• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Seleksi Bakteri Asam Laktat yang Bersifat Antimikroba dari Pikel Ketimun dan Acar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi dan Seleksi Bakteri Asam Laktat yang Bersifat Antimikroba dari Pikel Ketimun dan Acar"

Copied!
306
0
0

Teks penuh

(1)

'3

£

SK RIP S I

ISOLASI DAN SELEKSI B.AKTERI ASAM LAKTAT

YANG BERSIFAT ANTIMIKROBA

DARI PIKEL;/ KETIMUN DAN ACAR

Oleh SlAW LIE

F 27. 0052

1 9 9 5

FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGaR

(2)

Laksmi Jenie, dan

c.c.

Nurwitri Andjaya.

Ringkasan

Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri perusak dan bakteri patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

isolat bakteri asam laktat yang berasal dari aear dan pikel ketimun yang efektif

dalam menekan pertumbuhan baik mikroba patogen maupun pembusuk.

Isolat bakteri asam laktat diseleksi berdasarkan kemampuannya didalam

menghambat pertumbuhan bakteri perusak (Alcaligenes sp. OSM 30002 dan

Pseu-domonas fluorescens OSM 50106) dan bakteri patogen (Escherichia coli,

Staphylo-coccus aureus, Salmonella typhimurium, Vibrio parahaemolyticus, dan Listeria

monocytogenes) dengan uji difusi sumur. Senyawa antimikroba yang diidentifikasi

berupa persen asam tertitrasi, hidrogen peroksida, dan bakteriosin. lsolat bakteri

asam laktat unggul diuji lebih lanjut dengan melihat pengaruh waktu kontak antara

isolat unggul dengan bakteri perusak dalam media ekstrak ikan rueah. Interval

waktu kontak yang digunakan adalah 0, 4, 8, dan 24 jam. Analisis dilakukan

terha-dap jumlah bakteri asam laktat, jumlah bakteri perusak, persen asam tertitrasi, dan

pengukuran pH media ekstrak ikan rueah.

Bakteri asam laktat yang berhasil diisolasi dari pikel ketimun adalah sebanyak

14 isolat, yang terdiri dari 8 isolat Lb. plantarum, 3 isolat Lactobacillus

(3)

. Uji aktivitas antimikroba dilakukan terhadap 7 isolat Lb. plantarum, 1 isolat Lb. Jermentum, dan 2 isolat Pediococcus. Kecuali Lb. Jermentum, isolat yang lain menunjukkan aktivitas antimikroba, baik terhadap bakteri pembusuk maupun

terha-dap bakteri patogen. Dilihat dari penghambatan terhadap Alcaligenes sp. dan P. fluorescens, Lb. plantarum pi 402 dan Lb. plantarum pi 902 merupakan isolat yang

paling menghambat pertumbuhan bakteri per,usak tersebut.

Hasil identifikasi senyawa antimikroba menunjukkan bahwa isolat bakteri

asam laktat memproduksi asam dalam media sintetik asam laktat dan hidrogen

peroksida dalam media air pepton 1 %. Sedangkan uji bakteriosin terhadap Alcali-genes sp. dan P. fluorescens memberikan hasil yang negatif.

Hasil uji kontak antara Lb. plantarum pi 402 dan Lb. plantarum pi 902 dengan Alcaligenes sp. dan P. fluorescens menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri asam laktat tersebut dapat menghambat pertumbuhan Alcaligenes sp. dan P. fluores-cens. Penghambatan Lb. plantarum pi 402 terhadap Alcaligenes sp. lebih baik daripada penghambatan Lb. plantarum pi 902. Setelah kontak 4 jam, pertumbuhan

(4)

DARI PlKEL KETIMUN DAN ACAR

Oleh

SlAW LIE F 27.0052

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

1995

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Dr. Ir.

ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI ASAM LAKTAT

YANG BERSIFAT ANTIMIKROBA

DARI PIKEL KETIMUN DAN ACAR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jurusan TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Siaw Lie

F 27.0052

Dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1972

di Berastagi

Tanggal lulus : 25 April 1995

,

Bogor, II Mal 1995

Disetujui oleh,

. Sri Laksmi . Nurwitri Andjaya, DAA

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Pengasih, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat

menye-lesaikan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya penulis haturkan kepada:

1. Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc .• Dr. Ir. Betty Sri Laksmi

Jenie, MS., dan Ir. C.C. Nurwitri Andjaya, DAA selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan

dan pengarahannya.

2. Bapak, Ibu, dan saudara-saudaraku yang selalu

memberi-kan bimbingan dan dorongan sehingga penyusunan skripsi

ini dapat diselesaikan.

3. Idawati, Shinta, Ati, dan Wiman, atas kerja sama,

dorongan dan bantuannya selama penelitian dan

penyu-sunan skripsi.

4. Bapak, Ibu, dan keluarga Rahmat yang telah memberikan

perhatian dan dorongan selama penelitian dan penyusunan

skripsi.

5. Agustina, Lili, Ling-Ling, Evi, Meliana, Yoli, Ana,

Emil, Fanny, dan Cha-Cha di Radar 43 yang senantiasa

memberikan perhatian dan dorongan kepada penulis.

(7)

dan penyusunan skripsi.

7. Ibu Ari, Ibu sri, Ibu Antin, Pak Taufik, Pak Mul, Pak

Dunung, dan segenap laboran di Laboratorium Jurusan

TPG, PAU, dan AP4 yang telah banyak membantu penulis

dalam kelancaran jalannya penelitian ini.

8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah membantu peneliti selama penelitian

dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun

sangat diharapkan untuk penyempurnaan tulisan ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, April 1995

Penulis

(8)

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR lSI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

i i i

v

vi

viii DAFTAR LAMP I RAN

I. PENDAHULUAN 1

3

3 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. IKAN RUCAH

B. MIKROBIOLOGI IKAN . . . 4

C. BAKTERI ASAM LAKTAT 6 6 D. E. a. Karakteristik Bakteri Asam Laktat b. Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat 8 c. Peranan Bakteri Asam Laktat sebagai sebagai Bahan Pengawet Makanan . . . 17

PIKEL . . . 19

KARAKTERISTIK BEBERAPA BAKTERI PERUSAK 23 1. Pseudomonas fluorescens . . . 23

2. Alcaligenes sp. . . .. 24

F. KARAKTERISTIK BEBERAPA BAKTERI PATOGEN 25 1. Escherichia coli . . . 25

2. Listeria monocytogenes . . . 26

3. Salmonella typhimurium . . . 27

4. staphylococcus aureus . . . 28

5. Vibrio parahaemolyticus . . . 28

(9)

1. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam

Laktat dari Pikel Ketimun dan Acar 32

2. Seleksi Isolat Bakteri Asam Laktat 40

3. Identifikasi Senyawa Antimikroba , 40

4. Pengaruh Waktu Kontak Bakteri Asam

Laktat dengan Bakteri Perusak dalam

Media Ekstrak Ikan Rucah . . . 43

5. Analisis . . . 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN . . . 49

A. ISOLASI DAN IDENTIFlKASI BAKTERI ASAM LAKTAT . . . 49

B. SELEKSI BAKTERI ASAM LAKTAT . . . 54

C. IDENTIFlKASI SENYAWA ANTIMIKROBA . . . 61

1. Total Asam Tertitrasi . . . 61

2. Hidrogen Peroksida . . . 63

3. Produksi Bakteriosin . . . 65

D. PENGARUH WAKTU KONTAK BAKTERI ASAM LAKTAT DENGAN MIKROBA PERUSAK DALAM MEDIA EKSTRAK lKAN RUCAH . . . 67

v. KESIMPULAN DAN SARAN . . . 76

A. KESIMPULAN . . . 76

B. SARAN . . . 77

DAFTAR PUS TAKA . . . 79

LAMPlRAN . . . 84

(10)

Tabel 1. Sifat-sifat umum bakteri asam laktat Tabel 2. Bakteri yang ditemukan mendominasi

fermentasi ketimun dalam berbagai

Halaman

9

tahap fermentasi . . . 23

Tabel 3. Hasil uji pewarnaan gram isolat bakteri

asam laktat dari pikel ketimun 51

(11)

Gambar 1. Isolasi dan identifikasi bakteri asam

laktat dari pikel ketimun dan acar . . . 39 Gambar

Gambar

Gambar

2. Diagram alir uji

3. Pikel ketimun

4. Acar

kontak 45

50

50

Gambar 5. Lactobacillus plantarum pi 402 . . . 53 Gambar 6. Pediococcus ca 101 . . . 53 Gambar

Gambar Gambar

7. uji difusi sumur terhadap S. aureus 8. Areal penghambatan Alcaligenes sp. 9. Areal penghambatan P. fluorescens Gambar 10. Areal penghambatan E. coli

55

56

56

57

Gambar 11. Areal penghambatan L. monocytogenes . . . 58 Gambar 12. Areal penghambatan S. typhimurium . . . 59

Gambar 13. Areal penghambatan S. aureus 59

Gambar 14. Areal penghambatan V. parahaemolyticus 60

Gambar 15. Total asam yang diproduksi oleh

bakteri asam laktat 62

Gambar 16. Akumulasi hidrogen peroksida yang

dihasilkan oleh bakteri asam laktat . . . 64 Gambar 17. Log (Nc/No) Alcaligenes sp. setelah

uji kontak dengan bakteri asam laktat 68

Gambar 18. Log (Nc/No) bakteri asam laktat setelah

uji kontak dengan Alcaligenes sp.

. ...

69 Gambar 19. Log (Nc/No) P. fluorescens setelah

uji kontak dengan bakteri asam laktat 70

Gambar 20. Log (Nc/No) bakteri asam laktat setelah

uji kontak dengan P. fluorescens

...

71
(12)

asam laktat dalam media ekstrak ikan

rucah

Gambar 22. % asam laktat dan pH P. fluorescens yang dikontakkan dengan isolat bakteri

asam laktat dalam media ekstrak ikan

rucah

vii

73

(13)

Halaman

Lampiran 1. Kurva standar hidrogen peroksida . . . 85

Lampiran 2. Sifat fisiologi dan 「ゥッォゥセゥ。@ bakteri

asam laktat yang diisolasi dari

pikel ketimun . . . 86

Lampiran 3. Sifat fisiologi dan biokimia bakteri

asam laktat yang dilsolasi dari acar ... 87

Lampiran 4. Hasil pengukuran areal penghambatan

terhadap bakteri patogen dan pembusuk .. 88

Lampiran 5. Total asam yang diproduksi oleh bakteri asam laktat dalam media

sintetik asam laktat . . . 89

Lampiran 6. Akumulasi hidrogen peroksida yang

diproduksi oleh bakteri asam laktat

dalam air pepton 1 % . . . 90

Lampiran 7. Pengaruh bakteri asam laktat terhadap

bakteri perusak dalam media ekstrak

ikan rucah . . . . . . . . . . . . .. 91

(14)

Bakteri asam laktat di dalam fermentasi makanan

secara spontan sering ditemukan sebagai mikroba dominan

yang menghambat pertumbuhan bakteri P7mbusuk dan patogen.

Kultur bakteri asam laktat dapat diperoleh dari

produk-produk fermentasi sayuran (pikel, sauerkraut, sayur asin,

dan sebagainya), fermentasi ikan (silase, bekasem,

chao-teri, terasi, dan sebagainya), dan fermentasi susu (keju,

yogurt, susu asam, dan sebagainya).

Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang

banyak dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa

kele-bihannya. Ikan merupakan sumber protein hewani yang

sangat potensial dan biasanya kandungan proteinnya sekitar

15 - 24 % tergantung dari jenis ikannya. Protein ikan

mempunyai daya cerna yang sangat tinggi yaitu hingga

sekitar 55 %. Akan tetapi ikan merupakan bahan pangan

yang sangat mudah mengalami kerusakan biologis oleh enzim

dan mikroorganisme pembusuk sehingga memerlukan penanganan

yang khusus untuk mempertahankan mutunya (Rahayu et al.,

1992) .

Untuk memperpanjang masa simpan ikan sebagai salah

satu alternatif dapat dilakukan penambahan kultur bakteri

asam laktat terseleksi. ',--1 Llndgren dan Dobrogosz (1990)

telah meneliti bahwa kultur starter bakteri asam laktat

(15)

menghambat sejumlah bakteri patogen pada daging dan

produk ikan tanpa fermentasi. Kultur bakteri asam laktat

tertentu ditambahkan pada daging sapi, daging unggas tanpa

tulang, steak sapi yang dikemas vakum dan udang, untuk

memperpanjang masa simpan produk pangan tersebut.

Aktivi-tas antimikroba ini disebabkan oleh produksi asam, H20 2 , dan bakteriosin oleh bakteri asam laktat.

Di antara galur-galur bakteri asam laktat, terdapat

perbedaan kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri

perusak dan patogen. Oleh sebab itu dalam penelitian ini

akan diisolasi bakteri asam laktat dari pikel ketimun dan

acar yang merupakan produk fermentasi spontan oleh bakteri

asam laktat.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat

bakteri asam laktat yang berasal dari pikel ketimun dan

acar yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri

perusak dan bakteri patogen yang sering terdapat pada

ikan. Dalam penelitian ini dilakukan juga identifikasi

senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh isolat bakteri

(16)

A. lKAN RUCAH

Ikan rucah adalah segala jenis ikan (termasuk

cumi-cumi dan rajungan) yang merup'akan hasil sampingan

dari suatu penangkapan. Sebetulnya ikan rucah

ter-tangkap secara tidak sengaja oleh para nelayan yang

tujuan usaha penangkapan utamanya adalah ikan-ikan

be-sar, misalnya tongkol, tenggiri, bawal putih, dan

sebagainya. Ikan rucah umumnya ditangkap pada

keda-laman antara 2-20 m. Pada musim barat, ikan rucah

cenderung hidup di bagian dasar laut sehingga tidak

banyak tertangkap.

Dari segi gizi, ikan rucah mempunyai nilai yang

sama dengan ikan-ikan lainnya yang digemari konsumen

atau jenis ikan meja, misalnya kembung, kakap, bawal,

dan lain-lain. Tetapi dipandang dari selera mungkin

saja ikan rucah tidak seenak ikan bawal, tenggiri atau

tongkol (Moeljanto, 1982).

Ikan rucah dan sisa-sisa olahan yang tidak bisa

dimakan manusia secara langsung, dapat digunakan

seba-gai bahan baku untuk membuat tepung ikan (Kompiang dan

Ilyas, 1983).

Pada umumnya daging ikan mengandung 16-20 %

(17)

-200000 IU/g vitamin D, 70 mg/g kolestrol, 10 asam

ami-no esensial, dan 10 asam amiami-no ami-non esensial

(Hadiwiyo-to, 1993).

B. MIKROBIOLOGI IKAN

Daging dan cairan ikan sehat yang masih segar

pad a umumnya steril secara alamiah, akan tetapi kulit,

lendir, insang, dan saluran pencernaan ikan mengandung

sejumlah mikroba, terutama bakteri. Kebanyakan

bak-teri ini berperan dalam kebusukan ikan (Moeljanto,

1982) .

Bakteri yang berperan dalam pembusukan ikan

merupakan bakteri gram negatif yang bersifat

psikro-trofik, karena ikan pada umumnya disimpan di dalam es

selama penangkapan dan penyimpanan. Bakteri ini

anta-ra lain dari grup Pseudomonas, Acinetobacter atau

Alcaligenes. Sedangkan mi.kroorganisme patogen yang

sering mengkontaminasi ikan yaitu staphylococcus

aureus, Salmonella sp., Clostridium botulinum,

Liste-ria monocytogenes, dan Vibrio parahaemolyticus

(Lindgren dan Dobrogosz, 1990).

Menurut Hadiwiyoto (1993), mikrobiologi ikan

ter-gantung pada tempat asal ikan ditangkap, keadaan, dan

sanitasi penangkapan ikan. Jenis-jenis ikan yang

ditangkap pada daerah-daerah yang bersuhu rendah

(18)

Pseudomonas, antara lain P . . pelludium, P. genicula-tum, P. povonacea, P. nigricans, P. fluorescens, P.

ovalis, P. fragi, P. multistriatum, P. schuylkillien-sis. Sementara itu golongan bakteri Achromobacter, Aerobacter, Flavobacterium, Micrococcus, dan Cytophaga

juga ditemukan. Ikan-ikan yang berasal dari daerah

panas, misalnya daerah エイッーセウL@ banyak mengandung

bak-teri mesofil yang kebanyakan dari golongan

Micrococ-cus. Ikan yang hidup di air tawar kebanyakan

mengan-dung Aeromonas, Lactobacillus, Brevibacterium,

Alcali-genes, dan streptococcus. Meskipun demikian

jenis-je-nis bakteri yang terdapat pada ikan selain

tergan-tung pada sumber pencemarannya juga tergantergan-tung pada

jenis hasil perikanan, perlakuan yang diberikan, dan

kerusakan yang ada pada ikan. Ikan-ikan yang

berlen-dir pada permukaan tubuhnya banyak mengandung

jenis-jenis Pseudomonas, Alcaligenes, Micrococcus,

Flavo-bacterium, CoryneFlavo-bacterium, Sarcina, Serratia, Vibrio, dan Bacillus.

Bakteri yang bersifat patogen (dapat menyebabkan

penyakit pada manusia) juga sering dijumpai pad a ikan,

seperti misalnya Clostridium, Salmonella, Shigella,

dan Vibrio. Bakteri klostridia yang sering ditemukan pada ikan adalah C. sporogenes, C. welchii, C. tetani. Vibrio yang sering ditemukan pada ikan adalah Vibri.o

(19)

c. BAKTERI ASAM LAKTAT

NセLN@ -"

a. Karakteristik Bakteri Asam Laktat

Dalam mikrobiologi pangan, pengelompokan

bakteri berdasarkan sifat ーセイエオュ「オィ。ョョケ。@ pada

makanan lebih penting daripada pengelompokan

ber-dasarkan sifat-sifat lainnya. Dengan

pengelom-pokan ini mudah diduga perubahan-perubahan yang

akan terjadi pada makanan jika suatu bakteri yang

termasuk dalam suatu kelompok tumbuh pada makanan.

Sifat yang terpenting dari bakteri asam

laktat adalah kemampuannya untuk menfermentasi

gula menjadi asam laktat. Sifat ini penting dalam

pembuatan produk fermentasi seperti fermentasi

sayur-sayuran (sauerkraut, pikel, dan sebagainya),

fermentasi susu (keju, yoghurt, susu asam, dan

sebagainya), dan fermentasi ikan (silase, bekasem,

chaoteri, terasi, dan sebagainya). Karena

pro-duksi asam oleh bakteri asam laktat berjalan

cepat, maka pertumbuhan mikroba lain yang tidak

diinginkan dapat terhambat (Fardiaz, 1989 dan

Rahayu et al.,1992).

Menurut stamer (1979), bakteri dapat

dikla-sifikasikan sebagai bakteri asam laktat

berda-sarkan perbedaan taksonomi (morfologi dan

(20)

termasuk gram positif berbentuk batang dan koki,

tidak membentuk ウーセイ。L@ tidak motil atau sedikit

sekali yang motil. Secara fisiologi, pada

metabo-lisme secara fermentasi, produksi akhir utama

adalah asam laktat, katalase negatif walaupun

beberapa spesies dapat menunjukkan reaksi positif

di bawah kondisi pertumbuhan tertentu,

mikroaero-filik sampai anaerob, kebutuhan nutrisi

kemoorga-notrofik dan kompleks, kebutuhan akan temperatur

mesofilik. Sifat jasad renik yang tumbuh pada

bahan pangan umumnya kemoorganotrofik, dimana

sebagai sumber energi dan sumber karbon

mengguna-kan senyawa organik (Fardiaz, 1989).

Bakteri asam laktat terutama menfermentasi

monosakarida dan disakarida, tetapi di dalam kasus

tertentu juga menfermentasi polisakarida, patio

Bakteri asam laktat yang memecah glukosa menjadi

asam laktat disebut bakteri asam laktat

homofer-mentatif.

berikut :

Prosesnya dapat ditunjukkan sebagai

glukosa ---> 2 asam laktat

Grup lain yang dikenal sebagai bakteri asam laktat

heterofermentatif memecah glukosa menjadi asam

(21)

asetat. Proses fermentasi yang umum dari tipe ini

(Prescott dan Dunn, 1959) sebagai berikut:

glukosa ---> asam laktat + CO2 + etil alkohol

Menurut Fardiaz (1989) yang termasuk bakteri

asam laktat adalah famili Lactobacillaceae,

yaitu Lactobacillus, dan famili streptococcaceae,

terutama Leuconostoc, streptococcus(dengan grup

D), Lactococcus (streptococcus grup N), dan

Pe-diococcus. Pediococcus dan beberapa spesies

Lac-tobacillus, misalnya Lb. lactis dan Lb. plantarum,

bersifat homofermentatif, sedangkan Leuconostoc

dan spesies Lactobacillus lainnya, seperti Lb.

brevis, bersifat heterofermentatif. Sifat umum

bakteri asam laktat dapat dilihat pada Tabel 1.

b. Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat

Dalam fermentasi spontan, bakteri asam

lak-tat sering ditemukan sebagai mikroflora dominan

yang menghambat bakteri pembusuk dan patogen.

Aktivitas antimikroba disebabkan oleh metabolit

bakteri asam laktat berupa : asam organik (asam

laktat, asam asetat, asam format), diasetil, H20 2 ,

CO 2 , secara sendiri-sendiri atau kombinasi.

Se-lain itu penghambatan juga disebabkan ッャセセセjセセセ@

(22)

Tabel 1. Sifat-sifat umum bakteri asarn laktat *

morfologi toleransi suhu opt.

NaCl (%) °C

Kelas fi5io10gi

1- Homofermentatif

Genus

A. Lactobacillus batang 3-6 37-45

Spesies

1- thermobacterium 3-6 37-45

2. streptobacterium 9 28-32

B. Pediococcus kokus 25-33

Spesies

1- cerevisiae 10

2. demnosus 4

3. holophilus 10-18

4. parbulus 6.5

c. streptococcus kokus

Spesies

1- enterococcus 6.5 37

2. lactis 2.4 30

3. pyogenes 6.5 37

4. viridans 6.4 37

2. Hetero£errnentatif

Genus

A. Lactobacillus batang

spesies

1- betabacterium 6.8 28-40

B. Leuconostoc kokus

Spesies

1. cremoris 3 20-25

2. rnesenteroides 6.5 20-25

* Stamer (1980)

[image:22.603.102.527.186.712.2]
(23)

1. Asam Organik

Akumulasi asam sebagai produk akhir dapat meningkatkan aktivitas antimikroba dalam produk fermentasi. Aktivitas antimikroba dari asam or-ganik tergantung pad a tiga faktor yaitu: (1) sema-ta-mata karena pengaruh pH, (2) tingkat disosiasi asam, (3) efek spesifik dari molekul asam itu sendiri (Smulders et al., 1986; Lindgren dan Dobrogosz, 1990).

Bakteri berkembang biak hanya dalam selang pH tertentu. Di luar selang pH itu pertumbuhan bakteri akan terganggu. Penurunan pH selama proses fermentasi tergantung pada jumlah asam yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat dan kapasitas buffer dari makanan. Aktivitas antimi-kroba pH menu rut Smulders et al. (1986) tergantung

juga kepada bentuk ュッャ・ォセャ@ dari asam.

Efek penghambatan dari asam organik terutama tergantung jumlah asam tak terdisosiasi, karena asam terdisosiasi hanya memiliki efek penghambatan yang rendah. Asam tak terdisosiasi dapat

(24)

Asam asetat dilaporkan mempunyai efek

pengham-batan yang lebih besar bila dibanding asam laktat,

terutama terhadap khamir dan jamur. Beberapa

laporan menunjukkan asam asetat dan asam laktat

mempunyai hubungan yang sinergis dalam menghambat

pertumbuhan Salmonella dan khamir (Lindgren dan

Dobrogosz, 1990).

2. Bakteriosin

Bakteriosin merupakan peptida-peptida atau

protein dengan efek bakterisidal atau

bakteri-statik. Bakteriosin yang diproduksi oleh

bak-teri asam ャ。ォエ。セ@ dapat digunakan sebagai

penga-wet alami dalam industri pangan (Larsen et al.,

1993).

Berdasarkan spektrum aktivitasnya,

bakterio-sin dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe. Tipe

pertama, bakteriosin dengan spektrum aktivitas

yang sempit, mempunyai efek sidal terhadap

or-ganisme yang mempunyai hubungan yang dekat.

Bak-teriosin yang termasuk kelompok ini antara lain:

plantaricin A, laktosin 27, dan diplokokin. Tipe

kedua, bakteriosin yang menghambat organisme gram

positif dengan spektrum yang lebih luas.

Bakteri-osin yang masuk kelompok ini antara lain:

(25)

atau galur dari bakteri pembusuk dan patogen pada makanan, seperti Listeria monocytogenes dan

Clos-tridium botulinum termasuk sasaran grup yang

terakhir (Hurst, 1983; Lindgren dan Dobrogosz, 1990; Marugg, 1991). Lebih ianjut lagi menurut Marugg (1991), bakteriosin merupakan senyawa yang tidak beracun terhadap manusia, sehingga bakterio-sin mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pengawet dalam berbagai produk makanan (fermentasi dan non fermentasi) .

Lactococcus lactis menghasilkan suatu senyawa polipeptida yang disebut nisin. Nisin mempunyai spektrum antibakteri terhadap streptokoki, sta-filokoki, Bacillus sp., Clostridium, dan laktoba-silli. Sekarang nisin telah diterima sebagai bahan tambahan makanan, terutama karena aktivitas penghambatannya terhadap. spora (Lindgren dan Do-brogosz, 1990). Nisin stabil terhadap panas pada pH yang rendah dan merupakan peptida kecil atau senyawa protein, dengan aktivitas spektrum yang luas. Nisin terutama aktif menghambat bakteri gram positif (Gilliland, 1985).

(26)

lactis subsp. cremoris lain dan L. lactis

(Lindgren dan Dobrogosz, 1990).

Lactobacillus plantarum memproduksi laktolin,

yang berbeda karakteristiknya dengan nisin maupun

diplokokin. Lb. acidophilus memproduksi

antibio-tik : laktolidin, asidopilin, dan asidolin

(Gilli-land, 1985).

Pediococcus acidilactici SJ-1 yang diisolasi

dari produk fermentasi daging memproduksi senyawa

antibakteri yang aktif menghambat galur

Lactoba-cillus sp., Clostridium perfringens dan Listeria

monocytogenes. Senyawa ini sensitif terhadap enzim

proteolitik, diidentifikasi sebagai bakteriosin

dan diberi nama pediosin SJ-1. Pediosin SJ-l

stabil pad a selang pH yang lebar (pH 3 - 9),

teta-pi paling stabil pada selang pH yang rendah. Pada

selang pH 3 - 6, pediosin SJ-1 stabil terhadap

suhu proses yang tinggi (65-125°C), tetapi

aktivi-tasnya menurun secara nyata bila dipanaskan pada

pH 7.0 (Schved et al., 1993).

Menurut Marugg (1991), Pediococcus

acidilac-tici galur PAC 1.0 memproduksi bakteriosin

yang dikenal dengan nama pediosin PA-l. Pediosin

PA-1 aktif menghambat P. ad.dilactici, P.

pentasa-ceus, Lactobacillus plantarum, Lb. casei, Lb.

(27)

Listeria monocystogenes.

Pediosin PA-1 merupakan senyawa dengan berat molekul rendah dan merupakan protein tahan panas yang sensitif terhadap bebera-pa enzim proteolitik.

3. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida dihasilkan oleh bakteri asam laktat dengan adanya oksigen melalui

aktivi-tas oksidasi flavoprotein atau peroksidasi NADH. Efek bakterisidal hidrogen peroksida disebabkan oleh efek oksidasi yang kuat pada sel bakteri dan perusakan struktur molekul dasar dari sel protein (Lindgren dan Qobrogosz, 1990). Hidrogen perok-sida dapat terakumulasi dan menjadi produk akhir dari suatu proses fermentasi (Hurst, 1983).

(28)

cremoris dan Lactococcus lactis subsp.

diacetylac-tis juga mempunyai aktivitas antimikroba terhadap

bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Diasetil

lebih efektif menghambat bakteri gram negatif.

Dari penelitian didapatkan'bahwa diasetil baru

mempunyai aktivitas antimikroba bila terdapat

dalam konsentrasi lebih dari 170 ppm. Karena pada

umumnya konsentrasi diasetil dalam produk

fermen-tasi kurang dari 170 ppm, maka diasetil dianggap

kurang berpengaruh dalam pengawetan pangan.

Teta-pi kombinasi dengan metabolit lain mungkin

mem-berikan aktivitas antimikroba yang besar

(Gilli-land, 1985).

5. Karbon Dioksida

Akumulasi CO 2 (HC0 3-) dalam produksi fermen-tasi sayuran merupakan hasil respirasi endogenes

dari sel tanaman dan hasil aktivitas mikroba.

Peranan karbon dioksida dalam mengawetkan makanan

disebabkan oleh dua hal. Pertama, menciptakan

kondisi anaerobik dengan menggantikan molekul

oksigen yang ada dalam produk. Kedua, karbon

dioksida mempunyai aktivitas antimikroba.

Meka-nisme penghambatan belum diketahui secara pasti,

diduga karbon dioksida menghambat proses

(29)

dalam kedua lapisan membran lemak menyebabkan

gangguan fungsi permeabilitas (Lindgren dan

Dobro-gosz, 1990).

c. Peranan Bakteri Asam Laktat sebagai Bahan Penga-wet Makanan

Kultur bakteri asam laktat dapat digunakan

untuk memperpanjang masa simpan daging terutama

daging segar. Penambahan kultur Lb. brevis pada

irisan daging sapi dapat menghambat pertumbuhan

bakteri pembusuk gram negatif, sehingga masa

simpan daging sapi tersebut dapat diperpanjang

beberapa hari (Smith dan Palumbo, 1983).

Penambahan kultur campuran P. cerevisiae dan

Lb. plantarum dapat memperpanjang masa simpan

daging unggas segar maupun yang telah dimasak.

Pertumbuhan s. typhimurium dan s. aureus pada

daging unggas masak sarna sekali terhenti dengan

penambahan kultur campuran P. cerevisiae dan Lb.

plantarum. Kedua kultur campuran ini juga dapat

menghambat pertumbuhan Pseudomonas fluorescens,

P. fragi, dan P. putrefaciens pada daging unggas

masak (Raccach dan Baker, 1978).

Kultur Lb. plantarum, Lb. bulgaricus, dan L.

lactis yang masing-masing ditambahkan pada

(30)

pembusuk pada daging domba dengan sukses.

Ketiga ku1tur tersebut terbukti dapat menghambat

pertumbuhan bakteri psikotrofik batang gram

nega-tif, grup bakteri co1i-aerogenes, stafi1okoki, dan

bakteri pembusuk yang bersifat proteo1itik dan

1ipo1itik. Aktivitas antimikroba ketiga kultur

tersebut terutama disebabkan oleh produksi asam

(Smulders et a1., 1986).

Penambahan bakteri asam 1aktat dapat

memper-panjang masa simpan dan menghambat pertumbuhan

bakteri patogen pada daging dan produk ikan tanpa

fermentasi. Kultur bakteri asam laktat terse1eksi

yang 、ゥエ。ュ「。ィォ。セ@ pada daging sapi, daging unggas,

daging sapi yang dikemas vakum, dan udang dapat

memperpanjang masa simpan produk pangan tersebut.

Aktivitas antimikroba kemungkinan besar disebabkan

oleh hidrogen peroksida, asam, dan bakteriosin

(Lindgren dan Dobrogosz, 1990).

Penambahan nisin pada daging ham dapat

menurunkan penggunaan nitrit dari konsentrasi 150

ppm menjadi 40 ppm tanpa kehilangan 。ォエゥカゥセ。ウ@

pengawetan nitrit dan tidak terjadi perubahan

warna pada daging ham (Rayman et al., 1981 dalam

Hurst, 1983).

Keju cottage yang dibuat dengan penambahan

(31)

menghambat perubahan formasi dan degradasi protein

yang disebabkan oleh P. fragi dan P. putrefaciens (Babel, 1976). Produksi asam oleh starter bakteri

asam laktat akan menghambat pertumbuhan dan

menginaktifasi enterogenik 'E. coli se1ama

pem-buatan keju Camembert (Frank dan Marth, 1977).

Penambahan kultur L. lactis, bakteri

pengha-sil nisin, pada keju swiss dapat menghambat

keru-sakan yang disebabkan oleh C. butyricum dan C.

tyrobutyricum (Hirsch et al., 1951 dalam Hurst, 1983) .

D. PIKEL

Pikel adalah sejenis makanan pad at yang diawetkan

dengan menggunakan asam. Asam tersebut dapat berasal

dari proses fermentasi cairan buah atau sayuran itu

sendiri atau dapat pula ditambahkan cuka makan

(Frazier dan Westhoff, 1978).

Ketimun merupakan salah satu bahan yang sering

digunakan sebagai bahan baku pikel (Cruess, 1958).

Jenis pikel yang lain yaitu pikel campuran/acar/mixed

pickles terdiri dari dua atau lebih sayuran dalam satu

wadah fermentasi. Ketimun, kembang kol, cabai

hi-jau, bawang merah, buncis, dan tomat hijau merupakan

sayuran yang umumnya digunakan dalarn pembuatan acar

(32)

Pikel ketimun adalah produk fermentasi dari

keti-mun segar (Jay, 1986). Ketimun yang akan dibuat pikel

dipilih yang masih mentah dan segar, ketimun yang

luka atau busuk dapat menyebabkan kebusukan selama

proses fermentasi (Vaughn, 1985). '

Dalam fermentasi ketimun sering ditambahkan 1%

glukosa untuk membantu proses fermentasi terutama

kalau ketimun mengandung glukosa yang rendah sekali

(Muchtadi, 1989).

Pada umumnya ketimun difermentasi dalam larutan

garam pada kisaran 20 - 30oSalometer (sekitar 5 - 8 %

NaCl). Pada konsentrasi gar am demikian urutan

bakteri asam laktat yang tumbuh hampir sama dengan

sauerkraut. Tetapi pada ketimun spesies Leuconostoc

tidak pernah mendominasi stadium awal dari fermentasi

meskipun pada konsentrasi garam 5 % dan pada

konsen-trasi 8 %, spesies itu sama sekali tidak terdeteksi

lagi (Daulay dan Rahman, 1992; Vaughn, 1985).

Apabila fermentasi dilakukan dalam larutan garam

dengan konsentrasi 20 - 30 oSalometer garam, spesies

bakteri asam laktat yang paling banyak terdapat adalah

Pediococcus cerevisiae, Lactobacillus brevis dan Lb. plantarum. Dalam hal ini, Pediococcus cerevisiae dan

Lactobacillus brevis kurang tahan terhadap garam

dibandingkan dengan Lactobacillus plantarum sehingga

(33)

pada konsentrasi garam yang lebih tinggi (300

Salome-ter) (Daulay dan Rahman, 1992; Vaughn, 1985).

Stadium permulaan fermentasi pada umumnya

berlangsung selama 2 atau 3 hari dengan kekecualian

bisa berlangsung selama 7 hari atau lebih lama.

Selama periode ini, bakteri asam laktat dan khamir

yang melakukan fermentasi dan pengoksidasi tumbuh

dengan cepat, dan mikroorganisme yang tidak

diingin-kan berkurang atau keseluruhannya hilang sebagai

akibat dari peningkatan keasaman atau penurunan pH

(Daulay dan Rahman, 1992; Vaughn, 1985).

Dalam larutan garam fermentasi ketimun berkadar

garam rendah (5 % NaCl) , campuran dari spesies-spesies

yang toleran-asam-rendah dari Leuconostoc dan toleran-asam-tinggi dari Lactobacillus dan Pediococcus menjadi predominan pada stadium intermediat dari fermentasi

(Daulay dan Rahman, 1992; vaughn, 1985).

Stadium akhir dari fermentasi disempurnakan oleh

spesies-spesies Lactobacillus brevis, Lb. plantarum

dan Pediococcus cerevisiae. Bakteri-bakteri inilah

yang berperan untuk pembentukan asam laktat dalam

larutan garam dengan konsentrasi 20 - 30oSalometer.

Ketiga spesies tersebut terdapat apabila ketimun

di-fermentasi dengan konsentrasi garam 30oSalometer, akan

tetapi aktivitas dari Pediococcus cerevisiae sangat

(34)

ketika pH turun ke sekitar pH 3.7. Hal ini

mengaki-batkan hanya kedua spesies Lactobacillus yang tinggal

untuk menyelesaikan proses fermentasi. Pada akhir

fermentasi total keasaman adalah sekitar 0.90 % asam

laktat dengan pH 3.3 dengan syarat aktivitas khamir

oksidatif dikontrol dengan kondisi anaerobik (Daulay

dan Rahman, 1992; Vaughn, 1985).

Bakteri yang umumnya ditemukan mendominasi

fer-mentasi ketimun dalam berbagai tahap ferfer-mentasi dapat

dilihat pada Tabel 2. Semua bakteri yang tercantum

pada Tabel 2 tersebut dapat ditemukan dalam ketimun

yang difermentasi dalam larutan garam 20 - 30o

Salome-ter (Vaughn, 1954).

Suhu mempengaruhi proses fermentasi. Suhu antara

24 - 30°C merupakan suhu optimal untuk fermentasi

ketimun (Prescott dan Dunn, 1959).

Fermentasi asam laktat terjadi pad a keadaan

anaerob. Kondisi anaerob dicapai dengan cara menutup

bag ian mulut wadah dengan rapat. Oksigen yang

terda-pat pada ruangan yang tersisa akan segera habis oleh

proses respirasi sel dengan bantuan bakteri (Frazier

dan Westhoff, 1978). Khamir oksidatif dapat tumbuh

pada permukaan garam pada kondisi anaerobik tidak

sempurna. Khamir oksidatif tersebut akan mengoksidasi

asam laktat, menaikkan pH dan merangsang pertumbuhan

(35)

si ketimun dalam berbagai tahap fermentasi*

Tahap fermentasi Spesies bakteri dominan

Awal Aerobacter aerogenes

Aerobacter cloacae Eschericia ヲイ・セョ、ゥゥ@

Eschericia intermedium

Bacillus mesentericus-Bacillus megatherium groups Bacillus (Aerobacillus) polymyxa Bacillu's (Aerobacillus) macerans

Intermediat Leuconostoc mesenteroides

Lactobacillus plantarum Lactobacillus brevis Lactobacillus fermenti

Akhir

*

Lactobacillus plantarum Lactobacillus brevis Lactobacillus fermenti

Vaughn (1954)

E. KARAKTERISTIK BEBERAPA BAKTERI PERUSAK

1. Pseudo1llOnas f1.uorescens

Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri

gram negatif, bersifat kemoorganotrof, yaitu

meng-gunakan senyawa organik sebagai sumber energi dan

sumber karbon. Metabolisme dilakukan dengan

respirasi, tidak pernah fermentatif (Pelczar dan

Chan, 1988)

Menurut Jay (1986), Pseudomonas banyak

terda-pat pada tanah, air, tumbuhan, saluran usus

(36)

menimbulkan kerusakan pada daging, unggas, telur,

dan hasil perikanan.

Sifat-sifat Pseudomonas yang penting yang

mempengaruhi pertumbuhannya pada makanan menu rut

Fardiaz (1989) adalah sebagai berikut: (1)

umumnya mendapatkan sumber karbon dari senyawa

bukan karbohidrat, (2) dapat menggunakan

senyawa-senyawa sumber nitrogen sederhana, (3) kebanyakan

spesies tumbuh baik pada suhu rendah, P. fluores-cens dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37°C, (4) memproduksi senyawa-senyawa yang menimbulkan bau

busuk, (5) dapat mensintesa faktor-faktor

pertum-buhan dan vitamin, (6) beberapa spesies bersifat

proteolitik (memecah protein) dan lipolitik

(meme-cah lemak), atau pektinolitik (peme(meme-cah pektin) ,

(7) pertumbuhannya pada kondisi aerobik berjalan

cepat, dan biasanya berbentuk lendir, (8) Tidak

tahan panas dan keadaan kering, oleh karena

itu mudah dibunuh

pengeringan.

dengan proses pemanasan dan

2. iUcal.igenes sp.

Alcaligenes terdiri dari 9 spesies, merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, tetapi

kadang-kadang berbentuk

gram positif (Jay, 1986).

bulat, atau bersifat

(37)

aerobik. Mempunyai suhu pertumbuhan yang optimum

pada kisaran 20 sampai 37°C. Kebanyakan spesies

merupakan penghuni saprofit yang umum pada sa luran

pencernaan vertebrata. Bakteri ini banyak

ditemu-kan pada produk susu, air, air laut, dan tanah

(Pelczar dan Chan, 1988).

Menurut Fardiaz (1989), Alcaligenes merupakan

jenis bakteri yang sering menimbulkan masalah

pada pendinginan makanan karena bakteri ini

ber-sifat psikrotrofik. Kebanyakan spesies bersifat

proteolitik, yaitu memecah protein menjadi asam

amino, pepton, kemudian amonia, sehingga

mengha-silkan reaksi alkali.

F. KARAKTERISTIK BEBERAPA BAKTERI PATOGEN

1. Escherichia coLi

Escherichia coli a.dalah suatu bakteri gram negatif berbentuk batang dan bersifat anaerobik

fakultatif. E. coli adalah bakteri koliform fekal dan biasanya digunakan sebagai mikroorganisme

indikator terhadap kontaminasi feses pada air dan

susu (Fardiaz, 1983).

Bakteri ini dapat menggunakan asetat sebagai

sumber karbon, tetapi tidak dapat menggunakan

sitrat. Glukosa dan beberapa karbohidrat lainnya

(38)

selanjutnya menghasilkan asam laktat, asetat, dan

format. Asam format kemudian dapat dipecah oleh

hidrogenliase menghasilkan CO 2 dan H2 dalam jumlah yang sama.

Kisaran suhu pertumbuhan E. coli adalah 30

sampai 40°C, dengan suhu optimum 37°C.

buhan optimum terjadi pada pH 7.0 - 7.5,

pada pH 4.0 dan maksimum pada pH 9.0.

minimum untuk pertumbuhan adalah 0.96.

Pertum-minimum

Nilai a w Bakteri

ini relatif sangat sensitif terhadap panas dan

dapat diinaktifkan pada suhu makanan at au selama

pemasakan makanan (Fardiaz, 1983).

E. coli sering mengkontaminasi makanan,

se-perti produk olahan susu, sayuran segar, dan

salad. Enteropatogenik E. coli sering menyebabkan

radang usus dengan waktu inkubasi antara 6 - 36

jam (Van Demark dan Batzing, 1987).

2. Listeria monocytogenes

Listeria monocytogenes merupakan bakteri

berbentuk batang agak bulat, kecil, dan gram

posi-tif. Bakteri ini memproduksi beta-hemolisis pada

agar darah, dan sangat sukar diisolasi. Bakteri

ini juga tumbuh baik pada suhu 4 - 6°C.

L. monocytogenes merupakan bakteri yang tahan

(39)

suhu 80°C selama 5 menit atau suhu 100°C selama 15

detik. Oleh karena itu perlakuan pasteurisasi

tidak dapat membunuh bakteri ini. Bakteri ini

juga tahan terhadap lingkungan yang kering

(Far-diaz, 1983).

3 SaI1llOneIIa t:yphimuriUlll

Salmonella typhimurium merupakan bakteri gram

negatif, dan berbentuk batang (Fardiaz, 1989).

Bakteri ini bersifat anaerobik fakultatif dan

mampu tumbuh pada medium sintetis tanpa faktor

pertumbuhan khusus (Pelczar dan Chan, 1988).

Suhu pertu.mbuhan S. typhimurium berkisar

antara 5°C sampai 47°C, dengan suhu optimum 35

-37°C. Nilai pH untuk pertumbuhan bakteri ini

adalah antara 4.1 - 9.0, dengan pH optimum 6.5

-7.5. Pada pH dibawah 4.0 dan diatas 9.0, bakteri

ini akan mati secara perlahan-lahan.

optimumnya adalah 0.945 - 0.999.

Nilai a w

Makanan yang sering terkontaminasi oleh

S. typhimurium adalah telur, daging, ikan, dan

daging unggas. Bakteri ini dapat menyebabkan

salmonellosis, yaitu penyakit gastrointestinal

akut yang disebabkan oleh spesies-spesies

(40)

perut yang mendadak, demam, mual, dan muntah (Van

Demark dan Batzing, 1937).

4 • ウエ[。ーィケセッ」ッ」」オウ@ aureus

staphylococcus aureus adalah bakteri gram

positif, berbentuk kokus, hidup secara aerobik

ataupun anaerobik fakultatif, dan patogenik.

Galtir tertentu memproduksi enterotoksin yang

tahan panas (Pelczar dan Chan, 1933).

Suhu optimum untuk pertumbuhan S. aureus

adalah 35 - 37°C, dengan suhu minimum 6.7°C dan

suhu maksimum 45.5°C. Bakteri ini dapat tumbuh

pada pH 4.0 9.3, dengan pH optimum sekitar 7.0

-7.5 (Fardiaz, 1983).

S. aureus sering mengkontaminasi makanan

seperti daging dan produk-produk daging, ikan,

susu dan produk-produk susu.

Sifat patogen bakteri ini berhubungan dengan

produksi koagulase yaitu enzim yang mengkoagulasi

plasma darah, hemolisis (pemecahan) sel darah

merah, dan produksi deoksiribonuklease (DNAse)

yang tahan panas (Van Demark dan Batzing, 1987).

5. Vibrio ー。イ。ィ。・jャQoセケエZゥ」オウ@

Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri

(41)

agak melengkung, dan tidak tahan asam (Pelczar dan

Chan, 1988).

V. parahaemolyticus bersifat anaerobik fa-kultatif, dapat hidup pada konsentrasi NaCl

berki-sar antara 0.5 - 9 %, dengan konsentrasi optimun 3

%. suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 37°C,

dengan suhu minimum 8°C dan suhu maksimum 44°C.

Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4.5 - 11, dengan

pH optimum 6.5 - 9.0. Aw minimal pertumbuhan 0.94

(Liston, 1980).

Makanan yang sering terkontaminasi oleh V.

parahaemolyticus 。、セャ。ィ@ makanan-makanan hasil laut seperti udang, lkan, kepiting, kerang, lobster,

dan sebagainya. Bakteri ini menyebabkan

berba-gai macam gejala penyakit yaitu diare ringan,

kejang perut, mual, muntah, pusing dan demam, dan

mengigil. Masa inkubasi dari mulai mengkonsumsi

makanan yang terkontaminasi sampai timbulnya

penyakit bervariasi dari 4 - 96 jam, dengan

rata-rata 12 - 24 jam, tergantung jumlah sel bakteri

yang tertelan dan daya tahan pender ita (Fardiaz,

(42)

A. BAHAN DAN MEDIA

Bahan mentah yang digunakan adalah ketimun, ikan

rucah segar (ikan peperek/ Leigona thidae) , acar

(berisi ketimun, bawang merah, dan cabai rawit) yang

diperoleh dari penjual sate di sekitar Bogar, garam,

dan gula. Bakteri yang digunakan adalah Alcaligenes

sp. atau Achromobacter sp. DSM 30002 dan

Pseudomo-nas fluorescens DSM 50106 dari Jerman, Escherichia

coli dan Staphylococcus aureus dari Laboratorium

Mikrobiologi Jurusan Teknologi Pangan, Fateta, IPB,

Salmonella typhimuri"um, Vibrio parahaemolyticus, dan

Listeria monocytogenes dari Balai Penelitian

Veteriner, Bogar.

Isolat bakteri asam laktat dipelihara dalam media

agar MRs-CaC0 3 semi padat. Untuk P. fluorescens

digu-nakan media agar Pseudomonas, untuk L. monocytogenes

media TSA, untuk V. parahaemolyticus media agar

Ma-rine, dan untuk bakteri penguji lain digunakan agar

Nutrien. Broth yang digunakan untuk menumbuhkan

kul-tur kerja bakteri asam laktat adalah MRS broth, untuk

L. monocytogenes digunakan BHI broth, dan untuk

bak-teri penguji lain ditumbuhkan dalam Nutrien broth.

Untuk identifikasi bakteri asam laktat

(43)

arginin broth , agar Leuconostoc, Litmus Milk, Gibson

semi padat, dan ·MRS broth.

Untuk menguji aktivitas antimikroba bakteri asam

laktat terhadap Alcaligenes sp. digunakan media TSA,

P. fluorescens: PA, E. coli: EMBA, L. monocytogenes: TSA, S. aureus: BPA, S. typhimurium: agar McConcey, V. parahaemolyticus: TCBSA.

Untuk menghitung jumlah bakteri asam laktat yang

dikontakkan. dengan P. fluorescens dalam media ekstrak ikan rucah digunakan agar MRS, agar MRS-Natrium azida

digunakan untuk menghitung bakteri asam laktat yang

dikontakkan dengan Alcaligenes sp., agar Nutrien

untuk menghitung jumlah P. fluorescens dan Alcaligenes sp. baik yang dikontakkan dengan bakteri asam laktat

atau tidak dalam media ekstrak ikan rucah.

Bahan-bahan lain yang digunakan yaitu NaCl

seba-gai pengencer, air pepton sebagai media pertumbuhan

bakteri asam laktat untuk menghasilkan hidrogen

perok-sida, dan media sintetik asam laktat sebagai media

pertumbuhan bakteri asam laktat untuk memproduksi

asam. Bahan kimia yang digunakan adalah NaOH, HC1,

(44)

B. METODE PENELITIAN

"1. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat"dari

Pikel Ketimun Dan Acar

a. Pembuatan Pikel Ketimun

Untuk pembuatan pikel ketimun, dipilih

ketimun yang masih muda, dicuci, dipotong-potong

agar didapat ukuran yang seragam dan dimasukkan ke

dalam stoples yang berisi larutan garam dengan

konsentrasi 5% NaCl. Sebanyak 1% glukosa

ditam-bahkan untuk membantu proses fermentasi. Ketimun

diusahakan supaya terendam di bawah permukaan

larutan garam. ·Toples ditutup rapat. Fermentasi

dilakukan pada suhu kamar.

b. Isolasi Bakteri Asam Laktat

Isolasi bakteri asam laktat dari pikel

keti-mun dilakukan pada waktu fermentasi 2, 4, 6, 9,

12/ dan 16 hari. Isolasi bakteri asam laktat dari

acar yang dibeli dari tukang sate dilakukan sehari

setelah pembelian.

Cairan dari pikel ketimun dan acar diencerkan

dengan larutan NaCl 0,85% sampai pengenceran 10- 6 .

Sebanyak 1 ml contoh dari pengenceran 10- 5 - 10- 6

diambil dan dipindahkan ke dalam cawan petri

(45)

agar MRS dituang ke dalam cawan petri dan di-goyang secara mendatar. Setelah agar membeku, cawan diinkubasi dalam posisi terbalik pada suhu 37°C selama dua hari.

Cawan dengan kOloni-koloni yang terpisah dipilih, koloni-koloni yang mempunyai warna dan ukuran yang berbeda 、ゥセゥョ、。ィォ。ョ@ ke dalam cawan petri yang berisi agar MRS dengan membuat goresan kuadran. Inkubasi dilakukan pada suhu 37°C selama 2 hari. Jika koloni dalam cawan petri belum murni (misalnya besar koloni tidak seragam) maka diambil satu koloni dan dibuat goresan kuadran lagi pada agar MRS sampai diperoleh koloni-koloni dengan ukuran yang seragam.

Isolat-isolat bakteri asam laktat yang telah murni ditumbuhkan dalam MRS broth selama 2 hari. Kultur ini akan digunakan sebagai inokulum untuk identifikasi awal.

c. Identifikasi Bakteri Asam Laktat 1. Identifikasi awal

Identifikasi awal meliputi uj i katalase dan pewarnaan gram.

Uji katalase (Fardiaz, 1987) Satu loop

(46)

tersebut. Timbulnya gelembung-gelembung

oksigen pada kultur menunjukkan uji positif.

Bakteri asam laktat akan menunjukkan uji

kata-lase negatif.

Pewarnaan gram (Fardia'z, 1987). Satu loop

kultur cair disebarkan pada gelas obyek.

Kultur cair dikeringkan di udara dan difiksasi

dengan nyala api kecil. Pewarna kristal violet

diteteskan di atas film pada gelas obyek

selama 1 menit, kemudian dibilas dengan air

kran. sisa air yang tertinggal dibuang, dan

lapisan film kultur ditetesi dengan larutan

Lugol (yodium Gram) selama 1 menit. Setelah

dicuci kembali dengan air, kemudian dihilangkan

warnanya dengan menggunakan alkohol 95% selama

10 - 20 detik atau sampai warna biru tidak

luntur lagi. Setelah dicuci sebentar, kemudian

lapisan film kultur diwarnai dengan larutan

safran in selama 10 - 20 detik. Setelah dibilas

dengan air dan dikeringkan dengan kertas serap,

lapisan film bakteri diperiksa di bawah

mikros-kop dengan pembesaran 1000 kali. Bakteri asam

laktat merupakan bakteri gram positif ditandai

(47)

Isolat yang menunjukkan uji katalase nega-tif dan hasil pewarnaan gram biru-ungu disimpan di dalam MRS-CaC03 semi padat.

2. Uji Biokimia Bakteri asセ@ Laktat (Nuraida,

1988)

Sebagai inokulum untuk identifikasi, diambil satu sampai dua loop isolat dari media MRS-CaC03 semi padat. Ditumbuhkan pada media MRS broth selama 2 hari pada suhu 37°C

Produksi CO2 dari glukosa. Tes ini untuk membedakan bakteri homofermentatif dan

hetero-fermentatif 4engan menggunakan media. Gibson semi padat. Cara pembuatan media Gibson semi padat adalah sebagai berikut 10 ml mangan sulfat dieampur dengan 800 ml susu skim. Ke dalam eampuran tersebut ditambahkan 2,5 gr ekstrak khamir dan 50 gr glukosa. Larutan dipanaskan dalam penangas air. Selagi panas, ditambahkan 200 ml agar nutrien. Media ,didis-tribusikan ke dalam tabung reaksi dengan keda-laman 5-6 em, Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan penangas air masing-masing 30 menit

selama 3 hari berturut-turut,

(48)

1 tetes inokulum ditambahkan dengan menggunakan

pipet tetes steril, kemudian ditambahkan 1 ml

agar cair steril 1,5%. Inkubasi dilakukan pada

suhu 37°C selama 2 - 5 hari. Bakteri laktat

heterofermentatif akan membentuk gas ditandai

dengan pecahnya atau meloncatnya agar.

Produksi amonia dari arginin. Tes ini

digunakan untuk membedakan laktobasili

hetero-fermentatif dan homohetero-fermentatif. Tes ini juga

digunakan untuk membedakan Leuconostoc dengan

bakteri asam laktat heterofermentatif lainnya.

Cara pembuatan MRS arginin broth 3 gr

L-arginin monohidrat dilarutkan dalam 1 liter

MRS broth, sterilisasi dilakukan dengan

auto-klaf 121°C selama 15 menit. Streptokoki

argi-nin broth: 5 gr tripton, 2,5 gr ekstrak

kha-mir, 0,5 gr glukosa, 2 gr K2 2HP0 4 , 3 gr L-arginin monohidrat dilarutkan dalam 1 liter air

destilata, sterilisasi dilakukan dengan

auto-klaf 121°C, 15 menit.

MRS arginin broth dan streptokoki arginin

broth diinokulasi dengan 1 tetes inokulum.

Kultur kemudian diinkubasikan selama 2 5

hari pada suhu 37°C. Sebanyak 1 ml kultur

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

(49)

sarna. p・ュ「・ョエオォセョ@ amonia ditandai dengan

pembentukan warna oranye kecoklatan setelah

penambahan Reagen Nessler.

Produksi dekstran dari sukrosa. Tes ini digunakan untuk membedakan 'Leuconostoc tertentu dengan bakteri laktat berbentuk koki lainnya.

Cara pembuatan agar Leuconostoc 10 gr

trip-ton, 5 gr ekstrak khamir, 5 gr K2HP0 4 , 5 gr triamonium sitrat, 5 gr sukrosa, 15 gr agar

bacto dilarutkan dalam 1 liter air destilata,

sterilisasi dilakukan dengan autoklaf 121°C

selama 15 menit. Kemudian agar cair tersebut

dipindahkan' ke dalam cawan petri s t e r i l .

Sebagai kontrol digunakan media yang mengandung

0,1 % sukrosa.

Bakteri asam laktat digores secara kuadran

pada agar Leuconostoc. Cawan petri diinkubasi

pad a suhu 37°C selama 2 - 5 hari. Pembentukan

dekstran ditandai dengan pembentukkan koloni

mukoid.

Pertumbuhan pada suhu berbeda. Satu tetes inokulum ditambahkan-ke dalam tabung MRS broth

(masing-masing duplo). Satu seri tabung

diin-kubasi pada suhu 15°C dan seri lainnya pada

(50)

Pertumbuhan pada 6.5% NaCl. MRS broth dengan 6.5% NaCl diinokulasi dengan 1 tetes

inokulum. Kultur kemudian diikubasikan pada

suhu 37°C selama 5 hari.

Reaksi pada Litmus Milk. Cara pembuatan

Litmus Milk 100 gr susu skim dan 0,75 gr

litmus dilarutkan dalam 1 liter air destilata,

larutan didistribusi ke dalam tabung reaksi,

sterilisasi dilakukan dengan autoklaf 121°C, 15

menit.

Satu tetes inokulum diinokulasikan ke

dalam Litmus Milk, kemudian diinkubasi pad a

suhu 37°C ウセャ。ュ。@ 2 - 5 hari.

terjadi pad a Litmus Milk diamati

Reaksi yang

a. Pemisahan whey atau penggumpalan susu karena

enzim proteolitik tanpa pembentukan asam

sehingga warna litmus tetap biru.

b. Pembentukan asam dengan atau tanpa

penggum-palan susu yang ditandai dengan perubahan

warna litmus menjadi merah muda.

C. Pembentukan gas yang ditandai dengan adanya

gelembung-gelembung.

Diagram isolasi dan identifikasi bakteri

asam laktat yang diisolasi dari pikel ketimun

(51)

Isolasi bakteri asam laktat

Purifikasi

uji katalase MMMMセNセI@ Katalase positif

Katalase negatif

Pewarnaan gram セ@ Gram negatif

Gram positif

Bakteri asam laktat

Uji biokimia:

- produksi CO 2 dari glukosa - produksi amonia dari arginin

- produksi dekstran dari sukrosa

- pertumbuhan pad a suhu berbeda

- pertumbuhan pada 6.5% NaCl

- reaksi pada Litmus Milk

[image:51.603.206.513.106.625.2]
(52)

2. SELEKSI ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT

Seleksi isolat bakteri asam laktat berdasarkan

kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan mikroba

pem-busuk dan patogen dengan uji 、ゥヲオウセ@ sumur seperti yang

dilakukan oleh Garriga et al. (1993) dengan beberapa

modifikasi.

Ke dalam medium agar steril diinokulasikan

0.2 % bakteri indikator yang telah diinkubasi

selama sehari (suhu 37°C). Setelah membeku dibuat

lubang/sumur pada medium agar tersebut dan dispotkan

sebanyak 50 Ml kultur bakteri asam Iaktat yang telah

diinkubasi selama 2 bari pada suhu 37°C. Sebagai

kon-trol dispotkan MRS broth yang belum diinokulasi ke

da-lam sumur. Setelah diinkubasi selama 2 hari (37°C),

areal penghambatan yang terbentuk diukur. Areal

peng-hambatan berupa areal bening di tepi lubang/sumur

sam-pai tepi dimana terjadi pertumbuhan bakteri penguji,

dinyatakan dalam mm. Pengukuran dilakukan di beberapa

sisi, kemudian dirata-ratakan.

sebanyak 2-3 ulangan.

3. IDENTIFlKASI SENYAWA ANTIMIKROBA

a. Uji Bakteriosin

Uji ini dilakukan

Untuk melihat kemampuan isolat bakteri asam

(53)

difusi sumur seperti yang dilakukan oleh Garriga

et al. (1993) dengan beberapa modifikasi.

Kultur bakteri asam laktat setelah diinkubasi

selama 2 hari, dinetralkan dengan memakai NaOH 0,1

N hingga mencapai pH 7,0. Urituk memisahkan sel,

kultur yang telah dinetralkan disaring dengan

memakai kertas millipor berukuran steril 0,22 Mm.

Tahap selanjutnya sarna dengan metode di atas,

ke-cuali yang dispotkan ke dalam sumur adalah filtrat

kultur bakteri asam Iaktat dan sebagai bakteri

indikator digunakan P. fluorescens dan Alcaligenes sp ..

b. Kemampuan memproduksi asam

Untuk menentukan kemampuan bakteri asam

laktat dalam memproduksi asam, digunakan medium

sintetik asam Iaktat yang dibuat berdasarkan

Buchta (1983) dalam Wirjantaro (1993), yang

ter-diri dari 50 gil glukosa, 0.4% urea, 0.1% K2HP04 , 0.05% MgS0 4 , 0.05% KCI, 0.001% FeS0 4 .7H20, dan 0.05% ekstrak khamir.

Dua ose isolat dari MRS-caC0 3 semi padat di-pindahkan ke dalam MRS broth. Setelah inkubasi 2

hari, kultur digunakan sebagai inokulum untuk

pro-duksi asam. SepuIuh persen inokulum

(54)

diinkubasi dalam inkubator bergoyang pad a suhu

30°C.

Analisa terhadap asam laktat yang

terben-tuk dilakukan setiap hari sampai 4 hari inkubasi.

Setiap hari sejumlah media sintetik asam laktat

yang telah ditumbuhi oleh bakteri asam laktat

diambil secara aseptis. untuk memisahkan sel

bakteri asam laktat dari hasil metabolitnya maka

kultur disentrifus. Filtrat hasil sentrifus yang

akan digunakan untuk analisa asam.

dilakukan dengan cara titrasi.

Analisa asam

Sebelum NaOH digunakan untuk penetapan total

asam tertitraii, dilakukan standarisasi NaOH

Filtrat hasil sentrifus

diencerkan sampai 50 kali, sebanyak 10 ml filtrat

diambil untuk dititrasi dengan NaOH 0.01 N dengan

indikator fenoftalein 1% (Apriyantono et al,

1989). Hasilnya dinyatakan sebagai per sen asam

laktat.

ml NaOH x N NaOH x 0.09 x 100

% asam --- x pengenceran ml sampel

(55)

hari. kultur digunakan sebagai inokulum untuk

pro-duksi hidrogen peroksida. Sepuluh persen

inoku-lum diinokulasi ke dalam air pepton 1%. Inkubasi

dilakukan pada suhu 37°C.

Ke da1am 5 ml sampel bebas sel bakteri asam

laktat, ditambahkan 0.5 ml KI jenuh, 0.5 ml 0.001

M amonium molibdat dalam 1 N asam sulfat, digoyang

selama 1 menit, dan dititrasi dengan 0.001 N

Na-tiosulfat sampai warna kuning yang terbentuk

hampir hilang. Sejumlah indikator amilum 1%

ditambahkan ke da1am sampel dan titrasi

dilanjut-kan sampai warna biru mendadak lenyap. Untuk

menentukan ォッョセ・ョエイ。ウゥ@ H20 2 , digunakan kurva

standar hidrogen peroksida.

Sebelum digunakan Na-tiosulfat distandarisasi

dengan cara sebagai berikut: ke dalam erlenmeyer

ditambahkan 10 ml KI0 3 , .10 ml KI, dan 10 ml HC1. Sampel segera dititrasi dengan Na-tiosulfat sampai

warna muda sekali. Sejumlah 2 ml indikator amilum

ditambahkan ke dalam sampel, titrasi dilanjutkan

sampai warna mend adak lenyap.

4. PENGARUH WAKTU KONTAK BAKTERI ASAM LAKTAT DENGAN BAKTERI PERUSAK DALAM MEDIA EKSTRAK lKAN RUCAH

Untuk menguji kemampuan bakteri asam laktat dalam

(56)

sp. dan P. fluorescens) dilakukan uji kontak dalam

media ekstrak ikan (Gambar 2). Media ekstrak ikan

dibuat berdasarkan prosedur Vatana dan Rosario (1983)

dalam Olympia et al (1992). Dua belas gram ikan

di-blender dengan 50 ml air destilata. Disaring dengan

memakai kain saring. Ekstrak ikan kemudian ditepatkan

pHnya menjadi 6 dengan HCl 0.1 N. Untuk kontrol, ke

dalam media ekstrak ikan hanya ditambahkan bakteri

penguji saja. Interval waktu kontak yang digunakan

adalah 0, 4, 8, dan 24 jam, suhu inkubasi 30°C.

Untuk mempermudah pembahasan maka dilakukan

ana-lisis data dengan menghitung nilai log (Nc/No), dimana

Nc adalah jumlah miKroba pad a waktu c dan No adalah

jumlah mikroba tepat setelah inokulasi (0 jam). Jika

log (Nc/No) sama dengan nol berarti tidak terjadi

pertumbuhan mikroba, kalau lebih besar dari nol

berar-t i terjadi pertumbuhan, kalau lebih kecil dari nol

berarti terjadi kematian. Untuk melihat efek

bakteri-sidal atau bakteristatik nilai log (Nc/No) contoh

harus dibandingkan dengan nilai log (Nc/No) kontrol.

Jika nilai log (Nc/No) contoh berkurang sedangkan

nilai log (Nc/No) kontrol bertambah berarti terjadi

efek bakterisidal. Jika nilai log (Nc/No) kontrol

bertambah dan nilai log (Nc/No) contoh juga bertambah

tetapi tidak sebesar pertambahan nilai kontrol berarti

(57)

Isolat bakteri

asam laktat

.j,

MRS Broth

37°C, 2 hari

j

pemekatan

(10 9_10 10

koloni/ml broth)

1%

media ekstrak ikan

Mikroba penguji

1

Nutrient Broth

37°C, 2 hari

pengenceran

(10 5 -10 6

koloni/ml broth)

1%

30°C, 0, 4, 8, 24 jam

1

Analisa

-total bakteri asam laktat

-total bakteri penguji

-total asam dan pH

[image:57.607.110.502.97.679.2]
(58)

5. ANALISIS

a. Total Bakteri Asam Laktat dengan Metode Hitungan Cawan secara Agar Tuang (Fardiaz, 1987)

Dari pengenceran 10- 5 -10- 8 , sebanyak 1 ml

ekstrak ikan rucah yang telah diinokulasi

dipin-dahkan ke dalam cawan petri. Ke dalam cawan petri

dimasukkan agar cair ウエセイゥャN@ Cawan petri segera

digoyang secara mendatar. Setelah agar membeku,

cawan diinkubasi pada posisi terbalik pada suhu

30°C selama 2-3 hari.

Untuk menghitung total bakteri asam laktat

yang dikontakkan dengan P. fluorescens digunakan

media agar MRS. Untuk bakteri asam laktat yang

dikontakkan dengan Alcaligenes sp. digunakan media

agar MRS yang telah ditambah 0.0075% natrium

azida. Penambahan natrium azida dimaksudkan untuk

menghambat pertumbuhan Alcaligenes sp ..

b. Total Bakteri Penguji dengan Metode セャ・ウ@ and セウᆳ ra Surface cッセッョケ@ Count (Miles and Misra, 1969 dalam Harrigan dan Cance, 1976 ).

Pada pemupukan dengan metode ini, agar

nu-trien steril terlebih dahulu dituangkan ke dalam

cawan petri dan dibiarkan membeku. Setelah

membe-ku dengan sempurna, kemudian sebanyak 0.02 ml

(59)

dipipet pada permukaan agar tersebut. Inkubasi

dilakukan pada. suhu kamar selama sehari. Jumlah

koloni per cawan yang memenuhi syarat untuk

dihi-tung adalah 20 100 koloni per cawan. Jumlah

koloni per ml yang sebenarnya didapatkan dengan

mengalikan jumlah koloni per cawan dengan faktor

50. Pemupukan dilakukan duplo. <

Gambar

Tabel 1. Sifat-sifat umum bakteri asarn laktat *
Gambar 1. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari pikel ketimun dan acar
Gambar 2. Diagram alir uji kontak
Gambar 3 dan Gambar 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey’s, Berdasarkan hasil uji tersebut terlihat bahwa 2 dari 3 perlakuan penambahan bahan pengisi dekstrin pada pewarna rosella

Kawalan pendedahan persekitaran Halang produk daripada memasuki longkang Jangan biarkan bahan mencemar sistem air dalam tanah Pihak berkuasa tempatan perlu dimaklumkan jika

Range frekuensi dengan daya rata-rata maksimum ini kemudian dapat digunakan sebagai acuan dalam perancangan filter band pass pada perangkat dengan sinyal

Oleh karena defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase dapat menyebabkan kurangnya pembentukan NADPH, maka defisiensi enzim tersebut juga berakibat tidak terbentuknya

Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan Penyelesain Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan serta

Hasil olahan data dari penelitian ini menunjukkan bahwa x6 bernilai 0.034, yang mana dapat diartikan bahwa semakin spesifik lokasi dari departemen sistem informasi maka

Penelitian ini ingin menguji pengaruh dari dukungan manajemen puncak, manajemen sistem informasi, kepuasan pengguna, budaya dalam organisasi, penggunaan teknologi

Peranan komunikasi di dalam organisasi pemberdayaan masyarakat di daerah Pekon Tugupapak, Semaka, Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut: (a) Peran makna informatif