• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GUIDE DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GUIDE DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GUIDE DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA

SCHNEPPER

Ardhi Mardiyanto Indra Purnomo, Nur Ahmad Muharram Muhammad Habi Burasyid

Penjaskesrek Universitas Nusantara PGRI Kediri

ardhimardiyantoindra@unpkediri.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pengaruh metode Guide Discovery Learning yang dilihat dari aktivitas mahasiswa, kemampuan pengajar dalam mengajar, dan hasil belajar yang dicapai mahasiswa dalam perkuliahan, serta respons siswa selama berlangsungnya kegiatan perkuliahan. Dari perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung = 1,79 kemudian dibandingkan dengan t(1-α). Harga t(1-α) pada taraf signifikansi 5% dengan db = n1 + n2 – 2 = 15 + 15 – 2 = 28 adalah sebesar 1,70. Sehingga thitung > t(0,95) atau 1,79 > 1,70. Karena thitung tidak jatuh diwilayah diterima H0. Kesimpulanya adalah ada pengaruh metode pembelajaran guide discovery

learning terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.

Dapat disimpulkan bahwa materi lompat jauh gaya schnepper dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan Guide

Discovery Learning karena dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dalam proses pembelajaran.

Kata lunci : metode pembelajaran guide discovery learning, hasil belajar dan lompat jauh gaya schnepper

PENDAHULUAN

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terangkum dalam permainan dan olahraga yang wajib diberikan pada mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan. Atletik wajib diajarkan kepada mahasiswa, karena gerakan-gerakan dalam cabang olahraga atletik hampir sebagian besar terdapat pada cabang olahraga lainya. Melalui pembelajaran atletik

(2)

diharapkan dapat mendukung gerakan atau ketrampilan cabang olahraga lainnya. Nomor-nomor cabang olahraga atletik yang wajib diajarkan bagi mahasiswa putra meliputi nomor lari, lompat dan lempar.

Hasil kedua gaya menentukan gerak parabola dari titik pusat grafitasi. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat yang pelaksanaanya dilakukan dengan awalan lari, menolak, melayang diudara dan mendarat. Dalam pelaksanaan lompat jauh terdapat tiga gaya yaitu : gaya jongkok (sit down in the air), gaya berjalan diudara (walking in the

air), dan gaya menggantung (schepper). Penggunaan gaya lompat jauh

pada prinsipnya bertujuan untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Dari ketiga gaya lompat jauh tersebut letak perbedaannya pada saat melayang di udara.

Lompat jauh gaya schnepper (menggantung) merupakan salah satu gaya lompat jauh yang sulit dan memiliki unsur gerakan yang komplek, jika dibandingkan dengan gaya jongkok atau gaya melayang diudara sehingga mahasiswa mengalami kesulitan untuk melakukan lompat jauh gaya ini. Biasanya yang dialami mahasiswa pada saat melakukan lompatan gaya schnepper terutama pada saat melayang diudara. Pada saat melayang diudara sebagian besar mahasiswa kurang mampu melentingkan badan atau membuat posisi seperti orang menggantung.

Pencapaian hasil belajar lompat jauh gaya schnepper secara maksimal tidak terlepas dari model pembelajaran yang diterapkan ketika melakukan pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper diperlukan pembelajaran-pembelajaran yang variatif dan inovatif, untuk mengurangi kejenuhan pembelajaran.selama ini pembelajaran yang dilakukan oleh dosen penjasorkes adalah pembelajaran lompat jauh yang masih konvensional dan tradisional. Sehingga diperlukan kreatifitas dari dosen tersebut untuk memodifikasi model pembelajaran lompat jauh gaya schnepper.

Model Guide discovery learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak

(3)

disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mahasiswa mengorganisasi sendiri. Pada Guide discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaan inkuiri dan problem solving dengan Guide

discovery learning ialah bahwa pada guide discovery learning masalah

yang diperhadapkan kepada mahasiswa semacam masalah yang direkayasa oleh dosen. Pembelajaran penemuan atau guide discovery

learning ini dibedakan menjadi 2 yaitu free guide discovery learning dan guide discovery learning. Dalam pelaksanaannya guide discovery learning

ini lebih banyak diterapkan, karena dengan petunjuk dosen, mahasiswa akan bekerja lebiih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun pada penerapanya dosen bukanlah menjadi semacam resep yang harus diikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti juga akan lebih menerapkan guide discovery learning sebagi upaya pembelajaran mahasiswa agar mencapai pembelajaran yang lebih baik nantinya.

