188
664PENETAPAN KADAR TABLET ASETOSAL DENGAN METODE ASIDI-ALKALIMETRI
Mita Ayu Wulandari1, I Wayan Martadi Santika2 Universitas Udayana
Email: wmitaayu399@gmail.com1, martadisantika@unud.ac.id2
Abstrak: Metode asidi-alkalimetri atau metode penetralan merupakan suatu metode titrasi volumetri yang didasarkan pada sifat senyawa yang akan dititrasi. Prinsip asidi-alkalimetri adalah terjadinya reaksi netralisasi antara ion hidrogen dari asam dengan ion hidroksida dari basa menghasilkan air yang bersifat netral. Asetosal atau asam asetilsalisilat jika dititrasi langsung dengan basa kuat akan mengakibatkan terjadinya lonjakan pH sehingga kesulitan dalam penentuan titik akhir titrasi dan dengan menggunakan metode titrasi balik akan menyebabkan titik akhir titrasi lebih mudah untuk diamati karena merupakan reaksi antara asam kuat dan basa kuat.
Tujuan: Untuk melakukan penetapan kadar tablet asetosal dengan metode asidi-alkalimetri.
Metode: Pengujian penetapan kadar tablet asetosal dilakukan dengan metode asidi-alkalimetri atau titrasi balik, yaitu dengan cara menghidrolisis terlebih dahulu asam asetilsalisilat dengan suatu basa, karena kecepatan hidrolisis ester yang dikatalisis oleh OH- lebih cepat daripada hidrolisis ester yang dikatalisis oleh H+. Hasil: Berdasarkan hasil perhitungan, penetapan kadar tablet asetosal yang diuji telah sesuai dengan pustaka. Kesimpulan: Penetapan kadar tablet asetosal yang diuji telah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Farmakope Indonesia Edisi V, karena %recovery yang diperoleh sebesar 99,7%, sedangkan untuk presisi sebesar 1,88% dan dinyatakan presisi karena nilai RSD ≤ 2%.
Kata Kunci: Asetosal, Asidi-Alkalimetri, Titrasi Balik
Abstract: The acidi-alkalimetry method or neutralization method is a volumetric titration method based on the nature of the compound to be titrated. The principle of acidi-alkalimetry is the neutralization reaction between hydrogen ions from acids and hydroxide ions from bases to produce neutral water. Acetosal or acetylsalicylic acid if titrated directly with a strong base will result in a spike in pH so that it is difficult to determine the end point of the titration and using the back titration method will cause the end point of the titration to be easier to observe because it is a reaction between a strong acid and a strong base. Objective: To determine the concentration of acetosal tablets using the acidi-alkalimetry method. Method: The assay of acetosal tablet assay was carried out by acidi-alkalimetry or back-titration method, namely by hydrolyzing acetylsalicylic acid with a base, because the speed of hydrolysis of esters catalyzed by OH- was faster than hydrolysis of esters catalyzed by H+. Results: Based on the results of calculations, the determination of the levels of the tested acetosal tablets was in accordance with the literature. Conclusion: The determination of the levels of acetosal tablets tested was in accordance with the provisions contained in the Indonesian Pharmacopoeia Edition V, because the %recovery obtained was 99.7%, while the precision was 1.88% and declared precision because the RSD value was ≤2%.
Keywords: Acetosal, Acidi-Alkalimetry, Back Titration
PENDAHULUAN
Metode asidi-alkalimetri atau metode penetralan merupakan suatu metode titrasi volumetri yang didasarkan pada sifat senyawa yang akan dititrasi. Alkalimetri merupakan suatu metode penetapan kadar secara kuantitatif pada senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan standar basa 1, sedangkan asidimetri yaitu suatu metode penetapan kadar secara kuantitatif pada senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku atau standar asam.2
Prinsip asidi-alkalimetri adalah terjadinya reaksi netralisasi antara ion hidrogen dari asam dengan ion hidroksida dari basa menghasilkan air yang bersifat netral atau dapat dikatakan reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).2 Penentuan titik akhir titrasi yaitu dengan menggunakan indikator yang ditambahkan ke larutan sampel.3
188
665Metode asidi-alkalimetri atau titrasi balik atau titrasi kembali biasanya digunakan untuk analit atau zat yang bereaksi terlalu lambat dengan titran karena kelarutannya yang buruk, sulit memberikan titik akhir yang tajam dan jelas apabila menggunakan titrasi langsung.4
Asetosal atau asam asetilsalisilat jika dititrasi langsung dengan basa kuat akan mengakibatkan terjadinya lonjakan pH sehingga kesulitan dalam penentuan titik akhir titrasi dan dengan menggunakan metode titrasi balik akan menyebabkan titik akhir titrasilebih mudah untuk diamati karena merupakan reaksi antara asam kuat dan basa kuat sehingga digunakan metode asidi-alkalimetri untuk melakukan penetapkan kadar tablet asetosal.5
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September hingga Desember 2021.
