SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH
TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
FIFI LUTFIAH NIM: 106011000091
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH
TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan
Untuk memenuhi syarat mencapai
Gelar Sarjana Tarbiyah
Oleh
Fifi Lutfiah
NIM: 106011000091
Di bawah bimbingan
Dr.H. Abdul Madjid Khon, MA
NIP: 19580707.198703.1.005
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Fifi Lutfiah
NIM : 106011000091
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Hubungan antara Hafalan Al-Qur`an dengan Prestasi
Belajar Al-Qur`an Hadits Siswa MTs Asy-syukriyyah
Cipondoh Tangerang
Dosen Pembimbing : Dr. H. Abdul Madjid Khon, M. Ag
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2011
Penulis
( Fifi Lutfiah )
i
AL-QUR`AN DENGAN PRESTASI BELAJAR AL-QUR`AN HADITS SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH TANGERANG, SKRIPSI, JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kata kunci : Korelasi, Hafalam Al-Qur`an, Prestasi Belajar, Al-Qur`an Hadits
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional yang di laksanakan di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang dengan melibatkan siswa kelas VII, VII dan IX yang mengikuti kegiatan hafalan Al-Qur`an. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket, dan studi dokumenter. Analisis data menggunakan analisis korelasional dengan teknik korelasi rumus product moment.
Hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah adalah: 1. Penerapan hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang
diterapkan sesuai dengan hasil observasi dan berdasarkan hasil angket tergolong cukup baik, hal ini dapat dilihat dari analisis data melalui skor rata-rata diperoleh sebesar 59.436 yang berada dalam klasifikasi diantara 51 – 75, maka dari itu dapat diketahui bahwa penerapan hafalan Al-Qur`an siswa MTs Asy-Syukriyyah termasuk kategori sedang atau cukup baik.
2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh setelah melalui kegiatan hafalan Al-Qur`an berada pada kategori baik dengan siswa mencapai belajar tuntas sebanyak 37 siswa.
3. Adanya hubungan antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh dengan interpretasi kuat atau tinggi. Hal ini dapat diketahui dari hasil formulasi statistik product moment dengan hasil 0,85 yang terletak antara 0,70
ii
Alhamdulillah, segala puji atas keagungan Allah SWT, Tuhan yang telah
menciptakan manusia dalam kesempurnaan. Segala syukur atas kasih sayang dan
bimbingan Allah Azza Wa Jalla yang telah memberikan kenikmatan dunia sebagai ladang untuk menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Ampuni atas kelalaian
dan keingkaran syahadah yang tidak mampu termanifestasi dalam kehidupan.
Allahumma shalli `ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk sebaik-baik makhluk ciptaan yang mewarisi kebenaran Ibarahim, tongkat
penuntun Musa, kasih sayang Isya, kebenaran Daud, dan kearifan Sulaiman, yang
menemani zaman memapah manusia menuju rumah kebahagiaan dengan sinar
Al-Islam.
Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan
yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan Allah SWT
dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan
kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Drs. Sapiudin Shidik, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Dr. Abdul Madjid Khon, M. Ag., Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
5. Para Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis
mengikuti perkuliahan.
6. Teristimewa untuk Ayahanda Umar Sa`id dan Ibunda kamsinah yang telah
melimpahkan segenap kasih sayangnya yang tak terhingga. Hanya Allah SWT
yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik
iii
Su`ud dan Munaimah yang telah memberikan dukungan moral dan material,
do`a dan senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.
8. Komarudin, terima kasih atas kesediaan untuk selalu menunggu, dan motivasi
yang membuat penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
pula atas kasih sayangnya.
9. Kepala Sekolah MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang bapak Mamat
Rahmat, guru-guru dan pegawai di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang telah
banyak sekali membantu selama proses penelitian
10.Siswa-siswi MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang telah bersedia memberikan
sedikit waktunya untuk menjadi sampel.
11.Teman-teman kelas C PAI yang menjadi partner selama proses perkuliahan
12.Teman-teman kosan Titi, Tita, Ka Neki, dan Cucum yang setia menemani
penulis dalam suka maupun duka selama masa perkuliahan
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
mudah-mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do`a yang telah diberikan menjadi
pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah
Ilmu Pengetahuan pada umumnya.
Jakarta, Juli 2011
iv
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Permasalahan ... 5
1.Identifkasi Masalah ... 5
2.Pembatasan Masalah ... 5
3.Rumusan Masalah ... 6
C. Definisi Operasional ... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8
BAB II KEJIAN TEORI ... 9
A. Hafalan Al-Qur`an ... 9
1. Pengertian Hafalan Al-Qur`an ... 9
2. Hukum Menghafal Al-Qur`an ... 11
3. Niat Menghafal Al-Qur`an ... 14
4. Syarat-syarat dan Etika Menghafal Al-Qur`an ... 15
5. Metode Menghafal Al-Qur`an ... 18
B. Sistem Pengajaran Al-Qur`an Hadits ... 21
1 Pengertian Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 21
2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur`an Hadits ... 21
3. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 23
4. Standar Kompetensi Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 25
v
1. Pengertian Belajar ... 35
2. Pengertian Prestasi Belajar ... 36
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 38
D. Kerangka Berpikir ... 44
E. Hipotesis ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
B. Metode Penelitian ... 46
C. Variabel Penelitian ... 47
D. Populasi dan Sampel ... 47
E. Teknik Pengumpulan Data... 48
F. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 55
A. Gambaran Umum MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang ... 55
B. Pelaksanaan Kegiatan Hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang ... 61
C. Deskripsi Data ... 62
D. Pengolahan dan Analisis data ... 75
BAB V PENUTUP ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
vi
Tabel 3.2 Skor Jawaban Angket Hafalan Al-Qur`an ... 51
Tabel 3.3 Klasifikasi Skor Angket Hafalan Al-Qur`an ... 52
