Lampiran 1. Keterangan Sampel
Nama sampel : Ponstan No. Bets : 529-30172B
No. Reg : DKL8519807117A1 Nama Pabrik : PT. Pfizer Indonesia Komposisi : Asam mefenamat 500 mg
Pemerian
Lampiran 2. Perhitungan Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N dengan Kalium Biftalat
Normalitas NaOH dapat dihitung dengan rumus :
N NaOH = Berat kalium biftalat x 0,1 Volume titran x kesetaraan
Dimana :
1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 20,42 mg kalium biftalat Berat K-biftalat 1 = 0,2009 g = 200,9 mg
Berat K-biftalat 2 = 0,2010 g = 201,0 mg Volume titran 1 dan 2 = 9,60 ml
Normalitas NaOH 1 = 200,9 x 0,1
9,60 x 20,42 = 0,1025 N
Normalitas NaOH 1 = 201,0 x 0,1
9,60 x 20,42 = 0,1036 N
Normalitas NaOH rata-rata = 0,1025 +0,1036
Lampiran 3. Perhitungan Penetapan Kadar Asam Mefenamat
• Data
Berat 20 tablet = 14,602 g = 14602 mg
Berat rata-rata tablet = 14602
20 = 730,1 mg
Ditimbang seksama serbuk setara 250 mg asam mefenamat, maka:
Berat setara 250 mg asam mefenamat = 250
500 x 730,1 = 365,05 mg Sampel :
No. sampel + wadah Wadah Sampel Titran 1 495,2 mg 129,4 mg 365,8 mg 10,4 ml
2 509,2 mg 138,3 mg 370,9 mg 10,5 ml Normalitas pembakuan larutan NaOH yang digunakan = 0,1030 N
• Perhitungan penetapan kadar asam mefenamat
Kadar asam mefenamat = Vt x N Pembakuan lar .NaOH
N NaOH x
Kadar rata-rata asam mefenamat = 103,18%+ 102,74%
2 = 102,96%
Mengandung 102,96
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A. (2007). Analisis Farmasi Secara Titrimetri. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 2, 5.
Anief, M. (2000). Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press. Halaman 93.
Ansel, C. H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI-Press. Halaman 50.
Day, R. A., dan Underwood, A. L. (2002). Analisis Kimia kuantitatif. Edisi Keenam.Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 43.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 4, 43.
Ditjen POM. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 158-159.
Jas, A. (2007). Perihal Obat dengan Berbagai Jenis dan Bentuk Sediaannya. Medan: USU-Press. Halaman 37.
Lachman, L., Lieberman, H. A., dan Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: UI-Press. Halaman 707-717.
Munaf, S. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 188-190.
Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press. Halaman 49.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Jakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 120-121, 136.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 312, 327, 331.
Uno, N. R., Sudewi, S., dan Lolo, W. A. (2015). Validasi Metode Analisis untuk Penetapan Kadar Tablet Asam Mefenamat Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Manado: UNSRAT. Halaman 157.
Widjajanti, N. V. (1989). Obat-obatan. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 32. Wilson, C. O., dan Gisvold, O. (1982). Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pengujian
Pengujian penetapan kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet secara asidi-alkalimetri dilakukan di Laboratorium Pengujian Obat, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah buret 50 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 100 ml, beaker gelas 500 ml, labu tentukur, mortir dan stamper, neraca analitik, pipet tetes, sonikator, statif dan klem.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah akuades bebas CO2 , etanol, kalium biftalat,
NaOH 0,1 N, merah fenol, metanol.
3.4 Sampel
3.5 Prosedur
3.5.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang 4 g NaOH P, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 1000 ml kemudian ditambahkan akuades bebas CO2 sampai garis tanda, dikocok dan
disimpan dalam wadah bertutup rapat.
3.5.2 Pembuatan Indikator Fenolftalein
Ditimbang 1 g fenolftalein P, dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu ditambahkan etanol sampai garis tanda kemudian dikocok hingga larut (Ditjen POM., 1995).
3.5.3 Pembuatan Indikator Merah Fenol
Timbang 50 mg merah fenol larutkan dalam labu tentukur 50 ml, tambahkan methanol hingga garis tanda kemudian dikocok hingga larut.
3.5.4 Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang seksama 200 mg kalium biftalat yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 120°C selama 2 jam, dan dilarutkan dengan 100 ml akuades bebas CO2 kemudian ditambahkan 3 tetes fenolftalein dan dititrasi dengan
3.5.5 Penetapan Kadar Asam Mefenamat
Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet, timbang seksama sejumlah tablet yang setara dengan lebih kurang 0,25 g asam mefenamat larutkan dalam lebih kurang 80 ml etanol mutlak P hangat yang dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, lakukan pemanasan atau sonikasi untuk membantu pelarutan. Dinginkan, tambahkan etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya hingga 100 ml, campur dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan larutan merah fenol P sebagai indikator (Ditjen POM., 2014).
• Perhitungan Kadar
Kadar asam mefenamat dalam sampel dapat dihitung dengan rumus :
Kadar asam mefenamat = Vt x �������������.����
Vt : volume titran yang digunakan
Bu : bobot sampel yang di timbang dalam mg Br : bobot rata-rata 20 tablet asam mefenamat Ke : kadar etiket
1 ml larutan NaOH 0,1 N setara dengan 24,13 mg asam mefenamat
3.6 Persyaratan Kadar
Tablet asam mefenamat mengandung asam mefenamat C15H15NO2 tidak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengujian yang dilakukan yaitu penetapan kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet secara titrasi asidi-alkalimetri, diperoleh bahwa sediaan tablet asam mefenamat tersebut mengandung asam mefenamat. Perhitungan penetapan kadar asam mefenamat tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 3 dan kadar asam mefenamat tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Kadar asam mefenamat yang diperoleh
No.
Dari hasil penetapan kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet secara titrasi asidi-alkalimetri, didapat bahwa sediaan tablet tersebut mengandung asam mefenamat dengan kadar 102,96%, kadar asam mefenamat tersebut memenuhi persyaratan pada Farmakope Indonesia Edisi V, yaitu tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Dalam analisis titrimetri sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar konsentrasinya telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Larutan standar (titran) diteteskan dari buret kepada larutan yang diselidiki dalam erlenmeyer. Saat yang menyatakan reaksi telah selesai disebut sebagai titik ekivalen teoritis yang berarti bahwa sampel yang diselidiki telah bereaksi dengan senyawa baku secara kuantitatif sebagaimana dinyatakan dalam persamaan reaksi (Rohman, 2007).
Selesainya titrasi harus dapat diamati dengan suatu perubahan yang dapat dilihat jelas. Ini dapat dilihat dengan berubahnya warna atau dengan terbentuknya endapan (kekeruhan). Perubahan ini dapat diamati karena larutan bakunya sendiri atau dengan bantuan larutan zat lain yang disebut dengan indikator. Saat terjadinya perubahan yang terlihat dan menandakan titrasi harus diakhiri disebut titik akhir titrasi yang menyatakan volume larutan baku yang terpakai dari buret sekian milliliter (Rohman, 2007).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
i. Kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet yang ditentukan secara titrasi asidi-alkalimetri adalah 102,96%
ii. Kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet tersebut memenuhi persyaratan kadar pada Farmakope Indonesia Edisi V, yaitu tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket.
5.2 Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak digunakan. Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi atau pengempaan, yaitu dengan cara memberi tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Selain dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan metode cetak, yaitu dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Ditjen POM., 1995).
Tablet adalah sediaan farmasi yang padat, berbentuk bundar pipih atau cembung rangkap. Bentuk ini paling banyak beredar dipasaran bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk obat lainnya. Ini disebabkan karena bentuk “tablet” ini adalah bentuk obat yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan pemakainnya. Untuk pembuatan tablet ini selain diperlukan bahan obat juga diperlukan zat tambahan/zat pembantu, misalnya talk, amilum, magnesium, stearat dsb (Widjajanti, 1989).
2.1.1Pembuatan Tablet
Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa:
1. Zat pengisi dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Saccarum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phosphas, Calcii Carbonas dan zat lain yang cocok.
2. Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah mucilago Gummi Arabici 10-20% (panas), Solutio Methylcellulosum 5%.
3. Zat penghancur dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar, Natrium Alginat.
4. Zat pelicin dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum.
Dalam pembuatan tablet, zat bekhasiat, zat-zat lain kecuali pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 2000).
2.1.2Jenis dan Penggolongan Tablet 1. Tablet oral untuk dimakan
a. Tablet kempa atau tablet kempa standar
Tablet pada kategori ini biasanya dikehendaki untuk memberi disintegrasi dan pelepasan obat yang cepat. Kebanyakan tablet jenis ini mengandung obat yang diharapkan berefek lokal dalam saluran cerna. b. Tablet kempa ganda
Ada dua kelompok tablet yang dikempa beberapa kali yaitu: tablet berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan. Kedua jenis tablet ini merupakan sistem dua komponen atau tiga komponen; tablet dengan dua atau tiga lapisan adalah suatu tablet di dalam tablet. Kedua jenis tablet ini biasanya mengalami pengempaan ringan sambil setiap komponen diletakkan, dengan pencetakan utama pada akhirnya menjadi satu. Tablet dalam kategori ini biasanya dibuat untuk salah satu dari kedua alasan yaitu: untuk memisahkan secra fisika atau kimia bahan-bahan yang tidak dapat bercampur, atau untuk menghasilkan produk dengan kerja ulang atau produk dengan kerja yang diperpanjang.
c. Tablet dengan kerja berulang
d. Tablet aksi diperlama dan tablet salut enterik
Bentuk tablet aksi diperlama dimaksudkan untuk melepaskan obat sesuah penundaan beberapa lama, atau setelah tablet memalui satu bagian saluran cerna ke bagian lainnya. Tablet salut enterik merupakan contoh produk tablet aksi diperlama yang paling umum. Semua tablet salut enterik (yang tetap utuh di lambung, tapi dengan cepat melepas di usus bagian atas) merupakan tipe tablet aksi diperlama.
e. Tablet salut gula dan tablet salut cokelat
Peranan utama kedua tablet salut ini untuk mendapatkan bentuk obat yang menarik, mengkilap, serta mudah untuk menelannya.Juga dapat memisahkan bahan-bahan yang tidak bercampur di antara penyalut dengan inti tablet, kenyataan ini sudah digunakan secara luas dalam membuat multivitamin dan multivitamin yang di kombinasi dengan mineral.
f. Tablet salut lapisan tipis
Tablet yang disalut dengan lapisan tipis atau tablet salut film sudah dikembangkan sebagai suatu alternatif prosedur untuk pembuatan tablet salut yang obatnya tidak diperlukan dalam penyalutan.
g. Tablet kunyah
2. Tablet yang digunakan dalam rongga mulut a. Tablet buccal dan sublingual
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di dalam mulut, agar dapat melepaskan obatnya sehhingga diserap langsung oleh selaput lendir mulut. Kedua jenis tablet ini biasanya kecil dan rata, diletakkan diantara pipi dalam dengan gigi (tablet buccal), atau dibawah lidah (tablet sublingual). Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik oleh selaput lendir mulut.
b. Troches dan lozenges (tablet isap)
Kedua jenis tablet ini adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Penggunaan kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan.
3. Tablet yang diberikan dengan cara lain a. Tablet implantasi
Tablet implantasi atau tablet depo dimaksudkan untuk ditanam dibawah kulit manusia atau hewan.Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek obat dalam jangka waktu yang lama, berkisar dari satu bulan sampai satu tahun.
b. Tablet vaginal
(oval) atau seperti buah pir, agar dapat diletakkan dengan baik di dalam vagina.
4. Tablet yang digunakan untuk membuat larutan a. Tablet effervescent
Tablet effervescent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat dengan menghasilkan CO2 secara serentak.
b. Tablet dispensing (DT)
Tablet dispending dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.
c. Tablet hipodermik (HT)
Tablet hipodermik terdiri dari satu obat atau lebih, dengan bahan-bahan lain yang dapat segera larut dalam air, dan dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air yang steril atau air untuk injeksi.
d. Tablet triturasi (TT)
Tablet triturasi biasanya kecil dan silindris dibuat dengan menuang atau dengan mengempa.
(Lachman, dkk., 1994).
2.2 Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)
rheumatoid artritis, osteoar artritis, spondilitis ankilosa dan penyakit pirai (Munaf, 1994).
Analgetik adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran, antiinflamasi adalah zat-zat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi) dan antipiretik adalah zat-zat yang dapat menurunkan demam (suhu yang tinggi) (Tjay dan Rahardja, 2007).
Semua AINS merupakan iritan terhadap mukosa lambung walaupun ada perbedaan gradasi diantara obat-oba t ini.Akhir-akhir ini efek toksis pada ginjal lebih banyak dilaporkan sehingga fungsi ginjal perlu diperhatikan pada pemberian obat-obat ini (Munaf, 1994).
Obat ini juga efektif terhadap peradangan lain akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan), setelah pembedahan atau memar akibat olahraga. Sebagai analgetik obat ini efektif mengurangi rasa sakit dan nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit sesudah operasi dan nyeri haid (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.2.1 Penggolongan Obat Antiinflamasi Nonsteroid
Menurut Munaf (1994), obat antiinflamasi nonsteroid dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Derivat asam salisilat : Aspirin, Benorilat, Diflunisal
f. Derivat pirazolon : Azopropazon, Fenilbutazon, Oksifenbutazon g. Derivat oksikam : Piroksikam
2.3 Asam Mefenamat 2.3.1 Tinjauan Umum
Rumus bangun :
Rumus molekul : C15H15NO2
Nama molekul : Asam N-2,3-xililantranilat Berat molekul : 241,29
Pemerian : Serbuk halus, putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih kurang 230ºC disertai peruraian
Kelarutan : Larut dalam alkali hidroksida, agar sukar larut dalam klorofom, sukar larut dalam etanol dan metanol, praktis
tidak larut dalam air (Ditjen POM., 1995).
2.3.2Farmakologi
enzim siklooksigenase, enzim siklooksigenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat, prostaglandin merupakan mediator nyeri dan radang (Wilson dan Gisvold, 1982).
2.3.3Indikasi
Asam mefenamat digunakan sebagai antiiflamasi pada penyakit rematik dan juga digunakan sebagai analgetik pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri sebelum dan selama haid (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.3.4Efek Samping
Efek samping dari penggunaan asam mefenamat yang sering terjadi adalah gangguan pada saluran pencernaan, seperti diare, dispersia dan gejala iritasi pada mukosa lambung lainnya. Asam mefenamat tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan anak dibawah 14 tahun (Munaf, 1994).
2.3.5Dosis
Pada nyeri akut asam mefenamat diberikan dengan dosis awal 500 mg kemudian 250 mg setiap 6 atau 7 jam sekali selama maksimal 7 hari (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.3.6Sediaan
2.4 Tablet Asam Mefenamat
Tablet asam mefenamat mengandung asam mefenamat C15H15NO2 tidak
kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 2014).
2.5 Metode Penetapan Kadar 2.5.1 Titrimetri
Titrimetri atau analisis volumetri yakni pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan perekasi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan. Suatu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi, cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah, murah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda (Rivai, 1995).
Analisis dengan metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia seperti:
αA + tT produk
dimana α molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. Pereaksi T yang
menggunakan bahan kimia, yaitu indikator yang dapat bereaksi dengan titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik sama adalah suatu aspek yang penting dalam analisis titrimetri (Day dan Underwood, 2002).
2.5.2 Asidi-alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Rohman, 2007).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Rohman, 2007).
2.5.3 Penetapan Kadar Asam Mefenamat Sediaan Tablet
Berdasarkan prinsip asidi-alkalimetri pada titrasi asam mefenamat dengan larutan NaOH 0,1 N terjadi reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam (asam mefenamat) dengan ion hidroksida yang berasal dari basa (larutan NaOH 0,1 N) untuk menghasilkan air menggunakan merah fenol sebagai indikator (Ditjen POM., 2014).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah unsur aktif secara fisiologi dipakai dalam diagnosis, pencegahan, pengobatan, atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau hewan. Obat dapat berasal dari alam diperoleh dari sumber mineral, tumbuh-tumbuhan atau hewan atau dapat dihasilkan dari sintesis kimia organik atau biosintesis. Bahan obat dicampurkan dengan unsur-unsur farmasetik yang tidak aktif secara fisiologi dalam pembuatan bermacam-macam bentuk sediaan yang dipakai sekarang (Ansel, 1989).
Asam mefenamat merupakan golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang mempunyai khasiat sebagai analgetik dan antiinflamasi. Analgetik adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran sedangkan Antiinflamasi adalah zat-zat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikoorganisme (non infeksi) (Tjay dan Rahardja, 2007).
Analisis penetapan kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet dilakukan dengan metode titrasi asidi-alkalimetri, metode titrasi atau titrimetri masih banyak digunakan hingga sekarang karena merupakan metode yang sederhana, murah dan mampu memberikan ketepatan yang tinggi (Rohman, 2007).
boleh dikonsumsi lebih dari 7 hari dan tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan anak dibawah umur 14 tahun.
Pengawasan terhadap sediaan obat sangat diperlukan untuk menjaga obat agar senantiasa memenuhi syarat mutu sehingga aman dikonsumsi. Salah satu uji yang dilakukan dalam pengawasan terhadap sediaan obat adalah penetapan kadar zat berkhasiat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Asam Mefenamat Dalam Sediaan Tablet Dengan Metode Titrasi Asidi-Alkalimetri”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan di Medan.
1.2 Tujuan
i. Untuk mengetahui kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet secara titrasi asidi-alkalimetri
ii. Untuk mengetahui apakah kadar asam mefenamat yang terkandung di dalam sediaan tablet tersebut memenuhi syarat yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi V
1.3 Manfaat
PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN METODE
TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI
ABSTRAK
Pengawasan terhadap sediaan obat sangat diperlukan untuk menjaga obat agar senantiasa memenuhi syarat mutu sehingga aman dikonsumsi. Salah satu uji yang dilakukan dalam pengawasan terhadap sediaan obat adalah penetapan kadar zat berkhasiat. Asam mefenemat merupakan golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang mempunyai khasiat sebagaian algetik dan antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menetukan kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet dengan metode titrasi asidi-alkalimetri menggunakan natrium hidroksida 0,1 N sebagai pentiter dan merah fenol sebagai indikator serta mengetahui kesesuaian kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet dengan persyaratan kadar pada Farmakope Indonesia Edisi V (2014) yaitu, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil pengujian terhadap sampel diperoleh kadar asam mefenemat yaitu 103,18% dan 102,74%. Kadar asam mefenamat rata-rata adalah 102,96%. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar asam mefenemat dalam sediaan tablet tersebut memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V.
PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM
SEDIAAN TABLET DENGAN METODE
TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI
TUGAS AKHIR OLEH :
NUR SRI REJEKI NIM 132410059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberi rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan yang diakhiri dengan penulisan tugas akhir dengan judul “Penetapan Kadar Asam Mefenamat dalam Sediaan Tablet dengan Metode Titrasi Asidi-Alkalimetri”.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini disusun berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.
Selama menyusun tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra., Herawaty Ginting, M.Si., Apt. selaku Dosen Penasehat Akademik penulis selama melakukan pendidikan pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
4. Ayahanda Darman dan Ibunda Nurmayanti tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Ibu Lambok Oktavia, SR., M.Kes., Apt., selaku Manajer Mutu di Balai Besar POM (BPOM) di Medan, yang telah memberikan izin tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak dan Ibu seluruh staf di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan.
8. Seluruh sahabat penulis dan teman-teman mahasiswa/I Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2013, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan berkah-Nya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Amin.
Medan, Agustus 2016 Penulis,
PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN METODE
TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI
ABSTRAK
Pengawasan terhadap sediaan obat sangat diperlukan untuk menjaga obat agar senantiasa memenuhi syarat mutu sehingga aman dikonsumsi. Salah satu uji yang dilakukan dalam pengawasan terhadap sediaan obat adalah penetapan kadar zat berkhasiat. Asam mefenemat merupakan golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang mempunyai khasiat sebagaian algetik dan antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menetukan kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet dengan metode titrasi asidi-alkalimetri menggunakan natrium hidroksida 0,1 N sebagai pentiter dan merah fenol sebagai indikator serta mengetahui kesesuaian kadar asam mefenamat dalam sediaan tablet dengan persyaratan kadar pada Farmakope Indonesia Edisi V (2014) yaitu, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil pengujian terhadap sampel diperoleh kadar asam mefenemat yaitu 103,18% dan 102,74%. Kadar asam mefenamat rata-rata adalah 102,96%. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar asam mefenemat dalam sediaan tablet tersebut memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Tablet ... 3
2.1.1 Pembuatan Tablet... 4
2.1.2Jenis dan Penggolongan Tablet ... 4
2.2 Obat Anti inflamasi Nonsteroid (AINS) ... 8
2.2.1 Penggolongan Obat Anti inflamasi Nonsteroid ... 9
2.3 Asam Mefenamat... 10
2.3.1 Tinjaun Umum ... 10
2.3.3 Indikasi ... 11
2.3.4 Efek Samping ... 11
2.3.5 Dosis ... 11
2.3.6 Sediaan ... 11
2.4 Tablet Asam Mefenamat ... 12
2.5 Metode Penetapan Kadar ... 12
2.5.1 Titrimetri ... 12
2.5.2 Asidi-alkalimetri ... 13
2.5.3Penetapan Kadar Asam Mefenamat Sediaan Tablet ... 14
BAB III METODE PENGUJIAN ... 15
3.1 Tempat dan Waktu Pengujian ... 15
3.2 Alat ... 15
3.3 Bahan ... 15
3.4 Sampel ... 15
3.5 Prosedur ... 16
3.5.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N ... 16
3.5.2 Pembuatan Indikator Fenolftalein ... 16
3.5.3 Pembuatan Indikator Merah Fenol ... 16
3.5.4 Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N ... 16
3.5.5 Penetapan Kadar Asam Mefenamat... 17
3.6 Persyaratan Kadar ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
4.1 Hasil ... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20
5.1 Kesimpulan ... 20
5.2 Saran ... 20
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Keterangan Sampel ... 22 2 Perhitungan Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N dengan