Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Mochammad Kahfi NIM 1110051000174
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
Biro Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI adalah Biro Humas Pemerintahan yang ruang lingkup tugasnya sangat besar mengingat MPR RI adalah lembaga tinggi negara, pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat. Biro Humas MPR RI mempunyai peran penting dalam melakukan pemberitaan dan pengolahan data dan informasi, baik dari luar maupun dari dalam lingkungan MPR RI. Jadi, Biro Humas MPR sangat vital keberadaannya, tanpa Biro Humas MPR RI, akan sulit melakukan pendekatan kepada publik internal dan eksternal.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian pada rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014? Kemudian apa saja kegiatan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014?
Adapun teori yang digunakan adalah teori peranan Humas Cutlip, Center dan Broom. Teori ini digunakan sebagai alat pembedah dalam pembahasan peran Humas MPR RI, apakah Humas MPR RI berhasil atas metode yang digunakan, untuk menyebarluaskan paham Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang peran Humas MPR dan bagaimana kegiatannya dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana penerapan Peran Humas MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014.
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis, peneliti menemukan beberapa temuan, antara lain adalah sebagai penghubung antara MPR RI dengan publiknya, membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya, menjadi pendukung dalam fungsi manajemen MPR RI dan berupaya menciptakan citra bagi MPR RI. Dari penelitian yang kemudian dijabarkan dan dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa Humas MPR RI mempunyai peranan yang penting dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
ii
KATA PENGANTAR
ميحَرلانمحَرلاهامسب
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ridho, rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Hubungan Masyarakat (Humas)
MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014” sebagai bagian dari tugas penulis sebagai akademisi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak lupa pula shalawat dan salam di atas Nabi pelita alam, yang tak pernah
henti dan selalu tercurahkan kepada junjungan Nabiyyul Musthofa Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ilmu hingga zaman yang
penuh ilmu pengetahuan sampai saat ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang selama ini telah banyak sekali membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Sebagai bentuk penghargaan yang tak
terhingga kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
merampungkan skripsi ini, maka izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ayahanda (Sofyan dan Alm. H.
Nanang Ahmad) dan kedua Ibunda (Titin Tarwiyah dan Ina Sugiyanti) tercinta, yang
telah memberikan kasih sayang dan perhatian mu yang tak terhingga, sepanjang
iii
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., Bapak Suparto Ph.D, ME.d. selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. H. Sunandar, M.Ag. selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA. dan Sekretaris Jurusan KPI Ibu Fita
Fathurokhmah, M.Si. yang membantu penulis dalam menjalankan proses
birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu penulis
dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang
baik dan benar.
4. Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan kepada penulis, Terima Kasih.
5. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman
berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah
iv
6. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini.
7. Bapak Drs. Yana Indrawan, M.Si. selaku Kepala Biro Hubungan Masyarakat
MPR RI, Bapak Agip Munandar, S.H., M.H. selaku Kabag Keanggotaan dan
Kepegawaian MPR RI, dan Mba Christy yang membantu dan menghubungkan
penulis ke Biro Hubungan Masyarakat MPR RI hingga bisa menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih.
8. Bapak Budi Muliawan, SH, MH selaku Kasubbag Hubungan Antarlembaga
MPR RI, Bapak Agus Subagyo, S.S., M.IR. selaku Kepala Bagian Pemberitaan
dan Hubungan Antalembaga MPR RI, Bapak Hendrasto Setiawan, S.IP dan
Bapak Wasinton Saragih, juga Mas Ramos Diaz, Mba Alinda Maharani dan Mba
Mellisa Syafri yang telah meluangkan banyak waktunya dalam membantu
penulisan skripsi ini.
9. Sayyid Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf sebagai orang tua dan Murabbi Ruh
yang selama ini mengasihi, menyayangi, mendo’akan dan memberikan ilmu kepada penulis dalam senang maupun susah, mata’anallah bituli hayat. Semoga dipanjangkan umurnya dalam keberkahan Allah SWT dan Nabi Besar
Muhammad SAW.
10. Adik-adik saya tersayang, Mochammad Rizky dan Mochammad Azka Zahirul
Sofyan yang selama ini menjadi penyemangat dan motivator saya untuk segera
v
Pambayun Menur Syta, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan
namanya satu per satu yang telah banyak memberikan keceriaan dan kenangan
indah selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selalu memberikan
kebahagiaan, kesenangan dan keceriaan, serta mau berbagi kesedihan dan
kesusahannya selama 4 tahun ini. Dukungan dan motivasi dari kalian sangatlah
penting untuk saya. May the odds be ever in our favor!!!
12. Teman-teman dari KKN Aksi 2013, Terima kasih untuk kekompakan dan suka
dukanya selama di Kampung Melayu Barat, Teluk Naga.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya, hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT dapat
membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan menjadi amal shaleh disisi-Nya.
Dengan segala kerendahan hati.
Jakarta, 22 November 2014
vi
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
3. Humas Non Government Organization ... 23
D. Peran Humas ... 24
E. Kegiatan Humas ... 26
F. Sosialisasi 1. Definisi Sosialisasi ... 27
vii
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Peran Humas MPR RI ... 43 B. Kegiatan Humas MPR RI... 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kegiatan menyampaikan pesan bisa dengan berbagai cara, tergantung kepada
siapa kita menyampaikan pesan tersebut. Dalam hal ini, Biro Hubungan Masyarakat
(Humas) MPR RI memiliki tugas penting dalam membantu Pimpinan MPR RI dalam
mensosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa kepada seluruh masyarakat Indonesia
secara merata agar rasa cinta tanah air terus berkobar dalam diri setiap individu.
Kegiatan Humas memiliki keterkaitan dengan ilmu komunikasi karena
keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan mata rantai yang menunjang
kegiatan Humas. Karena Humas merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi1.
