• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CTL MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CTL MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CTL MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU

DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

(Studi Kasus Materi Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Masbagik Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Fisika

Oleh:

TARPIN JUANDI S831002034

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

NAMA : Tarpin Juandi

NIM : S831002034

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya berjudul “Pembelajaran

Fisika Dengan CTL Melalui Media pembelajaran animasi dan KIT IPA

Ditinjau Dari Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi Siswa (Studi Kasus

Materi Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Masbagik Tahun

Pelajaran 2010/2011)” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan

karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar

pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti peryataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang

saya peroleh melalui tesis tersebut.

Surakarta, Mei 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT.

yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga tesis dengan judul

“Pembelajaran Fisika Dengan CTL Melalui Media pembelajaran Animasi dan

KIT IPA Ditinjau dari Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi Siswa” dapat

diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan

untuk mencapai gelar magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Tesis ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan berupa fasilitas dan

kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai

pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan

pemikiran yang berharga dalam penyusunan tesis ini.

3. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. sebagai pembimbing II yang telah mencurahkan

segenap perhatian beliau dalam proses bimbingan.

4. Segenap dosen Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains yang telah

(6)

commit to user

vi

5. Temam-teman mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret yang selalu memberikan motivasi dan masukan.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan. Untuk

itu kritik dan saran dari semua pihak sagat diharapkan guna perbaikan

selanjutnya. Pada akhirnya semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi

siapa saja terutama bagi penulis.

Surakarta, Mei 2011

(7)

commit to user

vii

M O T T O

Hidup adalah Pengabdian,

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tua dan mertuatercinta

Ayahanda, H. Seridahim dan ibunda,Mari un serta mertua,Hj. Siti Fatimah

Istriku tersayangSinawati

Adik-adiku yang ku banggakan

Khumairi Hamzah danIlhamuddin

(9)

commit to user

ix ABSTRAK

Tarpin Juandi. S831002034. Pembelajaran Fisika Dengan CTL Melalui

Media pembelajaran animasi dan KIT IPA Ditinjau Dari Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi Siswa”(Studi Kasus Materi Suhu dan Kalor pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Masbagik Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Whida Sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. Surakarta. 2011.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap prestasi belajar siswa. (2) Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. (3) Pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (4) Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. (5) Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Interaksi antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (7) Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA, gaya belajar, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Masbagik tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah tujuh kelas. Sampel penelitian ditentukan dengan

teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas. Satu kelas

eksperimen I dengan media pembelajaran animasi dan satu kelas eksperimen II dengan KIT IPA. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk ranah kognitif, observasi untuk ranah afektif dan angket untuk gaya belajar dan motivasi berprestasi. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava dengan desain faktorial 2 x 2 x 2.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Tidak terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap prestasi belajar siswa. (2) Tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. (3) Tidak terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (4) Tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. (5) Tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (7) Tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA, gaya belajar, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

(10)

commit to user

x ABSTRACT

Tarpin Juandi. S831002034. Physics Learning Using CTL Through

Animation and Science KIT Media Overviewed From Learning Styel and Students’ Achievement Motivation” (A case study of heat and

temperature for 10th grade students SMA Negeri 1 Masbagik academic year

of 2010/2011). Thesis. Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University. Advisors: 1) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, M.A, Ph.D., Surakarta, 2011.

The purposes of this research were to know: (1) the effect of animation learning and science KIT media toward students’ achievement. (2) The effect of visual and kinesthetic toward students’ achievement. (3) The effect of high achievement motivation and low achievement motivation

toward students’ achievement. (4) The interaction between animation

learning and science KIT media with learning styel toward students’ achievement. (5) The interaction between the animation learning and science KIT media with the achievement motivation toward students’ achievement. (6) The interaction between learning styel and achievement motivation

toward students’ achievement. (7) The interaction among animation learning

and science KIT media, learning styel, and achievement motivation toward students’ achievement.

The method of this research used experimental method, the

population was all students in 10th grade SMA Negeri 1 Masbagik academic

years 2010/2011, consisted of seven classes. The sample was taken by using cluster random sampling consisting of two classes. The first class was treated using animation media and the second class was treated using science KIT. The data was using test technique for cognitive achievement, observation for affective, and questionnaires for Learning Styel and achievement motivation. Hypotheses were tested using ANOVA with 2 x 2 x 2 factorial design.

From the data analysis could be concluded that: (1) There was no effect of the use animation learning and science KIT media toward students’ achievement. (2) There was no effect of visual and kinesthetic toward

students’ achievement. (3) There was no effect of high achievement

motivation and low achievement motivation toward students’ achievement. (4) There was no interaction between animation learning and science KIT

media with learning styel toward students’ achievement. (5) There was no

interaction between animation learning and science KIT media with

achievement motivation toward students’ achievement. (6) There was no

interaction between learning styel with achievement motivation toward

students’ achievement. (7) There was no interaction among animation

learning and science KIT media, learning styel, and achievement motivation toward students’ achievement.

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

(12)

commit to user

xii

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori... 12

1. Hakikat Fisika... 12

2. Belajar dan Pembelajaran ... 13

3. Teori Belajar ... 16

4. Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 22

5. Media Pembelajaran ... 26

6. Media Pembelajaran Animasi... 28

7. KIT IPA ... 30

8. Gaya Belajar ... 33

9. Motivasi Berprestasi ... 36

10. Prestasi Belajar ... 42

11. Materi Pembelajaran ... 44

B. Penelitian yang Relevan ... 50

C. Kerangka Berpikir ... 53

D. Hipotesis ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 59

B. Populasi dan Sampel... 60

C. Metode Penelitian ... 60

D. Variabel dan Rancangan Penelitian... 61

E. Teknik Pengambilan Data... 65

(13)

commit to user

xiii

G. Uji Coba Instrumen Pengambilan Data ... 67

H. Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 78

1. Data Gaya Belajar... 78

2. Data Motivasi Berprestasi... 79

3. Preatasi Belajar Aspek Kognitif ... 80

B. Uji Prasyarat Analisis ... 88

1. Uji Normalitas ... 88

2. Uji Homogenitas ... 89

C. Pengujian Hipotesis ... 90

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 92

E. Keterbatasan Penelitian... 103

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan... 105

B. Implikasi ... 109

C. Saran-Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(14)

commit to user

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Koefisien Muai Panjang Beberapa Zat Pada Suhu Kamar... 45

Tabel 2.2 Kalor Jenis Beberapa Jenis Benda ... 47

Tabel 3.1 Jadwal Rencana Penelitian... 59

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian... 64

Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Item... 68

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen ... 68

Tabel 3.5 Interpretasi koefesien Korelasi... 70

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 71

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 72

Tabel 3.8 Item Soal Pengambilan Data Berdasarkan Penghitungan Daya Pembeda ... 72

Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 73

Tabel 3.10Instrumen Prestasi Kogniti Berdasarkan Penghitungan Indeks Kesukaran Soal... 73

Tabel 3.11 Tata Letak Data ... 77

Tabel 4.1 Rangkuman Gaya Belajar Siswa... 79

Tabel 4.2 Rangkuman Data Motivasi Berprestasi Siswa ... 79

Tabel 4.3 Rangkuman Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa... 80

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen I... 81

(15)

commit to user

xv

Tabel 4.6 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori

Gaya Belajar ... 83

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Gaya Belajar Visual... 83

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Gaya Belajar Kinestetik... 84

Tabel 4.9 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi ... 85

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Tinggi ... 85

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Rendah... 86

Tabel 4.12 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Gaya Belajar pada Kelompok Eksperimen I dan II ... 86

Tabel 4.13 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi pada Kelompok Eksperimen I dan II... 87

Tabel 4.14 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi pada Kelompok Eksperimen I dan II ... 87

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas ... 88

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas... 89

Tabel 4.17 Rangkuman Uji Anava... 91

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelompok Eksperimen I 81

Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelompok Eksperimen II 82

Gambar 4.3 Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Kategori Gaya Belajar

Visual ... 83

Gambar 4.4 Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Kategori Gaya Belajar

Kinestetik ... 84

Gambar 4.5 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kategori

Motivasi Berprestasi Tinggi... 95

Gambar 4.6 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kategori

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Silabus Mata Pelajaran Fisika... 116

Lampiran 02 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen I... 122

Lampiran 03 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen II ... 134

Lampiran 04 Lembar Kerja Siswa (KIT IPA )... 146

Lampiran 05 Lembar Kerja Siswa (Animasi) ... 159

Lampiran 06 Kisi-Kisi Soal Fisika Materi Suhu dan Kalor... 171

Lampiran 07 Soal Uji Kognitif Materi Suhu dan Kalor... 172

Lampiran 08 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Fisika ... 179

Lampiran 09 Angket Gaya Belajar Fisika... 182

Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Motivasi Berprestasi ... 188

Lampiran 11 Angket Motivasi Berprestasi ... 189

Lampiran 12 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Gaya Belajar ... 195

Lampiran 13 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Berprestasi.... 197

Lampiran 14 Uji Instrumen Tes Kognitif ... 199

Lampiran 15 Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen I dan II... 201

Lampiran 16 Data Prestasi Kognitif Kategori Gaya Belajar... 203

Lampiran 17 Data Prestasi Kognitif Kategori Motivasi Berprestasi ... 205

Lampiran 18 Uji Normalitas ... 207

Lampiran 19 Uji Homogenitas dan Anava ... 210

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian... 211

Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian ... 213

Lampiran 22 Surat Keterangan Pengujian Istrumen ... 214

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang fitrah bagi manusia, dengan

pendidikan manusia dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang telah

diberikan oleh sang pencipta kepadaya. Di Indonesia telah di terapkan pendidikan

pada berbagai lini dan tingkatan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai tingkat

perguruan tinggi, inilah salah satu wujud komitmen pemerintah untuk

menyelenggarakan pendidikan wajib belajar sembilan tahun sebagaimana yang

tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas

manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar

memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan efisiensi

manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah

dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan

(19)

commit to user

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, harus memperhatikan prinsip

penyelenggaraannya. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan

sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan

keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas

peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan,

yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi

agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Di lingkungan sekolah, guru adalah orang yang memengang peranan cukup

besar. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemandirian dalam seluruh

kegitan pendidikan baik dalam jalur sekolah maupun luar sekolah. Dalam tingkatan

operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya

pada tingkat institusional, instruksional, dan eksperiensial (Surya, 2005: 142). Guru

merupakan sumberdaya manusia yang mampu membawa pengaruh terhadap peserta

didik. Berdasarkan PP No 74 Tahun 2008 setidaknya ada 5 tugas guru yaitu:

Merencanakan pembelajaran, Melaksanakan pembelajaran, Menilai hasil

pembelajaran, Membimbing dan melatih peserta didik, dan Melaksanakan tugas

tambahan. Tugas berat yang diemban oleh guru menyebabkan ia menjadi tolak ukur

keberhasilan dalam pendidikan.

Namun demikian, bangsa ini masih dilanda dengan berbagai masalah

(20)

commit to user

luas dari itu. Mulai dari kualitas lulusan yang rendah dalam segala asfek sampai

pengelolaan sistem pendidikan yang tidak berorientasi pada pembangunan nasional,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Tilaar dalam E. Mulyasa (2008: 6) mengatakan

“tujuh masalah pokok sistem pendidikan nasional yaitu: menurunnya akhlak dan

moral peserta didik, pemerataan kesempatan belajar, masih rendahnya efisiensi

internal sistem pendidikan, status kelembagaan, manajemen pendidikan yang tidak

sejalan dengan pembangunan nasional, dan sumber daya yang belum profesional”.

Realitas pendidikan Indonesia kenyataannya demikian, pendidikan yang

diamanatkan oleh undang-undang seperti yang telah disebutkan di atas masih jauh

dari kesempurnaan. kebanyakan guru masih belum mengimplementasikan tugasnya

sebagai pendidik dengan maksimal, mulai dari merencanakan pembelajaran sampai

melaksanakan tugas tambahan. Salah satu akibat dari kelemahan tersebut adalah

rendahnya kompetensi yang dimiliki siswa baik dalam tataran konsep maupun

aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan produk,

proses, dan sikap. Seorang guru harus memperhatikan ketiga komponen ini sebagai

satu hirarki pembelajaran, menekankan aktivitas pembelajaran pada siswa sebagai

proses pencarian konsep-konsep ilmu pengetahuan, mengembangkan sikap ilmiah

siswa, menjadi fasilitator yang baik, menjadi teladan dalam bersikap sebagai aplikasi

hasil pembelajaran yang telah dilakukan/diketahui. Tetapi faktanya, pembelajaran

tidak lebih dari proses transformasi pengetahuan dari guru kepada peserta didik.

Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran diantaranya, kurang

(21)

commit to user

fungsi media dalam pembelajaran/malas membuat media pembelajaran yang

menarik, kurang mengembangkan sikap ilmiah siswa, pembelajaran selalu dilakukan

di dalam kelas. Untuk melaksanakan komponen fisika (produk, proses, dan sikap)

dituntut kreativitas pendidik yang tinggi sehingga dapat mendesain pembelajaran

mencakup ketiga komponen tersebut. Setidaknya dibutuhkan media baik berbasis

komputer maupun riil untuk menerapkan ketiga komponen tersebut dalam

pembelajaran. Sulitnya membuat media pembelajaran berbasis komputer membuat

guru enggan melakukan pembelajaran dengan media ini, jika mengandalkan alat-alat

praktikum, jumlahnya terbatas, harganya mahal, resiko kecelakaan lebih besar dan

lain sebagainya. Dengan berbagai alasan tersebut dilakukanlah pembelajaran yang

gampang dilaksanakan seperti, ceramah, mencatat diskusi, dan latihan.

Pembelajaran fisika dapat menggunakan berbagai macam model dan media

pembelajaran, seperti: CTL, cooperative learning, problem based instruction, direc

instruction,media pembelajaran animasi, komik, video interaktif, modul, LKS, film,

dan lain sebagainya. Pemilihan dan penggunaan model dan media pembelajaran

harus memiliki relevansi dengan materi pelajaran, agar ketiga komponen fisika

dalam pembelajaran fisika dapat terakumulasi dengan utuh. Ketidaktepatan dalam

menyusun perangkat pembelajaran dapat berdampak negatif terhadap prestasi belajar

siswa baik menyangkut konsep, proses maupun sikap. Prestasi belajar siswa tidak

hanya dipengaruhi oleh faktor ekternal tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal

siswa seperti: penglihatan, pendengaran, motivasi belajar, intelegensi, emosi,

(22)

commit to user

Guru sebaiknya menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai metode,

model, pendekatan, tujuan serta relevan dengan materi pembelajaran. Dalam

penelitian ini materi yang akan dibahas adalah suhu dan kalor, materi suhu dan kalor

banyak ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun demikian, siswa tidak

belajar langsung dari lapangan tetapi materi suhu dan kalor akan dipelajari dengan

menggunakan media pembelajaran animasi dan KIT IPA. Penggunaan media

pembelajaran animasi bertujuan untuk memberikan gambaran lebih mendetail dan

rill terhadap materi pelajaran, karena disamping memiliki konsep-konsep yang

konkrit, pada materi suhu dan kalor juga terdapat konsep-konsep yang bersifat

absrtak. Sedangkan penggunaan KIT IPA bertujuan untuk mengaplikasikan secara

sederhana konsep-konsep suhu dan kalor yang banyak diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari agar siswa lebih memahami konsep dari aplikasi tersebut.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa prestasi belajar siswa juga

dipengaruhi oleh faktor internal siswa. Salah satu faktor tersebut adalah gaya belajar

dan motivasi. Siswa memiliki perbedaan dalam menyerap dan mengelola informasi

yang disampaikan oleh guru, perbedaan inilah yang disebut gaya belajar. Gaya

belajar adalah cara seseorang untuk lebih mudah menangkap dan mengelola

informasi. Disebutkan dalam artikel ilmiah dari Cisco System (2008) bahwa

“rata-rata kemampuan orang menyerap informasi adalah 10% dari membaca, 20% dari

mendengar, 30% dari melihat, 50% dari melihat dan mendengar, 70% dari yang

diucapkan, dan 90% dari yang diucapkan dan lakukan”. Data di atas menggambarkan

betapa pentingnya menemukan cara belajar yang baik dan memaksimalkan fungsi

(23)

commit to user

Berdasarkan penelitian, gaya belajar siswa terindikasi dalam tiga kategori

yaitu: gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik (Merlot

Journal; vol 3, no. 4, 2007: 449). Pelajar visual baik belajar dengan melihat gambar,

grafik, slides, demonstrasi, film dan lain-lain. Pelajar auditori senang belajar melalui

mendengarkan orang lain berbicara dan mendengarkan rekaman suara. Pelajar

kinestetik, pelajar yang paling baik belajar melalui sentuhan dan gerakan.

Berdasarkan mata pelajaran, bahan ajar yang akan dibahas dan media pembelajaran

yang akan digunakan maka sangat penting untuk memperhatikan gaya belajar siswa.

Begitu juga dengan motivasi, Motivasi sangat dibutuhkan untuk

menimbulkan semangat yang tinggi dalam belajar. A. Kosasih (2007: 34)

mengemukakan bahwa “motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan

interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri

seseorang”. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2006: 3) menyatakan bahwa

“motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

melakukan aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan tertentu”. McCullag dan

Willson menyatakan bahwa “ motivasi yang tinggi akan membuat belajar semakin

bersemangat, penampilan, pemaknaan, dan ketekunan dalam berolahraga” (Artikel

ilmiah, 2005: 1). Berdasarkan definisi di atas seseorang akan lebih maksimal dalam

belajarnya jika sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya ketika mimiliki motivasi

yang tinggi.

Semangat kompetisi harus selalu ditumbuhkan dalam diri siswa agar timbul

obsesi untuk menjadi yang terbaik. Dengan demikian siswa selalu memanfaatkan

(24)

commit to user

semangat kompetisi sudah ada dalam diri siswa maka motivasi berprestasi dengan

sendirinya tumbuh dan menjadi karakter pada siswa, prestasi belajar merupakan hasil

pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan

sikap sebagai hasil proses pembelajaran. Menurut taksonomi Bloom dan

kawan-kawan dalam Winkel (1996) hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif,

psikomotor, dan afektif.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dalam penelitian ini dirancang

dengan menggunakan model CTL melalui media pembelajaran animasi dan KIT IPA

yang dilengkapi LKS, model CTL memiliki tujuh komponen yaitu: konstruktivisme,

inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya

(Trianto, 2007: 105-106). Pemilihan CTL sebagai model dalam penelitian ini

didasarkan atas karakteristik materi suhu dan kalor, materi suhu dan kalor banyak

dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian diharapkan siswa

dapat menghubungkan pengalaman yang telah didapatkan dengan konsep-konsep

yang dipelajari.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa

masalah yang terkait dengan penelitian ini yaitu:

1. Prestasi belajar fisika siswa masih rendah (rerata kelas diwabah KKM) khususnya

di sekolah SMA Negeri 1 Masbagik.

2. Profesionalisme tenaga pendidik belum dipahami secara sungguh-sungguh oleh

guru, padahal merupakan salah satu syarat utama dalam mencapai pembelajaran

(25)

commit to user

3. Hakikat fisika sebagai produk, proses, dan sikap belum diterapkan pada

pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Masbagik. Pembelajaran masih berorientasi

pada tujuan kognitif.

4. Banyak model dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran fisika seperti; CTL, cooperative learning, problem based

instruction, direc instruction, media pembelajaran animasi, komik, video

interaktif, modul, film, dan lain sebagainya.

5. Sulitnya membuat/menciptakan media pembelajaran sering menjadi kendala

dalam melakukan pembelajaran yang berbasis pada aktifitas siswa.

6. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti: gaya belajar,

kretifitas, sikap ilmiah, motivasi, perhatian orang tua, kondisi sosial budaya

tempat siswa tinggal, namun faktor-faktor tersebut belum diperhatikan secara

serius oleh guru.

7. Guru cenderung memberikan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal pada

pelajaran fisika seharusnya penilaian mencakup aspek kognitif, psikomotor dan

afektif

8. Materi pembelajaran fisika pada kelas X diantaranya: gerak melingkar,

dinamikan dan hukum Nowton, gelombang dan optik, suhu dan kalor, listrik

dinamis. Materi-materi tersebut diajarkan masih menggunakan sistem

konvensional.

9. Ada beberapa materi pembelajaran fisika bersifat abstrak sehingga menyebabkan

(26)

commit to user C. Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini supaya lebih fokus pada permasalahan

yang diteliti maka perlu adanya pembatasan masalah. Mengacu pada indentifikasi

masalah di atas penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL dengan media pembelajaran

animasi dan KIT IPA yang dilengkapi LKS.

2. Foktor internal siswa dibatasi pada gaya belajar (visual, kinestetik) dan motivasi

berprestasi (tinggi, rendah).

3. Prestasi belajar fisika siswa yang diukur, dibatasi pada aspek kognitif dan aspek

afektif.

4. Materi pembelajaran dibatasi pada pokok bahasan suhu dan kalor.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini secara umum yaitu “apakah terdapat

pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap prestasi

belajar siswa jika dilihat dari gaya belajar dan motivasi berprestasi siswa?”. Secara

rinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA

terhadap prestasi belajar siswa?

2. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi

belajar siswa?

3. Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi

(27)

commit to user

4. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA

dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa?

5. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA

dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah terdapat interaksi antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi

terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA, gaya

belajar, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diajukan maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap

prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.

4. Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan gaya belajar

terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan motivasi

berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi

belajar siswa.

7. Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA, gaya belajar, dan

(28)

commit to user F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun

praktis.

1. Manfaat teoritis:

a. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung

teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Dengan memanfaatkan potensi yang ada diharapkan dapat mendorong

fenomena penerimaan sains pada masyarakat dan menumbuhkan kreativitas.

c. Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi peneliti yang ingin melakukan

penelitian yang terkait.

2. Manfaat Praktis

a. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih

mencermati dalam menentukan metode, model, maupun media pembelajaran

sehingga mencapai tujuan dengan baik.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakuan preoses

pembelajaran.

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk melakukan

(29)

commit to user

12 BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakikat Fisika

Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam atau

dikenal dengan sains. Pengertian fisika menurut Brockhaus dalam Frietz Siemsen,

dkk (1986: 3) adalah “pelajaran tentang kejadian alam yang memungkinkan

penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara

matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum”. Definisi ini memberi

pengertian bahwa fisika merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan

pengamatan dan klasifikasi data, biasanya disusun dan diverifikasi dalam

hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan

analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya fisika

merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang terdiri dari fakta, konsep,

prinsip, teori, dan hukum yang teruji kebenarannya melalui suatu rangkaian kegiatan

dengan metode ilmiah.

Bradt dan Dehmen (1977) menyatakan “fisika merupakan suatu uraian

tentang semua kejadian fisikalis yang berdasarkan hukum dasar (Druxes et al. 1980

:3). Uraian tentang peristiwa-peristia diperoleh berdasarkan metode ilmiah yang

dikembangkan dari prinsip, teori, hukum sebelumnya. Proses selanjutnya juga

(30)

commit to user

mengelompokkan ilmu fisika sebagai pengetahuan fisis. “Pengetahuan fisis adalah

pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian dalam bentuk, besar

kekasaran, berat serta bagaimana objek-objek itu berinteraksi satu dengan yang

lainnya” (Paul Suparno, 1997: 12). Ilmu fisika merupakan sesuatu yang berkaitan

dengan objek nyata, sifat-sifat objek tersebut dapat diketahui dari

pengamatan/penyelidikan dan saling berinteraksi satu sama lain berdasarkan hukum

alam yang berlaku.

Fisika terdiri dari proses, produk, dan sikap. Proses fisika merupakan upaya

pengumpulan dan penggunaan bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan

dengan metode ilmiah yang terdiri dari; merumuskan masalah, merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data, dan membuat kesimpulan. Produk

merupakan konsep-konsep yang dihasilkan dari proses yang telah dilakukan seperti;

konsep suhu dan kalor, besaran dan satuan, gelombang dan optik, kelistrikan,

mekanika, dan lain sebagainya. Sedangkan sikap merupakan prilaku yang

ditunjukkan oleh seseorang sebagaimana layaknya saintis seperti; berpikir logis,

kritis, rasa ingin tahu yang tinggi, jujur, objektif, tekun, dan lain-lain. Suatu teori

pada mulanya berupa gagasan imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan

imajinatif selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti yang mendukung gagasan

tersebut.

2. Belajar dan Pembelajaran

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sejak keberadaannya

di muka bumi manusia secara kontinue selalu dalam proses pendidikan. Sekolah

(31)

commit to user

untuk diadakan, karena ia adalah simbol adanya pendidikan dalam perspektif

modern. Di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok,

bahkan secara ekstrim bisa dikatakan tidak ada pendidikan tanpa proses

pembelajaran. Beberapa definisi pembelajaran dikemukakan oleh pakar diantaranya

sebagai berikut.

Walter Dick Lou Carey dalam Benny A. Pribadi (2009: 11) mendefinisikan

pembelajaran sebagai ”rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara

terstruktur dan terencanan dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media”.

Selanjutnya, pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik

atau murid (Saiful Sagala, 2008: 61). Berarti dalam pembelajaran terjadi interaksi

antara guru dan siswa yang saling menguntungkan, mengarahkan, membimbing,

memberi masukan, dan mengevaluasi dengan bantuan sebuah atau beberapa jenis

media. Jika diperhatikan ada dua kata kunci dalam pembelajaran yaitu belajar dan

mengajar. Berikut diuraikan pengertian belajar dan mengajar manurut beberapa ahli.

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu didapatkannya kecakapan

baru yang disebabkan oleh usaha (Sumadi Suryabrata, 2004: 232). Perubahan dalam

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, perubahan-perubahan tersebut teraktualisasi dalam seluruh

aspek tingkah laku. Sedangkan menurut Margono dalam Ngalim Purwanto (2006:

84) mendefinisikan “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam

tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Dalam

(32)

commit to user

selama tidak ada pengetahuan lain yang bertentangan dengan pengetahuan tersebut.

Sejalan dengan itu C. Witherington dalam Ngalim Purwanto (2006) berpendapat

bahwa “belajar adalah perubahan pada seluruh kepribadian seseorang yang

dinyatakan melalui penguasaan-penguasaan, pola respon, atau tingkah laku yang

baru, yang berupa perubahan ketrampilan, sikap, kebiasaan dan kesanggupan”. Jadi

belajar merupakan usaha untuk mendapatkan suatu kompetensi yang dengannya

seseorang bisa mengalami perubahan tingkah laku dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Mengajar merupakan istilah yang umum dalam pendidikan, adanya

pembelajaran karena adanya proses belajar mengajar. William H Burton dalam

Syaiful Sagala (2003: 61) berpendapat “mengajar adalah upaya memberikan

stimulus, bimbingan pengetahuan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses

belajar”. Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa

yang efektif pula, belajar disini adalah suatu aktifitas mencari, menemukan dan

melihat pokok masalah. Rohmannata Wijaya dalam Gino dkk (1997: 23)

memberikan batasan “mengajar sebagai upaya guru untuk membangkitkan, yang

berarti menolong seseorang siswa belajar”. Gagne dalam Gino dkk (1997: 23)

memberikan pernyataan bahwa “mengajar sebagai suatu usaha sadar untuk membuat

siswa belajar yaitu usaha sadar untuk terjadinya perubahan tingkah laku”. Jadi

mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang

lain untuk membantunya sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang

(33)

commit to user 3. Teori Belajar

a. Teori Kognitif Jean Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut sebagai pelopor aliran

konstruktivisme. Ia membedakan pengertian belajar menjadi dua yaitu belajar dalam

arti sempit dan belajar dalam arti luas. Ginsburg dan Opper dalam Paul Suparno

(2000) memberikan pengertian “belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya

menekankan perolehan informasi baru dan pertambahan. Sedangkan belajar dalam

arti luas adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang

lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi”. Belajar

merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses

belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan

menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di

dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman

sebelumnya.

Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai

rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang

tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget perkembangan kognitif individu

meliputi empat tahap yaitu: Sensorimotor (sensorymotor), Praoperasional

(preoperational), Operasional konkrit (concrete operational), dan Operasional

formal (formal operational).

Tahap sensori motor dimulai dari 0 - 2 tahun dalam kehidupan individu,

pada periode ini individu mengatur alam dengan indera-inderanya (sensory) dan

(34)

commit to user

pada umur ini individu belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental seperti

menambah ataupun mengurangi. Tahapan ini terdiri dari dua bagian yaitu antara

umur 2 – 4 tahun disebut pralogis dan antara umur 4 – 7 disebut tahap pemikir

intuitif. Tahap operasional konkrit adalah tahap antara 7 – 11 tahun, tahap ini

merupakan permulaan berpikir rasional yaitu memiliki operasi-operasi logis yang

dapat diterapkan pada masalah-masalah konkrit. Tahap perkembangan kongnitif

yang terakhir yaitu tahap operasional formal dimulai dari 11 tahun ke atas. Pada

tahap ini individu sudah dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk

membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks atau sudah dapat berpikir abstrak.

Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu

yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang

mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola

yang sudah ada di dalam pikirannya. Sedangkan akomodasi adalah pembentukan

skema baru atau mengubah skema lama (the difference made to one’s mind or

concepts by the process of assimilation).

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila

disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik

hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang

ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan

dari guru. Sebagai fasilitator yang baik, guru hendaknya banyak memberikan

rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara

aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan untuk menemukan

(35)

commit to user

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah

bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu guru

mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.

Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, guru

harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas,

anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan

teman-temanya.

Sesuai dengan subjek penelitian yaitu tinggkat SMA yang pada umumnya

sudah berusia 11 tahun keatas, maka tahapan perkembangan kognitif mereka ada

pada fase operasional formal, artinya siswa sudah dapat berpikir logis, berpikir

dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan hipotesis-hipotesis, dan dapat

mengambil kesimpulan dari apa yang diamatinya. Dalam pembelajaran sub bab

pengaruh kalor terhadap suatu benda, siswa sering melihat/melakukan proses

pemanasan air dalam kehidupan sehari-hari. Ketika air diberi kalor lama-kelamaan

air akan panas dan mendidih bahkan sampai tumpah, pengalaman seperti ini

didapatkan dalam proses pembelajaran, dari pembelajaran siswa mengetahui suhu air

akan naik dan air akan mengalami pemuaian dan bahkan habis jika terus diberikan

kalor. Antara pengalaman dan hasil pembelajaran kemudian dipadukan dalam

struktur kognitif siswa. Jika konsep tersebut sesuai dengan pengalaman siswa maka

terjadi proses asimilasi, tetapi jika konsep tersebut tidak sesuai dengan pengalaman

(36)

commit to user

pembelajaran fisika yang didukung dengan menggunakan media pembelajaran

animasi dan KIT IPA.

b. Teori Belajar Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan

faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil

kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne dalam pembelajaran terjadi proses

penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran

dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi

antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi

internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil

belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal

adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses

pembelajaran.

Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989) mengemukakan, ada lima

kemampuan yang didapatkan dari hasil belajar yaitu: keterampilan intelektual,

strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik. Kelima hasil

belajar

ini akan tercermin pada diri siswa melalui penampilan-penampilan ketika

berinteraksi dengan lingkungannya, penampilan-penampilan yang dapat diamati

sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampun-kemampuan (capabilities).

Kemampuan-kemampuan tersebut perlu dibedakan, karena kemampuan-kemampuan

itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia, dan juga karena kondisi

(37)

commit to user

Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan informasi.

Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar yaitu: motivasi,

pengenalan, pemerolehan, penyimpanan, pengingatan kembali, generalisasi,

penampilan, dan umpan balik. Jadi untuk memperoleh kelima

kemampuan-kemampuan yang telah disebutkan di atas, siswa harus melalui kedelapan tahapan

proses fase tersebut.

Jika diperhatikan dengan seksama, komunikasi yang terjadi dalam interaksi

belajar mengajar merupakan proses penerimaan dan pengolahan informasi oleh

peserta didik. Dalam melakukan interaksi, tidak hanya terjadi dengan sesama

manusia tetapi lebih luas dari itu, pada saat melakukan pembelajaran interaksi terjadi

antara siswa dengan media pembelajaran. Siswa melakukan pengamatan/percobaan

terhadap suatu permasalahan, dari hasil tersebut kemudian siswa diharapkan mampu

mengolah informasi yang didapatkan selanjutnya disampaikan kepada orang lain.

Hal tersebut sesuai dengan prinsip CTL yang memperhatikan penerimaan dan

pengolahan informasi dalam pembelajaran, untuk membantu siswa dalam

mendapatkan informasi diperlukan media pembelajaran yang sesuai dengan model

pembelajaran yang digunakan yaitu media pembelajaran animasi dan KIT IPA.

c. Teori Belajar Ausubel

David Ausubel seorang ahli psikologi pendidikan memberikan penekanan

pada belajar bermakna. Sesuatu yang bermakna secara umum dapat diartikan sebagai

sesuatu yang mempunyai nilai lebih. Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989)

menyatakan bahwa, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu

(38)

commit to user

belajar bermakna/hafalan. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau

materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. dimensi

kedua berhubungan dengan cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi pada

struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta,

konsep-konsep serta generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Dalam belajar siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru yang

dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar

bermakna. Dengan kata lain belajar bermakna merupakan suatu proses belajar

dimana informasi baru yang dimasukkan bisa diterima atau sesuai dengan

konsep-konsep yang terdapat dalam struktur kognitifnya. Hal ini dapat berlangsung apabila

melalui belajar konsep dan perubahan konsep baru akan mengakibatkan

perkembangan dan perubahan struktur konsep yang telah ada atau dimiliki siswa.

Dalam belajar siswa juga dapat menghafalkan informasi tersebut tanpa

menghubungkannya dengan konsep-konsep atau pengetahuan yang telah ada dalam

struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Belajar menghafal

diperlukan apabila dalam struktur kognitif siswa belum ada konsep atau informasi

baru yang dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna pada

intinya merupakan proses mengkaitkan informasi baru yang diperoleh siswa pada

konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa tersebut. Belajar

dengan mengasosiasikan konsep atau informasi baru ke dalam skema yang dimiliki

siswa adalah sangat penting. Dalam kegiatan belajar, siswa mengkonstruksi apa yang

(39)

commit to user

dan bahkan mengubahnya. Belajar tidak hanya sekedar proses menghafal semata

tetapi lebih pada kebermaknaan/memberi manfaat pada siswa.

Teori ini sesuai dengan komponen CTL yang pertama yaitu konstruktivis.

Suatu contoh pembelajaran pada sub bab perpindahan kalor, siswa sering

memengang alat dapur yang dilapisi plastik dengan yang tidak dilapisi plastik ketika

alat tersebut digunakan untuk memasak. Dari pengalaman tersebut diperoleh

pengetahuan bahwa, alat yang tidak dilapisi plastik akan terasa panas dan sebaliknya

alat yang dilapisi plastik akan terasa tidak panas, setalah melakukan pembelajaran

diperoleh konsep bahwa plastik termasuk benda yang jelek menghantarkan kalor

sedangkan logam termasuk benda yang baik menghantarkan kalor. Kemudian kedua

pengalaman tersebut dikonstrukkan/dikaitkan sehingga menjadi pengetahuan yang

kuat, dengan demikian terjadilah belajar bermakna.

4. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa

TK sampai SMA untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan

keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan

luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau

masalah-masalah yang disimulasikan (university of Washington dalam Trianto, 2007).

Menguatkan pengetahuan dapat terjadi dalam pembelajaran kontekstual karena siswa

menghubungkan teori baru yang didapat dengan pengalaman yang sudah diperoleh

sebelumnya. Memperluas pengetahuan dapat terjadi karena dalam pembelajaran

kontekstual siswa diharapkan dapat belajar dalam kelompok belajar (learning

(40)

commit to user

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran kontekstual yakni: pemodelan (modeling), inkuiri

(inquiry), konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), masyarakat

belajar (learning community), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic

assesment).

a. Pemodelan(modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada

model yang bisa ditiru oleh siswanya, misalnya guru memodelkan langkah-langkah

melakukan percobaan pemuaian panjang dengan demonstrasi sebelum siswa

melakukan suatu tugas tertentu. Guru bukan satu-satunya model, pemodelan dapat

dirancang dengan melibatkan siswa, seorang bisa ditunjuk untuk memodelkan

sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.

b. Inkuiri(inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus

merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, misalnya: melakukan

penyelidikan terhadap perubahan wujud zat, dari pemodelan yang dilakukan guru

siswa diharapkan dapat merumuskan masalah, membuat hipotesis, kemudian

melakukan penyelidikan untuk mendapatkan data, analisis data, dan menarik

(41)

commit to user

setiap fase perubahan wujud. Menurut Kinsvatter, Wilen, dan Ishler dalam Paul

Suparno (2007: 65), “langkah-langkah metode inkuiri meliputi, identifikasi

persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisa data, dan membuat

kesimpulan”. Langkah-langkah tersebut hampir sama dengan metode ilmiah, karena

pada dasarnya kegiatan inkuiri merupakan kegiatan ilmiah.

c. Bertanya(questioning)

Belajar dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,

kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran

yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan sesuatu yang

sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Misalnya dalam proses perubahan wujud zat, pertanyaan yang dapat diajukan adalah

mengapa, bagaimana, perubahan wujud zat dapat terjadi dan lain sebagainya.

d. Konstruktivisme(contructivism)

Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun

sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses

belajar mengajar lebih diwarnaistudent centered daripada teacher centred. Sebagian

besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktifitas

siswa. Misalnya siswa melakukan pengamatan/percobaan tentang kesetimbangan

panas, dari aktifitas tersebut siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya

terhadap konsep kesetimbangan panas dibantu oleh guru sebagai fasilitator proses

(42)

commit to user

kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan

siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

e. Masyarakat belajar(learning community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar

teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di

kelas ini, disekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semuanya adalah

anggota masyarakat belajar. Misalnya setelah melakukan pengamatan/percobaan

mengenai pengaruh kalor terhadap suatu zat, siswa diharapkan melakukan diskusi

dengan teman-temannya tentang hasil pengamatan/percobaan yang diperoleh. Dari

hasil diskusi-diskusi yang dilakukan didapatkan kesimpulan-kesimpulan,

kesimpulan-kesimpulan itulah yang menjadi hasil pembelajaran.

f. Refleksi(reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang konsep-konsep yang baru dipelajari

atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu.

Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru,

yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi

merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Misalnya siswa melakukan perenungan kembali terhadap proses pembelajaran

perpindahan kalor, pada tahap tersebut apakah siswa mengendapkan pengetahuan

baru dengan tidak membuang pengetahuan lama atau terjadi konflik kognitif pada

diri siswa. Jika pengetahuan yang baru didapatkan sesuai dengan struktur kognitifnya

(43)

commit to user

yang sudah ada maka akan terjadi struktur kognitif baru dengan mengganti struktur

lama. Realisasi refleksi berupa, pertanyaan langsung tentang apa-apa yang

diperolehnya hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa

mengenai pembelajaran hari itu, diskusi, dan hasil karya.

g. Penilaian autentik(authentic assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Karena assesment merupakan proses

pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang

dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Penilaian autentik

menilai pengetahuan dan ketempilan yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya

guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Misalnya pada saat melakukan

percobaan perubahan wujud zat, aspek yang dinilai seperti, cara siswa merangkai

alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan pengukuran suhu,

menyimpulkan hasil pengamatan dan lain-lain. Karakteristik penilain autentik adalah

dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan

untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan performansi, bukan

mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feed

back.

5. Media Pembelajaran

Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kepada siswa merupakan

interaksi dua arah yaitu antara guru dan siswa. Dalam interaksi tersebut tidak terlepas

dari peran media sebagai alat bantu untuk mempermudah penyampaian informasi

(44)

commit to user

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga proses belajar dapat

terjadi”. Media berkembang sebagai alat bantu mengajar yang dapat memberikan

pengalaman konkrit, meningkatkan pemahaman materi dan daya serap yang cukup

tinggi. Setidaknya ada empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual

menurut Levied dan Lentz dalam Azhar Arsyad yaitu; fungsi atensi, fungsi afektif,

fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi mengarahkan perhatian

siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual.

Fungsi afektif yaitu gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap

siswa. Fungsi kognitif yaitu gambar atau lambang visual dapat memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan. Fungsi

kompensatoris yaitu media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa

yang lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau

disajikan secara verbal.

Banyak manfaat yang dapat diambil dari media pembelajaran, seperti:

pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar. Bahan ajar yang disampaikan dalam pembelajaran menjadi lebih

jelas maknanya terutama pada materi-materi yang bersifat abstrak. Penyajian yang

disampaikan guru dalam pembelajran menjadi lebih bervariasi, sehingga tidak

membosankan.

Media memengang peranan penting dalam pembelajaran pada hal-hal tertentu.

Untuk obyek yang terlalu besar dapat diganti dengan media gambar, film atau model.

(45)

commit to user

film atau gambar. Untuk gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu

dengan rekaman ulang yang dipercepat atau diperlambat. Kejadian atau peristiwa

masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai atau foto.

Obyek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model atau diagram. Konsep

dengan cakupan yang terlalu luas dapat disajikan dalam bentuk film atau video. Film

atau video juga memiliki keunggulan karena bersifat lebih menghibur.

Berdasarkan karakteristiknya media dibagi menjadi: a) Media grafis termasuk

didalamnya adalah gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun dan KIT IPA,

poster, papan panel dan bulletin; b) Media audio termasuk dalam jenis ini adalah

radio, tape recorder, laboratorium bahasa; c) Media proyeksi termasuk dalam jenis

transparansi, proyektor dan film.

6. Media Pembelajaran Animasi

Kata animasi berasal dari kata animation yang berasal dari kata dasar to

anime di dalam kamus berarti menghidupkan. Secara umum animasi merupakan

suatu kegiatan menghidupkan, menggerakkan benda mati. Suatu benda mati diberi

dorongan, kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup atau hanya berkesan

hidup. Perkembangan dunia animasi komputer yang pesat dewasa ini memerlukan

waktu puluhan tahun dalam proses penciptaannya. Animasi secara harfiah berarti

membawa hidup atau bergerak. Secara umum menganimasi suatu objek merupakan

kegiatan untuk menggerakkan objek tersebut agar menjadi hidup. Animasi mulai

dikenal sejak populernya media televisi yang mampu menyajikan gambar-gambar

bergerak hasil rekaman kegiatan dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun

(46)

commit to user

Perkembangan animasi semenjak munculnya pertelevisian, pada awalnya

diciptakan animasi berbasis dua dimensi (2D Animation). Realisasi nyata dari

perkembangan animasi dua dimensi yang cukup revolusioner berupa dibuatnya

film-film kartun. Pembuatan animasi film-film kartun tersebut pada awalnya dikerjakan dengan

membuat sketsa gambar yang digerakkan satu demi satu, jadi kesimpulannya animasi

merupakan suatu gambar objek yang dapat bergerak. Pendesain animasi di komputer

yang lebih umum disebut dengan animator, hanya perlu menganimasikan objek antar

keyframe tidak perlu lagi membuat animasi frame demi frame seperti dalam

pembuatan animasi gambar demi gambar dalam pembuatan kartun film

konvensional. Sedangkan frame-frame antar keyframe tersebut akan diterjemahkan

sendiri oleh komputer menjadi sebuah gerakan seperti yang diinginkan animator.

Perkembangan dunia animasi komputer sekarang sudah sangat pesat, apalagi

sejak diciptakannya animasi berbasis tiga dimensi (3D Animation) yang mempunyai

ukuran panjang, lebar, dan tinggi (Z-axis) maka objek dan pergerakkannya hampir

mendekati kenyataan aslinya. Hanya saja objek tersebut dibuat dunia maya (Virtual

reality). Perkembangan ini juga dilengkapi dengan berbagai perangkat lunak yang

mendukung seperti misalnya Macromedia flash, GIF animation dan corel Rave

sebagai software-software pendukung animasi dua dimensi, sedangkan 3D MAX

Studio, Alias Wave Front AMA, Light Wave, dan cinema 4D, sebagai

software-softwareinti popular pendukung animasi 3 dimensi. Keuntungan yang diperoleh bagi

para pekerja atau bisa juga disebut sebagai animator adalah dalam pembuatan sekuel

film, pembuatan sebuah iklan multimedia, pengisi spesial effect dalam pembuatan

(47)

commit to user

Mendesain sebuahweb yang dinamis dan interaktif atau jika dikaji lebih jauh

bahwa seorang animator dapat mengkreasi sebuah objek atau efek yang tidak mampu

dihasilkan camera man misalnya seorang animator mampu membuat visualisasi

angin topan, gunung meletus yang mengeluarkan lava panas, menghidupkan kembali

monster dinosaurus yang sudah punah beberapa abad silam, merobohkan gedung,

membuat pesawat semahal F-16 meledak dan terbakar

Peranan animasi terutama animasi dalam dunia komputer dan peranan

animator sebagai sang arsitek pendesain sebuah animasi cukup memberikan

kemudahan dalam dunia maya. Dengan adanya dukungan software animasi berbasis

3 dimensi ini, maka sutradara tidak perlu lagi mendatangkan seorang aktris atau aktor

yang bayarannya mahal dalam pembuatan film. misalnya cukup dengan mempunyai

foto tampak samping dan tampak depan maka dapat kelihatan mirip dengan aslinya,

dalam bentuk tiga dimensi (3D).

7. KIT IPA

Alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam adalah peralatan IPA yang

diproduksi dan dikemas dalam kotak unit pengajaran, yang menyerupai rangkaian

peralatan uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA serta dilengkapi

dengan buku pedoman penggunaannya. Wibawa dan Mukti (1992: 52) mengatakan

bahwa “Media/alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam atau loan boxes merupakan

salah satu dari media tiga dimensi”. Media tiga dimensi dapat memberi pengalaman

yang mendalam dan pemahaman yang lengkap akan benda-benda nyata. Loan boxes

adalah kotak yang mempunyai bentuk dan besarnya sesuai dengan keperluan. Kotak

(48)

commit to user

KIT Ilmu Pengetahuan Alam adalah kotak yang berisi alat-alat IPA.

Seperangkat peralatan Ilmu Pengetahuan Alam tersebut mengarah pada kegiatan

yang berkesinambungan atau berkelanjutan. Peralatan Ilmu Pengetahuan Alam yang

dirancang dan dibuat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba ketrampilan proses

pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai alat yang dirancang dan dibuat

secara khusus, maka dapat diartikan bahwa KIT Ilmu Pengetahuan Alam merupakan

suatu sistem yang didesain atau dirancang secara khusus untuk suatu tujuan tertentu.

KIT IPA dibagi menjadi beberapa jenis antara lain: KIT IPA untuk siswa

yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok siswa untuk percobaan, KIT IPA untuk

guru yang dibutuhkan oleh guru untuk percobaan, KIT IPA daftar nama benda-benda

dan bahan-bahan dari lingkungan yang diperlukan untuk percobaan tertentu. KIT

IPA sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA karena dengan menggunakan alat

peraga guru dapat terbantu dalam menjelaskan fenomena, fakta mengenai alam.

Menurut winata putra (1999: 272)“Alat peraga dapat membantu siswa untuk berpikir

logis dan sistematis sehingga mereka pada akhirnya mempunyai pola pikiran yang

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari”. Alat peraga berfungsi membantu guru

dalam memberikan penjelasan konsep, merumuskan dan membentuk konsep, melatih

siswa dalam keterampilan memberi/percobaan, penguatan konsep pada siswa,

melatih siswa dalam pemecahan masalah, dan mendorong siswa berpikir kritis.

Sebagai langkah awal dalam menggunakan Alat peraga KIT IPA, guru harus

meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui nama dari bagian-bagian peralatan yang

berbeda dengan benar. Siswa juga harus mengetahui cara merakit peralatan sesuai

Gambar

Tabel 2.1 Koefisien Muai Panjang Beberapa Zat Pada Suhu Kamar
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa air murni memiliki kalor jenis paling
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Pekerjaan Belanja Bahan/Material/Olahraga pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2012, dengan ini diumumkan bahwa

Kesimpulan pada peneltian ini sebagai berikut: (1)Pemahaman konsep nilai-nilai Islam moderat yang anti kekerasan (Rahmatan lil 'alamin) dalam menanggulangi paham

Description of government transparency above shows that application of government transparency is not only about the openness to outsiders, but also includes internal and

pemesanan untuk setiap produk sehingga biaya persediaan yang diperoleh UD Modern menjadi minimum. Dari keseluruhan skenario yang dikembangkan, total biaya persediaan terkecil

Women (Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan) yang disahkan dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

c) Kawasan pengembangan budi daya rumput laut jenis cotoni terdapat di Kecamatan Larompong Selatan, Larompong, Suli, Belopa, Belopa Utara, Kamanre, Ponrang

Untuk menghapus database yang telah terbuat ketik drop database nama_database; lalu tekan Enter.... Jika sudah selesai

Penanda Pada Blok Tunjungan Sumber: Tunjungan Plaza 5 (Google Street View) Dari bahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa potensi yang dapat dikembangkan dari tiap elemen