerian Agama

Republik Indonesia dalam membangun citra positif lembaganya.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Praktisi Humas

Kementerian Agama Republik Indonesia dan objek penelitiannya

15

Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 24,

16

(23)

adalah peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia

untuk membangun citra positif lembaganya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

tentunya berpatokan pada kebutuhan analisa. Adapun metode

pengumpulan data yang dilakukan adalah:

a. Penelitian pustaka (library research), dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan

permasalahan yang dikaji.

b. Wawancara mendalam, yakni teknik pengumpulan data dari suatu informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan

agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Dengan demikian

peneliti memperoleh data secara langsung dengan sumber data,

sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Adapun wawancara

yang dilakukan dengan Rosidin selaku Kepala Bidang Humas

Kementerian Agama dan Ratna Puspita selaku Wartawan

Republika.

c. Dokumentasi, yakni metode pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti membaca data Humas Kementerian

Agama Republik Indonesia itu sendiri. Peneliti memperoleh data

dengan cara melihat catatan peristwa yang berbentuk tulisan, slide,

(24)

6. Teknik Analisis Data

Setelah data yang terkumpul memadai, maka tahap selanjutnya

dari sebuah penelitian adalah mengelola dan menganalisa data. Karena

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka data yang telah

terkumpul akan diolah menjadi data kualitatif. Dalam penelitian ini

peneliti akan mencocokkan data-data empiris yang diperoleh dalam

penelitian dengan teori-teori yang peneliti gunakan. Jika kedua pola

tersebut memiliki kesamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas

internal penelitian ini.

Analisa data kualitatif dimulai dengan menganalisa berbagai

data yang didapat dari laporan yaitu berupa kalimat-kalimat atau

pernyataan-pernyataan, dokumen-dokumen, catatan maupun

dokumentasi.

7. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan sejak bulan Maret atau sejak

dimulainya proposal dilakukan hingga bulan Juni 2016 atau sampai

penelitian ini diselesaikan. Tempat penelitian dilakukan di kantor

Kementerian Agama Republik Indonesia yang beralamat di Jalan

Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta Pusat 10710.

F. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman

Akademik Program Strata 1 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(25)

G. Tinjauan Pustaka

Sebelum menyusun skripsi lebih lanjut, maka peneliti terlebih

dahulu menelusuri penelitian skripsi yang sudah dilakukan di Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta dan universitas lain.

Maksudnya agar penelitian yang akan dilakukan tidak sama dengan

skripsi-skripsi sebelumnya dan adanya pemetaan perkembangan terhadap

penelitian. Adapun beberapa tinjauan pustaka tersebut:

1. Skripsi yang berjudul Peran Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Membangun Citra Positif Lembaga. Skripsi ini ingin melihat bagaimana peran Biro Humas KPK dan apa saja

langkah-langkah yang dilakukan oleh Biro Humas untuk membangun

citra positif lembaga. Hal ini dikarenakan banyaknya kasus yang

menyeret KPK seperti kasus korupsi yang secara tidak langsung

menurunkan citra dan reputasi lembaga. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Metode yang digunakan

yaitu metode studi kasus. Pengumpulan data melalui penelitian pustaka,

wawancara mendalam, dan dokumentasi. Kesimpulan hasil penelitian

ini adalah bahwa Biro Humas KPK telah menjalankan fungsi-fungsi

kehumasannya dengan baik yaitu sebagai fasilitator komunikator,

fasilitator proses pemecahan masalah, teknisi komunikasi, membina

relationship, dan membentuk corporate image. Selain itu, peran biro

humas sebagai pendukung atau sponsor dalam segala kegiatan yang

bertujuan dalam mendekatkan KPK dengan masyarakat. Perbedaan

(26)

membahas tentang peran biro humas KPK dalam membangun citra

positif.17

2. Skripsi dengan judul Peran Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa. Skripsi ini ingin melihat bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan

Empat Pilar Bangsa Tahun 2014. Ini dilatar belakangi karena

pentingnya mensosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa kepada seluruh

masyarakat Indonesia agar rasa cinta tanah air terus berkobar dalam diri

setiap individu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data yang dilakukan

menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini

menghasilkan kesimpulan bahwa peran Humas seperti menjadi

communicator, membina relationship, peranan back up management,

dan membentuk corporate image berjalan cukup baik. Ini terlihat pada

kegiatan-kegiatan sosialisasi MPR RI dimana Pimpinan MPR RI dan

Tim Kerja Sosialisasi MPR RI yang telah dibentuk. Perbedaan skripsi

ini terletak pada objek dan tujuan. Skripsi kahfi ini menjelaskan peran

humas MPR RI dalam mensosialisasikan empat pilar bangsa.18

3. Skripsi yang berjudul Peran Public Relations Dalam Membangun Citra Positif Kraton Surakarta (Studi Deskriptif Tentang Perbandingan Peran Humas Hangabehi dan Tedjowulan Dalam