Kegiatan sosialisasi sangat penting karena saat ini masih banyak
penyelenggara negara dan kelompok masyarakat yang belum memahami dan
mengerti tentang nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Peneliti sendiri sebelumnya
tidak mengetahui apa itu Empat Pilar Bangsa. Ketika peneliti kerja lepas di salah satu
media online swasta, barulah peneliti tahu apa itu Empat Pilar Bangsa. Setelah itu
peneliti langsung tertark dan berniat untuk membuat penelitian tentang sosialisasi
Humas MPR tentang Empat Pilar Bangsa ini. Peneliti ingin mengetahui seperti apa
1
kegiatan sosialisasi Humas MPR tentang Empat Pilar Bangsa dan bagaimana peran
Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
Selain itu banyak masukan dan harapan dari masyarakat bahwa sosialisasi
yang telah dilakukan memang sudah sangat efektif namun belum menjangkau seluruh
masyarakat, sehingga MPR harus terus melakukan sosialisasi dengan jangkauan yang
lebih luas yang diharapkan akan banyak masyarakat yang paham terhadap nilai-nilai
luhur bangsa. Untuk mendukung tugas dan wewenang tersebut, Biro Hubungan
Masyarakat, Sekretariat Jenderal MPR RI ditugaskan untuk menyelenggarakan
kegiatan sosialisasi Empat Pilar kehidupan bernegara melalui media massa.
Humas MPR dalam memasyarakatkan UUD 1945 memunculkan banyak
gagasan. Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara ini adalah istilah yang digagas oleh
Alm. Bapak Taufiq Kiemas sewaktu masih menjabat sebagai ketua MPR RI. Wakil
Ketua MPR RI, Farhan Hamid, mengatakan bahwa Pak Taufiq memunculkan istilah
itu yang didapat dari dialog dengan teman-teman anggota dewan. Ketika suatu pagi
Beliau mengobrol, muncullah istilah “Empat Pilar Berbangsa Dan Bernegara” itu2.
Menurut analisis penulis, secara social marketing ini lebih ke pendekatan mencari sebuah istilah yang mudah didengar, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.
Dibandingkan dengan istilah memasyarakatkan UUD RI 1945 yang begitu panjang.
2
3
Pemilihan nilai-nilai luhur bangsa ini sesuai dengan kewajiban Anggota MPR sebagaimana diatur dalam Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang Peraturan Tata Tertib MPR Pasal12 yaitu antara lain harus memegang teguh dan melaksanakan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan, memasyarakatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta memperkukuh dan memelihara kerukunan nasional serta menjaga keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.3
A. Pilar Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara. Dalam pembukaan UUD
1945 alinea keempat terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Rumusan Pancasila tersebut mengikat seluruh lembaga negara tanpa terkecuali.
Pancasila harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Setiap sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang integral, yang saling
mengandaikan dan saling mengunci.
B. Pilar Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 adalah konstitusi negara. Konstitusi adalah hukum dasar yang
dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa
hukum dasar yang tertulis yang biasa disebut Undang Undang Dasar, dan dapat juga
tidak tertulis4. Oleh karena itu menurut penulis, dalam negara yang menganut paham
konstitusional tidak ada satu pun penyelenggara negara dan masyarakat yang tidak
berlandaskan konstitusi.
3
Sekretariat Jenderal MPR RI, Tanya Jawab Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: Sekretaris Jenderal, 2013), h. 1
4
Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat dan dalam praktek penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan pada naskah. Dengan demikian, suasana kebatinan yang menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis, dan historis perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang dasar perlu dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat pada pasal-pasal undang-undang dasar.5
C. Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Dalam rapat BPUPKI yang membahas rancangan UUD, permasalahan
bentuk negara menjadi salah satu pembahasan yang diperdebatkan secara serius.
Usulan bentuk negara yang muncul pada waktu itu yaitu negara kesatuan dan negara
federal. Namun kemudian disepakati bentuk negara Indonesia adalah negara
kesatuan.
Hal tersebut sebagaimana yang tertera dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945. Pilihan BPUPKI ini kemudian sepakat dan tidak lagi diganti
ketika pada 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republlik Indonesia Tahun 19456.
D. Pilar Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh Empu
Tantular yang ditulis dalam Kitab Sutasoma pada abad XIV di masa Kerajaan
Majapahit. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang
5
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD
1945, (Yogyakarta: UII Press, 2005) 6
5
dipilih sebagai komitmen bersama. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
pilihan yang tepat untuk mewadahi kemajemukan bangsa kita yang terdiri dari ribuan
pulau maka dari itu negara kita disebut negara maritim.
Dalam kitab tersebut Empu Tantular menulis “Rwaneka dhatu winuwus
Buddha Wisma, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwakalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua).7
Etika Kehidupan Berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari
ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa
yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa8. Penulis melihat bahwa krisis
kepercayaan yang dialami pemerintah Indonesia oleh masyarakat harus dihilangkan.
Rasa kebangsaan dan cinta tanah air tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip agama Islam. Sejalan dengan ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits lainnya. Banyak
ayat-ayat Al Qur'an yang menganjurkan kita untuk mencintai tanah air atau negeri
kita. Allah SWT telah berfirman didalam Al-Qur’an:
7
Sigit Suhandi, Bhinneka Tunggal Ika Maha Karya Persembahan Mpu Tantular, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h. 195
8
“Dan (ingatlah), tatkala Ibrahim berkata (berdoa): "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan (yaitu) terhadap orang-orang yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang ingkar maka Aku menyenang-nyenangkannya sementara, kemudian Aku memasukkannya ke dalam adzab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al-Baqarah: 126)9
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)10
Dari ayat diatas, bisa kita lihat bahwa Nabiyullah Ibrahim AS berdo’a untuk
tanah airnya agar selalu menjadi negeri yang aman dan sentosa, rakyatnya selalu
dilimpahkan rezeki dan mereka semua beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Ini
menunjukkan Nabiyullah Ibrahim AS adalah seseorang yang begitu mendalam
cintanya akan tanah airnya. Para Nabiyullah senantiasa mencintai negeri yang
didiaminya. Sebab jika negerinya rusak, penduduknya juga yang akan menderita.
9
Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: PT. Sari Agung, 1997), cet- XI, h. 35.
10
7
Allah SWT begitu memuliakan tanah air dan negeri sehingga menjadikannya
sebagai nama satu surah, yaitu surah Al Balad (Negeri). Walaupun tafsir dari ayat
tersebut adalah Mekkah, namun yang dimaksud bukan sekedar Mekkah saja,
melainkan seluruh negeri.
“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah)” (QS. Al-Balad: 1)11
“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS. Saba’: 18)12
Dari latar belakang masalah dan contoh yang ada, kiranya penulis merasa
butuh terpanggil untuk mengkaji permasalahan ini, dan juga sebagai diskursus dan
wacana intelektual demi membuka jendela pengetahuan, koleksi pemikiran, dan
kecerdasan kepribadian yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah
11
Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, h. 1243
12
dengan judul “Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI Dalam
Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka penulis
membatasi kajian ini pada peranan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat
Pilar Bangsa. Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar
Bangsa?
