• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis gramatikal terjemahan santri ponpes modern terhadap teks Arab Modern: studi kasus terjemahan santri pondok pesantren al-amanah al-gontory pergi baru, pondok aren, tangerang selatan banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis gramatikal terjemahan santri ponpes modern terhadap teks Arab Modern: studi kasus terjemahan santri pondok pesantren al-amanah al-gontory pergi baru, pondok aren, tangerang selatan banten"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI PONPES MODERN TERHADAP TEKS ARAB MODERN

(Studi Kasus Terjemahan Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (SS)

Ahmad Fairobi 103024027531

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ABSTRAK

Ahmad Fairobi, Analisis Gramatikal Terjemahan Santri Ponpes Modern terhadap Teks Arab Modern (Studi Kasus Terjemahan Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory, Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten), Jakarta: Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Kegiatan penerjemahan merupakan aktifitas yang dilakukan banyak kalangan, bukan hanya para penerjemah profesi, melainkan mencakup seluruh siswa sekolah di Indonesia. Kegiatan penerjemahan – dalam hal ini bahasa Arab – dilakukan terus-menerus oleh siswa sekolah terutama oleh santri di pondok pesantren, baik itu pondok pesantren salafi maupun pondok pesantren modern. Hal ini sangat menarik perhatian penulis, karena kegiatan penerjemahan yang mereka lakukan, sepenuhnya dilakukan pada saat mereka mulai mempelajari kedua bahasa tersebut. Padahal, tingkat kemahiran dalam dwi bahasa, bagi seorang penerjemah adalah mutlak diperlukan dalam proses penerjemahan. Baik itu mahir dalam sturktur kata, struktur gramatikal, pemaknaan kata, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini permasalahan akan difokuskan pada analisis gramatikal dalam proses penerjemahan yang dilakukan oleh para santri. Kemudian perumusan masalahnya terdiri dari bagaimana para santri tersebut menerjemahkan teks bahasa Arab. Lalu ditelusuri tentang hasil terjemahan mereka dilihat dari sisi struktur gramatikal kedua bahasa.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori tentang penerjemahan dan teori tentang struktur gramatikal kedua bahasa. penelitian tentang “Analisis Gramatikal Terjemahan Santri Ponpes Modern terhadap Teks Arab Modern (Studi Kasus Terjemahan Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory, Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten)” ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan dalam penganalisaan data, digunakan perangkat analisis teks yang mendasarkan pada pendekatan interpretatif (subjektif) maka penelitian ini termasuk ke dalam kategori paradigma konstruksionis. Peneliti mencoba mengamati konstruksi teks BSu dan BSa hasil terjemahan para santri dengan menggunakan perangkat analisis struktur gramatikal. Olah data yang digunkan dalam penelitian ini dengan menggunakan dokumentasi, penelusuran data dari buku-buku, dan wawancara dengan narasumber yang kompeten.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Âlamîn. Segala puja dan puji senantisa terpanjatkan ke hadirat Allah Swt. Dia-lah pengatur proses penulisan skripsi ini dan Dia-lah

penentu kesempurnaan dan penyelesaian skripsi ini. Salawat serta salam tak

henti-henti penulis haturkan kepada pemandu makhluk semesta, baginda Rasulullah,

Muhammad Saw. putra Abdullah. Ajaran dan suri tauladan beliau menjadi bekal

penulis dalam melakukan penelitian ini serta dalam penulisannya.

Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Allah Swt.

Pencipta alam semesta. Berkat anugerah dan karunia-Nya, penulis mampu dan

bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

kedua orangtua, bapak dan ibu yang telah merawat, mendidik, menjaga, dan

membiayai semua pendidikan yang penulis tempuh. Begitu juga atas segala kasih

sayang, perhatian, dan motivasi keduanya yang selalu memberi semangat

perjuangan. Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah banyak memberikan sumbangsih yang tak terhingga dalam penulisan

skripsi ini. Mereka adalah:

1. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Drs. Ikhwan Azizi, M.A, selaku Ketua Jurusan Tarjamah yang selalu siap

sedia dan selalu ada bagi kemajuan Jurusan Tarjamah.

3. H. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah yang

banyak membantu penulis dalam kelancaran proses sidang skripsi ini.

4. Drs. H. Ahmad Syatibi, M.A, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

menyetujui judul skripsi yang penulis ajukan ini.

5. Irfan Abubakar M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan setia

membimbing dan menunggu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap dosen Jurusan Tarjamah dan Fakultas Adab dan Humaniora yang

telah memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan. Tak lupa seluruh

karyawan Fakultas Adab dan Humaniora yang telah memberikan bantuan

(4)

7. Keluarga penulis, Abah, Umi, Abang-abang, serta adik penulis. Terimakasih

atas semua motivasi dan kasih sayang kalian yang tak terhingga.

8. Teman-teman di Jurusan Tarjamah Angkatan 2003 dan semua teman-teman

seperjuangan di kampus. Terima kasih atas semua bantuan dan sumbangsih

kalian yang tak terhitung.

Semoga semua kebaikan dan sumbangsih mereka mendapat penghargaan

yang mulia dari Allah Swt. dan semoga seluruh sumbangsih tersebut menjadi

pahala kebaikan bagi mereka. Penulis berharap skripsi ini bisa menjadi manfaat

bagi pribadi penulis dan semua pihak. Tiada daya dan upaya yang abadi bagi

makhluk. Lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azîm.

