• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum Terhadap Penampilan Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum Terhadap Penampilan Ayam Broiler"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

AYAM BROILER

SISKA TIRAJOH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Siska Tirajoh

D051060141

(3)

ABSTRACT

SISKA TIRAJOH. The Combination of Fiber Degrading Enzymes and Phytase in Poultry Diet on the Performance of Broiler Chickens. Under the supervisions of WIRANDA GENTINI PILIANG and PIUS PERTUMPUN KETAREN.

This experiment was conducted in order to obtain the combination of fiber degrading enzymes and phytase on the performance of broiler chickens fed diet containing rice bran. Data were analyzed by using A Completely Randomized Design followed by the Duncan Multiple Range Test for any significant difference among treatments. Two hundred eighty d.o.c (unsexed) were alloted into seven treatment diets with four replications (ten broilers in each replicate). The broilers were raised up to six weeks old. The combination of the treatment diets were : 1. Control diet (P1); 2. Control diet + natugrain 200 ppm/kg (P2); 3. Control diet + phytase 500 FTU/kg (P3); 4. Control diet + phytase 1000 FTU/kg (P4); 5. Control diet + fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg (P5); 6. Control diet + fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg + phytase 500 FTU/kg (P6); 7. Control diet + fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg + phytase 1000 FTU/kg (P7). The 1000 FTU phytase/kg diet (P4) improved feed conversion and the weight of the carcass’breast significantly (P<0.05), but did not significantly influence the feed consumption, body weight gain, the percentage of internal organs, the water content of the feces, the protein digestibility, Ca digestibility, and P digestibility. The fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg diet combined with 1000 FTU phytase/kg diet (P7) significantly increased (P<0.05) fiber digestibility. The fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg diet with or without 1000 FTU phytase/kg diet highly significantly increased (P<0.01) the nitrogen corrected true metabolizable energy (EMMn) and the true metabolizable energy (EMM). The highest saccharification activity of the extract gizzard content obtained from the chicken fed the fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg diet (P5) and from the chicken fed the fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg combined with 500 FTU phytase/kg diet (P6). The fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg combined with 500 FTU phytase in the diet (P6) gave the highest saccharification activity of the ration.

Keywords : fiber degrading enzyme, phytase, broiler

(4)

RINGKASAN

SISKA TIRAJOH. Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler. Dibimbing oleh WIRANDA GENTINI PILIANG dan PIUS PERTUMPUN KETAREN.

Pakan merupakan komponen pengeluaran terbesar dalam suatu usaha perunggasan, sebagian besar bahan baku pakan masih diimpor dari luar negeri dengan harga mahal. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemandirian industri perunggasan dengan pemanfaatan bahan pakan lokal, tetapi bahan pakan lokal seperti dedak padi mengandung serat dan fitat tinggi sehingga penggunaanya kedalam ransum harus dibatasi. Untuk mengurangi kandungan serat dan fitat yang tinggi dalam bahan pakan perlu penggunaan enzim untuk mencerna bahan pakan. Penggunaan enzim diharapkan dapat membantu mencerna bahan pakan yang sulit dicerna dan meningkatkan ketersediaan zat gizi bahan pakan sehingga penggunaan bahan pakan lokal seperti dedak padi yang banyak mengandung serat dan fitat tinggi, tidak akan menghambat pertumbuhan ayam broiler yang diikuti peningkatan efisiensi pakan serta dapat menekan harga pakan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan dosis dan kombinasi enzim pemecah serat dan fitase yang efektif dalam ransum yang mengandung dedak padi dan efeknya terhadap penampilan ayam broiler.

Metode analisis data menggunakan analisis ragam mengikuti pola

Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Sebanyak 280 ekor anak ayam umur sehari dialokasikan secara acak kedalam tujuh perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan sehingga terdapat 28 unit percobaan dan masing-masing unit percobaan terdiri dari 10 ekor ayam broiler. Kombinasi ransum perlakuan terdiri dari : 1. Ransum kontrol (P1); 2. P1 + natugrain 200 ppm/kg (P2); 3. P1 + fitase 500 FTU/kg (P3); 4. P1 + fitase 1000 FTU/kg (P4); 5. P1 + enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg (P5); 6. P1 + enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg + fitase 500 FTU/kg (P6); 7. P1 + enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg + fitase 1000 FTU/kg (P7).

(5)

rempela tertinggi pada perlakuan enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 U/kg (P5) dan kombinasinya dengan fitase 500 FTU/kg (P6). Aktivitas sakarifikasi ekstrak pakan tertinggi pada perlakuan enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 U/kg dan kombinasinya dengan fitase 500 FTU/kg (P6). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan enzim fitase 1000 FTU/kg (P4) kedalam ransum dapat meningkatkan performan ayam broiler, terlihat dengan rendahnya efisiensi ransum dan bobot karkas yang tinggi.

(6)

@ HakCipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(7)

KOMBINASI ENZIM PEMECAH SERAT DAN FITASE

DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN

AYAM BROILER

SISKA TIRAJOH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum Terhadap Penampilan Ayam Broiler

Nama Mahasiswa : Siska Tirajoh

NIM : D051060141

Program Studi : Ilmu Ternak

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wiranda G Piliang, MSc Dr. Ir. Pius P Ketaren, MAgrSc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Ilmu Nutrisi Dekan Sekolah Pascasarjana dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(10)

PRAKATA

Pujian syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Pengasih dan Penyayang, panjang sabar kasih setiaNya karena atas berkat, anugerah dan bimbinganNya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler”.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. Ir. Wiranda Gentini Piliang, MSc dan Dr. Ir. Pius P Ketaren, MAgr.Sc selaku ketua komisi dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, arahan dan dengan ikhlas membagi ilmu pengetahuan serta pengalamannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sumiati, MSc selaku Penguji Luar Komisi. Tidak lupa juga disampaikan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai Penelitian Ternak Ciawi, Ibu Dr. Tresnawati Purwadaria, Ibu Emi, Ibu Ema beserta staf Laboratorium Pakan dan Bapak A. Udjianto pelaksana kandang ayam beserta staf yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu yang telah bersedia memberikan bantuan dan fasilitas penelitian untuk digunakan juga kepada Bapak Ir. Suaedi Sunanto, PT BASF Jakarta atas bantuan enzim fitase dan enzim natugrain.

Penghargaan dan rasa terima kasih kepada Kepala Badan Litbang Pertanian yang telah memberikan beasiswa dan kesempatan tugas belajar dan Kepala BPTP Papua tempat kami bekerja yang telah mengijinkan kami untuk studi. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan dan Ketua Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.

(11)

AYAM BROILER

SISKA TIRAJOH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Siska Tirajoh

D051060141

(13)

ABSTRACT

SISKA TIRAJOH. The Combination of Fiber Degrading Enzymes and Phytase in Poultry Diet on the Performance of Broiler Chickens. Under the supervisions of WIRANDA GENTINI PILIANG and PIUS PERTUMPUN KETAREN.

This experiment was conducted in order to obtain the combination of fiber degrading enzymes and phytase on the performance of broiler chickens fed diet containing rice bran. Data were analyzed by using A Completely Randomized Design followed by the Duncan Multiple Range Test for any significant difference among treatments. Two hundred eighty d.o.c (unsexed) were alloted into seven treatment diets with four replications (ten broilers in each replicate). The broilers were raised up to six weeks old. The combination of the treatment diets were : 1. Control diet (P1); 2. Control diet + natugrain 200 ppm/kg (P2); 3. Control diet + phytase 500 FTU/kg (P3); 4. Control diet + phytase 1000 FTU/kg (P4); 5. Control diet + fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg (P5); 6. Control diet + fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg + phytase 500 FTU/kg (P6); 7. Control diet + fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg + phytase 1000 FTU/kg (P7). The 1000 FTU phytase/kg diet (P4) improved feed conversion and the weight of the carcass’breast significantly (P<0.05), but did not significantly influence the feed consumption, body weight gain, the percentage of internal organs, the water content of the feces, the protein digestibility, Ca digestibility, and P digestibility. The fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg diet combined with 1000 FTU phytase/kg diet (P7) significantly increased (P<0.05) fiber digestibility. The fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg diet with or without 1000 FTU phytase/kg diet highly significantly increased (P<0.01) the nitrogen corrected true metabolizable energy (EMMn) and the true metabolizable energy (EMM). The highest saccharification activity of the extract gizzard content obtained from the chicken fed the fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg diet (P5) and from the chicken fed the fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg combined with 500 FTU phytase/kg diet (P6). The fiber degrading enzymes (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg combined with 500 FTU phytase in the diet (P6) gave the highest saccharification activity of the ration.

Keywords : fiber degrading enzyme, phytase, broiler

(14)

RINGKASAN

SISKA TIRAJOH. Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler. Dibimbing oleh WIRANDA GENTINI PILIANG dan PIUS PERTUMPUN KETAREN.

