PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF TUNAI TABUNG
WAKAF INDONESIA (TWI) UNTUK PENGEMBAGAN LAYANAN
KESEHATAN CUMA-CUMA (LKC)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Disusun oleh:
Nurul Aini (107046100363)
Nim: 107046100363
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF
TT}NAI
TABIJNG
WAKAF
TNDONESTA(TWr) UNTUK PENGEMBAIIGAN
LAYANAI\I
KESEHATAI\
CI]MA-CUMA
(LKC)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
NURUL
AINI
t*4
NrP. 196912161996031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM
STUDI
MUAMALAT
(EKONOMI
ISLAM)
FAI(ULTAS
SYARI'AII
DAN
HI]KT]M
UIN SYARIF
I{IDAYATULLAH
PENGESAHAN
PAIYITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Pengeloaan Dana Dan Hasil Pengeloaan Wakaf Uang
Tabung Wakaf Indonesia
(TWt)
Dalam Pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah danHukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 November 2011. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (Sl) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakafi.u28
Dekan,
-.2
. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,
MM
NIP. 19550505198203 1012Panitia
Ujian
Munaqasyah
Ketua Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. I 97 1 07 0119980320A2
Muomin Rauf; M.A
NIP. 197004161997 43rc04
Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A
NrP. 19691 216199603100t
Dr. H. Zarnul Arifin Yusul M.Pd NrP. 195607 121981031003
Yuke Rahmawati, MA
NIP. 1 9750903200701 1016
Sekretaris
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
/4
d/"
(...-I -'>
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedeia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2011
v KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam, dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pengelolaan Dana Dan Hasil Wakaf Tunai di
Tabung Wakaf Indonesia untuk Pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
(LKC)”, sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Strata I (SI). Sholawat serta salam,
penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhhammad SAW. Dan keluarganya yang
membawa syafa’at haingga akhir zaman.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis merasa banyak mendapat dukungan,
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr.Drs.H.M.Amin.Suma,SH.,MA.,MM selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum yang banyak memberikan inspirasi bagi penulis.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Mu’min Rauf, MA. selaku Ketua dan Sekretaris
vi
3. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA sebagai pembimbing skripsi yang telah membimbing
penulis hingga tahap penyelesaian.
4. Noryamin Aini,MA sebagai dosen Penasihat Akademik yang telah menghantarkan
penulis pada karya ilimiah ini.
5. Noviati Endang Mustaqimah selaku Manajer Fundraishing Tabung Wakaf
Indonesia, Bambang Hartono selaku Kepala SDM Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
(LKC) dan Iwan selaku Fundraishing LKC yang banyak membantu penulis dalam
memberikan informasi data yang penulis butuhkan.
6. Para karyawan perpustakan UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Syariah dan
Hukum yang telah membentu penulis dalam menyediakan referensi-referensi
selama penulisan skripsi ini.
7. Umi dan bapak, terimakasih atas segalanya yang tak terhingga. Semoga setiap
tetesan air mata dalam doamu dan setiap tetesan keringat dalam pencarian
nafkahmu menjadi bekal keberkahan untuk anak-anakmu. Teruntuk B’Arif, B’Ozi,
B’Ivan, Aa, K’Mut, K’Fat, dan K’Dawi, makasih yah atas pemberian materi atau
immateri-nya, teruntuk 2 keponakanku Acha dan Deedat Biaggi yang lucu dan
menggemaskan.
8. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu, wawasan dan
vii Hidayatullah khususnya Dr.Hendra Kholid, MA yang bersedia memberikan
referensi-referensi penulisan skripsi juga memberikan arahan kepada penulis.
9. Terimakasih untuk Yayah, Nilma, Ayu, Eful dan seluruh sahabat-sahabat
seperjuangan di PSD ’07, sahabat-sahabat KKN Semesta 2010 meski kebersamaan
kita singkat tetapi hangat kebersamaan bersama kalian masih melekat, teman-teman
di Asrama Assalam. Maaf tidak bisa disebutkan satu persatu, tetapi tidak
mengurangi rasa terimakasihku pada kalian.
viii DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN... iii
LEMBAR PERNYATAAN... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 11
D. Review studi terdahulu... 12
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan... 16
F. Sistematika Penulisan... 18
BAB II. KAJIAN TEORITIS TENTANG WAKAF TUNAI A. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf Tunai... 20
ix
C. Macam-Macam Wakaf Tunai... 36
D. Tujuan Wakaf Uang... 38
E. Pengelolaan Wakaf Uang Menurut Undang-Undang No.41 tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2006... 39
BAB III. PENGELOLAAN WAKAF UANG DI TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) A. Sejarah Lahirnya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 49
B. Visi dan Misi Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 50
C. Struktur Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 51
D. Program Produktif Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 52
E. Penerima Manfaat (Mauquf ‘Alaih)... 59
F. Penghimpunan Wakaf Uang Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 60
G. Laporan Penerimaan Dana Wakaf TWI 1426 H – 1431 H... 67
BAB IV. PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF UANG TWI DALAM PENGEMBANGAN LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA (LKC) A. Sejarah Lahirnya Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)... 69
B. Visi dan Misi LKC... 70
C. Struktur Organisasi Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)... 71
x
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN... 90
B. SARAN... 94
DAFTAR PUSTAKA... 88
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di Indonesia kemiskinan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan.
Salah satunya adalah masalah biaya kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin
mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat berlatar belakang ekonomi menengah
kebawah. Sehingga bagi masyarakat miskin, mereka tidak memperoleh pelayanan
kesehatan yang layak karena mereka tidak mampu mengeluarkan biaya pengobatan
yang mahal. Ungkapan yang sering diucapkan masyarakat adalah “biaya kesehatan
itu mahal, untuk itu orang miskin dilarang sakit”. Secara alamiah sakit merupakan
persoalan manusiawi yang tidak bisa dihindari.
Di Indonesia jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pendapatan per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta
turun 1,00 juta orang (0,84 persen) dibandingkan dengan peduduk miskin pada Maret
2010 yang sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Selama periode Maret 2010-2011,
penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta orang (dari 11,10
juta orang pada maret 2010 menjadi 11,05 juta orang pada Maret 2011), sementara
didaerah pedesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang (dari 19,93 juta orang pada
Maret 2010 menjadi 18,97 juta orang pada Maret 2011). Persentase penduduk miskin
2 Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2010 sebesar 9,87 persen, menurun
sedikit menjadi 9,23 persen pada Maret 2011. Di pihak lain penduduk miskin di
daerah peedesaan pada Maret 2010 sebesar 16,56 persen, juga menurun sedikit
menjadi 15,72 persen pada Maret 2011.1
Dalam menyelesaikan masalah kemiskinan seperti masalah kesehatan ataupun
kesenjangan sosial tersebut, Islam memberikan solusi berupa pemberian sesuatu dari
kalangan the have (orang berduit/orang mampu) kepada kalangan the have not (orang
yang kurang mampu) melaui zakat, infaq, shadaqah, hibah, ataupun wakaf. Wakaf
merupakan ibadah yang bercorak sosial dan ekonomi yang cukup penting. Bahkan
menurut sejarah, wakaf telah memainkan peran penting dalam meningkatkan
kebajikan umat Islam dibidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial,
kegiatan keagamaan, dan kepentingan umum lainnya.2
Wakaf diartikan sebagai menahan harta baik secara abadi maupun sementara,
untuk dimanfaatkan langsung atau tidak langsung, dan diambil manfaat hasilnya
secara berulang-ulang untuk kebaikan, umum maupun khusus.3 Dalam term umat
Islam, wakaf merupakan ibadah (pengabdian) kepada Allah SWT., sebagai ekspresi
1
Badan Pusat Statistik, “Kemiskinan”, artikel ini diakses pada 08 November 2011 dari http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul10.pdf.
2 Wakaf Center, “Manfaat Wakaf Uang dan Saham” artikel diakses pada 17 Maret 2011
darihttp://www.wakafcenter.com/berita-185-wakaf-uang-saham-dan-manfaat.html.
3
3 rasa cinta kasih kepada sesama manusia, membantu kepentingan orang lain dan
kepentingan umum. Dengan mewakafkan sebagian harta bendanya akan tercipta rasa
solidaritas seseorang. Jalinan kebersamaan dalam kehidupan ini bisa diciptakan
dengan mewakafkan harta yang mempunyai nilai spiritual sangat tinggi dan kualitas
pahala yang tiada henti.4
Dalam sejarah Islam, praktik wakaf sudah dimulai sejak awal Islam. Bahkan
masyarakat sebelum Islam telah memperaktikkan sejenis wakaf, tetapi dengan nama
lain, bukan wakaf. Karena praktik sejenis wakaf telah berada di masyarakat sebelum
Islam. Sedang wakaf tunai mulai dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir.5
Praktik sejenis wakaf di masyarakat sebelum Islam dibuktikan dengan adanya
tempat-tempat ibadah yang dibangun di atas tanah yang pekarangannya di kelola dan
hasilnya untuk membiayai perawatan dan honor yang merawat tempat ibadah
tersebut. Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid al-Aqsha misalnya telah dibangun
di atas tanah yang bukan hak milik siapapun, tetapi milik Allah. Kedua masjid itu
dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Pertanyaannya, kenapa masyarakat sebelum
Islam telah mempraktikan sejenis wakaf? Di masyarakat sebelum islam dikenal
4
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam, 2006), h.21-22.
5
4 praktik sosial itu adalah praktik menderma sesuatu dari seseorang demi kepentingan
umum atau dari satu orang untuk semua keluarga.
Karena praktik sejenis yang terjadi pada masyarakat sebelum Islam memiliki
tujuan yang seiring dengan Islam, yaitu terdistribusinya kekayaan secara adil dan
kemudian berjuang pada kesejahteraan secara adil dan kemudian berujung pada
kesejahteraan bersama, maka Islam mengakomodirnya dengan sebutan wakaf. Pada
tahun kedua hijriah, setelah nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah,
disyari’atkanlah wakaf.6
Secara sosial, wakaf memiliki peran yang cukup strategis di tengah- tengah
kemiskinan yang menggurita umat islam Indonesia. Untuk itu pola penyadaran yang
terus menerus dilakukan agar para pemilik harta (orang kaya) bisa meningkatkan
volume beribadah yang berdimensi sosial. Karena wakaf memiliki kontribusi solutif
terhadap persoalan-persoalan ekonomi kemasyarakatan. Kalau dalam tataran
pendekatan keagamaan, wakaf berbicara tentang nilai- nilai pahala yang akan
didapatkan oleh umat Islam yang menjalankannya, sedangkan pada pendekatan
kesejahteraan sosial, wakaf menjadi jawaban konkrit dalam relitas problematika
kehidupan (sosial-ekonomi) masyarakat. Karena secara ideologis, penguasaan harta
(kekayaan) oleh seorang (lembaga) secara monopolistik akan bisa melahirkan
eksploitasi oleh kelompok kaya terhadap miskin. Dan eksploitasi sosial-ekonomis ini
6
5 pada gilirannya nanti akan menimbulkan dis-harmoni sosial yang yang bisa
mengakibatkan kesenjangan sosial yang tajam. Pemahaman secara sosial harus
ditanamkan secara berkesinambungan, bahwa harta tidaklah cukup dimiliki dan
dikuasai sendiri, melainkan juga harus dinikmati bersama.7
Saat ini macam-macam wakaf berkembang, seperti wakaf benda bergerak dan
wakaf benda tidak bergerak. Wakaf benda tidak bergerak seperti tanah dan properti.
Sedangkan wakaf benda bergerak bisa berbentuk surat berharga, logam mulia atau
wakaf uang.
Dibanding model wakaf lain, wakaf uang memiliki keunggulan lebih fleksibel
dan tidak mengenal batas pendistribusian, sehingga wakaf uang mempunyai
keunggulan daripada wakaf benda tetap lainnya, diantaranya adalah: pertama, wakaf
uang jumlahnya bisa bervariasi, sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas
sudah dapat memberikan dana wakafnya tanpa menjadi tuan tanah. Kedua, melalui
wakaf uang dan asset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa diolah untuk
lahan pertanian. Ketiga dana wakaf uang dapat membantu sebagian lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang cash flow nya terkadang naik turun. Keempat, dengan wakaf
uang umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan pendidikan tanpa
mengggantungkan anggaran pendidikan negara yang semakin terbatas.8
7 Ma’ruf, dan Tim penyusun buku,
Strategi Pengembangan Wakaf tunai di Indonesia, Jakarta, 2006. Cet. II, h.26.
8
6 Keberadaan wakaf juga terbukti telah banyak membantu bagi pengembangan
ilmu- ilmu medis melalui penyediaan fasilitas-fasilitas publik dibidang kesehatan.
Untuk itu agar sektor kesehatan masyarakat lebih serius, perlu adanya upaya dari
semua pihak, khususnya lembaga-lembaga kegamaan yang memiliki potensi ekonomi
cukup tinggi untuk ikut serta berperan dalam persoalan tersebut. Selain melalui
pemberdayaan ZIS (zakat, infak dan sedekah), pemberdayaan dana wakaf tunai yang
sudah dikembangkan bisa menjadi alternatif yang sangat menjanjikan. Paling tidak,
dengan adanya dukungan sektor riil dari dana wakaf tunai, tugas-tugas pemerintah
dalam bidang kesehatan dapat terbantu.
Menurut asumsi Mustafa Edwin Nasution tentang potensi wakaf di Indonesia
dengan jumlah umat muslim dermawan diperkirakan sebesar 10 juta jiwa dengan
rata-rata penghasilan perbulan Rp. 500.000 hingga Rp. 10.000,000, maka paling tidak
[image:16.612.107.535.500.586.2]akan terkumpul dana sekitar 3 Triliun pertahun dari dana wakaf, seperti perhitungan
tabel berikut ini :
Tingkat Penghasilan/ bulam
Jumlah Muslim
Tarif Wakaf Uang/ Bulan
Potensi Wakaf Uang/ bulan
Potensi Wakaf Uang/ tahun
Rp. 500.000 4 juta Rp 5000 Rp 20 Milyar Rp 240 Milyar Rp 1 juta – Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 Milyar Rp 360 Milyar Rp 2 juta – 5 juta 2 juta Rp. 50.000 Rp 100 Milyar Rp 1,2 Triliyun Rp 5 juta – 10 juta 1 juta Rp. 100.000 Rp 100 Milyar Rp 1,2 Triliyun
Total Rp 3 Triliyun
Sebesar apapun aset yang dimiliki bila tidak di tangani oleh SDM nazhir yang
handal dan profesional, maka aset wakaf tetap diam, dan tidak bergerak ke arah
7 wakaf yang kurang produktif itu berbanding lurus dengan kualitas pengelolaannya.
Para nazhir ternyata tidak fokus dalam mengelola aset, mereka mayoritas bekerja
sambilan dan tidak diberi upah (84%), dan yang bekerja secara penuh dan terfokus
ternyata amatlah minim (16%). Selain itu wakaf di Indonesia lebih banyak dikelola
oleh perseorangan (66%) alias trradisional daripada organisasi profesional (16%) dan
berbadan hukum (18%).9
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah dan masyarakat, sebagian besar dilakukan melalui puskesmas yang
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mensejahterkan masyarakat khususnya
dibidang kesehatan. Dalam rangka pengembangan wakaf secara maksimal,
sebagaimana amanat Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, diperlukan
lembaga profesional pengelola wakaf. Namun, tidak banyak lembaga yang mampu
mengemban amanat sebesar ini. Namun, ditengah kerisauan itu, lahirlah sebuah
lembaga nirlaba yang memfokuskan diri dibidang ini, yaitu Tabung wakaf Indonesia
(TWI). Salah satu kelebihan dari Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang layak untuk
dijadikan sebagai salah satu percontohan adalah manajemen dibidang wakaf tunai.
TWI merupakan lembaga wakaf yang didirikan oleh Dompet Dhuafa dan diresmikan
pada tanggal 14 Juli 2005. TWI berperan sebagai lembaga yang melakukan
9
8 sosialisasi, edukasi dan advokasi wakaf kepada masyarakat sekaligus berperan
sebagai lembaga penampung dan pengelola harta wakaf .10
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) merupakan yayasan yang kredibel dan
memenuhi persyaratan sebagai nadzir wakaf berbentuk badan hukum Indonesia yang
dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bergerak
dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan kegamaan Islam. Sehingga TWI
merupakan salah satu wadah dalam menghimpun harta benda wakaf dari para wakif
yang mempercayakan harta bendanya untuk diwakafkan dengan menunjuk TWI
selaku nazhirnya. Khusus untuk wakaf tunai, TWI akan melakukan kegiatan
penghimpunan yang dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan syariah
lainnya baik langsung maupun tidak dalan kegiatan operasional lembaga keuangan
atau perbankan syariah dengan mengeluarkan produk bersama antara TWI dan
lembaga keuangan atau perbankan syariah tertentu dalam bentuk simpanan dana
wakaf masyarakat pada perbankan syariah tersebut. Beberapa bukti konkrit program
wakaf tunai untuk keadilan sosial yang dilakukan TWI salah satumya adalah
kepedulian TWI dalam membantu kaum dhuafa dibidang kesehatan. TWI memiliki
salah satu program dimana dari hasil wakaf uang yang digunakan untuk membiayai
kesinambungan pengobatan sekelompok masyarakat miskin secara cuma-cuma yaitu
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yang merupakan layanan kesehatan gratis
yang bertempat di Ciputat Tangerang Banten. Klinik kesehatan ini dibangun Dompet
10
9 Dhuafa bertujuan untuk membantu kaum dhuafa dibidang layanan kesehatan tanpa
memungut biaya sepeserpun. Kehadiran LKC ini adalah objek wakaf tunai yang
efektif, memberi secercah harapan semangat hidup sehat kaum dhuafa. Dengan
adanya lembaga layanan ini, golongan masyarakat dhuafa bisa memperoleh haknya
tanpa perlu dibebankan oleh biaya-biaya seperti halnya rumah sakit-rumah sakit
konvensional. Dalam hal wakaf uang, LKC berperan sebagai objek uang, berapapun
nilainya dikelola untuk membantu kaum miskin dibidang kesehatan.11
Penerimaan wakaf yang diterima TWI untuk periode yang berakhir 29 syaban
1431 H (2010) dan 29 Syaban 1430 H (2009) sebesar Rp.9.776.466.636 yang
kemudian dana wakaf tersebut dialokasikan untuk wakaf dibidang soial, kesehatan,
pendidikan, termasuk didalamnya untuk biaya operasional total wakaf seluruhnya
sebesar Rp.742.955.200. Dan dana wakaf tersebut menghasilkan surplus sebesar
Rp.9.003.511.436 dimana surplus wakaf tersebut yang akan disalurkan TWI untuk
program-programnya, salah satunya program TWI dibidang kesehatan yaitu Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).12
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) merupakan lembaga non-profit
jejaring Dompet Dhuafa Republika khusus dibidang kesehatan yang melayani kaum
dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZIZWAF-
11
Suhardi K.Lubis, “ Prospek Wakaf Tunai dalam Pembinaan” artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://suhrawardilubis.multiply.com/journal/item/9.
12
10 zakat, infak, sedekah wakaf dan dana sosial masyarakat. Begitu juga untuk membayar
dokter berasal dari dana ZISWAF dan dana sosial dari masyarakat. Jadi, LKC
memberikan pelayanan kesehatan kepada kaum dhuafa tanpa membebankan biaya
sepeserpun.13
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti dan mengkaji secara
teoritis dan praktis mengenai pengelolaan hasil dana wakaf tunai untuk
pengembangan Layanan Kesehatan Cuma- Cuma (LKC) bagi masyarakat miskin
(kaum dhuafa). Penulis menulisnya dalam sebuah skripsi yang berjudul:
“PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF TUNAI DI TABUNG
WAKAF INDONESIA (TWI) UNTUK PENGEMBANGAN LAYANAN
KESEHATAN CUMA-CUMA (LKC).
B. Pembatasan Perumusan Masalah
Begitu luas pembahasan materi mengenai pengelolaan wakaf tunai. Oleh
karena itu perlu ada batasan yang tegas agar tidak terjadi kekaburan wacana dan
mencapai fokus yang diharapkan. Penulis membatasinya dengan beberapa hal,
diantaranya:
1. Lembaga yang menjadi tempat studi penelitian adalah Tabung Wakaf
Indonesia (TWI).
2. Dana wakaf yang menjadi objek penelitian hanya dana wakaf tunai TWI saja.
13
11
3. Program dari TWI yang menjadi fokus penulis hanya program Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
Perumusan masalah adalah suatu tahapan penting dalam suatu proses
penelitian. Masalah yang diteliti diharapkan akan mencapai kejelasan dan fokus,
dengan demikian masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana penghimpunan dana wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan hasil pengelolaan wakaf tunai yang dikelola TWI
semenjak berdiri dari tahun 1426 H (2005) – 1431 H (2010)?
3. Bagaimana pengelolaan dana dan hasil wakaf tunai yang dilakukan TWI
dalam pengembangan LKC?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, penulis berusaha untuk mencapai
tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk mengetahui penghimpunan dana wakaf tunai yang dilakukan TWI.
2. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf uang yang dilakukan TWI dalam
pengembangan LKC.
3. Untuk mengetahui perkembangan LKC sebagai salah satu program TWI yang
12 Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat bagi TWI dapat mengalokasikan hasil wakaf tunai secara profesional
dan tepat sasaran, salah satunya yaitu dengan membuat program dibidang
kesehatan seperti pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
2. Manfaaat bagi lembaga keilmuan, tema ini memberikan informasi mengenai
besarnya potensi wakaf tunai untuk kemaslahatan umat, khususnya kaum
dhuafa.
3. Manfaaat bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan
mengenai wakaf, khususnya wakaf tunai yang dikelola TWI untuk
pengembangan LKC.
D. Review Studi Terdahulu
Tema yang peneliti angkat merupakan sesuatu yang belum banyak dikaji
orang, juga tidak banyak mendapat perhatian orang. Sebagaimana studi awal yang
dilakukan peneliti di Fakultas Syari’ah dan Hukum dan di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah secara umum belum ada yang membahas mengenai pengelolaan
wakaf tunai yang dilakukan TWI dalam pengembangan LKC.
Uraian berikut akan memaparkan sebuah penelitian yang sudah dilakukan,
sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan.
1. Idik Komarudin melakukan penelitian dalam skripsi UIN Syarif Hidayatullah
13
Wakaf Indonesia. Dalam skripsi tersebut membahas mengenai peran Tabung
Wakaf Indonesia sebagai nazhir dalam mengelola dan memberdayakan hasil
wakaf tunai mempunyai dua program yang sudah berjalan yaitu; Pertama,
program sosial adalah program yang didirikan oleh Tabung Wakaf Indonesia
dengan tujuan untuk membantu masyarakat dhuafa yang membutuhkannnya.
Kedua, program produktif yaitu program yang didirikan oleh Tabung Wakaf
Indonesia dengan tujuan untuk membantu masyarakat dhuafa, dimaksudkan
untuk pemberdayaan ekonomi mikro. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa pengelolaan dan pemberdayaan wakaf tunai di Tabung
Wakaf Indonesia (TWI) sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan UU
No. 41 tahun 2004.
2. Hendra dalam penelitian disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008,
dengan judul Peranan Wakaf Uang Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di
Indonesia (Studi Tabung wakaf Indonesia Dan Wakaf Tunai Muamalat
Baitulmaal Muamalat). Dalam penelitian ini Hendra melakukan analisa peran
wakaf uang bagi penanggulangan kemiskinan dengan tiga program yaitu:
pertama penangggulangan kemiskinan melalui pekerjaan, yaitu dengan cara
pemberian modal kerja dari dana hasil investasi wakaf kepada kaum miskin
dapat mengubah status ekonomi mereka dari dhuafa menjadi aghniya (orang
kaya). Bahkan tidak sekedar membuka lapangan pekerjaan bagi kaum miskin,
tapi wakaf juga ikut membantu berkembangnya usaha produktif dikalangan
14 yaitu Dompet Dhuafa mendirikan SMART Ekselensia yaitu sekolah dari dana
wakaf yang dapat menampung anak-anak kaum dhuafa lulusan SD
se-Indonesia yang tidak mampu secara finansial tetapi mempunyai potensi yang
sangat baik untuk mendapatkan kesempatan mengenyam bangku sekolah.
Adapun keberadaan sekolah ini di design khusus dengan sistem unggulan,
sehingga dapat melahirkan generasi yang mumpuni, siap mengabdi untuk
bangsa dan agama. Ketiga, penanggulangan kemiskinan melalui kesehatan
LKC hadir sebagai fasilitas permanen yang melayani kesehatan kaum dhuafa
digedung berlantai empat, lengkap dengan operasional medis 24 jam dan
mobile-service. Bahkan menarik untuk diketahui ada 15 dokter spesialis dari
berbagai keahlian yang telah mewakafkan dirinya untuk melayani kesehatan
kaum miskin di LKC ini. Semua ini bukti adanya kepedulian pengelola wakaf
dan segenap dokter terhadap kesehatan masyarakat miskin.
3. Nani al-Mu’in dalam penelitian Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009,
dengan judul Peran Wakaf Uang Dalam Pembanguna Perumahan Fakir
Miskin. Dalam penelitin Nani al-Mu’in melakukan analisa hasil penjualan
perusahaan perumahan mewah Kota Wisata Cibubur dan Grand Purilaras
Ciputat, manajemen perusahaan tersebut tebukti dapat meningkatkan nilai
investasi dana karena hasil kauntungan yang didapat dari perhitungan dalam
unit rumah mencapai 20% sampai 40%. Dari hasil penelitian pemberdayaan
dana wakaf uang dalam pembanguna perumahan fakir miskin berpotensi
15 keterpurukan terutama masalah kebutuhan tempat tinggal. Disatu sisi melalui
investasi perumahan menengah atas secara ekonomi memberikan peluang
besar dalam meningkatkan investasi dana wakaf.
4. Rozalinda, pengelolaan Wakaf Uang (Studi Pada Tabung Wakaf Indonesia
(TWI) Dompet Dhuafa), Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Disertasi ini membahas mengenai manajemen investasi wakaf uang
yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia. Dilihat dari pengelolaan wakaf
uang yang dilakukan TWI untuk sektor pendidikan dan kesehatan melalui
uang karena wakaf yang dikelola tersebut tidak menghasilkan keuntungan
dalam bentuk uang. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dana wakaf yang
disalurkan dalam bentuk investasi di sektor ril ke masyarakat terbukti
memberi pengaruh positif bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat. TWI
menyalurkan dana wakaf melalui jaringan mitra dan binaannya untuk
kegiatan-kegiatan perdagangan pertanian, peternakan, perkebunan dan
penyediaan sarana niaga kepada masyarakat. Berdasarkan cara yang dilakukan
TWI dalam mengelola wakaf uang pada sektor produktif memberikan peluang
kepada masyarakat untuk membuka lapangan pekerjaan sehingga pendapatan
masyarakat dapat meningkat, dan memberikan nilai tambah bagi lembaga
pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial keagamaan lainnya
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka peneliti menulis tentang
16
Pengembangan Layanan Kesehatan Cuma- Cuma (LKC)” yang belum pernah
dilakukan sebelumnya. Yang membedakan isi skripsi ini dengan skripsi terdahulu
bahwa skripsi ini menganalisis tentang pengelolaan dana dan hasil pengelolaan wakaf
tunai yang dilakukan TWI untuk pengembangan salah satu program non produktif
TWI dibidang kesehatan yaitu untuk pengembangan LKC.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
metode penelitian sebagai berikut.
1. Jenis Penelitian
Penelitian lapangan atau Field Research pengumpulan data dilakukan langsung
ke tempat objek penelitian.14 Penalitian lapangan dilakukan di Tabung Wakaf
Indonesia (TWI) dan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
2. Skripsi ini mendeskripsikan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi riil
dilapangan. Dengan demikian pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini
mengarah kepada pendekatan kualitatif deskriptif.
3. Data Penelitian
a. Sumber Data Penelitian
1) Data Primer
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer, yaitu dimana
penulis mengumpulkan data secara langsung dengan studi lapangan
14
17 yang dilakukan di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dan Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
2) Data Skunder
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data skunder yaitu data
pustaka yang dihimpun dari sejumlah buku-buku, internet dan sumber
bacaan dan lain- lain yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi
ini.
b. Jenis Data
Adapun jenis data penelitian ini dikategorikan jenis penelitian kualitatif,
karena lebih mendeskripsikan teori-teori sosial dan normatif. Selain itu, analisa
yang dilakukan adalah memaparkan secara terperinci tentang pengembangan
layanan kesehatan cuma- cuma (LKC) melalui hasil wakaf tunai yang dilakukan
oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Sehingga penelitian ini dikategorikan
sebagai penelitian kualitatif.
c. Teknik Pungumpulan data
Wawancara (interview), yaitu dengan membuat daftar pertanyaan yang
diajukan kepada karyawan TWI dan LKC untuk memberikan jawaban serta data
yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian lapangan.
d. Metode analisis
Analisa dalam penelitian ini menggunakan model metode deskriptif yaitu
18 kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang, bertujuan untuk membat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-akta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki.15
e. Teknik penulisan
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
kepada buku Pedoman penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007 Cetakan ke-1.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab. Dan
tiap-tiap terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini
adalah:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisi: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode
penelitian dan teknik penulisan dan sistematika penulisan.
15
19
BAB II : Kajian Teoritis Tentang Wakaf Tunai
Dalam bab ini menjelaskan tentang wakaf tunai dalam fiqih Islam seperti
pengertian wakaf dan dasar hukum wakaf tunai, rukun dan syarat wakaf
tunai, macam-macam wakaf, tujuan wakaf uang, pengelolaan wakaf uang
menurut Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan
Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2006.
BAB III: Pengelolaan Hasil Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
Dalam bab ini mendeskripsikan gambaran umum objek penelitian, seperti
sejarah lahirnya Tabung Wakaf Indonesia (TWI), visi dan misi tabung
wakaf Indonesia, struktur organisasi Tabung Wakaf Indonesia (TWI),
program-program Tabung Wakaf Indonesia, penerima manfaat, dan
penghimpunan wakaf uang Tabung Wakaf Indonesia (TWI).
BAB IV: Pengelolaan Dana dan Hasil Wakaf Tunai (TWI) untuk
Pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)
Interpretasi kesesuaian pengeloaan wakaf Tabung Wakaf Indonesia
(TWI) menurut undang- undang No.41 tahun 2004. Pada bab ini
dideskripsikan mengenai peran TWI dalam mengelola wakaf tunai dalam
pegembangan LKC.
BAB V: Penutup. Bab ini merupakan bagian akhir yang terdiri dari kesimpulan
pada bab-bab sebelumnya disertai saran. Bab ini dilengkapi dengan daftar
20
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG WAKAF TUNAI
A. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf Tunai
a. Pengertian Wakaf
Kata “Wakaf” berasal dari bahasa Arab (Waqafa) yang menurut bahasa
(Waqafa) artinya ﻠ (menahan).16
Menurut Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary dalam kitab Fathul
Mu’in, wakaf adalah:
Artinya: “Menahan harta yang bisa dimanfaatkan dalam keadaan barangnya
masih tetap dengan cara memutus pentasarrufannya, untuk diserahkan buat
keperluan yang mubah dan berarah.”17
Para ahli fiqih berbeda dalam mendefinisikan wakaf menurut istilah, sehingga
mereka berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri. Berbagai
pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut:18
16
Muhammad Qadri Basya, Al-„Adli wal-Insofi fil-Qhadhai „ala Musykilati al-Auqaf (Daa]russalam: 1428 H/ 2006 M), h.77.
17
21 Menurut Abu Hanifah wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut
hukum tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk
kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si
wakif, bahkan ia dibenarkan untuk menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika
si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang
timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Karena itu mazhab Hanafi
mendefinisikan wakaf adalah : “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda,
yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada
suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang ataupun akan datang”19
Menurut mazhab Malikiyah, Ibn Arafah mendefinisikan bahwa wakaf adalah
memberikan manfaat sesuatu, pada batas waktu keberadaannya, bersamaan tetapnya
wakaf dalam kepemilikan si pemberinya meski hanya perkiraan (pengandaian).
Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
a) Kalimat “memberikan manfaat” berarti mengecualikan pemberian barang.
Seperti hibah. Maka orang yang berhibah (memberi) berarti memberikan
barang kepada orang yang dihibahkan.
b) Kalimat “sesuatu” berarti selain manfaat atau uang atau yang diuangkan.
Karena sesuatu itu cakupannya lebih umum, hanya saja dikhususkan dengan
definisi tetapnya kepimilikan.
18
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h.2
19
22
c) Kalimat “batas waktu keberadaannya” adalah kalimat penjelas untuk sesuatu
yang dipinjamkan dan sesuatu yang dikelola. Hal itu karena orang yang
meminjamkan berhak untuk menarik barang yang dipinjamkannya itu.20
Menurut mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal wakaf adalah melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur
perwakafan. Dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif
tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti : perlakuan
pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran ataupun
tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan teesebut tidak dapat diwarisi oleh ahli
warisnya. Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf
„alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana wakif tidak dapat
melarang penyaluran sumbangannya tersebut. apabila wakif melarangnya, maka qadli
berhak memaksanya agar memberikannya kepada mauquf „alaih. Karena itu madzhab
Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu
benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya
kepada suatu kebajikan (sosial).21
Definisi wakaf menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.42
Tahun 2006 tentang wakaf pada pasal 1 (1) berbunyi: wakaf adalah perbuatan hukum
20
Dr.Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, Cet.I, (Jakarta: Dompet Dhuafa dan IIMAN, 2004), h.55.
21
23
Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya
untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
Syariah.22
Bila dicermati, pengertian wakaf yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
No.42 tahun 2006 ini tidak lagi memberikan pemahaman yang sempit bagi
masyarakat, bahwa bukan hanya tanah saja yang boleh diwakafkan. Tetapi benda
bergerak juga bisa diwakafkan seperti uang yang sama-sama memilki nilai ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Berbeda dengan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 tentang perwakafan
tanah milik pasal 1. yakni (1) wakaf ialah perbuatan hukum seseorang atau badan
hukum yang memisahkan sebagian harta kekayaannya yang berupa tanah milik, dan
melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribatan atau
keperluan umum lainnya, sesuai dengan ajaran Islam.23
Pengertian wakaf dalam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 tentang
perwakafan tanah milik tersebut, tentulah sangat sempit dan hanya terbatas pada
wakaf tanah saja, sehingga sebagian masyarakat menganggap bahwa seolah-olah
hanya tanah saja yang boleh diwakafkan.
22
“Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2006 tentang wakaf” artikel ini diakses pada 14 Juni 2011 dari http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_42_2006.pdf.
23
24 Definisi wakaf ini kemudian diperkuat oleh UU. No. 41 Tahun 2004 tentang
wakaf adalah “perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah” dan didalam UU. No. 41 Tahun 2004 pasal
16 ayat 3 menyatakan bahwa uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas
kekayaan intelektual, hak sewa dan benda bergerak lainnya yang sesuai dengan
ketentuan syari’ah dan peraturan dan perundang-undangan termasuk bagian dari
benda wakaf. Maka, wakaf uang di Indonesia telah menemukan definisi dan dasar
hukumnya yang kokoh.24
Berdasarkan Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Wakaf
bahwa wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga
keuagan syariah yang ditunjuk oleh menteri dan dilaksanakan dengan pernyataan
kehendak wakif yang dilakukan secara tertulis. Apabila telah dilakukan perwakafan
uang akan diterbitkan sertifikat wakaf uang yang dikeluarkan oleh Lembaga
Keuangan Syariah sebagai bukti penyerahan benda wakaf kepada wakif nazhir, dan
Lembaga Keuangan Syariah atas nama nazhir wajib mendaftarkan hata benda wakaf
24“Undang
25 berupa uang kepada menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
diterbitkannya wakaf uang.25
Sedangkan definisi Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun
kalau menilik objek wakafnya yaitu uang, lebih tepatnya cash waqf diterjemahkan
sebagai wakaf uang. Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Hukum
wakaf tunai telah menjadi perhatian para fuqaha. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa wakaf uang telah dipraktikkan oleh masyarakat yang menganut mazhab
Hanafi.26
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 11 Mei 2002 menetapkan
wakaf uang yang berisikan sebagai berikut:
a) Wakaf uang (cash waqaf/ waqf al-Nuquud) adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai.
b) Termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
c) Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).
d) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’i.
25
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT Grasindo, 2006) h, 70-71.
26
26
e) Nilai pokok uang harus dijamnin kelestariannya tidak boleh dijual, dihibahkan
dan atau diwariskan.27
Pelaksanaan wakaf benda bergerak berupa uang dilaksanakan dengan
pernyataan kehendak wakif yang dilakukan secara tertulis, sebagai tanda bukti
diterbitkan sertifikat wakaf uang yang dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah
yang diberikan ke wakif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf.
Keuntungan daripada wakaf uang bahwa wakaf uang lebih fleksibel dan tidak
mengenal batas pendistribusian, sehingga wakaf uang mempunyai keunggulan
daripad wakaf benda tetap lainnya, antara lain sebagai berikut:
Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, sehingga seseorang yang memilki
dana terbatas sudah dapat memberikan dana wakafnya tanpa menjadi tuan rumah.
a. Melalui wakaf uang dan aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa
dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau dilolah untuk lahan pertanian.
b. Dana wakaf uang dapat membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam
yang cah flow nya terkadang naik turun.
c. Dengan wakaf uang, umat islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan
anggaran pendididkan tanpa menggantungkan anggaran pendididkan negara yang
semakin terbatas.28
27
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT Grasindo, 2006) h, 69-70.
27
b. Dasar Hukum Wakaf tunai29
Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya ibadah wakaf bersumber dari
pemahaman teks ayat al-Qur’an dan juga As-Sunnah. Tidak ada dalam ayat al-Qur’an
yang secara tegas menjelaskan tentang ajaran wakaf. Yang menjadi dasar utama
disyariatkannya ajaran ini lebih dipahami berdasarkan konteks ayat al-Qur’an,
sebagai sebuah amal kebaikan. Ayat dan As-Sunnah yang dipahami berkaitan dengan
wakaf adalah sebagai berikut :
/ :
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.
) / : (
Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul- Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.
Kedua ayat ini merupakan perintah Allah SWT kepada manusia untuk berbuat
kebajikan dengan cara menafkahkan sebagian harta yang dicintainya kepada orang
29
28 lain. Dalam konteks ayat ini harta merupakan titipan Allah SWT untuk dijadikan
bekal diakhirat nanti dengan menafkahkannya atau mewakafkannya.
Disamping ayat-ayat Al-Quran di atas, terdapat pula beberapa hadist yang
dapat dijadikan dasar perwakafan, salah satunya yaitu hadits riwayat Jama’ah, hadits
ini tegas menggambarkan dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada
Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar :
نبإ نعو
رمع
ٲ
ﮫ
ڶ
ٲ
ٲ
):
ﺗ
.(
ٲ
ھ
,
ﺍ
,
ٲ
30Artinya: “Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra. Memperoleh sebidang
tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah. Umar bertanya: Ya Rasulullah! aku mendapat sebidang tanah di Khaibar, suatu harta yang belum pernah kudapat sama sekali yang lebih baik bagiku selain tanah itu, apa yang hendak engkau
perintahkan kepadaku? Rasulullah menjawab : “Jika engkau suka, tahanlah pangkalnya dan sedekahkan hasilnya.” Lalu Umar mensedekahkan dengan syarat,
tidak boleh dijual, tidak diberikan, dan tidak boleh diwaris, yaitu untuk orang-orang fakir, untuk keluarga dekat, untuk mmemerdekakan hamba sahaya, dalam perjalanan (ibnu sabil): dan tidak berdosa orang yang wajar dan untuk memberi makan (kepada
keluarganya) dengan syarat jangan dijadikan hak milik.” (HR.Jama’ah).
30
29
ڶ
31
(
Artinya: Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda, “Apabila manusia meninggal
dunia maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, yaitu: shadaqah jariah, ilmu yang
dapat dimanfaatkannya atau anak shaleh yang mendoakaannya. (H.R. Jama’ah
kecuali Bukhari dan Ibnu Majah).
B. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai
Dalam bahasa arab kata rukun memiliki makna yang sangat luas. Secara
etimologi rukun biasa diterjemahkan dengan sisi yang terkuat. Karenanya, kata rukn
al-syai‟ kemudian diartikan sebagai sisi dari sesuatu yang menjadi tempat bertumpu.
Adapun dalam terminolog fikih rukun adalah sesuatu yang dianggap menentukan
suatu disiplin tertentu, dimana ia merupakan bagian integral dari disiplin itu sendiri
atau dengan kata lain rukun adalah penyempurna sesuatu dimana ia merupakan
bagian dari sesuatu itu.32
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun
wakaf ada empat (4), yaitu :
31
Fadilah As-Syaikh Faisal bin Abdul Aziz al-Mubarak, Nailul Authar Jilid 5 (PT Bina Bina Ilmu: 2001), h.2000.
32
30
1. Wakif (orang yang mewakafkan harta);
2. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan);
3. Mauquf „alaih (pihak yang diberi wakaf/ peruntukan wakaf);
4. Shigat (pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan
sebagian harta bendanya).33
a. Syarat Wakif34
Orang yang mewakafkan (wakif) disyaratkan memiliki kecakapan hukum atau
kamalul ahliyah (legal competent) dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan
bertindak disini meliputi empat (4) kriteria, yaitu :
1. Merdeka
Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba sahaya) tidak sah, karena
wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara memberikan hak milik itu kepada
orang lain. Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa
yang dimiliki adalah kepunyaan tuannya. Namun demikian, Abu Zahrah mengatakan
bara para fuqaha sepakat, budak itu boleh mewakafkan hartanya bila ada ijin dari
tuannya, karena ia sebagai wakil darinya. Bahkan Adz-Zahiri (pengikut Daud
adz-Dzahiri) menetapkan bahwa budak dapat memiliki sesuatu yang diperoleh dengan
jalan waris atau „tabarru’. Bila ini dapat memiliki sesuatu berarti ia dapat pula
33
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h 21-23.
34
31 membelanjakan miliknya itu. Oleh karena itu ia boleh mewakafkan, walaupun hanya
sebagai tabarru‟ saja;
2. Berakal sehat
Wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya, sebab ia tidak
berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap melakukan akad serta tindakan lainnya.
Demikian juga wakaf orang lemah mental (idiot), berubah akal karena faktor usia,
sakit atau kecelakaan, hukummnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan tidak
cakap untuk menggugurkan hak miliknya.
3. Dewasa (baligh)
Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa (baligh) hukumnya tidak
sah karena ia dipandang tidak cakap melakukan akad dan tidak cakap pula untuk
menggugurkan hak mlikknya.
4. Tidak berada dibawah pengampuan (boros/lalai)
Orang yang berada dibawah pengampuan dipandang tidak cakap untuk
berbuat kebaikan (tabarru‟), maka wakaf yang dilakukan hukumnya tidak sah. Tetapi
berdasarkan ihtisan, wakaf orang yang berada dibawah pengampuan terhadap dirinya
sendiri selama hidupnya hukumnya sah. Karena tujuan dari pengampuan ialah untuk
menjaga harta wakaf supaya tidak habis dibelanjakan untuk sesuatu yang tidak benar,
dan untuk menjaga dirinya agar tidak menjadi beban orang lain.35
35
32
b) Syarat Mauquf Bih (harta yang diwakafkan)36
Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama tentang syarat sahnya
harta yang diwakafkan, kedua tentang kadar benda yang diwakafkan.
a. Syarat sahnya harta wakaf
Harta yang akan diwakafkan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Harta yang diwakafkan harus mutaqawwam
Pengertian harta yang mutaqawwam (al-mal al mutaqawwam) menurut
madzhab Hanafi ialah segala sesuatu yang dapat disimpan dan halal digunakan dalam
keadaan normal (bukan dalam keadaan darurat). Karena itu madzhab ini memandang
tidak sah mewakafkan :
1) Sesuatu yang bukan harta, seperti mewakafkan manfaat dari rumah
sewaan untuk ditempati.
2) Harta yang tidak mutaqawwam, seperti alat-alat musik yang tidak halal
digunakan atau buku-buku anti Islam, karena dapat merusak Islam itu
sendiri.
Latar belakang syarat ini lebih karena ditinjau dari aspek tujuan wakaf itu
sendiri, yaitu agar wakif mendapat pahala dan mauquf „alaih (yang diberi wakaf)
memperoleh manfaat. Tujuan ini dapat tercapai jika yang diwakafkan itu dapat
dimanfaatkan atau dapat dimanfaatkan tetapi dilarang oleh Islam.
36
33
2. Diketahui dengan yakin ketika diwakafkan
Harta yang diwakafkan harus diketahui dengan yakin („ainun ma‟lumun),
sehingga tidak akan menimbulkan persengketaan. Karena itu tidak sah mewakafkan
yang tidak jelas seperti satu dari dua rumah. Beberapa contoh dari 7 pernyataan
wakaf yang berbunyi : “ saya mewakafkan sebagian dari tanah wakaf saya kepada
orang-orang kafir dikampung saya”, begitupula tidak sah : “ Saya mewakafkan
sebagian buku saya kepada para pelajar”. Kata sebagian dalam pernyataan ini
membuat harta yang diwakafkan tidak jelas dan akan menimbulkan persengketaan.
Latar belakang syarat ini ialah karena hak yang diberi wakaf terkait dengan
harta yang diwakafkan kepadanya. Seandainya harta yang diwakafkan kepadanya
tidak jelas, tentu akan menimbulkan sengketa. Selanjutnya sengketa ini akan
menghambat pemenuhan haknya. Para fakih tidak mensyaratkan agar benda tidak
bergerak yang diwakafkan harus dijelaskan batas-batasnya dan luasnya diketehui
dengan jelas. Jadi, secara fiqih, sudah sah pernyataan sebagai berikut : “saya
wakafkan tanah saya yang terletak di…” sementara itu wakif tidak tidak mempunyai
tanah selain ditempat itu.
a) Milik wakif
Hendaklah harta yang diwakafkan milik penuh dan mengikat bagi wakif
ketika ia mewakafkannya. Untuk itu tidak sah mewakafkan sesuatu yang bukan milik
34
b) Terpisah, bukan milik bersama (musya’)
Milik bersama itu adakalanya dapat dibagi, juga adakalanya tidak dapat
dibagi.37
c) Syarat Mauquf „Alaih (Penerima Wakaf)38
Yang dimaksud dengan mauquf „alaih adalah tujuan wakaf (peruntukan
wakaf). Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan
Syariat Islam. Karena pada dasarnya, wakaf merupakan amal yang mendekatkan diri
manusia kepeda Tuhan. Karena itu mauquf alaih (yang diberi wakaf) haruslah pihak
kebajikan. Para faqih sepakat berpendapat bahwa infaq kepada pihak kebajikan
itulah yang membuat wakaf sebagai ibadah yang mendekatkan diri manusia kepada
Tuhannya.
Namun terdapat perbedaan pendapat antara para faqih mengenai jenis ibadat
disini, apakah ibadat menurut pandangan Islam ataukah keyakinan wakif atau
keduanya, yaitu menurut pandangan Islam dan keyakinan wakif.
1. Madzhab Hanafi mensyaratkan agar mauquf „alaih (yang diberi wakaf)
ditunjukan untuk ibadah menurut pandangan Islam dan menurut keyakinan wakif.
Jika tidak terwujud salah satunya, maka wakaf tidak sah. Karena itu:
37
Ibid., h. 26-28
38
35
a. Sah wakaf orang Islam kepada semua syi’ar-syi’ar Islam dan pihak kebajikan,
seperti orang-orang miskin, rumah sakit, tempat penampungan dan sekolah. Adapun
wakaf selain syi’ar-syi’ar Islam dan pihak-pihak kebajikan hukumnya tidak sah,
seperti klub judi.
b. Sah wakaf non muslim kepada pihak kebajikan umum seperti tempat ibadat
dalam pandangan Islam seperti pembangunan masjid, biaya masjid, bantuan kepada
jamaah haji dan lain-lain. Adapun kepada selain pihak kebajikan umum dan tempat
ibadat dalam pandangan agamanya saja seperti pembangunan gereja, biaya
pengurusan gereja hukumnya tidak sah.
2. Madzab Maliki mensyaratkan agar mauquf „alaih (peruntukan wakaf) untuk
ibadat menurut pandangan wakif. Sah wakaf muslim kepada semua syi’ar Islam dan
badan-badan sosial umum. Dan tidak sah wakaf non muslim kepada masjid dan
syiar-syiar Islam.
3. Madzhab syafi’i dan Hambali mensyaratkan agar mauquf „alaih adalah ibadat
menurut pandangan Islam saja, tanpa memandang keyakinan wakif. Karena itu sah
wakaf muslim dan non muslim kepada badan-badan sosial seperti penampungan,
tempat peristirahatan, badan kebajikan dalam Islam seperti masjid. Dan tidak sah
wakaf muslim dan non muslim kepada badan-badan sosial yang tidak sejalan dengan
Islam seperti gereja.39
39
36
d) Syarat Shigat (Ikrar Wakaf)40
Shigat wakaf ialah segala ucapan, tulisan atau isyarat dari orang yang berakad
untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang diinginkannya. Status shigat
secara umum adalah salah satu rukun wakaf. Wakaf tidak sah tanpa shigat. Setiap
shigat mengandung ijab, dan mungkin mengandung qabul pula. Dasar (dalil) perlunya
shigat (pernyataan) ialah karena wakaf adalah melepaskan hak milik dan benda dan
manfaat atau dari manfaat saja dan memilikkan kepada yang lain.
C. Macam-macam Wakaf Tunai41
Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan, batasan
waktunya, dan penggunaan barangnya :
1. Macam-macam wakaf berdasarkan tujuannya ada tiga:
a. Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi); yaitu apabila tujuan
wakafya untuk kepentingan umum.
b. Wakaf keluarga (dzurri); yaitu apabila tujuan wakaf untuk memberi manfaat
kepada wakif, keluarganya, keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa
melihat apakah kaya atau miskin, sakit atau sehat, dan tua atau muda.
c. Wakaf gabungan (musytarak); yaitu apabila tujuan wakafnya untuk umum dan
keluarga secara bersamaan.
2. Berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua macam:
40
Ibid., h. 55-56
41
37
a. Wakaf abadi; yaitu apabila wakafnya berbentuk barang yang bersifat abadi,
seperti tanah dan bangunan dengan tanahnya, atau barang bergerak yang
ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi dan produktif, dimana sebagian
hasilnya untuk disalurkan sesuai tujuan wakaf, sedangkan sisanya untuk biaya
perawatan wakaf dan mengganti kerusakannya.
b. Wakaf sementara; yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa barang yang
mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi syarat untuk menggganti
bagian yang rusak. Wakaf sementara juga bisa dikarenakan oleh keinginan
wakif yang memberi batasan waktu ketika mewakafkan barangnya.
3. Sedangkan Berdasarkan penggunaannya, wakaf juga dibagi menjadi dua
macam:
a. Wakaf langsung; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk
mencapai tujuannya, seperti masjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan
belajar mengajar, rumah sakit untuk mengobati orang sakit dan lain
sebagainya.
b. Wakaf produktif; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk
kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.
Tiga pembagian wakaf diatas sudah mencakup jenis keseluruhan wakaf, baik
berdasarkan tujuan, batasan waktunya, maupun penggunaannya. Pembagian wakaf
38 macam wakaf yang telah disebut diatas, kecuali wakaf sementara karena keinginan
wakaf yang kita temukan hanya dalam fikih madzhab Maliki saja.
D. Tujuan Wakaf Uang
Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, wakif dapat
mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang
ditunjuk oleh menteri dan merupakan hasil fatwa Majelis Ulama Indonesia tertanggal
26 April 2002 bahwa Wakaf Uang (Cash Wakaf/ Waqf al-Nuquud) adalah wakaf
yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam
bentuk uang tunai.
Adapun tujuan wakaf uang antara lain sebagai berikut.
a. Melengkapi perbankan Islam dengan produk wakaf uang berupa sertifikat
berdominasi tertentu yang diberikan kepada wakif sebagai bukti keikutsertaan.
b. Membantu penggalangan tabungan sosial melalui sertifikat wakaf uang (tunai)
diatas namakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang telah
meninggal dunia, sehingga menciptakan integrasi kekeluargaan diantara umat.
c. Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan sosial dan
39
d. Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab sosial mereka
terhadap masyarakat sekitarnya sehingga keamanan dan kedamaian dapat
tercapai.42
E. Pengelolaan Wakaf Uang Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 2004
Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2006
Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf terdiri atas sebelas bab, tujuh
puluh pasal, meliputi pengertian tentang wakaf, syarat-syarat sahnya wakaf, fungsi
wakaf, tata cara mewakafkan dan mendaftarkan wakaf, perubahan benda wakaf,
penyelesaian perselisihan, pembinaan dan pengawasan wakaf, badan Wakaf
Indonesia (BWI) ketentuan pidana, dan ketentuan peralihan.43
Dalam ketentuan umum Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang
perwakafan secara garis besar mencakup beberapa hal yang saling berkaitan satu
sama lainnya, diantaranya sebagai berikut:
1. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau meyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
42
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT Grasindo, 2006) h, 68.
43“Undang
40 waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.
2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
3. Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan
dan/atau tulisan kepada nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
5. Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama
dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah
yang diwakafkan oleh wakif.
6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf , selanjutnya disingkat PPAIW, adalah
pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat akta ikrar wakaf.
7. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia.
8. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri
atas Presiden beserta para menteri.
9. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dibidang agama.44
Beberapa ketentuan hukum perwakafan menurut Undang-Undang No.41
Tahun 2004 tentang wakaf yang merupakan penngembangan dari penyempurnaan
44
41 terhadap materi perwakafan yang ada pada perundang-undangan sebelumnya, antara
lain:
1. Objek Wakaf
Objek wakaf menurut Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf,
bahwa objek wakaf tidak hanya berupa tanah milik sebagaimana disebutkan dalam PP
No. 28 Tahun 1977. Undang-Undang Tahun 2004 ini juga diperkuat oleh PP No. 42
Tahun 2006 sebagai pelaksanaan Undang-Undang tahun 2004, bahwa objek wakaf
menurut Undang-Udang No.41 Tahun 2004 tersebut lebih luas. Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam pasal 1 point 5, yaitu harta benda wakaf adalah harta benda yang
memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta memiliki nilai
ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh Wakif.45 Lebih lanjut dipertegas
dalam pasal 16 point 1, yaitu harta benda wakaf terdiri dari: a. benda tidak bergerak
b.Benda bergerak. Point 3 yaitu benda yang tidak bisa habis karena konsumsi,
meliputi: a. uang b. logam mulia c. surat berharga d. kendaraan e. hak atas kekayaan
intelektual f. hak sewa g. benda bergerak lainnya sesuai dengan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.46
45
Ibid., h. 3
46
42
2. Nadzir
Didalam pasal 12 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya Nadzir
dapat menerima imbalan dari hasil bersih pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).47
3. Wakaf benda bergerak berupa uang
Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga
keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri (pasal 28) dan lebih lanjut dalam pasal
29 ayat 2 disebutkan bahwa wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang yang dimaksud
pada ayat 2 diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada
wakif dan nadzir sebagai bukti penyerahan harta wakaf.48
4. Badan Wakaf Indonesia (BWI)
Pasal 47 ayat 1 menyebutkan bahwa dalam rangka memajukan dan
mengembangkan perwakafan nasional dibentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI), ayat
2 menegaskan bahwa Badan Wakaf Indonesia bekedudukan di Ibu Kota Negara
Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota sesuai dengn kebutuhan. Adapun tugas dan wewenang Badan Wakaf
Indonesia seperti termuat dalam pasal 49 ayat 2 adalah:
47
Ibid., h. 8
48
43
a. Melakukan pembinaan terhadap Nadzir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf.
b. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala
nasional dan internasional.
c. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status
harta benda wakaf.
d. Memberhentikan dan mengganti nadzir.
e. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan
kebijakan dibidang perwakafan.49
Didalam bab 5 UU.No.41 tahun 2004 Pasal 42 menyebutkan Nazhir wajib
mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan fungsi, dan
peruntukannya.50
Didalam bab 5 UU.No.41 tahun 2004 Pasal 43 menyebutkan;
1) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir sebagaimana
<