Tangerang, 31 Agustus 2010

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR ISTILAH ………... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ………. vii

BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Tinjauan Pustaka ………... 10

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………... 10

D. Tujuan Penelitian ………... 11

E. Metode Penelitian ………... 12

F. Sistematika Penulisan ………... 12

BAB II KERANGKA TEORI A. Teori Penerjemahan 1. Definisi Penerjemahan ………. 15

2. Model Penerjemahan ………... 16

3. Cara Menerjemahkan ………... 17

4. Perangkat Penerjemahan ……….. 17

5. Kesetiaan dalam Penerjemahan ………... 18

6. Kesepadanan dalam Penerjemahan ……….. 20

B. Teori Gramatikal dan Penggunaannya dalam Penerjemahan 1. Kategori Sintaksis ………... 29

2. Kategori Gramatikal ……….... 43

3. Morfologi ……….... 46

(6)

C. Pesantren dan Tradisi Penerjemahan

1. Pengertian Pesantren ……….. 52

2. Sejarah Umum Pesantren ………... 54

3. Tradisi Penerjemahan di Pesantren ……… 57

BAB III GAMBARAN UMUM PESANTREN AL-AMANAH AL-GONTORY A. Letak Pesantren Al-Amanah Al-Gontory ………. 59

B. Sejarah Singkat Pesantren Al-Amanah Al-Gontory ………. 59

C. Santri ……… 61

D. Kitab-kitab yang Diajarkan dan Sistem Pengajarannya …………... 64

E. Pengajaran Penerjemahan di Pesantren ……… 65

BAB IV ANALISIS TEKS A. Analisis Susunan Kalimat Logis ... 67

B. Analisis Penerjemahan Prase ... 77

C. Analisis Perluasan Pola Kalimat ... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 84

B. Saran ……… 84

DAFTAR PUSTAKA ……… 86

(7)

DAFTAR ISTILAH

Penulis menggunakan beberapa istilah dan singkatan dalam skripsi ini.

Penulisan istilah dan singkatan tersebut bertujuan untuk mempermudah para

pembaca. Istilah dan singkatan tersebut adalah sebagai berikut:

BSa = Bahasa sasaran

BSu = Bahasa sumber

Hlm = Halaman

HR. = Hadits riwayat

Num TT = Numeralia tak takrif

QS. = Al-Qur`an dan surah

TSa = Teks sasaran

(8)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, data bahasa Arab diberi transliterasi Arab-Latin berdasarkan

buku Pedoman Transliterasi Arab-Latin versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN

Tidak dilambangkan

b be

t te

ts te dan es

j je

h h dengan garis di bawah

kh k dan h

d de

dz de dan zet

r er

z zet

s es

sy es dan ye

s es dengan garis di bawah

d de dengan garis di bawah

(9)

z zet dengan garis di bawah

‘ koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha

f ef

q ki

k ka

l el

m em

n en

w we

h ha

apstrof

y ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

(10)

_

__

a Fathah

!!!

"

i Kasrah

___

u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

_

__

ai a dan i

_

__

au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

#

â a dengan topi di atas

$"

î i dengan topi di atas

%&'

û u dengan topi di atas
(11)

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rikâl, al-dîwân bukan

ad-dîwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (- , dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu ())

dengan yang menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata '* % '+,-. tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

NO KATA ARAB ALIH AKSARA

1.

/01+2

tarîqah

2.

/34567 )/84#9.

al-jâmi’ah al-islâmiyyah
(12)

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara

lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî

bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî dan al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam Ejaan Yang Disempurnakan sebetulnya

juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini. Contoh, ketentuan mengenai huruf

catak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judl buku itu ditulis dengan cetak miring, begitu juga dalam alih aksaranya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh, Abdussamad al-Palimbani, tidak ditulis

‘Abd Samad Palimbânî; Nuruddin Raniri, tidak ditulis Nûr Dîn

al-Rânîrî.

Cara Penulisan Kata

(13)

kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas:

KATA ARAB ALIH AKSARA

' # =%6'>%. ) ?

dzahaba al-ustâdzu

'+%ﺝ >%. ) @ A B

tsabata al-ajru

'/,1"+%C 8.%)'/ D + E%.

al-harakah al-‘asriyyah

F ) #G."H) I."H)# .)% J)'; K%L J

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

M".#,C. ) N"O 4)# P# .%& 4

Maulânâ Malik al-Sâlih

'+QB R'1

F )'S'D

yu’atstsirukum Allâh

'/,3"O%0 8%. )'+" # T U%.

al-mazâhir al-‘aqliyyah

'/,3"P%& V.%)' # 1W al-âyât al-kauniyyah

(14)

!"#

$ %

" " %

1

Amin, Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Pendidikan,

Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LekDis & Media Nusantara, 2006), cet ke. 2, hlm. 3

2

(15)

%

% &

"

' ( ( %

' % )

#*+ +#,,*

-- . /

% 0

%

( +

# %

%

'

% 1 %

3

Amin, Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Pendidikan,

Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LekDis & Media Nusantara, 2006), cet ke. 2, hlm. 24

/2 3 " % 4( 0 " " 5%

0 0++ 3 +#,,*+ +#6+

(16)

1

% %

&

%

-'

"

'

% %

' ! % 7

% " % .

5

Nurcholisoh, “Studi Perbandingan Terjemahan Santri Salafi Terhadap Teks Kitab Kuning dan Modern: Kasus Santri Pondok Pesantren al-Jazirah”, (Skripsi S1, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN syarif Hidayatullah, 2004), hlm. 3

6

(17)

'

' %

% '

" % '

( 8 %

%

2 0

% 1

' % #

$ % %

# % %

$

& 9%

/ 9 9 %

(18)

$ ;

' ( 8 %

%

< %

' ( 8

*

&

%

% % =

>

0 4' %

%

:

7

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005, hlm. 14

8

(19)

: 65

% :

2 $

: :

? < % $

% ,

%

% : :

% %

$ 2

%

9

Milred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadanan

Antar Bahasa, (Jakarta: Arca, 1991) cet. ke 2 hlm. 262

10

(20)

% $

4 5 ) $ @

%

)'*5C. )"S".#8. )"Y3U ﺝ)Z O[)"\U 8. ) )"S%O"8.#ﺏ) ^)Z"_ﺏ) \,- `)a"bG. )"IGO".)';%U E.

)"S%V"E. )" &O8. )Y3ﺏ#_1)"I"ﺏ#Eﺹ )"I".^)ZO[ )"S 9 8%. )" +8. )";36)d;UE4)Z O[

" & '

';%U E.

#

( # )

;%U E.

"

* *

) $ $

2 %

%

"IGGO".

%

(21)

$

"IGO".

^)Z"_ﺏ) \,- `)a"bG.

(

# + # (

# )

\,- `

$

\,- `

$

^) Z"_ﺏ

# $

\,- `

,

(

" &O8. )Y3ﺏ#_1)"I"ﺏ#Eﺹ

S%V"E.

4 5 ) +

$ (

% %

) $ %

11

(22)

%

' %

#

A B #% 0

e%3"U .# 8%.

Q

""F

"

';% U E%.

%

A : C * 0

S

&Of

ZO[

F

S=g

"

S

YU6

ZO[

12

(23)

( $

:

% :

:

%

: 2 %

& : :

= %

1 %

(

13

(24)

5 ! " # #!

# ! # $! %

& & & ' ' & & ( %)

! * & & ) ) +5 %

C

' #, /

% %

(

% %

5 "@( ?D: <( <8 < "?D)?' 2 < <"D > B "?D2 ( "? " : @< <8 ( < '=(?D<0

) 3 5 <

> %

%

14

(25)

%

, - % %

$

%

% 0

% 2

E

(26)

@

0

:

: : F

# : :

F

% %

: %

0

' :

: :

# ' :

&

(27)

: : (

:

: %

: (

% $ $

%

. %

- % 0

: : %

%

% %

(28)

: : %

: %

%

%

% % %

% % %

%

: : %

% %

% %

%

: : 9%

(

(29)

- - . $ & / %

(30)

! ! #

&

/ 0

"

% %

E

0

4 0 $ 1% ,

0 $&1%5

: :

-< $ 0

(2 0

0 )

.

$ ) % 8 )G

;

15

Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 5

16

Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, hlm. 5

17

(31)

? < E D " % & &

- & % 0

(&

,

3)

$ $ %

: % *

( % $

%

% % % %

: : %

%

$ %

1 &

%

0 %

(

18

(32)

$

< $ %

: % $

" % %

" H # : %

1 : 6

2 ,

D ' $

% % %

1 % #,

( %

19

Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 49

20

(33)

:

% 0#

F %

:

F %

: $

% % F

+ F

3

3 %

0 : H

# : H &

H / H

- 0

%

% %

H #

% ##

21

Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, hlm. 34

22

(34)

) %

%

#&

4 !

@

% %

= %

% %

0

(

% %

% %

( %

23

(35)

%

% %

< %

2

( 0

( 1

2 '

%

'

( 3

) $

%

(36)

5 !

%

? < E D " % & &

- & % $

$ $

%

% $ %

,

#/

( : %

%

$ :

%

< " 4 5 $

1 < "

24

(37)

( $ :

: %

$

%

D '

% 0

#-: :

% 0

- $

( %

1

1 1

% 0

" 0 D ) 3

25

(38)

" 0 " ) 3

%

1 : 4 5

-: : 1

3

% '

E 0

" 0 " 3

" 0. 1

- $ H

%

% $

: 1

: I

: % 0

'

-+ +

%

(39)

/ " "

< $ 0

- ' $ %

%

: E 0

% $ %

'

% 4

5

- '

% %

: %

: % E 0

: : %

,

(40)

' 7/ J

7/ J% 7&

J

1

0

%

" 0 " $

" 0

7 7 %

:

1

% % " '

(41)

% $

:

% > % % <

% 0

' D

'

% % $ %

E + +

'

# ' 8

'

% $

(42)

( $ '

)

#.

)

$ %

% #;

& % (

%

2

% 0#*

8

%

26

Jose Daniel Parera, Teori Semantik (edisi kedua), (Jakarta: Erlangga, 2004) hlm.229

27

Jose Daniel Parera, Teori Semantik (edisi kedua), hlm. 229

28

(43)

% %

#

H

&

% /

%#6

( $

# & :

( 2 %

$

2 %

$

29

(44)

' &,

( &

% %

%

% %

' 0

% %

: >

4 5 ( 4 5

> % > %

% % %

30

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (edisi ketiga), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 142

31

(45)

( $

% % 1

% %

%

4 5%

$ %

% &#

%

%

&&

K % 4 5 %

&/

32

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), cet ke 1, hlm. 1 dan 2

33

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), cet. Ke-5, hlm. 199 dan 92

34

(46)

= % %

$ %

% %

% % %

%

% %

/ ! &

( %

%

( %

: % 0

9 %

% 1

%

% 1

6 - $ +

9

(47)

% % <

1 1

0 41 % %

% %

$

%5 1 0 44

5 ' 1

&-1

% %

% 3

0

9 <

E 0 8

3 9

E 0 E

9

E 0

1 9

35

(48)

E 0 2 = @

1 9

E 0 : 3

( % % %

" !

5

E

?=D

)'/ j'%O

. )he i <) ? = D

/ %3"ﺏ + 8.

'/ %3"ﺏ + 8. )'/ j'O. ) ?"='D

5

E

?=V1

( "

E

'+"U =6"

&.

- & $ +

<

% %

36

(49)

1 %

% %

%

% % 1

E . &;

(

' (

%

, % &*

3

E

;U<

%

.

%

?.#2

$ %

% (

37

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), cet. Ke-5, hlm. 145 dan 146

38

(50)

?.#2

?.#k.

$

0

. % % E

Z_=4+D ) ?.#2

1

@P )&

# . % E

@3ﺏ)e4)+AD ) #U=ﺝ7 )/[#f

& . E

*+9l. )mb )#ﺏ+0ﺕ)7

/ . % %

"Iﺏ)7H)' &017) b. )"e1;. )' #U"[)$K`

- .

SO6 )I3O[)F ) &6 );UE4

* 7

1

( 1

%

% E

(51)

+I I

&6

' 2 $ % 1

% 1

> /,

7 - $ % +

( 1

1 % 1 % %

E 0

1 1

# = 1

1

& 1

/ ? 1

39

Jos Daniel Parera, Bidang Morfologi, Pengantar Lingustik Umum, seri B, (Ende Flores: Nusa Indah, 1977), hlm. 17

40

(52)

1

E 0

1 $

# =

1

( % 1

% 1

% % %

1

$

E %

$

1

1

% 0

: (

# (

& (

(53)

1

( 1 $ 1 % 1

% $ 1 1 $

1 $ 1 1

$ 1

1 0 % E 0

: /

. $ +

8

% %

% % /#

B

H % 0

%

/&

E K

B

41

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta:

DepDikBud) hlm. 223-226

42

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), hlm. 301

43

(54)

H//

B

K % 0

4" 5

# B

@

H

0

4 5

& B

0

4 5

) % %

0

/-B

44

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), hlm. 302

45

(55)

B 3

'

-- B

-B

B 3

' % ' L (%

( L ' ( '

' 4

5 B '

(

B

B %

% ' L ( ( L '

' 67 4:

5

B B

0

:

46

(56)

( '

E 0 .

.

B

0 %

%

( '

E 0 ' %

'

( %

0

" !

%

% % 1 % 1 %

1 % < %

(57)

/; & % 0

&

-?

$6#3i. )+Vn.

Yﺏ o )\< +U.

"

%

% % 1 % 1 %

1 % < %

%

1 % 1 B

/*&

% 0

&

-'

+8. )/OVl4)/Kﺝ &4

;U<J)/01;<)

47

Syarif, Hidayatullah, Tehnik Menerjemahkan Teks Arab I, Tangerang: Transpustaka, 2005, hlm. 21

48

(58)

/ & !

' %

%

% 0

< I <

E 0 (

# < I

E 0 :

& < I 9

E 0 '

/ < I 9 I <

E 0 ( :

- < I 9 I < I <

E 0

% 0

8 .

I

(59)

# 8

I

E 0

h;1 )

?

"8

.

h;U<J)

#f)

0 % & !

( %

% % 0

< I 9 I <

E 0

# < I < I 9 I < I

E 0

: %

0

< I

0

#q)\3U9. ) #=V.

(

(60)

# < I 9 < I I 9

' '

& < I < I I

(

< I < < I < I F

F

< I < < I I F

) ) F

< I 9 I < < I 9 I < I F

F

0

(

3<

$

(61)

E 0

< I I 9 I <# <# I I 9 I I <

/6

E 0

. )';U< ) ? = D

/.#6+

))))

?"='D)))

'/.#6+. )

)

!& %

(

$

$

49

(62)

-,

! 0 0

-%

% % % %

% % -#

1 ! &

%

% % % % %

50

Abdul Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, (Jakarta:1989 ), hlm. 109-113

51

J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 188.

52

(63)

% %

% 0

"% $ % - +

)

' % %

(

:

E 0

;U94

;U94

;U94

!

1 0

?=D

#A=D

&A=D

! 1 '

'

%

(64)

"

$ %

$

( %

% % $ %

$

rUOﺕ

( %

sUOﺕ

(

1

rUO=1

sUO=1

1

2 1

-&

* & %

' 1

%

53

(65)

%

-/ % 0

' %

1 '

1 %

% 0

H

)t

)e.

)t

)ZD

)t

)

0

N.)+3g) &C=P

# 9

--'

# '

-. 1

& '

% !

1 0

) N.) +lP) S.

54

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), cet. ke 5, hlm. 139

55

Hifni Bek Dayyab, Muhammad Bek Dasyyab, Kaedah Tata Bahasa Arab, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1991), hlm. 88

56

(66)

;ﺹ

! %

% %

% 1

% %

<

% 0

1) <

E 0

SOf

SO0.

2)

% 0

#UOf)@1+=6H

3) 8

% 0

eiE. )SOf

2 & 0& &

0

@ %

(67)

1)

2)

3) K $

- , &

0

1) E

2) E 1

3) E

4) E

5)

6) <

7) 9 1

8)

9)

* % $ % - +

% %

(68)

= %

' $ 6;.

6;. E 0

( :

% '

%

E 0 66,

B 0

: %

:

: % %

# : 1

: D

& : %

: :

(69)

%

/ : %

B

0 -;

3

K %

% % % %

' -*

6-/ 2 % < E 6.- B

B %

K

B $

57

Abdul Chaer, Reduplikasi Gabungan Kata, jilid 23 (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1979) hlm. 24-3

58

(70)

% %

% -6

.,

K

%

=

.

' * 9 . 4

5.# %

% .&

59

Abdul Chaer, Linguistik Umum, hlm. 285

60

Abdul Chaer, Linguistik Umum, hlm. 288 dan 285

61

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta,1995), hlm. 2

62

W.J.S. Poerwa Darminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hlm. 624

63

(71)

'

'

:+ +C+ + + +

%

3 H

./

- "

' H

0

% : 1

2 $ '

! ' .- 9 - 1

..

< %

1

'

64

Atabik Ali Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Jogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999), hlm. 344

65

Leonard Bloomfield, Language (New York: Holt-Rinehart and Wibstob, 1993), hlm. 151

66

(72)

>

1 % % .;

3 .*( %

%

% = % E

% 1 %

.6

2 > %

% $ % H

;,

%

$ '

/ %

%

# '

67

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta,1995), hlm. 60

68

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, hlm. 60

69ibid

, hlm. 60

70

(73)

'

% % %

; '

7 JH

7 J

.

/

., % ) $

'

%

% ;#

;&% $

:

$ 4 5%

<

71

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta,1995), hlm. 62

72

Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), cet. Ke-4, hlm. 18

73

(74)

'

) $

( % M ( %

2

% %

;/

$

) $ % 4 5%

;-% 0 % % %

% ;.

4 5

: :

3 2

74

Yamadi, Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid terhadap pendidikan Islam tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.61

75

Yamadi, Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid terhadap pendidikan Islam tradisional, hlm. 62

76

(75)

$

$ $ %

J ;;

1

-" %

% %

) $

$ $ ) $ $

2

D D

( D D

'

77

(76)

$ ;* %

< ;6

: %

$

% %

$

( %

3 :

#, ,,,

%

$ *,

( %

'

78

Labib MZ, Kisah Kehidupan Wali Songo: Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa, (Surabaya: Bintang Timur), tth, hlm. 21

79

Labib MZ, Kisah Kehidupan Wali Songo: Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa, hlm.

41

80

(77)

6 ,

( )

$ ( 6#,

" )

'

% : % % % *

% '

*#

(

)

( "

81

Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), cet. ke 4, hlm. 38

82

(78)

*&

"

*/

(

/ ;6* & /./ &&/

%

% 0

% ' % '" % ' "

(% ' % ' " @ %

" ) % < ) % J

) H #

% 8

( D ) H &

% >

83

Yamadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 70

84

(79)

" ' H /

*-0 >

& . , % # >

% & >

*.

2

B

&

: $

%

= %

$

%

85

Muhammad Maftuh Bashuni, Revitalisasi Spirit Pesantren: Gagasan, Kiprah, dan Refleksi, (Jakarta: DirJen DepAg RI, 2006), cet. Ke. I, hlm. 32

86

(80)

2

% %

(

(81)

' ' # # 8

. ' ' & & (

> 8 "

% ) " ' : :D

: " :

" + N 0 ,# ;/*.# .& @

( 3

:

8 D

8

' ' & & (

' 8

66# : 2 < 2 2 '

' ( 8

: $

(82)

= % *;

' 2 ' J % : 2 < 2 2 '

%

2 %

%

** <

% $ %

$ %

&

< %

' ( 8 2

% : 2 < % 2 2 '

*6

' ( 8

'

87

Wawancara dengan KH. Sundusi Ma’mum (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory) pada hari Jumat tanggal 26 Juni 2009.

88

Wawancara dengan KH. Sundusi Ma’mum (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory) pada hari Jumat tanggal 26 Juni 2009.

89Ibid

(83)

8 )

8 6, (

'(8 8

% 0 ' 8

> " <":% # ' ( ) 8 % &

' 8 " :

' 2 ' J %

8

$ % 8

%

% ' ( 8

% 6

% $

% 0 % % %

%

%

90Ibid. 91

(84)

' 8 $

% #,,, #,,

: '

8 0

# # " 9 "

66; 66* .

# 66* 666 6

& 666 #,,, &,

/ #,,, #,, #6

- #,, #,,# #

. #,,# #,,& /

; #,,& #,,/ #&

* #,,/ #,,- 6

(85)

, #,,. #,,; ; 6

#,,; #,,* . #

# #,,* #,,6 # .

" ( $ $ '

8

' 8

% %

8

:

:

H D

# :

"

(

(86)

$ $

& :

$ $

%

$ % %

%

/ :

:

%

$ )

$

'

% %

(87)

' $ % $

! -' - ( (

(

' ( 8 '(8 %

%

' ( 8

'(8

% (

% 6#

'

8 '(8%

% %

% 9 ' 6&

' '

'(8 % %

H H : % 0 . . &

1 ' + 9 & # %

"# H

92

Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern

Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2005), hlm. 145.

93

(88)

H ( 0 ; & &

& 4 ' 4 5 * 5 5

/ . % ' # & . '

& $# . %

H % & &

%

H 0 2

< = % /

H % 0 :

' H % B

: H % <

% 8 % % @ H

$ % :

" < -6/

"

' 2 ' J %

%

A J

94

Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern

(89)

'

&% /% - '

A J % %

A J

A J 3

"

A J

$

( %

% : :

( $

= %

8

(

@ <

6-95

(90)

6

!

$

/ % % ! &

%

%

' %

(91)

'*5C.

'* #A[)

ﺕ)

=

U

'e

u/ﺹ&Cv4) u7#8`J) ) u7 &fJ)

) t)

'4

%n =

=

E

u/

"+3AV=ﺏ)

"F )

)

Z.#8ﺕ

)t)

'4

%v

= =

U

u/

Oi=.#ﺏ)

3

"S

w)

6. 0 ( % : % % ) : % I I= 0

# ! % %-& 0 /

(

! % %-& 0 1

96

(92)

! % %-& 0 2

%

2

< : %

%

%

@ %

) 0

4

5

#

.

*5CO

)a+gJ)* #A[)/1J)/.x_4)#K.;8ﺕ)7)/.x_4) 56y )$`)

w

6;

0

97

(93)

4

5

% : %

$ )

: %

% I I= 0

! #

% $

' %

2

) b. )"e1;. )' #U"[)$K`

' &017

(94)

) % 0 4 5 &

`

$K

"[)

' #U

"e1;. )

)

"Iﺏ)7H)' &017) b.

)w)

6*

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian besar sampel sebagai berikut:

“Dan itu adalah tiang agama yang tidak dapat berdiri kecuali dengan hal

tersebut.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian besar sampel

pada kalimat tersebut. Jika dilihat dari struktur gramatikal BSu, kalimat tersebut

menunjukan jumlah ismiyah yang mengalami perluasan pada khabarnya. Klausa

"Iﺏ)7H)' &017) b.

dalam kalimat tersebut merupakan penjelasan dari kata

"e1;.

. Jika dilihat dari struktur gramatikal BSa, kalimat tersebut adalah kalimat tunggal

aktif. Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan S+P+O tersusun menjadi:

Dan itu adalah tiang agama yang tidak dapat berdiri kecuali

S P O K dengan hal tersebut

Setelah dianalisis, Penulis menemukan sebagian besar sampel kurang tepat

menerjemahkan kalimat tersebut. Klausa yang berkedudukan sebagai keterangan

dalam kalimat tersebut kurang tepat penerjemahannya. Klausa

)7H)' &017

) b.

98

(95)

"Iﺏ

menyimpan dua damir (satu damir tersimpan dalam kata

' &01

) yang

berkedudukan sebagai subjek dan objek dalam klausa tersebut, yaitu kata agama dan shalat. Sebagian besar sampel kurang teliti mengimplementasikan damir dalam proses penerjemahan klausa tersebut.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

“Shalat adalah tiang agama dimana agama tidak akan berdiri tanpa shalat (atau

tanpanya).”

/

)@ﺽ+`

*5C.

e3iUg)Iﺏ)a+6J)/O3.)SO6) )I3O[)F )ZOﺹ)$A_. )ZO[)

w)

66

0

4" $ ! J -,

$ 5

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil sampel di

atas, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu, kalimat tersebut menunjukan

jumlah fi’liyah majhul atau kalimat pasif. Hal itu bisa dilihat pada kata bentukan

fi’il majhul. Di dalam bahasa Arab, lazim dalam pembentukan kalimat pasif, objek tidak disebutkan atau dihilangkan dalam kalimat, hal ini dikarenakan objek

yang menjadi pelaku dalam kalimat pasif diangggap telah mafhum atau telah

99

(96)

diketahui bersama) atau juga tidak diketahui sama sekali pelakunya. Namun di dalam bahasa Indonesia, tidak lazim menghilangkan objek yang menjadi pelaku

dalam kalimat pasif.

Kalimat tersebut diterjemahkan ke dalam BSa sebagai kalimat tunggal pasif oleh sebagian besar sampel. Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan S+P+O

tersusun menjadi:

telah diwajibkan atas nabi SAW pada malam mi’raj sebanyak 50 waktu.

P O K. waktu K. kuantitas

%

: : " :

$

2 ! %

= %

: :

) % 0

Shalat telah diwajibkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw. pada

(97)

-'=.x_4

#K

" 56y )$`)

w)

,,

0

4 5

% : $

: $

: I I= 0

!

% $

#

/

#

2

) 0

100

(98)

.

'P"0

\

)F );A[)

'f)eﺏ

%+

) #f)

){

SO6) )I3O[)F )ZOﺹ)F ) &6 ) #f

w)

,

0

4 A D 5

% $

I I= 0

A D

=

% $

'P"0

\

% :

< % ,# $ %

101

Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

102

(99)

) 0

“Sebuah hadits telah diriwayatkan Abdullah ibn Qurt bahwa Rasulullah Saw.

bersabda …”

;

%J

')

"+4o

' 56y )

)t)

' &U[

'm

'*5C. )

)t)

)

%

'*

6)

"4#_

"I

' #K9. )

)\3A6)$`)

"F

w)

,&

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai berikut:

“Kepala seorang raja adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya

adalah jihad di jalan Allah.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil sampel di

atas, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu-nya, kalimat tersebut menunjukan

gabungan dari tiga jumlah ismiyah (dalam bahasa Indonesia lazim disebut kalimat majemuk setara). Kalimat tersebut, jika dilihat dari struktur gramatikal BSa-nya

menunjukan kalimat majemuk setara. Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan

S+P+O tersusun menjadi:

Kepala seorang raja adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat,

S P O S P O dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.

S P O

Setelah dianalisis, penulis menemukan sebagian kecil sampel yang kurang

tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kalimat majemuk setara dalam struktur

103

(100)

gramatikal BSu dan BSa sedikit berbeda. Kalimat majemuk setara dalam bahasa

Arab sering menggunakan bentuk ataf (ma’tuf wa ma’tuf alaih). Sedangkan dalam bahasa Indonesia menggunakan tanda koma. Sebagian kecil sampel tersebut

cukup terpengaruh oleh struktur gramatikal BSu, sehingga penerjemahannya

banyak menggunakan konjungsi dan. Penggunaan konjungsi yang berlebihan dalam bahasa Indonesia tidak lazim.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

4 %

5

*

'*5C. )@ ﺽ"+'`

/O3.)SO6) )I3O[)F )ZOﺹ)$A_. )ZO[)

'J)

"+6

"Iﺏ)a

"iUg)

e3

)t)

SB

P)

0

C

%@

'ﺝ)Z=<)

"8

O

%@

)u#iUg)

)t

SB

'P)

%&

"

;UE4)#1)

)w

,/ 0

4( $ J -,%

- > ' 5

% : %

104

(101)

SB

%

:

I I= 0

( $ J -,%

# !

-%

#

'

#

% $

SB

: :

$

:

SB

: :

) 0

Shalat telah diwajibkan kepada Nabi Muhammad saw. pada malam isra

sebanyak 50 waktu, lalu dikurangi menjadi 5 waktu, kemudian Nabi dipanggil

(102)

2. Analisis Penerjemahan Prase Kasus 1

%J

')

"+4o

' 56y )

)t)

' &U[

'm

'*5C. )

)t)

)

%

'*

6)

"4#_

"I

' #K9. )

)$`)

"F )\3A6

w

,-Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai berikut:

“Kepala seorang raja adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya

adalah jihad di jalan Allah.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil sampel di

atas, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu-nya, kalimat tersebut menunjukan

gabungan dari tiga jumlah ismiyah (dalam bahasa Indonesia lazim disebut kalimat majemuk setara). Kalimat tersebut, jika dilihat dari struktur gramatikal BSa-nya

menunjukan kalimat majemuk setara. Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan

S+P+O tersusun menjadi:

Kepala seorang raja adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat,

S P O S P O dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.

S P O

Setelah dianalisis, penulis menemukan sebagian kecil sampel yang kurang

tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kata

"+4o

diterjemahkan oleh sebagian

kecil sampel sebagai raja. Kata tersebut adalah bentuk ma’rifah (khusus) dari asal

105

(103)

kata

'+

%4

J

yang artinya urusan, masalah.106 Kata tersebut pula, berbeda dengan

kata

+

"4

^ yang artinya raja, penguasa.107 Ketidak-tepatan dalam menentukan

makna menyebabkan kerancuan dalam kalimat tersebut.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

“Kepala masalah adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncak tertingginya

adalah jihad di jalan Allah.”

#

m

);U<J)

ﺹ )| b4+=. )$p#i_. )

,E

E

'I

w)

,*

0

4( $ % < J % " 5

% : %

) : %

:

I I= 0

106

[image:103.612.107.479.220.504.2]

Atabiq, Ali, d.k.k. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, hlm. 220

107Ibid

, hlm. 219

108

(104)

( $ % < J % "

%

:

: :

<

%

m

m

8

%

) 0

Hadits Riwayat109 Ahmad, Nasa’I dan Turmudzi yang kemudian

menshohehkan hadits tersebut. &

".

"*5CO

" 56y )$`)

h/.x_4)

'/.x_4)#K.;8ﺕ)7)

)

"/1J

d* #A[)

a+gJ)

,

0

109

lazim disingkat menjadi HR.

110

(105)

4

5

% $

I I= 0

&

#

% $

"/1J

% %

A

) % 0

“Shalat di dalam Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi

oleh ibadah lainnya.”

3. Analisis Perluasan Pola Kalimat

111

(106)

Kasus 1

' J)$

)

" #A8. )e"4)Z.#8ﺕ)F )'I A ﺝ% J)#4

#

0

4( $ J

5

% :

$ )

: $

: I I= 0

$ J

% $

! :

2

112

(107)

' %

) 0

$ " J

#

' J)$ )

)

';%A 8. )"I3O[)'?6#E'1)#4

&

0

4( 5

% :

$ )

: % $

: I I= 0

(

113

(108)

% $

! :

2

) 0

( %

$ % 0

( $

: 2

% /

( $

: : 2

114

(109)

6

A. Kesimpulan

Setalah menganalisa secara keseluruhan dari berbagai aspek yang

dibutuhkan maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Secara keseluruhan, hasil penerjemahan santri modern cukup baik.

Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa sampel yang sudah cukup

baik menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dalam

BSu.115

b. Pertanyaan penulis di awal bab tentang seberapa berpengaruhnya

struktur gramatikal bahasa sumber (BSu) dalam proses penerjemahan,

penulis mendapatkan bahwa ada sebagian kecil sampel yang masih

terpengaruh oleh struktur gramatikal bahasa sumber (BSu). Hal ini

bisa dimaklumi karena pengetahuan sampel terhadap struktur

gramatikal bahasa sasaran (BSa) yang juga kurang baik. Penguasaan

sampel terhadap struktur gramatikal bahasa sasaran (BSa) kurang baik

karena porsi mata pelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah

menengah atas pada umumnya tidak cukup.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran penulis sebagai berikut :

115

(110)

a. Sebaiknya santri atau pelajar selalu mengikuti perkembangan bahasa,

baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran

b. Sebaiknya santri atau pelajar memperhatikan struktur bahasa sumber

dan bahasa sasaran untuk memudahkan dalam proses pengalihan

bahasa.

c. Berkaitan dengan pengetahuan tentang struktur bahasa sumber dan

sasaran, sebaiknya berbagai pihak terutama pihak penyelenggara

pendidikan mulai membaiki materi pelajaran yang berkaitan dengan

bahasa, terutama bahasa sasaran. Karena kelemahan dalam

penguasaan struktur gramatikal bahasa sasaran akan sangat

berpengaruh pada hasil akhir penerjemahan.

d. Cara merumuskan sebuah gramatika haruslah terdiri dari seperangkat

unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan dengan yang lain

karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realita

dalam alam semesta tertentu. Maka unsur gramatika dalam proses

penerjemahan harus juga terdiri dari seperangkat unsur leksikal yang

mengacu pada referen yang sesuai dengan konteks budaya dalam Bahasa Sumber (BSu).

e. Para santri diberikan banyak latihan penerjemahan agar terampil

dalam menerjemahkan teks Arab ke dalam bahasa Indonesia atau

(111)

Penulis sadar bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu

penelitian ini harus diperbaiki dan diteruskan sebagai instrumen perbaikan sistem

pendidikan khususnya kebahasaan.

. !

% % M % ' % # . :

# # % ) 0 ' 8 % 66.%

-$ % 2 % % & 9 9 9 . % ) 0 :

% #,,;% &% .

7 C % %# 5 $' = 9 ' & $ %

< % 0 2 % #,,;% ,

% ? M % " % = 9 .

- & % ) 0 % #,,.% #

E % % & 9 - 9 . % ) 0 D

E % #,,&% D 1%

- 9 . % ) 0 D E %

#,,#% &

1 * % ) 0 D E % #,,&% #

( % M % & - > - 4

% ) 0 > &? % 6*- % /

2 % ' % & - - % (

) " B 2 @ <

2 )

% & ' & # ?% " 0 " %

#,,-% #

% ' & # . / ..% " 0

" % #,,/%

(112)

% 2 % 5 / & %

) 0 @< % #,,#%

- 9 . $ %%

) 0 8 @ % 66.% #

1 % ) 0 8 @ % 66&%

&%

' % D % - 9 - % ) 0 8

! % #,,,%

' % ' % $ % - 9 - # .

. # % ) 0 ' % #,,#

' $ % ! % ' 5 ! # ' . #

& % 0 % #,,;%

# ' # . & % 0

% 66;% #

' % < % D % 9 - ' # .

$= - & ' %% 0

% #,,;% ;

< % 2 % % - - . $ &

/ %% ) 0 E C % #,,;% #

% % ' ( : % . - $9

& %% 0 % 66/

D J % 9 & # . @% ) 0

% #,,#%

C% %5 % ' 0 ( B % 6*&

5 8 . $& %% ) 0 %

#,,.%

% %. ' % : 0 ":% 6*-% #

%- # . $& - % : 0

2 % #,,-%

" % 2 8 %- 9 > # % 6*.%

(113)

9 % ) ! ' % % # # 1 * % K 0 8

' @ 1

! % 2 $ % - ' - $9

-' %% ) 0 8 @ % 66&% #

! % % ' % K 0 % 6*6%

(114)

.

: ; * ! % % < %

: 8

) #. ) #,,6 . &, ! :

% =

' 8 F

! % % < % = :

2 < 2 2 ' 66#

% = F

! % % < % = : 2 < 2 2 '

' ( 8 %

4 5

: $ '(8

(

$ % %

%

%

= %

$ (

%

%

: %

%

(115)

K % % % .( " " +* < % % ( 8

( '(8 %

% 3

= %

% =

' 8 F

! % % < % = $

4 5% $ %

4 8 5 4 5 2

% 0

a. Keinginan dari Bapak (Alm) H. Nadjih Hi bin H. M. Idup sebagai pencetus ide atas berdirinya Pondok agar pondok pesantren ini sama dengan pondok pesantren tempat beliau menuntut ilmu dulu yaitu PMDG. Dengan kata lain pondok ini harus mempunyai kesamaan dalam berbagai hal dengan PMDG, baik itu sistem pendidikan, metode belajar, dan SDM yang dimiliki.

b. Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Ghontory, dengan penisbathan kata “Al-Ghontory” mengindikasikan bahwa pondok pesantren ini bersifat atau berciri sama dengan gontor atau PMDG.

116

(116)

PMDG dalam sejarah perkembangan pesantren, merupakan pondok pesantren yang sangat terkenal dengan kemodernannya dalam sistem belajar. Dari pondok pesantren ini, banyak lahir tokoh-tokoh Islam Modern, seperti Nurcholish Madjid, Maftuh Bashuni, Azhumardi Azhra, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, nama gontor menjadi brand image yang punya nilai jual tinggi. Hal ini sangat berpengaruh dalam kuantitas santri.

Setelah hampir lima tahun berjuang untuk mendapat legitimasi dari pesantren induk yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor. Akhirnya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah berhak menisbathkan nama

Al-Ghontory di belakang nama Al-Amanah. Jadilah nama pondok pesantren tersebut menjadi Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Ghontory. Untuk diketahui bahwa banyak pondok pesantren yang menjadikan PMDG sebagai pesantren induk, seperti Pondok Pesantren Modern Dar el-Qolam, Darunnajah, Latansa, dan lain sebagainya. Namun yang menggunakan nama Al-Ghontory yang dinisbathkan di belakang namanya hanya ada tiga pondok pesantren, salah satunya adalah Al-Amanah Al-Ghontory ini.

% = ' : %

F

! % % < % = ' %

%

2 %

2 % %

$

9 '

(117)

= % %

'(8%

% = : F

! % % < % = % $

(

% $

'

( 8 %

%

A J A J

%

(

% = :

F

! % % < % = % $

A J

A J %

% %

% = : F

! % % < % =

(118)

( <

% = :

F

! % % < % = $

%

=

(119)

1 ..

0 ( ) ( %=

<= < ' >

M 9

# B $ 9

& : 9

/ 9

- 9

. ? 9

; ( 2 9

* : 8 9

6 ' 9

, K B 9

C 9

# D

9

& '

D 3 9

/ = 9

- E $ 9

. 8

(120)

Gambar

Grafika, 1996, hlm. 220

Referensi

Dokumen terkait

Dari bentuk sosialisasi tersebut khususnya untuk ke masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang belum memanfaatkan bentuk sosialisasi yang lain yaitu media massa baik melalui

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan pengambilan sampel dengan teknik sensus sampling pada 75 orang aparat pengawas intern

[r]

Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi factor atau multi kriteria menjadi suatu bentuk hirarki,Dari hasil pengujian tersebut rengking dan

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

Hasil identifikasi faktor strategis lingkungan internal dan eksternal yang telah dibedakan menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dimasukkan kedalam

kepemilikan tersebut, pemegang saham pengendali akan memiliki hak arus kas yang semakin

In contrast, the GCPs are completely bypassed in this paper, using the direct georeferencing method (Vassilaki et al., 2011), which is based only on orbital data and other meta-