17

Nurlaela, 1111051000085, Peran Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Membangun Citra Positif Lembaga, (Jakarta: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2015),

18

(27)

Membangun Citra Positif Terkait Konflik Perebutan Kekuasaan 2 Raja). Rumusan masalah ini yakni ingin mengetahui bagaimana peran Humas Keraton Surakarta, kubu Hangabehi dan Tedjowulan dalam

membangun citra positif Keraton Surakarta terkait dengan krisis

internal Keraton Surakarta yang berupa perebutan kekuasaan antara 2

Raja. Ini dilatarbelakangi adanya permasalahan perebutan kekuasaan

antara 2 raja ini yang secara langsung atau tidak akan mempengaruhi

penilaian dan opini masyarakat terhadap Kerabat Keraton dan citra

positif Keraton Surakarta secara keseluruhan. Di sini, peran public

relations sangat penting untuk menangani segala hal yang berkaitan

dengan pihak lain di luar keraton. Metode penelitian yang digunakan

yaitu metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan

datanya menggunakan dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, dan

observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa humas dari

kedua raja berhasil menjalankan peran dan fungsi nya dalam menangani

masalah ini. Akan tetapi humas Tedjowulan berperan lebih aktif dalam

membangun citra positif di tengah konflik. Sementara humas

Hangabehi lebih condong ke arah humas sebagai juru penerang

kebudayaan. Yang membedakan skripsi peneliti dengan skripsi Retno

terletak pada objek saja. Skripsi ini membahas tentang peran public

relation dalam membangun citra positif Kraton Surakarta.19

19

(28)

4. Skripsi dengan judul Strategi Membangun Citra Positif Perusahaan Melalui Publikasi Humas (Studi Pada Teater Imax Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah). Skripsi ini ingin melihat bagaimana strategi Keong Emas TMII dalam upaya terbentuknya citra positif

Keong Emas melalui publikasi PR. Hal ini dilatar belakangi karena saat

ini masyarakat lebih tertarik untuk menonton film komersil dibanding

film bertemakan pendidikan yang disajikan oleh Keong Emas. Tentu

tetaer Keong Emas ini akan melakukan upaya publikasi agar

masyarakat tetap setia menonton film pendidikan yang disajikan oleh

teater ini. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif. Alat

pengumpul datanya memakai teknik wawancara. Adapun hasil

penelitiannya bahwa publikasi lebih menekankan suatu proses dan

teknis untuk mempersiapkan dan menerbitkan media komunikasi demi

kepentingan kegiatan atau aktivitas publikasi humas/PR dalam upaya

penyampaian pesan, opini, informasi dan berita, namun tidak demikian

halnya dengan Keong Emas yang lebih berfokus kepada publisitas

khususnya publisitas dalam bentuk tie in publicity (publisitas yang

disengaja). Perbedaan dengan skripsi peneliti terletak pada subjek dan

objek. Skripsi Katrin membahas tentang strategi membangun citra

positif Teater Imax Keong Emas TMII melalui publikasi humas.20

20

(29)

H. Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab.

Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, menguraikan konsep humas dan konsep citra, yang mencakup pengertian, fungsi, tujuan, peran, dan model

perkembangan komunikasi dan praktik humas, dan model perencanaa

humas.

Bab III Gambaran Umum Kementerian Agama Republik Indonesia, terdiri dari sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, kode etik pegawai,

kedudukan tugas dan fungsi, struktur bidang humas, dan tugas dan fungsi

Humas Kementerian Agama Republik Indonesia.

Bab IV Hasil Temuan dan Analisis Data, menguraikan mengenai segala yang berkaitan dengan objek penelitian yang meliputi: deskripsi objek

penelitian yaitu peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik

Indonesia dalam membangun citra positif lembaga, dan hambatan yang

dihadapi oleh Praktisi Humas Kementerian Agama dalam membangun

citra positif lembaga.

Bab V Kesimpulan dan Saran, yang berisi kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir penulisan skripsi penulis menyajikan daftar pustaka yang

menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran yang

(30)

18

LANDASAN TEORI

A. Definisi Peran

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Artinya

seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu

peran. Peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang

menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu

peran. Peran mencakup 3 hal:

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat;

2. Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat;

3. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.1

Peranan dapat didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang

terencana seseorang yang mempunyai status tertentu di masyarakat.

Peranan dapat dikatakan sebagai tindakan seseorang sesuai dengan

statusnya dalam masyarakat. Menurut Levinson, bahwa peranan itu

mencakup tiga hal yaitu: Pertama; peranan meliputi norma-norma yang

dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

Kedua; peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh

1

(31)

individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Ketiga; peranan juga dapat

dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial

masyarakat. Peranan seseorang lebih banyak menunjukkan suatu proses

dari fungsi dan kemampuan mengadaptasi diri dalam lingkungan

sosialnya.2

Jika ditarik kesimpulan dari beberapa poin di atas, peranan adalah

segala sesuatu yang dijalankan oleh seorang pimpinan terutama dalam

menjalankan hak dan kewajiban yang sesuai dengan wewenang dan

kedudukannya.

