• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Perempuan Dalam Menentukan Pilihan Politik Pada Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Perempuan Dalam Menentukan Pilihan Politik Pada Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan 2014"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Budiardjo, Miriam. Prof. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik : Edisi Revisi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial:Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Dahl, Robert.A. 1992. Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Daulay,Harmona. 2007. Perempuan Dalam Kemelut Gender. Medan : USU Press.

Pembayun,Ellys Lestari. 2009. Perempuan vs Perempuan: Realitas Gender, Tayangan Gosip, dan Dunia Maya. Bandung: Penerbit NUANSA.

Indria, Samego. 2000. Book Review Ekonomi Politik. Jakarta : Pasca Sarjana Ilmu Politik. Universitas Nasional.

Martha L.Cottam,dkk. 2012. Pengantar Psikologi Politik Ed.2,Cet.1. Jakarta : Rajawali Press.

(2)

Pembayun, Ellys Lestari. 2009. Perempuan vs Perempuan: Realitas Gender, Tayangan Gosip, dan Dunia Maya. Bandung: Penerbit NUANSA.

Puspitawati, Herien. 2012. Gender dan keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: PT IPB Press.

.Sitepu, P.Anthonius. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakart: Graha Ilmu.hal.91.

Surbakti, Ramlan 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana.

Jurnal :

Irmayani,T. 2012. Perilaku Perempuan Pemilih dalam Menetapkan Pilihan pada Pemilu 2009. Medan: POLITEIA,Jurnal Ilmu Politik.Vo.4,Nomor.1. Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unviersitas

Sumatera Utara.

Mukarom, Zaenal. 2008. Perempuan dan Politik : Studi Komunikasi Politik tentang Keterwakilan Perempuan di Legislatif. Bandung: Jurnal MEDIATOR. Vol.9.

Internet :

Anastasia, Ayu. Lembar Fakta WRI Reperesentasi Perempuan 1.

(3)

Badan Pusat Statistika.

2014, Pukul 07.00 Wib.

Komunitas Sekolah Sumater

2014, Pukul 07.00 Wib.

Website KPU kota Meda

Agustus 2014,pukul 09.00 Wib.

Situs web Heffina, Nur. 2011. Perempuan dan Politik.: Studi Tentang Kelompok Pendukung dan Penentang Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi

di Sumatera Utara.

2014. Pukul: 07.00 Wib.

Sumber Lainnya :

Data Sertifikat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dari Setiap

Kecamatan Di Tingkat Kabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum Anggota

DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014.

Modul Komisi Pemilihan Umum. 2014. Perempuan Cerdas Berdemokrasi.: Tiada Demokrasi Tanpa Perempuan. Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan rakyat, Dewan perwakilan Daerahdan Dewan Perwakilan

(4)

Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia. 2004. Hak Azasi Perempuan: Instrumen untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Riska Aditama, Muhammad.2013. Perilaku Memilih Masyarakat pada Pemilu Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kendal 2010. Semarang:Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Dipenogoro

(5)

BAB III

PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA MEDAN TAHUN 2014

3.1 Pemilihan Umum Anggota DPRD Kota Medan Tahun 2014

Pemilihan umum legislatif kembali diselenggarakan pada tanggal 9 April

2014. Pemilu legislatif 2014 ini dilaksanakan untuk memilih anggota legislatif di

tingkat DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Untuk

penulisan skripsi ini difokuskan terhadap pembahasan mengenai pemilu DPRD

Kab/Kota di Medan. Pada pemilu DPRD Kota Medan tahun 2014 ini diikuti 597

calon anggota DPRD Kota Medan dari seluruh daerah pemilihan46

Pemilu legislatif tahun 2014 diikuti 12 partai politik nasional dan 3 partai

politik lokal yang berasal dari Aceh. Partai politik yang ikut dalam pelaksanaan

pemilu DPRD Kota Medan 2014 yaitu Partai Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Partai

Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PPP, Partai Hanura, PBB dan

PKPI. Selain itu, pemilu DPRD Kota Medan memiliki jumlah pemilih sebanyak

1.731.891. Adapun perinciannya dapat dilihat sebagai berikut. .

46

(6)

Tabel. 3.1 Jumlah Pemilih Per Daerah Pemilihan

Daerah

Pemilihan

Jumlah Pemilih Jumlah

(Laki-Laki + Perempuan) Laki-Laki Perempuan

Dapil 1 193.781 198.241 392.022

Dapil 2 202.765 211.258 414.023

Dapil 3 144.970 152.166 297.136

Dapil 4 131.173 138.094 269.267

Dapil 5 180.812 178.631 359.443

Total 853.501 878.390 1.731.891

Sumber : Data diperoleh dari Rekapitulasi DPT Kab/Kota Pemilu Anggota DPR,DPRD,DPD Tahun 2014 Oleh KPU Medan

Dari tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa daerah pemilihan 2 kota Medan

memiliki jumlah pemilih yang paling besar, baik pemilih yang berjenis kelamin

laki-laki maupun pemilih yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah

414.023.Seluruh caleg tersebut nantinya akan memperebutkan 50 kursi untuk

seluruh daerah pemilihan pada pemilu DPRD kota Medan tahun 2014. Jumlah

alokasi kursi yang tersedia setiap daerah pemilihan sebagai berikut :

Tabel.3.2. Jumlah Kursi Per Daerah Pemilihan

Daerah Pemilihan Jumlah Kursi Total

Dapil 1 11 Kursi

(7)

Dapil 3 8 Kursi 50 Kursi

Dapil 4 8 Kursi

Dapil 5 11 Kursi

Dari tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah alokasi kursi untuk

anggota DPRD Kota Medan 2014 paling besar dimiliki daerah pemilihan 2 kota

Medan dengan jumlah 12 kursi, sedangkan yang terendah dimiliki oleh dapil 3

dan dapil 4 yang memiliki jatah 8 kursi dari 50 kursi yang tersedia untuk anggota

DPRD kota Medan 2014. Selain itu, daerah-daerah pemilihan ini memiliki

beberapa kecamatan yang tercakup di dalamnya, hal ini dapat dilihat sebagai

berikut.

Tabel 3.3 Daftar Jumlah Daerah Pemilihan Pada Pemilihan Umum Legislatif Kota

Medan Tahun 2014

No Daerah Pemilihan Kecamatan

1 Dapil 1 Medan Amplas, Medan Area, Medan

Denai, Medan Kota

2 Dapil 2 Medan Johor, Medan Maimun,

Medan Polonia, Medan Selayang,

Medan Sunggal, Medan Tuntungan

3 Dapil 3 Medan Barat, Medan Baru, Medan

Helvetia,Medan Petisah

(8)

Tembung, Medan Timur

5 Dapil 5 Medan Belawan, Medan Deli,

Medan Labuhan, Medan Marelan

Setiap daerah pemilihan tersebut memiliki jumlah 50 kursi yang tersedia

untuk anggota DPRD kota Medan tahun 2014. Pemilihan umum anggota DPRD

Kota Medan tahun 2014 sebagian besar dimenangkan oleh calon yang berjenis

kelamin laki-laki, hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.4 Daftar Anggota DPRD Kota Medan Terpilih tahun 2014 Per Daerah

Pemilihan

No Daerah pemilihan Partai Nama Anggota DPRD Kota

Medan Terpilih

1 Dapil 1 Partai PDIP Hasyim,SE (12.350

suara) &

Boydo.HK Panjaitan

(6.011 suara)

Partai Golkar H.Sabar Syamsurya

Sitepu (3.581 suara)

Partai Demokrat Ir.Parlaungan

Simangunsong (7.857

(9)

Partai Gerindra H.Ikhwan Ritonga,SE

(3.581 suara) &

Drs.Golfried Efendi

Lubis(5.790 suara)

PKS H. Asmui Lubis,S.Pdi

(3.290 suara)

PPP Zulkifli Lubis(2.668

suara)

PAN H. Ahmad

Arif,SE,MM(5.526

suara)

Partai Nasdem Deni Maulana

Lubis(4.164 suara)

Partai Hanura Hendra DS(3.291

suara)

2 Dapil 2 PDIP Drs Daniel

Pinem(7.558 suara) &

Henry John

Hutagalung(7.101

suara)

Partai Golkar H. Iswanda

(10)

Ilhamsyah,SE(7.770

suara)

Partai Demokrat Burhanuddin

Sitepu,SH(4.272 suara)

Partai Gerindra Waginto,SE(2.077

suara)

PKS H. Salman

Alfarisi,Lc.MA(5.815

suara)

PAN Kuat

Surbakti,S.Sos(5.040

suara)

Partai Nasdem Drs.Maruli Tua

Tarigan(1.670 suara)

PKPI Andi

Lumbangaol,SH(5.541

suara)

Partai Hanura Bangkit Sitepu(5.834

suara)

PPP H.Irsal

(11)

3 Dapil 3 PDIP Robby Barus(4.598 suara) &

Edward Hutabarat(4.002 suara)

Partai Demokrat Drs.Herri Zulkarnain,Msi(5.219

suara)

PKS Rajuddin Sagala(4.004 suara)

Partai Hanura Ratna Sitepu(3.893 suara)

Partai Gerindra Dame Duma Sri

Hutagalung(4.816 suara)

Partai Golkar H.Adlin Umar Yusri

Tambunan,ST(4.537 suara)

PPP Abdul Rani,SH(2.433 suara)

4 Dapil 4 PDIP Paul Mei Anton

Simanjuntak(7.812 suara) &

Drs. Wong Chun Sen(7.812

suara)

