• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

KURNIA 106016200599

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

Kurnia, Pengaruh Metode Inkuiri Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada meteri termokimia. Penelitian ini dilakukan di MAN Rengasdengklok-Karawang.tahun ajaran 2010/2011.

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa kelas XI IPA A sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas XI IPA B sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil

belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji ―t‖. Dari hasil perhitungan uji t

diperoleh nilai thitungsebesar 6,6888 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 sebesar 1,931 atau thitung > ttabel. Ini berarti Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh dalam penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri-discovery learning dapat mneningkatkan hasil belajar siswa.

(5)

ii

ABSTRACS

Kurnia, Contribution of Inquiry-discovery learning Method Toward the Result of students of Materials Thermochemical. Skripsi, Chemistry Education Program, Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.

This research aims to know comparison the result of students chemistry between using cooperative learning model type NHT and TPS. The research has conducted in SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, academic year 2010/2011. The research method used is a quasi experimental and sampling using a purposive sampling technique. Study sample amounted to 34 students a class XI IPA 6 as the first experimental class and 34 students a class XI IPA 7 as second experimental class. The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result

tested using t-test. The research shows the result from the calculation of “t” test

(α = 0,05), obtained that score (5,74) > ttable (1,99). It’s means Ho refused.

(6)

iv

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul

“Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dengan segala daya dan upaya, penulis berusaha menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis tidak menutup diri untuk

menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin tidak terlaksana tanpa adanya

bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

bapak/ibu:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dedi Irwandi, M.Si selaku dosen penasehat sekaligus pembimbing I yang senantiasa

membantu mahasiswanya.

5. Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu,

tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam

menyusun skripsi ini.

6. Drs. Kusnawan, M.P.Mat, selaku kepala sekolah MAN Rengasdengklok.

7. Orang tua saya yang mendukung lahir dan batin serta tak henti mendoakan saya.

8. Suami ku yang senantiasa mendukung.

(7)

iv

11.Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu namun

tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya.

Besar harapan penulis agar penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca umumnya dan untuk penulis khususnya.

Jakarta, Januari 2014

(8)

v LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK………... i

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL……… v

DAFTAR GAMBAR……… vi

DAFTAR LAMPIRAN……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah………... 6

C. Pembatasan Masalah……….. 7

D. Perumusan Masalah……… 7

E. Tujuan Masalah……….. 7

F. Manfaat Masalah……… 7

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori………... 9

1. Metode Inkuiri-Discovery Learning……….. 9

2. Metode Ceramah dan Latihan (Drill) ………... 16

3. Belajar dan Hasil Belajar………... 21

B. Kerangka Berfikir………... 26

C. Hipotesis Penelitian……… 28

D. Hasil Penelitian Yang Relevan………... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 31

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel... 31

(9)

v

F. Instrumen Penelitian……… 34

1. Tingkat Kesukaran……….... 35

2. Daya Beda………. 35

3. Validitas Instrumen……….... 36

4. RealibilitasInstrumen………. 37

G. Teknik Analisis Data……… 38

1. Uji Normalitas Data………... 38

2. Uji Homogen……….. 39

3. Pengujian Hipotesis………... 40

H. Hipotesis Statistik ………... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data………. 42

1. Deskripsi Data……… 42

2. Analisis Data……….. 43

B. Pembahasan……….. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 52

B. Saran………. 53

DAFTAR PUSTAKA………... 54

(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian

Tabel 4.1 Hasil belajar kelas eksperimen

Tabel 4.2 Hasil belajar kelas kontrol

Tabel 4.3 Hasil uji normalitas data hasil belajar

kelas eksperimen

Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data belajar

kelas kelas kontrol

Tabel 4.5 Hasil uji homogenitas data hasil belajar

kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (pretest)

(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 ………... 27

Gambar 2.3 ……… 28

(12)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran kontrol……… 61

Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen……… 64

Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen………... 78

Lampiran 4 Lembar kerja siswa………... 92

Lampiran 5 Nilai hasil ujian siswa………... 95

Lampiran 6 Distribusi frekuensi posttest ……… 96

Lampiran 7 Perhitungan uji normalitas posttest ………. 100

Lampiran 8 Perhitungan uji homogenitas ………... 102

Lampiran 9 Perhitungan uji hipotesis uji-t………... 103

Lampiran 10 Tabel nilai kritis uji liliefors……….... 104

Lampiran 11 Tabel nilai presentil distribusi F……… 105

Lampiran 12 Tabel distribusi t……… 108

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu

perkembangan dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan

hidupnya sebagai individu dan sebagai warga negara.1 Pendidikan adalah

usaha manusia untuk membina keperibadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat, kebudayaan dan agama.2

Adapun tujuan pendidikan dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional menyatakan bahwa:

―Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab.‖3

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut tentunya harus di

tunjang dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

nasional dalam arti dan lingkup yang seluas-luasnya merupakan titik berat

pembangunan di bidang pendidikan. Dalam rangka upaya mewujudkan mutu

yang setinggi-tingginya, pemerintah dan masyarakat yang berasal dalam

jajaran pendayaguna sumber daya pendidikan tak henti-hentinya mengadakan

pembenahan terhadap dimensi-dimensi penentu kemajuan pendidikan.4

Upaya pendidikan diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran adalah upaya untuk mengubah siswa yang belum terdidik

1

Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMUN III Ambon, (Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 2, November, 2004), h. 1

2

Zulfikar Ali Buto, Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner DalamNuansa Pendidikan Modern, Millah Edisi Khusus Desember 2010 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe Email: zaule_lsm@yahoo.com hal. 56

3

UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003, h. 3 4

Zulfa Amrina, Studi Tentang Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan Taraf Intelegensi Siswa,

(14)

menjadi siswa yang terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang

sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.5 Untuk melaksanakan

proses pembelajaran perlu adanya persiapan dari seorang guru diantaranya

persiapan terhadap situasi, persiapan terhadap peserta didik yang akan

menerima pelajaran, persiapan metode mengajar, persiapan alat bantu dan

persiapan bahan pelajaran.

