DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Budiardjo, Miriam. Prof. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik : Edisi Revisi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial:Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Dahl, Robert.A. 1992. Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Daulay,Harmona. 2007. Perempuan Dalam Kemelut Gender. Medan : USU Press.
Pembayun,Ellys Lestari. 2009. Perempuan vs Perempuan: Realitas Gender, Tayangan Gosip, dan Dunia Maya. Bandung: Penerbit NUANSA.
Indria, Samego. 2000. Book Review Ekonomi Politik. Jakarta : Pasca Sarjana Ilmu Politik. Universitas Nasional.
Martha L.Cottam,dkk. 2012. Pengantar Psikologi Politik Ed.2,Cet.1. Jakarta : Rajawali Press.
Pembayun, Ellys Lestari. 2009. Perempuan vs Perempuan: Realitas Gender, Tayangan Gosip, dan Dunia Maya. Bandung: Penerbit NUANSA.
Puspitawati, Herien. 2012. Gender dan keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: PT IPB Press.
.Sitepu, P.Anthonius. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakart: Graha Ilmu.hal.91.
Surbakti, Ramlan 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana.
Jurnal :
Irmayani,T. 2012. Perilaku Perempuan Pemilih dalam Menetapkan Pilihan pada Pemilu 2009. Medan: POLITEIA,Jurnal Ilmu Politik.Vo.4,Nomor.1. Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unviersitas
Sumatera Utara.
Mukarom, Zaenal. 2008. Perempuan dan Politik : Studi Komunikasi Politik tentang Keterwakilan Perempuan di Legislatif. Bandung: Jurnal MEDIATOR. Vol.9.
Internet :
Anastasia, Ayu. Lembar Fakta WRI Reperesentasi Perempuan 1.
Badan Pusat Statistika.
2014, Pukul 07.00 Wib.
Komunitas Sekolah Sumater
2014, Pukul 07.00 Wib.
Website KPU kota Meda
Agustus 2014,pukul 09.00 Wib.
Situs web Heffina, Nur. 2011. Perempuan dan Politik.: Studi Tentang Kelompok Pendukung dan Penentang Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi
di Sumatera Utara.
2014. Pukul: 07.00 Wib.
Sumber Lainnya :
Data Sertifikat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dari Setiap
Kecamatan Di Tingkat Kabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum Anggota
DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014.
Modul Komisi Pemilihan Umum. 2014. Perempuan Cerdas Berdemokrasi.: Tiada Demokrasi Tanpa Perempuan. Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan rakyat, Dewan perwakilan Daerahdan Dewan Perwakilan
Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia. 2004. Hak Azasi Perempuan: Instrumen untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Riska Aditama, Muhammad.2013. Perilaku Memilih Masyarakat pada Pemilu Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kendal 2010. Semarang:Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Dipenogoro
BAB III
PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA MEDAN TAHUN 2014
3.1 Pemilihan Umum Anggota DPRD Kota Medan Tahun 2014
Pemilihan umum legislatif kembali diselenggarakan pada tanggal 9 April
2014. Pemilu legislatif 2014 ini dilaksanakan untuk memilih anggota legislatif di
tingkat DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Untuk
penulisan skripsi ini difokuskan terhadap pembahasan mengenai pemilu DPRD
Kab/Kota di Medan. Pada pemilu DPRD Kota Medan tahun 2014 ini diikuti 597
calon anggota DPRD Kota Medan dari seluruh daerah pemilihan46
Pemilu legislatif tahun 2014 diikuti 12 partai politik nasional dan 3 partai
politik lokal yang berasal dari Aceh. Partai politik yang ikut dalam pelaksanaan
pemilu DPRD Kota Medan 2014 yaitu Partai Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Partai
Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PPP, Partai Hanura, PBB dan
PKPI. Selain itu, pemilu DPRD Kota Medan memiliki jumlah pemilih sebanyak
1.731.891. Adapun perinciannya dapat dilihat sebagai berikut. .
46
Tabel. 3.1 Jumlah Pemilih Per Daerah Pemilihan
Daerah
Pemilihan
Jumlah Pemilih Jumlah
(Laki-Laki + Perempuan) Laki-Laki Perempuan
Dapil 1 193.781 198.241 392.022
Dapil 2 202.765 211.258 414.023
Dapil 3 144.970 152.166 297.136
Dapil 4 131.173 138.094 269.267
Dapil 5 180.812 178.631 359.443
Total 853.501 878.390 1.731.891
Sumber : Data diperoleh dari Rekapitulasi DPT Kab/Kota Pemilu Anggota DPR,DPRD,DPD Tahun 2014 Oleh KPU Medan
Dari tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa daerah pemilihan 2 kota Medan
memiliki jumlah pemilih yang paling besar, baik pemilih yang berjenis kelamin
laki-laki maupun pemilih yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah
414.023.Seluruh caleg tersebut nantinya akan memperebutkan 50 kursi untuk
seluruh daerah pemilihan pada pemilu DPRD kota Medan tahun 2014. Jumlah
alokasi kursi yang tersedia setiap daerah pemilihan sebagai berikut :
Tabel.3.2. Jumlah Kursi Per Daerah Pemilihan
Daerah Pemilihan Jumlah Kursi Total
Dapil 1 11 Kursi
Dapil 3 8 Kursi 50 Kursi
Dapil 4 8 Kursi
Dapil 5 11 Kursi
Dari tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah alokasi kursi untuk
anggota DPRD Kota Medan 2014 paling besar dimiliki daerah pemilihan 2 kota
Medan dengan jumlah 12 kursi, sedangkan yang terendah dimiliki oleh dapil 3
dan dapil 4 yang memiliki jatah 8 kursi dari 50 kursi yang tersedia untuk anggota
DPRD kota Medan 2014. Selain itu, daerah-daerah pemilihan ini memiliki
beberapa kecamatan yang tercakup di dalamnya, hal ini dapat dilihat sebagai
berikut.
Tabel 3.3 Daftar Jumlah Daerah Pemilihan Pada Pemilihan Umum Legislatif Kota
Medan Tahun 2014
No Daerah Pemilihan Kecamatan
1 Dapil 1 Medan Amplas, Medan Area, Medan
Denai, Medan Kota
2 Dapil 2 Medan Johor, Medan Maimun,
Medan Polonia, Medan Selayang,
Medan Sunggal, Medan Tuntungan
3 Dapil 3 Medan Barat, Medan Baru, Medan
Helvetia,Medan Petisah
Tembung, Medan Timur
5 Dapil 5 Medan Belawan, Medan Deli,
Medan Labuhan, Medan Marelan
Setiap daerah pemilihan tersebut memiliki jumlah 50 kursi yang tersedia
untuk anggota DPRD kota Medan tahun 2014. Pemilihan umum anggota DPRD
Kota Medan tahun 2014 sebagian besar dimenangkan oleh calon yang berjenis
kelamin laki-laki, hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.4 Daftar Anggota DPRD Kota Medan Terpilih tahun 2014 Per Daerah
Pemilihan
No Daerah pemilihan Partai Nama Anggota DPRD Kota
Medan Terpilih
1 Dapil 1 Partai PDIP Hasyim,SE (12.350
suara) &
Boydo.HK Panjaitan
(6.011 suara)
Partai Golkar H.Sabar Syamsurya
Sitepu (3.581 suara)
Partai Demokrat Ir.Parlaungan
Simangunsong (7.857
Partai Gerindra H.Ikhwan Ritonga,SE
(3.581 suara) &
Drs.Golfried Efendi
Lubis(5.790 suara)
PKS H. Asmui Lubis,S.Pdi
(3.290 suara)
PPP Zulkifli Lubis(2.668
suara)
PAN H. Ahmad
Arif,SE,MM(5.526
suara)
Partai Nasdem Deni Maulana
Lubis(4.164 suara)
Partai Hanura Hendra DS(3.291
suara)
2 Dapil 2 PDIP Drs Daniel
Pinem(7.558 suara) &
Henry John
Hutagalung(7.101
suara)
Partai Golkar H. Iswanda
Ilhamsyah,SE(7.770
suara)
Partai Demokrat Burhanuddin
Sitepu,SH(4.272 suara)
Partai Gerindra Waginto,SE(2.077
suara)
PKS H. Salman
Alfarisi,Lc.MA(5.815
suara)
PAN Kuat
Surbakti,S.Sos(5.040
suara)
Partai Nasdem Drs.Maruli Tua
Tarigan(1.670 suara)
PKPI Andi
Lumbangaol,SH(5.541
suara)
Partai Hanura Bangkit Sitepu(5.834
suara)
PPP H.Irsal
3 Dapil 3 PDIP Robby Barus(4.598 suara) &
Edward Hutabarat(4.002 suara)
Partai Demokrat Drs.Herri Zulkarnain,Msi(5.219
suara)
PKS Rajuddin Sagala(4.004 suara)
Partai Hanura Ratna Sitepu(3.893 suara)
Partai Gerindra Dame Duma Sri
Hutagalung(4.816 suara)
Partai Golkar H.Adlin Umar Yusri
Tambunan,ST(4.537 suara)
PPP Abdul Rani,SH(2.433 suara)
4 Dapil 4 PDIP Paul Mei Anton
Simanjuntak(7.812 suara) &
Drs. Wong Chun Sen(7.812
suara)
Partai Demokrat Anton Panggabean
SE,Msi(4.291 suara)
PKS H.Jumadi,S.Pdi(5.187 suara)
Partai Golkar Modesta Marpaung,SKM(3.535
suara)
PAN H.Zulkarnain Yusuf(4.066)
PPP Hj.Hamidah(2.137 suara)
5 Dapil 5 PDIP Hj.Umi Kalsum,SH(3.732
suara)
PKS Muhammad Nasir(3.098 suara)
Partai Golkar Mulia Asri Rambe(6.647 suara)
& Tengku Eswin(5.677 suara)
Partai Gerindra Surianto(6.570 suara)
Partai Demokrat Drs. Hendrik Halomoan
Sitompul,MM(3.897 suara)
PAN HT. Bahrumsyah,SH
PPP Drs.Muhammad Yusuf(3.527
suara)
Partai Hanura Landen Marbun,SH(4.111
suara)
PKPI Ibnu Abayd Dilla(3.004 suara)
& Beston Sinaga,SH,MH(4.274
suara)
TOTAL 50 ORANG
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Dari tabel 3.4 diatas dapat dilihat bahwa anggota legislatif yang
memperoleh suara paling tinggi mewakili dapilnya yaitu untuk dapil 1 Hasyim,SE
dimenangkan oleh H.Iswanda Nanda Ramli dari partai Golkar dengan jumlah
perolehan suara 8.943 suara, dapil 3 Drs.Herri Zulkarnaen,Msi dari partai
Demokrat dengan 5.219 suara, dapil 4 dimenangkan oleh 2 caleg dari partai PDIP
yaitu Paul.M.A.Simanjuntak & Drs. Wong Chun Sen dengan jumlah perolehan
suara yang sama yaitu sebesar 7.812 suara, dan terakhir dapil 5 dari partai Golkar
dengan nama Mulia Asri Rambe dengan jumlah 6.647 suara.