Lompat jauh merupakan salah satu nomor satu dalam cabang olahraga atletik. Pada dasarnya lompat jauh merupakan suatu gerakan yang diawali dengan lari cepat, menumpu utnuk menolak, melayang diudara dan mendarat. Dari tahapan-tahapan lompat jauh tersebut harus dirangkaikan secara baik dan harmonis dalam satu rangkaian gerakan yang utuh dan tidak diputus-putus pelaksanaannya. Berkaitan dengan lompat jauh Aip Syaifudin (1992:90) menyatakan “lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin diudara yang dilakukaan dengan cepat dan dengan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya“. Menurut Yudha M. Saputra (2001:47) menyatakan “ lompat jauh adalah ketrampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu kali tolakan kedepan sejauh mungkin”. Menurut Adang Suherman dkk., (2001:117) menyatakan “lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horisontal yang dibuat sewaktu

(4)

awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki menolak. Hasil dari kedua gaya menentukan parabola titik gravitasi”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, lompat jauh gaya schnepper dapat dicapai secara maksimal merupakan akumulasi dari jarak horisontal antara kaki tolak dengan titik berat badan, jarak horisontal perpindahan titik berat badan atlet selama melayang di udara dan jarak horisontal antara titik berat badan atlet dengan tumit yang menyentuh bak pasir. Ketiga hal tersebut harus diperhatikan dalam lompat jauh agar diperoleh lompatan yang semaksimal mungkin.

Belajar dan pembelajaran suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Jadi secara umum pengertian belajar merupakan suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Menurut Sagala (2011:14) mengartikan belajar adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Dan pembelajaran sendiri adalah proses interaksi yang dilakukan oleh dosen dan murid. Menurut Mulyasa (2003:100) “pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik”. Prinsip-prinsip yang menentukan terciptanya proses belajar dan mengajar yang baik. 1) Perhatian dan motivasi, 2) Keaktifan, 3) Keterlibatan langsung, 4) Pengulangan.

Pengertian Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang mempunyai tujuan meyajikan pesan kepada mahasiswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/dosen sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi di dalam kelas. Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari faktor-faktor yang melengkapinya. Menurut Agus supriyono (2010:46) model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Sedangkan menurut Joyce dan Weil (1982) mendefinisikan model

(5)

pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Husdarta dan Yudha, 2000: 1). Hal ini dimaksudkan agar dosen tidak bertindak sebagai seorang diktator yang hanya mendikte, namun juga menggali kemampuan mahasiswa. Dari proses tersebut, diharapkan terjadi sebuah interaksi pembelajaran positif. Model pembelajaran adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar mahasiswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan proseduran yang tersetruktur dengan baik yang diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”.

Discovery learning adalah metode belajar yang difokuskan pada

pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri. Bisa dikatakan sebagai penemuan, penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund “discovery adalah proses mental dimana mahasiswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”. Dari proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Sedangkan menurut Jerome Bruner “penemuan adalah suatu proses, suatu jalan atau cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian belajar dengan penemuan adalah belajar menemukan, dimana seorang mahasiswa dihadapkan dengan masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga mahasiswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).

(6)

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi eksperimen, dengan peneliti memang sengaja menimbulkan variabel-variabel yang selanjutnya diberikan perlakuan untuk dilihat pengaruhnya terhadap hasil belajar.

Dalam penelitian ini kelompok subjek yang dipilih mendapatkan perlakuan yang sama. Observasi dilakukan dua kali yaitu dilakukan sebelum eksperimen (pre test) dan sesudah eksperimen (post test). Pre

test diberikan kepada subjek sebelum mendapat pembelajaran, kemudian

baru diberikan perlakuan berupa pembelajaran menggunakan model pembelajaran guide discovery learning. Setelah itu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana dan seberapa besar kenaikan hasil belajar setelah akhir dari treatment yang diberikan.

Pada tahap post test pelaksanaanya menggunakan rubrik penilaian dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Hasil belajar ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang memuat rubrik penilaian. Rubrik penilaian digunakan untuk mengetahui hasil belajar lompat jauh gaya

schnepper dengan menggunakan model pembelajaran guide discovery learning. Hasil belajar yang diinginkan dalam pembelajaran ini adalah : 1)

Aspek kognitif, 2) Aspek afektif, 3) Aspek psikomotor.

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Semester IV Universitas Nusantara PGRI Kediri Kota Kediri pada tahun 2015/2016 yang berjumlah 30 mahasiswa.

Keberhasilan dari sebuah penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lompat jauh gaya schnepper dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Lompat jauh gaya schnepper, Tes pengukuran ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Sedangkan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) merupakan sebuah perangkat pembelajaran

(7)

yang mendukung seorang dosen dalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar dikelas yang memuat Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi. Pada rubrik penilaian yang berisi tentang teknik penilaian yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Teknik penilaian meliputi serangkaian tes yang meliputi tes praktik, tes tertulis, tes lisan dan tes observasi.

Dalam melakukan uji analisis data dalam penelitian ini, dilakukan penyusunan data dengan mengambil langkah-langkah untuk uji prasyarat analisis. Dengan data sebelumnya diuji dengan uji normalitas menggunakan kolmogorov-Smirnov, dan uji homogenitas data dengan

Leven’s Test, kemudian dengan uji keberartian atau menguji apakah

penelitian dari hipotesis awal yang sudah diajukan dapat diterima atau tidak, mengetahui apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu dengan menggunakan uji t. Untuk mempermudah penghitungan, peneliti menggunakan program Statitical Package for

Social Sciences (SPSS) 16.0 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan maka, berikut akan disampaikan data yang terkait dengan hasil penelitian. Deskripsi data dari penelitian ini diperoleh dari rubrik penilaian yang ada dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Kemudian data yang dikumpulkan terdiri dari tes awal secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan perlakuan yang sama. Kemudian data dioleh dan dianalisis dengan ststistik t-test.

(8)

Kelompok Tes N Hasil Terendah Hasil Tertinggi Mean S Eksperimen Awal 15 46 56 52,09 2,91 Akhir 15 57 73 64,84 3,83 Kontrol Awal 15 58 74 66,28 4,36 Akhir 15 68 78 73,06 2,58 Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut :

Tabel 2. Rangkuman hasil uji homogenitas data

Kelompok N Mean S X2 hitung X2 tabel Keterangan

Eksperimen 15 64,87 3,83 2,98 7,81 Normal Kontrol 15 73,06 2,58 2,98 7,81 Normal

1. Kelompok eksperimen : Harga X2 hitung = 2,98 kemudian dibandingkan

dengan harga X2 tabel = pada taraf signifikansi 5% dan db = (k=3) = (6-3)

sebesar 7,81. Dengan demikian X2 hitung < X2 tabel atau 2,98 < 7,81.

Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen berdistribusi normal.

2. Kelompok kontrol : Harga X2 hitung = 2,98 kemudian dibandingkan

dengan harga X2 tabel = pada taraf signifikansi 5% dan db = (k=3) = (6-3)

sebesar 7,81. Dengan demikian X2 hitung < X2tabel atau 2,98 < 7,81.

Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas data antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut :

(9)

Kelompok N dk S2 Fhitung Ftabel Keterangan

Eksperimen 15 14 14,74

2,21 2,84 Normal

Kontrol 15 14 6,66 Normal

Harga F hitung = 2,21 kemudian dibandingkan dengan harga F tabel

pada taraf signifikansi 5%, dk pembilang = N-1 = 15-1 = 14 dan dk penyebut = N-1 = 15-1 = 14 adalah sebesar 2,48. Dengan demikian Fhitung < Ftabel atau 2,21 < 2,84. Maka dapat disimpulkan bahwa varians kedua

kelompok adalah homogen.

Pengujian Hipotesis

Setelah diketahui data berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.

Berikut ini merupakan rangkuman dari hasil uji hipotesis dari kedua kelompok uji.

Tabel 4. Rangkuman hasil uji homogenitas data Kelompok N Mean Pre-tes Mean post-tes Beda Mean db thitung t(1-α) Keterangan Eksperimen 15 52,09 64,87 12,78 28 1,79 1,70 H0 ditolak Kontrol 15 66,28 73,06 6,78 28

Dari perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung = 1,79 kemudian dibandingkan dengan t(1-α). Harga t(1-α) pada taraf signifikansi 5% dengan db = n1 + n2 – 2 = 15 + 15 – 2 = 28 adalah sebesar 1,70. Karena thitung tidak jatuh diwilayah terima H0, maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima H1. Kesimpulannya adalah ada pengaruh metode pembelajaran guide discovery learning terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schneeper pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Semester IV Universitas Nusantara PGRI Kediri Kota Kediri pada tahun 2015/2016.

(10)

Pembahasan

Setelah dilakukan analisis data penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran guide discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Secara keseluruhan dapat dapat dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini telah diterima dan menjawab permasalahan serta mencapai tujuan dari penelitian ini. Penentuan populasi, sampel, veriabel dan pelaksanaan kegiatan penelitian seperti tes awal, pelaksanaan latihan dan tes akhir semuanya didasarkan atas teori dan aturan yang ada sehingga memberikan dasar yang baik untuk penelitian ini. Penentuan metode, instrumen dan langkah penelitian serta pelaksanaan, analisis kemudian pemilihan alat sudah menjadi bukti bahwa penelitian ini memberikan hasil yang baik karena sudah tercapai nya penelitian tersebut. Dari hasil uji hipotesis ditarik kesimpulan bahwa menolak H0 dan menerima H1. Maka kesimpulannya adalah ada pengaruh metode pembelajaran guide

discovery learning terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schneeper

pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Semester IV Universitas Nusantara PGRI Kediri Kota Kediri pada tahun 2015/2016.

KESIMPULAN

Dari pengujian data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh metode pembelajaran guide dicovery learning terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schneeper pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Semester IV Universitas Nusantara PGRI Kediri Kota Kediri pada tahun 2015/2016.

2. Ada perbedaan yang nyata bahwa hasil belajar lompat jauh gaya

schneeper yang dipengaruhi metode pembelajaran guide discovery

(11)

siswa yang sudah mendapatkan perlakuan pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Semester IV Universitas Nusantara PGRI Kediri Kota Kediri pada tahun 2015/2016.

Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian diatas adalah :

1. Untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya schneeper dapat menerapkan metode pembelajaran guide discovery learning sebagai alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran.

2. Perlu diadakannya penelitian lanjutan yang sejenis dengan mengambil subjek penelitian yang lebih luas.

3. Bagi para dosen, pengajar atau guru dapat menerapkan pembelajaran lain yang sekiranya dapat meningkatkan pembelajaran materi pendidikan jasmani.

4. Terbatasnya waktu pembelajaran menuntut seorang dosen, pengajar atau guru pastinya untuk mampu menerapkan metode pembelajaran yang efektif dengan merancang bentu pembelajaran yang baik agar diperoleh hasil pembelajaran yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin. (1992). Atletik. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

____________. 2001. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Edisi Revisi V.

Ballesteros, JM. (1979). Pedoman Dasar Melatih Atletik. Jakarta: PB PASI.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

(12)

Husdarta, M. Saputra Yudha.(2000). Belajar dan Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional.

Joyce and weil. 1982. Model Of Teaching. Engalewood Cliffs. New Jersey : Prientice-Hall, Inc.

Markaban. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Sagala, Saiful. 2011. Konsep san Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta

Suherman, Adang. 2001. Pembelajaran Atletik. Jakarta : Depdikbud.

Supriyono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Yoyo Bahagia, Adang Suherman (2000). Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta, Depdiknas.

Yoyo Bahagia,dkk (2000). Atletik. Jakarta, Depdiknas.

Gambar

Tabel 2. Rangkuman hasil uji homogenitas data
Tabel 4. Rangkuman hasil uji homogenitas data  Kelompok  N  Mean   Pre-tes  Mean post-tes  Beda  Mean  db  t hitung  t (1-α)  Keterangan  Eksperimen  15  52,09  64,87  12,78  28  1,79  1,70  H 0  ditolak  Kontrol   15  66,28  73,06  6,78  28

Referensi

Dokumen terkait

“ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) Untuk Meningkatkan Hasil belajar Lompat Jauh Gaya jongkok Pada Siswa Kelas VII B SMP

visual, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh

Berdasarkan hasil analisis data dapat dikatakan bahwa dengan gaya mengajar resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya melenting dengan gaya mengajar resiprokal

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA MELENTING MENGGUNAKAN GAYA MENGAJAR INKLUSI DENGAN MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PESERTA

tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper dengan penerapan gaya mengajar inklusi pada siswa kelas X MIA I SMA N I

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran

Sehingga dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan metode tutor sebaya terhadap hasil belajar lompat jauh gaya menggantung dalam pembelajaran

Dari data hasil belajar keterampilan lompat jauh gaya jongkok pada kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi yang diajar dengan metode pembelajaran keseluruhan