• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara hafalan al-qur'an dengan prestasi belajara al-qur'an hadits siswa MTS Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara hafalan al-qur'an dengan prestasi belajara al-qur'an hadits siswa MTS Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH

TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

FIFI LUTFIAH NIM: 106011000091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH

TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan

Untuk memenuhi syarat mencapai

Gelar Sarjana Tarbiyah

Oleh

Fifi Lutfiah

NIM: 106011000091

Di bawah bimbingan

Dr.H. Abdul Madjid Khon, MA

NIP: 19580707.198703.1.005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Fifi Lutfiah

NIM : 106011000091

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Hubungan antara Hafalan Al-Qur`an dengan Prestasi

Belajar Al-Qur`an Hadits Siswa MTs Asy-syukriyyah

Cipondoh Tangerang

Dosen Pembimbing : Dr. H. Abdul Madjid Khon, M. Ag

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2011

Penulis

( Fifi Lutfiah )

(4)

i

AL-QUR`AN DENGAN PRESTASI BELAJAR AL-QUR`AN HADITS SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH TANGERANG, SKRIPSI, JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kata kunci : Korelasi, Hafalam Al-Qur`an, Prestasi Belajar, Al-Qur`an Hadits

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional yang di laksanakan di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang dengan melibatkan siswa kelas VII, VII dan IX yang mengikuti kegiatan hafalan Al-Qur`an. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket, dan studi dokumenter. Analisis data menggunakan analisis korelasional dengan teknik korelasi rumus product moment.

Hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah adalah: 1. Penerapan hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang

diterapkan sesuai dengan hasil observasi dan berdasarkan hasil angket tergolong cukup baik, hal ini dapat dilihat dari analisis data melalui skor rata-rata diperoleh sebesar 59.436 yang berada dalam klasifikasi diantara 51 – 75, maka dari itu dapat diketahui bahwa penerapan hafalan Al-Qur`an siswa MTs Asy-Syukriyyah termasuk kategori sedang atau cukup baik.

2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh setelah melalui kegiatan hafalan Al-Qur`an berada pada kategori baik dengan siswa mencapai belajar tuntas sebanyak 37 siswa.

3. Adanya hubungan antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh dengan interpretasi kuat atau tinggi. Hal ini dapat diketahui dari hasil formulasi statistik product moment dengan hasil 0,85 yang terletak antara 0,70

(5)

ii

Alhamdulillah, segala puji atas keagungan Allah SWT, Tuhan yang telah

menciptakan manusia dalam kesempurnaan. Segala syukur atas kasih sayang dan

bimbingan Allah Azza Wa Jalla yang telah memberikan kenikmatan dunia sebagai ladang untuk menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Ampuni atas kelalaian

dan keingkaran syahadah yang tidak mampu termanifestasi dalam kehidupan.

Allahumma shalli `ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk sebaik-baik makhluk ciptaan yang mewarisi kebenaran Ibarahim, tongkat

penuntun Musa, kasih sayang Isya, kebenaran Daud, dan kearifan Sulaiman, yang

menemani zaman memapah manusia menuju rumah kebahagiaan dengan sinar

Al-Islam.

Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan

yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan Allah SWT

dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan

kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bahrissalim, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Drs. Sapiudin Shidik, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Dr. Abdul Madjid Khon, M. Ag., Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran

dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.

5. Para Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis

mengikuti perkuliahan.

6. Teristimewa untuk Ayahanda Umar Sa`id dan Ibunda kamsinah yang telah

melimpahkan segenap kasih sayangnya yang tak terhingga. Hanya Allah SWT

yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik

(6)

iii

Su`ud dan Munaimah yang telah memberikan dukungan moral dan material,

do`a dan senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam

menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.

8. Komarudin, terima kasih atas kesediaan untuk selalu menunggu, dan motivasi

yang membuat penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

pula atas kasih sayangnya.

9. Kepala Sekolah MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang bapak Mamat

Rahmat, guru-guru dan pegawai di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang telah

banyak sekali membantu selama proses penelitian

10.Siswa-siswi MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang telah bersedia memberikan

sedikit waktunya untuk menjadi sampel.

11.Teman-teman kelas C PAI yang menjadi partner selama proses perkuliahan

12.Teman-teman kosan Titi, Tita, Ka Neki, dan Cucum yang setia menemani

penulis dalam suka maupun duka selama masa perkuliahan

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

mudah-mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do`a yang telah diberikan menjadi

pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah

Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Juli 2011

(7)

iv

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 5

1.Identifkasi Masalah ... 5

2.Pembatasan Masalah ... 5

3.Rumusan Masalah ... 6

C. Definisi Operasional ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

BAB II KEJIAN TEORI ... 9

A. Hafalan Al-Qur`an ... 9

1. Pengertian Hafalan Al-Qur`an ... 9

2. Hukum Menghafal Al-Qur`an ... 11

3. Niat Menghafal Al-Qur`an ... 14

4. Syarat-syarat dan Etika Menghafal Al-Qur`an ... 15

5. Metode Menghafal Al-Qur`an ... 18

B. Sistem Pengajaran Al-Qur`an Hadits ... 21

1 Pengertian Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 21

2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur`an Hadits ... 21

3. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 23

4. Standar Kompetensi Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 25

(8)

v

1. Pengertian Belajar ... 35

2. Pengertian Prestasi Belajar ... 36

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 38

D. Kerangka Berpikir ... 44

E. Hipotesis ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

B. Metode Penelitian ... 46

C. Variabel Penelitian ... 47

D. Populasi dan Sampel ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data... 48

F. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 55

A. Gambaran Umum MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang ... 55

B. Pelaksanaan Kegiatan Hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang ... 61

C. Deskripsi Data ... 62

D. Pengolahan dan Analisis data ... 75

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(9)

vi

Tabel 3.2 Skor Jawaban Angket Hafalan Al-Qur`an ... 51

Tabel 3.3 Klasifikasi Skor Angket Hafalan Al-Qur`an ... 52

Tabel 3.4 Interpretasi Data ... 53

Tabel 4.1 Struktur Organisasi MTs Asy-Syukriyyah Tahun 2009/2010 ... 58

Tabel 4.2 Perkembangan siswa MTs Asy-Syukriyyah Tahun 2009/2010 .... 59

Tabel 4.3 Data Keadaan Guru MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang . 60 Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Menurut Jumlah dan Kondisi ... 61

Tabel 4.5 Apakah kegiatan hafalan Al-Qur’an dapat menggangu pelajaran anda yang lain ... 62

Tabel 4.6 Apakah tujuan atau niat anda untuk menghafal Al-Qur’an selalu ikhlas ... 63

Tabel 4.7 Apakah anda merasa beribadah kerika hafalan Al-Qur’an ... 63

Tabel 4.8 Apakah dengan menghafal Al-Qur’an anda merasa terjauh dari sifat madzmumah atau tercela ... 64