Dalam pembelajaran tersebut terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi. Diantaranya yaitu faktor guru, siswa, sarana, prasarana dan

lingkungan. Guru adalah salah satu komponen yang sangat menentukan dalam

kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan sebagai penyalur ilmu, motivator,

pembimbing dan banyak lagi peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru

sebagai pendidik tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga sebagai

fasilitator yang membelajarkan peserta didik. Sebagai fasilitator guru harus

menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing

peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam

diri peserta didik baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan

keterampilan (psikomotor). Selain peran guru yang sudah disebutkan di atas,

peran penting guru lainnya yaitu menguasai dan memahami serta

mengaplikasikan jenis-jenis/variasi metode pembelajaran sebagai usaha guru

untuk menjadikan siswanya merasa nyaman untuk belajar, membuat siswa

tertarik untuk mempelajari materi yang terkadang dianggap rumit, dan

menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan.

Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor

siswa yang perannya tidak kalah penting dengan guru. Selain sebagai

penerima ilmu yang diberikan guru, siswa juga berperan dalam hal

pemahaman materi yang diterimanya dari guru. Untuk itu peran aktif siswa

haruslah diperhatikan. Jangan sampai siswa hanya duduk terdiam menerima

materi dari guru saja. Sangat dianjurkan siswa ikut serta dalam membangun

5

(15)

pemaham agar ilmu yang didapat tidak mudah dilupakan. Artinya materi yang

diberikan bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal tersebut dapat terwujud jika

guru bisa mengexploitasi potensi siswa dan mengajak terjun langsung

menemukan masalah.

Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor

sarana dan prasarana. Dan dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor

yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas

dan faktor iklim sosial-psikologi. Adapun faktor organisasi kelas diantaranya

persiapan, pemeliharaan disiplin dan pemberian dorongan belajar, komunikasi

pengajar, peserta didik serta bangunan tempat atau kelas.6

Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang memberikan

jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana fenomena alam yang

berkaitan dengan komposisi, struktur, dinamika dan energetik zat yang

melibatkan keterampilan dan penalaran.7

Sudah menjadi rahasia umum, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

yang sulit dimengerti karena bersifat abstrak walaupun manfaat nyatanya

banyak dan sangat berhubungan langsung dengan aplikasi kehidupan

sehari-hari. Dengan karakteristik konsep kimia yang rumit dan abstrak seperti

disebutkan di atas maka dibutuhkan metode yang dapat memudahkan

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut.

Kualitas proses pembelajaran kimia dewasa ini dapat dilihat dari

kegiatan pembelajaran yang bersifat regular, artinya pemilihan pendekatan,

strategi, metode kurang bervariasi atau bisa dikatakan masih bersifat

konvensional. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan orientasi

dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari

siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes. Proses

belajar yang demikian memungkinkan siswa tidak mengalami banyak hal yang

seharusnya menjadi pengalaman yang dapat menunjang pengetahuannya. Dan

6

Bohar Suharto, Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 55

7

(16)

siswa pun akan merasa bosan karena tidak ada hal yang menarik yang

disajikan guru. Apalagi materi kimia yang dianggap sulit.

Peningkatan mutu pembelajaran kimia secara khusus diperlukan

perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebelumnya proses belajar

mengajar untuk mata pelajaran kimia kurang fokus pada siswa. Artinya bahwa

masih banyaknya pelaksanaan pembelajaran yang di dominasi oleh guru. Dari

mulai pemberian materi, pemecahan masalah dan hal lain yang sebenarnya

bisa dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa diperlukan

model, strategi maupun metode belajar yang efektif, terutama untuk materi

pelajaran atau pokok bahasan yang bersifat abstrak atau materi yang sifatnya

tidak cukup hanya melalui pemberian materi secara verbal. Salah satu jalan

keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung dalam menemukan masalah

dan memecahkannya baik secara mandiri maupun berkelompok.

Aunurrahman menjelaskan implikasi prinsip belajar dalam

pembelajaran, salah satunya yakni prinsip keterlibatan langsung. Dimana

siswa di dalam proses pembelajara memiliki intensitas keaktifan yang lebih

tinggi. Siswa tidak hanya mendengar, mengamati dan mengikuti melainkan

terlibat langsung dalam melaksanakan percobaan, peragaan atau

mendemonstrasikan sesuatu.8

Jika dalam pembelajaran siswa merasa belum paham dan tidak mampu

menemukan konsep utama dalam meteri yang diberikan mengenai kimia

khususnya, maka ada kemungkinan materi kurang tersampaikan dengan jelas

dan disinilah peran guru diperlukan. Dengan kata lain guru bertugas membuat

siswanya memahami materi dengan menggunakan metode maupun stratetgi

tertentu.

Ketuntasan belajar yang belum sepenuhnya tercapai, tujuan

pembelajaran yang belum benar-benar fokus secara maksimal, kurangnya

8

Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.

(17)

variasi metode belajar yang digunakan guru dalam pembelajaran

mengakibatkan siswa tidak bisa merasakan sensasi belajar dengan

menggunakan metode lain selain ceramah. Hal tersebut adalah faktor yang

bmenjadikan kurangnya kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan analis

ketika melakukan suatu percobaan dengan menggunakan konsep dan prinsip

kimia yang dipelajari. Disinilah peran guru dalam menerapkan metode

maupun strategi yang tepat untuk mensiasati permasalahan tersebut.

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.9 Dengan metode yang

baik dan bersifat efisien terhadap bahan ajar maka besar kemungkinan materi

tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh siswa. Untuk itu guru

perlu memiliki keterampilan dalam memilah dan memilih metode mana yang

akan digunakan supaya mendapat ketuntasan dalam pembelajaran. Baik itu

ketuntasan pada pemahaman siswa, ketercapaian nilai yang bagus serta

kualitas kemampuan siswa menjadi lebih baik.

Terdapat banyak metode dalam dunia pembelajaran. Namun guru

harus memperhatikan metode, strategi, pendekatan ataupun model

pembelajaran mana yang sekiranya dapat menopang kemampuan siswa agar

mudah dalam memahami materi yang diberikan. Salah satu metode yang

berpusat pada siswa (student centre) yang mengajak siswa terjun langsung dalam identifikasi masalah, mengumpulkan data secara mandiri dan

memprosesnya secara berkelompok dan membuktikan hasil identifikasi

melalui percobaan serta melatih siswa untuk membuat kesimpulan dari data

yang diperoleh adalah metode inkuiri-discovery learning.

Pengetahuan yang diperoleh melalui proses penemuan akan bertahan lama dan

mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan

9

(18)

penalaran dan kemmapuan berfikir secara bebasdan melatih

keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.10

Permasalahan dalam pembelajaran diharapkan dapat teratasi dengan

penggunaan metode inkuiri-discovery learning yang sebelumnya belum pernah digunakan. Metode ini menekankan pada kemandirian, proses berfikir

secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu

masalah. Jadi pada dasarnya tujuan inkuiri adalah melatih siswa belajar

menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Juga

memahami materi tersebut melalui pengalaman yang ditemukan melalui

proses inkuiri. Dan melalui metode inkuiri-discovery learning ini pula diharapkan mampu mengasah kemampuan siswa dalam hal kognitif maupun

afektif.

Peneliti terdahulu telah banyak meneliti terkait metode pembelajaran

inkuiri. Nik Kar dan kawan-kawan dalam jurnalnya yang berjudul Kesan Pendekatan Inkuiri Penemuan Terhadap Pencapaian Pelajar Dalam Mata

Pelakaran Kimia dan Hermalina Abarua dalam jurnalnya yang berjudul

Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada

siswa SMUN III Ambon‖, keduanya menyatakan bahwa terdapat perubahan

hasil belajar yang signifikan sesudah menggunakan metode inukiri.

Berdasarkan latar belakang tersebutlah peneliti ingin mengetahui

sejauh mana pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia.

B. Identifikasi Masalah

Dari hasil pembahsan latar belakang masalah, penulis menyimpulkan

permasalahan yang ada diantaranya:

1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru

2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga

menghambat pemahaman siswa

10

(19)

3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa

mengenai suasana belajar

4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian yang akan penulis kaji kali ini dibatasi

dalam kajiannya yaitu:

1. Penelitain dilakukan pada siswa kelas XI MAN

Rengasdengklok-Karawang.

2. Materi pelajaran yang diteliti peneliti adalah materi termokimia.

3. Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kimia siswa

setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaraan

inkuiri-discovery learning pada kelas eksperimen kedua dilihat dari aspek kognitifnya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan di atas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ―adakah pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat

(20)

1. Dapat memberikan informasi kepada guru kimia tentang metode

inkuiri-discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).

2. Dapat menjadi masukan bagi penulis dan calon guru kimia SMA/MA

maupun SMK mengenai hal-hal yang baik mengenai metode

inkuiri-discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).

3. Sebagai upaya meningkatkan kompetensi yang ada pada diri siswa dan

(21)

BAB II

diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap

pertanyaan ilmiah yang diajukan.1

Inkuiri memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan disiplin dan

mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk

mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa

ingin tahunya. 2

Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.3

Metode iinkuiri menekankan pada permasalahan bagaimana siswa

menggunakan sumber belajar.4 Dimana sumber belajar ini dipakai untuk

mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.

Dalam jurnal penyelidikan MPSAH 2003 oleh Thangaveli a/l

Marimuthu, dkk menyebutkan bahwa pendekatan inkuiri penemuan

menekankan pembelajaran melalui pengalaman.5

1

Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Inkuiri,

http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html, h. 1 2

Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 161 3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 194

4

Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta–didik-strategi-htm, hal 8

5

(22)

Definisi lain dari inkuiri adalah suatu pembelajaran yang memberi

keleluasaan pada siswa untuk membuat perkiraan, mengadakan percobaan

dan mengajukan pendapat dalam memperoleh pengetahuan.6

Menurut Prof. Dr. Muslimin Ibrahim inkuiri memiliki siklus yang dimulai

dari observasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan dugaan,

mengumpulkan databerkait dan merumuskan kesimpulan berdasarkan

data. Pembelajaran dengan langkah demikian menekankan pada proses

keterlibatan dan keaktifan siswa secara optimal. Hal tersebut dapat

menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengasah kemampuan siswa.

Menurut Aunurrahman dalam bukunya Belajar dan pembelajaran,

inkuiri termasuk dalam kelompok model pengolahan informasi. Dimana

model pembelajarn ini lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang

terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk

meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran.7

Teknik inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif

mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber

sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok serta dapat

mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan.8

Adapun arti dari discovery adalah proses mental dimana siswa atau individu mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip.9 Menurut

Ruseffendi dalam Widiyastuti Akhmadan menyebutkan bahwa metode

penemuan atau discovery adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan

yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan

artinya sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.10 Discovery terjadi

6

Dianne Amor Kusuma, Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan Menggunakan Metode Inkuiri, (Jurusan Matematika FMIPA UNPAD), h. 2-3

7

Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 157 8

Roestiyah, N. K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 76 9

Roestiyah, N.K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 20 10

(23)

bila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk

menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dalam pembelajaran penemuan

siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa

mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan

mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri.

Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara mandiri dan terlibat langsung untuk mendapatkan pengetahuan yang

ditemukan melalui kegiatan tertentu.

Dari definisi-definisi di atas mengenai inkuiri-discovery learning maka dapat disimpulkan bahawa metode inkuiri-discovery learning adalah metode pembelajaran yang menekankan proses berfikir kritis untuk

memecahkan masalah melalui percobaan guna mengasah keterampilan

siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu konsep.

Adapun dalam pelaksanaan metode inkuiri-discovery learning dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:11

1) Simulation, guru memberikan masalah kepada siswa atau

menginstruksikan siswa untuk menemukan masalah dari bahan materi.

Materi dapat berupa demonstrasi atau berupa materi bacaan. Pada

tahap ini disajikan permaslahan yang dapat memacu keingintahuan

peserta didik.12

Tahap ini bisa disebut juga sebagai tahap orientasi dimana guru

menyajikan topik melalui simulasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari agar lebih menarik siswa dalam mempelajari

materi tersebut. Pada tahap ini pula guru melakukan langkah untuk

membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang

11

Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 19

12

(24)

dilakukan guru dalam tahap orientasi ini adalah:13 (a) Menjelaskan

topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh

siswa. (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan

langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah-langkah, mulai dari langkah-langkah

merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. (c)

Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2) Problem statement, siswa mengidentifikasikan masalah yang hasilnya

akan dirumuskan menjadi hipotesis.

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki untuk memecahkan masalah.

Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa

untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:14

(1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

(2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki

yang jawabannya pasti.

(3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah

diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

Pada langkah ini pula siswa dilatih untuk mengembangkan potensinya

untuk berfikir dan membuat hipotesis. Potensi berpikir itu dimulai dari

kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira

(berhipotesis) dari suatu permasalahan. Guru dapat membantu melalui

memberikan pertanyaan yang mengarah pada jawaban sementara

(hipotesis).

13

I Putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN I Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, Undiksha, 2012, hal. 5

14

(25)

3) Data collection, siswa mengumpulkan data melalui referensi (studi pustaka) atau melalui media lain yang mendukung.

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

dibutukhan untuk menguji hipotesis yang diajukan.15

Pada langkah ini siswa dilatih untuk mengumpulkan data yang

merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan

intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan

ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

4) Data processing, pengolahan data yang dihasilkan dari langkah ke 3.

Pada langkah ini siswa melakukan eksperimen guna membuktikan atau

memproses data yang didapat dari langkah sebelumnya.

5) Verivication, siswa membuktikan hasil data terhadap hipotesis.

Langkah ini melatih siswa dalam hal keyakinan dalam menentukan

jawaban yang telah dibuktikan pada langkah sebelumnya. Dalam hal

ini siswa dilatih berfikir rasional. Artinya siswa harus mampu

membuktikan kebenaran jawaban dengan argumentasi dan bukti yang

dapat dipertanggungjawabkan.

6) Generalitation, membuat kesimpulan yang dihasilkan dari data yang

diperoleh.

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Agar kesimpulan

relevan dengan fokus permasalahan maka, guru hendaknya mampu

menunjukkan kepada siswa, data mana yang relevan dan mana yang

kurang relevan.16

15

I putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, (UNDIKSHA 2012), hal. 5

16

(26)

Inkuiri memiliki tujuan atau kegunaan tertentu diantaranya adalah

(1) mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu

memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan

mandiri; (2) mengembangkan kemampuan berfikir para siswa yang terdiri

atas serentetan keterampilan-keterampilan yang memerlukan latihan dan

pembiasaan; (3) melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi

yang benar-benar dihayati; dan (4) mengembangkan sikap ingin tahu,

berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun

kelompok.17

Untuk mendukung agar kegiatan siswa dalam pembelajaran

inkuiri-discovery learning dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:18 1) Membimbing kegiatan laboratorium

2) Modifikasi inkuiri

3) Kebebasan inkuiri

4) Taka-teki bergambar

Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan

yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna. Namun jalannya metode pembelajaran inkuiri tak lepas dari

peranan guru di dalamnya. Terdapat peranan guru dalam pelaksanaan

metode pembelajaran inkuiri ini yakni sebagai motivator, fasilitator,

penanya, administrator, pengarah, manager, dan sebagai rewarder

(pemberi penghargaan). 19

Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan

menunjukkan beberapa kebaikan, diantaranya:

17

Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 2011, hal 4

18

Roestiyah, N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 77 19

(27)

1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila

dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara

lain.

2) Pengajaran menjadi berpusat pada pelajar20

3) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara

bebas

4) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan

memcahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

5) Membangkitkan keingintahuan siswa.

6) Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban.

7) Mudah ditransfer 21

Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah memakan waktu

yang cukup banyak dan jika kurang terpimpin atau kurang terarah dapat

menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.22

Adapun mengenai kekurangan metode inkuiri-discovery learning ini menurut Rensus Silalahi dalam jurnalnya adalah:23

1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan

waktu yang telah ditentukan.

20

Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal. 97

21

Drs. A Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 178

22

Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 20

23

(28)

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka akan sulit diimplementasikan oleh

setiap guru.

2. Ceramah Dan Latihan (Drill) a. Metode Ceramah

Metode belajar yang sudah tidak asing bagi kita yaitu metode

ceramah. Metode ini sangat sering digunakan oleh para pengajar

karena dianggap siap pakai tanpa menyiapkan hal yang merepotkan

dan meyita waktu. Metode ini biasanya digunakan agar siswa

mendapat informasi tentang sustu informasi atau persoalan tertentu.

Teknik ini juga biasanya digunakan ketika jumlah siswa banyak

sehingga sulit untuk menggunakan teknik lain.

Metode ceramah menurut Tonih Feronika adalah metode

mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan.24

Pengertian lain dari ceramah adalah metode penyampaian informasi

oleh seseorang pembicara kepada sekelmpok pendengar.25

Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.

Metode ini senatiasa bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan

dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan

batas-batas kemungkinan penggunaannya.26

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

ceramah adalah metode penyampaian materi secara lisan kepada

sekelompok pendengar yang senantiasa bagus selam dipersiapkan

dengan matang.

24

Tonih feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, UIN Syarif Hidayatullah, h. 36

25

Mulyati Arifin, Pengembangan program pengajaran bidang studi kimia, h. 108 26

(29)

Metode utama dalam penyampaian materi pelajaran itu adalah

berbicara, yaitu guru menerangkan, sedangkan siswa mendengarkan

penjelasan guru serta mencatat materi pelajaran yang hanya bisa

diterima siswa. Metode ini hany abersifat ―transfer of knowledge‖ , yang penting proses belajar mengajar dapat berlangsung. Proses belajar

mengajar berpusat pada guru (teacher centered) belum berpusat pada

siswa (student centered), siswa hany sebagai pendengar yang siap

untuk menerima informasi yang disampaikan guru.

Metode ceramah ini baik digunakan ketikan bahan ajar yang

akan disampaikan banyak dan waktu tersedia relative singkat, bahan

ajar berupa instruksi, peserta didik yang akan diajar jumlahnya banyak

dan guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Tak beda

halnya dengan metode maupun strategi yang lainnya. Jika dipersiapkan

dengan baik dan matang maka kemungkinan sukses dapat diraih.

Dalam pelaksanaan metode ceramah ada hal-hal yang dapat

menunjang pelaksanaan teknik tersebut. Pertama, sekolah telah

tersedia bahan bacaan atau buku-buku yang berisi bahan atau masalah

yang akan dipelajari. Kedua, bila jumlah siswa tidak terlalu banyak

sehingga memungkinkan guru dapat menggunakan teknik-teknik

penyajian yang lain yang lebih efektif. Ketiga, jika guru bukan seorang

pembicara yang baik, tidak mampu menarik perhatian siswa.27

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan metode ceramah menurut Rista Linawati dalam Suciani

adalah sebagaiberikut:28

1) Tahap persiapan : yang artinya tahap guru untuk menciptakan

kondisi sebelum memulai mengajar.

27

Roestiyah, N.K, Strategi \Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 137-138

28

(30)

2) Tahap penyajian : yang artinya saat guru menyampaikan bahan

ceramah.

3) Tahap asosiasi : yang artinya memberikan kesempatan pada siswa

untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang

telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan kesempatan

untuk Tanya jawab dan diskusi.

4) Tahap generalisasi dan kesimpulan : yang artinya menyimpulkan

hasil ceramah, umumnya siswa mencatat dari yang telah

diceramahkan.

5) Tahap aplikasi atau evaluasi : yang artinya penilaian terhadap hasil

siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru, evalusi biasanya

dalam bentuk lisan, tertulis, dan lain – lain.

Seperti halnya metode lain, metode ceramah dalam pelaksanaannya

disini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah:

1) Guru mudah menguasai kelas

2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar

4) Hemat biaya

5) Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan

pengelompokan murid-murid seperti pada metode yang lain.29

6) Susana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan

aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid

sekaligus secara komprehensif.30

Sedangkan kekurangan dari metode ceramah adalah:

1) Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami

uraiannya31

29

Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan)Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 45

30

Dasuki, Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam Mamahami Pelajaran Aqidah Akhlak, (UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 9

31

(31)

2) Kurang menarik

3) Sulit dipakai untuk anak-anak

4) Membatasi daya ingat

5) Pembicara tidak terlalu menilai reaksi orang yang belajar

b. Metode Latihan (Drill)

Metode latihan atau drill adalah suatu teknik yang dapat

diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan

kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki keterampilan yang lebih

tinggi dari apa yang telah dipelajari.32 Definisi tersebut sejalan dengan

definisi menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional yang

meyebutkan bahwa metode latihan pada umumnya digunakan untuk

memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah

dipelajari.33

Definisi lain dari metode latihan atau drill adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ke tempat latihan

keterampilan atau eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara

membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat

dan apa manfaatnya. Dan menurut Ahmad Muradi dalam Zuhairini

metode drill atau latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan

pengajaran dengan jalan mealtih anak-anak terhadap bahan pelajaran

yang sudah diberikan.34 Metode drill atau latihan siap dimaksudkan

untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap

apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis

32

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 125 33

Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya, 2008, h. 29

34

(32)

suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan dapat lebih dipahami oleh

siswa.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi metode drill

atau latihan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill atau

latihan adalah metode atau cara menyajikan bahan pelajaran dengan

cara melihat secara langsung suatu kejadian atau suatu kegiatan

eksperimen.

Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan

agar siswa:35

1) Memiliki keterampilan motorik seperti, menghafal, menulis, dan

lain-lain.

2) Mengembangkan kecakapan intelek seperti, mengalikan, membagi,

menjumlahkan dan lain sebagainya.

3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan

dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan simbol

dan lainnya.

Agar pelaksanaan metode latihan atau drill ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:36

1) Gunakan latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang

dilakukan secara otomatis yakni dilakukan siswa tanpa pemikiran

dan pertimbangan yang mendalam.

2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat

menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan

latihan sebelum mereka melakukan.

3) Guru memperhitungkan waktu latihan yang singkat saja agar tidak

meletihkan dan membosankan.

4) Guru dan siswa perlu memperhatikan dan mengutamakan proses

yang esensial.

35

Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 125 36

(33)

Adapun kekurangan dan kelebihan dari metode tersebut adalah

sebagai berikut. Kelebihan dari metode drill atau latihan menurut ahmad Muradi dalam Yusuf dan Syaiful anwar:37

1) Dalam waktu yang lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan

2) Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan

lancar

3) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinu dan disiplin diri,

melatih diri serta belajar mandiri

4) Menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal

kepada Allah

5) Dapat menambah kesiapan siswa dan meningkatkan kemampuan

respon yang cepat38

Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:39

1) Dapat membentuk kebiasaan yang kaku

2) Kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir40

3) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

4) Menimbulkan kebosanan dan kejengkelan

3. Belajar Dan Hasil Belajar a. Belajar

Manusia dikatakan belajar ketika ia paham akan sesuatu hal

dan berdampak bagi dirinya baik positif maupun negatif. Belajar

adalah hal yang sadar ataupun tidak sadar dialalmi oleh setiap individu.

37

Ahmad Muradi, PelaksanaanMetode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 5

38

Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3

39

Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3

40

(34)

Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,

keterampilan dan sikap.41 Belajar adalah aktivitas yang dilakukan

secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah

dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan

sekitarnya.42 Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu.43

Aunurrahman dalam Burton menyebutkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka mampu berintreaksi dengan

lingkungannya.44

Keinginan belajar setiap individu berbeda tergantung ada

tidaknya dorongan dalam dirinya. Kemampuan belajar seseorang

adalah ciri yang membedakan jenisnya dari jenis makhluk lainnya.

Kemampuan tersebut juga dapat memberikan manfaat bagi individu

dan juga masyarakat. Belajar terjadi dalam interaksi dengan

lingkungan dalam bergaul dengan orang dalam memegang benda dan

dalam mengahadapi peristiwa.

Dikatakan belajar jika dapat menghasilkan perubahan, namun

tidak semua perubahan merupakan akibat langsung dari usaha belajar.

Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau diluar

sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada

perubahan perilaku yang baik dan positif, sedangkan belajar di luar

sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan

perubahan perilaku yang positif ataupun negatif.

41

Margaret E. Bell-Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994), h. 1

42

Nadlir dkk, Psikologi Belajar, Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah, 2009

43

Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan)Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009,hal 33

44

(35)

Terjadinya proses belajar pada murid yang sedang berlangsung

memang sulit untuk diketahui secara kasat mata, karena proses belajar

berlangsung secara mental.45 Terdapat ciri-ciri yang menunjukkan

bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar:46

1) Perubahan tingkah laku aktual atau potensial

2) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu

merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif atau afektif

atau psikomotorik

3) Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang

yang belajar dari pengalaman (memperhatikan, mengamati,

memikirkan, merasakan) atau dengan latihan.

Ciri-ciri belajar lainnya yang disebutkan oleh aunurrahman

dalam bukunya yaitu, pertama belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.47

Dapat disimpulkan bahwa dalam belajar diperoleh

kemampuan-kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang

dibawa sejak lahir, bahkan dari bawaan. Proses belajar mengajar

merupakan suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:48

Gambar 2.1. Siklus belajar

45

Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html. Hal. 6

46

Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 5-6 47

Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 35-37 48

Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 7

Planning

Observs

(36)

1) Planning atau perencanaan adalah kegiatan awal guru untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik

2) Experience (pengalaman belajar) merupakan kegiatan siswa yang

dibantu guru

3) Observs (observasi) merupakan kegiatan guru melihat proses

belajar siswa melalui catatan harian atau lembar observasi

pembelajaran

4) Reflect (refleksi), dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar yang

meliputi evaluasi proses belajar dan hasil belajar

b. Hasil Belajar

Hasil belajarperwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku

yang dilakukan oleh usaha pendidikan atau dapat diartikan perubahan

dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikornotorik, tergantung dari

tujuan pengajarannya.49

Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.

Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku dihasilkan dari belajar.

Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari belajar adalah perubahan

yang dapat diamati (observable) meskipun tidak secara mutlak. Perubahan yang dapat diamati baiasanya bersifat perubahan motorik.

Adapun perubahan lainnya yang dihasilkan dari belajar adalah

perubahan afektif dan perubahan kemampuan berfikir.50

Dari proses belajar maka akan dihasilkan pula hasil perubahan

kepandaian, kecakapan atau kemampuan.

49

Soeyono, dkk, Efektivitas Pembelajaran Melalui Metode Penemuan Terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN I Plosorejo Randublatung Kab. Blora Tahun Pelajaran 2011/2012, (FIP IKIP PGRI Semarang), Volume 2, Nomor 1, Juli 2012, hal. 9

50

(37)

Gambar 2. Bagan hasil belajar

Dari bagan di atas menggambarkan bahwa belajar

diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi

belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil

belajar tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari

individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajari. Sementara

proses belajar dan hasilnya dipengaruhi faktor internal yang

mencangkup fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal berupa

lingkungan dan instrumental.

Gambar 2.3.

Faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar

pengetahuan

perilaku

belajar tes Hasil belajar

nilai

Sarana & fasilitas Kurikulum Sosial

Guru Alam

(38)

B. Kerangka Berfikir

Dari penjelasan teori di atas diketahui bahwa belajar yang efektif,

efisien dan kondusif adalah yang tepat menghasilkan perubahan yang lebih

baik dalam hal kognitif, afektif maupun psikomotor.

