• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Mochammad Kahfi NIM 1110051000174

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Biro Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI adalah Biro Humas Pemerintahan yang ruang lingkup tugasnya sangat besar mengingat MPR RI adalah lembaga tinggi negara, pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat. Biro Humas MPR RI mempunyai peran penting dalam melakukan pemberitaan dan pengolahan data dan informasi, baik dari luar maupun dari dalam lingkungan MPR RI. Jadi, Biro Humas MPR sangat vital keberadaannya, tanpa Biro Humas MPR RI, akan sulit melakukan pendekatan kepada publik internal dan eksternal.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian pada rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014? Kemudian apa saja kegiatan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014?

Adapun teori yang digunakan adalah teori peranan Humas Cutlip, Center dan Broom. Teori ini digunakan sebagai alat pembedah dalam pembahasan peran Humas MPR RI, apakah Humas MPR RI berhasil atas metode yang digunakan, untuk menyebarluaskan paham Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang peran Humas MPR dan bagaimana kegiatannya dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana penerapan Peran Humas MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014.

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis, peneliti menemukan beberapa temuan, antara lain adalah sebagai penghubung antara MPR RI dengan publiknya, membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya, menjadi pendukung dalam fungsi manajemen MPR RI dan berupaya menciptakan citra bagi MPR RI. Dari penelitian yang kemudian dijabarkan dan dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa Humas MPR RI mempunyai peranan yang penting dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

ميحَرلانمحَرلاهامسب

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ridho, rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Hubungan Masyarakat (Humas)

MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014” sebagai bagian dari tugas penulis sebagai akademisi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

khususnya di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak lupa pula shalawat dan salam di atas Nabi pelita alam, yang tak pernah

henti dan selalu tercurahkan kepada junjungan Nabiyyul Musthofa Muhammad SAW

yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ilmu hingga zaman yang

penuh ilmu pengetahuan sampai saat ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak yang selama ini telah banyak sekali membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Sebagai bentuk penghargaan yang tak

terhingga kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

merampungkan skripsi ini, maka izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan

terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ayahanda (Sofyan dan Alm. H.

Nanang Ahmad) dan kedua Ibunda (Titin Tarwiyah dan Ina Sugiyanti) tercinta, yang

telah memberikan kasih sayang dan perhatian mu yang tak terhingga, sepanjang

(7)

iii

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., Bapak Suparto Ph.D, ME.d. selaku

Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku Wakil Dekan

Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. H. Sunandar, M.Ag. selaku Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA. dan Sekretaris Jurusan KPI Ibu Fita

Fathurokhmah, M.Si. yang membantu penulis dalam menjalankan proses

birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu penulis

dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang

baik dan benar.

4. Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan kepada penulis, Terima Kasih.

5. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman

berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah

(8)

iv

6. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini.

7. Bapak Drs. Yana Indrawan, M.Si. selaku Kepala Biro Hubungan Masyarakat

MPR RI, Bapak Agip Munandar, S.H., M.H. selaku Kabag Keanggotaan dan

Kepegawaian MPR RI, dan Mba Christy yang membantu dan menghubungkan

penulis ke Biro Hubungan Masyarakat MPR RI hingga bisa menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih.

8. Bapak Budi Muliawan, SH, MH selaku Kasubbag Hubungan Antarlembaga

MPR RI, Bapak Agus Subagyo, S.S., M.IR. selaku Kepala Bagian Pemberitaan

dan Hubungan Antalembaga MPR RI, Bapak Hendrasto Setiawan, S.IP dan

Bapak Wasinton Saragih, juga Mas Ramos Diaz, Mba Alinda Maharani dan Mba

Mellisa Syafri yang telah meluangkan banyak waktunya dalam membantu

penulisan skripsi ini.

9. Sayyid Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf sebagai orang tua dan Murabbi Ruh

yang selama ini mengasihi, menyayangi, mendo’akan dan memberikan ilmu kepada penulis dalam senang maupun susah, mata’anallah bituli hayat. Semoga dipanjangkan umurnya dalam keberkahan Allah SWT dan Nabi Besar

Muhammad SAW.

10. Adik-adik saya tersayang, Mochammad Rizky dan Mochammad Azka Zahirul

Sofyan yang selama ini menjadi penyemangat dan motivator saya untuk segera

(9)

v

Pambayun Menur Syta, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan

namanya satu per satu yang telah banyak memberikan keceriaan dan kenangan

indah selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selalu memberikan

kebahagiaan, kesenangan dan keceriaan, serta mau berbagi kesedihan dan

kesusahannya selama 4 tahun ini. Dukungan dan motivasi dari kalian sangatlah

penting untuk saya. May the odds be ever in our favor!!!

12. Teman-teman dari KKN Aksi 2013, Terima kasih untuk kekompakan dan suka

dukanya selama di Kampung Melayu Barat, Teluk Naga.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya, hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT dapat

membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan menjadi amal shaleh disisi-Nya.

Dengan segala kerendahan hati.

Jakarta, 22 November 2014

(10)

vi

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

3. Humas Non Government Organization ... 23

D. Peran Humas ... 24

E. Kegiatan Humas ... 26

F. Sosialisasi 1. Definisi Sosialisasi ... 27

(11)

vii

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Peran Humas MPR RI ... 43 B. Kegiatan Humas MPR RI... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kegiatan menyampaikan pesan bisa dengan berbagai cara, tergantung kepada

siapa kita menyampaikan pesan tersebut. Dalam hal ini, Biro Hubungan Masyarakat

(Humas) MPR RI memiliki tugas penting dalam membantu Pimpinan MPR RI dalam

mensosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa kepada seluruh masyarakat Indonesia

secara merata agar rasa cinta tanah air terus berkobar dalam diri setiap individu.

Kegiatan Humas memiliki keterkaitan dengan ilmu komunikasi karena

keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan mata rantai yang menunjang

kegiatan Humas. Karena Humas merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi1.

Kegiatan sosialisasi sangat penting karena saat ini masih banyak

penyelenggara negara dan kelompok masyarakat yang belum memahami dan

mengerti tentang nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Peneliti sendiri sebelumnya

tidak mengetahui apa itu Empat Pilar Bangsa. Ketika peneliti kerja lepas di salah satu

media online swasta, barulah peneliti tahu apa itu Empat Pilar Bangsa. Setelah itu

peneliti langsung tertark dan berniat untuk membuat penelitian tentang sosialisasi

Humas MPR tentang Empat Pilar Bangsa ini. Peneliti ingin mengetahui seperti apa

1

(13)

kegiatan sosialisasi Humas MPR tentang Empat Pilar Bangsa dan bagaimana peran

Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.

