SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
KURNIA 106016200599
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Kurnia, Pengaruh Metode Inkuiri –Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada meteri termokimia. Penelitian ini dilakukan di MAN Rengasdengklok-Karawang.tahun ajaran 2010/2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa kelas XI IPA A sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas XI IPA B sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil
belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji ―t‖. Dari hasil perhitungan uji t
diperoleh nilai thitungsebesar 6,6888 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 sebesar 1,931 atau thitung > ttabel. Ini berarti Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh dalam penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri-discovery learning dapat mneningkatkan hasil belajar siswa.
ii
ABSTRACS
Kurnia, Contribution of Inquiry-discovery learning Method Toward the Result of students of Materials Thermochemical. Skripsi, Chemistry Education Program, Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.
This research aims to know comparison the result of students chemistry between using cooperative learning model type NHT and TPS. The research has conducted in SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, academic year 2010/2011. The research method used is a quasi experimental and sampling using a purposive sampling technique. Study sample amounted to 34 students a class XI IPA 6 as the first experimental class and 34 students a class XI IPA 7 as second experimental class. The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result
tested using t-test. The research shows the result from the calculation of “t” test
(α = 0,05), obtained that score (5,74) > ttable (1,99). It’s means Ho refused.
iv
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul
“Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan segala daya dan upaya, penulis berusaha menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis tidak menutup diri untuk
menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin tidak terlaksana tanpa adanya
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak/ibu:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dedi Irwandi, M.Si selaku dosen penasehat sekaligus pembimbing I yang senantiasa
membantu mahasiswanya.
5. Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu,
tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam
menyusun skripsi ini.
6. Drs. Kusnawan, M.P.Mat, selaku kepala sekolah MAN Rengasdengklok.
7. Orang tua saya yang mendukung lahir dan batin serta tak henti mendoakan saya.
8. Suami ku yang senantiasa mendukung.
iv
11.Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu namun
tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya.
Besar harapan penulis agar penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan untuk penulis khususnya.
Jakarta, Januari 2014
v LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK………... i
DAFTAR ISI……… iii
DAFTAR TABEL……… v
DAFTAR GAMBAR……… vi
DAFTAR LAMPIRAN……… vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Identifikasi Masalah………... 6
C. Pembatasan Masalah……….. 7
D. Perumusan Masalah……… 7
E. Tujuan Masalah……….. 7
F. Manfaat Masalah……… 7
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori………... 9
1. Metode Inkuiri-Discovery Learning……….. 9
2. Metode Ceramah dan Latihan (Drill) ………... 16
3. Belajar dan Hasil Belajar………... 21
B. Kerangka Berfikir………... 26
C. Hipotesis Penelitian……… 28
D. Hasil Penelitian Yang Relevan………... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 31
B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel... 31
v
F. Instrumen Penelitian……… 34
1. Tingkat Kesukaran……….... 35
2. Daya Beda………. 35
3. Validitas Instrumen……….... 36
4. RealibilitasInstrumen………. 37
G. Teknik Analisis Data……… 38
1. Uji Normalitas Data………... 38
2. Uji Homogen……….. 39
3. Pengujian Hipotesis………... 40
H. Hipotesis Statistik ………... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data………. 42
1. Deskripsi Data……… 42
2. Analisis Data……….. 43
B. Pembahasan……….. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 52
B. Saran………. 53
DAFTAR PUSTAKA………... 54
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian
Tabel 4.1 Hasil belajar kelas eksperimen
Tabel 4.2 Hasil belajar kelas kontrol
Tabel 4.3 Hasil uji normalitas data hasil belajar
kelas eksperimen
Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data belajar
kelas kelas kontrol
Tabel 4.5 Hasil uji homogenitas data hasil belajar
kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (pretest)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 ………... 27
Gambar 2.3 ……… 28
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran kontrol……… 61
Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen……… 64
Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen………... 78
Lampiran 4 Lembar kerja siswa………... 92
Lampiran 5 Nilai hasil ujian siswa………... 95
Lampiran 6 Distribusi frekuensi posttest ……… 96
Lampiran 7 Perhitungan uji normalitas posttest ………. 100
Lampiran 8 Perhitungan uji homogenitas ………... 102
Lampiran 9 Perhitungan uji hipotesis uji-t………... 103
Lampiran 10 Tabel nilai kritis uji liliefors……….... 104
Lampiran 11 Tabel nilai presentil distribusi F……… 105
Lampiran 12 Tabel distribusi t……… 108
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu
perkembangan dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu dan sebagai warga negara.1 Pendidikan adalah
usaha manusia untuk membina keperibadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat, kebudayaan dan agama.2
Adapun tujuan pendidikan dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyatakan bahwa:
―Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.‖3
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut tentunya harus di
tunjang dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan
nasional dalam arti dan lingkup yang seluas-luasnya merupakan titik berat
pembangunan di bidang pendidikan. Dalam rangka upaya mewujudkan mutu
yang setinggi-tingginya, pemerintah dan masyarakat yang berasal dalam
jajaran pendayaguna sumber daya pendidikan tak henti-hentinya mengadakan
pembenahan terhadap dimensi-dimensi penentu kemajuan pendidikan.4
Upaya pendidikan diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran adalah upaya untuk mengubah siswa yang belum terdidik
1
Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMUN III Ambon, (Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 2, November, 2004), h. 1
2
Zulfikar Ali Buto, Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner DalamNuansa Pendidikan Modern, Millah Edisi Khusus Desember 2010 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe Email: zaule_lsm@yahoo.com hal. 56
3
UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003, h. 3 4
Zulfa Amrina, Studi Tentang Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan Taraf Intelegensi Siswa,
menjadi siswa yang terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang
sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.5 Untuk melaksanakan
proses pembelajaran perlu adanya persiapan dari seorang guru diantaranya
persiapan terhadap situasi, persiapan terhadap peserta didik yang akan
menerima pelajaran, persiapan metode mengajar, persiapan alat bantu dan
persiapan bahan pelajaran.
Dalam pembelajaran tersebut terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi. Diantaranya yaitu faktor guru, siswa, sarana, prasarana dan
lingkungan. Guru adalah salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan sebagai penyalur ilmu, motivator,
pembimbing dan banyak lagi peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru
sebagai pendidik tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga sebagai
fasilitator yang membelajarkan peserta didik. Sebagai fasilitator guru harus
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing
peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam
diri peserta didik baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotor). Selain peran guru yang sudah disebutkan di atas,
peran penting guru lainnya yaitu menguasai dan memahami serta
mengaplikasikan jenis-jenis/variasi metode pembelajaran sebagai usaha guru
untuk menjadikan siswanya merasa nyaman untuk belajar, membuat siswa
tertarik untuk mempelajari materi yang terkadang dianggap rumit, dan
menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan.
Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor
siswa yang perannya tidak kalah penting dengan guru. Selain sebagai
penerima ilmu yang diberikan guru, siswa juga berperan dalam hal
pemahaman materi yang diterimanya dari guru. Untuk itu peran aktif siswa
haruslah diperhatikan. Jangan sampai siswa hanya duduk terdiam menerima
materi dari guru saja. Sangat dianjurkan siswa ikut serta dalam membangun
5
pemaham agar ilmu yang didapat tidak mudah dilupakan. Artinya materi yang
diberikan bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal tersebut dapat terwujud jika
guru bisa mengexploitasi potensi siswa dan mengajak terjun langsung
menemukan masalah.
Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor
sarana dan prasarana. Dan dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor
yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas
dan faktor iklim sosial-psikologi. Adapun faktor organisasi kelas diantaranya
persiapan, pemeliharaan disiplin dan pemberian dorongan belajar, komunikasi
pengajar, peserta didik serta bangunan tempat atau kelas.6
Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang memberikan
jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana fenomena alam yang
berkaitan dengan komposisi, struktur, dinamika dan energetik zat yang
melibatkan keterampilan dan penalaran.7
Sudah menjadi rahasia umum, kimia merupakan salah satu mata pelajaran
yang sulit dimengerti karena bersifat abstrak walaupun manfaat nyatanya
banyak dan sangat berhubungan langsung dengan aplikasi kehidupan
sehari-hari. Dengan karakteristik konsep kimia yang rumit dan abstrak seperti
disebutkan di atas maka dibutuhkan metode yang dapat memudahkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut.
Kualitas proses pembelajaran kimia dewasa ini dapat dilihat dari
kegiatan pembelajaran yang bersifat regular, artinya pemilihan pendekatan,
strategi, metode kurang bervariasi atau bisa dikatakan masih bersifat
konvensional. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan orientasi
dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari
siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes. Proses
belajar yang demikian memungkinkan siswa tidak mengalami banyak hal yang
seharusnya menjadi pengalaman yang dapat menunjang pengetahuannya. Dan
6
Bohar Suharto, Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 55
7
siswa pun akan merasa bosan karena tidak ada hal yang menarik yang
disajikan guru. Apalagi materi kimia yang dianggap sulit.
Peningkatan mutu pembelajaran kimia secara khusus diperlukan
perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebelumnya proses belajar
mengajar untuk mata pelajaran kimia kurang fokus pada siswa. Artinya bahwa
masih banyaknya pelaksanaan pembelajaran yang di dominasi oleh guru. Dari
mulai pemberian materi, pemecahan masalah dan hal lain yang sebenarnya
bisa dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa diperlukan
model, strategi maupun metode belajar yang efektif, terutama untuk materi
pelajaran atau pokok bahasan yang bersifat abstrak atau materi yang sifatnya
tidak cukup hanya melalui pemberian materi secara verbal. Salah satu jalan
keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung dalam menemukan masalah
dan memecahkannya baik secara mandiri maupun berkelompok.
Aunurrahman menjelaskan implikasi prinsip belajar dalam
pembelajaran, salah satunya yakni prinsip keterlibatan langsung. Dimana
siswa di dalam proses pembelajara memiliki intensitas keaktifan yang lebih
tinggi. Siswa tidak hanya mendengar, mengamati dan mengikuti melainkan
terlibat langsung dalam melaksanakan percobaan, peragaan atau
mendemonstrasikan sesuatu.8
Jika dalam pembelajaran siswa merasa belum paham dan tidak mampu
menemukan konsep utama dalam meteri yang diberikan mengenai kimia
khususnya, maka ada kemungkinan materi kurang tersampaikan dengan jelas
dan disinilah peran guru diperlukan. Dengan kata lain guru bertugas membuat
siswanya memahami materi dengan menggunakan metode maupun stratetgi
tertentu.