Alat
Alat-alat yang digunakan untuk proses preparasi sampel, yaitu neraca analitik, pipet tetes, pipet ukur, bulbfiller, batang pengaduk, sendok tanduk, mortir, stamper, kertas perkamen, gelas beaker ukuran 50 mL dan 500 mL; labu ukur 10 mL, 50 mL, 100 mL, dan 250 mL;
hotplate, aluminium foil, dan termometer. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk proses standardisasi dan penetapan kadar, yaitu statif dan buret, labu Erlenmeyer 250 mL sebanyak 3 buah, pipet tetes, dan gelas beaker.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu tablet asetosal sebanyak 20 tablet, NaOH 0,5 N, asam oksalat 0,5 N, HCl 0,5 N, trometamin, indikator fenolftalein (PP), indikator bromkresol hijau, dan indikator merah fenol.
Tahapan/Jalannya Penelitian
Pembakuan NaOH 0,5 N
Dipipet 10 mL larutan asam oksalat 0,5 N dimasukkan ke labu Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 3 tetes indikator PP. Titrasi dengan NaOH hingga titik akhir berubah dari bening tak berwarna menjadi merah muda yang stabil pada larutan. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali, dicatat volume NaOH yang diperlukan hingga mencapai titik akhir titrasi, dihitung normalitas rata-rata larutan NaOH.6,7
Pembakuan HCl 0,5 N
Ditimbang saksama lebih kurang 2,5 gram trometamin P, dikeringkan sesuai petunjuk pada etiket. Dilarutkan dalam 50 mL air dan ditambahkan 2 tetes bromokresol hijau LP.
Dititrasi dengan HCl 0,5 N hingga titik akhir kuning pucat. Normalitas HCl sama dengan massa trometamin (dalam mg) dibagi dengan 121,14 kali mL HCl.8 Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.
Penetapan Larutan Blanko
Diukur sebanyak 30 mL NaOH 0,5 N, kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, didihkan hati-hati selama 10 menit. Dititrasi dengan HCl 0,5 N sebagai titran dalam buret dan ditambahkan indikator fenol merah sebanyak 3 tetes. Titrasi hingga terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning.9,10 Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.
Penetapan Kadar Asetosal dalam Tablet
Ditimbang 20 tablet asetosal kemudian digerus hingga menjadi serbuk halus. Ditimbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 500 mg asam asetilsalisilat, kemudian ditambahkan 30 mL NaOH 0,5 N, didihkan hati-hati selama 10 menit. Dititrasi dengan HCl 0,5 N menggunakan indikator merah fenol P sebanyak 3 tetes. Titrasi hingga terjadi perubahan warna larutan dari merah menjadi kuning. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.
Lakukan penetapan blanko. Sebanyak 1 mL NaOH 0,5 N setara dengan 45,04 mg C9H8O4. 9,10
188
666 HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian ini dilakukan untuk memastikan kadar asetosal di dalam tablet.
Penetapan kadar asetosal ini dilakukan dengan metode titrasi balik dengan cara menghidrolisis terlebih dahulu asam asetilsalisilat dengan suatu basa karena kecepatan hidrolisis ester yang dikatalisis oleh OH
-lebih cepat daripada hidrolisis ester yang dikatalisis oleh H
+.
2Asam asetilsalisilat atau asetosal merupakan senyawa golongan asam lemah dengan pKa 3,5.
11Pengujian ini digunakan dua jenis titran dalam penetapan kadarnya, titran pertama untuk titrasi asam asetilsalisilat dan titran kedua digunakan untuk menitrasi kelebihan titran pertama yang telah bereaksi dengan asam asetilsalisilat. Titran pertama adalah larutan NaOH 0,5 N dan titran kedua adalah larutan HCl 0,5 N. Standardisasi NaOH dilakukan dengan penambahan 3 tetes indikator PP, kemudian dititrasi dengan NaOH hingga mencapai warna merah muda yang stabil dalam larutan. Reaksi yang terjadi antara asam oksalat dan NaOH yaitu:
Konsentrasi NaOH dapat berubah-ubah selama penyimpanan dikarenakan reaksi oksidasi yang terjadi selama penyimpanan dan juga bisa disebabkan oleh sifat NaOH yang higroskopis, sehingga dapat mengubah konsentrasinya selama penyimpanan, sehingga NaOH perlu distandardisasi dengan larutan baku primer asam oksalat.
Hasil dari standardisasi NaOH yang dilakukan dengan menitrasi larutan asam oksalat 0,5 N 10 mL dengan larutan NaOH 0,5 N menggunakan indikator PP 0,1%b/v yang dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standardisasi NaOH 0,5 N Volume
NaOH
Pengamatan Kesimpulan 9,8 mL Bening -
Merah Muda
Mencapai titik akhir
titrasi 9,8 mL Bening -
Merah Muda
Mencapai titik akhir
titrasi 9,7 mL Bening -
Merah Muda
Mencapai titik akhir
titrasi
Titrasi yang dilakukan sebanyak tiga kali bertujuan untuk meminimalisir
kesalahan titrasi, dimana titrasi pertama sebagai kontrol, titrasi kedua sebagai
pembanding, dan titrasi ketiga sebagai pengoreksi.
C2H2O4.2H2O + NaOH → Na2C2O5 + 4H2O188
667Berdasarkan Tabel 1, dilakukan perhitungan rata-rata normalitas baku dari NaOH, yaitu 0,511 N. Secara teoritis, titik ekuivalen kadar dari NaOH sebenarnya adalah 0,5 N.
Hal ini dapat disebabkan oleh penentuan titik akhir titrasi yang dilakukan secara visual dan perbedaan sejumlah volume yang digunakan, serta sifat dari NaOH yang higroskopis.
Nilai RSD yang didapat dari standardisasi NaOH adalah 0,587%. Hasil ini menandakan bahwa nilai RSD sudah presisi karena ≤ 2% sehingga metode yang digunakan sudah valid.
2Larutan HCl juga perlu dilakukan standardisasi dikarenakan HCl merupakan suatu larutan baku sekunder. HCl harus distandardisasi karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain diudara (higroskopis). Hasil standardisasi HCl yang dilakukan dengan menitrasi larutan trometamin dengan larutan HCl 0,5 N dan menggunakan indikator bromkresol hijau yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standardisasi HCl 0,5 N Volume
HCl
Pengamatan Kesimpulan 40,2
mL
Titik akhir kuning
pucat
Mencapai titik akhir
titrasi 40,6
mL
Titik akhir kuning
pucat
Mencapai titik akhir
titrasi 39,7
mL
Titik akhir kuning
pucat
Mencapai titik akhir
titrasi
Berdasarkan proses standardisasi, didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,503 N dengan nilai RSD sebesar 1,098%. Nilai RSD tersebut, dapat dikatakan bahwa validasi metode presisi standardisasi HCl sudah valid karena memiliki nilai RSD
≤2%.
8Kemudian dilakukan penetapan blanko, dimana larutan blanko merupakan larutan yang memunyai perlakuan yang sama dengan larutan sampel, tetapi tidak mengandung komponen analit.
12Larutan blanko yang digunakan adalah larutan NaOH. Tujuan dilakukan penetapan blanko adalah untuk mengetahui jumlah HCl yang bereaksi dengan NaOH. Hasil penetapan blanko yang dilakukan dengan menitrasi larutan NaOH 0,511 N 30 mL dengan larutan HCl 0,503 N menggunakan indikator merah fenol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penetapan Blanko Volume
NaOH
Pengamatan Kesimpulan
29,2 Merah - Mencapai
188
668mL Kuning titik akhir titrasi 29,4
mL
Merah - Kuning
Mencapai titik akhir
titrasi 29 mL Merah -
Kuning
Mencapai titik akhir
titrasi
Berdasarkan Tabel 3, volume titran larutan HCl 0,503 N yang diperlukan untuk menitrasi 30 mL larutan NaOH 0,511 N adalah 29,2 mL; 29,4 mL; 29 mL. Selanjutnya, dilakukan validasi metode dengan menghitung standar deviasi (SD) dan standar deviasi relatif (RSD) dan didapatkan hasil, yaitu nilai SD sebesar 0,1 dan RSD 0,68%, dikarenakan nilai RSD yang ≤ 2% dapat dikatakan validasi metode presisi telah valid.
2Tahapan terakhir adalah penetapan kadar tablet asetosal yang dilakukan dengan menggunakan 20 tablet asetosal sesuai dengan ketentuan pada FI Edisi 5. Hasil pengamatan yang dilakukan dalam penetapan kadar tablet asetosal dilakukan dengan menitrasi larutan NaOH 0,511 N berlebih dengan serbuk setara 500 mg asetosal dengan larutan HCl 0,503 N dan menggunakan indikator merah fenol yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penetapan Kadar Tablet Asetosal Volume
NaOH
Pengamatan Kesimpulan 18,2
mL
Merah - Kuning
Mencapai titik akhir
titrasi 18,4
mL
Merah - Kuning
Mencapai titik akhir
titrasi 18 mL Merah -
Kuning
Mencapai titik akhir
titrasi
Selanjutnya dilakukan validasi metode dengan menghitung nilai SD dan RSD dan didapatkan hasil, yaitu nilai SD sebesar 0,1 dan nilai RSD 0,68%, dikarenakan nilai RSD
≤ 2% dapat dikatakan validasi metode presisi telah valid.
2Penambahan indikator merah fenol yang pada suasana basa akan menciptakan warna merah kemudian larutan sampel akan dititrasi menggunakan asam klorida 0,503 N sampai warna menjadi kuning.
13Berdasarkan hasil pengamatan, dilakukan perhitungan kadar asetosal dalam tablet,
yakni 488,84 mg; 498,97 mg; 507,72 mg. Perhitungan %recovery atau perolehan kembali
diperoleh, yakni sebesar 97,77%; 99,79%; 101,54%. Persentase perolehan kembali rata-
188
669rata asetosal adalah sebesar 99,7%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sudah valid.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, sediaan tablet asetosal mengandung asam asetilsalisilat tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
8Nilai presisi dari penetapan kadar asetosal SD 1,88 dan RSD 1,88%. Hal ini menyatakan bahwa penetapan kadar asetosal sudah presisi karena nilai RSD memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 2%.
8KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar tablet asetosal yang diuji telah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Farmakope Indonesia Edisi V, yaitu penetapan kadar dinyatakan sudah akurasi karena %recovery masuk rentang persyaratan penetapan kadar tablet asetosal yaitu 99,7%, sedangkan untuk presisi 1,88% dan dinyatakan presisi karena nilai RSD ≤ 2%.
BIBLIOGRAFI
1. Ulfa, A. M., A. Retnaningsih, R. Aufa. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, dan Minyak Zaitun Kemasan Secara Alkalimetri.
Jurnal Analis Farmasi. 2017;2(4): 242-250.
2. Gandjar, I. G. dan A. Rohman. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar; 2007.
3. Hansen, S., S. P. Bjergaard, K. Rasmussen. Introduction to Pharmaceutical Chemical Analysis. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd; 2012.
4. Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis. New Delhi: New Age International Publishers;
2005.
5. Widiarto, S. Kimia Analitik. Lampung: Umila Press; 2009.
6. Rodiani, T. dan Suprijadi. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia; 2013.
7. Rusman, R. F. I. Rahmayani, Mukhlis. Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press; 2018.
8. Kemenkes RI. Farmakope Indonesia Edisi V. Jilid II. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
9. Depkes RI. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1979.
10. Jeffery, G. H., J. Basset, J. Medham and R. C. Denney. Vogel’s Textbook of Quantitative Chemical Analysis. 5th Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc; 1989.
11. Moffat, A. C., M. D. Osselton, B. Widdop, L. Y. Galichet. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. 3rd Edition. London: Pharmaceutical Press; 2005.
12. Laksi, M. Kimia Analitik Dasar. Bandung: Grafindo Media Utama; 2000.
13. Cartika, H. Bahan Ajar Farmasi: Kimia Farmasi II. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2017.