Partai Demokrat Anton Panggabean

SE,Msi(4.291 suara)

PKS H.Jumadi,S.Pdi(5.187 suara)

Partai Golkar Modesta Marpaung,SKM(3.535

suara)

PAN H.Zulkarnain Yusuf(4.066)

(12)

PPP Hj.Hamidah(2.137 suara)

5 Dapil 5 PDIP Hj.Umi Kalsum,SH(3.732

suara)

PKS Muhammad Nasir(3.098 suara)

Partai Golkar Mulia Asri Rambe(6.647 suara)

& Tengku Eswin(5.677 suara)

Partai Gerindra Surianto(6.570 suara)

Partai Demokrat Drs. Hendrik Halomoan

Sitompul,MM(3.897 suara)

PAN HT. Bahrumsyah,SH

PPP Drs.Muhammad Yusuf(3.527

suara)

Partai Hanura Landen Marbun,SH(4.111

suara)

PKPI Ibnu Abayd Dilla(3.004 suara)

& Beston Sinaga,SH,MH(4.274

suara)

TOTAL 50 ORANG

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Dari tabel 3.4 diatas dapat dilihat bahwa anggota legislatif yang

memperoleh suara paling tinggi mewakili dapilnya yaitu untuk dapil 1 Hasyim,SE

(13)

dimenangkan oleh H.Iswanda Nanda Ramli dari partai Golkar dengan jumlah

perolehan suara 8.943 suara, dapil 3 Drs.Herri Zulkarnaen,Msi dari partai

Demokrat dengan 5.219 suara, dapil 4 dimenangkan oleh 2 caleg dari partai PDIP

yaitu Paul.M.A.Simanjuntak & Drs. Wong Chun Sen dengan jumlah perolehan

suara yang sama yaitu sebesar 7.812 suara, dan terakhir dapil 5 dari partai Golkar

dengan nama Mulia Asri Rambe dengan jumlah 6.647 suara.

3.1.1 Keterwakilan Perempuan Pada Pemilu Anggota DPRD Kota Medan 2014

Keterwakilan perempuan merupakan salah satu hal yang paling disoroti

dalam pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia beberapa periode terakhir. Hal

ini dikarenakan perwakilan perempuan di lembaga legislatif masih sangat minim,

selain untuk meningkatkan kesetaraan gender di parlemen, anggota legislatif perempuan sangat dibutuhkan mengingat saat ini semakin banyak kasus-kasus

yang melibatkan perempuan, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

kasus pelecehan seksual,dsb.

Kasus-kasus tersebut seharusnya menjadi pembahasan yang penting di

lembaga legislatif, dan pembahasan ini tentunya juga harus melibatkan perempuan

secara aktif dalam proses pembuatan dan pengambilan. Oleh karena itu,

caleg-caleg perempuan seharusnya banyak yang terpilih untuk duduk di lembaga

legislatif agar permasalahan-permasalahan tadi dapat diselesaikan dengan cepat

dan tepat. Akan tetapi, hal tersebut tampaknya masih sangat sulit, seperti pada

pemilu anggota DPRD kota Medan tahun 2014, caleg perempuan masih sangat

(14)

Kurangnya caleg perempuan yang lolos dalam pemilu legislatif DPRD

kota Medan tahun 2014 disebabkan karena ada 2 dapil yang tidak berhasil

meloloskan satupun caleg perempuan, seperti di dapil 1 dan 2 kota Medan, dalam

penulisan skripsi ini akan dibahas khusus pada daerah pemilih 2 kota Medan.

3.1.2 Hasil Pemilihan Umum Anggota DPRD Kota Medan Tahun 2014 Di

Daerah Pemilihan 2 Kota Medan

Daerah pemilihan kota Medan 2 merupakan dapil yang memiliki jumlah

kecamatan paling banyak yaitu terdapat 6 kecamatan, diantaranya kecamatan

Medan Polonia, kecamatan Medan Johor, kecamatan Medan Maimun, kecamatan

Medan Selayang, kecamatan Medan Sunggal, dan kecamatan Medan Tuntungan.

Selain itu, daerah pemilihan 2 merupakan dapil yang memiliki jumlah pemilih

yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan dapil lainnya. Hal ini bukan

berarti dapat memudahkan caleg perempuan dalam mendapatkan jatah kursi untuk

duduk di lembaga parlemen. Hal ini seperti yang terjadi pada pemilu anggota

DPRD kota Medan 2014 khususnya pada dapil 2 kota Medan beberapa waktu

yang lalu dimana tidak satupun caleg perempuan yang berhasil maju menjadi

anggota DPRD kota Medan.

Padahal setiap partai politik peserta pemilu tahun 2014 sudah memenuhi

kuota 30% pencalonan perempuan, hal ini terbukti mulai dari partai Nasdem yang

persentase keterwakilan perempuannya untuk dijadikan calon anggota DPRD di

dapil 2 sebesar 36,36% (4 calon perempuan), partai PKB 33,33% (4 calon

(15)

Golkar 41,67 (5 calon perempuan), partai Gerindra 33,33% (3 calon perempuan),

PAN 33,33% (4 calon perempuan), PPP 33,33% (4 calon perempuan), partai

Hanura 33,33% (4 calon perempuan), PBB 33,33% (4 calon perempuan), dan

PKPI sebanyak 33,33% (4 calon perempuan) keterwakilan perempuan. Adapun

calon perempuan anggota DPRD kota Medan 2014 dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 3.5 Daftar Calon Legislatif Perempuan Pada Pemilu Anggota DPRD Kota

Medan 2014 Per Partai Politik

No Partai Nama Calon

1 Nasdem 1. Soraya Siahaan

2. Tri Suci Wulandari

3. Irafaradina Siahaan

2 PKS 1. Siti Fatimah,S.Ag

2. Ismah Sya’diah,S.Si

3. Rini Anggraini,SS

4. Qomaria Suri,S.Pdi

3 PKB 1. Litna Susanti,SH

2. Agustina Muliati

3. Norlita Br Sembiring

4. Yunita Tarigan,SE

4 PDIP 1. Susan

2. Riana,SH,MH

(16)

4. Imelda Syafriani Situmeang,SH

5 GOLKAR 1. Roslina Zega,S.Ag

2. Yulizar

3. Susi Merry Junita Sinaga,SS

4. Vonny Iriany S.Pelawi,S.Psi

5. Dra.Hj.Christina Winarsih

6 PPP 1. Hj.Meidy Arfah

2. Anita,Shi

3. RinaSuryana Nasution, SH,M.Hum

4. Ria Mahyuni

7 GERINDRA 1. Mastiur Br Pngaribuan,SKM

2. R. Roro Nenny M.ST

3. Endang Sriasih

8 PAN 1. Hariyani

2. Dra.Dian Wahyuni

3. Noni Risnawell,SE

4. Arni Irawati,S.Pd.I

9 Hanura 1. Dewi Astuty Sinulingga

2. Nurhayati Simamora,S.Sos,M.Si

3. Nurul Fauzy Siregar

4. Rita Hayati,SE

(17)

2. Rosmita Anwar

3. Ayu Syahfitri

4. Sri Wahyuni Lubis

11 PKPI 1. Dra.Pinondang Nababan,MM

2. Erisda Simangunsong,SH,M.Kn

3. Juniar, SE

4. Henny Simarmata,S.Psi

Sumber : Komisi Pemilihan Umum Kota Medan

Dari 36 caleg perempuan di atas tidak satupun ada yang berhasil menjadi

anggota DPRD kota Medan periode 2014 -2019. Upaya pemerintah sampai saat

ini sudah cukup baik dalam usaha meningkatkan keterwakilan perempuan di

parlemen, akan tetapi sekarang yang menjadi permasalahan bukan satu-satunya

terletak pada kebijakan yang diciptakan pemerintah, tetapi ada hal yang lebih

mendasar dalam melihat permasalahan kurangnya perwakilan perempuan di kursi

DPRD kota Medan khusunya untuk dapil 2, yaitu terletak pada pemilih

(perempuan) itu sendiri. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu

Asmawati dalam wawancara yang dilakukan beberapa waktu yang lalu, ia

berpendapat bahwa :

(18)

perempuan ini sekarang meningkatkan kesempatan, sdm,dan memanfaatkan kesempatan tersebut.47

Dari kutipan wawancara dengan salah satu pemilih (perempuan) tersebut

dapat dimaknai bahwasannya responden tersebut menyadari bahwa pemilih

(perempuan) harus lebih memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan

pemerintah kepada kaum perempuan, tentunya hal ini mengasumsikan

bahwasannya sebanyak apapun produk kebijakan yang akan diciptakan

pemerintah namun pemilih (perempuan) masih enggan untuk memilih calon

legislatif perempuan, tentunya sampai kapanpun kuota 30% keterwakilan

perempuan di lembaga legislatif tidak akan terpenuhi.

Oleh karena itu, bukan hanya sekedar kebijakan pemerintah yang harus

selalu menjadi fokus permasalahan, melainkan perilaku pemilih (perempuan) itu

sendiri menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dipahami dalam rangka

memahami perilaku perempuan dalam menentukan pilihan politiknya seperti yang

akan menjadi pembahasan utama dalam penulisan skripsi ini.