Ketuntasan belajar yang belum sepenuhnya tercapai, tujuan
pembelajaran yang belum benar-benar fokus secara maksimal, kurangnya
8
Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
variasi metode belajar yang digunakan guru dalam pembelajaran
mengakibatkan siswa tidak bisa merasakan sensasi belajar dengan
menggunakan metode lain selain ceramah. Hal tersebut adalah faktor yang
bmenjadikan kurangnya kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan analis
ketika melakukan suatu percobaan dengan menggunakan konsep dan prinsip
kimia yang dipelajari. Disinilah peran guru dalam menerapkan metode
maupun strategi yang tepat untuk mensiasati permasalahan tersebut.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.9 Dengan metode yang
baik dan bersifat efisien terhadap bahan ajar maka besar kemungkinan materi
tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh siswa. Untuk itu guru
perlu memiliki keterampilan dalam memilah dan memilih metode mana yang
akan digunakan supaya mendapat ketuntasan dalam pembelajaran. Baik itu
ketuntasan pada pemahaman siswa, ketercapaian nilai yang bagus serta
kualitas kemampuan siswa menjadi lebih baik.
Terdapat banyak metode dalam dunia pembelajaran. Namun guru
harus memperhatikan metode, strategi, pendekatan ataupun model
pembelajaran mana yang sekiranya dapat menopang kemampuan siswa agar
mudah dalam memahami materi yang diberikan. Salah satu metode yang
berpusat pada siswa (student centre) yang mengajak siswa terjun langsung dalam identifikasi masalah, mengumpulkan data secara mandiri dan
memprosesnya secara berkelompok dan membuktikan hasil identifikasi
melalui percobaan serta melatih siswa untuk membuat kesimpulan dari data
yang diperoleh adalah metode inkuiri-discovery learning.
Pengetahuan yang diperoleh melalui proses penemuan akan bertahan lama dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
9
penalaran dan kemmapuan berfikir secara bebasdan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.10
Permasalahan dalam pembelajaran diharapkan dapat teratasi dengan
penggunaan metode inkuiri-discovery learning yang sebelumnya belum pernah digunakan. Metode ini menekankan pada kemandirian, proses berfikir
secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu
masalah. Jadi pada dasarnya tujuan inkuiri adalah melatih siswa belajar
menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Juga
memahami materi tersebut melalui pengalaman yang ditemukan melalui
proses inkuiri. Dan melalui metode inkuiri-discovery learning ini pula diharapkan mampu mengasah kemampuan siswa dalam hal kognitif maupun
afektif.
Peneliti terdahulu telah banyak meneliti terkait metode pembelajaran
inkuiri. Nik Kar dan kawan-kawan dalam jurnalnya yang berjudul Kesan Pendekatan Inkuiri Penemuan Terhadap Pencapaian Pelajar Dalam Mata
Pelakaran Kimia dan Hermalina Abarua dalam jurnalnya yang berjudul
―Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada
siswa SMUN III Ambon‖, keduanya menyatakan bahwa terdapat perubahan
hasil belajar yang signifikan sesudah menggunakan metode inukiri.
Berdasarkan latar belakang tersebutlah peneliti ingin mengetahui
sejauh mana pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia.
B. Identifikasi Masalah
Dari hasil pembahsan latar belakang masalah, penulis menyimpulkan
permasalahan yang ada diantaranya:
1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru
2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga
menghambat pemahaman siswa
10
3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa
mengenai suasana belajar
4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian yang akan penulis kaji kali ini dibatasi
dalam kajiannya yaitu:
1. Penelitain dilakukan pada siswa kelas XI MAN
Rengasdengklok-Karawang.
2. Materi pelajaran yang diteliti peneliti adalah materi termokimia.
3. Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kimia siswa
setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaraan
inkuiri-discovery learning pada kelas eksperimen kedua dilihat dari aspek kognitifnya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ―adakah pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia?.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat
1. Dapat memberikan informasi kepada guru kimia tentang metode
inkuiri-discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).
2. Dapat menjadi masukan bagi penulis dan calon guru kimia SMA/MA
maupun SMK mengenai hal-hal yang baik mengenai metode
inkuiri-discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).
3. Sebagai upaya meningkatkan kompetensi yang ada pada diri siswa dan
BAB II
diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadappertanyaan ilmiah yang diajukan.1
Inkuiri memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan disiplin dan
mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk
mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa
ingin tahunya. 2
Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.3
Metode iinkuiri menekankan pada permasalahan bagaimana siswa
menggunakan sumber belajar.4 Dimana sumber belajar ini dipakai untuk
mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.
Dalam jurnal penyelidikan MPSAH 2003 oleh Thangaveli a/l
Marimuthu, dkk menyebutkan bahwa pendekatan inkuiri penemuan
menekankan pembelajaran melalui pengalaman.5
1
Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Inkuiri,
http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html, h. 1 2
Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 161 3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 194
4
Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta–didik-strategi-htm, hal 8
5
Definisi lain dari inkuiri adalah suatu pembelajaran yang memberi
keleluasaan pada siswa untuk membuat perkiraan, mengadakan percobaan
dan mengajukan pendapat dalam memperoleh pengetahuan.6
Menurut Prof. Dr. Muslimin Ibrahim inkuiri memiliki siklus yang dimulai
dari observasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan dugaan,
mengumpulkan databerkait dan merumuskan kesimpulan berdasarkan
data. Pembelajaran dengan langkah demikian menekankan pada proses
keterlibatan dan keaktifan siswa secara optimal. Hal tersebut dapat
menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengasah kemampuan siswa.
Menurut Aunurrahman dalam bukunya Belajar dan pembelajaran,
inkuiri termasuk dalam kelompok model pengolahan informasi. Dimana
model pembelajarn ini lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang
terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk
meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran.7
Teknik inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif
mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber
sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok serta dapat
mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan.8
Adapun arti dari discovery adalah proses mental dimana siswa atau individu mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip.9 Menurut
Ruseffendi dalam Widiyastuti Akhmadan menyebutkan bahwa metode
penemuan atau discovery adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan
yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan
artinya sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.10 Discovery terjadi
6
Dianne Amor Kusuma, Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan Menggunakan Metode Inkuiri, (Jurusan Matematika FMIPA UNPAD), h. 2-3
7
Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 157 8
Roestiyah, N. K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 76 9
Roestiyah, N.K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 20 10
bila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dalam pembelajaran penemuan
siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa
mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri.
Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara mandiri dan terlibat langsung untuk mendapatkan pengetahuan yang
ditemukan melalui kegiatan tertentu.
Dari definisi-definisi di atas mengenai inkuiri-discovery learning maka dapat disimpulkan bahawa metode inkuiri-discovery learning adalah metode pembelajaran yang menekankan proses berfikir kritis untuk
memecahkan masalah melalui percobaan guna mengasah keterampilan
siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu konsep.
Adapun dalam pelaksanaan metode inkuiri-discovery learning dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:11
1) Simulation, guru memberikan masalah kepada siswa atau
menginstruksikan siswa untuk menemukan masalah dari bahan materi.
Materi dapat berupa demonstrasi atau berupa materi bacaan. Pada
tahap ini disajikan permaslahan yang dapat memacu keingintahuan
peserta didik.12
Tahap ini bisa disebut juga sebagai tahap orientasi dimana guru
menyajikan topik melalui simulasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari agar lebih menarik siswa dalam mempelajari
materi tersebut. Pada tahap ini pula guru melakukan langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang
11
Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 19
12
dilakukan guru dalam tahap orientasi ini adalah:13 (a) Menjelaskan
topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa. (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan
langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah-langkah, mulai dari langkah-langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. (c)
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2) Problem statement, siswa mengidentifikasikan masalah yang hasilnya
akan dirumuskan menjadi hipotesis.
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki untuk memecahkan masalah.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:14
(1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
(2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki
yang jawabannya pasti.
(3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
Pada langkah ini pula siswa dilatih untuk mengembangkan potensinya
untuk berfikir dan membuat hipotesis. Potensi berpikir itu dimulai dari
kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira
(berhipotesis) dari suatu permasalahan. Guru dapat membantu melalui
memberikan pertanyaan yang mengarah pada jawaban sementara
(hipotesis).
13
I Putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN I Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, Undiksha, 2012, hal. 5
14
3) Data collection, siswa mengumpulkan data melalui referensi (studi pustaka) atau melalui media lain yang mendukung.
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutukhan untuk menguji hipotesis yang diajukan.15
Pada langkah ini siswa dilatih untuk mengumpulkan data yang
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
4) Data processing, pengolahan data yang dihasilkan dari langkah ke 3.
Pada langkah ini siswa melakukan eksperimen guna membuktikan atau
memproses data yang didapat dari langkah sebelumnya.
5) Verivication, siswa membuktikan hasil data terhadap hipotesis.
Langkah ini melatih siswa dalam hal keyakinan dalam menentukan
jawaban yang telah dibuktikan pada langkah sebelumnya. Dalam hal
ini siswa dilatih berfikir rasional. Artinya siswa harus mampu
membuktikan kebenaran jawaban dengan argumentasi dan bukti yang
dapat dipertanggungjawabkan.
6) Generalitation, membuat kesimpulan yang dihasilkan dari data yang
diperoleh.
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Agar kesimpulan
relevan dengan fokus permasalahan maka, guru hendaknya mampu
menunjukkan kepada siswa, data mana yang relevan dan mana yang
kurang relevan.16
15
I putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, (UNDIKSHA 2012), hal. 5
16
Inkuiri memiliki tujuan atau kegunaan tertentu diantaranya adalah
(1) mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu
memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan
mandiri; (2) mengembangkan kemampuan berfikir para siswa yang terdiri
atas serentetan keterampilan-keterampilan yang memerlukan latihan dan
pembiasaan; (3) melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi
yang benar-benar dihayati; dan (4) mengembangkan sikap ingin tahu,
berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun
kelompok.17
Untuk mendukung agar kegiatan siswa dalam pembelajaran
inkuiri-discovery learning dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:18 1) Membimbing kegiatan laboratorium
2) Modifikasi inkuiri
3) Kebebasan inkuiri
4) Taka-teki bergambar
Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan
yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Namun jalannya metode pembelajaran inkuiri tak lepas dari
peranan guru di dalamnya. Terdapat peranan guru dalam pelaksanaan
metode pembelajaran inkuiri ini yakni sebagai motivator, fasilitator,
penanya, administrator, pengarah, manager, dan sebagai rewarder
(pemberi penghargaan). 19
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
menunjukkan beberapa kebaikan, diantaranya:
17
Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 2011, hal 4
18
Roestiyah, N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 77 19
1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila
dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara
lain.
2) Pengajaran menjadi berpusat pada pelajar20
3) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara
bebas
4) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memcahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
5) Membangkitkan keingintahuan siswa.
6) Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban.
7) Mudah ditransfer 21
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah memakan waktu
yang cukup banyak dan jika kurang terpimpin atau kurang terarah dapat
menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.22
Adapun mengenai kekurangan metode inkuiri-discovery learning ini menurut Rensus Silalahi dalam jurnalnya adalah:23
1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
20
Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal. 97
21
Drs. A Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 178
22
Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 20
23
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
2. Ceramah Dan Latihan (Drill) a. Metode Ceramah
Metode belajar yang sudah tidak asing bagi kita yaitu metode
ceramah. Metode ini sangat sering digunakan oleh para pengajar
karena dianggap siap pakai tanpa menyiapkan hal yang merepotkan
dan meyita waktu. Metode ini biasanya digunakan agar siswa
mendapat informasi tentang sustu informasi atau persoalan tertentu.
Teknik ini juga biasanya digunakan ketika jumlah siswa banyak
sehingga sulit untuk menggunakan teknik lain.
Metode ceramah menurut Tonih Feronika adalah metode
mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan.24
Pengertian lain dari ceramah adalah metode penyampaian informasi
oleh seseorang pembicara kepada sekelmpok pendengar.25
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.
Metode ini senatiasa bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan
dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan
batas-batas kemungkinan penggunaannya.26
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
ceramah adalah metode penyampaian materi secara lisan kepada
sekelompok pendengar yang senantiasa bagus selam dipersiapkan
dengan matang.
24
Tonih feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, UIN Syarif Hidayatullah, h. 36
25
Mulyati Arifin, Pengembangan program pengajaran bidang studi kimia, h. 108 26
Metode utama dalam penyampaian materi pelajaran itu adalah
berbicara, yaitu guru menerangkan, sedangkan siswa mendengarkan
penjelasan guru serta mencatat materi pelajaran yang hanya bisa
diterima siswa. Metode ini hany abersifat ―transfer of knowledge‖ , yang penting proses belajar mengajar dapat berlangsung. Proses belajar
mengajar berpusat pada guru (teacher centered) belum berpusat pada
siswa (student centered), siswa hany sebagai pendengar yang siap
untuk menerima informasi yang disampaikan guru.
Metode ceramah ini baik digunakan ketikan bahan ajar yang
akan disampaikan banyak dan waktu tersedia relative singkat, bahan
ajar berupa instruksi, peserta didik yang akan diajar jumlahnya banyak
dan guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Tak beda
halnya dengan metode maupun strategi yang lainnya. Jika dipersiapkan
dengan baik dan matang maka kemungkinan sukses dapat diraih.
Dalam pelaksanaan metode ceramah ada hal-hal yang dapat
menunjang pelaksanaan teknik tersebut. Pertama, sekolah telah
tersedia bahan bacaan atau buku-buku yang berisi bahan atau masalah
yang akan dipelajari. Kedua, bila jumlah siswa tidak terlalu banyak
sehingga memungkinkan guru dapat menggunakan teknik-teknik
penyajian yang lain yang lebih efektif. Ketiga, jika guru bukan seorang
pembicara yang baik, tidak mampu menarik perhatian siswa.27
Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan metode ceramah menurut Rista Linawati dalam Suciani
adalah sebagaiberikut:28
1) Tahap persiapan : yang artinya tahap guru untuk menciptakan
kondisi sebelum memulai mengajar.
27
Roestiyah, N.K, Strategi \Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 137-138
28
2) Tahap penyajian : yang artinya saat guru menyampaikan bahan
ceramah.
3) Tahap asosiasi : yang artinya memberikan kesempatan pada siswa
untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang
telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan kesempatan
untuk Tanya jawab dan diskusi.
4) Tahap generalisasi dan kesimpulan : yang artinya menyimpulkan
hasil ceramah, umumnya siswa mencatat dari yang telah
diceramahkan.
5) Tahap aplikasi atau evaluasi : yang artinya penilaian terhadap hasil
siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru, evalusi biasanya
dalam bentuk lisan, tertulis, dan lain – lain.
Seperti halnya metode lain, metode ceramah dalam pelaksanaannya
disini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah:
1) Guru mudah menguasai kelas
2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar
4) Hemat biaya
5) Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan
pengelompokan murid-murid seperti pada metode yang lain.29
6) Susana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan
aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid
sekaligus secara komprehensif.30
Sedangkan kekurangan dari metode ceramah adalah:
1) Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami
uraiannya31
29
Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan)Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 45
30
Dasuki, Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam Mamahami Pelajaran Aqidah Akhlak, (UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 9
31
2) Kurang menarik
3) Sulit dipakai untuk anak-anak
4) Membatasi daya ingat
5) Pembicara tidak terlalu menilai reaksi orang yang belajar
b. Metode Latihan (Drill)
Metode latihan atau drill adalah suatu teknik yang dapat
diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki keterampilan yang lebih
tinggi dari apa yang telah dipelajari.32 Definisi tersebut sejalan dengan
definisi menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional yang
meyebutkan bahwa metode latihan pada umumnya digunakan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah
dipelajari.33
Definisi lain dari metode latihan atau drill adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ke tempat latihan
keterampilan atau eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara
membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat
dan apa manfaatnya. Dan menurut Ahmad Muradi dalam Zuhairini
metode drill atau latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan
pengajaran dengan jalan mealtih anak-anak terhadap bahan pelajaran
yang sudah diberikan.34 Metode drill atau latihan siap dimaksudkan
untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap
apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis
32
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 125 33
Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya, 2008, h. 29
34
suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan dapat lebih dipahami oleh
siswa.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi metode drill
atau latihan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill atau
latihan adalah metode atau cara menyajikan bahan pelajaran dengan
cara melihat secara langsung suatu kejadian atau suatu kegiatan
eksperimen.
Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan
agar siswa:35
1) Memiliki keterampilan motorik seperti, menghafal, menulis, dan
lain-lain.
2) Mengembangkan kecakapan intelek seperti, mengalikan, membagi,
menjumlahkan dan lain sebagainya.
3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan
dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan simbol
dan lainnya.
Agar pelaksanaan metode latihan atau drill ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:36
1) Gunakan latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang
dilakukan secara otomatis yakni dilakukan siswa tanpa pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam.
2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat
menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan
latihan sebelum mereka melakukan.
3) Guru memperhitungkan waktu latihan yang singkat saja agar tidak
meletihkan dan membosankan.
4) Guru dan siswa perlu memperhatikan dan mengutamakan proses
yang esensial.
35
Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 125 36
Adapun kekurangan dan kelebihan dari metode tersebut adalah
sebagai berikut. Kelebihan dari metode drill atau latihan menurut ahmad Muradi dalam Yusuf dan Syaiful anwar:37
1) Dalam waktu yang lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan
2) Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan
lancar
3) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinu dan disiplin diri,
melatih diri serta belajar mandiri
4) Menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal
kepada Allah
5) Dapat menambah kesiapan siswa dan meningkatkan kemampuan
respon yang cepat38
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:39
1) Dapat membentuk kebiasaan yang kaku
2) Kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir40
3) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan
4) Menimbulkan kebosanan dan kejengkelan
3. Belajar Dan Hasil Belajar a. Belajar
Manusia dikatakan belajar ketika ia paham akan sesuatu hal
dan berdampak bagi dirinya baik positif maupun negatif. Belajar
adalah hal yang sadar ataupun tidak sadar dialalmi oleh setiap individu.
37
Ahmad Muradi, PelaksanaanMetode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 5
38
Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3
39
Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3
40
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan dan sikap.41 Belajar adalah aktivitas yang dilakukan
secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah
dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan
sekitarnya.42 Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu.43
Aunurrahman dalam Burton menyebutkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka mampu berintreaksi dengan
lingkungannya.44
Keinginan belajar setiap individu berbeda tergantung ada
tidaknya dorongan dalam dirinya. Kemampuan belajar seseorang
adalah ciri yang membedakan jenisnya dari jenis makhluk lainnya.
Kemampuan tersebut juga dapat memberikan manfaat bagi individu
dan juga masyarakat. Belajar terjadi dalam interaksi dengan
lingkungan dalam bergaul dengan orang dalam memegang benda dan
dalam mengahadapi peristiwa.
Dikatakan belajar jika dapat menghasilkan perubahan, namun
tidak semua perubahan merupakan akibat langsung dari usaha belajar.
Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau diluar
sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada
perubahan perilaku yang baik dan positif, sedangkan belajar di luar
sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan
perubahan perilaku yang positif ataupun negatif.
41
Margaret E. Bell-Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994), h. 1
42
Nadlir dkk, Psikologi Belajar, Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah, 2009
43
Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan)Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009,hal 33
44
Terjadinya proses belajar pada murid yang sedang berlangsung
memang sulit untuk diketahui secara kasat mata, karena proses belajar
berlangsung secara mental.45 Terdapat ciri-ciri yang menunjukkan
bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar:46
1) Perubahan tingkah laku aktual atau potensial
2) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu
merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif atau afektif
atau psikomotorik
3) Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang
yang belajar dari pengalaman (memperhatikan, mengamati,
memikirkan, merasakan) atau dengan latihan.
Ciri-ciri belajar lainnya yang disebutkan oleh aunurrahman
dalam bukunya yaitu, pertama belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.47
Dapat disimpulkan bahwa dalam belajar diperoleh
kemampuan-kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang
dibawa sejak lahir, bahkan dari bawaan. Proses belajar mengajar
merupakan suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:48
Gambar 2.1. Siklus belajar
45
Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html. Hal. 6
46
Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 5-6 47
Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 35-37 48
Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 7
Planning
Observs
1) Planning atau perencanaan adalah kegiatan awal guru untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik
2) Experience (pengalaman belajar) merupakan kegiatan siswa yang
dibantu guru
3) Observs (observasi) merupakan kegiatan guru melihat proses
belajar siswa melalui catatan harian atau lembar observasi
pembelajaran
4) Reflect (refleksi), dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar yang
meliputi evaluasi proses belajar dan hasil belajar
b. Hasil Belajar
Hasil belajarperwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku
yang dilakukan oleh usaha pendidikan atau dapat diartikan perubahan
dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikornotorik, tergantung dari
tujuan pengajarannya.49
Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.
Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku dihasilkan dari belajar.
Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari belajar adalah perubahan
yang dapat diamati (observable) meskipun tidak secara mutlak. Perubahan yang dapat diamati baiasanya bersifat perubahan motorik.
Adapun perubahan lainnya yang dihasilkan dari belajar adalah
perubahan afektif dan perubahan kemampuan berfikir.50
Dari proses belajar maka akan dihasilkan pula hasil perubahan
kepandaian, kecakapan atau kemampuan.
49
Soeyono, dkk, Efektivitas Pembelajaran Melalui Metode Penemuan Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN I Plosorejo Randublatung Kab. Blora Tahun Pelajaran 2011/2012, (FIP IKIP PGRI Semarang), Volume 2, Nomor 1, Juli 2012, hal. 9
50
Gambar 2. Bagan hasil belajar
Dari bagan di atas menggambarkan bahwa belajar
diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi
belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil
belajar tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari
individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajari. Sementara
proses belajar dan hasilnya dipengaruhi faktor internal yang
mencangkup fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal berupa
lingkungan dan instrumental.
Gambar 2.3.
Faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar
pengetahuan
perilaku
belajar tes Hasil belajar
nilai
Sarana & fasilitas Kurikulum Sosial
Guru Alam
B. Kerangka Berfikir
Dari penjelasan teori di atas diketahui bahwa belajar yang efektif,
efisien dan kondusif adalah yang tepat menghasilkan perubahan yang lebih
baik dalam hal kognitif, afektif maupun psikomotor.
Selain faktor internal yang dapat mempengaruhi kualitas belajar dan
hasilnya, terdapat beberapa faktor eksternal yang juga memiliki peran penting
dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah lingkungan atau suasana
belajar. Ketika siswa merasakan kebosanan dalam kegiatan belajar yang
disebabakan beberapa hal diantaranya monotonnya proses belajar, tidak
menariknya penyajian materi oleh guru, komunikasi satu arah dan hal lainnya,
maka permasalahan tersebut dapat menyebabkan hasil belajar yang tidak
maksimal sehingga perlu dilakukan evaluasi dan beberapa perubahan pada
kegiatan belajar. Diantaranya yakni mencari metode, strategi ataupun
pendekatan yang sekiranya mampu membuat siswa merasa nyaman serta
mendukung keberhasilan proses dan hasil belajar.
Belajar adalah aktivitas yang bertujuan. Tujuan tersebut erat
kaitannya dengan perubahan atau pembentukkan tingkah laku tertentu. Namun
terkadang tujuan tersebut sulit untuk dicapai siswa jika suasana belajar tidak
mendukung.
Kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar dapat disebabkan
karena beberapa hal. Pertama, siswa sudah memahami informasi atau materi
yang disampaikan guru, sehingga mereka menganggap materi tersebut tidak
penting lagi. Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha
mengajak berpikir kepada siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa
menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan
mengembangkan kemampuan berfikir. Ketiga, guru menganggap bahwa ia
adalah orang yang paling mampu dan menguasai materi pelajaran
sudah seharusnya ia mencari solusi dari permasalahan tersebut. Bagaimana
membuat siswa menjadi nyaman saat belajar. Bagaimana cara penyajian
materi agar siswa ikut berpartisipasi dalam membangun pengetahuannya
sendiri. Bagaimana pula mencari metode, pendekatan ataupun strategi yang
sesuai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Metode, strategi, model maupun pendekatan yang bagus dapat
membantu jalannya pemahaman materi siswa. Sehingga guru dituntut untuk
memahami metode atau model atau strategi atau pendekatan manakah yang
sekiranya bisa membantu siswa untuk mewujudkan pemahamannya tersebut.
Adapun kimia adalah mata pelajaran yang cukup rumit, khususnya di
lokasi penelitian. Hal tersebut diketahui setelah penulis berdiskusi secara non
formal dengan siswa dan guru. Masing-masing diskusi dilakukan secara
terpisah.
Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis mencoba
menyajikan metode inkuiri-discovery learning sebagai salah satu metode mengajar yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut.
Metode ini dapat membawa siswa merasakan langsung atau memahami secara
personal dan kelompok jalannya proses pemecahan masalah melalui
penemuan yang dilakukannya sendiri. Dan kegiatan dalam proses
pembelajaran inkuiri-discovery learning ini dapat mengurangi kepasifan siswa dalam proses pembelajaran, menggali potensi berfikir kritis dan melatih
kemandirian.
Atas dasar permasalahan tersebut maka peneliti mencoba mengangkat
metode yang sebelumnya belum dilakukan oleh guru kimia di lokasi
penelitian, agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa
terhadap hasil belajar kimia ketika disajikan dengan cara yang berbeda dari
Diatasi dengan menerapkan
Gambar 2.4 Bagan kerangka berfikir
C. Hipotesis Penelitian
Apakah ada pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia, atas dasar inilah maka
penulis menyimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho = tidak ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri-
discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
Ha = ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri- discovery
learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru
2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga menghambat pemahaman siswa
3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa mengenai suasana belajar selain suasana belajar tradisional
4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru
Metode inkuiri-discovery learning Metode ceramah dan latihan (drill)
Langkah-langkah: 1. Simulation 2. Problem statment 3. Data collection 4. Data prossesing 5. Verivication 6. Generalitation
1. Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil
Belajar Biologi Pada siswa SMUN III Ambon, Jurnal kependidikan vol. 1
no. 2 november 2004
Dalam penelitiannya menyatakan terdapat perubahan hasil belajar biologi
yang lebih baik pada siswa kelas I sesudah menggunakan metode inukiri.
2. I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah
siswa SMAN 4 Singaraja, jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan
1(2), 15-29, jurusan pendidikan fisika FMIPA Undiksha, 2008.
Hasil penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara
model pembelajaran inkuiri (MPI) dan model pembelajaran konvensional
(MPK) dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika.
3. Dainne Amor Kusuma, Jurnal penelitian jurusan matematika FMIPA
UNPAD, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan
Menggunakan Metode Inkuiri.
Hasil penelitiannya menyatakan kemempuan komunikasi matematik siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.
4. Rensus Silalahi, jurnal penelitian edisi khusus No. 2, Agustus 2011,
Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstial Tipe Inkuiri Dalam
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual
berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran
PKn.
5. Niken Indraswati dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui
Metode Inkuiri. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri
siswa dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan konsep materi
terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar
lebih menyenangkan.
6. I Putu Mudalara dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI
IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah.
Pada penelitainnya dihasilkan hasil belajar kimia siswa yang belajar
melalui model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dari hasil belajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh metode inkuiri-discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia dilaksanakan di MAN
Rengasdengklok-Karawang, pada semester ganjil tepatnya pada tanggal 1-15
November 2010.
B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.1 Populasi adalah
keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika
hasil analisis yang dialkukan terhadap sampel penelitian.2
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil
populasi yang diteliti).3
Populasi penelitian adalah seluruh siswa MAN Rengasdengklok dan sampel
yang diambil adalah siswa 30 kelas XIA, sebagai kelas kontrol dan 30 siswa
kelas XIB sebagai kelas eksperimen.
Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan melalui pemilihan
sampel bertujuan (purposive sample) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan tujuan atau pertimbangan tertentu.4
1
Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 80
2
Abdurrahmat Fathoni, M. Si, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 103 3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 131
4
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimen. Dalam desain
ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.5
Adapun rancangan penelitian yang penulis gunakan adalah desain the
nonequivalent control group. Desain ini hamir sama dengan pretest-posttest
control group design,6 hanya dalam desain ini kelopmpok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
O1 X O2
O3 X O4
Keterangan:
X = Perlakuan
O1 dan O3 = kelompok yang belum diberikan perlakuan (Pretes)
O2 dan O4 = kelompok yang sudah diberikan perlakuan (Post-test)
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable) : pengaruh metode
inkuiri-discovery learning
2. Variabel terikat (dependent variable) : hasil belajar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaan pengumpulan data, peneliti terlibat langsung, baik
dalam mengambil, mengolah maupun menarik kesimpulan dari data yang
diperoleh. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan persiapan untuk
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 77
6
proses pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan pengajaran pada kelas
eksperimen mengenai pokok bahasan termokimia dengan mengikuti
langkah-langkah yang ada pada metode inkuiri-discovery learning sedangkan pada kelas pembelajaran dilakukan dengan metode yang biasa dilakukan oleh guru
di lokasi yakni metode ceramah dan latihan.
Langkah pertama adalah simulation dimana peneliti sebagai pengajar melakukan pengenalan awal mengenai materi termokimia. Langkah kedua
adalah problem statment dimana peneliti menugaskan para siswa membuat pertanyaan berdasarkan ilustrasi yang telah dilakukan pada langkah
sebelumnya kemudian pertanyaan para siswa dijadikan sebagai dugaan awal
atau hipotesis mengenai ilustrasi dari langkah awal pemberian materi.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data (data collection) melalui percobaan, studi pustaka dan tanya jawab kepada nara sumber (guru kimia). Setelah data
terkumpul kemudian diproses untuk disiapkan sebagai jawaban sementara
dari pertanyaan yang diajukan siswa pada langkah sebelumnya dilakukan
verivication sebagai langkah untuk menentukan apakah data yang dihasilkan
dari langkah data collection dapat terbukti atau dapat dipertanggungjawabkan kebenaranannya. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil
olahan data yang telah di verifikasi.
Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan
metode ceramah dan latihan (drill).
Adapun masing-masing kelas baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen dilakukan proses pembelajaran sebanyak 8 kali pertemuan.
Setelah materi pokok bahasan termokimia selesai diberikan,
kemudian peneliti memberikan tes objektif kepada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol yang berupa soal kimia mengenai pokok bahasan termokimia.
Hasil tes dijadikan sebagai hasil belajar kimia siswa kemudian dikelompokkan
menjadi dua bagian yakni hasil belajar kelas eksperimen dan hasil belajar
kelas kontrol.
Data dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
diberikan kepada masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Untuk selanjutnya dilakukan pegolahan data hasil
belajar.
F. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini berupa tes. Tes
hasil belajar adalah alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi
yang diberikan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Tes yang digunakan kali ini adalah berupa tes objektif sebanyak 20
soal yang terdiri dari aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3)
dan analisis (C4).
Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen penelitian
Indikator Tingkat kognitif dan No soal C1 C2 C3 C4
(Kompetensi dasar 2.1):
- Memahami hukum kekekalan energy 1,4 2, 5 3 - Menjelaskan perbedaan sistem dan
lingkungan
6, 7, 8, 10
9 11,
12
- Menjelaskan perbedaan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm)
16, 14,
15, 17,
19
18 13
- Memahami macam-macam perubahan entalpi pada suatu reaksi
menggunakan Data entalpi
pembentukkan standar (ΔHfo)
Sebelum menentukan valid dan reliabel tidaknya suatu butir soal,
terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kesukaran dan daya beda
dari instrumen yng diujikan.
1. Tingkat kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar tidaknya suatu soal disebut
indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah
ataupun terlalu susah. Tingkat kesukaran ini merupakan salah satu analisis
kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Dan untuk
perhitungannya dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 7
Keterangan:
P = proporsi (indeks kesukaran)
B = jumlah siswa yang menjawab benar
N = jumlah total peserta tes
Dengan ketentuannya:
P = 0 – 0,25 (sukar) P = 0,26 – 0,76 (sedang) P = 0,76 – 1 (mudah)
2. Daya Beda
7
Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h.103
44 - Menghitung harga ΔH reaksi dengan
menggunakan energi ikatan
45 46,
47, 48,
49,