2. Apa kegiatan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Humas MPR RI
membuat formula serta langkah-langkah yang tepat untuk kemudian lebih bisa
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa untuk menanamkan rasa nasionalis berbangsa
dan bernegara tetap berkembang sebagaimana yang diharapkan.
b) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa dalam membangun rasa nasionalis berbangsa dan
9
2. Untuk mengetahui aktifitas dan kegiatan Humas MPR RI dalam upaya
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
Kegiatan penelitian ini merupakan stimulus dan kesempatan bagi penulis
untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang didapatkan di bangku
perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan dalam sebuah tulisan ilmiah yang
mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan serta wawasan untuk mempelajari
langsung langkah dan peran Humas dalam membangun rasa nasionalis berbangsa dan
bernegara. Serta untuk menambah wawasan mengenai konsep-konsep yang dikemas
tentang peran dan langkah dalam membentuk dan membangun citra baik
pemerintahan, serta sebagai referensi kepustakaan di bidang ilmu komunikasi massa,
khususnya media cetak.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan wacana ideal khususnya
untuk penulis dan umumnya untuk masyarakat luas yang menggeluti di bidang
komunikasi yang kemudian direalisasikan dalam bentuk tindakan yang konkret dari
konsep dan wacana yang disajikan.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan deskriptif analisis. Sedangkan
prosedur sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati13.
Menurut Jalaludin Rahmat, metode penelitian deskriptif analisis bertujuan
mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengidentifikasi masalah atau memberikan kondisi dan menentukan apa yang
dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan
datang.14
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Humas MPR RI.
Kemudian yang menjadi objek penelitian ini meliputi Peranan Humas MPR RI dalam
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa teknik sebagai
berikut:
a. Observasi
Dalam hal ini peneliti mendatangi sekaligus magang di MPR RI Bagian
Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat, untuk
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3
14
11
memperoleh data-data mengenai peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa yang dilakukan selama sebulan pada 1 - 31 September 2014.
b. Dokumentasi
Peneliti mengambil dan mengumpulkan data berdasarkan tulisan-tulisan
berbentuk catatan dari hasil wawancara, buku-buku dan dokumen-dokumen internal
Biro Hubungan Masyarakat dan Antar Lembaga MPR RI yang diberikan secara
langsung. Kemudian peneliti menggunakan analisa deksriptif. Dengan tujuan setelah
data-data terkumpul, kemudian penulis menjabarkan dengan memberikan
analisa-analisa untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.
c. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang langsung
secara lisan, di mana dua atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-inforrnasi atau keterangan.15 Peneliti meawawancarai Bapak Drs. Yana
Indrawan, M. Si selaku Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Bapak Agus
Subagyo, S.S., M.I.R. selaku Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan
Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat. Peneliti mewawancarai beberapa
responden tersebut karena menurut peneliti mereka dapat memberikan informasi
ataupun data yang dibutuhkan oleh peneliti.
15
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kantor MPR RI Bagian Pemberitaan dan
Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat selama satu bulan, yaitu 1-31
September 2014 penelitian ini selesai dilaksanakan. Tempat penelitian adalah di Jl.
Jend. Gatot Subroto No. 6 Jakarta – 10270.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip dari buku
Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Moleong adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.16
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap
hasil penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan. Hal ini penulis temukan pada hasil penelitian dari saudara Anwar (Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah 2009 M) yang berjudul Peran Public Relations Radar Banten Dalam Membangun Citra Perusahaan. Dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa
penulisan skripsi ini bukan merupakan hasil plagiat dari skripsi sebelumnya.
16
13
Perbedaan antara penelitian saya dan saudara Anwar adalah di peran Humas, yaitu
antara Humas pemerintah dan Humas swasta.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini akan memaparkan
mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan mengenai metode penelitian,
lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan
data yang berupa observasi, dokumentasi, wawancara, waktu dan
tempat penelitian dan teknik analisis data. Kemudian tertera juga
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II: Dalam bab ini akan diuraikan landasan-landasan teori yang akan
digunakan dalam penelitian ini, pertama konseptualisasi mengenai
pengertian peran. Kedua, konseptualisasi mengenai Humas;
(pengertian Humas, fungsi Humas dan Humas pemerintahan). Ketiga
konseptualisasi mengenai peran Humas. Keempat, konseptualisasi dari
aktivitas Humas. Kelima konseptualisasi mengenai sosialisasi
(pengertian sosialisasi dan jenis sosialisasi).
BAB III: Dalam bab ini penulis akan menjabarkan gambaran umum Humas
dengan judul penulis, kemudian penulis juga menuliskan tujuan
sosialisasi Empat Pilar Bangsa MPR RI.
BAB IV: Dalam bab ini penulis menguraikan hasil observasi yang telah
diperoleh, mulai dari data-data, kemudian hasil wawancara. Kemudian
analisis data dari sumber-sumber yang telah penulis peroleh dalam
lokasi penelitian. Lalu penulis mengaplikasikan teori yang ada dengan
hasil yang didapatkan selama penelitian.
BAB V: Dalam bab ini merupakan bagian penutup dari skripsi ini, disajikan
kesimpulan-kesimpulan serta saran-saran yang relevan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
15 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Peranan
Peranan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “peran”
artinya adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dimasyarakat dan harus dilaksanakan1. Sedangkan “peranan” adalah
tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pun sesuatu yang terutama dalam
terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.
Kemudian menurut Gross, Mason dan Mc. Eachern, sebagaimana yang
dikutip oleh David Berry, mereka mendefinisikan peran sebagai seperangkat
harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.2
Harapan tersebut masih menurut Berry, merupakan imbangan dari norma-norma
sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh
norma-norma didalam masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk menentukan hal-hal
yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan dalam pekerjaan-pekerjaan
lainnya.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka. 1998), h. 322.