3.2 Perilaku Perempuandalam Menentukan Pilihan Politik Pada Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan 2014 di Daerah Pemilihan 2 Kota Medan

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang khususnya

perempuan dalam menentukan pilihan politiknya, pertimbangan dan

47

(19)

penilaian pribadi selalu dimiliki setiap pemilih sebelum menentukan pilihan

politiknya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut bisa sama dan bisa berbeda

setiap orangnya, tergantung dari motivasi,kepentingan, dan hal-hal lain yang

daapat mempengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya

Seperti halnya pada pemilihan anggota DPRD kota Medan tahun 2014,

dimana para pemilih memiliki banyak pertimbangan dan penilaian-penilaian

terhadap calon anggota DPRD kota Medan 2014, hal ini dikarenakan pada pemilu

yang lalu, pemilih dianggap sudah benar-benar mempersiapkan dengan “matang”

siapa yang akan dipilih untuk menjadi anggota DPRD kota Medan 2014-2019.

Hal ini merupakan implikasi dari sistem pemilu yang menerapkan sistem daftar

terbuka dengan sistem suara terbanyak untuk pemilu legislatif 2014.

Salah satu dampak positif dari sistem pemilu tersebut yaitu pemilih

benar-benar diperkenalkan dengan caleg-caleg dari dapilnya yang mendapat jatah

kampanye lebih panjang. Sistem ini berdampak positif tentunya bagi pemilih agar

mempersiapkan pilihannya dengan mencari informasi siapa caleg yang akan

dipilihnya nanti, sehingga istilah “membeli kucing dalam karung” yang biasanya

istilah ini sering disebutkan pada pemilu legislatif yang sebelumnya tidak akan

dirasakan oleh pemilih.

Dibalik dampak positif dari sistem pemilu daftar terbuka dengan sistem

penghitungan dengan suara terbanyak terdapat sebuah tantangan untuk seluruh

calon legislatif, tidak hanya bagi caleg laki-laki, akan tetapi juga bagi caleg

(20)

sama untuk memperoleh dukungan massa, didukung dengan jadwal masa

kampanye yang cukup panjang mengharuskan para caleg untuk secara agresif

berusaha untuk menarik perhatian konsituen dengan cara turun langsung dan

bersosialisasi serta berinteraksi dengan konsituennya. Karena adanya kesempatan

yang sama tersebut seharusnya para caleg perempuan dapat memanfaatkan dengan

baik kesempatan ini untuk memperoleh dukungan massa khususnya kelompok

massa perempuan yang merupakan basis kelompok pendukung terbesar di

Indonesia.

Sama halnya seperti di dapil 2 kota Medan, para caleg perempuan tentunya

memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memperoleh dukungan pada

pemilihan anggota DPRD kota Medan 2014. Kesempatan besar tersebut

dibuktikan dengan besarnya jumlah pemilih perempuan yang melebihi jumlah

laki-laki di dapil tersebut, bahkan juga melebihi jumlah pemilih perempuan dari

dapil lainnya di Kota Medan (dapil 1,3,4,dan dapil 5). Akan tetapi,besarnya

jumlah pemilih perempuan tersebut bukan berarti akan memudahkan jalan bagi

para calon anggota DPRD kota Medan di dapil 2 tersebut, karena pada

kenyataannya hasil dari pemilu anggota DPRD kota Medan tahun 2014 yang lalu

menunjukkan bahwasannya untuk daerah pemilihan 2 kota Medan tidak ada

satupun perempuan menjadi anggota DPRD kota Medan.

Kegagalan caleg perempuan dari dapil 2 tersebut semakin menguatkan

asumsi bahwa masih terdapat keraguan bagi pemilih khususnya pemilih

(21)

urusan “kualitas” figur calon saja, melainkan keraguan tersebut ada dikarenakan

banyaknya pertimbangan-pertimbangan dan penilaian-penilaian yang sudah

semakin rasional dan cerdas dari pemilih (perempuan) saat ini, ini berkaitan

dengan perilaku dari pemilih (perempuan) dalam menentukan pilihan politiknya

yang merupakan bagian terpenting untuk menganalisis pertimbangan pemilih

(perempuan) tersebut.

Pada pemilu anggota DPRD kota Medan 2014 pemilih (perempuan) di

dapil 2 dalam menentukan pilihan politiknya sudah semakin cerdas dan mandiri,

karena sudah mampu untuk memiliki penilaian tersendiri yang sesuai dengan

suara hati mereka, bahkan 6 dari 8 responden yang telah diwawancarai

menyatakan bahwa anggota DPRD kota Medan yang mereka pilih bukan karena

pengaruh dari siapapun, pilihan tersebut mutlak karena diri sendiri, seperti yang

diungkapkan Sarah pada saat wawancara, ia mengatakan :

Ayah tidak mempengaruhi pilihan politik saya, keluarga kami sangat demokratis, pilihan kami berbeda-beda, karena memang referensi untuk mengenal caleg yang mau dipilih sudah banyak, seperti dari media televisi,media cetak, dan yang paling mudah tentunya dari media sosial yang bisa dilihat kapanpun melalui gadget.48

Pernyataan Sarah tersebut tidak berbeda dengan yang diungkapkan oleh

Ibu Asmawati yang merupakan warga kecamatan Medan Tuntungan, ia

mengatakan:

48

(22)

“Tidak,pilihan saya tidak dipengaruhi oleh apapun dan siapapun. Saya dan perempuan di Tuntungan ini sudah sangat demokratis, dan partisipatif, sehingga kami mempunyai pilihan sendiri”.49

Selain itu, Ibu Saminam juga sependapat akan hal ini, dalam wawancara ia

mengatakan:

“Kalau di keluarga saya, pilihan suami tidak mempengaruhi pilihan saya dan anak-anak. Masing-masing punya pilihan tersendiri”.50

Terakhir, pendapat yang sama juga diungkapkan Rianti dalam wawancara

ia mengatakan:

“Suami tidak mempengaruhi pilihan politik saya, karena sekarang media sosial sudah banyak, jadi bisa menentukan pilihan sendiri dengan penilaian masing-masing, jadi perempuan bisa lebih maju dengan adanya berita di televisi ataupun radio”.51

Dari apa yang dikemukakan beberapa informan di atas (Sarah, Asmawati,

Saminam, dan Rianti) terlihat jelas bahwasannya perempuan sebagai pemilih

sudah mampu untuk berpartisipasi secara cerdas dalam menentukan pilihanya

politiknya sendiri dengan aktif mencari informasi terkait calon-calon yang akan

dipilih pada pemilu anggota DPRD kota Medan 2014. Prinsip bebas dan rahasia

yang diusung dalam pemilu sudah dapat dikatakan terwujud, meskipun tidak

semua mewujudkan prinsip ini, paling tidak dari sejumlah responden yang

diwawancarai, hanya sedikit saja pemilih (perempuan) yang pilihannya masih

dipengaruhi Ayah dan atau seorang suami. Hal ini tentunya sangat bagus karena

49

Hasil wawancara dengan Asmawati, Ibid. 50

Hasil wawancara dengan Saminam, 21 Februari 2015 di kantor Camat Medan Sunggal.

51

(23)

saat ini pemilih (perempuan) di dapil 2 ini sudah “melek” politik dan paham akan

pentingnya makna kebebasan dalam menentukan pilihan yang tidak bisa di

pengaruhi ataupun diintimidai oleh apapun dan siapapun.

Pemilih (perempuan) yang sudah semakin partisipatif akan berusaha

menentukan pilihannya dengan banyak pertimbangan yang pada akhirnya pada

proses mempertimbangkan calon yang terbaik disitulah perilaku pemilih

(perempuan) banyak dipengaruhi oleh banyak hal sebelum pada akhirnya

menentukan pilihan politiknya.

Pilihan politik perempuan di dapil 2 kota Medan pada pemilu anggota

DPRD kota Medan tahun 2014 yang lalu secara umum dapat dipengaruhi oleh

bnyak faktor yang dapat dilihat dengan melalui 3 pendekatan, yaitu pendekatan

sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional (rational choice). (1) Dilihat dari pendekatan sosiologis, pendekatan ini melihat latar belakang seseorang atau sekelompok orang atas dasar jenis kelamin, kelas sosial,

ras, etnik, agama, pekerjaan, bahkan daerah asal menjadi variabel yang

mempengaruhi terhadap keputusannya untuk memberikan suara pada saat

pemilihan52

Pendekatan sosiologis juga menekankan pentingnya lingkungan sosial,

lingkungan sosial memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi

nilai-nilai dan norma dalam masyarakat, serta memberikan pengalaman hidup .

53

52

T.Irmayani. Loc.cit.

.

Lingkungan sosial tersebut seperti lingkungan keluarga, dimana didalam keluarga

53

(24)

terjalin komunikasi dan interaksi yang lebih intim, karena keluarga yang dipimpin

oleh seorang Ayah/Suami memiliki aturan tersendiri, sehingga akan membentuk

perilaku bersama di dalam sebuah keluarga.

Hal tersebut seperti yang dijelaskan David Apter yang menguraikan

tentang pengaruh dari keluarga terhadap anak dalam memilih yaitu adanya

kesamaan pilihan seorang anak dengan pilihan orang tuanya. Adanya kesejajaran

atau kesamaan pilihan antara orang tua dengan anaknya merupakan suaru yang

wajar, sebab pada lembaga keluarga itulah seseorang pertama kali mempunyai

akses pembentukan identitas diri, mempelajari nilai-nilai lingkungan dan sosial

mereka, termasuk peran politiknya.54

Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya, pilihan politik pemilih

(perempuan) di dapil 2 kota Medan ditinjau dari pendekatan sosiologis faktor

keluarga yang dalam hal ini diperankan oleh Ayah masih berpengaruh tehadap

pilihan politik pemilih. Meskipun tidak banyak responden dalam penelitian ini

yang menganggap Ayah/Suami yang merupakan sosok pemimpin dalam sebuah

keluarga, sudah tidak lagi bisa mempengaruhi pilihan politik anggota

keluarganya. Adapun reponden yang dipengaruhi oleh faktor keluarga (Ayah)

dalam menentukan pilihnnya yaitu Silvia yang merupakan seorang mahasiswi, ia

mengungkapkan dalam wawancara sebagai berikut.