Selain itu banyak masukan dan harapan dari masyarakat bahwa sosialisasi

yang telah dilakukan memang sudah sangat efektif namun belum menjangkau seluruh

masyarakat, sehingga MPR harus terus melakukan sosialisasi dengan jangkauan yang

lebih luas yang diharapkan akan banyak masyarakat yang paham terhadap nilai-nilai

luhur bangsa. Untuk mendukung tugas dan wewenang tersebut, Biro Hubungan

Masyarakat, Sekretariat Jenderal MPR RI ditugaskan untuk menyelenggarakan

kegiatan sosialisasi Empat Pilar kehidupan bernegara melalui media massa.

Humas MPR dalam memasyarakatkan UUD 1945 memunculkan banyak

gagasan. Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara ini adalah istilah yang digagas oleh

Alm. Bapak Taufiq Kiemas sewaktu masih menjabat sebagai ketua MPR RI. Wakil

Ketua MPR RI, Farhan Hamid, mengatakan bahwa Pak Taufiq memunculkan istilah

itu yang didapat dari dialog dengan teman-teman anggota dewan. Ketika suatu pagi

Beliau mengobrol, muncullah istilah “Empat Pilar Berbangsa Dan Bernegara” itu2.

Menurut analisis penulis, secara social marketing ini lebih ke pendekatan mencari sebuah istilah yang mudah didengar, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.

Dibandingkan dengan istilah memasyarakatkan UUD RI 1945 yang begitu panjang.

2

(14)

3

Pemilihan nilai-nilai luhur bangsa ini sesuai dengan kewajiban Anggota MPR sebagaimana diatur dalam Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang Peraturan Tata Tertib MPR Pasal12 yaitu antara lain harus memegang teguh dan melaksanakan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan, memasyarakatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta memperkukuh dan memelihara kerukunan nasional serta menjaga keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.3

A. Pilar Pancasila

Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara. Dalam pembukaan UUD

1945 alinea keempat terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Rumusan Pancasila tersebut mengikat seluruh lembaga negara tanpa terkecuali.

Pancasila harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Setiap sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang integral, yang saling

mengandaikan dan saling mengunci.

B. Pilar Undang-Undang Dasar 1945

UUD 1945 adalah konstitusi negara. Konstitusi adalah hukum dasar yang

dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa

hukum dasar yang tertulis yang biasa disebut Undang Undang Dasar, dan dapat juga

tidak tertulis4. Oleh karena itu menurut penulis, dalam negara yang menganut paham

konstitusional tidak ada satu pun penyelenggara negara dan masyarakat yang tidak

berlandaskan konstitusi.

3

Sekretariat Jenderal MPR RI, Tanya Jawab Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: Sekretaris Jenderal, 2013), h. 1

4

(15)

Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat dan dalam praktek penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan pada naskah. Dengan demikian, suasana kebatinan yang menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis, dan historis perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang dasar perlu dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat pada pasal-pasal undang-undang dasar.5

C. Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Dalam rapat BPUPKI yang membahas rancangan UUD, permasalahan

bentuk negara menjadi salah satu pembahasan yang diperdebatkan secara serius.

Usulan bentuk negara yang muncul pada waktu itu yaitu negara kesatuan dan negara

federal. Namun kemudian disepakati bentuk negara Indonesia adalah negara

kesatuan.

Hal tersebut sebagaimana yang tertera dalam Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Dasar 1945. Pilihan BPUPKI ini kemudian sepakat dan tidak lagi diganti

ketika pada 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

Undang-Undang Dasar Negara Republlik Indonesia Tahun 19456.

D. Pilar Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh Empu

Tantular yang ditulis dalam Kitab Sutasoma pada abad XIV di masa Kerajaan

Majapahit. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang

5

Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD

1945, (Yogyakarta: UII Press, 2005) 6

(16)

5

dipilih sebagai komitmen bersama. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

pilihan yang tepat untuk mewadahi kemajemukan bangsa kita yang terdiri dari ribuan

pulau maka dari itu negara kita disebut negara maritim.

Dalam kitab tersebut Empu Tantular menulis “Rwaneka dhatu winuwus

Buddha Wisma, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwakalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma

mangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua).7

Etika Kehidupan Berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari

ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa

yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan

bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa8. Penulis melihat bahwa krisis

kepercayaan yang dialami pemerintah Indonesia oleh masyarakat harus dihilangkan.

Rasa kebangsaan dan cinta tanah air tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip agama Islam. Sejalan dengan ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits lainnya. Banyak

ayat-ayat Al Qur'an yang menganjurkan kita untuk mencintai tanah air atau negeri

kita. Allah SWT telah berfirman didalam Al-Qur’an:

7

Sigit Suhandi, Bhinneka Tunggal Ika Maha Karya Persembahan Mpu Tantular, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h. 195

8

(17)

“Dan (ingatlah), tatkala Ibrahim berkata (berdoa): "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan (yaitu) terhadap orang-orang yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang ingkar maka Aku menyenang-nyenangkannya sementara, kemudian Aku memasukkannya ke dalam adzab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al-Baqarah: 126)9

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini

(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)10

Dari ayat diatas, bisa kita lihat bahwa Nabiyullah Ibrahim AS berdo’a untuk

tanah airnya agar selalu menjadi negeri yang aman dan sentosa, rakyatnya selalu

dilimpahkan rezeki dan mereka semua beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Ini

menunjukkan Nabiyullah Ibrahim AS adalah seseorang yang begitu mendalam

cintanya akan tanah airnya. Para Nabiyullah senantiasa mencintai negeri yang

didiaminya. Sebab jika negerinya rusak, penduduknya juga yang akan menderita.

9

Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: PT. Sari Agung, 1997), cet- XI, h. 35.

10

(18)

7

Allah SWT begitu memuliakan tanah air dan negeri sehingga menjadikannya

sebagai nama satu surah, yaitu surah Al Balad (Negeri). Walaupun tafsir dari ayat

tersebut adalah Mekkah, namun yang dimaksud bukan sekedar Mekkah saja,

melainkan seluruh negeri.

“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah)” (QS. Al-Balad: 1)11

“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS. Saba’: 18)12

Dari latar belakang masalah dan contoh yang ada, kiranya penulis merasa

butuh terpanggil untuk mengkaji permasalahan ini, dan juga sebagai diskursus dan

wacana intelektual demi membuka jendela pengetahuan, koleksi pemikiran, dan

kecerdasan kepribadian yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah

11

Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, h. 1243

12

(19)

dengan judul Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI Dalam

Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka penulis

membatasi kajian ini pada peranan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat

Pilar Bangsa. Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar

Bangsa?

