Lampiran 1a.Data Statistik PDRB Sektor Pertanian Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (Y), Tenaga Kerja Sektor Pertanian Sumatera Utara (X1), Luas Lahan Sektor Pertanian Sumatera Utara (X2), dan Ekspor Sektor Pertanian Sumatera Utara (X3)
Lampiran 1b.Data Logaritma PDRB Sektor Pertanian Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (Y), Tenaga Kerja Sektor Pertanian Sumatera Utara (X1), Luas Lahan Sektor Pertanian Sumatera Utara (X2), dan Ekspor Sektor Pertanian Sumatera Utara (X3)
Lampiran 1c. Data Luas Panen dan Jumlah Produksi Komoditi Tiap Sub Sektor Pertanian Tahun 2014
No Sub Sektor Pertanian
1 Sub Sektor Tan. Pangan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
Padi 717.318 3.631.039
Jagung 200.603 1.159.795
Kacang Kedelai 5.024 5.705
Kacang Tanah 8.311 9.777
Kacang Hijau 2.603 2.907
Ubi Kayu 42.062 1.383.346
Ubi Jalar 11.130 146.622
jumlah 987.051 6.339.191
2 Sub Sektor Hortikultura Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
Sayur – sayuran 69.383 947.460
Buah – buahan - 1.646.703
Jumlah 69.383 2.594.163
Sub Sektor Perkebunan Luas Tan. Menghasilkan (Ha) Produksi (Ton)
3 Karet 302.557,79 357.741
Kelapa Sawit 642.059,31 8.962.930
Kopi 55.828 58.312
Jumlah 1.201.054,3 9.651.737
Kehutanan Luas (Ha) Produksi (m3)
4 Penghijauan 19.984 -
Reboisasi 573,50 -
Hutan Tan. Industri 184.138,92 1.233.023,91
Lampiran 2a. Tabel Summary Regresi Linier Berganda
a. Predictors: (Constant), EXPOR, TK, LL b. Dependent Variable: PDRB
Lampiran 2b. Tabel Coefficient Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF a. Dependent Variable: PDRB
Lampiran 2c. Tabel ANOVA Regresi Linier Berganda ANOVAa
a. Dependent Variable: PDRB
Lampiran 3a.Tabel Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .17928598
Most Extreme Differences
Absolute .136
Positive .136
Negative -.079
Kolmogorov-Smirnov Z .745
Asymp. Sig. (2-tailed) .636
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Lampiran3b. Tabel Hasil Uji Glejser Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -8.897 4.231 -2.103 .045
TK 1.051 .680 .291 1.545 .134
LL .161 .132 .452 1.220 .233
EXPOR .214 .121 .696 1.773 .088
DAFTAR PUSTAKA
Alferi, Yon. 2010. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Deli Serdang. Tesis. UNIMED: Medan.
Amir, M.S. 2004.Strategi Memasuki Pasar Ekspor. Cetakan Pertama. Jakarta: PPM.
Apriyantono, Anton. 2005. Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian Nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu. Universitas Brawijaya: Malang.
Arsyad, Lincolin. 1992. Pembangunan Ekonomi, Edisi 2. STIE YKPN: Yogyakarta
_________. 1999. Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE: Yogyakarta.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air.IPB Press. Bogor.
Boediono.1994. Ekonomi Makro; Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Edisi 4.BPFE: Yogyakarta.
_______, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE: Yogyakarta.
BPS.1985-2014. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
___. 1993. Pedoman Praktis Penghitingn PDRB Kabupaten / Kotamadya. Karya Bersaudara Sejahtera: Yogyakarta.
___. 1997-1999. Sumatera Utara Dalam Angka.Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Budi, Santosa. 2001. Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Daniel, 2002.Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta.
Firdaus, A.H. 2011. Kinerja Pedagangan Free Trade Area (FTA) ASEAN PLUS THREE Terhadap Perekonomian Indonesia.[Tesis]. IPB: Bogor.
Idris dan Dan. 2004.Teori Perkembangan dan Pembangunan Ekonomi.Penerbit UKM, ISBN: Bangi.
Jhingan, M.L. 2008.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Kasnawi, M. Taher. 1999. Produktivitas Tenaga Kerja per Subsektor di Provinsi
Kitamura, T. and E. Rustiadi, 1997, Indonesia Model.Center for Global Environmental Research.ISSN 1341-4356.CGER-1027-’97.
Lena. 2004. Perencanaan Pertanian Dalam Perekonomian Indonesia: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonnomi dalam Perspektif Decomposition Analysis. Thesis. IPB: Bogor.
Mudrajad Kuncoro. 2001. Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi), Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN: Yogyakarta.
Nicholson, W, 1991. Teori Ekonomi Mikro I. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Rahim. Abd. dan. Hastuti. DRW. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Rakhmad, Novridho. 2008. Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Ekspor, Dan Kredit Perbankan Terhadap Pdrb Sektor Pertanian Sumatera Utara. Skripsi USU: Medan.
Saragih, B. 2001.Agribisnis, Pradigma Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. PT. Loji Grafika Griya Sarana: Bogor.
Siagian, Sondang P. 2002. Administrasi Pembangunan. Gunung Agung: Jakarta. Supriana, Tavi. 2013. Statiskika Non Parametrik. USU Press: Medan.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani (Edisi Revisi). Penebar Swadaya: Jakarta. Suryana, 2000.Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Edisi
Pertama. Salemba Empat: Jakarta.
Tambunan, Tulus. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia : Beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Todaro.M.P., 2000.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (H.Munandar, Trans.Edisi Ketujuh ed.). Erlangga: Jakarta.
Toga.2015. Analisis Pengaruh Investasi Pertanian dan Tenaga Kerja Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara.Skripsi. USU: Medan.
Triyoso, Bambang. 2004. Analisis Kausalitas Antara Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara ASEAN. FE USU: Medan.
Widiyanto, J. 2010. SPSS For Windows Untuk Analisis Data Statistik dan Penelitian. BP – FKIP UMS: Surakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pertanian
Pertanian merupakan kegiatan dalam usaha mengembangkan (reproduksi) tumbuhan dan hewan dengan maksud supaya tumbuh lebih baik untuk memenuhi kebutuhan manusia, misalnya bercocok tanam, beternak, dan melaut.Pertanian juga sebagai jenis usaha atau kegiatan ekonomi berupa penanaman tanaman atau usahatani (pangan, hotikultura, perkebunan, dan kehutanan), peternakan (beternak) dan perikanan (budi daya dan menangkap) (Surahman et. al, 1999).
Sektor pertanian terdiri atas subsektor (Rahim dan Hastuti, 2007), yaitu: a) Tanaman pangan
b) Hortikultura c) Perkebunan. d) Perikanan. e) Peternakan, dan f) kehutanan.
Sub Sektor Tanaman Pangan
dimakan sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan penggantian jaringan tubuh yang rusak.
Sub Sektor Hortikultura
Subsektor tanaman holtikultura (horticulture) merupakan cabang ilmu pertanian yang membicarakan masalah budi daya tanaman yang menghasilkan buah, sayuran, tanaman hias, serta rempah- rempah dan bahan baku obat tradisional (Soenoeadji: 2001). Contoh tanaman buah- buahan antara lain apel (pyrusmalus), anggur (vitis sp), alpukat (porsea americana), belimbing manis (averrloa carambola), dan jeruk (citrus sp). Contoh tanaman sayur adalah kubis/ kol
(brassica oleracea), cabai (capsicum sp), kapri (pisum sativun), bayam (amaratum sp), labu putih (legenaria leucantha), wortel (daucus carota), dan tomat (solanum lypersicum).Tanaman hias seperti anggrek (orchidaceace), bakung (crinum asiaticum), mawar (rosaceae), dan melati (rubiaceae). Sementara itu, contoh tanaman penghasil rempah- rempah dan bahan baku tanaman obat tradisional antara lain jahe dan temulawak.
Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Sub Sektor Peternakan
Subsektor peternakan (cattle raising) terdiri dari komoditas unggas (ayam dan itik yang menghasilkan telur dan daging), sapi potong dan kambing yang menghasilkan daging, serta sapi perah menghasilkan susu.
Sub Sektor Perikanan
Subsektor perikanan (fishery) terdiri dari perikanan laut (penangkapan di laut misalnya ikan tuna dan tenggiri serta budi daya di laut, muara dan sungai misalnya tiram dan mutiara) dan perikanan darat (penangkapan di perairan umum, yaitu di sungai, waduk dan rawa; serta budi daya di darat, yaitu tambak, kolam, keramba, dan sawah).
Sub Sektor Kehutanan
Subsektor kehutanan (forestry) terdiri atas hutan lindung yang berfungsi mencegah erosi dan banjir; hutan produksi untuk keperluan manusia, industri, dan ekspor, misalnya hutan jati, hutan wisata untuk keperluan wisata; serta hutan suaka alam seperti flora fauna dan marga satwa (binatang liar) yang mempunyai nilai khas.
2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai tambah bruto dari sektor / subsektor di suatu wilyah, sedangkan nilai tambah bruto merupakan selisih antara output dan biaya antara (BPS, 1993).
unit-unit produksi di suatu wilayah / region dalam sektor pertanian pada periode tertentu, biasanya satu tahun.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto / Pendapatan Nasional Bruto. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada ”proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya (Arsyad, 1999).
Umumnya PDRB dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu PDRB atas harga berlaku (nominal) dan PDRB atas harga konstan (riil). PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. Jadi, pada PDRB atas harga berlaku sudah termasuk unsur inflasi. Sedangkan PDRB atas harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu, misalnya 1983, 1993, atau 2002. PDRB atas harga konstan meningkat hanya jika jumlah barang dan jasa meningkat, sedangkan PDRB atas harga berlaku bisa meningkat karena produksi naik atau harga turun (BPS,1993).
a) PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian dalam suatu daerah/provinsi. Hal iniberarti peningkatan PDRB juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.
b) PDRB dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept), artinya perhitungan PDRB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada satu periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna menghitung PDRB, memungkinkan kita untuk membandingkan jumlah output yang dihasilkan pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.
c) Batas wilayah perhitungan PDRB adalah suatu provinsi. Hal ini memungkinkan kita untuk mengukur sejauh mana kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang diterapkan pemerintah daerah mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik.
2.1.3 Tenaga Kerja
Gambar 2.1 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Ketenagakerjaan (ILO)
Dengan demikian angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara angkatan kerja dan tenaga kerja (Kasnawi, 1999).
UU No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penduduk
Tenaga Kerja
Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja
Tidak Bekerja dan Mencari Pekerjaan Bekerja
2.1.4 Luas Lahan
Lahan didefinisikan sebagai suatu kesatuan lingkungan fisik yang terdiri dari tanah, tata air, iklim, vegetasi dan segala aktivitas manusia yang mempengaruhi pengembangannya.Berdasarkan definisi tersebut lahan di bagi berdasarkan tipologi penggunaannya secara umum seperti lahan pertanian, lahan permukiman, lahan industri dan lain-lain (Kitamura dan Rustiadi, 1997).
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk interaksi(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukanpertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan airdan komoditi yang diusahan dan dimanfaaatkan atau atas jenis tumbuhan atautanaman yang terdapat atas lahan tersebut. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam lahan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi,pertambangan dan sebagainya (Arsyad, 2006).
Analisis penggunaan lahan berdasar fisik medan menurut Ritohadoyo, (2013) : 1. Lahan permukiman
Adanya bentuk-bentuk perkampungan yang berhubungan dengan medan pada dasarnya adalah ditandai dengan adanya tanda-tanda kemungkinan manusia dapat hidup di daerah itu dan juga sesuai dengan aktivitas dan keahlian mereka. Perkampungan dataran rendah yang kering, lebih ditandai oleh persebaran yang terpencar sementara di daerah pesisir perkampungan itu nampak memusat dan memanjang, itu dikarenakan mengikuti aliran sungai atau sumber air.
2. Lahan sawah
Daerah persawahan yang baik mempunyai irigasi teratur dan kesuburan tanah yang tinggi.Keadaan ini terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.Akibatnya adanya perkembangan sistem pertanian dengan tujuan peningkatan kualitas dan kuantitas taraf hidup masyarakat, sehingga hal ini berpengaruh terhadap konversi lahan pertanian (sawah), ke pertanian non pangan atau non pertanian.Dampaknya adalah lahan pertanian pangan menurun, dan ancaman kekurangan bahan pangan sangat besar.
3. Lahan perkebunan
Lahan perkebunan merupakan lahan yang termasuk dalam lahan pertanian. Lahan perkebunan merupakan lahan pertanian kering. Biasanyalahan perkebunan terdapat pada tingkat jumlah penduduk yang sedikit atau jarang.
4. Lahan tegal
dengan tingkat penduduk yang padat.Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman musiman.Terdapat pada daerah-daerah yang beriklim kering.
5. Lahan kebun campuran
Jenis pertanian kebun campuran adalah bermacam-macam tanaman yang hidup pada lahan yang terletak di luar pekarangan.Berbagai tanaman musiman hidup di tempat ini, seperti ubi-ubian, buah-buahan dan lainnya.Dibandingkan dengan lahan tegal lahan campuran lebih sulit dikelola secara intensif.
6. Lahan perladangan
Lahan perladangan sering disebut dengan ladang berpidah, sebagian besar terdapat di dataran rendah dengan lahan kering.Pada wilayah yang berkepadatan penduduk rendah.
7. Lahan hutan
Lahan hutan merupakan jenis lahan pertanian dengan jenis tanaman lahan kering dengan satu jenis tanaman yang sama pada skala besar. Masing-masing setiap hutan mempunyai jenis tanaman yang berbeda-beda.Kualitas hutan ditentukan oleh iklimnya.
8. Lahan pertambangan
9. Lahan Tandus
Lahan tandus merupakan lahan pertanian yang tidak menghasilkan produk pertanian dan lokasinya dekat dengan pertanian lahan kering. Lahan tandus terletak pada pemukiman padat dan lereng yang terjal. Kondisi lahan tandus sering diartikan sebagai lahan rusak atau kritis.
2.1.5 Ekspor
Menurut Undang-undang Perdagangan Tahun 1996 Tentang Ketentuan Umum di Sektor Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah pabean berarti keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia. Defenisi lain menyebutkan bahwa ekspor merupakan upaya mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing (Amir, 2004). Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 2004).
Menurut Daniel (2002), secara umum ada beberapa manfaat atau peranan yang dapat diperoleh dari kegiatan ekspor antara lain:
a) Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan serta untuk memperoleh nilai jual yang lebih baik (optimalisasi laba).
b) Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik (membuka pasar ekspor).
c) Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity).
d) Membiasakan diri bersaing di pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat dan terhindar dari sebutan “jago kandang”.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan
Pembangunan adalah sebuah proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Disamping itu pembangunan itu sendiri adalah sebagai usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan, perubahan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 2002).
2.2.2 Pembangunan Pertanian dan Pembangunan Ekonomi
Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi tidak hanya di Sumatera Utara, tetapi juga di Indonesia. Apabila pembangunan pertanian berhasil, maka pembangunan ekonomi juga akan merasakan imbasnya. Pembangunan pertanian, pada hakekatnya adalah pendayagunaan secara optimal sumberdaya pertanian dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan, yaitu membangun SDM aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh, meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan, memantapkan ketahanan dan keamanan pangan, meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian, menumbuhkembangkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi perdesaan, serta membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani(Apriyantono,2005).
Menurut Tambunan (2003), ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan mengapa sektor pertanian menjadi penting dalam proses pembangunan, yaitu:
a) Sektor pertanian menghasilkan produk-produk yang diperlukan sebagai input sektor lain, terutama sektor industri, seperti industri tekstil, industri makanan dan minuman.
c) Karena terjadi transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor industri, maka sektor pertanian menjadi sektor penyedia faktor produksi (terutama tenaga kerja) yang besar bagi sektor non-pertanian (industri).
d) Sektor pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki keunggulan komparatif dibanding bangsa lain.
Menurut Jhingan (2008), peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal:
a) Menyediakan surplus pangan yang semakin besar pada penduduk yang semakin meningkat.
b) Meningkatkan permintaan akan produk industri, dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan sektor tersier.
c) Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus d) Meningkatkan penghasilan masyarakat untuk dimobilisasi pemerintah. e) Memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
2.2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Tokoh klasik ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, dan Maltus yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang modal, dan teknologi yang digunakan. Para tokoh ini lebih mengfokuskan perhatiannya pada pengaruh pertambahan pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka mengasumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Ahli ekonomi klasik yakin dengan adanya perekonomian persaingan yang sempurna maka seluruh sumber ekonomi dapat dimanfaatkan dengan maksimal atau full employment. Para ahli ekonomiklasik menyatakan bahwa full employment itu hanya bisa dapat dicapai apabila perekonomian bebas dari
campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar (Todaro, 2000).
Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern
Teori pertumbuhan ekonomi modern ada 4 yaitu teori pertumbuhan Rostow, teori Kuznet, teori Harrod-Domar, dan teori Solow – Swan (Suryana, 2000):
a) Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi adalah transformasi suatu masyarakat tradisional, prasyarat lepas landas, tahap kematangan, dan masyarakat berkonsumsi tinggi. Rostow mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat, yaitu perubahan politik, struktur sosial, dan struktur kegiatan ekonominya.
c) Harrod Domar mengembangkan analisis Keynes yang menekankan tentang perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu setiap usaha ekonomi harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru.
d) Solow – Swan mengembangkan formulasi dari Harrod – Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yakni teknologi, ke dalam persamaan pertumbuhan (growth equation).
2.2.4 Hubungan Antara PertumbuhanEkonomi dengan Variabel Tenaga Kerja, Luas Lahan, dan Ekspor
Pertumbuhan Ekonomi dan Tenaga Kerja
Adam Smith mengungkapkan bahwa manusia merupakan faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran suatu bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada SDM yang mengolahnya, sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Smith melihat bahwa alokasi SDM yang efektif adalah awal pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tetap tumbuh. Dengan kata lain, alokasi SDM yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut.
Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatu daerah(Budi Santosa, 2001).
Pertumbuhan Ekonomi dan Luas Lahan
Dalam ilmu ekonomi dapat kita ketahui ada empat macam faktor produksi, yaitu: tanah, modal, tenaga kerja, dan skill. Keempatnya memiliki peran yang sangat penting dan terkait satu sama lainnya serta saling mendukung untuk kelancaran proses produksi.Dalam subsektor pertanian, faktor produksi tanah atau lahan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima tanah dibandingkan faktor- faktor produksi lainnya. Tanah merupakan salah satu faktor produksi yang kedudukannya dapat dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa (sewa tanah atau rent) yang sesuai dengan permintaan dan penawaran tanah itu dalam masyarakat dan daerah tertentu. Lahan menjadi salah satu faktor penting dalam sektor pertanian (Daniel, 2002).
Untuk meningkatkan pertumbuhan pertanian, juga diperlukan media berupa lahan yang mendukung.Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya (Suratiyah, 2015).
Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor
pemerintah, yaitu melalui proses bekerjanya angkapengganda mengenai pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka dapat
ditulis sebagai berikut (Boediono, 1994) :
Y = C + I + G + (X – M) ………..……….(2.1) dimana : Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor
M = Impor.
Pendapatan nasional menunjukan kegiatan ekonomi yang akan dicapaipada suatu tahun tertentu, sedangkan pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Jika ingin mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun.Pendapatan nasional sendiri merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian (negara) dalam waktu satu tahun. Salah satu metode yang menunjukkan bahwa pendapatan nasional dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang - barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor produksi dalam suatu negara selama satu periode atau yang disebut Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional yang digunakan dalam persamaan diatas menggambarkan pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 1992).
output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensialias produktivitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro, 2000).
2.3 Penelitian Terdahulu
Yon Alferi (2010) dalam penelitian berjudul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Deli Serdang” dengan menggunakan analisis kuantitatif yang diformulasikan dalam model regresi. Adapun alat bantu yang digunakan untuk mengolah data adalah program Eviews 4.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor APBD, jumlah tenaga kerja, dan luas lahan secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Deli Serdang. Dengan demikian apabila anggaran sektor pertanian meningkat 1% maka pertumbuhan sektor pertanian juga meningkat sebesar 0,0472%. Jumlah tenaga kerja meningkat 1% maka pertumbuhan sektor pertanian juga meningkat sebesar 1,2994%. Luas lahan pertanian meningkat 1% maka pertumbuhan sektor pertanian juga meningkat sebesar 0,1922%.
Utara” dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor investasi sektor pertanian dan jumlah tenaga kerja pertanian berpengaruh positif dan nyata terhadap PDRB pertanian di Kabupaten Asahan. Jika pertambahan investasi pertanian naik sebesar 1 % , akan meningkatkan PDRB pertanian 2,708 % dan jika pertambahan tenaga kerja pertanian naik sebesar 1 % , akan meningkatkan PDRB pertanian 1,415 %.
Novridho Rakhmad (2008) dalam penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Ekspor, Dan Kredit Perbankan Terhadap PDRB Sektor Pertanian Sumatera Utara” dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Adapun alat bantu yang digunakan untuk mengolah data adalah program Eviews 4.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tenaga kerja, ekspor, dan kredit perbankan secara signifikan berpengaruh positif terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian tenaga kerja sektor pertanian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB sektor pertanian pada tingkat kepercayaan 90%.Ekspor sektor pertanian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB sektor pertanian pada tingkat kepercayaan 99%.Kredit Perbankan sektor pertanian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB sektor pertanianpada tingkat kepercayaan 99%.
2.4 Kerangka Pemikiran
Dalam kegiatan tenaga kerja untuk menghasilkan produk pertanian, dibutuhkan wadah berupa lahan untuk mengusahakan kegiatan pertanian dalam menghasilkan output.Pada umumnya, semakin besar luas lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian, maka semakin besar pula output yang dapat dihasilkan.
Selain itu, pertumbuhan sektor pertanian juga dapat ditinjau dari segi pendapatan.Pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satu diantaranya adalah nilai ekspor. Bila ekspor sektor pertanian meningkat secara terus – menerus, maka akan berpengaruh terhadap pendapatan sektor pertanian yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi sektor pertanian.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk lebih memahami hal tersebut dapat dilihat skema kerangka pemikiran untuk penelitian ini.
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:
= menyatakan pengaruh Tenaga kerja sektor pertanian
Luas lahan sektor pertanian
Ekspor sektor pertanian
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a) Adanya pengaruh positif kontribusi sektor pertanianterhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara. Atau dengan kata lain jika kontribusi sektor pertanian meningkat, maka PDRB Provinsi Sumatera Utara juga meningkat, dan sebaliknya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini ditentukan secara teritorial atau wilayah yaitu di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara purposive(sengaja), artinya daerah penelitian didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range tahun 1985 – 2014 (n=30) yang dianalisis dengan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social Science)versi20.0.
3.3 Metode Penggunaan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.Data yang dibutuhkan untuk menjadi bahan analisis dalam penelitian ini adalah PDRB sektor pertanian, jumlah tenaga kerja sektor pertanian, luas lahan sektor pertanian, dan ekspor sektor pertanian.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk hipotesis pertama, dianalisa secara kuantitatif, dengan menggunakan
Model Kuznets sebagai berikut:
P = Pa + Pn………..………..1 Dimana : P = Total Produk
Pa = Produk Sektor Pertanian Pn = Produk Sektor Non Pertanian
∆P = Pa .ra + Pn . rn………...………...2 Dimana : ∆P= Kenaikan / Pertambahan Total Produk
ra = Laju Pertumbuhan Produk Sektor Pertanian (Pa), sehingga: Pa1 = Pa0 (1 + ra) dimana superskrip berhubungan dengan waktu rn = Laju Pertumbuhan Produk Sektor Non Pertanian (Pn), sehingga: Pn1 = Pn0 (1 + rn) dimana superskrip berhubungan dengan waktu
�� .��
∆P = Share pertumbuhan dari produk sektor pertanian dalam pertumbuhan total
produk, yang berarti kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDRB.
Untuk hipotesis kedua, pengaruh jumlah tenaga kerja sektor pertanian, luas
lahan sektor pertanian, dan ekspor pertanian terhadap pertumbuhan sektor pertanian dianalisis menggunakan metode analisis regresi linier berganda.Data yang diregresi adalah data yang telah dilogaritmakan terlebih dahulu.Hal ini bertujuan untuk menghindari data yang tidak linier (terjadi non-linieritas).
�� .��
∆P =
1
1 + �� .��
Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
Dimana:
Y = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Petanian (Rp/tahun) a = Nilai Konstanta
b1-b3 = Koefisien Regresi e = Variabel Kesalahan
X1 = Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Jiwa) X2 = Luas Lahan Pertanian (Ha)
X3 = Ekspor Pertanian (US$)
Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel.Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013).
Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.
2. Uji Serempak (Uji F - Statistik)
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.Artinya parameter X1, X2, dan X3 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.
Kriteria pengujian:
Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika H0diterima artinya X1, X2, dan X3secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap Y (pertumbuhan pertanian di Sumatera Utara).
Jika H1diterima artinya X1, X2, dan X3secara serempak berpengaruh nyata terhadap Y (pertumbuhan pertanian di Sumatera Utara).
3. Uji Parsial (Uji t Statistik)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat.Taraf signifikansi (α) yang
digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).
Kriteria Pengujian:
Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika H0diterima artinya X1, X2, dan X3secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Y (pertumbuhan pertanian di Sumatera Utara).
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS).Pada prinsipnya model regresi linier yang dibangun sebaiknya tidak boleh menyimpang dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, danEstimator). Ada empat uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas, heterokedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal.Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.
Sig.KS> 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal
Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.
2. Heteroskedastisitas
Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi.
Sig.> 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas
3. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier (korelasi) yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi.Data yang digunakan adalah penggunaan faktor yang dilogaritmakan.Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.Ada atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi terlihat dari tolerance dan VIF (Variance Inlaction Factor) (Widiyanto, 2010).
Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:
1) Jika nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas 2) Jika nilai tolerance >10, maka model mengalami multikolinieritas
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mendeteksi autokorelasi
Kriteria nilai uji yang digunakan yakni: d <dL: ada autokorelasi positif
dL ≤ d ≤ du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa - apa du ≤ d ≤ 4 – du: tidak ada autokorelasi
4 – du ≤ d ≤ 4 – dL: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa – apa d > 4 – dL: ada autokorelasi negatif
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Definisi dan batasan operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiran dan pengertian, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
1) Pertumbuhan sektor pertanian merupakan dampak dari pembangunan sektor pertanian yang bernilai positif dan pertambahannya dapat dilihat dari waktu – kewaktu.
2) Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian merupakan jumlah Nilai Tambahan Bruto dari sub sektor pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, perternakan, perikanan dan jasa pertanian) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah / region dalamsektor pertanian pada periode tertentu, biasanya satu tahun, diukur dengan satuan rupiah.
4) Luas lahan pertanian merupakan banyaknya lahan yang digunakan untuk kegiatan yang berbasis pertanian terdiri dari luas lahan tanaman pangan, luas lahan hortikultura, luas lahan tanaman perkebunan, luas lahan peternakan, luas lahan perikanan, luas lahan kehutanan, diukur dengan satuan hektar.
5) Ekspor sektor pertanian merupakan kegiatan mengeluarkan barang-barang dan jasa yang dihasilkan sektor pertanian dari peredaran dalam masyarakat ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, diukur dengan satuan US$ sesuai dengan kurs pada tahun tersebut.
3.5.2Batasan Operasional
1) Pertumbuhan sektor pertanian yang dicerminkan melalui PDRB sektor pertanian dengan harga berlaku di Provinsi Sumatera Utara (diukur dengan satuan rupiah).
2) Jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara (diukur dengan satuan jiwa).
3) Luas lahan sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara (diukur dengan satuan hektar).
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 – 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur. Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa. Letak provinsi ini sangat strategis dikarena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan negara Malaysia dan Singapura dengan batas – batas sebagai berikut:
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Riau c) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia
d) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka
Tabel 4.1 Luas dan Letak diatas Permukaan Laut Kabupaten / Kota di
Sumatera Utara 72.981,23
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2015
Kabupaten Padang Lawas, Kabupaaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padangsidempuan, Kota Sibolga, dan Kota Gunungsitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasudutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjungbalai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.
4.1.2 Iklim dan Topografi
4.2 Keadaan Demografi dan Ketenagakerjaan
Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Provinsi ini merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini dan menganut berbagai agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Budha, Hindu dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2014, penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.766.851 jiwa yang terdiri dari 6.868.587 jiwa penduduk laki – laki dan 6.889.264 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis kelamin / sex ratio sebesar 99,57. Pada tahun 2014 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah perdesaan dibandingkan di perkotaan. Jumlah penduduk yang tinggal di perdesaan adalah 6,98 juta jiwa (50,74%) dan di daerah perkotaan sebesar 6,78 juta jiwa (49,26%).
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2011, TPAK di Sumatera Utara sebesar 77,10% kemudian turun menjadi 69,41% pada tahun 2012. Pada tahun 2014 kembali terjadi penurunan menjadi 67,07%.
Tabel 4.2 Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara 2011 – 2014
Jenis Kegiatan 2011 2012 2013 2014
4.3 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara
PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2014 sebesar Rp 523,77 triliun. Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan kontributor utama dengan peranan mencapai 23,18 persen. Selanjutnya diikuti dengan Kategori Industri Pengolahan sebesar 19,9 persen dan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,11 persen. Sementara itu kategori lainnya memberikan total kontribusi sebesar 39,81 persen terhadap perekonomian di Sumatera Utara.
Tabel 4.3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah), 2012 – 2014
Lapangan Usaha 2012 2013 2014
Pertanian 103.933,11 115.194,75 121.435,44
Pertambangan dan Penggalian 4.848,02 6.581,44 6.944,81 Industri Pengelolahan 86.171,93 93.241,47 104.224,00 Pengadaan Listrik dan Gas 641,93 586,21 514,67
Pengadaan Air 399,03 441,82 501,06
Konstruksi 51.426,26 60.997,62 71.225,77
Perdagangan 70.891,92 78.324,82 89.597,00
Transportasi dan Pergudangan 19.056,20 22.990,25 25.923,44 Penyediaan Akomodasi 9.100,94 10.598,78 12.283,32 Informasi dan Komunikasi 8.957,70 9.594,39 10.287,35
Jasa Keuangan 13.479,43 15.738,02 17.155,25
Real Estate 16.358,72 20.078,79 22.786,42
Jasa Perusahaan 3.646,33 4.224,04 4.836,42
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan
14.786,94 16.427,96 18.832,08
Jasa Pendidikan 7.938,01 8.848,51 9.930,06
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
3.519,33 4.020,16 4.604,43
Jasa Lainnya 1.964,64 2.332,95 2.690,05
PDRB 417.120,44 470.221,98 523.771,57
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara
Untuk mengukur besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Simon Kuznets, maka PDRB Provinsi Sumatera Utara dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor pertanian dan sektor non pertanian, sehingga memperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1 PDRB Provinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), Dilihat Dari 2 Sektor
No Tahun Sektor Petanian Sektor Non Pertanian Total PDRB
1 1985 1,579.98 3,121.79 4,701.77
28 2012 103,933.11 313,187.33 417,120.44
29 2013 115,194.75 355,027.23 470,221.98
30 2014 121,435.44 402,336.13 523,771.57
Adapun rumus kontribusi Kutznes adalah sebagai berikut:
P = Pa + Pn ∆P = Pa .ra + Pn . rn
Dimana : P = Total Produk
Pa = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian Pn = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Non Pertanian ∆P= Pertambahan dalam Total Produk
ra = Laju Pertumbuhan dari Pa, sehingga Pa1 = Pa0 (1+ra) rn = Laju Pertumbuhan dari Pn, sehingga Pn1 = Pn0 (1+rn)
Untuk menghitung share pertumbuhan sektor pertanian digunakan rumus:
Dengan menggunakan rumus diatas dapat dihitung perkembangan dari tahun ke tahun laju pertumbuhan sektor pertanian dan sektor non pertanian, serta sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Sumatera Utara untuk periode 1985 – 2014. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:
�� .��
∆P =
1
1 + �� .��
Tabel 5.2 Perkembangan Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Pertanian (Tahun 1985 - 2014)
Sama halnya dengan laju pertumbuhan sektor pertanian, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sumatera Utara juga mengalami perkembangan yang cukup bervariasi. Kontribusi terbesar sektor pertanian berada pada tahun 1999 yaitu sebesar 0,61 atau sekitar 61%. Sedangkan kontribusi terkecil PDRB sektor pertanian terhadap PDRB Sumatera Utara berada pada tahun 1993 yaitu sebesar -0,02 atau sekitar 2% menurun.
Pada tahun 1998 dan tahun 1999, baik laju pertumbuhan sektor pertanian maupun kontribusi sektor pertanian merupakan laju dan kontribusi tertinggi selama 30 tahun belakangan ini.Ini dikarenakan pada tahun 1997-1999 merupakan masa di mana Indonesia mengalami krisis moneter yang menjatuhkan perekonomian bangsa, sehingga hampir semua sektor di Sumatera Utara mengalami pertumbuhan yang negatif. Tapi itu semua tidak berlaku untuk sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan satu - satunya sektor yang hampir tidak mengalami imbas dari krisis moneter. Sektor pertanian tetapmengalami pertumbuhan yang positif yakni sebesar 2,1 %. Pada tahun berikutnya (akhir 1999), sektor pertanian bahkan mampu tumbuh mencapai 5,54 %. Sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan yang negatif (Tabel 1.1).
sebelumnya.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kontribusi sektor pertanian tidak serta merta berpengaruh positif terhadap PDRB sektor pertanian secara keseluruhan.Dengan ini dapat dinyatakan bahwa hipotesis (1) ditolak.
Berdasarkan data pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 juga dapat dilihat bahwa sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor utama di Provinsi Sumatera Utara.Oleh sebab itu, pembangunan sektor pertanian harus terus ditingkatkan melalui pembangunan tiap sub sektor pertanian. Sub sektor pertanian yang paling tinggi kontribusinya terhadap sektor pertanian sampai saat ini adalah sub sektor perkebunan.
Sub sektor perkebunan menjadi sub sektor yang unggul dalam kontribusinya terhadap sektor pertanian. Berdasarkan data pada Lampiran 1.c, dapat dilihat luas lahan sub sektor perkebunan merupakan luas lahan terbesar yaitu 1.201.054,3 Ha untuk luas tanaman menghasilkan,yang didominasi oleh komoditi sawit. Sama halnya dengan luas lahan, produksi sub sektor perkebunan juga merupakan produksi terbesar dari sub sektor pertanian lainnya.Jumlah produksi sub sektor perkebunan pada tahun 2014 adalah sebesar 9.651.737 ton.
5.2 Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara
terikat), dimana hasil regresi yang diperoleh melalui penelitian ini menggunakan Model Regresi Linier Berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana:
Y = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Petanian (Rp/tahun) a = Nilai Konstanta
b1-b3 = Koefisien Regresi e = Variabel Kesalahan
X1 = Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Jiwa) X2 = Luas Lahan Pertanian (Ha)
X3 = Ekspor Pertanian (US$)
Setelah diproses dengan menggunakan software SPSS ( Stasistical Product and Service Solution) maka hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan sektor pertanian di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara
Variabel Koefisien Regresi Standar Error Signifikansi t
Constanta -28,030 8,614 0,003
X1 = Tenaga Kerja 5,293 1,385 0,001
X2 = Luas Lahan -,576 ,269 0,042
X3 = Nilai Ekspor ,859 ,246 0,002
R = 0,950a
R-Square = 0,902
Sumber: Lampiran 2a dan 2b
Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah
Dari persamaan ini dapat diartikan bahwa apabila seluruh variabel bebas yaitu, tenaga kerja sektor pertanian, luas lahan sektor pertanian, dan ekspor sektor pertanianbernilai nol maka variabel terikat PDRB sektor pertanian menurun sebesar 28,03%
Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
1. Koefisien Determinasi (R2)
Setelah dilakukan analisis terhadap model regresi tersebut, maka diperoleh nilai R
square sebesar 0,902(Lampiran 2a) yang artinya 90,2% variasi variabel terikat PDRB
sektor pertanian telah dapat di jelaskan oleh variabel bebas tenaga kerja sektor
pertanian, luas lahan sektor pertanian, dan ekspor sektor pertanian. Sisanya sebesar
9,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi ini.
2. Uji Serempak (Uji F - Statistik)
Berdasarkan tabel ANOVA (Lampiran 2c) hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi F sebesar (0,000) ≤ α (0,05)maka H0 ditolak H1 diterima, artinya variabel bebas yaitu tenaga kerja sektor pertanian, luas lahan sektor pertanian, dan ekspor sektor pertaniandalam model secara serempak berpengaruh
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan dimana variabel tenaga kerja sektor pertanian, luas lahan sektor pertanian, dan ekspor sektor pertanian secara
serempak berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara.
3. Uji Parsial (Uji t Statistik)
Pengaruh Tenaga Kerja Sektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara
Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 5.3 dapat dilakukan uji-t dengan melihat nilai signifikansi t variabel tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian adalah sebesar 0,001< α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, artinya variabel bebas yaitu tenaga kerja sektor pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara pada taraf kepercayaan 95%.
Dari hasil regresi dapat disimpulkan bahwa hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana variabel tenaga kerja sektor pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara.
Pada hasil regresi dapat dilihat bahwa peningkatan pada variabel tenaga kerja sektor pertanian akan menyebabkan nilai PDRB sektor pertanian juga meningkat. Secara umum, kenaikan jumlah tenaga kerja sektor pertanian sebagai salah satu faktor produksi akan meningkatkan produksi sektor pertanian yang kemudian meningkatkan sumbangan terhadap PDRB sektor pertanian. Menurut Todaro (2000), pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Toga 2015 yang berjudul “Analisis Pengaruh Investasi Pertanian dan Tenaga Kerja Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara” dimana jika jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Asahannaik sebesar 1 %, maka PDRB sektor pertanian di Kabupaten Asahan akan meningkat sebesar 1,415 %.
Pengaruh Luas Lahan Sektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara
Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana variabel luas lahan sektor pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X2 yaitu luas lahan sektor pertanianbertanda negatif (-) yaitu sebesar 0,576. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikanluas lahan sektor pertaniansebesar 1% maka akan terjadi penurunanPDRB sektor pertanian sebesar 0,576% dan sebaliknya (ceteris paribus).
Pada hasil regresi terjadi perbedaan sign antara luas lahan dengan PDRB sektor pertanian dimana jika luas lahan menurun, PDRB sektor pertanian meningkat. Hal ini dapat terjadi karena produktivitas lahan sektor pertanian yang semakin meningkat.Produktivitas lahan dapat meningkat disebabkan oleh faktor pendukung yaitu teknologi.Teknologi seperti penggunaan pupuk, dan alat – alat pendukung kegiatan pertanian dapat meningkatkan produktivitas per satuan lahan.Dengan demikian, meskipun luas lahan minim dapat diperoleh hasil yang optimal.
Jhingan (2008) mengungkapkan bahwa perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan metode produksi yang, merupakan hasil pembaharuan atau hasil teknik penelitian baru.Perubahan pada teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal, lahan, dan faktor produksi lainnya.
terbatas, maka jadilah ia salah satu negara termaju di dunia. Jepang berhasil mengatasi kekurangan sumber alamnya melalui teknologi, penelitian baru, dan ilmu pengetahuan tinggi.Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup.Yang terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Yon Alferi (2010) yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Deli Serdang” dimana jika luas lahan sektor pertanian di Kabupaten Deli Serdang naik sebesar 1%, maka PDRB sektor pertanian di Kabupaten Deli Serdang akan meningkat sebesar 0,1922%.
Pengaruh Ekspor Sektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara
Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 5.3 dapat dilakukan uji-t dengan melihat nilai signifikansi t variabel ekspor sektor pertanian adalah sebesar 0,002 ≤ α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, artinya
variabel bebas yaitu ekspor sektor pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana ekspor sektor pertaniansecara parsial berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara.
menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan ekspor sektor pertaniansebesar 1% maka akan terjadi kenaikan PDRB sektor pertanian sebesar 0,859%dan sebaliknya (ceteris paribus).
Peningkatan ekspor sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian yang kemudian meningkatkan pendapatan suatu wilayah secara umum. Menurut Todaro (2000), ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara.Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Novridho Rakhmad (2008) dalam penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Ekspor, Dan Kredit Perbankan Terhadap PDRB Sektor Pertanian Sumatera Utara” dimana jika nilai ekspor sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara naik sebesar 1% maka PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat sebesar 6.523 %.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Pada tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov (Lampiran 3a) hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi KS adalah sebesar 0,636> α (0,05) maka terima H0 tolak H1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.
Uji Heterokedastisitas
signifikansi tenaga kerja0,134> α (0,05), luas lahan0,233> α (0,05), nilai ekspor0,088>α (0,05), maka terima H0 tolak H1. Sesuai dengan hipotesis apabila H0 diterima artinya tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi atau model regresi merupakan homokedastisitas.
Uji Multikolinieritas
Pada tabel Coefficient (Lampiran 2b) diketahui nilai toleransi dan VIF pada masing-masing variabel. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 5.4. Nilai Toleran Variabel Independen
Model Collinearity Statistics Kesimpulan
Tolerance VIF
Tenaga Kerja 0,753 ( > 0,10) 1,330 ( < 10) tidak terjadi multikolinieritas Luas Lahan 0,194 ( > 0,10) 5,158 ( < 10) tidak terjadi
multikolinieritas Ekspor 0,173 ( > 0,10) 5,784 ( < 10) tidak terjadi
multikolinieritas Sumber: Lampiran 2b
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai toleransi dan VIF yang memenuhi hipotesis H0 artinya tidak ada korelasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.
Uji Autokorelasi
Dengan menggunakan tabel statistik dW dan signifikansi 0,05% dengan n=30 serta jumlah variabel bebas sebanyak 3 maka diperoleh angka dL = 1,214dan dU = 1,650.
Nilai dW pada hasil SPSS adalah sebesar 1.076< dL, sesuai dengan kriteria uji maka ada autokorelasi positif pada model regresi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Kontribusi sektor pertanian tidak serta merta berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat diajukan:
1) Kepada pemerintah khususnya pemerintah daerah diharapkan turut serta dalam upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja dengan memberikan bimbingan seperti motivasi dan penyuluhansehingga produktivitas tenaga kerja dapat meningkat signifikan.
Pemerintah juga diharapkan membuat kebijakan mengenai pengalihfungsian lahan sektor pertanian, sehingga luas lahan sektor pertanian di Sumatera Utara tidak mengalami penurunan yang drastis dari tahun ke tahun.
2) Kepada pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara disarankan agar membangun sektor pertanian, terkhusus sub sektor perkebunan dengan komoditi utama sawit agar PDRB sektor pertanian mengalami pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian dapat mengalami peningkatan lebih signifikan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3Latar Belakang
Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun negara yang dapat mencapai tahapan tinggal landas (take-off) menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri tanpa didahului dengan pencapaian tahapan pembangunan sektor pertanian yang mapan. Sektor pertanian yang mapan merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor lain seperti sektor industri dan jasa.
Teori pembangunan menyebutkan bahwa sektor pertanian merupakan penggerak pembangunan (engine of growth) baik dari segi penyedian bahan baku, bahan pangan, serta sebagai daya beli bagi produk yang dihasilkan oleh sektor lain. Secara alamiah pembangunan harus didukung oleh berkembangnya sektor pertanian yang kuat baik segi penawaran maupun dari segi permintaan. Dengan kuatnya sektor pertanian dipandang dari sisi penawaran maupun di sisi permintaan maka pertanian akan mampu mendukung dan membuat jalinan dengan sektor kegiatan ekonomi lain (Mudrajat, 2001).
Pada tahap pertama pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian.Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengelolahan penunjang sektor pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam.Tidak dapat dipungkiri, strategi yang dipilih sangat berhasil dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi yang rata – rata diatas 7 persen per tahun pada periode 1960 – 1996 (BPS, 1999).Selanjutnya pertumbuhan yang begitu cepat berhasil mengangkat posisi Indonesia menjadi negara berpendapatan sedang dan dimasukkan juga ke dalam kelompok negara industri baru yang menciptakan fenomena keajaiban ekonomi Asia (The Great Asian Economic)di tahun 1980-an (Lena, 2004).
Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 1997 – 1999 (Miliar Rupiah)
Lapangan
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 1997-1999(diolah)
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dimana sektor pertanian masih menjadi basis kegiatan perekonomiannya. Menurut data pada tahun 2014 dimana sektor pertanian (tanaman bahan pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan) merupakan sektor yang menyumbang nilai tambah terbesar pertama dalam PDRB di provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 23,18 persen, yang disusul dengan sektor industri sebesar 19,89 persen pada urutan kedua, dan sektor ketiga merupakan sektor pedagangan sebesar 17,10 persen (BPS, 2014).
jasa pendidikan, 16) jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan 17) jasa lainnya terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara 2012 – 2014 menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2 PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 – 2014 (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha 2012 2013 2014
Pertanian 103.933,11 115.194,75 121.435,44
Pertambangan dan Penggalian 4.848,02 6.581,44 6.944,81 Industri Pengelolahan 86.171,93 93.241,47 104.224,00 Pengadaan Listrik dan Gas 641,93 586,21 514,67
Pengadaan Air 399,03 441,82 501,06
Konstruksi 51.426,26 60.997,62 71.225,77
Perdagangan 70.891,92 78.324,82 89.597,00
Transportasi dan Pergudangan 19.056,20 22.990,25 25.923,44 Penyediaan Akomodasi 9.100,94 10.598,78 12.283,32 Informasi dan Komunikasi 8.957,70 9.594,39 10.287,35
Jasa Keuangan 13.479,43 15.738,02 17.155,25
Real Estate 16.358,72 20.078,79 22.786,42
Jasa Perusahaan 3.646,33 4.224,04 4.836,42
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan
14.786,94 16.427,96 18.832,08
Jasa Pendidikan 7.938,01 8.848,51 9.930,06
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
3.519,33 4.020,16 4.604,43
Jasa Lainnya 1.964,64 2.332,95 2.690,05
PDRB 417.120,44 470.221,98 523.771,57
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2012-2014
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor yang unggul dalam sumbangannya terhadap PDRB di provinsi Sumatera Utara.Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih berpotensi mengalami peningkatan pertumbuhan.
tepat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah dengan meningkatkan pembangunan pertanian (Saragih, 2001).
Pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia secara umum dan di Provinsi Sumatera Utara secara khusus tidak terlepas dari peran tenaga kerja di sektor pertanian.Sektor pertanian masih merupakan penyerap tenaga kerja yang paling banyak jika dibandingkan dengan sektor – sektor lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 - 2014
No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian 2.875.343 2.595.418 2.496.230 2.563.359 2.500.759
2 Pertambangan dan
Penggalian
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.195.711 1.209.027 1.116.977 1.117.377 1.180.979
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
308.729 247.126 276.081 271.380 285.246
8 Bank dan Lembaga
Keuangan
61.256 118.242 102.955 128.020 121.156
9 Jasa Kemasyarakatan 885.145 884.452 894.962 953.369 905.143
10 Lainnya 0 0 0 0 0
Total 6.125.571 5.912.114 5.751.682 5.899.560 5.881.371
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2010-2014
Selain tenaga kerja, sektor pertanian dalam proses produksinya untuk menghasilkan output juga membutuhkan faktor produksi utama yaitu lahan. Keberadaan lahan sangat penting dalam menunjang kegiatan produksi hasil pertanian. Pada umumnya, semakin besar luas lahan pertanian untuk memproduksi suatu komoditi, maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan, yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan. Namun pada kenyatannya lahan yang digunakan untuk sektor pertanian dewasa ini telah mengalami penurunan yang sangat drastis.Penurunan yang sangat drastis ini disebabkan oleh banyaknya pengalihfungsian lahan pertanian ke sektor non-pertanian. Penyusutan luas baku lahan pertanian di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 1.4 Perkembangan Rata – Rata Luas Lahan Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Utara Tahun 1985 – 2014 (Jiwa)
Tahun Rataan Luas Lahan Perkembangan
1885 – 1994 5.966.068,1 -
1995 – 2004 4.878.654,2 -18,23
2005 – 2014 1.332.721,3 -72,68
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 1885 - 2014
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan PDRB sektor pertanian adalah sumbangan devisa yang dapat dilihat melalui ekspor sektor pertanian. Ekspor dapat merangsang peningkatan pendapatan dan merangsang pertumbuhan ekonomi.Ekspor pertanian dapat menggambarkan produktivitas yang dihasilkan di sektor pertanian itu sendiri.
tahun ke tahun jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian.Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.5berikut:
Tabel 1.5 Nilai FOB Ekspor Sumatera Utara Menurut Sektor Tahun 2010 – 2014 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2010-2014
Dari uraian permasalahan diatas dan melihat betapa besarnya pengaruh sektor pertanian bagi kehidupan masyarakat dan pentingnya mengoptimalkan produktivitas sektor pertanian dalam rangka meningkatkan kontribusi pertanian terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara, maka penulis tertarik meneliti tentang sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara”.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
3) Bagaimana laju pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
3) Untuk menganalisis laju pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sumatera Utara.
4) Untuk menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja, luas lahan, dan ekspor sektor pertanian terhadap pertumbuhan pertanian di Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
4) Sebagai pertimbangan bagi pihak pemerintah khususnya pemerintah provinsi Sumatera Utara serta instansi terkait dalam meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian di provinsi Sumatera Utara.
5) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, sehingga menambah ilmu pengetahuan.