• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terapi Ilahiah bagi korban NAPZA di pondok pesantren Hikmah Syahadah kampung Kadongdong kabupaten Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Terapi Ilahiah bagi korban NAPZA di pondok pesantren Hikmah Syahadah kampung Kadongdong kabupaten Tangerang"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI ILAHIAH BAGI KORBAN NAPZA

DI PONDOK PESANTREN HIKMAH SYAHADAH KAMPUNG

KADONGDONG KABUPATEN TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

SITI IZZATUL YAZIDAH

107054102584

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

TERAPI ILAHIAH BAGI KORBAN NAPZA

DI PONDOK PESANTREN HIKMAH SYAHADAH KAMPUNG

KADONGDONG TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Di Bawah Bimbingan

Oleh:

SITI IZZATUL YAZIDAH

NIM. 107054102584

Di Bawah Bimbingan

Ismet Firdaus, M.Si

NIP: 150411196

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2011

(5)

i ABSTRAK

SITI IZZATUL YAZIDAH 107054102584

Terapi Metode Ilahiah bagi Korban Penyalahguna Napza di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Kp Kadongdong Tangerang

Nap a (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya), sudah tidak asing lagi bagi remaja saat ini, mereka sangat mudah untuk mendapatkan barang haram tersebut, maka tidak heran jika angka penyalahguna Nap a dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan tidak ada satu kabupatenpun yang terhindar dari masalah ini.

Pada umumnya sebagian besar penyalahguna Nap a ini berasal dari kaum remaja, karena kondisi psikologis mereka yang masih labil sehingga mudah terpengaruh untuk melakukan sesuatu yang baru bagi mereka (ingin coba-coba). Oleh karena itu masalah Nap a ini adalah masalah yang sangat serius jika dibiarkan akan merusak generasi pemuda bangsa Indonesia, berkaitan dengan hal ini, Pondok Pesantren Nap a Hikmah Syahadah diharapkan mampu membantu meminimalisir angka penyalahguna Nap a, dengan menggunakan pendekatan religius dan terapi ilahiah sebagai pengobatannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terapi ilahiah bagi korban Nap a di Ponpes Hikmah Syahadah yang meliputi bagaimana metode pelaksanaan terapi ilahiah serta hasil yang dicapai, dengan cara pengamatan (observasi) dan wawancara.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Maha suci Allah atas segala nikmat dan karunianya, yang telah

menganugerahi manusia jalan yang berbeda-beda, memberikan kemampuan dan

potensi yang beragam pula untuk menuju sebuah pintu kesuksesan. Maka dengan

ini penulis mengucapkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas jalan yang

telah di berikan oleh Allah SWT, dimana penulis dapat menyelesaikan penelitian

ini. Tuntunan sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasih Allah

baginda Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita selalu menjadi pengikut

beliau sampai yaumil akhir (amien yaa Raab).

Alhamdulillah dengan penuh rasa suka cita akhirnya penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan, Skripsi ini berjudul Metode Terapi Ilahiah bagi Korban

NAPZA di Ponpes Hikmah Syahadah, diajukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos. I) pada Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Kesejahteraan Sosial di Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Segala daya dan upaya telah penulis lakukan demi terselesaikannya

penulisan skripsi ini, begitu besar dorongan dan motivasi dari orang-orang

terkasih, sehingga menumbuhkan kembali semangat penulis, untuk itu penulis

ucapkan terima kasih khususnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, atas segala

(7)

iii

Selanjutnya lewat kata pengantar ini pula, perkenankanlah penulis untuk

mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang

telah membantu, yaitu yang terhormat:

1. Kepada bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A

selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan

bapak Drs. Study Rial LK,M.A selaku Pudek III.

2. Kepada Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi Ibu Siti Napsiyah, MSW

3. Kepada bapak Ismet Firdaus, M.Si. atas bimbingan, arahan, serta

motivasinya, semoga ilmu yang diberikan menjadi berkah bagi penulis.

4. Kepada semua dosen jurusan kesejahteraan sosial atas segala ilmu

berharganya yang telah diberikan.

5. Kepada bapak Drs. H. Rhomdin. MM, selaku pemimpin Ponpes Hikmah

Syahadah beserta seluruh pengurusnya, yang telah mempermudah proses

penelitian skripsi ini.

6. Kepada keluarga tercinta, terutama adik-adik tersayang rial, iftah dan ica.

7. Kepada kerabat terdekat yang selalu ada untuk memberikan semangat,

tempat bersandar dikala suka maupun duka. They are Uul, Pipit, Sae,

Kiki, Uyuy, geng putra, Raissa and Ipit (no words can changes your

kindness)

8. Kepada semua kerabat-kerabat jurusan kesejahteraan sosial angkatan

(8)

iv

9. Kepada kanda-kanda, yunda-yunda dan Kepada seluruh teman-teman

Lintasan Kalam.

Pada intinya penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada guru,

keluarga serta para sahabat atas segala perhatian, bimbingan serta motivasi yang

diberikan, semoga Allah selalu merahmati kita semua.

Penulis sadar dengan segala keterbatan ilmu yang penulis miliki, maka

untuk itu, besar harapan penulis untuk menerima saran maupun kritik dari

siapapun yang membaca skripsi ini.

Jakarta, 14 September 2011

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfa’at Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian... 8

E. Sistematika Penulisan ... 13

F. Tinjauan Pustaka ... 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Terapi... 16

1. Pengertian Terapi... 16

2. Macam-macam Terapi ... 17

3. Tujuan dan Manfa’at Terapi... 25

B. Ilahiah ... 27

C. NAPZA ... 27

1. Pengertian dan Jenis NAPZA ... 27

(10)

vi

3. Psikotropika ... 30

4. Zat Adiktif ... 32

5. Penyalahguna Napa ... 34

D. Pondok Pesantren ... 38

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 38

2. Fungsi Pondok Pesantren ... 39

BAB III GAMBAR UMUM LEMBAGA A. Gambaran Umum Lembaga ... 41

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesntren Hikmah Syahadah 41 2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ... 41

3. Sarana dan Prasarana ... 43

4. Struktur Organisasi ... 44

5. Data Pasien Napa ... 45

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Pelaksanaan Terapi Ilahiah di Pondok Pesantran Hikmah Syahadah 46 1. Terapi Minum Air Do’a ... 48

2. Terapi Telunjuk Petir ... 49

3. Terapi Mandi Malam ... 51

4. Terapi Dikir Syifa’... 52

B. Hasil yang dicapai. ... 55

(11)

vii

2. Kesehatan ... 57

3. Sosial... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran-Saran ... 67

(12)

viii Daftar Table

Table 1. Pengambilan informan... 11

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergaulan remaja saat ini sudah sangat memprihatinkan, semuanya

berakar dari kenakalan remaja yang menimbulkan masalah sosial, contohnya

penyalahgunaan narkoba, narkotika, psikotropika dan bahan at adiktif lainnya

(Napa). Di Indonesia saat ini penyalahgunaan Napa sudah sangat

memprihatinkan dan mengancam seluruh lapisan-lapisan masyarakat. Data

BNN menunjukan bahwa, masalah penyalahgunaan Napa di Indonesia telah

merambah sebagian masyarakat, di mana tidak ada satu kabupatenpun yang

terhindar dari kasus Napa.