54

Indar Melani. 2014. Perilaku Pemilih Pemula Di Kecamatan Duampanua Pada Pemilukada Kabupaten Pinrang Tahun 2013. Makassar: Program Studi Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik-Pemerintahan

(25)

“Ayah saya mempengaruhi pilihan politik kami sekeluarga, karena apa yang dipilih Ayah memang biasanya kami ikuti.”55

Kutipan wawancara dengan Silvia tersebut dapat dimaknai bahwasannya

sosok Ayah yang merupakan kepala kelurga masih sangat dominan posisinya,

termasuk dalam mempengaruhi pilihan politik anggota keluarganya. Pada kutipan

wawancara ini juga mendeskirpsikan bahwa di dalam lingkungan keluarga

terdapat norma-norma dan nilai-nilai yang biasanya dibentuk oleh kepala keluarga

(ayah/suami) untuk diikuti oleh anggota keluarganya.

Selanjutnya, berdasarkan pendekatan sosiologis faktor yang

mempengaruhi pilihan politik pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan yaitu

adanya faktor Agama. Faktor agama ini sebenarnya berhubungan dengan faktor

keluarga dan lingkungan sosial secara lebih luas.

Hal ini sejalan dalam pendekatan sosiologis yang melihat hubungan antara

predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilh. Menurut Pomper

predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilih mempunyai hubungan

yang berkaitan dengan perilaku memilih seseorang. Misalnya,

preferensi-preferensi politik keluarga, apakah preferensi-preferensi politik Ayah, atau preferensi-preferensi politik

ibu akan berpengaruh pada preferensi politik anak. Predisposisi sosial ekonomi

bisa berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik

demografi,dsb.56

55

Hasil wawancara dengan Silvia. 25 Februari 2015 di kecamatan Medan Maimun.

56

(26)

Faktor agama masih dapat mempengaruhi pilihan politik perempuan,

meskipun tidak semua pemilih di dapil 2 sependapat dengan hal ini, akan tetapi

secara sadar ataupun tidak faktor agama selalu menjadi pertimbangan dalam

menentukan pilihan politik seperti yang diungkapkan Silvia dalam pertanyaan

wawancara lainnya yaitu:

“Yang saya lihat tentunya agamanya, urusan yang saya pilih nantinya tidak memenuhi janjinya itu sudah tanggung jawabnya sama Tuhan.”57

Selanjutnya terdapat informan bernama Sarah yang juga bependapat

bahwa “meskipun faktor utama yang mempengaruhi pilihan politik saya adalah

kualitasnya, akan tetapi jika memang kualitas calegnya sama saja kualitasnya

pertimbangan selanjutnya adalah dengan melihat agamanya”58

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan pada bagian pendekatan

sosiologis ini memang mendeskripsikan bahwasannya meskipun tidak terlalu

dominan dalam mempengaruhi pilihan politik perempuan di dapil 2 kota Medan,

akan tetapi pendekatan sosiologis masih berpengaruh bagi sebagian pemilih

(perempuan), khususnya dari indikator yang mempengaruhi pilihan seseorang . Berdasarkan apa

yng diungkapkan kedua informan tersebut maka dapat dilihat bahwasannya faktor

agama masih mempengaruhi pilihan politik pemilih (perempuan), meskipun tidak

banyak informan yang menjadikan agama sebagai pertimbangan utama, akan

tetapi faktor agama menjadi pelengkap dan nilai tambah untuk menilai seorang

calon yang akan dipilih.

57

Hasil wawancara dengan Silvia. Loc.cit. 58

(27)

dalam pemilihan umum menurut pendekatan sosiologis seperti faktor keluarga

dan faktor agama merupakan 2 hal yang masih erat kaitannya bagi perilaku

pemilih (perempuan).

Selain itu dalam (2) Pendekatan psikologis ; menekankan pentingnya sikap

dan sosialisasi sebagai aspek yang saling sebenarnya saling berkaitan untuk

menjelaskan mengenai perilaku pemilih. Hal ini dikarenakan adanya sosialisasi

akan mempengaruhi sikap dan preferensi politik pemilih. Pendekatan psikologis

menurut Richard Rose dan Ian Mc.Allicer, yaitu ikatan emosional pada satu

parpol, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat.59

Berdasarkan pendekatan psikologis, orientasi terhadap kandidat menjadi

faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan.

Figur caleg yang mampu menginspirasi dan figur caleg yang bersih dari segala isu

negatif seperti kasus korupsi, dll, merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku

pemilih (perempuan) secara psikologis. Faktor kandidat yang menginspirasi dapat

mempengaruhi sikap pemilih (perempuan).60

59

Indar Melani. Op.cit. hal. 84.

Sikap merupakan fungsi penyesuaian

diri, artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk

sama atau tidak dengan tokoh yang disegani atau kelompok panutan. Hal ini dapat

dimaknai bahwasannya figur caleg yang menginspirasi dapat menimbulkan sikap

untuk menyamakan diri yang dilakukan pemilih untuk meniru figur yang

menginspirasinya tersebut, sehingga membentuk ikatan emosional dalam diri

60

(28)

pemilih. Figur caleg yang menginspirasi juga diungkapkan informan pada saat

wawancara seperti berikut.

Pernyataan ini diungkapkan Nani Rianti dalam wawancaara sebagai

berikut.

“Yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih anggota legislatif khususnya anggota DPRD kota Medan tahun 2014 yaitu karena figur kandidatnya yang menginspirasi, dan juga memihak kepada masyarakat”.61

Pernyataan yang diungkapkan Nani rianti tersebut semakin memperjelas

bahwasannya figur calon anggota DPRD kota Medan yang dapat menginspirasi

dirinya akan mempengaruhi dirinya secara psikologis dalam menentukan pilihan

pada pemilihan umum anggota legislatif DPRD kota Medan tahun 2014. Pilihan

pada figur yang dapat menginspirasi menunjukkan bahwa pemilih (perempuan)

memilih figur dengan melihat adanya kesamaan emosional atau adanya ikatan

emosional antara si pemilih (perempuan) dengan kandidat yang akan dipilihnya,

akan tetapi memang faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih berdasarkan

pendekatan psikologis ini tidak banyak pemilih (perempuan) yang diwakili

informan-informan menunjukkan perilaku ini.

Terakhir, (3) pendekatan pemilih rasional; Berkaitan dengan pendekatan

psikologis tadi, pendekatan pemilih rasional menganggap dalam menentukan

pilihannya, pemilih memiliki pertimbangan apa yang menjadi

keuntungan/kerugian apabila ia memutuskan untuk memilih partai ataupun

61

(29)

kandidat tertentu. Menurut penulis antara pendekatan psikologis dengan

pendekatan pemilih rasional saling berkaitan, dimana pada bagian pendekatan

psikologis pemilih melihat pada orientasi terhadap kandidat yang melihat kualitas

dari calon anggota DPRD kota Medan tahun 2014 berdasarkan kinerjanya yang

dinilai sudah berkontribusi langsung terhadap masyarakat, sedangkan berdasarkan

pendekatan pemilih rasional, pemilih (perempuan) juga melihat kualitas dari para

kandidat calon anggota DPRD kota Medan tahun 2014 dipandang dari segi

rasionalitas pemilih yang menganggap kualitas dari kontestan merupakan hal yang

penting, karena berharap dengan memilih kandidat yang berkualitas dan sudah tau

kinerja caleg tersebut sebelumnya, pemilih akan mengetahui apa untung/rugi nya

apabila memilih kandidat/partai tersebut.

Pada pendekatan pemilih rasional, faktor kualitas calon menjadi

pertimbangan utama, dan bahkan mayoritas dari informan yang diwawancarai

pada penelitian ini mengungkapkan bahwa mereka memilih dengan melihat

kualitas yang dimiliki figur caleg sebelum akhirnya menentukan pilihannya.

Kualitas caleg yang dimaksud adalah kelayakan seorang caleg yang dianggap

sudah memberikan kontribusi nyata yang bermanfaat kepada masyarakat, yang

artinya calon legislatif yang akan dipilih dilihat dari kinerjanya dan kiprahnya di

masyarakat, manfaat apa yang telah mereka (caleg) berikan kepada masyarakat,

Konkretnya faktor rasional yang dipilih informan dengan melihat kualitas

kandidat yang akan dipilih dilihat dari visi misi dan rekam jejak calon legislatif

(30)

dilihat dalam pernyataan Idah Bintang,SE yang diungkapkan saat wawancara

seperti berikut.

“Saya melihat dari segi kualitas figurnya. Orangnya harus punya

dedikasi ke masyarakat dan tidak boleh ada yang lagi terkena

kasus”.62

Pernyataan yang diungkapkan Idah Bintang,SE tersebut menunjukkan

perilaku pemilih yang rasional, karena sebagai pemilih memang sudah seharusnya

memilih caleg yang berkualitas dan berdedikasi kepada masyarakat. Perilaku

pemilih (perempuan) yang menginginkan kualitas tersebut cenderung memilih

caleg yang sudah berpengalaman dan kiprahnya sudah dikenal baik. Hal ini

seperti yang diungkapkan Sarah dalam wawancara seperti berikut.