B. Hubungan Masyarakat (Humas) 1. Definisi Hubungan Masyarakat

Dalam sebuah organisasi komersial maupun non komersial

keberadaan hubungan masyarakat cukup diperhitungkan

keberadaannya. Humas diartikan sebagai salah satu kegiatan dari

public relation yang menangani hubungan antara lembaga dengan

masyarakat. Humas memiliki ruang lingkup yang terbatas, sedangkan

public relation memiliki ruang lingkup yang luas. Humas hanya

menyampaikan pesan kepada masyarakat sedangkan public relation

sangat berperan aktif baik urusan interen maupun eksteren yakni

untuk membangun relasi dengan masyarakat luas. Kesamaan humas

dan public relation yakni sama-sama membangun komunikasi dua

arah antara masyarakat.

2

(32)

Menurut british institute of public relation (IPR) humas adalah

keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat

baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan

segenap khalayaknya.3

Menurut Frank Jefkins, humas adalah semua bentuk

komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara

suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Tetapi tidak hanya mencapai saling pengertian saja, melainkan ada

tujuan khusus seperti penanggulangan masalah-masalah komunikasi

yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya mengubah sikap

yang negatif menjadi positif.4

Dengan demikian, Humas dapat diartikan sebagai upaya

berkesinambungan guna menciptakan pengertian publik yang lebih

baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu

organisasi/individu. Selain itu Humas juga melakukan kegiatan

komunikasi baik kepada internal maupun eksternal pada sebuah

organisasi atau perusahaan. Humas bertanggungjawab memberikan

informasi, meyakinkan, meraih simpati, dan memberikan ketertarikan

masyarakat untuk membuat masyarakat mengerti dan menerima

sebuah situasi.

3

Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2003), Edisi Ke-5, h. 9.

4

(33)

2. Fungsi Hubungan Masyarakat (Humas)

Humas memiliki fungsi timbal balik, ke luar dan ke dalam. Ke

luar ia harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran

masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan

organisasi atau lembaganya. Ke dalam, ia berusaha mengenali,

mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan

gambaran negatif dalam masyarakat sebelum sesuatu tindakan atau

kebijakan itu dijalankan. Dapat dikatakan, ia berperan dalam membina

hubungan baik antara lembaga atau organisasinya dengan masyarakat

atau dengan media massa. Fungsi utama humas adalah mengatur lalu

lintas, sirkulasi informasi, internal eksternal, dengan memberikan

informasi serta penjelasan seluas mungkin kepada publik mengenai

kebijakan, program, tindakan suatu organisasi agar dapat dipahami

sehingga memperoleh public support and public acceptance.5

Sedangkan Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Relations

Principles and Problems, ia mengemukakan fungsi humas:

a. It should serve the public’s interest (Mengabdi kepada kepentingan umum). Hal ini ditekankan karena adanya anggapan

bahwa pejabat humas sebagai orang “sewaan” orang-orang kaya

yang menginginkan orang-orang miskin tetap hidup melarat.

Yang dimaksud orang kaya adalah para manajer dan orang-orang

miskin adalah khalayak.

5

[image:33.595.103.515.195.571.2]
(34)

b. Maintain good communication (Memelihara komunikasi yang

baik). Memelihara hubungan komunikatif antara pejabat humas

dengan publik baik internal maupun eksternal dan dengan

manajer beserta stafnya, dilakukan secara timbal balik yang

dilandasi empati sehingga menimbulkan rasa simpati.

c. Stress good morals and manners (Menitikberatkan moral dan

perilaku yang baik). Ditekankannya moral dan perilaku yang baik

ialah semata-mata untuk menjaga citra organisasi di hadapan

publiknya.6

3. Tugas Hubungan Masyarakat

Menurut Cutlip, Center, dan Broom dalam bukunya “Effective Public

Relations” tugas humas mencakup sepuluh kategori ini:

a. Writing and Editing: membuat newsrelease yang disiarkan dan

dicetak, newsletter untuk wartawan dan stakeholder eksternal.

Website dan pesan di media lainnya, laporan tahunan, naskah

pidato, brosur, film, dan slide show, artikel publikasi, iklan

institusi, dan lain-lain

b. Media Relations and Placement: menghubungi pihak media,

freelance writer, dan publikasi perdagangan secara intens agar

mereka mempublikasikan dan menyiarkan berita dan feature

mengenai organisasi, Merespon permintaan media akan

informasi, mengklarifikasi isu dan memberikan akses media

kepada sumber yang dapat memiliki otoritas

6

(35)

c. Research: mencari informasi mengenai opini publik,

kecenderungan, isu yang sedang naik, iklim politik dan

pemerintahan, kelompok kepentingan dan hal-hal lain yang

berhubungan dengan stakeholder organisasi

d. Management and Administration: memogramkan dan

merencanakan kolaborasi dengan manajer lain, mengetahui

kebutuhan-kebutuhan, menentukan prioritas, mengatur tujuan dan

sasaran, membangun strategi dan taktik. Mengadministrasi

personal, keuangan, dan jadwal program

e. Counseling: memberikan masukan kepada top management

mengenai keadaan sosial, politik dan regulasi; memberi konsultasi

kepada manajemen tentang bagaimana menghindari dan

merespon kritik, dan bekerja sama dengan pembuat keputusan

dengan memberikan masukan mengenai strategi dalam menjaga

atau merespon isu dan krisis

f. Special Event: menyiapkan dan menyusun konferensi pers,

convention, open house, grand opening, perayaan ulang tahun,

acara amal, kontes, program penghargaan dan special event

lainnya

g. Speaking: mengajarkan orang-orang dalam berbicara dan

mengatur pembicara yang terisi dalam podium sebelum

pembicara utama muncul

h. Production: membangun komunikasi dan menggunakan

(36)

tipografi, tampilan layar komputer, merekam dan mengubah

video dan mempersiapkan presentasi audiovisual

i. Training: menyiapkan executive spokeperson untuk berhubungan

dengan media dan membuat kesan kepada publik. Melatih

orang-orang dalam organisasi untuk meningkatkan kemampuan menulis

dan berkomunikasi. Membantu mengenalkan perubahan budaya,

kebijakan, struktur dan proses organisasi

j. Contact: melayani sebagai penghubung dengan media, komunitas,

dan kelompok eksternal dan kelompok internal lainnya.

Mendengarkan, menegoisasi, mengendalikan konflik dan

mendapatkan kesepakatan sebagai mediator antara organisasi dan

stakeholder yang penting. Menyusun pertemuan dan sambutan

sebagai tuan rumah kepada para tamu.7

Tugas pokok humas menurut A.W. Widjaja dalam bukunya yang

berjudul “Komunikasi dan Hubungan Masyarakat” antara lain:

a. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1) Mengumpulkan data untuk keperluan informasi

2) Mengolah data

3) Menyajikan data sehingga siap digunakan

4) Mengarsipkan data sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan

kembali

5) Melayani kebutuhan data bagi yang memerintahkan

7

(37)

6) Membuat kliping dari seluruh media massa

b. Penerangan

1) Menyebarkan informasi

2) Mengadakan hubungan dengan media massa

3) Mengadakan pemberian kehumasan

4) Membuat dokumentasi kegiatan lembaga

5) Menyelenggarakan pameran

6) Memberikan pelayanan informasi dengan menyajikan

berita-berita dan kliping

7) Mentranskrip rekaman pidato dan mengarsipkannya

8) Mengalbumkan foto-foto kegiatan

9) Mengikuti kunjungan kerja pejabat/pimpinan

10)Mengadakan wisata pers ke objek yang telah ditentukan

c. Publikasi

1) Menerbitkan warta harian, mingguan, majalah bulanan, dan

folder (leaflet)

2) Menerbitkan buku kerja

3) Menerbitkan kalender kerja

4) Ikut serta menyelenggarakan pameran, antara lain pameran

pembangunan.8

4. Peran Hubungan Masyarakat

Kini kehadiran humas di sebuah lembaga atau organisasi

menjadi bagian penting. Humas memiliki peran yang sangat penting

8

(38)

untuk membantu fungsi manajemen dalam membangun citra yang

baik di mata publik. Peran Praktisi Humas juga dikatakan sebagai

kunci keberhasilan sebuah lembaga atau organisasi.

Sementara itu menurut Dozier, peranan petugas/praktisi humas

merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi humas

dan komunikasi organisasi. Peranan petugas humas dibedakan

menjadi 2 (dua), yakni peranan managerial (communication manager

role) dan peranan teknis (communication technician role).

Peranan manajerial dikenal dengan peranan di tingkat

manajemen dapat diuraikan menjadi 3 peranan, yakni expert preciber

communication, problem solving facilitator, dan communication

facilitator. Sehingga bila dijelaskan lebih jauh terdapat 4 peranan,

antara lain:

1. Expert Preciber Communication

Petugas humas dianggap sebagai orang yang ahli. Dia

menasihati pimpinan perusahaan/organisasi. Hubungan mereka

diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien.

2. Problem Solving Process Facilitator

Peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan

masalah. Pada peranan di sini petugas humas melibatkan diri atau

dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota

tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam

(39)

3. Communication Facilitator

Peranan sebagai fasilitator komunikasi antara

perusahaan/organisasi dengan publik baik dengan publik eksternal

maupun internal. Humas sebagai jembatan komunikasi antara

publik dengan perusahaan.

4. Technician Communication

Petugas humas dianggap pelaksana teknis komunikasi. Dia

menyediakan layanan di bidang teknis, sementara kebijakan dan

keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan

merupakan keputusan petugas humas, melainkan keputusan

manajemen dan petugas humas yang melaksanakannya.9

Menurut Rosady Ruslan dalam bukunya “Manajemen Public

Relation dan Media Komunikasi” seorang pejabat humas yang

melakukan fungsi manajemen dalam sebuah perusahaan. Secara garis

besar aktifitas utamanya humas berperan sebagai communicator,

relationship, back up management, dan good image maker.10

Perannya sebagai communicator artinya sebagai penghubung antara

organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. Humas

melakukan kegiatan komunikasi yang baik dengan pihak internal

maupun pihak eksternal. Sedangkan relationship merupakan upaya

peran Praktisi Humas dalam membina hubungan yang positif dan

saling menguntungkan dengan pihak publiknya.. Humas juga

9

Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Hubungan Masyarkat, (Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia, 2002), Cet. Ke-1, h. 24,

10

(40)

berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan,

kerja sama, dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.

Peran sebagai back up management merupakan peran Praktisi

Humas sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau

perusahaan untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka

tujuan pokok perusahaan. Kemudian good image maker adalah peran

Praktisi Humas dalam menciptakan citra bagi organisasi atau

perusahaan. Dalam hal ini berperan menjaga dan menciptakan citra

yang positif terhadap perusahaan dimata publik.

Dalam menjalankan fungsi, peran dan tugasnya humas

memiliki beberapa sasaran dan kegiatan khusus. Menurut H. Fayol

beberapa kegiatan dan sasaran humas adalah membangun identitas

dan citra perusahaan (building corporate identity and image).

Membangun citra dan identitas organisasi ini diwujudkan dengan

mendukung kegiatan komunikasi timbal balik yang positif dengan

berbagai pihak.11

C. Hubungan Masyarakat Pemerintahan

1. Definisi Hubungan Masyarakat Pemerintahan

Humas dalam lembaga pemerintah merupakan suatu keharusan

fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi tentang

kebijakan, program, dan kegiatan lembaga pemerintah kepada

masyarakat. Pada umumnya humas diklasifikasikan menurut jenis

organisasi yakni humas pemerintahan, humas perusahaan, dan humas

11

(41)

internasional. Dalam humas pemerintahan, Sam Black dalam bukunya

Practical Public Relation”, mengklasifikasikan humas menjadi humas pemerintahan pusat dan humas pemerintahan daerah.12

Humas pemerintah diarahkan untuk hubungan dengan media,

masalah umum, dokumentasi, dan publikasi. Demikian juga dengan

namanya selain Divisi Humas, dikenal juga Sekretaris Pers, Divisi

Informasi dan Komunikasi, Bagian Umum, Pusat Dokumentasi dan

Publikasi. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan humas adalah

konferensi pers, membuat press release, press cliing, pameran,

menerbitkan media intern, mengorganisir pertemuan dengan

masyarakat, penerangan melalui berbagai media komunikasi bagi

masyarakat, mendokumentasi semua kegiatan instansi, mengorganisir

kunjungan para pejabat, dan menerima keluhan masyarakat.13

2. Tugas Hubungan Masyarakat Pemerintah

Humas pemerintah bertugas memberikan informasi dan

penjelasan kepada publik mengenai kebijakan dan langkah yang

diambil oleh pemerintah serta mengusahakan timbulnya hubungan

yang harmonis antara lembaga dengan publik. Pada dasarnya tugas

humas pemerintah adalah:

a. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat

tentang kebijakan, langkah-langkah, dan tindakan-tindakan

12

Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-6, h. 38-39.

13

(42)

pemerintah, serta memberikan layanan informasi yang diperlukan

kepada masyarakat secara terbuka.

b. Memberi bantuan kepada media berita berupa bahan-bahan

informasi mengenai kebijakan dan langkah-langkah serta tindakan

pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita

untuk acara-acara resmi yang penting.

c. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan

kebudayaan yang telah dicapai oleh bangsa kepada khalayak di

dalam negeri maupun luar negeri.

d. Memonitor pendapat umum tentang kebijakan pemerintah

selanjutnya menyampaikan tanggapan masyarakat dalam bentuk

feedback kepada pimpinan instansi-istansi pemerintahan yang

bersangkutan sebagai input.14

Adapun tugas humas menurut Onong Uchjana Effendy terdiri

atas dua tugas. Pertama, menyebarkan informasi secara teratur

mengenai kebijaksanaan, perencanaan, dan hasil yang tidak dicapai.

Kedua, menerangkan dan mendidik publik mengenai

perundang-undangan dan hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan rakyat

sehari-hari.15

14

I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Hubungan Masyarakat, (Jogjakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1, h. 78,

15

Jurnal Ilmu Komunikasi, Meilyna Diah Anggrahini, Christina Rochayanti dan Edwi Arief Sosiawan, Peran Praktisi Humas Pemerintah Kabupaten Sragen Dalam Pengelolaan Isi Informasi Website Pemda Sebagai Media Communications Relation Dengan Masyarakat,

(43)

3. Peran Hubungan Masyarakat Pemerintah

Humas di lembaga swasta memiliki struktur organisasi yang

lebih ketat, sehingga peranannya spesifik. Sedangkan humas

pemerintah di samping bertugas menyelenggarakan dan

mengoordinasikan lalu-lintas arus informasi ia juga berfungsi sebagai

penyaring atau filter dari komunikasi timbal balik dengan tujuan untuk

menciptakan dan membina stabilitas sosial. Secara umum, baik humas

pemerintah maupun swasta mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk

menciptakan iklim pendapat umum yang menguntungkan.16

Menurut Frazier Moore peranan Praktisi Humas pemerintah

adalah untuk memberikan sanggahan mengenai pemberitaan yang

salah dan merugikan pemerintah, dan mengkomunikasikan atau

menginformasikan segala kebijakan pemerintah kepada masyarakat.

Hal ini bertujuan untuk menciptakan citra yang positif pemerintah di

mata publik. 17

Humas pemerintahan berperan ganda yaitu keluar memberikan

informasi, sedangkan ke dalam wajib menyerap reaksi, aspirasi atau

opini khalayak, diserasikan demi kepentingan instansinya atau tujuan

bersama. Peran taktis dan strategis kehumasan pemerintah/BUMN

tersebut menyangkut beberapa hal, sebagai berikut:

a. Tugas secara taktis dalam jangka pendek, Humas berupaya

memberikan pesan-pesan dan informasi kepada khalayak umum,

16

I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Hubungan Masyarakat, (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1, h. 80.

17

(44)

dan khalayak tertentu sebagai target sasarannya. Kemampuan

untuk melakukan komunikasi timbal balik, dan kemudian

memotivasi atau mempengaruhi opini masyarakat dengan usaha

untuk “menyamakan persepsi” dengan tujuan dan sasaran

lembaga yang diwakilinya

b. Tugas strategis dalam jangka panjang Humas, yakni berperan

secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, memberikan

sumbang saran, gagasan dan hingga ide-ide cemerlang serta

kreatif dalam menyukseskan program kerja lembaga/instansi yang

bersangkutan hingga pelaksanaan pembangunan nasional.

Terakhir bagaimana upaya menciptakan citra atau opini

masyarakat yang positif.18

Dari kedua konsep humas secara umum dan humas

pemerintah, terlihat jelas bahwa keduanya memiliki tugas, fungsi dan

peran yang hampir serupa. Keduanya ingin menjaga hubungan yang

baik antara organisasi kepada publiknya baik internal maupun

eksternal. Hubungan baik yang dijalankan oleh organisasi dan

publiknya ini dapat tercipta melalui komunikasi yang terbuka dan

terjalin baik antara organisasi dengan publiknya. Komunikasi yang

baik akan menghasilkan kesan dan pengalaman sendiri dari publik

kepada organisasi. Kesan dan pandangan publik mengenai organisasi

ini yang nantinya akan sangat berpengaruh kepada citra dan reputasi

organisasi.

18

(45)

D. Model Perkembangan Komunikasi dan Praktek Humas

Menurut James E. Grunig (1992: 285), bahwa perkembangan

humas dalam konsep dan praktik dalam proses komunikasi yaitu terdapat 4

model (Four typical ways of conceptual and practicing communication)

sebagai berikut:

1. Model Publicity or Press Agentry

Humas melakukan propaganda atau kampanye melalui proses

komunikasi satu arah untuk tujuan publisitas yang menguntungkan

sepihak, dengan mengabaikan kebenaran informasi sebagai upaya

untuk menutupi unsur negatif dari suatu lembaga.

2. Model Public Information

Humas bertindak seolah journalist in resident. Berupaya membangun

kepercayaan organisasi melalui proses komunikasi searah dan tidak

mementingkan persuasif. Seolah bertindak sebagai wartawan dalm

menyebarluaskan publisitas, informasi dan berita ke publik. Unsur

kebenaran dan objektivitas pesan (informasi) selalu diperhatikan oleh

pihak narasumbernya.

3. Model Two Way Asymmetrical

Humas melakukan kampanye melalui komunikasi dua arah dan

penyampaian pesan berdasarkan hasil riset serta strategi komunikasi

persuasif publik secara ilmiah. Unsur kebenaran diperhatikan untuk

membujuk publik agar mau bekerja sama, bersikap terbuka sesuai

harapan organisasi. Feedback dan feedfoward dari pihak publik

(46)

diperlukan sebelum melaksanakan komunikasi. membangun hubungan

dan pengambilan inisiatif selalu didominasi oleh si pengirim.

4. Model Two Way Symmetrical

Model komunikasi simetris dua arah yag menggambarkan bahwa suatu

komunikasi propaganda melalui dua arah timbal balik yang berimbang.

Model ini mampu memecahkan atau menghindari terjadinya konflik

dengan memperbaiki pemahaman publik secara strategis agar dapat

diterima, dianggap lebih etis dalam penyampaian pesan (informasi)

melalui teknik komunikasi membujuk untuk membangun saling

pengertiadan menguntungkan kedua belah pihak.19

Model-model komunikasi di atas, bagi humas dapat digunakan

dengan model yang berbeda untuk tujuan yang berbeda dan dalam

situasi yang berbeda pula secara tepat serta efektif, baik untuk tujuan

penelitian maupun kegiatan secara praktikal.