Sebagai catatan, saat ini menurut penelitian yang telah dilakukan oleh

BNN bahwa tercatat 1,5 persen populasi penduduk Indonesia yaitu sekitar 2,9

juta sampai 3,2 juta orang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Yang

sebagian besar korbannya adalah para remaja, ini adalah masalah sosial yang

sangat serius karena mengancam generasi-generasi muda yang produktif

sebagai penerus bangsa.1

Demi menyelamatkan anak bangsa kita dari belenggu Napa, pihak

pemerintah sudah berupaya mengenai hal ini, namun semuanya tidak akan

berjalan jika tidak ada peran serta masyarakat, Undang-undang narkotika no

35 tahun 2009 pasal 104 ayat 1, menyatakan bahwa masyarakat mempunyai

1

(14)

2

kesempatan yang seluas-luasnya berperan serta dalam membantu upaya

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Napa. 2 berjudi, berkurban tentang berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan syaitan. maka jauhilah perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu mendapat keberuntungan ” .(Qs. Al-maidah, ayat 90)

#q)ÿR&r

“dan jangan lah kamu menjerumuskan dirimu dengan tanganmu sendiri ke dalam kebinasaan”. (Qs. Al-baqarah, ayat 195).3

Dampak penyalahgunaan narkoba beresiko sangat tinggi, ibarat rayap

yang mengeogoti kayu, Napa merusak psikis, fisik dan mental seseorang

yang berujung pada kematian. Perlu diketahui bahwa :

1. Penyalahguna Napa merusak kesehatan seseorang baik secara jasmani

maupun rohani

a. Penyalahgunaan Napa merusak susunan saraf pusat yang

mengakibatkan kerusakan sel otak yang irreversible, kerusakan hati,

jantung, ginjal, paru-paru dan organ tubuh.dan lainnya

2

Departemen Sosial, Bimbingan Teknis Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. (Jakarta:2002), h. 4.

3

(15)

b. Pecandu dengan suntikan mempunyai resiko kematian tujuh kali lebih

tinggi dan populasi umum pada kelompok umur yang sama.

c. Penggunaan jarum suntik bergantian oleh pengguna Napa suntikan

(IDU) adalah cara yang paling efektif menularkan HIV, virus

penyebab AIDS.

2. Penyalahgunaan Napa menimbulkan gangguan pada perkembangan

normal seseorang, daya ingat, perasaan persepsi dan kendali diri.

a. Karena penggunan Napa, akan diikuti oleh perubahan pikiran,

perasaan dan perilaku maka, hal-hal yang dalam kondisi normal tidak

akan dilakukan oleh seseorang, setelah memakai Napa tidak ada yang

tidak mungkin ia lakukan untuk melukai diri sendiri maupun

membunuh orang, artinya sang pecandu tidak lagi dapat bertindak

secara rasional.

b. Narkoba dapat mengubah watak seseorang yang lembut menjadi

bersikap lebih kasar.

3. Mengkonsumsi Napa saat hamil akan mengakibatkan kecacatan bagi sang

jabang bayi dan kelainan bawaan.

4. Penyalahgunaan Napa merusak karir seseorang, karena narkoba dan karir

tidak bisa berjalan bersama.

5. Akibat penyalahgunaan Napa yang sangat parah adalah merusak

keharmonisan keluarga, karena kehidupan narkoba yang tidak berfungsi

normal berkaitan erat dengan penyalahgunaan Napa yang akhirnya

(16)

4

Pada umumnya faktor-faktor penyebab penyalahgunaan Napa yaitu:

Keterangan:

1. Ketersediaan Napa

Peningkatan permasalahan penyelundupan dan peredaran gelap Napa

dewasa ini sudah sangat memprihatinkan. Indonesia sudah menjadi daerah

pemasaran gelap Napa dan sebagai produsen, bahkan terkenal sebagai

produsen ekstasi terbesar di dunia, maka upaya pemerintah dalam

menegakan hukum perlu dilakukan secara terpadu yaitu dengan

menerapkan undang-undang, dan peraturan-peraturan secara tegas dan

konsisten.

2. Faktor individu

Aspek kepribadian cirri-ciri yang dianggap sebagai faktor pendahulu

dari riwayat penyalahguna Napa pada seseorang antara lain yaitu:

a. Kepribadian ingin melanggar

b. Sifat memberontak

c. Melawan apa saja yang berbau otoritas

d. Menolak nilai-nilai yang tradisional

e. Mudah kecewa

f. Sifat tidak sabar

N A RKOTIKA

INDIVIDU LINGKUNGAN

(17)

3. Faktor lingkungan

Perkenalan pertama dengan Napa pada umumnya dipengaruhi oleh

teman sebaya, pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan

keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan cenderung

sukar untuk melepas diri, ditambah lagi keinginan seseorang untuk

diterima sebagai anggota kelompok dan keinginan dalam satu kelompok

ini semakin kuat.4

Pemahaman terhadap agama atau hal-hal yang bersifat spritualitas

mengalami pergeseran yang bermakna, agama dipahami secara parsial dan

hanya ada pada tataran tertentu serta minim dalam aplikasinya, sehingga

manusia kehilangan pegangan. Kemapaman pada aspek lahiriah lebih

mendominasi sedangkan pemenuhan terhadap kebutuhan psikis khususnya

spiritual cenderung terabaikan , shingga mengakibatkan individu tersebut

mengalami “kegeseran jiwa”. Dalam kondisi tersebut tidak sedikit

individu yang terperosok pada tindakan amoral, kriminalitas, pelacuran

dan Napa. 5

Peran orangtua sangat penting di dalam keluarga, orangtua harus

lebih mengawasi anak-anaknya dan mencari informasi sedalam-dalamnya

sehingga bisa mengetahui lingkungan di mana sang anak bergaul, jika

sang anak sudah terlanjur terbawa arus pergaulan yang salah sehingga

menjadi pecandu barang haram narkoba maka pengobatan rehabilitasilah

yang paling tepat guna memulihkan kembali kondisi sang anak,

4

BNN RI, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: 2009), h. 12-17.

5

(18)

6

sebagaimana yang telah tertera pada undang-undang narkotika Pasal 45

No 35 tahun 2009 pasal 54 tentang pengobatan dan rehabilitasi yaitu

Pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan dan perawatan.6

Sehubungan dengan permasalahan di atas diharapkan Pondok

pesantren Hikmah Syahadah mampu membantu memulihkan kondisi

penyalahgunaan narkoba dengan berbagai metode terapi ilahiyah, salah

satunya yaitu terapi gurat telunjuk petir, dan berkeyakinan bahwa obat

yang paling mujarab atas semua masalah adalah mengembalikan kepada

pendekatan religius di samping pendekatan psikilogis dan medis. Selain itu

juga dengan pendekatan religius bukan hanya menyembuhkan dari

ketergantungan tetapi diharapkan mampu membentengi sang pecandu agar

tidak terjerumus kembali.

Berkaitan dengan hal itu maka penulis tertarik untuk membahas terapi

ilahiah yang digunakan pondok pesantren Hikmah Syahadah yang

dipercaya mampu menyembuhkan para pecandu Nap a, dengan judul

“Terapi ilahiah bagi Korban Napza di Pondok Pesantren Hikmah

Syahadah Kampung Kadongdong Kabupaten Tangerang”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang akan

dibahas, dalam penulisan skripsi ini penulis memfokuskan penelitian pada

6

(19)

terapi ilahiyah yang digunakan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah.

