• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Pertumbuhan Remaja Usia 15 Sampai 20 Tahun Di Wilayah Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Pertumbuhan Remaja Usia 15 Sampai 20 Tahun Di Wilayah Bogor"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Hijrah Satria Eka Putra

G34101022

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan R.R. DYAH PERWITASARI. Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus dari konsepsi, dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Deskripsi pola pertumbuhan remaja dapat digunakan sebagai referensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh remaja usia 15 sampai 20 tahun di Wilayah Bogor. Prosedur antropometri dilakukan secara horizontal pada probandus dari SMPN 2, SMUN3, SMUN 4, SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan IPB dengan maksud memperoleh probandus dengan latar belakang sosial ekonomi di atas rata-rata.

Pola pertumbuhan diperoleh berdasarkan persentil 50. Tinggi badan remaja laki-laki mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak mengalami pertumbuhan setelahnya. Tinggi badan remaja perempuan sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 18 tahun. Tinggi badan maksimum remaja laki-laki sebesar 169.27 cm sedangkan tinggi badan maksimum remaja perempuan pada sebesar 156.74 cm. Berat badan remaja laki-laki mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun sedangkan berat badan remaja perempuan sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Berat badan maksimum remaja laki-laki sebesar 57.08 kg sedangkan berat badan maksimum remaja perempuan sebesar 50.96 kg. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan mengalami sedikit peningkatan. Indeks massa tubuh maksimum remaja laki-laki dan perempuan terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar 20.25 kg/m2 untuk remaja laki-laki dan 20.47 kg/m2 untuk remaja perempuan.

ABSTRACT

HIJRAH SATRIA EKA PUTRA. Growth Pattern of Bogor Adolescence Aged 15 to 20. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and R.R. DYAH PERWITASARI.

Growth continues from conception, pregnancy, baby, children, adolescence until adulthood. Adolescence growth pattern description can be used as a reference. This research aims to determine normal growth pattern of height, weight, and body mass index of Bogor adolescence aged 15 to 20. Cross-sectional sampling were conducted to get probands from SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, SMUN 8 Bogor City, and IPB in order to obtain probands with socioeconomic background above average.

(3)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Hijrah Satria Eka Putra

G34101022

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

NRP : G34101022

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc.

NIP. 131 779 503 NIP. 131 916 787

Mengetahui,

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.

(5)

dari pasangan Amiruddin dan Arna Arga.

Lulus dari SMUN 112 Jakarta pada tahun 2001 dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI IPB) di Fakultas MIPA, Departemen Biologi pada tahun yang sama.

(6)

karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Bambang Suryobroto dan Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc. atas bimbingan dan saran selama penelitian. Terima Kasih untuk Prof. Dr. Ir. Alex Hartana, M.Sc. sebagai Wakil Komisi Pendidikan atas masukan dan kritiknya terhadap karya ilmiah ini. Terima kasih pula penulis sampaikan pada Tities Puspita yang bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis pada awal penelitian.

Ucapan terima kasih ditujukan pada Kepala Sekolah, guru, dan siswa SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, dan SMUN 8, Bogor serta mahasiswa IPB dan Kepala Laboratorium Biologi Dasar atas izin dan bantuannya dalam penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Septian (SMPN 2), Ibu Ervita (SMUN 3), Bapak Karep (SMUN 4), Ibu Rani (SMUN 8), Bapak Naryo dan Bapak Pepen atas fasilitas dan kemudahan yang diberikan selama penelitian. Penulis berterima kasih pula pada Yuli, Anne S, Afif, Dolly, HIMABIO dan seluruh asisten Biologi Dasar yang membantu saat pelaksanaan prosedur antropometri; teman-teman di laboratorium Zoologi: Evi, Sulastri, Angga, Duti, Rusdi, Fitri, Anne N, Aries, Deris, Ae, Khrisna, Ruly P, Cynthia, Yudit, Lucky, Ratna dan Suryo; Irwandi, Nana, Dewi, Vina, Pi’i, Lulu, Cynthia M, warga DC-7, Bumi Panyileukan, Pondok Bima, dan Villa Merah atas persahabatannya selama ini. Terima kasih kepada seluruh dosen dan laboran Laboratorium Zoologi untuk suasana kekeluargaan yang penulis rasakan. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih pada Ayah, Mama, seluruh keluarga, serta Rini Suhartini atas segala dukungan, perhatian, doa dan kasih sayangnya.

Bogor, Oktober 2005

(7)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN... 1

METODE Probandus ... 1

Prosedur Antropometri ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL Tinggi Badan ... 3

Berat Badan ... 4

Indeks Massa Tubuh... 5

PEMBAHASAN Pola pertumbuhan... 6

Tinggi badan... 6

Berat badan... 6

Indeks massa tubuh... 6

Perubahan bentuk dan komposisi tubuh remaja ... 7

Perbandingan antropometri remaja Bogor dan remaja Amerika Serikat ... 7

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... 7

Saran... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

(8)

1 Asal wilayah probandus ... 1 2 Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi

makanan ... 2 3 Jumlah probandus per kelompok dan per jenis kelamin ... 2

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan ... 3 2 Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan 3 3 Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan ... 4 4 Pola perbandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan 4 5 Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan ... 5 6 Pola perbandingan pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja

perempuan ... 5

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(9)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus dari konsepsi, dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Remaja merupakan periode pemantapan pola-pola dewasa. Remaja dimulai dengan pubertas, yaitu kematangan gonad, dan terus berlanjut sampai terjadi perubahan-perubahan morfologi dan fisiologi pada masa dewasa.

Faktor yang berperan dalam pertum-buhan adalah faktor genetik dan lingkungan. Ada banyak aspek yang tergolong dalam faktor lingkungan antara lain konsumsi zat gizi, pendidikan orang tua, iklim, penyakit infeksi, sosial budaya, dan ekonomi. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kondisi dan kesehatan ibu selama mengandung (Riyadi 2001).

Antropometri dapat digunakan dalam penilaian status gizi (Gibson 1993). Antropometri yang dapat digunakan adalah berat badan untuk memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), tinggi badan untuk menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan indeks massa tubuh (Riyadi 2001).

Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian Puspita (2004) yang telah melakukan pengukuran pertumbuhan berat dan tinggi badan anak Bogor usia 5 sampai 15 tahun. Selain itu penelitian ini dilakukan karena masih kurangnya penelitian serupa yang berkaitan dengan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola per-tumbuhan berat dan tinggi badan remaja usia 15 sampai 20 tahun di wilayah Bogor.

METODE

Probandus

Probandus (orang yang diperiksa) pada penelitian ini adalah remaja SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan IPB yang dibesarkan dan bertempat tinggal di wilayah Bogor. Probandus pada penelitian ini diukur dengan prosedur antropometri yang sama dengan penelitian Puspita (2004). Probandus pada penelitian ini adalah remaja yang berusia antara 15 sampai 20 tahun.

Seluruh probandus yang diperoleh ber-jumlah 609 orang, namun 13 orang tidak disertakan dalam analisis selanjutnya karena merupakan pencilan. Pencilan diketahui berdasarkan posisi hasil pengukuran pro-bandus yang berada jauh dari sebaran normal atau di luar kelompok usia. Probandus yang

dianalisis sebanyak 596 orang yang terdiri dari 320 orang remaja laki-laki dan 276 orang remaja perempuan.

Probandus berasal dari 6 kecamatan di Kotamadya Bogor dan 19 kecamatan di Kabupaten Bogor. Jumlah probandus yang dianalisis beserta asal wilayahnya terangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1 Asal wilayah probandus

Wilayah

*Kecamatan tidak diketahui

(10)

konsumsi makanan yang dapat diketahui melalui formulir data pribadi pada kuisioner penelitian (Lampiran 1). Pada penelitian ini, pengeluaran rata-rata orang tua probandus per bulan untuk konsumsi makanan terangkum pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi makanan

Jumlah Pengeluaran bulan untuk konsumsi makanan.

Dari tabel tersebut dapat diketahui banyak pengeluaran orang tua probandus per bulan untuk konsumsi makanan melebihi Rp. 750.000,00. Pengeluaran ini lebih besar daripada upah minimum bagi Kota dan Kabupaten Bogor yang digunakan sebagai rata-rata. Merujuk pada Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1132/Bangsos/ 2004 tentang penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2005, besar upah minimum Kota Bogor dan Kabupaten Bogor sebesar Rp. 659.500,00 dan Rp. 656.500,00.

Prosedur Antropometri

Prosedur antropometri dilakukan dengan metode horizontal yang berarti pengukuran hanya dilakukan satu saat pada sejumlah besar probandus (Bogin 1999). Berat badan diukur

dengan menggunakan timbangan badan

berskala 0.5 kg. Probandus berdiri tanpa bantuan di tengah timbangan, santai tetapi tidak bergerak, dan pandangan lurus ke depan (Gibson 1993). Pengukuran tinggi badan menggunakan tongkat pengukur dan bidang vertikal sebagai bidang proyeksi. Probandus berdiri tegak, kaki rapat, lutut diluruskan, tumit, bokong, dan bahu menyentuh bidang vertikal, dan bidang Frankfurt berada dalam posisi horizontal. Bidang Frankfurt adalah garis khayal yang melintasi meatus auditory

dan puncak tulang pembentuk rongga mata bagian bawah. Kemudian proyeksi puncak kepala ke bidang vertikal ditandai. Tanda tersebut diukur dengan tongkat pengukur sebagai tinggi badan.

Indeks Massa Tubuh dihitung dari rasio berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m2). Indeks ini dapat digunakan untuk menilai status gizi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Hasil pengukuran antropometri dicatat pada data hasil pengukuran yang terdapat pada kuisioner penelitian (Lampiran 2).

Usia probandus dicatat sebagai usia ketika pengukuran dan dimasukkan ke dalam satu kelompok usia berdasarkan ulang tahun terdekatnya. Dalam penelitian ini, kisaran kelompok usia probandus adalah 15 sampai 20 tahun. Jumlah probandus per kelompok usia dan per jenis kelamin terangkum pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah probandus per kelompok dan per jenis kelamin

Jenis Kelamin

Kelompok

usia Laki-laki Perempuan

(tahun) (orang) (orang)

Rincian jumlah probandus berdasarkan lokasi pengambilan data disajikan pada Lampiran 3.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2005 hingga Juni 2005.

Analisis Data

Data dikumpulkan dalam sebuah data-base Lotus Approach (Lampiran 4). Data hasil pengukuran, usia saat pengukuran, dan jenis kelamin dipindahkan ke ASCII file untuk me-mudahkan analisis. Usia probandus dalam satuan hari kemudian diubah menjadi usia dalam satuan tahun.

Additivity and Variance Stabilitation for

Regression (AVAS) (Tibshirani 1988 &

(11)

persentase kelompok populasi (Riyadi 2001). Pola pertumbuhan diperoleh dengan cara menghubungkan nilai setiap persentil dari tahun ke tahun. Analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dengan menggunakan program R.

HASIL

Tinggi Badan Remaja Bogor

Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor ter-dapat pada Gambar 1. Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 2.

Tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada setiap usia lebih besar dibandingkan remaja perempuan Bogor. Tinggi badan remaja laki-laki Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 15 hingga 18 tahun namun mengalami sedikit penurunan pada usia 19 hingga 20 tahun. Tinggi badan remaja

perempuan Bogor mengalami sedikit kenaikan dari usia 15 hingga 16 tahun. Setelah itu tinggi badan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit penurunan dan kenaikan.

Tinggi badan maksimum remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 18 tahun yaitu sebesar 169.27 cm pada remaja laki-laki Bogor dan 156.74 cm pada remaja perempuan Bogor.

Laju pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada usia 16 dan 17 tahun adalah sebesar 6.2 mm/tahun dan 4.2 mm/tahun. Pertumbuhan melambat sejak usia 16 tahun dan lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun. Laju pertumbuhan tinggi badan remaja perempuan Bogor sudah mencapai nol pada usia 19 tahun sehingga pertumbuhan tinggi badan pada remaja perempuan pada usia ini telah berhenti.

Data keseluruhan nilai persentil tinggi ba-dan remaja laki-laki ba-dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 5.

15 16 17 18 19 20

Gambar 1 Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

15 16 17 18 19 20

(12)

Berat Badan Remaja Bogor

Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan berat badan remaja perempuan Bogor terdapat pada Gambar 3. Pola per-bandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 4.

Berat badan remaja laki-laki Bogor pada setiap usia lebih besar dibandingkan remaja perempuan. Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 15 hingga 20 tahun. Berat badan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit pe-nurunan pada usia 15 menuju 16 tahun lalu terjadi sedikit peningkatan hingga usia 19 tahun dan setelah itu kembali mengalami penurunan.

Berat badan maksimum remaja laki-laki Bogor terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar 57.08 kg sedangkan berat badan maksimum

remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 19 kg yaitu sebesar 50.96 kg.

Laju pertumbuhan berat badan remaja laki-laki Bogor sedikit meningkat hingga usia 17 tahun yaitu sebesar 1.2 kg/tahun dan mengalami perlambatan mendekati nol se-telahnya.

Laju pertumbuhan berat badan remaja perempuan Bogor mencapai nol pada usia 16 tahun tetapi kembali terjadi sedikit pe-ningkatan hingga usia 19 tahun sehingga setelah usia ini sudah tidak terjadi per-tumbuhan berat badan pada remaja pe-rempuan Bogor.

Data keseluruhan nilai persentil berat ba-dan remaja laki-laki ba-dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 6.

15 16 17 18 19 20

Gambar 3 Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

(13)

Indeks Massa Tubuh Remaja Bogor

Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terdapat pada Gambar 5. Pola perbandingan pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 6.

Indeks massa tubuh remaja perempuan Bogor pada setiap usia sedikit lebih besar di-bandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki.

Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan

remaja perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 16 hingga 20 tahun.

Indeks massa tubuh maksimum remaja laki-laki dan perempuan Bogor terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar 20.25 kg/m2 untuk remaja laki-laki Bogor dan 20.47 kg/m2 untuk remaja perempuan Bogor.

Data keseluruhan nilai persentil indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 7.

Gambar 5 Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

(14)

PEMBAHASAN

Pola pertumbuhan

Pola pertumbuhan dapat ditampilkan melalui kurva dengan menggunakan indeks antropometri menurut umur. Pola per-tumbuhan berat badan, tinggi badan, dan

indeks massa tubuh remaja berbeda

dibandingkan dengan anak-anak.

Pola pertumbuhan dapat digunakan untuk menilai status gizi dan kesehatan, memonitor pertumbuhan individu, membandingkan antar populasi dan antar jenis kelamin, evaluasi terhadap intervensi dan menentukan akibat dari nutrisi (Kuczmarski et al. 2002).

Tinggi badan remaja Bogor

Tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak setelahnya. Hasil ini berbeda dengan pertumbuhan tinggi badan anak-anak Bogor. Pada anak Bogor yang berusia 5 sampai 15, tinggi badan anak laki-laki dan perempuan Bogor mengalami lon-jakan (Puspita 2004).

Hasil penelitian ini dan penelitian Puspita (2004) menunjukkan laju per-tumbuhan tinggi badan anak laki-laki Bogor terus melonjak tinggi hingga usia 15 tahun hingga mengalami perlambatan sejak usia 11 dan mendekati nol pada usia 18 tahun dan mencapai nol setelahnya.

Pertumbuhan tinggi badan remaja akan terhenti karena tulang panjang dari skeleton kehilangan kemampuannya untuk bertambah panjang. Hal ini biasanya terjadi pada bagian epifisis, yaitu bagian akhir tulang yang berkembang dan menyatu dengan diafisis. Penyatuan ini dirangsang oleh hormon gonad yaitu androgen, dan estrogen (Bogin 1999).

Tinggi badan yang pendek dan massa tubuh kecil menurut usianya merupakan akibat gangguan fungsional yang bersamaan. Tinggi badan yang pendek pada remaja dapat disebabkan oleh gizi kurang yang ber-hubungan dengan penurunan massa tubuh tanpa lemak, dan berkurangnya massa otot. Tinggi badan berlebih dapat disebabkan gangguan endokrin berupa sekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan (Riyadi 2001).

Berat badan remaja Bogor

Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 20 sedangkan berat badan remaja perempuan Bogor sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Hasil ini berbeda dengan pertumbuhan berat badan anak Bogor. Pada anak Bogor yang berusia 5 sampai 15, berat badan anak laki-laki dan perempuan Bogor mengalami lonjakan (Puspita 2004).

Hasil penelitian ini dan penelitian Puspita (2004) menunjukkan laju pertumbuhan berat badan anak laki-laki Bogor terus meningkat hingga usia 10 tahun kemudian melambat dan akan mengalami peningkatan pada usia 12 tahun dan kemudian akan terus melambat dan lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun. Laju pertumbuhan berat badan anak pe-rempuan Bogor relatif konstan hingga usia 7 tahun lalu meningkat hingga usia 10 tahun, kembali meningkat hingga usia 14 tahun dan mulai melambat hingga mencapai nol setelah usia 19 tahun.

Umumnya laki-laki memiliki massa otot dan tubuh yang besar pada keseluruhan umur. Perempuan mengalami penambahan berat badan pada usia 9 hingga 18, dan kemung-kinan mengalami kehilangan beratnya pada pertumbuhan berat badan saat remaja. Laki-laki juga mengalami kehilangan berat dan pada usia 18 tidak memiliki lemak. Penambahan massa tubuh berhubungan de-ngan peningkatan densitas tulang, peningkatan cardio-pulmonari, penambahan volume darah dan semakin bertambahnya jumlah sel darah merah. Peningkatan-peningkatan tersebut ter-jadi pada kedua jenis kelamin tetapi laki-laki mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan perempuan (Bogin 1999).

Berat badan dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yakni genetik, pola makan, gaya hidup, dan penyakit. Berat badan berlebihan terjadi karena terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dibandingkan ke-butuhan karena adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan pengeluaran kalori.

Indeks massa tubuh remaja Bogor

(15)

Indeks massa tubuh remaja perempuan Bogor lebih sedikit mengalami pertumbuhan dibandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki Bogor. Perbedaan indeks massa tubuh ini terjadi karena berat badan dan tinggi badan remaja perempuan Bogor semenjak usia 15 hingga 20 telah mulai tidak mengalami pertumbuhan. Sedangkan remaja laki-laki Bogor tetap mengalami pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.

Tinggi badan dan berat badan remaja laki-laki yang jauh lebih besar dibandingkan remaja perempuan menyebabkan nilai indeks massa tubuh remaja perempuan pada setiap usia sedikit lebih besar dibandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki

Indeks massa tubuh digunakan dalam prosedur antropometri karena mudah, akurat, dapat digunakan pada anak-anak maupun remaja (Schroeder & Reynaldo 1999).

Indeks massa tubuh dapat digunakan untuk penilaian status gizi (Gibson 1993). Dari hasil penelitian diketahui terdapat beberapa remaja laki-laki dan perempuan yang mengalami kekurusan, overweight, dan obesitas. Kekurusan merupakan keadaan status gizi yang kurang dari status gizi normal.

Overweight merupakan keadaan status gizi

yang sedikit melebihi keadaan status gizi normal. Obesitas adalah keadaan status gizi yang sangat berlebihan dibandingkan keadaan normal. Obesitas disebabkan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan (Riyadi 2001). Kekurusan dapat diketahui jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di bawah persentil

5. Overweight diketahui jika nilai indeks

massa tubuh remaja berada di atas persentil 85 hingga persentil 95. Remaja dikatakan mengalami obesitas jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di atas persentil 95.

Perubahan bentuk dan komposisi tubuh remaja

Perubahan bentuk dan komposisi tubuh pada remaja laki-laki dan perempuan sangat berhubungan erat dengan mulainya pubertas (Boot et al. 1997). Selama masa pubertas, aktivitas kelenjar hipofisis mengakibatkan peningkatan sekresi hormon pertumbuhan dan hormon gonadotrofik. Sekresi kedua jenis hormon ini akan menstimulasi kelenjar lainnya yaitu kelenjar adrenal, seks, dan tiroid. Kelenjar-kelenjar tersebut akan saling ber-interaksi sehingga terjadi percepatan per-tumbuhan pada tinggi badan, berat badan, otot dan perkembangan pada beberapa sistem organ yang akan membawa tubuh mendekati

tinggi badan dan berat badan pada saat dewasa (O’dea 1996).

Percepatan pertumbuhan terjadi pada semua anak-anak dan bervariasi pada intensitas dan durasi antara anak satu dengan anak lainnya. Pada laki-laki percepatan pertumbuhan dimulai pada rata-rata usia 12.5 sampai 15.5 dan perempuan dua tahun lebih awal dibandingkan laki-laki (Jones et al.

1992).

Perbandingan antropometri remaja Bogor dan remaja Amerika Serikat

Pertumbuhan berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh remaja Bogor lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Kucz-marski et al. (2002) yang meneliti per-tumbuhan berat badan, tinggi badan remaja dan indeks massa tubuh remaja Amerika Serikat. Perbedaan antropometri ini di-sebabkan interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan remaja Amerika Serikat sangat berperan sehingga menunjang percepatan pertumbuhan dibandingkan remaja Bogor.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Remaja laki-laki Bogor memiliki tinggi badan dan berat badan yang lebih besar dibandingkan remaja perempuan Bogor.

Tinggi badan remaja laki-laki Bogor dan remaja perempuan Bogor mengalami per-tumbuhan hingga usia 18 dan tidak mengalami pertumbuhan setelahnya. Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun sedangkan berat badan remaja perempuan Bogor sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan semenjak usia 16 hingga usia 20 tahun.

Saran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Bogin B. 1999. Patterns of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge: Cambridge Uni-versity Press.

Boot AM, Jan B, Maria AJ, Eric PK, Sabine MPF. 1997. Determinants of body composition measured by dual-energy X-ray absorptiometry in Dutch children and adolescents. Am J Clin Nutr 66:232-238. Gibson RS. 1993. Nutritional Assessment: A

Laboratory Manual. New York: Oxford

University Press.

Jones S, Robert M, David P. 1992. The Cambridge Encyclopedia of Human

Evolution. New-York: Cambridge

University Press.

Kuczmarski et al. 2002. Centers for disease control and prevention 2000 growth charts for the United States: improvement to the 1977 national center for health statistics version. Pediatrics 109:45-60. O’dea JA. 1996. A healthy weight range chart

for adolescent self-assessment. JNE

28:293A.

Puspita T. 2004. Pola Pertumbuhan tinggi badan, berat badan dan indeks massa tubuh anak bogor usia 5 sampai 15 tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi

Secara Antropometri. Bogor: Jurusan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Schroeder & Reynaldo. 1999. Fatness and body mass index from birth to young adulthood in a rural Guatemalan po-pulation. Am J Clin Nutr 1997: 70 (suppl):137-144.

Tango T. 1998. Estimation of age-spesific reference ranges via smoother AVAS.

Statistics in Medicine 17:1231-1243.

Tibshirani R. 1988. Estimating optimal transformation for regression via addi-tivity and variance stabilization. J Am

(17)
(18)

Lampiran 1 Kuisioner penelitian (halaman depan)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI

Jalan Raya Pajajaran Bogor 16144, Telp (0251) 345011, 323081 Pes. 212, Telefax 345011, E-mail:biologifmipa@.ipb.ac.id

KUISIONER PENELITIAN

POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR

DATA PRIBADI

Nama :

Jenis Kelamin :

Tempat & Tanggal Lahir :

Anak ke- : dari bersaudara

Alamat Lengkap :

Kelurahan :

Kecamatan :

Telepon :

Pemberian asi sampai usia : bulan

Penyakit (jika ada) :

Frekuensi makan per hari : kali

Nama ayah :

Tempat & Tanggal lahir ayah/umur ayah :

Suku ayah :

Pekerjaan ayah :

Pendidikan tertinggi ayah :

Penyakit ayah (jika ada) :

Tinggi badan ayah :

Berat badan ayah :

Suku kakek dari pihak ayah :

Tempat lahir/asal kakek dari pihak ayah :

Suku nenek dari pihak ayah :

Tempat lahir/asal nenek dari pihak ayah :

Nama ibu :

Tempat & Tanggal lahir ibu/umur ibu :

Suku ibu :

Pekerjaan ibu :

Pendidikan tertinggi ibu :

Penyakit ibu (jika ada) :

Tinggi badan ibu :

Berat badan ibu :

Suku kakek dari pihak ibu :

Tempat lahir/asal kakek dari pihak ibu :

Suku nenek dari pihak ibu :

Tempat lahir/asal nenek dari pihak ibu :

Pengeluaran keluarga per bulan untuk makan (pilih salah satu):

1. n <Rp. 500.000 4. Rp. 1.000.000 < n <Rp. 1.500.000 2. Rp. 500.000 < n < Rp. 750.000 5. n > Rp. 1.500.000

3. Rp. 750.000 < n < Rp. 1.000.000

Keterangan : n = jumlah pengeluaran keluarga per bulan untuk makan Jika anda laki-laki:

(19)

Lampiran 2 Kuisioner penelitian (halaman belakang)

DATA HASIL PENGUKURAN

Pengukur : Fnum :

Pencatat : ID num :

Tanggal :

Waktu :

Parameter Hasil Pengukuran

1. Berat Badan (BB)

2. Tinggi Badan (TB)

3. Tinggi Duduk (TD)

4. Panjang Lengan Atas (PLA)

5. Panjang Lengan Bawah (PLB)

6. Panjang Paha (PP)

7. Panjang Betis (PB)

8. Lingkar Lengan Atas (LLA)

9. Tebal Lipatan Kulit Trisep (TLKT)

10. Lebar Siku (LS)

(20)

Lampiran 3 Jumlah probandus yang dianalisis berdasarkan lokasi pengambilan data

Jenis Kelamin

Lokasi Laki-laki Perempuan

Pengukuran (orang) (orang)

SMPN 2 52 46

SMUN 3 54 46

SMUN 4 69 33

SMUN 8 64 63

IPB 81 88

(21)

Lampiran 4 Contoh formulir data pribadi dan hasil pengukuran pada data-base Lotus Approach

Jl Palupuh 1 no 48 Bantar Jati

Alamat

Usia akhir pemberian

lever, vertigo

Penyakit

2-3

Frekuensi makan per hari (ka

sunda

Tinggi badan ayah (c

-Berat badan ayah (

sunda

Suku kakek dari pihak ayah

bogor

Asal kakek dari pihak ayah

sunda-belanda

Suku nenek dari pihak a

bogor

Asal nenek dari pihak a

E. Sunarsih

Tinggi badan ibu (cm)

-Berat badan ibu (kg)

sunda

Suku kakek dari pihak ibu

Rp. 500.000 - Rp. 750.000

Pengeluaran per bulan utk mkn

sunda

Suku nenek dari pihak ibu

bogor

Asal nenek dari pihak ibu

13

Usia pertama kali mimpi basa

-Usia pertama kali menstruasi

11/14/1988

Asal kakek dari pihak ibu

1

Tebal Lipatan Kulit Trisep

5.6

(22)

Lampiran 5 Data persentil tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan (cm)

A. Tinggi badan remaja laki-laki (cm)

Kelompok

usia Persentil

(tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0,977

15 153,58 154,40 156,11 158,79 163,37 168,17 171,20 172,83 173,93 175,59 176,67 177,20

16 154,52 155,34 157,07 159,76 164,36 168,79 171,78 173,41 174,52 176,18 177,27 177,80

17 155,20 156,04 157,77 160,47 165,10 169,21 172,21 173,84 174,96 176,62 177,71 178,24

18 155,30 156,14 157,87 160,58 165,20 169,27 172,28 173,91 175,02 176,69 177,78 178,31

19 154,27 155,10 156,82 159,51 164,10 168,63 171,63 173,26 174,37 176,03 177,11 177,64

20 152,38 153,20 154,90 157,56 162,10 167,21 170,46 172,08 173,18 174,83 175,91 176,43

B. Tinggi badan remaja perempuan (cm)

Kelompok

usia Persentil

(tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0,977

15 143,75 144,41 145,78 147,91 151,55 155,69 159,77 161,99 163,52 165,81 167,31 168,04

16 144,27 144,94 146,31 148,45 152,10 156,24 160,32 162,56 164,09 166,39 167,89 168,63

17 144,26 144,92 146,29 148,43 152,08 156,23 160,31 162,54 164,07 166,37 167,88 168,61

18 144,76 145,42 146,80 148,95 152,61 156,74 160,84 163,08 164,62 166,92 168,43 169,17

19 144,70 145,37 146,74 148,89 152,55 156,68 160,78 163,02 164,56 166,86 168,37 169,11

(23)

Lampiran 6 Data persentil berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan (kg)

A. Berat badan remaja laki-laki (kg)

Kelompok

usia Persentil

(tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0,977

15 36,85 37,65 39,33 42,07 47,09 53,36 59,95 63,73 66,42 70,61 73,48 74,91

16 37,13 37,93 39,62 42,39 47,44 53,76 60,36 64,16 66,87 71,09 73,98 75,42

17 37,98 38,80 40,54 43,36 48,53 54,96 61,62 65,50 68,27 72,58 75,53 77,00

18 38,42 39,24 41,00 43,86 49,09 55,55 62,27 66,18 68,98 73,34 76,31 77,80

19 39,05 39,89 41,67 44,58 49,89 56,39 63,19 67,17 70,00 74,43 77,45 78,96

20 39,56 40,42 42,22 45,17 50,55 57,08 63,95 67,98 70,85 75,32 78,38 79,91

B. Berat badan remaja perempuan (kg)

Kelompok

usia Persentil

(tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0,977

15 33,77 34,49 36,03 38,55 43,14 48,84 53,77 56,53 58,48 61,49 63,53 64,54

16 33,66 34,38 35,92 38,42 43,00 48,69 53,64 56,39 58,34 61,34 63,38 64,39

17 33,85 34,58 36,12 38,64 43,25 48,95 53,87 56,64 58,59 61,61 63,65 64,66

18 35,26 36,02 37,63 40,26 45,05 50,59 55,54 58,39 60,40 63,51 65,62 66,66

19 35,60 36,37 38,00 40,64 45,49 50,96 55,94 58,81 60,83 63,97 66,09 67,14

(24)

Lampiran 7 Data persentil indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan (kg/m2)

A. Indeks massa tubuh remaja laki-laki (kg/m2)

Kelompok

usia Persentil

(tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0,977

15 14,20 14,43 14,92 15,71 17,12 18,83 20,97 22,34 23,31 24,83 25,88 26,40

16 14,19 14,42 14,91 15,70 17,11 18,82 20,96 22,32 23,29 24,81 25,85 26,38

17 14,39 14,63 15,12 15,92 17,35 19,09 21,32 22,71 23,70 25,24 26,30 26,83

18 14,55 14,78 15,28 16,09 17,53 19,30 21,60 23,01 24,01 25,58 26,65 27,19

19 14,88 15,12 15,64 16,46 17,94 19,78 22,22 23,66 24,69 26,31 27,41 27,96

20 15,18 15,43 15,95 16,80 18,30 20,25 22,77 24,26 25,31 26,96 28,10 28,66

B. Indeks massa tubuh remaja perempuan (kg/m2)

Kelompok

usia Persentil

(tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0,977

15 15,05 15,29 15,77 16,55 17,94 19,63 21,69 22,92 23,79 25,14 26,07 26,52

16 14,99 15,22 15,70 16,48 17,87 19,54 21,58 22,80 23,67 25,02 25,93 26,39

17 15,06 15,29 15,78 16,56 17,95 19,64 21,69 22,93 23,80 25,16 26,08 26,54

18 15,43 15,67 16,17 16,97 18,39 20,14 22,31 23,57 24,47 25,86 26,81 27,28

19 15,58 15,82 16,32 17,13 18,57 20,35 22,56 23,84 24,74 26,15 27,11 27,59

(25)

Oleh :

Hijrah Satria Eka Putra

G34101022

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(26)

Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan R.R. DYAH PERWITASARI.

Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus dari konsepsi, dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Deskripsi pola pertumbuhan remaja dapat digunakan sebagai referensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh remaja usia 15 sampai 20 tahun di Wilayah Bogor. Prosedur antropometri dilakukan secara horizontal pada probandus dari SMPN 2, SMUN3, SMUN 4, SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan IPB dengan maksud memperoleh probandus dengan latar belakang sosial ekonomi di atas rata-rata.

Pola pertumbuhan diperoleh berdasarkan persentil 50. Tinggi badan remaja laki-laki mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak mengalami pertumbuhan setelahnya. Tinggi badan remaja perempuan sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 18 tahun. Tinggi badan maksimum remaja laki-laki sebesar 169.27 cm sedangkan tinggi badan maksimum remaja perempuan pada sebesar 156.74 cm. Berat badan remaja laki-laki mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun sedangkan berat badan remaja perempuan sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Berat badan maksimum remaja laki-laki sebesar 57.08 kg sedangkan berat badan maksimum remaja perempuan sebesar 50.96 kg. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan mengalami sedikit peningkatan. Indeks massa tubuh maksimum remaja laki-laki dan perempuan terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar 20.25 kg/m2untuk remaja laki-laki dan 20.47 kg/m2untuk remaja perempuan.

ABSTRACT

HIJRAH SATRIA EKA PUTRA. Growth Pattern of Bogor Adolescence Aged 15 to 20. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and R.R. DYAH PERWITASARI.

Growth continues from conception, pregnancy, baby, children, adolescence until adulthood. Adolescence growth pattern description can be used as a reference. This research aims to determine normal growth pattern of height, weight, and body mass index of Bogor adolescence aged 15 to 20. Cross-sectional sampling were conducted to get probands from SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, SMUN 8 Bogor City, and IPB in order to obtain probands with socioeconomic background above average.

(27)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus dari konsepsi, dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Remaja merupakan periode pemantapan pola-pola dewasa. Remaja dimulai dengan pubertas, yaitu kematangan gonad, dan terus berlanjut sampai terjadi perubahan-perubahan morfologi dan fisiologi pada masa dewasa.

Faktor yang berperan dalam pertum-buhan adalah faktor genetik dan lingkungan. Ada banyak aspek yang tergolong dalam faktor lingkungan antara lain konsumsi zat gizi, pendidikan orang tua, iklim, penyakit infeksi, sosial budaya, dan ekonomi. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kondisi dan kesehatan ibu selama mengandung (Riyadi 2001).

Antropometri dapat digunakan dalam penilaian status gizi (Gibson 1993). Antropometri yang dapat digunakan adalah berat badan untuk memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), tinggi badan untuk menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan indeks massa tubuh (Riyadi 2001).

Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian Puspita (2004) yang telah melakukan pengukuran pertumbuhan berat dan tinggi badan anak Bogor usia 5 sampai 15 tahun. Selain itu penelitian ini dilakukan karena masih kurangnya penelitian serupa yang berkaitan dengan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola per-tumbuhan berat dan tinggi badan remaja usia 15 sampai 20 tahun di wilayah Bogor.

METODE

Probandus

Probandus (orang yang diperiksa) pada penelitian ini adalah remaja SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan IPB yang dibesarkan dan bertempat tinggal di wilayah Bogor. Probandus pada penelitian ini diukur dengan prosedur antropometri yang sama dengan penelitian Puspita (2004). Probandus pada penelitian ini adalah remaja yang berusia antara 15 sampai 20 tahun.

Seluruh probandus yang diperoleh ber-jumlah 609 orang, namun 13 orang tidak disertakan dalam analisis selanjutnya karena merupakan pencilan. Pencilan diketahui berdasarkan posisi hasil pengukuran pro-bandus yang berada jauh dari sebaran normal atau di luar kelompok usia. Probandus yang

dianalisis sebanyak 596 orang yang terdiri dari 320 orang remaja laki-laki dan 276 orang remaja perempuan.

Probandus berasal dari 6 kecamatan di Kotamadya Bogor dan 19 kecamatan di Kabupaten Bogor. Jumlah probandus yang dianalisis beserta asal wilayahnya terangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1 Asal wilayah probandus

Wilayah

*Kecamatan tidak diketahui

(28)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus dari konsepsi, dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Remaja merupakan periode pemantapan pola-pola dewasa. Remaja dimulai dengan pubertas, yaitu kematangan gonad, dan terus berlanjut sampai terjadi perubahan-perubahan morfologi dan fisiologi pada masa dewasa.

Faktor yang berperan dalam pertum-buhan adalah faktor genetik dan lingkungan. Ada banyak aspek yang tergolong dalam faktor lingkungan antara lain konsumsi zat gizi, pendidikan orang tua, iklim, penyakit infeksi, sosial budaya, dan ekonomi. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kondisi dan kesehatan ibu selama mengandung (Riyadi 2001).

Antropometri dapat digunakan dalam penilaian status gizi (Gibson 1993). Antropometri yang dapat digunakan adalah berat badan untuk memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), tinggi badan untuk menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan indeks massa tubuh (Riyadi 2001).

Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian Puspita (2004) yang telah melakukan pengukuran pertumbuhan berat dan tinggi badan anak Bogor usia 5 sampai 15 tahun. Selain itu penelitian ini dilakukan karena masih kurangnya penelitian serupa yang berkaitan dengan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola per-tumbuhan berat dan tinggi badan remaja usia 15 sampai 20 tahun di wilayah Bogor.

METODE

Probandus

Probandus (orang yang diperiksa) pada penelitian ini adalah remaja SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan IPB yang dibesarkan dan bertempat tinggal di wilayah Bogor. Probandus pada penelitian ini diukur dengan prosedur antropometri yang sama dengan penelitian Puspita (2004). Probandus pada penelitian ini adalah remaja yang berusia antara 15 sampai 20 tahun.

Seluruh probandus yang diperoleh ber-jumlah 609 orang, namun 13 orang tidak disertakan dalam analisis selanjutnya karena merupakan pencilan. Pencilan diketahui berdasarkan posisi hasil pengukuran pro-bandus yang berada jauh dari sebaran normal atau di luar kelompok usia. Probandus yang

dianalisis sebanyak 596 orang yang terdiri dari 320 orang remaja laki-laki dan 276 orang remaja perempuan.

Probandus berasal dari 6 kecamatan di Kotamadya Bogor dan 19 kecamatan di Kabupaten Bogor. Jumlah probandus yang dianalisis beserta asal wilayahnya terangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1 Asal wilayah probandus

Wilayah

*Kecamatan tidak diketahui

(29)

konsumsi makanan yang dapat diketahui melalui formulir data pribadi pada kuisioner penelitian (Lampiran 1). Pada penelitian ini, pengeluaran rata-rata orang tua probandus per bulan untuk konsumsi makanan terangkum pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi makanan

Jumlah Pengeluaran bulan untuk konsumsi makanan.

Dari tabel tersebut dapat diketahui banyak pengeluaran orang tua probandus per bulan untuk konsumsi makanan melebihi Rp. 750.000,00. Pengeluaran ini lebih besar daripada upah minimum bagi Kota dan Kabupaten Bogor yang digunakan sebagai rata-rata. Merujuk pada Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1132/Bangsos/ 2004 tentang penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2005, besar upah minimum Kota Bogor dan Kabupaten Bogor sebesar Rp. 659.500,00 dan Rp. 656.500,00.

Prosedur Antropometri

Prosedur antropometri dilakukan dengan metode horizontal yang berarti pengukuran hanya dilakukan satu saat pada sejumlah besar probandus (Bogin 1999). Berat badan diukur

dengan menggunakan timbangan badan

berskala 0.5 kg. Probandus berdiri tanpa bantuan di tengah timbangan, santai tetapi tidak bergerak, dan pandangan lurus ke depan (Gibson 1993). Pengukuran tinggi badan menggunakan tongkat pengukur dan bidang vertikal sebagai bidang proyeksi. Probandus berdiri tegak, kaki rapat, lutut diluruskan, tumit, bokong, dan bahu menyentuh bidang vertikal, dan bidang Frankfurt berada dalam posisi horizontal. Bidang Frankfurt adalah garis khayal yang melintasi meatus auditory

dan puncak tulang pembentuk rongga mata bagian bawah. Kemudian proyeksi puncak kepala ke bidang vertikal ditandai. Tanda tersebut diukur dengan tongkat pengukur sebagai tinggi badan.

Indeks Massa Tubuh dihitung dari rasio berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m2). Indeks ini dapat digunakan untuk menilai status gizi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Hasil pengukuran antropometri dicatat pada data hasil pengukuran yang terdapat pada kuisioner penelitian (Lampiran 2).

Usia probandus dicatat sebagai usia ketika pengukuran dan dimasukkan ke dalam satu kelompok usia berdasarkan ulang tahun terdekatnya. Dalam penelitian ini, kisaran kelompok usia probandus adalah 15 sampai 20 tahun. Jumlah probandus per kelompok usia dan per jenis kelamin terangkum pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah probandus per kelompok dan per jenis kelamin

Jenis Kelamin

Kelompok

usia Laki-laki Perempuan

(tahun) (orang) (orang)

Rincian jumlah probandus berdasarkan lokasi pengambilan data disajikan pada Lampiran 3.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2005 hingga Juni 2005.

Analisis Data

Data dikumpulkan dalam sebuah data-base Lotus Approach (Lampiran 4). Data hasil pengukuran, usia saat pengukuran, dan jenis kelamin dipindahkan ke ASCII file untuk me-mudahkan analisis. Usia probandus dalam satuan hari kemudian diubah menjadi usia dalam satuan tahun.

Additivity and Variance Stabilitation for

Regression (AVAS) (Tibshirani 1988 &

(30)

persentase kelompok populasi (Riyadi 2001). Pola pertumbuhan diperoleh dengan cara menghubungkan nilai setiap persentil dari tahun ke tahun. Analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dengan menggunakan program R.

HASIL

Tinggi Badan Remaja Bogor

Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor ter-dapat pada Gambar 1. Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 2.

Tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada setiap usia lebih besar dibandingkan remaja perempuan Bogor. Tinggi badan remaja laki-laki Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 15 hingga 18 tahun namun mengalami sedikit penurunan pada usia 19 hingga 20 tahun. Tinggi badan remaja

perempuan Bogor mengalami sedikit kenaikan dari usia 15 hingga 16 tahun. Setelah itu tinggi badan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit penurunan dan kenaikan.

Tinggi badan maksimum remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 18 tahun yaitu sebesar 169.27 cm pada remaja laki-laki Bogor dan 156.74 cm pada remaja perempuan Bogor.

Laju pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada usia 16 dan 17 tahun adalah sebesar 6.2 mm/tahun dan 4.2 mm/tahun. Pertumbuhan melambat sejak usia 16 tahun dan lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun. Laju pertumbuhan tinggi badan remaja perempuan Bogor sudah mencapai nol pada usia 19 tahun sehingga pertumbuhan tinggi badan pada remaja perempuan pada usia ini telah berhenti.

Data keseluruhan nilai persentil tinggi ba-dan remaja laki-laki ba-dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 5.

15 16 17 18 19 20

Gambar 1 Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

15 16 17 18 19 20

(31)

persentase kelompok populasi (Riyadi 2001). Pola pertumbuhan diperoleh dengan cara menghubungkan nilai setiap persentil dari tahun ke tahun. Analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dengan menggunakan program R.

HASIL

Tinggi Badan Remaja Bogor

Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor ter-dapat pada Gambar 1. Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 2.

Tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada setiap usia lebih besar dibandingkan remaja perempuan Bogor. Tinggi badan remaja laki-laki Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 15 hingga 18 tahun namun mengalami sedikit penurunan pada usia 19 hingga 20 tahun. Tinggi badan remaja

perempuan Bogor mengalami sedikit kenaikan dari usia 15 hingga 16 tahun. Setelah itu tinggi badan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit penurunan dan kenaikan.

Tinggi badan maksimum remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 18 tahun yaitu sebesar 169.27 cm pada remaja laki-laki Bogor dan 156.74 cm pada remaja perempuan Bogor.

Laju pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada usia 16 dan 17 tahun adalah sebesar 6.2 mm/tahun dan 4.2 mm/tahun. Pertumbuhan melambat sejak usia 16 tahun dan lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun. Laju pertumbuhan tinggi badan remaja perempuan Bogor sudah mencapai nol pada usia 19 tahun sehingga pertumbuhan tinggi badan pada remaja perempuan pada usia ini telah berhenti.

Data keseluruhan nilai persentil tinggi ba-dan remaja laki-laki ba-dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 5.

15 16 17 18 19 20

Gambar 1 Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

15 16 17 18 19 20

(32)

Berat Badan Remaja Bogor

Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan berat badan remaja perempuan Bogor terdapat pada Gambar 3. Pola per-bandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 4.

Berat badan remaja laki-laki Bogor pada setiap usia lebih besar dibandingkan remaja perempuan. Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 15 hingga 20 tahun. Berat badan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit pe-nurunan pada usia 15 menuju 16 tahun lalu terjadi sedikit peningkatan hingga usia 19 tahun dan setelah itu kembali mengalami penurunan.

Berat badan maksimum remaja laki-laki Bogor terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar 57.08 kg sedangkan berat badan maksimum

remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 19 kg yaitu sebesar 50.96 kg.

Laju pertumbuhan berat badan remaja laki-laki Bogor sedikit meningkat hingga usia 17 tahun yaitu sebesar 1.2 kg/tahun dan mengalami perlambatan mendekati nol se-telahnya.

Laju pertumbuhan berat badan remaja perempuan Bogor mencapai nol pada usia 16 tahun tetapi kembali terjadi sedikit pe-ningkatan hingga usia 19 tahun sehingga setelah usia ini sudah tidak terjadi per-tumbuhan berat badan pada remaja pe-rempuan Bogor.

Data keseluruhan nilai persentil berat ba-dan remaja laki-laki ba-dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 6.

15 16 17 18 19 20

Gambar 3 Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

(33)

Indeks Massa Tubuh Remaja Bogor

Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terdapat pada Gambar 5. Pola perbandingan pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 6.

Indeks massa tubuh remaja perempuan Bogor pada setiap usia sedikit lebih besar di-bandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki.

Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan

remaja perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 16 hingga 20 tahun.

Indeks massa tubuh maksimum remaja laki-laki dan perempuan Bogor terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar 20.25 kg/m2 untuk remaja laki-laki Bogor dan 20.47 kg/m2 untuk remaja perempuan Bogor.

Data keseluruhan nilai persentil indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 7.

Gambar 5 Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

(34)

PEMBAHASAN

Pola pertumbuhan

Pola pertumbuhan dapat ditampilkan melalui kurva dengan menggunakan indeks antropometri menurut umur. Pola per-tumbuhan berat badan, tinggi badan, dan

indeks massa tubuh remaja berbeda

dibandingkan dengan anak-anak.

Pola pertumbuhan dapat digunakan untuk menilai status gizi dan kesehatan, memonitor pertumbuhan individu, membandingkan antar populasi dan antar jenis kelamin, evaluasi terhadap intervensi dan menentukan akibat dari nutrisi (Kuczmarski et al. 2002).

Tinggi badan remaja Bogor

Tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak setelahnya. Hasil ini berbeda dengan pertumbuhan tinggi badan anak-anak Bogor. Pada anak Bogor yang berusia 5 sampai 15, tinggi badan anak laki-laki dan perempuan Bogor mengalami lon-jakan (Puspita 2004).

Hasil penelitian ini dan penelitian Puspita (2004) menunjukkan laju per-tumbuhan tinggi badan anak laki-laki Bogor terus melonjak tinggi hingga usia 15 tahun hingga mengalami perlambatan sejak usia 11 dan mendekati nol pada usia 18 tahun dan mencapai nol setelahnya.

Pertumbuhan tinggi badan remaja akan terhenti karena tulang panjang dari skeleton kehilangan kemampuannya untuk bertambah panjang. Hal ini biasanya terjadi pada bagian epifisis, yaitu bagian akhir tulang yang berkembang dan menyatu dengan diafisis. Penyatuan ini dirangsang oleh hormon gonad yaitu androgen, dan estrogen (Bogin 1999).

Tinggi badan yang pendek dan massa tubuh kecil menurut usianya merupakan akibat gangguan fungsional yang bersamaan. Tinggi badan yang pendek pada remaja dapat disebabkan oleh gizi kurang yang ber-hubungan dengan penurunan massa tubuh tanpa lemak, dan berkurangnya massa otot. Tinggi badan berlebih dapat disebabkan gangguan endokrin berupa sekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan (Riyadi 2001).

Berat badan remaja Bogor

Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 20 sedangkan berat badan remaja perempuan Bogor sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Hasil ini berbeda dengan pertumbuhan berat badan anak Bogor. Pada anak Bogor yang berusia 5 sampai 15, berat badan anak laki-laki dan perempuan Bogor mengalami lonjakan (Puspita 2004).

Hasil penelitian ini dan penelitian Puspita (2004) menunjukkan laju pertumbuhan berat badan anak laki-laki Bogor terus meningkat hingga usia 10 tahun kemudian melambat dan akan mengalami peningkatan pada usia 12 tahun dan kemudian akan terus melambat dan lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun. Laju pertumbuhan berat badan anak pe-rempuan Bogor relatif konstan hingga usia 7 tahun lalu meningkat hingga usia 10 tahun, kembali meningkat hingga usia 14 tahun dan mulai melambat hingga mencapai nol setelah usia 19 tahun.

Umumnya laki-laki memiliki massa otot dan tubuh yang besar pada keseluruhan umur. Perempuan mengalami penambahan berat badan pada usia 9 hingga 18, dan kemung-kinan mengalami kehilangan beratnya pada pertumbuhan berat badan saat remaja. Laki-laki juga mengalami kehilangan berat dan pada usia 18 tidak memiliki lemak. Penambahan massa tubuh berhubungan de-ngan peningkatan densitas tulang, peningkatan cardio-pulmonari, penambahan volume darah dan semakin bertambahnya jumlah sel darah merah. Peningkatan-peningkatan tersebut ter-jadi pada kedua jenis kelamin tetapi laki-laki mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan perempuan (Bogin 1999).

Berat badan dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yakni genetik, pola makan, gaya hidup, dan penyakit. Berat badan berlebihan terjadi karena terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dibandingkan ke-butuhan karena adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan pengeluaran kalori.

Indeks massa tubuh remaja Bogor

(35)

Indeks massa tubuh remaja perempuan Bogor lebih sedikit mengalami pertumbuhan dibandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki Bogor. Perbedaan indeks massa tubuh ini terjadi karena berat badan dan tinggi badan remaja perempuan Bogor semenjak usia 15 hingga 20 telah mulai tidak mengalami pertumbuhan. Sedangkan remaja laki-laki Bogor tetap mengalami pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.

Tinggi badan dan berat badan remaja laki-laki yang jauh lebih besar dibandingkan remaja perempuan menyebabkan nilai indeks massa tubuh remaja perempuan pada setiap usia sedikit lebih besar dibandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki

Indeks massa tubuh digunakan dalam prosedur antropometri karena mudah, akurat, dapat digunakan pada anak-anak maupun remaja (Schroeder & Reynaldo 1999).

Indeks massa tubuh dapat digunakan untuk penilaian status gizi (Gibson 1993). Dari hasil penelitian diketahui terdapat beberapa remaja laki-laki dan perempuan yang mengalami kekurusan, overweight, dan obesitas. Kekurusan merupakan keadaan status gizi yang kurang dari status gizi normal.

Overweight merupakan keadaan status gizi

yang sedikit melebihi keadaan status gizi normal. Obesitas adalah keadaan status gizi yang sangat berlebihan dibandingkan keadaan normal. Obesitas disebabkan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan (Riyadi 2001). Kekurusan dapat diketahui jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di bawah persentil

5. Overweight diketahui jika nilai indeks

massa tubuh remaja berada di atas persentil 85 hingga persentil 95. Remaja dikatakan mengalami obesitas jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di atas persentil 95.

Perubahan bentuk dan komposisi tubuh remaja

Perubahan bentuk dan komposisi tubuh pada remaja laki-laki dan perempuan sangat berhubungan erat dengan mulainya pubertas (Boot et al. 1997). Selama masa pubertas, aktivitas kelenjar hipofisis mengakibatkan peningkatan sekresi hormon pertumbuhan dan hormon gonadotrofik. Sekresi kedua jenis hormon ini akan menstimulasi kelenjar lainnya yaitu kelenjar adrenal, seks, dan tiroid. Kelenjar-kelenjar tersebut akan saling ber-interaksi sehingga terjadi percepatan per-tumbuhan pada tinggi badan, berat badan, otot dan perkembangan pada beberapa sistem organ yang akan membawa tubuh mendekati

tinggi badan dan berat badan pada saat dewasa (O’dea 1996).

Percepatan pertumbuhan terjadi pada semua anak-anak dan bervariasi pada intensitas dan durasi antara anak satu dengan anak lainnya. Pada laki-laki percepatan pertumbuhan dimulai pada rata-rata usia 12.5 sampai 15.5 dan perempuan dua tahun lebih awal dibandingkan laki-laki (Jones et al.

1992).

Perbandingan antropometri remaja Bogor dan remaja Amerika Serikat

Pertumbuhan berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh remaja Bogor lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Kucz-marski et al. (2002) yang meneliti per-tumbuhan berat badan, tinggi badan remaja dan indeks massa tubuh remaja Amerika Serikat. Perbedaan antropometri ini di-sebabkan interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan remaja Amerika Serikat sangat berperan sehingga menunjang percepatan pertumbuhan dibandingkan remaja Bogor.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Remaja laki-laki Bogor memiliki tinggi badan dan berat badan yang lebih besar dibandingkan remaja perempuan Bogor.

Tinggi badan remaja laki-laki Bogor dan remaja perempuan Bogor mengalami per-tumbuhan hingga usia 18 dan tidak mengalami pertumbuhan setelahnya. Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun sedangkan berat badan remaja perempuan Bogor sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan semenjak usia 16 hingga usia 20 tahun.

Saran

(36)

Indeks massa tubuh remaja perempuan Bogor lebih sedikit mengalami pertumbuhan dibandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki Bogor. Perbedaan indeks massa tubuh ini terjadi karena berat badan dan tinggi badan remaja perempuan Bogor semenjak usia 15 hingga 20 telah mulai tidak mengalami pertumbuhan. Sedangkan remaja laki-laki Bogor tetap mengalami pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.

Tinggi badan dan berat badan remaja laki-laki yang jauh lebih besar dibandingkan remaja perempuan menyebabkan nilai indeks massa tubuh remaja perempuan pada setiap usia sedikit lebih besar dibandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki

Indeks massa tubuh digunakan dalam prosedur antropometri karena mudah, akurat, dapat digunakan pada anak-anak maupun remaja (Schroeder & Reynaldo 1999).

Indeks massa tubuh dapat digunakan untuk penilaian status gizi (Gibson 1993). Dari hasil penelitian diketahui terdapat beberapa remaja laki-laki dan perempuan yang mengalami kekurusan, overweight, dan obesitas. Kekurusan merupakan keadaan status gizi yang kurang dari status gizi normal.

Overweight merupakan keadaan status gizi

yang sedikit melebihi keadaan status gizi normal. Obesitas adalah keadaan status gizi yang sangat berlebihan dibandingkan keadaan normal. Obesitas disebabkan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan (Riyadi 2001). Kekurusan dapat diketahui jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di bawah persentil

5. Overweight diketahui jika nilai indeks

massa tubuh remaja berada di atas persentil 85 hingga persentil 95. Remaja dikatakan mengalami obesitas jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di atas persentil 95.

Perubahan bentuk dan komposisi tubuh remaja

Perubahan bentuk dan komposisi tubuh pada remaja laki-laki dan perempuan sangat berhubungan erat dengan mulainya pubertas (Boot et al. 1997). Selama masa pubertas, aktivitas kelenjar hipofisis mengakibatkan peningkatan sekresi hormon pertumbuhan dan hormon gonadotrofik. Sekresi kedua jenis hormon ini akan menstimulasi kelenjar lainnya yaitu kelenjar adrenal, seks, dan tiroid. Kelenjar-kelenjar tersebut akan saling ber-interaksi sehingga terjadi percepatan per-tumbuhan pada tinggi badan, berat badan, otot dan perkembangan pada beberapa sistem organ yang akan membawa tubuh mendekati

tinggi badan dan berat badan pada saat dewasa (O’dea 1996).

Percepatan pertumbuhan terjadi pada semua anak-anak dan bervariasi pada intensitas dan durasi antara anak satu dengan anak lainnya. Pada laki-laki percepatan pertumbuhan dimulai pada rata-rata usia 12.5 sampai 15.5 dan perempuan dua tahun lebih awal dibandingkan laki-laki (Jones et al.

1992).

Perbandingan antropometri remaja Bogor dan remaja Amerika Serikat

Pertumbuhan berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh remaja Bogor lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Kucz-marski et al. (2002) yang meneliti per-tumbuhan berat badan, tinggi badan remaja dan indeks massa tubuh remaja Amerika Serikat. Perbedaan antropometri ini di-sebabkan interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan remaja Amerika Serikat sangat berperan sehingga menunjang percepatan pertumbuhan dibandingkan remaja Bogor.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Remaja laki-laki Bogor memiliki tinggi badan dan berat badan yang lebih besar dibandingkan remaja perempuan Bogor.

Tinggi badan remaja laki-laki Bogor dan remaja perempuan Bogor mengalami per-tumbuhan hingga usia 18 dan tidak mengalami pertumbuhan setelahnya. Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun sedangkan berat badan remaja perempuan Bogor sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan semenjak usia 16 hingga usia 20 tahun.

Saran

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Bogin B. 1999. Patterns of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge: Cambridge Uni-versity Press.

Boot AM, Jan B, Maria AJ, Eric PK, Sabine MPF. 1997. Determinants of body composition measured by dual-energy X-ray absorptiometry in Dutch children and adolescents. Am J Clin Nutr 66:232-238. Gibson RS. 1993. Nutritional Assessment: A

Laboratory Manual. New York: Oxford

University Press.

Jones S, Robert M, David P. 1992. The Cambridge Encyclopedia of Human

Evolution. New-York: Cambridge

University Press.

Kuczmarski et al. 2002. Centers for disease control and prevention 2000 growth charts for the United States: improvement to the 1977 national center for health statistics version. Pediatrics 109:45-60. O’dea JA. 1996. A healthy weight range chart

for adolescent self-assessment. JNE

28:293A.

Puspita T. 2004. Pola Pertumbuhan tinggi badan, berat badan dan indeks massa tubuh anak bogor usia 5 sampai 15 tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi

Secara Antropometri. Bogor: Jurusan

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Schroeder & Reynaldo. 1999. Fatness and body mass index from birth to young adulthood in a rural Guatemalan po-pulation. Am J Clin Nutr 1997: 70 (suppl):137-144.

Tango T. 1998. Estimation of age-spesific reference ranges via smoother AVAS.

Statistics in Medicine 17:1231-1243.

Tibshirani R. 1988. Estimating optimal transformation for regression via addi-tivity and variance stabilization. J Am

(38)
(39)

Lampiran 1 Kuisioner penelitian (halaman depan)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI

Jalan Raya Pajajaran Bogor 16144, Telp (0251) 345011, 323081 Pes. 212, Telefax 345011, E-mail:biologifmipa@.ipb.ac.id

KUISIONER PENELITIAN

POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR

DATA PRIBADI

Nama :

Jenis Kelamin :

Tempat & Tanggal Lahir :

Anak ke- : dari bersaudara

Alamat Lengkap :

Kelurahan :

Kecamatan :

Telepon :

Pemberian asi sampai usia : bulan

Penyakit (jika ada) :

Frekuensi makan per hari : kali

Nama ayah :

Tempat & Tanggal lahir ayah/umur ayah :

Suku ayah :

Pekerjaan ayah :

Pendidikan tertinggi ayah :

Penyakit ayah (jika ada) :

Tinggi badan ayah :

Berat badan ayah :

Suku kakek dari pihak ayah :

Tempat lahir/asal kakek dari pihak ayah :

Suku nenek dari pihak ayah :

Tempat lahir/asal nenek dari pihak ayah :

Nama ibu :

Tempat & Tanggal lahir ibu/umur ibu :

Suku ibu :

Pekerjaan ibu :

Pendidikan tertinggi ibu :

Penyakit ibu (jika ada) :

Tinggi badan ibu :

Berat badan ibu :

Suku kakek dari pihak ibu :

Tempat lahir/asal kakek dari pihak ibu :

Suku nenek dari pihak ibu :

Tempat lahir/asal nenek dari pihak ibu :

Pengeluaran keluarga per bulan untuk makan (pilih salah satu):

1. n <Rp. 500.000 4. Rp. 1.000.000 < n <Rp. 1.500.000 2. Rp. 500.000 < n < Rp. 750.000 5. n > Rp. 1.500.000

3. Rp. 750.000 < n < Rp. 1.000.000

Keterangan : n = jumlah pengeluaran keluarga per bulan untuk makan Jika anda laki-laki:

Pada usia berapakah anda pertama kali mengalami mimpi basah: tahun Jika anda perempuan:

(40)

Lampiran 2 Kuisioner penelitian (halaman belakang)

DATA HASIL PENGUKURAN

Pengukur : Fnum :

Pencatat : ID num :

Tanggal :

Waktu :

Parameter Hasil Pengukuran

1. Berat Badan (BB)

2. Tinggi Badan (TB)

3. Tinggi Duduk (TD)

4. Panjang Lengan Atas (PLA)

5. Panjang Lengan Bawah (PLB)

6. Panjang Paha (PP)

7. Panjang Betis (PB)

8. Lingkar Lengan Atas (LLA)

9. Tebal Lipatan Kulit Trisep (TLKT)

10. Lebar Siku (LS)

(41)

Lampiran 3 Jumlah probandus yang dianalisis berdasarkan lokasi pengambilan data

Jenis Kelamin

Lokasi Laki-laki Perempuan

Pengukuran (orang) (orang)

SMPN 2 52 46

SMUN 3 54 46

SMUN 4 69 33

SMUN 8 64 63

IPB 81 88

(42)

Lampiran 4 Contoh formulir data pribadi dan hasil pengukuran pada data-base Lotus Approach

Jl Palupuh 1 no 48 Bantar Jati

Alamat

Usia akhir pemberian

lever, vertigo

Penyakit

2-3

Frekuensi makan per hari (ka

sunda

Tinggi badan ayah (c

-Berat badan ayah (

sunda

Suku kakek dari pihak ayah

bogor

Asal kakek dari pihak ayah

sunda-belanda

Suku nenek dari pihak a

bogor

Asal nenek dari pihak a

E. Sunarsih

Tinggi badan ibu (cm)

-Berat badan ibu (kg)

sunda

Suku kakek dari pihak ibu

Rp. 500.000 - Rp. 750.000

Pengeluaran per bulan utk mkn

sunda

Suku nenek dari pihak ibu

bogor

Asal nenek dari pihak ibu

13

Usia pertama kali mimpi basa

-Usia pertama kali menstruasi

11/14/1988

Asal kakek dari pihak ibu

1

Tebal Lipatan Kulit Trisep

5.6

Gambar

Tabel 1 Asal wilayah probandus
Tabel 3 Jumlah probandus per kelompok dan per jenis kelamin
Gambar 2  Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan  Bogor.
Gambar 4  Pola perbandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan  Bogor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Alqashan (2008), program pelatihan dipandang lebih menguntungkan dibandingkan dengan sesi konseling konvensional karena beberapa alasan, yaitu: (1)

Ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) mengandung senyawa aktif alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan saponin yang bersifat antibiotik sehingga

PT Bank Tabungan Negara dalam memberikan kredit Agunan Rumah (KAR) kepada calon debitur memiliki pelaku pada bagian-bagian yang telah ditetapkan oleh perusahaan

Berdasarkan Tupoksi tersebut diatas perlu disusun Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan untuk 5 (lima) tahun kedepan dengan memperhatikan faktor

[r]

berkurangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah sehingga menyebabkan kurangnya legitimasi publik; serta restrukturisasi hubungan masyarakat dengan pemerintah dalam

Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan, yaitu tenaga kesehatan perawat memberikan penyuluhan kepada karyawan pabrik tentang

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan melalui wawancara dengan pelatih renang di perkumpulan renang Taman Harapan Kota Malang, disimpulkan bahwa model latihan bervariasi