HUBUNGAN ANTARA JENIS INFORMASI SEKS,
JENIS SALlJRAN KOMUNIKASI DAN PERSEPSI
TENTANG PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH
PADA REMAJA
(Kasus Sebuah
SMU
di Bogor)
OLEM
:1111,MA
OKTAVIANA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
HILMA OKTAVIANA. Hubungan Antara Jenis Informasi Seks, Jenis Saluran Komunikasi dan Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja (Kasus Sebuah SMU di Bogor). Dibimbing oleh MUSA HUBEIS, NURMALA K. PANJAITAN dan KRISHNARINI MATINDAS.
Perkembangan teknologi komunikasi dan iklim kebebasan pers telah memunculkan banyak media (media cetak, audio, visual dan audiovisual) yang menyampaikan berbagai jenis informasi seks. Di sisi lain, keingintahuan remaja terhadap informasi seks cukup tinggi serta meningkatnya permasalahan hubungan seksual pra nikah pada remaja.
Dengan berbagai jenis infomasi seks tersebut, remaja mampu menafsirkannya menjadi makna baru, yang disebut dengan persepsi. Persepsi juga merupakan dasar pembentukan perilaku. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antara lain : Jenis informasi seks yang diperoleh remaja dari berbagai jenis saluran komunikasi; Persepsi tentang perilaku seksual pra nikah, dan Hubungan antara karakteristik remaja, jenis informasi seks dari ketiga jenis saluran komunikasi dengan persepsi tentang perilaku seksual pra nikah. Persepsi yang diarnati ada tujuh, yaitu persepsi tentang konsep seks, persepsi tentang perilaku seks, persepsi tentang alasan melakukan hubungan seks, persepsi tentang terjadinya kehamilan, persepsi tentang aborsi dan alasannya, persepsi tentang hubungan seksual pra nikah dan persepsi tentang alasan remaja melakukan hubungan seksual pra nikah.
Penelitian survei ini dilakukan dengan alat bantu kuesioner. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja, yaitu di sebuah SMU di Bogor. Penentuan responden dilakukan secara acak distratifikasi (stratijied random sampling) berdasarkan tingkat pendidikan dan jurusan, yaitu kelas I, I1 dan I11 IPA dan IPS, yaitu sebanyak 120 orang. Pengolahan data menggunakan tabel fi-ekuensi untuk deskripsi jenis informasi seks dari ketiga jenis saluran komunikasi, persepsi tentang perilaku seksual pra nikah. Analisa Spearman digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks dan informasi seks. Khi Kuadrat untuk menguji hubungan antara karakteristik dan jenis informasi seks dari ketiga jenis saluran komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata media cetak menjadi saluran komunikasi utama remaja untuk memperoleh ketiga jenis informasi seks (kehidupan seks, sistem biologis dan reproduksi dan penyakit kelamin) daripada saluran komunikasi lainnya.
Faktor karakteristik yang berpengaruh pada terpaan jenis informasi seks dari ketiga jenis saluran komunikasi adalah tingkat sosialisasi di dalam sekolah, tingkat sosialisasi di luar sekolah, jenis kelamin serta jenis saluran komunikasinya (media cetak dan komunikasi interpersonal).
perilaku seks. Sedangkan persepsi tentang konsep seks berhubungan dengan tingkat pendidikan remaja.
Saluran komunikasi berpengaruh terhadap pembentukan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.. Melalui komunikasi interpersonal, di mana seseorang terbuka untuk bertanya dan memperoleh jawaban langsung serta memperkuat keakuratan persepsi, banyak berpengaruh terhadap pembentukan persepsi tentang konsep seks, persepsi tentang perilaku seks dan persepsi tentang hubungan seksual pra nikah. Sedangkan dari media audiovisual, persepsi yang terbentuk adalah persepsi tentang perilaku seks dan persepsi tentang alasan remaja melakukan hubungan seksual pra nikah. Melalui media yang menampilkan garnbar hidup serta visualisasi yang menarik tersebut, menghasilkan persepsi yang mengarah kepada perilaku atau aktivitas seks. Dan dari media cetak persepsi yang terbentuk adalah tentang alasan melakukan hubungan seksual pra nikah. Media cetak maupun media audiovisual ternyata banyak mengeksplorasi tulisan, gambar, cerita ataupun adegan yang menunjukkan bahwa hubungan seks yang dilakukan remaja adalah karena nafsu yang menggebu, rasa ingin tahu, kedua pihak menginginkan dan dampak lingkungan (sosial dan media massa). Narnun dari ketiga jenis saluran komunikasi tersebut, saluran komunikasi interpersonal ternyata lebih efektif dan berpengaruh daripada kedua saluran komunikasi lainnya pada persepsi remaja tentang perilaku sesual pra nikah.