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan untuk meneliti pelaksanaan

terapi ilahiah serta hasil yang dicapai pada periode tahun 2011.

2. Perumusan Masalah

Mengingat keterbatasan penulis dalam berbagai hal maka penelitian

ini penulis batasi pada:

a. Bagaimana pelaksanaan terapi ilahiah terhadap pasien penyalahguna

Napa?

b. Bagaimana Hasil yang dicapai dari pengobatan terapi ilahiah?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan terapi ilahiah

terhadap pasien penyalahguna Napa dan hasil pengobatannya.

a. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui pelaksanaan terapi ilahiyah bagi korban Napa

2) Untuk mengetahui hasil yang dicapai terapi ilahiah dalam

menyembuhkan penyalahgunaan Napa.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat Praktis

Memberikan masukan dan saran bagi para praktisi di Pondok

Pesantren Hikmah Syahadah khususnya dalam melayani pasien

penyalahgunaan Napa, serta menjadi bahan rekomendasi bagi

(20)

8

penanganan penyalahgunaan Napa, baik dalam pengambilan

keputusan maupun dalam melaksanakan program penanganan

penyalahgunaan Napa.

b. Manfaat Akademis

1) Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelaksanaan terapi

ilahiyah yang dilakukan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah

dalam menangani penyalahgunaan napa.

2) Memberikan sumbangan pengetahuan kompetensi pekerja sosial di

bidang penanganan penyalahgunaan Napa.

D. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya

penerapan metode kualitatif.7

1. Macam dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati

7

(21)

atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes.

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan

merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan

bertanya.8

Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan

tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan.

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari

arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.9

Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif

deskriptif tentang terapi metode ilahiah ini bersumber dari dari data

primer dan data sekunder.

Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari

sumber utama (pengurus dan pasien rehabilitasi di ponpes rehabilitasi

hikmah syahadah).

Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang

diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan

data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang

diperoleh di lokasi penelitian.

8

Ibid, h. 112

9

(22)

10

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia

dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya

selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit. Yang

dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini

dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun

melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.10

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mendatangi

langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan

intern ponpes yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya

kegiatan yang berkenaan dalam pelaksanaan terapi ilahiah.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh

sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau

orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan responden

atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara.11

10

Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media group, 2005), h.134.

11

(23)

Adapun yang akan diwawancarai adalah, yaitu :

No Informan Info yang dicari Jumlah Metode

Pengumpulan Data

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber

langsung tentang masalah yang akan diteliti. Wawancara ini akan

dilakukan secara bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman

wawancara agar pertanyaan terarah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan dan pengambilan data

berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dan arsip-arsip

milik ponpes rehabilitasi NAPZA hikmah syahadah atau tulisan-tulisan

(24)

12

3. Waktu dan Tempat

Penulis memilih Pondok Pesantren Hikmah Syahadah sebagai

objek penelitian atas beberapa pertimbangan dan alasan. Pertimbangan dan

alasan yang dimaksud adalah karena Pondok Pesantren tersebut sangat

menarik bagi penulis untuk diteliti, terlebih penulis pernah praktikum di

lembaga tersebut.

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren

Hikmah Syahadah yang beralamat di Kp. Kadondong Ds Pasir Nangka Rt

002/03 Kec Tigaraksa Kab Tangerang. Waktu penelitiannya dimulai pada

tanggal 19 Juli 2011.

4. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan, dalam

hal ini subyek penelitian bisa berupa lembaga, yaitu Pondok Pesantren

Hikmah Syahadah atau orang yang diwawancarai.

Sedangkan obyek penellitianya adalah meliputi bagaimana

pelaksanaan terapi ilahiah bagi korban Napa dan hasil yang dicapai.

5. Pemilihan Utama

Perhatian utama dari studi kasus adalah cara tentang bagaimana

kasus-kasus itu diseleksi, dalam penelitian ini adalah bagaimana proses

pemilihan informan. Dari data yang ada tercatat 32 pasien di Pondok

Pesantren Hikmah Syahadah 21 diantaranya pasien riwayat gangguan

kejiwaan atau stress dan 10 diantaranya pasien riwayat Napa, karena

(25)

yaitu gangguan kejiwaan, korban Napa dan anak nakal, namun penulis

hanya memfokuskan untuk mengangkat kasus tentang Napa. Dari 11

orang pasien hanya dua orang yang dinyatakan sembuh secara jasmani

artinya selebihnya mengalami gangguan kejiwaan akibat efek dari Napa.

6. Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan

menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul,

penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian

penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimanaterapi

metode ilahiah bagi korban Napa di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka penulis membagi

dalam lima bab, sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang dasar pemikiran, latar

belakang masalah, pembatasan dan penemuan masalah, tujuan dan manfa’at

penelitian, metodelogi penelitian, sistematika penulisan.

(26)

14

Dalam bab ini penulis akan mencoba memaparkan mengenai terapi, yang

meliputi pengertian terapi, terapi yang disyari’atkan oleh Al-Qur’an, terapi

pengobatan Napa secara medis, dan tujuan terapi. Selanjutnya penulis

mengartikan pengertian tentang metode dan ilahiah. Lalu menguraikan

tentang pengertian Napa dan penyalahgunanya yang meliputi faktor-faktor

pendukung penyalahguna Napa. Terakhir penulis menguraikan tentang

pengertian pondok pesantren serta fungsinya.

Bab III : Profil Lembaga

Menjelaskan tentang profil lembaga, dalam bab ini penulis menguraikan

temuan dan analisa data, pertama penulis menguraikan profil pondok

pesantren yang mencangkup latar belakang berdirinya, visi dan misi. Sarana

dan prasarana, struktur organisasi dan data pasien Napa.

Bab IV : Temuan dan Analisa Data

Pada pada bab ini penulis menguraikan hasil analisis penelitian tentang

pelaksanaan terapi ilahiah serta hasil yang dicapai.

Bab V : Penutup

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan serta saran

sebagai masukan bagi Pondok Pesantren.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam hal penelitian ini peneliti dapat membandingkan pada judul

skripsi “Pengaruh Pelaksanaan Zikir Syifa Terhadap Kesehatan Mental

(27)

Nurusyifa Kelapa Dua Jakarta Barat, yang ditulis oleh Tini Aulawiyah

Komba, dengan nomor nim 104052002000 mahasiswa jurasan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam. Di sini penulis dapat melihat bahwa metode yang

dipakai sebagai pengobatan korban Napa sama dengan metode yang penulis

teliti yaitu metode pendekatan religius atau pendekatan tradisional yang lebih

mengedepankan hal-hal yang bersifat ubudiyah seperti dikir syifa, sholat lima

waktu dan terapi mandi, namun di ponpes hikmah syahadah ada satu langkah

terapi lagi yang tidak sama pengobatannya dengan lembaga rehabilitasi

lainnya yaitu terapi gurat telunjuk petir sebagai media utama dalam

pelaksanaan terapi.

