• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analis Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analis Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Lembar Observasi dan Wawancara

Pedoman Obeservasi

Gambaran pengelolaan Limbah Cair rumah sakit X kota Medan tahun 2016

NO Item Ya Tidak

1. Rumah sakit memiliki IPAL tersendiri 2. Disalurkan melalui saluran tertutup,

kedap air dan lancar.

3. IPAL dilengkapi dengan flow meter 4. Pengolahan limbah cair yang berasal dari

istalasi gizi dilengkapi dengan penangkap lemak

5. Dilakukan pemeriksaan kualitas effluent sekali dalam sebulan untuk swapantau dan minimal tiga bulan sekali untuk uji petik

6. Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume dan prosedur pananganan dan penyimpanannya.

7. Melakukan Pengolahan primer 8. Melakukan pengolahan sekunder 9. Melakukan pengolahan tersier 10. Penambahan desinfektan

11. Menggunakan Masker saat pengolahan limbah cair

12. Menggunakan sepatu boot saat pengolahan limbah cair

13. Menggunakan sarung tangan saat pengolahan limbah cair

14. Menggunakan topi saat pengolahan limbah cair

15. Menggunakan baju khusus saat pengolahan limbah cair

16. Pengolahan limbah cair sesuai dengan SOP

(2)

Pedoman Wawancara

Gambaran pengelolaan Limbah Cair rumah sakit X kota Medan tahun 2016 Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Jabatan / bagian : Pendidikan :

A.Tenaga pengelola limbah cair rumah sakit

1.Berapa orang jumlah tenaga pengelola limbah cair rumah sakit ? 2.Bagaimana pembagian tugas pengelola limbah cair ?

3.Apakah ada tenaga khusus menangani limbah cair rumah sakit ?

4.Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan pelaksanaan pengelolaan limbah cair rumah sakit ?

5.Berapa kali bapak/ibu mengikuti pelatihan ? 6.Pelatihan apa saja yang bapak/ibu ikutin ?

B.Pembiayaan

1. Bagaimana sistem pembiayaan untuk pengelolaan limbah cair ?

(3)

C.limbah cair rumah sakit

1. Sumber-sumber limbah cair rumah sakit berasal dari ? 2. Jenis limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit ?

3. Jumlah rata-rata volume limbah cair yang dihasilkan per harinya ? 4. Metode apa yang digunakan dalam pengolahan limbah cair ? 5. Bagaimana proses pengolahan limbah cair ?

a. Pengolahan primer 1) Penyaringan 2) Pengendapan 3) Penggumpalan 4) pengapungan b. Pengolahan sekunder

1) Proses penambahan oksigen 2) Proses pertumbuhan bakteri c. Pengolahan tersier

1) Penyerapan zat anorganik 2) Saringan pasir

3) Saringan multi media, dll d. Penambahan desinfektan

1) Pemberian Klorin

6. Bagaimana saluran pengumpulan dan pembuangan limbah cair ? 7. Apakah Rumah sakit menghasilkan limbah radioaktif ?

(4)
(5)

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Peneliti melakukan pengambilan sampel

(6)

Gambar 3. Tempat pencampuran kaporit, settler dan PAC

(7)

Gambar 5. Gayung Pengambilan Sampel untuk influent dan effluent

(8)

Gambar 7. Dosimg Pomp

(9)

Gambar 9. Peralatan dalam pengolahan limbah cair.

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemo, S. 2003. Manajemen Rumah Sakit. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Adisasmito, w. 2007. Sistem Manajemen Rumah Sakit. Rajawali pers. Jakarta ______________2008. Audit Lingkungan Rumah Sakit. Raja wali Pers. Jakarta Akbar, T., 2007. Efektivitas Sistem Pengolahan Limbah Cair Dan Keluhan Kesehatan Pada Petugas IPAL Di RSUD DR.M Soewandi Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.

Anonim. 2002. Proses Desinfeksi. Lembar Pegangan Ilmu Pengetahuan alam 007.

Cardova, M.R., 2008. Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung. Skripsi. Fakultas Ilmu Perikanan dan kelautan. IPB. Bogor.

Depertemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Pengolahan Air Limbah Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Dinas Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Bakti Husada. Jakarta

Djaja. I. M., Manuksulistya. D., 2016. Gambaran Pengolahan Limbah Cair di Rumah Sakit X Jakarta Februari 2016. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Volume : 10. Nomor : 2

Djojodibroto, D. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Hipokrates. Jakarta

Effendi. H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi pengolahan sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogjakarta.

Kalbermaten dan Charles G. 1987. Teknik Sanitasi Tapat Guna. Alumni. Bandung

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 1995. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Nomor 58

Kerubun. A. A, dkk. Studi Kualitas Limbah Cair Di Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu Provinsi Maluku. Skripsi. Kesehatan Lingkungan FKM.

Universitas Hasanuddin. 2010.

(22)

Manurung. A. S., dkk. 2008. Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Kualitas Limbah Cair RSUD dr.H.M. Ansari Saleh di Kota Banjarmasin. Skripsi. Ilmu Lingkungan. Universitas Sebelas Maret.

Mulia, RM. 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta

Ningtyas. R. 2015. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Bandung.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Trisakti. Jakarta

Pandia, S. 2006. Buku Ajar Teknologi Air dan Buangan Industri. USU. Medan Peraturan Menteri Kesehatan. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit. Nomor 1204

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup. 2014. Baku Mutu Air Limbah. Nomor 5. Prassojo. F.Y, dkk. 2014. Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit

Dirgahayu Kota Samarinda. Jurnal. Vol : 3, No : 4. e-jurnal.fhunmul.ac.id/index-php/beraja.

Rahmawati. A. A, dkk. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform pada Air Limbah Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga.

Rejeki. M, dkk. 2014. Optimasalisasi Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit Sebagai Upaya Peningkatan Level Higiene Sanitasi Rumah Sakit dan Lingkungan. Program Ilmu Kesehatan Masyarakat. UGM. Yogyakarta.

Said, Nusa Idaman. 2005. Pengolahan Air Limbah dengan Metode RBC dan Parameter Desain. Pusat pengkajian dan parameter Desain. JAI Vol 1, nomor 2

Saeni. M. S,1989. Kimia lingkungan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. IPB. Bogor.

Sawyer, C. N, Mccarty, P. L. 1994. Chemistry For Environmental Engineering. MC Graw-Hill Internasional. Singapore.

Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press. Jakarta

(23)

Suparman, Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. EGC. Jakarta

Subirosa, B. Kharmayana. 2011. Sanitasi Air dan Limbah Pendukung Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Semeba Medica. Jakarta

Soraya. D, dkk. Pengolahan Limbah Cair PT. X secara Lumpur Aktif. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pakuan Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Rumah Sakit. Nomor 44

WHO. 2002. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. EGC. Jakarta Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Ummpress. Malang

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu mengetahui gambaran pengelolaan limbah cair di rumah sakit X kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah unit sanitasi rumah sakit, terkhusus pengelolaan limbah cair di rumah sakit X yang beralamat di Jl. Ayahanda No. 68A, Medan Sumatera Utara.

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada :

1. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pengelolaan limbah cair di rumah sakit X kota Medan.

2. Salah satu rumah sakit tipe B yang memiliki instalasi pengolahan limbah cair tersendiri.

3. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit baru, sehingga penelitian ini berguna untuk meningkatkan pelayanan kesehatan lingkungan.

(25)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan September 2016

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sistem pengelolaan limbah cair di rumah sakit X kota Medan.

3.4 Informan

Informan adalah seseorang yang memberi informasi yang memiliki peran dalam pengelolaan limbah cair di rumah sakit X kota Medan, yaitu :

1. Kepala instalasi sanitasi sebanyak 1 orang

2. Petugas pengelola limbah cair yaitu petugas dari unit sanitasi 2 orang

3.5 Metode pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan 2 cara, yaitu : 1. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan cara :

a. Observasi langsung/meninjau langsung ke instalasi pengolahan limbah cair rumah sakit X kota Medan.

b. Wawancara langsung dengan petugas/pegawai yang bertanggung jawab pada sistem pengolahan limbah cair rumah sakit X kota Medan.

(26)

2. Data Sekunder

Data pendukung untuk memperkaya pembahasan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari unit sanitasi, meliputi :

a. Data struktur organisasi unit sanitasi

b. Data unit pengolahan limbah cair yang ada dirumah sakit c. Data tenaga pengelola limbah cair

d. Standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan limbah cair e. Pembiayaan dalam pengelolaan limbah cair

3.6 Instrumen Penelitian 3.6.1 Titik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel influen dilakukan pada bak ekualisasi, dimana bak ini merupakan pencampuran dari limbah cair yang berasal dari laboratorium dan laundry, instalasi gizi dan toilet setelah dilakukan pengolahan awal.

Pengambilan sampel effluent dilakukan pada bak effluent/bak indikator. 3.6.2 Instrumen Penelitian Mikrobiologi

1. Alat dan bahan penelitian a. Alat penelitian

Inkubator, tabung reaksi, inokulum equipment, pipet ukur 10 mL dan pipet ukur 1 mL.

b. Bahan penelitian

Lauryl Tryptosa Broth (LTB), Brilliant Green Lactosa Broth dan

(27)

2. Prosedur Kerja

a. Teknik Pengambilan sampel

1) Siapkan botol steril sebanyak 2 untuk influent dan effluent dengan ukuran 250 mL, botol sudah disterilkan dengan autoclave selama 30 menit pada temperatur 1200C.

2) Ambil air limbah pada bak influen dengan menggunakan gayung influen yang sudah terlebih dahulu dibersihkan dan buku tutup botol.

3) Ambil air limbah pada bak effluen dengan menggunakan gayung effluen yang sudah terlebih dahulu dibersihkan dan buka tutup botol.

4) Berikan label menurut yang memuat nomor/kode air limbah, waktu dan tanggal pengambilan contoh air limbah, tempat pengambilan sampel air

5) Selanjutnya di bawa ke laboratorium BTKL untuk dilakukan pemeriksaan

6) Parameter yang diukur adalah total coliform b. Perlakuan sampel

Cara pengujian dengan pengenceran

1. Siapkan 15 tabung media LTB single strength volume 10 mL, siapkan pula larutan pengencer NaCl 0,85% sebanyak 4 botol isi 90 mL

(28)

3. Lakukan pengenceran contoh uji dengan cara mengambil 10 mL contoh uji menggunakan pipet steril masukkan kedalam botol yang berisi 90 mL larutan pengencer steril secara aseptis, dikocok agar contoh uji homogen. Dari perlakuan ini dipeloreh pengenceran 10-1 4. Dari contoh uji dengan pengeceran 10-1 diambil 10 mL kemudian

dimasukkan kedalam botol berisi 90 mL larutan pengencer steril, maka diperoleh pengencer 10-2 demikian seterusnya hingga diperoleh tingkat pengenceran 10-4

5. Pilih 3 seri tingkat pengenceran yang berurutan sesuai dengan kualitas contoh uji.

6. Dari setiap pengenceran diinokulasikan secara aseptis masing-masing 1 mL kedalam 5 tabung LTB single volume 10 mL.

7. Masing-masing tabung kultur dikocok agar contoh uji dan media tercampur rata.

8. Inkubasikan dengan inkubator pada suhu 350C ± 0,5 selama 2 x 24 jam. Selanjutnya diamati pembentukan gas dalam tabung durham. 9. Catat tabung kultur yang menunjukkan peragian laktosa

yaitudengan terbentuknya gas.

(29)

Tes Perkiraan

1. Siapkan 5 porsi untuk setiap volume sampel ; 10;1;0,1 mL atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar atau air pengolahan.

Dengan konsentrasi media LTB ; 71,2 gr/L = 10 mL sampel Dengan konsentrasi media LTB ; 35,6 gr/L = 1; 0,1 mL sampel 2. Masukkan sampel yang sudah di homogenkan secara aseptik ke

dalam masing-masing tabung media LTB.

3. Tabung-tabung dalam rak digoyang supaya sampel air dan media bercampur rata.

4. Inkubasikan pada suhu 350C ± 0,50C selama 24 jam ± 2 jam.

Reaksi dinyatakan positif bila berbentuk asam dan gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasikan kembali sampai 48 ± 3 jam.

5. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dikatakan negatif, bila pada tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 ± 3 jam, maka tes perkiraan dikatakan positif.

6. Kemudian tabung-tabung yang positif dilanjutkan ke tes penegasan. Tes Penegasan

(30)

3.6.3 Instrumen Penelitian Fisik dan Kimia 1. Pemeriksaan Suhu

Alat : termometer dan Erlenmeyer

Perlakuan Sampel : a. Sampel air dituangkan dalam erlenmeyer b. masukkan termometer dan tunggu 2-5 menit c. lalu baca temperatur

2. Pemeriksaan pH

Alat : termometer, erlenmeyer Bahan : air limbah rumah sakit

Perlakuan sampel : sampel air dituang kedalam erlenmeyer, masukkan termometer dan tunggu 2-5 menit dan baca temperaturnya.

3. Pemeriksaan BOD

Metode : SNI 06-6989.14-2004

Alat : Botol Winkler 250 mL, aerator, buret

Bahan : Air suling, larutan buffer fosfat, larutan magnesium sulfat, larutan kalsium klorida, larutan besi (III) klorida, larutan H2SO4 dan NaOH

Perlakuan sampel :

a. Sampel bersifat asam atau basa dinetralkan dengan H2SO4 atau NaOH sampai pH 7

(31)

c. Dilakukan beberapa pengenceran dari sampel yang disiapkan untuk mendapatkan pengurangan kandungan oksigen

d. Pindahkan ke dalam 2 botol oksigen dengan hati-hati, 1 botol untu inkubasi, dan 1 botol untuk ditentukan BOD segera, inkubasi selama 5 hari pada 200C, sesudah itu tetapkan BOD

e. Penentuan dengan rumus : Uji tanpa pengenceran

= 0− 5

Uji yang diencerkan

= 0− 5 − 0− 5 �

Keterangan :

C0 : kadar oksigen terlarut mg/l nol hari sampel C5 : kadar oksigen terlarut mg/l lima hari sampel

AP0 : kadar oksigen terlarut mg/l nol hari larutan pengencer AP5 : kadar oksigen terlarut mg/l lima hari larutan pengencer K : koreksi sebesar (p-1)/p

P : faktor pengenceran

KBO: botol yang berisi sampel 4. Pemeriksaan COD

Metode : Spektrofometri

(32)

a. Kedalam tabung reaksi campurkan 0,3 mL reagent COD A dan 2,3 mL reagent COD B. Biarkan tercampur sempurna.

b. Tambahkan 3 mL sampel

c. Panaskan di COD reaktor selama 2 jam pada suhu 1400C

d. Setelah 2 jam, keluarkan dan bairkan sampai mencapai suhu kamar e. Tempatkan kuvet kedalam ruang sel dan konsentrasi COD akan

terbaca dilayar. 5. Pemeriksaan TSS

Metode : Spektrofometri

Alat : Spektrofometri NOVA 60, kuvet, tissue, botol aquades

Bahan : Aquades dan contoh uji Perlakuan sampel :

a. Hidupkan alat spektrofometri b. Siapkan sampel 10 mL

c. Masukkan contoh uji kedalam kuvet hingga tanda batas kuvet d. Bersihkan kuvet dengan tissue hingga bersih dan kering e. Pilihkan kode 182 untuk parameter TSS

f. Tekan tanda enter

(33)

6. Teknik pengambilan sampel untuk pemeriksaan fisika-kimia a. Siapkan wadah 1 L sebanyak 2 untuk influent dan effluent. b. Untuk influent, ambil sampel limbah cair pada bagian awal

saluran pembuangan dengan menggunakan gayung influent. Usahakan jangan ada gelembung udara, lalu segera tutup.

c. Untuk effluent, ambil sampel limbah cair pada bagian akhir saluran pembuangan yang akan masuk ke tempat pembuangan akhir dengan menggunakan gayung effluen.

d. Berikan label menurut yang memuat nomor/kode air limbah, waktu dan tanggal pengambilan contoh air limbah, tempat pengambilan sampel air

e. Selanjutnya di bawa ke laboratorium BTKL untuk dilakukan pemeriksaan

f. Parameter yang diukur adalah Suhu, TSS, COD, BOD, pH dan detergent.

3.7 Defenisi Operasional

Untuk memperoleh suatu pengertian yang sama dalam memahami isi penelitian ini, maka berikut ini dikemukakan beberapa pengertian tentang : 1. Input adalah sumber daya yang dibutuhkan dalam pengelolaan limbah cair

rumah sakit yang terdiri dari tenaga, dana dan sarana dan prasarana. 2. Air limbah yang belum diolah adalah air buangan dari berbagai sumber

yang belum diolah.

(34)

4. Dana adalah biaya operasional yang tersedia bagi pengelola limbah cair dalam kurun waktu 2015-2016.

5. Saran dan Prasarana adalah fasilitas yang tersedia untuk pengelolaan limbah cair.

6. Proses adalah tahapan yang dilakukan dalam pengelolaan limbah cair dengan melihat sumber air limbah dan pengolahannya.

7. Proses pengolahan air limbah adalah suatu tahapan yang dilakukan untuk menghasilkan air limbah yang memenuhi syarat Permen LH Nomor 5 tahun 2014.

8. Pengolahan primer adalah pengolahan tahap pertama yang pada dasarnya untuk memisahkan air dari limbah padatan secara fisik.

9. Pengolahan sekunder adalah pengolahan tahap kedua yang menguraikan bahan padatan secara biologis.

10.Pengolahan tersier adalah pengolahan lanjutan apabila zat pada pengolahan primer dan sekunder tidak dapat diolah.

11.Penambahan desinfektan adalah penambahan zat desinfeksi untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen.

(35)

13.Total Coliform adalah jumlah bakteri didalam air limbah. Memenuhi

syarat apabila tidak melebihi baku mutu sebesar 5.000 MPN / 100ml 14.Suhu adalah temperatur air limbah, memenuhi syarat apabila tidak

melebihi baku mutu, yaitu 380C.

15.PH adalah derajat keasamaan limbah cair, dikatakan memenuhi syarat apabila tidak melebihi baku mutu yaitu 6-9.

16.COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk menguraikan zat organik secara kimia, dikatakan memenuhi syarat apabila tidak melebihi baku mutu, yaitu 80 mg/L.

17.BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik, dikatakan tidak memenuhi syarat apabila tidak melebihi baku mutu, yaitu 50 mg/L.

18.TSS adalah zat tersuspensi dengan diameter >1 mikron, dikatakan memenuhi syarat apabila tidak melebihi baku mutu, yaitu 200 mg/L.

3.8 Metode Analisa Data

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Rumah Sakit X 4.1.1 Sejarah Rumah Sakit X

Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah sakit swasta terbesar dan akan menjadi pusat rujukan bagi masyarakat khususnya di kota Medan dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Rumah Sakit X diresmikan oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara Bapak Ir.H.Tengku Erry Nuradi M.Si pada tanggal 16 Februari 2014 dengan dasar pemberian izin Operasional sementara dari dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara No. 440.442/1641/II/Tahun 2014 yang ditandantangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Ibu dr.Siti Hatati Surjantini, M.Kes pada tanggal 14 Februari 2014.

Rumah Sakit X ini terletak di jl. Ayahanda no. 68 A Medan, dengan luas lahan sebesar 16.364 m2, luas parkiran 5000 m2, luas taman 500 m2, kapasitas tempat tidur 250 buah. Ada beberapa fasilitas umum yang dimiliki rumah sakit berupa ATM galery, Mushala, kantin dan mini market.

(37)

4.1.2 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit 1. Visi Rumah Sakit

Menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan terbaik, standar kualitas tinggi serta memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga pasien.

2. Misi Rumah Sakit

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana pelayanan secara berkesinambungan.

b. Mengembangkan lingkungan kerja saling sinergis.

c. Menciptakan lingkungan kerja yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius.

d. Meningkatkan sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mentaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.

e. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga pasien untuk menjadikan rumah sakit X sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan.

3. Motto Rumah Sakit

(38)

4.2 Sumber Daya Rumah Sakit 4.2.1 Tenaga Kerja

1. Data pegawai berdasarkan pendidikan

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Medis Berdasarkan Pendidikan / Spesialis

No. Pendidikan Jumlah (orang)

1. Dokter Spesialis Anak 7

2. Dokter Spesialis Bedah Orthopedic 3

3. Dokter Spesialis Urologi 1

4. Dokter Spesialis Bedah Digestif 2 5. Dokter Spesialis Bedah Onkologi 1

6. Dokter Spesialis Bedah Umum 5

7. Dokter Gigi 3

8. Dokter Spesialis Paru 2

9. Dokter Spesialis THT 7

10. Dokter Spesialis Mata 4

11. Dokter Spesialis Syaraf 4

12. Dokter Spesialis Jantung dan Darah 2 13. Dokter Sub Spesialis Gastroentero Hepatologi 1 14. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 4 15. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin 4

16. Dokter Spesialis Obgyn 7

17. Dokter Umum 18

Jumlah 75

Sumber : Profil Rumah Sakit X

(39)

orang, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin 4 orang, Dokter Spesialis Obgyn 7 orang, dan Dokter Umum 18 orang.

Tabel 4.2 Tenaga Paramedis Perawatan Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (orang)

1. Sarjana Keperawatan 24

2. Bidan 5

3. Akademi Perawat 247

Jumlah 276

Sumber : Profil Rumah Sakit X

Tabel 4.2 Jumlah tenaga paramedis perawatan di Rumah Sakit X sebanyak 276 orang, dengan pendidikan Sarjana Keperawatan sebanyak 24 orang, pendidikan Bidan sebanyak 5 orang, dan Akademi Perawat sebanyak 247 orang.

Tabel 4.3 Tenaga Paramedis Non Perawat Berdasarkan Pendidikan

NO. Pekerjaan Pendidikan

SMA/SMK D3 S1 S2

1. Direktur 1

2. Wakil Direktur 2

3. Ka.Sub Bidang Sekretariat 1

(40)

23. Bendahara 1 berpendidikan SMA/SMK sederajat lebih banyak sekitar 85 orang, pendidikan D3 sebanyak 80 orang, berpendidikan S1 sebanyak 35 oarang dan S2 sebanyak 3 orang. Jumlah seluruh tenaga kerja di Rumah Sakit X sebanyak 554 orang.

4.2.2 Dana

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, sumber dana rumah sakit merupakan rahasia bagi rumah sakit. Informan hanya memberikan informasi bahwa sumber dana berasal dari pasien rumah sakit.

4.2.3 Sarana dan Prasarana

Fasilitas pelayanan rumah sakit terdiri dari : Tabel 4.4 Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit.

No. Nama Instalasi

1. Intalasi Rawat Jalan 2. Intalasi Rawat Inap 3. ICU (Intensive Care Unit)

4. NICU (Neonati Intensive Care Unit) 5. PICU (Perinatal Intensive Care Unit) 6. Ruang Bayi Sehat

7. Ruang Bersalin

(41)

10. Instalasi Laboratorium 11. Instalasi Radiologi 12. Pain Clinic

13. Instalasi Hemodialisa 14. Rehabilitasi Medis

15. Instalasi Angiography (Cath Lab) 16. Instalasi Farmasi

17. Pelayanan Diagnostik 18. Instalasi Gizi

19. Laundry dan Kamar Jahit 20. Ambulance

21. Poliklinik

22. Instalasi Pengolahan Air Minum 23. Instalasi Pengolahan Air Bersih 24. Instalasi Pengolahan Air Limbah Sumber : Profil Rumah Sakit X

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa IPAL merupakan salah satu instalasi yang ada di Rumah Sakit X dari 24 fasilitas pelayanan di rumah sakit X. Dan ada beberapa fasilitas tambahan seperti : Guest House, Ruang serbaguna, kantin, dan Lobi.

Tabel 4.5 Intalasi Rawat Inap dan Kapasitas Tempat tidur

No. Jenis Bangunan Jumlah Kamar Jumlah Bed

(42)

NICU sebanyak 23 tempat tidur, ICU sebanyak 11 tempat tidur, Ruang bersalin sebanyak 3 tempat tidur dan ruang bedah sebanyak 4 tempat tidur.

4.3 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit

4.3.1 Sumber Daya Pengelola Limbah Cair Rumah Sakit

Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, menghasilkan limbah khususnya limbah cair yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut dibutuhkan sumberdaya dalam pengelolaan limbah cair.

4.3.1.1 Tenaga

Penyelenggara penyehatan lingkungan rumah sakit adalah Direksi rumah sakit dan dibantu oleh unit sanitasi. Upaya kesehatan rumah sakit dilakukan oleh :

a. Satu orang bagian kepala instalasi sanitasi dan kesehatan lingkungan dan sekretaris dengan kualifikasi S-1 Kesehatan Masyarakat dan sudah pernah mengikuti pelatihan.

b. Dua orang sebagai pengolah limbah cair rumah sakit dengan kualifikasi D-3 kesehatan lingkungan dan belum pernah mengikuti pelatihan.

(43)

Tabel 4.6 Karakteristik Informan Sumber : Informan di Rumah Sakit X

Tabel 4.6 menggambarkan Informan pertama merupakan kepala sanitasi dan sekretaris yang berpendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat dan bekerja selama 10 bulan. Informan yang kedua adalah operator dan pengolah limbah cair yang berpendidikan D-3 Kesehatan lingkungan dan bekerja selama 2 tahun. Informan yang ketiga adalah pengolah limbah cair yang berpendidikan D-3 Kesehatan lingkungan dan bekerja selama 2 bulan.

Struktur organisasi Instalasi Sanitasi rumah sakit X dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bagian Sanitasi (Dokumen Rumah Sakit X)

Direktur Rumah Sakit

Direktorat Adm Umum dan keuangan

Kepala Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan

(44)

Pembagian tugas dalam unit sanitasi dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.7 Pembagian Tugas Unit Sanitasi

No. Jabatan Tugas

1. Kepala Sanitasi Mengatur semua kegiatan pelayanan di unit sanitasi, memimpin, mengkoordinir, melaksanakan, membuat perencanaan, mengevaluasi dan menyusun serta mengirim laporan.

2. Sekretaris Sanitasi Membuat semua laporan kegiatan, membantu kepala sanitasi, mengatur jadwal pertemuan, administrasi, menyusun laporan, evaluasi kerja harian, perkiraan biaya, menyusu kebutuhan serta peralatan kantor.

3. Bidang Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Inpeksi secara langsung, pengambilan dan pemeriksaan sampel makanan, pemeriksaan personal higiene, membuat laporan, melalukan sosialisasi tentang higiene dan sanitasi makanan dan minuman.

4. Bidang Penyehatan Air Bersih dan Air Minum

Melakukan inspeksi secara langsung, melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel air, melakukan pemeriksaan personal higiene dan membuat laporan.

Melakukan pemeriksaan tempat sampah, melakukan inspeksi secara langsung, menyusun laporan, dan melalukan sosialisasi.

Melakukan Pemeriksaan IPAL, inspeksi terhadap tenaga, pengambilan dan pemeriksaan sampel IPAL, menyusun laporan, dan sosialisasi.

Melakukan pemeriksaan sumber, pengambilan dan pemeriksaan emisi, modifikasi sumber. 6. Bidang Pengendalian

dan Pemberantasan Vektor dan Binatang Pengganggu.

Melakukan identifikasi vektor dan binatang pengganggu, pengendalian vektor, melakukan evaluasi, dan menyusun laporan.

(45)

Berdasarkan observasi dapat disimpulkan, tenaga kerja di unit sanitasi dalam pengelolaan limbah rumah sakit sudah mencukupi

4.3.1.2 Dana

Dana yang tersedia dalam penanganan limbah cair disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan limbah cair dan dikelola oleh bagian keuangan rumah sakit.

Abang bisa perkirakan dana untuk pengolahan limbah cair, sekitar 4.680.000

dengan perincian sbb :

Tabel 4.8 Dana yang digunakan dalam pengolahan limbah cair

No. Guna Jumlah Dana

1. Pemeriksaan Sampel air

limbah 2 sampel Rp. 2.000.000

Sumber : Informan Rumah Sakit X

(46)

pengolahan limbah cair. Total dana yang diperlukan dalam pengolahan limbah cair perbulannya sebesar Rp. 4.680.000.

4.3.1.3 Sarana Dan Prasarana

Informan bagian yang mengolah limbah cair rumah sakit sudah mengetahui sarana dan prasana yang diperlukan dalam pengolahan limbah cair rumah sakit, terbukti dari petikan wawancara informan yang peneliti lakukan sebagai berikut :

Informan 2 dan 3 (Benny dan Erikson)

Banyak sarana dan prasana yang diperlukan dalam pengolahan limbah cair

mulai dari bahan kimia yang diperlukan (koagualan, kaporit, enzim), alat yang

digunakan dalam pengolahan limbah cair (mesin blower, difuser, pompa celup,

flow meter, ruang kontrol, dll. Berikut penjelasan yang lebih lengkap :

Sarana dan prasarana yang ada untuk pengolahan limbah cair di rumah sakit X adalah :

a. Bak pengolahan limbah cair yang terdiri dari bak pengumpulan limbah yang berasal dari laboratorium dan Laundry, bak pengumpulan limbah dari Instalasi Gizi, bak pengumpulan limbah yang berasal dari toilet dan kamar mandi, bak Ekualisasi, bak Aerasi, bak Sedimentasi, dan bak indikator/effluent.

b. Mesin Blower, yang digunakan untuk mensuplai udara kedalam bak aerasi.

(47)

d. Pompa Celup, digunakan untuk memompa limbah dari bak outlet ke saluran pembungan air (Drainase).

e. Flow Meter, digunakan untuk mengukur debit air limbah, untuk mengetahui limbah harian rumah sakit.

f. Alat Pelindung Diri, digunakan sebagai pelindung diri saat mengolah limbah cair, terdiri dari : baju pelindung, Sepatu bot, masker dan sarung tangan.

g. APAR (Alat Pemadam Api Ringan), digunakan untuk memadamkan api saat terjadi kebakaran.

h. Panel Listrik, digunakan untuk mematikan listrik sendiri apabila terjadi kesalahan dengan listrik. Energi listrik bersumber dari PLN dengan kapasitas yang tersedia sebesar 865.000 KVA dengan penggunaan perbulan ± 56.000 KVA untuk keseluruhan aktivitas rumah sakit. i. Ruang Kontrol Limbah

j. Timbangan, digunakan untuk mengatur banyaknya bahan yang digunakan untuk pengolahan limbah cair rumah sakit.

k. Gayung influent dan effluent, digunakan untuk mengambil sampel pada bak inlet dan outlet .

l. Tong, digunakan sebagai tempat untuk mencampur zat-zat yang diperlukan dalam pengolahan limbah cair. Drum ada 3 buah dengan ukuran 250L, 1 buah untuk tempat pencampuran PAC, 1 buah untuk tempat pencampuran Flokulan.

(48)

n. Dosing Pomp, digunakan untuk mensuplai bahan kimia dalam pengolahan limbah cair.

o. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pengolahan limbah cair seperti : PAC, Kaporit, Enzim, dan Flokulan.

Informan 1 (Rista) : Tanyak bang benny saja dek, mereka lebih paham,

kakak kan bagian manajemen.

4.4.2 Influent Rumah Sakit X Kota Medan

Pemeriksaan influent dilakukan untuk mengetahui efektivitas pengolahan limbah cair rumah sakit, pemeriksaan dilakukan peneliti di BTKL pada tanggal 24 Maret 2016 dengan acuan PerMenLH No.5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, berikut hasil pemeriksaan influent :

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Fisik, Kimia dan Biologi Influent Limbah Cair

No. Parameter Satuan Baku

(49)

4.4.3 Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit

Pengolahan limbah cair rumah sakit bertujuan untuk menghasilkan air limbah yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan. Pengolahan limbah cair dirumah sakit X telah melalui proses IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan metode Lumpur Aktif.

4.4.3.1Saluran Air Limbah

Berikut hasil wawancara dengan informan. Informan 1 (Rista)

Setahu kakak Pvc, kedap air, dan kadang tersumbat.

Informan 2 (Benny)

Kalau pipanya PVC, saluran tertutup, dan langsung dialirkan ke bak pengolahan

masing-masing.

Informan 3 (Erikson)

Pipanya pvc, tertutup dan terkadang juga tersumbat karna pasien ataupun

pengunjung mau buang sampah ke closet.

(50)

4.4.3.2Sumber Limbah Cair

Berikut sumber-sumber limbah cair Rumah Sakit X : Tabel 4.10 Sumber Limbah Cair dan Volume Limbah Cair

No Sumber Kapasitas Volume (Kg/M3)

Hari Bulan Semester Tahun

1. Ruang keperawatan 25 m3 750 m3 4500 m3 9000 m3 2. Ruang Operasi 1 m3 30 m3 180 m3 360 m3 3. Laboratorium 1 m3 30 m3 180 m3 360 m3 4. Haemodialisa 1 m3 30 m3 180 m3 360 m3 5. Instalasi Gizi 2 m3 60 m3 360 m3 720 m3

6. Laundry 3 m3 90 m3 540 m3 1080 m3

7. Karyawan 2 m3 60 m3 360 m3 720 m3

8. Kafetaria 2 m3 60 m3 360 m3 720 m3

9. Pengunjung 3 m3 90 m3 540 m3 1080 m3

Total 40 m3 1200 m3 7200 m3 14400 m3

Sumber : Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit X

(51)

Tabel 4.11 Penggunaan Air Bersih Dirumah Sakit

Sumber : Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit X

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa penggunaan air bersih di Rumah Sakit X yang paling banyak digunakan adalah untuk ruang keperawatan dengan kapasitas pemakaian rata-rata 50 m3 per harinya, 1500 m3 perbulan, 9000 m3 per semesternya, dan 18000 m3 per tahunnya, dan penggunaan yang paling sedikit adalah laboratorium, IGD dan pengunjung dengan pemakaian rata-rata 1 m3 per hari, 30 m3 per bulan, 180 m3 per semester, dan 360 m3 per tahun. Total penggunaan rata-rata air bersih 71 m3 per hari, 2130 m3 per bulan, 12780 m3 per semester, 25560 m3 per tahun.

4.4.3.3Penampungan Air Limbah

(52)

Penampungan pertama berasal dari laboratorium dan laundry. Penampungan yang kedua berasal dari Instalasi gizi, dan penampungan yang ketiga berasal dari toilet dan kamar mandi. Air hujan tidak memiliki penampungan, karena langsung di salurkan ke drainase.

4.4.3.4Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair yang berasal dari rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, oleh sebab itu dibutuhkan pengolahan limbah terlebih sebelum dibuang ke drainase untuk menurunkan tingkat resiko terhadap manusia dan lingkungan.

Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan Rumah sakit X kota Medan memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sendiri sebesar 120 m3/hari dan flow meter, tetapi saat ini flow meter sedang mengalami kerusakan. Pengolahan limbah cair yang berasal dari instalasi gizi dilengkapi dengan penangkap lemak. Rumah sakit X kota Medan juga melakukan pemeriksaan limbah cair tiap bulannya.

Berikut hasil wawancara dengan informan mengenai metode dalam pengolahan limbah cair rumah sakit.

Informan 1 : metode Lumpur aktif

Informan 2 : metode Lumpur aktif

Infroman 3 : Metode Lumpur aktif

(53)

Gambar 4.2 Skema Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit X kota Medan. (Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit )

Intalasi pengolahan air limbah terdiri dari bak pengumpulan awal yang terbagi menjadi 3 bak. Bak 1 merupakan limbah yang berasal dari laundry dan laboratorium, bak ke-2 merupakan limbah yang berasal dari instalasi dapur dan bak ke-3 merupakan limbah yang berasal kamar mandi. Berikut pengolahan limbah cair rumah sakit :

a. Limbah yang berasal dari dapur masuk ke dalam bak influent dapur lalu masuk ke bak Grase Trap terlebih dahulu, limbah cair dari laundry dan lab masuk ke bak influent laboratorium dan laundry dan diendapkan terlebih dahulu dan di pompa ke bak grase trap, sedangkan bak yang berasal dari toilat masuk kedalam bak influent toilet dan kamar mandi yang akan diolah terlebih dahulu akan diproses secara anaerob tetapi pada saat ini bak anaerob rusak dan tidak digunakan lagi. Ketiga jenis limbah tersebut kemudian dikumpulkan di bak anaerob hanya untuk pengendapan lalu di salurkan ke dalam bak ekualisasi.

b. Setelah melalui bak ekualisasi, semua limbah akan disatukan merata sehingga memudahkan proses pengolahan selanjutnya dan diteruskan

(54)

ke bak aerasi. Pada bak aerasi terjadi proses biologis dengan penggunaan lumpur aktif, dimana pada bak aerasi air limbah akan dikontakkan dengan oksigen (menggunakan mesin blower dan diffuser) dan ditambahkan bioenzim (Biomech) sebanyak 1 liter untuk mempercepat pertumbuhan bakteri dalam menguraikan zat-zat organik yang ada didalam air limbah. Pemberian bioenzim dilakukan dan bak aerasi dinyalakan selama 2 jam, kemudian mesin akan mati secara otomatis selama 1 jam dan kemudian otomatis hidup kembali selama 2 jam. Setelah ditambahkan bionzim kedalam bak aerasi bak tersebut harus ditutup kembali agar proses penguraian berjalan dengan baik. c. Setelah itu, air dialirkan kedalam bak sedimentasi, diberikan PAC yang

berfungsi untuk membentuk padatan pada air limbah. Penggunaan PAC sebanyak 1 kg dan flocullan sebanyak 100 gram yang sudah dilarutkan terlebih dahulu. PAC yang sudah dilarutkan dimasukkan kedalam drum berukuran 225 liter dan diisi dengan air sampai penuh agar PAC yang sudah dilarutkan cukup untuk pengolahan limbah selama 1 hari. Pelarutan Flocullan juga sama dengan pelarutan PAC. Flocullan berfungsi untuk menggumpalkan padatan yang mengapung diatas air agar terendap di bak.

d. Setelah melalui bak sedimentasi, limbah masuk kedalam bak klorinasi, pada bak ini diberikan klorin sebanyak 200 gr per harinya.

(55)

Dan sampai saat ini, lumpur dan endapan hasil pengolahan limbah cair belum pernah di bersihkan oleh pihak rumah sakit.

4.3.4 Effluen Limbah Cair Rumah sakit.

Pemeriksaan dilakukan peneliti di BTKL pada tanggal 24 Maret 2016 dengan acuan PerMenLH No.5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dengan hasil pemeriksaan effluen sebagai berikut :

Tabel 4.12 Hasil Pemeriksaan Fisik, Kimia dan Biologi Effluent Limbah Cair

(56)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Sumber Daya dalam Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X Kota Medan

5.1.1 Tenaga Kerja

Unit sanitasi bertugas untuk mengelola penyehatan higiene sanitasi makanan dan minuman, penyehatan air bersih dan air minum, pengelolaan limbah cair, padat dan gas, dan pengendalian dan pemberantasan vektor dan binatang pengganggu. Rumah Sakit X sudah memiliki struktur organisasi, khususnya bagian sanitasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah petugas sanitasi di Rumah Sakit X berjumlah 3 orang untuk menangani pengolahan limbah cair. Berdasarkan wawancara dengan tenaga kerja bahwa jumlah tenaga kerja bagian pengolahan limbah cair sudah mencukupi.

Jumlah petugas di unit sanitasi memiliki jumlah laki-laki lebih banyak dari jumlah perempuan. Dalam pembagian tugas pokok, petugas laki-laki lebih berperan dalam tugas yang lebih berat khususnya dalam pengolahan limbah cair, pemeriksaan air bersih dan air minum, dan merapikan kamar penyimpanan sementara limbah padat medis karena diperlukan tenaga yang lebih besar.

Tenaga pengelola limbah cair ada yang sudah mengikuti pelatihan khusus yaitu kepala sanitasi / koordinator, sementara untuk informan 2 dan 3 (Benny dan Erikson) tidak pernah mengikuti pelatihan.

(57)

lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan kualifikasi yang telah di tetapkan. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas B adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah D1 dan D3 yang ditambah dengan pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan, dan teknik lingkungan. (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian, tenaga kerja sanitasi sudah memenuhi kualifikasi dalam hal pendidikan, informan 1 berpendidikan S1 Kesehatan Masyarakat, informan ke 2 dan 3 memiliki pendidikan D3 kesehatan lingkungan yang belum pernah mengikuti pelatihan khusus, sehingga pengetahuan mereka tentang pengolahan limbah cair masih minim.

Dalam melaksanakan tugasnya, pihak rumah sakit menyediakan alat pelindung diri seperti, baju pelindung, topi, sepatu, masker, sepatu bot dan sarung tangan agar terhindar dari kecelakaan kerja, tetapi pada proses pengolahan limbah cair tenaga kerja belum menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, pada umumnya mereka hanya menggunakan masker, sarung tangan, sepatu bot dan topi.

5.1.2 Dana

(58)

wawancara dengan informan 2 (Benny), biaya rutin yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengelolaan limbah cair adalah pemeriksaan limbah cair rumah sakit, bahan pengolahan limbah cair (koagulan, kaporit, flokulan, enzim), pemeliharaan alat (WD dan oli) dan alat pelindung diri (sarung tangan dan masker), jumlah dana yang diperlukan perbulannya sekitar Rp. 4.680.000.

Jumlah dana tersebut didapatkan dengan perhitungan kasar yang diperlukan setiap bulannya. Dana untuk memperbaiki sistem pengolahan belum dihitung, dikarenakan biaya perbaikan sangat mahal, dan sampai saat ini ada beberapa sistem pengolahan yang tidak diperbaiki seperti flow meter, bak anaerob, screen bar di bak laundri dan laboratorium.

Berdasarkan penelitian Rejeki (2014) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Aisyiyah dan Rumah Sakit Panti Wal,bahwa dana yang diperlukan untuk pengelolaan limbah cair tiap rumah sakit berbeda, tergantung dari teknik pengolahan limbah cair tersebut. Pada penelitain Rejeki ini, dana yang diperlukan untuk pengelolaan limbah cair sebesar 5.000.000,00 dan 10.000.000,00 dengan dana pemeliharaan IPAL 100.000,00 dan 500.000,00.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

(59)

kemiringan kurang dari >2% dapat menyebabkan air limbah tidak mengalir dengan lancar, sehingga dapat mengganggu proses pengolahan selanjutnya. Pada rumah sakit ini, saluran pembuangan sudah memenuhi syarat karena tingkat kemiringan >2%. (Soeparman, 2002).

Keadaan saluran pembuangan limbah dalam keadaan tertutup, sehingga dapat menghindari bercampurnya air limbah dengan air tanah, maupun berkembangnya binatang/serangga kedalam saluran, disamping itu dapat mengurangi polusi udara, karena saluran yang terbuka dapat menimbulkan bau yang tidak sedap disekitar lingkungan rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pembuangan air limbah pada rumah sakit terpisah dengan saluran pembungan air hujan, ini dikarenakan kemampuan penampungan air limbah terbatas, apabila saluran pembungan air limbah disatukan dengan saluran pembuangan air hujan dapat mengakibatkan penampungan cepat penuh bahkan meluap pada musim hujan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sarana dan prasarana dalam pengelolaan limbah cair di rumah sakit sudah lengkap. Berdasarkan KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004 rumah sakit harus memiliki IPAL tersendiri, instalasi gizi dilengkapi dengan penangkap lemak dan memiliki flow meter yang sudah rusak dan belum diperbaiki sampai saat ini. Bak pengolahan anaerob juga mangalami kerusakan dan belum diperbaiki dikarenakan besarnya dana yang diperlukan untuk proses perbaikan.

(60)

pelindung diri, alat pemadam api ringan, panel listrik, ruang kontrol limbah, timbangan, gayung inlet dan outlet, tong, ceret ukur, dosing pomp, saringan pasir silika, dan bahan untuk pengolahan limbah cair (PAC, kaporit, enzim dan flokulan).

5.2 Limbah Cair Rumah Sakit X

5.2.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit X

Sumber-sumber limbah cair Rumah Sakit X berasal dari ruang keperawatan, ruang operasi, laboraorium, haemodialisa, instalasi gizi, laundry, karyawan, kafetaria, pengunjung.

Secara umum air limbah rumah sakit mengandung buangan pasien, bahan otopsi, sisa jaringan yang digunakan di laboratorium, sisa makanan dari dapur, limbah laundry, limbah laboratorium, berbagai macam bahan kimia toksik maupun nontoksik. Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme tergantung pada jenis rumah sakit,dan tingkat pengolahan yang digunakan. (DepKes RI, 2007)

5.2.2 Influent Limbah Cair Rumah Sakit X

(61)

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa parameter TSS sebesar 108 mg/L. TSS pada limbah cair berasal dari setiap sumber limbah cair, seperti dapur, laundry, laboratorium, toilet dan kamar mandi. Menurut Saeni (1989), padatan tersuspensi merupakan pencemar umum yang terdapat pada seluruh perairan alam, bahkan di perairan alami yang masih bersih dan belum tercemar juga dijumpai padatan tersuspensi dalam bentuk debu, pasir dan liat yang disebabkan oleh kikisan tanah. TSS (Total Suspended Solid) adalah bahan tersuspensi dengan diameter >1 mikron. Saeni (1989) ; Sawyer dkk (1994) mengatakan padatan tersuspensi berkolerasi positif terhadap kekeruhan, semakin tinggi padatan tersuspensi semakin tinggi pula nilai kekeruhan. Sawyer dkk (1994) menambahkan adanya padatan tersuspensi yang mengakibatkan kekeruhan tersebut dapat menjadi media hidup bagi bakteri patogen, sehingga bakteri patogen tersebut aman dari desinfektan.

(62)

Parameter COD (Chemical Oxygen Demand) pada pemeriksaan menunjukkan nilai 354,6 mg/L. COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan zat organik secara kimia. Tingginya parameter COD menunjukkan banyaknya senyawa organik yang dioksidasi secara kimia.

Parameter pH pada pemeriksaan menunjukkan 5,89. Parameter pH menunjukkan derajat keasaman air limbah, semakin rendah tingkat kesadahan air limbah menunjukkan keadaan air limbah tersebut pada kondisi asam, dan apabila kesadahan semakin tinggi menunjukkan kondisi basa, sehingga pembuangan langsung ke lingkungan dapat merusak lingkungan. Menurut DepKes RI tahun 2011, pH pada air limbah rumah sakit berasal dari laboratorium, toilet dan laundry.

Parameter suhu pada pemeriksaan sebesar 23,30C. Suhu pada air limbah bersifat normal, dikarenakan bak pengolahan tertutup, sehingga sinar matahari tidak mempengaruhi suhu air limbah. Penelitian ini didukung Cordova (2008), terjadi peningkatan suhu dikarenakan bak pengolahan terbuka, sehingga penerima penetrasi sinar matahari yang lebih tinggi.

(63)

yang dalam batas-batas tertentu mirip Escherichia coli. Grup Coliform terdiri atas beberapa genera yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Secara klinis Coliform dapat menyebabkan beberapa penyakit, baik yang disebabkan oleh antigennya ataupun toksin yang dihasilkan.

5.2.3 Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit X

Sistem pengolahan limbah cair dirumah sakit merupakan rangkaian kegiatan dari awal penampungan hingga pembuangan hasil olahan air limbah. Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan. Rumah sakit X sudah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam pengolahan limbah cair rumah sakit. berdasarkan penelitian rumah sakit ini memiliki sistem pengumpulan limbah cair terpisah, dimana limbah dari masing-masing sumber dialirkan secara berbeda dan tempat penampungan yang berbeda.

(64)

Berdasarkan hasil penelitian, cara pengaliran air limbah dari sumber menuju bak penampungan awal dilakukan dengan sistem gravitasi dan menggunakan pompa. Penelitian ini dudukung oleh DepKes RI 2011 tentang pedoman teknis instalasi pengolahan air limbah mengatakan ada 3 cara pengaliran air limbah yaitu : sistem gravitasi, sistem bertekanan dan sistem gabungan kombinasi aliran gravitasi dan pemompaan. Sistem gravitasi digunakan untuk mengalirkan air limbah dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi ke saluran IPAL atau saluran umum yang letaknya lebih rendah. Sistem bertekanan apabila IPAL letaknya lebih tinggi dari letak saluran pembuangan air limbah, air limbah dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu bak penampungan atau bak kontrol kemudian dipompakan ke IPAL dan kombinasi kedua cara pengaliran limbah.

Proses pengolahan dikelompokkan menjadi 4, antara lain pengolahan pertama (pengolahan primer), pengolahan kedua (sekunder), pengolahan lanjutan (pengolahan tersier) dan Desinfeksi (Mulia, 2005). Berdasarkan penelitian, rumah Sakit X hanya memiliki pengolahan primer yaitu penyaringan dan pengendapan, sekunder menggunakan lumpur aktif dan pemberian desinfeksi dengan menggunakan klor. Berdasarkan hasil penelitian limbah rumah sakit X memiliki 3 pengelompokan limbah berdasarkan sumber. Pertama limbah yang berasal dari laboratorium dan laundry, yang kedua limbah yang berasal dari dapur dan yang ketiga limbah yang berasal dari kamar mandi dan toilet.

(65)

polutan kasar yang berasal dari sumber limbah. Pada saluran awal limbah laundry terdapat saringan kasar untuk menyaring polutan kasar.

Pengolahan awal limbah yang berasal dari dapur akan masuk ke bak grase trap, menurut DepKes RI tahun 2011 didalam bak ini terjadi pengolahan minyak atau lemak, minyak dan lemak merupakan penyumbang polutan organik yang cukup besar. Oleh karena itu untuk air limbah yang mengandung minyak atau lemak yang tinggi misalnya air limbah yang berasal dari dapur atau kantin perlu dipisahkan terlebih dahulu agar beban pengolahan di dalam unit IPAL berkurang. Berdasarkan DepKes RI tahun 2011, Kandungan minyak atau lemak yang cukup tinggi di dalam air limbah dapat menghambat transfer oksigen didalam bak aerasi yang dapat menyebabkan kinerja IPAL kurang maksimal. Waktu tinggal di bak pemisah lemak sekitar 30-60 menit. Limbah yang berasal dari laboratorium dan laundry, dapur yang sudah melalui grase trap akan digabungkan didalam bak penampungan, dibak ini terjadi pengendapan, menurut Ningtyas (2015), bak pengendap berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi sekitar 30-40% serta BOD sekitar 25%.

(66)

keluar melalui ventilasi (NH3, CH4 dan H2S). Setelah pengolahan awal, 3 sumber limbah cair tersebut akan masuk ke dalam bak Ekualisasi.

Menurut DepKes RI tahun 2011, bak ekulisasi berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang akan diolah serta untuk menyeragamkan konsentrasi zat pencemarnya dan proses pengolahan air limbah dapat berjalan dengan stabil. Selain itu dapat juga digunakan sebagai bak aerasi awal pada saat terjadi beban yang besar secara tiba-tiba. Setelah melalui bak ekualisasi, air limbah akan masuk ke bak aerasi.

(67)

mendapatkan sumber nutrisi dari bahan-bahan dalam limbah dan secara langsung menguraikan bahan organik yang ada. Pertumbuhan mikroorganisme tersebut menyebabkan penggumpalan dan pembentukan lumpur aktif, setelah kurang lebih 6-8 jam. Setelah melalui proses lumpur aktif maka limbah akan masuk ke dalam bak sedimentasi.

Hasil penelitian di rumah sakit X, pada bak sedimentasi akan terjadi proses pengendapan lumpur, sebagian lumpur akan dikembalikan ke dalam bak erasi dan sisanya di bak pengendapan dan sampai saat ini sisa lumpur tidak pernah diolah. Didalam bak sedimentasi ini juga akan ditambahkan PAC yang berfungsi untuk membentuk padatan pada air limbah. Pelarutan Flocullan juga sama dengan pelarutan PAC. Flocullan berfungsi untuk menggumpalkan padatan yang mengapung diatas air agar terendap di bak. Menurut Kusnoputranto (1997), lumpur aktif dari proses aerasi yang telah mengendap dalam bak pengendapan tidak semuanya dibuang tetapi 20% akan dimasukkan kembali ke dalam tangki aerasi untuk perbenihan (seeding) dari air limbah yang baru karena lumpur tersebut mengandung bakteri yang diperlukan untuk menghancurkan bahan-bahan organik dalam air limbah dengan proses biologis aerob. Dengan demikian, penambahan kembali bahan lumpur baru yang telah mengandung makanan dan bakteri sangat diperlukan. Setelah melalui bak sedimentasi, air limbah akan masuk ke bak klorinasi.

(68)

mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah. Mekanisme pembunuhan mikroorganisme patogen sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan mikroorganisme itu sendiri. Banyak zat pembunuh kimia termasuk klorin dan komponennya mematikan bakteri dengan cara merusak atau mengaktifkan enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel. Mekanisme lain dari desinfeksi adalah merusak langsung dinding sel seperti yang dilakukan apabila menggunakan bahan radiasi ataupun panas. Oleh karena itu terdapat hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan kimia bila akan digunakan sebagai desinfeksi, antara lain : Daya racun zat kimia tersebut, waktu kontak yang diperlukan, efektivitasnya, rendahnya dosis, tidak toksik tehadap manusia dan hewan, biaya murah. Pemakian klor serbuk lebih efektif dibanding pemakaian klor tablet. Menurut DepKes RI tahun 2011, waktu kontak atau waktu tinggal di dalam bak khlorinasi berkisar antara 10-15 menit. Setelah melalui bak klorinasi, limbah akan masuk ke bak effluen dan akan dialirkan ke drainase. Pada rumah sakit X, hanya memiliki 1 tabung pasir silika dan tidak digunakan untuk pengolahan limbah sehari-hari, dikarenakan jumlah tabung yang sedikit dan tidak dapat mengolah limbah cair rumah sakit, pasir silika digunakan hanya ketika akan dilakukan pemeriksaan kualitas air limbah yang akan dikirim ke Scifindo. Pengolahan limbah dirumah sakit ini tidak memiliki ruang kontrol limbah, ruang kontrol limbah berfungsi untuk memantau pengolahan limbah rumah sakit.

5.2.4 Effluen Limbah Cair Rumah Sakit X

(69)

Coliform tidak memenuhi baku mutu dengan membandingkan dengan PerMenLH

No.5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Nilai parameter TSS influent sebesar 108 mg/L dan sesudah pengolahan nilai TSS menjadi 86 mg/L, dengan baku mutu 200 mg/L, dapat disimpulkan parameter TSS susah memenuhi baku mutu, hal ini dikarenakan adanya pengendapan pada bak pengolahan dan penambahan koagulan pada bak sedimentasi sehingga TSS mengalami penurunan sebesar 20,3%. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Akbar (2007), bahwa kadar TSS influent sebesar 145 mg/L dan setelah dilakukan pengolahan pada effluent terjadi penurunan dengan hasil sebesar 79 mg/L. Hasil yang sama juga didapat pada penelitian Andi Saputra, dkk (2008) untuk mempercepat pengendapan partikel halus (TSS), dengan bantuan koagulan (seperti tawas, PACL, atau FeCl3), sehingga terciptanya proses flokuasi–koagulasi. Jadi, dengan proses ini partikel yang halus akan menempel pada koagulan yang diikuti proses pengadukan, sehingga dari partikel halus menjadi partikel yang lebih berat, otomatis akan lebih cepat mengendap dikarenakan faktor berat jenis endapan lebih besar daripada berat jenis air.

(70)

sehingga minimnya transfer panas dari lingkungan. Penelitian ini didukung Cordova (2008), terjadi peningkatan suhu dikarenakan bak pengolahan terbuka, sehingga penerima penetrasi sinar matahari yang lebih tinggi

Parameter BOD influent pada air limbah sebesar 127,6 mg/L dan sesudah pengolahan menjadi 20,41 mg/L, dengan baku mutu 50 mg/L,dapat disimpulkan bahwa BOD rumah sakit X sudah memenuhi baku mutu. Menurut DepKes RI tahun 2011, lumpur aktif dapat menurunkan BOD sebesar 80-95%. Penurunan kadar BOD pada pengolahan air limbah rumah sakit X sebesar 84%. Penelitian ini juga didukung oleh Ali Arsad (2010) bahwa terjadi penurunan BOD, BOD influent sebesar 428,62 mg/L dan effluent sebesar 27,895 mg/L. penurunan BOD terjadi karena proses dekomposisi bahan organik (substrat) yang terkandung dalam air limbah.

(71)

bersifat normal, sehingga terjadi pengurangan COD pada air limbah rumah sakit X.

Parameter pH influent 5,89 dan sesudah pengolahan menjadi 7,28, dengan baku mutu 6-9, dapat disimpulkan bahwa parameter pH dirumah Sakit X kota Medan sudah memenuhi baku mutu. pH yang normal memungkinkan kehidupan biologis dalam air limbah tersebut berjalan dengan baik. Air limbah yang tidak netral akan menghambat proses biologis, bahkan akan menyebabkan kematian mikroorganisme dalam air. Penelitian ini juga didukung oleh Akbar (2007), pH influent dan effluent sebesar 7, sehingga mikroorganisme didalam bak aerasi dapat menguraikan zat organik dengan baik.

Parameter Total Coliform pada influent limbah rumah sakit sebesar 1.700 MPN/100ml dan setelah dilakukan pengolahan terjadi peningkatan jumlah Total Coliform menjadi >16.000 dengan baku mutu 5.000 MPN/100ml, dapat

(72)

�ℎ =

1.000.000 ×�×

100

� =⋯ � �

Dengan :

D = Volume air yang akan didesinfeksi

S = Sisa klor yang diinginkan (mg/L atau ppm) X = konsentrasi klor aktif

= �ℎ ( �)

�� ( ) =⋯ �/

(73)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Sumber Daya

1. Tenaga kerja dirumah sakit X sudah mencukupi, dan pada tenaga kerja yang mengolah limbah cair hanya menggunakan APD sepatu boot, masker dan sarung tangan, sementara kostum, topi tidak digunakan.

2. Sumber dana rumah Sakit X menjadi rahasia bagi rumah sakit, tetapi anggaran untuk pengolahan limbah cair perbulannya Rp.4.680.000,00 dan sudah mencukupi.

3. Sarana dan prasarana sudah memenuhi syarat. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan limbah cair sudah lengkap. Bak pengolahan limbah cair rumah sakit X belum memenuhi.

b. Influent Rumah Sakit X Kota Medan

1. Sumber-sumber limbah cair rumah sakit X yaitu, ruang keperawatan ruang operasi, laboratorium, Haemodialisa, Instalasi Gizi, laundry, karyawan, kafetaria dan pengunjung.

(74)

c. Proses Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit X kota Medan

1. Proses pengolahan limbah cair di rumah sakit X menggunakan lumpur aktif, dengan kapasitas IPAL 120 m3 perhari. Volume air limbah yang dihasilkan perhari sekitar 40 m3 perhari.

2. Proses pengolahan awal dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan sumbernya, yaitu : bak laboratorium dan laundry, bak untuk limbah dari dapur dan bak untuk limbah yang berasal dari toilet dan kamar mandi. Ketiga limbah didalam bak tersebut akan mengalami pengolahan awal dan akan masuk ke bak ekualisasi, bak aerasi, bak sedimentasi, bak klorinasi dan effluent.

3. Sampai saat ini tidak pernah dilakukan pengolahan terhadap lumpur sisa dari pengendapan.

4. Tidak adanya pengolahan tersier, rumah sakit X kota Medan hanya melakukan pengolahan primer, sekunder dan desinfeksi.

d. Effluent Rumah Sakit X kota Medan

1. Berdasarkan PerMen LH No.5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan bahwa parameter TSS (86 mg/L), pH (5,89), suhu (28,30C), BOD (20,41 mg/L), COD (56,69 mg/L) sudah memenuhi baku mutu.

(75)

6.1 Saran

a. Sumber Daya

1. Diharapkan pada tenaga pengelola limbah cair rumah sakit mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan limbah cair sehingga dapat meningkatkan pengetahuan para petugas dalam hal pengelolaan limbah cair serta adanya peningkatan kedisiplinan dalam penggunaan APD.

2. Diharapkan Rumah Sakit X memperbaiki sistem pengolahan limbah yang rusak, seperti bar screen, flow meter dan bak anaerob.

b. Pengolahan limbah cair

1. Diharapkan pemberian klor pada bak klorinasi sesuai dengan kebutuhan dengan memperhitungkan banyaknya limbah yang masuk, dan waktu kontak.

2. Disarankan kepada pihak rumah rumah sakit, agar dilakukan pengolahan lumpur sisa, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah bakteri didalam air limbah.

(76)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Defenisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU nomor 40 tahun 2009).

Menurut Wolper dan Pena, rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan (Adisasmito, 2007).

Menurut WHO, rumah sakit adalah sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan di rumah (Adisasmito,2007).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu tempat yang terorganisasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien, baik yang bersifat dasar, spesialistik, maupun subspesialistik. Selain itu, rumah sakit juga dapat digunakan sebagai lembaga pendidikan bagi tenaga profesi kesehatan (Adisasmito,2007).

(77)

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan rumah sakit (Adisasmito, 2007).

2.1.2 Tugas Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. 2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

Fungsi Rumah Sakit antara lain :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009).

2.1.4 Klasifikasi rumah sakit

(78)

1. Rumah Sakit Umum : memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit umum dibedakan menjadi :

a. Rumah sakit umum kelas A b. Rumah sakit umum kelas B c. Rumah sakit umum kelas C d. Rumah sakit umum kelas D

Klasifikasi rumah sakit umum tersebut ditetapkan berdasarkan : a. Pelayanan

b. Sumber daya manusia c. Peralatan

d. Sarana dan prasarana

e. Administrasi dan manajemen

2. Rumah Sakit Khusus : memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Contohnya, rumah sakit jantung, rumah sakit mata, rumah sakit bersalin, gigi dan mulut, dll (Permenkes RI nomor 340 tahun 2010).

2.2 Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian Manajemen Lingkungan Rumah sakit

(79)

terpadu yang meliputi pendekatan organisasi, kegiatan perencanaan, pemberian tanggungjawab dan wewenang, praktik menurut standart operasional, prosedur khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, mengevaluasi dan mensinergiskan kebijakan lingkungan dengan rumah sakit.

Pengelolaan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mengembangkan kapasitas pengembangan pengelolaan rumah sakit sehingga memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit secara menyeluruh. Diakui pengelolaan lingkungan rumah sakit memiliki permasalahan kompleks. Salah satunya adalah permasalahan limbah rumah sakit yang sangat sensitif dengan peraturan pemerintah. Rumah sakit sebagai salah satu penghasil limbah terbesar yang apabila tidak dikelola dengan baik berpotensi menimbulkan pencemaran (Adisasmito, 2008).

2.2.2 Sumber Daya Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit

Sumber daya diperlukan dalam mencapai tujuan pengololaan limbah rumah sakit. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sumber daya manusia sebagai sumber daya aktif, dana atau keuangan, sarana dan prasarana (machine)

1. Man (Sumber daya manusia)

(80)

Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya manusia, sebagai berikut :

a. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik, mental, pendidikan, pengalaman, keimanan, dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa

b. Disiplin merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang menjadi tanggung jawabnya

c. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya

d. Memberikan prioritas kepada kepentingan umum

e. Penggajian pegawai dan karyawan sangat menetukan dalam kelancaran tugas

f. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggungjawaban dalam rangka mencapai tujuan

g. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang menjadi atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya

h. Keamanan

i. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah perubahan kemajuan

j. Semangat bekerja sama

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah tenaga medis berdasarkan pendidikan / Spesialis
Tabel 4.3 Tenaga Paramedis Non Perawat Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.4 Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa IPAL merupakan salah satu instalasi yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peranan PDAM Tirtanadi Dalam Pengelolaan Limbah Cair Domestik Kota

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel pH, hidrogen peroksida, dan waktu reaksi terhadap penurunan kadar COD pada pengolahan limbah cair rumah sakit

Telah dilakukan penelitian pengaruh waktu ozonisasi terhadap penurunan kadar BOD, COD, TSS dan fosfat pada limbah cair rumah sakit.. Tujuan penelitian adalah

Limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai berdasarkan parameter COD pada titik I (inlet) sebelum limbah cair mengalami pengolahan terbilang masih cukup tinggi

Dengan adanya kegiatan rumah sakit yang menghasilkan limbah cair, berapa besar kadar COD pada limbah cair rumah sakit, apakah masih memenuhi standar baku mutu yang telah

Pengetahuan pegawai dan petugas kesehatan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru tentang pengelolaan limbah cair tinggi, tapi pada pengaturan kondisi proses dan operasi

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analis Pengelolaan

Hasil analisis laboratorium limbah cair yang dikeluarkan ke perairan menunjukkan belum ada penurunan kandungan BOD, COD maupun padatan tersuspensi, sedangkan pH