HUBUNGAN ANTARA JENIS INFORMASI SEKS,
JENIS SALURAN KOMUNIKASI DAN PERSEPSI
TENTANG PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH
PADA REMAJA
(Kasus Sebuah SMU di Bogor)
HILMA OKTAVIANA
Tesis
sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Hubungan Antara Jenis Informasi Seks, Jenis Saluran Komunikasi dan Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja ( Kasus Sebuah SMU di Bogor)
Nama : Hilma Oktaviana
NRP
: 98353Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Mengetahui,
1. Komisi Pembimbing
Z Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS. Dipl. Ing, DEA.
Ketua
Dr. Nurmala K. Pan-iaitan. MS. DEA. Dra. Krishnarini ~ a t i n d a s , MS.
Anggota Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
J
Dr. Ir. Hi. Aida Vitavala S. Hubeis
SURAT
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul :
"Hubungan Antara Jenis Informasi 'Seks, Jenis Saluran Komunikasi dan Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja (Kasus Sebuah SMU di Bogor)".
adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah di publikasikan. Semua sumber data dan informasi telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan di Sibolga pada tanggal 5 Oktober 1972 sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Mara Kumpulan Sibuea (dm) dan Nurjannah Tarnbunan (dm). Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, lulus pada tahun 1996.
Tahun 1997-1 998 penulis bekerja sebagai tenaga pengajar pada Sekolah Menengah Pertama Medan Labuhan, Medan. Tahun 1998 penulis mengikuti Program Pascasarjana IPB Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahrnat, rezeki serta kesehatan, sehingga tesis berjudul : Hubungan Antara Jenis Informasi Seks, Jenis Saluran Komunikasi dan Persepsi Tentang Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja (Kasus Sebuah SMU di Bogor), dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan sampaikan atas arahan, bimbingan serta bantuan dari Tim Komisi Pembimbing, yang terdiri dari : Bapak Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis MS, Dipl. Ing, DEA (Ketua), Ibu Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA dan Ibu Dra. Krishnarini Matindas MS. (anggota), sehingga penelitian ini bisa diselesaikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktur Pascasarjana dan Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan serta seluruh staf pengajar yang telah berbagi ilmu selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
Ungkapan serupa juga disampaikan kepada Kepala Sekolah, Wakil Sekolah serta Guru-guru
SMU
tempat penelitian yang banyak sekali membantu, memberikan masukan, kesempatan dan waktu dalam pengumpulan data di lapangan. Juga kepada adik-adik SMU yang sangat banyak membantu penulis di tengah aktivitas belajar- mengajar, ujian dan waktu-waktu bermain.Secara khusus rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda, juga kepada Etek yang selalu memberi dukungan dan untaian do'a. Selain itu juga kepada Abang Zul Azrni Sibuea dan seluruh keluarga. Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang lebih baik kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga tesis ini bermanfaat sebagai informasi dan bahan kajian bagi penelitian- penelitian di masa yang akan datang.
V
.
KESIMPULAN DAN SARAN...
5.1 . Kesimpulan 132
...
5.2. Saran 134
DAFTAR PUSTAKA ... 135
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi . .
.
..
. ..
.. . .
. . .. . .
. . . .. .
. . .. .
. .2. Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga.. .
.
. . ..
. . .3. Persentase responden berdasarkan lokasi tempat tinggal ... .
.
. . ..
. . .. .
. . . 4. Persentase responden berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu ...
..
. . . ...
.. ....
... 5. Jumlah responden berdasarkan jenis informasi seks dan jenis saluran. .
komumkasi . . .
. . .
. . ..
.. .
. . .. . .
. . .. .
. . . ..
..
. . . .. . . .
. . .. . . .
. . . .. . .
. . . .. .
. . . .. . .
. . ..
.. .
. . . .. .
. . .. . .
. . . . 6. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin, jenis informasi seks dan jenis saluran komunikasi. . .. .
. . ... .
. . .. .
. . ..