3.1.1 Keterwakilan Perempuan Pada Pemilu Anggota DPRD Kota Medan 2014
Keterwakilan perempuan merupakan salah satu hal yang paling disoroti
dalam pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia beberapa periode terakhir. Hal
ini dikarenakan perwakilan perempuan di lembaga legislatif masih sangat minim,
selain untuk meningkatkan kesetaraan gender di parlemen, anggota legislatif perempuan sangat dibutuhkan mengingat saat ini semakin banyak kasus-kasus
yang melibatkan perempuan, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
kasus pelecehan seksual,dsb.
Kasus-kasus tersebut seharusnya menjadi pembahasan yang penting di
lembaga legislatif, dan pembahasan ini tentunya juga harus melibatkan perempuan
secara aktif dalam proses pembuatan dan pengambilan. Oleh karena itu,
caleg-caleg perempuan seharusnya banyak yang terpilih untuk duduk di lembaga
legislatif agar permasalahan-permasalahan tadi dapat diselesaikan dengan cepat
dan tepat. Akan tetapi, hal tersebut tampaknya masih sangat sulit, seperti pada
pemilu anggota DPRD kota Medan tahun 2014, caleg perempuan masih sangat
Kurangnya caleg perempuan yang lolos dalam pemilu legislatif DPRD
kota Medan tahun 2014 disebabkan karena ada 2 dapil yang tidak berhasil
meloloskan satupun caleg perempuan, seperti di dapil 1 dan 2 kota Medan, dalam
penulisan skripsi ini akan dibahas khusus pada daerah pemilih 2 kota Medan.
3.1.2 Hasil Pemilihan Umum Anggota DPRD Kota Medan Tahun 2014 Di
Daerah Pemilihan 2 Kota Medan
Daerah pemilihan kota Medan 2 merupakan dapil yang memiliki jumlah
kecamatan paling banyak yaitu terdapat 6 kecamatan, diantaranya kecamatan
Medan Polonia, kecamatan Medan Johor, kecamatan Medan Maimun, kecamatan
Medan Selayang, kecamatan Medan Sunggal, dan kecamatan Medan Tuntungan.
Selain itu, daerah pemilihan 2 merupakan dapil yang memiliki jumlah pemilih
yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan dapil lainnya. Hal ini bukan
berarti dapat memudahkan caleg perempuan dalam mendapatkan jatah kursi untuk
duduk di lembaga parlemen. Hal ini seperti yang terjadi pada pemilu anggota
DPRD kota Medan 2014 khususnya pada dapil 2 kota Medan beberapa waktu
yang lalu dimana tidak satupun caleg perempuan yang berhasil maju menjadi
anggota DPRD kota Medan.
Padahal setiap partai politik peserta pemilu tahun 2014 sudah memenuhi
kuota 30% pencalonan perempuan, hal ini terbukti mulai dari partai Nasdem yang
persentase keterwakilan perempuannya untuk dijadikan calon anggota DPRD di
dapil 2 sebesar 36,36% (4 calon perempuan), partai PKB 33,33% (4 calon
Golkar 41,67 (5 calon perempuan), partai Gerindra 33,33% (3 calon perempuan),
PAN 33,33% (4 calon perempuan), PPP 33,33% (4 calon perempuan), partai
Hanura 33,33% (4 calon perempuan), PBB 33,33% (4 calon perempuan), dan
PKPI sebanyak 33,33% (4 calon perempuan) keterwakilan perempuan. Adapun
calon perempuan anggota DPRD kota Medan 2014 dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3.5 Daftar Calon Legislatif Perempuan Pada Pemilu Anggota DPRD Kota
Medan 2014 Per Partai Politik
No Partai Nama Calon
1 Nasdem 1. Soraya Siahaan
2. Tri Suci Wulandari
3. Irafaradina Siahaan
2 PKS 1. Siti Fatimah,S.Ag
2. Ismah Sya’diah,S.Si
3. Rini Anggraini,SS
4. Qomaria Suri,S.Pdi
3 PKB 1. Litna Susanti,SH
2. Agustina Muliati
3. Norlita Br Sembiring
4. Yunita Tarigan,SE
4 PDIP 1. Susan
2. Riana,SH,MH
4. Imelda Syafriani Situmeang,SH
5 GOLKAR 1. Roslina Zega,S.Ag
2. Yulizar
3. Susi Merry Junita Sinaga,SS
4. Vonny Iriany S.Pelawi,S.Psi
5. Dra.Hj.Christina Winarsih
6 PPP 1. Hj.Meidy Arfah
2. Anita,Shi
3. RinaSuryana Nasution, SH,M.Hum
4. Ria Mahyuni
7 GERINDRA 1. Mastiur Br Pngaribuan,SKM
2. R. Roro Nenny M.ST
3. Endang Sriasih
8 PAN 1. Hariyani
2. Dra.Dian Wahyuni
3. Noni Risnawell,SE
4. Arni Irawati,S.Pd.I
9 Hanura 1. Dewi Astuty Sinulingga
2. Nurhayati Simamora,S.Sos,M.Si
3. Nurul Fauzy Siregar
4. Rita Hayati,SE
2. Rosmita Anwar
3. Ayu Syahfitri
4. Sri Wahyuni Lubis
11 PKPI 1. Dra.Pinondang Nababan,MM
2. Erisda Simangunsong,SH,M.Kn
3. Juniar, SE
4. Henny Simarmata,S.Psi
Sumber : Komisi Pemilihan Umum Kota Medan
Dari 36 caleg perempuan di atas tidak satupun ada yang berhasil menjadi
anggota DPRD kota Medan periode 2014 -2019. Upaya pemerintah sampai saat
ini sudah cukup baik dalam usaha meningkatkan keterwakilan perempuan di
parlemen, akan tetapi sekarang yang menjadi permasalahan bukan satu-satunya
terletak pada kebijakan yang diciptakan pemerintah, tetapi ada hal yang lebih
mendasar dalam melihat permasalahan kurangnya perwakilan perempuan di kursi
DPRD kota Medan khusunya untuk dapil 2, yaitu terletak pada pemilih
(perempuan) itu sendiri. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu
Asmawati dalam wawancara yang dilakukan beberapa waktu yang lalu, ia
berpendapat bahwa :
perempuan ini sekarang meningkatkan kesempatan, sdm,dan memanfaatkan kesempatan tersebut.47
Dari kutipan wawancara dengan salah satu pemilih (perempuan) tersebut
dapat dimaknai bahwasannya responden tersebut menyadari bahwa pemilih
(perempuan) harus lebih memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan
pemerintah kepada kaum perempuan, tentunya hal ini mengasumsikan
bahwasannya sebanyak apapun produk kebijakan yang akan diciptakan
pemerintah namun pemilih (perempuan) masih enggan untuk memilih calon
legislatif perempuan, tentunya sampai kapanpun kuota 30% keterwakilan
perempuan di lembaga legislatif tidak akan terpenuhi.
Oleh karena itu, bukan hanya sekedar kebijakan pemerintah yang harus
selalu menjadi fokus permasalahan, melainkan perilaku pemilih (perempuan) itu
sendiri menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dipahami dalam rangka
memahami perilaku perempuan dalam menentukan pilihan politiknya seperti yang
akan menjadi pembahasan utama dalam penulisan skripsi ini.
3.2 Perilaku Perempuandalam Menentukan Pilihan Politik Pada Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan 2014 di Daerah Pemilihan 2 Kota Medan
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang khususnya
perempuan dalam menentukan pilihan politiknya, pertimbangan dan
47
penilaian pribadi selalu dimiliki setiap pemilih sebelum menentukan pilihan
politiknya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut bisa sama dan bisa berbeda
setiap orangnya, tergantung dari motivasi,kepentingan, dan hal-hal lain yang
daapat mempengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya
Seperti halnya pada pemilihan anggota DPRD kota Medan tahun 2014,
dimana para pemilih memiliki banyak pertimbangan dan penilaian-penilaian
terhadap calon anggota DPRD kota Medan 2014, hal ini dikarenakan pada pemilu
yang lalu, pemilih dianggap sudah benar-benar mempersiapkan dengan “matang”
siapa yang akan dipilih untuk menjadi anggota DPRD kota Medan 2014-2019.
Hal ini merupakan implikasi dari sistem pemilu yang menerapkan sistem daftar
terbuka dengan sistem suara terbanyak untuk pemilu legislatif 2014.
Salah satu dampak positif dari sistem pemilu tersebut yaitu pemilih
benar-benar diperkenalkan dengan caleg-caleg dari dapilnya yang mendapat jatah
kampanye lebih panjang. Sistem ini berdampak positif tentunya bagi pemilih agar
mempersiapkan pilihannya dengan mencari informasi siapa caleg yang akan
dipilihnya nanti, sehingga istilah “membeli kucing dalam karung” yang biasanya
istilah ini sering disebutkan pada pemilu legislatif yang sebelumnya tidak akan
dirasakan oleh pemilih.
Dibalik dampak positif dari sistem pemilu daftar terbuka dengan sistem
penghitungan dengan suara terbanyak terdapat sebuah tantangan untuk seluruh
calon legislatif, tidak hanya bagi caleg laki-laki, akan tetapi juga bagi caleg
sama untuk memperoleh dukungan massa, didukung dengan jadwal masa
kampanye yang cukup panjang mengharuskan para caleg untuk secara agresif
berusaha untuk menarik perhatian konsituen dengan cara turun langsung dan
bersosialisasi serta berinteraksi dengan konsituennya. Karena adanya kesempatan
yang sama tersebut seharusnya para caleg perempuan dapat memanfaatkan dengan
baik kesempatan ini untuk memperoleh dukungan massa khususnya kelompok
massa perempuan yang merupakan basis kelompok pendukung terbesar di
Indonesia.
Sama halnya seperti di dapil 2 kota Medan, para caleg perempuan tentunya
memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memperoleh dukungan pada
pemilihan anggota DPRD kota Medan 2014. Kesempatan besar tersebut
dibuktikan dengan besarnya jumlah pemilih perempuan yang melebihi jumlah
laki-laki di dapil tersebut, bahkan juga melebihi jumlah pemilih perempuan dari
dapil lainnya di Kota Medan (dapil 1,3,4,dan dapil 5). Akan tetapi,besarnya
jumlah pemilih perempuan tersebut bukan berarti akan memudahkan jalan bagi
para calon anggota DPRD kota Medan di dapil 2 tersebut, karena pada
kenyataannya hasil dari pemilu anggota DPRD kota Medan tahun 2014 yang lalu
menunjukkan bahwasannya untuk daerah pemilihan 2 kota Medan tidak ada
satupun perempuan menjadi anggota DPRD kota Medan.
Kegagalan caleg perempuan dari dapil 2 tersebut semakin menguatkan
asumsi bahwa masih terdapat keraguan bagi pemilih khususnya pemilih
urusan “kualitas” figur calon saja, melainkan keraguan tersebut ada dikarenakan
banyaknya pertimbangan-pertimbangan dan penilaian-penilaian yang sudah
semakin rasional dan cerdas dari pemilih (perempuan) saat ini, ini berkaitan
dengan perilaku dari pemilih (perempuan) dalam menentukan pilihan politiknya
yang merupakan bagian terpenting untuk menganalisis pertimbangan pemilih
(perempuan) tersebut.
Pada pemilu anggota DPRD kota Medan 2014 pemilih (perempuan) di
dapil 2 dalam menentukan pilihan politiknya sudah semakin cerdas dan mandiri,
karena sudah mampu untuk memiliki penilaian tersendiri yang sesuai dengan
suara hati mereka, bahkan 6 dari 8 responden yang telah diwawancarai
menyatakan bahwa anggota DPRD kota Medan yang mereka pilih bukan karena
pengaruh dari siapapun, pilihan tersebut mutlak karena diri sendiri, seperti yang
diungkapkan Sarah pada saat wawancara, ia mengatakan :
Ayah tidak mempengaruhi pilihan politik saya, keluarga kami sangat demokratis, pilihan kami berbeda-beda, karena memang referensi untuk mengenal caleg yang mau dipilih sudah banyak, seperti dari media televisi,media cetak, dan yang paling mudah tentunya dari media sosial yang bisa dilihat kapanpun melalui gadget.48
Pernyataan Sarah tersebut tidak berbeda dengan yang diungkapkan oleh
Ibu Asmawati yang merupakan warga kecamatan Medan Tuntungan, ia
mengatakan:
48
“Tidak,pilihan saya tidak dipengaruhi oleh apapun dan siapapun. Saya dan perempuan di Tuntungan ini sudah sangat demokratis, dan partisipatif, sehingga kami mempunyai pilihan sendiri”.49
Selain itu, Ibu Saminam juga sependapat akan hal ini, dalam wawancara ia
mengatakan:
“Kalau di keluarga saya, pilihan suami tidak mempengaruhi pilihan saya dan anak-anak. Masing-masing punya pilihan tersendiri”.50
Terakhir, pendapat yang sama juga diungkapkan Rianti dalam wawancara
ia mengatakan:
“Suami tidak mempengaruhi pilihan politik saya, karena sekarang media sosial sudah banyak, jadi bisa menentukan pilihan sendiri dengan penilaian masing-masing, jadi perempuan bisa lebih maju dengan adanya berita di televisi ataupun radio”.51
Dari apa yang dikemukakan beberapa informan di atas (Sarah, Asmawati,
Saminam, dan Rianti) terlihat jelas bahwasannya perempuan sebagai pemilih
sudah mampu untuk berpartisipasi secara cerdas dalam menentukan pilihanya
politiknya sendiri dengan aktif mencari informasi terkait calon-calon yang akan
dipilih pada pemilu anggota DPRD kota Medan 2014. Prinsip bebas dan rahasia
yang diusung dalam pemilu sudah dapat dikatakan terwujud, meskipun tidak
semua mewujudkan prinsip ini, paling tidak dari sejumlah responden yang
diwawancarai, hanya sedikit saja pemilih (perempuan) yang pilihannya masih
dipengaruhi Ayah dan atau seorang suami. Hal ini tentunya sangat bagus karena
49
Hasil wawancara dengan Asmawati, Ibid. 50
Hasil wawancara dengan Saminam, 21 Februari 2015 di kantor Camat Medan Sunggal.
51
saat ini pemilih (perempuan) di dapil 2 ini sudah “melek” politik dan paham akan
pentingnya makna kebebasan dalam menentukan pilihan yang tidak bisa di
pengaruhi ataupun diintimidai oleh apapun dan siapapun.
Pemilih (perempuan) yang sudah semakin partisipatif akan berusaha
menentukan pilihannya dengan banyak pertimbangan yang pada akhirnya pada
proses mempertimbangkan calon yang terbaik disitulah perilaku pemilih
(perempuan) banyak dipengaruhi oleh banyak hal sebelum pada akhirnya
menentukan pilihan politiknya.
Pilihan politik perempuan di dapil 2 kota Medan pada pemilu anggota
DPRD kota Medan tahun 2014 yang lalu secara umum dapat dipengaruhi oleh
bnyak faktor yang dapat dilihat dengan melalui 3 pendekatan, yaitu pendekatan
sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional (rational choice). (1) Dilihat dari pendekatan sosiologis, pendekatan ini melihat latar belakang seseorang atau sekelompok orang atas dasar jenis kelamin, kelas sosial,
ras, etnik, agama, pekerjaan, bahkan daerah asal menjadi variabel yang
mempengaruhi terhadap keputusannya untuk memberikan suara pada saat
pemilihan52
Pendekatan sosiologis juga menekankan pentingnya lingkungan sosial,
lingkungan sosial memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi
nilai-nilai dan norma dalam masyarakat, serta memberikan pengalaman hidup .
53
52
T.Irmayani. Loc.cit.
.
Lingkungan sosial tersebut seperti lingkungan keluarga, dimana didalam keluarga
53
terjalin komunikasi dan interaksi yang lebih intim, karena keluarga yang dipimpin
oleh seorang Ayah/Suami memiliki aturan tersendiri, sehingga akan membentuk
perilaku bersama di dalam sebuah keluarga.