Tabel 3.4 Interpretasi Data ... 53
Tabel 4.1 Struktur Organisasi MTs Asy-Syukriyyah Tahun 2009/2010 ... 58
Tabel 4.2 Perkembangan siswa MTs Asy-Syukriyyah Tahun 2009/2010 .... 59
Tabel 4.3 Data Keadaan Guru MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang . 60 Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Menurut Jumlah dan Kondisi ... 61
Tabel 4.5 Apakah kegiatan hafalan Al-Qur’an dapat menggangu pelajaran anda yang lain ... 62
Tabel 4.6 Apakah tujuan atau niat anda untuk menghafal Al-Qur’an selalu ikhlas ... 63
Tabel 4.7 Apakah anda merasa beribadah kerika hafalan Al-Qur’an ... 63
Tabel 4.8 Apakah dengan menghafal Al-Qur’an anda merasa terjauh dari sifat madzmumah atau tercela ... 64
Tabel 4.9 Apakah anda selalu meluangkan waktu untuk menghafal Al-Qur’an setelah selesai shalat lima waktu ... 64
Tabel 4.10 Apakah anda tidak pernah merasa jenuh dalam menghafal Al-Qur’an ... 65
Tabel 4.11 Apakah anda merasa menghafal Al-Qur`an itu penting ... 65
Tabel 4.12 Apakah anda sering mengulang hafalan Al-Qur`an di rumah ... 66
Tabel 4.13 Apakah orang tua anda mengetahui perkembangan hafalan Al-Qur’an anda ... 66
Tabel 4.14 Apakah dengan menghafal Al-Qur`an, anda merasa mempunyai pedoman hidup ... 67
vii
Tabel 4.17 Apakah anda selalu melisankan dan menghafalkan Al-Qur`an
dengan ingatan ... 68
Tabel 4.18 Apakah anda sudah hafal semua surat dalam Al-Qur`an ... 69
Tabel 4.19 Sebelum memulai hafalan Al-Qur`an, apakah anda memilih
metode yang cocok terlebih dahulu ... 69
Tabel 4.20 Apakah pembimbing hafalan Al-Qur`an anda selalu memberi
motivasi ketika menyetorkan hafalan ... 70
Tabel 4.21 Apakah anda selalu mengikuti metode hafalan Al-Qur’an yang
pembimbing anda berikan ketika hafalan ... 70
Tabel 4.22 Apakah pembimbing anda selalu memperhatikan dan
mengevaluasi hafalan Al-Qur`an anda disekolah ... 72
Tabel 4.23 Kaitan hafalan Al-Qur`an dengan pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 72
Tabel 4.24 Hasil nilai pelajaran Al-Qur`an Hadits setelah mengikuti hafalan
Al-Qur`an ... 72
Tabel 4.25 Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Siswa dari Angket Hafalan
Al-Qur`an ... 72
Tabel 4.26 Daftar Nilai Siswa dalam Mata Pelajaran AL-Qur`an Hadits Semester
Ganjil ... 73
Table 4.27 Daftar Nilai Angket Siswa tentang Hafalan Al-Qur`an. ... 75
Tabel 4.28 Analisis Korelasi Variabel X (Hafalan Al-Qur`an) dan variabel Y
viii Lampiran 2 Lembar Berita Wawancara
Lampiran 3 Tabel Perhitungan Uji Korelasi Product Moment Variabel X dan
Variabel Y
[image:11.595.112.526.81.471.2]1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur`an dan hadits merupakan dua sumber ajaran Islam dan pedoman hidup bagi umat Islam. Keduanya mengajarkan prinsip-prinsip dan
tata aturan kehidupan yang harus dijalankan oleh umatnya, tidak hanya terkait
dengan tata hubungan manusia dengan Rabbnya (Hablun Minallâh) tetapi juga tata aturan dalam kehidupan dengan sesama manusia (Hablun Minannâs). Al-Qur`an sebagaimana yang di kutip oleh Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag dalam bukunya Praktikum Qira`at adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu Muhammad SAW) melalui malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nâs.1
Al-Qur`an adalah kitab mu`jizat di mana Allah SWT hendak
menantang seluruh umat manusia untuk mencoba membuat tandingan yang
serupa dengannya. Namun mereka tampaknya lemah dan tidak mampu. Allah
berfirman dalam QS Al-Thur/52 ayat 33-34:
“Ataukah mereka mengatakan; Dia (Muhammad) lah yang membuat -buatnya, padahal merekalah yang tidak beriman.maka hendaklah mereka
1
membuat seperti Al-Qur`an itu jika mereka orang-orang yang benar (dari tuduhan itu) (Al-Thur/52:33-34)2
Allah juga telah menjamin terjaga kemurnian kitab-Nya, sebagaimana
dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur`an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (Al-Hijr/15: 9)3
Hadits merupakan sumber yang kedua setelah Al-Qur`an. Fungsi dari
hadits sebagai penjelas dari apa-apa yang terdapat di dalam Al-Qur`an. Hadits
merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, atau taqrîr (persetujuan) ataupun sifat darinya dan juga
pengakuan beliau terhadap pekerjaan atau perkataan orang lain.
Hadits shahih yang berasal dari Rasulullah SAW sendiri juga tidak
diragukan kebenarannya, karena segala perkataan, perbuatan, taqrir
(persetujuan ) ataupun sifatnya bukan berasal dari hawa nafsu dirinya,
melainkan semuanya berasal dari wahyu Allah. Hal ini telah dijelaskan di
dalam Al-Qur`an surat Al-Najm ayat 3-4, Allah berfirman:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”(al-Najm/53: 3-4)
Al-Qur`an dan Hadits seperti sisi mata uang yang tak terpisahkan,
karena keduanya berisikan petunjuk bagi manusia menuju jalan yang benar,
yang dalam hal ini adalah Islam.
Al-Qur`an diturunkan oleh Allah di tengah-tengah bangsa Arab yang
pada waktu itu kebanyakan masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka
mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat
kenyataan seperti itu maka disarankan suatu cara yang selaras dengan keadaan
2
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2005),h. 525
3
itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur`an. Nabi Muhammad SAW
menganjurkan dan memerintahkan untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur`an
setiap kali diturunkan serta memerintahkan para ahli untuk menulisnya.
Dengan cara hafalan dan tulisan para ahli itulah Al-Qur`an dapat senantiasa
terpelihara di masa Nabi Muhammad SAW.
Usaha-usaha untuk menghafal Al-Qur`an oleh sebagian umat Islam
terus berlanjut dan hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan
memelihara kemurnian Al-Qur`an. Meskipun dalam salah satu ayat Al-Qur`an
Allah telah menegaskan dan memberikan jaminan tentang kesucian dan
kemurnian Al-Qur`an selama-lamanya.
Namun secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam
untuk selalu menjaga dan memeliharanya, salah satunya adalah dengan
menghafalkannya. Dengan demikan belajar Al-Quran adalah merupakan
kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, demikian juga
mengajarkannya.Sebagaimana telah disebutkan dalam satu hadits:
“Sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR.Bukhari)4
Belajar Al-Quran itu dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu belajar
membacanya sampai lancar dan baik menurut kaedah-kaedah yang berlaku
dalam qiraat dan tajwid. Belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan
maksud-maksud yang terkandung di dalamnya, dan yang terakhir
menghafalnya di luar kepala.
Mengajarkan Al-Qur`an hendaklah dimulai sejak dini, sebab masa
kanak-kanak adalah masa awal perkembangan manusia sehingga nilai-nilai
yang terkandung di dalam Al-Qur`an akan tertanam kuat dalam dirinya dan
akan menjadi tuntunan dan pedoman hidupnya di dunia ini. Selain itu
pembelajaran ajaran Al-Qur`an yang dimulai sejak dini akan lebih mudah
karena pikiran anak masih bersih dan ingatan anak masih kuat.
4
Imam Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, terj.dari Shahih Bukhari
Salah satu pembelajaran Al-Qur`an yang dimulai sejak dini adalah
Tahfidzul Qur`an, yaitu proses mempelajari Al-Qur`an dengan cara
menghafalkan ayat-ayat Al-Qur`an.
Dalam kehidupan masyarakat yang modern sekarang ini, banyak
sekali masyarakat yang lebih memilih putra putri mereka masuk pada lembaga
pendidikan formal dengan pelajaran umum lebih dominan dibanding
memasukkan putra putrinya pada lembaga pendidikan formal (Madrasah)
dengan pelajaran agama sebanding pelajaran umum.
Dijelaskan pula bahwa Pancasila dan Undang-Undang merupakan
falsafah dan dasar hukum negara Indonesia. Juga menjadi landasan bagi
Sistem Pendidikan Nasional. Dengan demikian setiap tingkah laku manusia
sadar atau tidak sadar selalu didasarkan dan diwarnai oleh nilai-nilai yang
bersumber dari falsafah dan dasar hidupnya. Salah satunya adalah Pendidikan
Agama Islam yang merupakan salah satu disiplin ilmu dari beberapa ilmu
yang lainnya.
Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Mahmud Yunus
adalah “Mendidik anak-anak, pemuda pemudi dan orang tua atau dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan
berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang
sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti
kepada bangsa dan tanah airnya dan sesama umat manusia”.5
Untuk menjadikan muslim yang sejati, beriman teguh, beramal shaleh
dan berakhlak mulia tidaklah mudah, semua itu butuh proses pembiasaan yang
intensif. Kebanyakan lembaga pendidikan atau sekolah yang sudah merasa
berhasil dan sukses mencapai tujuan pendidikan dengan menjalankan kegiatan
belajar mengajar sesuai kurikulum yang menjadi pedoman. Secara akademik,
banyak yang merasa berhasil tapi apakah mereka sudah merasa yakin anak
didiknya mampu bersikap dengan baik dan benar ketika berdiri di
tengah-tengah masyarakat? Hal itulah yang sebenarnya menjadi harapan semua orang.
5
Melihat fenomena itu, usaha yang dilakukan lembaga pendidikan MTs
Asyukriyah Cipondoh Tangerang adalah berusaha untuk mencetak lulusan
yang sukses atau berhasil dalam aspek akademik maupun non akademik.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu, salah satunya
adalah membiasakan siswa siswi MTs Asy-Syukriyah Cipondoh Tangerang
berakhlak dan berfikir secara Qur`ani. Yang mana di sini guru mata pelajaran
Al-Quran Hadits menerapkan metode hafalan Al-Qur`an yaitu hafalan Juz
`Amma. Dengan diselenggarakannya program tersebut di sekolah maka
diharapkan siswa siswi dapat mengikutinya dengan baik sebagai penunjang
dalam belajar bidang studi Al-Qur`an Hadits sehingga hasil belajar atau
prestasi dalam bidang studi tersebut bisa meningkat dengan adanya program
hafalan Al-Qur`an dan juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan Madrasah maupun lingkungan masyarakat.
Dari latar belakang itulah penulis tertarik untuk meneliti Bagaimana
hubungan antara Hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada
bidang studi Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
timbulah beberapa pertanyaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Peranan hafalan Al-Qur`an pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits.
b. Faktor-faktor yang mendukung prestasi belajar Al-Qur`an Hadits.
c. Prestasi belajar para siswa di MTs Asy-Syukriyyah pada mata pelajaran
Al-Qur`an Hadits.
d. Pelaksanaan hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di kemukakan, maka
penulis hanya akan membatasi pada masalah hafalan Al-Qur`an. Maksud
hafalan Al-Qur`an pada skripsi ini yaitu hafalan Juz `Amma dan prestasi
belajar Al-Qur`an Hadits yang diambil dari nilai raport siswa semester 1
meliputi kelas VII,VIII dan IX di Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah
Cipondoh, Tangerang.
3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimana penerapan hafalan Al-Qur`an siswa di Madrasah
Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits
di Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?
c. Apakah ada hubungannya antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi
belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits di Madrasah
Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?
C. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang maksud dari skripsi
ini yaitu “Hubungan antara hafalan Al-Qur`an dengan Prestasi Belajar
siswa pada bidang studi Al-Qur`an dan Hadits Madrasah Tsanawiyah
Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang”. Dan untuk memudahkan
gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang akan dibahas, penulis
menjelaskan maksud dari skripsi ini meliputi:
1. Hafalan Al-Qur`an
Tahfidz (hafalan) berasal dari bahasa Arab dari – ظِّحي – ظَّح
اًظْيّْحت yang mempunyai arti memelihara, menjaga dan menghafal atau
usaha terus-menerus dan berulang-ulang untuk meresapkan Al-Qur`an
ke dalam pikiran dengan sengaja,sadar dan bersungguh-sungguh agar
[image:17.595.134.521.129.461.2]Al-Qur`an menurut istilah adalah kalam Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Ruhul
Amin (Malaikat) Jibril dan dinukilkan kepada kita dengan jalan
mutawatir (berkesinambungan), yang dinilai ibadah karena
membacanya diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat Al-Nas.6
Juz `Amma merupakan bagian dari kumpulan surah-surah yang
terdapat dalam Al-Qur`an yang dimulai surah An-Naba` sampai surah
An-Nas.
2. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah jenjang dasar pada
pendidikan formal di Indonesia setara dengan sekolah menengah
pertama yang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Agama.
Pendidikan Madrasah Tsanawiyah ditempuh dalam waktu 3 tahun,
mulai dari kelas 7 sampai kelas 9
3. Prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang diartikan
“hasil yang dicapai dari yang telah ditetapkan”.7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti prestasi adalah “hasil yang telah dicapai (dari
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebaginya)”.8
Bidang studi adalah pengelompokan sejumlah materi pelajaran
yang sejenis atau memiliki ciri yang sama (mata pelajaran yang satu
dengan yang lain berkorelasi satu dengan yang lain). Bidang studi
Al-Qur`an Hadits adalah bidang studi yang berisikan materi pelajaran
tentang Al-Qur`an dan Hdits.
6
Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an (Solo: Insan Kamil, 2007) h. 15
7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1, h. 700
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Jadi, yang penulis maksud di sini adalah hasil yang dicapai oleh
peserta didik dalam bidang studi Al-Qur`an Hadits.
Adapun maksud dari keseluruhan judul di atas adalah
bagaimana hubungan Hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar
bidang studi Al-Qur`an Hadits siswa Madrasah Tsanawiyah
Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang.
D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut diatas maka peneliti mengemukakan
tujuan dari penelitian ini antara lain adalah untuk:
a. Untuk mengetahui penerapan program hafalan Al-Qur`an siswa
Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang
b. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar Al-Qur`an Hadits siswa
Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?
c. Untuk mengetahui hubungannya pelaksanaan hafalan Al-Qur`an siswa
semester 1 (Ganjil) Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh
Tangerang dengan prestasi belajar pada bidang studi Al-Quran Hadits?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis dengan penelitin ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pendidikan,
khususnya kajian Pendidikan Agama Islam.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bahan oleh peneliti
lain sebagai bahan acuan dan pembanding dalam mengkaji lebih lanjut
tentang hafalan Al-Qur`an dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa terutama pada bidang studi Al-Qur`an Hadits.
c. Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang pada
khususnya, dalam usaha penyempurnaan kegiatan hafalan Al-Qur`an
demi tercapainya peningkatan prestasi belajar siswa dalam Pendidikan
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.Hafalan Al-Quran
1. Pengertian Hafalan Al-Quran
Kata “tahfidz” berasal dari bahasa Arab اًظْيّْحت – ظِّحي – ظَّح1 yang
artinya memelihara, menjaga dan menghafal. Tahfidz (hafalan) secara
bahasa (etimologi) adalah lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit
lupa. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata hafal
berarti “telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran). Dan dapat
mengucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat buku). Menghafal
(kata kerja) berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu
ingat.”2
Tahfidz adalah bentuk masdar dari Haffadza yang memiliki arti
penghafalan dan bermakna proses menghafal. Sebagaimana lazimnya
suatu proses menulis suatu tahapan, teknik atau metode tertentu. Tahfidz
adalah proses menghafal sesuatu ke dalam ingatan sehingga dapat
diucapkan di luar kepala dengan metode tertentu. Sedangkan orang yang
menghafal Qur`an disebut hafidz/huffadz atau hamil/Hamalah
Al-Qur`an.
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. Ke-3 h. 105
2
Secara istilah menurut Abdur Rabi Nawabudin, hafal mengandung
dua pokok, yaitu hafal seluruh Al-Qur`an serta mencocokkannya dengan
sempurna dan senantiasa terus menerus dan sungguh-sungguh dalam
menjaga hafalan dari lupa.3
Dalam kaitannya dengan hal ini menghafal Al-Qur`an, memeliharanya serta menalarnya haruslah memperhatikan beberapa unsur pokok sebagai berikut:
a. Menghayati bentuk-bentuk visual, sehingga bisa diingat kembali meski tanpa kitab.
b. Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan.
c. Penghafal Al-Qur`an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian.
d. Menekuni, merutinkan dan melindungi hafalan dari kelupaan.4
Sedangkan pengertian Al-Qur`an menurut bahasa adalah bentuk
masdar dari qoro`a (ﺃرق) artinya bacaan, berbicara tentang apa yang tertulis
dan padanya melihat dan menelaah.5
Menurut istilah Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang
diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan
membacanya adalah ibadah.6
Begitu juga menurut Ibn Subki Al-Qur`an adalah lafadz yang
diturunkan kepada Muhammad SAW, mengandung mukjizat setiap
suratnya dan membacanya ibadah.7
Sedangkan menurut Achmad Yaman Syamsudin, Lc dalam
bukunya Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an, yang mengutip dari
Dr.Muhammad Mahmud Abdullah bahwa Al-Qur`an adalah kalam Allah
SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
Ruhul Amin (Malaikat) Jibril dan dinukilkan kepada kita dengan jalan
3
Abdur Rabi Nawabudin, Taknik Menghafal Al-Qur`an, (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), h.24
4
Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an…, h. 27
5
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 46
6
Amir Syarifudin, Ushul Fiqh..., Jilid 1, h. 47
7
mutawatir (berkesinambungan), yang dinilai ibadah karena membacanya
diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas.8
Jadi menghafal Al-Qur`an adalah proses penghafalan Al-Qur`an
secara keseluruhan, baik hafalan maupun ketelitian bacaannya serta
menekuni, merutinkan dan mencurahkan perhatiannya untuk melindungi
hafalan dari kelupaan. Sedangkan hafalan Al-Qur`an yang dimaksud
dalam skripsi ini adalah hanya proses menghafal Al-Qur`an pada juz 30
saja.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hakikat dari hafalan
adalah bertumpu pada ingatan. Berapa lama waktu untuk menerima
respon, menyimpan dan memproduksi kembali tergantung ingatan
masing-masing pribadi. Karena kekuatan ingatan antara satu orang akan berbeda
dengan orang lain.
2. Hukum Menghafal Al-Qur`an
Al-Qur`an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai
pedoman hidup dan sumber-sumber hukum, tidak semua manusia sanggup
menghafal dan tidak semua kitab suci dapat dihafal kecuali kitab suci
Al-Qur`an dan hamba-hamba yang terpilihlah yang sanggup menghafalnya.9
Hal ini telah dibuktikan dalam firman Allah SWT:
“kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Q.S Al-Fathir/35:32)
Al-Qur`an sebagai dasar hukum Islam dan pedoman hidup umat,
disamping diturunkan kepada hambanya yang terpilih, Al-Qur`an
diturunkan melalui ruhul Amin Jibril As dengan hafalan yang
berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan umat di masa itu dan di masa yang akan
8
Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an (Solo: Insan Kamil, 2007) h. 15
9
datang. Selama dua puluh tiga tahun Nabi Muhammad SAW menerima
wahyu Al-Qur`an dari Allah melalui Jibril As tidak melalui tulisan
melainkan dengan lisan (hafalan).10
Hal ini telah dibuktikan dengan firman Allah SWT:
“kami akan membacakan (Al-Qur`an) kepadamu (Muhammad SAW) maka kamu tidak akan lupa” (Q.S. Al-A`la/87: 6).
“janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur`an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.”(Q.S. Al-Qiyamah/75: 16)
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur`an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kapadaku.”(Q.S. Thahaa/20: 114)
”Dan sesungguh, telah kami mudahkan Al-Qur`an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qomar/54: 17)
Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Al-Qur`an
diturunkan dengan hafalan (lisan) bukan dengan tulisan, setelah nabi
Muhammad SAW menerima bacaan dari Jibril As, nabi dilarang
10
mendahuluinya agar supaya nabi lebih mantap hafalannya. Oleh karena itu
sebagai dasar bagi orang-orang yang menghafal Al-Qur`an adalah:
a. Al-Qur`an itu diturunkan secara hafalan
b. Mengikuti Nabi Muhammad SAW
c. Melaksanakan anjuran Nabi Muhammad SAW11
Atas dasar inilah para ulama dan Abdul Abbas Ahmad bin
Muhammad Al-Jurjani, berkata dalam kitab Al-Syafi`i bahwa” hukum
menghafal mengikuti Nabi Muhammad SAW adalah fardhu kifayah”.12
Dalam arti bahwa umat Islam harus ada (bukan harus banyak) yang
hafal mengikuti Nabi Muhammad SAW untuk menjaga nilai mutawatir.
Apabila hal ini tidak dilakukan maka seluruh umat Islam menanggung
dosa, dan ketetapan hukum seperti itu tidak berlaku pada kitab-kitab
samawi yang lain.13
Al-Zarkasyi dalam Al-Burhan berkata,”teman-teman kami menyatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an adalah fardhu kifayah
sebagaimana menghafalkannya. Tujuannya sebagaimana dikatakan
al-Juwaini adalah agar jangan sampai kemutawatiran Al-Qur`an terputus,
sehingga tidak ada jalan (bagi musuh) untuk mengganti atau
menyelewengkannya.14 Sedangkan dalam Nihảyat Al-Qaul Al-Mufid
Syeikh Muhammad Makki Nashr yang dikutip oleh W Hafidz Ahsin
mengatakan:
“sesungguhnya menghafal Al-Qur`an di luar kepala hukumnya fardhu kifayah”.15
11
Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 37
12
Muhaimin Zen,Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 37
13
Fahd bin Abdurrahman Ar Rumi, Ulumul Qur`an ( Yogyakarta: Titihan Ilahi Press, 1997), h.100
14
Yusuf al-Qardhawi, Menumbuhkan Cinta Kepada Al-Qur`an, Terj. dari Kayfa
Nata`amalu ma`a Al-Qur`an al-`Azhim oleh Ali Imron, (Yogyakarta: Mardhiyah Press,2007), Cet.
1, h. 74
15
Dengan demikian jelaslah bahwa menghafal Al-Qur`an hukumnya
adalah fardhu kifayah, fardhu kifayah sebagaimana yang dimaksud ulama
yaitu apabila suatu pekerjaan di suatu wilayah tidak ada yang mengerjakan
maka semua orang yang ada di wilayah tersebut kena (berdosa) semua.
Karena tidak melaksanakan perbuatan tersebut.
3. Niat Menghafal Al-Qur`an
Segala perbuatan yang dikerjakan manusia harus dilakukan atas
dasar ikhlas karena Allah SWT semata, hal ini berdasarkan firman Allah
SWT:
“padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan ) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).(Q.S. Al-Bayyinah/98:5)
Para penghafal Al-Qur`an harus bersungguh-sungguh memperbaiki
niat dan tujuannya, karena suatu amal yang tidak berdasarkan atas
keikhlasan, tidak berarti apa-apa di sisi Allah SWT. Menghafal Al-Qur`an
adalah termasuk perbuatan yang baik dan merupakan ibadah yang mulia,
maka harus disertai dengan niat dan tujuan ikhlas yaitu mencari rida Allah
SWT dan mencari kebahagiaan di akhirat.16 Maka dari itu tidaklah
dibenarkan bagi para penghafal Al-Qur`an mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a. Mencari popularitas atau berniat menjadikannya sebagai sarana
mencari nafkah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
16
“pelajarilah Al-Qur`an dan mohonlah kepada Allah SWT dengan Al-Qur`an itu sebelum Al-Qur`an dipelajari oleh orang-orang yang hendak mencari dunia. Sebab Al-Qur`an itu akan dipelajari oleh tiga jenis orang yaitu orang yang mempelajri Al-Qur`an untuk mencari kebahagiaan (popularitas), orang yang mempelajari Al-Qur`an untuk mencari makan dan orang yang mempelajari Al-Al-Qur`an untuk mencari rida Allah SWT”. (HR. Abu Hakim)
b. Berniat mencari imbalan dunaiwi dari Al-Qur`an. Sebagaimana sabda
Nabi Muhammad SAW:
“Bacalah Al-Qur`an sebelum datang sekelompok orang yang membacakan Al-Qur`an seperti orang yang sedang mengadakan undian,. Mereka mengharapkan hasil yang cepat (imbalan duniawi), dan mengharapkan imbalan yang lambat (pahala akhirat).” (HR. Abu Daud dari Jabir)17
Jadi, sebelum menghafal Al-Qur`an sebaiknya seseorang yang
akan menghafal Al-Qur`an meluruskan niat dan tujuan terlebih dahulu
agar dalam menghafal Al-Qur`an diberi kemudahan dan mendapat rida
Allah SWT.
4. Syarat-syarat dan Etika Menghafal Al-Qur`an
Menghafal Al-Qur`an bukan merupakan suatu ketentuan hukum
yang harus dilakukan orang yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu
menghafal Al-Qur`an tidaklah mempunyai syarat-syarat yang mengikat
sebagai ketentuan hukum. Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang
17
calon penghafal Al-Qur`an adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan
naluri insaniyah semata.18Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Niat yang ikhlas
Niat yang ikhlas dan matang bagi calon penghafal Al-Qur`an
sangat diperlukan, sebab apabila sudah ada niat yang matang dari
calon penghafal berarti ada hasrat dan kalau kemauan sudah tertanam
dilubuk hati tentu kesulitan apapun yang menghalanginya akan
ditanggulangi.19
Keikhlasan menghafal Al-Qur`an harus sudah dipertahankan
dengan terus menerus. Hal ini akan menjadi motifator yang sangat kuat
untuk mencapai sukses dalam menghafal Al-Qur`an.20
b. Menjauhi sifat madzmumah
Sifat madzmumah adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi
oleh setiap orang muslim, terutama di dalam menghafal Al-Qur`an.
Sifat madzmumah ini sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang
penghafal Al-Qur`an. Karena Al-Qur`an adalah kitab suci bagi umat
Islam yang tidak boleh dinodai oleh siapapun dan dengan bentuk
apapun.21
Diantara sifat-sifat tercela tersebut yang harus dijauhi seorang
anak yang menghafal Al-Qur`an adalah khianat, bakhil, pemarah,
memencilkan diri dari pergaulan, iri hati, sombong, dusta, ingkar, riya,
banyak makan, angkuh, meremehkan orang lain, penakut, dan
sebagainya.22
Sifat-sifat tercela tersebut mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati anak yang
sedang dalam proses menghafal Al-Qur`an. Apalagi pada usia remaja
18
Muhaimin Zen, Tata Cara atau problematika menghafal Al-Qur`an..., h. 239
19
Muhaimin Zen, Tata Cara atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h.240
20
Abdul Aziz Abdur Rouf, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur`an (Jakarta: Dzilal Pess, 1996), h.75
21
Muhaimin Zen, Tata Cara atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h.240
22
cepat sekali terpengaruh baik pengaruh dari lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
c. Motivasi atau dukungan orang tua
Motivasi atau dukungan orang tua sangat penting bagi anak
karena mereka juga ikut menentukan keberhasilan anak dalam
menghafal Al-Qur`an.
d. Memiliki keteguhan dan kesabaran
Dalam proses menghafal Al-Qur`an akan banyak sekali ditemui
berbagai macam kendala, mungkin jenuh, mungkin gangguan
lingkungan karena bising dan gaduh. Mungkin gangguan batin atau
mungkin karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang mungkin
dirasakan sulit menghafalnya dan lain sebagainya. Terutama dalam
menjaga kelestarian menghafal Al-Qur`an .23 Sebagaimana sabda
Nabi Muhammad SAW:
“Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal Al-Qur`an itu seperti perumpamaan orang yang memiliki seekor unta yang sedang ditambatkan. Jika ia ingin untanya itu tetap di tempat, maka ia harus menjaga dan menahannya, dan kalau sampai dilepas maka unta itu akan lari.”(HR. Bukhari-Muslim).24
Untuk melestarikan hafalan Al-Qur`an perlu keteguhan dan
kesabaran. Karena kunci utama keberhasilan menghafal Al-Qur`an
adalah ketekunan menghafal dan mengulang ayat-ayat yang telah
dihafalnya. Itu sebabnya Rasulullah SAW selalu menekankan agar
para penghafal Al-Qur`an bersungguh-sungguh dalam menjaga
hafalannya.25
Jadi siapa pun memiliki peluang untuk menjadi hafidz
Al-Qur`an 30 juz atau sebagiannya selama ia bersabar, bersemangat dan
tidak putus asa, cepat atau lambat.
23
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.50
24
Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin, terj. Dari Riyadhus Shalihin
oleh Mu`ammal Hamidy dan Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), Cet. Ke-1, h. 339
25
e. Istiqamah
Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten terhadap
hafalannya. Seorang penghafal Al-Qur`an harus senantiasa menjaga
efesiensi waktu, berarti seorang penghafal akan menghargai waktu
dimanapun dan kapanpun saja waktu luang.26
Dari Abu Sa`id Al- Khudri r.a dari Nabi SAW beliau bersabda:
“Barang siapa selalu disibukkan dengan membaca Al-Qur`an dan dzikir kepadaku, maka ia akan kuberi anugerah yang baik, yang diberikan kepada orang-orang yang memohon kepadaku.”(H.R.
Tirmidzi dan Al-Baihaqi)27
Sang penghafal dianjurkan memiliki waktu-waktu khusus, baik
untuk menghafal materi baru maupun untuk mengulang
(Muraja`ah/takrir),yang waktu tersebut tidak boleh diganggu oleh kepentingan yang lain.28
5. Metode Menghafal Al-Qur`an
Banyak sekali metode-metode yang mungkin bisa dikembangkan
dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur`an. Dan
bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi
kepayahannya menghafal Al-Qur`an, metode-metode tersebut adalah:
a. Metode Wahdah
Metode ini digunakan dengan cara menghafal satu persatu
ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap
26
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.51
27
Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin, terj. Dari Riyadhus Shalihin
oleh Mu`ammal Hamidy dan Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), Cet. Ke-1, h. 337
28
ayat biasa dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih.
Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya. Setelah
benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya.
Dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu
muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafal, maka giliran
menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.29
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal terlebih
dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas
yang telah disediakan. Kemudian ayat tersebut dibacanya sehingga
lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalnya. Menghafalnya bisa
dengan metode wahdah atau dengan metode yang berkali-kali
menuliskannya sehingga ia dapat sambil memperhatikan dan sambil
menghafalnya dalam hati.30
c. Metode Sima`i
Sima`i artinya mendengar. Yaitu mendengarkan sesuatu bacaan
untuk dihafalnya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal tuna netra
atau anak-anak yang masih kecil dibawa umur yang belum mengenal
tulis baca Al-Qur`an. Metode ini dilakukan dengan dua alternatif:
1) Mendengarkan dari guru yang membimbingnya, terutama bagi
penghafal tuna netra atau anak-anak
2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya kedalam
pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.31
d. Metode Gabungan
Metode ini adalah gabungan antara metode wahdah dan metode
kitabah yakni penghafal menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul.
Kemudian setelah selesai penghafal mencoba menulis ayat tersebut
yang sudah dihafalnya diatas kertas. Jika ia mampu memproduksi
29
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.83
30
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.64
31
kembali ayat-ayat tersebut dalam tulisan berarti dia bisa melanjutkan
ayat seterusnya32
e. Metode Jama`
Yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni
ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-sama
dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama instruktur membacakan
satu ayat atau beberapa ayat dan siswa bisa menirukan secara
bersama-sama.33
Sedangkan menurut Drs.H.A. Muhaimin Zen dalam bukunya
Problematika Menghafal Al-Qur`an bahwa metode menghafal Al-Qur`an
yaitu ada dua macam:
a) Metode Tahfidz
Yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal dan
diperdengarkan kepada guru. Metode ini dipakai setiap kali
bimbingan. Santri harus mendengarkan hafalannya kepada guru,
kemudian guru membacakan materi baru kepada santri atau santri
membaca sendiri dihadapan guru dengan melihat Al-Qur`an yang
kemudian dihafalkan dengan pengarahan guru.34
b) Metode Takriri
Adalah mengulang materi hafalan yang sudah diperdengarkan
kepada guru. Pelaksanaan metode ini adalah setiap kali masuk. Santri
memperdengarkan hafalan ulang kepada guru dan guru tidak memberi
materi baru kepada santri. Sedangkan guru hanya bertugas mentashih
hafalan dan bacaan yang kurang benar.35
Dari beberapa metode yang telah dijelaskan metode yang
diterapkan di MTs Asy-Syukriyyah diantaranya yaitu menggunakan
metode wahdah, tahfidz dan takriri. Karena menurut pembimbing
hafalan Al-Qur`an ke tiga metode tersebut lebih mudah bagi siswa
32
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.65
33
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.66
34
Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 249
35
untuk menghafal Al-Qur`an dan selalu mengingat hafalannya
dikarenakan setiap pelaksanaan hafalan Al-Qur`an para siswa
diharuskan mengulang hafalan yang telah di perdengarkan kepada
guru sebelum memulai hafalan Al-Qur`an.
B. Sistem Pengajaran Al-Qur`an Hadits 1. Pelajaran Al-Qur`an Hadits
Bidang studi Al-Qur`an dan Hadits termasuk kedalam kelompok
bidang studi agama sebagaimana halnya dengan bidang studi aqidah
Akhlak, Fiqih dan Sejarah kebudayaan Islam.36
Pelajaran Al-Qur`an Hadits menurut Departemen Agama RI, dalam
buku pedoman Al-Qur`an Hadits yaitu:
Pelajaran Al-Qur`an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam pada setiap madrasah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, membimbing, mengarahkan pemahaman, mengembangkan kemampuan dasar dan menghayati isi yang terkandung dalam Al-Qur`an Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah swt sesuai dengan ketentuan Al-Qur`an Hadits.37
Jadi pelajaran Al-Qur`an Hadits termasuk bagian dari pelajaran
pendidikan agama Islam yang terdapat pada setiap madrasah-madrasah.
Sedangkan pada sekolah-sekolah umum tidak ada jam pelajaran tersendiri
untuk Al-Qur`an Hadits, yang ada pelajaran tersebut disatukan kedalam
pelajaran pendidikan agama.
36
Udin Saripudin Winata dan Rustana Adi Winata, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1998), Cet. Ke-6, h. 191
37
2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur`an Hadits
Al-Qur`an adalah sumber ajaran islam yang pertama dan utama
yang di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk bagi manusia sekaligus
menerangkan maksud dan tujuan pokok diturunkannya Al-Qur`an,
diantaranya yaitu:
a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dalam keimanan akan keesaan tuhan dan kepercayaan akan
kepastian adanya hari pembalasan.
b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam
hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain
yang lebih singkat, “Al-Qur`an adalah petunjuk bagi seluruh manusia
ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia
maupun di akhirat”.38
Kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran Islam sesudah
Al-Qur`an, hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur`an surat Al-Hasyr/59 ayat 7 :
…..
“…apa yang di berikan rasul kepadamu, maka ambil (terima) lah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (Al-Hasyr/59:7)
Sedangkan Hadits adalah sumber ajaran setelah Al-Qur`an. Hadits
berfungsi sebagai sumber ajaran Islam sesudah Al-Qur`an,disebabkan
karena:
a. Hadits berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada dalam
kitabullah.
38
b. Hadits berfungsi sebagai penafsir atau perinci atau juga pentaqyid
terhadap hal-hal yang mutlaq atau pentakhsis terhadap ayat-ayat yang
`am (umum).
c. Hadits dapat menerapkan dan membentuk hukum tersendiri yang tidak
disebutkan dalam kitabullah.39
3. Tujuan dan fungsi pelajaran Qur`an Hadits
a. Tujuan pelajaran Al-Qur`an Hadits
Keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupannya tidak
terlepas dari usaha dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Tanpa
adanya suatu tujuan, maka dia akan berjalan meraba-raba dan tak tentu
arah tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang dituju, yaitu yang akan
dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Seiring dengan pendapat
tersebut, Dr. Zakiyah Darajat mengatakan bahwa tujuan adalah suatu
yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.40
Melihat objek pembahasan Al-Qur`an Hadits, dapat dikatakan
bahwa Al-Qur`an Hadits merupakan bentuk dari suatu pendidikan
Islam. Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya
sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadiannya.41 Adapun tujuan dari pendidikan
Islam adalah “perwujudan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia didik yang oleh pendidik muslim melalui proses yang terminal pada
hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman , bertaqwa dan
berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi
hamba Allah SWT, yang taat.42
Dasar ajaran Islam adalah Al-Qur`an dan Hadits. Dengan
menyadari pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta
39
Mudhafar Mughni, ushul fiqh1, (Jakarta: Lingkar Studi Islam Publishing, 2003), cet. Ke-1, h. 45.
40
Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-3, h. 29
41
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h.12
42
untuk mewujudkan pendidikan Islam yang paripurna, maka pelajaran
Al-Qur`an Hadits sebagai salah satu dari bagian pendidikan agama
juga mengemban misi pembinaan kepribadian siswa ke arah pribadi
utama menurut norma-norma agama.
Sedangkan pembelajaran Al-Qur`an dan Hadits bertujuan untuk
memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca,
menulis, membiasakan dan menggemari membaca Al-Qur`an dan
Hadits serta menanamkan pengertian pemahaman, penghayatan isi
kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits. Untuk mendorong,
membina, dan membimbing akhlak dan perilaku peserta didik dengan
berpedoman kepada isi kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits.43
Dalam kurikulum dan hasil belajar Al-Qur`an Hadits Madrasah
Tsanawiyah disebutkan dengan rinci bahwa tujuan yang hendak
dicapai dari pendidikan Al-Qur`an Hadits adalah:
a. Agar siswa bersemangat untuk membaca Al-Qur`an Hadits dengan
benar.
b. Mempelajari, memahami dan meyakini kebenarannya.
c. Mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya
sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek
kehidupannya.44
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa tujuan pengajaran
Al-Qur`an Hadits mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, konsep atau fakta
yaitu dimana siswa diharapkan dapat membaca dan memahami isi dari
Al-Qur`an tersebut. Afektif meliputi personal dan kepribadian atau
sikap, yaitu dimana siswa diharapkan dapat meyakini dan meresapi apa
yang telah ia dapat membentuk kepribadiannya sesuai petunjuk
Al-Qur`an. Sedangkan aspek psikomotorik meliputi kelakuan dan
keterampilan, yaitu dimana siswa diharapkan dapat merealisasikan
43
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Al-Qur`an dan Hadits…, h. 2
44
amalan-amalan yang telah didapatnya dari membaca dan memahami
Al-Qur`an dalam kehidupan sehari-hari.
Tampak pula ada relevansi antara tujuan pelajaran Al-Qur`an
Hadits dengan tujuan Islam, dengan ini semakin membuktikan bahwa
Al-Qur`an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang
harus ada dan wajib diikuti oleh setiap murid.
b. Fungsi pelajaran Al-Qur`an Hadits
Setiap mata pelajaran pasti memiliki fungsi tersendiri, sedangkan
fungsi dari pelajaran Al-Qur`an Hadits yaitu:
1) Menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik dalam
membaca dan menulis Al-Qur`an Hadits.
2) Mendorong, membimbing dan membina kegemaran dan kemauan
untuk membaca Al-Qur`an Hadits.
3) Menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan kandungan ayat-ayat Al-Qur`an Hadits dalam perilaku
peserta didik sehari-hari.
4) Memberikan bekal pengetahuan untuk mengikuti pendidikan pada
jenjang yang setingkat lebih tinggi.45
4. Standar Kompetensi Pelajaran Al-Qur`an Hadits
Standar kompetensi pelajaran Al-Qur`an Hadits berisi sekumpulan
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh mata
pelajaran Al-Qur`an Hadits. Adapun kemampuan-kemampuan tersebut
meliputi:
a. Mampu menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Al-Qur`an.
b. Mampu mamahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang akhlak terhadap ibu
bapak dan sesame manusia serta memahami Hadits tentang perintah
bertaqwa dan berbuat baik sesame manusia.
c. Mampu memahami sejarah turunnya Al-Qur`an, memahami ayat-ayat
Al-Qur`an tentang persatuan dan persaudaraan, memahami arti hadits
45
dan macam-macamnya, dan memahami hadits-hadits tentang meyakini
kebenaran dan istiqamah.
d. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang syaitan sebagai musuh
manusia, berlaku dermawan, dan memahami hadits-hadits tentang cinta
kepada Allah dan Rasul.
e. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang semangat keilmuan,
tentang makanan yang halal dan baik, dan memahami hadits-hadits
tentang perintah menuntut ilmu dan keutamaan orang yang menuntut
ilmu.
f. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang sabar dan tabah
menghadapi cobaan, tentang bersikap konsekuen dan jujur, serta
memahami hadits-hadits tentang taat kepada Allah, Rasul dan
pemerintah.
5. Metode pembelajaran Al-Qur`an Hadits
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “meta” dan
“hodos”, “meta” berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan atau cara”.
Asal kata metode mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.46
Metode sangatlah berperan di dalam proses belajar mengajar, guna
meraih tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Salah satu aspek
keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar adalah adanya kemampuan
guru dalam menguasai dan memilih berbagai metode yang tepat dalam
mengajar. Metode yang tepat guna akan menunjang kelancaran jalannya
proses belajar mengajar, sehingga materi pelajaran yang disampaikan
dapat berproses secara efisien dan efektif menuju tujuan pendidikan.
Metode pengajaran yang dipakai dalam memberikan materi
pelajaran Al-Qur`an Hadits adalah sebagai berikut:
46
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan dalam penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap
sekelompok murid. Dalam pelaksanaan metode ceramah, seorang guru
dapat mempergunakan alat-alat Bantu untuk menjelaskan uraiannya.
Alat utama penghubung guru dengan murid adalah bahasa lisan
(berbicara).
Adapun kabaikan metode ceramah yaitu:
1) Guru dapat menguasai seluruh arah pembicaraan dalam kelas.
2) Organisasi kelas sederhana berarti guru tak perlu mengadakan
pengelompokan murid.
3) Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera disampaikan.
4) Melatih murid menggunakan pendengarannya dengan baik dan
menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
Kelemahan-kelemahan dari metode ceramah, yaitu:
1) Guru tidak dapat mengetahui sampai dimana murid telah memahami
keterangan-keterangan guru.
2) Dalam diri murid dapat terbentuk konsep yang lain dari pada
kata-kata yang dimaksudkan oleh guru.
3) Murid cenderung bersifat pasif.
4) Murid sukar mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap keterangan
guru, terutama pada siang dan sore hari.47
Contoh metode ceramah yaitu guru menjelaskan isi kandungan ayat
Al-Qur`an.
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan
jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru
yang menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan belajar mengajar melalui
47
Tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa
diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat
memulai pelajaran.,pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran.
Bilamana metode Tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat
meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif.
Keunggulan-keunggulan dari metode ini:
1) Kelas akan menjadi hidup karena siswa dibawa kea rah berpikir
secara aktif.
2) Siswa terlatih berani mengemukakan pertanyaan atau mebjawab atas
pentanyaan yang diajukan oleh guru.
3) Dapat mengaktifkan retensi siswa terhadap pelajaran yang telah lalu.
Sedangkan kelemahan-kelemahan metode ini adalah:
1) Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat
dikontrol secara baik oleh guru karena banyaknya pertanyaan yang
timbul dati siswa.
2) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana
terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan
sasaran yang dibicarakan.
3) Jalannya pengajaran kurang dapat terkordinir secara baik, karena
timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak
dapat dijawab secara tepat, baik oleh guru maupun siswa.48
Contohnya yaitu guru menanyakan mufrodat ayat al-Qur`an yang telah
ditulis di papan tulis.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode penyampaian bahan
pengajaran dengan jalan mendiskusikan bahannya sehingga
menimbulkan pengertian serta perubahan sikap dari murid.49
Kelebihan-kelebihan dari metode ini, adalah:
48
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. Ke-1, h. 43-44.
49
Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Garis-Garis Besar Program
1) Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan
perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang
dibicarakan.
2) Dapat menjalin hubungan social antar individu siswa sehingga
menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan
sistematis.
3) Hasil diskusi dapat dipahami oleh para siswa karena mereka secara
aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam kelas.
4) Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan memahami
aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi
kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai
pendapat orang lain.
Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:
1) Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam
diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut
bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.
2) Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu
yang terlalu panjang.
3) Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat
mereka secara ilmiah atau sistematis.50
d. Metode Resitasi
Metode resitasi biasanya disebut metode pekerjaan rumah, karena
siswa diberim tugas-tigas khusus di luar jam pelajaran. Sebenarnya
penekanan metode ini terletak pada jam pelajaram berlangsung dimana
siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data
yang dapat ditemukan di laboratorium,perpustakaan, pusat sumber
belajar, dan sebagainya.
Adapun kelebihan metode ini adalah:
1) Siswa lebih banyak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya
sehingga memperkuat daya retensi mereka.
50
2) Sangat berguna untuk mengisi kekosongan waktu agar siswa
melakukan hal-hal yang bersifat konstruktif.
3) Siswa menjadi aktif dan memiliki rasa tanggung jawab.
Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:
1) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan
pekerjaan yang diberikan kepada siswa justru dikerjakan oelh orang
lain.
2) Guru sering mengalami k