JAWABAN RESPONDEN TERHADAP
23 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 1
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsimin. 2002. Prosedur Penelitian. Aneka Cipta : Jakarta
Bungin, Burhan. 2009. Metedologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Chozin, M.A, Dkk. 2010. Pembangunan Perdesaan : Dalam Rangka Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat. Bogor : IPB Press
Dahuri, Rokhmin, Dkk. 2013. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT Balai Pustaka
Nasution, Zulkarimen. 2007. Komunikasi Pembangunan (Pengenalan Teori dan
Penerapannya). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sara, La. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir. Bandung : Alfabeta
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian
Bidang Ilmu – Ilmu Sosial dan Kesehatan). Medan : Grasindo
Monoratama
Siagian, Sondang P. 2000. Administrasi Pembangunan, Konsep, Dimensi dan
Strateginya. Jakarta : PT Bumi Aksara
Soetomo. 2010. Strategi – Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sukirno, Sadono. 1976. Beberapa Aspek Dalam Pembangunan Daerah. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI
Susilo, Edi. 2010. Dinamika, Struktur Sosial Dalam Ekosistem Pesisir. Malang : UB Press
Suyanto, Bagong. 2008. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Pendekatan
Alternatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Ndraha, Taliziduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif , yaitu penelitian yang
dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan
fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur – unsur yang ada
dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk
interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011 : 52).
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu dengan
dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya yaitu data yang
diperoleh di lapangan, dikumpulkan, diolah serta dianalisis.
Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal
berupa gambar atau foto yang didapat dari lapangan dan kemudian
menjelaskannya dengan kata – kata. Melalui penelitian ini penulis
menggambarkan tentang bagaimana pengaruh pembangunan sektor pesisir dan
laut terhadap kesejahteraan masyarakat di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo
Kabupaten Nias Selatan. Alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini adalah
karena Desa Sorake merupakan salah satu daerah pesisir dan laut di Kabupaten
Nias Selatan yang senantiasa menerima program pembangunan dari pemerintah
Kabupaten Nias Selatan. Selain itu, karena Desa Sorake merupakan salah satu
daerah objek wisata yang sudah terkenal baik karena keindahan pantainya,
maupun karena ombaknya yang besar yang cocok dimanfaatkan untuk olahraga
selancar air.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi.
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh – tumbuhan, udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek – objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2009 : 99). Adapun yang menjadi
populasi dari penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Desa Sorake
Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan, yang berjumlah 204 Kepala
Keluarga.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau
diwakilinya. Jika populasi lebih dari 100 maka dianjurkan sampel yang diambil
antara 10 – 15% atau 20 – 25% (Arikunto, 2002:107). Dikarenakan jumlah
populasinya sebanyak 204 kepala keluarga dan lebih dari 100 maka sampelnya
diambil dari 25% dari jumlah populasi, yaitu 51 kepala keluarga. Teknik
penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling atau
teknik penarikan acak.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang
menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal,
dan karya tulis lainnya.
2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan
turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta – fakta yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Adapun alat – alat yang digunakan dalam
rangka studi lapangan ini adalah :
1. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar
daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga
peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam
2. Wawancara, yaitu percakapan atau proses tanya jawab yang dilakukan
pengumpul data dengan responden sehingga responden memberikan
data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
analisis kuantitatif melalui uji regresi. Ukuran statistik ini digunakan untuk
menguji hubungan antara sebuah variable dependen dengan satu atau beberapa
variable independen. Jika variabel dependen dihubungkan dengan sebuah variabel
independen, persamaan regresi yang dihasilkan adalah regresi linear
(Prasetyo&jannah, 2005 : 199).
Model Regresi sederhana adalah
y
ˆ
=
a
+
bx
, dimanayˆ
adalah variabeltak bebas (terikat), X adalah variabel bebas, a adalah penduga bagi intersap (α), b
adalah penduga bagi koefisien regresi (β), dan α, β adalah parameter yang
nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel.
Rumus yang dapat digunakan untuk mencari a dan b adalah
X
i
Y = Rata-rata skor variabel Y
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual, data dikumpulkan dari
hasil kuisioner (angket) dan wawancara. Pengolahan data secara umum
dilaksanakan dengan melalui tahap pemeriksaan (editing), proses pemberian
identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulations) dan kemudian dianalisis
secara mendalam
Langkah – langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Editing, adalah kegiatan meneliti dan memperbaiki kualitas data yang
diperoleh selama penelitian berlangsung.
2. Koding, adalah kegiatan mengklasifikasikan jawaban – jawaban menurut
macamnya.
3. Mengkategorikan seluruh data agar mudah dianalisis, mudah disimpulkan,
dan untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian sehingga
jawaban yang beranekaragam dapat dipersingkat sesuai dengan
kategorinya masing – masing.
4. Tabulasi, yaitu data disusun dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam
suatu tabel tunggal sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Desa Sorake
4.1.1 Keadaan Demografis
Desa Sorake merupakan salah satu desa dari Kecamatan Maniamolo
Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki luas wilayah
6000 meter persegi. Lokasi Desa Sorake memiliki jarak sekitar 3 Km dari kota
Kecamatan Maniamolo dan berjarak sekitar 14 Km dari kota Teluk Dalam sebagai
pusat pemerintahan Kabupaten Nias Selatan.
Desa Sorake merupakan salah satu desa yang terletak di daerah pesisir
pantai Kabupaten Nias Selatan, letak desa yang sedikit terpencil membuat pantai
di desa Sorake masih asri dan menjadi favorit para wisatawan khususnya para
peselancar. Desa Sorake ini sendiri terkenal karena pantai Sorake nya yang
memiliki ombak yang besar, dan bahkan di kalangan para peselancar lokal dan
mancanegara, ombak di pantai ini terbaik setelah di Hawaii. Ketinggian ombak di
pantai ini mencapai 3 sampai 5 meter yang menjadi tantangan tersendiri bagi para
penggemar olahraga selancar air.
Desa Sorake sendiri merupakan daerah pemukiman masyarakat yang
sudah cukup lama menetap di sepanjang pesisir pantai Sorake sejak tahun 1955.
Desa Sorake di huni sebanyak 1008 jiwa dan 215 keluarga. Penduduk Desa
kesatuan desa dan tidak terbagi lagi menjadi beberapa dusun sebagaimana desa di
Indonesia pada umumnya.
4.1.2 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk
Desa Sorake yang memiliki pendidikan formal terakhir ialah sebagai tamatan
SD/Sederajat yaitu berjumlah 421 Jiwa dan yang paling sedikit adalah sebagai
tamatan S-2 yaitu berjumlah 2 Jiwa. Akan tetapi tidak sedikit juga penduduk Desa
Sorake yang tidak sampai menamatkan satupun tingkat pendidikan formal, yaitu
sejumlah 97 Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
TABEL 4.1
Distribudi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (jiwa)
4.1.3 Distribusi Penduduk Menurut Agama
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa jenis Agama yang terdapat di
Desa Sorake hanyalah dua jenis Agama saja, yaitu Agama Kristen Protestan dan
Agama Islam. Adapun mayoritas penduduknya memeluk Agama Kristen
Protestan dengan jumlah 945 Jiwa, sedangkan yang memeluk Agama Islam
berjumlah 63 Jiwa. Selengkapnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
TABEL 4.2
Distribusi Penduduk Menurut Agama
4.2 Sarana dan Prasarana di Desa Sorake
4.2.1 Sarana Pendidikan
TABEL 4.3
Sarana Pendidikan di Desa Sorake
No Gedung Pendidikan Jumlah (Unit)
3
4
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
2
2
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hanya terdapat 6 (enam) unit
sarana pendidikan yang ada di Desa Sorake yang terdiri dari satu unit TK (Taman
Kanak – Kanak), dan SD, SMP, dan SMA yang masing – masing berjumlah 2
(dua) unit. Hal tersebut sangat jauh berbanding dengan jumlah penduduk Desa
Sorake untuk dapat memfasilitasi kegiatan pendidikan formal bagi penduduk Desa
Sorake.
4.2.2 Sarana Kesehatan
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa sarana kesehatan yang berada di
Desa Sorake yaituadanya 1 unit Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
pembantu, 1 unit Puskesdes (Pusat Kesehatan Desa), dan 2 (dua) unit Klinik
Bidan. Walaupun sarana kesehatan yang ada di Desa Sorake tersebut sangat
membantu masyarakat desa, jika dilihat dari bagaimana kuantitas dan kualitas
pelayanan dari sarana kesehatan tersebut, jumlah tersebut masih jauh dari
kebutuhan masyarakat Desa Sorake akan sarana kesehatan jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk Desa Sorake. Untuk lebih lengkapnya dapat kita lihat
TABEL 4.4
Sarana Kesehatan di Desa Sorake
No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)
1
4.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian
TABEL 4.5
Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian
No Pekerjaan Jumlah (Jiwa)
1
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pekerjaan atau sumber mata
Sipil), Pedagang, Peternak, Wiraswasta, Nelayan dan Tukang Kayu. Akan tetapi,
mayoritas penduduk di Desa Sorake bekerja atau berprofesi sebagai petani yang
berjumlah 146 Jiwa. Selain itu, profesi lain yang banyak dilakoni oleh penduduk
di Desa Sorake adalah sebagai Peternak yang berjumlah 44 Jiwa, dan sebagai
Wiraswasta yang berjumlah 37 Jiwa. Profesi sebagai Wiraswasta yang dimaksud
adalah penduduk tersebut memiliki usaha seperti usaha penginapan dan warung
makan. Usaha seperti demikian cukup banyak dilakukan oleh penduduk di Desa
Sorake mengingat Desa Sorake merupakan Desa yang paling banyak dikunjungi
oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, dikarenakan potensi Desa
Sorake sebagai desa pesisir yang memiliki pantai dan ombak yang besar, yang
BAB V
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bagian ini penulis akan menyajikan dan menganalisis data-data yang
diperoleh melalui kuisioner yang diisi oleh responden masyarakat Desa Sorake
Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan sebanyak 51 orang. Data-data
yang terkumpul akan dianalisis untuk melihat Pengaruh Pembangunan Sektor
Pesisir dan Laut Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake
tersebut.
Agar pembahasan tersusun sistematis, maka pembahasan dalam penelitian
ini dilakukan menjadi lima bagian, yaitu:
1. Penyajian Data karakteristik umum responden,
2. Analisis Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut (variabel X)
3. Analisis Kesejahteraan Masyarakat (variabel Y)
4. Analisis Kuantitatif
5. Analisis Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake Kecamatan
Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang telah
terkumpul, dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi frekuensi dan yang dianalisa
5.1.Data Indentitas Responden
Pembahasan pada bagian ini, penulis akan menyajikan data sebaran
responden berdasarkan beberapa karakteristik, yaitu umur, agama, suku bangsa,
tingkat pendidikan, dan profesi/pekerjaan responden. Walaupun dalam teknik
penarikan sampel, penelitian ini menggunakan metode acak/random, akan tetapi
perlu kiranya untuk penyajian data karakteristik responden untuk melihat sebaran
karakteristik yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sebelum penyajian
data, perlu diketahui pula bahwa karakteristik responden berdasarkan agama dan
susku bangsa tidak perlu disajikan dalam bentuk tabel, hal tersebut dikarenakan
seluruh responden diketahui bergama Kristen Protestan dan bersuku bangsa Nias.
Sedangkan sebaran karakteristik reponden lainnya dapat dilihat sebagai berikut:
TABEL 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 21 – 30 12 23,5 %
2 31 – 40 18 35.3%
3 41 – 50 14 27,5 %
4 >50 7 13,7 %
Total 51 100%
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Pada tabel 5.1 di atas mayoritas usia responden adalah antara 31-40 tahun
41-50 tahun sebanyak 14 jiwa responden (27,5%), selanjutnya usia antara 21-30
tahun sebanyak 12 jiwa (23,5%) dan yang menjadi responden minoritas ialah usia
diatas 50 tahun (13,7%) sebanyak 7 Jiwa.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada usia
produktif dengan tingkat yang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan pada usia
yang dianggap sebagai pemuda tersebut, petani berada pada posisi tingkat
kemampuan fisik dan kesehatan yang lebih baik.
TABEL 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD/ Sederajat 19 37,3 %
2 SMP/ Sederajat 17 33,3 %
3 SMA/ Sederajat 15 29,4 %
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang
tidak bersekolah. Sementara itu, mayoritas responden berpendidikan terakhir pada
jenjang SD/sederajat sebanyak 19 jiwa (37,3%), dimana sebagian responden
menyatakan masih bernama Sekolah Rakyat. Kemudian diikuti jenjang
pendidikan SMP/Sederajat sebanyak 17 jiwa (33,3%), dan kemudian jenjang
pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 15 jiwa (29,4%).
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, dapat diketahui juga bahwa
Sekolah Dasar, akan tetapi sebaran responden berdasarkan latar belakang
pendidikan tidak memiliki jarak yang begitu jauh antara tamatan SD,SMP, atau
SMA. Dengan kata lain, data yang diperoleh dari responden, memiliki sebaran
sudut pandang yang hampir beragam berdasarkan latarbelakang pendidikan.
TABEL 5.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi/Pekerjaan
No Suku Frekuensi Persentase (%)
1 Petani 23 45,1 %
2 Nelayan 14 27,4 %
3 PNS 3 5,9 %
4 Pedagang 6 11,8 %
5 Wiraswasta 5 9,8 %
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Berdasarkan Tabel 5.3 hasil dari Penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa mayoritas responden adalah berprofesi sebagai petani berjumlah 23 jiwa
(45,1%). Kemudian diikuti dengan profesi nelayan berjumlah 14 jiwa (27,4%),
pedagang berjumlah 6 jiwa (11,8%), Wiraswasta berjumlah 5 jiwa (9,8%), dan
profesi yang menjadi minoritas sebagai responden dalam penelitian ini adalah
PNS, yaitu berjumlah 3 jiwa responden (5,9%).
Berdasarkan data diatas dapat diketahui juga bahwa sebaran karakteristik
Desa Sorake, dimana diketahui bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat di Desa
Sorake adalah berpofesi sebagai Petani.
5.2.Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut (Variabel X)
Pembahasan dalam bagian ini akan menganalisis dari penyajian data tentang
Pembangunan Sektor Pesisir dan Kelautan yang diperoleh dari responden.
Sebaran data yang akan disajikan dan dianalisis ialah tingkat pemahaman,
dukungan, dan partisipasi masyarakat tehadap Pembangunan Sektor Pesisir dan
Laut, serta tingkat kontribusi Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut secara khusus
dalam hal infrastruktur jalan, infrastruktur jembatan, sarana alat penerangan, dan
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut secara umum/keseluruhan. Adapun sajian
data dan analis data tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
TABEL 5.4
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Pemahaman Tentang Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut
No Pemahaman Responden Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Mengetahui 3 5,9 %
2 Cukup Mengetahui 21 41,2 %
3 Kurang Mengetahui 25 49 %
4 Tidak Mengetahui 2 3,9 %
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas
Laut, sebanyak 25 responden (49%). Selisih tipis dengan responden yang
menjawab cukup mengetahui Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut,
sebanyak 21 responden (41,2%). Sedangkan sebagian kecil responden menjawab
sangat mengetahui Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut sebanyak 3
responden (5,9%) dan responden yang menjawab tidak mengetahui program
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut sebanyak 2 responden (3,9%) sebagai
jawaban responden yang minoritas.
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa, walaupun berbeda
tipis dengan masyarakat yang cukup mengetahui Program Pembangunan Sektor
Pesisir dan Laut, akan tetapi memang kebanyakan masyarakat kurang mengetahui
mengenai Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut. Hal tersebut juga dapat
diketahui penulis pada saat melakukan observasi dan pada saat melakukan
penyebaran kuisioner, sebagai catatan penulis pada saat penelitian, penulis banyak
menemukan penjelasan dari masyarakat sebgai responden yang menjawab kurang
mengetahui Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut, hampir keseluruhan
responden menjelaskan bahwa mereka hanya mengetahui atau pernah mendengar
Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut secara permukaan program
tersebut dari informasi antar masyarakat. Akan tetapi, apabila untuk mengetahui
secara mendasar apa tujuan prorgam dan bagaimana berjalannya program,
responden menjawab kurang mengetahui. Maka dari kenyataan tersebut, sebagai
program Pemerintah Kabupaten Nias Selatan, perlu kiranya sosialisasi yang lebih
mendalam mengenai Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut yang
TABEL 5.5
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Dukungan Terhadap Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut
No Dukungan Responden Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Mendukung 10 19,6 %
2 Cukup Mendukung 39 76,5 %
3 Kurang Mendukung 2 3,9 %
4 Tidak Mendukung - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas
respondencukup mendukung Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut,
sebanyak 39 responden (76,5%). Selanjutnya responden yang menjawab sangat
mendukung Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut, sebanyak 10
responden (19,6%). Sedangkan sebagai minoritas, ternyata terdapat juga
masyarakat yang sebagai reponden menjawab kurang mendukung Program
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut, sebanyak 2 responden (3,9%).
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa, hampir seluruh
masyarakat Desa Sorake pada kenyataannya mendukung Program Pembangunan
TABEL 5.6
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Partisipasi Terhadap Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut
No Partisipasi Responden Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Berpartisipasi 9 17,65 %
2 Cukup Berpartisipasi 37 72,55 %
3 Kurang Berpartisipasi 4 7,84 %
4 Tidak Berpartisipasi 1 1,96%
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden cukup berpartisipasidalam Program Pembangunan Sektor Pesisir dan
Laut, sebanyak 37 responden (72,55%). Selanjutnya responden yang menjawab
sangat berpartisipasi dalam Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut,
sebanyak 9 responden (17,65%). Selain itu, terdapat juga responden yang
menyatakan sebagai masyarakat yang kurang berpartisaipasi dalam Program
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut, sebanyak 4 responden (7,84%). Sedangkan
sebagai minoritas, ternyata terdapat juga masyarakat yang sebagai reponden
menjawab tidakberpartisipasi dalamProgram Pembangunan Sektor Pesisir dan
Laut, sebanyak 1 responden (1,96%).
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa, hampir seluruh
masyarakat Desa Sorake pada kenyataannya telah berpartisipasi dalamProgram
TABEL 5.7
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kontribusi Pembangunan Jalan Penghubung di Desa Sorake Terhadap Masyarakat
No Tingkat Kontribusi Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Membantu 12 23,5 %
2 Cukup Membantu 39 76,5 %
3 Kurang Membantu - -
4 Tidak Membantu - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa Program Pembangunan Jalan Penghubung di Desa
Sorake dianggap cukup membantu, sebanyak 39 responden (76,5%). Selanjutnya
responden yang menganggap bahwa Program Pembangunan Jalan Penghubung di
Desa Sorake dianggap sangat membantu, sebanyak 12 responden (23,5%). Akan
tetapi dalam hal ini tidak ditemukan responden yang menganggap bahwa Program
Pembangunan Jalan Penghubung di Desa Sorake dianggap kurang membantu
maupun tidak membantu.
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa Program
Pembangunan Jalan Penghubung di Desa Sorake telah dianggap membantu bagi
seluruh masyarakat di Desa Sorake. Hal tersebut juga dapat diperkuat dengan
tidak adanya responden yang menganggap Pembangunan Jalan Penghubung di
TABEL 5.8
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kontribusi Sarana Alat Penerangan di Desa Sorake Terhadap Masyarakat
No Tingkat Kontribusi Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Membantu 8 15,7 %
2 Cukup Membantu 41 80.4 %
3 Kurang Membantu 2 3,9 %
4 Tidak Membantu - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa Program Pembangunan Sarana Alat Penerangan di
Desa Sorake dianggap cukup membantu, sebanyak 41 responden (80,4%).
Selanjutnya responden yang menganggap bahwa Program Pembangunan Sarana
Alat Penerangan di Desa Sorake dianggap sangat membantu, sebanyak 8
responden (15,7%). Sedangkan sebagai minoritas, ternyata terdapat juga
masyarakat yang sebagai responden menganggap bahwa Program Pembangunan
Sarana Alat Penerangan di Desa Sorake dianggap kurang membantu, sebanyak 2
responden (3,9%). Akan tetapi dalam hal ini tidak ditemukan responden yang
menganggap bahwa Program Pembangunan Sarana Alat Penerangan di Desa
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa Program
Pembangunan Sarana Alat Penerangan di Desa Sorake telah dianggap membantu
bagi hampir seluruh masyarakat di Desa Sorake.
TABEL 5.9
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kontribusi Program PembangunanInfrastruktur Jembatan di Desa dan Pengubung Desa Sorake
Terhadap Masyarakat
No Tingkat Kontribusi Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Membantu 6 11,765 %
2 Cukup Membantu 44 86,275 %
3 Kurang Membantu 1 1,96 %
4 Tidak Membantu - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Jembatan di
Desa dan Pengubung Desa Sorake dianggap cukup membantu, sebanyak 44
responden (86,275%). Selanjutnya responden yang menganggap bahwa Program
Pembangunan Infrastruktur Jembatan di Desa dan Pengubung Desa Sorake
dianggap sangat membantu, sebanyak 6 responden (11,765%). Sedangkan sebagai
minoritas, ternyata terdapat juga masyarakat yang sebagai responden menganggap
bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Jembatan di Desa dan Pengubung
tetapi dalam hal ini tidak ditemukan responden yang menganggap Program
Pembangunan Infrastruktur Jembatan di Desa dan Pengubung Desa Sorake
dianggap tidak membantu.
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa Program
Pembangunan Infrastruktur Jembatan di Desa dan Pengubung Desa Soraketelah
dianggap membantu bagi hampir seluruh masyarakat di Desa Sorake. Hal tersebut
juga dapat diperkuat dengan tidak adanya responden yang menganggap Program
Pembangunan Infrastruktur Jembatan di Desa dan Pengubung Desa Sorake
dianggap tidak mambantu.
TABEL 5.10
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kontribusi Seluruh Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake Terhadap
Masyarakat
No Tingkat Kontribusi Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Membantu 7 13,7 %
2 Cukup Membantu 42 82.4 %
3 Kurang Membantu 2 3,9 %
4 Tidak Membantu - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa seluruh Program Pembangunan Sektor Pesisir dan
Selanjutnya responden yang menganggap bahwa seluruh Program Pembangunan
Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake dianggap sangat membantu, sebanyak 7
responden (13,7%). Sedangkan sebagai minoritas, ternyata terdapat juga
masyarakat yang sebagai responden menganggap bahwa seluruh Program
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake dianggap kurang
membantu, sebanyak 2 responden (3,9%). Akan tetapi dalam hal ini tidak
ditemukan responden yang menganggap bahwa seluruh Program Pembangunan
Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake dianggap tidak membantu.
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa seluruh Program
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake telah dianggap membantu
bagi hampir seluruh masyarakat di Desa Sorake.
5.3.Kesejahteraan Masyarakat Desa Sorake (Variabel Y)
Pembahasan pada bagian ini akan membahas mengenai analisis dari
penyajian data yang juga akan disajikan pada bagian ini. Sesuai dengan Defenisi
Operasional dalam Kesejahteraan Masyarakat yang merupakan variabel Y pada
penelitian ini, maka penyajian dan analisis data pada bagian ini akan dibagikan
dalam beberapa bagian, yaitu kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan
masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan keberadaan Program Pembangunan
5.3.1. Kesehatan
TABEL 5.11
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pilihan Fasilitas/Jasa Pelayanan Kesehatan Oleh Masyarakat Sebelum Keberadaan Puskesmas di Desa
Sorake Sebagai Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut No Fasilitas Kesehatan Frekuensi Persentase (%)
1 Pengobatan Pribadi/
Pengobatan Tradisional/
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.11 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden, sebanyak 26 responden (51%), memilih Mantri/Bidan Desa sebagai
pilihan Fasilitas/Jasa Pelayanan Kesehatan sebelum keberadaan puskesmas di
Desa Sorake yang merupakan sebagai Program Pembangunan Sektor Pesisir dan
Laut. Selain itu, sebagai jumlah pilihan yang menengah bagi responden, sebanyak
14 responden (27,4%) memilih Pengobatan Pribadi/ Pengobatan Tradisional/
keberadaan puskesmas di Desa Sorake. Selain itu juga, untuk pilihan Puskesmas
Kota/Desa Lain hanya dipilih oleh 8 responden (15,7%) sebagai pilihan
Fasilitas/Jasa Pelayanan Kesehatan sebelum keberadaan puskesmas di Desa
Sorake. Sedangkan pilihan minoritas yaitu berjumlah 3 responden (5,9%) memilih
Rumah Sakit Kota/Desa Lain sebagai pilihan Fasilitas/Jasa Pelayanan Kesehatan
sebelum keberadaan puskesmas di Desa Sorake.
Berdasarkan uraian diatas juga dapat diketahui bahwa sebelum keberadaan
Fasilitas pelayanan Kesehatan, yaitu berupa Puskesmas yang dibangun sebagai
Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut, kebanyakan masyarakat di Desa
Sorake hanya menggunakan jasa Mantri/Bidan Desa atau memilih jasa
Pengobatan Tradisional/ Pengobatan Pribadi, bahkan ada yang memtuskan untuk
tidak berobat. Karena belum adanya fasilitas pelayanan Kesehatan, maka sebagian
kecil masyarakat yang diharuskan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
berupa puskesmas ataupun rumah sakit, harus memilih pengoabatan diluar Desa
Sorake.
TABEL 5.12
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kontribusi Pembangunan Fasilitas Kesehatan Seabagi Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut
di Desa Sorake Terhadap Masyarakat
No Tingkat Kontribusi Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Membantu 28 54,9 %
3 Kurang Membantu - -
4 Tidak Membantu - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa Pembangunan Fasilitas Kesehatan seabagi
Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake terhadap
masyarakat dianggap sangat membantu, sebanyak 28 responden (54,9%).
Selanjutnya responden yang menganggap bahwa Pembangunan Fasilitas
Kesehatan seabagi Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake
terhadap masyarakat dianggap cukup membantu, sebanyak 23 responden (45,1%).
Akan tetapi dalam hal ini tidak ditemukan responden yang menganggap bahwa
Pembangunan Fasilitas Kesehatan seabagi Program Pembangunan Sektor Pesisir
dan Laut di Desa Sorake terhadap masyarakat dianggap kurang membantu
maupun tidak membantu.
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa Program
Pembangunan Fasilitas Kesehatan seabagi Program Pembangunan Sektor Pesisir
dan Laut di Desa Sorake terhadap masyarakat telah dianggap membantu bagi
seluruh masyarakat di Desa Sorake. Hal tersebut juga dapat diperkuat dengan
tidak adanya responden yang menganggap Pembangunan Fasilitas Kesehatan
(berupa Puskesmas) seabagi Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di
Desa Sorake terhadap masyarakat dengan anggapan kurang membantu maupun
tentang masyarakat yang kebanyakan diantaranya hanya menggunakan jasa
Mantri/Bidan Desa atau memilih jasa Pengobatan Tradisional/ Pengobatan
Pribadi, bahkan ada yang memtuskan untuk tidak berobat dikarenakan belum
adanya fasilitas kesehatan di Desa Sorake sebelum adanya Program Pembangunan
Sektor Pesisir dan Laut.
TABEL 5.13
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kualitas Lembaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Desa Sorake Sebagai
ProgramPembangunan Sektor Pesisir dan Laut
No Tingkat Kualitas Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Baik 5 9,8 %
2 Cukup Baik 29 56,9 %
3 Kurang Baik 17 33,3 %
4 Tidak Baik - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.13 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa tingkat kualitas Lembaga Kesehatan dan
Pelayanan Kesehatan di Desa Sorake dianggap cukup baik, sebanyak 29
responden (56,9%). Selanjutnya responden yang menganggap bahwa tingkat
kualitas Lembaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan di Desa Sorake dianggap
kurang baik, sebanyak 17 responden (33,3%). Sedangkan sebagai minoritas,
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan di Desa Sorakedianggap sangatbaik,
sebanyak 5 responden (9,8%). Akan tetapi dalam hal ini tidak ditemukan
responden yang menganggap tingkat kualitas Lembaga Kesehatan dan Pelayanan
Kesehatan di Desa Sorakeyang ditanggapi dengan tidak baik.
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan
masyarakat menganggap baik terhadap tingkat kualitas Lembaga Kesehatan dan
Pelayanan Kesehatan di Desa Sorake. Akan tetapi, disisi bersamaan didalam
masyarakat terdapat beberapa masyarakat yang masih menganggap tingkat
kualitas Lembaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan di Desa Sorake memiliki
kekurangan, khususnya dalam hal pelayanan kesehatan dari puskesmas yang ada
di Desa sorake. Walaupun pada data sebelumnya, hampir seluruh masyarakat
menganggap kehadiran puskesmas telah membantu masyarakat dalam hal
pelayanan kesehatan, akan tetapi masih besarnya harapan pada beberapa
masyarakat atas peningkatan kualitas pelayanan di puskesmas tersebut.
5.3.2. Pendidikan
TABEL 5.14
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kontribusi Pembangunan Infrastruktur Jalan Dalam Membantu Akses Fasilitas Pendidikan No Tingkat Kontribusi Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Membantu 12 23,5 %
2 Cukup Membantu 39 76,5 %
4 Tidak Membantu - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.14 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Jalan dalam
membantu Akses Fasilitas Pendidikan bagi masyarakat dianggap cukup
membantu, sebanyak 39 responden (76,5%). Selanjutnya responden yang
menganggap bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Jalan dalam membantu
Akses Fasilitas Pendidikan bagi masyarakat dianggap sangat membantu, sebanyak
12 responden (23,5%). Akan tetapi dalam hal ini tidak ditemukan responden yang
menganggap bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Jalan dalam membantu
Akses Fasilitas Pendidikan bagi masyarakat dianggap kurang membantu maupun
tidak membantu.
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa Program
Pembangunan Infrastruktur Jalan dalam membantu Akses Fasilitas Pendidikan
bagi masyarakat telah dianggap membantu bagi seluruh masyarakat di Desa
Sorake. Hal tersebut juga dapat diperkuat dengan tidak adanya responden yang
menganggap Pembangunan Jalan Penghubung di Desa Sorake dianggap kurang
TABEL 5.15
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Jalan Sebagai Akses Fasilitas Pendidikan
Terhadap Prestasi Pelajar di Desa Sorake
No Tingkat Pengaruh Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Berpengaruh 3 5,9 %
2 Cukup Berpengaruh 17 33,3 %
3 Kurang Berpengaruh 19 37,3 %
4 Tidak Berpengaruh 12 23,5 %
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.15 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa Pembangunan Infrastruktur Jalan sebagai Akses
Fasilitas Pendidikan terhadap Prestasi Pelajar di Desa Sorake dianggap kurang
memiliki pengaruh, sebanyak 19 responden (37,3%). Selanjutnya responden yang
menganggap bahwa Pembangunan Infrastruktur Jalan sebagai Akses Fasilitas
Pendidikan terhadap Prestasi Pelajar di Desa Sorakedianggap memiliki cukup
pengaruh, sebanyak 17 responden (33,3%). Dilanjutkan dengan responden
sebanyak 12 jiwa (23,5%) yang menganggap bahwa Pembangunan Infrastruktur
Jalan sebagai Akses Fasilitas Pendidikan terhadap Prestasi Pelajar di Desa Sorake
tidak memiliki pengaruh sama sekali. Sedangkan sebagai minoritas yang
sebagai Akses Fasilitas Pendidikan terhadap Prestasi Pelajar di Desa Sorake
dengan anggapan sangat memiliki pengaruh.
Berdasarkan hal tersebut, walaupun berbeda tipis, akan tetapi dapat
diketahui bahwa anggapan masyarakat mengenai Pembangunan Infrastruktur
Jalan sebagai Akses Fasilitas Pendidikan kurang mempengaruhi Prestasi Pelajar di
Desa Sorake lebih banyak dari pada yang beranggapan cukup berpengaruh. Hal
tersebut juga menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur tidak menjamin akan
mempengaruhi kualitas pendidikan yang memakai paradigma prestasi dalam
proses berjalannya pendidikan yang diterima para pelajar.
TABEL 5.16
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemenuhan Perlengkapan dan Kebutuhan Pendidikan Pelajar di Desa Sorake
No Tingkat Pemenuhan Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Terpenuhi 3 5,9%
2 Cukup Terpenuhi 31 60,8%
3 Kurang Terpenuhi 17 33,3 %
4 Tidak Terpenuhi - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.16 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwaPerlengkapan dan Kebutuhan Pendidikan Pelajar
didalam keluarga responden cukup terpenuhi, sebanyak 31 responden (60,8%).
Pendidikan Pelajar didalam keluarga responden kurang terpenuhi, sebanyak 17
responden (33,3%). Sedangkan sebagai minoritas, masyarakat yang sebagai
responden menganggap bahwa Perlengkapan dan Kebutuhan Pendidikan Pelajar
didalam keluarga responden sangat terpenuhi, sebanyak 3 responden (5,9%).
Akan tetapi dalam hal ini tidak ditemukan responden yang menganggap
Perlengkapan dan Kebutuhan Pendidikan Pelajar didalam keluarga responden
yang tidak terpenuhi
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa hampir seluruh
pelajar di Desa Sorake dapat memenuhi kebutuhan Pendidikan/Sekolah mereka,
walaupun sebagian diantaranya masih dalam kondisi yang kekurangan untuk
dianggap cukup untuk memenuhi tersebut.
5.3.3. Pekerjaan
TABEL 5.17
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Kelautan Terhadap Pekerjaan Masyarakat di Desa Sorake
No Tingkat Pengaruh Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Berpengaruh 13 25,5 %
2 Cukup Berpengaruh 24 47,1 %
3 Kurang Berpengaruh 4 7,8 %
4 Tidak Berpengaruh 10 19,6 %
Total 51 100 %
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.17 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa Pembangunan Sektor Pesisir dan Kelautan cukup
mempengaruhi Pekerjaan responden, sebanyak 24 responden (47,1%).
Selanjutnya responden yang menganggap bahwa Pembangunan Sektor Pesisir dan
Kelautan sangat mempengaruhi Pekerjaan responden, sebanyak 13 responden
(25,5%). Dilanjutkan dengan responden sebanyak 10 jiwa (19,6%) yang
menganggap bahwaPembangunan Sektor Pesisir dan Kelautan tidak
mempengaruhi Pekerjaan responden. Sedangkan sebagai minoritas yang
berjumlah 4 responden (7,8%) menganggap Pembangunan Sektor Pesisir dan
Kelautan kurang mempengaruhi Pekerjaan responden.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Pembangunan Sektor
Pesisir dan Kelautan telah mempengaruhi Pekerjaan pada kebanyakan masyarakat
di Desa Sorake. Sejalan dengan hasil observasi penulis yang menemukan
kenyataan bahwa kebanyakan masyarakat yang bekerja sebagai petani dan
nelayan telah memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang maupun
pengerajin kerajinan tangan sebagai dampak majunya tingkat pariwisata di Desa
Sorake. Sedangkan bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan sampingan
yang terkait dengan kemajuan pariwisata di Desa Sorake tidak akan memiliki
TABEL 5.18
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Kelautan Terhadap Kegiatan Usaha Masyarakat di Desa Sorake
No Tingkat Pengaruh Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Berpengaruh 17 33,3%
2 Cukup Berpengaruh 23 45,1 %
3 Kurang Berpengaruh 2 3,9 %
4 Tidak Berpengaruh 9 17,7 %
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.18 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwa Pembangunan Sektor Pesisir dan Kelautan cukup
mempengaruhi kegiatan usaha responden, sebanyak 23 responden (45,1%).
Selanjutnya responden yang menganggap bahwa Pembangunan Sektor Pesisir dan
Kelautan sangat mempengaruhi kegiatan usaha responden, sebanyak 17 responden
(33,3%). Dilanjutkan dengan responden sebanyak 9 jiwa (17,7%) yang
menganggap bahwaPembangunan Sektor Pesisir dan Kelautan tidak
mempengaruhi kegiatan usaha responden. Sedangkan sebagai minoritas yang
berjumlah 2 responden (3,9%) menganggap Pembangunan Sektor Pesisir dan
Kelautan kurang mempengaruhi kegiatan usaha responden.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Pembangunan Sektor
Pesisir dan Kelautan telah mempengaruhi Kegiatan Usahayang dijalankan
pengaruhnya terhadap pekerjaan masyarakat, dalam hal ini juga menggambarkan
bahwa kegiatan usaha masyarakat yang dijalankan perorangan maupun
perkelompok akan mendapatkan manfaat yang baik dengan adanya pembangunan
infrastruktur dan dengan kemajuan pariwisata Sorake.
5.3.4. Pendapatan
TABEL 5.19
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecukupan Pendapatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari Masyarakat di Desa Sorake No Tingkat Kecukupan Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Mencukupi - -
2 Mencukupi 34 66,7 %
3 Kurang Mencukupi 17 33,3 %
4 Tidak Mencukupi - -
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.19 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwapendapatan responden mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, sebanyak 34 responden (66,7%). Selain itu, terdapat
jugasebagian responden yang menganggap bahwa pendapatan responden kurang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sebanyak 17 responden
(33,3%). Akan tetapi dalam hal ini tidak ditemukan responden yang menganggap
Perlengkapan dan Kebutuhan Pendidikan Pelajar didalam keluarga responden
Berdasarkan uraian yang diatas dapat diketahui bahwa tidak ditemukan
masyarakat yang memiliki pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Walaupun kebanyakan masyarakat di Desa Sorake
dalam kondisi pendapatan yang berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, akan tetapi tetap terdapat pula masyarakat yang memiliki pendapatan yang
masih kurang mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
TABEL 5.20
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Pendapatan Masyarakat Setelah Keberadaan Program Pembangunan
Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake
No Tingkat Peningkatan Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Meningkat 3 5,9 %
2 Meningkat 23 45,1 %
3 SedikitMeningkat 17 33,3 %
4 Tidak Meningkat 8 15,7 %
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.20 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menganggap bahwapendapatan responden setelah keberadaan Program
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Soraketelah meningkat, sebanyak
23 responden (45,1%). Selanjutnya responden yang menganggap bahwa
bahwapendapatan responden sedikit meningkat setelah keberadaan Program
(33,3%). Dilanjutkan dengan responden sebanyak 8 jiwa (15,7%) yang
menganggap bahwabahwapendapatan responden sedikit meningkat setelah
keberadaan Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake.
Sedangkan sebagai minoritas yang berjumlah 3 responden (5,9%) menganggap
bahwapendapatan responden sangat meningkat setelah keberadaan Program
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kebanyakan masyarakat
telah mengalami peningkatan pendapatan setelah keberadaan Program
Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut di Desa Sorake. Sejalan dengan data
sebelumnya mengenai pengaruhnya terhadap pekerjaan maupun kegiatan usaha
masyarakat, walaupun tidak keseluruhan, tetapi kebanyakan masyarakat dengan
adanya pengaruh yang cukup baik terhadap pekerjaan maupun kegiatan usaha
masyarakat Desa Sorake dari program tersebut juga memberikan pengaruh yang
baik terhadap peningkatan pendapatan masyarakat Desa Sorake.
TABEL 5.21
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Waktu Penyisihan Penghasilan/Penabungan dari Pendapatan Masyarakat Desa Sorake
No Tingkat Waktu Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Sering 4 7,8 %
2 Sering 18 35,3 %
3 Jarang 24 47,1 %
Total 51 100 %
Sumber : Data Kuesioner Juli 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.21 dapat diketahui bahwa mayoritas
respondenjarang menyisihkan penghasilan dari pendapatan untuk tabungan,
sebanyak 24 responden (47,1%). Selanjutnya respondensering menyisihkan
penghasilan dari pendapatan untuk tabungan, sebanyak 18 responden (35,3%).
Dilanjutkan dengan responden sebanyak 5 jiwa (9,8%) yang tidak pernah
menyisihkan penghasilan dari pendapatan untuk tabungan. Sedangkan sebagai
minoritas yang berjumlah 4 responden (7,8%) merupakan kalangan masyarakat
yang sangat sering menyisihkan penghasilan dari pendapatan untuk tabungan.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa budaya menabung pada
masyarakat desa Sorake cukup lemah mengingat kebanyakan masyarakat jarang
menyisihkan penghasilan dari pendapatan untuk tabungan.
5.4.Analisis Kuantitatif
Berdasarkan data pengolahan kuisioner pada lampiran terlihat
masing-masing nilai variabel sebagai berikut :
36725832 – 36696656 29176
1726503 – 1697544 28959
= = = 1.38
1196052 – 1175056 20996 Jadi, yˆ = 1,39+ 1,38x
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pembangunan Sektor Pesisir
dan Laut mempunyai hubungan analisis regresi linier terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake, yaitu yˆ = 1,39+ 1,38x. Oleh karena itu, apabila nilai x = 14, maka yˆ = 1,39 + (1,38 . 14) = 1,39+ 24,64 = 19,31.
Tabel 5.22
Nilai hubungan analisis regresi linier (yˆ = 1,39+ 1,38x)
Bagan Grafik Titik Kordinat yˆ = 1,39 + 1,38x
Berdasarkan tabel 5.22 beserta grafiknya, dapat dilihat bahwa walaupun
diawali dengan peningkatan yang cukup drastis pada nilai (X=14; yˆ=19,31), akan
tetapi pada kelanjutannya dapat dilihat adanya hubungan regresi linier yang
meningkat secara stabil dari setiap nilai variabel X terhadap nilai yˆ. Maka dapat
juga diketahui bahwa Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut dalam meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorakememiliki hubungan regresi linier yang
meningkat secara stabil.
Dalam mengetahui hubungan Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut dalam
meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake, di gunakan rumus
perhitungan koefisien product moment, yaitu:
rxy=
}
{
{
1196052-1175056}.2501040 2452356 1697544Untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan dari
Guilford., yaitu sebagai berikut :
1. +0,70 – ke atas : Hubungan positif yang kuat
Berdasarkan perhitungan koefisien Korelasi Product Moment, dapat
diketahui bahwa korelasi antara x dan y dengan n = 51, diperoleh nilai rxy = 0,906. Hal ini menunjukkan hubungan positif yang kuat (+0,70 – ke atas) sesuai dengan pendapat Guilford. Maka dari hasil analisis perhitungan koesfisien
korelasi Product Moment, telah diketahui bahwa antara Pengaruh Pembangunan
Sektor Pesisir dan Laut dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa
Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan memiliki hubungan
Selanjutnya dicari koefisien determinasi (coefficient of determination)
untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.
KP = (rxy)2 100%
KP = (0,906)2 100%
KP = (0,821) 100%= 82,1%
Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hitung KP = 82,1%. Hal
ini menunjukkan bahwa 82,1% Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake
Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatantelah dipengaruhiPembangunan
Sektor Pesisir dan Laut.
5.5.Analisis Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.
Pembangunan masyarakat yang telah dijalankan oleh Pemerintah
Kabuapten Nias Selatan melalui Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut
yang fokus dalam hal pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana
publik dengan serta aktif meningkatkan potensi pariwisata yang khususnya
dilaksanakan di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo telah berdampak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penelitian ini atas nilai koefisisen determinasi, dimana 82,1% peningkatan
Kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh pembangunan sektor pesisir dan laut
Sejalan dengan hal tersebut, dapat diketahui pula bahwa pengaruh
pembangunan sektor pesisir dan laut dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Desa Sorake memiliki hubungan positif yang kuat dengannilai
koefisien korelasi product moment sebesar 0,906 dan memiliki nilai regresi linier
yang meningkat secara stabil. Seperti apa yang disampaikan oleh Soetomo
(2010), bahwa pembangunan masyarakat pada dasarnya adalah proses perubahan
menuju kondisi yang lebih baik, dan kondisi yang lebih baik tersebut pada
umumnya dinyatakan dalam bentuk peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan,
serta apa yang disampaikan oleh Ruopp (1953) yang memberi tekanan pada
pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mengubah keadaan dari yang
kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik.
Dari hasil penyajian data sebelumnya juga dapat diketahui bahwa seluruh bagian
dari program pembangunan sektor pesisir dan laut memiliki kontribusi yang
cukup baik bagi masyarakat, walaupun memang terdapat beberapa kendala
dimana kebanyakan masyarakat belum memahami sepenuhnya mengenai program
pembangunan sektor pesisir dan laut tersebut, akan tetapi dampak dari program
tersebut dianggap sudah sangat memberikan bantuan bagi masyarakat di Desa
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat di simpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pembangunan sektor
pesisir dan laut dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa
Sorake memiliki hubungan positif yang kuat dengan nilai koefisien
korelasi product moment sebesar 0,906 dan memiliki nilai regresi linier
yang meningkat secara stabil, yaitu yˆ= 1,39 + 1,38x, hal tersebut juga
dapat dilihat dari tabel beserta diagramnya, dapat dilihat bahwa adanya
hubungan regresi linier yang meningkat secara stabil dari setiap nilai
variabel X terhadap nilai Y. Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan
dari pengaruh Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake bergerak
meningkat secara stabil.
2. Dari hasil penelitian menunjukan mengenai nilai koefisisen determinasi,
dimana 82,1% peningkatan Kesejahteraan masyarakat di Desa Sorake
Kecamatan Manamolo dipengaruhi oleh pembangunan sektor pesisir dan
laut yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Nias Selatan.
3. Dari penelitian ini dapat juga diketahui bahwa Program Pemerintah yang
dampak sesuai harapan masyakat itu sendiri. Hal tersebut dapat dailihat
dari realita yang ada di Desa Sorake, dimana pembangunan yang sesuai
dengan harapan dan kebutuhan masyarakat jelas akan memberikan
pengaruh yang susaidengan harapan dan kebutuhan masyarakat tersbut
juga.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat memberikan saran yang ditujukan kepada
semua pihak yang berkepentingan.
Disini peneliti mencoba memberikan saran antara lain:
1. Terhadap para mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial untuk
dapat mengembangkan lagi kajian atas masyarakat secara luas yang
diantaranya juga kajian pembangunan masyarakat untuk dapat
mempraktikkan ilmu tersebut hingga berguna terhadap masyarakat secara
luas.
2. Kepadamasyarakat pesisir diseluruh tanah air agar memiliki kesadaran
kritis terhadap realitas dan ikut berpartisipasi pada progam pemerintah
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ikut andil terus
dalam proses memperkuat negara dalam segala bidang.
3. Terhadap Pemerintah Nias Selatan agar lebih giat menjalankan program
yang memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan disertai dengan
sosialisasi yang memadai agar masyarakat benar-benar ikut berpartisipasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan
2.1.1 Pengertian Pembangunan
Secara etimologis, istilah pembangunan berasal dari kata bangun, diberi
awalan pem- dan akhiran –an guna menunjukkan perihal
membangun.Pembangunan juga berarti menilai kembali keadaan setiap kelompok
masyarakat dan mengadakan perbaikan kualitatif, baik dalam kelompok maupun
individu. Pembangunan bukanlah tujuan melainkan alat untuk memanusiakan
manusia Ndraha, 1987 : 1 – 2).
Selain itu, pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan
sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan
untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya kebebasan,
keadilan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui
kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka
(Nasution, 2007).
Lebih luas lagi, pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian
usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan
Apabila definisi diatas disimak secara cermat, akan muncul 7 (tujuh) ide
pokok. Yaitu :
1. Pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan merupakan
rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari
tahap – tahap yang di satu pihak bersifat independen akan tetapi di pihak
lain merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir.
2. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai
sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, jika dalam rangka
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terdapat kegiatan yang
kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak
ditetapkan secara sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental,
kegiatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan.
3. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang,
jangka sedang, dan jangka pendek. Dan seperti dimaklumi, merencanakan
berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal – hal yang akan
dilakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan.
4. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan.
Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara
untuk berkembang dan tidak sekedar mampu mempertahankan
kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Sedangkan perubahan
mengandung makna bahwa suatu negara harus bersikap antisipatif dan
waktu ke jangka waktu yang lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu
dapat diprediksikan sebelumnya atau tidak.
5. Pembangunan mengarah kepada modernitas. Modernitas diartikan sebagai
cara hidup yang baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berpikir
yang rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi fleksibel.
6. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan
per definisi bersifat multidimensional. Artinya, modernitas tersebut
mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dapat
mengejawantah dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta
pertahanan dan keamanan.
7. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukan kepada usaha
pembinaan bangsa sehingga suatu bangsa yang bersangkutan semakin
kokoh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya sehingga menjadi
negara yang sejajar dengan negara lain di dunia karena mampu
menciptakan situasi yang membuatnya berdiri sama tinggi dan duduk
sama rendah dengan negara lain tersebut (Siagian, 2000 : 5).
2.1.2 Pembangunan Masyarakat
Pembangunan masyarakat pada dasarnya adalah proses perubahan menuju
kondisi yang lebih baik, dan kondisi yang lebih baik tersebut pada umumnya
dinyatakan dalam bentuk peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan (Soetomo,
2010 : 25). Walaupun terdapat banyak rumusan tentang kesejahteraan, pada
dasarnya dapat dikatakan bahwa taraf hidup atau kesejahteraan akan meningkat
Oleh sebab itu, perubahan dalam proses pembangunan masyarakat juga
dapat berarti sebagai perubahan yang mengarah pada kondisi yang
memungkinkan semakin banyak kebutuhan dapat dipenuhi. Di lain pihak, dalam
setiap masyarakat tersedia sumber daya yang memiliki potensi dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tersebut. Sudah barang tentu agar sumber daya tersebut
dapat secara efektif berdampak pada pemenuhan semakin banyak kebutuhan dan
dengan demikian berarti meningkatkan kesejahteraan, diperlukan pendayagunaan
atau mobilisasi untuk mengubah sumber daya potensial menjadi aktual. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pendayagunaan sumber daya untuk lebih
memungkinan peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan unsusr pokok
dari pembangunan masyarakat.
Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat, dimana mereka mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan masalah
secara bersama. Ada juga yang mengartikan bahwa pembangunan masyarakat
adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi – kondisi bagi
kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat.
Pakar lain memberikan batasan bahwa pembangunan masyarakat adalah
perpaduan antara pembangunan sosial ekonomi dan pengorganisasian masyarakat.
Pembangunan sektor sosial ekonomi masyarakat perlu diwujudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang didukung oleh organisasi dan
secara terus menerus tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
(Adisasmita, 2006 : 115).
Dalam setiap proses pembangunan masyarakat, terdapat tiga unsur
esensial yaitu, adanya proses perubahan, mobilisasi atau pemanfaatan sumber
daya dan pengembangan kapasitas masyarakat. Ketiga unsur tersebut dapat
disebut sebagai konsep dasar pembangunan masyarakat yang dapat digunakan
sebagai basis pemahaman dan penjelasan mengenai pembangunan masyarakat
(Soetomo : 2010 : 31).
Berbagai sumber mengemukakan pemikiran bahwa pembangunan
masyarakat diarahan pada perbaikan kondisi hidup masyarakat. Ruopp (1953)
memberi tekanan pada pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mengubah
keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik.Milburn
(1954) melaporkan bahwa pembangunan masyarakat di daerah – daerah bekas
jajahan Inggris dititikberatkan pada perbaikan kondisi sosial masyarakat. Dan
sedangkan menurut PBB (1956), tujuan pembangunan masyarakat adalah
perbaikan kondisi ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat, mengintegrasikan
kehidupan masyarakat – masyarakat itu ke dalam kehidupan bangsa, dan
memampukan mereka untuk memberi sumbangan sepenuhnya bagi kemajuan
nasional. Batten (1960) juga menyetujui pendapat bahwa pembangunan
masyarakat adalah suatu proses di mana masyarakat membahas dan merumuskan
kebutuhan mereka, merencanakan usaha pemenuhannya, dan melaksanakan
upaya untuk mengurangi kemiskinan, kemelaratan, dan kebobrokan lingkungan
hidup masyarakat.
Dalam usaha praktik pembangunan masyarakat, terdapat masalah –
masalah yang dihadapi oleh pembangunan masyarakat (Ndraha, 1987 : 96) yaitu :
1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan
berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan
kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.
2. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya
dalam usahanya mendorong perubahan sosial. Memang terdapat
perubahan, tetapi jarang sekali terjadi perubahan yang mendasar.
3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik, artinya
pembangunan masyarakat dijadikan sebagai alat komunikasi politik dan
simbol politik.
4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya, sehingga
terdapat kepentingan yang saling bersaingan atau kompetitif.
5. Oleh karena itu pembangunan masyarakat cenderung bekerja menurut
“model konsensus”, artinya hanya kepentingan yang sangat umum sifatnya
yang diperhatikan sementara kepentingan lapisan dan kelompok
2.2 Sektor Pesisir dan Laut
2.2.1 Batasan Wilayah Pesisir
Persepsi dalam menentukan batasan wilayah pesisir sangat sulit ditentukan
karena definisi yang umum dijumpai bersifat imajiner. Pada suatu ekstrim, suatu
batas wilayah pesisir dapat meliputi suatu kawasan yang sangat luas mulai dari
batas lautan (terluar) ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sampai daratan yang masih
dipengaruhi oleh iklim laut. Pada ekstrim lainnya, suatu wilayah pesisir hanya
meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sangat sempit,
yaitu dari garis rata – rata pasang tertinggi sampai 200 meter ke arah darat dan ke
arah laut meliputi garis pantai pada saat rata – rata pasang terendah. Batasan
wilayah pesisir yang sangat sempit ini dianut oleh Costa Rica. Sementara itu,
negara – negara lainnya mengambil batasan wilayah pesisir di antara kedua
ekstrim tersebut (Dahuri, 2013).
Soegiarto (dalam Dahuri, 2013 : 8) menyatakan bahwa definsi wilayah
pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan
laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air, yang masih dipengaruhi sifat – sifat laut seperti pasang surut, angin
laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses – proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh
Dalam Rapat Kerja Nasional Proyek MREP (Marine Resorce Evaluation
and Planning) atau Perencanaan dan Evaluasi Sumber Daya Kelautan di Manado,
1 – 3 Agustus 1994, telah ditetapkan bahwa batas ke arah laut suatu wilayah
pesisir adalah sesuai dengan batas laut yang terdapat dalam Peta Lingkungan
Pantai Indonesia (PLPI) dengan skala 1 : 50.000 yang telah diterbitkan oleh
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
Sedangkan batas ke arah laut adalah mencakup batas administratif seluruh desa
pantai )sesua dengan ketentuan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan
Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri) yang termasuk ke dalam wilayah
Pesisir MREP.
Definisi wilayah pesisir seperti di atas memberikan suatu pengertian
bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai
kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta saling berinteraksi
antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga
merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia.
Umumnya kegiatan pembangunan, secara langsung maupun tidak langsung
berdampak merugikan terhadap ekosistem pesisir.
2.2.2 Lingkungan dan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut
Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan
(ekosistem) dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami
ataupun buatan (man – made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir
antara lain adalah : terumbu karang (coral reefs), hutan mangroves. Padang lamun
baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain
berupa : tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri,
kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman.
Sumber daya di wilayah pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat
pulih dan sumber daya alam yang tak dapat pulih, sumber daya yang dapat pulih
antara lain, meliputi : sumber daya perikanan (plankton, benthos, ikan, moluska,
krustasea, mamalia laut), rumput laut (seaweed), padang lamun ; hutan mangrove
; dan terumbu karang. Sedangkan sumber daya tak dapat pulih, antara lain,
mencakup : minyak dan gas, biji besi, pasir, timah, bauksit dan mineral serta
bahan tambang lainnya.
2.2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu adalah suatu
pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih
ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu
(integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir dan laut secara
berkelanjutan (Dahuri, 2013 : 12). Dalam konteks ini, keterpaduan (integration)
mengandung tiga dimensi : sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.
Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas,
wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat
pemerintah tertentu (horizontal integration) ; dan antartingkat pemerintahan mulai
dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsim sampai tingkat pusat (vertical