2
Di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari
masyarakat terhadap pemegang peran dan harapan-harapan yang dimiliki oleh
pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengannya dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya3. Dari sini penulis melihat
bahwa masyarakat memang berharap agar tujuan dari sosialisasi Empat Pilar Bangsa
ini sampai kepada mereka, sehingga mereka paham akan nilai-nilai luhur bangsa
untuk dipraktekan. Selanjutnya harapan dari pemegang peran yaitu disini Humas
MPR yang berharap yaitu ketika masyarakat telah mendapatkan sosialisasi, mereka
langsung mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, atau mengajarkan lagi
kepada yang lain sehingga paham ini bisa sampai ke segala penjuru.
Peran memiliki tugas utama sebagai fungsi dari suatu organisasi tertentu.
Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain dan komunitas sosial
atau politik. Peran adalah kombinasi antara posisi dan pengaruh. Harapan-harapan
tersebut masih menurut David Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial,
oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di
dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang
diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan
lainnya.
Setiap orang pasti mempunyai peran, baik dalam keluarga, masyarakat,
organisasi maupun institusi. Baik secara interaksi, tingkah laku dan lain sebagainya.
3
17
Humas MPR RI mengambil peranan sebagai penyambung antara Pimpinan dan
anggota MPR dengan publiknya.
Peran tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya
berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karena
yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran diibaratkan seperti dua sisi
mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang
dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai
status dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan
orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.
Dari penjelasan tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan peran merupakan seperangkat tindakan, perbuatan, atau pekerjaan yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu
dalam suatu masyarakat atau lingkungan di mana dia berada untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dengan kata lain, sebuah peran berkaitan dengan fungsi, tugas, dan
status seseorang dalam suatu masyarakat.
B.Humas
1. Pengertian Humas
Salah satu alat dalam komunikasi yang digunakan oleh instansi pemerintah
untuk membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi serta
kerjasama suatu perusahaan dengan publiknya agar program-program yang telah
Humas mempunyai dua pengertian, yaitu Humas sebagai “method of communication” dan Humas sebagai “state of being” 4. Menurut analisa penulis, yang di maksud dalam pengertian method of communication yaitu rangkaian metode komunikasi atau sistem kegiatan, dimana metode kegiatan berkomunikasi Humas
harus mempunyai ciri khas, itulah yang dimaksud dengan metode komunikasi.
Kemudian penulis juga menilai bahwa Humas dalam pengertian state of being adalah pelaksanaan kegiatan berkomunikasi tersebut sehingga terstruktur, massif dan
melembaga.
Dalam pengertian sebagai metode komunikasi menurut Rosady Ruslan,
penulis melihat ada makna bahwa setiap pemimpin dari suatu organisasi baik besar
atau kecil, dapat melaksanakan Humas5. Kegiatan komunikasi yang khas akan
mempunyai ciri-ciri yaitu komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara
timbal balik, artinya ada respon atau efek dari komunikan ketika komunikator
menjalankan tugasnya.
Kemudian ciri selanjutnya, kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran
informasi, pelaksanaan persuasi dan pengkajian opini publik, artinya Humas
memberikan sesuatu yang bermanfaat, bernilai dan bersifat mengajak kepada
komunikan. Dari situ kemudian masyarakat bisa memberikan pendapat mengenai
informasi-informasi yang dikemukakan Humas.
4
Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. (Bandung: CV Mandar Maju, 1993), cet, ke-viii, h. 94
5
19
Ciri selanjutnya adalah tujuan yang dicapai adalah tujuan organisasi itu
sendiri, artinya tujuan yang diinginkan Humas dalam bersosialisasi adalah tujuan dari
organisasi tempat Humas bernanung, bukan tujuan pribadi Humas.
Ciri berikutnya, sasaran yang dituju adalah publik di dalam dan publik di luar
organisasi, artinya Humas bukan hanya berkonsentrasi penuh bekerja untuk ekstern,
melainkan intern juga harus diperhatikan. Ini sangat penting dibina, karena apabila hubungan dalam organisasi saja tidak bisa dijalin, bagaimana Humas bisa
bersosialisasi ke masyarakat.
Kemudian ciri terakhir metode komunikasi Humas yang khas menurut Rosady
Ruslan adalah efek yang diharapkan adalah terjadinya hubungan yang harmonis
antara organisasi dengan publik. Dimana ini juga merupakan salah satu tugas penting
Humas, yaitu menciptakan citra baik di masyarakat.
Humas menurut para ahli seperti contohnya Howard Bonham, Vice Chairman,
American National Red Cross adalah adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian
publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap
seseorang atau organisasi6. Seni seperti yang kita tahu adalah sebuah keindahan.
Keindahan antara hubungan yang terjalin baik antara suatu organisasi dengan
masyarakat.
Kemudian Humas menurut Frank Jefkins adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara
6
suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian7. Penulis menganalisa bahwa
maksud Frank Jefkins disini adalah seorang Humas sudah pasti memiliki persiapan
yang matang dan tersusun rapi sebelum dia menjalankan tugasnya untuk
bersosialisasi.
Dr. Rex Harlow dalam bukunya berjudul A Model for Public Relations Education for Professional Practices yang diterbitkan oleh International Public Relations Application (IPRA) 1978, menyatakan bahwa definisi Humasadalah:
Fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian dan penerimaan kerja sama; melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu manajemen untuk mampu menanggapi opini public; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai system peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagaimana sarana utama8.
Pengertian Humas diatas dianggap yang paling sempurna diantara semua
pengertian Humas yang ada. Dengan demikian, Humas memang menunjang fungsi
manajemen dalam suatu kegiatan organisasi dan lembaga yang bersifat umum untuk
mengerahkan orang-orang yang terlibat di dalamnya, untuk menuju sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai. Dan untuk menunjang kegiatan manajemen itu harus
dilakukan dengan komunikasi.
7
Jefkins, Frank, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 8-9. 8
21
2. Fungsi Humas
Fungsi utama Humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan
baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam
rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik
dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan
lembaga organisasi9. Seperti yang telah penulis teliti sebelumnya, bahwa Humas
harus bisa membina hubungan yang ada di dalam maupun di luar organisasi demi
kepentingan dan kompaknya organisasi itu sendiri.
Fungsi atau peranan Humas adalah harapan publik terhadap apa yang
seharusnya dilakukan oleh Humas sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang
Humas. Jadi, Humas dikatakan berfungsi apabila dia mampu melakukan tugas dan
kewajibannya dengan baik, berguna atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan
dan menjamin kepentingan publik10. Artinya Humas harus bisa menyeimbangkan
antara hubungan ke dalam dan ke luar. Sehingga organisasi tersebut sehat di dalam
dan baik di luar.