Hal tersebut seperti yang dijelaskan David Apter yang menguraikan
tentang pengaruh dari keluarga terhadap anak dalam memilih yaitu adanya
kesamaan pilihan seorang anak dengan pilihan orang tuanya. Adanya kesejajaran
atau kesamaan pilihan antara orang tua dengan anaknya merupakan suaru yang
wajar, sebab pada lembaga keluarga itulah seseorang pertama kali mempunyai
akses pembentukan identitas diri, mempelajari nilai-nilai lingkungan dan sosial
mereka, termasuk peran politiknya.54
Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya, pilihan politik pemilih
(perempuan) di dapil 2 kota Medan ditinjau dari pendekatan sosiologis faktor
keluarga yang dalam hal ini diperankan oleh Ayah masih berpengaruh tehadap
pilihan politik pemilih. Meskipun tidak banyak responden dalam penelitian ini
yang menganggap Ayah/Suami yang merupakan sosok pemimpin dalam sebuah
keluarga, sudah tidak lagi bisa mempengaruhi pilihan politik anggota
keluarganya. Adapun reponden yang dipengaruhi oleh faktor keluarga (Ayah)
dalam menentukan pilihnnya yaitu Silvia yang merupakan seorang mahasiswi, ia
mengungkapkan dalam wawancara sebagai berikut.
54
Indar Melani. 2014. Perilaku Pemilih Pemula Di Kecamatan Duampanua Pada Pemilukada Kabupaten Pinrang Tahun 2013. Makassar: Program Studi Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik-Pemerintahan
“Ayah saya mempengaruhi pilihan politik kami sekeluarga, karena apa yang dipilih Ayah memang biasanya kami ikuti.”55
Kutipan wawancara dengan Silvia tersebut dapat dimaknai bahwasannya
sosok Ayah yang merupakan kepala kelurga masih sangat dominan posisinya,
termasuk dalam mempengaruhi pilihan politik anggota keluarganya. Pada kutipan
wawancara ini juga mendeskirpsikan bahwa di dalam lingkungan keluarga
terdapat norma-norma dan nilai-nilai yang biasanya dibentuk oleh kepala keluarga
(ayah/suami) untuk diikuti oleh anggota keluarganya.
Selanjutnya, berdasarkan pendekatan sosiologis faktor yang
mempengaruhi pilihan politik pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan yaitu
adanya faktor Agama. Faktor agama ini sebenarnya berhubungan dengan faktor
keluarga dan lingkungan sosial secara lebih luas.
Hal ini sejalan dalam pendekatan sosiologis yang melihat hubungan antara
predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilh. Menurut Pomper
predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilih mempunyai hubungan
yang berkaitan dengan perilaku memilih seseorang. Misalnya,
preferensi-preferensi politik keluarga, apakah preferensi-preferensi politik Ayah, atau preferensi-preferensi politik
ibu akan berpengaruh pada preferensi politik anak. Predisposisi sosial ekonomi
bisa berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik
demografi,dsb.56
55
Hasil wawancara dengan Silvia. 25 Februari 2015 di kecamatan Medan Maimun.
56
Faktor agama masih dapat mempengaruhi pilihan politik perempuan,
meskipun tidak semua pemilih di dapil 2 sependapat dengan hal ini, akan tetapi
secara sadar ataupun tidak faktor agama selalu menjadi pertimbangan dalam
menentukan pilihan politik seperti yang diungkapkan Silvia dalam pertanyaan
wawancara lainnya yaitu:
“Yang saya lihat tentunya agamanya, urusan yang saya pilih nantinya tidak memenuhi janjinya itu sudah tanggung jawabnya sama Tuhan.”57
Selanjutnya terdapat informan bernama Sarah yang juga bependapat
bahwa “meskipun faktor utama yang mempengaruhi pilihan politik saya adalah
kualitasnya, akan tetapi jika memang kualitas calegnya sama saja kualitasnya
pertimbangan selanjutnya adalah dengan melihat agamanya”58
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan pada bagian pendekatan
sosiologis ini memang mendeskripsikan bahwasannya meskipun tidak terlalu
dominan dalam mempengaruhi pilihan politik perempuan di dapil 2 kota Medan,
akan tetapi pendekatan sosiologis masih berpengaruh bagi sebagian pemilih
(perempuan), khususnya dari indikator yang mempengaruhi pilihan seseorang . Berdasarkan apa
yng diungkapkan kedua informan tersebut maka dapat dilihat bahwasannya faktor
agama masih mempengaruhi pilihan politik pemilih (perempuan), meskipun tidak
banyak informan yang menjadikan agama sebagai pertimbangan utama, akan
tetapi faktor agama menjadi pelengkap dan nilai tambah untuk menilai seorang
calon yang akan dipilih.
57
Hasil wawancara dengan Silvia. Loc.cit. 58
dalam pemilihan umum menurut pendekatan sosiologis seperti faktor keluarga
dan faktor agama merupakan 2 hal yang masih erat kaitannya bagi perilaku
pemilih (perempuan).
Selain itu dalam (2) Pendekatan psikologis ; menekankan pentingnya sikap
dan sosialisasi sebagai aspek yang saling sebenarnya saling berkaitan untuk
menjelaskan mengenai perilaku pemilih. Hal ini dikarenakan adanya sosialisasi
akan mempengaruhi sikap dan preferensi politik pemilih. Pendekatan psikologis
menurut Richard Rose dan Ian Mc.Allicer, yaitu ikatan emosional pada satu
parpol, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat.59
Berdasarkan pendekatan psikologis, orientasi terhadap kandidat menjadi
faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan.
Figur caleg yang mampu menginspirasi dan figur caleg yang bersih dari segala isu
negatif seperti kasus korupsi, dll, merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
pemilih (perempuan) secara psikologis. Faktor kandidat yang menginspirasi dapat
mempengaruhi sikap pemilih (perempuan).60
59
Indar Melani. Op.cit. hal. 84.
Sikap merupakan fungsi penyesuaian
diri, artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk
sama atau tidak dengan tokoh yang disegani atau kelompok panutan. Hal ini dapat
dimaknai bahwasannya figur caleg yang menginspirasi dapat menimbulkan sikap
untuk menyamakan diri yang dilakukan pemilih untuk meniru figur yang
menginspirasinya tersebut, sehingga membentuk ikatan emosional dalam diri
60
pemilih. Figur caleg yang menginspirasi juga diungkapkan informan pada saat
wawancara seperti berikut.
Pernyataan ini diungkapkan Nani Rianti dalam wawancaara sebagai
berikut.
“Yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih anggota legislatif khususnya anggota DPRD kota Medan tahun 2014 yaitu karena figur kandidatnya yang menginspirasi, dan juga memihak kepada masyarakat”.61
Pernyataan yang diungkapkan Nani rianti tersebut semakin memperjelas
bahwasannya figur calon anggota DPRD kota Medan yang dapat menginspirasi
dirinya akan mempengaruhi dirinya secara psikologis dalam menentukan pilihan
pada pemilihan umum anggota legislatif DPRD kota Medan tahun 2014. Pilihan
pada figur yang dapat menginspirasi menunjukkan bahwa pemilih (perempuan)
memilih figur dengan melihat adanya kesamaan emosional atau adanya ikatan
emosional antara si pemilih (perempuan) dengan kandidat yang akan dipilihnya,
akan tetapi memang faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih berdasarkan
pendekatan psikologis ini tidak banyak pemilih (perempuan) yang diwakili
informan-informan menunjukkan perilaku ini.
Terakhir, (3) pendekatan pemilih rasional; Berkaitan dengan pendekatan
psikologis tadi, pendekatan pemilih rasional menganggap dalam menentukan
pilihannya, pemilih memiliki pertimbangan apa yang menjadi
keuntungan/kerugian apabila ia memutuskan untuk memilih partai ataupun
61
kandidat tertentu. Menurut penulis antara pendekatan psikologis dengan
pendekatan pemilih rasional saling berkaitan, dimana pada bagian pendekatan
psikologis pemilih melihat pada orientasi terhadap kandidat yang melihat kualitas
dari calon anggota DPRD kota Medan tahun 2014 berdasarkan kinerjanya yang
dinilai sudah berkontribusi langsung terhadap masyarakat, sedangkan berdasarkan
pendekatan pemilih rasional, pemilih (perempuan) juga melihat kualitas dari para
kandidat calon anggota DPRD kota Medan tahun 2014 dipandang dari segi
rasionalitas pemilih yang menganggap kualitas dari kontestan merupakan hal yang
penting, karena berharap dengan memilih kandidat yang berkualitas dan sudah tau
kinerja caleg tersebut sebelumnya, pemilih akan mengetahui apa untung/rugi nya
apabila memilih kandidat/partai tersebut.
Pada pendekatan pemilih rasional, faktor kualitas calon menjadi
pertimbangan utama, dan bahkan mayoritas dari informan yang diwawancarai
pada penelitian ini mengungkapkan bahwa mereka memilih dengan melihat
kualitas yang dimiliki figur caleg sebelum akhirnya menentukan pilihannya.
Kualitas caleg yang dimaksud adalah kelayakan seorang caleg yang dianggap
sudah memberikan kontribusi nyata yang bermanfaat kepada masyarakat, yang
artinya calon legislatif yang akan dipilih dilihat dari kinerjanya dan kiprahnya di
masyarakat, manfaat apa yang telah mereka (caleg) berikan kepada masyarakat,
Konkretnya faktor rasional yang dipilih informan dengan melihat kualitas
kandidat yang akan dipilih dilihat dari visi misi dan rekam jejak calon legislatif
dilihat dalam pernyataan Idah Bintang,SE yang diungkapkan saat wawancara
seperti berikut.
“Saya melihat dari segi kualitas figurnya. Orangnya harus punya
dedikasi ke masyarakat dan tidak boleh ada yang lagi terkena
kasus”.62
Pernyataan yang diungkapkan Idah Bintang,SE tersebut menunjukkan
perilaku pemilih yang rasional, karena sebagai pemilih memang sudah seharusnya
memilih caleg yang berkualitas dan berdedikasi kepada masyarakat. Perilaku
pemilih (perempuan) yang menginginkan kualitas tersebut cenderung memilih
caleg yang sudah berpengalaman dan kiprahnya sudah dikenal baik. Hal ini
seperti yang diungkapkan Sarah dalam wawancara seperti berikut.
Saya memilih karena melihat kualitasnya tanpa melihat suku,agama,ataupun gender nya. Kualitas yang dimaksud yaitu kinerja nyatanya yang sudah pernah dirasakan masyarakat, ngapain milih caleg yang baru kalau memang sudah ada yang terbukti kualitasnya.63
Pernyataan Sarah tersebut menunjukkan perilaku pemilih (perempuan)
yang menentukan pilihannya dipengaruhi oleh rekam jejak figur caleg, hal ini juga
menunjukkan sebagai pemilih (perempuan) juga ada kepekaan untuk memilih
caleg yang benar-benar dianggap mampu untuk menjadi anggota legisltif
khususnya DPRD kota Medan tahun 2014 dengan catatan harus memiliki rekam
jejak yang dianggap baik dengan telah berkontribusi secara positif dan telah
62
Hasil wawancara dengan Idah Bintang, 20 Januari 2015 di Kantor Camat Medan Johor. 63
memberikan manfaat bagi kepentingan masyarakat khususnya masyarakat di dapil
2 kota Medan.
Evaluasi terhadap kandidat sangat dipengaruhi oleh sejarah dan
pengalaman masa lalu kandidat, baik dalam kehidupan bernegara maupun
bermasyarakat64
“Yang menentukan pilihan para pemilih adalah sejauh mana kinerja pemerintah, partai, atau wakil-wakil mereka baik bagi dirinya sendiri atau bagi negaranya, atau justru sebaliknya”.
. Hal ini sejalan dengan pendapat V.O.Key, salah satu tokoh
penting yang menggagas pendekatn pilihan rasional, Key menyatakan:
65
Adanya perilaku untuk melihat rekam jejak kandidat yang mengevaluasi
kinerja kandidat ini menunjukkan perilaku pemilih (perempuan) yang cenderung
memilih caleg incumbent karena seperti ap yang diungkapkan Sarah sebelumnya dpat dimaknai bahwasannya apabila sudah terlihat caleg yang benar-benar
berkualitas dan juga dapat dirasakan kotribusi positfnya di masyarakat, maka
secara sadar pemilih akan memilih caleg tersebut.
Selain itu, perilaku dengan melihat rekam jejak kandidat tersebut inilah
yang melahirkan kriteria-kriteria yang mempengaruhi perilaku pemilih
(perempuan) di dapil 2 kota Medan seperti kualitas kandidat yang dilihat bukan
hanya dari rekam jejak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, melainkan juga
melihat faktor visi-misi. Visi misi penting untuk dilihat karena dari visi misi
pemilih mengetahui apa yang akan diperbuat caleg apabila terpilih. Faktor visi
64
Indar Melani. Op.cit. hal.82.
65
misi ini mempengaruhi pilihan politik perempun di dapil 2 kota Medan seperti
yang terlihat dari ungkapan Asmawati dalam wawancara sebagai berikut.
“Yang menjadi pertimbangan saya adalah kualitas,visi-misinya harus betul dilihat. Jangan memilih karena adanya hubungan kekeluargaan, kita harus melihat apakah dia itu pantas untuk dipilih,apakah dia bisa menaikkan taraf hidup kita”.66
Seperti pernyataan Asmawati tersebut, dapat dilihat bahwasannya visi misi
sangat mempengaruhi perilakunya dalam menentukan pilihan. Selain itu,
pernyataan Asmawati tersebut tersirat makna bahwasannya visi misi penting
untuk dilihat, karena pemilih harus melihat apakah caleg tersebut bisa menaikkan
taraf hidup masyarakat atau tidak. Pendapat Asmawati tersebut sangat rasional,
karena memang seharusnya sebagai pemilih harus merasakan keuntungan apabila
ia memutuskan untuk memilih seorng caleg tertentu. Kualitas, rekam jejak, dan
visi misi, semua yang diungkapkan oleh para informan tersebut pada nyatanya
menunjukkan dasar dari teori perilaku pemilih rasional itu sendiri.
Dalam konteks pilihan rasional ada analogi antara pasar (ekonomi) dan
perilaku pemilih (politik). Ketika pemilih merasa tidak mendapatkan keuntungan
dengan memilih partai atau calon yang sedang berkompetisi, maka ia tidak akan
memilih ketika pemilu dilaksanakan. Hal tersebut dilandaskan pada kalkulasi
ekonomi, apabila perhitungan biaya yang dikeluarkan lebih besar dengan apa
yang akan didapatkannya kelak maka jalan terbaik bagi pemilih tersebut adalah
66
melakukan aktivitas sehari-harinya67. Dengan kata lain, pemilih benar-benar
rasional dan sangat memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus dalam
menggunakan hak pilihnya, pertimbangan-pertimbangan tersebut berupa apa
untung dan ruginya apabila pemilih mempergunakan hak pilihnya untuk memilih
partai tertentu atau kandidat tertentu. Hal ini dikarenakan pemilih rasional
memiliki motivasi, prinsip, pegetahuan dan informasi yang cukup, tindakan
mereka bukanlah karena kebetulan atau pun.68
Berdasarkan ketiga pendekatan di atas, yaitu pendekatan sosiologis,
pendekatan psikologis, dan pendekatan pemilih rasional, penelitian ini
menunjukkan perilaku pemilih (perempuan) yang lebih cenderung mengarah pada
pendekatan pemilih rasional. Meskipun tidak terlalu dominan, akan tetapi lebih
banyak informan yang menunjukkan perilaku yang rasional. Meskipun demikian,
ketiga pendekatan ini tidak bediri secara independent, ketiganya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Selanjutnya, berdasarkan penjelasan mengenai perilaku pemilih
(perempuan) di dapil 2 kota Medan dalam menentukan pilihan politiknya pada
pemilu legisltif DPRD kota Medan tahun 2014 tersebut, maka selanjutnya terkait
dengan pilihan pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan, pemilih (perempuan)
di dapil 2 Kota Medan cenderung tidak atau hanya sedikit yang memilih caleg
perempuan. Hal ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi pemilu DPRD kota Medan
tahun 2014 yang menunjukkan tidak adanya caleg perempuan yang mendapat
67
T.Irmayani.Loc.cit. 68
kursi yang menunjukkan bahwasannya pemilih (perempuan) di dapil 2 kota
Medan cenderung tidak memilih caleg perempuan.
Alasan pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan yang cenderung tidak
memilih caleg perempuan disebabkan oleh adanya keraguan pemilih (perempuan)
terhadap kualitas dari caleg DPRD perempuan dan kurang populernya caleg
DPRD perempuan yang ada di dapil 2 kota Medan pada tahun 2014. Keraguan
pemilih (perempuan) terhadap kualitas caleg perempuan DPRD kota Medan di
dapil 2 dapat dilihat dalam pernyataan Silvia sebagai berikut.
“Tidak, karena memang di dapil ini caleg perempuannya belum ada yang buat saya yakin dan percaya dengan kualitas yang dimiliki caleg perempuan di dapil 2 ini”.69
Selain itu, pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan Sarah dalam
wawancara sebagai berikut.
“Tidak, karena saya masih meragukan kualitas dari caleg perempuan yang ada di dapil 2 ini”.70
Irawati juga menyatakan dalam wawancara seperti berikut.
“Saya tidak memilih caleg perempuan, karena kinerjanya belum nampak”.71
Berdasarkan pernyataan ketiga informan di atas (Silvia, Sarah, dan
Irawati) terlihat jelas keraguan mereka terhadap kualitas dari caleg perempuan.
69
Hasil wawancara dengan Silvia. Loc.cit 70
Hasil wawancara dengan Sarah. Loc.cit 71
Kualitas dari caleg perempuan yang dimaksud adalah kinerjanya yang tidak
terlihat oleh pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan. Perempuan masih
dianggap belum memainkan peranannya secara maksiml di parlemen, dan belum
ada anggota DPRD kota Medan yang dapat dijadikan contoh figur perempuan
yang berperan mewakili dapil 2 di parlemen.
Akan tetapi, keraguan pemilih (perempuan) tersebut bukan hanya didasari
pada kualitas caleg perempuannya saja, melainkan keraguan itu disebabkan
adanya streotipe yang sudah terbentuk sejak lama. Streotipe yang selama ini menggambarkan tentang perempuan, seperti perempuan itu lemah, banyak
memakai perasaan, tidak objektif, dan lain-lain masih sangat tertanam di dalam
diri perempuan dan menjadi mindset yang akan terus mempengaruhi perilaku perempuan.
Hal ini dapat dilihat seperti ungkapan Nani Rianti seperti berikut.
“Tidak, saya belum yakin. Karena perempuan memimpin banyak memakai perasaan,banyak pertimbangan, dan tidak objektif. Sedangkan laki-laki lebih rasional dalam memimpin”.72
Alasan yang diungkapkan Nani rianti tersebut jelas sangt dipengaruhi oleh
mindset bahwasannya perempuan itu tidak layak memimpin karena perempuan banyak menggunakan perasaan dan pertimbangan dalam memimpin, dan
perempuan juga dianggap tidak objektif dalam mengambil keputusan. Mindset
tersebut tentunya akan menguntungkan caleg laki-laki, karena mindset tersebut
72
menimbulkan ketidakpercayaan antara sesama perempuan, karena pemilih
(perempuan) sebagai perempuan merasa sangat mengetahui kemampuan
perempuan apabila menjadi pemimpin, padahal yang umumnya diketahui pemilih
(perempuan) hanyalah streotype tentang perempuan, padahal tidak semua perempuan itu lemah, hanya menggunakan perasaan,dll.
Selanjutnya, alasan lain yang diungkapkan pemilih (perempuan) yaitu
dikarenakan kurang populernya caleg perempuan yang ada di dapil 2 kota Medan,
hal ini diungkapkan Asmawati seperti berikut.
Saya tidak memilih caleg perempuan. Karena caleg perempuan di dapil 2 ini kurang begitu dikenal. Caleg perempuan ini masih harus lebih bersosialisasi agar lebih populer, masih harus lebih diperbaiki lagi kualitasnya, taulah perempuan ini sebenarnya kan lemah, meskipun tidak selemah yang dibayangkan orang. Tidak memilih caleg perempuan bukan berarti kepentingan perempuan tidak akan dipedulikan, para anggota legislatif laki-laki kan juga perhatian sama kepentingan perempuan. Perempuan harus lebih berkomitmen dengan visi dan misinya. Kalaupun kami memilih perempuan tapi tidak seluruhnya memilih perempuan, suaranya sedikit juga dan tidak akan terpilih juga, sayang suaranya.73
Pernyataan Asmawati tersebut sangat kompleks, popularitas caleg
perempuan yang kurang menjadikan pemilih (perempuan) lebih memilih caleg
laki-laki. Kurang populernya caleg perempuan mengakibatkan pemilih
(perempuan) tidak mengenal dan tidak mengetahui bagaimana figur caleg
perempuan tersebut. Popularitas yang kurang ini disebabkan karena kurangnya
73
sosialisasi caleg perempuan kepada masyarakat. Sosialisasi ini jangan hanya
dilakukan pada masa ampanye saja, melainkan caleg perempuan ini memang
sudah harus banyak berbuat di masyarakat, sehingga caleg perempuan terkenal
karena memang kontibusinya yang sudah dirasakan masyarakat, bukan karena
mengejar popularitas pada saat kampanye karena keinginan untuk dipilih rakyat.
Selain itu, pernyataan Asmawati di atas juga menunjukkan bahwasannya ia
sebagai pemilh (perempuan) tidak memperdulikan caleg perempuan ataupun
laki-laki. Rasionalitas yang dimilki benar-benar melihat kualitas yang dimilki seorang
kandidat, karena sebagai pemilih hanya mengharapkan hasil kinerja para angota
legislatif nantinya yang menguntungkan masyarakat.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan alasn pemilih (perempuan) di dapil 2
kota Medan tidak atau hanya sedikit yang memilih caleg perempuan dikarenakan
pemilih (perempuan) melihat masih kurangnya kualitas caleg perempuan, dan
kurangnya popularitas caleg perempuan tersebut. Akan tetapi, alasan pemilih
(perempuan) tersebut masih menunjukkan adanya pengaruh dari isu gender yang
sudah tertanam menjadi mindset bagi pemilih (perempuan), meskipun demikian tidak banyak yang menunjukkan perilaku ini, karena rasionlitas pemilih yang
sudah baik (seperti yang dijelaskan pada bagian 3.2) membuat perilaku pemilih
(perempuan) di dapil 2 dalam menentukan pilihannya pada pemilu legislatif
DPRD kota Medan pada tahun 2014 lebih dipengaruhi oleh harapan untuk
memiliki anggota DPRD yang berkualitas, dan berbuat yang terbaik untuk dapil 2
Secara keseluruhan, kualitas, popularitas, dan apapun itu kekurangan dari
caleg perempuan tidak mutlak menjadi satu-satunya alasan pemilih (perempuan)
tidak/belum mau memilih caleg perempuan, karena kemauan dan keinginan dari
pemilih perempuan untuk mencoba mempercayai caleg perempuan. Karena pada
dasarnya caleg perempuan di dapil 2 kota Medan merupakan figur yang masih
dianggap baru dan masih kurang populer di masyarakat, akan tetapi jika sesama
perempuan saja tidak percaya dengak caleg perempuan bagaimana mungkin cleg
perempuan bisa berbicara banyak pada pemilu legislatif, mengingat basis suara
terbesar masih dimiliki oleh kaum perempuan. Akan tetapi, hal ini tentu harus
sejalan dengn perbaikan dari kulitas caleg perempuan juga, selain itu juga caleg
perempuan harus sering bersosialisasi dan memperlihatkan kinerja nyatanya yang
dapat berguna bagi masyarakat banyak.
Oleh karerna itu, konkretnya caleg perempuan akan dipilih konsituennya
apabila memiliki dan memperlihatkan kualitasnya secara jujur tanpa dibuat-buat
(pencitraan) agar pemilih (perempuan) dapat mempercayai kualitas yang dimiliki
caleg perempuan, akan tetapi pemilih (perempuan) juga harus menyadari bahwa
mereka (perempuan) sangat membutuhkan perwakilan perempuan di parlemen,
oleh karenanya pemilih (perempuan) harus mulai mencoba dan percaya kepada
caleg perempuan, agar caleg perempuan yang terpilih dapat membuktikan
kinerjanya. Pentingnya perwakilan kaum perempuan ini dikarenkan tidak semua
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Alasan pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan tidak atau hanya
sedikit yang memilih caleg perempuan dikarenakan para pemilih
(perempuan) masih meragukan kualitas dari caleg perempuan yang ada
di dapil 2 kota Medan khususnya pada tingkat DPRD kab/kota dan
kurangnya popularitas dari caleg perempuan sehingga pemilih
(perempuan) tidak mengetahui figur dan rekam jejak caleg perempuan
tersebut.
2. Pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan secara sadar ataupun tidak
menunjukkan kecenderungan untuk memilih caleg incumbent, hal ini dibuktikan dari banyaknya informan yang cenderung memilih caleg
yang sudah terlihat kinerjanya sebagai anggota DPRD, karena pemilih
(perempuan) banyak yang melihat kualitas caleg berdasarkan
kontribusi yang pernah caleg tersebut lakukan di masyarakat, dan
pemilih (perempuan) masih meragukan kualitas caleg yang menurut
pemilih masih “baru”, padahal belum tentu caleg yang “baru” tersebut
3. Dapat disimpulkan bahwasannya pemilih (perempuan) di dapil 2 kota
Medan sudah rasional, karena pemilih (perempuan) sudah mampu
menentukan pilihan politiknya secara mandiri tanpa dipengaruhi oleh
suami, ayah, ataupun kelompok-kelompok sosial tertentu. Rasioalitas
pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan juga dapat dilihat dari
kriteria-kriteria yang diinginkan terhadap seorang caleg yang akan
dipilih seperti kualitas caleg yang dilihat dari visi-misi ataupun rekam
jejak caleg tersebut. Kritera-kriteria tersebut menunjukkan perilaku
pemilih (perempuan) yang sudah rasional, karena kualitas yang
diharapkan diaharapkan akan mampu menguntungkan masyarakat.
B. Saran
Adapun saran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan harus diberikan
pendidikan politik agar pilihan mereka lebih terarah dan mereka lebih
mengetahui pentingnya memilih caleg perempuan.
2. Untuk caleg perempuan, khususnya pada tingkat DPRD di dapil2 kota
Medan, harus lebih memperbaiki kualitasnya dan yang paling penting
adalah caleg perempuan harus lebih bersosialisasi langsung kepada
masyarakat agar para pemilih mengetahui kualitas yang dimiliki para
BAB II
PROFIL DAERAH PEMILIHAN 2 KOTA MEDAN
Pada bab ini akan mendeskirpsikan profil kecamatan-kecamatan yang ada
di dapil 2 kota Medan yang meliputi kecamatan Medan Polonia, Kecamatan
Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Johor,
Kecamatan Medan Maimun, dan Kecamatan Medan Tuntungan. Profil kecamatan
yang dimaksud yaitu gambaran umum kecamatan yang terdiri dari sejarah
kecamatan, letak dan geografis, kependudukan, dan pemerintahan
2.1 Kecamatan Medan Selayang
A. Sejarah Kecamatan Medan Selayang
Sebelum menjadi kecamatan defenitif, Kecamatan Selayang terlebih
dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Kepala
Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor: 138/402/K/1991 tentang Penetapan dan
Perubahan 10 Perwakilan Kecamatan yang merupakan pemekaran wilayah
Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan dengan nama
“Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” dengan 5 kelurahan. Dan kantor masih
menyewa bangunan rumah berukuran 6 x 12 m di Jalan Bunga Cempaka Kelurahn
Padang Bulan Selayang II. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.50 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di
Perwakilan Kecamatan Medan Selayang menjadi kecamatan defenitif yaitu
Kecamatan Medan Selayang.
B. Letak dan Geografis Kecamatan Medan Selayang
Kecamatan Medan Selyang berbatasan langsung dengan Kecamatan
Medan Tuntungan di sebelah selatan, Kecamatan Medan Sunggal di sebelah utara,
Kecamatan Medan Baru dan Medan Polonia di sebelah timur, dan Kabupaten Deli
Serdang di sebelah barat. Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu
Kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 23,79 km2. Dilihat dari
luas wilayahnya, Kelurahan PB Selayang II memiliki luas wilayah yang terluas
yaitu sebesar 7,00 km2 dari 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Selayang,
sedangkan kelurahan Beringin mempunyai lus terkecil yakni 0,79 km2.
C. Kependudukan
Karakteristik penduduk secara jenis kelamin di Kecamatan Medan
Selayang ini mayoritas dihuni oleh kaum perempuan. Untuk lebih terperinci,
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang Menurut Jenis
Kelamin
No Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
(Jiwa) Laki-Laki Perempuan
1 Sempakata 5.292 5.977 11.269
2 Beringin 3.969 4.588 8.557
3 PB Selayang II 10.622 10.851 21.473
4 PB Selayang I 5.172 5.369 10.541
5 Tanjung Sari 16.488 16.773 33.261
6 Asam Kumbang 7.982 7.974 15.956
Jumlah 49.525 51.532 101.057
Sumber : BPS Kota Medan,penduduk keadaan Desember 2013
Berdasarkan tabel 1.5 di atas dapat dilihat bahwasannya penduduk
perempuan yang paling banyak berada di kelurahan Tanjung Sari, sedangkan
keurahan Beringin memiliki jumlah penduduk perempuan yang paling sedikit.
Sedangkan dari segi agama, mayoritas penduduk Kecamatan Medan Selayang
Tabel 1.6 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang Menurut
Agama
Kecamatan/Kelurahan Islam Krist
En
Katholik Hindu Budha Kon
gfu
chu
Aliran
Keper
caya
an
Medan
Selayang
Asam
Kumbang
17.609 2.940 474 288 1.100 - 1
Tanjung Sari 27.501 10.371 1.883 277 162 - 6
PB Selayang
II
15.486 10.203 1.706 443 103 - -
Beringin 3.325 5.301 1.152 8 1 - -
PB Selayang I 7.776 4.479 634 216 30 - -
Sempakata 4.300 7.108 1.516 1 7 - -
Jumlah Selayang 75.997 40.402 7.365 1.233 1.403 - 7
Tabel 1.6 di atas menunjukkan agama Islam mendominasi di kecamatan
Medan Selayang, diikuti agama Kristen, Hindu, Budha, Kongfuchu, dan aliran
kepercayaan.
D. Pemerintahan
Kecamatan Medan Selayang yang dipimpin oleh seorang camat,
saat ini terdiri 6 kelurahan yang terbagi atas 63 lingkungan, 69 RW, 208
RT dan 241 blok sensus. Untuk struktur organisasi pemerintahannya
dapat dilihat sebagai berikut.
STRUKTUR ORGNISASI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
CAMAT SUTAN TOLANG LUBIS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKCAM
2.2 Kecamatan Medan Johor
A. Sejarah Kecamatan Medan Johor
Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari Kecamatan yang berada
di Wilayah Kota Medan berad pada ketinggian 12 M dari permukaan laut, yang
sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan
Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan
Johor ke Wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22
Tahun 1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya ±3.228 Ha dan terdiri dari 10
Kelurahan.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Sumatera Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor : 140/4078/K/1978 tentang
Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, yang salah satu diantaranya
terdapat di Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian jumlah Kelurahan yang
tadinya hanya 10 maka setelah keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di
Kecamatan Medan Johor menjadi 11 Kelurahan.
Terakhir dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun
1991, Kecamatan Medan Johor mengalami pemekaran sehingga jumlah kelurahan
menjadi 6 kelurahan, yaitu : Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning,
Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kelurahan Gedung
Johor dan Kelurahan Kwala Bekala.
B. Letak & Geografis Kecamatan Medan Johor
Medan johor mempunyai luas sekitar 16,96 km2 dimana Kecamatan
Medan Johor berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Polonia di sebelah
utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah selatan, Kecamatan Medan Amplas di
sebelah timur, dan Kecamatan Medan Tuntungan di sebelah Barat.38
C. Kependudukan
Kecamatan Medan Johor memiliki penduduk yang berjumlah 126.667
jiwa. Jumlah penduduk paling banyak berada di Kelurahan Kwala Bekala yaitu
sebanyak 33.230 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di
Kelurahan Kedai Durian dengan jumlah 6.788 jiwa. Sedangkan untuk komposisi
penduduk berdasarkan jenis kelamin, dari total 126.667 jiwa penduduk
Kecamatan Medan Johor terdapat 62.331 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan
64.336 perempuan. Komposisi penduduk Kecamatan Medan Johor didominasi
oleh penduduk pada kelompok umur 20-49 tahun sebanyak 6.893 jiwa
[image:47.595.121.511.584.669.2](48,86%)39
Tabel 1.7. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Menurut Jenis Kelamin
dirinci menurut kelurahan tahun 2013 (jiwa)
. Untuk lebih rinci dapat dilihat menurut tabel di bawah ini.
Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Kwala Bekala 15.963 17.267 33.230
38
Lihat BPS. 2014. Medan Johor dalam Angka 2014. 39
2. Gedung Johor 11.534 11.991 23.525
3. Kedai Durian 3.434 3.354 6.788
4. Suka Maju 4.857 5.010 9.867
5. Titi Kuning 10.584 10.800 21.384
6. Pangkalan
Masyhur
15.959 15.914 31.873
Jumlah 62.331 64.336 126.667
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan
Berdasarkan tabel 1.7 di atas terlihat bahwasannya kelurahan bekala
merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk perempun pling besar
dibandingkan kelurahan yang lain di kecamatan Medan Johor. Adapun suku yang
dimiliki penduduk kecamtanMedan Johor adalah sebagai berikut.
[image:48.595.130.506.111.311.2]1.8. Data Kependudukan Berdasarkan Suku :
Tabel Berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan
Johor berdasarkan suku :
NO SUKU JUMLAH %
1 Jawa 51.481 34,77%
2 Melayu 32.312 21,83%
3 Mandailing 20.965 14,13%
5 Minang 6.096 4,11%
6 Aceh 4.295 2,90%
7 Nias 3.309 2,05%
8 India 438 0,29%
9 Cina 13.318 8,99%
10 Dan lain-lain 3.673 2,67%
TOTAL 147.732 100,00%
Sumber : Kec.Medan Johor
Suku yang paling mendominasi di kecamatan Medan Johor adalah suku
Jawa dengan persentase sebesar 34,77%. Selain itu, adapun agama yang menjadi
[image:49.595.107.517.112.313.2]kepercayaan penduduk kecamatan Medan Johor adalah sebagai berikut.
Tabel 1.9. Data Penduduk Menurut Agama
Agama Islam merupakan penduduk mayoritas yang mendiami Kecamatan
Medan Johor, hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
NO AGAMA JUMLAH %
1 Islam 101.129 68,47%
2 Kristen 27.315 18,49%
3 Katholik 5.142 3,48%
4 Hindu 632 0,42%
5 Budha 13.494 9,14%
D. Pemerintahan
Dilihat dari bidang pemerintahan, Kecamatan Medan Johor dipimpin
oleh seorang camat, dimana saat ini terdiri dari 6 kelurahan yang terbagi atas 81
lingkungan, serta 298 blok sensus. Pada tahun 2013, terdapat 215 pegawai yang
dialokasikan di kantor camat dan instansi pemerintah lainnya di Kecamatan
Medan Johor. Alokasi pegawai terbesar berada di puskesmas yaitu 112 pegawai,
sedangkan alokasi pegawai terkecil terdapat pada instansi statistik kecamatan
yaitu hanya berjumlah 1 pegawai40. Adapun struktur organisasi kantor camat
Medan Johor sebagai berikut.
40
STRUKTUR ORGANISASI
Camat Medan
Johor
Khoiruddin,S.Sos
3.Kecamatan Medan Polonia
A. Sejarah Kecamatan Medan Polonia
Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang
masuk kedalaman wilayah Kota Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
Sekretaris Muhammad Yasir Rizka,S.STP KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Kasubag Umum Idah N.Bintang,SE Kasubag Keuangan Nani Ria Nita,SH Kasubag Penram Siti Nur Kasi Pemerintahan
Drs.Yusuf Sutan Putra Siregar
Kasi PMK
Ph. Idah N Bintang,SE Kasi Kesos Syahril,Sm.Hk Kasi Trantib Rustam Harahap,SH Lurah Sukamaju Ph.Muhammad Yassir Rizka,S.STP Lurah Kedai Durian Marwan Purba,SH Lurah Titi Kuning
Drs. A. Muhzi
22 Tahun 1973, yang luasnya ± 3.025 Ha dan terdiri dari 2 Kelurahan yang
sebelumnya termasuk Kecamatan Medan Bru. Selanjutnya berdasarkan Keputusan
Kepala Daerah Tk.I Sumater Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor.
140/4078/K/1978 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, salah
satu diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Polonia maka, jumlah kelurahan
yang sebelumnya 2 Kelurahan menjadi 5 Kelurahan.
Terakhir dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
1991, Kecamatan Medan Polonia mengalami pemekaran kembali menjadi 5
Kelurahan dan 46 Lingkungan yang mana Kelurahan Polonia memiliki jumlah
lingkungan yang paling besar yaitu berjumlah 13 lingkungan.
B. Letak dan Geografis Kecamatan Medan Polonia
Kecamatan Medan Polonia berbatan langsung dengan Kecamatan Medan
Johor di sebelah selatan, Kecamatan Medan Petisah di sebelah utara, Kecamatan
Medan Baru disebelah barat, dan Kecamatan Medan Maimun di sebelah timur.
Kecamatan Medan Polonia memiliki luas sekitar 8,92 km2.41
C. Kependudukan
Adapun jumlah penduduk Kecamatan Medan Polonia sampai dengan
bulan Mei 2014 sebanyak ±67.296 jiwa, dengan perincin sebagai berikut :
41
Tabel 2.0. Data Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Jenis
Kelamin
No. Kelurahan Jumlah KK JUMLAH PENDUDUK Jumlah
Lingkungan
L P L+P
1 Madras Hulu 1.111 4102 3140 7942 10
2 Polonia 6.338 9397 9891 19288 13
3 Sari Rejo 6.650 14.686 12390 27076 9
4 Sukadamai 1.642 3734 4049 7783 6
5 Anggrung 900 2763 3144 5907 8
TOTAL 16.641 34682 32614 67296 46
Sumber : Kecamatan Medan Polonia
Berdasarkan tabel 2.0 di atas dapat dilihat bahwasannya kelurahan Sari
Rejo memiliki jumlah penduduk yang paling besar dan memiliki jumlah
penduduk perempuan dan laki-laki yang paling banyak diantara kelurahan
lainnya. Adapun persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin di kecamatan
Medan Polonia dapat dilihat seperti berikut.
Tabel 2.1. Persentase Penduduk Kecamatan Medan Polonia Berdasarkan Jenis
Kelamin
NO JENIS KELAMIN JUMLAH JIWA PERSENTASE
1 Laki-Laki 34682 51,53%
[image:53.595.132.506.635.719.2]TOTAL 67296 100%
Sumber : Kecamatan Medan Polonia
Berdasarkan tabel 2.1 di atas dapat dilihat bahwasannya persentase
penduduk jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan persentase
penduduk perempuan di kecamatan Medan Polonia. Selain itu, penduduk
[image:54.595.62.589.314.594.2]kecamatan Medan Polonia juga dapat dilihat berdasarkan etnis seperti berikut.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Polonia Menurut Etnis
N
o Kelura
han
Aceh Bata
k
Karo Man
daili
ng
Nias Min
Ang Sun
Da
Jawa Mela
yu Mad ura Mak assar Mina hasa Aus tr Ch ina Ba li A mb on
India JUML
AH
1
Madras
Hulu
350 1328 702 701 812 800 199 121 1012 435 6471
2 Sari
Rejo
6750 540 810 270 17145 405 270 2619
3 Aggru
ng
105 1592 69 106 636 134 776 2 14 14 424 3858
4 Polonia 181 4062 39 190 44 10682 139 2444 49 49 1423 1925
5 Sukada
mai
165 1975 44 93 84 2230 154 48 2962 19 19 32 7806
TOTAL 6357
Sumber : Kecamatan Medan Polonia
D. Pemerintahan
Kecamatan Medan Polonia yang dipimpin oleh seorang camat memiliki
5 kelurahan yang terdiri dari 46 lingkungan dan 139 blok sensus. Tahun 2013,
di kantor camat dan instansi-instansi pemerintah lainnya, dimana alokasi
pegawai terbesar berada di kantor kelurahan yakni sebanyak 27 pegawai.
Sedangkan alokasi pegawai terkecil terdapat pada instansi statistik kecamatan
yang hanya berjumlah satu pegawai.
Selain itu, pemerintahan camat Medan Polonia memiliki visi dan misi
yang menjadi landasan camat Medan Polonia untuk memajukan kecamatan
Medan Polonia, visi-misi kecamatan Medan Polonia yaitu sebagai berikut. Visi
dari pemerintahan Kecamatan Medan Polonia yaitu, dengan mengacu kepada
Visi Kota Medan yaitu “Kota Medan Menjadi Medan Metropolitan yang
Berdaya Saing, Nyaman, Peduli dan Sejahtera” maka Visi Kecamatan Medan Polonia adalah “Terwujudnya Kecamataan Medan Polonia yang Maju, Modern, Madani, ddan Religius” melalui Pemberdayaan Kelurahan
dengan memberdayakan masyarakat di segala bidang.
Sedangkan Misi Kecamatan Medan Polonia yaitu :
a. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik
b. Peningkatan Pelaksanaan Pembangunan yang Merata
c. Meningkatkan Hubungan Kemasyarakatan yang harmonis
d. Meningkatkan Pelayanan Prima
e. Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Masyarakat
Kecamatan Medan Polonia memiliki struktur organisasi pemerintahan
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KECAMATAN MEDAN POLONIA
PP NOMOR : 41 TAHUN 2007
Sumber: Kecamatan Medan Polonia
4. Kecamatan Medan Tuntungan
A. Sejarah Kecamatan Medan Tuntungan
Sejarah Medan Tuntungan berawal pada zaman penjajahan Belanda yang
mana waktu itu tembakau merupakan tanaman yang menjadi primadona pada saat
itu. Sejalan dengan itu praktik pencurian bibit dan hasil tembakau juga sangat
marak sehingga dibutuhkan sebuah lokasi yang bisa dijadikan gudang atau tempat CAMAT
Drs. AIDAL FITRA SEKERTARIS CAMAT
HIDAYAT,AP,S.Sos.MSP SEKSI TATA PEMERINTAHAN YUSNI AGUSTINI,S.Sos SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
IR.KELLY LIDYA SUMBAYAK
pengumpulan hasil tembakau yang jauh dari lokasi pemukiman penduduk, yang
mana pada saat itu pusat kota adalah Kesultanan Deli.42
Untuk memenuhi hal itu pemerintah pada saat itu memilih lokasi selatan
Pancur Batu. Sejalan dengan waktu, gudang tembakau pun semakin banyak di
daerah tersebut, sehingga menimbulkan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
sekitar maupun masyarakat suku Karo yang turun gunung dan bermukim disekitar
Pancur Batu. Karena banyaknya masyarakat suku Karo yang berada di sekitar
Pancur Batu sehingga membuat mereka menyebut daerah pergudangan tersebut
“Tuntungen” yang mana artinya gudang atau tempat penyimpan. Pada
perkembangan selanjutny “Tuntungen” kemudian berubah penyebutannya
menjadi “Tuntungan” dan setelah masuk Kota Medan menjadi disebutlah
namanya Medan Tuntungan. Sejalan dengan waktu Medan Tuntungan menjadi sebuah kecamatan yang ada di Kota Medan pada tahun 1974. Selanjutnya pada
tahun 1976 Kantor Camat Medan Tuntungan Diresmikan oleh KDH Dati II
Medan Bapak M.Saleh Arifin.43
B. Letak dan Geografis Kecamatan Medan Tuntungan
Kecamatan Medan Tuntungan berbatasan langsung dengan Kecamatan
Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor di sebelah utara, Kabupaten Deli
Serdang di sebelah selatan, barat dan timur. Kecamatan Medan Tuntungan
merupakan salah satu kecamatan di kota Medan yang mempunyai luas sekitar
29,87 km2.
42
Kecamatan Medan Tuntungan dalam Angka. 2014. Profil Kecamatan Medan Tuntungan. Hal.5.
43
C. Kependudukan
Pada bagian ini berisi tentang data penduduk kecamatan Medan
Tuntungan berdasarkan jenis kelamin, suku dan agama seperti yang ada pada tabel
[image:58.595.122.554.272.720.2]di bawah ini.
Tabel 2.3 Data Penduduk Kecamatan Medan Tuntungan Hingga September
2014
No Kelurahan Lingkungan
Jumlah Penduduk
Jumlah
WNI Orang Asing
LK PR LK PR
1 Tanjung
Selamat
9 6.727 7.848 14.575
2 Simpang
Selayang
17 10.329 10.505 85 59 20.978
3 Namo
Gajah
3 998 1.047 2.045
4 Kemenanga
n Tani
5 2.357 2.496 4.853
6 Sidomulyo 4 1.233 1.065 2.298
7 Baru
Ladang
Bambu
5 2.107 2.277 21 15 4.420
8 Simalingkar
B
5 2.680 2.860 5.540
9 Mangga 24 14.802 16.782 1 31.585