PENGARUH
CURCUMINOID
TERHADAP PAJANAN BISING
YANG DITINJAU DARI EKSPRESI HSP-70, NF
κ
B, TLR-2,
TLR-4, MMP-9 DAN KOLAGEN TIPE IV PADA
FIBROBLAS KOKLEA
RATTUS NORVEGICUS
(STUDI EKSPERIMENTAL LABORATORIK EX VIVO)
DISERTASI
TENGKU SITI HAJAR HARYUNA
NIM 098102008
PROGRAM STUDI DOKTOR (S3) ILMU KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : dr. Tengku Siti Hajar Haryuna, Sp.THT-KL
NIP : 19790620 200212 2 003
Tempat / Tanggal lahir : Medan / 20 Juni 1979 Pangkat / Golongan : Pembina / IVa
Jabatan : Lektor Kepala
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting Km. 8.5 Komp. Royal Sumatera Kavling Doritis No. 198, Medan 20141
No.Telepon: 061-8360343 / HP: 08126061694 Alamat Kantor : SMF THT-KL / RSUP H. Adam Malik
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan No. Telepon: 061-8365490 Alamat e-mail : dr_heydi@yahoo.com
Instansi : Fakultas Kedokteran USU
Nama Orang Tua : 1. Ayah : Ir. Tengku Haris Aminullah
2. Ibu : Prof. Dr. Ir. Tengku Chairun Nisa, M.Sc Nama Suami : dr. Edwin Martin Asroel, Sp.OG
Nama Anak : Ramiza Alya Putri Edwina
PENDIDIKAN FORMAL
Sekolah Dasar : SD Panca Budi Medan (tamat tahun 1989)
Sekolah Menengah Pertama : Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (tamat tahun 1992) Sekolah Menengah Atas : SMA Immanuel Medan (tamat tahun 1995)
Sarjana : Fakultas Kedokteran USU Medan (tamat tahun 2002) Spesialisasi : Ilmu Kes. THT-KL, FK USU Medan (tamat tahun 2007) Doktoral : Ilmu Kedokteran, FK USU Medan (tamat tahun 2013)
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Staf Pengajar Tetap Departemen THT- KL FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan (Desember 2002 s/d sekarang)
2. Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan THT-KL FK USU (Januari 2011 s/d sekarang)
KEANGGOTAAN ORGANISASI PROFESI NASIONAL/INTERNASIONAL 1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) (Juli 2002 s/d sekarang)
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) (Januari 2003 s/d sekarang)
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah segala puji dipanjatkan
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan karunia,
rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga disertasi yang merupakan tugas
akhir program S3 telah sampai pada tahap akhir. Perasaan bahagia dan
lega dirasakan, semoga disertasi ini dan ilmu yang diperoleh dapat
bermanfaat bagi masyarakat.
Banyak kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam penulisan karya
ilmiah ini dan juga pada saat melakukan penelitian. Disadari bahwa tanpa
bantuan berbagai pihak, tugas ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik,
namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan moril dari keluarga,
tim promotor dan teman sejawat, akhirnya disertasi ini dapat diselesaikan.
Maka dari itu dengan hati yang tulus dan penuh rasa syukur, terima kasih
yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya
ucapkan kepada yang terhormat:
Prof. dr. Ramsi Lutan, Sp.THT-KL(K), sebagai Promotor yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dengan
penuh kesabaran dan perhatian, memperluas wawasan keilmuan,
memotivasi secara terus menerus, sehingga disertasi ini dapat
terselesaikan. Saya kagum akan kearifan, kelapangan hati dan sikap yang
selalu siap menolong dari beliau. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada beliau.
Dr. dr. Nyilo Purnami, Sp.THT-KL(K), sebagai Ko-Promotor I yang telah
dengan ikhlas dan penuh kesabaran membimbing, memotivasi,
membantu, memperluas wawasan keilmuan dan memberikan saran serta
memberikan dukungan moril secara terus menerus, sehingga saya dapat
menyelesaikan disertasi ini. Beliau mengajarkan saya tentang pentingnya
memperhatikan aspek-aspek lainnya dalam kehidupan sehingga
menambah makna dalam meningkatkan keilmuan, keprofesian,
bermasyarakat dan berkeluarga. Saya sangat bangga dapat dibimbing
pendidik sejati dengan kedalaman dan keluasan ilmu beliau yang selalu
memberikan ide-ide cemerlang dalam menyelesaikan disertasi ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada
beliau.
Dr. Drs. Soeprapto Ma’at, MS, Apt sebagai Ko-Promotor II yang telah
memberikan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing, memotivasi dan
memberikan pengarahan, memperluas keilmuan serta memberikan
dukungan moril, sehingga disertasi ini dapat terselesaikan. Beliau adalah
fasilitator yang selalu memberikan solusi selama menjalani pendidikan
S-3. Saya sangat bangga dapat dibimbing oleh beliau yang benar-benar
dapat menjadi panutan sebagai seorang pendidik sejati dengan
kedalaman dan keluasan ilmu beliau Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada beliau.
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada saya, untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
program Doktor.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr.
Gontar A. Siregar, Sp.PD, KGEH atas kesempatan, fasilitas dan bantuan
biaya pendidikan dalam mengikuti pendidikan S-3. Demikian pula
Pembantu Dekan I Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) atas bantuan
dan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan S-3.
Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) sebagai Ketua Program
Studi S-3 Ilmu Kedokteran dan mantan Rektor Universitas Sumatera Utara
dan Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH selaku mantan Ketua
Program Studi S-3 Ilmu Kedokteran yang telah mengizinkan dan
memberikan dukungan dalam membantu memperlancar proses akademik
selama mengikuti pendidikan S-3. Demikian juga kepada Sekretaris
Program Studi S-3 Prof. Dr. dr. Delfitri Munir, Sp.THT-KL(K) dan Prof. drg.
Ismet Daniel Nasution, Ph.D, Sp.Pros(K) selaku mantan Sekretaris
memberikan dukungan, saran dan motivasi kepada saya selama
mengikuti proses pendidikan.
Para penguji disertasi Prof. Dr. dr. Delfitri Munir, Sp.THT-KL(K), Prof.
dr. Askaroellah Aboet, Sp.THT-KL(K), Prof. Drs. Sumadio Hadisahputra,
Apt., Ph.D, dr. Adang Bachtiar, MPH, DSc, yang telah bersedia
memberikan penilaian dan masukan demi sempurnanya disertasi ini.
Para pemberi kuliah S-3 Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,
Sp.A(K); Prof. Dr. Sumono, MS; Drs. Sutarman, M.Sc, Ph.D; Prof. dr.
Iskandar Zulkarnaen Lubis, Sp.A(K) (Alm); Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain
Hamid, MS, Sp.FK; dr. Adang Bachtiar, MPH, DSc; Dr. dr. Rosita Juwita
Sembiring, Sp.PK; Dr. Drs. Ridwan Siregar, M.Lib atas pengajaran,
bimbingan dan diskusi selama mengikuti pendidikan S-3.
Ketua Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Abd. Rachman Saragih,
Sp.THT-KL(K) serta para staf yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan
kepada saya serta dengan penuh pengertian dan kesabaran selama saya
mengikuti kegiatan pendidikan S-3.
Prof. Dr. dr. Agung Pranoto, M.Kes, Sp.PD-KEMD, FINASIM selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan
izin kepada saya untuk melakukan penelitian di Laboratorium Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Dr. dr. Karyono Mintaroem, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya yang telah memberikan izin kepada saya untuk
melakukan penelitian di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
dr. Edhi Rianto, MS selaku Kepala Laboratorium Biokimia Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan izin untuk
menggunakan fasilitas Laboratorium yang beliau pimpin sehingga
penelitian saya dapat selesai. Bapak Heri Sumantoro dan Alfian Dwi
Ciptayani, Amd.AK yang telah banyak membantu selama penelitian di
dr. Hidayat Sujuti, Ph.D, Sp.M selaku Kepala Laboratorium Biokimia
Fakultas kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberikan izin
untuk menggunakan fasilitas Laboratorium yang beliau pimpin sehingga
penelitian saya dapat selesai.
Prof. Dr. dr. Suhartono Taat Putra, MS sebagai staf divisi Patobiologi
Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan motivasi dan
memperluas keilmuan saya sehingga disertasi ini dapat selesai. Beliau
adalah motivator dan fasilitator terbaik, selalu mengalirkan energi positif,
memberi solusi dan mengasah sisi spiritual saya sejak menjalani
pendidikan S-3.
Prof. Dr. dr. Harjanto J. M., AIFM staf Departemen Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga dan Konsultan Fisiologi Special Sense Organ yang dengan kesabaran dan penuh perhatian memberikan motivasi dan memperluas keilmuan saya sehingga disertasi ini dapat selesai.
Wibi Riawan, S.Si dari Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya yang telah dengan sabar memberikan bantuan dan
bimbingan dari awal penelitian, memberikan asupan dan saran, motivasi
dan dukungan yang dapat memperluas keilmuan saya sehingga disertasi
ini dapat selesai. Disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang tak terhingga.
Drs. Tri Anggono Prijo selaku staf Departemen Biofisika Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Airlangga yang telah membantu dalam
menstandarisasi alat yang diperlukan untuk perlakuan penelitian.
Bapak Sabari yang telah banyak membantu selama penelitian di
Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr. Soetomo.
M. Syahril Lubis, MP dan dr. Putri C. Eyanoer, MS.Epi. Ph.D yang telah
Teman peserta didik Program Doktor Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara angkatan Januari 2010, saya sampaikan terima kasih tak
terhingga atas segala kerjasama, kekompakan, serta saling mendukung
dalam suka dan duka selama bersama-sama menjalani pendidikan.
Sembah sujud, terima kasih dan hormat tidak terhingga serta cinta yang
tak terukur saya kepada kedua orang tua Ayahanda Ir. Tengku Haris
Aminullah dan Ibunda Prof. Dr. Ir. Tengku Chairun Nisa, M.Sc dengan
penuh kasih sayang membesarkan dan memberikan pendidikan serta
senantiasa memanjatkan doa yang tulus bagi keberhasilan anak-anaknya.
Kepada kedua mertua dr. Asroel Aboet, Sp.THT-KL(K) dan Baidar Moenaf
(Almh) atas perhatian, dukungan, semangat dan doa selama ini. Suami
tercinta dr. Edwin Martin Asroel, Sp.OG dan anak terkasih Ramiza Alya
Putri Edwina sebagai penyejuk jiwa yang telah merelakan waktu dan
menjadikan semangat dorongan untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Saudara-saudara ku Tengku Mohammad Chairal Abdullah, SE, MBA,
Ph.D dan keluarga, dr. Tengku Siti Harilza Zubaidah, Sp.M dan keluarga,
dr. Tengku Mohammad Rizki, Sp.OG dan keluarga, serta seluruh keluarga
besar yang telah memberikan dorongan, doa dan cinta kasih serta
persaudaraan yang erat selama ini. Semoga kita dapat terus membina
kerukunan keluarga dan rasa saling mengasihi hingga masa mendatang.
Adinda dr. Agustinus H. W. Purba, dr. M. Budi Caecarian Lubis,
dr. Muhammad Reza, dr. Ardyansyah Nasution atas bantuan, motivasi
dan dukungan selama ini sehingga disertasi ini dapat selesai. Serta
seluruh PPDS Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara atas pengertian yang diberikan selama saya menjalani
pendidikan.
Semua pihak yang telah banyak membantu, baik langsung maupun
tidak langsung, handai taulan dan para sejawat yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, hanya Allah SWT yang mampu memberikan
Mudah-mudahan disertasi ini dapat memberi sumbangan yang
berharga bagi perkembangan dunia ilmu dan bermanfaat bagi orang
banyak. Semoga Allah SWT senantiasa memberi rahmat dan hidayahNya
kepada kita semua. Amin. Wabillahi taufiq walhidayah, wassalamualaikum
warrahmatullahi wabarakatuh.
Medan, April 2013
The Effect of Curcuminoid to Noise Exposure Viewed from the Expressions of HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and Type IV Collagen in Cochlear Fibroblasts of Rattus Norvegicus
(Ex Vivo Laboratory Experimental Study)
ABSTRACT
Background: Numerous epidemiological and experimental studies have been carried out, from which empirical evidences were obtained and various theories were suggested to elucidate a series of noise-induced hearing loss (NIHL) process at the molecular level. A recent study found the role of supporting tissues within the cochlear lateral wall which may lead to NIHL in spite there is no damage of sensory cells, outer hair cells and stereocilia. Curcumin is able to regulate several transcription factors, cytokines, protein kinases, adhesion molecules, redox status and enzymes associated with the inflammatory process that plays a major role in chronic diseases, including neurodegenerative, cardiovascular, respiratory, metabolic, autoimmune and neoplastic diseases.
Objective: To demonstrate curcuminoid as the safe and effective phytopharmacy in order to prevent the damage of supporting tissues within the cochlear lateral wall which may lead to NIHL viewed from the expressions of HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and Type IV Collagen.
Methods: An ex vivo laboratory experimental study with randomized post test only control group design using Wistar strain white rats Rattus
norvergicus. The samples were 40 rats divided into 8 groups: The control
group/K1, Group 2/K2 noise (+) for 2 weeks, Group 3a/K3a noise (+) 50
mg curcuminoid (+) for 2 weeks, Group 3b/K3b noise (+) 100 mg
curcuminoid (+) for 2 weeks, Group 4a/K4a noise (+) 50 mg curcuminoid
(+) for 2 weeks, untreated for the next 2 weeks, Group 4b/K4b noise (+) 100 mg curcuminoid (+) for 2 weeks, untreated for the next 2 weeks, Group 5a/K5a 50 mg curcuminoid (+) for 2 weeks, noise (+) and 50 mg
curcuminoid (+) for the next 2 weeks and Group 5b/K5b 100 mg
curcuminoid (+) for 2 weeks, noise (+) and 100 mg curcuminoid (+) for the next 2 weeks. This study used curcuminoid derived from Curcuma longa L.
Results: The results obtained showed significant decrease in HSP-70 expression (p<0.05) for all treatment groups except for groups 3a with 3b, significant decrease in NFκB expression (p<0.05) for all treatment groups, significant decrease in TLR-2 expression (p<0.05) for all treatment groups except for groups 2 with 3, significant decrease in TLR-4 expression (p<0.05) for all treatment groups except for groups 4a with 4b, significant decrease in MMP-9 expression (p<0.05) for all treatment groups and significant increase in Type IV Collagen expression (p<0.05) for all treatment groups.
Conclusion: Curcuminoid proved to be potentially effective in the prevention and treatment for the damage of supporting tissues within the cochlear lateral wall regarding the decreased expressions of HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and increased expression of Type IV Collagen; a dose of curcuminoid 100 mg per day was able to decrease the expressions of HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4 and MMP-9 and increase the expression of Type IV Collagen more preferably than a dose of
curcuminoid 50 mg per day in the noise-exposed cochlear fibroblasts 100
dB 2 hours per day for 2 weeks .
Pengaruh Curcuminoid terhadap Pajanan Bising yang Ditinjau dari Ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV
pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus
(Studi Eksperimental Laboratorik Ex Vivo)
ABSTRAK
Latar belakang: Telah banyak studi epidemiologis maupun eksperimental dilakukan, dari bukti empiris didapatkan dan berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan rangkaian proses gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) sampai tingkat molekuler. Pada penelitian terakhir ditemukan bahwa adanya peran jaringan penyangga pada dinding lateral koklea yang mengakibatkan GPAB walaupun tanpa disertai kerusakan sel sensoris, sel rambut luar dan stereosilia. Curcumin dapat meregulasi beberapa faktor transkripsi, sitokin, protein kinase, molekul adhesi, status redoks dan enzim yang berkaitan dengan proses inflamasi yang berperan mayor dalam penyakit kronik, termasuk neurodegeneratif, kardiovaskular, respirasi, metabolik, autoimun dan penyakit-penyakit neoplastik.
Tujuan penelitian: Membuktikan curcuminoid sebagai fitofarmaka yang efektif dan aman untuk mencegah kerusakan jaringan penyangga pada dinding lateral koklea yang dapat mengakibatkan GPAB ditinjau dari ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV.
Metode penelitian: Penelitian eksperimental laboratorik ex vivo
menggunakan rancangan randomized post test only control group design
dengan menggunakan hewan coba tikus putih Rattus norvergicus galur
Wistar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 ekor tikus
yang dibagi menjadi 8 kelompok: Kelompok kontrol/K1, kelompok 2/K2 bising (+) 2 minggu, kelompok 3a/K3a bising (+) curcuminoid 50 mg (+) 2 minggu, kelompok 3b/K3b bising (+) curcuminoid 100 mg (+) 2 minggu, kelompok 4a/K4a bising (+) curcuminoid 50 mg (+) 2 minggu, 2 minggu berikutnya tidak diberi perlakuan, kelompok 4b/K4b bising (+) curcuminoid
100 mg (+) 2 minggu, 2 minggu berikutnya tidak diberi perlakuan, kelompok 5a/K5a curcuminoid 50 mg (+) 2 minggu, 2 minggu berikutnya bising (+) curcuminoid 50 mg (+), dan kelompok 5b/K5b curcuminoid 100 mg (+) 2 minggu, 2 minggu berikutnya bising (+) curcuminoid 100 mg (+). Penelitian ini menggunakan curcuminoid yang berasal dari Curcuma longa L. (Turmeric) dengan kadar curcuminoid [28.1 ± 1.0] % b/b dibanding Standar. Semua sampel dilakukan pemeriksaan ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV pada fibroblas koklea dengan metode Imunohistokimia. Data hasil penelitian diolah dengan Analysis of
Variance (ANOVA) dengan menggunakan Statistical Analysis System
(SAS).
yang bermakna (p<0.05) untuk semua kelompok perlakuan kecuali kelompok 2 dengan 3, penurunan ekspresi TLR-4 yang bermakna (p<0.05) untuk semua kelompok perlakuan kecuali kelompok 4a dengan 4b, penurunan ekspresi MMP-9 yang bermakna (p<0.05) untuk semua kelompok perlakuan dan peningkatan ekspresi Kolagen Tipe IV yang bermakna (p<0.05) untuk semua kelompok perlakuan.
Kesimpulan: Curcuminoid terbukti efektif untuk mencegah dan berpotensi mengobati kerusakan jaringan penyangga pada dinding lateral koklea ditinjau dari penurunan ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan peningkatan ekspresi Kolagen Tipe IV dimana curcuminoid dosis 100 mg perhari mampu menurunkan ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4 dan MMP-9 serta meningkatkan ekspresi Kolagen Tipe IV yang lebih baik dibandingkan curcuminoid dosis 50 mg perhari pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising 100 dB 2 jam perhari selama 2 minggu.
RINGKASAN
Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB) merupakan masalah global yang sangat perlu mendapatkan perhatian besar. Metode pencegahan yang tepat perlu dipikirkan dengan harapan target dari upaya penurunan prevalensi GPAB dapat segera terpenuhi. Seperti yang kita ketahui pada penelitian terakhir ditemukan bahwa adanya peranan jaringan penyangga pada dinding lateral koklea yang mengakibatkan gangguan pendengaran akibat pajanan bising walaupun tanpa disertai kerusakan sel sensoris, sel rambut luar dan stereosilia. Dinding lateral koklea tersusun dari jaringan matriks ekstraseluler sebagai struktur penyangga, dimana terdapat fibroblas yang menghasilkan kolagen. Fibroblas peka terhadap stimulus bising yang berlebihan secara kontinyu dan jangka panjang. Perubahan yang terjadi pada fibroblas berpengaruh pada kolagen dan dapat mengganggu fungsi pendengaran. Curcuminoid
adalah zat pigmen kuning yang diekstrak dari rimpang yang umumnya berasal dari spesies Curcuma longa L. (kunyit) dan Curcuma xanthorrhiza
Roxb (temulawak). Kunyit mengandung bahan aktif curcuminoid yaitu
curcumin, bisdemethoxycurcumin dan demethoxycurcumin. Disertasi saya
yang berjudul ‘Pengaruh Curcuminoid terhadap Pajanan Bising yang Ditinjau dari Ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus’ dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah curcuminoid mampu mencegah dan berpotensi dalam perbaikan fibroblas koklea yang diberi pajanan bising. Penelitian ini dilakukan pada hewan coba tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus) dengan alasan gen dan sekuens struktur dan patobiologi telinga dalam yang homolog (>70%) dengan manusia dan perubahan histopatologis yang diamati dari hasil penelitian pada tikus mempunyai relevansi klinis dengan manusia, selain juga karena mudah didapat dan cepat berkembang biak.
Pada Bab 1 dan Bab 2, saya menjelaskan bahwa masih tingginya angka kejadian gangguan pendengaran yang disebabkan oleh bising, baik di negara maju maupun negara berkembang. Penelitian sebelumnya mendapatkan peningkatan ekspresi HSP-70, TNF-α, IL-6, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan penurunan ekspresi Kolagen Tipe II dan IV fibroblas koklea Rattus norvegicus akibat pajanan bising. Literatur yang ada menjelaskan bahwa curcumin dapat meregulasi beberapa faktor transkripsi, sitokin, protein kinase, molekul adhesi, status redoks dan enzim yang berkaitan dengan proses inflamasi yang berperan mayor dalam penyakit kronik, termasuk neurodegeneratif, kardiovaskular, respirasi, metabolik, autoimun dan penyakit-penyakit neoplastik. Curcumin
berperan dalam prevensi dan terapi untuk berbagai penyakit kronik pro inflamasi. Saya berpendapat bahwa curcuminoid mampu menghambat Ca2+ masuk ke dalam sel, menghambat pembentukan Reactive Oxygen
Species (ROS), menghambat aktivasi protein kinase sehingga fosforilasi
beberapa sitokin pro inflamasi (TNF-α, IL-6, IL-1) dan MMP-9 pada fibroblas koklea.
Pada Bab 3, saya membagi kelompok penelitian menjadi delapan kelompok perlakuan untuk melihat apakah curcuminoid mampu mencegah dan berpotensi dalam perbaikan fibroblas koklea yang diberi pajanan bising ditinjau dari penurunan ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4 dan MMP-9 serta peningkatan ekspresi Kolagen Tipe IV.
Pada Bab 4 dan Bab 5, saya membuktikan bahwa curcuminoid mampu mengobati dan mencegah kerusakan fibroblas koklea ditinjau dari penurunan ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4 dan MMP-9 serta peningkatan ekspresi Kolagen Tipe IV pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising. Saya meyakini sudah terjadinya perubahan klinis berupa gangguan pendengaran tipe sensorineural pada hewan coba akibat pemberian pajanan bising 100 dB selama 2 jam. Sayangnya, gangguan pendengaran ini hanya dapat dinilai dengan pemeriksaan OAE (Otoacoustic Emissions) dan BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry). Oleh karena tidak tersedianya alat untuk menilai gangguan pendengaran tersebut pada hewan coba maka perbaikan gangguan pendengaran tipe sensorineural karena pemberian curcuminoid pada hewan coba masih belum dapat dibuktikan walaupun pada tingkat protein menunjukkan ada perbaikan.
Pada penelitian lanjutan dari disertasi ini diharapkan curcuminoid
SUMMARY
Noise-induced hearing loss (NIHL) still remains a global issue that needs to be highly paid attention to. Appropriate preventive methods should be considered with the expectation to immediately decrease the prevalence of NIHL. As we noted in the recent study about the role of supporting tissues within the cochlear lateral wall which may lead to NIHL in spite there is no damage of sensory cells, outer hair cells and stereocilia. Cochlear lateral wall is composed of extracellular matrix tissue that provides structural support and fibroblasts found within in order to produce collagen. Fibroblasts are sensitive to long-term, continuous excessive noise exposure. Changes in fibroblasts may influence collagen which furthermore can disrupt the hearing function. Curcuminoid is the major yellow pigment extracted from the rhizome of Curcuma longa L. and
Curcuma xanthorrhiza Roxb species. Turmeric contains active substances
of curcuminoid, namely curcumin, bisdemethoxycurcumin and
demethoxycurcumin. My dissertation, entitled ‘The Effect of Curcuminoid to Noise Exposure Viewed from the Expressions of HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and Type IV Collagen in Cochlear Fibroblasts of Rattus Norvegicus’ was carried out in order to answer the question whether
curcuminoid is able to prevent and potentially repair the noise-exposed cochlear fibroblasts. The research was conducted on experimental animals, Wistar rats (Rattus norvegicus) based on the homologous gene and structural sequence and inner ear pathobiology (>70%) with humans, histopathologic changes observed from the previous study showed that mice were clinically relevant to humans, as well as because the rats are easily obtainable and can be rapidly multiplied.
In Chapter 1 and Chapter 2, I elucidate the high incidence of NIHL, both in developed and developing countries. Previous study showed the increased expressions of HSP-70, TNF-α, IL-6, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and decreased expressions of Type II and IV Collagen in the noise-exposed cochlear fibroblasts of Rattus norvegicus. The recent literatures point out that curcumin is able to regulate several transcription factors, cytokines, protein kinases, adhesion molecules, redox status and enzymes associated with the inflammatory process that plays a major role in chronic diseases, including neurodegenerative, cardiovascular, respiratory, metabolic, autoimmune and neoplastic diseases as well as in the prevention and treatment of various chronic proinflammatory diseases. I assume that curcuminoid is able to inhibit Ca2+
expressions of HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and increased expression of Type IV collagen.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ...ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xv
1.6 Potensi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1 Definisi ... 16
2.2 Epidemiologi ... 19
2.2.1 Prevalensi ……... 21
2.3 Kebijkan dan Peraturan Perundang-undangan ………... 23
2.4 Sistem Pendengaran …... 25
2.4.1 Anatomi koklea ... 25
2.4.2 Transmisi suara ... 36
2.4.3 Mekanoelektrik transduksi koklea ... 38
2.5 Pengaruh Bising Terhadap Organ Pendengaran ... 44
2.6 Bunyi …... 46
2.6.1 Definisi bunyi …... 46
2.6.2 Produksi dan perambatan bunyi …... 47
2.6.3 Frekuensi bunyi ... 48
2.6.4 Tekanan bunyi ... 49
2.6.5 Intensitas bunyi ... 50
2.7 Kebisingan ... 51
2.7.1 Definisi kebisingan ... 51
2.7.2 Pengukuran tingkat kebisingan ... 52
2.7.3 Nilai ambang batas kebisingan ... 52
2.8 Respon Stres Intraseluler ... 60
2.8.1 Heat shock response dan mekanisme pengaturannya melalui aktivasi Hsf-1 ... 68
2.8.2 Heat shock protein dan molekul chaperon ... 70
2.8.3 Respon stres sel koklea dan organ Corti terhadap kebisingan ... 74
2.9 Nuclear Factor Kappa B (NFκB) ... 77
2.9.1 Peran NFκB akibat pengaruh bising pada koklea ...… 80
2.10 Toll-like Receptor (TLR) ... 84
2.10.1 Peran TLR akibat pengaruh bising pada koklea …….. 92
2.10.2 Efek curcumin terhadap TLR ... 94
2.11 Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) ... 96
2.12 Kolagen ... 103
2.13 Kunyit ... 107
2.13.1 Morfologi tumbuhan ... 108
2.13.2 Sifat kimia, fisika, zat aktif dan khasiat kunyit ……….. 109
2.13.3 Kandungan kunyit ... 110
2.13.4 Manfaat kunyit ... 111
2.13.5 Dosis terapi curcumin ... 118
2.14 Perubahan Epigenetik dalam Sintesis Protein ... 122
2.15 Perbandingan Struktur dan Fungsi Pendengaran Spesies Berbeda ... 127
2.16 Teknik Imunohistokimia untuk Identifikasi Ekspresi Protein ... 130
2.17 Kerangka Teori ... 132
2.18 Kerangka Konspetual dan Hipotesis Penelitian…..……..……… 133
2.18.1 Kerangka konseptual ... 133
2.18.2 Hipotesis ... 136
BAB III METODE PENELITIAN ... 138
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 138
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 140
3.2.1 Tempat penelitian ... 140
3.2.2 Waktu penelitian ... 140
3.3 Variabel Penelitian ... 141
3.3.1 Variabel bebas ... 141
3.3.2 Variabel terikat ... 141
3.3.3 Variabel terkendali ... 141
3.4 Sampel ... 141
3.4.1 Besar sampel ... 143
3.4.2 Pengelompokan sampel ... 143
3.4.3 Teknik pengambilan sampel ... 145
3.5 Definisi Operasional Penelitian ... 146
3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 149
3.6.1 Hewan coba yang dikenai perlakuan ... 149
3.6.2 Bahan perlakuan ... 150
3.7 Prosedur Penelitian ... 152
3.7.1 Tahap persiapan ... 152
3.7.2 Prosedur pengukuran intensitas kebisingan ... 152
3.7.3 Prosedur pemberian curcuminoid... 153
3.7.4 Perlakuan pada tikus ... 153
3.7.5 Prosedur pengambilan jaringan koklea tikus ……... 154
3.7.6 Pemeriksaan laboratorium ... 154
3.7.7 Penghitungan sel ... 156
3.8 Alur Penelitian ... 158
3.9 Analisis Statistik ... 159
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 160
4.1 Hasil Standarisasi Serbuk Curcuminoid ... 160
4.2 Profil Ekspresi Protein Fibroblas ... 162
4.3 Gambar Fibroblas Dinding Lateral Koklea dengan Pengecatan HE ... 167
4.4 Hasil Uji Curcuminoid dalam Mencegah Kerusakan Sel Fibroblas Koklea Akibat Efek Pajanan Bising ... 167
4.4.1 Ekspresi HSP-70 ... 168
5.3 Efek Curcuminoid Terhadap Ekspresi HSP-70 pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus .... 195
5.4 Efek Curcuminoid Terhadap Ekspresi NFκB pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus ... 198
5.5 Efek Curcuminoid Terhadap Ekspresi TLR-2 dan TLR-4 pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus …... 205
5.6 Efek Curcuminoid terhadap Ekspresi MMP-9 Pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus ... 210
5.7 Efek Curcuminoid terhadap Ekspresi Kolagen Tipe IV Pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus ... 216
5.8 Keterbatasan Penelitian ... 222
5.9 Penemuan Baru ... 223
5.10 Implikasi Hasil ... 223
5.10.1 Pemanfaatan hasil penelitian ... 223
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1a Koklea ... 26
Gambar 2.1b Koklea dengan Potongan Melintang ... 26
Gambar 2.2 Anatomi Koklea ... 27
Gambar 2.3 Potongan Melintang Organ Koklea ... 28
Gambar 2.4 Skala Vestibuli dan Skala Timpani di Koklea ... 29
Gambar 2.5 Lebar Membran Basilaris dari Basal ke Apeks ... 31
Gambar 2.6 Model Membran Basilaris dengan Organ Corti ... 32
Gambar 2.7 Sel Rambut Dalam dan Sel Rambut Luar ... 33
Gambar 2.8 Sel Rambut Luar dan Dalam Dilihat dengan Mikroskop Elektron ... 34
Gambar 2.9a Tip Link ...35
Gambar 2.9b Tip Link Dilihat dengan Mikroskop Elektron ... 35
Gambar 2.10 Organ Corti ... 36
Gambar 2.11 Transmisi Suara ke Koklea ... 37
Gambar 2.12 Arah Gerakan Cairan Perilimfe yang Diakibatkan oleh Gerakan Stapes di Foramen Ovale ... 38
Gambar 2.13 Pemetaan Suara Berdasarkan Frekuensi di Membran Basilaris ... 39
Gambar 2.14 Arah Gerakan Stereosilia pada Fase Depolarisasi dan Hiperpolarisasi ... 40
Gambar 2.15 Prestin (Protein Membran) Memendek Saat Depolarisasi dan Memanjang Saat Hiperpolarisasi ... 42
Gambar 2.16 Proses Transduksi di Sel Rambut Dalam dan Sel Rambut Luar ... 43
Gambar 2.17 Spektrum Frekuensi dari Beberapa Contoh Rangsangan Auditori: Nada Murni, Nada Musik, Bising ... 49
Gambar 2.18 Beberapa Contoh Sumber Suara dengan Intensitas Suara (dB) dan Tekanan Suara (Pa) ... 51
Gambar 2.19 Koklea yang Diamati 2 Minggu Setelah Pajanan Kebisingan ... 58
Gambar 2.20 Spektrum Stres ... 63
Gambar 2.21 Jalur Transduksi Sinyal Protein Ras ... 65
Gambar 2.22 Skema Mekanisme Beberapa Regulasi Aktivitas Hsf-1 dan Heat Shock Response ...67
Gambar 2.23 Struktur Umum Protein Secara Molekuler ... 71
Gambar 2.24 Jalur Patologis Potensial Berhubungan dengan Kerusakan Koklea Akibat Paparan Bising ... 81
Gambar 2.25 Jalur Sinyal Toll-Like Receptor ... 89
Gambar 2.26 Komponen Rantai Unik dari TLR-2 dan TLR-4 ... 91
Gambar 2.27 Struktur MMP-9 ... 97
Gambar 2.28 Struktur MMP ... 98
Gambar 2.29 Kolagen: Rantai-α, Tripel Heliks, Fibril dan Serat ... 106
Gambar 2.30 Struktur Kimia Curcumin ...114
Gambar 2.32 Skema Pengemasan DNA dalam Histon ... 122
Gambar 2.33 Mekanisme Translokasi Nuclear NFκB ... 124
Gambar 2.34a Modifikasi Histon ... 125
Gambar 2.34b Asetilasi Histon ... 125
Gambar 2.35 Model Represi, Kompleks Hsf-1/MTA-1/NuRD ... 126
Gambar 2.36 Perbandingan Audiogram Manusia dan Tikus ... 127
Gambar 2.37 Rentang Ambang Pendengaran pada Hewan Coba Laboratorium ... 128
Gambar 2.38 Perbandingan Noise-Induced Threshold Shifts pada Beberapa Studi...130
Gambar 2.39 Pelabelan Streptavidin-Peroksidase ... 131
Gambar 2.40 Kerangka Teori ... 132
Gambar 2.41 Kerangka Konseptual ... 133
Gambar 4.1 Diagram Hasil Pemeriksaan KLT ... 161
Gambar 4.2a Ekspresi Protein Tiap Kelompok Perlakuan dalam Grafik Linear ... 163
Gambar 4.2b Ekspresi Protein tiap Kelompok Perlakuan dalam Grafik Batang ... 164
Gambar 4.3 Penampang Dinding Lateral Koklea Tikus dengan Pengecatan HE ... 167
Gambar 4.4 Ekspresi HSP-70 tiap Kelompok Perlakuan dalam Grafik Batang ... 168
Gambar 4.5 Ekspresi HSP-70 pada Setiap Kelompok Perlakuan ... 170
Gambar 4.6 Ekspresi NFκB tiap Kelompok Perlakuan dalam Grafik Batang ... 171
Gambar 4.7 Ekspresi NFκB pada Setiap Kelompok Perlakuan ... 173
Gambar 4.8 Ekspresi TLR-2 dan TLR-4 tiap Kelompok Perlakuan dalam Grafik Batang ... 174
Gambar 4.9 Ekspresi TLR-2 pada Setiap Kelompok Perlakuan ... 176
Gambar 4.10 Ekspresi TLR-4 pada Setiap Kelompok Perlakuan ... 178
Gambar 4.11 Ekspresi MMP-9 tiap Kelompok Perlakuan dalam Grafik Batang ... 179
Gambar 4.12 Ekspresi MMP-9 pada Setiap Kelompok Perlakuan ... 181
Gambar 4.13 Ekspresi Kolagen Tipe IV tiap Kelompok Perlakuan dalam Grafik Batang ... 182
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1 Pengukuran Kehilangan Pendengaran yang Digunakan di
Amerika Serikat ... 18 Tabel 2.2 Komposisi Cairan Koklea ... 30 Tabel 2.3 Lama Kerja yang Diperkenankan Berdasarkan Intensitas
Bising (dB(A)) Menurut ACGIH, OSHA, ISO dan
Menaker RI ... 53 Tabel 2.4 Distribusi TLR pada Berbagai Tipe Sel ... 88 Tabel 2.5 Pembagian TLR ... 90 Tabel 2.6 Grup MMP99
Tabel 2.7 Komposisi Kimia Kunyit ... 111 Tabel 2.8 Efek Farmakologis Zat Aktif yang Terkandung dalam
Rimpang Kunyit ... 113 Tabel 4.1 Kadar Curcuminoid dalam Sampel Dibanding Curcuminoid
dalam Standar ... 160 Tabel 4.2 Nilai Rerata dan SD pada Setiap Variabel dalam
DAFTAR SINGKATAN
5-LOX = 5-Lipoxygenase
6-OHDA = 6-Hydroxydopamine
ACGIH = American Conference of Governmental Industrial Hygienists
AChE = Acetylcolinesterase
Akt = Protein Kinase B
Ala = Alanine
AMA = American Medical Association
AP-1 = Activated Protein-1
ATM = Ataxia Telangiectasia Mutated
BAFFR = B-Cell Activating FactorReceptor
Ba/F3 = Murine Interleukin-3 Dependent Pro-B Cell Line
BALB/c = Albino, Laboratory-bred Strain of The House Mouse
Bcl-2 = B-Cell Lymphoma-2
BCR = B-Cell Receptor
BERA = Brainstem Evoked Response Audiometry
BLS = Bureau of Labour Statistics
BM = Berat Molekul
BSA = Bismuth Sulfite Agar
C3H/HeN = Agouti Strain of Inbred Mouse
Ca2+ = Calcium
cAMP = Cyclic Adenosine Monophosphate
CA-MMP = Cysteine Array Matrix Metalloproteinase
CBF = Cochlear Blood Flow
cc = Cubic Centimeter
CD = Compact Disc
CD = Cluster of Differentiation
cGMP = Cyclic Guanosine Monophosphate
Cl- = Chloride
cm = Centimeter
CMC = Carboxy Methyl Cellulose
CMMP = Chicken Matrix Metalloproteinase
COX-2 = Cyclooxygenase-2
CP = Cyclophospamide
CSF = Cerebro Spinal Fluid
CXCR-4 = Chemokine Receptor Type-4
Cy-MMP = Cynops Matrix Metalloproteinase
DAB = 3,3’-Diaminobenzidine
dB = Desibel
dB(A) = DeciBel A-weighted
DG = Dystroglycan
dH2O = Distilled Water
dH2O2 = Distilled Hydrogen Peroxide
Dirjen BPOM = Direktorat Jenderal Badan Pengawasan Obat dan Makanan DM = Diabetes Melitus
DNA = Deoxyribonucleic Acid
EAE = Experimental Allergic Encephalomyelitis
ECM = Extracellular Matrix
ED50 = Effective Dose
EDTA = Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid
EGFR = Epidermal Growth Factor Receptor
EGR-1 = Early Growth Response Protein-1
eHSP-70 = ExtracellularHeat Shock Protein-70
ER = Endoplasmic Reticulum
ERK = Extracellular Signal Regulated Kinase
Exact Sig. = Exact Significance
FAO = Food and Agriculture Organization
FBS = Fetal Bovine Serum
GaIN = Galactosamine
Gly = Glycine
Gly-X-Y = Glycine-X-Y
GPAB = Gangguan Pendengaran Akibat Bising GPx = Glutathione Peroxidase
g = Gram
GSH = GluthathioneSulfhydryl
GST = Gluthathione S-Transferase
H2O2 = Hydrogen Peroxide
HEI-193 = House Ear Institute-193
HER = Human Epidermal Growth Factor Receptor
HIV = Human Immunodeficiency Virus
HL = Hearing Level
IBD = Inflammatory Bowel Disease
ICAM-1 = Intracellular Adhesion Molecule-1 IFN = Interferon
IGF = Insulin-like Growth Factor
IκB = Inhibitor Kappa-Beta
IκK = Inhibitor Kappa-Beta Kinase
IκKp = Inhibitor Kappa-Beta Kinase Protein
IL = Interleukin
Ile = Isoleucine
IP3 = Inositol-1,4,5-triphosphate
IRAK = IL-1R-Associated Protein Kinase IRF-3 = Interferon Regulatory Factor-3
ISO = International Organization for Standardization
ISO = Isoproterenol
JECFA = Joint FAO/ WHO Expert Committee on Food and Additives
JNK = c-Jun NH2 Terminal Kinase
K+ = Kalium
K562 = Human Myelogenous Leukemia Cell Line
kCal = Kilocalory
MAPK = Mannitol Adenine Phosphate Kinase
MCH = Mean Corpuscular Haemoglobin
MCL = Mantle Cell Lymphoma
MCP-1 = Monocyte Chemotactic Peptide-1
MDA-MB-231= Human Mammary Epithelial Tumor Cell Line
Menaker = Kementrian Tenaga Kerja MET = Mekano Elektrik Transduksi
mg = Miligram
mg/dL = Miligram/desiliter
MIP = Macrophage Inflammatory Protein
mM = Milimolar
mm = Milimeter
MMP = Matrix Metalloproteinase
MMP-23a = Matrix Metalloproteinase-23 Antibody
mPa = Milipascal
MPO = Myeloperoxidase
mRNA = Messenger RNA
ms = Millisecond
m/s = Meter/second
MT-MMP = Membrane Type-Matrix Metalloproteinase
MTA = Metastasis-associated Protein
mV = Milivolt
MyD88 = Myeloid Differentiation Primary Response Gene (88)
Na+ = Natrium
NaCl = Sodium Chloride
NaN3 = Sodium Azide
NaOH = Sodium Hydroxide
NFκB = Nuclear Factor Kappa-Beta
NGT = Naso Gastric Tube
NIOSH = The National Institute for Occupational Safety and Health
nm = Nanometer
NO = Nitric Oxide
NOS = Nitrous Oxide System
NTHI = Non Typeable Haemophylus Influenzae
NuRD = Nucleosome Remodelling and Histone Deacetylase
OAE = Otoacoustic Emissions
OHC = Outer Hair Cell
OSHA = Occupational Safety and Health Administration
p210bcr/abl = Activated Tyrosine Kinase Oncogene
P450 = Pigment450
p60Hop = Tetratricopeptide Repeat Containing Cofactor p60
Pa = Pascal
PAI-1 = Plasminogen Activator Inhibitor-1
PAMP = Pathogen Associated Molecular Pattern
PBS = Phosphate Buffer Saline
PGPKT = Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian
pH = Potential Hydrogen
PI3K = Phosphatidylinositol 3-Kinase
PIP2 = Phosphatidylinositol 4,5-Biphosphate
PKC = Protein Kinase C PLC = PhospholipaseC
PMN = Polymorphonuclear
PPAR-γ = Peroxisome Proliferator Activated Receptor- γ
PPM = Parts per Million
PTS = Permanent Threshold Shift
PRR = Pattern Recognition Receptor
RASI-1 = Rheumatoid Arthritis Synovium Inflammed-1
ROS = Reactive Oxygen Species
SA-HRP = Streptavidine Activated-Horse Radish Peroxidase
SD = Standar Deviasi
SK-HEP-1 = Hepatocellular Carcinoma Cell Line
SLF = Spiral Ligament Fibrocytes
SLM = Sound Level Meter
SOD = Superoxide Dismutase
SPL = Sound Pressure Level
STS = Standard Threshold Shift
SW480 = Human Colon Adenocarcinoma Cell Line
T1/2 = Half Time
TAB = TGF-βActivated Kinase-1Binding Protein Tailed Sig. = Tailed Significance
TAK-1 = TGF-βActivated Kinase-1
TGF-β = Transforming Growth Factor-β
Th = T Helper
t/ha = Ton/hectare
TIMPs = Tissue Inhibitors of Metalloproteinases
TIR = Toll-IL1 Receptor
Tip-DC = TNF-α iNOS-producing Dendritic Cell
TLR = Toll-like Receptor
TMB = Tetra Methyl Benzidine
TNBS = Trinitrobenzene Sulfonic Acid
TNF-α = Tumor Necrosis Factor-α
TNFR = Tumor Necrosis Factor Receptor
TPA = 12-O-Tetradecanoyl-phorbol 13-Acetate
TRAF-6 = Tumor Necrosis Factor Receptor Associated Factor-6
TRAM = TRIF-related Adaptor Molecule
TRIF =Toll-like Receptor Domain Containing Adapter Inducing Interferon-β
TrisHCl = Tris Hydrochloride
TTS = Temporary Threshold Shift
UCLA = University of California at Los Angeles
uPA = Urokinase Type Plasminogen Activator
uPAR = Urokinase Type Plasminogen Activator Receptor
UV = Ultra Violet
VEGF = Vascular Endothelial Growth Factor
WHO = World Health Organization
XMMP = Xenopus Matrix Metalloproteinase
µg = Mikrogram
µL = Mikroliter µPa = Mikropascal
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik ... 250 Lampiran 2.1 Surat Izin Melakukan Penelitian Pendahuluan ... 251 Lampiran 2.2 Surat Izin Melakukan Penelitian Pendahuluan ... 252 Lampiran 3.1 Surat Izin Melakukan Penelitian ... 253 Lampiran 3.2 Surat Izin Melakukan Penelitian ... 254 Lampiran 3.3 Surat Izin Melakukan Penelitian ... 255 Lampiran 4.1 Sertifikat Pengujian ... 256 Lampiran 4.2 Perhitungan Kadar Curcumin dalam Sampel vs
Curcumin dalam Standar dan Perhitungan Kadar
Curcuminoid dalam Sampel vs Curcuminoid
dalam Standar ... 257 Lampiran 4.3 Hasil Pemeriksaan KLT ... 258 Lampiran 5.1 Laporan Hasil Pengujian/Standarisasi Alat Stresor
Bising ... 261 Lampiran 5.2 Spesifikasi Alat Stresor Bising ... 264 Lampiran 6 Konversi Perhitungan Dosis pada Hewan Coba ... 266 Lampiran 7 Volume Maksimum Larutan Sediaan Uji yang dapat
Diberikan pada Hewan Coba ... 267 Lampiran 8 Kelompok Perlakuan pada Hewan Coba ... 268 Lampiran 9.1 Skema Pembuatan Preparat dengan Metode
RINGKASAN
Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB) merupakan masalah global yang sangat perlu mendapatkan perhatian besar. Metode pencegahan yang tepat perlu dipikirkan dengan harapan target dari upaya penurunan prevalensi GPAB dapat segera terpenuhi. Seperti yang kita ketahui pada penelitian terakhir ditemukan bahwa adanya peranan jaringan penyangga pada dinding lateral koklea yang mengakibatkan gangguan pendengaran akibat pajanan bising walaupun tanpa disertai kerusakan sel sensoris, sel rambut luar dan stereosilia. Dinding lateral koklea tersusun dari jaringan matriks ekstraseluler sebagai struktur penyangga, dimana terdapat fibroblas yang menghasilkan kolagen. Fibroblas peka terhadap stimulus bising yang berlebihan secara kontinyu dan jangka panjang. Perubahan yang terjadi pada fibroblas berpengaruh pada kolagen dan dapat mengganggu fungsi pendengaran. Curcuminoid
adalah zat pigmen kuning yang diekstrak dari rimpang yang umumnya berasal dari spesies Curcuma longa L. (kunyit) dan Curcuma xanthorrhiza
Roxb (temulawak). Kunyit mengandung bahan aktif curcuminoid yaitu
curcumin, bisdemethoxycurcumin dan demethoxycurcumin. Disertasi saya
yang berjudul ‘Pengaruh Curcuminoid terhadap Pajanan Bising yang Ditinjau dari Ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus’ dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah curcuminoid mampu mencegah dan berpotensi dalam perbaikan fibroblas koklea yang diberi pajanan bising. Penelitian ini dilakukan pada hewan coba tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus) dengan alasan gen dan sekuens struktur dan patobiologi telinga dalam yang homolog (>70%) dengan manusia dan perubahan histopatologis yang diamati dari hasil penelitian pada tikus mempunyai relevansi klinis dengan manusia, selain juga karena mudah didapat dan cepat berkembang biak.
Pada Bab 1 dan Bab 2, saya menjelaskan bahwa masih tingginya angka kejadian gangguan pendengaran yang disebabkan oleh bising, baik di negara maju maupun negara berkembang. Penelitian sebelumnya mendapatkan peningkatan ekspresi HSP-70, TNF-α, IL-6, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan penurunan ekspresi Kolagen Tipe II dan IV fibroblas koklea Rattus norvegicus akibat pajanan bising. Literatur yang ada menjelaskan bahwa curcumin dapat meregulasi beberapa faktor transkripsi, sitokin, protein kinase, molekul adhesi, status redoks dan enzim yang berkaitan dengan proses inflamasi yang berperan mayor dalam penyakit kronik, termasuk neurodegeneratif, kardiovaskular, respirasi, metabolik, autoimun dan penyakit-penyakit neoplastik. Curcumin
berperan dalam prevensi dan terapi untuk berbagai penyakit kronik pro inflamasi. Saya berpendapat bahwa curcuminoid mampu menghambat Ca2+ masuk ke dalam sel, menghambat pembentukan Reactive Oxygen
Species (ROS), menghambat aktivasi protein kinase sehingga fosforilasi
beberapa sitokin pro inflamasi (TNF-α, IL-6, IL-1) dan MMP-9 pada fibroblas koklea.
Pada Bab 3, saya membagi kelompok penelitian menjadi delapan kelompok perlakuan untuk melihat apakah curcuminoid mampu mencegah dan berpotensi dalam perbaikan fibroblas koklea yang diberi pajanan bising ditinjau dari penurunan ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4 dan MMP-9 serta peningkatan ekspresi Kolagen Tipe IV.
Pada Bab 4 dan Bab 5, saya membuktikan bahwa curcuminoid mampu mengobati dan mencegah kerusakan fibroblas koklea ditinjau dari penurunan ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4 dan MMP-9 serta peningkatan ekspresi Kolagen Tipe IV pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising. Saya meyakini sudah terjadinya perubahan klinis berupa gangguan pendengaran tipe sensorineural pada hewan coba akibat pemberian pajanan bising 100 dB selama 2 jam. Sayangnya, gangguan pendengaran ini hanya dapat dinilai dengan pemeriksaan OAE (Otoacoustic Emissions) dan BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry). Oleh karena tidak tersedianya alat untuk menilai gangguan pendengaran tersebut pada hewan coba maka perbaikan gangguan pendengaran tipe sensorineural karena pemberian curcuminoid pada hewan coba masih belum dapat dibuktikan walaupun pada tingkat protein menunjukkan ada perbaikan.
Pada penelitian lanjutan dari disertasi ini diharapkan curcuminoid
SUMMARY
Noise-induced hearing loss (NIHL) still remains a global issue that needs to be highly paid attention to. Appropriate preventive methods should be considered with the expectation to immediately decrease the prevalence of NIHL. As we noted in the recent study about the role of supporting tissues within the cochlear lateral wall which may lead to NIHL in spite there is no damage of sensory cells, outer hair cells and stereocilia. Cochlear lateral wall is composed of extracellular matrix tissue that provides structural support and fibroblasts found within in order to produce collagen. Fibroblasts are sensitive to long-term, continuous excessive noise exposure. Changes in fibroblasts may influence collagen which furthermore can disrupt the hearing function. Curcuminoid is the major yellow pigment extracted from the rhizome of Curcuma longa L. and
Curcuma xanthorrhiza Roxb species. Turmeric contains active substances
of curcuminoid, namely curcumin, bisdemethoxycurcumin and
demethoxycurcumin. My dissertation, entitled ‘The Effect of Curcuminoid to Noise Exposure Viewed from the Expressions of HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and Type IV Collagen in Cochlear Fibroblasts of Rattus Norvegicus’ was carried out in order to answer the question whether
curcuminoid is able to prevent and potentially repair the noise-exposed cochlear fibroblasts. The research was conducted on experimental animals, Wistar rats (Rattus norvegicus) based on the homologous gene and structural sequence and inner ear pathobiology (>70%) with humans, histopathologic changes observed from the previous study showed that mice were clinically relevant to humans, as well as because the rats are easily obtainable and can be rapidly multiplied.
In Chapter 1 and Chapter 2, I elucidate the high incidence of NIHL, both in developed and developing countries. Previous study showed the increased expressions of HSP-70, TNF-α, IL-6, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and decreased expressions of Type II and IV Collagen in the noise-exposed cochlear fibroblasts of Rattus norvegicus. The recent literatures point out that curcumin is able to regulate several transcription factors, cytokines, protein kinases, adhesion molecules, redox status and enzymes associated with the inflammatory process that plays a major role in chronic diseases, including neurodegenerative, cardiovascular, respiratory, metabolic, autoimmune and neoplastic diseases as well as in the prevention and treatment of various chronic proinflammatory diseases. I assume that curcuminoid is able to inhibit Ca2+
expressions of HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 and increased expression of Type IV collagen.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di negara-negara industri, kebisingan merupakan masalah utama
kesehatan kerja (Suma'mur, 1993). Kebisingan juga merupakan salah
satu faktor dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit akibat
kerja yang tercantum dalam Kepres No. 22 Tahun 1993. Kebisingan di
tempat kerja dapat mengurangi kenyamanan dan ketenangan kerja,
mengganggu indera pendengaran, mengakibatkan penurunan daya
dengar dan bahkan pada akhirnya dapat mengakibatkan ketulian yang
menetap (Mulia, 2005).
Berdasarkan laporan WHO (2004), diperkirakan hampir 14% dari total
tenaga kerja di negara industri terpapar bising melebihi 90 dB di tempat
kerjanya. Lebih dari 30 juta orang di Amerika terpapar bising 85 dB atau
lebih (NIOSH, 1998). Diperkirakan 5-10 juta orang di Amerika yang
terpapar kebisingan >85 dB di tempat kerja berisiko terhadap gangguan
Pada pertemuan konsultasi WHO-SEARO (South East Asia Regional
Office) Intercountry Meeting (2002), menyebutkan bahwa kebisingan
merupakan salah satu yang menjadi masalah utama dalam penyebab
terjadinya gangguan pendengaran di Indonesia. Gangguan pendengaran
akibat bising lingkungan kerja (ONIHL/Occupational Noise-Induced
Hearing Loss) menduduki proporsi terbanyak dibandingkan gangguan
akibat bising lainnya (Bashiruddin & Soetirto, 2007).
WHO memperkirakan di tahun 2001 terdapat 250 juta orang di dunia
mengalami kecacatan gangguan pendengaran yang sedang ataupun
berat, angka ini meningkat menjadi lebih dari 275 juta orang di tahun
2004. Dari jumlah tersebut 80% diantaranya terdapat di negara
berkembang. Angka ini terus meningkat sejak penelitian pertama kali yang
dilakukan oleh WHO pada tahun 1986 (WHO, 2006).
Berdasarkan survei multi center study di Asia Tenggara pada tahun
1998, Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang
cukup tinggi yaitu 4.6%, sedangkan 3 negara lainnya yakni Sri Lanka
8.8%, Myanmar 8.4% dan India 6.3%. Walaupun bukan yang tertinggi
tetapi prevalensi 4.6% tergolong cukup tinggi, sehingga hal ini dapat
menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat (Suwento, 2007).
Gangguan pendengaran akibat bising/GPAB (Noise Induced Hearing
Loss/NIHL)ialah gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan
oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja (Bashiruddin & Soetirto,
GPAB seharusnya dapat dicegah. Upaya untuk itu telah dilakukan
dengan dicanangkan suatu program strategi kebijakan WHO, Sound
Hearing 2030. Langkah selanjutnya melalui pembentukan Komite Pusat
Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) di
Indonesia yang menetapkan bahwa GPAB merupakan salah satu target
penurunan prevalensi kejadian gangguan pendengaran di masyarakat
(Soetjipto, 2007).
Sejauh ini telah banyak studi dilakukan, baik epidemiologi maupun
eksperimental, berbagai bukti empirik telah didapatkan dan berbagai teori
telah diajukan untuk mendapatkan penjelasan GPAB sampai di tingkat
molekuler. Pada kenyataannya sampai saat ini belum ada obat yang
dapat digunakan sebagai landasan secara biologi molekuler dalam
tindakan preventif dan protektif terhadap dampak pajanan bising yang
dapat berakibat pada gangguan pendengaran (Cappaert, et al., 2000;
Altschuler, Fairfield & Cho, 2002; Liberman & Hirose, 2003; Le Prell, 2003;
Henderson, et al., 2006).
Pada penelitian terakhir ditemukan bahwa adanya peranan jaringan
penyangga pada dinding lateral koklea yang mengakibatkan gangguan
pendengaran akibat pajanan bising walaupun tanpa disertai kerusakan sel
sensoris, sel rambut luar dan stereosilia (Purnami, 2009).
Dinding lateral koklea tersusun dari jaringan matriks ekstraseluler
sebagai struktur penyangga, dimana terdapat fibroblas yang
menghasilkan kolagen. Fibroblas peka terhadap stimulus bising yang
pada fibroblas berpengaruh pada kolagen dan dapat mengganggu fungsi
pendengaran. Studi sebelumnya mendapatkan kerusakan pada Kolagen
Tipe IV selain Tipe II. Kolagen Tipe IV disebut paling rawan (the most
vulnerable) terhadap efek bising, sehingga kerusakan terjadi lebih
dominan (Purnami, 2009).
Pajanan bising mengakibatkan stres seluler yang selanjutnya memicu
aktivitas chaperon dan mengaktifkan jalur inflamasi sinyal berikutnya
(Wang, Hirose & Liberman, 2002; Hirose & Liberman, 2003; Purnami,
2009). Matriks ektraseluler yang berfungsi mempertahankan elastisitas
membrana basalis terletak dalam organ Corti, mempunyai peran penting
dalam proses transduksi suara. Pada keadaan pajanan bising yang
berlebihan akan mempengaruhi fibroblas koklea, terjadi peningkatan
permeabilitas membran sel dan memicu peningkatan Ca2+ intraseluler (Purnami, 2009). Peningkatan Ca2+ yang berlebihan dalam sel tersebut akan memicu kematian sel dan mengaktifkan jalur sinyal intraseluler.
Aktivasi gen HSF-1 meningkatkan HSP-70 yang merupakan famili molekul
chaperon, dimana pada kadar tertentu berperan sebagai proteksi sel
untuk mempertahankan homeostasis terhadap pengaruh stres (Le Prell,
HSP-70 dapat sebagai ligan agonis pada TLR-2 dan TLR-4 dalam
meneruskan sinyal intraseluler dengan aktivasi reseptor transmembran
dan meneruskan sinyal selanjutnya pada molekul efektor di bawahnya.
HSP-70 ekstrasel (eHSP-70) mengaktifkan NFκB di permukaan sel dan
mengaktivasi NFκB (30 menit) dan meregulasi ekspresi sitokin pro
inflamasi dalam human monosit (2 jam setelah pajanan). Molekul
eHSP-70 merupakan mediator dalam produksi sitokin pro inflamasi (Asea, 2005;
Calderwood, et al., 2007, Purnami, 2009).
Molekul TNF-α sebagai faktor kemotaktik berfungsi menarik monosit
bergerak menuju daerah inflamasi sehingga sel radang terakumulasi
(Purnami, 2009). Kumpulan sel radang tersebut akan memicu peningkatan
ekspresi MMP-9 yang mampu untuk mendegradasi Kolagen Tipe IV
(Vaday & Lider, 2000; Purnami, 2009). Jalur tersebut memungkinkan
terjadi suatu proses inflamasi yang berlangsung secara berkepanjangan
(prolonged inflammation lesion) (Altschuler, Fairfield & Cho, 2002;
Purnami, 2009). Jalur tersebut akan mempengaruhi progresivitas kelainan
koklea, dipengaruhi oleh besar kecil intensitas dan lama waktu pajanan.
Perubahan tingkat molekuler koklea tersebut timbul pada sel yang
mengalami distress, terkait dengan mekanisme mikromekanik dan
metabolik yang mengarah pada GPAB (Sliwinska & Jadlinska, 1998;
Purnami, 2009).
Curcumin adalah zat pigmen kuning yang diekstrak dari rimpang yang
umumnya berasal dari spesies Curcuma longa L. (kunyit) (Lao, et al.,
Kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan sinonim Curcuma longa L.
termasuk salah satu tanaman rempah yang berasal dari wilayah Asia
terutama Asia Tenggara. Di Asia, kunyit telah digunakan sebagai obat
sejak tahun 2000 SM. Penggunaan kunyit dalam dunia kedokteran
meningkat pesat setelah ditemukannya senyawa fenolik yang biasa
disebut curcuminoid. Curcumin merupakan senyawa yang paling banyak
dipelajari karena paling banyak mempunyai aktivitas biologis. Selain
mempunyai efek anti inflamasi biasa juga sebagai antioksidan dan anti
HIV. Pada penelitian secara in vivo dan in vitro, curcumin mempunyai sifat
menginhibisi metabolisme asam arakidonat, aktivitas siklooksigenase dan
NFκB. Saat ini produk alami seperti ekstrak buah-buahan dan
sayur-sayuran yang sangat diminati untuk digunakan sebagai pencegahan oleh
karena produk ini lebih dapat ditoleransi oleh tubuh walaupun dalam
konsentrasi yang tinggi (Surh, et al., 2001; Wright, 2002; Hong, et al.,
2004).
Kunyit mengandung 3 curcuminoid aktif yang utama yaitu curcumin,
bisdemethoxycurcumin, demethoxycurcumin. Mereka memiliki klasifikasi
ilmiah yang sama dan dilaporkan memiliki efek anti inflamasi dan efek
terapeutik. Mekanisme proteksi terhadap inflamasi dan kerusakan oksidatif
membuat curcumin sebagai agen alami dalam melawan kerusakan
jaringan. Curcumin ini dapat menurunkan regulasi ekspresi sitokin seperti
IL-1, IL-2, IL-6, IL-8 dan kemokin, juga berperan pada supresi aktifasi
NFκB (Thaloor, et al., 1999; Johnson & Mattia, 2006; Wyke, Russell &
ekspresi gen termasuk proliferasi sel, invasi sel, metastasis, angiogenesis
dan resistensi kemoterapi. Faktor ini teraktivasi oleh respon stimulus
inflamasi, karsinogen, tumor promotor dan hipoksia yang sering berada di
dalam jaringan tumor. Curcumin menginduksi penurunan regulasi NFκB
melalui supresi aktivasi Inhibitor kappa B (IκB) kinase, menghambat
fosforilasi dan berlanjut pada degradasi IKB (Wyke, Russell & Tisdale,
2004).
Curcumin telah terbukti mengganggu jalur sinyal beberapa sel,
termasuk siklus sel (cyclin D1 dan cyclin E), apoptosis (aktivasi caspases
dan “down-regulation” dari produk gen anti apoptosis), proliferasi (HER-2,
EGFR dan AP-1), kelangsungan hidup (jalur PI3K/AKT), invasi (MMP-9
dan molekul adhesi), angiogenesis (VEGF), metastasis (CXCR-4) dan
peradangan (NFκB, TNF, IL-6, IL-1, COX-2 dan 5-LOX) (Anand, et al.,
2008).
Dari data yang ada menunjukkan bahwa curcumin menunjukkan efek
protektif melawan beberapa bentuk toksin melalui mekanisme yang
membedakan peningkatan HSP-70 di hepar dan intestinal dan inhibisi
aktivasi reseptor arylhydrocarbon (Ishida, et al., 2004).
Curcumin memiliki efek protektif terhadap cedera hepatic warm
ischemia/reperfusion (I/R). Mekanismenya mungkin berhubungan dengan
Peningkatan titer TLR-4, MyD88, dan protein NFκB dalam jaringan
yang mengalami inflamasi juga dapat ditekan secara signifikan dengan
pemberian curcumin. Dalam penelitian, dibuktikan bahwa curcumin dapat
menginhibisi proses inflamasi yang disebabkan TLR-4 dan MyD88
(Lubbad, Oriowo & Khan, 2009).
Hasil terapi curcumin tidak hanya menunjukkan penurunan signifikan
pada ekspresi MMP-2 dan MMP-9, tetapi juga mengakibatkan inhibisi dari
kemampuan invasif in vitro. Curcumin juga mempengaruhi penurunan
ukuran tumor, aktivitas MMP-2 dan MMP-9 pada daerah tumor (Hong, et
al., 2004).
Produksi kolagen meningkat dan produksi matriks metalloptoteinase-9 (MMP-9) menurun pada kulit tikus yang baru sembuh yang diobati dengan
curcumin dibandingkan dengan tikus yang diobati dengan Temovate
(Bhagavathula, et al., 2009)
Curcumin secara signifikan dapat meningkatkan Kolagen Tipe IV dan
III dalam supernatan sel mesangial yang diinduksi oleh LPS. Curcumin
menurunkan ekspresi IL-1 beta. Curcumin juga dapat menghambat
proliferasi sel mesangial manusia dan mengubah perputaran matriks
ekstraselular, sementara itu curcumin juga dapat menurunkan IL-1 beta
Bising merupakan campuran suara yang memiliki frekuensi bervariasi
dari yang rendah ke tinggi. Pada penelitian ini dipilih frekuensi bising
dengan rentang 1 kHz sampai dengan 10 kHz berdasarkan pertimbangan
karakteristik bising yang dipengaruhi oleh rentang sensitivitas kemampuan
penangkapan indra pendengaran manusia dan tikus (Heffner, 2007).
Dosis pajanan bising yang diberikan adalah 100 dB SPL selama 2 jam
karena didapati perbedaan ekspresi protein yang bermakna untuk
HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV pada dosis
tersebut (Purnami, 2009).
Eksperimen menggunakan tikus sebagai hewan coba. Hal ini dilakukan
sehubungan dengan prosedur perlakuan dan pemeriksaan akhir yang
berakibat fatal.
Penelitian ini menggunakan curcuminoid yang berasal dari
Curcuma longa L. karena diharapkan curcuminoid dapat mengobati
bahkan mencegah kerusakan fibroblas koklea sebagai sel yang
mengalami stres akibat diberi pajanan bising.
Berdasarkan berbagai masalah tersebut di atas dan dengan adanya
prevalensi GPAB yang cukup tinggi, dapat mengenai segala usia yang
lebih muda yaitu golongan usia produktif, maka GPAB merupakan
Metode pencegahan yang tepat perlu dipikirkan dengan harapan target
dari upaya penurunan prevalensi GPAB dapat segera terpenuhi. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya menemukan
langkah preventif GPAB secara biologi molekuler yang pada akhirnya
ditujukan untuk menurunkan secara klinis angka prevalensi GPAB.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, dapat
dirumuskan permasalahan yang dituangkan sebagai pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1.2.1 Apakah curcuminoid dapat mencegah kerusakan fibroblas koklea
yang diberi pajanan bising frekuensi 1-10 kHZ pada intensitas 100
dB SPL selama 2 jam berdasarkan penurunan ekspresi HSP-70,
NFκB, TLR-2, TLR-4 dan MMP-9.
1.2.2 Apakah curcuminoid dapat mencegah kerusakan fibroblas koklea
yang diberi pajanan bising frekuensi 1-10 kHZ pada intensitas 100
dB SPL selama 2 jam berdasarkan peningkatan Kolagen Tipe IV.
1.2.3 Apakah curcuminoid 100 mg perhari lebih baik dari curcuminoid 50
mg perhari dalam mencegah kerusakan fibroblas koklea yang diberi
pajanan bising frekuensi 1-10 kHZ pada intensitas 100 dB SPL
selama 2 jam berdasarkan penurunan ekspresi HSP-70, NFκB,
1.2.4 Apakah curcuminoid 100 mg perhari lebih baik dari curcuminoid 50
mg perhari dalam mencegah kerusakan fibroblas koklea yang diberi
pajanan bising frekuensi 1-10 kHz pada intensitas 100 dB SPL
selama 2 jam berdasarkan peningkatan ekspresi Kolagen Tipe IV.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Membuktikan curcuminoid sebagai fitofarmaka yang efektif dan aman
untuk mencegah kerusakan fibroblas koklea akibat efek pajanan bising.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Membuktikan curcuminoid dapat menurunkan ekspresi HSP-70
pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising frekuensi 1-10 kHz
pada intensitas 100 dB SPL selama 2 jam.
2. Membuktikan curcuminoid dapat menurunkan ekspresi NFκB pada
fibroblas koklea yang diberi pajanan bising frekuensi 1-10 kHz pada
intensitas 100 dB SPL selama 2 jam.
3. Membuktikan curcuminoid dapat menurunkan ekspresi TLR-2 pada
fibroblas koklea yang diberi pajanan bising frekuensi 1-10 kHz pada
intensitas 100 dB SPL selama 2 jam.
4. Membuktikan curcuminoid dapat menurunkan ekspresi TLR-4 pada
fibroblas koklea yang diberi pajanan bising frekuensi 1-10 kHz pada
5. Membuktikan curcuminoid dapat menurunkan ekspresi MMP-9
pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising frekuensi 1-10 kHz
pada intensitas 100 dB SPL selama 2 jam.
6. Membuktikan curcuminoid dapat meningkatkan ekspresi Kolagen
Tipe IV pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising frekuensi
1-10 kHz pada intensitas 100 dB SPL selama 2 jam.
7. Membuktikan curcuminoid dosis 100 mg perhari lebih baik
dibanding curcuminoid dosis 50 mg perhari untuk menurunkan
ekspresi HSP-70 pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising
frekuensi 1-10 kHz pada intensitas 100 dB SPL selama 2 jam.
8. Membuktikan curcuminoid dosis 100 mg perhari lebih baik
dibanding curcuminoid dosis 50 mg perhari untuk menurunkan
ekspresi NFk
9. Membuktikan curcuminoid dosis 100 mg perhari lebih baik
dibanding curcuminoid dosis 50 mg perhari untuk menurunkan
ekspresi TLR-2 pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising
frekuensi 1-10 kHz pada intensitas 100 dB SPL selama 2 jam.
B pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising
frekuensi 1-10 kHz pada intensitas 100 dB SPL selama 2 jam.
10. Membuktikan curcuminoid dosis 100 mg perhari lebih baik
dibanding curcuminoid dosis 50 mg perhari untuk menurunkan
ekspresi TLR-4 pada fibroblas koklea yang diberi pajanan bising