Selain faktor internal yang dapat mempengaruhi kualitas belajar dan

hasilnya, terdapat beberapa faktor eksternal yang juga memiliki peran penting

dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah lingkungan atau suasana

belajar. Ketika siswa merasakan kebosanan dalam kegiatan belajar yang

disebabakan beberapa hal diantaranya monotonnya proses belajar, tidak

menariknya penyajian materi oleh guru, komunikasi satu arah dan hal lainnya,

maka permasalahan tersebut dapat menyebabkan hasil belajar yang tidak

maksimal sehingga perlu dilakukan evaluasi dan beberapa perubahan pada

kegiatan belajar. Diantaranya yakni mencari metode, strategi ataupun

pendekatan yang sekiranya mampu membuat siswa merasa nyaman serta

mendukung keberhasilan proses dan hasil belajar.

Belajar adalah aktivitas yang bertujuan. Tujuan tersebut erat

kaitannya dengan perubahan atau pembentukkan tingkah laku tertentu. Namun

terkadang tujuan tersebut sulit untuk dicapai siswa jika suasana belajar tidak

mendukung.

Kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar dapat disebabkan

karena beberapa hal. Pertama, siswa sudah memahami informasi atau materi

yang disampaikan guru, sehingga mereka menganggap materi tersebut tidak

penting lagi. Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha

mengajak berpikir kepada siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa

menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan

mengembangkan kemampuan berfikir. Ketiga, guru menganggap bahwa ia

adalah orang yang paling mampu dan menguasai materi pelajaran

(39)

sudah seharusnya ia mencari solusi dari permasalahan tersebut. Bagaimana

membuat siswa menjadi nyaman saat belajar. Bagaimana cara penyajian

materi agar siswa ikut berpartisipasi dalam membangun pengetahuannya

sendiri. Bagaimana pula mencari metode, pendekatan ataupun strategi yang

sesuai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Metode, strategi, model maupun pendekatan yang bagus dapat

membantu jalannya pemahaman materi siswa. Sehingga guru dituntut untuk

memahami metode atau model atau strategi atau pendekatan manakah yang

sekiranya bisa membantu siswa untuk mewujudkan pemahamannya tersebut.

Adapun kimia adalah mata pelajaran yang cukup rumit, khususnya di

lokasi penelitian. Hal tersebut diketahui setelah penulis berdiskusi secara non

formal dengan siswa dan guru. Masing-masing diskusi dilakukan secara

terpisah.

Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis mencoba

menyajikan metode inkuiri-discovery learning sebagai salah satu metode mengajar yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut.

Metode ini dapat membawa siswa merasakan langsung atau memahami secara

personal dan kelompok jalannya proses pemecahan masalah melalui

penemuan yang dilakukannya sendiri. Dan kegiatan dalam proses

pembelajaran inkuiri-discovery learning ini dapat mengurangi kepasifan siswa dalam proses pembelajaran, menggali potensi berfikir kritis dan melatih

kemandirian.

Atas dasar permasalahan tersebut maka peneliti mencoba mengangkat

metode yang sebelumnya belum dilakukan oleh guru kimia di lokasi

penelitian, agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa

terhadap hasil belajar kimia ketika disajikan dengan cara yang berbeda dari

(40)

Diatasi dengan menerapkan

Gambar 2.4 Bagan kerangka berfikir

C. Hipotesis Penelitian

Apakah ada pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia, atas dasar inilah maka

penulis menyimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = tidak ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri-

discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

Ha = ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri- discovery

learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru

2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga menghambat pemahaman siswa

3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa mengenai suasana belajar selain suasana belajar tradisional

4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru

Metode inkuiri-discovery learning Metode ceramah dan latihan (drill)

Langkah-langkah: 1. Simulation 2. Problem statment 3. Data collection 4. Data prossesing 5. Verivication 6. Generalitation

(41)

1. Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil

Belajar Biologi Pada siswa SMUN III Ambon, Jurnal kependidikan vol. 1

no. 2 november 2004

Dalam penelitiannya menyatakan terdapat perubahan hasil belajar biologi

yang lebih baik pada siswa kelas I sesudah menggunakan metode inukiri.

2. I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran Dan

Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah

siswa SMAN 4 Singaraja, jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan

1(2), 15-29, jurusan pendidikan fisika FMIPA Undiksha, 2008.

Hasil penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara

model pembelajaran inkuiri (MPI) dan model pembelajaran konvensional

(MPK) dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika.

3. Dainne Amor Kusuma, Jurnal penelitian jurusan matematika FMIPA

UNPAD, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan

Menggunakan Metode Inkuiri.

Hasil penelitiannya menyatakan kemempuan komunikasi matematik siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada

siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

4. Rensus Silalahi, jurnal penelitian edisi khusus No. 2, Agustus 2011,

Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstial Tipe Inkuiri Dalam

Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual

berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran

PKn.

5. Niken Indraswati dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui

Metode Inkuiri. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri

siswa dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan konsep materi

(42)

terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar

lebih menyenangkan.

6. I Putu Mudalara dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI

IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah.

Pada penelitainnya dihasilkan hasil belajar kimia siswa yang belajar

melalui model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dari hasil belajar

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh metode inkuiri-discovery learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia dilaksanakan di MAN

Rengasdengklok-Karawang, pada semester ganjil tepatnya pada tanggal 1-15

November 2010.

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.1 Populasi adalah

keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika

hasil analisis yang dialkukan terhadap sampel penelitian.2

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil

populasi yang diteliti).3

Populasi penelitian adalah seluruh siswa MAN Rengasdengklok dan sampel

yang diambil adalah siswa 30 kelas XIA, sebagai kelas kontrol dan 30 siswa

kelas XIB sebagai kelas eksperimen.

Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan melalui pemilihan

sampel bertujuan (purposive sample) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan tujuan atau pertimbangan tertentu.4

1

Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 80

2

Abdurrahmat Fathoni, M. Si, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 103 3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 131

4

(44)

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimen. Dalam desain

ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya

untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

eksperimen.5

Adapun rancangan penelitian yang penulis gunakan adalah desain the

nonequivalent control group. Desain ini hamir sama dengan pretest-posttest

control group design,6 hanya dalam desain ini kelopmpok eksperimen maupun

kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

O1 X O2

O3 X O4

Keterangan:

X = Perlakuan

O1 dan O3 = kelompok yang belum diberikan perlakuan (Pretes)

O2 dan O4 = kelompok yang sudah diberikan perlakuan (Post-test)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable) : pengaruh metode

inkuiri-discovery learning

2. Variabel terikat (dependent variable) : hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan pengumpulan data, peneliti terlibat langsung, baik

dalam mengambil, mengolah maupun menarik kesimpulan dari data yang

diperoleh. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan persiapan untuk

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 77

6

(45)

proses pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan pengajaran pada kelas

eksperimen mengenai pokok bahasan termokimia dengan mengikuti

langkah-langkah yang ada pada metode inkuiri-discovery learning sedangkan pada kelas pembelajaran dilakukan dengan metode yang biasa dilakukan oleh guru

di lokasi yakni metode ceramah dan latihan.

Langkah pertama adalah simulation dimana peneliti sebagai pengajar melakukan pengenalan awal mengenai materi termokimia. Langkah kedua

adalah problem statment dimana peneliti menugaskan para siswa membuat pertanyaan berdasarkan ilustrasi yang telah dilakukan pada langkah

sebelumnya kemudian pertanyaan para siswa dijadikan sebagai dugaan awal

atau hipotesis mengenai ilustrasi dari langkah awal pemberian materi.

Selanjutnya dilakukan pengumpulan data (data collection) melalui percobaan, studi pustaka dan tanya jawab kepada nara sumber (guru kimia). Setelah data

terkumpul kemudian diproses untuk disiapkan sebagai jawaban sementara

dari pertanyaan yang diajukan siswa pada langkah sebelumnya dilakukan

verivication sebagai langkah untuk menentukan apakah data yang dihasilkan

dari langkah data collection dapat terbukti atau dapat dipertanggungjawabkan kebenaranannya. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil

olahan data yang telah di verifikasi.

Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan

metode ceramah dan latihan (drill).

Adapun masing-masing kelas baik kelas kontrol maupun kelas

eksperimen dilakukan proses pembelajaran sebanyak 8 kali pertemuan.

Setelah materi pokok bahasan termokimia selesai diberikan,

kemudian peneliti memberikan tes objektif kepada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol yang berupa soal kimia mengenai pokok bahasan termokimia.

Hasil tes dijadikan sebagai hasil belajar kimia siswa kemudian dikelompokkan

menjadi dua bagian yakni hasil belajar kelas eksperimen dan hasil belajar

kelas kontrol.

Data dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

(46)

diberikan kepada masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Untuk selanjutnya dilakukan pegolahan data hasil

belajar.

F. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini berupa tes. Tes

hasil belajar adalah alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi

yang diberikan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Tes yang digunakan kali ini adalah berupa tes objektif sebanyak 20

soal yang terdiri dari aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3)

dan analisis (C4).

Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen penelitian

Indikator Tingkat kognitif dan No soal C1 C2 C3 C4

(Kompetensi dasar 2.1):

- Memahami hukum kekekalan energy 1,4 2, 5 3 - Menjelaskan perbedaan sistem dan

lingkungan

6, 7, 8, 10

9 11,

12

- Menjelaskan perbedaan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm)

16, 14,

15, 17,

19

18 13

- Memahami macam-macam perubahan entalpi pada suatu reaksi

menggunakan Data entalpi

pembentukkan standar (ΔHfo)

(47)

Sebelum menentukan valid dan reliabel tidaknya suatu butir soal,

terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kesukaran dan daya beda

dari instrumen yng diujikan.

1. Tingkat kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar tidaknya suatu soal disebut

indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah

ataupun terlalu susah. Tingkat kesukaran ini merupakan salah satu analisis

kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Dan untuk

perhitungannya dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 7

Keterangan:

P = proporsi (indeks kesukaran)

B = jumlah siswa yang menjawab benar

N = jumlah total peserta tes

Dengan ketentuannya:

P = 0 – 0,25 (sukar) P = 0,26 – 0,76 (sedang) P = 0,76 – 1 (mudah)

2. Daya Beda

7

Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h.103

44 - Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan energi ikatan

45 46,

47, 48,

49,

Gambar

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Gambar 2.2  …………………………………………………………………………...
Gambar 2.1. Siklus belajar
Gambar 2. Bagan hasil belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

413 Nacionalizacija: pozitivno 603 Tradicionalna moralnost: pozitivno 504 Rast države blagostanja 605 Zakon i red: pozitivno 506 Širenje obrazovanja 606 Društvena

“Pemberian fasilitas sekolah terhadap prestasi anak yang tidak disertai dengan ketergantungan pada latar-belakang dan konteks sosial orang tua siswa, pengaruhnya kecil

Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan pendekatan Post Test-Only Cotrol Group Design dengan mencit jantan strain Balb/c sebagai

Didapatkan hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Sindang Barang, dimana Ibu yang mendapatkan dukungan kuat

Rekomendasi perbaikan yang diberikan untuk atribut 4 termasuk indikator warna merah adalah Approach (metode/sistem), Deployment (Penerapan), dan Integration

seseorang dalam mengatur keuangannya, sedangkan kontrol diri dan pendapatan tidak mempengaruhi perilaku pengelolaan keuangan, karena pada penelitian ini, sampel yang

obat sipilis dan herpes - Gejala Penyakit sipilis Pada Wanita akan muncul sekitar 3 minggu - 6 bulan setelah berhubungan seksual dengan penderita, umumnya penyakit