Tabel 4.9 Apakah anda selalu meluangkan waktu untuk menghafal Al-Qur’an setelah selesai shalat lima waktu ... 64

Tabel 4.10 Apakah anda tidak pernah merasa jenuh dalam menghafal Al-Qur’an ... 65

Tabel 4.11 Apakah anda merasa menghafal Al-Qur`an itu penting ... 65

Tabel 4.12 Apakah anda sering mengulang hafalan Al-Qur`an di rumah ... 66

Tabel 4.13 Apakah orang tua anda mengetahui perkembangan hafalan Al-Qur’an anda ... 66

Tabel 4.14 Apakah dengan menghafal Al-Qur`an, anda merasa mempunyai pedoman hidup ... 67

(10)

vii

Tabel 4.17 Apakah anda selalu melisankan dan menghafalkan Al-Qur`an

dengan ingatan ... 68

Tabel 4.18 Apakah anda sudah hafal semua surat dalam Al-Qur`an ... 69

Tabel 4.19 Sebelum memulai hafalan Al-Qur`an, apakah anda memilih

metode yang cocok terlebih dahulu ... 69

Tabel 4.20 Apakah pembimbing hafalan Al-Qur`an anda selalu memberi

motivasi ketika menyetorkan hafalan ... 70

Tabel 4.21 Apakah anda selalu mengikuti metode hafalan Al-Qur’an yang

pembimbing anda berikan ketika hafalan ... 70

Tabel 4.22 Apakah pembimbing anda selalu memperhatikan dan

mengevaluasi hafalan Al-Qur`an anda disekolah ... 72

Tabel 4.23 Kaitan hafalan Al-Qur`an dengan pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 72

Tabel 4.24 Hasil nilai pelajaran Al-Qur`an Hadits setelah mengikuti hafalan

Al-Qur`an ... 72

Tabel 4.25 Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Siswa dari Angket Hafalan

Al-Qur`an ... 72

Tabel 4.26 Daftar Nilai Siswa dalam Mata Pelajaran AL-Qur`an Hadits Semester

Ganjil ... 73

Table 4.27 Daftar Nilai Angket Siswa tentang Hafalan Al-Qur`an. ... 75

Tabel 4.28 Analisis Korelasi Variabel X (Hafalan Al-Qur`an) dan variabel Y

(11)

viii Lampiran 2 Lembar Berita Wawancara

Lampiran 3 Tabel Perhitungan Uji Korelasi Product Moment Variabel X dan

Variabel Y

[image:11.595.112.526.81.471.2]
(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`an dan hadits merupakan dua sumber ajaran Islam dan pedoman hidup bagi umat Islam. Keduanya mengajarkan prinsip-prinsip dan

tata aturan kehidupan yang harus dijalankan oleh umatnya, tidak hanya terkait

dengan tata hubungan manusia dengan Rabbnya (Hablun Minallâh) tetapi juga tata aturan dalam kehidupan dengan sesama manusia (Hablun Minannâs). Al-Qur`an sebagaimana yang di kutip oleh Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag dalam bukunya Praktikum Qira`at adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu Muhammad SAW) melalui malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nâs.1

Al-Qur`an adalah kitab mu`jizat di mana Allah SWT hendak

menantang seluruh umat manusia untuk mencoba membuat tandingan yang

serupa dengannya. Namun mereka tampaknya lemah dan tidak mampu. Allah

berfirman dalam QS Al-Thur/52 ayat 33-34:



 



 

 

 





“Ataukah mereka mengatakan; Dia (Muhammad) lah yang membuat -buatnya, padahal merekalah yang tidak beriman.maka hendaklah mereka

1

(13)

membuat seperti Al-Qur`an itu jika mereka orang-orang yang benar (dari tuduhan itu) (Al-Thur/52:33-34)2

Allah juga telah menjamin terjaga kemurnian kitab-Nya, sebagaimana

dalam firman-Nya:          

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur`an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (Al-Hijr/15: 9)3

Hadits merupakan sumber yang kedua setelah Al-Qur`an. Fungsi dari

hadits sebagai penjelas dari apa-apa yang terdapat di dalam Al-Qur`an. Hadits

merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah SAW baik berupa

perkataan, perbuatan, atau taqrîr (persetujuan) ataupun sifat darinya dan juga

pengakuan beliau terhadap pekerjaan atau perkataan orang lain.

Hadits shahih yang berasal dari Rasulullah SAW sendiri juga tidak

diragukan kebenarannya, karena segala perkataan, perbuatan, taqrir

(persetujuan ) ataupun sifatnya bukan berasal dari hawa nafsu dirinya,

melainkan semuanya berasal dari wahyu Allah. Hal ini telah dijelaskan di

dalam Al-Qur`an surat Al-Najm ayat 3-4, Allah berfirman:

                  

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”(al-Najm/53: 3-4)

Al-Qur`an dan Hadits seperti sisi mata uang yang tak terpisahkan,

karena keduanya berisikan petunjuk bagi manusia menuju jalan yang benar,

yang dalam hal ini adalah Islam.

Al-Qur`an diturunkan oleh Allah di tengah-tengah bangsa Arab yang

pada waktu itu kebanyakan masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka

mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat

kenyataan seperti itu maka disarankan suatu cara yang selaras dengan keadaan

2

Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2005),h. 525

3

(14)

itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur`an. Nabi Muhammad SAW

menganjurkan dan memerintahkan untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur`an

setiap kali diturunkan serta memerintahkan para ahli untuk menulisnya.

Dengan cara hafalan dan tulisan para ahli itulah Al-Qur`an dapat senantiasa

terpelihara di masa Nabi Muhammad SAW.

Usaha-usaha untuk menghafal Al-Qur`an oleh sebagian umat Islam

terus berlanjut dan hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan

memelihara kemurnian Al-Qur`an. Meskipun dalam salah satu ayat Al-Qur`an

Allah telah menegaskan dan memberikan jaminan tentang kesucian dan

kemurnian Al-Qur`an selama-lamanya.

Namun secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam

untuk selalu menjaga dan memeliharanya, salah satunya adalah dengan

menghafalkannya. Dengan demikan belajar Al-Quran adalah merupakan

kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, demikian juga

mengajarkannya.Sebagaimana telah disebutkan dalam satu hadits:

“Sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR.Bukhari)4

Belajar Al-Quran itu dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu belajar

membacanya sampai lancar dan baik menurut kaedah-kaedah yang berlaku

dalam qiraat dan tajwid. Belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan

maksud-maksud yang terkandung di dalamnya, dan yang terakhir

menghafalnya di luar kepala.

Mengajarkan Al-Qur`an hendaklah dimulai sejak dini, sebab masa

kanak-kanak adalah masa awal perkembangan manusia sehingga nilai-nilai

yang terkandung di dalam Al-Qur`an akan tertanam kuat dalam dirinya dan

akan menjadi tuntunan dan pedoman hidupnya di dunia ini. Selain itu

pembelajaran ajaran Al-Qur`an yang dimulai sejak dini akan lebih mudah

karena pikiran anak masih bersih dan ingatan anak masih kuat.

4

Imam Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, terj.dari Shahih Bukhari

(15)

Salah satu pembelajaran Al-Qur`an yang dimulai sejak dini adalah

Tahfidzul Qur`an, yaitu proses mempelajari Al-Qur`an dengan cara

menghafalkan ayat-ayat Al-Qur`an.

Dalam kehidupan masyarakat yang modern sekarang ini, banyak

sekali masyarakat yang lebih memilih putra putri mereka masuk pada lembaga

pendidikan formal dengan pelajaran umum lebih dominan dibanding

memasukkan putra putrinya pada lembaga pendidikan formal (Madrasah)

dengan pelajaran agama sebanding pelajaran umum.

Dijelaskan pula bahwa Pancasila dan Undang-Undang merupakan

falsafah dan dasar hukum negara Indonesia. Juga menjadi landasan bagi

Sistem Pendidikan Nasional. Dengan demikian setiap tingkah laku manusia

sadar atau tidak sadar selalu didasarkan dan diwarnai oleh nilai-nilai yang

bersumber dari falsafah dan dasar hidupnya. Salah satunya adalah Pendidikan

Agama Islam yang merupakan salah satu disiplin ilmu dari beberapa ilmu

yang lainnya.

Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Mahmud Yunus

adalah “Mendidik anak-anak, pemuda pemudi dan orang tua atau dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan

berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang

sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti

kepada bangsa dan tanah airnya dan sesama umat manusia”.5

Untuk menjadikan muslim yang sejati, beriman teguh, beramal shaleh

dan berakhlak mulia tidaklah mudah, semua itu butuh proses pembiasaan yang

intensif. Kebanyakan lembaga pendidikan atau sekolah yang sudah merasa

berhasil dan sukses mencapai tujuan pendidikan dengan menjalankan kegiatan

belajar mengajar sesuai kurikulum yang menjadi pedoman. Secara akademik,

banyak yang merasa berhasil tapi apakah mereka sudah merasa yakin anak

didiknya mampu bersikap dengan baik dan benar ketika berdiri di

tengah-tengah masyarakat? Hal itulah yang sebenarnya menjadi harapan semua orang.

5

(16)

Melihat fenomena itu, usaha yang dilakukan lembaga pendidikan MTs

Asyukriyah Cipondoh Tangerang adalah berusaha untuk mencetak lulusan

yang sukses atau berhasil dalam aspek akademik maupun non akademik.

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu, salah satunya

adalah membiasakan siswa siswi MTs Asy-Syukriyah Cipondoh Tangerang

berakhlak dan berfikir secara Qur`ani. Yang mana di sini guru mata pelajaran

Al-Quran Hadits menerapkan metode hafalan Al-Qur`an yaitu hafalan Juz

`Amma. Dengan diselenggarakannya program tersebut di sekolah maka

diharapkan siswa siswi dapat mengikutinya dengan baik sebagai penunjang

dalam belajar bidang studi Al-Qur`an Hadits sehingga hasil belajar atau

prestasi dalam bidang studi tersebut bisa meningkat dengan adanya program

hafalan Al-Qur`an dan juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari baik di lingkungan Madrasah maupun lingkungan masyarakat.

Dari latar belakang itulah penulis tertarik untuk meneliti Bagaimana

hubungan antara Hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada

bidang studi Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

timbulah beberapa pertanyaan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Peranan hafalan Al-Qur`an pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits.

b. Faktor-faktor yang mendukung prestasi belajar Al-Qur`an Hadits.

c. Prestasi belajar para siswa di MTs Asy-Syukriyyah pada mata pelajaran

Al-Qur`an Hadits.

d. Pelaksanaan hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah.

(17)

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di kemukakan, maka

penulis hanya akan membatasi pada masalah hafalan Al-Qur`an. Maksud

hafalan Al-Qur`an pada skripsi ini yaitu hafalan Juz `Amma dan prestasi

belajar Al-Qur`an Hadits yang diambil dari nilai raport siswa semester 1

meliputi kelas VII,VIII dan IX di Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah

Cipondoh, Tangerang.

3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana penerapan hafalan Al-Qur`an siswa di Madrasah

Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?

b. Bagaimana prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits

di Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?

c. Apakah ada hubungannya antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi

belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits di Madrasah

Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?

C. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang maksud dari skripsi

ini yaitu “Hubungan antara hafalan Al-Qur`an dengan Prestasi Belajar

siswa pada bidang studi Al-Qur`an dan Hadits Madrasah Tsanawiyah

Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang”. Dan untuk memudahkan

gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang akan dibahas, penulis

menjelaskan maksud dari skripsi ini meliputi:

1. Hafalan Al-Qur`an

Tahfidz (hafalan) berasal dari bahasa Arab dari – ظِّحي – ظَّح

اًظْيّْحت yang mempunyai arti memelihara, menjaga dan menghafal atau

usaha terus-menerus dan berulang-ulang untuk meresapkan Al-Qur`an

ke dalam pikiran dengan sengaja,sadar dan bersungguh-sungguh agar

[image:17.595.134.521.129.461.2]
(18)

Al-Qur`an menurut istilah adalah kalam Allah SWT yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Ruhul

Amin (Malaikat) Jibril dan dinukilkan kepada kita dengan jalan

mutawatir (berkesinambungan), yang dinilai ibadah karena

membacanya diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan

surat Al-Nas.6

Juz `Amma merupakan bagian dari kumpulan surah-surah yang

terdapat dalam Al-Qur`an yang dimulai surah An-Naba` sampai surah

An-Nas.

2. Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah jenjang dasar pada

pendidikan formal di Indonesia setara dengan sekolah menengah

pertama yang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Agama.

Pendidikan Madrasah Tsanawiyah ditempuh dalam waktu 3 tahun,

mulai dari kelas 7 sampai kelas 9

3. Prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang diartikan

“hasil yang dicapai dari yang telah ditetapkan”.7

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti prestasi adalah “hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebaginya)”.8

Bidang studi adalah pengelompokan sejumlah materi pelajaran

yang sejenis atau memiliki ciri yang sama (mata pelajaran yang satu

dengan yang lain berkorelasi satu dengan yang lain). Bidang studi

Al-Qur`an Hadits adalah bidang studi yang berisikan materi pelajaran

tentang Al-Qur`an dan Hdits.

6

Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an (Solo: Insan Kamil, 2007) h. 15

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1, h. 700

8

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

(19)

Jadi, yang penulis maksud di sini adalah hasil yang dicapai oleh

peserta didik dalam bidang studi Al-Qur`an Hadits.

Adapun maksud dari keseluruhan judul di atas adalah

bagaimana hubungan Hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar

bidang studi Al-Qur`an Hadits siswa Madrasah Tsanawiyah

Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang.

D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut diatas maka peneliti mengemukakan

tujuan dari penelitian ini antara lain adalah untuk:

a. Untuk mengetahui penerapan program hafalan Al-Qur`an siswa

Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang

b. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar Al-Qur`an Hadits siswa

Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?

c. Untuk mengetahui hubungannya pelaksanaan hafalan Al-Qur`an siswa

semester 1 (Ganjil) Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh

Tangerang dengan prestasi belajar pada bidang studi Al-Quran Hadits?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis dengan penelitin ini diharapkan dapat menjadi

sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pendidikan,

khususnya kajian Pendidikan Agama Islam.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bahan oleh peneliti

lain sebagai bahan acuan dan pembanding dalam mengkaji lebih lanjut

tentang hafalan Al-Qur`an dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar siswa terutama pada bidang studi Al-Qur`an Hadits.

c. Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

(20)

Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang pada

khususnya, dalam usaha penyempurnaan kegiatan hafalan Al-Qur`an

demi tercapainya peningkatan prestasi belajar siswa dalam Pendidikan

(21)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.Hafalan Al-Quran

1. Pengertian Hafalan Al-Quran

Kata “tahfidz” berasal dari bahasa Arab اًظْيّْحت – ظِّحي – ظَّح1 yang

artinya memelihara, menjaga dan menghafal. Tahfidz (hafalan) secara

bahasa (etimologi) adalah lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit

lupa. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata hafal

berarti “telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran). Dan dapat

mengucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat buku). Menghafal

(kata kerja) berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu

ingat.”2

Tahfidz adalah bentuk masdar dari Haffadza yang memiliki arti

penghafalan dan bermakna proses menghafal. Sebagaimana lazimnya

suatu proses menulis suatu tahapan, teknik atau metode tertentu. Tahfidz

adalah proses menghafal sesuatu ke dalam ingatan sehingga dapat

diucapkan di luar kepala dengan metode tertentu. Sedangkan orang yang

menghafal Qur`an disebut hafidz/huffadz atau hamil/Hamalah

Al-Qur`an.

1

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. Ke-3 h. 105

2

(22)

Secara istilah menurut Abdur Rabi Nawabudin, hafal mengandung

dua pokok, yaitu hafal seluruh Al-Qur`an serta mencocokkannya dengan

sempurna dan senantiasa terus menerus dan sungguh-sungguh dalam

menjaga hafalan dari lupa.3

Dalam kaitannya dengan hal ini menghafal Al-Qur`an, memeliharanya serta menalarnya haruslah memperhatikan beberapa unsur pokok sebagai berikut:

a. Menghayati bentuk-bentuk visual, sehingga bisa diingat kembali meski tanpa kitab.

b. Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan.

c. Penghafal Al-Qur`an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian.

d. Menekuni, merutinkan dan melindungi hafalan dari kelupaan.4

Sedangkan pengertian Al-Qur`an menurut bahasa adalah bentuk

masdar dari qoro`a (ﺃرق) artinya bacaan, berbicara tentang apa yang tertulis

dan padanya melihat dan menelaah.5

Menurut istilah Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang

diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan

membacanya adalah ibadah.6

Begitu juga menurut Ibn Subki Al-Qur`an adalah lafadz yang

diturunkan kepada Muhammad SAW, mengandung mukjizat setiap

suratnya dan membacanya ibadah.7

Sedangkan menurut Achmad Yaman Syamsudin, Lc dalam

bukunya Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an, yang mengutip dari

Dr.Muhammad Mahmud Abdullah bahwa Al-Qur`an adalah kalam Allah

SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara

Ruhul Amin (Malaikat) Jibril dan dinukilkan kepada kita dengan jalan

3

Abdur Rabi Nawabudin, Taknik Menghafal Al-Qur`an, (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), h.24

4

Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an…, h. 27

5

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 46

6

Amir Syarifudin, Ushul Fiqh..., Jilid 1, h. 47

7

(23)

mutawatir (berkesinambungan), yang dinilai ibadah karena membacanya

diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas.8

Jadi menghafal Al-Qur`an adalah proses penghafalan Al-Qur`an

secara keseluruhan, baik hafalan maupun ketelitian bacaannya serta

menekuni, merutinkan dan mencurahkan perhatiannya untuk melindungi

hafalan dari kelupaan. Sedangkan hafalan Al-Qur`an yang dimaksud

dalam skripsi ini adalah hanya proses menghafal Al-Qur`an pada juz 30

saja.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa hakikat dari hafalan

adalah bertumpu pada ingatan. Berapa lama waktu untuk menerima

respon, menyimpan dan memproduksi kembali tergantung ingatan

masing-masing pribadi. Karena kekuatan ingatan antara satu orang akan berbeda

dengan orang lain.

2. Hukum Menghafal Al-Qur`an

Al-Qur`an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai

pedoman hidup dan sumber-sumber hukum, tidak semua manusia sanggup

menghafal dan tidak semua kitab suci dapat dihafal kecuali kitab suci

Al-Qur`an dan hamba-hamba yang terpilihlah yang sanggup menghafalnya.9

Hal ini telah dibuktikan dalam firman Allah SWT:



















“kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Q.S Al-Fathir/35:32)

Al-Qur`an sebagai dasar hukum Islam dan pedoman hidup umat,

disamping diturunkan kepada hambanya yang terpilih, Al-Qur`an

diturunkan melalui ruhul Amin Jibril As dengan hafalan yang

berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan umat di masa itu dan di masa yang akan

8

Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an (Solo: Insan Kamil, 2007) h. 15

9

(24)

datang. Selama dua puluh tiga tahun Nabi Muhammad SAW menerima

wahyu Al-Qur`an dari Allah melalui Jibril As tidak melalui tulisan

melainkan dengan lisan (hafalan).10

Hal ini telah dibuktikan dengan firman Allah SWT:









“kami akan membacakan (Al-Qur`an) kepadamu (Muhammad SAW) maka kamu tidak akan lupa” (Q.S. Al-A`la/87: 6).









“janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur`an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.”(Q.S. Al-Qiyamah/75: 16)

































“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur`an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kapadaku.”(Q.S. Thahaa/20: 114)



















”Dan sesungguh, telah kami mudahkan Al-Qur`an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qomar/54: 17)

Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Al-Qur`an

diturunkan dengan hafalan (lisan) bukan dengan tulisan, setelah nabi

Muhammad SAW menerima bacaan dari Jibril As, nabi dilarang

10

(25)

mendahuluinya agar supaya nabi lebih mantap hafalannya. Oleh karena itu

sebagai dasar bagi orang-orang yang menghafal Al-Qur`an adalah:

a. Al-Qur`an itu diturunkan secara hafalan

b. Mengikuti Nabi Muhammad SAW

c. Melaksanakan anjuran Nabi Muhammad SAW11

Atas dasar inilah para ulama dan Abdul Abbas Ahmad bin

Muhammad Al-Jurjani, berkata dalam kitab Al-Syafi`i bahwa” hukum

menghafal mengikuti Nabi Muhammad SAW adalah fardhu kifayah”.12

Dalam arti bahwa umat Islam harus ada (bukan harus banyak) yang

hafal mengikuti Nabi Muhammad SAW untuk menjaga nilai mutawatir.

Apabila hal ini tidak dilakukan maka seluruh umat Islam menanggung

dosa, dan ketetapan hukum seperti itu tidak berlaku pada kitab-kitab

samawi yang lain.13

Al-Zarkasyi dalam Al-Burhan berkata,”teman-teman kami menyatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an adalah fardhu kifayah

sebagaimana menghafalkannya. Tujuannya sebagaimana dikatakan

al-Juwaini adalah agar jangan sampai kemutawatiran Al-Qur`an terputus,

sehingga tidak ada jalan (bagi musuh) untuk mengganti atau

menyelewengkannya.14 Sedangkan dalam Nihảyat Al-Qaul Al-Mufid

Syeikh Muhammad Makki Nashr yang dikutip oleh W Hafidz Ahsin

mengatakan:

sesungguhnya menghafal Al-Qur`an di luar kepala hukumnya fardhu kifayah”.15

11

Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 37

12

Muhaimin Zen,Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 37

13

Fahd bin Abdurrahman Ar Rumi, Ulumul Qur`an ( Yogyakarta: Titihan Ilahi Press, 1997), h.100

14

Yusuf al-Qardhawi, Menumbuhkan Cinta Kepada Al-Qur`an, Terj. dari Kayfa

Nata`amalu ma`a Al-Qur`an al-`Azhim oleh Ali Imron, (Yogyakarta: Mardhiyah Press,2007), Cet.

1, h. 74

15

(26)

Dengan demikian jelaslah bahwa menghafal Al-Qur`an hukumnya

adalah fardhu kifayah, fardhu kifayah sebagaimana yang dimaksud ulama

yaitu apabila suatu pekerjaan di suatu wilayah tidak ada yang mengerjakan

maka semua orang yang ada di wilayah tersebut kena (berdosa) semua.

Karena tidak melaksanakan perbuatan tersebut.

3. Niat Menghafal Al-Qur`an

Segala perbuatan yang dikerjakan manusia harus dilakukan atas

dasar ikhlas karena Allah SWT semata, hal ini berdasarkan firman Allah

SWT:

















































“padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan ) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).(Q.S. Al-Bayyinah/98:5)

Para penghafal Al-Qur`an harus bersungguh-sungguh memperbaiki

niat dan tujuannya, karena suatu amal yang tidak berdasarkan atas

keikhlasan, tidak berarti apa-apa di sisi Allah SWT. Menghafal Al-Qur`an

adalah termasuk perbuatan yang baik dan merupakan ibadah yang mulia,

maka harus disertai dengan niat dan tujuan ikhlas yaitu mencari rida Allah

SWT dan mencari kebahagiaan di akhirat.16 Maka dari itu tidaklah

dibenarkan bagi para penghafal Al-Qur`an mempunyai tujuan sebagai

berikut:

a. Mencari popularitas atau berniat menjadikannya sebagai sarana

mencari nafkah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

16

(27)

“pelajarilah Al-Qur`an dan mohonlah kepada Allah SWT dengan Al-Qur`an itu sebelum Al-Qur`an dipelajari oleh orang-orang yang hendak mencari dunia. Sebab Al-Qur`an itu akan dipelajari oleh tiga jenis orang yaitu orang yang mempelajri Al-Qur`an untuk mencari kebahagiaan (popularitas), orang yang mempelajari Al-Qur`an untuk mencari makan dan orang yang mempelajari Al-Al-Qur`an untuk mencari rida Allah SWT”. (HR. Abu Hakim)

b. Berniat mencari imbalan dunaiwi dari Al-Qur`an. Sebagaimana sabda

Nabi Muhammad SAW:

“Bacalah Al-Qur`an sebelum datang sekelompok orang yang membacakan Al-Qur`an seperti orang yang sedang mengadakan undian,. Mereka mengharapkan hasil yang cepat (imbalan duniawi), dan mengharapkan imbalan yang lambat (pahala akhirat).” (HR. Abu Daud dari Jabir)17

Jadi, sebelum menghafal Al-Qur`an sebaiknya seseorang yang

akan menghafal Al-Qur`an meluruskan niat dan tujuan terlebih dahulu

agar dalam menghafal Al-Qur`an diberi kemudahan dan mendapat rida

Allah SWT.

4. Syarat-syarat dan Etika Menghafal Al-Qur`an

Menghafal Al-Qur`an bukan merupakan suatu ketentuan hukum

yang harus dilakukan orang yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu

menghafal Al-Qur`an tidaklah mempunyai syarat-syarat yang mengikat

sebagai ketentuan hukum. Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang

17

(28)

calon penghafal Al-Qur`an adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan

naluri insaniyah semata.18Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Niat yang ikhlas

Niat yang ikhlas dan matang bagi calon penghafal Al-Qur`an

sangat diperlukan, sebab apabila sudah ada niat yang matang dari

calon penghafal berarti ada hasrat dan kalau kemauan sudah tertanam

dilubuk hati tentu kesulitan apapun yang menghalanginya akan

ditanggulangi.19

Keikhlasan menghafal Al-Qur`an harus sudah dipertahankan

dengan terus menerus. Hal ini akan menjadi motifator yang sangat kuat

untuk mencapai sukses dalam menghafal Al-Qur`an.20

b. Menjauhi sifat madzmumah

Sifat madzmumah adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi

oleh setiap orang muslim, terutama di dalam menghafal Al-Qur`an.