Selanjutnya penulis juga dapat membandingkan pada judul skripsi

“Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napa di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur”. Yang disusun oleh

Amalia dengan nomor nim: 104052001970 mahasiswi jurusan Bimbingan

Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Skripsi tersebut membahas proses pelayanan konseling rumah sakit

RSKO, sampai pada metode pelaksanaan konseling bagi pasien Napa. Demi

menentukan suatu langkah pengobatan atau penanganan awal yang akan

dilakukan oleh dokter. Sedangkan penulis membahas tentang metode

(28)

16

“usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan

penyakit, perawatan penyakit”.1 Dalam kamus kedokteran terapi diartikan

“sebagai pemberian pertolongan kepada orang sakit, usaha menyembuhkan

orang sakit atau bisa juga diartikan sebagai cara pengobatan”.2

Sedangkan dalam kamus lengkap psikologi dikatakan bahwa terapi

yang dalam bahasa Inggrisnya therapy merupakan suatu bentuk perlakuan

dan pengobatan, yang ditujukan kepada penyembuhan suatu kondisi yang

menyimpang (patologis) pada diri seseorang.3

Prinsip terapi menurut Dr. Dadang Hawari adalah berobat dan

bertobat, berobat artinya, membersihkan Napa dari tubuh pasien, bertobat

artinya si pasien memohon petunjuk Allah SWT, berjanji tidak akan

mengulanginya dan memohon kekuatan iman agar tidak lagi untuk

mengkonsumsi Napa, karena disamping perawatan medis, maka sholat,

do’a dan ikir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Sesuai

dengan firman Allah SWT surat Al-baqarah ayat 186 yang artinya: “aku

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan, kamus besar bahasa indonesia (kbbi),

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998). H, 935.

2

Ahmad Ramli. Kamus kedokteran (Jakarta: Djambatan, 1999) cet ke 23 h, 354.

3

(29)

mengabulkan permohonan orang yang mendo’a, apabila berdo’a

kepadaKU”

Didalam Hadist Nabi Muhammad Saw bersabda: “Setiap penyakit

ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasarannya maka dengan iin

Allah, penyakit itu akan sembuh”. (H.R. Muslim dan Ahmad).

Sehubungan dengan firman Allah dan Hadist Nabi diatas, pakar

dokter dapat menjelaskan bahwa “Dokter yang mengobati tetapi Tuhan

yang menyembuhkan”.

Hasil penelitian ilmiah juga membuktikan bahwa terapi medis saja

tidak lengkap tanpa do’a dan ikir begitupun sebaliknya, jika hanya do’a

dan ikir tanpa pengobatan medis maka tidak akan efektif. 4

2. Macam-Macam Terapi

Adapun macam-macam terapi yang bersumber dari Al-qur’an yang

disyari’atkan bagi umat Islam dalam melakukan pengobatan yaitu:

a. Terapi dengan istighfar

Kalimat istighfar astaghfirullahal ‘adziim alladzii laa ilaaha

illa huwal hayyul qayyuum wa atuubu ilahi. Apabila dilafalkan dengan

keyakinan, dihadirkan dalam hati, akan memberikan dampak positif

dalam kehidupan. Menurut sabda Nabi SAW bahwa istighfar akan

menghadirkan jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapinya.

Dalam hal ini akan memberikan kesembuhan dari penyakit yang

dideritanya. Hadist yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu, “Barang

4

(30)

18

siapa yang membiasakan istighfar, niscaya Allah akan melapangkan

jalan keluar dari setiap kesulitannya, dan kelapangan dari setap

kesusahannya, serta memberikan reeki kepadanya dari jalan yang tak

terduga. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)5

b. Terapi dengan dikir

Semua ibadah pada hakikatnya adalah satu usaha untuk

mengingat Allah, baik dengan takbir, tahlil, tahmid, pembacaan

Al-Qur’an dalam setiap sholat, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud

dan sampai diakhiri dengan salam.

Rasulullah Saw banyak menganjurkan para sahabat untuk

selalu bertasbih dan menerangkan kepada mereka keutamannya dalam

menggapai kebaikan dan menghapuskan dosa dan kesalahan dalam

menggapai ampunan dan ridha Allah untuk mencapai surgaNYA.6

ûï%!# dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allhlah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Rad 13:28)

c. Terapi dengan Do’a

Do’a merupakan terapi yang paling mujarab, ia musuh segala

bencana, dapat menolak bahkan dapat pula menghilangkannya

(31)

Do’a merupakan salah satu sarana untuk mengingat Allah, do’a

“Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah), bahwasannya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. al-Baqarah:186)8

Berdikir dan bertawakkal (bergantung kepada Allah

mempunyai kekuatan yang luar biasa, di dalamnya ada kekuatan

psikoreligius, yang dalam keilmuan termasuk dalam cabang

psikoneuro-ondokrim-immunologi. Yang artinya kondisi psikis akan

mempengaruhi syaraf dan selanjutnya mempengaruhi kelenjar, dan

kelenjar akan mengeluarkan cairan dalam tubuh yang disebut dengan

endokrim.9

Dari pembahasan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa terapi pengobatan yang disyari’atkan Al-Qur’an merupakan

suatu cara alternatif yang dilakukan sebagai pengobatan guna

8

A-Zahrani, Konseling Terapi, h. 508. 9

(32)

20

memulihkan kembali kondisi tubuh si pasien, dengan metode

pendekatan religius. Kekuatan psikoreligius dalam berdikir dan

berdo’a sangat membantu menciptakan suasana hati yang tenang dan

tentram, karena dengan kekuatan keyakinan dan penuh rasa harap

maka do’a tersebut insya Allah akan terkabul, disinilah pentingnya

menata hati dan mental.

Biasanya para “terapis” menggunakan media dan teknik yang

berbeda-beda dalam melakukan terapi, salah satunya yaitu dengan air

dan teknik pemijatan. Berikut penjelasan keduanya.

Air adalah nikmat dan karunia Allah yang luar biasa bagi umat

manusia, dengan mengutip al-qur’an, maka sebagai berikut pernyataan

Allah, “Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup” (QS

al-anbiya:30).10 Terapi air adalah bagian dari naturopati yaitu sistem

penyembuhan berdasarkan pengobatan alami dengan memanfa’atkan

kemampuan tubuh dalam menyembuhkan dirinya. Air memang

memiliki daya penyembuh entah itu dengan cara diminum atau untuk

berendam, bahkan ada yang mengkombinasikan terapi air dengan

alunan musik yang diperdengar lewat kolam.11

Dr. Masaru Emoto telah berhasil membuktikan bahwa air yang

diberi respon positif, termasuk do’a, akan menghasilkan bentuk

heksagonal yang indah, seperti kata-kata “cinta dan terima kasih”, lalu

air tidak berbentuk apapun ketika diberi kata “kamu bodoh”.

10

Masaru Emoto, The True Power of Water. Aam Translator, (Bandung:MQ Publishing, 2007), cet ke-IX, h.9.

11

(33)

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa air bisa membawa

pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bagi kaum

muslim bolehlah merujuk pada apa yang pernah disabdakan Nabi

Muhammad SAW tentang air amam, “air amam akan

melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”.12

Selanjutnya yaitu terapi dengan teknik pijat, teknik pijat cukup

sederhana, cukup menggunakan jari-jari tangan atau alat bantu. Terapi

pijat memang erat kaitannya dengan akupuntur. Hal ini karena dengan

memijat merupakan upaya untuk mencari kesembuhan, dan titik yang

digunakan dan yang dipijat merupakan titik-titik akupuntur. Teknik

akupuntur tersebut hingga kini berjumlah 360 titik yang tersebar di

seluruh tubuh, mulai dari wajah, leher, dada, punggung, tangan, dan

kaki. Ada pula titik khusus yang berada di bawah telinga. Titik di

telinga ini adalah ona organ dalam tubuh, semua organ dalam

jaringan tubuh memiliki area di daun telinga ini. ona telinga berfungsi

sebagaiona deteksi dan ona terapi. Zona terpi di telinga sepintas

sama dengan ona ona terapi dalam pijat refleksi.

Terapi pijat dapat merangsang keluarnya hormon endorfin

(hormon yang menimbulkan rasa bahagia), memadukan pengetahuan

tentang anatomi tubuh manusia yang menyeluruh, menyembuhkan

bagian-bagian tubuh tertentu, patologi dan psikologi manusia.

12

(34)

22

Sehingga, terapi ini hanya bisa bermanfa’at jika dilakukan dengan

seorang terapis yang terlatih.13

Adapun terapi pengobatan NAPZA dengan cara tindakan medis

untuk mengatasi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian,

berikut pembahasannya:

a. Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah terapi untuk melepaskan pasien dari

kelebihan dosis, intoksikasi, dan sindrom putus at. Detoksifikasi

merupakan tahap awal dari proses terapi gangguan mantal dan

prilaku akibat penggunaan at psikoaktif. Langkah-langkah

detoksifikasi yaitu sebagai berikut:

1) Jaga agar pernapasan selalu berjalan lancar, bila perlu beri

napas buatan, pasang intubasi trakeal dan pasang respirator

(10-12 kali per menit), bindari oksigen karena akan

menghambat pernapasan secara spontan.

2) Usahakan agar peredaran darah tetap lancar, bila jantung

berhenti berdenyut, lakukan masase jantung eksternal dan

berikan adrenalin intrakardial: bila terjadi fibrasi, gunakan

defibrilator; bila sirkulasi darah tidak memadai, beri infus 50 cc

sodium bikarbonat (3,75 g), untuk asidosis.

3) Pasang infus dan beri tetesan lambat, sampai dipastikan perlu

cairan infus, baru tetesan di dipercepat sesuai kebutuhan.

13

(35)

4) Awasi kemungkinan terjadinya kejang: kendurkan pakaian

yang terlalu menekan badan. Bila terjadi kejang, berikan

diaepam i.v. 10 mg, dapat diulang setiap 20 menit bila

diperlukan.

5) Bila kemungkinan terjadi hipoglikimia, beri glukosa 50% i.v.

sebanyak 50 cc.

6) Bila penggunaan at psikoaktif secara oral belum berlangsung

lama, pertimbangkan untuk menginduksi muntah atau lakukan

kuras lambung setelah irama jantung stabil. Gunakan sirup

ipecac 10-30 mg oral dan dapat diulang setelah 15-30 menit.

Bila belum berhasil jangan gunakan arang bersamaan dengan

ipecac karena arang akan menghambat ipecac. Kuras lambung

dilakukan stelah intubasi trakeal terpasang. Kuras lambung

dilakukan hanya bila penggunaan at psikoaktif berlangsung

tidak lama dari 4-6 jam, yang ekstrem sampai 12 jam. Waktu

yang lama ini khususnya pada penggunaan PCP karena PCP

mengalami siklus ulang dan dieksresi kembali ke dalam

lambung setelah lebih dari enam jam sesudah dimakan. Kuras

lambung jangan dilakukan bila pasien mengkonsumsi at

korosif, seperti kerosen, strychnine, atau minyak mineral.

Setelah isi lambung dikeluarkan, bilas dengan cairan isotonik

salin sebanyak 10-12 kali sampai cairan yang keluar tampak

(36)

24

terlalu banyak agar lambung tidak mengembang terlalu besar

sehingga at psikoaktif tida masuk ke dalam usus, simpan

muntahan untuk pemeriksaan toksikologi. Berikan arang atau

minyak kastor agar menghambat absorbi at psikoaktif oleh

lambung.

7) Diuresis jarang dilakukan, bila dilakukan dapat dipakai

furosemid 40-100 mg secara reguler. Jangan lupa

memperhatikan elektrolit dan air.

8) Sesudah keadaan kritis sudah teratasi, lakukan observasi

mula-mula setiap 15 menit selama empat jam. Sesudah itu setiap 2-4

jam selama 24-48 jam.

b. Terapi putus NAPZA

1) Terapi putus kokain

Rawat pasien ditempat yang tenang dan biarkan tidur dan

makan sepuasnya. Hati-hati terhadap kemungkinan percobaan

bunuh diri. Maka untuk mengantisipasi hal itu terjadi cukup

diberikan antidepresi bila perlu.

2) Terapi putus alkohol

Pasien diberikan benodiaepin yang berjanga panjang

(klordiaepoksid, diaepam) atau yang berjangka kerja pendek

(oksaepam atau loraepam). Bila terdapat gangguan fungsi

hati, sebaiknya digunakan benodeaepin berjangka kerja

(37)

digunakan benodeaepin berjangka kerja panjang, yang paling

sering digunakan adalah diaepam sebanyak 20 mg per oral

stiap dua jam, maksimal 100 mg pada hari pertama. Dosis

tersebut diturunkan setiap hari sekitar 10-20%.

3) Terapi putus amfetamin

Rawat inap pasien di tempat yang tenang, biarkan pasien tidur

dan makan sepuasnya, waspada dengan ide bunuh dir, maka

untuk menghindari hal ini dapat diberikan anti depresan bila

perlu.

4) Terapi putus tembakau

Tidak perlu di rawat inap di rumah sakit, bila diperlukan dapt

diberikan analgetik untuk megatasi rasa nyeri dan antiansietas

untuk mengatasi kegelisahan dan iritabilitasi.

5) Terapi putus kafein

Tidak perlu dirawat inap di rumah sakit. Bila diperlukan, dapat

diberikan antiansietas (misalnya, diazepam) untuk mengatasi

ketegangan otot dan ansietas.14

3. Fungsi dan Tujuan Terapi

Adapun fungsi dan tujuan terapi adalah sebagai berikut:

a. Fungsi pencegahan (preventif). Dengan mempelajari, memahami dan

mengaplikasikan terapi ini, maka seseorang akan terhindar dari hal-hal,

14

(38)

26

keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental,

spritual atau moralnya.

b. Fungsi penyembuhan atau (treatmen). Dengan adanya terapi ini akan

membantu seseorang melakukan pengobatan, penyembuhan, dan

perawatan terhadap gangguan dan penyakit, khususnya terhadap

gangguan mental, spritual, dan kejiwaan seperti dengan dikrullah, hati

dan jiwa menjadi tenang, damai dan sebagainya.

c. Fungsi pensucian dan pembersihan (sterilisasi/purification). Terapi ini

melakukan upaya pensucian-pensucian diri dari dosa.

Sedangkan tujuan terapi adalah

a. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan

rohani atau mental, spriual dan moral.

b. Menggali dan mengembangkan potensi esensi sumber Akibat

Penggunaan Zat daya insani.

c. Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam

kepribadian dan etos kerja.

d. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keikhlasan dan

ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.

e. Mengantarkan individu menenai, mencintai, dan berjumpa dengan

esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta at Yang Mahasuci yaitu

Allah SWT.15

15

(39)

B. Ilahiah

Pengertian Ilahiah dalam kamus bahasa Indonesia adalah ketuhanan,

namun pengertian secara istilahnya yaitu mengesakan atau menunggalkan atau

memperuntukan kepada Allah saja segala macam ibadah yang lahir dan yang

batin baik berupa perbuatan maupun perkataan, dan meniadakan peribadatan

dari segala sesuatu selain Allah, apapun wujudnya. Allah berfirman, “Dan

Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain

DIA...(Al-isra’:23)16

Jika digabungkan kedua teori di atas yaitu terapi adalah suatu

pengobatan alternatif sedangkan ilahiah adalah menunggalkan atau

mengesakan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Maka penulis dapat

menarik kesimpulan bahwa terapi ilahiah adalah pengobatan alternatif yang

mengedepankan keyakinan kepada Allah SWT artinya segala penyakit bisa

disembuhkan degan iin Allah SWT, melalui metode dikir dan do’a atau

hal-hal yang bersifat ubudiyah. Karena dengan meningkatkan ibadah kita kepada

Allah SWT dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada-NYA, hanya

Dia-lah yang bisa menolong, Dia yang maha pengasih lagi maha penyayang,

yang mengabulkan segala do'a, yang memiliki kekuatan tanpa batas.

16

(40)

28

C. NAPZA

1. Pengertian dan Jenis NAPZA

Istilah Narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika

Nasional (BNN) no SE/03/IV/2002, merupakan akronim dari Narkotika,

Psikotropika, Bahan Adiktif lainnya, Narkoba yaitu !at-!at alami maupun

kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh mengubah pikiran, suasana

hati, perasaan, dan perilaku seseorang.

2. Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa Inggris narcotics yang berarti obat

yang menidurkan atau obat bius17, sedangkan pengertian istilah lain

menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 pasal 1 adalah !at atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis atau bukan

sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan.

Di dalam pasal 6 Undang-Undang No.35 tahun 2009, Narkotika

dikelompokan ke dalam tiga golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan, contohnya opium, ganja, heroin, kokain dan lain-lain.

17

(41)

b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk

pengobatan yang digunakan sebagai piliha terakhir dan dapat

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan contohnya:

ben"etidin, betametadol, difenoksilat, hidromofinol, metadon, petidin

dan turunannya dan lain-lain.

c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Contohnya : kodein, norkodina, propiran dan

lainnya.18

Berdasarkan bahan asalnya narkotika terbagi dalam tiga golongan

yaitu:

a. Alami yakni jenis obat/"at yang timbul dari alam tanpa adanya proses

fermentasi, isolasi atau proses produksi lainnya. Contohnya ganja,

opium, daun koka dan lain-berasal dari alam dan tidak boleh

digunakan terapi adalah golongan I, terdiri dari:

1) Tanaman papaver soniferum L

2) Opium mentah, opium masak (candu,cijing, cijingko)

3) Opium obat

4) Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina, oknogim

5) Heroin, morfin (alkoid opium yang telah diisolasi)

18

(42)

30

6) Ganja dan dammar ganja.

b. Semi sintesis yakni #at yang diproes sedemikian upa melaui pross

ekstraksi dan isolasi. Contohnya morfin, heroin kodein, dll’. Jenis obat

ini menurut undang-undang no 22 1997 tentang narkotika, termasuk

dalam narkotika golongan II

c. Sintesis. Jenis obat atau #at yang diproduksi secara sintesis atau

keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang

rasa sakit (anelgik) seperti penekan batuk (antitusif).

Jenis obat yang termasuk kategori sintesis yaitu :amfetamin,

deksamfetamin, penthidin,methadone.

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika

terdapat tiga jenis yaitu:

a. Depressan (downer): adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi

aktifitas, membuat pengguna menjadi tertidur atau tidak sadar diri.

b. Stimulat (upper): adalah jenis-jenis #at yang dapat merangsang fungsi

tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja (segar bersemangat) secara

berlebihan.

c. Halusinogen: adalah #at kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan

efek halusinasi, dapat merubah perasaan dan pikiran.

3. Psikotropika

Psikotropika menurut pasal 1 butir (1), Undang-Undang No.5

Tahun 1997 tentang psikotropika, Adalah #at atau obat baik alamiah

(43)

pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan yang khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam

tiga golongan, yaitu:

a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam

terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Contohnya : LSD, MDMA, STP dan lainnya.

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sindroma ketergantungan. Contohnya : amfetamin, metamfetamin,

metakulon, dan lainnya.

c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sindroma ketergantungan. Contohnya : butalbital, buprenorfina,

flunira$epam dan lain-lain.

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk

pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk

(44)

32

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya : dia%epam,

lefetamina, nitra%epm dam lain-lain. 19

Jenis-jenis psikotropika yang salah digunakan yaitu:

a. Ecstasy. Dikenal dengan nama: inex, I, kancing, huge drugs, yuppie

drug, essence clarity, butterfly, black heart. Bentuk berupa tablet dan

kapsul. Warna bermacam-macam. Penggunaan meminumnya dengan

ditelan.

Efeknya yaitu, Timbul rasa gembira secara berlebihan. Banyak orang

yang mengkonsumsi ecstasy untuk tujuan bersenang-senang dan

saking gembiranya kadang tidak malu untuk melakukan pesta seks.

Merasa cemas. Tidak mau diam. Rasa percaya diri meningkat.

Mengalami keringat dan gemeteran. Susah tidur. Sakit kepala dan

pusing-pusing serta mual.

b. Shabu, dikenal dengan nama Kristal. Bentuknya berupa Kristal.

Mempunyai warna putih. Penggunaan memakainya dengan dibakar

menggunaka alumunium foil dan asapnya dihirup melalui hidung,

dibakar dengan menggunakan botol kaca khusu dan disuntikan

Efeknya seperti, badannya merasa lebih kuat dan energik. Tidak mau

diam. Rasa percaya diri meningkat. Rasa ingin diperhatikan orang lain.

Nafsu makan berkurang. Jantungnya berdebar. Tekanan darah

meningkat. Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan.

Penggunaan shabu mendorong tubuh untuk terus beraktifitas dan

19

(45)

berkeringat lebih sehingga menyebabkan tubuh mengalami kekurangan

cairan.

4. Bahan Adiktif

Adalah bahan-bahan aktif atau obat dalam organism hidup

menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat

menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan untuk

menggunakan kembali secara terus menerus.

Jenis-jenis bahan adiktif yaitu:

a. Inhalen yakni &at yang terdapat pada lem dan pengencer cat (thiner).

Penggunaan: dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian

mendadak, dan tercekik. Mempunyai efek yaitu hilang ingatan. Tidak

dapat berfikir. Kerusakan pada sistem syaraf utama. Mudah berdarah

dan memar. Kerusakan hati dan ginjal. Sakit mag. Sakit pada waktu

buang air kecil. Kejang-kejang otot dan batuk-batuk. Penyalah gunaan

inhalen dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf

dan organ tubuh lain, dan jika pengguna melakukan aktifitas normal

seperti berlari dan berteriak dapat mengakibatkan kematian karena

gagal jantung.

b. Alcohol. Yaitu minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari

bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara

fermentasi atau destilasi, baik melalui perlakuan sebelumnya,

menambah bahan lain, mencampur konsentrat dengan ethanol, ataupun

(46)

34

Akibat yang ditimbulkan oleh alcohol bagi tubuh atau kesehatan

adalah: Menyebabkan defresi pada sistem syaraf pusat. Jika

penggunaan dicampur dengan obat lain si pemakai akan pingsan dan

kejang-kejang. Menyebabkan pembengkakan dan terbendungnya darah

otak. Menimbulkan toleransi dan ketagihan. Peradangan di lambung.

Melemahkan jantung dan hati menjadi keras

c. Tembakau/rokok. Zat yang berhubungan luas dengan penggunaan

tembakau biasanya dalam bentuk rokok, pengaruh penggunaannya

dapat dilihat apabila digunkan dalam jumlah yang cukup banyak dan

waktu yang cukup lama, 'at temabakau itu sendiri dapat menyebabkan

ketergantungan namun yang sangat membahayakan adalah 'at racun

yang erkandung di dalam tembakaunya.

Nikotin adalah salah satu dari 4000 'at kimia pada tembakau.

Rokok mengandung 43 'at kimia beracun termasuk tar dan karbon

monoksida yang dinyatakan sebagai penyebab kanker dan dua tetes

murni nikotin dapat membunuh orang dewasa secara instan.

Efeknya yakni menyumbat saluran-saluran darah jantung

sehingga memperlambat aliran darah. Menimbulkan penyakit kanker.

Serangan jantung. Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin20

5. Penyalahguna Napza

Penyalahguna nap'a adalah penggunaan salah satu atau beberapa

jenis Nap'a secara berkala atau secara teratur diluar indikasi

20

(47)

medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan

gangguan fungsi sosial.

Permasalahan penyalahguna Nap(a merupakan permasalaan yang

demikia kompleks yang merupakan interaksi dalam tiga faktor, diantaranya

yaitu: faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor ketersediaan narkoba

itu sendiri.

a. Faktor Individu

1) Aspek kepribadian. Apabila dilihat dari aspek kepribadian ini,

terdapat dua aspek faktor pemicu, pertama tingkah laku anti sosial

antara lain: keinginan untuk melanggar, sifat untuk memberontak,

tak ingin hal-hal yang bersifat otoritas, menolak nilai-nilai

tradisional, mudah kecewa dan tidak sabar serta adanya keinginan

diterima di dalam kelompok pergaulan.

Lalu yang kedua adalah Kecemasan dan depresi antara lain: tidak

mampu menyelesaikan kesulitan hidup, mennghindari rasa cemas

dan depresi, sehingga melarikan ke penyalahgunaan narkoba.

2) Aspek pengetahuan, sikap kepercayaan natara lain: mengikuti

orang lain yang menggunakan, tidak mengetahui bahaya narkoba,

ingin coba-coba diterima di dalam pergaulan.

3) Keterampilan komunikasi menolak tekanan teman sebaya.

4) Faktor genetik.

(48)

36

Penyebabnya antara lain yaitu kondisi keluarga atau orang tua,

pengaruh teman sebaya, faktor skolah, pengaruh iklan dan kehidupan

masyarakat modern.

c. Faktor Ketersediaan

Antara lain: tersedia dimana-mana dan mudah diperoleh karena

maraknya peredaran narkoba, bahkan indonesia sudah sebagai

produsen narkoba, karena bisnis narkoba yang menjanjikan

keuntungan besar, lalu penegakan hukum di indonesia yang belum

tegas dan konsisten.21

Dari ketiga faktor penyebab penylahguna narkoba, yang paling

terpenting adalah faktor individu, artinya masing-masing ndividu harus

bertanggung jawab atas perilakunya dan tidak dapat

mempermasalahkan orang lain atau keadaan yang dihadapinya. Untuk

itu ia harus dapat mengambil keputusan yang baik atau buruk bagi

dirinya sendiri.

Dampak atau akibat penyalahguna narkoba, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi Diri Sendiri

1) Fungsi otak dan perkebangan normal remaja terganggu, mulai dari

ingatan, perhatian, persepsi, perasaan dan perubahan pada

motivasi.

21

(49)

2) Menimbulkan ketergantungan, overdosis, gangguan pada organ

tubuh, seperti hati, ginjal, paru-paru, lambung, reproduksi serta

gangguan jiwa.

3) Perubahan pad gaya hidup dan nilai-nilai agama, sosial dan

budaya, misalnya indakan asusila, sosial bahkan anti sosial.

4) Akibat jarum suntik yang tida steril dapat terkena HIV/AIDS,

radng pembuluh darah, jantung, hepatitis C, dan tuber kolose.

b. Bagi keluarga

1) Orang tua menjadi malu, sedih, merasa bersalah, marah bahkan

kadang-kadang sampai putus asa.

2) Suasana hati kekeluargaan berubah tidak terkendli karena sering

terjadi pertengkaran, saling mempersalahkan, marah, bermusuhan

dan lain-lain.

3) Uang dan harta benda habis terjual, serta masa depan anak tidak

jelas karena putus sekolah dan mdaran gelap narkoba.

c. Bagi masyarakat

1) Lingkungan menjadi rawan terhadap penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba.

2) Kriminalitas dan kekerasan meningkat.

3) Ketahanan wilayah menurun.

Ciri-Ciri Penyalahguna Narkoba Yaitu:

(50)

38

1) Jalan sempoyongan

2) Sering didatangi atau menerima telpon dari orang yang tidak

dikenal

3) Kamar selalu dikunci

4) Ditemukan obat-obatan, peralatan seperti kertas timah, jarum

suntik, korek api di kamar atau di dalam tasnya.

5) Sering kehilangan uang atau barang berharga di rumah.

b. Perubahan psikologis.

Malas belajar, mudah tersinggung dan sulit untuk berkonsentrasi.

c. Perubahan perilaku sosial

1) Menghindari kontak mata langsung, melamun atau linglung.

2) Berbohong atau memanipulasi keadaan.

3) Kurang disiplin dan uka membolos

4) Mengabaikan kegiatan ibadah

5) Menarik diri dari aktifitas keluarga dan sering mengurung diri di

kamar/tempat tertutup.

D. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah Pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri

yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, yang

berasal dari kata bahasa Arab fundug yang berarti hotel atau asrama.

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang di awali kata pe dan

(51)

Jadi kesimpulannya adalah bahwa pondok pesantren adalah

lembaga pendidikan yang berarsitektur pedesaan berciri khas kobong atau

pemondokan sebagai tempat tinggal para murid yang disebut santri. Dan

kiyai sebagai ajeunganatau guru sekaligus pemimpinnya.

2. Fungsi Pondok Pesantren.

a. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan

Pesantren pada awalnya berdiri sebagai fasilitas yang relatif

sederhana, sehingga metode pendidikan yang dipakai oleh pesantren

dianggap cukup unik, kita mengenal model pendidikan agama dengan

cara bandungan dan sorongan (seorang kiyai atau guru membaca,

menerjemahkan dan menjelaskan maksud kitab sementara para santri

menyimaknya). Model seperti ini masih berlaku hingga sekarang.

b. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Sosial

Sebagai lembaga sosial kemasyarakatan, pesantren dituntut

untuk mampu menghadapi tantangan perubahan )aman, dalam rangka

menjawab tantangan masa depan. Pesantren harus mampu melakukan

terobosan-terobosan nilai yang pada gilirannya mampu menyentuh

dasar-dasar kehidupan pesantren sehari-hari.

c. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Dakwah

Dakwah yang dilakukan pndok pesantren salah satunya adalah

dakwah bil-hal, yaitu dengan terlibat langsung menangani obyek

dakwah (masyarakat luas) melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat

(52)

40

Kepedulian pesantren untuk menangani problematika sosial

secara langsung ini, mengacu kepada realitas sosial itu sendiribahwa

pesantren yang mempunyai akar yang kuat dilapisan masyarakat,

sebenarnya memiliki dua sisi mata uang yang bergandengan. Pada

gilirannya pendekatan actual ini, melahirkan warna sosial yang

dirasakan sebagai refleksi etos keagamaan yang dilembagakan oleh

pesantren.22

22

(53)

41 BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Gambaran Umum Lembaga

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesntren Hikmah Syahadah

Berkembangnya tuntutan di dalam masyarakat akan kehadiran suatu

lembaga rehabilitasi yang bisa diandalkan untuk membantu, membimbing

dan membentengi para korban penyalahguna narkoba yang semakin

meningkat dari waktu ke waktu maka dengan keyakinan pengobatan

religius yang sangat mengena bagi batin para pecandu, disamping

pengobatan medis dan psikologis, diharapkan para pecandu mampu

membentengi dirinya dan mampu terlepas dari jerat narkoba, karena

agama telah memiliki aturan yang jelas dan pasti yang tidak hanya

membawa keselamatan bagi dunia, tetapi juga keselamatan akhirat.

Atas dinamika tersebut dan atas kepercayaan dari masyarakat maka,

Pondok Pesantren Hikmah Syahadah sebagai suatu bentuk lembaga

pendidikan keagamaan yang juga didukung dengan keahlian pengobatan

alternatif berdasarkan syari’at agama Islam.

2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Hikmah Syahadah

Pendirian Pondok Pesantren Hikmah Syahadah di prakasarai dan

dicetuskan oleh al-ustad* Drs. H. Romdhin H. Rian MM. Yang sekaligus

sebagai pendiri pondok Pesantren ini sedianya hanya diperuntukan sebagai

suatu lembaga pengembangan syiar agama Islam, dan dalam upaya

(54)

42

Pada tanggal notaris No. 4 Tanggal 28-08-2000. Bangunan pondok

sendiri didirikan di atas areal pribadi dari pimpinan pondok. yang

berdasarkan pada agama islam.

Bangunan pondok pertama kali didirikan dengan bangunan yang

cukup sederhana berbahan bambu dan beratap sirap yang disebut kobong.

Sesuai perkembangan dan kemampuan yang ada, pondok pesantren mulai

mendirikan bangunan-bangunan permanen sebagai pendukung tanpa

meninggalkan ciri khas bangunan kobong itu sendiri.

Pada awal kegiatan pendidikan pondok pesantren menggunakan

perguruan ilmu bela diri dimana telah banyak menarik pemuda pemudi

dari berbagai daerah. Dalam perguruan ini berkembang suatu metode

pengobatan alternatif yang dijuluki “Terapi Telunjuk Petir’ sebagai suatu

metode pengobatan tenaga dalam yang dikembangkan oleh pimpinan

pondok pesantren hikmah Syahadah.

Pada awal perkembangan metode pegobatan ini hanya diaplikasikan

kepada para santri, keluarga dan masyarakat sekitar dengan beragam

keluhan penyakit. Seiring dengan berjalannya waktu metode ini mulai

meluas hampir seluruh indonesia.

Pada waktu yang hampir bersamaan dengan mulai terkenalnya metode

pengobatan “Telunjuk Petir” , terjadi suatu gejolak di dalam masyarakat

akibat mulai maraknya penyalahgunaan narkoba yang menimpa para

pemuda di negeri ini. Didasari oleh rasa keprihatinan terhadap para korban

(55)

pengobatan, podok pesantren hikmah syahadah pada awal tahun 2000

mulai mencoba mengobati beberapa pasien penyalahgunaan narkoba dari

tingkat normal sampai yang telah mengalami gangguan kejiwaan. Melalui

i+in Allah doa dan wasilah dalam pengobatan pasien yang ditangani

mengalami penyembuhan.

Hasil-hasil memuaskan yang dicapai pondok pesantren membuat

meningkatnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat. Dan atas dasar itulah

pondok pesantren mulai merintis suatu bentuk lembaga di bawah yayasan

podok pesantren hikmah syahdah yang terfokus menangani masalah

keergantunagn narkoba, kenakalan anak, dan kejiwaan dengan metode

penanganan terpadu yang dikhususkan untuk menangani santri-santri

tersebut. Lembaga ini dinamakan “Lembaga Rehabilitasi Narkoba, Anak

Nakal, dan Kejiwaan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah”.

3. Sarana dan Prasarana

a. Tiga bangunan permanen yang berjumlah 11 lokal yakni gedung H.

Rian terdiri dari 9 lokal, gedung Hj, Sa’adah yang terdiri dari 2 lokal.

b. Dua bangunan kobong dari bahan bambu yang saat ini berfungsi

sebagai kamar petugas.

c. Satu ruang kantor yang berfungsi sebagai ruang perpustakaan,

pimpinan, dan pelayanan registrasi serta administrasi bagi santri baru.

d. Delapan toilet

(56)

44

(57)

5. Data Pasien Napza

NO. NAMA PASIEN TANGGAL MASUK

PONDOK PESANTREN

1 Rendy 23 Maret 2011

2 Gatot 20 November 2010

3 Safiq 21 Maret 2011

4 Zaki 7 Agustus 2010

5 Arief 25 Januari 2011

6 Melfan 5 April 2010

7 Tomi 9 April 2009

8 Tritanto 23 Juli 2011

9 Doni 13 Mei 2010

(58)

46 BAB IV

TEMUAN MASALAH DAN ANALISA DATA

Pada Bab ini penulis akan membahas tentang Terapi metode Ilahiah

bagi Korban Nap,a di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah, dengan

menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, wawancara

catatan lapangan dan dokumentasi dengan teori-teori yang telah dijelasakan

pada Bab II.

Seperti yang sudah dibahas pada bab II, terapi ilahiah yaitu pengobatan

alternatif yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat ubudiyah, seperti

do’a dan d,ikir. Adapun pelaksanaaannya yaitu sebagai berikut.

A. Pelaksanaan Terapi ilahiah di Pondok Pesantren Hikmah syahadah

Pada awalnya pengurus melakukan beberapa tahapan bagi santri baru,

seperti tes wawancara mengenai latar belakang keluarga dan riwayat penyakit

atau body check. Setelah melakukan beberapa tahapan barulah para santri di

tempatkan di kamar yang disesuaikan dengan emosional santri dan melakukan

upaya detoksifikasi.

Detofsifikasi adalah upaya pemutusan pasien dengan Nap,a, artinya

pada saat itu pasien sudah tidak diperbolehkan lagi mengkonsumsi Nap,a.

Terapi ini bersifat sebagai pertolongan pertama bagi pasien untuk bisa pulih

kembali akibat pengaruh obat seperti muntah-muntah, hidung meler, tidak bisa

tidur dan lain sebagainya, Masa detoksifikasi di Ponpes Hikmah Syahadah ini

Gambar

Table 1.  Pengambilan informan.............................................................
Gambaran lembaga,
GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan yang terlihat adalah sistem pendidikan yang mulai akrab dengan metode ilmiah, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi program dan kegiatan,

“ Sebagai santri di Pondok Pesantren As Salafiyah Kelurahan Srengsem Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung saya harus mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan

Karena bagaimana mungkin itu benar adanya karena tidak akan ada yang mampu menandingi Dia Sang Tak Terbatas. Tiada makhluk berada di luar dinding tempat suci ini, hidup