Saya memilih karena melihat kualitasnya tanpa melihat suku,agama,ataupun gender nya. Kualitas yang dimaksud yaitu kinerja nyatanya yang sudah pernah dirasakan masyarakat, ngapain milih caleg yang baru kalau memang sudah ada yang terbukti kualitasnya.63

Pernyataan Sarah tersebut menunjukkan perilaku pemilih (perempuan)

yang menentukan pilihannya dipengaruhi oleh rekam jejak figur caleg, hal ini juga

menunjukkan sebagai pemilih (perempuan) juga ada kepekaan untuk memilih

caleg yang benar-benar dianggap mampu untuk menjadi anggota legisltif

khususnya DPRD kota Medan tahun 2014 dengan catatan harus memiliki rekam

jejak yang dianggap baik dengan telah berkontribusi secara positif dan telah

62

Hasil wawancara dengan Idah Bintang, 20 Januari 2015 di Kantor Camat Medan Johor. 63

(31)

memberikan manfaat bagi kepentingan masyarakat khususnya masyarakat di dapil

2 kota Medan.

Evaluasi terhadap kandidat sangat dipengaruhi oleh sejarah dan

pengalaman masa lalu kandidat, baik dalam kehidupan bernegara maupun

bermasyarakat64

“Yang menentukan pilihan para pemilih adalah sejauh mana kinerja pemerintah, partai, atau wakil-wakil mereka baik bagi dirinya sendiri atau bagi negaranya, atau justru sebaliknya”.

. Hal ini sejalan dengan pendapat V.O.Key, salah satu tokoh

penting yang menggagas pendekatn pilihan rasional, Key menyatakan:

65

Adanya perilaku untuk melihat rekam jejak kandidat yang mengevaluasi

kinerja kandidat ini menunjukkan perilaku pemilih (perempuan) yang cenderung

memilih caleg incumbent karena seperti ap yang diungkapkan Sarah sebelumnya dpat dimaknai bahwasannya apabila sudah terlihat caleg yang benar-benar

berkualitas dan juga dapat dirasakan kotribusi positfnya di masyarakat, maka

secara sadar pemilih akan memilih caleg tersebut.

Selain itu, perilaku dengan melihat rekam jejak kandidat tersebut inilah

yang melahirkan kriteria-kriteria yang mempengaruhi perilaku pemilih

(perempuan) di dapil 2 kota Medan seperti kualitas kandidat yang dilihat bukan

hanya dari rekam jejak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, melainkan juga

melihat faktor visi-misi. Visi misi penting untuk dilihat karena dari visi misi

pemilih mengetahui apa yang akan diperbuat caleg apabila terpilih. Faktor visi

64

Indar Melani. Op.cit. hal.82.

65

(32)

misi ini mempengaruhi pilihan politik perempun di dapil 2 kota Medan seperti

yang terlihat dari ungkapan Asmawati dalam wawancara sebagai berikut.

“Yang menjadi pertimbangan saya adalah kualitas,visi-misinya harus betul dilihat. Jangan memilih karena adanya hubungan kekeluargaan, kita harus melihat apakah dia itu pantas untuk dipilih,apakah dia bisa menaikkan taraf hidup kita”.66

Seperti pernyataan Asmawati tersebut, dapat dilihat bahwasannya visi misi

sangat mempengaruhi perilakunya dalam menentukan pilihan. Selain itu,

pernyataan Asmawati tersebut tersirat makna bahwasannya visi misi penting

untuk dilihat, karena pemilih harus melihat apakah caleg tersebut bisa menaikkan

taraf hidup masyarakat atau tidak. Pendapat Asmawati tersebut sangat rasional,

karena memang seharusnya sebagai pemilih harus merasakan keuntungan apabila

ia memutuskan untuk memilih seorng caleg tertentu. Kualitas, rekam jejak, dan

visi misi, semua yang diungkapkan oleh para informan tersebut pada nyatanya

menunjukkan dasar dari teori perilaku pemilih rasional itu sendiri.

Dalam konteks pilihan rasional ada analogi antara pasar (ekonomi) dan

perilaku pemilih (politik). Ketika pemilih merasa tidak mendapatkan keuntungan

dengan memilih partai atau calon yang sedang berkompetisi, maka ia tidak akan

memilih ketika pemilu dilaksanakan. Hal tersebut dilandaskan pada kalkulasi

ekonomi, apabila perhitungan biaya yang dikeluarkan lebih besar dengan apa

yang akan didapatkannya kelak maka jalan terbaik bagi pemilih tersebut adalah

66

(33)

melakukan aktivitas sehari-harinya67. Dengan kata lain, pemilih benar-benar

rasional dan sangat memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus dalam

menggunakan hak pilihnya, pertimbangan-pertimbangan tersebut berupa apa

untung dan ruginya apabila pemilih mempergunakan hak pilihnya untuk memilih

partai tertentu atau kandidat tertentu. Hal ini dikarenakan pemilih rasional

memiliki motivasi, prinsip, pegetahuan dan informasi yang cukup, tindakan

mereka bukanlah karena kebetulan atau pun.68

Berdasarkan ketiga pendekatan di atas, yaitu pendekatan sosiologis,

pendekatan psikologis, dan pendekatan pemilih rasional, penelitian ini

menunjukkan perilaku pemilih (perempuan) yang lebih cenderung mengarah pada

pendekatan pemilih rasional. Meskipun tidak terlalu dominan, akan tetapi lebih

banyak informan yang menunjukkan perilaku yang rasional. Meskipun demikian,

ketiga pendekatan ini tidak bediri secara independent, ketiganya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Selanjutnya, berdasarkan penjelasan mengenai perilaku pemilih

(perempuan) di dapil 2 kota Medan dalam menentukan pilihan politiknya pada

pemilu legisltif DPRD kota Medan tahun 2014 tersebut, maka selanjutnya terkait

dengan pilihan pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan, pemilih (perempuan)

di dapil 2 Kota Medan cenderung tidak atau hanya sedikit yang memilih caleg

perempuan. Hal ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi pemilu DPRD kota Medan

tahun 2014 yang menunjukkan tidak adanya caleg perempuan yang mendapat

67

T.Irmayani.Loc.cit. 68

(34)

kursi yang menunjukkan bahwasannya pemilih (perempuan) di dapil 2 kota

Medan cenderung tidak memilih caleg perempuan.

Alasan pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan yang cenderung tidak

memilih caleg perempuan disebabkan oleh adanya keraguan pemilih (perempuan)

terhadap kualitas dari caleg DPRD perempuan dan kurang populernya caleg

DPRD perempuan yang ada di dapil 2 kota Medan pada tahun 2014. Keraguan

pemilih (perempuan) terhadap kualitas caleg perempuan DPRD kota Medan di

dapil 2 dapat dilihat dalam pernyataan Silvia sebagai berikut.

“Tidak, karena memang di dapil ini caleg perempuannya belum ada yang buat saya yakin dan percaya dengan kualitas yang dimiliki caleg perempuan di dapil 2 ini”.69

Selain itu, pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan Sarah dalam

wawancara sebagai berikut.

“Tidak, karena saya masih meragukan kualitas dari caleg perempuan yang ada di dapil 2 ini”.70

Irawati juga menyatakan dalam wawancara seperti berikut.

“Saya tidak memilih caleg perempuan, karena kinerjanya belum nampak”.71

Berdasarkan pernyataan ketiga informan di atas (Silvia, Sarah, dan

Irawati) terlihat jelas keraguan mereka terhadap kualitas dari caleg perempuan.

69

Hasil wawancara dengan Silvia. Loc.cit 70

Hasil wawancara dengan Sarah. Loc.cit 71

(35)

Kualitas dari caleg perempuan yang dimaksud adalah kinerjanya yang tidak

terlihat oleh pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan. Perempuan masih

dianggap belum memainkan peranannya secara maksiml di parlemen, dan belum

ada anggota DPRD kota Medan yang dapat dijadikan contoh figur perempuan

yang berperan mewakili dapil 2 di parlemen.

Akan tetapi, keraguan pemilih (perempuan) tersebut bukan hanya didasari

pada kualitas caleg perempuannya saja, melainkan keraguan itu disebabkan

adanya streotipe yang sudah terbentuk sejak lama. Streotipe yang selama ini menggambarkan tentang perempuan, seperti perempuan itu lemah, banyak

memakai perasaan, tidak objektif, dan lain-lain masih sangat tertanam di dalam

diri perempuan dan menjadi mindset yang akan terus mempengaruhi perilaku perempuan.

Hal ini dapat dilihat seperti ungkapan Nani Rianti seperti berikut.

“Tidak, saya belum yakin. Karena perempuan memimpin banyak memakai perasaan,banyak pertimbangan, dan tidak objektif. Sedangkan laki-laki lebih rasional dalam memimpin”.72

Alasan yang diungkapkan Nani rianti tersebut jelas sangt dipengaruhi oleh

mindset bahwasannya perempuan itu tidak layak memimpin karena perempuan banyak menggunakan perasaan dan pertimbangan dalam memimpin, dan

perempuan juga dianggap tidak objektif dalam mengambil keputusan. Mindset

tersebut tentunya akan menguntungkan caleg laki-laki, karena mindset tersebut

72

(36)

menimbulkan ketidakpercayaan antara sesama perempuan, karena pemilih

(perempuan) sebagai perempuan merasa sangat mengetahui kemampuan

perempuan apabila menjadi pemimpin, padahal yang umumnya diketahui pemilih

(perempuan) hanyalah streotype tentang perempuan, padahal tidak semua perempuan itu lemah, hanya menggunakan perasaan,dll.

Selanjutnya, alasan lain yang diungkapkan pemilih (perempuan) yaitu

dikarenakan kurang populernya caleg perempuan yang ada di dapil 2 kota Medan,

hal ini diungkapkan Asmawati seperti berikut.

Saya tidak memilih caleg perempuan. Karena caleg perempuan di dapil 2 ini kurang begitu dikenal. Caleg perempuan ini masih harus lebih bersosialisasi agar lebih populer, masih harus lebih diperbaiki lagi kualitasnya, taulah perempuan ini sebenarnya kan lemah, meskipun tidak selemah yang dibayangkan orang. Tidak memilih caleg perempuan bukan berarti kepentingan perempuan tidak akan dipedulikan, para anggota legislatif laki-laki kan juga perhatian sama kepentingan perempuan. Perempuan harus lebih berkomitmen dengan visi dan misinya. Kalaupun kami memilih perempuan tapi tidak seluruhnya memilih perempuan, suaranya sedikit juga dan tidak akan terpilih juga, sayang suaranya.73

Pernyataan Asmawati tersebut sangat kompleks, popularitas caleg

perempuan yang kurang menjadikan pemilih (perempuan) lebih memilih caleg

laki-laki. Kurang populernya caleg perempuan mengakibatkan pemilih

(perempuan) tidak mengenal dan tidak mengetahui bagaimana figur caleg

perempuan tersebut. Popularitas yang kurang ini disebabkan karena kurangnya

73

(37)

sosialisasi caleg perempuan kepada masyarakat. Sosialisasi ini jangan hanya

dilakukan pada masa ampanye saja, melainkan caleg perempuan ini memang

sudah harus banyak berbuat di masyarakat, sehingga caleg perempuan terkenal

karena memang kontibusinya yang sudah dirasakan masyarakat, bukan karena

mengejar popularitas pada saat kampanye karena keinginan untuk dipilih rakyat.

Selain itu, pernyataan Asmawati di atas juga menunjukkan bahwasannya ia

sebagai pemilh (perempuan) tidak memperdulikan caleg perempuan ataupun

laki-laki. Rasionalitas yang dimilki benar-benar melihat kualitas yang dimilki seorang

kandidat, karena sebagai pemilih hanya mengharapkan hasil kinerja para angota

legislatif nantinya yang menguntungkan masyarakat.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan alasn pemilih (perempuan) di dapil 2

kota Medan tidak atau hanya sedikit yang memilih caleg perempuan dikarenakan

pemilih (perempuan) melihat masih kurangnya kualitas caleg perempuan, dan

kurangnya popularitas caleg perempuan tersebut. Akan tetapi, alasan pemilih

(perempuan) tersebut masih menunjukkan adanya pengaruh dari isu gender yang

sudah tertanam menjadi mindset bagi pemilih (perempuan), meskipun demikian tidak banyak yang menunjukkan perilaku ini, karena rasionlitas pemilih yang

sudah baik (seperti yang dijelaskan pada bagian 3.2) membuat perilaku pemilih

(perempuan) di dapil 2 dalam menentukan pilihannya pada pemilu legislatif

DPRD kota Medan pada tahun 2014 lebih dipengaruhi oleh harapan untuk

memiliki anggota DPRD yang berkualitas, dan berbuat yang terbaik untuk dapil 2

(38)

Secara keseluruhan, kualitas, popularitas, dan apapun itu kekurangan dari

caleg perempuan tidak mutlak menjadi satu-satunya alasan pemilih (perempuan)

tidak/belum mau memilih caleg perempuan, karena kemauan dan keinginan dari

pemilih perempuan untuk mencoba mempercayai caleg perempuan. Karena pada

dasarnya caleg perempuan di dapil 2 kota Medan merupakan figur yang masih

dianggap baru dan masih kurang populer di masyarakat, akan tetapi jika sesama

perempuan saja tidak percaya dengak caleg perempuan bagaimana mungkin cleg

perempuan bisa berbicara banyak pada pemilu legislatif, mengingat basis suara

terbesar masih dimiliki oleh kaum perempuan. Akan tetapi, hal ini tentu harus

sejalan dengn perbaikan dari kulitas caleg perempuan juga, selain itu juga caleg

perempuan harus sering bersosialisasi dan memperlihatkan kinerja nyatanya yang

dapat berguna bagi masyarakat banyak.

Oleh karerna itu, konkretnya caleg perempuan akan dipilih konsituennya

apabila memiliki dan memperlihatkan kualitasnya secara jujur tanpa dibuat-buat

(pencitraan) agar pemilih (perempuan) dapat mempercayai kualitas yang dimiliki

caleg perempuan, akan tetapi pemilih (perempuan) juga harus menyadari bahwa

mereka (perempuan) sangat membutuhkan perwakilan perempuan di parlemen,

oleh karenanya pemilih (perempuan) harus mulai mencoba dan percaya kepada

caleg perempuan, agar caleg perempuan yang terpilih dapat membuktikan

kinerjanya. Pentingnya perwakilan kaum perempuan ini dikarenkan tidak semua

(39)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Alasan pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan tidak atau hanya

sedikit yang memilih caleg perempuan dikarenakan para pemilih

(perempuan) masih meragukan kualitas dari caleg perempuan yang ada

di dapil 2 kota Medan khususnya pada tingkat DPRD kab/kota dan

kurangnya popularitas dari caleg perempuan sehingga pemilih

(perempuan) tidak mengetahui figur dan rekam jejak caleg perempuan

tersebut.

2. Pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan secara sadar ataupun tidak

menunjukkan kecenderungan untuk memilih caleg incumbent, hal ini dibuktikan dari banyaknya informan yang cenderung memilih caleg

yang sudah terlihat kinerjanya sebagai anggota DPRD, karena pemilih

(perempuan) banyak yang melihat kualitas caleg berdasarkan

kontribusi yang pernah caleg tersebut lakukan di masyarakat, dan

pemilih (perempuan) masih meragukan kualitas caleg yang menurut

pemilih masih “baru”, padahal belum tentu caleg yang “baru” tersebut

(40)

3. Dapat disimpulkan bahwasannya pemilih (perempuan) di dapil 2 kota

Medan sudah rasional, karena pemilih (perempuan) sudah mampu

menentukan pilihan politiknya secara mandiri tanpa dipengaruhi oleh

suami, ayah, ataupun kelompok-kelompok sosial tertentu. Rasioalitas

pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan juga dapat dilihat dari

kriteria-kriteria yang diinginkan terhadap seorang caleg yang akan

dipilih seperti kualitas caleg yang dilihat dari visi-misi ataupun rekam

jejak caleg tersebut. Kritera-kriteria tersebut menunjukkan perilaku

pemilih (perempuan) yang sudah rasional, karena kualitas yang

diharapkan diaharapkan akan mampu menguntungkan masyarakat.

B. Saran

Adapun saran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan harus diberikan

pendidikan politik agar pilihan mereka lebih terarah dan mereka lebih

mengetahui pentingnya memilih caleg perempuan.

2. Untuk caleg perempuan, khususnya pada tingkat DPRD di dapil2 kota

Medan, harus lebih memperbaiki kualitasnya dan yang paling penting

adalah caleg perempuan harus lebih bersosialisasi langsung kepada

masyarakat agar para pemilih mengetahui kualitas yang dimiliki para

(41)

BAB II

PROFIL DAERAH PEMILIHAN 2 KOTA MEDAN

Pada bab ini akan mendeskirpsikan profil kecamatan-kecamatan yang ada

di dapil 2 kota Medan yang meliputi kecamatan Medan Polonia, Kecamatan

Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Johor,

Kecamatan Medan Maimun, dan Kecamatan Medan Tuntungan. Profil kecamatan

yang dimaksud yaitu gambaran umum kecamatan yang terdiri dari sejarah

kecamatan, letak dan geografis, kependudukan, dan pemerintahan

2.1 Kecamatan Medan Selayang

A. Sejarah Kecamatan Medan Selayang

Sebelum menjadi kecamatan defenitif, Kecamatan Selayang terlebih

dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Kepala

Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor: 138/402/K/1991 tentang Penetapan dan

Perubahan 10 Perwakilan Kecamatan yang merupakan pemekaran wilayah

Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan dengan nama

“Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” dengan 5 kelurahan. Dan kantor masih

menyewa bangunan rumah berukuran 6 x 12 m di Jalan Bunga Cempaka Kelurahn

Padang Bulan Selayang II. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No.50 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di

(42)

Perwakilan Kecamatan Medan Selayang menjadi kecamatan defenitif yaitu

Kecamatan Medan Selayang.

B. Letak dan Geografis Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Selyang berbatasan langsung dengan Kecamatan

Medan Tuntungan di sebelah selatan, Kecamatan Medan Sunggal di sebelah utara,

Kecamatan Medan Baru dan Medan Polonia di sebelah timur, dan Kabupaten Deli

Serdang di sebelah barat. Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu

Kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 23,79 km2. Dilihat dari

luas wilayahnya, Kelurahan PB Selayang II memiliki luas wilayah yang terluas

yaitu sebesar 7,00 km2 dari 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Selayang,

sedangkan kelurahan Beringin mempunyai lus terkecil yakni 0,79 km2.

C. Kependudukan

Karakteristik penduduk secara jenis kelamin di Kecamatan Medan

Selayang ini mayoritas dihuni oleh kaum perempuan. Untuk lebih terperinci,

(43)
[image:43.595.145.550.177.522.2]

Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang Menurut Jenis

Kelamin

No Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa) Laki-Laki Perempuan

1 Sempakata 5.292 5.977 11.269

2 Beringin 3.969 4.588 8.557

3 PB Selayang II 10.622 10.851 21.473

4 PB Selayang I 5.172 5.369 10.541

5 Tanjung Sari 16.488 16.773 33.261

6 Asam Kumbang 7.982 7.974 15.956

Jumlah 49.525 51.532 101.057

Sumber : BPS Kota Medan,penduduk keadaan Desember 2013

Berdasarkan tabel 1.5 di atas dapat dilihat bahwasannya penduduk

perempuan yang paling banyak berada di kelurahan Tanjung Sari, sedangkan

keurahan Beringin memiliki jumlah penduduk perempuan yang paling sedikit.

Sedangkan dari segi agama, mayoritas penduduk Kecamatan Medan Selayang

(44)

Tabel 1.6 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang Menurut

Agama

Kecamatan/Kelurahan Islam Krist

En

Katholik Hindu Budha Kon

gfu

chu

Aliran

Keper

caya

an

Medan

Selayang

Asam

Kumbang

17.609 2.940 474 288 1.100 - 1

Tanjung Sari 27.501 10.371 1.883 277 162 - 6

PB Selayang

II

15.486 10.203 1.706 443 103 - -

Beringin 3.325 5.301 1.152 8 1 - -

PB Selayang I 7.776 4.479 634 216 30 - -

Sempakata 4.300 7.108 1.516 1 7 - -

Jumlah Selayang 75.997 40.402 7.365 1.233 1.403 - 7

(45)
[image:45.595.53.587.387.754.2]

Tabel 1.6 di atas menunjukkan agama Islam mendominasi di kecamatan

Medan Selayang, diikuti agama Kristen, Hindu, Budha, Kongfuchu, dan aliran

kepercayaan.

D. Pemerintahan

Kecamatan Medan Selayang yang dipimpin oleh seorang camat,

saat ini terdiri 6 kelurahan yang terbagi atas 63 lingkungan, 69 RW, 208

RT dan 241 blok sensus. Untuk struktur organisasi pemerintahannya

dapat dilihat sebagai berikut.

STRUKTUR ORGNISASI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

CAMAT SUTAN TOLANG LUBIS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKCAM

(46)

2.2 Kecamatan Medan Johor

A. Sejarah Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari Kecamatan yang berada

di Wilayah Kota Medan berad pada ketinggian 12 M dari permukaan laut, yang

sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan

Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan

Johor ke Wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22

Tahun 1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya ±3.228 Ha dan terdiri dari 10

Kelurahan.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Sumatera Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor : 140/4078/K/1978 tentang

Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, yang salah satu diantaranya

terdapat di Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian jumlah Kelurahan yang

tadinya hanya 10 maka setelah keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di

Kecamatan Medan Johor menjadi 11 Kelurahan.

Terakhir dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun

1991, Kecamatan Medan Johor mengalami pemekaran sehingga jumlah kelurahan

menjadi 6 kelurahan, yaitu : Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning,

Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kelurahan Gedung

Johor dan Kelurahan Kwala Bekala.

(47)

B. Letak & Geografis Kecamatan Medan Johor

Medan johor mempunyai luas sekitar 16,96 km2 dimana Kecamatan

Medan Johor berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Polonia di sebelah

utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah selatan, Kecamatan Medan Amplas di

sebelah timur, dan Kecamatan Medan Tuntungan di sebelah Barat.38

C. Kependudukan

Kecamatan Medan Johor memiliki penduduk yang berjumlah 126.667

jiwa. Jumlah penduduk paling banyak berada di Kelurahan Kwala Bekala yaitu

sebanyak 33.230 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di

Kelurahan Kedai Durian dengan jumlah 6.788 jiwa. Sedangkan untuk komposisi

penduduk berdasarkan jenis kelamin, dari total 126.667 jiwa penduduk

Kecamatan Medan Johor terdapat 62.331 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan

64.336 perempuan. Komposisi penduduk Kecamatan Medan Johor didominasi

oleh penduduk pada kelompok umur 20-49 tahun sebanyak 6.893 jiwa

[image:47.595.121.511.584.669.2]

(48,86%)39

Tabel 1.7. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Menurut Jenis Kelamin

dirinci menurut kelurahan tahun 2013 (jiwa)

. Untuk lebih rinci dapat dilihat menurut tabel di bawah ini.

Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1. Kwala Bekala 15.963 17.267 33.230

38

Lihat BPS. 2014. Medan Johor dalam Angka 2014. 39

(48)

2. Gedung Johor 11.534 11.991 23.525

3. Kedai Durian 3.434 3.354 6.788

4. Suka Maju 4.857 5.010 9.867

5. Titi Kuning 10.584 10.800 21.384

6. Pangkalan

Masyhur

15.959 15.914 31.873

Jumlah 62.331 64.336 126.667

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Berdasarkan tabel 1.7 di atas terlihat bahwasannya kelurahan bekala

merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk perempun pling besar

dibandingkan kelurahan yang lain di kecamatan Medan Johor. Adapun suku yang

dimiliki penduduk kecamtanMedan Johor adalah sebagai berikut.

[image:48.595.130.506.111.311.2]

1.8. Data Kependudukan Berdasarkan Suku :

Tabel Berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan

Johor berdasarkan suku :

NO SUKU JUMLAH %

1 Jawa 51.481 34,77%

2 Melayu 32.312 21,83%

3 Mandailing 20.965 14,13%

(49)

5 Minang 6.096 4,11%

6 Aceh 4.295 2,90%

7 Nias 3.309 2,05%

8 India 438 0,29%

9 Cina 13.318 8,99%

10 Dan lain-lain 3.673 2,67%

TOTAL 147.732 100,00%

Sumber : Kec.Medan Johor

Suku yang paling mendominasi di kecamatan Medan Johor adalah suku

Jawa dengan persentase sebesar 34,77%. Selain itu, adapun agama yang menjadi

[image:49.595.107.517.112.313.2]

kepercayaan penduduk kecamatan Medan Johor adalah sebagai berikut.

Tabel 1.9. Data Penduduk Menurut Agama

Agama Islam merupakan penduduk mayoritas yang mendiami Kecamatan

Medan Johor, hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

NO AGAMA JUMLAH %

1 Islam 101.129 68,47%

2 Kristen 27.315 18,49%

3 Katholik 5.142 3,48%

4 Hindu 632 0,42%

5 Budha 13.494 9,14%

(50)

D. Pemerintahan

Dilihat dari bidang pemerintahan, Kecamatan Medan Johor dipimpin

oleh seorang camat, dimana saat ini terdiri dari 6 kelurahan yang terbagi atas 81

lingkungan, serta 298 blok sensus. Pada tahun 2013, terdapat 215 pegawai yang

dialokasikan di kantor camat dan instansi pemerintah lainnya di Kecamatan

Medan Johor. Alokasi pegawai terbesar berada di puskesmas yaitu 112 pegawai,

sedangkan alokasi pegawai terkecil terdapat pada instansi statistik kecamatan

yaitu hanya berjumlah 1 pegawai40. Adapun struktur organisasi kantor camat

Medan Johor sebagai berikut.

40

(51)

STRUKTUR ORGANISASI

Camat Medan

Johor

Khoiruddin,S.Sos

3.Kecamatan Medan Polonia

A. Sejarah Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang

masuk kedalaman wilayah Kota Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Sekretaris Muhammad Yasir Rizka,S.STP KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Kasubag Umum Idah N.Bintang,SE Kasubag Keuangan Nani Ria Nita,SH Kasubag Penram Siti Nur Kasi Pemerintahan

Drs.Yusuf Sutan Putra Siregar

Kasi PMK

Ph. Idah N Bintang,SE Kasi Kesos Syahril,Sm.Hk Kasi Trantib Rustam Harahap,SH Lurah Sukamaju Ph.Muhammad Yassir Rizka,S.STP Lurah Kedai Durian Marwan Purba,SH Lurah Titi Kuning

Drs. A. Muhzi

(52)

22 Tahun 1973, yang luasnya ± 3.025 Ha dan terdiri dari 2 Kelurahan yang

sebelumnya termasuk Kecamatan Medan Bru. Selanjutnya berdasarkan Keputusan

Kepala Daerah Tk.I Sumater Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor.

140/4078/K/1978 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, salah

satu diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Polonia maka, jumlah kelurahan

yang sebelumnya 2 Kelurahan menjadi 5 Kelurahan.

Terakhir dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun

1991, Kecamatan Medan Polonia mengalami pemekaran kembali menjadi 5

Kelurahan dan 46 Lingkungan yang mana Kelurahan Polonia memiliki jumlah

lingkungan yang paling besar yaitu berjumlah 13 lingkungan.

B. Letak dan Geografis Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Polonia berbatan langsung dengan Kecamatan Medan

Johor di sebelah selatan, Kecamatan Medan Petisah di sebelah utara, Kecamatan

Medan Baru disebelah barat, dan Kecamatan Medan Maimun di sebelah timur.

Kecamatan Medan Polonia memiliki luas sekitar 8,92 km2.41

C. Kependudukan

Adapun jumlah penduduk Kecamatan Medan Polonia sampai dengan

bulan Mei 2014 sebanyak ±67.296 jiwa, dengan perincin sebagai berikut :

41

(53)
[image:53.595.123.517.178.407.2]

Tabel 2.0. Data Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Jenis

Kelamin

No. Kelurahan Jumlah KK JUMLAH PENDUDUK Jumlah

Lingkungan

L P L+P

1 Madras Hulu 1.111 4102 3140 7942 10

2 Polonia 6.338 9397 9891 19288 13

3 Sari Rejo 6.650 14.686 12390 27076 9

4 Sukadamai 1.642 3734 4049 7783 6

5 Anggrung 900 2763 3144 5907 8

TOTAL 16.641 34682 32614 67296 46

Sumber : Kecamatan Medan Polonia

Berdasarkan tabel 2.0 di atas dapat dilihat bahwasannya kelurahan Sari

Rejo memiliki jumlah penduduk yang paling besar dan memiliki jumlah

penduduk perempuan dan laki-laki yang paling banyak diantara kelurahan

lainnya. Adapun persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin di kecamatan

Medan Polonia dapat dilihat seperti berikut.

Tabel 2.1. Persentase Penduduk Kecamatan Medan Polonia Berdasarkan Jenis

Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH JIWA PERSENTASE

1 Laki-Laki 34682 51,53%

[image:53.595.132.506.635.719.2]
(54)

TOTAL 67296 100%

Sumber : Kecamatan Medan Polonia

Berdasarkan tabel 2.1 di atas dapat dilihat bahwasannya persentase

penduduk jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan persentase

penduduk perempuan di kecamatan Medan Polonia. Selain itu, penduduk

[image:54.595.62.589.314.594.2]

kecamatan Medan Polonia juga dapat dilihat berdasarkan etnis seperti berikut.

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Polonia Menurut Etnis

N

o Kelura

han

Aceh Bata

k

Karo Man

daili

ng

Nias Min

Ang Sun

Da

Jawa Mela

yu Mad ura Mak assar Mina hasa Aus tr Ch ina Ba li A mb on

India JUML

AH

1

Madras

Hulu

350 1328 702 701 812 800 199 121 1012 435 6471

2 Sari

Rejo

6750 540 810 270 17145 405 270 2619

3 Aggru

ng

105 1592 69 106 636 134 776 2 14 14 424 3858

4 Polonia 181 4062 39 190 44 10682 139 2444 49 49 1423 1925

5 Sukada

mai

165 1975 44 93 84 2230 154 48 2962 19 19 32 7806

TOTAL 6357

Sumber : Kecamatan Medan Polonia

D. Pemerintahan

Kecamatan Medan Polonia yang dipimpin oleh seorang camat memiliki

5 kelurahan yang terdiri dari 46 lingkungan dan 139 blok sensus. Tahun 2013,

(55)

di kantor camat dan instansi-instansi pemerintah lainnya, dimana alokasi

pegawai terbesar berada di kantor kelurahan yakni sebanyak 27 pegawai.

Sedangkan alokasi pegawai terkecil terdapat pada instansi statistik kecamatan

yang hanya berjumlah satu pegawai.

Selain itu, pemerintahan camat Medan Polonia memiliki visi dan misi

yang menjadi landasan camat Medan Polonia untuk memajukan kecamatan

Medan Polonia, visi-misi kecamatan Medan Polonia yaitu sebagai berikut. Visi

dari pemerintahan Kecamatan Medan Polonia yaitu, dengan mengacu kepada

Visi Kota Medan yaitu “Kota Medan Menjadi Medan Metropolitan yang

Berdaya Saing, Nyaman, Peduli dan Sejahtera” maka Visi Kecamatan Medan Polonia adalah “Terwujudnya Kecamataan Medan Polonia yang Maju, Modern, Madani, ddan Religius” melalui Pemberdayaan Kelurahan

dengan memberdayakan masyarakat di segala bidang.

Sedangkan Misi Kecamatan Medan Polonia yaitu :

a. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik

b. Peningkatan Pelaksanaan Pembangunan yang Merata

c. Meningkatkan Hubungan Kemasyarakatan yang harmonis

d. Meningkatkan Pelayanan Prima

e. Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Masyarakat

Kecamatan Medan Polonia memiliki struktur organisasi pemerintahan

(56)

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KECAMATAN MEDAN POLONIA

PP NOMOR : 41 TAHUN 2007

Sumber: Kecamatan Medan Polonia

4. Kecamatan Medan Tuntungan

A. Sejarah Kecamatan Medan Tuntungan

Sejarah Medan Tuntungan berawal pada zaman penjajahan Belanda yang

mana waktu itu tembakau merupakan tanaman yang menjadi primadona pada saat

itu. Sejalan dengan itu praktik pencurian bibit dan hasil tembakau juga sangat

marak sehingga dibutuhkan sebuah lokasi yang bisa dijadikan gudang atau tempat CAMAT

Drs. AIDAL FITRA SEKERTARIS CAMAT

HIDAYAT,AP,S.Sos.MSP SEKSI TATA PEMERINTAHAN YUSNI AGUSTINI,S.Sos SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

IR.KELLY LIDYA SUMBAYAK

(57)

pengumpulan hasil tembakau yang jauh dari lokasi pemukiman penduduk, yang

mana pada saat itu pusat kota adalah Kesultanan Deli.42

Untuk memenuhi hal itu pemerintah pada saat itu memilih lokasi selatan

Pancur Batu. Sejalan dengan waktu, gudang tembakau pun semakin banyak di

daerah tersebut, sehingga menimbulkan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat

sekitar maupun masyarakat suku Karo yang turun gunung dan bermukim disekitar

Pancur Batu. Karena banyaknya masyarakat suku Karo yang berada di sekitar

Pancur Batu sehingga membuat mereka menyebut daerah pergudangan tersebut

“Tuntungen” yang mana artinya gudang atau tempat penyimpan. Pada

perkembangan selanjutny “Tuntungen” kemudian berubah penyebutannya

menjadi “Tuntungan” dan setelah masuk Kota Medan menjadi disebutlah

namanya Medan Tuntungan. Sejalan dengan waktu Medan Tuntungan menjadi sebuah kecamatan yang ada di Kota Medan pada tahun 1974. Selanjutnya pada

tahun 1976 Kantor Camat Medan Tuntungan Diresmikan oleh KDH Dati II

Medan Bapak M.Saleh Arifin.43

B. Letak dan Geografis Kecamatan Medan Tuntungan

Kecamatan Medan Tuntungan berbatasan langsung dengan Kecamatan

Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor di sebelah utara, Kabupaten Deli

Serdang di sebelah selatan, barat dan timur. Kecamatan Medan Tuntungan

merupakan salah satu kecamatan di kota Medan yang mempunyai luas sekitar

29,87 km2.

42

Kecamatan Medan Tuntungan dalam Angka. 2014. Profil Kecamatan Medan Tuntungan. Hal.5.

43

(58)

C. Kependudukan

Pada bagian ini berisi tentang data penduduk kecamatan Medan

Tuntungan berdasarkan jenis kelamin, suku dan agama seperti yang ada pada tabel

[image:58.595.122.554.272.720.2]

di bawah ini.

Tabel 2.3 Data Penduduk Kecamatan Medan Tuntungan Hingga September

2014

No Kelurahan Lingkungan

Jumlah Penduduk

Jumlah

WNI Orang Asing

LK PR LK PR

1 Tanjung

Selamat

9 6.727 7.848 14.575

2 Simpang

Selayang

17 10.329 10.505 85 59 20.978

3 Namo

Gajah

3 998 1.047 2.045

4 Kemenanga

n Tani

5 2.357 2.496 4.853

(59)

6 Sidomulyo 4 1.233 1.065 2.298

7 Baru

Ladang

Bambu

5 2.107 2.277 21 15 4.420

8 Simalingkar

B

5 2.680 2.860 5.540

9 Mangga 24 14.802 16.782 1 31.585

TOTAL 42.537 46.130 107 88.848

[image:59.595.120

Gambar

Tabel. 3.1 Jumlah Pemilih Per Daerah Pemilihan
Tabel 3.3 Daftar Jumlah Daerah Pemilihan Pada Pemilihan Umum Legislatif Kota
Tabel 3.4 Daftar Anggota DPRD Kota Medan Terpilih tahun 2014 Per Daerah
Tabel 3.5 Daftar Calon Legislatif Perempuan Pada Pemilu Anggota DPRD Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

3) Soft copy Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota tingkat Oesa (Formulir Model OAA KWK); 4) Soft copy dokumen yang

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu menjelaskan metoda dan teknik pembuatan bahan dekorasi patiseri Jumlah Pertemuaan : 2 (satu) kali. Pertemuan Tujuan Pembelajaran

Perkembangan penduduk yang cepat dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir termasuk terumbu karang mengalami

Menyelenggarakan Konsinyering bagi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan mengundang PPID Pelaksana

Rasional : Penurunan darah pada plasenta mengakibatkan penurunan pada pertukaran gas dan kerusakan fungsi nutrisi plasenta.Penurunan aktifitas janin menandakan kondisi yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik untuk induksi tunas dari eksplan batang satu buku adalah perlakuan modifikasi medium MS + 0,5 mg/l BA dengan rata-rata

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Selanjutnya untk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Agama Pariaman diselaraskan dengan arah kebijakan