Sifat madzmumah ini sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang

penghafal Al-Qur`an. Karena Al-Qur`an adalah kitab suci bagi umat

Islam yang tidak boleh dinodai oleh siapapun dan dengan bentuk

apapun.21

Diantara sifat-sifat tercela tersebut yang harus dijauhi seorang

anak yang menghafal Al-Qur`an adalah khianat, bakhil, pemarah,

memencilkan diri dari pergaulan, iri hati, sombong, dusta, ingkar, riya,

banyak makan, angkuh, meremehkan orang lain, penakut, dan

sebagainya.22

Sifat-sifat tercela tersebut mempunyai pengaruh yang besar

terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati anak yang

sedang dalam proses menghafal Al-Qur`an. Apalagi pada usia remaja

18

Muhaimin Zen, Tata Cara atau problematika menghafal Al-Qur`an..., h. 239

19

Muhaimin Zen, Tata Cara atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h.240

20

Abdul Aziz Abdur Rouf, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur`an (Jakarta: Dzilal Pess, 1996), h.75

21

Muhaimin Zen, Tata Cara atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h.240

22

(29)

cepat sekali terpengaruh baik pengaruh dari lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat.

c. Motivasi atau dukungan orang tua

Motivasi atau dukungan orang tua sangat penting bagi anak

karena mereka juga ikut menentukan keberhasilan anak dalam

menghafal Al-Qur`an.

d. Memiliki keteguhan dan kesabaran

Dalam proses menghafal Al-Qur`an akan banyak sekali ditemui

berbagai macam kendala, mungkin jenuh, mungkin gangguan

lingkungan karena bising dan gaduh. Mungkin gangguan batin atau

mungkin karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang mungkin

dirasakan sulit menghafalnya dan lain sebagainya. Terutama dalam

menjaga kelestarian menghafal Al-Qur`an .23 Sebagaimana sabda

Nabi Muhammad SAW:

“Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal Al-Qur`an itu seperti perumpamaan orang yang memiliki seekor unta yang sedang ditambatkan. Jika ia ingin untanya itu tetap di tempat, maka ia harus menjaga dan menahannya, dan kalau sampai dilepas maka unta itu akan lari.”(HR. Bukhari-Muslim).24

Untuk melestarikan hafalan Al-Qur`an perlu keteguhan dan

kesabaran. Karena kunci utama keberhasilan menghafal Al-Qur`an

adalah ketekunan menghafal dan mengulang ayat-ayat yang telah

dihafalnya. Itu sebabnya Rasulullah SAW selalu menekankan agar

para penghafal Al-Qur`an bersungguh-sungguh dalam menjaga

hafalannya.25

Jadi siapa pun memiliki peluang untuk menjadi hafidz

Al-Qur`an 30 juz atau sebagiannya selama ia bersabar, bersemangat dan

tidak putus asa, cepat atau lambat.

23

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.50

24

Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin, terj. Dari Riyadhus Shalihin

oleh Mu`ammal Hamidy dan Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), Cet. Ke-1, h. 339

25

(30)

e. Istiqamah

Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten terhadap

hafalannya. Seorang penghafal Al-Qur`an harus senantiasa menjaga

efesiensi waktu, berarti seorang penghafal akan menghargai waktu

dimanapun dan kapanpun saja waktu luang.26

Dari Abu Sa`id Al- Khudri r.a dari Nabi SAW beliau bersabda:

“Barang siapa selalu disibukkan dengan membaca Al-Qur`an dan dzikir kepadaku, maka ia akan kuberi anugerah yang baik, yang diberikan kepada orang-orang yang memohon kepadaku.”(H.R.

Tirmidzi dan Al-Baihaqi)27

Sang penghafal dianjurkan memiliki waktu-waktu khusus, baik

untuk menghafal materi baru maupun untuk mengulang

(Muraja`ah/takrir),yang waktu tersebut tidak boleh diganggu oleh kepentingan yang lain.28

5. Metode Menghafal Al-Qur`an

Banyak sekali metode-metode yang mungkin bisa dikembangkan

dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur`an. Dan

bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi

kepayahannya menghafal Al-Qur`an, metode-metode tersebut adalah:

a. Metode Wahdah

Metode ini digunakan dengan cara menghafal satu persatu

ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap

26

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.51

27

Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin, terj. Dari Riyadhus Shalihin

oleh Mu`ammal Hamidy dan Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), Cet. Ke-1, h. 337

28

(31)

ayat biasa dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih.

Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya. Setelah

benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya.

Dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu

muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafal, maka giliran

menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.29

b. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal terlebih

dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas

yang telah disediakan. Kemudian ayat tersebut dibacanya sehingga

lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalnya. Menghafalnya bisa

dengan metode wahdah atau dengan metode yang berkali-kali

menuliskannya sehingga ia dapat sambil memperhatikan dan sambil

menghafalnya dalam hati.30

c. Metode Sima`i

Sima`i artinya mendengar. Yaitu mendengarkan sesuatu bacaan

untuk dihafalnya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal tuna netra

atau anak-anak yang masih kecil dibawa umur yang belum mengenal

tulis baca Al-Qur`an. Metode ini dilakukan dengan dua alternatif:

1) Mendengarkan dari guru yang membimbingnya, terutama bagi

penghafal tuna netra atau anak-anak

2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya kedalam

pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.31

d. Metode Gabungan

Metode ini adalah gabungan antara metode wahdah dan metode

kitabah yakni penghafal menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul.

Kemudian setelah selesai penghafal mencoba menulis ayat tersebut

yang sudah dihafalnya diatas kertas. Jika ia mampu memproduksi

29

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.83

30

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.64

31

(32)

kembali ayat-ayat tersebut dalam tulisan berarti dia bisa melanjutkan

ayat seterusnya32

e. Metode Jama`

Yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni

ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-sama

dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama instruktur membacakan

satu ayat atau beberapa ayat dan siswa bisa menirukan secara

bersama-sama.33

Sedangkan menurut Drs.H.A. Muhaimin Zen dalam bukunya

Problematika Menghafal Al-Qur`an bahwa metode menghafal Al-Qur`an

yaitu ada dua macam:

a) Metode Tahfidz

Yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal dan

diperdengarkan kepada guru. Metode ini dipakai setiap kali

bimbingan. Santri harus mendengarkan hafalannya kepada guru,

kemudian guru membacakan materi baru kepada santri atau santri

membaca sendiri dihadapan guru dengan melihat Al-Qur`an yang

kemudian dihafalkan dengan pengarahan guru.34

b) Metode Takriri

Adalah mengulang materi hafalan yang sudah diperdengarkan

kepada guru. Pelaksanaan metode ini adalah setiap kali masuk. Santri

memperdengarkan hafalan ulang kepada guru dan guru tidak memberi

materi baru kepada santri. Sedangkan guru hanya bertugas mentashih

hafalan dan bacaan yang kurang benar.35

Dari beberapa metode yang telah dijelaskan metode yang

diterapkan di MTs Asy-Syukriyyah diantaranya yaitu menggunakan

metode wahdah, tahfidz dan takriri. Karena menurut pembimbing

hafalan Al-Qur`an ke tiga metode tersebut lebih mudah bagi siswa

32

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.65

33

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.66

34

Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 249

35

(33)

untuk menghafal Al-Qur`an dan selalu mengingat hafalannya

dikarenakan setiap pelaksanaan hafalan Al-Qur`an para siswa

diharuskan mengulang hafalan yang telah di perdengarkan kepada

guru sebelum memulai hafalan Al-Qur`an.