2. Apa kegiatan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a) Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Humas MPR RI

membuat formula serta langkah-langkah yang tepat untuk kemudian lebih bisa

mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa untuk menanamkan rasa nasionalis berbangsa

dan bernegara tetap berkembang sebagaimana yang diharapkan.

b) Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan

Empat Pilar Bangsa dalam membangun rasa nasionalis berbangsa dan

(20)

9

2. Untuk mengetahui aktifitas dan kegiatan Humas MPR RI dalam upaya

mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.

2. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritis

Kegiatan penelitian ini merupakan stimulus dan kesempatan bagi penulis

untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang didapatkan di bangku

perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan dalam sebuah tulisan ilmiah yang

mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan serta wawasan untuk mempelajari

langsung langkah dan peran Humas dalam membangun rasa nasionalis berbangsa dan

bernegara. Serta untuk menambah wawasan mengenai konsep-konsep yang dikemas

tentang peran dan langkah dalam membentuk dan membangun citra baik

pemerintahan, serta sebagai referensi kepustakaan di bidang ilmu komunikasi massa,

khususnya media cetak.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan wacana ideal khususnya

untuk penulis dan umumnya untuk masyarakat luas yang menggeluti di bidang

komunikasi yang kemudian direalisasikan dalam bentuk tindakan yang konkret dari

konsep dan wacana yang disajikan.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan deskriptif analisis. Sedangkan

(21)

prosedur sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati13.

Menurut Jalaludin Rahmat, metode penelitian deskriptif analisis bertujuan

mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,

mengidentifikasi masalah atau memberikan kondisi dan menentukan apa yang

dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari

pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan

datang.14

2. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Humas MPR RI.

Kemudian yang menjadi objek penelitian ini meliputi Peranan Humas MPR RI dalam

mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa teknik sebagai

berikut:

a. Observasi

Dalam hal ini peneliti mendatangi sekaligus magang di MPR RI Bagian

Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat, untuk

13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3

14

(22)

11

memperoleh data-data mengenai peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan

Empat Pilar Bangsa yang dilakukan selama sebulan pada 1 - 31 September 2014.

b. Dokumentasi

Peneliti mengambil dan mengumpulkan data berdasarkan tulisan-tulisan

berbentuk catatan dari hasil wawancara, buku-buku dan dokumen-dokumen internal

Biro Hubungan Masyarakat dan Antar Lembaga MPR RI yang diberikan secara

langsung. Kemudian peneliti menggunakan analisa deksriptif. Dengan tujuan setelah

data-data terkumpul, kemudian penulis menjabarkan dengan memberikan

analisa-analisa untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.

c. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang langsung

secara lisan, di mana dua atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung

informasi-inforrnasi atau keterangan.15 Peneliti meawawancarai Bapak Drs. Yana

Indrawan, M. Si selaku Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Bapak Agus

Subagyo, S.S., M.I.R. selaku Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan

Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat. Peneliti mewawancarai beberapa

responden tersebut karena menurut peneliti mereka dapat memberikan informasi

ataupun data yang dibutuhkan oleh peneliti.

15

(23)

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kantor MPR RI Bagian Pemberitaan dan

Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat selama satu bulan, yaitu 1-31

September 2014 penelitian ini selesai dilaksanakan. Tempat penelitian adalah di Jl.

Jend. Gatot Subroto No. 6 Jakarta – 10270.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip dari buku

Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Moleong adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain.16

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap

hasil penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang akan penulis

lakukan. Hal ini penulis temukan pada hasil penelitian dari saudara Anwar (Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah 2009 M) yang berjudul Peran Public Relations Radar Banten Dalam Membangun Citra Perusahaan. Dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa

penulisan skripsi ini bukan merupakan hasil plagiat dari skripsi sebelumnya.

16

(24)

13

Perbedaan antara penelitian saya dan saudara Anwar adalah di peran Humas, yaitu

antara Humas pemerintah dan Humas swasta.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini akan diuraikan sebagai berikut:

BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini akan memaparkan

mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan mengenai metode penelitian,

lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan

data yang berupa observasi, dokumentasi, wawancara, waktu dan

tempat penelitian dan teknik analisis data. Kemudian tertera juga

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II: Dalam bab ini akan diuraikan landasan-landasan teori yang akan

digunakan dalam penelitian ini, pertama konseptualisasi mengenai

pengertian peran. Kedua, konseptualisasi mengenai Humas;

(pengertian Humas, fungsi Humas dan Humas pemerintahan). Ketiga

konseptualisasi mengenai peran Humas. Keempat, konseptualisasi dari

aktivitas Humas. Kelima konseptualisasi mengenai sosialisasi

(pengertian sosialisasi dan jenis sosialisasi).

BAB III: Dalam bab ini penulis akan menjabarkan gambaran umum Humas

(25)

dengan judul penulis, kemudian penulis juga menuliskan tujuan

sosialisasi Empat Pilar Bangsa MPR RI.

BAB IV: Dalam bab ini penulis menguraikan hasil observasi yang telah

diperoleh, mulai dari data-data, kemudian hasil wawancara. Kemudian

analisis data dari sumber-sumber yang telah penulis peroleh dalam

lokasi penelitian. Lalu penulis mengaplikasikan teori yang ada dengan

hasil yang didapatkan selama penelitian.

BAB V: Dalam bab ini merupakan bagian penutup dari skripsi ini, disajikan

kesimpulan-kesimpulan serta saran-saran yang relevan dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

(26)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pengertian Peranan

Peranan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “peran”

artinya adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dimasyarakat dan harus dilaksanakan1. Sedangkan “peranan” adalah

tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pun sesuatu yang terutama dalam

terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.

Kemudian menurut Gross, Mason dan Mc. Eachern, sebagaimana yang

dikutip oleh David Berry, mereka mendefinisikan peran sebagai seperangkat

harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.2

Harapan tersebut masih menurut Berry, merupakan imbangan dari norma-norma

sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh

norma-norma didalam masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk menentukan hal-hal

yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan dalam pekerjaan-pekerjaan

lainnya.

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka. 1998), h. 322.

2

(27)

Di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari

masyarakat terhadap pemegang peran dan harapan-harapan yang dimiliki oleh

pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan

dengannya dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya3. Dari sini penulis melihat

bahwa masyarakat memang berharap agar tujuan dari sosialisasi Empat Pilar Bangsa

ini sampai kepada mereka, sehingga mereka paham akan nilai-nilai luhur bangsa

untuk dipraktekan. Selanjutnya harapan dari pemegang peran yaitu disini Humas

MPR yang berharap yaitu ketika masyarakat telah mendapatkan sosialisasi, mereka

langsung mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, atau mengajarkan lagi

kepada yang lain sehingga paham ini bisa sampai ke segala penjuru.

Peran memiliki tugas utama sebagai fungsi dari suatu organisasi tertentu.

Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain dan komunitas sosial

atau politik. Peran adalah kombinasi antara posisi dan pengaruh. Harapan-harapan

tersebut masih menurut David Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial,

oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di

dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang

diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan

lainnya.

Setiap orang pasti mempunyai peran, baik dalam keluarga, masyarakat,

organisasi maupun institusi. Baik secara interaksi, tingkah laku dan lain sebagainya.

3

(28)

17

Humas MPR RI mengambil peranan sebagai penyambung antara Pimpinan dan

anggota MPR dengan publiknya.

Peran tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya

berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karena

yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran diibaratkan seperti dua sisi

mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang

dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai

status dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan

orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.

Dari penjelasan tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud

dengan peran merupakan seperangkat tindakan, perbuatan, atau pekerjaan yang

diharapkan dilakukan oleh seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu

dalam suatu masyarakat atau lingkungan di mana dia berada untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Dengan kata lain, sebuah peran berkaitan dengan fungsi, tugas, dan

status seseorang dalam suatu masyarakat.

B.Humas

1. Pengertian Humas

Salah satu alat dalam komunikasi yang digunakan oleh instansi pemerintah

untuk membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi serta

kerjasama suatu perusahaan dengan publiknya agar program-program yang telah

(29)

Humas mempunyai dua pengertian, yaitu Humas sebagai “method of communication” dan Humas sebagai “state of being” 4. Menurut analisa penulis, yang di maksud dalam pengertian method of communication yaitu rangkaian metode komunikasi atau sistem kegiatan, dimana metode kegiatan berkomunikasi Humas

harus mempunyai ciri khas, itulah yang dimaksud dengan metode komunikasi.

Kemudian penulis juga menilai bahwa Humas dalam pengertian state of being adalah pelaksanaan kegiatan berkomunikasi tersebut sehingga terstruktur, massif dan

melembaga.

Dalam pengertian sebagai metode komunikasi menurut Rosady Ruslan,

penulis melihat ada makna bahwa setiap pemimpin dari suatu organisasi baik besar

atau kecil, dapat melaksanakan Humas5. Kegiatan komunikasi yang khas akan

mempunyai ciri-ciri yaitu komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara

timbal balik, artinya ada respon atau efek dari komunikan ketika komunikator

menjalankan tugasnya.

Kemudian ciri selanjutnya, kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran

informasi, pelaksanaan persuasi dan pengkajian opini publik, artinya Humas

memberikan sesuatu yang bermanfaat, bernilai dan bersifat mengajak kepada

komunikan. Dari situ kemudian masyarakat bisa memberikan pendapat mengenai

informasi-informasi yang dikemukakan Humas.

4

Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. (Bandung: CV Mandar Maju, 1993), cet, ke-viii, h. 94

5

(30)

19

Ciri selanjutnya adalah tujuan yang dicapai adalah tujuan organisasi itu

sendiri, artinya tujuan yang diinginkan Humas dalam bersosialisasi adalah tujuan dari

organisasi tempat Humas bernanung, bukan tujuan pribadi Humas.

Ciri berikutnya, sasaran yang dituju adalah publik di dalam dan publik di luar

organisasi, artinya Humas bukan hanya berkonsentrasi penuh bekerja untuk ekstern,

melainkan intern juga harus diperhatikan. Ini sangat penting dibina, karena apabila hubungan dalam organisasi saja tidak bisa dijalin, bagaimana Humas bisa

bersosialisasi ke masyarakat.

Kemudian ciri terakhir metode komunikasi Humas yang khas menurut Rosady

Ruslan adalah efek yang diharapkan adalah terjadinya hubungan yang harmonis

antara organisasi dengan publik. Dimana ini juga merupakan salah satu tugas penting

Humas, yaitu menciptakan citra baik di masyarakat.

Humas menurut para ahli seperti contohnya Howard Bonham, Vice Chairman,

American National Red Cross adalah adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian

publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap

seseorang atau organisasi6. Seni seperti yang kita tahu adalah sebuah keindahan.

Keindahan antara hubungan yang terjalin baik antara suatu organisasi dengan

masyarakat.

Kemudian Humas menurut Frank Jefkins adalah sesuatu yang merangkum

keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara

6

(31)

suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan

spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian7. Penulis menganalisa bahwa

maksud Frank Jefkins disini adalah seorang Humas sudah pasti memiliki persiapan

yang matang dan tersusun rapi sebelum dia menjalankan tugasnya untuk

bersosialisasi.

Dr. Rex Harlow dalam bukunya berjudul A Model for Public Relations Education for Professional Practices yang diterbitkan oleh International Public Relations Application (IPRA) 1978, menyatakan bahwa definisi Humasadalah:

Fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian dan penerimaan kerja sama; melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu manajemen untuk mampu menanggapi opini public; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai system peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagaimana sarana utama8.

Pengertian Humas diatas dianggap yang paling sempurna diantara semua

pengertian Humas yang ada. Dengan demikian, Humas memang menunjang fungsi

manajemen dalam suatu kegiatan organisasi dan lembaga yang bersifat umum untuk

mengerahkan orang-orang yang terlibat di dalamnya, untuk menuju sasaran dan

tujuan yang ingin dicapai. Dan untuk menunjang kegiatan manajemen itu harus

dilakukan dengan komunikasi.

7

Jefkins, Frank, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 8-9. 8

(32)

21

2. Fungsi Humas

Fungsi utama Humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan

baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam

rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik

dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan

lembaga organisasi9. Seperti yang telah penulis teliti sebelumnya, bahwa Humas

harus bisa membina hubungan yang ada di dalam maupun di luar organisasi demi

kepentingan dan kompaknya organisasi itu sendiri.

Fungsi atau peranan Humas adalah harapan publik terhadap apa yang

seharusnya dilakukan oleh Humas sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang

Humas. Jadi, Humas dikatakan berfungsi apabila dia mampu melakukan tugas dan

kewajibannya dengan baik, berguna atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan

dan menjamin kepentingan publik10. Artinya Humas harus bisa menyeimbangkan

antara hubungan ke dalam dan ke luar. Sehingga organisasi tersebut sehat di dalam

dan baik di luar.

Secara garis besar fungsi dari Humas adalah memelihara komunikasi yang

harmonis antara perusahaan dengan publiknya, melayani kepentingan publik dengan

baik dan memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik.

9

Firsan Nova, Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan, (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 38

10

(33)

C.Macam-macam Humas

1. Humas Pemerintahan (Government Public Relations)

Keberadaan unit kehumasan di sebuah lembaga/instansi pemerintah

merupakan keharusan secara fungsional dan operasional dalam upaya

menyebarluaskan atau untuk mempublikasikan tentang suatu kegiatan atau aktivitas

instansi bersangkutan yang ditujukan baik untuk hubungan masyarakat ke dalam,

maupun kepada masyarakat luar pada umumnya11.

Humas Pemerintahan berfungsi sebagai pengelola informasi dan opini publik

yang muncul dari masyarakat karena rakyat dalam pemerintahan ikut serta

mengawasi jalannya pemerintahan yang apabila tidak sesuai dengan aspirasi rakyat,

rakyat akan cepat mengkritiknya. Humas melakukan penyebaran informasi mengenai

kebijakan pemerintah yang disebarluaskan, sedangkan opini publik dikaji dan diteliti

seefektif mungkin untuk keperluan dan pengambilan keputusan dan penentuan

kebijakan selanjutnya.12

2. Humas Perusahaan/ Bisnis

Humas Perusahaan dengan manajemennya pada umumnya berusaha

memperoleh peningkatan pada segi profit atau keuntungan finansial. Selain itu,

Humas Perusahaan harus pintar dalam menyusun strategi untuk meningkatkan citra

dan reputasi perusahaan, terutama dewasa ini yang semakin banyak persaingan.

11

Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. h. 341 12

(34)

23

Humas perusahaan biasanya didefinisikan sebagai pengelolaan reputasi perusahaan

secara keseluruhan atau disebut juga citra perusahaan13.

3. Humas Non Government Organization (Third Sector)

Non Government Organization (NGO) atau yang lebih kita kenal dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh

perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan

pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan

dari kegiatannya.14

Tugas Humas dalam NGO antara lain mengembangkan kepercayaan

masyarakat terhadap organisasi. Humas sektor ini menyebarluaskan mengenai profil

organisasi, visi misi dan tujuan organisasi agar publik tertarik dan kemudian

memberikan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut yang kemudian

dapat meningkatkan citra pada organisasi tersebut. Menyediakan media komunikasi

yang tepat antara publik dengan organisasi. Media komunikasi merupakan sarana

dalam berkomunikasi. Humas dalam NGO berperan untuk memberikan sumbangan

terhadap suksesnya organisasi dengan melaksanakan hubungan dengan pihak lain

seperti melakukan kerja sama demi terlaksananya tujuan dari berdirinya NGO

tersebut dan melakukan publikasi dan advertising.15

13

Anne Gregory, Public Relations dalam Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 58. 14

http://soloraya.net/peran-humas-dalam-dunia-ngo.html

15

(35)

D.Peran Humas

Secara garis besarnya Humas mempunyai peran ganda: yaitu fungsi keluar

memberikan informasi atau pesan-pesan sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan

instansi/lembaga kepada masyarakat sebagai khalayak sasaran, sedangkan ke dalam

wajib menyerap reaksi, aspirasi atau opini khalayak tersebut diserasikan demi

kepentingan instansinya atau tujuan bersama.

Peranan umum Humas dalam manajemen suatu organisasi itu terlihat dengan

adanya beberapa aktivitas pokok kehumasan, yaitu mengevaluasi sikap atau opini

publik, artinya Humas harus bisa mengkoreksi apa yang kurang dalam pelaksanaan

sosialisasi dan membaca situasi dalam setiap menjalankan tugas di masyarakat.

Kemudian mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi/ perusahaan

dengan kepentingan publiknya. Humas dalam terjun ke masyarakat harus bisa

membedakan mana yang benar-benar kebijakan pemerintah, dan mana kepentingan

masyarakat yang sedang dihadapi. Karena seringkali kepentingan masyarakat jauh

lebih banyak dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

Selanjutnya merencanakan dan melaksanakan penggiatan aktivitas Humas.

Sebelum melaksanakan tugasnya, Humas harus memiliki rencana matang. Konten apa

saja yang akan diberikan kepada masyarakat nanti. Jika hal ini sudah dilakukan, maka

kemungkinan besar pesan yang ingin disampaikan akan tepat sasaran.Pada umumnya

(36)

25

Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengkomunikasian (communicating), Pengawasan (controlling) dan Penilaian (evaluating).

Penulis mengerti bahwa Peran Humas menurut Cutlip dan Center dan dalam

buku Rosady Ruslan (2008 : 26) pada intinya adalah sebagai Communicator, penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. Dari

uraian tersebut dijelaskan Humas berperan sebagai perwakilan perusahaan dalam

melakukan komunikasi dengan publik internal dan eksternal

.

16

Kemudian membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. Dalam hal ini Humas

berperan dalam melakukan pendekatan hubungan baik dengan publik.

Lalu Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan. Humas memiliki peranan sebagai pendukung

organisasi yang selalu sigap dalam menjalankan tugas dari atasan/ perusahaan.

Dan selanjutnya adalah membentuk corporate image, artinya peranan Humas berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Dalam hal ini Humas

berperan menjaga dan menciptakan citra yang positif terhadap perusahaan dimata

publik.

16

(37)

E.Kegiatan Humas

Kegiatan Humas dimaksudkan untuk menciptakan suatu pengertian, sikap,

dan tanggapan yang lebih baik dari khalayak terhadap produk, tindakan, atau suatu

organisasi secara keseluruhan. Proses penciptaannya itulah yang disebut sebagai

proses transfer17. Kegiatan Humas menurut peneliti adalah aplikasi nyata dari

persiapan dan kebijakan sebuah organisasi dalam mewujudkan keinginannya yang

secara persuasif dilakukan, karena akan ada efek setelah dilakukannya kegiatan ini.

No. Posisi Negatif Proses

Transfer

Posisi Positif

1. Permusuhan (Hostility) Simpati (Sympathy)

2. Prasangka (Prejudice) Penerimaan (Acceptance)

3. Ketidakpedulian (Apathy) Berminat (Interest)

4. Ketidaktahuan (Ignorance) Pemahaman (Knowledge)

Situasi Negatif Situasi Positif

Tabel 2.1 Proses Transfer dalam Humas18

Kemudian, berdasarkan ciri khas kegiatan Humas tersebut, menurut pakar

Humas Internasional, Cutlip & Centre, and Canfield (1982) 19 fungsi Humas adalah

menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi

melekat pada manajemen lembaga/ organisasi), membina hubungan yang harmonis

17

Linggar Anggoro, M, Teori dan Profesi KeHumasan Serta Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 12

18

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, , h 20 19

(38)

27

antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran,

mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan

masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya, melayani

keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen

demi tujuan dan manfaat bersama dan menciptakan komunikasi dua arah timbal balik,

dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke

publiknya/sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.

F. Sosialisasi

1. Definisi Sosialisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi adalah upaya

memasyarakatkan sesuatu sehingga dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat20.

Penulis beranggapan bahwa sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup

bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi

cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat agar

dapat diterima oleh masyarakatnya.

Kemudian Peter Berger (1978) mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process

by which a child learns to be a participant member of society” atau proses melalui di

mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota dalam masyarakat (Berger,

20

(39)

1978:116)21. Maksudnya adalah seseorang yang berusaha untuk mengetahui sesuatu

yang belum diketahuinya. Dimana disitu dia berada di tengah orang-orang yang akan

berinteraksi padanya dengan memberikan sejumlah informasi.

Ada juga yang berpendapat bahwa sosialisasi adalah usaha untuk mengubah

milik perseorangan menjadi milik publik (milik negara), proses belajar seorang

anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat

dilingkungannya. Pendapat lain mengemukakan sosialisasi adalah upaya

memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh

masyarakat (pemasyarakatan).

Sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan

interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan

masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak

dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu

masyarakat22. Dengan begitu, jelaslah bahwa sosialisasi adalah proses berbaur,

mencari tahu, member tahu dan interaksi antara satu orang dengan orang lainnya.

Sementara itu, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian

sosialisasi. Diantaranya Charlotte Buhler, yang mengatakan sosialisasi adalah proses

yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara

hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan

21

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indoensia, 2004) h. 21.

22

(40)

29

kelompoknya. Artinya adalah individu tersebut akan beradaptasi untuk memiliki

posisi atau kedudukan agar mendapat pengakuan dari orang-orang disekitar.

Menurut Peter Berger dan Paul B. Horton, sosialisasi adalah suatu proses

dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat

tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya. Artinya adalah orang

tersebut mendapatkan stimulus agar mempelajari kebiasaan-kebiasaan apa yang ada

di lingkungan tempat tinggalnya yang kemudian akan membuatnya memiliki jati diri.

Kemudian Soerjono Soekanto berpendapat, sosialisasi adalah suatu proses

mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru. Artinya disini

adalah interaksi aktif dari seorang pribumi kepada orang pendatang, agar dapat

menyesuaikan dirinya di tempat yang baru. Tentu ini dilakukan demi kebaikan

bersama.

2. Jenis Sosialisasi

Dalam bersosialisasi, kita harus memperhatikan lingkungan sosial.

Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat

interaksi antara individu dengan individu yang lain. Yang terlibat dari proses

sosialisasi tersebut adalah manusia sebagai makhluk sosial, yang berhubungan

dengan sekitarnya, serta adanya dorongan untuk mengabdi kepada masyarakat23.

23

(41)

Karena manusia sebagai makhluk sosial, maka dalam tindakan-tindakanya

manusia juga sering mengarah pada kepentingan-kepentingan masyarakat.

Sebaliknya, apabila manusia lebih cenderung individual, maka ia lebih

mementingkan kehidupan pribadinya.

Berdasarkan jenisnya, sosilisasi dibagi menjadi dua. Pertama yaitu Sosialisasi

Primer, sosialisasi ini terjadi pada masa pertumbuhan, yakni dengan cara

mengucapkan kalimat, cara mengucapkan kata, cara bersikap dan lain sebagainya.

Pada masa ini pemegang peran sosialisasi utamanya adalah keluarga. Keluarga

mempunyai peranan penting dalam terbentuknya kepribadian seorang anak. Maka

dari itu keluarga adalah tempat pertama kita belajar akan segala sesuatu, mulai dari

kecil hingga kita sudah bisa membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang

buruk, atau mumayyiz.

Menurut Peter L. Berger dan Luckmann yang mendefinisikan sosialisasi

primer sebagai sosidalisasi pertama yang dijalani individu menjadi anggota

masyarakat (keluarga). Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya

dengan orang lain di sekitarnya. Selain itu, disebut primer juga karena kelompok ini

bisa menjadi instrument penting untuk control social. Sebagai pemegang peran sosialisasi, kelompok primer berusaha menjaga agar norma dan sosial yang dianut

bersama bisa membentuk sikap dan prilaku anggota kelompoknya seperti yang dianut

(42)

31

Kemdian kedua ada Sosialisasi Sekunder, yaitu suatu proses sosialisasi

lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam

kelompok tertentu dalam masyarakat. Jadi sosialisasi ini adalah setelah kita sudah

bisa berbicara lancar dan bersikap dewasa. Saat itulah kita siap untuk bergabung ke

masyarakat di luar lingkungan keluarga. Menurut Goffman kedua proses tersebut

berlangsung dalam institusi sosial, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam

kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah

dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani

(43)

32 BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Humas MPR RI

Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal MPR RI ditugaskan untuk

menyelenggarakan kegiatan sosialisasi Empat Pilar kehidupan bernegara melalui

media massa. Oleh karena itu, dalam kerangka pelaksanaan tugas pokok

penyelenggaraan kehumasan, Biro Hubungan Masyarakat dituntut untuk mampu

memberikan dukungan teknis, administratif, dan keahlian guna terselenggaranya

kegiatan sosialisasi melalui media massa tersebut1. Hal ini penting dilakukan untuk

mendukung sosialisasi Empat Pilar utama kehidupan bernegara agar terlaksana secara

masif dan menyentuh kalangan masyarakat luas.

Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas Humas yang terdapat di instansi

pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial) adalah tidak adanya unsur

komesial walaupun Humas Pemerintah juga melakukan hal yang sama dalam

kegiatan publikasi, yaitu promosi dan periklanan. Humas pemerintah lebih

menekankan pada pelayanan umum.

Dalam kerangka sosialisasi, untuk memberikan pembelajaran dan pendidikan

politik, diselenggarakan juga Pelatihan untuk Pelatih Sosialisasi Putusan MPR atau

yang disebut dengan Training of Trainers di tingkat provinsi dan beberapa

1

(44)

33

kementerian, Cerdas Cermat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan Ketetapan MPR Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan

seminar-seminar yang berkaitan dengan materi Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan MPR.

Seminar ini dilakukan untuk menghimpun dan mengetahui berbagai

pandangan dan pendapat masyarakat mengenai hal-hal terkait dengan

penyelenggaraan Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar.

Seluruh anggota MPR diwajibkan melakukan sosialisasi Empat Pilar di Dapil

nya masing-masing, karena MPR terdiri dari anggota DPR (560 orang) dan DPD (124

orang) dan semuanya harus aktif dalam mensosialisasikan Empat Pilar2. Pimpinan

dan anggota MPR RI yang dibantu Biro Humas MPR RI dalam mensosialisasikan

Empat Pilar kebangsaan juga memanfaatkan media elektronik sebagai media

sosialisasi. Dialog media elektronik yaitu radio (RRI) dan televisi (TVRI). Di TVRI

ada dua acara, yang pertama adalah Jendela Anak Negeri dan Warung Kebangsaan.

Subjek MPR RI yang saya teliti adalah sosialisasi Empat Pilar Bangsa. Jenis

sosialisasinya diantaranya adalah dialog-dialog, seminar, talkshow secara ringan, lomba-lomba cerdas cermat, forum kehumasan, Training of Trainers bekerjasama dengan Kementrian-kementrian, Dinas Pendidikan Provinsi, media cetak dan

elektronik.

2

(45)

Biro Humas Sekretariat Jenderal MPR RI membantu tugas Pimpinan MPR RI

untuk mengoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Pancasila dan UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang sudah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 15 ayat (1) huruf e

dan Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang Peraturan Tata Tertib MPR Pasal

22 ayat (1) huruf e dengan memfasilitasi semua komponen kegiatan-kegiatan

sosialisasi.

(46)

35

Seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, salah satu metode Humas

MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar kebangsaan adalah pimpinan MPR RI

membentuk tim kerja sosialisasi yang anggotanya berjumlah 35 orang, terdiri atas

unsur fraksi-fraksi dan kelompok anggota DPD di MPR yang ditugasi untuk

menyusun materi dan metodologi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan

kegiatan sosialisasi, serta melaksanakan sosialisasi.

Peran tersebut diwujudkan dengan komitmen Pimpinan MPR untuk

memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap nilai-nilai luhur bangsa yang

terdapat dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dikenal

dengan istilah Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara dipandang sebagai sesuatu

yang harus dipahami oleh para penyelenggara negara bersama seluruh masyarakat

dan menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan pemerintahan,

menegakkan hukum, mengatur perekonomian negara, interaksi sosial

kemasyarakatan, dan berbagai dimensi kehidupan bernegara dan berbangsa lainnya.

Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,

diyakini bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil,

makmur, sejahtera, dan bermartabat.

(47)

36

1

Pimpinan Tim Kerja Sosialisasi MPR RI

1. Ketua: Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP., M.Si.

(Fraksi Partai Golongan Karya)

2. Wakil Ketua: Drs. Achmad Basarah, MH.

(Fraksi PDI Perjuangan)

3. Wakil Ketua: Drs. H. Zainut Tauhid Sa’Adi

(Fraksi Partai Persatuan Pembangunan)

4. Wakil Ketua: Martin Hutabarat

(Fraksi Partai Gerindra)

5. Wakil Ketua: Drs. H. Wahidin Ismail

(Kelompok Anggota DPD)

Anggota Tim Kerja Sosialisasi MPR RI

1. DR. Ir. Mohammad Jafar Hafsah (Fraksi Partai Demokrat)

(menggantikan Ir. Agus Hermanto, MM.)

2. Laksada TNI (Purn) Adiyaman Amir Saputra, S.IP. (Fraksi Partai

Demokrat)

3. Anton Sukartono Suratto (Fraksi Partai Demokrat)

(Menggantikan Sutjipto, SH., M.Kn)

4. Yusyus Kuswanda, SH. (Fraksi Partai Demokrat)

1

(48)

37

5. Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LLM (Fraksi Partai Demokrat)

(Menggantikan Rinto Subekti, S.E., MM yang menggantikan Angelina

Patricia Pingkan Sondakh, SE.)

6. Ruhut Poltak Sitompul, SH. (Fraksi Partai Demokrat)

7. Ir. H. Muhammad Azhari, S.H., M.H. (Fraksi Partai Demokrat)

(Menggantikan Bokiratu Nitabudhi Susanti, S.E.yang sebelumnya Hj.

Himmatul Alyah Setiawaty, SH., MH.)

8. H. Harry Witjaksono, S.H. (Fraksi Partai Demokrat)

(Menggantikan Ir. Sumanggar Milton Pakpahan, MM.)

9. Syamsul Bachri M.Sc. (Fraksi Partai Golongan Karya)

10. H.M. Busro (Fraksi Partai Golongan Karya)

(Menggantikan Drs. Josef A. Nae Soi, MM.)

11. Drs. Murad U. Nasir (Fraksi Partai Golongan Karya)

(Menggantikan Dra. Hj. Chairun Nisa, MA.)

12. Dr. Ir. Hetifah, MPP. (Fraksi Partai Golongan Karya)

13. Dr. Yasonna Hamonangan Laoly, SH., M.Sc. (Fraksi PDI Perjuangan)

14. Dr. Ir. Arif Budimanta M.Sc (Fraksi PDI Perjuangan)

15. H. Rahadi Zakaria, S.IP., MH. (Fraksi PDI Perjuangan)

16. Dra. Eva Kusuma Sundari, MA., MDE. (Fraksi PDI Perjuangan)

17. H. TB. Soenmandjaja, SD. (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)

18. H. Rofi Munawar, Lc (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)

(49)

19. H. Hermanto, S.E., MM (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)

(Menggantikan Dr. H. Muhammad Sohibul Iman)

20. Drs. Ibrahim Sakty Batubara, M.AP. (Fraksi Partai Amanat Nasional)

21. Dra. Mardiana Indraswati (Fraksi Partai Amanat Nasional)

22. H. Ahmad Yani, SH., MH. (Fraksi Partai Persatuan Pembangunan)

23. Ir. H.M. Lukman Edy, M.Si. (Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa)

24. Drs. Erik Satrya Wardhana, SE (Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat)

25. H. Dani Anwar (Kelompok Anggota DPD)

26. Ir. Abraham Paul Liyanto (Kelompok Anggota DPD)

27. Abdul Azis, S.H. (Kelompok Anggota DPD)

(Menggantikan Drs. H. Mohammad Sofwat Hadi, SH. yang

sebelumnya Ir. Adhariani, SH., MH.)

28. Ir. Marhany Victor Poly Pua (Kelompok Anggota DPD)

(Menggantikan Abdi Sumaithi)

29. H.T. Bachrum Manyak (Kelompok Anggota DPD)

30. dr. Budi Doku (Kelompok Anggota DPD)

(50)

39

B. Tujuan Sosialisasi Empat Pilar Bangsa

Empat pilar dari konsepsi kenegaraan Indonesia tersebut merupakan prasyarat

minimal, disamping pilar-pilar lain, bagi bangsa ini untuk bisa berdiri kukuh dan

meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Setiap

penyelenggara negara dan segenap warga negara Indonesia harus memiliki

keyakinan, bahwa itulah prinsip-prinsip moral keindonesiaan yang memandu

tercapainya perikehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan

makmur.

Untuk itu diperlukan adanya usaha sengaja untuk melakukan penyadaran,

pengembangan dan pemberdayaan menyangkut empat pilar kehidupan berbangsa dan

bernegara itu. Para penyelenggara negara baik pusat maupun daerah dan segenap

warga negara Indonesia harus sama-sama bertanggung jawab untuk melaksanakan

nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Empat pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara dapat menjadi panduan

yang efektif dan nyata, apabila semua pihak, segenap elemen bangsa, para

penyelenggara negara baik di pusat maupun di daerah dan seluruh masyarakat

konsisten mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Oleh karena itu, MPR selalu mengadakan Sosialisasi Empat Pilar yang

(51)

MPR/DPR/DPD RI, karena Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara dipandang sebagai

sesuatu yang harus dipahami oleh para penyelenggara negara bersama seluruh

masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan

pemerintahan, menegakkan hukum, mengatur perekonomian negara, interaksi sosial

kemasyarakatan dan berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya.

Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,

diyakini bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil,

makmur, sejahtera dan bermartabat.

Pemilihan nilai-nilai luhur bangsa ini sesuai dengan kewajiban Anggota MPR

sebagaimana diatur dalam Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang Peraturan

Tata Tertib MPR Pasal12 yaitu antara lain harus memegang teguh dan melaksanakan

Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan menaati peraturan perundang-undangan, memasyarakatkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta memperkukuh

dan memelihara kerukunan nasional serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Tujuan sosialisasi Empat Pilar Bangsa antara lain Pertama, melaksanakan

tugas Pimpinan MPR dalam rangka mengoordinasikan Anggota MPR dalam

melakukan pemasyarakatan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

(52)

41

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pasal 15 ayat (1) huruf e. Humas MPR RI

membantu secara teknis dan administratif dalam mengakomodir kegiatan-kegiatan

sosialisasi Pimpinan MPR ke seluruh Indonesia.

Kedua, melakukan reaktualisasi terhadap nilai-nilai Pancasila, Konstitusi

(Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945), Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Penulis menganggap bahwa pengajaran tentang Empat Pilar bukan hanya memberitahukan apa Empat Pilar

Bangsa itu, tapi juga untuk memperkokoh landasan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Ketiga, meningkatkan pemahaman terhadap Empat Pilar kehidupan berbangsa

dan bernegara, khususnya kepada setiap lapisan masyaraka. Selain mensosialisasikan

apa itu Empat Pilar Bangsa, penulis menilai Pimpinan MPR RI sangat berharap

bahwa mahasiswa dan mahasiswi juga masyarakat memahami pentingnya mendalami

pilar-pilar kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia.

Keempat, sebagai salah satu upaya dalam menggali dan membangun kembali

kesadaran pentingnya nilai-nilai Empat Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut penulis, pilar-pilar yang lahir sejak hampir 70 tahunan yang lalu ini bukan

hanya sebagai pajangan istilah-istilah kenegaraan, tapi juga sebagai landasan dalam

(53)

yang sejahtera adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kelima, membangun sinergisitas antara Pimpinan dan Anggota Majelis

sebagai pelaksana tugas konstitusional dengan mahasiswa sebagai agen perubahan

dan kalangan akademis sebagai salah satu elemen penggerak masyarakat. Menurut

penulis, tujuan ini sudah jelas bahwa Humas MPR RI memiliki peran penting dalam

hubungan dalam MPR RI sendiri maupun hubungan ke luar.

Penulis menyimpulkan, bahwa tujuan-tujuan dari sosialisasi Empat Pilar

Bangsa di atas tidak lain adalah menjadikan masyarakat Indonesia yang majemuk ini

agar terus bersatu padu, tidak berpecah belah antar suku. Sosialisasi Empat Pilar

Bangsa kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan Humas MPR RI dalam

menyebarluaskan informasi-informasi dan kebijakan pemerintah demi meratanya

pengetahuan masyarakat Indonesia akan pemahaman konstitusional negara kita.

Dengan memadukan beberapa aktivitas yang menjadi agenda Pimpinan,

Anggota dan Humas MPR berharap mencapai satu hasil yang berlipat. Sehingga

MPR bisa benar-benar dekat di masyarakat dan bisa mengurangi citra negatif yang

selalu akrab dengan lembaga pemerintah di mata masyarakat. Tentunya tugas-tugas

Pimpinan, Anggota dan Humas MPR RI ini juga membutuhkan dukungan kita, jika

kita acuh akan tujuan-tujuan sosialisasi MPR ini maka kegiatan mereka juga akan

(54)

43 BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A.Peran Humas MPR RI

Peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa

merupakan apresiasi dan pemberdayaan masyarakat dari Pimpinan dan anggota MPR

RI untuk mengimplementasikan Empat Pilar Kebangsaan dalam etika kehidupan

berbangsa sehari-hari, menjadi pijakan operasional yang ada dalam tujuan Pimpinan

MPR RI dan anggotanya sebagai Keputusan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang

Etika Kehidupan Berbangsa dengan memfasilitasi semua komponen

kegiatan-kegiatan sosialisasi.

Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang

beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam

kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan

dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian

lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.1

Humas MPR RI selain berperan mengakomodir semua kegiatan dan tugas

pimpinan MPR RI maupun anggotanya juga berperan menerima masukan yang

berasal dari rakyat, LSM, terutama media yang saat ini memiliki kekuatan yang

1

Gambar

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Tabel 2.1 Proses Transfer dalam Humas18
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Biro Humas MPR RI
gambar dan tulisan. Kelima, kegiatan publikasi MPR RI melalui media tatap muka.
+2

Referensi

Dokumen terkait

permasalahan perkara yang di hadapi seperti dalam putusan nomor 94- K/PM.II-09/AD/V/2016 yang memerlukan seorang ahli dalam memeriksa keadaan terdakwa yang mengalami

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel, sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak

5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan

Semakin lama maturitas aset atau kewajiban berpendapa- tan tetap, semakin besar penurunan (penaikan) dalam nilai pasar untuk penaikan (penurunan) tingkat bunga tertentu. •

penelitian ini menggunakan pendekatan dari- model buffer stock dengan skema resi gudang (Wawang, 2011) untuk menentukan jumlah pasokan rumput laut pada industri karaginan,

5 Weton adalah kata dalam bahasa Jawa yang secara harafiah berarti hari kelahiran, namun secara umum orang Jawa saat ini lebih mengenal weton sebagai suatu perhitungan hidup

Menurut Gronroos dalam Ratminko (2005:2) pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai

tersebut > 0,05 yaitu 0,301 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara pendidikan agama Islam dan budi pekerti