. . . .. . .
. . .. . .
.. . .
7. Jumlah responden berdasarkan rata-rata jenis inf'ormasi seks dari media cetak.
. . ..
. . ..
. ..
. . .. . .
. . ..
..
. . ..
..
. . ..
. . ..
. ..
. . . .. .
. . . .. . .
. . . .. . .
. . . .. .
. . .. .
. . .. .
. . .. .
. .8. Jumlah responden berdasarkan rata-rata jenis inf'ormasi seks dari media audiovisual . .
. .
..
. . .. . .
. . .. .
. ..
. . . .. .
. . .. . . .
. . ..
. . ..
. . ..
. . . ,.
. . ..
. . . ..
. . . ..
. ..
. . ..
9. Jumlah responden berdasarkan rata-rata jenis informasi seks dari komunikasi interpersonal..
.
. . ..
..
. .. . .
. . . .. . .
. . .. . . .
. . .. . .
. . . .. . .
. . .. . .
. . .. . .
. . .. .
. . . . ,.
. . .. . . .
.10. Jumlah responden berdasarkan terpaan informasi seks . .
.
. .. .
. . .. . . .
.. . . .
. . .. . .
. . . ..
. 1 1. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang konsep seks 12. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang perilaku seks.. . . ..
. . ..
. . . .. . .
. . . .. . .
. . . .. . . .
. .. . . .
. . .. . . .
. .. . . .
. .. . .
.. . .
.. . . .
. . .. . .
.. . .
. .. . .
. . .. . .
. . . . 13. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang alas anmelakukan hubungan seksual
...
. . . . ... . . .. ... . ..., . . . , ...14. Jumlah d m persentase responden berdasarkan persepsi tentang terjadinya kehamilan . .
. . .
.. . .
. . .. . . .
. .. . .
. . ..
. . . .
.. . . .
. .. . .
. .. . .
.. . .
. .. . . .
. . ..
. . .. .
. . .. .
. . ..
. . . 15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang aborsi . . ..
16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan alasan tidak menyetujuiaborsi . .
. . . .
. . .. . .
. . . .. . .
. . .. . . .
. . . .. . . .
. .. . . .
. .. . . .
. . .. .
. . . .. .
. . . .. . .
..
.. .
. . . .. .
. . .. . .
. . .. .
..
. . .. .
. . .. . .
. . . 17. Jumlah dan persentase responden berdasarkan alas an menyetujui aborsi.. . . 18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang hubunganseksual pra nikah ...
..
... 19. Jumlah dan persentase responden berdasarkan berdasarkan alasan tidakmenyetujui hubungan seksual pra nikah ...
.
. .. . . .
. . .. .
. . . .. . .
. . . ..
. . . ... .
.. .. ..
..
, .....
. . . .20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang alasan remaja melakukan hubungan seksual pra nikah .. . ... ... ... , , . .
21. Nilai korelasi antara karakteristik responden dengan jenis informasi seks
. .
dan jenis saluran komumkasi ... ... . . ....
.... .
... ... 22. Nilai korelasi antara karakteristik responden dengan informasi seks dari berbagai saluran komunikasi .. .
. . ..
. . . ..
. ..
. ..
. . .. .
. . ....
, . . . .. .
. . ..
. . .. .
. ..
. , . . .23. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin d m persepsi tentang konsep seks ...
.
... ... ... ... ... ,.
. ...25. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang konsep seks ... 26. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
... sekolah dan persepsi tentang konsep seks
27. Jumlah dan persentase responden berdasarkantingkat sosialisasi di luar ... sekolah dan persepsi tentang konsep seks
28. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga ... dan persepsi tentang konsep seks
29. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi ... tentang perilaku seks
30. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan ... persepsi tentang perilaku seks
3 1. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang perilaku seks ... 32. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
... sekolah dan persepsi tentang perilaku seks
33. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar ... sekolah dan persepsi tentang perilaku seks..
34. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga ... dan persepsi tentang perilaku seks
35. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi ... tentang alasan melakukan hubungan seksual
36. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan ... persepsi tentang alasan melakukan hubungan seksual..
37. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang ... alasan melakukan hubungan seksual
38. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalm sekolah dan persepsi tentang alasan melakukan hubungan seksual.. ... 39. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar sekolah dan persepsi tentang alasan melakukan hubungan seksual.. ... 40. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan persepsi tentang alasan melakukan hubungan seksual ... 41. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
... tentang terjadinya kehamilan
42. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan persepsi tentang terjadinya kehamilan ... 43. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
.
.
... teqadlnya kehamilan
44. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam sekolah dan persepsi tentang terjadinya kehamilan ... 45. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang terjadjnya kehamilan ... 46. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
persepsi tentang terjadinya kehamilan ...
47. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi tentang aborsi dan alasannya.. ... 48. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan
... persepsi tentang aborsi dan alasannya
49. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang ... aborsi dan alasannya
50. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam ... sekolah dan persepsi tentang aborsi dan alasannya
5 1. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar ... sekolah dan persepsi tentang aborsi dan alasannya
52. Jumlah dan persentase responden berdasarkantingkat pendapatan keluarga dan persepsi tentang aborsi dan alasannya ... 53. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
... tentang hubungan seksual pra nikah
54. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan ... persepsi tentang hubungan seksual pra nikah
55. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang ... hubungan seksual pra nikah
56. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam sekolah dan persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ... 57. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar
sekolah dan persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ... 58. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
dan persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ... 59. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan persepsi
tentang alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra nikah ... 60. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra nikah ... 61. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan persepsi tentang
alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra nikah ... 62. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di dalam
sekolah dan persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan ... seksual pra nikah
63. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sosialisasi di luar sekolah dan persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan ... seksual pra nikah
64. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra nikah ... 65. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis inforrnasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan persepsi tentang konsep seks ...
66. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan persepsi tentang perilaku seks ... 120 67. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan persepsi tentang alas an melakukan hubungan seksual.. ... 123
68. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan persepsi tentang terjadinya kehamilan ... 124 69. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan persepsi tentang aborsi dan alasannya ... 126 70. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan persepsi tentang hubungan seksual pra nikah ... 128 71. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis informasi seks, jenis
saluran komunikasi, tingkat terpaan terhadap saluran komunikasi dan persepsi tentang alasan remaja melakukan hubungan seksual pra nikah ... 130
DAFTAR GAMBAR
1 . Alur proses pembentukan persepsi tentang seks ... ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
... 1 . Jumlah murid SMU Negeri " X Tahun Ajaran 2002 138
... 2 . Frekuensi penggunaan saluran komunikasi 139
...
3 . Hasil penghitungan uji reliabilitas 141
4 . Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelarnin, jenis inforrnasi seks dan jenis saluran komunikasi ... 143 5 . Hasil uji Khi Kuadrat antara karakteritik dengan persepsi remaja tentang
...
perilaku seksual pra nikah 144
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik
pembangunan ekonomi, sosial, politik dan budaya saja, tetapi juga aspek mental.
Perkembangan mental yang baik akan menghasilkan SDM unggul yang mampu
mengelola potensi dam yang dimiliki, menciptakan inovasi dan mampu
berkompetisi. Tantangan untuk menciptakan SDM unggul saat ini semakin besar,
mengingat kondisi ekonomi yang sulit dan permasalahan sosial yang semakin
kompleks, serta tuntutan globalisasi yang mendesak.
Remaja adalah aset bangsa yang kelak akan meneruskan perjuangan bangsa
dan membangun negara. Remaja yang sehat fisik dan mental akan menjadi modal
utama dalam pembangunan. Masa remaja adalah masa transisi yang di dalam
perkembangannya banyak mengalami perubahan-perubahan, baik secara biologis,
psikologis maupun sosiologis. Permasalahan atau penyakit sosial pada usia remaja
juga semakin banyak, misal kenakalan remaja, penggunaan obat-obat narkotika, dan
termasuk perilaku seksual pra nikah.
Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih telah
memudahkan orang untuk memperoleh informasi terbaru dan terakhir. Berbagai
macam informasi yang berkaitan dengan teknologi, ilmu pengetahuan, berita-berita
mancanegara, hiburan dan mode, termasuk informasi tentang masalah seksual, foto-
foto dan gambar-gambar erotis dapat diperoleh dengan mudah oleh khalayak umum.
2
perangkat multi media sekarang ini sudah banyak dijumpai di Indonesia, sehingga
orang yang mempunyai kemampuan untuk mengakses media seperti internet dan
multimedia dapat memperoleh lebih banyak informasi daripada orang yang tidak
punya kemampuan mengakses.
Kemudahan memperoleh informasi tersebut memberi dampak pada
pergeseran dan perubahan nilai, norma dan gaya hidup suatu masyarakat yang telah
ada sebelumnya. Informasi memang dapat memberikan kontribusi yang tidak sedikit
pada ruang kognitif, afektif serta psikomotorik seseorang. Dalam hal ini, informasi
sering dijadikan bahan pertimbangan ketika menyikapi suatu hal, terutama dalam
mengambil keputusan. Hal yang serupa juga terjadi dengan informasi seks. Dengan
kata lain, globalisasi informasi menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari dan
keberlangsungannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu, perlu disadari
bahwa informasi seks sekarang ini belum memperoleh perhatian yang cukup besar
dan serius. Hal ini disebabkan masih adanya pandangan, khususnya para orang tua
yang beranggapan bahwa pembicaraan tentang seks merupakan ha1 yang tabu.
Padahal, di sisi lain ada media yang telah menyajikan informasi seks bebas dan
disukai oleh remaja, rnisalnya film Dawson Creek yang diperpanjang pemutarannya
di suatu stasiun televisi swasta (TPI), film Melrose Place (SCTV), Beverly Hills
(RCTI) dan berbagai serial telenovela, sinetron dan lain-lain yang menyajikan cerita
hidup bersama tanpa menikah, pergaulan bebas, hubungan seks sebelum menikah,
melahirkan anak dari hubungan yang tidak sah, perselingkuhan dan lain-lain. Selain
itu, dapat dikatakan bahwa kaum remaja adalah kelompok masyarakat yang paling
3
bekas yang terletak di Proyek Senen (Lesmana, 1995). Belum lagi media internet
yang terbuka dan bebas dalam memvisualisasikan masalah seksual.
Fenomena hubungan seksual sebelum menikah di kalangan remaja sekarang
ini menjadi permasalahan serius, karena hal ini berkaitan dengan kualitas kehidupan
dan moral generasi selanjutnya. Menurut Khofifah, mantan Menteri Urusan
Pemberdayaan Perempuan, pada tahun 1999 remaja yang hamil di luar nikah
sebanyak satu juta orang. Jumlah tersebut adalah yang terdaftar, kemungkinan banyak
lagi yang belum terdaftar atau melakukan praktek aborsi. Sementara itu, dari hasil
pemantauan Boyke (1996) diperkirakan 6-20% siswa SMA dan mahasiswa di Jakarta
melakukan hubungan seksual pra nikah. Lebih mengejutkan lagi, 35% mahasiswa
dari satu Fakultas Kedokteran swasta menyetujui hubungan seksual pra nikah
(Permata, 1996). Selain itu hasil penelitian mahasiswa FISIP Universitas Indonesia
menunjukkan jumlah mahasiswa yang melakukan kegiatan petting dan hubungan
seks bersama pacarnya sekitar 17,5%, sementara dengan sahabatnya sendiri dilakukan
oleh 8 % (Yahya, 1988).
Hasil survey Rumah Gaul Yayasan Pelita Ilmu, dari 117 responden remaja
(13-20 tahun), 42% menyatakan pernah melakukan hubungan seksual, 52% di
antaranya masih aktif (Kompas, 1999). Hal serupa juga ditemukan Psikolog Anak
dan Perkembangan, Prof. Dr. Fauziah Aswin Hadis (1999), selama periode Mei-
Desember, dari 114 surat yang dijawab, 43% menyangkut hal-hal yang berkaitan
dengan masalah seks, mulai dari menonton film porno, khayalan tentang seks,
memegang alat kelamin (petting), homoseksualitas, masalah hubungan seks,
pengakuan telah melakukan hubungan seks dan hanya satu orang yang berani
menolak ajakan melakukan hubungan bersebadan.
Dari fenomena dan berbagai hasil penelitian tersebut, tak dapat dipungkiri
bahwa telah terjadi pergeseran nilai dan norma yang besar tentang seks dan perilaku
seksual pra nikah. Pada zaman dahulu, seks begitu tabu untuk dibicarakan, sekarang
menjadi begitu bebas diperoleh dan dibahas oleh masyarakat, terutama oleh para
remaja. Dahulu orang merasa malu bila bergandengan tangan, berpelukan dan
berciuman di tempat umum, sekarang hal tersebut sudah terlihat wajar.
Menurut Fauziah, perubahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari derasnya
informasi seks yang diterima (Republika, 2000). Informasi seks yang ada sebenarnya
merupakan bagian dari pengetahuan dan pengalaman remaja. Pengetahuan dan
pengalaman ini sangat penting dalam sosialisasi, perkembangan dan menjadi
kerangka acuan (norma) dalam menjalani kehidupan remaja yang semakin kompleks
dan sulit. Selanjutnya, dengan informasi seks yang diperoleh, remaja mampu
menafsirkan beberapa aspek tentang seks dan perilaku seksual pra nikah, yaitu
melalui proses persepsi.
Fenomena lain yang muncul sebagai dampak informasi seks adalah
menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat besar, kecemasan, keinginan mencoba
karena dorongan seksual yang tidak bisa dikendalikan oleh para remaja (Kompas,
1997). Dalam ha1 ini, persepsi menjadi dasar atau motif pembentukan perilaku
seseorang (Tubbs and Moss, 1996). Selain itu, dengan melakukan persepsi dapat
5
Dari uraian di atas, dapat diduga ada keterkaitan antara jenis informasi seks
yang diterima remaja dari berbagai saluran komunikasi dengan persepsinya tentang
perilaku seksual pra nikah. Dalam konteks ini, SMU yang menjadi lokasi penelitian
adalah salah satu lembaga pendidikan yang cukup terkenal, menempati peringkat
keempat dalam memperoleh NEM yang paling tinggi di kota Bogor dan dengan status
sosial ekonomi siswa-siswinya yang cukup beragam. Berdasarkan pengamatan
sementara, sejak kelas I para siswanya sudah biasa membentuk kelompok/grup.
Biasanya grup ini terbentuk berdasarkan kecocokan hobi, asal S M P dan teman jalan.
Dengan melihat kecenderungan tersebut, diduga peer group secara potensial dapat
menjadi sumber informasi, termasuk informasi seks. Disamping itu, narnpaknya
sebagian darinya mereka mulai mempunyai teman dekat (pacar).
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana jenis informasi seks yang diperoleh remaja ?
2. Bagaimana persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah ?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks
yang diperoleh remaja dari berbagai saluran komunikasi ?
4. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan informasi seks yang
diperoleh rernaja dari berbagai saluran komunikasi ?
5. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi remaja tentang
perilaku seksual pra nikah ?
6. Bagaimana hubungan antara jenis inforrnasi seks dari berbagai saluran
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui jenis informasi seks yang diperoleh remaja .
2. Mengetahui persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.
3. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks
yang diperoleh dari berbagai saluran komunikasi..
4. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan informasi seks yang
diperoleh dari berbagai saluran komunikasi.
5. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi remaja tentang
perilaku seksual pra nikah ?
6. Mengetahui hubungan antara jenis informasi seks dari berbagai saluran
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja dan Perkembangannya
Remaja adalah generasi penerus yang nantinya akan melanjutkan kehidupan
dan pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu, perhatian yang besar hams
diberikan kepada remaja di masa pertumbuhannya, sehingga tersedia sumber daya
manusia berkualitas, baik secara fisik maupun mentallmoral.
Masa remaja dipandang sebagai masa dimana individu dalam proses
pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Masa ini diawali
dengan apa yang disebut istilah pubertas. Kata "pubertas" berasal dari bahasa Latin,
yang berarti usia menjadi orang; suatu periode di mana anak dipersiapkan untuk
mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis melanjutkan
keturunannya atau berkembang biak. Selain itu, disertai pula dengan perubahan-
perubahan psikologis (Mappiare, 1 982). Dari berbagai literatur yang ada,
pengelompokan usia remaja berbeda-beda. Dalarn ha1 ini diacu pada pendapat
Hurlock (1980) yang membagi masa remaja menjadi :
1. Pubertas atau preadolescence : usia 10- 1 311 4 tahun.
2, Masa remaja awal : usia 13/14-17 tahun
3. Masa remaja akhir : usia 17-21 tahun
Masa remaja awal yang berusia 13-17 tahun merupakan masa awal transisi,
sehingga secara psikologis banyak mengalami gejala-gejala negative phases, seperti
keinginan untuk menyendiri (desire for isolation), berkurang kemauan untuk bekerja
8
kejemuan (boredom), kegelisahan (restlessness), pertentangan sosial (social
antagonism), penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa (resistance to
authority), kepekaan perasaan (heightened emotionality), kurang percaya diri (lack of
self confidence), mulai timbul minat pada lawan seks (preoccupation with sex),
kepekaan perasaan susila (excessive modesty) dan kesukaan berkhayal (day
dreaming) (Hurlock dalam Mappiare, 1982). Secara khusus, ciri-ciri yang dimiliki
remaja awal adalah sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan perasaan dan emosi
2. Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (1 5-17).
Ada kecenderungan remaja mendekati lawan jenis dan menonjolkan sex appeal.
3. Hal kecerdasan dan kemampuan mental. Di sini remaja seringkali menolak hal-
hal yang tidak masuk akal. Penentangan pendapat sering terjadi dengan orang tua
atau orang dewasa lain, dengan alasan yang masuk akal dan remajapun cenderung
mengikuti pemikiran orang dewasa.
4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan. Hal ini disebabkan ada anggapan
dari orang dewasa bahwasanya masih kanak-kanak.
5. Walhasil, remaja awal banyak menghadapi masalah. Di sini kemampuan berpikir
lebih dikuasai oleh emo~ion~tasnya, sehingga kurang mampu mengadakan
konsensus dengan pendapat lain yang bertentangan dengan pendapatnya. Akibat
yang menonjol adalah pertentangan sosial. Selain itu remaja awal mengganggap
dirinya mampu mengatasi permasalahannya sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
6. Masa remaja awal adalah masa yang kritis. Maksudnya, suatu keadaan remaja
9
menghadapi masalah-masalah selanjutnya, sampai ia dewasa. Sebaliknya,
ketidakrnampuannya menghadapi masalahnya dalam masa ini akan
menjadikannya orang "dewasa" yang tidak mandiri.
Pada usia 15-1 7 tahun, kelompok sebaya (peer group) seringkali menjadi
kelompok rujukan, dimana mengembangkan moral, nilai-nilai, memperoleh rasa
aman, mempercayakan masalah-masalahnya dan membahas hal-hal yang tidak dapat
dibicarakan dengan orangtua maupun guru (Hurlock, 1980).
Pada usia rentang remaja akhir, yaitu usia 17-21 tahun, remaja sudah mulai
dihadapkan dengan berbagai macam informasi, permasalahan-pennasalahan di
sekitarnya, sehingga sudah mulai terbuka pikirannya yang menunjukkan gejala-gejala
positif, yaitu : (1) Stabilitas mulai timbul dan meningkat; (2) Citra diri dan sikap
pandangan yang lebih realistis; (3) Menghadapi masalahnya secara lebih matang; dan
(4) Perasaan menjadi lebih tenang.
Perkembangan Seksual Remaja
Masa pubertas ditandai dengan perubahan biologis yang meliputi perubahan
fisik dan kematangan alat seksual, yang tentunya juga dengan perkembangan
psikologis seperti telah diuraikan. Perkembangan psikologis remaja meliputi
terjadinya perubahan pola hubungan antara remaja pria dan wanita. Ketika masa
pubertas, remaja pria merasa tidak perduli dengan teman wanitanya, tetapi remaja
wanita sudah menunjukkan perhatiannya kepada teman pria. Kemudian ketika
memasuki remaja awal, remaja pria dan wanita sudah menyenangi kehldupan
10
kepada kencan. Perkembangan kejiwaan pada masa ini adalah munculnya dorongan
seksual yang tercermin dalam ketertarikan terhadap lawan jenis (Mappiare, 1982).
2.2 Informasi Seks dan Dampaknya bagi Remaja
Pengertian informasi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah pemberitahuan
atau keterangan (Chaniago, 1997). Schramm and Roberts (1977) menggambarkan
informasi sebagai sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian dan membantu
mempersempit kemungkinan pilihan dalam suatu situasi. Kincaid and Schrarnrn
(1978) mengatakan bahwa informasi dapat membantu manusia dalam menyusun dan
menukar pendapat tentang kehidupan.
Menurut Fisher (1986), ada tiga konsep informasi, yaitu pertama, adalah
penggunaan istilah informasi non ilmiah, yang paling khas adalah untuk
menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selarna tindak komunikasi. Penggunaan
yang kedua dari istilah informasi menunjukkan makna data. Penggunaan ketiga
istilah informasi berasal langsung dari teori-teori informasi, yaitu menganggap
informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang dapat diukur. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa informasi yang diperoleh merupakan hasil dari tindakan komunikasi
(proses komunikasi), penafsiran dari komunikator dan pemilihan atas berbagai
informasi yang diterima.
Masa remaja ditandai dengan perkembangan psikoseksual, sehingga
diperlukan informasi berkaitan dengan seks. Berbicara tentang seks adalah
membicarakan (1) sistedproses kejadian manusia secara biologis, misalnya
kehamilan; (3) karakteristik dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan (BKKBN,
1987). Menurut Tan (1985), seks bukan hanya berhubungan dengan reproduksi,
perbedaan anatomi dan reaksi fisik, namun sekaligus lebih dari itu. Dengan demikian
informasi seks adalah informasi yang dapat ditangkap indera penglihatan atau dan
pendengaran yang berkaitan dengan sistem biologis, reproduksi dan aspek-aspek
yang berkaitan dengan seks.
Derasnya arus informasi mengakibatkan buruknya perilaku seksual remaja,
karena tidak mampu mengelola dan menahan dorongan seksualnya. Menurut Fauziah
(Kompas, 2000), banyak remaja berpandangan bahwa jika menolak hubungan seks,
mereka akan ditinggalkan oleh pacarnya dan ketakutan ini, terutama pada perempuan.
Selain itu, dapat ditertawakan oleh teman bila menolak seks intim atau pandangan
bahwa tidak ada yang mau berpacaran dengan orang yang menolak hubungan intim.
Selain itu, hasil penelitian Sarwono dalam Aswati (1994) mengenai sikap remaja
terhadap hubungan seks pra nikah di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan
Medan adalah sebagai berikut :
1. Setuju hubungan seks (sebelum pernikahan), asalkan suka sama suka (17,02 %).
2. Setuju hubungan seks dengan syarat lain-lain (30,40 %).
3. 12 % dari responden pria dan 9 % dari responden wanita tidak menganggap perlu kegadisan dalam malam perkawinan.
4. 17 % dari responden pria pernah ke Wanita Tuna Susila.
5. 48 % dari responden (pria dan wanita) pernah melakukan hubungan kelamin dengan pacarnya.
Pada tahun 197 1, The Commission on Obscenity and Pornography di Amerika
(Rahmat, 1 996) mengadakan penelitian tentang efek pornografi pada khalayak, yang
menyatakan bahwa terpaan erotik-walaupun singkat, membangkitkan gairah seksual
emosional lainnya seperti resah, impulsif, agresi dan gelisah. Lesmana (1 995) juga
memberi kesimpulan bahwa :
1. Banyak anggota masyarakat kita terangsang birahinya bila melihat atau membaca buku-bukulgambar seks.
2. Adegan telanjang yang diperankan oleh wanita atau aktivitas seksual dapat membangkitkan nafsu syahwat banyak pria, baik kaum muda maupun dewasa. Sedangkan terhadap kaum wanita, efek materi tersebut dinilai kurang menonjol.
3. Kaum wanita, umurnnya lebih terangsang pada stimuli yang lebih kompleks sifatnya, antara lain memperlihatkan romantic or love relationships yang tidak usah mengandung unsur seks secara langsung.
Pendapat Nitibaskara dalam Kompas (1997), dari studi-studi yang ada di AS
menunjukkan bahwa setelah menyaksikan film erotik atau pornografi akan
menimbulkan perubahan suasana hati, menimbulkan agresivitas dan menurunnya
kesopanan. Selanjutnya, menurut Boyke dalam Kompas (1996) dikatakan bahwa
informasi yang tidak jelas, sepotong-potong seringkali menyebabkan remaja
terjerumus kepada perilaku hubungan seksual pra nikah dengan tanpa mengetahui
terjadinya proses kehamilan, ataupun penularan penyakit kelamin.
Menurut Tan dalam Rahmat (1996), bahan-bahan erotis dalam televisi, film,
buku, video, CD (Compact Disk) dan sebagainya yang disebut 'pornografi' diduga
oleh kebanyakan orang merangsang gairah seksual seseorang dan menimbulkan
perilaku seksual yang tidak wajar. Dari uraian tersebut, informasi seks yang bersifat
pornografi menyebabkan dampak negatif bagi para remaja.
2.3. Berbagai Saluran Komunikasi yang Menyampaikan Informasi Seks
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima