PENETAPAN KADAR KALSIUM KARBONAT PADA TABLET MAGARD FA DENGAN TITRASI KOMPLEKSOMETRI
TUGAS AKHIR
Oleh:
FHIZRI AYUNINGTYAS NIM 0924100020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik.
Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun
berdasarkan apa yang penulis lakukan pada praktek kerja lapangan di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda Zulkifli AR dan Ibunda Faridah dan seluruh keluarga yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga Tugas Akhir
ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Farmasi,
Fakultas Farmasi USU.
3. Bapak Drs. Ismail, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing pada
penyelesaian Tugas Akhir ini.
4. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
5. Bapak Drs. Agus Prabowo, MS., Apt., selaku Kepala Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
6. Ibu Dra. Nina Refida, Apt., selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha di Balai
7. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm., Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL
(Praktek Kerja Lapangan) di Balai Besar POM di Medan.
8. Seluruh staf dan karyawan Balai Besar POM di Medan yang telah
membantu kami selama melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan).
9. Sahabatku Suci dan Nura yang selalu mendoakan dan memberikan ku
semangat saat jenuh dan lelah. Untuk Bang Denny Satria, terima kasih atas
kritik dan sarannya serta dorongan dan doa-doanya.
10. Fauzi, Yuli, dan Kiki selaku teman sekelompok selama PKL di BBPOM
Medan.
11. Seluruh teman-teman Mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan Angkatan
2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak
mengurangi arti keberadaan mereka.
Dalam menulis Tugas Akhir ini, Penulis menyadari bahwa penulisan ini
tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2012
Penulis
Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA Secara Titrasi Kompleksometri
Abstrak
Kalsium karbonat merupakan antasida yang kuat dan murah. Pada proses penetralan asam, kalsium karbonat dapat menetralkan asam klorida dan di dalam lambung, kalsium karbonat diubah mejadi kalsium klorida. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium karbonat dalam tablet Magard FA. Uji penetapan kadar kalsium karbonat ini dilakukan menggunakan metode titrasi kompleksometri, dimana asam klorida dan natrium hidroksida digunakan sebagai pelarut dan dinatrium edetat sebagai pentiter.
Percobaan dilakukan secara duplo dimana volume dinatrium edetat yang dipakai pada titrasi I sebanyak 3,0 ml, dan volume dinatrium edetat yang terpakai pada titrasi II sebanyak 3,05 ml. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna merah lembayung hingga terbentuk warna biru tua jernih.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN.. ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan. ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Obat ... 3
2.2 Tablet .. ... 4
2.2.1 Jenis-Jenis Tablet ... 5
2.2.2 Keunggulan Bentuk Sediaan Tablet .. ... 6
2.3 Maag .. ... 6
2.3.1 Gejala Klinis Penyakit Maag ... 7
2.3.2 Penyebab Penyakit Maag .. ... 7
2.4 Antasida ... 8
2.4.1 Penggolongan Antasida... 8
2.4.2 Indikasi Antasida ... 9
2.4.3 Efek Samping Antasida... 10
2.5 Kalsium Karbonat ... 10
2.5.1 Sifat Kalsium Karbonat... 11
2.5.2 Efek Samping ... ... 11
2.5.3 Mekanisme Kerja ... 12
2.6 Metode Penetapan Kadar Kalsium Karbonat .. ... 12
2.6.3 Indikator Biru Hidroksi Naftol ... 13
2.6.4 Macam-Macam Titrasi Kompleksometri ... 13
BAB III METODOLOGI... 15
3.1 Tempat Pengujian . ... 15
3.2 Sampel .. ... 15
3.3 Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA Secara Kompleksometri .. ... 16
3.3.1 Alat . ... 16
3.3.2 Bahan... 16
3.3.3 Prosedur ... 16
3.3.4 Persyaratn ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . ... 18
4.1 Hasil ... 18
4.2 Pembahasan ... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20
5.1 Kesimpulan .. ... 20
5.2 Saran . ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 21
Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA Secara Titrasi Kompleksometri
Abstrak
Kalsium karbonat merupakan antasida yang kuat dan murah. Pada proses penetralan asam, kalsium karbonat dapat menetralkan asam klorida dan di dalam lambung, kalsium karbonat diubah mejadi kalsium klorida. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium karbonat dalam tablet Magard FA. Uji penetapan kadar kalsium karbonat ini dilakukan menggunakan metode titrasi kompleksometri, dimana asam klorida dan natrium hidroksida digunakan sebagai pelarut dan dinatrium edetat sebagai pentiter.
Percobaan dilakukan secara duplo dimana volume dinatrium edetat yang dipakai pada titrasi I sebanyak 3,0 ml, dan volume dinatrium edetat yang terpakai pada titrasi II sebanyak 3,05 ml. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna merah lembayung hingga terbentuk warna biru tua jernih.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga
diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk
suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar
agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Setiap tahun kebutuhan produk
obat meningkat di masyarakat (Tjay dan Rahardja, 2007).
Banyaknya permintaan obat oleh konsumen menimbulkan produsen untuk
memproduksi berbagai macam obat dengan spesifikasi tertentu. Terlebih lagi jika
konsumen menginginkan obat yang berkualitas dengan harga yang relatif
terjangkau. Namun berdasarkan dari beberapa penelitian yang ada, penerapan
penggunaan obat di pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa dalam praktek
sehari-hari sering terjadi penggunaan obat yang tidak rasional, selain
kemungkinan efek samping yang bertambah juga dapat menimbulkan dampak
negatif pada penderita seperti masa perawatan yang lama (Munaf, 1994).
Penggunaan obat yang tidak rasional juga dapat terjadi pada obat antasida
yang tersedia dalam berpuluh-puluh merek yang memiliki spesifikasi tertentu dan
tersususn dari kompisisi zat kimia di dalamnya seperti kalsium karbonat. Selain
itu setiap pembuatan formulasi obat, diperlukan kandungan komposisi setiap zat
dengan kadar yang tepat agar diperoleh penggunaan terapi yang sesuai dan tidak
Menyadari akan hal ini bahwa kadar yang tidak memenuhi persyaratan
dapat membahayakan konsumen, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
tugas akhir “Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA Secara
Titrasi Kompleksometri”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan
praktek kerja lapangan di Balai Basar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penetapan kadar kalsium karbonat dalam sediaan tablet
Magard FA yaitu sebagai berikut:
− Untuk mengetahui berapa kadar kalsium karbonat yang terdapat dalam
tablet Magard FA
− Untuk mengetahui apakah kadar kalsium karbonat yang terkandung
dalam tablet Magard FA memenuhi persyaratan yang dipersyaratakan
Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar kalsium karbonat dalam
sediaan tablet Magard FA adalah agar dapat mengetahui bahwa sediaan tablet
tersebut yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
193/Kab/B.VII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: “Obat ialah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperoleh
atau memperindah badan atau bagian badan lainnya (Joenoes, 2001).
Obat jadi yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai
nama teknis sesuai dengan F.I atau buku lain. Obat essensial adalah obat yang
paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak yang
meliputi diagnosa, profilaksi terapi dan rehabilitasi. Obat paten yakni obat jadi
dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang
dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memperoduksinya.
Obat generik yaitu obat dengan nama resmi yang yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia dan Internasioanl Non Proprietary Names WHO untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.2 Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet dapat berbentuk
rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau
Zat tambahan yang digunakan dapat berupa zat pengisi yang berfungsi
untuk memperbesar volume tablet, contohnya saccharum lactis dan amylum; zat
pengikat yang berfungsi agar tablet tidak pecah dan dapat merekat, contohnya
gom arab; zat penghancur yang dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam
perut, contohnya amylumn dan agar-agar serta zat pelicin yang dimaksudkan agar
tablet tidak lekat pada cetakan, contohnya talkum, magnesium dan asam stearat.
Tablet dapat digunakan untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Berbagai
bentuk khusus tablet dimaksudkan untuk menghindari, mencegah atau
mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenal orang (Anief, 1994; Syamsuni;
2006).
Tablet sangat baik disimpan dalam wadah yang tertutup rapat ditempat
yang kelembabannya yang rendah, serta terlindung dari temperatur yang tinggi.
Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai dengan
pengering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh cahaya dismpan dalam
wadah yang dapat menahan masuknya sinar / cahaya agar dapat bertahan lebih
lama (Ansel, 1989).
2.2.1 Jenis-Jenis Tablet
1. Tablet Salut Gula, tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai
begitu ditelan.
2. Tablet Salut Enterik yaitu tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di lambung tapi di usus.
3. Tablet Sublingual atau Bukal yaitu tablet yang disisipkan di pipi dan dibawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam
4. Tablet Kunyah, dimaksudkan untuk dikunyah memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit
atau tidak enak. Tablet ini digunakan untuk formulasi tablet multivitamin dan
antasida.
5. Tablet Effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu
menjelaskan gas ketika bercampur dengan air.
6. Tablet Triturat, tablet ini bentuknya kecil dan silinder serta biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras.
7. Tablet Hipodermik yaitu tablet untuk dimasukkan kebawah kulit, merupakan tablet triturat, asalnya dimaksudkan untuk digunakan oleh dokter
dalam membuat larutan parenteral secara mendadak.
8. Tablet Lepas Lambat, dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia dalam jumlah waktu tertentu setelah obat diberikan (Ditjen POM, 1995).
2.2.2 Keunggulan Bentuk Sediaan Tablet
Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang sangat populer,
dimana hampir sebagian besar bentuk sediaan farmasi terdapat dalam bentuk
tablet (hampir 60%). Hal ini didukung oleh beberapa keunggulan yang dimiliki
oleh tablet, yaitu:
a. Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dan dengan kecepatan produksi
yang sangat tinggi sehingga lebih murah
b. Memiliki kecepatan dosis tiap tablet / tiap unit pemakaian
c. Lebih stabil dalam bentuk kering
d. Dapat dibuat produk untuk berbagai profil pelepasan
e. Mudah dalam pengepakan (blister atau strip) dan transportasi
g. Produk dapat dengan mudah diidentifikasi dengan memebrikan tanda /
logo di punch atau dengan printing
h. Dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga
medis (Sulaiman, 2007).
2.3 Maag
Penyakit maag (dyspepsia) didefinisikan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak
nyaman di sekitar uluh hati. Dyspepsia yang paling dikenal adalah radang
lambung (gastritis). Gastritis merupakan peningkatan produksi asam lambung
sehingga terjadi iritasi lambung, gejala yang khas pada gastritis berupa nyeri atau
perih pada uluh hati meskipun baru saja makan. Peradangan pada lambung tidak
hanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi
asam lambung, tetapi juga dapat dikarenakan injeksi sejumlah bakteri. Jika
kondisinya sudah parah maka infeksi bakteri akan menyebabkan borok-borok
pada lambung atau tukak lambung (Tambunan, 1994; Yuliarti, 2009).
Penyebab rasa nyeri dan perih adalah karena berkurangnya daya tahan
selaput lendir-lendir dinding lambung yang dalam keadaan normal sangat tahan
terhadap asam klorida (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.3.1 Gejala Klinis Penyakit Maag
Adapun gejala–gejala yang sering ditunjukkan pada penyakit maag yaitu:
1. Rasa terbakar di lambung dan akan menjadi semakin parah ketika sedang
makan
2. Mual-mual
3. Muntah
4. Kehilangan nafsu makan
2.3.2 Penyebab Penyakit Maag
Adapun faktor-faktor yang dapat mendorong terjadinya sakit maag yaitu:
1. Infeksi bakteri
Infeksi akibat bakteri Helicobacter pylori pada lambung bisa
menyebabkan peradangan mukosa lambung. Infeksi yang disebabkan
bakteri ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak. Sering kali, bakteri
ditularkan melalui feses, ludah, termasuk alat makan yang tidak dicuci
dengan bersih. Bakteri ini kemudian tinggal di dalam perut hingga dewasa.
2. Obat penghilang nyeri
Mengkonsumsi obat-obat penghilang rasa nyeri seperti aspirin, ibuprofen
dan naproxen yang selalu sering dapat menyebabkan penyakit maag.
3. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan mengikis
permukaan lambung sehingga asam lambung dengan mudah akan
mengikis permukaan lambung (Yuliarti, 2009).
2.4 Antasida
Antasida merupakan salah satu golongan obat yang bekerja mengurangi
keasaman cairan lambung di dalam rongga lambung yang diberikan secara oral
dan selain itu dapat pula menetralkan asam lambung secara lokal. Ada tiga cara
antasida mengurangi keasaman cairan lambung, yaitu pertama secara langsung
menetralkan cairan lambung, kedua dengan berlaku sebagai buffer terhadap
hydrochloric acid lambung yang pada keadaan normal mempunyai pH 1 sampai 2
dan ketiga dengan kombinasi kedua cara tersebut diatas. Antasida akan
mengurangi rangsangan asam lambung terhadap saraf sensoris dan melindungi
2.4.1 Penggolongan Antasida
Secara klinis antasida dapat dibagi atas 2 golongan:
a. Antasida kuat, yaitu antasida yang mempunyai aktivitas netralisasi asam
yang efektif, termasuk: Natrium bikarbonat, Kalsium karbonat dan
Magnesii oksid.
b. Antasida tidak kuat, karena mempunyai kapasitas netralisasi asam
lambung relatif kecil, termasuk: semua antasida selain diatas, terutama
Aluminium hidroksida gel. Pemberian antasida dalam dosis yang cukup
kuat mempercepat proses penyembuhan pada ulkus peptikum (Munaf,
1994).
Berdasarkan pengaruhnya terhadap keseimbangan asam basa dan elektrolit
dalam tubuh, anatsida dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Antasida nonsistemik, yaitu antasida yang mempunyai kation yang
membentuk senyawa-senyawa yang tidak larut dalam usus dan tidak dapat
diabsorbsi, sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam
tubuh namun hanya mempengaruhi kemasaman cairan dalam saluran
cerna. Misalnya Aluminium hidroksida dan Kalsium karbonat.
b. Antasida sistemik, yaitu antasida yang tidak membentuk kompleks yang
tidak larut dan ion-ionnya dapat diserap oleh usus halus sehingga dapat
merubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat
menimbulkan alkalosis. Misalnya Na-bikarbonat (Anwar, 2000).
2.4.2 Indikasi Antasida
1. Pemberian antasida dapat mengurangi rasa nyeri pada ulkus peptikum
2. Mengurangi hiperasiditas
5. Mencegah pembentukan batu / kristal obat-obat yang menyebabkan pH
urin menjadi asam
6. Efek samping konstipasi pada penggunaan antasida dapat mengobati
penyakit diare (Munaf, 1994).
2.4.3 Efek Samping Antasida
Pemberian antasida dalam dosis besar secara terus-menerus dapat
memberikan efek samping sebagai berikut:
1. Alkalosis (karena diserapnya kation-kation antasida), retensi cairan dan
gejala keracunan Mg dengan depresi SSP (karena diserapnya Mg) dapat
terjadi pada pemakaian antasida
2. Perubahan fungsional usus besar, dapat berupa:
• Konstipasi pada pemakaian Ca-karbonat
• Diare pada pemakaian preparat Mg
• Susah buang air besar akibat pemakaian hidrat garam-garam aluminium
yang terdapat di dalam usus besar terpisah dari tinja dan menjadi keras
sehingga susah dikeluarkan. Untuk mencegah efek samping diatas
dianjurkan untuk menggunakan kombinasi
• Alkalosis terjadi pada penggunaan Na-bikarbonat
• Gangguan absorpsi atau sekresi obat lain. Antasida dapat menghambat
absorpsi obat-obat seperti: tetrasiklin, digoksin, fenitoin, isoniazid dan
obat-obat yang bersifat asam (Anwar, 2000).
2.5 Kalsium Karbonat
Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan karbonat pertama yang digunakan
sebagai antasidum yang memiliki efek baik, cepat dan efektif dapat menetralisasi
asam lambung. Kalsium dapat mengaktivasi dan kemudian berlanjut dengan
menghasilkan rasa gembung perut dan banyak sendawa (Tjay dan Rahardja,
2007).
2.5.1 Sifat Kalsium Karbonat
Sifat-sifat kalsium karbonat adalah sebagai berikut:
Sinonim : Calcii Carbonas, Kapur, Stomagel
Berat Molekul : 100,09
Rumus Empiris : CaCO3
Pemerian : Berbentuk kristal atau serbuk, tidak berwarna atau putih
tak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan tidak larut dalam etanol
(Ditjen POM, 1995).
2.5.2 Efek Samping
Sindroma yang dapat timbul akibat penggunaan kalsium dalam jumlah
besar dapat berbentuk hypercalcemia, pengurangan ekskresi hormon parathypoid,
retensi fosfat, pengendapan garam Ca di dalam ginjal, disfungsi ginjal serta
menyebabkan perdarahan pada saluran cerna. Pada lansia lebih sering dijumpai
sembelit. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat ini:
• Sebagian obat ini dapat diabsorpsi sehingga akan meningkatkan kadar
kalsium dalam darah, maka sebaiknya jangan diberikan lebih dari 20 gram
sehari.
• Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal jangan lebih dari 4 gram
sehari (Anwar, 2000).
Potensi cukup kuat, mulai kerja cepat dan berlangsung lama. Kejelekan
obat ini adalah dapat menimbulkan acid rebound dan dapat pula mengakibatkan
kalsium karbonat dapat menyebabkan hiperkalsemia ringan, sedangkan pemberian
8 gram mengakibatkan hiperkalsemia ringan (Munaf, 1994).
2.5.3 Mekanisme Kerja
Sebagai antasida, kalsium karbonat menetralkan asam lambung sambil
melepaskan gas karbondioksida yang diduga merangsang dinding dengan
mencetuskan perforasi dari tukak. Pertama-tama terjadi peredaan nyeri, tetapi
segera disusul oleh rasa nyeri yang lebih hebat akibat bertambahnya pelepasan
asam (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.6 Metode Penetapan Kadar Kalsium Karbonat 2.6.1 Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri juga
dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks
ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain
titrasi kompleks biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal
sebagai titrasi kelatometri seperti yang menyangkut penggunaan EDTA(Khopkar,
2002).
2.6.2 Prinsip Titrasi Kompleksometri
Larutan yang mengandung ion logam dititrasi dengan zat pembentuk
kompleks (EDTA) menghasilkan kompleks yang stabil dan larut dalam air. Titik
2.6.3 Indikator Biru Hidroksi Naftol
Merupakan inidkator yang berbentuk serbuk hablur, berwarna biru dan
mudah larut dalam air. Pada pH 12-13, indikator ini memberikan warna kuning
kemerah-merahan dengan ion kalsium dan berwarna biru gelap jernih dengan
dinatrium edetat berlebih (Dirjen POM, 1995).
2.6.4 Macam-macam Titrasi Kompleksometri
Ada berbagai macam titrasi kompleksometri yaitu:
a. Titrasi langsung
Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana. Larutan ion
yang ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya buffer pH 10 lalu
ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan
larutan baku dinatrium edetat.
b. Titrasi kembali
Titrasi ini untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH yang
dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya
kalsium sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk
kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks
lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator.
c. Titrasi substitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir
yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali,
atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium
edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium.
Titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar ion-ion seperti
anion yang tidak beraksi dengan EDTA, akan tetapi secara kuantitatif
dapat diendapkan dengan ion merkuri dalam keadaan basa sebagai ion
kompleks 1:1.
e. Titrasi alkalimetri
Pada metode ini, proton dari dinatrium edetat dibebaskan oleh logam berat
dan kemudian dititrasi dengan larutan baku alkali yang sesuai. Larutan
logam yang ditetapkan dengan metode ini, sebelum dititrasi dalam suasana
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian terhadap kadar Kalsium Karbonat dalam sediaan tablet Magard
FA dengan Titrasi Kompleksometri dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V
Barat I No. 2 Medan.
3.2 Sampel
Nama sampel : Magard FA
Komposisi : Famotidin 20 mg
Ca karbonat 800 mg
Mg hidroksida 165 mg
Indikasi : Mengurangi gejala akibat kelebihan asam
lambung, seperti tukak lambung, tukak
duodenum, refluks esofagitis, esofagitis ulseratif,
dyspepsia, kondisi hipersekresi patologis
Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun: 1 tablet kunyah 2
kali/hari. Maksimal 2 tablet/hari
Pemberian Obat : Diberikan 1 jam sebelum makan
Kontra Indikasi : Pasien dengan kesulitan menelan. Penderita
gangguan fungsi ginjal, hati, atau jantung.
Penggunaan terus menerus > 14 hari. Hamil,
laktasi
Interaksi Obat : Klaritromisisn, tetrasiklin, ketokonazol,
propantelin, benzodiazepine, fenitoin, aspirin,
penghambat adrenergic
No. Reg : DTL 07242233663 A1
Daluarsa : Juni 2013
Nama Industri : PT. Soho Industri Farmasi
3.3 Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA secara Kompleksometri
3.3.1 Alat
Labu kur 50 ml, Erlenmeyer, beker gelas, gelas ukur, pipet volume, pipet
tetes, mortir dan stamper, perkamen, ultrasonic cleaner brandsonic
3.3.2 Bahan
Aquadest, EDTA 0,05 M, asam klorida 3 N, natrium hidroksida, indikator
biru hidroksi naftol, serbuk kalsium karbonat
3.3.3 Prosedur
a. Pembakuan Larutan Standar Na EDTA 0,05 M
- Timbang seksama lebih kurang 200 mg kalsium karbonat, masukkan
kedalam 500 ml gelas ukur.
- Tambahkan 10 ml air dan 2 ml HCl 3 N dengan pipet yang dimasukkan
diantara tepi bibir gelas ukur, homogenkan dan encerkan dengan air
hingga 100 ml.
- Tambahkan 30 ml larutan dinatrium edetat melalui buret 50 ml.
- Tambahkan 15 ml natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru
hidroksi naftol dan lanjutkan titrasi dengan dinatrium edetat hingga larutan
berwarna biru tua jernih.
b. Penetapan Kadar Kalsium Karbonat
- Timbang setara 150 mg sampel, masukkan kedalam labu ukur 50 ml.
- Tambahkan air 5 ml dan tambahkan 10 ml HCl 3N kemudian panaskan
dan encerkan dengan air hingga garis tanda.
- Dari labu 50 ml tersebut dipipet 5 ml larutan uji, tambahkan 100 ml air dan
2,5 ml NaOH 1 N lalu tambahkan indikator biru hidroksi naftol.
- Titrasi dengan EDTA 0,05 M hingga terbentuk warna biru tua jernih.
3.3.4 Persyaratan
Kalsium karbonat mengandung kalsium setara tidak kurang dari 90,0%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam sediaan tablet Magard FA dengan titrasi kompleksometri, diketahui bahwa sediaan tablet
Magard FA yang diuji mengandung kadar kalsium karbonat sebesar 97,27%.
Contoh perhitungan hasil pengujian dari titrasi komplesktsometri dapat
dilihat pada lampiran.
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam Tablet
Magard Fa dengan titrasi kompleksometri, diketahui bahwa sediaan tablet tersebut
mengandung kalsium karbonat sebesar 97,24%, artinya sediaan tablet memenuhi
persyaratan karena menurut Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV rentang
kadar yang di perbolehkan dalam kalsium karbonat adalah tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.
Pengukuran kalsium karbonat dilakukan pada suasana pH 12, karena pada
pH ini magnesium dalam air akan mengendap sebagai Mg(OH)2, sedangkan
kalsiumnya dititrasi dengan larutan EDTA dengan bantuan indikator biru hidroksi
naftol sehingga membentuk senyawa komplek Ca-EDTA. Penambahan EDTA
dihentikan ketika warna larutan berubah dari ungu kemerahan menjadi biru.
Penambahan basa kuat ditambahkan untuk menaikkan pH sampai 12, sehingga
Mg(OH)2 akan mengendap dan hanya kalsium yang dapat dititrasi. Pelarut yang
digunakan pada percobaan ini adalah HCl. Larutan HCl digunakan sebagai pelarut
karena kalsium larut dalam asam dengan membentuk gelembung gas. Pada titrasi
disini juga sebagai penetral sampel yang telah dilarutkan oleh HCl (Day &
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam Tablet
Magard FA dengan titrasi kompleksometri, dapat disimpulkan sebagai berikut:
− Kadar kalsium karbonat yang terdapat dalam tablet Magard FA setelah
dilakukan pengujian yaitu sebesar 97,24%
− Kadar kalsium karbonat yang terkandung dalam tablet Magard FA
memenuhi persyaratan, karena menurut Suplemen Farmakope Indonesia
Edisi IV rentang kadar yang diperboleh dalam kalsium karbonat adalah
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
5.2 Saran
− Sebaiknya pengujian untuk sediaan tablet Magard FA jangan hanya
terpatok pada pangujian kadar kalsium karbonat saja, akan tetapi
pengujian-pengujian secara fisika-kimia lain juga harus dilakukan agar
sediaan yang dipasarkan benar-benar merupakan sediaan yang memenuhi
persyaratan dalam segala aspek fisika-kimia nya.
− Agar instansi yang terkait terus melakukan upaya yang berkesinambungan
untuk memeriksa sediaan-sediaan obat yang beredar dipasaran dan jika
menemukan sediaan yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan
monografinya, maka perusahaan penghasilnya harus diberi peringatan dan
sanksi yang tegas agar untuk selanjutnya tidak ditemukan kembali
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 107.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press. Hal. 298-299.
Anwar, J. (2000). Farmakologi dan Terapi: Obat-Obat Saluran Cerna. Jakarta: Hipokrates. Hal. 31-33.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: DEPKES RI. Hal. 4-6, 159, 1207.
Goeswin, A. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan. Bandung: ITB Press. Hal. 192.
Joenoes, N.Z. (1990). Ars Prescribendi (Resep Yang Rasional). Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 25, 142.
Khopkar, S.M. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Hal. 129, 131.
Munaf, Y. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 66-67, 70-72.
Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press. Hal. 209-210.
Rohman, A, dan Gandjar, I.G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 150-152.
Sulaiman, T. (2007). Tekonologi Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta:
MUCOMM. Hal.2-3.
Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: EGC. Hal. 165.
Tambunan, G. (1994). Patologi Gastroenterologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 45.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Gramedia. Hal. 263, 270.
LAMPIRAN
Lampiran A1 Perhitungan
Pembakuan Larutan Standar dinatrium edetat 0,05 M Berat CaCO3 I = 200,2 mg
Berat CaCO3 II = 200,4 mg
Volume titrasi pembakuan I = 40,05 ml
Volume titrasi pembakuan II = 40,10 ml
= 0,0499 N
= 0,0499 N
= 0,0499 N
Penetapan kadar kalsium karbonat
Volume titrasi blanko = 0,1 ml
Volume titrasi sampel I = 3,0 ml
Volume titrasi sampel II = 3,05 ml
Penimbangan Zat Uji :
Bobot Rata-rata Tablet (Br) : 1,5525 gram
Penimbangan I : Penimbangan II :
K + Z = 0,4767 gram K + Z = 0,4767 gram
K + S = 0,1850 gram K + S = 0,1850 gram
Zat = 0,2917 gram Zat = 0,2917 gram