Secara garis besar fungsi dari Humas adalah memelihara komunikasi yang
harmonis antara perusahaan dengan publiknya, melayani kepentingan publik dengan
baik dan memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik.
9
Firsan Nova, Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan, (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 38
10
C.Macam-macam Humas
1. Humas Pemerintahan (Government Public Relations)
Keberadaan unit kehumasan di sebuah lembaga/instansi pemerintah
merupakan keharusan secara fungsional dan operasional dalam upaya
menyebarluaskan atau untuk mempublikasikan tentang suatu kegiatan atau aktivitas
instansi bersangkutan yang ditujukan baik untuk hubungan masyarakat ke dalam,
maupun kepada masyarakat luar pada umumnya11.
Humas Pemerintahan berfungsi sebagai pengelola informasi dan opini publik
yang muncul dari masyarakat karena rakyat dalam pemerintahan ikut serta
mengawasi jalannya pemerintahan yang apabila tidak sesuai dengan aspirasi rakyat,
rakyat akan cepat mengkritiknya. Humas melakukan penyebaran informasi mengenai
kebijakan pemerintah yang disebarluaskan, sedangkan opini publik dikaji dan diteliti
seefektif mungkin untuk keperluan dan pengambilan keputusan dan penentuan
kebijakan selanjutnya.12
2. Humas Perusahaan/ Bisnis
Humas Perusahaan dengan manajemennya pada umumnya berusaha
memperoleh peningkatan pada segi profit atau keuntungan finansial. Selain itu,
Humas Perusahaan harus pintar dalam menyusun strategi untuk meningkatkan citra
dan reputasi perusahaan, terutama dewasa ini yang semakin banyak persaingan.
11
Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. h. 341 12
23
Humas perusahaan biasanya didefinisikan sebagai pengelolaan reputasi perusahaan
secara keseluruhan atau disebut juga citra perusahaan13.
3. Humas Non Government Organization (Third Sector)
Non Government Organization (NGO) atau yang lebih kita kenal dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan
dari kegiatannya.14
Tugas Humas dalam NGO antara lain mengembangkan kepercayaan
masyarakat terhadap organisasi. Humas sektor ini menyebarluaskan mengenai profil
organisasi, visi misi dan tujuan organisasi agar publik tertarik dan kemudian
memberikan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut yang kemudian
dapat meningkatkan citra pada organisasi tersebut. Menyediakan media komunikasi
yang tepat antara publik dengan organisasi. Media komunikasi merupakan sarana
dalam berkomunikasi. Humas dalam NGO berperan untuk memberikan sumbangan
terhadap suksesnya organisasi dengan melaksanakan hubungan dengan pihak lain
seperti melakukan kerja sama demi terlaksananya tujuan dari berdirinya NGO
tersebut dan melakukan publikasi dan advertising.15
13
Anne Gregory, Public Relations dalam Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 58. 14
http://soloraya.net/peran-humas-dalam-dunia-ngo.html
15
D.Peran Humas
Secara garis besarnya Humas mempunyai peran ganda: yaitu fungsi keluar
memberikan informasi atau pesan-pesan sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan
instansi/lembaga kepada masyarakat sebagai khalayak sasaran, sedangkan ke dalam
wajib menyerap reaksi, aspirasi atau opini khalayak tersebut diserasikan demi
kepentingan instansinya atau tujuan bersama.
Peranan umum Humas dalam manajemen suatu organisasi itu terlihat dengan
adanya beberapa aktivitas pokok kehumasan, yaitu mengevaluasi sikap atau opini
publik, artinya Humas harus bisa mengkoreksi apa yang kurang dalam pelaksanaan
sosialisasi dan membaca situasi dalam setiap menjalankan tugas di masyarakat.
Kemudian mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi/ perusahaan
dengan kepentingan publiknya. Humas dalam terjun ke masyarakat harus bisa
membedakan mana yang benar-benar kebijakan pemerintah, dan mana kepentingan
masyarakat yang sedang dihadapi. Karena seringkali kepentingan masyarakat jauh
lebih banyak dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Selanjutnya merencanakan dan melaksanakan penggiatan aktivitas Humas.
Sebelum melaksanakan tugasnya, Humas harus memiliki rencana matang. Konten apa
saja yang akan diberikan kepada masyarakat nanti. Jika hal ini sudah dilakukan, maka
kemungkinan besar pesan yang ingin disampaikan akan tepat sasaran.Pada umumnya
25
Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengkomunikasian (communicating), Pengawasan (controlling) dan Penilaian (evaluating).
Penulis mengerti bahwa Peran Humas menurut Cutlip dan Center dan dalam
buku Rosady Ruslan (2008 : 26) pada intinya adalah sebagai Communicator, penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. Dari
uraian tersebut dijelaskan Humas berperan sebagai perwakilan perusahaan dalam
melakukan komunikasi dengan publik internal dan eksternal
.
16Kemudian membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. Dalam hal ini Humas
berperan dalam melakukan pendekatan hubungan baik dengan publik.
Lalu Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan. Humas memiliki peranan sebagai pendukung
organisasi yang selalu sigap dalam menjalankan tugas dari atasan/ perusahaan.
Dan selanjutnya adalah membentuk corporate image, artinya peranan Humas berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Dalam hal ini Humas
berperan menjaga dan menciptakan citra yang positif terhadap perusahaan dimata
publik.
16
E.Kegiatan Humas
Kegiatan Humas dimaksudkan untuk menciptakan suatu pengertian, sikap,
dan tanggapan yang lebih baik dari khalayak terhadap produk, tindakan, atau suatu
organisasi secara keseluruhan. Proses penciptaannya itulah yang disebut sebagai
proses transfer17. Kegiatan Humas menurut peneliti adalah aplikasi nyata dari
persiapan dan kebijakan sebuah organisasi dalam mewujudkan keinginannya yang
secara persuasif dilakukan, karena akan ada efek setelah dilakukannya kegiatan ini.
