• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 hingga Desember 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 hingga Desember 2014"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Febrina Fajria

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 15 Februari 1993

Agama : Islam

Alamat : Komplek Raysa Minimalis blok C11 Medan Riwayat Pendidikan :

1. TK Islam Al-Marjan 1997 - 1999

2. SD Angkasa IV Jakarta 1999 - 2005

3. SMP 49 Jakarta 2005 - 2008

4. SMA 61 Jakarta 2008 – 2011

Riwayat Pelatihan : 1. PMB FK USU 2012

2. Seminar dokter keluarga dan workshop sirkumsisi SCOPH PEMA FK USU 2012

3. Seminar dan workshop vital sign SCOPH PEMA FK USU 2012 Riwayat Organisasi :

(2)
(3)

29 19 Inkomplit

30 46 Inkomplit

31 24 Inkomplit

32 45 Missed Abortion

33 39 Missed Abortion

34 32 Missed Abortion

35 36 Imminens

36 45 Inkomplit

37 42 Inkomplit

38 40 Missed Abortion

39 43 Missed Abortion

(4)
(5)
(6)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B., Dkk., 1999. Dampak Abortus terhadap Kesehatan Ibu di Indonesia. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 23(3), pp. 119-125

Baba S, Noda H, Nakayama M, et al., 2010. Risk Factor of Early Spontaneous Abortion Among Japanese: a Matched Case-Control Study, Human Reproduction, 26(2), pp. 466-472.

Cunningham, F.G. et al. 2005. Williams Obstetrics. 22 nd ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc, pp. 950-965

Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Kota Semarang. Diperoleh dari: http://www.pip@litbang depkes.go.id [Diakses tanggal 16 April 2015] Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013. Profil kesehatan 2013.

Diperoleh dari :

http://www.diskes.sumutprov.go.id/editor/gambar/file/Profil%20%20Keseh atan%2020013.pdf [Diakses tanggal 16 April 2015]

Friedman, M. Marilyn. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC, 1998. Pp. 125 – 126

Gunanegara, R. F., 2014. Hubungan Abortus Inkomplit dengan Faktor Risiko pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Pindad Bandung Periode 2013 – 2014. Skripsi. Bandung : Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha. Guyton, A.C., Hall, J.E., 1997. Fungsi Kortisol pada Stress dan Peradangan. In:

Adji Dharma, P., Lukmanto (ed.) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, pp. 1211-1212.

(7)

Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 1997. Efek Stres Fisiologik terhadap Sekresi ACTH dan Sekresi Adrenokortikal. In: Adji Dharma, P., Lukmanto (ed.) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC, pp. 1214-1215

Henshaw, S.K., Susheela, S., and Haas, T., 1999. The Incidence of Abortion Worldwide. International Family Planning Perspective 25 (supplement): S30 – S38.

Khaskheli, M., 2002. Evaluation of Early Pregnancy Loss. Pakistan J. Med. Research 41 (2): 70-72

KemenPPPA, 2011. Angka Kematian Ibu Melahirkan. Diperoleh dari : www.meggpp.go.id [Diakses pada tanggal 16 April 2015].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Analisis Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2010. Diperoleh dari:

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/ 08/Analisis-Kematian-Ibu-di-Indonesia-Tahun-2010.pdf [Diakses tanggal 16 April 2015]

Lisani,Silmi., 2013. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Abortus di RS Prikasih. Jakarta. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kedokteran, UIN Syarif Hidayatullah. Littler, Catharine Parker. 2010. Konsultasi Kebidanan. Jakarta: Erlangga. pp.

227

Manuaba, I.B.G., 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, pp. 95-96

Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jakarta:EGC. pp. 209-217

(8)

Prawirohardjo, S., 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp. 460 - 473

Rochmawati, P.N., 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Abortus Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro. Skripsi. Klaten: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Saifuddin A.B., 1992. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia melalui Upaya Kesehatan Wanita, Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 18(3), pp. 131-153

Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., and Wirakusumah, F.F., 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2 nd ed. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sastroasmoro, Sudigdo & Sofyan Ismae., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Keempat. Jakarta : Binarupa Aksara, pp. 130 -139

Taufiqqurohman, MA., 2003. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. CSGF (The Community of Self Help Group Forum), Klaten.

World Health Organization, 2012. Maternal Mortality. Diperoleh dari :

(9)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Abortus

Definisi: Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Alat ukur dan cara pengukuran: Menggunakan data sekunder dengan melihat data rekam medik pasien di RSUP Haji Adam Malik.

Skala: Nominal. 3.2.2. Usia

Definisi: Usia ibu hamil (tahun) bukan umur kehamilan (minggu). Usia di bagi menjadi: <20 tahun Usia berisiko tinggi

20 – 35 tahun Usia reproduksi sehat >35 tahun Usia berisiko tinggi

Alat ukur dan cara pengukuran: Menggunakan data sekunder dengan melihat data rekam medik pasien di RSUP Haji Adam Malik.

Skala : Nominal

(10)

3.2.3. Gambaran Klinis Abortus

Definisi : Jenis – jenis abortus spontan.

Gambaran klinis dibagi menjadi : Missed Abortion : Abortus Imminens

: Abortus Insipiens : Abortus Komplit : Abortus Inkomplit : Abortus Habitualis : Abortus Septik

Alat ukur dan cara pengukuran: Menggunakan data sekunder dengan melihat data rekam medik pasien di RSUP Haji Adam Malik.

Skala : Nominal 3.3. Hipotesis

(11)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah teknik penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama di sini bukan berarti pada suatu saat observasi dilakukan pada semua objek untuk semua variabel, tetapi tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja, dan faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan atau status waktu diobservasi. (Taufiqurrahman, 2003).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan dan waktu penelitian direncanakan bulan Agustus 2015 – Oktober 2015.

4.3. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah ibu yang mengalami persalinan aterm maupun abortus yang datang ke bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2011 sampai Desember 2014. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling (non-probability sampling).

4.3.1. Besar sampel

(12)

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang terdapat dalam rumus diatas ditetapkan sebagai berikut:

n = besar sampel

= tingkat kemaknaan (ditetapkan) = nilai uji power (ditetapkan)

= proporsi efek standar (dari pustaka)

= proporsi efek yang diteliti (clinical judgment)

Apabila seluruh nilai-nilai diatas dimasukkan ke dalam rumus akan diperoleh sebagai berikut:

Jadi, besar sampel minimum yang digunakan pada penelitian ini adalah 38, yang kemudian dibulatkan menjadi 40 masing-masing kelompok.

4.3.2. Kriteria inklusi

Seluruh ibu hamil yang mengalami persalinan aterm maupun abortus. 4.3.3. Kriteria eksklusi

1. Abortus karena trauma.

2. Abortus dengan riwayat karena obat-obatan.

3. Ibu hamil yang memiliki data rekam medik tidak lengkap atau tidak mencakup variabel penelitian.

4.4. Teknik Pengambilan Data

(13)

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara manual dan menggunakan komputer dengan fasilitas SPSS 21.0. Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data ini adalah :

1. Editing (menyunting data)

Pengeditan dilakukan untuk mengecek kelengkapan dan kejelasan pencatatan data.

2. Coding (mengkode data)

Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data yaitu memberikan koe pada data yang diperoleh. Pemberian kode dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh.

3. Entry data (memasukkan data)

Memasukkan data ke computer untuk dianalisis menggunakan program SPSS 21.0 untuk Windows.

4. Cleaning (pembersihan data)

Setelah semua data dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan perbaikan.

4.6.2 Analisis Data

Data dianalisis secara komputerisasi perangkat lunak pengolahan data dengan analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

(14)

interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan (α) sebesar 5%, dengan catatan jika p < 0,05 maka tolak H0 (ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung), sedangkan bila p > 0,05 maka terima H0 (tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung).

Abortus Tidak abortus

Usia ibu < 20 tahun a b

Usia ibu 20-35 tahun c d

Usia ibu > 35 tahun e f

Tabel 4.1 Penyajian Hasil Pengumpulan Data

Rumus Chi-Square :

Interpretasi hasil :

1. Jika nilai Asymp.Sig < 0.05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.

2. Jika nilai Asymp.Sig > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.

Atau

1. Jika nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel, maka terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.

(15)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik yang terletak di Kecamatan Medan Sunggal di Jalan Bunga Lau Nomor 17, Medan. Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Kelas A dan merupakan pusat rujukan kesehatan untuk provinsi Sumatera Utara.

Data rekam medis ini diambil di Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik secara spesifik berdasarkan jenis penyakit dan tahun yaitu ibu hamil yang mengalami abortus dan ibu yang mengalami persalinan aterm yang bermula dari tanggal 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2014.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data

Proses pengambilan data sekunder di Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik. Pengambilan data bagi penelitian ini menggunakan teknik Consecutive Sampling, dimana semua data rekam medis bagi penderita abortus

dari tahun 2011 hingga 2014 yang didapat secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah data yang diperlukan terpenuhi.

Pengambilan data rekam medis harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Berdasarkan rumus pengambilan besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi tidak berpasangan, besar sampel yang didapat berjumlah 40 data rekam medis ibu hamil yang mengalami abortus.

(16)

abortus sebanyak 40 data rekam medis, maka untuk menyamakan jumlah ini, kelompok pembanding juga diambil sebanyak 40 data rekam medis.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti adalah usia sebagai variabel independen dan abortus sebagai variabel dependen. Selain itu, dari data rekam medis juga diperoleh keterangan mengenai diagnosis dari gambaran klinis abortus yang terjadi.

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Penderita Abortus dan Persalinan Aterm Berdasarkan Kelompok Usia

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Abortus dan Persalinan aterm Berdasarkan Kelompok Usia

(17)

Sedangkan kelompok usia yang paling sedikit mengalami abortus adalah kelompok usia <20 tahun yaitu sebanyak 6 ( 7,5% ) orang dan sisanya sebanyak 4 ( 5% ) orang mengalami persalinan aterm. Pada kelompok usia 20-35 sebanyak 13 (16,3% ) orang mengalami abortus dan 28 ( 35% ) orang mengalami persalinan aterm.

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Klinis

Tabel 5.3. Distribusi Berdasarkan Gambaran Klinis

Gambaran

(18)

usia 20-35 tahun yaitu 1 orang dan kelompok usia > 35 tahun 1 orang. Pada gambaran klinis missed abortion ditemukan kelompok usia >35 tahun 10 orang,, tidak ditemukan kelompok usia < 20 tahun. Pada gambaran klinis abortus imminens dan abortus komplit masing-masing ditemukan sebanyak 3 orang pada kelompok usia > 35 tahun. Tidak ada ditemukan kasus abortus provokatus, abortus habitualis, dan abortus septik pada penelitian ini.

5.2. Hasil Analisa Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 hingga tahun 2014. Oleh karena itu dilakukan analisa data dengan menggunakan chi-square yang dihitung dengan SPSS 21.0 for Windows.

Tabel 5.4. Hasil Pengujian Statistik Chi-Square

Berdasarkan hasil pengujian statistik dalam penelitian ini, ditemukan nilai p adalah 0,003 yang berarti bahwa nilai p (0,003) < nilai α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan didapatkan ada hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus

(19)

5.3. Pembahasan

Dari hasil penelitian ini, kelompok umur pada ibu hamil yang paling banyak mengalami abortus adalah kelompok >35 tahun yaitu sebanyak 21 orang (26,3%), diikuti dengan kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 13 orang (16,3%), dan yang mempunyai kasus abortus paling rendah, kelompok umur <20 tahun (7,5%). Dari hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus dengan nilai p = 0,003.

Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Littler (2010) bahwa dari sejumlah abortus yang terjadi, ditemukan jika ibu berusia lebih dari 35 tahun maka resiko itu lebih tinggi. Menurut Cunningham et al (2005) pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun. Ini juga mungkin disebabkan oleh adanya kelainan kromosom pada janin ataupun kelainan uterus serta kelainan fungsi hormonal pada ibu. Akibatnya, ibu hamil pada usia tersebut mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi prematur, persalinan lama, perdarahan, dan abortus.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Nurvita Rochmawati (2013) di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang menyatakan bahwa usia ibu hamil yang berisiko paling tinggi mengalami abortus adalah kelompok usia diatas 35 tahun dan ditemukan adanya hubungan (nilai p = 0,001) antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.

Penelitian Silmi Lisani (2013) di RS Prikasih Jakarta Selatan menyebutkan hasil yang berbeda bahwa usia ibu hamil yang banyak mengalami abortus adalah kelompok usia dibawah 20 tahun dan tidak ditemukan adanya hubungan (nilai p= 0,265) antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.

(20)

kompletus (12,5%) serta gambaran klinis abortus yang paling rendah adalah abortus insipiens (5%).

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Khaskheli di Department of Obstetrics & Gynaecology Liaquat Medical College Hospital Hyderabad,

Pakistan yaitu abortus inkompletus merupakan jenis abortus yang paling sering

ditemukan yaitu 73 kasus (30,4%) dari 240 wanita hamil yang mengalami abortus (Khaskheli, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Rimonta Febby Gunanegara di Rumah Sakit Pindad Bandung juga menunjukan hasil yang sesuai yaitu dari 130 kasus abortus ditemukan abortus inkomplit sebesar 103 kasus (79,23%).

(21)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian abortus.

2. Kelompok usia ibu hamil diatas 35 tahun mendapatkan jumlah yang paling banyak yaitu sebanyak 21 orang.

3. Distribusi abortus berdasarkan gambaran klinis paling banyak ditemukan adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 32,5% (13orang). dengan usia paling banyak yaitu kelompok usia diatas 35 tahun.

6.1. Saran

(22)

b. Dokter atau tenaga kesehatan yang bertugas disarankan mencatat dengan terperinci tentang diagnosis pasien serta mencatat dengan lengkap data-data pasien seperti status kehamilan, riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat pengobatan. Sistem organisasi rumah sakit juga harus lebih teratur untuk menanggapi data-data pasien yang hilang.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

2.1.1. Pengertian kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Saiffudin. 2009)

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawirohardjo, 2010)

2.1.2. Fisiologi Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

2.2. Abortus

2.2.1. Pengertian abortus

(24)

Keguguran atau abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.( Manuaba, 2010)

2.2.2. Etiologi abortus

Menurut Martaadisoebrata (2005), mekanisme pasti yang menyebabkan abortus tidak selalu jelas, tetapi pada bulan-bulan awal kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan hamper selalu didahului oleh kematian mudigah atau janin. Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor, antara lain :

1. Faktor Janin

Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin, atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni :

a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi) b. Embrio dengan kelainan lokal

c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)

2. Faktor Maternal a. Infeksi

Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester awal atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan mikroorganisme penyebabnya.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus :

Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan

ensefalomitis.

(25)

Parasit, misalnya Toxoplasma gondii dan Plasmodium b. Penyakit vaskular, misalnya hipertensi vaskular

c. Kelainan endokrin

Kurangnya sekresi progesteron oleh korpus luteum atau pada penyakit disfungsi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus. d. Faktor imunologis

Ketidakcocokan (inkompatibilitas) system HLA (Human Leukocyte Antigen).

e. Trauma

Kasusnya jarang terjadi, umunya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut, misalnya akibat trauma pembedahan. Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum gravidarum sebelum minggu ke-8. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil. f. Kelainan uterus

Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau retroflexio gravid incarcerate.

g. Faktor psikosomatik

Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.

(26)

2.2.3. Patofisiologi Abortus

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. (Prawirohardjo, 2010)

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales sebelum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur. (Prawirohardjo, 2010)

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). (Prawirohardjo, 2010)

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan beku darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. (Prawirohardjo, 2010)

(27)

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisis cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. (Prawirohardjo, 2010)

2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya Abortus

a) Usia

(28)

b) Paritas (jumlah anak 4 orang atau lebih)

Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Risiko abortus meningkat seiring dengan paritas pada ibu. (Cunningham et al, 2005)

c) Usia kehamilan

Perdarahan melalui jalan lahir yang disertai nyeri perut bawah yang hebat pada kehamilan sebelum 3 bulan atau pada ibu yang terlambat haid 1-3 bulan dapat disebabkan oleh keguguran atau keguguran yang mengancam, merupakan keadaan sangat berbahaya. (Kenneth J.Leveno et al, 2009 dalam Eli Lukitasari, 2010)

d) Riwayat abortus sebelumnya

Menurut Prawirohardjo (2010) riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah mengalami 2 kali abortus risikonya meningkat 25%. Beberapa studi menduga bahwa setelah mengalami 3 kali abortus berurutan risikonya meningkat menjadi 30-45%. Menurut Suryadi (1994) penderita dengan riwayat abortus satu kali dan dua kali menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang terhambat pada kehamilan berikutnya melahirkan bayi prematur. Sedangkan dengan riwayat abortus 3 kali atau lebih ternyata terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, prematuritas.

e) Jarak Kehamilan

(29)

f) Pendidikan

Martaadisoebrata dalam Wahyuni (2012) menyatakan bahwa pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri dan meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual akan berpengaruh pada wawasan dan cara berpikir baik dalam tindakan dan pengambilan keputusan maupun dalam membuat kebijaksanaan dalam menggunakan pelayanan dalam kesehatan. Pendidikan yang rendah membuat seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi, meskipun sarana kesehatan telah bersedia namun belum tentu mereka mau menggunakannya. g) Penyakit Infeksi

Riwayat penyakit ibu seperti pneumoni, typhus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Begitu pula dengan penyakit infeksi lain juga memperbesar peluang terjadinnya abortus. (Mochtar, 1998)

h) Alkohol

Alkohol dinyatakan meningkatkan risiko abortus spontan, meskipun hanya digunakan dalam jumlah sedang. (Cunningham et al, 2005)

i) Merokok

Wanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami abortus spontan daripada wanita yang tidak merokok. Baba et al (2010) menyatakan bahwa kebiasaan gaya hidup merokok pada ibu dan suaminya berpengaruh terhadap kejadian abortus. Merokok 1-19 batang perhari dan >20 batang perhari memiliki efek pada ibu mengalami abortus lebih awal. (Cunningham et al, 2005)

2.2.5 Macam-macam abortus

Menurut Prawirohardjo (2010), klasifikasi abortus antara lain :

(30)

ketrampilan yang diperlukan atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.

2. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Pertimbangan demi menyelamatkan nyawa ibu dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis Penyakit Dalam, dan spesialis Jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait.

3. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya tindakan apapun. Berdasarkan gambaran kliniknya, dibagi menjadi berikut :

a) Abortus Imminens

Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

b) Abortus Insipiens

Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Gambar 2.1 Abortus Imminens

(31)

c) Abortus Kompletus

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

d) Abortus Inkompletus

Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Gambar 2.2 Abortus Insipiens

Sumber : Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit buku EGC

Gambar 2.3 Abortus Kompletus

(32)

e) Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus di halangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis.

f) Missed Abortion

Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu atau

lebih, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 6 minggu atau lebih.

Gambar 2.4 Abortus Inkomplitus

Sumber : Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit buku EGC

Gambar 2.5 Missed Abortus

(33)

g) Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.

h) Abortus Infeksiosus, Abortus Septik

Abortus infeksiosus ialah abortus yang diserti infeksi pada alat genitalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis).

2.3. Hubungan abortus dengan usia ibu hamil

Pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima kehamilannya, sehingga hal ini menyebabkan kondisi ibu menjadi stress. Umur ibu merupakan salah satu faktor risiko kematian akibat abortus. Semakin muda usia ibu pada waktu hamil, semakin besar risiko kematian yang dihadapi. Angka kematian akibat abortus yang tinggi di Amerika Latin ditemukan pada kelompok remaja, sedangkan pada kelompok mahasiswa dan pekerja relatif lebih rendah (Erica, 1994).

Sangat mengagumkan bahwa hampir semua jenis stres, apakah bersifat fisik atau neurogenik, akan menyebabkan peningkatan sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis anterior. Beberapa jenis stres yang meningkatan pelepasan kortisol adalah sebagai berikut:

a. Hampir semua jenis trauma b. Infeksi

c. Kepanasan atau kedinginan yang hebat

d. Penyuntikan norepinefrin dan obat-obat simpatomimetik lainya e. Pembedahan

(34)

g. Hampir setiap penyakit yang menyebabkan kelemahan. (Guyton and Hall, 1997).

Bahwa hampir setiap jenis stres fisik atau mental dalam waktu beberapa menit saja sudah dapat meningkatkan sekresi ACTH dan akibatnya sekresi kortisol juga akan sangat menigkat, sekresi kortisol ini sering meningkat sampai 20 kali lipat. Efek ini di gambarkan dengan jelas sekali oleh respons sekresi adrenokortikal yang cepat dan kuat setelah trauma.

Rangsangan sakit yang disebabkan oleh jenis stres fisik apapun atau kerusakan jaringan pertama dihantarkan ke atas melalui batang otak dan akhirnya ke puncak median hipotalamus.

Stres mental dapat juga segera menyebabkan peningkatan sekresi ACTH. Keadaan ini dianggap sebagai akibat naiknya aktivitas dalam sistim limbik, khususnya dalam regio amigdala dan hipokampus, yang keduanya kemudian menjalarkan sinyal ke bagian posterior medial hipotalamus. (Guyton and Hall, 1997).

Pada kehamilan , plasenta membentuk sejumlah besar human chorionic gonadotropin, estrogen, progesteron, dan human chorionic somatomammotropin, dimana tiga hormon yang pertama, dan mungkin juga yang keempat, semuanya penting untuk berlangsungnya kehamilan normal. (Guyton and Hall, 1997).

Progresteron merupakan sebuah hormon yang penting untuk kehamilan, kenyataan sama penting seperti estrogen. Selain disekresikan dalam jumlah cukup banyak oleh korpus luteum pada awal kehamilan, progresteron juga disekresikan dalam jumlah banyak oleh plesenta, kira- kira 0,25 g/hari sewaktu mendekati akhir masa kehamilan. Tentu saja kecepatan sekresi progresteron meningkat kira-kira 10 kali lipat selama kehamilan.

(35)

a. Progresteron menyebabkan sel-sel desidua tumbuh dalam endometrium uterus, dan selanjutnya sel-sel ini memainkan peranan penting dalam nutrisi embrio awal.

b. Progresteron mempunyai pengaruh khusus dalam menurunkan kontraktilitas uterus gravida, jadi mencegah kontraksi uterus yang menyebabkan abortus spontan.

c. Progresteron juga membantu perkembangan hasil konseptus bahkan sebelum implantasi, karena progresteron secara khusus meningkatkan sekresi tuba fallopi dan uterus untuk menyediakan bahan nutrisi yang sesuai untuk pekembangan morula dan blastokista. Juga, ada beberapa alasan untuk mempercayai bahwa progresteron bahkan mempengaruhi pembelahan sel pada awal perkembangan embrio.

(36)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di area pedesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012)

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000 (Kelahiran Hidup) KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional hasil sensus penduduk 2010 sebesar 259/100.000 KH. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI tahun 2002 yang mencapai 307/100.000 KH.

Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain disebabkan oleh perdarahan sebanyak 28 %, eklampsi sebanyak 24 %, infeksi sebanyak 11 %, komplikasi masa puerperium sebanyak 8 %, Abortus 5 %, partus lama 5 %, Emboli obstetrik 3 % dan lain-lain 11 % (KemenPPPA, 2011).

(37)

Pada tahun 2008 angka kematian ibu yang disebabkan oleh abortus sebanyak 30-50%, abortus spontan sebanyak 10%, sedangkan pada tahun 2009 terdapat 139 kasus di Rumah sakit Roemani semarang.

Data abortus di Rumah sakit umum daerah ambarawa tercatat pada tahun 2012 sebanyak 142 ibu yang mengalami abortus, diantaranya adalah abortus imminens, abortus insipiens, abortus komplit, abortus inkomplit maupun abortus tindakan secara medis dan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 123 ibu yang mengalami abortus diantaranya sebagian besar yaitu abortus komplit dan sebagian kecil mengalami abortus insipient (RSUD Ambarawa). (Depkes RI, 2011)

Abortus disebabkan tiga faktor, faktor maternal, faktor janin, dan faktor paternal (Mochtar, 2002). Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor risikonya meliputi usia dan adanya riwayat abortus berulang. Risiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas dan usia ibu. Pada ibu usia dibawah 20 tahun risiko terjadinya abortus kurang dari 2%. Risiko meningkat 10% pada usia ibu diatas 35 tahun dan mencapai 50% pada usia ibu lebih dari 45 tahun. Peningkatan risiko abortus ini diduga berhubungan dengan abnormalitas kromosom pada wanita usia lanjut. (Cunningham, 2005)

Resiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal. Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka resiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya resiko kejadian kelainan kromosom. Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu faktor etiologi abortus (Friedman,1998).

(38)

dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikoogis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba,1998)

Jika tingkat aborsi dievaluasi berdasarkan usia produktif wanita, didapati bahwa remaja (kurang dari 20 tahun) dan wanita usia 40 atau lebih tua adalah yang paling mungkin untuk melakukan aborsi jika mereka hamil. Dengan demikian, proporsi kehamilan berakhir dengan aborsi adalah terbesar di awal dan akhir masa reproduksi wanita (Henshaw et al. 1999).

Berdasarkan data penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 1999 yang mengalami abortus tercatat ada 122 orang dan pada tahun 2000-2001 tercatat ada 130 orang, sedangkan di RSUD Dr.Pringadi Medan tercatat ada 141 orang. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aldiansyah D. tentang prevalensi abortus di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2010, dijumpai prevalensi abortus berkisar 7,1 % dan dijumpai distribusi abortus yang paling banyak yaitu dari kelompok usia 31-40 tahun dan multipara sebanyak 19 pasien.

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan. (Prawirohardjo, 2010)

(39)

1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik periode Januari 2011 hingga Desember 2014?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kejadian abortus dengan usia ibu yang terdapat di RSUP Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2011-2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Menambah pengetahuan mengenai hubungan antara faktor usia ibu dengan abortus.

b. Mengembangkan minat, daya pikir dan kemampuan untuk melakukan penelitian di bidang kesehatan.

1.4.2. Bagi pendidikan

Sebagai referensi dalam pengembangan pengetahuan dibidang kedokteran khususnya mengenai abortus.

1.4.3. Bagi masyarakat.

(40)

1.4.4. Bagi institusi Rumah Sakit

(41)

ABSTRAK

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Penyebab kematian ibu di Indonesia 5% disebabkan oleh abortus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2014. Metode penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan sampel dilakukan dengan mengambil data sekunder yang diperoleh dari rekam medis RSUP H. Adam Malik sebanyak 40 rekam medis, dengan cara consecutive sampling. Analisa data dalam penelitian ini diolah secara Chi-square dengan nilai signifikasi 0,05. Hasil penelitian ini yaitu ditemukan usia ibu hamil diatas 35 tahun yang paling banyak mengalami abortus (26,3%) dan paling sedikit pada usia ibu hamil dibawah 20 tahun (7,5%). Gambaran klinis yang banyak dijumpai di RSUP H. Adam Malik adalah abortus inkomplitus dengan kelompok usia terbanyak > 35 tahun. Hasil analisa data didapatkan nilai p 0,003 < nilai α 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik.

(42)

ABSTRACT

Abortion is the termination of pregnancy by removing a fetus or embryo from the womb before it can survive on its own. As the limit is less than 20 weeks gestation or fetal weight less than 500 grams. In Indonesia, about 5% of maternal mortality is caused by abortion. The purpose of this study was to determine the correlation between maternal age and the incidence of abortion at RSUP H. Adam Malik, January 2011- December 2014. The method of this study is analytic with cross sectional study. There are 40 samples taken by secondary data from the abortion patient’s and the single spontaneous delivery patient’s medical records January 2011 until December 2014 at RSUP H. Adam Malik using consecutive sampling. This study was analized by using Chi-Square test with p value 0,05. The most prevalence maternal age of the abortion patients is over 35 years old (26,3%) and the least prevalence is under 20 years old (7,5%). The study also found the most clinical features at RSUP H. Adam Malik is incomplete abortion with over 35 years old group age. The results of analysis data showed that p value 0,003 < α value 0,05. In conclusion, there is a correlation between maternal age and incidence of abortion at RSUP H. Adam Malik.

(43)

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN ANGKA

KEJADIAN ABORTUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK

PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2014

Oleh :

FEBRINA FAJRIA

120100160

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(44)

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN ANGKA

KEJADIAN ABORTUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK

PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2014

Karya Tulis Ilmiah

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

FEBRINA FAJRIA

120100160

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(45)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 hingga Desember 2014

Nama : Febrina Fajria

NIM : 120100160

Pembimbing Penguji I

(dr. Esther. R. D. Sitorus, M.Ked(PA), Sp.PA) (dr. Ariyati Yosi, Sp.KK) NIP : 19711208 200312 2 001 NIP : 1974090 6200801 2 015

Penguji II

( dr. Maya Savira, M.Kes ) NIP : 19761119 200312 2 001

Medan, 11 Januari 2016 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(46)

ABSTRAK

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Penyebab kematian ibu di Indonesia 5% disebabkan oleh abortus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2014. Metode penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan sampel dilakukan dengan mengambil data sekunder yang diperoleh dari rekam medis RSUP H. Adam Malik sebanyak 40 rekam medis, dengan cara consecutive sampling. Analisa data dalam penelitian ini diolah secara Chi-square dengan nilai signifikasi 0,05. Hasil penelitian ini yaitu ditemukan usia ibu hamil diatas 35 tahun yang paling banyak mengalami abortus (26,3%) dan paling sedikit pada usia ibu hamil dibawah 20 tahun (7,5%). Gambaran klinis yang banyak dijumpai di RSUP H. Adam Malik adalah abortus inkomplitus dengan kelompok usia terbanyak > 35 tahun. Hasil analisa data didapatkan nilai p 0,003 < nilai α 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik.

(47)

ABSTRACT

Abortion is the termination of pregnancy by removing a fetus or embryo from the womb before it can survive on its own. As the limit is less than 20 weeks gestation or fetal weight less than 500 grams. In Indonesia, about 5% of maternal mortality is caused by abortion. The purpose of this study was to determine the correlation between maternal age and the incidence of abortion at RSUP H. Adam Malik, January 2011- December 2014. The method of this study is analytic with cross sectional study. There are 40 samples taken by secondary data from the abortion patient’s and the single spontaneous delivery patient’s medical records January 2011 until December 2014 at RSUP H. Adam Malik using consecutive sampling. This study was analized by using Chi-Square test with p value 0,05. The most prevalence maternal age of the abortion patients is over 35 years old (26,3%) and the least prevalence is under 20 years old (7,5%). The study also found the most clinical features at RSUP H. Adam Malik is incomplete abortion with over 35 years old group age. The results of analysis data showed that p value 0,003 < α value 0,05. In conclusion, there is a correlation between maternal age and incidence of abortion at RSUP H. Adam Malik.

(48)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, berupa kesehatan dan rezeki serta waktu sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan peneltian karya tulis ilmiah ini tepat waktu. Tak lupa, penulis juga menyampaikan salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir kelak. Amin.

Dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadia abortus di RSUP H. Adam Malik periode Januari 2011 hingga Desember 2014” penulis menemukan banyak hambatan. Namun, berkat bantuan dari banyak pihak, penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara

2. dr. Esther R. D. Sitorus, M.Ked(PA), Sp.PA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk memberi bimbingan dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Feraluna Nasution, Sp.A dan dr. Maya Savira, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

(49)

5. Kepada Anif Fauzi Harahap, yang telah memberikan dukungan moral dan selalu bersedia mendampingi untuk mendengar keluhan-keluhan selama proses penyusunan penelitian karya tulis ilmiah ini.

6. Kepada Fiona Yosephine dan Piranavan, selaku teman satu kelompok, yang telah memberikan kerjasama dan dukungan dalam penyusunan karya tulis ini.

7. Kepada sahabat-sahabat saya di Medan, Milla Shera, Baginda Asyraf H, Nurul Akla, Yusuf Adira, Abraham Sihotang, Ulvi, Feby, Rizqy Joeandri, Hansel Ardy, Andrea, Arafat, Luthfi, Mafazi, Yovi, Arif Kincit, Arif Papa, Nasir, Sergio, Ikhsan, Reza, Umar, Farid, Rian, Mika, Kiko dan Rama yang telah memberikan dukungan serta masukan dari awal masa perkuliahan hingga penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Kepada sahabat-sahabat saya di Jakarta, Bani, Janet, Alfa, Henry, Dewo, Yovi, Pinkan, Shelly, Bunga, Dea, Sarah, Zia, Lanti, Ica, Niken, dan Donna yang telah memberikan dukungan moral serta doa dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan agar pembaca memberikan kritikan dan masukan yang membangun demi kesempurnaan penulisan hasil karya tulis ilmiah nanti. Terima kasih.

Medan, 8 Desember 2015

(50)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Kehamilan... 6

2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya Abortus ... 10

2.2.5 Macam-macam abortus (Sarwono, 2008) ... 12

2.3. Hubungan abortus dengan usia ibu hamil ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19

3.1. Kerangka Konsep ... 19

3.2. Definisi Operasional ... 19

3.3. Hipotesis ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

(51)

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3. Subyek Penelitian ... 21

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 22

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23

4.5.1. Pengolahan Data... 23

4.6.2 Analisis Data ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data ... 25

5.2. Hasil Analisa Data ... 28

5.3. Pembahasan ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1. Kesimpulan ... 31

6.1. Saran ... 31

(52)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Abortus Imminens ... 13

Gambar 2.2 Abortus Insipiens... 14

Gambar 2.3 Abortus Kompletus ... 14

Gambar 2.4 Abortus Inklompetus ... 15

Gambar 2.5 Missed Abortion ... 15

(53)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1. Penyajian Hasil Pengumpulan Data 23 Tabel 5.1. Distribusi Penderita Abortus dan

Persalinan Aterm Berdasarkan Kelompok Usia

25

Tabel 5.2. Distribusi Data Berdasarkan

Klasifikasi 26

Tabel 5.3. Distribusi Data Berdasarkan

Gambaran Klinis 27

(54)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ... 36

LAMPIRAN 2 ... 37

LAMPIRAN 3 ... 39

LAMPIRAN 4 ... 40

LAMPIRAN 5 ... 41

Gambar

Tabel 4.1 Penyajian Hasil Pengumpulan Data
Tabel 5.1. di atas menunjukan bahwa kelompok usia yang paling banyak
Gambaran Usia (tahun)
Tabel 5.4. Hasil Pengujian Statistik Chi-Square
+4

Referensi

Dokumen terkait

The optimum output, requested by forest companies of the process is species-specific size (dbh, height) distribution of the trees. The current species-specific forest

enunjuk pada Berita Acara Hasil P elelangan paket Rehabilitasi Bendung dan Saluran Talang Desa Ngadiwarno Kecamatan Sukorejo Nomor: 027 / 17 / 2.35.1 / ULP tanggal 26

image- based modeling approach were chosen due to the fact that Dubai Municipality has a rich collection of high resolution Nadir based aerial imagery with decent

Peserta e-Lelang Pemilihan Langsung yang memasukkan Dokumen Penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan hasil

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W3, 2017 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

Pemegang Saham yang berhalangan hadir dapat diwakili oleh kuasanya dengan membawa Surat Kuasa yang sah seperti yang ditentukan oleh Direksi Perseroan dengan ketentuan bahwa

Sierra Minera, the mountain range of Cartagena-La Unión (located in the southeast of Spain), is one of the most relevant historical mining areas in Spain, although the

 Siswa diminta melakukan obervasi untuk menemukan ciri- ciri dan fungsi bagian tubuh hewan yang ada di sekitar rumah mereka.Siswa menuliskan hasil observasi pada tabel