E. Model Perencanaan Humas

Salah satu model perencanaan humas adalah apa yang disebut

sebagai “model enam langkah”. Model ini sudah diterima secara luas oleh

para praktisi humas profesional. Keenam tahapannya sebagai berikut:

1. Pengenalan situasi

Kunci pertama dalam menyusun suatu rencana secara logis

adalah pemahaman terhadap situasi yang ada. Untuk memahami

situasi, kita memerlukan informasi atau data intelijen. Untuk itu perlu

diadakan suatu studi mengenai situasi-situasi internal maupun

19

(47)

eksternal yang dihadapi organisasi. Setelah kita mampu mengenali

situasi dengan baik, maka kita juga akan dapat mengenali masalah

yang ada serta mencari cara untuk memecahkannya.

2. Penetapan tujuan

Setiap tujuan organisasi dalam pengertian yang luas akan jauh

lebih mudah dijangkau apabila usaha mencapainya juga disertai

dengan kegiatan-kegiatan humas, baik yang dilakukan oleh

unit/departemen humas internal maupun oleh lembaga konsultan

humas eksternal. Misalnya agar mencapai tujuan yakni untuk

memperbaiki bobot para calon pegawai baru, dibutuhkan kerja sama

yang erat antara manajer humas dan manajer personalia.

3. Definisi khalayak

Penting suatu organisasi mengenali dan membatasi

khalayaknya. Sebesar apa pun suatu organisasi ia tidak mungkin

menjangkau semua orang. Ia menentukan sebagian yang sesuai atau

yang paling dibutuhkan oleh suatu organisasi. Dengan jenis dan

jumlah khalayak yang lebih terbatas, suatu organisasi akan lebih

efisien dalam menggarapnya, apalagi jika ini dikaitkan dengan

kelangkaan sumber daya. Khalayak humas relatif lebih luas dan

bervariasi dibandingkan dengan khalayak periklanan.

4. Pemilihan media dan teknik-teknik humas

a. Media dan teknis humas

Media dan teknis humas itu sendiri sangat bervariasi. Contoh para

(48)

untuk tekniknya. Bila kita membandingkan media humas dan

media iklan, akan muncul hal menarik sebagai berikut:

1) Kampanye periklanan dan kampanye humas sama-sama

menggunakan berbagai macam media. biasanya para praktisi

humas cenderung pada media yang bercakupan lebih luas,

sedangkan dunia periklanan condong pada media-media yang

punya ciri khas sesuai dengan karakteristik khalayak yang

hendak dituju.

2) Para praktisi humas berhubungan dengan editor, jurnalisa,

serta produser. Sedangkan periklanan lebih banyak

berhubungan dengan manajer iklan di media massa.

3) Iklan sifatnya lebih komersil dibandingkan humas. setiap

kolom surat kabar bagi iklan harus dibayar, sedangkan artikel

humas terkadang tidak.

4) Kampanye periklanan dilakukan terbatas pada media yang bis

diharapkan akan mmebuahkan hasil maksimal. Sedangkan

humas menggunakan media apa saja asalkan bisa

menjangkau sebanyak mungkin khalayak.

5) Program humas memang secara umum tidak terlalu

pilih-pilih media seperti iklan. Perbedaan antara humas dan iklan

akan mudah dimengerti bahwa tujuan humas memang tidak

(49)

6) Tidak seperti dunia periklanan, dunia kehumasan dapat

menggunakan berbagai media khususnya seperti jurnal

internal, buletin, atau sekedar majalah dinding.

b. Jenis-jenis Media Humas

Jenis-jenis media humas yang pokok antara lain media pers

(koran, majalah), audio-visual (slide, video, film), radio, televisi,

pameran, bahan-bahan cetakan, penerbitan buku khusus, surat

langsung, pesan–pesan lisan, pemberian sponsor, dan jurnal

organisasi (internal dan eksternal). Kemudian menggunakan ciri

khas dan identitas perusahaan, dan masih banyak lagi media

humas lainnya.

5. Pengaturan anggaran

Perencana media humas juga harus memperhitungkan media

mana yang harus digunakan untuk menjangkau khalayak yang telah

dipilih, tentunya sesuai dengan keterbatasan anggaran yang ada.

Anggaran tersebut penting karena untuk mengetahui seberapa banyak

dana yang diperlukan dalam rangka membiayai suatu program atau

kampanye humas. Selain itu, suatu anggaran humas memiliki

unsur-unsur atau pos-pos pengeluaran pokok antara lain tenaga kerja, biaya

tetap, materi atau peralatan, dan kas kecil. Setelah itu penyusunan

anggaran humas sehingga total anggaran yang dikeluarkan jelas.

Kemudian kalkulasi anggaran untuk departemen humas. Disajikan

dengan sebuah anggaran hipotetis untuk sebuah unit atau departemen

(50)

6. Pengukuran hasil kegiatan humas

Terdapat tiga hal terpenting berkenaan dengan pengukuran

hasil. Pertama, teknik yang digunakan untuk mengenali situasi

seringkali dimanfaatkan guna mengevaluasi yang telah dicapai oleh

segenap kegiatan humas yang telah dilakukan. Kedua, metode-metode

evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahap perencanaan.ketiga,

setiap program humas harus memiliki tujuan yang pasti berupa target.

Setelah kampanye humas atau prgram humas usai dilaksanakan maka

guna mengukur hasil bisa memanfaatkan tujuan sebagai suatu tolak

ukur atau bahan perbandingan.20

F. Konsep Citra

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) citra mengandung

arti gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,

organisasi atau produk. Citra atau image berkaitan erat dengan suatu

penilaian, opini atau bahkan kepercayaan publik yang dijadikan sebagai

khalayak sasarannya. Citra di sini dapat berupa citra positif maupun citra

negatif.

Dalam buku metode riset, citra dideskripsikan sebagai pandangan

dari khalayak terhadap institusi. Citra dapat digambarkan sebagai sebuah

“mental pictures” yang terbentuk akibat adanya rangsangan atau stimulus

yang diterima individu. Proses pembentukan citra pengalaman melalui

stimulus adalah sebagai berikut:

20

(51)

Gambar 2.1

Proses Pembentukan Citra21

Stimulus Respon

Gambar tersebut menjelaskan bahwa sikap yang ditunjukkan oleh

khalayak merupakan hasil dari kepercayaan, informasi dan pengetahuan

yang diperoleh dari perusahaan, maka sikap merupakan dampak nyata dari

pengetahuan yang dimilikinya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa dari

gambar tersebut bahwa stimulus yang diterima akan menghasilkan

persepsi yang kemudian menghasilkan salah satu dari antara kognisi atau

motivasi yang berhubungan dengan timbal balik persepsi, dari kedua hal

yang dihasilkan oleh persepsi, kognisi atau motivasi inilah yang kemudian

akan berhubungan timbal-balik dengan sikap yang pada akhirnya

menghasilkan respon.

Humas digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam

model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang

diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk

mengetahui citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya

dibutuhkan adanya penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat

mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai secara pasti sikap publik

terhadap lembaganya.

21

Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 115.

Kognisi

Persepsi Sikap

[image:51.595.103.514.99.623.2]
(52)

Untuk mengukur penilaian atau pengetahuan khalayak (audience

awareness) terhadap objek tertentu melalui dengan memodifikasi “analisis

citra dan pengukuran tanggapan khalayak”, yang dikemukakan oleh

C.E.Osgood, C.J. Suci & P.H. Tannenbaum, dalam buku The

Measurement of Meaning (1957).22

Gambar 2.2

Model Grid Analysis Citra (Tanggapan Khalayak)23

Citra Baik

A B

Sangat Dikenal Kurang Dikenal

D C

Citra Buruk

Model Grid di atas, yaitu penjelasan dan analisisnya sebagai berikut:

1. Poin A, merupakan grade citra perusahaan atau penilaian pelayanan

dalam posisi yang ideal atau positif, dan dikenal sangat baik oleh semua

orang, pelanggan atau khalayak yang menjadi sasarannya.

22

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. Ke-5, h. 80,

23

(53)

2. Poin B, grade perusahaan atau pelayanan cukup positif, dan lembaga

bersangkutan hanya disukai atau dikenal oleh kalangan khalayak

tertentu (kurang dikenal).

3. Poin C, grade c

Gambar

GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA RI
gambar, dan rekaman.
gambaran negatif dalam masyarakat sebelum sesuatu tindakan atau
Gambar tersebut menjelaskan bahwa sikap yang ditunjukkan oleh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peran humas sebagai pembentuk citra (Corporate image) merupakan peran humas SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang bertujuan untuk membangun citra sekolah dimata publiknya. Proses

Dari penelitian yang kemudian dijabarkan dan dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa Humas MPR RI mempunyai peranan yang penting dalam mensosialisasikan Empat

Jefkins yang dikutip oleh Rachmadi dalam bukunya Public Relations dalam Teori dan Praktek (1994:18) menyatakan bahwa humas adalah sesuatu yang menerangkan keseluruhan

Kesimpulan: Semua peran telah dijalankan oleh humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dengan baik tetapi peran yang lebih dominan yang dilakukan oleh Humas

a) Peran humas sebagai penasehat ahli adalah Bagian Humas dan Protokoler Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan memberikan saran yang berkaitan dengan kegiatan dari

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JALAN GAJAYANA 50 MALANG, TELEPON 0341-552398,

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Jalan Gajayana 50, Telepon 0341 552398 Faximile 0341

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Jalan Gajayana 50, Telepon 0341 552398 Faximile 0341