No. Posisi Negatif Proses
Transfer
Posisi Positif
1. Permusuhan (Hostility) Simpati (Sympathy)
2. Prasangka (Prejudice) Penerimaan (Acceptance)
3. Ketidakpedulian (Apathy) Berminat (Interest)
4. Ketidaktahuan (Ignorance) Pemahaman (Knowledge)
Situasi Negatif Situasi Positif
Tabel 2.1 Proses Transfer dalam Humas18
Kemudian, berdasarkan ciri khas kegiatan Humas tersebut, menurut pakar
Humas Internasional, Cutlip & Centre, and Canfield (1982) 19 fungsi Humas adalah
menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi
melekat pada manajemen lembaga/ organisasi), membina hubungan yang harmonis
17
Linggar Anggoro, M, Teori dan Profesi KeHumasan Serta Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 12
18
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, , h 20 19
27
antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran,
mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan
masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya, melayani
keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen
demi tujuan dan manfaat bersama dan menciptakan komunikasi dua arah timbal balik,
dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke
publiknya/sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
F. Sosialisasi
1. Definisi Sosialisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi adalah upaya
memasyarakatkan sesuatu sehingga dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat20.
Penulis beranggapan bahwa sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup
bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi
cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat agar
dapat diterima oleh masyarakatnya.
Kemudian Peter Berger (1978) mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process
by which a child learns to be a participant member of society” atau proses melalui di
mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota dalam masyarakat (Berger,
20
1978:116)21. Maksudnya adalah seseorang yang berusaha untuk mengetahui sesuatu
yang belum diketahuinya. Dimana disitu dia berada di tengah orang-orang yang akan
berinteraksi padanya dengan memberikan sejumlah informasi.
Ada juga yang berpendapat bahwa sosialisasi adalah usaha untuk mengubah
milik perseorangan menjadi milik publik (milik negara), proses belajar seorang
anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat
dilingkungannya. Pendapat lain mengemukakan sosialisasi adalah upaya
memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh
masyarakat (pemasyarakatan).
Sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan
interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan
masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak
dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu
masyarakat22. Dengan begitu, jelaslah bahwa sosialisasi adalah proses berbaur,
mencari tahu, member tahu dan interaksi antara satu orang dengan orang lainnya.
Sementara itu, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian
sosialisasi. Diantaranya Charlotte Buhler, yang mengatakan sosialisasi adalah proses
yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara
hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan
21
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indoensia, 2004) h. 21.
22
29
kelompoknya. Artinya adalah individu tersebut akan beradaptasi untuk memiliki
posisi atau kedudukan agar mendapat pengakuan dari orang-orang disekitar.
Menurut Peter Berger dan Paul B. Horton, sosialisasi adalah suatu proses
dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat
tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya. Artinya adalah orang
tersebut mendapatkan stimulus agar mempelajari kebiasaan-kebiasaan apa yang ada
di lingkungan tempat tinggalnya yang kemudian akan membuatnya memiliki jati diri.
Kemudian Soerjono Soekanto berpendapat, sosialisasi adalah suatu proses
mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru. Artinya disini
adalah interaksi aktif dari seorang pribumi kepada orang pendatang, agar dapat
menyesuaikan dirinya di tempat yang baru. Tentu ini dilakukan demi kebaikan
bersama.
2. Jenis Sosialisasi
Dalam bersosialisasi, kita harus memperhatikan lingkungan sosial.
Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat
interaksi antara individu dengan individu yang lain. Yang terlibat dari proses
sosialisasi tersebut adalah manusia sebagai makhluk sosial, yang berhubungan
dengan sekitarnya, serta adanya dorongan untuk mengabdi kepada masyarakat23.
23
Karena manusia sebagai makhluk sosial, maka dalam tindakan-tindakanya
manusia juga sering mengarah pada kepentingan-kepentingan masyarakat.
Sebaliknya, apabila manusia lebih cenderung individual, maka ia lebih
mementingkan kehidupan pribadinya.
Berdasarkan jenisnya, sosilisasi dibagi menjadi dua. Pertama yaitu Sosialisasi
Primer, sosialisasi ini terjadi pada masa pertumbuhan, yakni dengan cara
mengucapkan kalimat, cara mengucapkan kata, cara bersikap dan lain sebagainya.
Pada masa ini pemegang peran sosialisasi utamanya adalah keluarga. Keluarga
mempunyai peranan penting dalam terbentuknya kepribadian seorang anak. Maka
dari itu keluarga adalah tempat pertama kita belajar akan segala sesuatu, mulai dari
kecil hingga kita sudah bisa membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang
buruk, atau mumayyiz.
Menurut Peter L. Berger dan Luckmann yang mendefinisikan sosialisasi
primer sebagai sosidalisasi pertama yang dijalani individu menjadi anggota
masyarakat (keluarga). Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya
dengan orang lain di sekitarnya. Selain itu, disebut primer juga karena kelompok ini
bisa menjadi instrument penting untuk control social. Sebagai pemegang peran sosialisasi, kelompok primer berusaha menjaga agar norma dan sosial yang dianut
bersama bisa membentuk sikap dan prilaku anggota kelompoknya seperti yang dianut
31
Kemdian kedua ada Sosialisasi Sekunder, yaitu suatu proses sosialisasi
lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam
kelompok tertentu dalam masyarakat. Jadi sosialisasi ini adalah setelah kita sudah
bisa berbicara lancar dan bersikap dewasa. Saat itulah kita siap untuk bergabung ke
masyarakat di luar lingkungan keluarga. Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi sosial, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam
kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah
dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani
32 BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Humas MPR RI
Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal MPR RI ditugaskan untuk
menyelenggarakan kegiatan sosialisasi Empat Pilar kehidupan bernegara melalui
media massa. Oleh karena itu, dalam kerangka pelaksanaan tugas pokok
penyelenggaraan kehumasan, Biro Hubungan Masyarakat dituntut untuk mampu
memberikan dukungan teknis, administratif, dan keahlian guna terselenggaranya
kegiatan sosialisasi melalui media massa tersebut1. Hal ini penting dilakukan untuk
mendukung sosialisasi Empat Pilar utama kehidupan bernegara agar terlaksana secara
masif dan menyentuh kalangan masyarakat luas.
Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas Humas yang terdapat di instansi
pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial) adalah tidak adanya unsur
komesial walaupun Humas Pemerintah juga melakukan hal yang sama dalam
kegiatan publikasi, yaitu promosi dan periklanan. Humas pemerintah lebih
menekankan pada pelayanan umum.
Dalam kerangka sosialisasi, untuk memberikan pembelajaran dan pendidikan
politik, diselenggarakan juga Pelatihan untuk Pelatih Sosialisasi Putusan MPR atau
yang disebut dengan Training of Trainers di tingkat provinsi dan beberapa
1
33
kementerian, Cerdas Cermat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Ketetapan MPR Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan
seminar-seminar yang berkaitan dengan materi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan MPR.
Seminar ini dilakukan untuk menghimpun dan mengetahui berbagai
pandangan dan pendapat masyarakat mengenai hal-hal terkait dengan
penyelenggaraan Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar.
Seluruh anggota MPR diwajibkan melakukan sosialisasi Empat Pilar di Dapil
nya masing-masing, karena MPR terdiri dari anggota DPR (560 orang) dan DPD (124
orang) dan semuanya harus aktif dalam mensosialisasikan Empat Pilar2. Pimpinan
dan anggota MPR RI yang dibantu Biro Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar kebangsaan juga memanfaatkan media elektronik sebagai media
sosialisasi. Dialog media elektronik yaitu radio (RRI) dan televisi (TVRI). Di TVRI
ada dua acara, yang pertama adalah Jendela Anak Negeri dan Warung Kebangsaan.
Subjek MPR RI yang saya teliti adalah sosialisasi Empat Pilar Bangsa. Jenis
sosialisasinya diantaranya adalah dialog-dialog, seminar, talkshow secara ringan, lomba-lomba cerdas cermat, forum kehumasan, Training of Trainers bekerjasama dengan Kementrian-kementrian, Dinas Pendidikan Provinsi, media cetak dan
elektronik.
2
Biro Humas Sekretariat Jenderal MPR RI membantu tugas Pimpinan MPR RI
untuk mengoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 15 ayat (1) huruf e
dan Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang Peraturan Tata Tertib MPR Pasal
22 ayat (1) huruf e dengan memfasilitasi semua komponen kegiatan-kegiatan
sosialisasi.
35
Seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, salah satu metode Humas
MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar kebangsaan adalah pimpinan MPR RI
membentuk tim kerja sosialisasi yang anggotanya berjumlah 35 orang, terdiri atas
unsur fraksi-fraksi dan kelompok anggota DPD di MPR yang ditugasi untuk
menyusun materi dan metodologi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
kegiatan sosialisasi, serta melaksanakan sosialisasi.
Peran tersebut diwujudkan dengan komitmen Pimpinan MPR untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap nilai-nilai luhur bangsa yang
terdapat dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dikenal
dengan istilah Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara dipandang sebagai sesuatu
yang harus dipahami oleh para penyelenggara negara bersama seluruh masyarakat
dan menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan pemerintahan,
menegakkan hukum, mengatur perekonomian negara, interaksi sosial
kemasyarakatan, dan berbagai dimensi kehidupan bernegara dan berbangsa lainnya.
Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
diyakini bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil,
makmur, sejahtera, dan bermartabat.
36
1
Pimpinan Tim Kerja Sosialisasi MPR RI
1. Ketua: Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP., M.Si.
(Fraksi Partai Golongan Karya)
2. Wakil Ketua: Drs. Achmad Basarah, MH.
(Fraksi PDI Perjuangan)
3. Wakil Ketua: Drs. H. Zainut Tauhid Sa’Adi
(Fraksi Partai Persatuan Pembangunan)
4. Wakil Ketua: Martin Hutabarat
(Fraksi Partai Gerindra)
5. Wakil Ketua: Drs. H. Wahidin Ismail
(Kelompok Anggota DPD)
Anggota Tim Kerja Sosialisasi MPR RI
1. DR. Ir. Mohammad Jafar Hafsah (Fraksi Partai Demokrat)
(menggantikan Ir. Agus Hermanto, MM.)
2. Laksada TNI (Purn) Adiyaman Amir Saputra, S.IP. (Fraksi Partai
Demokrat)
3. Anton Sukartono Suratto (Fraksi Partai Demokrat)
(Menggantikan Sutjipto, SH., M.Kn)
4. Yusyus Kuswanda, SH. (Fraksi Partai Demokrat)
1
37
5. Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LLM (Fraksi Partai Demokrat)
(Menggantikan Rinto Subekti, S.E., MM yang menggantikan Angelina
Patricia Pingkan Sondakh, SE.)
6. Ruhut Poltak Sitompul, SH. (Fraksi Partai Demokrat)
7. Ir. H. Muhammad Azhari, S.H., M.H. (Fraksi Partai Demokrat)
(Menggantikan Bokiratu Nitabudhi Susanti, S.E.yang sebelumnya Hj.
Himmatul Alyah Setiawaty, SH., MH.)
8. H. Harry Witjaksono, S.H. (Fraksi Partai Demokrat)
(Menggantikan Ir. Sumanggar Milton Pakpahan, MM.)
9. Syamsul Bachri M.Sc. (Fraksi Partai Golongan Karya)
10. H.M. Busro (Fraksi Partai Golongan Karya)
(Menggantikan Drs. Josef A. Nae Soi, MM.)
11. Drs. Murad U. Nasir (Fraksi Partai Golongan Karya)
(Menggantikan Dra. Hj. Chairun Nisa, MA.)
12. Dr. Ir. Hetifah, MPP. (Fraksi Partai Golongan Karya)
13. Dr. Yasonna Hamonangan Laoly, SH., M.Sc. (Fraksi PDI Perjuangan)
14. Dr. Ir. Arif Budimanta M.Sc (Fraksi PDI Perjuangan)
15. H. Rahadi Zakaria, S.IP., MH. (Fraksi PDI Perjuangan)
16. Dra. Eva Kusuma Sundari, MA., MDE. (Fraksi PDI Perjuangan)
17. H. TB. Soenmandjaja, SD. (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)
18. H. Rofi Munawar, Lc (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)
19. H. Hermanto, S.E., MM (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)
(Menggantikan Dr. H. Muhammad Sohibul Iman)
20. Drs. Ibrahim Sakty Batubara, M.AP. (Fraksi Partai Amanat Nasional)
21. Dra. Mardiana Indraswati (Fraksi Partai Amanat Nasional)
22. H. Ahmad Yani, SH., MH. (Fraksi Partai Persatuan Pembangunan)
23. Ir. H.M. Lukman Edy, M.Si. (Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa)
24. Drs. Erik Satrya Wardhana, SE (Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat)
25. H. Dani Anwar (Kelompok Anggota DPD)
26. Ir. Abraham Paul Liyanto (Kelompok Anggota DPD)
27. Abdul Azis, S.H. (Kelompok Anggota DPD)
(Menggantikan Drs. H. Mohammad Sofwat Hadi, SH. yang
sebelumnya Ir. Adhariani, SH., MH.)
28. Ir. Marhany Victor Poly Pua (Kelompok Anggota DPD)
(Menggantikan Abdi Sumaithi)
29. H.T. Bachrum Manyak (Kelompok Anggota DPD)
30. dr. Budi Doku (Kelompok Anggota DPD)
39
B. Tujuan Sosialisasi Empat Pilar Bangsa
Empat pilar dari konsepsi kenegaraan Indonesia tersebut merupakan prasyarat
minimal, disamping pilar-pilar lain, bagi bangsa ini untuk bisa berdiri kukuh dan
meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Setiap
penyelenggara negara dan segenap warga negara Indonesia harus memiliki
keyakinan, bahwa itulah prinsip-prinsip moral keindonesiaan yang memandu
tercapainya perikehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Untuk itu diperlukan adanya usaha sengaja untuk melakukan penyadaran,
pengembangan dan pemberdayaan menyangkut empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara itu. Para penyelenggara negara baik pusat maupun daerah dan segenap
warga negara Indonesia harus sama-sama bertanggung jawab untuk melaksanakan
nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Empat pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara dapat menjadi panduan
yang efektif dan nyata, apabila semua pihak, segenap elemen bangsa, para
penyelenggara negara baik di pusat maupun di daerah dan seluruh masyarakat
konsisten mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Oleh karena itu, MPR selalu mengadakan Sosialisasi Empat Pilar yang
MPR/DPR/DPD RI, karena Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara dipandang sebagai
sesuatu yang harus dipahami oleh para penyelenggara negara bersama seluruh
masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan
pemerintahan, menegakkan hukum, mengatur perekonomian negara, interaksi sosial
kemasyarakatan dan berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya.
Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
diyakini bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil,
makmur, sejahtera dan bermartabat.
Pemilihan nilai-nilai luhur bangsa ini sesuai dengan kewajiban Anggota MPR
sebagaimana diatur dalam Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang Peraturan
Tata Tertib MPR Pasal12 yaitu antara lain harus memegang teguh dan melaksanakan
Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan menaati peraturan perundang-undangan, memasyarakatkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta memperkukuh
dan memelihara kerukunan nasional serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Tujuan sosialisasi Empat Pilar Bangsa antara lain Pertama, melaksanakan
tugas Pimpinan MPR dalam rangka mengoordinasikan Anggota MPR dalam
melakukan pemasyarakatan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
41
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pasal 15 ayat (1) huruf e. Humas MPR RI
membantu secara teknis dan administratif dalam mengakomodir kegiatan-kegiatan
sosialisasi Pimpinan MPR ke seluruh Indonesia.
Kedua, melakukan reaktualisasi terhadap nilai-nilai Pancasila, Konstitusi
(Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945), Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Penulis menganggap bahwa pengajaran tentang Empat Pilar bukan hanya memberitahukan apa Empat Pilar
Bangsa itu, tapi juga untuk memperkokoh landasan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Ketiga, meningkatkan pemahaman terhadap Empat Pilar kehidupan berbangsa
dan bernegara, khususnya kepada setiap lapisan masyaraka. Selain mensosialisasikan
apa itu Empat Pilar Bangsa, penulis menilai Pimpinan MPR RI sangat berharap
bahwa mahasiswa dan mahasiswi juga masyarakat memahami pentingnya mendalami
pilar-pilar kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia.
Keempat, sebagai salah satu upaya dalam menggali dan membangun kembali
kesadaran pentingnya nilai-nilai Empat Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut penulis, pilar-pilar yang lahir sejak hampir 70 tahunan yang lalu ini bukan
hanya sebagai pajangan istilah-istilah kenegaraan, tapi juga sebagai landasan dalam
yang sejahtera adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kelima, membangun sinergisitas antara Pimpinan dan Anggota Majelis
sebagai pelaksana tugas konstitusional dengan mahasiswa sebagai agen perubahan
dan kalangan akademis sebagai salah satu elemen penggerak masyarakat. Menurut
penulis, tujuan ini sudah jelas bahwa Humas MPR RI memiliki peran penting dalam
hubungan dalam MPR RI sendiri maupun hubungan ke luar.
Penulis menyimpulkan, bahwa tujuan-tujuan dari sosialisasi Empat Pilar
Bangsa di atas tidak lain adalah menjadikan masyarakat Indonesia yang majemuk ini
agar terus bersatu padu, tidak berpecah belah antar suku. Sosialisasi Empat Pilar
Bangsa kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan Humas MPR RI dalam
menyebarluaskan informasi-informasi dan kebijakan pemerintah demi meratanya
pengetahuan masyarakat Indonesia akan pemahaman konstitusional negara kita.
Dengan memadukan beberapa aktivitas yang menjadi agenda Pimpinan,
Anggota dan Humas MPR berharap mencapai satu hasil yang berlipat. Sehingga
MPR bisa benar-benar dekat di masyarakat dan bisa mengurangi citra negatif yang
selalu akrab dengan lembaga pemerintah di mata masyarakat. Tentunya tugas-tugas
Pimpinan, Anggota dan Humas MPR RI ini juga membutuhkan dukungan kita, jika
kita acuh akan tujuan-tujuan sosialisasi MPR ini maka kegiatan mereka juga akan
43 BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A.Peran Humas MPR RI
Peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa
merupakan apresiasi dan pemberdayaan masyarakat dari Pimpinan dan anggota MPR
RI untuk mengimplementasikan Empat Pilar Kebangsaan dalam etika kehidupan
berbangsa sehari-hari, menjadi pijakan operasional yang ada dalam tujuan Pimpinan
MPR RI dan anggotanya sebagai Keputusan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang
Etika Kehidupan Berbangsa dengan memfasilitasi semua komponen
kegiatan-kegiatan sosialisasi.
Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang
beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam
kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan
dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian
lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.1
Humas MPR RI selain berperan mengakomodir semua kegiatan dan tugas
pimpinan MPR RI maupun anggotanya juga berperan menerima masukan yang
berasal dari rakyat, LSM, terutama media yang saat ini memiliki kekuatan yang
1