Pakan merupakan komponen pengeluaran terbesar dalam suatu usaha perunggasan, sebagian besar bahan baku pakan masih diimpor dari luar negeri dengan harga mahal. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemandirian industri perunggasan dengan pemanfaatan bahan pakan lokal, tetapi bahan pakan lokal seperti dedak padi mengandung serat dan fitat tinggi sehingga penggunaanya kedalam ransum harus dibatasi. Untuk mengurangi kandungan serat dan fitat yang tinggi dalam bahan pakan perlu penggunaan enzim untuk mencerna bahan pakan. Penggunaan enzim diharapkan dapat membantu mencerna bahan pakan yang sulit dicerna dan meningkatkan ketersediaan zat gizi bahan pakan sehingga penggunaan bahan pakan lokal seperti dedak padi yang banyak mengandung serat dan fitat tinggi, tidak akan menghambat pertumbuhan ayam broiler yang diikuti peningkatan efisiensi pakan serta dapat menekan harga pakan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan dosis dan kombinasi enzim pemecah serat dan fitase yang efektif dalam ransum yang mengandung dedak padi dan efeknya terhadap penampilan ayam broiler.

Metode analisis data menggunakan analisis ragam mengikuti pola

Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Sebanyak 280 ekor anak ayam umur sehari dialokasikan secara acak kedalam tujuh perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan sehingga terdapat 28 unit percobaan dan masing-masing unit percobaan terdiri dari 10 ekor ayam broiler. Kombinasi ransum perlakuan terdiri dari : 1. Ransum kontrol (P1); 2. P1 + natugrain 200 ppm/kg (P2); 3. P1 + fitase 500 FTU/kg (P3); 4. P1 + fitase 1000 FTU/kg (P4); 5. P1 + enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg (P5); 6. P1 + enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg + fitase 500 FTU/kg (P6); 7. P1 + enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 unit/kg + fitase 1000 FTU/kg (P7).

(15)

rempela tertinggi pada perlakuan enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 U/kg (P5) dan kombinasinya dengan fitase 500 FTU/kg (P6). Aktivitas sakarifikasi ekstrak pakan tertinggi pada perlakuan enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) 7.5 U/kg dan kombinasinya dengan fitase 500 FTU/kg (P6). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan enzim fitase 1000 FTU/kg (P4) kedalam ransum dapat meningkatkan performan ayam broiler, terlihat dengan rendahnya efisiensi ransum dan bobot karkas yang tinggi.

(16)

@ HakCipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(17)

KOMBINASI ENZIM PEMECAH SERAT DAN FITASE

DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN

AYAM BROILER

SISKA TIRAJOH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)
(19)

Judul Tesis : Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum Terhadap Penampilan Ayam Broiler

Nama Mahasiswa : Siska Tirajoh

NIM : D051060141

Program Studi : Ilmu Ternak

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wiranda G Piliang, MSc Dr. Ir. Pius P Ketaren, MAgrSc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Ilmu Nutrisi Dekan Sekolah Pascasarjana dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(20)

PRAKATA

Pujian syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Pengasih dan Penyayang, panjang sabar kasih setiaNya karena atas berkat, anugerah dan bimbinganNya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Kombinasi Enzim Pemecah Serat dan Fitase dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler”.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. Ir. Wiranda Gentini Piliang, MSc dan Dr. Ir. Pius P Ketaren, MAgr.Sc selaku ketua komisi dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, arahan dan dengan ikhlas membagi ilmu pengetahuan serta pengalamannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sumiati, MSc selaku Penguji Luar Komisi. Tidak lupa juga disampaikan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai Penelitian Ternak Ciawi, Ibu Dr. Tresnawati Purwadaria, Ibu Emi, Ibu Ema beserta staf Laboratorium Pakan dan Bapak A. Udjianto pelaksana kandang ayam beserta staf yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu yang telah bersedia memberikan bantuan dan fasilitas penelitian untuk digunakan juga kepada Bapak Ir. Suaedi Sunanto, PT BASF Jakarta atas bantuan enzim fitase dan enzim natugrain.

Penghargaan dan rasa terima kasih kepada Kepala Badan Litbang Pertanian yang telah memberikan beasiswa dan kesempatan tugas belajar dan Kepala BPTP Papua tempat kami bekerja yang telah mengijinkan kami untuk studi. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan dan Ketua Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.

(21)

Negara, Anwar Harahap, Syahruddin, Diana Sawen, Ahmad Fanindi, Sri Purwanti, Mursye Regar, Heru, Fahrul, Jarmuji, Darwis dan Andi Ninu.

Akhirnya kepada suamiku terkasih Yohannes Palangan, SP serta anak-anakku tersayang Wynne Denisca Febry Palangan, Wilfred Oewyn Valen Palangan yang selalu berdoa dan memberikan semangat. Kiranya Tuhan selalu memberikan berkat dan sukacita serta senantiasa melimpahkan kasih karuniaNya kepada kita semua.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan terutama dibidang peternakan, Amien.

Bogor, Februari 2009

(22)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 15 Mei 1968 dan merupakan putri ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Jhon Tirajoh dan Josephine Rumambi. Pendidikan formal ditempuh di SD Inpres Ridge I Biak lulus tahun 1980, SMP YPK Biak lulus tahun 1983, SMA YPK Biak lulus tahun 1986. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan Universitas Cenderawasih Manokwari, dan lulus pada tahun 1992. Pada tahun 2006 penulis memperoleh kesempatan tugas belajar di Program Studi Ilmu Ternak pada Program Pascasarjana IPB Bogor, melalui bea siswa dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

(23)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... viii PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 Manfaat Penelitian ... 3 Hipotesis ... 3 Kerangka Pemikiran ... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 Kandungan Nutrisi dan Penggunaan Dedak Padi dalam Pakan Unggas .... 5 Asam Fitat ... 6 Penggunaan Enzim dalam Pakan Ternak ... 8 Penggunaan Enzim Fitase ... 9 Penggunaan Enzim Pemecah Serat (Bacillus pumilus dan Eupenicillium javanicum) ... 11 BAHAN DAN METODE ... 18

Tempat dan Waktu Penelitian ... 18 Pengadaan Ayam Percobaan ... 18 Penyediaan Ransum ... 18 Kandang dan Perlengkapan ... 18 Metode Penelitian ... 19 Tahap Persiapan Penelitian ... 19 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 19 Bahan Pakan dan Formula Ransum ... 20 Peubah yang Diukur ... 24 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30 Performans Ayam Broiler yang Dipelihara selama 6 Minggu Penelitian ... 30 Konsumsi Ransum ... 30 Pertambahan Bobot Badan ... 31 Konversi Ransum ... 31 Karkas dan Bagian-bagian Karkas (Dada, Paha, Sayap dan Punggung) .. 32 Persentase Organ Dalam (Ginjal, Gizard, Jantung, Hati, Lemak

(24)

Kecernaan Protein ... 38 Kecernaan Kalsium ... 38 Kecernaan Fosfor ... 39 Kecernaan Serat Kasar ... 40 Energi metabolis ... 41 Aktivitas Sakarifikasi Ekstrak Isi Rempela dan Pakan ... 42 Suhu Lingkungan ... 44 Mortalitas ... 45 Rekapitulasi Analisa Statistik pada Berbagai Peubah ... 45 KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

(25)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kandungan asam fitat bahan pakan ... 6 2 Aktivitas enzim fitase dalam serealia dan biji-bijian ... 7 3 Rangkuman hasil penelitian penggunaan enzim pemecah serat ... 14 4 Rangkuman hasil penelitian penggunaan enzim fitase ... 16 5 Kandungan zat nutrisi bahan pakan ... 21 6 Formulasi ransum ayam broiler periode starter umur 0 – 3 minggu .. 22 7 Formulasi ransum ayam broiler periode finisher umur 3 – 6 minggu

... 22 8 Performans ayam broiler (konsumsi, pertambahan bobot badan, dan

konversi ransum) yang diberi enzim natugrain, enzim fitase, enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) dan kombinasinya selama 6 minggu penelitian ... 30 9 Persentase karkas dan bagian karkas dada, paha, sayap dan

punggung ayam broiler yang diberi enzim natugrain, enzim fitase, enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) dan kombinasinya selama 6 minggu penelitian ... 33 10 Rataan persentase bobot organ dalam ginjal, gizard, jantung, hati,

lemak abdomen, panjang usus halus (cm) dan tebal usus (g/cm) ayam broiler umur 6 minggu ... 35 11 Rataan kadar air feses, kecernaan protein, kalsium, fosfor dan serat

kasar ayam broiler umur 6 minggu ... 37 12 Rataan energi metabolis murni (EMM) dan energi metabolis murni

terkoreksi nitrogen (EMMn) ayam broiler umur 6 minggu ... 41 13 Rataan suhu minimum dan maksimum harian dan kelembaban udara

relatif setiap minggu selama 6 minggu penelitian ... 44 14 Rekapitulasi pengaruh perlakuan terhadap peubah penelitian

... 46

(26)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Skema kerangka pemikiran penelitian ... 4 2 Struktur asam fitat ... 8 3 Rataan aktivitas sakarifikasi ekstrak isi rempela yang diberi

natugrain, enzim fitase, enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) dan kombinasinya pada ayam broiler umur 6 minggu ... 43 4 Rataan aktivitas sakarifikasi ekstrak pakan yang diberi enzim natugrain,

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Koefisien keragaman bobot badan awal ayam broiler umur sehari ... 55 2 Rataan temperatur dan kelembaban kandang selama 6 minggu

penelitian ... 56 3 Analisis ragam konsumsi ransum ... 57 4 Analisis ragam pertambahan bobot badan ... 57 5 Analisis ragam konversi ransum ... 57 6 Analisis ragam bobot karkas (gram) ... 57 7 Analisis ragam persentase karkas ... 57 8 Analisis ragam persentase karkas dada ... 58 9 Analisis ragam persentase karkas paha ... 58 10 Analisis ragam persentase karkas punggung ... 58 11 Analisis ragam persentase karkas sayap ... 58 12 Analisis ragam persentase bobot ginjal ... 58 13 Analisis ragam persentase bobot hati ... 59 14 Analisis ragam persentase bobot gizard ... 59 15 Analisis ragam persentase bobot lemak abdomen ... 59 16 Analisis ragam persentase bobot jantung ... 59 17 Analisis ragam bobot usus ………... 59 18 Analisis ragam panjang usus halus ... 59 19 Analisis ragam aktivitas sakarifikasi ekstrak isi rempela ... 60 20 Analisis ragam kadar air feses ... 60 21 Analisis ragam kecernaan protein ... 60 22 Analisis ragam kecernaan calcium (Transformasi Arcsin) ... 60 23 Analisis ragam kecernaan fosfor (Transformasi Arcsin) ... 60 24 Analisis ragam kecernaan serat kasar (Transformasi Arcsin) ... 60 25 Analisis ragam energi metabolis murni (EMM) ... 61 26 Analisis ragam energi metabolis murni terkoreksi nitrogen

(28)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran gizi akan protein hewani maka permintaan daging juga turut meningkat. Pemenuhan kebutuhan protein hewani yang mudah dan cepat dapat diperoleh dari ternak ayam broiler yang memiliki pertumbuhan cepat, harga relatif terjangkau dan dagingnya dapat diterima atau dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pakan merupakan komponen pengeluaran terbesar dalam suatu usaha perunggasan. Industri pakan ternak unggas di Indonesia sangat rentan terhadap gejolak kurs rupiah terhadap mata uang dolar karena sebagian besar bahan baku pakan seperti jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan, premix, obat-obatan dan vaksin masih diimpor dari luar negeri dengan harga mahal. Ketergantungan bahan pakan sebagai komponen utama produksi unggas sangat tinggi, dapat mencapai 100% dari total kebutuhan yang ada. Bahan baku yang paling sering menimbulkan gejolak harga pakan adalah jagung kuning, bungkil kedelai, dan tepung ikan. Dalam komposisi pakan ayam ras, pihak pabrik memperkirakan kontribusi jagung kuning berkisar antara 30–55%, bungkil kedelai 10–18% dan tepung ikan sebesar 5%. Melihat komposisi pakan tersebut yang menggunakan jagung kuning dan bungkil kedelai dengan porsi terbesar maka apabila terjadi guncangan harga kedua bahan baku tersebut akan juga menyebabkan gejolak harga pakan jadi (Poultry 2004).

Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mengatasi kekurangan pasokan bahan pakan dari dalam negeri dilakukan impor, dengan harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga bahan pakan lokal. Pemenuhan bahan pakan tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri.

(29)

sebagai bahan pakan ternak untuk unggas. Jika dedak padi dapat digunakan lebih banyak dalam ransum maka akan mampu menurunkan biaya produksi karena harga dedak padi relatif lebih murah. Pembatasan penggunaan dedak padi dalam ransum karena kandungan serat dan asam fitat yang tinggi. Unggas tidak memproduksi enzim pemecah serat dan fitase sehingga harus ditambahkan ke dalam ransum.

Penggunaan enzim sebagai suplemen pakan dapat menguntungkan secara ekonomi bila dapat meningkatkan secara nyata efisiensi pakan dan menekan harga pakan. Aplikasi enzim sebagai suplemen pakan dapat ditingkatkan apabila menggunakan enzim campuran. Enzim pemecah serat yang berasal dari mikroba (Bacillus pumilus dan Eupenicillium javanicum) cukup efektif digunakan dalam pakan yang mengandung dedak (Ketaren et al. 2004). Disamping itu suplementasi enzim fitase 500 U/kg pada ransum ayam broiler mampu memperbaiki performan dan meningkatkan penggunaan P, Ca, Mg dan Zn (Viveros et al. 2002). Suplementasi enzim fitase sebanyak 1000 FTU/kg kedalam ransum nyata meningkatkan rataan bobot badan akhir ayam broiler umur 1–42 hari (Setiyatwan 2007).

Dari hasil penelitian terlihat bahwa masih terdapat variasi hasil suplementasi enzim kedalam pakan unggas. Jenis bahan pakan, kandungan NSP (Non Starch Polysacharide) larut dan tidak larut dalam air, sumber enzim dan dosis enzim dan kemungkinan bentuk pakan menentukan efektifitas enzim tersebut. Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya maka penelitian ini difokuskan pada penggunaan dedak padi sebagai bahan pakan lokal dan efektivitas enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) yang dikombinasikan dengan fitase dalam pakan ayam broiler yang mengandung dedak padi.

Tujuan Penelitian

(30)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan melengkapi hasil-hasil kajian mengenai penggunaan beberapa enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) dan fitase dalam ransum yang mengandung dedak padi dan efeknya terhadap penampilan ayam broiler.

Hipotesis

(31)

Kerangka Pemikiran

[image:31.612.201.447.106.572.2]

Skema kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian.

Tersedia berbagai bahan pakan lokal seperti dedak padi, bungkil inti sawit/BIS, lumpur sawit dan bungkil kelapa akan tetapi mengandung serat tinggi. Dedak padi juga mengandung asam fitat yang tinggi

MASALAH:

Pakan unggas sebagian besar diimpor

• hidrolisis serat menjadi energi tersedia • hidrolisis fitat menjadi P tersedia, • meningkatkan kecernaan

energi, protein, dan serat kasar PEMECAHAN MASALAH:

Suplementasi enzim pemecah serat dan fitase kedalam pakan mengandung dedak padi

(32)

TINJAUAN PUSTAKA

Kandungan Nutrisi dan Penggunaan Dedak Padi dalam Pakan Unggas Semenjak dahulu kala hingga sekarang, beras (Oryza sativa Linn) merupakan makanan utama bagi rakyat Indonesia. Pengolahan gabah hingga menghasilkan beras untuk konsumsi juga diperoleh menir (pecahan-pecahan butiran beras) dan rupa-rupa hasil ikutan yang keseluruhannya disebut dedak padi (Lubis 1958).

Dedak padi mempunyai potensi yang sangat besar untuk penyediaan bahan pakan ternak, baik bagi ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, kambing maupun ternak unggas/non ruminansia. Salah satu keuntungan dari dedak padi adalah tidak bersaing dengan makanan manusia (Tangendjaja 1991).

Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang jumlahnya sekitar 10% dari padi yang digiling. Pemanfaatan dedak padi sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan dimana kandungan energi dan proteinnya cukup tinggi. Komposisi kimia dedak sangat bervariasi, bergantung dari faktor agronomis padi dan proses penggilingannya. Disamping latar belakang agronomis seperti pemupukan dan tanah, varietas padi juga menentukan variasi komposisi kimia dedak.

Creswell (1987) dalam Tangendjaja (1991) melaporkan bahwa hasil analisis dari 4 sampel dedak padi yang berasal dari Indonesia memiliki kandungan protein kasar dengan kisaran 12.7–13.5%, lemak 10.6–13.6% dan serat kasar 8.2–12.2%. National Research Council (1994) melaporkan bahwa dedak padi mengandung energi metabolis 2980 Kkal/kg, protein kasar 12.9%, serat kasar 11.4%, Ca 0.07% dan fosfor tersedia sebesar 0.22%. Selanjutnya Matius & Sinurat (2001) melaporkan bahwa kandungan nutrisi dedak padi mempunyai kandungan protein kasar 12.0%, lemak kasar 12.1%, serat kasar 13.0%, energi metabolisme 2400 Kkal/kg, Ca 0.20%, P 1.0%, metionin 0.25%, dan lisin 0.45%.

(33)

meningkatkan penggunaan bahan tersebut, dengan demikian mengurangi suplemen inorganik P dan mengurangi polusi lingkungan (Munaro et al. 1996).

Asam Fitat

Asam fitat (phytate), yaitu bentuk simpan fosfor dalam biji-bijian, merupakan campuran garam myoinositol asam heksafosfor. Asam fitat dapat membentuk komplek dengan bermacam-macam kation atau dengan protein yang mempengaruhi derajat kelarutan suatu komponen. Hewan-hewan monogastrik dapat menggunakan fosfor yang telah dihidrolisa. Asam fitat pada pH = 7.4, akan membuat komplek dengan mineral-mineral berikut (dengan urutan menurun): Cu++>Zn++>Co++>Mn++>Fe++>Ca++ (Piliang 2007).

[image:33.612.127.504.408.625.2]

Kornegay et al. (1999) melaporkan bahwa asam fitat berpotensi untuk membentuk komplek dengan berbagai kation seperti Ca, Mg, Zn dan Cu. Asam fitat juga mempunyai kemampuan untuk mengikat kation multivalen termasuk Ca, Mg, Zn, dan Cu. Kandungan asam fitat dalam bahan makanan bervariasi seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan asam fitat bahan pakan

Bahan Pakan Asam Fitat (%) Bahan Pakan Asam Fitat (%)

Jagung 0.89* Gandum utuh 1.17-1.37*

Triticale utuh 0.50-1.89* Gandum, dedak 4.46-5.56*

Kedelai 1.40* Gandum halus 1.13*

Kacang tanah 1.70* Gandum, tepung 0.83*

Wijen 5.18* Gandum hitam 1.05-1.88*

Biji kapas 4.80* Gandum hitam,

tepung

0.92*

Buncis 2.52* Shite, tepung 0.10*

Buncis, toge 1.78* Oats utuh 0.80-1.02*

Tepung manitoba 0.86* Beras, utuh 0.48*

Kelapa 2.38* Beras, tepung 0.86-0.91*

Millet 0.17-0.47* Beras, halus 0.21*

Bunga matahari, biji 1.70* Beras merah 0.89*

Dedak padi 6.90** Tepung beras 0.08**

Bungkil kedelai 0.39 (0.28-0.44)*** Bungkil kelapa 0.27 (0.14-0.33)*** Bungkil kacang tanah 0.42 (0.30-0.48)*** Bungkil inti sawit 0.39 (0.33-0.41)***

Sumber *) : Cheryan 1980 **) : Sumiati 2005 ***) : Ravindran 1999

(34)

Bagian daun mengandung asam fitat paling sedikit atau bahkan tidak ada (Ravindran 1999).

[image:34.612.127.507.238.358.2]

Asam fitat dapat dihidrolisis oleh enzim fitase untuk menghasilkan fosfor dan garamnya. Enzim ini terdapat dalam beberapa bahan makanan dan diproduksi oleh mikroorganisme atau dapat ditemukan dalam usus halus hewan-hewan tertentu. Aktifitas enzim fitase yang terdapat dalam beberapa macam serealia dan biji-bijian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Aktifitas enzim fitase dalam serealia dan biji-bijian

Bahan Makanan Fosfor-fitat (Phytic-P) dipecah dalam waktu 2 jam oleh enzim fitase (%)

Gandum 100

Dedak Gandum (wheat) 100

Beras Belanda (rye) 100

Jewawut (barley) 69 – 94

Jagung (maize) 0 – 4

Gandum (oats) 8

Bungkil kacang kedelai 0

Sumber : Mollgaard (1946) dalam Piliang (2007)

Aktivitas enzim-enzim pencernaan di dalam saluran pencernaan akan terhambat dengan adanya ikatan antara fitat dan protein. Aktivitas enzim protease dalam saluran pencernaan akan rendah karena protein diikat oleh fitat.

Cendawan dan ragi ternyata mengandung enzim fitase seperti halnya mikroba yang terdapat dalam saluran pencernaan beberapa hewan tertentu. Hewan ruminansia dilaporkan mempunyai mikroorganisme yang dapat menghidrolisis asam fitat secara baik dalam saluran pencernaannya. Kadar kalsium yang tinggi dalam ransum dapat menurunkan aktifitas enzim fitase dan juga dapat menurunkan penggunaan asam fitat meskipun terdapat enzim fitase.

(35)
[image:35.612.169.491.85.314.2]

Gambar 2 Struktur asam fitat (Coelho 1999).

Penggunaan Enzim dalam Pakan Ternak

Enzim adalah katalis hayati. Katalis, walaupun dalam jumlah yang amat sedikit, mempunyai kemampuan unik untuk mempercepat berlangsungnya reaksi kimiawi tanpa perubahan struktur enzim (Pelczar & Chan 2006). Enzim adalah suatu protein yang bertindak sebagai katalisator reaksi biologis, dan digunakan dalam proses pengolahan berbagai industri, baik industri pangan seperti pembuatan keju dan sari buah maupun bukan pangan seperti detergen, penyamakan kulit dan lain sebagainya. Enzim banyak digunakan dalam aplikasi komersial yaitu sebagai biokatalisator, bekerja secara spesifik dan sangat efisien. Enzim dapat dihasilkan dari semua sel hidup antara lain tanaman, hewan dan mikroba, namun yang banyak digunakan saat ini dan lebih menguntungkan adalah penggunaan enzim dari mikroba (Thenawijaya 1989).

Akhir-akhir ini enzim banyak digunakan pada pakan ternak. Enzim umumnya mengkatalis suatu reaksi yang mengarah pada penguraian suatu bahan pakan pada saluran pencernaan. Enzim telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun pada industri pakan, sebagian besar untuk meningkatkan penggunaan energi pada biji-bijian pada non-starch-polysaccharides (NSP) yang dapat larut seperti gandum, barley, oats dan rye (Yu et al. 2007).

(36)

Keuntungan suplementasi enzim dalam mendegradasi polisakarida bukan pati dalam ransum telah diketahui beberapa tahun yang lalu (Annison 1992). Komponen utama dinding sel adalah polisakarida bukan pati terutama mengandung ß-glukan yang terdapat pada barley dan oat dan arabinoxylan yang terdapat pada gandum, rye dan triticale. Bahan-bahan tersebut termasuk ke dalam polisakarida bukan pati dalam ransum, dan telah dibuktikan dapat menghambat kecernaan pati, nutrisi lain dan peningkatan visikositas digesta (Campbell & Bedford 1992).

Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa penambahan ß-xilanase kedalam ransum dengan bahan dasar gandum dan barley dapat menurunkan kekentalan dari digesta di dalam saluran pencernaan (Silva & Smithard 1997; Yasar & Forbes 1997). Suplementasi enzim xilanase pada pakan dasar gandum dapat menurunkan visikositas dari digesta dan meningkatkan pertumbuhan unggas (Brenes et al. 1993). Efisiensi ransum pada ayam broiler dengan suplementasi enzim dalam fase starter lebih baik dibandingkan dengan fase grower. Efisiensi penambahan enzim eksogenus dalam ransum bervariasi sesuai dengan periode pertumbuhan (Yin et al. 2000).

Penggunaan Enzim Fitase

Enzim fitase atau myo-inositol hexaphosphate hydrolases adalah

(37)

diproduksi oleh fungus Aspergillus ficcum NRRL 3135 mempunyai aktivitas enzim fitase tertinggi, sehingga sangat cocok digunakan sebagai feed additive (Nys et al. 1999).

Degradasi asam fitat dalam saluran pencernaan unggas berhubungan dengan aksi enzim fitase dari satu atau tiga sumber enzim. Fitase yang ada di dalam saluran pencernaan berasal dari 1) fitase usus yang terdapat dalam saluran pencernaan, 2) fitase asal tumbuhan, dan 3) fitase asal mikroba. Hidrolisis fitat terjadi di dalam usus halus unggas sehingga memungkinkan fitase aktif di dalam saluran pencernaan unggas dengan kondisi tertentu (Davies et al. 1970 dalam

Setiyatwan 2007).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian (Tabel 4) diketahui bahwa enzim fitase dapat mengatasi efek negatif dari asam fitat terhadap performan ternak. Suplementasi enzim fitase Natuphos sebanyak 500 U/kg pada ransum ayam broiler yang mengandung P-tersedia rendah (0.22% untuk umur 1 hari–3 minggu dan 0.14% untuk ayam umur 3–6 minggu), mampu memperbaiki performan dan meningkatkan penggunaan P, Ca, Mg dan Zn (Viveros et al. 2002).

Suplementasi enzim fitase sebanyak 1000 FTU/kg ke dalam ransum nyata meningkatkan rataan bobot badan akhir ayam broiler yang dipelihara dari umur 1–42 hari. Hal ini membuktikan bahwa suplementasi enzim fitase ke dalam ransum mampu meningkatkan pertambahan bobot badan dan ketersediaan nutrien sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan (Setiyatwan 2007). Industri merekomendasikan bahwa level suplementasi enzim fitase adalah 900 FTU/kg (Ribeiro et al. 2003).

Baidoo et al. (2003) melaporkan bahwa suplementasi fitase 500 PU/kg pakan meningkatkan daya cerna dan memperbaiki saluran pencernaan pada induk babi (Tabel 4). Zimmermann et al. (2003) juga melaporkan bahwa penambahan fitase dapat meningkatkan daya cerna dan pengembangan saluran pencernaan pada induk babi. Penambahan fitase 500 PU/kg ke dalam pakan yang mengandung tepung jagung–kedelai dan 50% fosfor inorganik efektif dalam meningkatkan daya cerna fosfor, protein kasar, dan bahan organik.

(38)

ransum yang mengandung level Ca rendah (0.6%) dari pada ransum yang mengandung level Ca normal (1%) yang direkomendasikan. Suplementasi fitase 600 U/kg dalam ransum yang mengandung 1.25% Ca menurunkan pemanfaatan fosfor. Hal ini disebabkan oleh pembentukan kompleks Ca-fitat yang sukar larut pada level Ca yang tinggi. Enzim fitase yang ditambahkan dalam ransum akan berkompetisi dengan Ca dalam mengambil posisi aktif dari fitat, kompetisi ini mengakibatkan fitat tidak terhidrolisis secara sempurna (Sebastian et al. 1996).

Kornegay et al. (1999) melaporkan bahwa suplementasi enzim fitase (600, 1200 U/kg ransum) pada ransum broiler yang defisien Zn (13 mg Zn/kg ransum) dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, berat tibia dan kandungan Zn tibia.

Suplementasi enzim fitase 1000 FTU/kg ransum dengan bahan dasar jagung dan kedelai memberikan hasil yang lebih baik pada peningkatan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan ketersediaan hayati mineral pada unggas dibandingkan dengan penggunaan 500 FTU/kg ransum (Augspurger et al. 2003).

Penggunaan Enzim Pemecah Serat (Bacillus pumilus dan Eupenicillium javanicum)

Pencernaan serat atau lignoselulosa terjadi karena aktivitas sinergistik selulase, hemiselulase dan ligninase. Isolasi mikroba dari tubuh rayap menunjukkan bakteri Bacillus pumilus PU-42 menghasilkan aktivitas tinggi xilanase (hemiselulase) sedangkan isolat kapang dari bungkil kelapa

Eupenicillium javanicum BS4 menghasilkan aktivitas tinggi mannanase (Purwadaria et al. 2003a).

Aktivitas ß-mananase yang lebih tinggi dihasilkan oleh E javanicum pada bungkil kelapa 3% yang diinkubasi selama 5 hari. Selain itu E javanicum juga menghasilkan δ-D-galaktosidase dan ß-D-manosidase lebih bermanfaat dalam menguraikan substrat yang mengandung manan dan galaktomanan (Haryati et al. 1995).

(39)

aktivitas pada pH 4.5 relatif rendah. Walaupun aktivitas enzim berkurang pada pH 4.5, enzim masih aktif selama 4 jam. Aktivitas enzim cukup stabil pada pH 5.8 dan pH 6.5. Suhu optimum aktivitas enzim adalah 50oC, yang lebih tinggi daripada suhu tubuh unggas (40oC). Pengurangan aktivitas enzim pada suhu 40oC dapat diatasi dengan penambahan lebih banyak enzim. Enzim cukup stabil pada inkubasi 4 jam pada suhu ruang 28 dan 40oC, tetapi aktivitas enzim berkurang banyak setelah inkubasi 60 detik pada suhu 90oC. Suhu pada alat pencernaan unggas tidak mempengaruhi aktivitas enzim, tetapi dalam pembuatan pelet dengan suhu 90oC harus dibatasi tidak melebihi 30 detik.

Ekstraksi enzim pada rayap dibatasi oleh produksi rayap, sedangkan produksi enzim mikroba membutuhkan waktu yang lebih singkat dan teknologi produksinya sudah sangat maju, oleh karena itu isolasi mikroba pemecah serat dari rayap akan lebih menguntungkan (Purwadaria et al. 2003a).

Jenis mikroba pada rayap yang berperan dalam penguraian selulosa dapat berupa bakteri atau protozoa yang umumya terdapat pada saluran pencernaan rayap (Brune 1998) atau kapang yang terdapat pada sarangnya (Sands 1970). Shimizu et al. (1998) dan Ardiningsih (2002) telah mengisolasi bakteri xilanolitik

Bacillus sp. dan Bacillus pumilus PU-42 masing-masing dari perut C formosanus

dan usus rayap Termitidae. Kedua bakteri ini dilaporkan dapat memproduksi xilanase dengan baik. Bacillus pumilus PU-42 merupakan salah satu bakteri terbaik dari 30 yang berhasil diisolasi di Balai Penelitian Ternak.

Purwadaria et al. (2001) melaporkan bahwa kecernaan energi dalam dedak cenderung meningkat dengan suplementasi enzim 0.01% selulase mikroba rayap (SR) dan 0.01 – 0.02% xilanase komersial atau gabungan antara 0.01% SR + 0.01% xilanase mikroba rayap dengan peningkatan kecernaan energi antara 6.8 – 13.3%. Ketaren et al. (2002) melaporkan bahwa penambahan xilanase dalam ransum dengan bahan dedak terjadi perbaikan konversi ransum sebesar 1.2%.

(40)

berasal dari rayap cukup efektif digunakan dalam pakan yang mengandung dedak; (3) Enzim Balitnak dicampur dengan Natugrain dapat digunakan dalam pakan ayam yang mengandung dedak; (4) Enzim dari ekstrak mikroba Eupenicillium javanicum BS4 + SS240 yaitu campuran enzim Balitnak Bacillus pumilus PU-42 dengan Natugrain mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan ayam broiler. Efektivitas enzim Balitnak meningkat jika digunakan dalam pakan yang mengandung kadar air tinggi; (5) Enzim dari ekstrak mikroba campuran BS4 dan SS240 tidak mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan itik petelur yang mengandung dedak dengan kadar air yang berbeda (Ketaren et al. 2004).

Beberapa hasil penelitian lainnya (Tabel 3) melaporkan bahwa penambahan enzim ß-xilanase dan ß-glukanase pada ransum yang mengandung dedak 15% terhadap performans ayam broiler sampai umur 3 minggu dapat memperbaiki konversi ransum dan pemberian 0.05% ß-glukanase meningkatkan konversi ransum 7.55% lebih baik dibanding kontrol (Bintang et al. 2006). Ketaren et al. (2008) melaporkan bahwa energi metabolis dedak yang paling tinggi dihasilkan oleh kombinasi enzim yang berasal dari kombinasi BS4+PU42 yaitu 2718 kkal EM/kg pakan. Dosis optimal penggunaan kombinasi sumber enzim BS4+PU42 dalam meningkatkan nilai EM pakan mengandung dedak 30% adalah dosis 7.5 U/kg pakan. Suplementasi enzim pemecah serat BS4+PU42 dengan dosis 7.5-12.5 U/kg pakan serta enzim komersial tidak nyata berpengaruh terhadap performan, karkas dan jeroan ayam pedaging.

(41)
[image:41.612.136.505.98.557.2]

Tabel 3 Rangkuman hasil penelitian penggunaan enzim pemecah serat

No. Jenis Ternak Jenis Perlakuan Hasil Penelitian Peneliti 1. Ayam broiler Suplementasi

enzim selulase dalam bahan ransum ayam broiler berbasis biji-bijian

Suplementasi enzim selulase pada pakan dasar gandum, barley, oats dan rye dapat memperbaiki berat badan, konversi ransum, dan pertumbuhan performans anak ayam broiler

Friesen et al. (1992)

2. Ayam broiler Penambahan enzim xilanase dalam bahan ransum ayam broiler berbasis gandum

Suplementasi enzim xilanase pada pakan dasar gandum dapat menurunkan visikositas dari digesta dan meningkatkan pertumbuhan performans unggas

Brenes et al. (1993)

3. Ayam broiler Penambahan enzim xilanase dan ß-glukanase dalam ransum berbasis wheat, barley,corn,oats

Penambahan enzim kedalam ransum ayam pedaging menurunkan bobot relatif

tembolok, pankreas, hati, usus, dan rempela

Marquardt

et al. (1996)

4. Ayam broiler Suplementasi enzim xilanase dalam ransum basal dedak atau polar

suplementasi enzim xilanase dapat meningkatkan efisiensi ransum basal polar dan tidak berpengaruh pada ransum basal dedak.

Penambahan enzim ß-xilanase dan ß-glukanase pada ransum yang mengandung dedak padi 15% terhadap performans ayam broiler sampai umur 3 minggu dapat memperbaiki konversi ransum

Ketaren et al. (2002)

5. Ayam broiler Suplementasi enzim xilanase dan ß-glukanase dalam ransum basal dedak atau polar

Enzim komersial (Natugrain) yang mengandung enzim xilanase dan ß-glukanase hanya efektif digunakan pada pakan yang mengandung polar dan tidak efektif jika menggunakan dedak sebagai pakan dasar

Ketaren et al. (2004)

(42)
[image:42.612.135.511.101.528.2]

Tabel 3 Rangkuman hasil penelitian penggunaan enzim pemecah serat (lanjutan)

No. Jenis Ternak Jenis Perlakuan Hasil Penelitian Peneliti Enzim Balitnak dicampur dengan

Natugrain dapat digunakan dalam pakan ayam yang mengandung dedak

Enzim dari ekstrak mikroba

Eupenicillium javanicum BS4 +

SS240 yaitu campuran enzim Balitnak Bacillus pumilus PU-42 dengan Natugrain mampu meningkatkan efisiensi

penggunaan pakan ayam broiler. Efektivitas enzim Balitnak meningkat jika digunakan dalam pakan yang mengandung kadar air tinggi

Enzim dari ekstrak mikroba campuran BS4 dan SS240 tidak mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan itik petelur yang mengandung dedak dengan kadar air yang berbeda

6. Ayam broiler Penambahan enzim ß-xilanase dan ß-glukanase pada ransum mengandung dedak 15%

penambahan enzim ß-xilanase dan ß-glukanase pada ransum yang mengandung dedak 15% terhadap performans ayam broiler sampai umur 3 minggu dapat memperbaiki konversi ransum dan pemberian 0.05% ß-glukanase meningkatkan konversi ransum 7.55% lebih baik dibanding kontrol

Bintang et al. (2006)

7. Ayam broiler Suplementasi berbagai sumber enzim dan dosis (7.5 U- 12.5 U/kg) dalam pakan mengandung dedak 30%

Suplementasi berbagai sumber enzim dan dosis kedalam pakan mengandung dedak tinggi tidak nyata meningkatkan konsumsi pakan, pbb dan fcr ayam pedaging umur 4 minggu

(43)
[image:43.612.129.515.97.694.2]

Tabel 4 Rangkuman hasil penelitian penggunaan enzim fitase dalam ransum

No. Jenis Ternak Jenis Perlakuan Hasil Penelitian Peneliti 1. Ayam broiler Suplementasi fitase 600

U/kg dalam ransum ayam broiler berbasis jagung-bungkil kedelai

Suplementasi fitase 600 U/kg dalam ransum ayam broiler berbasis jagung-bungkil kedelai dapat memperbaiki pemanfaatan fosfor secara lebih efektif pada ransum yang mengandung level Ca rendah (0.6%) dari pada ransum yang mengandung level Ca normal (1%) yang direkomendasikan. Suplementasi fitase 600 U/kg dalam ransum yang

mengandung 1.25% Ca menurunkan pemanfaatan fosfor.

Sebastian et al. (1996)

2. Ayam broiler Suplementasi fitase dalam ransum berbasis jagung-bungkil kedelai

Kecernaan asam amino terutama metionin meningkat secara linier sesuai dengan penambahan enzim fitase pada semua tingkat protein ransum ayam broiler

Kornegay et al. (1996)

3. Ayam broiler Suplementasi enzim fitase (600 dan 1200 U/kg ransum) pada ransum defisiensi Zn (13 mg Zn/kg ransum)

Meningkatkan pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, berat tulang tibia, dan kandungan Zn tibia

Kornegay & Yi (1999)

4. Ayam broiler a. Suplementasi enzim fitase (0,400,800 U/kg ransum), tanpa bahan pakan hewani, kandungan asam fitat (1.04, 1.32, 1.57%)

b. Suplementasi enzim fitase (0 dan 625 U/kg ransum), tanpa bahan pakan hewani, kandungan asam fitat (0.46, 0.82, 1.18%)

a. Meningkatkan

pertambahan bobot badan

b. Meningkatkan

pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan ransum

Ravindran et al (1999)

5. Ayam broiler Suplementasi enzim fitase Natuphos sebanyak 500 U/kg pada ransum ayam broiler yang mengandung P-tersedia rendah (0.22% untuk umur 1 hari–3 minggu dan 0.14% untuk ayam umur 3–6 minggu),

Suplementasi enzim fitase Natuphos sebanyak 500 U/kg pada ransum ayam broiler yang mengandung P-tersedia rendah (0.22% untuk umur 1 hari–3 minggu dan 0.14% untuk ayam umur 3–6 minggu), mampu memperbaiki performan dan meningkatkan penggunaan P, Ca, Mg dan Zn.

Viveros et al. (2002)

6. Induk Babi Suplementasi fitase 500 PU/kg pada ransum berbasis jagung dan bungkil kedelai

Suplementasi fitase 500 PU/kg meningkatkan daya cerna dan memperbaiki saluran pencernaan pada induk babi.

(44)
[image:44.612.141.511.117.404.2]

Tabel 4 Rangkuman hasil penelitian penggunaan enzim fitase dalam ransum (lanjutan)

No. Jenis Ternak Jenis Perlakuan Hasil Penelitian Peneliti 7. Ayam

Columbian Plymouth Rock

Suplementasi fitase (500 dan 1000 FTU/kg ransum) dalam ransum berbasis jagung dan bungkil kedelai

Suplementasi fitase 1000 FTU/kg lebih baik dari 500 FTU/kg. Suplementasi 1000 FTU/kg meningkatkan pbb dan ketersediaan hayati mineral

Augspurger

et al. (2003)

8. Ayam broiler

Suplementasi enzim fitase (90, 500, 750 U/kg ransum) dalam ransum berbasis jagung-bungkil kedelai, P-tersedia rendah (0.35%)

Meningkatkan kecernaan asam amino dan mineral P

Rutherfurd

et al. (2004)

9. Ayam petelur

Suplementasi enzim fitase (300 dan 400 U fitase/kg ransum) dan ZnO (252 dan 567 mg Zn/kg ransum)

Suplementasi fitase dan ZnO tidak mempengaruhi produksi telur, konsumsi ransum, konversi ransum dan berat telur Sumiati (2005) 10. Ayam broiler Suplementasi kombinasi enzim fitase 1000 FTU/kg, ZnO 132.70 ppm, dan CuSO4 286.16 ppm dalam ransum

Suplementasi kombinasi enzim fitase sebanyak 1000 FTU/kg, ZnO 132.70 ppm, dan CuSO4 286.16 ppm dalam ransum nyata meningkatkan rataan bobot badan akhir, pertambahan bobot badan dan konversi ransum

(45)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di kandang percobaan ternak unggas yang berlokasi di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi-Bogor dan berlangsung pada awal bulan Maret sampai dengan akhir April 2008 untuk percobaan pakan dan percobaan kecernaan, dilanjutkan dengan analisis laboratorium sampai Juni 2008. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi-Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Pengadaan Ayam Percobaan

Ayam percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak ayam broiler Galur CP 707 yang berumur sehari sebanyak 280 ekor un-sexed yang berasal dari PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, Jakarta. Anak ayam percobaan dipelihara selama 6 minggu.

Penyediaan Ransum

Ransum basal yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan campuran ransum yang terdiri dari dedak padi, jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak CPO, lysin, metionin, DCP, kapur, monensin dan premix (Tabel 6 dan 7). Ransum dibuat dalam bentuk mash. Ransum dan air minum diberikan

ad libitum.

Kandang dan Perlengkapan

(46)

Metode Penelitian

Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian dimulai dengan menganalisis kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum secara proksimat. Persiapan kandang dan ternak percobaan, sebelumnya kandang dibersihkan dengan disinfektan termasuk peralatan minum dan tempat makan yang ditempatkan secara teratur pada 28 unit kandang.

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Sebelum percobaan dimulai, sebanyak 280 ekor anak ayam pedaging umur sehari ditimbang untuk mengetahui keragaman berat dan setiap anak ayam dialokasikan secara acak kedalam kandang yang berukuran sama 1.5m x 1.5m. Setiap perlakuan diulang 4 kali dan tiap ulangan terdiri atas 10 ekor. Pada minggu pertama dilakukan tahap adaptasi pakan dengan menggunakan pakan komersial dan pada hari ke 5, 6 dan 7 mulai ditambahkan pakan perlakuan. Sehingga pada minggu kedua seluruhnya menggunakan pakan perlakuan. Seluruh pen ditempatkan di dalam bangunan tertutup yang dilengkapi dengan lampu penerang, pemanas dan pengatur sirkulasi udara. Setiap unit kandang kawat diberi label sesuai dengan jenis ransum yang diberikan. Pemanas disediakan siang dan malam selama tiga minggu pertama sedangkan lampu penerangan dinyalakan terus-menerus selama penelitian berlangsung. Pengatur sirkulasi udara, baik yang berada di dinding maupun di bagian atap diatur sesuai dengan kebutuhan.

(47)

Bahan Pakan dan Formula Ransum

Ransum perlakuan terdiri atas 7 macam yaitu: P1 = Ransum kontrol tanpa enzim

P2 = Ransum kontrol + Natugrain 200 ppm/kg P3 = Ransum kontrol + Fitase 500 FTU/kg P4 = Ransum kontrol + Fitase 1000 FTU/kg

P5 = Ransum kontrol + enzim pemecah serat (PU4-2 + BS4) 7.5 unit /kg P6 = Ransum kontrol + enzim pemecah serat (PU4-2 + BS4) 7.5 unit /kg + Fitase 500 FTU/kg

P7 = Ransum kontrol + enzim pemecah serat (PU4-2 + BS4) 7.5 unit /kg + Fitase 1000 FTU/kg

Kandungan gizi ransum dalam seluruh perlakuan ini dibuat sama dan memenuhi rekomendasi gizi untuk ayam broiler seperti yang disarankan oleh National Research Council (1994). Kebutuhan gizi ayam broiler untuk kandungan protein dan energi berdasarkan National Research Council (1994) yaitu umur 0-3 minggu (PK: 23%, EM:3200 Kcal/kg) dan umur 3-6 minggu (PK: 20%, EM: 3200 Kcal/kg). Pada penelitian ini kandungan protein kasar dan energi metabolis lebih rendah 10%. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh positif dari suplementasi enzim yaitu peningkatan kecernaan serat kasar yang akan meningkatkan kecernaan energi, protein, lemak dan kecernaan serat kasar. Kandungan protein ransum 20.7% dan energi 2900 Kkal/EM/kg untuk ransum

starter umur 0–3 minggu; ransum finisher umur 3–6 minggu dengan kandungan protein ransum 18% dan energi 2900 Kkal/EM/kg. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan campuran ransum yang terdiri dari dedak, jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak CPO, lysin, metionin, DCP, kapur, monensin dan premix. Bahan pakan penyusun ransum diperoleh dari pabrik pakan Indofeed, enzim pemecah serat (PU4-2 dan BS4) produksi Balai Penelitian Ternak-Ciawi, enzim Natugrain dan enzim Fitase produksi BASF, Jakarta.

(48)
[image:48.612.132.504.204.387.2]

Ransum terdiri atas ransum kontrol negatif dan ransum kontrol positif. Ransum kontrol negatif yaitu ransum basal tanpa pemberian enzim, sedangkan ransum kontrol positif yaitu ransum basal dengan penambahan enzim komersial (Natugrain). Kandungan zat gizi bahan pakan dan formula ransum basal yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kandungan zat nutrisi bahan pakan (%)

Bahan pakan Protein Serat kasar

Metionin Lisin Energi metabolis (Kkal/kg)*

Ca P (Total)

Dedak1 11.4 18.6 0.2 0.5 2719 0.1 1.5

Jagung1 9.13 1.94 0.2 0.2 2953 0 0.2

Bungkil Kedelai1

42.5 7.7 0.7 2.8 2844 0.6 0.6

Tepung Ikan1 55.0 1.15 1.7 4.6 2779 6.7 3.3

Metionin2 98 0 98 0 0 0 0

Lisin3 78 0 0 78 0 0 0

Premix4 0 0 0 0 0 0 0

Minyak5 0 0 0 0 8000 0 0

DCP5 0 0 0 0 0 21 18.5

Kapur5 0 0 0 0 0 38 0

Monensin 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: 1 Hasil analisis Lab. Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB (2008) 2 Label Produk Nippon Soda Co. LTD

3 Label Produk PT. Cheil Samsung Indonesia 4 Label Produk PT.Mensana Aneka Satwa 5 National Research Council (1994)

* Berdasarkan perhitungan energi bruto x 0.725 (NRC 1994)

(49)
[image:49.612.132.505.102.310.2]

Tabel 6 Formula ransum ayam broiler periode starter umur 0–3 minggu

Bahan pakan (%) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 NRC (1994)

Selisih

Ransum basal (RB) RB RB RB RB RB RB RB

Natugrain (ppm/kg) - 200 - - - - -

Enzim pemecah serat PU42+BS4 (unit/kg)

- - - - 7.5 7.5 7.5

Enzim fitase (FTU/kg)

- - 500 1000 - 500 1000

Kandungan gizi :

Bahan kering (%)* 88.60

Kadar air (%)* 11.40

Gross energy (kkal/kg)*

3817

ME (kkal/kg)** 2767 3200

Protein (%)* 21.07 23 - 1.93

Lemak (%)* 6.61 7.80 - 1.19

Serat Kasar (%)* 9.17 3.90 5.27

Abu (%)* 11.31 - -

Ca (%)* 1.61 1.00 0.61

P Total (%)* 0.90 - -

P Tersedia (%)*** 0.50 0.45 0.05

Keterangan : RB terdiri dari: Dedak (30%), Jagung (40%), B.kedelai (9%), T.ikan (17.5%), Metionin (0.1%), Lisin (0.1%), Premix (0.25%), Minyak CPO (2%), DCP (0.5%), Kapur (0.5%), Monensin (0.05%) ; * Hasil analisis laboratorium analitikal, Balai Penelitian Ternak Ciawi; ** Berdasarkan perhitungan energi bruto x 0.725 (NRC 1994) *** Berdasarkan perhitungan dari P tersedia tiap bahan pakan (NRC 1994).

Tabel 7 Formula ransum ayam broiler periode finisher umur 3–6 minggu

Bahan pakan (%) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 NRC (1994)

Selisih

Ransum basal (RB) RB RB RB RB RB RB RB

Natugrain (ppm/kg) - 200 - - - - -

Enzim pemecah serat PU42+BS4 (unit/kg)

- - - - 7.5 7.5 7.5

Enzim fitase (FTU/kg)

- - 500 1000 - 500 1000

Kandungan gizi :

Bahan kering (%)* 88.70

Kadar air (%)* 11.30

Gross energy (kkal/kg)*

3841

ME (kkal/kg)** 2785 3200

Protein (%)* 20.34 20 0.34

Lemak (%)* 9.05 7.80 1.25

Serat Kasar (%)* 7.42 3.90 3.52

Abu (%)* 8.61 - -

Ca (%)* 1.20 0.90 0.30

P Total (%)* 0.96 - -

P Tersedia (%)*** 0.43 0.35 0.08

[image:49.612.133.509.392.601.2]
(50)

Berikut ini disajikan alur penelitian yang dilakukan selama penelitian berlangsung seperti pada skema berikut:

Tahap I Percobaan Pakan

DOC 280 ekor

7 perlakuan ransum 4 ulangan @ 10 ekor (28 unit percobaan):

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

40 ekor 40 ekor 40 ekor 40 ekor 40 ekor 40 ekor 40 ekor

Akhir percobaan pakan, 112 ekor di potong (4 ekor/sampel)

Penampilan Ayam Broiler selama 6 minggu

(pbb, konsumsi, konversi, bobot organ dalam, karkas, sakarifikasi)

Tahap 2 Percobaan Kecernaan

128 ekor jantan diambil dari percobaan pakan

Dipuasakan 36 jam, diberi pakan 40 g/ek, koleksi ekskreta 32 jam

(51)

Peubah yang Diukur 1. Konsumsi ransum 2. Pertambahan bobot badan 3. Konversi ransum

4. Mortalitas

5. Panjang usus halus 6. Bobot usus

7. Bobot organ dalam (hati, jantung, rempela, ginjal dan lemak abdomen) 8. Bobot dan persentase karkas, dada, sayap, punggung dan paha

9. Uji aktivitas sakarifikasi terhadap pakan basal dan ekstrak isi rempela 10.Uji kecernaan (serat kasar, protein, energi, kalsium dan fosfor)

11.Energi metabolis murni dan energi metabolis murni terkoreksi nitrogen

Prosedur Pengamatan

1. Konsumsi ransum (gram)

Konsumsi ransum dihitung dengan cara mengurangi ransum yang diberikan dengan ransum yang tersisa pada setiap ulangan untuk mendapatkan rataan nilai konsumsi ransum per ekor.

2. Pertambahan bobot badan (gram)

Penimbangan bobot badan ayam dilakukan setiap minggu yang dimulai sejak minggu ke-1 sampai minggu ke-6 dengan menggunakan timbangan digital. Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara menghitung bobot badan akhir minggu ke-6 dikurangi dengan bobot badan minggu ke-1.

3. Konversi ransum

Konversi ransum dihitung dengan membagi jumlah ransum yang dikonsumsi (gram) dengan rataan pertambahan bobot badan (gram) selama 6 minggu.

4. Mortalitas (%)

(52)

5. Panjang usus halus (cm)

Panjang usus diukur dengan menggunakan alat ukur dalam cm.

6. Bobot usus (gram)

Bobot usus dihitung dengan cara menimbang usus menggunakan timbangan (gram).

7. Persentase bobot organ dalam (hati, rempela, ginjal, jantung dan lemak abdomen)

Sampel organ dalam yaitu hati, rempela (gizzard), ginjal, jantung dibersihkan dari lemak yang menempel, ditimbang menggunakan timbangan dalam gram. Persentase nilai bobot organ dalam diperoleh dengan membagi organ dalam dengan bobot dikali 100.

8. Persentase karkas

Persentase karkas diukur dengan cara membandingkan bobot karkas (gram) dengan bobot hidup (gram) dikalikan 100. Bobot hidup ditentukan dengan menimbang ayam pada waktu akan dipotong. Bobot karkas merupakan bobot setelah komponen non karkas dipisahkan. Komponen non karkas adalah kepala, kaki (shank), darah, bulu, dan seluruh isi rongga dada dan rongga perut.

9. Uji aktivitas sakarifikasi ekstrak isi rempela dan pakan a. Penentuan bahan kering isi rempela dan pakan

Cawan porselin yang telah dicuci bersih, dikeringkan dalam oven selama 1 jam dengan temperatur 105oC, kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam dan ditimbang (C). Sampel ditimbang masing-masing 2 gram (D) dimasukkan kedalam cawan porselin selanjutnya ditimbang. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105oC selama 5 jam. Cawan porselin dan sampel dikeluarkan dari oven, didinginkan dalam desikator dan ditimbang (E).

E - C

(53)

b. Pembuatan ektrak isi rempela dan pakan

Sebanyak 1 gram sampel basah digerus sedangkan sampel kering digiling halus, diayak dan dicampur dalam 20 ml buffer McIlvain pH 3 dan 5, pengenceran 10 kali, kemudian ditambahkan 0.2 ml natrium asida 20% (NaN3). Selanjutnya disentrifus pada kecepatan 12000 rpm dengan temperatur 4oC selama 20 menit. Supernatan yang terbentuk disimpan di freezer, selanjutnya ditentukan aktivitas sakarifikasi.

c. Prosedur pengujian aktivitas sakarifikasi ekstrak isi rempela dan pakan

Penentuan aktivitas enzim dalam menghidrolisis substrat menjadi gula pereduksi dilakukan berdasarkan metode sebagai berikut: Sebanyak 2 ml enzim kasar pada pengenceran maksimum 10x dimasukkan ke dalam tabung Mc. Cartney dan ditambah 2 ml substrat glukosa 2% dan diinkubasi pada penangas air goyang dengan kecepatan 120 rpm pada suhu optimum 40oC selama 2 jam. Inkubasi dihentikan dengan memasukkan sampel ke dalam penangas air mendidih selama 10 menit dan disentrifus dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Kontrol dibuat dengan memanaskan 2 ml enzim pada penangas air mendidih selama 5 menit, setelah itu ditambah 2 ml substrat kemudian dipanaskan lagi selama 10 menit. Setelah itu disentrifus pada kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Analisis gula pereduksi dilakukan dengan menambahkan 1 ml aquades dan 3 ml Dinitro Salicylic Acid (DNS) ke dalam 1 ml filtrat hasil sentrifus, lalu didihkan dalam penangas air selama 15 menit. Blanko mengandung 1 ml air, 1 ml buffer asetat dan 3 ml DNS yang dididihkan selama 15 menit. Absorbans diukur pada panjang gelombang optimum 540 nm. Satu unit sakarifikasi adalah banyaknya enzim yang dapat memproduksi 1 mol gula pereduksi dalam satu unit yang dihitung berdasarkan persamaan:

(konsentrasi gula pereduksi sampel-kontrol) mol Aktivitas Sakarifikasi = x FP

(BM glukosa x waktu inkubasi) menit ml

(54)

10. Uji Kecernaan (SK, Protein, Kalsium dan Fosfor)

Pengukuran kecernaan serat kasar, protein, kalsium dan fosfor menggunakan metode Scott et al. (1982). Penentuan perhitungan uji kecernaan untuk protein menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

(Konsumsi x % Protein – (berat kering x % Protein ekskreta) ransum) ransum) ekskreta)

Kecernaan = x 100% Protein (Konsumsi ransum x % Protein ransum)

Cara yang sama digunakan untuk menentukan uji kecernaan dari serat kasar, kalsium dan fosfor.

11. Energi Metabolis Murni dan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen

Pengukuran energi metabolis ditentukan dengan menggunakan metode Sibbald (1983). Percobaan ini menggunakan ayam broiler jantan berumur 6 minggu sebanyak 128 ekor. Sampel diambil masing-masing 4 ekor ayam jantan pada setiap ulangan dalam setiap perlakuan, seluruhnya berjumlah 128 ekor termasuk blanko 16 ekor, dan ditempatkan dalam kandang individu berbentuk baterai dengan ukuran 50cm x 35cm x 70cm yang dibagi 2 bagian/disekat. Percobaan berlangsung selama 4 hari, yaitu hari pertama ayam dipuasakan selama 36 jam setelah itu diberi pakan sebanyak 40 gram/ekor selama 2 jam, sisa pakan kemudian dicekok secara paksa menggunakan alat stainless steel funnel. Kecuali 16 ekor ayam yang digunakan sebagai blanko untuk pengukuran fecal endogenus dengan tidak diberi pakan tetapi hanya diberi air minum ad libitum. Selanjutnya dilakukan koleksi ekskreta selama 32 jam.

(55)

Kandungan energi metabolis dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(a x GEp) – [ ( b x GEf) – (z x GEe) ] TME (kkal/kg) =

a

(a x GEp) – [ ( b x GEf) – (z x GEe) + (8,22 x RN) ] TMEn (kkal/kg) =

a

Keterangan : TME = Energi metabolis murni (Kkal/kg)

TMEn = Energi metabolis murni terkoreksi nitrogen

(Kkal/kg)

GEp = Gross energi bahan pakan(Kkal/kg) GEf = Gross energi feses (Kkal/kg)

GEe = Gross energi feses endogenus (Kkal/kg) a = Jumlah konsumsi pakan (gram)

b = Jumlah feses (gram)

z = Jumlah feses endogenus (gram) RN = Retensi nitrogen (gram)

(56)

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 (tujuh) macam perlakuan dan 4 (empat) ulangan sehingga terdapat 28 (dua puluh delapan) unit percobaan.

Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis sidik ragam mengikuti pola rancangan acak lengkap. Apabila sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata (P<0.05) dari perlakuan terhadap peubah yang diukur, maka uji lanjutan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) Steel & Torrie (1993).

Prosedur pengujian berdasarkan data yang terkumpul dari peubah yang diamati dianalisis dengan menggunakan Prosedur General Linier Model SAS 2005 versi 9.1 (English).

Model matematis yang digunakan adalah :

Yij = μ + τi + εij, i = 1, 2, ...,7 dan j = 1, 2, 3, 4

Yij = Respon pengamatan satuan percobaan yang memperoleh perlakuan

ke-i dan ulangan ke-j μ = Rataan umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

(57)

HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:57.612.132.510.261.372.2]

Performans Ayam Broiler yang Dipelihara selama 6 Minggu Penelitian Rataan pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler yang diberi enzim natugrain, enzim fitase, enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) dan kombinasinya selama 6 minggu penelitian disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Performans ayam broiler (konsumsi, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum) yang diberi enzim natugrain, enzim fitase, enzim pemecah serat (Bacillus pumilus + Eupenicillium javanicum) dan kombinasinya selama 6 minggu penelitian

Perlakuan Konsumsi ransum (g/ekor)

Pertambahan bobot badan (g/ekor)

Konversi ransum

P1 5030.90±229.62 1814.25±106.61 2.78±0.13 abc

P2 5131.60±360.05 1758.23±107.89 2.92± 0.09 a

P3 5051.90±256.21 1840.75± 25.85 2.75±0.16 abc P4 4786.30± 66.88 1850.13± 61.24 2.59± 0.11 c

P5 4788.60±234.58 1798.80± 83.06 2.66± 0.07 bc

P6 5030.20±406.47 1775.83±109.44 2.83± 0.17 ab

P7 4733.90±152.62 1789.43± 88.44 2.65± 0.07 bc

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). P1 = Ransum Kontrol tanpa enzim, P2 = Ransum Kontrol + Natugrain 200 ppm/kg, P3 = Ransum Kontrol + fitase 500 FTU/kg, P4 = Ransum Kontrol + fitase 1000 FTU/kg, P5 = Ransum Kontrol + enzim pemecah serat (PU4-2 + BS4) 7.5 unit /kg, P6 = Ransum Kontrol + enzim pemecah serat (PU4-2 + BS4) 7.5 unit /kg + fitase 500 FTU/kg, P7 = Ransum Kontrol + enzim pemecah serat (PU4-2 + BS4) 7.5 unit /kg + fitase 1000 FTU/kg

Konsumsi Ransum

Gambar

Gambar 1  Skema kerangka pemikiran penelitian.
Tabel 1  Kandungan asam fitat bahan pakan
Tabel 2  Aktifitas enzim fitase dalam serealia dan biji-bijian
Gambar 2  Struktur asam fitat (Coelho 1999).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Partai Golkar yang berada diperingkat kedua memiliki elektabilitas yang cukup tinggi yaitu sebesar 15,5 % namun cenderung statis atau tidak berubah dikarenakan partai

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif tahun 2014 di

To know the implementation of e-learning in discussion group using Nicenet .org in International Class batch 2012 students’ writing ability.. To find out the

Biaya Bahan Baku Langsung dan Biaya Tenaga kerja langsung per unit untuk setiap produk adalah :.. Mie Instant

Setiobudi (2016) melakukan penelitian analisis model regresi logistik ordinal pengaruh i pelayanan i di Fakultas i MIPA terhadap kepuasan mahasiswa FMIPA di UNNES dengan

Laporan ini dibuat berdasarkan keadaan yang telah terjadi dan telah disusun secara seksama oleh Tim Analisis APINDO meskipun demikian APINDO tidak menjamin keakuratan atau

Gariada, gariada, gariada dang marna metep /dan tidak bisa hilang dari hatiku.. 51) Judul : Tao Toba Cipt : Dakka Hutagalung. Sambulonku tano batak (kebangganku

Dengan melihat pada penjelasan Sulistiyani dan Rosidah yang berpendapat bahwa model tradisional ini tidak terlepas dari teori birokrasi yang berorientasi pada spesialisasi