B. Sistem Pengajaran Al-Qur`an Hadits 1. Pelajaran Al-Qur`an Hadits

Bidang studi Al-Qur`an dan Hadits termasuk kedalam kelompok

bidang studi agama sebagaimana halnya dengan bidang studi aqidah

Akhlak, Fiqih dan Sejarah kebudayaan Islam.36

Pelajaran Al-Qur`an Hadits menurut Departemen Agama RI, dalam

buku pedoman Al-Qur`an Hadits yaitu:

Pelajaran Al-Qur`an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam pada setiap madrasah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, membimbing, mengarahkan pemahaman, mengembangkan kemampuan dasar dan menghayati isi yang terkandung dalam Al-Qur`an Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah swt sesuai dengan ketentuan Al-Qur`an Hadits.37

Jadi pelajaran Al-Qur`an Hadits termasuk bagian dari pelajaran

pendidikan agama Islam yang terdapat pada setiap madrasah-madrasah.

Sedangkan pada sekolah-sekolah umum tidak ada jam pelajaran tersendiri

untuk Al-Qur`an Hadits, yang ada pelajaran tersebut disatukan kedalam

pelajaran pendidikan agama.

36

Udin Saripudin Winata dan Rustana Adi Winata, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1998), Cet. Ke-6, h. 191

37

(34)

2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur`an Hadits

Al-Qur`an adalah sumber ajaran islam yang pertama dan utama

yang di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk bagi manusia sekaligus

menerangkan maksud dan tujuan pokok diturunkannya Al-Qur`an,

diantaranya yaitu:

a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang

tersimpul dalam keimanan akan keesaan tuhan dan kepercayaan akan

kepastian adanya hari pembalasan.

b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan

norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia

dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.

c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan

dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam

hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain

yang lebih singkat, “Al-Qur`an adalah petunjuk bagi seluruh manusia

ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia

maupun di akhirat”.38

Kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran Islam sesudah

Al-Qur`an, hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur`an surat Al-Hasyr/59 ayat 7 :



















…..





“…apa yang di berikan rasul kepadamu, maka ambil (terima) lah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (Al-Hasyr/59:7)

Sedangkan Hadits adalah sumber ajaran setelah Al-Qur`an. Hadits

berfungsi sebagai sumber ajaran Islam sesudah Al-Qur`an,disebabkan

karena:

a. Hadits berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada dalam

kitabullah.

38

(35)

b. Hadits berfungsi sebagai penafsir atau perinci atau juga pentaqyid

terhadap hal-hal yang mutlaq atau pentakhsis terhadap ayat-ayat yang

`am (umum).

c. Hadits dapat menerapkan dan membentuk hukum tersendiri yang tidak

disebutkan dalam kitabullah.39

3. Tujuan dan fungsi pelajaran Qur`an Hadits

a. Tujuan pelajaran Al-Qur`an Hadits

Keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupannya tidak

terlepas dari usaha dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Tanpa

adanya suatu tujuan, maka dia akan berjalan meraba-raba dan tak tentu

arah tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang dituju, yaitu yang akan

dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Seiring dengan pendapat

tersebut, Dr. Zakiyah Darajat mengatakan bahwa tujuan adalah suatu

yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.40

Melihat objek pembahasan Al-Qur`an Hadits, dapat dikatakan

bahwa Al-Qur`an Hadits merupakan bentuk dari suatu pendidikan

Islam. Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat

memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya

sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai

dan mewarnai corak kepribadiannya.41 Adapun tujuan dari pendidikan

Islam adalah “perwujudan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia didik yang oleh pendidik muslim melalui proses yang terminal pada

hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman , bertaqwa dan

berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi

hamba Allah SWT, yang taat.42

Dasar ajaran Islam adalah Al-Qur`an dan Hadits. Dengan

menyadari pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta

39

Mudhafar Mughni, ushul fiqh1, (Jakarta: Lingkar Studi Islam Publishing, 2003), cet. Ke-1, h. 45.

40

Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-3, h. 29

41

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h.12

42

(36)

untuk mewujudkan pendidikan Islam yang paripurna, maka pelajaran

Al-Qur`an Hadits sebagai salah satu dari bagian pendidikan agama

juga mengemban misi pembinaan kepribadian siswa ke arah pribadi

utama menurut norma-norma agama.

Sedangkan pembelajaran Al-Qur`an dan Hadits bertujuan untuk

memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca,

menulis, membiasakan dan menggemari membaca Al-Qur`an dan

Hadits serta menanamkan pengertian pemahaman, penghayatan isi

kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits. Untuk mendorong,

membina, dan membimbing akhlak dan perilaku peserta didik dengan

berpedoman kepada isi kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits.43

Dalam kurikulum dan hasil belajar Al-Qur`an Hadits Madrasah

Tsanawiyah disebutkan dengan rinci bahwa tujuan yang hendak

dicapai dari pendidikan Al-Qur`an Hadits adalah:

a. Agar siswa bersemangat untuk membaca Al-Qur`an Hadits dengan

benar.

b. Mempelajari, memahami dan meyakini kebenarannya.

c. Mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya

sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek

kehidupannya.44

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa tujuan pengajaran

Al-Qur`an Hadits mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, konsep atau fakta

yaitu dimana siswa diharapkan dapat membaca dan memahami isi dari

Al-Qur`an tersebut. Afektif meliputi personal dan kepribadian atau

sikap, yaitu dimana siswa diharapkan dapat meyakini dan meresapi apa

yang telah ia dapat membentuk kepribadiannya sesuai petunjuk

Al-Qur`an. Sedangkan aspek psikomotorik meliputi kelakuan dan

keterampilan, yaitu dimana siswa diharapkan dapat merealisasikan

43

Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Al-Qur`an dan Hadits…, h. 2

44

(37)

amalan-amalan yang telah didapatnya dari membaca dan memahami

Al-Qur`an dalam kehidupan sehari-hari.

Tampak pula ada relevansi antara tujuan pelajaran Al-Qur`an

Hadits dengan tujuan Islam, dengan ini semakin membuktikan bahwa

Al-Qur`an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang

harus ada dan wajib diikuti oleh setiap murid.

b. Fungsi pelajaran Al-Qur`an Hadits

Setiap mata pelajaran pasti memiliki fungsi tersendiri, sedangkan

fungsi dari pelajaran Al-Qur`an Hadits yaitu:

1) Menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik dalam

membaca dan menulis Al-Qur`an Hadits.

2) Mendorong, membimbing dan membina kegemaran dan kemauan

untuk membaca Al-Qur`an Hadits.

3) Menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan dan

pengamalan kandungan ayat-ayat Al-Qur`an Hadits dalam perilaku

peserta didik sehari-hari.

4) Memberikan bekal pengetahuan untuk mengikuti pendidikan pada

jenjang yang setingkat lebih tinggi.45

4. Standar Kompetensi Pelajaran Al-Qur`an Hadits

Standar kompetensi pelajaran Al-Qur`an Hadits berisi sekumpulan

kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh mata

pelajaran Al-Qur`an Hadits. Adapun kemampuan-kemampuan tersebut

meliputi:

a. Mampu menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Al-Qur`an.

b. Mampu mamahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang akhlak terhadap ibu

bapak dan sesame manusia serta memahami Hadits tentang perintah

bertaqwa dan berbuat baik sesame manusia.

c. Mampu memahami sejarah turunnya Al-Qur`an, memahami ayat-ayat

Al-Qur`an tentang persatuan dan persaudaraan, memahami arti hadits

45

(38)

dan macam-macamnya, dan memahami hadits-hadits tentang meyakini

kebenaran dan istiqamah.

d. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang syaitan sebagai musuh

manusia, berlaku dermawan, dan memahami hadits-hadits tentang cinta

kepada Allah dan Rasul.

e. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang semangat keilmuan,

tentang makanan yang halal dan baik, dan memahami hadits-hadits

tentang perintah menuntut ilmu dan keutamaan orang yang menuntut

ilmu.

f. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang sabar dan tabah

menghadapi cobaan, tentang bersikap konsekuen dan jujur, serta

memahami hadits-hadits tentang taat kepada Allah, Rasul dan

pemerintah.

5. Metode pembelajaran Al-Qur`an Hadits

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “meta” dan

“hodos”, “meta” berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan atau cara”.

Asal kata metode mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk

mencapai suatu tujuan.46

Metode sangatlah berperan di dalam proses belajar mengajar, guna

meraih tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Salah satu aspek

keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar adalah adanya kemampuan

guru dalam menguasai dan memilih berbagai metode yang tepat dalam

mengajar. Metode yang tepat guna akan menunjang kelancaran jalannya

proses belajar mengajar, sehingga materi pelajaran yang disampaikan

dapat berproses secara efisien dan efektif menuju tujuan pendidikan.

Metode pengajaran yang dipakai dalam memberikan materi

pelajaran Al-Qur`an Hadits adalah sebagai berikut:

46

(39)

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui

penerangan dalam penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap

sekelompok murid. Dalam pelaksanaan metode ceramah, seorang guru

dapat mempergunakan alat-alat Bantu untuk menjelaskan uraiannya.

Alat utama penghubung guru dengan murid adalah bahasa lisan

(berbicara).

Adapun kabaikan metode ceramah yaitu:

1) Guru dapat menguasai seluruh arah pembicaraan dalam kelas.

2) Organisasi kelas sederhana berarti guru tak perlu mengadakan

pengelompokan murid.

3) Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera disampaikan.

4) Melatih murid menggunakan pendengarannya dengan baik dan

menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.

Kelemahan-kelemahan dari metode ceramah, yaitu:

1) Guru tidak dapat mengetahui sampai dimana murid telah memahami

keterangan-keterangan guru.

2) Dalam diri murid dapat terbentuk konsep yang lain dari pada

kata-kata yang dimaksudkan oleh guru.

3) Murid cenderung bersifat pasif.

4) Murid sukar mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap keterangan

guru, terutama pada siang dan sore hari.47

Contoh metode ceramah yaitu guru menjelaskan isi kandungan ayat

Al-Qur`an.

b. Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran

dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan

jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru

yang menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan belajar mengajar melalui

47

(40)

Tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa

diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat

memulai pelajaran.,pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran.

Bilamana metode Tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat

meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif.

Keunggulan-keunggulan dari metode ini:

1) Kelas akan menjadi hidup karena siswa dibawa kea rah berpikir

secara aktif.

2) Siswa terlatih berani mengemukakan pertanyaan atau mebjawab atas

pentanyaan yang diajukan oleh guru.

3) Dapat mengaktifkan retensi siswa terhadap pelajaran yang telah lalu.

Sedangkan kelemahan-kelemahan metode ini adalah:

1) Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat

dikontrol secara baik oleh guru karena banyaknya pertanyaan yang

timbul dati siswa.

2) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana

terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan

sasaran yang dibicarakan.

3) Jalannya pengajaran kurang dapat terkordinir secara baik, karena

timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak

dapat dijawab secara tepat, baik oleh guru maupun siswa.48

Contohnya yaitu guru menanyakan mufrodat ayat al-Qur`an yang telah

ditulis di papan tulis.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu metode penyampaian bahan

pengajaran dengan jalan mendiskusikan bahannya sehingga

menimbulkan pengertian serta perubahan sikap dari murid.49

Kelebihan-kelebihan dari metode ini, adalah:

48

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. Ke-1, h. 43-44.

49

Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Garis-Garis Besar Program

(41)

1) Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan

perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang

dibicarakan.

2) Dapat menjalin hubungan social antar individu siswa sehingga

menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan

sistematis.

3) Hasil diskusi dapat dipahami oleh para siswa karena mereka secara

aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam kelas.

4) Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan memahami

aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi

kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai

pendapat orang lain.

Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:

1) Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam

diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut

bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.

2) Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu

yang terlalu panjang.

3) Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat

mereka secara ilmiah atau sistematis.50

d. Metode Resitasi

Metode resitasi biasanya disebut metode pekerjaan rumah, karena

siswa diberim tugas-tigas khusus di luar jam pelajaran. Sebenarnya

penekanan metode ini terletak pada jam pelajaram berlangsung dimana

siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data

yang dapat ditemukan di laboratorium,perpustakaan, pusat sumber

belajar, dan sebagainya.

Adapun kelebihan metode ini adalah:

1) Siswa lebih banyak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya

sehingga memperkuat daya retensi mereka.

50

(42)

2) Sangat berguna untuk mengisi kekosongan waktu agar siswa

melakukan hal-hal yang bersifat konstruktif.

3) Siswa menjadi aktif dan memiliki rasa tanggung jawab.

Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:

1) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan

pekerjaan yang diberikan kepada siswa justru dikerjakan oelh orang

lain.

2) Guru sering mengalami k

Gambar

Tabel Perhitungan Uji Korelasi Product Moment Variabel X dan
gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang akan dibahas, penulis
Kisi-kisi Angket HafalanTabel 3.1  al-Qur`an
Tabel  3.2 Skor Jawaban Angket Hafalan Al-Qur`an
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran perusahaan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan pada perusahaan manufaktur dibutuhkan human capital dan physical capital yang cukup tinggi, apakah semakin

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

ransaksi adalah elemen ma8or ke@d"a dalam model kom"nikasi ransaksi adalah elemen ma8or ke@d"a dalam model kom"nikasi keseha#an...  7an#i nisa bisa

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

Metode: Dibuat desain sistem untuk mengobjektifikasi dan menguantifikasi pemeriksaan fisik, yang terdiri dari empat komponen: pemindaian tubuh pasien secara 3

Pertanyaannya adalah bagaimanakah proses pembelajaran dalam perkuliahan geometri untuk mahasiswa calon guru matematika yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir