Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah untuk Memenulti Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
III
II1II II1II
_lilt..
UIII
OIeh:
d:'ri
Igl..:
: "':"';"OT';"dZJ'C'i:Y"'"LP.
(;..
g
No. Tnduk ;:.QJ.W..
,;.:9..1:..:.1...
0
klasiiikasi : .•...•...•...•..•...
AINUL MARDHIYAH
105018200668
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDlKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
34. Eneo Mulyasa,Kurikulum 25 33
Tingkm SalUan Pendidikan .... ,
35. NurehoJis,/vlanajemen 26 148
elf
Berbasis Sekolah,(Jakarta:
I};L
Grasindo, 2003)
v/
36. Bedjo Sujanto,Manajemen 27 122 I
Pendidikan Berbasis Sekolah :
Model Pengelolaan Sekolah di
Era Dlonomi Daerah,(Jakarta J
: Sagung Seta, 2007)
37. Eneo Mulyasa, Kurikulum 28 21
セ
Tingkal salUan Pendidikan....,
8. Wina Sanjaya,Pembelajaran 28 87
セN
dalam lmplememasi KBK,
iff
(Jakarta: Keneana, 2008),
i. Oemar Hamalik, Jvlanajemen 28 ]62
Pengemb{lI1gan KurikululI1, (
Bandung : UPI dan Remaja
Rosdakarya, 2006)
Wina Sanjaya,Kurikulum . ." 28 215
./
Wina Sanjaya,Kurikulum dan 29 219
セ
pembelajaran ... ,
Nanang Fattah,Landasan 29 5
l1anajemen Pendidikan,
J{
Bandung : PT. Remaja
-,osdakarya, 2008)
rief Furehan &Muhaimin, 30 5
mgembangan Kurikulum
rbasis Kompelens di
"gllrllan Tinggi Agama
"-./
lIni, (Yogyakarta : Pustaka
PENDIDIKAN DI MTs NEGERI TANGERANG I
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UlN SyarifHidayatullah
untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar S.Pd
Oleh:
AINUL MARDHIYAH
105018200668
Di bawah Bimbingan :
YEFNELTY Z, M.Pd
NIP. 150209382
a.MANERAH
NIP. 150268 585
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Skripsi berjudul : "Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di
MTs Negeri Tangerang I" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasyah pada 28 Januari 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.) dalam bidang Kependidikan Islam
-Manajemen Pendidikan.
Jakarta, Februari 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil!.
NIP. : 19650530 198503 I 002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Muarif Sam., Drs., M.Pd.
NIP. : 19650717 199403 I 005
Penguji I
Nurlena, MA., Ph.D
NIP.: 19591020 1986032 DOl
Penguji II
"IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDlKAN DI
MTs NEGERI TANGERANG I" yang disusun oleh AINUL MARDHIYAH,
NIM 105018200668 Program Studi Manajemen Pendidikan; Jurusan
Kependidikan Islam; Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan DIN Syarif
Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi
pada tanggal 20 Desember 2009.
Jakarta, 20 Desember 2009
Dosen Pembimbing Skripsi II
I
ra. I\Ianerah NIP. 150268585 Dosen Pembimbing Skripsi I
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ainul Mardhiyah
NIM : 105018200668
Program Studi
Jurusan
Fakultas
: Manajemen Pendidikan
: Kependidikan Islam
: Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan
Denganinimenyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam memperoleh gelar Smjana Strata 1 (S I) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berJaku di UIN Syarif Hidayatullah. . , . . -Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Januari 20 I0
セイセエャ mセ\Qィゥキィ
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu kebijakan pemerintah Indonesia yang dikeluarkan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan Indonesia. KTSP merupakan kurikulum keenarn yang
diberlakukan di Indonesia sebagai penyempumaao Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) atau ada yang menyebutnya kurikulum 2004. Keberadaan KTSP menjadi sebuah paradigma bam dalam mengembangkan kurikulum di era desentralisasi pendidikan, yang memberikan kewenangan (otonomi) luas bagi tiap
satuan pendidikanuiltuk memberdayakan dan meningkatkan kompetisi yang sehat
antar satuan pendidikan.
Implementasi KTSP di sekolah diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi siswa dan guru, sekaligus meningkatkan kemandirian sekolah.
Implementasi KTSP menuntut partisipasi berbagai pihak, meliputi kepala sekolah, wali mood, komite sekolah, masyarakat dan terutamil gwu. Guru dituntut untuk
berpartisipasi dalam merubah paradigma mengajar menjadi ウ・「オ。Nセ pelobelajaran
yangstudent centered,karena dalam implementasi KTSP gwumenjadikey person yang dapat merealisasikan kurikuJum ke dalam aktivitas belajar mengajar yang merupakan inti dari sebuah penyelenggaraan pendidikan.
Fokus studi ini adalah implementasi KurikuJum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Studi irJ bennaksud mencleskripsikan secararinci bagaimana
sebuah satuan penelidikan menerapkan ku.likulum yang dibuatnya sendiri. Apakah sekolah sudah dapat mengimpJementasikan KTSP dengan optimal? Penulis mengangkatnya ke dalam judul IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN DI MTS NEGERI TANGERANGI.
Penelitian elilakukan eli MTs Negeri TangerangI. Metode yang eligunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 43 orang guru dan seorang Wakabid. KOOkulurn.
Instrumen yang eligunakan adalah menyebarkan angket kepada guru dan wawancara kepada Wakabid. Kurikulum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi KTSP di MTs Negeri Tangerang I dapat dikatakan beIjalan baikJoptimal. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan sekolah dalam menge10Ja ke tujuah aspek yang merupakan aspek-aspek penting yang mendukung impJemen!flSi KTSP, yakni dengan skor
rata-rata 79,95% (kategori baik). Namun,セウォゥーオョ demikian penulis memberikan
saran bagi sekola1J agar lebih meningkatkan lagi pengeloJaan iklim pembelajaran,
MGMP, kemandirian guru dan aSpek-aspek laimJya agar implementasi KTSP di
MTsN Tangerang I benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan dan
ュセキオェオ、ォ。ョ tujuan pendidikan.
School Based Curriculum (KTSP) has become one of Indonesian government policy released in the purpose of increasing educational quality in Indonesia. KTSP is the sixth curriculum has applied in Indonesia as a completing of Competence Based Curriculum (KBK) that is well-known as 2004 Curriculum. The existence of KTSP becomes a new paradigm in developing curriculum in the era that is called decentralization of education, which is give a wide authority for each educational unit to powered and increase a good competition between those educational units.
The implementation of KTSP in the school is hoped could increase student and teacher's competence, all at once it could also increase school's autonomy. The implementation of KTSP is needed a support and participation form others, such as The Head Master, student's surrogate, school's committee, society and especially the teacher. The teacher strives for taking the participation in changing teaching paradigm becomes a student centered learning. It is because in its implementation, the teacher becomes a key person which is able to make a realization of the curriculum to the activity of teaching and learning process that is become a focus to the educational implementation.
This study is focused on the implementation of School Based Curriculum (KTSP). The purpose of the study is to describe in detail how the school applied the curriculum which is made itself. Have the school implemented the KTSP in the optimal way? The Writer takes that question into a little THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED CURRICULUM (KTSP) AT MTs NEGERI TANGERANGI.
The research is taken at MTs Negeri Tangerang I. The method used in this research is a Descriptive Qualitative. The sources of data in this research are 43 teachers and a vice chairman of curriculum field. (Wakabid. Kurikulum). The instrument used by the writer is giving the questionnaires to the teachers and did an interview session to the Wakabid. Kurikulum.
The result of this research indicates that the implementation of KTSP in MTs Negeri Tangerang I has been applied well. Itis indicated by the School's ability in managing the seventh components that is important in supporting the implementation of KTSP. It is shown by the average score 79,95% (good category). However, the writer gives the suggestion to the school to improve more of learning situation management, MGMP, teacher's independence and other components in order to make the implementation of KTSP in MTs Negeri Tangerang I is wholeheartedly able to increase the quality of education and bring into reality the goal of education.
Maha Rahman yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
"Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Negeri
Tangerang I".
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Agung
yaitu Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak luput dari hambatan dan kendala
yang dihadapi penulis baik tenaga, pikiran maupun biaya. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung akhimya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :
I. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas IImu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Drs. Rusdy Zakaria, oM.Ed., M.Phi!., Ketua JurusanKependidikan Islam.
3. Drs. H. Mu'arif Sam, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan
Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Ibu Dra. Yefnelty, M.Pd dan Ibu Dra. Manerah, Dosen pembimbing
skripsi yang senantiasa memberikan arahan, meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran di sela-sela kesibukan beliau untuk memberikan bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Bapak H. Upen Supendi, M.Pd, Kepala MTsN Tangerang I yang telah
rnemperkenankan dan membantu penulis dalam meJakukan peneJitian di
MTsN Tangerang1.
6. WakiJ Kepala Bidang KurikuJum, Bapak Teguh Budiarto, S.Ag., beserta
seJumh gum dan staf MTsN Tangerang I yang teJah banyak membantu
menanamkan cinta kasih, dan memotivasi penulis dan menyuntikkan
semangat agar penulis terus berusaha mengejar cita-cita dan
mewujdkannya.
8. Adik-adikku tersayang, Ebah, Idah dan leha. Terima kasih atas doa,
dukungan dan kasih sayang yang kalian berikan selama iill. KaHan selaJu
menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis. Semoga Allah selalu
merahmati kita dan keluarga.
9. Sahabat-sahabat terbaikku, Ela dan Eva yang selaJu memberi spirit bagi
penulis untuk selaJu berusaha menggapai cita dan cinta. Thank You,
Friends... You're the best problem solver for me !.
10. My lovely friends, ternan-ternan satu kost "Alizah, lvon, Solhah dan Eti,"
yang selalu ceria menghadapi suka dan duka selama menYUSlill skripsi.
Dwi, Tsulis, Hikmah dan teman-temanku jurllsan KI-MP '05 'yang tidak
bisa、ゥウ・「オエォ。セ satU persatu" terimaォセゥィ atas semangat yang telah kaliah
tebarkan di antara kita. Good Luck dan Yakinlah kita Bisa! !!.
Akhimya, harapan dan doa penulis semoga skripsi iill bermanfaat bagi
penulis, khususnya dan bagi pembaca wnurnnya. Semoga jasa baik yang telah
turnt membantu menjadi amal shaJeh dan mendapat baJasan yang tak
terhingga dari Allah Yang Maha Rahim. Amin Ya Rabbal 'Alamin....
Jakarta, 20 Januari 2010
UJI REFERENSI 11
SURAT PERNYATAAN KARYAPENULIS iii
ABSTRAK IV
KATAPENGANTAR... V
DAFTAR lSI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTARLAMPlRAN x
BABI PENDAHULUAN
A. Latar BelakalIg Masalah 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. PembatasaII dan PenlnlUSan Masalah 6
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. PengertiaII KTSP... 7
2. Komponen-Komponen KTSP 13
3. Tujuan KTSP 18
4. Dasar Penyusunan KTSP 18
5. Proses Penyusunan KTSP 19
B. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
I. Pengertian Implementasi KTSP 22
2. Prinsip-prinsip Implementasi KTSP : 24
C. Metode Penelitian 37
D. Sumber Data 37
E. Teknik Pengumpulan Data 38
F. Teknik Analisis Data 41
G. Teknik Interpretasi Data 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 43
I. Iklim Pembelajaran yang Kondusif 44
2. Otonomi Sekolah dan Satuan Pendidikan 46
3. Kewajiban Sekolah dan Satuan Pendidikan 48
4. Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional 50
5. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua 54
6. Ivlenghidupka!l serta Ivfeluruskan KKG& IvlGivlP , 55
7. Kemandirian Guru 57
B. Analisis dan Interpretasi Data... 60
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 63
Ill. Saran 65
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2. Rekapitulasi Jumlah Siswa Per Bulan MTsN Tangerang I Lampiran 3. Kurikulum MTs Negeri Tangerang I
Lampiran 4. Surat Pengajuan Proposal Skripsi Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 6. Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 8. Surat Permohonan RisetlWawancara Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu negara, pendidikan merupakan bagian penting yang ikut
menentukan pertumbuhan ekonomi. Pendidikan juga menjadi proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik secara intelektual
maupun emosional pada diri manusia sehingga ia siap menghadapi
kehidupannya dalam bemegara dan beragama.· Pendiliikari merupakan
investasi jangka panjang dalam mengembangkan sumber daya manusia.
Begitu pentingnya pendidikan, mengharuskan suatu negara untuk
meningkatkan mutu pendidikan guna meningkatkan mutu sumber daya
manusJanya.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwasanya mutu pendidikan Indonesia
masih rendah dan masih tertinggal dengan beberapa negara berkembang
lainnya. Bahkan dengan Malaysia yang kemerdekaannya jauh setelah bangsa
Indonesia pun ternyata mutu pendidikan Indonesia masih tertinggal. Menurut
Human development Index (HOI) yang dikeluarkan oleh UNDP melaporkan
bahwa, "Indonesia berada pada ranking 108 tahun 1998, ranking 109 pada
tahun 1999, dan rangking III pada tahun 2004 dari 174 negara yang diteliti".'
Di akhir tabun 2006 dan sarnpai pertengahan tabun 2007, sebagian besar
satuan pendidikan sudah mulai disibukkan dengan proses penyusunan
kurikulumnya sendiri yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dengan semangat otonomi dan desentralisasi, KTSP memberi keleluasaan
sekolah untuk mengembangkan kurikulum sendiri.
Dalam perjalanannya, dunia pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 (KBK), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintab melalui Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar lsi, Permen Nomor 23 Tabun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24
tabun 2006 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut.2
KTSP memiliki struktur dan baban kajian yang sarna dengan Kurikulum
2004 yang berbasis pada kompetensi. Dengan kata lain KTSP pun berorientasi
pada pencapaian kompetensi hasil belajar. KTSP ingin memusatkan diri pada
pengembangan seluruh kompetensi peserta didik. Jelasnya, KTSP merupakan
model pengelolaan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan atas standar isi
dan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintab
Republik Indonesia Nomor 19 tabun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang mengarnanatkan tersusunnya KTSP jenjang pendidikan dasar
dan menengah dengan mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi
lulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP.
Kunandar dalarn bukunya yang berjudul Guru Profesional Implementasi
KTSP, mengatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa KTSP menjadi
pilihan dalarn upaya perbaikan kondisi pendidikan di tanah air, antara lain:
"(I)Potensi siswa itu berbeda-beda dan potensi tersebut akan berkembang jika stimulusnya tepat; (2)Mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspe-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni dan olah raga,
serta life skill; (3) Persaingan global sehingga menyebabkan siswaJanak
2 Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
yang mampu akan berhasil/eksis dan yang kurang mampu akan gagal; (4)Persaingan pada kemampuan SDM produk lembaga pendidikan; (5)Persaingan teljadi pada lembaga pendidikan sehingga perlu rumusan
yang jelas mengenai SKL, ケ。ョセ selanjutnya SK mata pelajaran perlu
dijabarkan menjadi sejumlah KD. "
Keberadaan KTSP sebagai kepanjangan tangan dari kebijakan
desentralisasi pendidikan sebenamya positif, sebab sekolah diberi otonomi
untuk berdiskusi terkait dengan Standar Kompetensi yang telah ditetapkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Sayangnya, sebagian besar
guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model kurikulum.
Selain itu, temyata dalam praktiknya masih terdapat berbagai
permasalahan seputar KTSP di lapangan, di antaranya : I)Belum semua warga
sekolah memahami esensi KTSP; 2) Masih banyak kendala dalam penyusunan
sampai dengan pelaksanaan; 3) SDM Terbatas; 4)Warga belum yakin apakah
dokumen KTSP yang disusun telah memenuhi syarat; 5)Dalam
pelaksanaannya diakui bahwa lmplementasi KTSP belum optimal karena
faktor pendukung yang belum memadai, terutama: SDM, Sarana dan
Prasarana pendukung, Manajemen, dan Biaya,
MTsN Tangerang I merupakan salah satu lembaga pendidikan fomlal yang
terus membenahi diri dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
yang memadai. Hal ini terlihat dari fasilitas belajar yang dimiliki oleh MTsN
Tangerang I meliputi : laboratorium MIPA, laboratorium bahasa, laboratorium
Komputer, Mushola, dan Perpustakaan.
Dalam perkembangnya, MTsN Tangerang I Illl sedang
mengimplementasikan KTSP sebagai wujud realisasi program pemerintah
dalam peningkatan mutu pendidikan. KTSP mulai diterapkan di MTsN
Tangerang I pada tahun pelajaran 2008/2009. Dengan penerapan KTSP,
diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi guru dan
C. Pembatasan dan }'erumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah dalam penelitian, maka perlu adanya
pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu meluas dan dapat
terarah. Dalam hal ini, penelitian yang dimaksud dalam implementasi KTSP
adalah dilihat dari segi pengelolaanlmanajemennya. Hal ini sesuai dengan
program studi yang peneliti jalani selama ini yaitu manajemen pendidikan.
Dengan demikian, penelitian ini dibatasi pada tinjauan secara empiris tentang :
Implementasi KTSP di Madrasah Tsanawiyah Negeri TangerangI.
b. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yang akan diteliti adalah : "Bagaimana Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan PendidikandiMTs Negeri Tangerang I?"
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Peneliti Penelitian ini dihaXapkan clapat 111enambah wawasan
pengetahuan peneliti tentang bagaimana implementasi KTSP di MTsN
TangerangI.
2. Lembaga Pendidikan : Diharapkan menjadi 111asukanlkontribusi yang
berarti dalam implementasi KTSP. Selain itu, bagi MTsN Tangerang I,
hasil penelitian ini juga dapat dijadikan U111pan balik (feed back) dan
evaluator dari pihak luar sekolah terhaclap MTsN Tangerang I clalam
mengimple111entasikan Kurikulum Tingkat Satuan Penclidikan.
3. Para Pe111baca : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan wawasan bagi para pembaca tentang
A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
,
Banyak definisi yang muneul terkait dengan istilah kurikulum. Ada
definisi kurikulum dalam arti sempit dan ada definisi yang luas.
Bennaeam-maeam definisi yang muneul tersebut banyak dipengamhi oleh arti kurikulum
menumt asal katanya.
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olah raga pada
zaman Ytmani kuno yang berasal dari kata"curir" dan "cw"ere". Pada waktu
itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang hams ditempuh oleh seorang pelari.
Orang mengistilahkarmya dengan tempat berpaeu atau tempat berlari dari
mulai start sampai finish.I
Sedangkan dalam dunia pendidikan, kata kurikulum barn dikenal sejak
kurang lebih satu abad yang lampau. Kata "kurikulum" ini belum terdapat
dalam kamus webster tahun 1812 dan barn timbul untuk pertama kalinya
dalam kamus tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah : " a race course; a
place for running; a chariot. 2. a course in general; appliedparticulmy to the
jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari
awal sampai akhir.2
Setelah istilah kurikulum digunakan, kemudian muncullah macam-macam
definisi yang diberikan tentang kurikulum. Tidak jauh berbeda dengan asal
katanya "curir" atau "curere" yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari, maka kemudian berkembang definisi menurut pandangan lama.
Menurut pandangan lama, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh siswa.
Pandangan lama atau sering disebut pandangan tradisional merumuskan
bahwa : "kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
murid untuk memperoleh ijazah"? Rupanya pengertian kurikulum sebagai
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik ini menjadi
sebuah konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewamai teori-teori
dan praktik pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya definisi kurikulum menurut
pandangan lama menjadi definisi yang lebih lengkap. Jika pada pandangan
lama kurikulum dinyatakan sebagai sejumlah mata peJajaJ;an, makamenurUl
definisi pandangan modem kurikulum tidak hanya bisa dikatakan sebagai
sejumlah mata peajaran; akan tetapi bisa juga dikatakan sebagai usaha, cara,
reneana, bahkan sejumlah pengalaman.
Di bawah ini penulis cantumkan sejumah definisi kurikulum menurut
beberapa ahli kurikulum sebagaimana dikutip oleh S. Nasution dalam
bukunya yang berjudul Asas-Asas Kurikulum :4
a. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum
Planning for BeTter Teaching and Learning, menjelaskan kurikulum sebagai berikut : " The curriculum is the sum total ofschool's effort to influence learning, wether in the classraO,m, on the playground, or out of school". Jadi, kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman
2 S. Nasution,Asas-Asas KlIriklllllm,(Jakarta: Bumi Aksara,2005).,Cet.ke-S., 11.1-2.
3 Oemar Hamalik, Pengembangan KlIrikllllim (Dasar-Dasar dan Perkembangnnya)
h.5
sekolah atau di luar sekolah tennasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra kurikuler.
b. B. Othanel Smith, W.O Stanley dan J. Harlan Shores memandang
kurikulum sebagai : " a sequence ojpotential experience set up in the school Jor the purpose oj disciplining children and youth in groups
ways oj thinking and acting". Mereka melihat kurikulum sebagai
sejumlah pengalaman yang seeara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
e. Hilda Taba mengemukakan, bahwa"pada hakikatnya tiap kurikulum
merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktij'dalam masyarakatnya".5
Beberapa definisi kurikulum di atas, tampaknya telah terangkum dalam
satu definisi yang lengkap sebagaimana tereantum dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 bahwa :
"kurikulum adalah seperangkat reneana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta eara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk meneapai tujuan pendidikan
tertentu".6 Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi 、。セイ。ィL .satuan pendidikan
dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah.
Sarna dengan apa yang tereantum dalanl Undang-Undang SISDIKNAS
yang intinya mengatakan kurikulum sebagai seperangkat reneana, Nana
Syaodih juga menambahkan bahwasanya "kurikulum bukan hanya
merupakan reneana tertulis bagi pengaj aran, melainkan sesuatu yang
nmgsional yang beroperasi clalam kelas, yang memberi pecloman dan
mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas".7
5 S. NasutioID,Asas-Asas Kurikulum ... ,h.7
6 Undang-Undang SISDIKNAS :UU Rl No.20 Th.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),
Setelah mengetahui bahwa ada beberapa unsur dalam kurikulum dan
membandingkan beberapa definisi kurikulum menu,ut beberapa pakar
pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya kurikulum
merupakan serangkaian rencana yang berisi tujuan, isi, metode dan evaluasi
pembelajaran yang menjadi pedoman pembelajaran di bawah tanggungjawab
institusi pendidikan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasanya kurikulum merupakan hal
yang sangat urgen keberadaanya dalam setiap satuan pendidikan, baik itu
negen maupun swasta; sebab kurikulum menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Hal ini senada dengan pendapat
Hendyat Soetopo & Wasty yang mengatakan bahwa "dalam proses belajar
jelas kedudukan kurikulum sangat penting, karena dengan kurikulum maka
anak sebagai individu yang berkembang akan mendapatkan manfaat".11
Manfaat yang akan didapatkan oleh anak didik tersebut dapat berupa
potensi yang tems berkembang; dan tentunya diperoleh melalui kurikulum.
Hal ini dikarenalcan kurikulum juga mempakan seni dalam menyusun
perencanaan program bagi anak, remaja ,dan dewasa. Sebag"imana -yang
dikatakan oleh Louise dan Jessie bahwasnya "Curriculum refers to the art of
planning for implementing, and gathering data on programs for childrens,
youth and adults".12
Setelah mengetahui arti dari istilall kurikulum, maka dapat ditelusuri apa
arti dari istilah KTSP yang belakangan ini marak dibicarakan dan dikerjakan
oleh sebagian besar pengelola pendidikan.
Istilah KTSP muneul sejak disahkannya PP No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagai penjabaran dari UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam PP tersebut dinyatakan, KTSP
adalah jenis kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh satuan
pendidikan bersangkutan.
II Hendya! Soe!opo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,
(Jakarta: Humi Aksara, 1993), h. 16.
12 Louise M. Berman and Jessie A. Roderick.Curriculum: TpnrhinoTn/> Whl1f J..Jr.'HrmA
Disebut operasional karena kurikulum ini secara teknis menjabarkan
standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditentukan oleh pemerintah.
Dengan mempertimbangkan visi dan misi, karakterisitik, potensi serta daya
dukung alam dan sosialnya, sekolahlmadrasah mengembangkan standar baku
pemerintah tersebut ke dalam bahan ajar dan kegiatan pembelajaran berikut
tahapan-tahapannya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Enco Mulyasa, "KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi sekolahl daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik".J3 Sedangkan menurut Kunandar, "KTSP
merupakan revisi dan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau
ada yang menyebutnya Kurikulurn 2004. 14 Menurutnya, KTSP lahir karena
dianggap KBK masih sarat beban be!ajar dan pemerintah pusat dalam hal ini
Depdiknas masih dipandtmg terlalu intervensi da!am pengembangan
kurikulum.
Lebih !anjut, Enco Mulyasa mengatakan bahwa KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh seliap salUan
pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan
memperhatikan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 36 :15
a Pengembangan kurikultun dilakukan dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujllan pendidikan nasional.
b Kurikul11m pada semlla jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, patensi daerah dan peserta didik.
c Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolall dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulllsan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.
13 Eneo Mulyasa, Kurikulum Tingkal Saluan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2008), Cet. Y, h. 8.
l4 Kunandar, Guru Profesional :lmplemenlasi KTSP, (Jakarta: Raja GrafindoPersada,
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwasanya KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, dengan mengacu kepada standar
isi dan standar kompetensi lulusan; serta mempertimbangkan potensi sekolah,
kebutuhan daerahlkarakteristik budaya setempat dan peserta didik.
KTSP menjadi indikator bahwa pendidikan sudah didesentralisasikan ke
daerah-daerah, bahkan hingga ke sekolah-sekolah. Sekolah menjadi lebih
otonom dalarn melaksanakan tugas pokoknya untuk mencerdaskan putra-putri
bangsa. Dengan demikian kurikulum di Indonesia atau di daerah menjadi
sangat bervariasi dalarn banyak hal, kecuali dalam standar kompetensi (SK)
dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditetapkan secara nasional oleh Pusat.
Jadi dengan adanya KTSP ini, maka seluruh kegiatan pembelajaran mulai
dari penyusunan program pembelajaran di sekolah hingga pembiayaannya
harus didasarkan kepada hal-hal yang sudah ditetapkan dalarn KTSP.
Dengan demikian ada acuan yang jelas bagi sekolah dalam menyusun
RAPBS dan dalarn meminta dana partisipasi orang tua di daerah yang belum
menggratiskan pendidikan, atm! menghitung besarnya ウオ「セゥ、ゥ pcmerintah
kepada sekolah sesuai dengan kebutuhan riil sekolah.16
2. Komponen-Komponen KTSP
Sebagai a1at pendidikan, kurikulum tentu memiliki bagian-bagian penting
dan penunjang yang dapat mendukung operasinya lebih baik. Bagian-bagian
ini disebut komponen. Menurut Subandijah, "kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan memiliki komponen pokok dan komponen
penunjang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam rangka dukungannya
untuk mencapai tujuan itu". 17 Komponen pokok kurikulum meliputi (1)
komponen tujuan, (2) komponen isi/materi, (3) komponen organisasi/strategi,
(4) komponen media, (5) komponen PBM. Sedangkan yang tennasuk dalam
komponen penunjang kurikulum meliputi : (1) Sistem Administrasi dan
Supervisi, (2) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan (3) Sistem evaluasi.
16Nanang Rijono,XrS?dan Ujian Nasianal,http://rijol1o.wordpress.com,25 Maret 2008.
Dengan demikian, KTSP pun terdiri dari komponen-komponen yang turut
mendukungnya. Dalam garis besarnya, KTSP memiliki enam komponen
penting sebagai berikut :18
a. Visi dan Misi
Visi dan misi dapat dikembangkan oleh lembaga pendidikan
masing-masing dengan memperhatikan potensi& kelemahan masing-masing.19
b. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, dirumuskan dengan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut :
I) Pendidikan dasar bertujuan meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Pendidikan menengah bertujuan meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Pendidikan menengah kejuruan bertujuan meningkatkan
keccrdasan, pengetahuan, kepribadi::II1,. akhlak mulia, sel1a.
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
c. Kalender Pendidilmn
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Standar lsi.
d. Struktur dan Muatan KTSP
Struktur KTSP pada jeajang pendidikan dasar dan menengah tertuang
dalam Standar lsi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran
sebagai berikut :
I). Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2). Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3). Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4). Kelompok mata pelajaran estetika
5). Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan
diri yang termasuk ke dalam isi kurikulum antara lain:
1). Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat
satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum
dalam Standar lsi.
2). Muatan Lokal
Muatap lokal merupakan セォ・ァゥ。エ。ョ kurikuJer untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keungguJan daerah, yang materinya
tidak dapat dikeJompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi muatan Jokal ditentukan oJeh satuan pendidikan.
Kurikulum Muatan Lokal pada hakikatnya merupakan suatu
perwujudan Pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) yang berbunyi : "Pelaksanaan kegiatan
pendidikan daJam suatu pendidikan didasarkan atas kurikuJum
yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan
dengan keadaan serta kebutuhan Jingkungan dan ciri khas satuan
pendidikan"20
3). Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah.
4). Pengaturan Beban Belajar
(a) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat
satuan pendidikan SD/MIISDLB, SMP/MTs/SMPLB baik
kategori standar maupun mandiri, SMAIMA/SMALB
ISMK/MAK kategori standar.
(b) Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat
digunakan oleh SMPIMTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMAIMAl SMALBISMK/MAK kategori standar.
(c) Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan
olehSMAIMAISMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
(d) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem
paket dialokasikan sebagaimand tertera dalam struktur
kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah
maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan.
(e) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstmktur dalam sistem paket untuk
SD/M1/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan
SMAIMAISMALB/SMKlMAK 0% - 60% dari waktu kegiatan
tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan
alokasi waktu tersebut mempeliimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi.
(f) Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di
sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik
(g) Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasau terstruktur, dan
kegiatau mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan
SMAIMA/SMKlMAKyaug menggunakau sistem SKS.
5). Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan Kelulusau
Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusau mengacu kepada
standar penilaian yang dikembangkan oleh BSNP
6). Kecakapau Hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMAIMA/
SMALB, SMKlSMAK dapat memasukkau pendidikan kecakapau
hidup, yaug mencakup kecakapau pribadi, kecakapau sosial,
kecakapau akademik dan/atau kecakapau vokasional
7). Pendidikan Berbasis Keunggulau Lokal dan Global
Kurikulum untuk semua tingkat satuau pendidikau dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
e. Silabusdan Rencana Pelal{sanaan Pembelajaran
Silabus Merupakan penjabaran standar kompetensi dau kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaiau. Berdasarkan silabus yaug
telah disusun guru bisa mengembangkannya menjadi Rancangau
Pelaksauaan Pembelajaran (RPP) yang akau diterapkan dalam
kegaiatau belajar mengajar (KBM) bagi siswauya.2!
Secara dokumentatif, komponen-komponen KTSP tersebut
dikemas dalam dua dokumen berikut :
I). Dokllmen ] memuat acuan pengembaugan KTSP, tujuan
pendidikan, struktur dan muatan KTSP, serta kalender pendidikan.
2). Dokllmen IImemuat silabus dari SKlKD yang dikembaugkau pusat
dau silabus dari SKlKD yang dikembaugkau sekolah (muatan
lokal, mata pelajaran tambahan).22
21 Wina Sanjaya,Klirikulum dan Pembelajaran ... ,h. 148.
3. Tujuan KTSP
Secara umum, diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada lembaga pendidikan. 23 Dengan kata lain, penerapan
KTSP diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum.
Secara khusus diterapkannya KTSP adalah :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.24
4. Dasar Penyusunan KTSP
Pengembangan KTSP didasarkan kepada dua landasan pokok, yakni
landasan empirik dan landasan fonnal. Yang meJ1iadi landasan empirik di
antaranya : pertama, adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan
bairn dilihat dari sudut proses maupun hasil belajar; kedua, Indonesia
adalah negara yang sangat luas yang memilki keragaman sosial budaya
dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda-beda. Akibatnya, lulusan
pendidikan tidak sesuai dengan harapan & kebutuhan daerah di mana
siswa tinggal.
Yang menjadi landasan fonnal, KTSP disusun dalam rangka
memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Menurut Wina Sanjaya, "Terdapat sejumlah pasal yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dari Undang-undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri pendidikan nasional. Pasal-pasal dari UU No 20 Tahun 2003 adalah : Pasal I ayat 19; Pasal 18 Ayat 1,2,3 dan 4; Pasal 32 Ayat I, 2 dan 3; Pasal 35 Ayat 2; Pasal 36 Ayat I, 2, 3, dan 4; Pasal 37 Ayat I, 2 dan 3; Pasal38 Ayat I dan 2. Pasal yang terkait dengan PP No 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan ialah : Pasal I Ayat 5,13,14 dan 15; Pasal5 ayat I dan 2; Pasal6; Pasal 7 ayat I, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8; Pasal 8 Ayat 1,2 dan 3; Pasal 10 Ayat 1,2 dan 3; Pasalll Ayat 1,2,3, dan 4; Pasal13 Ayat 1,2,3 dan 4; Pasal14 Ayat I, 2,3; Pasal16 Ayat 1,2,3,4 dan 5; Pasal 17 Ayat I dan 2; Pasal 18 Ayat
I, 2, 3 dan Pasal 20".25
5. Proses Penyusunan KTSP
Menyusun KTSP temyata tidak semudah yang dibayangkan, hal ini karena
KTSP melibatkan banyak aspek dan kompetensi. Terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menyusun KTSP, yaitu :
a. Analisis Konteks
1). Analisis potensi dan kekuatanlkelemahan yang ada di sekolah:
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana,
biaya, dan program-program yang ada di sekolah
2). Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan
lingkungan sekitar: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas
pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber
daya alam dan sosial budaya.
3). Mengidentifikasi Standar lsi dan Standar Kompetensi Lulusan
sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
Kegiatan analisis konteks ini lebih dikenal dengan analisis SWOT
(strength, weakness, opportunity and threat), yakni menganalisa
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki oleh pihak
b. Mekanisme Penyusunan KTSP
I) Tim Penyusun
(a) Tim penyusun KTSP SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru,
konselor, kepala sekolah, komite sekolah, dan nara sumber, dengan
kepala sekolah sebagai ketua, disupervisi oleh dinas kabupaten
/kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
(b) Tim penyusun KTSP MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas guru,
konselor, kepala madrasah, komite madrasah, dan nara sumber
dengan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota, dan
disupervisi oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan
di bidang agarna.
(c) Tim penyusun KTSP khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri
atas guru, konselor, kepala sekolah, komite sekolah, dan nara
sumber dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota,
dan disupervisi oleh dinas provinsi bidang pendidikan.
2) Kegiatan Penyusunan
(a) Kegiatan penyusunan KTSP dapat berbentuk rapat kelja daJ)Jatau.
lokakarya sekolahlmadrasah yang diselenggarakan dalarn jangka
waktu sebelum tahun pelajaran baru.
(b) Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi:
penyiapan dan penyusunan draf, review dan revisi, serta finalisasi.
3) Pemberlakuan
(a) Dokumen KTSP SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku
oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas
kabupatenlkota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan
(b) Dokumen KTSP MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku
oleh kepala madrasah, diketahui oleh komite madrasah dan oleh
departemen agama.
(c) Dokumen KTSP SDLB, SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku
c. Acuan Operasional Penyusunan KTSP
Acuan operasional penyusunan KTSP sedikitnya mencakup 12 (dua belas)
poin, antara lain :26
I) Peningkatan Iman dan Takwa Serta Akhlak Mulia
2) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat Sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik
3) Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan
4) Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
5) Tuntutan Dunia Kerja
6) Perkembangan IImu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
7) Agama
8) Dinamika Perkembangan Global
9) Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan 10) Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
II)Kesetaraan lender
12)Karakteristik Satuan Pendidikan
Selanjutnya, proses penyusunan KTSP dari pusat (Depdiknas) sampai
kepada proses pembelajaran di sekolah dapat dilukiskan sebagai berikut :27
1).Penyiapan Peraturan
DEPDlKNAS
DlSDlK Propinsi
DISDIK KotaJKabupaten
SekoJah
KeJas/Guru
2).Penyiapan Standar Nasional
3).Penyiapan Anggaran
1).Penyesuaian Buku Teks
2). Penyesuaian Aturan-aturan
I).Dewan Pendidikan
2). Pengalokasian Anggaran
3). Fasilitas Pendidikan
I). Koordinasi program
2). Komite Sekolah/Kurikulum
3). Pelayanan Administrasi
I). Rancangan Kompetensi dan Indikator
kompetensi, serta Materi Pelajaran
2). Rencana pelaksanaan Pembelajaran
3). Strategi pembelajaran
Banyak hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan KTSP tersebut,
tidak saja berupa silabus dan rencana pembelajaran serta keterampilan
menerapkmmya, tetapi juga memberi pengalaman baru bagi guru tentang
bagaimana berpikir tentang masa depan pendidikan bagi peserta didiknya.
Bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut akan digunakan guru dalam
mengimplementasikan KTSP.
B. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Definisi Implementasi KTSP
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suafu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam
Oxford Advance Learner's Dictionary dikemukakan bahwa implementasi
adalah : "put something into effect", (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).28
Adapun Implementasi Kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi
kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk ,pembelajaran. Hal
tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan Miller dan Seller sebagaimana
dikutip oleh Enco Mulyasa, bahwa "in some cases implementation has been
identified with instruction. .. " Lebih lanjut dijelaskan bahwa "Implementasi
kurikulum mempakan suafu proses penerapan konsep, ide, program, atau
tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas
baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan
untuk berubah.29
Iskandar dan Usman mengatakan bahwa "Pelaksanaan pendidikan di
sekolah pada hakikatnya merupakan implementasi kurikulum"?O
28 Enco Mulyasa,KBK:Konsep, Karaklerislik, &lmplemenlasi, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h.93
29 Enco Mulyasa,Kurikulum Berbasis Kompe/ensi...,h. 94
2. Prinsip-prinsip Implementasi KTSP
Terkait dengan pengembangan KTSP, terdapat sejumlah prinsip"prinsip
yang hams dipenuhi, yaitu )2
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
b. Memperhatikan keragaman karakterisik peserta didik, kondisi daerah,
dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan suku, budaya,
dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
c. Tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara
penerapan KTSP dengan kurikulum sebelumnya (KBK), yang justru
lampak.nya sering kali lerabaikan, k.arena ーイゥョウゥーセーイゥョウゥー itu. boleh
dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum.
Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan KTSP adalah sebagai berikut :33
a. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini
peserta didik harus mendapatkan layanan.
b. Menegakkan kelima pilar belajar, yaitu (a) belajar untuk beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami
dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang
lain, (e) belajar untuk membangun jati diri, melalui proses
pembelaj aran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
"Akhmad Sudrajat, Prinsip Pengembangan Kurikulum, http://akhmadsudrajat.
wordpress. com
c. Memungkinkan peserta didik mendapat layanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memerhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi
ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik
yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat,
dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing
ngarso sung tulada.
e. Dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah.
f. Mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal
dan pengembangan diri
Selanjutnya, agar pengembangan dan penerapan KTSP mampu
mendongkrak kualitas pendidikan; perlu didukung oleh perubahan
mendasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah yang menyangkut
aspck-aspek berikut :34
a. Iklim Pembelajaran yang Kondusif
Dalam penerapan dan pengembangan KTSP harus ada dukungan dari
pihak intern sekolah yakni berupa iklim pembelajaran yang kondusif.
Iklim pembelajaran yang kondusif dapat menciptakan suasana belajar
yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat
berJangsung dengan tenang dan menyenangkan(enjoyable learning).
Adapun Iklim pembelajaran yang kondusif tersebut dapat
dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut :
1) Memberikan pelayanan remedial bagi siswa yang kurang
berprestasi.
2) Memberikan pengayaan bagi siswa yang kemampuannya lebih
3) Menciptakan persamgan dan kerjasama antarsiswa dalam
pem belajaran.
4) Menentukan metode yang tepat dalam menilai hasil belajar.
5) Melaksanakan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi belajar.
b. Otonomi Sekolah dan Satuan Pendidikan
Dalam KTSP, kebijakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran
beserta sistem evaluasinya didesentralisasikan ke satuan pendidikan,
sehingga pengembangan kurikulum diharapkan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel.
c. Kewajiban Sekolah dan Satuan Pendidikan
Pelaksanaan KTSP perlu disertai seperangkat kewajiban, serta
monitoring dan tuntutan pertanggung j awaban (akuntabel) yang relatif
tinggi, untllk menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga
mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan pemerintah dan
memenuhi ·harapan masyarakat. Selain itu, akuntabilitas pendidikan
juga hams dibanglln untuk menjamin bahwa siswa akan memperoleh
hasilmaksimaJ dalam prosespendidikan. 35
Dengan demikian, sekolah dan satuan pendidikan dituntut mampu
mengembangkan kllrikulum dan mengelola sumber daya secara
transparan, demokratis, dan bertanggung jawab baik terhadap
•
masyarakat maupun pemerintah, dalam rangka meningkatkan kapasitas
pelayanan dan kualitas terhadap peserta didik.
d. Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional
Pelaksanaan KTSP memerlukan sosok kepala sekolahlmadrasah yang
memiliki kemampuan manajerial dan integritas profesional yang
tinggi, serta demokratis dalam proses pengambilan
Oleh karena itu, dalam implementasi KTSP, kepala sekolah
dituntut memiliki visi dan wawasan luas tentang pembelajaran yang
efektif serta kemampuan profesional yang memadai dalarn bidang
perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan.
e. Revitalisasi Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua
Dalam pengembangan KTSP, partisipasi aktif berbagai kelompok
masyarakat dan pihak orang tua dalarn perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan program-program sekolah/madrasah
perlu dibangkitkan kembali. Menumt Bedjo Sujanto, "keikutsertaan
masyarakat secara sistematik melalui suatu organisasi akan sangat
membantu sekolah berkembang cepat,,36
Keikutsertaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan pemberian
bantuan untuk semua kegiatan sekolah, baik akademik maupun
administratif.
f. Menghidupkan serta Melumskan KKG dan MGMP
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Musyawarah Gum
Bidang Studi (MGBS) dan Kelompok Kelja Guru (KKG) merupakan
organisasi guru, yang pada saat ini keberadaannya pada sebagian
sekolah dan satuan pendidikan sudah mati suri.
Keberadaan KKG dan MGMP di setiap satuan pendidikan dapat
dihidupkan kembali dengan jalan mengadakan rapat rutin antarguru
guna menyusun strategi pembelajaran, menyusun perkembangan
kemajuan belajar, mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar, dan
menentukan KKM.
g. Kemandirian Guru
Dalam KTSP, guru juga harus mampu bekerja mandiri untuk
memperbaiki diri dalam pembelajaran. Sehingga ia tidak saja mampu
mengembangkan KTSP tetapi Juga melaksanakannya dalam
pembelajaran yang secm'a efektif dan menyenangkan.
3. Pembelajaran dalam Implementasi KT ' o . ' O _ _Gセ _ _ · O _ '_ _ TA'v\A
1
PERPUSTAKAAN LJ ,
a. Definisi Pembelajaran UIN SYAHID ,IAI<ARTA
Kurikulum dan pembelajaran merupakan ua SISI ma a uang. Artmya,
dalam proses pendidikan dua hal itu tidak dapat dipisahkan. Kurikulum
tidak akan berarti tanpa diimplementasikan dalam proses pembelajaran;
sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa didasarkan pada
kurikulum sebagai pedoman.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang
diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni
sekolah dan satuan pendidikan. Dalam KTSP, pengembangan kurikulum
dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan
Pendidikan?7 Menurut Wina Sanjaya "Keterkaitan antara belajar dan
mengf\iar itulah yang disebut pembelajaran".38 Senada dengan apa yang
dikatan oleh Oemar Hamalik, bahwa pembelajaran juga dapat dikatakan
sebagai "Suatu proses terjadinya interaksi antara pelajar dengan pengajar
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam
suatu lokasi ;ertentu dalam jangka satuan waktu teltentu pula".39
Dengan demikian, implementasi KTSP yang paling riil dapat dilihat
dari proses pembelajaran yang memang merupakan kegiatan inti dari
penyelenggaraan pendidikan.
Dalam konteks implementasi KTSP, mengajar bukan hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran; akan tetapi juga dimaknai sebagai proses
mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang
demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran.40 Pembelajaran yang
sesuai dengan KTSP adalah sebuah pembelajaran yang tentunya dapat
memberdayakan semua potensi peselta didik untuk menguasai kompetensi
yang diharapkan.
37Eoco Mulyasa, KurikulumTingkal sa/uaHPendidikan...h. 21.
3B Wina Sanjaya, Pembe/ajaran da/am lmp/ementasi KBK, (Jakarta: Kencana, 2008),
h.8?
39 Oemar Hamalik,Manajemen Pengembangan Kuriku/um, ( Bandung : UP! dan Remaja
Rosdakarya, 2006) h.162
Dari urman itu, maka tampak jelas bahwa istilah "pembelajaran"
(instruction) itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan
pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Di sini jelas, proses pembelajaran
yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru.
Adapun makna pembelajaran dapat ditunjukkan oleh beberapa cm
berikut:41
I) Pembelajaran adalah proses berpikir
2) Proses Pembelajaran adalah memanfaatkan Potensi Otak
3) Proses Pembelajaran Belangsung Sepanjang Bayat
Ciri belajar sepanjang hayat seperti yang telah dikemukakan di atas,
sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan
Unesco (1996), yaitu :
I) Learning to Know atau Learning to Learn, belajar itu pada
dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar,
akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar.
2) Learning to do, belajar itu bukan hanya sekadar mendengar dan
melihat dengan tujuml akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar
untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang
sangat diperlukan dalarn era persaingan global.
3) Learning to be, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri
sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung
j awab sebagai manusia.
4) Learning to live together, belajar untuk bekerja sama.
Empat pilar pendidikan yang dikemukakan oleh Unesco di atas,
sangat reIevan dengan tujuan pendidikan, bahwasanya pendidikan tidak
haIlya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang,
tetapi juga untuk kehidupan sekaraIlg, ymlg dialami individu dalarn
perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.42
41 Wina Sanjaya,Kurikulum dan Pembelajaran ... , h.219
Kurikulum sebagai media pembelajaran, memberikan makna terhadap
proses pendidikan dan pembelajaran di lembaga pendidikan, sehingga
dimungkinkan terj adi adanya saling interaksi antara pendidik dan peserta
didik.
Menurut Farchan dan Muhamin "Proses interaksi inilah sebenarnya
yang mengantarkan pada pencapaian berbagai kompetensi".43 Sementara
Sudarwan Danim menambahkan bahwasanya "Keberhasilan refonnasi
kurikulum dapat dilihat dari apakah implementasinya mampu mengubah
sosok tampilan lulusan dari hanya sekedar tahu ke memiliki pengetahuan
dan mumpuni dalam berbuat".44
b. Pclaksanaan Pcmbclajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses pengejawantahan kurikulum ke
dalam tindakan nyata, atau lebih tepat disebut implementasi kurikulum.
Pembelajaran menjadi kegiatan inti dalam pendidikan. Sebab melalui
proses pembelajaran, tujuan akbir pendidikan dapat 、ゥカカャセオ、ォ。ョN Hal ini
sependapat de!1gan. Enco Mulyasa yang mengalakan bahwasanya
"Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik".45
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP mencakup
tiga hal: pre tes, pembentukan kompetensi, dan post test. 46
1). Pre test (Tes Awal)
Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menJaJagl proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
43 Arief Farchan & Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompe/ens di
Perguruan Tinggi Agama Islami, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2005). h. 5
44Sudarwan Danirn,Visi Baru Manajemen Sekolah,(Jakarta: Bum; Aksara, 2006), h.165
4'Eneo Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ,h. 255
2). Pembentukan Kompetensi
Pembentukan kompetensi mempakan kegiatan inti dari pe1aksanaan
proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk peserta
didik, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direa1isasikan. proses
pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila se1uruh peserta
didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosia1nya.
Metode dan strategi belajar- mengajar yang kondusif untuk hal
tersebut perlu dikembangkan, misalnya metode inquiry, discovery,
problem solving, dan sebagainya. Dengan metode dan strategi tersebut
diharapkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kompetensi
dasar dan potensinya secara optimal.
3). Pos Test (Tes Akhir)
Sarna halnya dengan pre test, post tes juga memiliki banyak kegunaan,
temtama dalam melihat keberhasilan pembe1ajaran dan pembentukan
kompetensi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di atas, gum dituntut untuk mampu
menciptakal1 suasanakelas yang konJusif sesuai semangaL KTSP.
Menumt Enco Mulyasa : "Paling tidak gum hams dapat menciptakan
suasana be1ajar yang kondusif,47 Dengan kata lain, pembelajaran da1am
KTSP menuntut suasana ke1as yang demokratis, tidak tegang, tetapi hams
tetap tertib agar semua siswa bisa optimal da1am menyimak, berbicara, dan
mengekspresikan dirinya.
Se1ain suasana be1ajar yang kondusif, lingkungan belajar pun hams
kondusif. Seperti yang dikatakan oleh Martinis Yamin, bahwasanya :
"Para allli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
dan akademik, baik secara fisik maupun nonfisik, 1ingkungan fisik
mempakan kondisi belajar yang hams didukung oleh berbagai sarana,
1aboratorium, dan media lain".48
47 E. Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru... ,h. 88.
Lingkungan nonfisik meliputi penampilan, sikap guru, hubungan
hannonis antara guru dan peserta didik, serta organisasi dan bahan
pembelajaran secara tetap sesuai dengan kemampuan dan perkembangan
peserta didik.
Dengan demikian, suasana dan lingkungan belajar yang kondusif
dalam pelaksanaan pembelajaran l11enjadi penting untuk diciptakan. Sebab,
hal tersebut dapat l11enunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik.
Dalam KTSP guru juga diberi kebebasan untuk mel11anfaatkan
berbagai metode pembelajaran. Guru perlu l11emanfaatkan berbagai
metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian, dan
kreativitas peserta didik. Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai
fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik, metode ceran1ah
perlu dikurangi. Metode-l11etode lain, seperti diskusi, pengamatan,
tanya-jawab perlu dikel11bangkan.
Selain itu, dalam KTSP guru juga harus berperan secara aktif sebab
guru <;lalam. proses pel11belqjaran memiliki peran yang sangat penting.
Bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap
diperlukal1. Beberapa peran guru antara lain:49
I) Guru sebagai sumber belajar
Dikatakan guru yang baik adalah manakala ia dapat l11enguasai materi
pelajaran del1gan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai
sumber belajar bagi anak didiknya.
2) Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam meberikan pelayanan untuk
3) Guru sebagai pengelola pembelajaran
Sebagai pcngelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan
iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga
kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
Dalam melaksanakan pengelolaan ー・ュ「・ャセ。イ。ョL ada dua macam
kegiatan yang harus dilakukan yaitu mengelola sumber belajar dan
melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri.
4) Guru sebagai demonstrator
Dalam perannya sebagai demonstrator, guru harus manlpu
mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat
siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
5) Guru sebagai pembimbing
Guru harus mampu membimbing Slswa agar dapat menemukan
berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka;
membimbing siswa agardapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sej;ingga dengan ketercapaian itu ia dapat
tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan
setiap orang tua dan masyarakat.
6) Guru sebagai motivator
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi
dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi
belajar siswa.
7) Guru sebagai evaluator
Dalam memerankan dirinya sebagai evaluator, maka guru berfungsi
dalam menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi
kurikulum dan Juga menentukan keberhasilan guru dalam
c. Penilaian HasH Belajar
Pcnilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan
pendidikan dan sertifikasi, benchmarking,dan penilaian program.50
1). Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum,
dan ujian akhir. Ulangall harian dilakukall setiap selesai proses
pembelajaran dalam dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan
umum dilaksanakan setiap akhir semester.
2). Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan
kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan
menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam
satuan waktu tertentu.
3). Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu stalldar untuk mengukur kinerja
yang sedang beljlllan, proses, dan hasil _untnk mencapai sualU
keunggulan yang memuaskan.
Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapaian
benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional
yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. Hasil penilaian
tersebut dapat dipakai secara keseluruhan, dan dapat digunakan
untuk memberikall peringkat kelas, tetapi tidak untuk memberikan
nilai akhir peserta didik.
4). Penilaian Program
Peniaian Program dilakukan oleh Dediknas dan Dinas Pendidikan
secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaiall program
dilakukan untuk mengetahui kesesuaiall KTSP dengan dasar,
fullgsi, dan tujuan pendidikallllasional, serta kesesuaiannya dengan
Setiap tindak pendidikan dan pembelajaran selalu
diorientasikan pada pencapaian kompetensi-kompetensi tertentu,
baik berkaitan dengan pengembangan kecerdasan spiritual
(spiritual intelligence), inleleklual (intellectual intelligence),
emosional (emotional intelligence). Unluk mencapai hal lersebut,
maka diperlukan media yang rei evan dengan subslansi berbagai
kecerdasan tersebul. Media dimaksud salah salunya adalah
kurikulum.
Menurut Wina Sanjaya, "Dalam KTSP, ada dua hal penting yang hams
dipallami tentang evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral
dalam suatu proses pembelajaran. Kedua, evaluasi bukan hanya tanggung
jawab guru, akan tetapi juga menjadi langgung jawab siswa". 51
Pendapat Wina di atas menyiratkan bahwasanya pe!1ilaian (evaluasi)
menjadi kegiatan yang tidak lerpisah dalam proses pembelajaran. Selain
ilu, ternyata dalam kegialan penilaian; siswa pun harus dilibatkan. Hal ini
dikarenakan penilaian menjadi lolak ukur bukan hanya bagi keberhasilan
guru dalam mengajar, tapi juga mengukur keberhasilan siswa dalam
belajar.
Berdasarkan penjelasan di alas, maka dapat diketahui bahwasanya
sistem penilaian yang diperlukan dalam implementasi KTSP adalah sistem
penilaian yang berkelanjutan. Penilaian berkelanjutan tersebut merupakan
suatu sistem penilaian yang menyeluruh dengan menggunakan
indikator-indikator yang dikembangkan guru secara jelas. Penilaian tersebut
ditujukan untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki
kompetensi dasar. Dengan demikian, perlu dikembangkan berbagai teknik
penilaian (evaluasi) seperti pertanyaan lisan, kuis, ulangan harian, tugas
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Negeri Tangerang 1.
B. Tempat dan \Vaktu Penelitian
Dalam usaha ュ・ュー・イッィセィ data yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi ini, penulis melaku1<an penelitian secara langsung di MTsN Tangerang
I yang berlokasi di J1. Perintis Kemerdekaan II C/ No.2 kelura11an babakan
Tangerang.
Adapun waktu penelitian dilakukan sejak tanggal 27 Oktober sampa!
dengan 17 November 2009. denga!l rincianjacIwal sebagai berikut :
NO JENIS KEGIATAN SEPT. OKT. NOV.
Pemilihan Judu!
C. Metode Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian tentang
implementasi KTSP di MTsN Tangerang I ini, peneliti menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dad fenomena seputar implementasi KTSP di MTsN Tangerang I.
Dalam menggunakan metode deskriptif ini penulis melakukan
serangkaian prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkanl
melukiskan keadaaan obyek penelilian pada saat sekarang berdasarkan fakta
dan data kemudian data tersebut di analisis, diinterpretasikan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasal, kemudian disimpulkan.
D. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah 52 orang yang
merupakan keselumhan subjek penelitian. Sumber data tersebut terdiri dad:
I. 51 orang guru di MTsN Tangerang I pada Tahun Pelajaran 2009-2010.
2. Wakabid. Kurikulum MTsN Tangerang I Tahun Pelajaran 2009-2010.
E. Teknik Pengnmplllan Data
Peneliti di dalam menerapkan metode penelitian menggunakan instrumen
atan alat, agar data yang diperoleh lebih baik.2 Dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan antara lain:
I. Angket (Quetionel) yang berisi sejumlah pertanyaan atau pemyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dad informan. Jenis
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup,