• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menghitung Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Pada Sektor Bangunan Atau Konstruksi Tahun 2012 Berdasarkan Data Dari Tahun 2006-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Menghitung Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Pada Sektor Bangunan Atau Konstruksi Tahun 2012 Berdasarkan Data Dari Tahun 2006-2010"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA

MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR

BANGUNAN ATAU KONSTRUKSI TAHUN 2012

TUGAS AKHIR

OLEH

WILLY RAMSAL

092407028

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL

(UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN

USAHA PADA SEKTOR BANGUNAN ATAU

KONSTRUKSI TAHUN 2012 BERDASARKAN

DATA DARI TAHUN 2006-2010

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : WILLY RAMSAL

Nomor Induk Mahasiswa : 092407028

Program Studi : DIPLOMA III STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Disahkan di

Diketahui

Ketua Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing I

Prof. Dr. Tulus, M.Si

(3)

PERNYATAAN

MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA

MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR

BANGUNAN ATAU KONSTRUKSI

TAHUN 2012

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing - masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2012

(4)

PENGHARGAAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu.

Segala puji dan syukur Penulis ucapkan atas Kehadirat Allah SWT , yang tiada hentinya memberikan nikmat, rahmat dan hidayahnya serta semangat dan kekuatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan sebaik – baiknya.

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program DIII Statistika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini Penulis tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, fasilitas dan dorongan serta bantuan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, pada kesempatan ini Penulis dengan segala kerendahan hati serta rasa hormat perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Asima Manurung, M.Si, S.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.

2. Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo, M.Si dan Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi D3 Statistika FMIPA USU yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya

3. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Dra. Mardiningsih, M.Si sebagai ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU yang telah mendukung proses penyelesaian Tugas Akhir ini kepada penulis sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc sebagai Dekan FMIPA USU yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengambil data pada salah satu instansi sehubungan dengan rencana judul Tugas Akhir ini.

(5)

6. Bapak Alm. Saiful Akhyar Lubis dan Ibu Wismalina sebagai orang tua saya yang telah memberikan nasehat dan dukungannya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.

7. Teman-teman se angkatan statistika A 2009.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dapat dimanfaatkan bagi kemajuan ilmu pengetahuan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis pada khususnya.

Medan, Juni 2012

(6)

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Batasan Masalah

1.4 Maksud dan Tujuan

1.5 Metodologi Penelitian

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Peramalan

2.2 Kegunaan Peramalan

2.3 Jenis - Jenis Peramalan

2.4 Metode Peramalan

2.4.1 Analisa Deret Berkala

2.4.2 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan

2.4.3 Penentuan Pola Data

2.5 Metode Pemulusan (Smoothing)

2.5.1 Metode yang Digunakan

2.6 Ketepatan Ramalan

2.7 Penentuan Koefisien Autokorelasi

BAB 3 SEJARAH DAN STRUKTUR BPS

3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS)

3.1.1 Masa Pemerintahan Hindia Belanda

3.1.2 Masa Pemerintahan Jepang

3.1.3 Masa Kemerdekaan Republik

3.1.4 Masa Orde Baru Sampai Sekarang

3.2 Visi dan Misi Badan Pusat Statistik

3.3 Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik 3.4 Tugas dan Wewenang Masing - Masing Bagian di BPS

3.4.1 Bidang Tata Usaha

3.4.2 Bidang Statistik Produksi

3.4.3 Bidang Statistik Distribusi

3.4.4 Bidang Pengolahan Data

3.4.5 Bidang Statistik Kependudukan

(7)

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data yang Dibutuhkan

4.2 Analisa Deret Berkala Nilai Upah Minimum Regional (UMR) kota

Medan

4.3 Metode Smoothing Eksponensial Linear

Satu Parameter dari Brown

4.3.1 Penaksiran Model Peramalan

4.3.2 Penentuan Bentuk Persamaan Peramalan 4.4 Peramalan Nilai Upah Minimum Regional (UMR)

BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Pengertiana Implementasi Sistem

5.2 Microsoft Excel

5.3 Langkah - Langkah Memulai Pengolahan Data dengan Excel

5.4 Menghitung Ketepatan Peramalan

5.5 Grafik dalam Microsoft Excel

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Nilai Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan Tabel 4.2 Nilai Autokorelasi Data Nilai Upah Minimum Regional (UMR) dengan k=1 Tabel 4.3 Nilai Autokorelasi Data Nilai Upah Minimum Regional (UMR) dengan k=2

Tabel 4.4 Nilai Koefisien Autokorelasi

Tabel 4.5 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,1 Tabel 4.6 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,2 Tabel 4.7 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,3 Tabel 4.8 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,4 Tabel 4.9 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,5 Tabel 4.10 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,6 Tabel 4.11 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,7 Tabel 4.12 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,8 Tabel 4.13 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0,9 Tabel 4.14 Perbandingan Ukuran Ketepatan Metode Peramalan Tabel 4.15 Aplikasi Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Linear

Satu Parameter dari Brown Menggunakan α = 0,9 Pada Data Nilai Upah

Minimum Regional (UMR)

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Plot Data Nilai Upah Minimum Regional (UMR) dari Tahun 2006-2010 Gambar 4.2 Distribusi Koefisien Autokorelasi Data Asli Gambar 4.3 Plot Pemulusan Peramalan dengan α = 0,9 Gambar 5.1 Langkah - Langkah Membuka Microsoft Office Excel 2007 Gambar 5.2 Tampilan Worksheet Microsoft Office Excel 2007 Gambar 5.3 Pengisian Data Pada Microsoft Office Excel 2007 Gambar 5.4 Aplikasi Pemulusan Eksponensial Linear Satu Parameter

dari Brown Menggunakan α = 0,9 Pada Microsoft

Office Excel 2007

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda

dengan penghasilan yang berbeda-beda pula. Manusia akan berusaha untuk

mendapatkan penghasilan yang sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan kebutuhan yang akan datang. Upah Minimun Regional (UMR ) yang

berubah setiap tahunnya akan mempengaruhi kesejahteraan manusia atau pekerja.

Menteri Tenaga Kerja ( Menaker ) Republik Indonesia, menimbang :

1. Bahwa peningkatan kesejahteraan pekerja sebagai bagian dari upaya

memajukan kesejahteraan masyarakat, sangat penting artinya untuk

mendorong peningkatan peran serta pekerja dalam pelaksanaan proses

produksi melalui mekanisme penetapan upah minimum;

2. Bahwa kondisi perekonomian pada saat ini telah memungkinkan untuk

mewujudkan penetapan upah yang lebih realistis sesuai kondisi daerah dan

kemampuan perusahaan secara sektoral, sehingga perlu penetapan Upah

Minimum Regional Tingkat I dan Upah Minimum Regional Tingkat II serta

Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I dan Upah Minimum Sektoral

Regional Tingkat II yang mengacu kepada pemenuhan Kebutuhan Hidup

(11)

3. Bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-23/MEN/1999 tanggal 17

Pebruari 1999 tentang Penetapan Upah Minimum Regional pada 27 (dua

puluh tujuh) Propinsi di Indonesia dan UpahMinimum Sektoral Regional

pada 19 (sembilan belas) Propinsi di Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No. Kep-26/MEN/1999 tanggal 19 Pebruari 1999 tentang Penetapan

Upah Minimum Sektoral Regional Propinsi Jawa Tengah: Keputusan

Menteri Tenaga Kerja No. Kep-29/MEN/1999 tanggal 17 Maret 1999

tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Regional Propinsi Kalimantan

Selatan, Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-131/M/BWI1999 tanggal

13 April 1999 tentang Ralat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.

Kep-23/MEN/1999 tentang Penetapan Upah Minimum Regional pada 27 (dua

puluh tujuh) Propinsi di Indonesia dan Upah Minimum Sektoral Regional

pada 19 (sembilan belas) Propinsi di Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No. Kep-110/MEN/1999 tanggal 17 Juni 1999 tentang. Penetapan

Upah Minimum Sektoral Regional Propinsi Kalimantan Timur; dan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-151/MEN/1999 tanggal 16

Agustus 1999 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Regional Propinsi

Riau Untuk Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perburuan dan

Perikanan, Sub Sektor Penebangan Hutan dan Sektor Industri Pengolahan,

Sub Sektor Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu serta Sub Sektor

Industri Kayu Lapis, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan sehingga

perlu ditinjau kembali;

Dari semua sektor yang telah ditetapkan Upah Minimum Regional (UMR)

(12)

industri. Penulis memilih sektor industri karena dikota Medan terdapat banyak sekali

Industri yang berkembang di kota Medan, mulai dari industri kecil-kecilan sampai

industri yang sangat besar. Kemudian banyaknya pekerja yang ingin bekerja pada

bidang industri dan berbondong-bondong mengejar untuk sukses dalam bidang

industri. Melihat itu semua, pasti para pekerja juga mempertimbangkan Upah

Minimum Regional (UMR) yang akan didapat. Semua manusia pasti berusaha

mendapatkan upah diatas UMR yang telah ditetapkan Menteri Keuangan Republik

Indonesia.

Sesuai dengan pembahasan sebelumnya maka penulis mencoba untuk

meramalkan besarnya nilai Upah Minimum Regional ( UMR ) kota Medan pada tahun

. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan penulis tersebut diatas, maka penulis

mencoba membuat sebuah Tugas Akhir yang berjudul “MENGHITUNG UPAH

MINIMUM REGIONAL ( UMR ) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN

USAHA PADA SEKTOR BANGUNAN ATAU KONSTRUKSI TAHUN 2012.

1.2Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana menghitung

Upah Minimum Regional (UMR) kota Medan menurut sektor bangunan atau

(13)

1.3Batasan Masalah

Untuk mengarahkan pembahasan dalam tugas akhir ini agar tidak menyimpang dari

sasaran yang dituju, maka perlu membuat batasan ruang lingkup permasalahan.

Sebagai pembatasan masalah ini adalah hanya terbatas pada analisa untuk mengetahui

Metode Pemulusan (Metode Smoothing) yang akan digunakan untuk meramalkan

Upah Minimum Regional (UMR) kota Medan untuk sektor bangunan atau konstruksi

tahun 2012.

1.4Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk meramalkan Upah Minimum Regional

(UMR) kota Medan menurut sektor bangunan atau konstruksi tahun 2012. Adapun

tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui peramalan Upah

Minimum Regional (UMR) kota Medan menurut sektor bangunan atau konstruksi

tahun 2012, berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera

Utara dari tahun 2006-2010.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk tambahan literatur dan

pengetahuan pembaca yang sedang mempelajari metode pemulusan (Smoothing)

sederhana, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan penelitian lain yang

ingin meneliti masalah yang menggunakan konsep yang sama. Dan secara umum

dapat memberikan pengetahuan atau informasi tentang upah minimum regional pada

(14)

1.5 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil data sekunder dari kantor Badan Pusat

Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara Jl. Kapten Muslim No. 71, Medan.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah salah satu cara yang terdiri dari langkah – langkah atau

urutan kegiatan yang berfungsi sebagai pedoman umum yang digunakan untuk

melaksanakan tugas akhir sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian itu

terwujud. Penulis melakukan beberapa langkah – langkah untuk menyelesaikan

penelitian, antara lain :

1.6.1 Metode Penelitian Kepustakaan

Disini penulis mengadakan penulisan Tugas Akhir dengan membaca buku-buku di

perpustakaan di Badan Pusat Statistik (BPS) Medan yang ada kaitannya dengan Upah

Minimum Regional (UMR) khususnya di kota Medan.

1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Keperluan data untuk keperluan tugas akhir ini penulis lakukan dengan menggunakan

data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera

(15)

diatur, disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran yang jelas tentang sekumpulan data tersebut.

1.6.3 Metode analisis yang digunakan

Metode Smoothing

Adapun pengolahan data dalam meramalkan Upah Minimum Regional (UMR) pada

sektor industri kota Medan menggunakan Metode Pemulusan (Metode Smoothing).

Metode Pemulusan (smoothing) dapat digunakan untuk menghilangkan atau

mengurangi keteracakan (randomness) dari data deret waktu (time series). Metode

yang biasa digunakan untuk keperluan pemulusan data adalah metode rata-rata

bergerak (moving average) dari pengukuran responden dalam periode waktu tertentu

atau metode pemulusan eksponensial.

Persamaan yang dipakai dalam Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial

Ganda Satu Parameter dari Brown adalah sebagai berikut:

S't = αXt + (1 - α) S't – 1

S"t = αS't + (1 - α) S"t – 1

at = S't + (S't - S"t) = 2 S't - S"t

bt =

Ft+m = at + btm α α

(16)

Dimana,

S't = nilai pemulusan eksponensial tunggal (single eksponensial smoothing value)

S"t = nilai pemulusan eksponensial ganda (double eksponensial smoothing value)

α = parameter pemulusan eksponensial dengan besar 0 < α < 1

at, , bt = konstanta pemulusan

Ft+m = hasil peramalan untuk m periode ke depan yang diramalkan

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan “ Tugas Akhir “ secara garis besarnya dibagi

dalam 6 (enam) bab yang masing – masing bab dibagi atas beberapa sub – sub bab

yaitu sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, maksud dan tujuan, metodologi penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan yang

menyangkut terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi,

sesuai dengan judul yang diutarakan.

BAB 3 : SEJARAH DAN STRUKTUR BPS

Bab ini menjelaskan/menceritakan tentang sejarah singkat

(17)

BAB 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA

Bab ini menganalisa data yang telah dikumpulkan beserta

pembahasannya.

BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini menguraikan tentang program atau software yang

dipakai sebagai analisis terhadap data yang diperoleh yaitu

dengan menggunakan Program Excel.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan

di dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

(18)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Peramalan

Kegiatan manusia senantiasa diarahkan pada kondisi pada waktu yang akan datang,

yang keberadaannya tidak dapat diketahui secara pasti. Usaha untuk meminimalkan

ketidakpastian tersebut lazim dilakukan dengan metode atau teknik peramalan tertentu

(teknik merupakan bagian dari metode). Peramalan adalah kegiatan untuk

memperkirakan apa yang akan terjadi atau kapan suatu peristiwa akan terjadi/timbul,

sehingga tindakan atau keputusan yang tepat dapat dilakukan. Dalam peramalan

didasarkan pada bermacam – macam cara yaitu Metode Perataan (Average), Metode

Pemulusan (Smoothing) Eksponensial, dan Metode Box Jenkins.

Disamping itu, melalui metode atau teknik peramalan diharapkan dapat

diidentifikasikan model yang akan digunakan untuk meramalkan kondisi pada waktu

yang akan datang. Model peramalan itu secara umum dapat dikemukakan sebagai :

Yt = pola + error. Jadi, data dibedakan menjadi komponen yang dapat diidentifikasi

(pola) dan yang tidak dapat diidentifikasi (error). Maka, penggunaan metode

peramalan adalah untuk mengidentifikasikan suatu model peramalan sedemikian rupa

sehingga error-nya menjadi seminimal mungkin.

Penggunaan teknik peramalan diawali dengan pengeksplorasian kondisi (pola

(19)

pola data dengan menggunakan asumsi bahwa pola data pada waktu yang lalu itu akan

berulang lagi pada waktu yang akan datang. Selanjutnya, model itu digunakan untuk

meramalkan kondisi – kondisi pada waktu – waktu yang akan datang. Bila uraian

mengenai kegiatan peramalan tersebut diamati, ada dua dimensi waktu yang tercakup,

yaitu waktu yang lalu dimana data tersedia dan waktu yang akan datang dimana data

tidak tersedia.

Kegiatan penerapan model yang telah dikembangkan pada waktu lalu

dinamakan proyeksi, sedangkan kegiatan penerapan model yang telah dikembangkan

pada waktu yang akan datang dinamakan peramalan. Penggunaan metode atau teknik

peramalan dengan model yang diidentifikasikan secara tepat juga didukung oleh baik

tidaknya data maupun informasi yang digunakan. Selama data maupun informasi yang

digunakan tidak dapat meyakinkan seperti sumber dari data atau informasi yang tidak

jelas, maka hasil peramalan yang disusun juga akan sulit dipercaya akan ketepatan dan

keakuratannya.

2.2 Kegunaan Peramalan

Sering terdapat senjang waktu (time lag) antara kesadaran akan peristiwa atau

kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang (lead

time) ini merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu

tenggang ini nol atau sangat kecil, maka perencanaan tidak diperlukan. Jika waktu

tenggang ini panjang dan hasil peristiwa akhir bergantung pada faktor – faktor yang

(20)

Dalam sebuah instansi pemerintah maupun swasta, perencanaan sangat

dibutuhkan untuk pengambilan keputusan untuk beberapa waktu kedepan. Peramalan

merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien.

Apalagi saat ini, telah terjadi kemajuan yang pesat dalam bidang peramalan. Beberapa

kegunaan peramalan dalam bagian organisasi yaitu :

1. Penjadwalan sumber daya yang tersedia.

Penggunaan sumber daya yang efisien memerlukan penjadwalan produksi,

transportasi, kas, personalia, dan sebagainya. Input yang penting untuk

penjadwalan seperti itu adalah ramalan tingkat permintaan untuk produk, bahan,

tenaga kerja, finansial, atau jasa pelayanan.

2. Penyediaan sumber daya tambahan.

Waktu tenggang (lead time) untuk memperoleh bahan baku, menerima pekerja

baru, atau membeli mesin dan peralatan dapat berkisar antara beberapa hari

sampai beberapa tahun. Peramalan diperlukan untuk menentukan kebutuhan

sumber daya di masa mendatang.

3. Penentuan sumber daya yang diinginkan.

Setiap organisasi harus menentukan sumber daya yang ingin dimiliki dalam jangka

panjang. Keputusan semacam itu bergantung pada kesempatan pasar, faktor –

faktor lingkungan, dan pengembangan internal dari sumber daya finansial,

manusia, produk, dan teknologis. Semua penentuan ini memerlukan ramalan yang

baik dan manajer yang dapat menafsirkan pendugaan serta membuat keputusan

yang tepat.

Tiga kelompok di atas merupakan bentuk khas dari keperluan peramalan

(21)

lainnya.Organisasi dalam membangun suatu sistem peramalan perlu memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang meliputi paling sedikit empat bidang : identifikasi

dan definisi masalah peramalan ; aplikasi serangkaian metode peramalan ; prosedur

pemilihan metode yang tepat untuk situasi tertentu ; dan dukungan organisasi untuk

menerapkan dan menggunakan metode peramalan secara formal.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa metode peramalan

sangat dibutuhkan dan berguna untuk menganalisis data masa lalu untuk keperluan

waktu yang akan datang. Sehingga, dengan metode peramalan akan diperoleh

perencanaan yang teratur, terarah, dan sistematis sesuai hasil analisis yang tepat.

2.3 Jenis – Jenis Peramalan

Berdasarkan sifat penyusunannya, teknik peramalan dapat dibagi dalam dua kategori

utama yaitu :

1. Peramalan yang subjektif

Peramalan yang subjektif adalah yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari

orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan dari orang yang menyusunnya

sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan tersebut.

2. Peramalan yang objektif

Peramalan yang objektif adalah peramalan yang didasarkan atas data yang relevan

pada masa lalu, dengan menggunakan teknik – teknik dan metode – metode dalam

(22)

Berdasarkan jangka waktu disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua

kategori utama yaitu :

1. Peramalan Jangka Panjang

Peramalan jangka panjang adalah peramalan yang dilakukan untuk penyusunan

hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun. Misalnya,

diperlukan penyusunan rencana pembangunan suatu negara atau daerah dan lain

sebagainya.

2. Peramalan Jangka Pendek

Peramalan jangka pendek adalah peramalan yang dilakukan untuk penyusunan

hasil ramalan yang jangka waktunya kurang dari satu setengah tahun. Misalnya,

peramalan penyusunan rencana produksi, rencana penjualan, rencana persediaan,

dan lain sebagainya.

Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas

dua kategori utama yaitu :

1. Peramalan Kualitatif

Peramalan kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada

masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada orang yang

menyusunnya. Hal ini sangat penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan

berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat, dan pengetahuan dari orang

yang menyusunnya. Metode kualitatif dapat dibagi menjadi dua yaitu metode

(23)

2. Peramalan Kuantitatif

Peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif

pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung kepada metode

yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Dengan metode yang berbeda akan

diperoleh hasil peramalan yang berbeda pula. Baik tidaknya metode yang

digunakan ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan hasil ramalan dengan

kenyataan yang tejadi. Semakin kecil penyimpangan antara hasil dengan

kenyataan yang terjadi berarti metode yang dipergunakan semakin baik. Metode

kuantitatif dapat dibagi dalam deret berkala (time series) dan metode kausal.

Saat ini telah dikembangkan beberapa metode atau teknik – teknik peramalan

untuk menghadapi bermacam – macam keadaan yang akan terjadi. Tetapi dalam hal

ini penulis membatasi bahwa metode peramalan yang akan digunakan dalam

penyusunan Tugas Akhir ini adalah cara memperkirakan sesuatu yang akan terjadi di

masa depan secara kuantitatif. Oleh karena itu, dalam pembahasan selanjutnya akan

ditekankan pada peramalan kuantitatif. Pada dasarnya metode peramalan kuantitatif

ini dibedakan atas :

1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antar

variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret

waktu (time series).

2. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara

variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya,

bukan waktu, yang disebut dengan metode korelasi atau sebab akibat (causal

(24)

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, digunakan metode peramalan yang pertama,

yaitu peramalan dengan menggunakan variabel waktu atau yang dikenal dengan “time

series”.

Peramalan kuantitatif dapat digunakan bila terdapat tiga kondisi yaitu :

1. Adanya informasi tentang masa lalu

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data

3. Informasi tersebut dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan

terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kondisi yang terakhir ini dibuat sebagai asumsi yang berkesinambungan

(assumtion of mend continuity). Asumsi ini merupakan modal yang mendasari dari

semua metode peramalan kuantitatif dan banyak metode peramalan teknologis,

terlepas dari bagaimana canggihnya metode tersebut.

2.4 Metode Peramalan

Metode – metode peramalan dengan analisa deret waktu yaitu :

1. Metode Pemulusan Eksponensial dan Rata – Rata Bergerak

Sering digunakan untuk jangka pendek dan jarang dipakai untuk peramalan jangka

panjang.

2. Metode Regresi

Metode ini bisa digunakan untuk ramalan jangka menengah dan jangka panjang.

(25)

Jarang dipakai, namun baik untuk ramalan jangka pendek, menengah dan jangka

panjang.

2.4.1 Analisa Deret Berkala

Data berkala (time series) adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk

memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu.

Analisis data berkala memungkinkan untuk mengetahui perkembangan satu atau

beberapa kejadian serta hubungannya dengan kejadian lain.

Metode time series merupakan metode peramalan kuantitatif didasarkan atas

penggunaan analisis pola hubungan antar variabel yang akan diperkirakan dengan

variabel waktu. Tujuan time series ini mencakup meneliti pola data yang digunakan

untuk meramalkan apakah data tersebut stasioner atau tidak dan ekstrapolasi ke masa

yang akan datang. Stasioner itu sendiri berarti bahwa tidak dapat pertumbuhan atau

penurunan data. Data secara kasar harus horizontal sepanjang waktu, dengan kata lain

fluktuasi data tetap konstan setiap waktu.

2.4.2 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan

Dalam pemilihan teknik dan metode peramalan, pertama – tama perlu diketahui ciri–

ciri penting yang perlu diperhatikan bagi pengambilan keputusan dan analisa keadaan

(26)

Ada enam faktor utama yang diidentifikasikan sebagai teknik dan metode

peramalan, yaitu :

1. Horizon Waktu

Ada dua aspek dari horizon waktu yang berhubungan dengan masing – masing

metode peramalan. Pertama adalah cakupan waktu di masa yang akan datang.

Aspek kedua adalah jumlah periode untuk peramalan yang diinginkan.

2. Pola Data

Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa macam dari pola

yang didapati di dalam data yang diramalkan akan berkelanjutan.

3. Jenis dari Model

Model – model merupakan suatu deret dimana waktu digambarkan sebagai unsur

yang penting untuk menentukan perubahan – perubahan dalam pola. Model –

model perlu diperhatikan karena masing – masing model mempunyai kemampuan

yang berbeda dalam analisa keadaan untuk pengambilan keputusan.

4. Biaya yang Dibutuhkan

Umumnya ada empat unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu prosedur

peramalan. Yakni biaya – biaya pengembangan, penyimpanan (storage) data,

operasi pelaksanaan, dan kesempatan dalam penggunaan teknik – teknik dan

(27)

5. Ketepatan Metode Peramalan

Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat kaitannya dengan tingkat perincian

yang dibutuhkan dalam suatu peramalan.

6. Kemudahan dalam Penerapan

Metode – metode yang dapat dimengerti dan mudah dialokasikan sudah

merupakan suatu prinsip umum bagi pengambil keputusan.

2.4.3 Penentuan Pola Data

Hal penting harus diperhatikan dalam metode deret berkala adalah menentukan jenis

pola data historisnya. Sehingga pola data yang tepat dengan pola data historis tersebut

dapat diuji, dimana pola data umumnya dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Pola Data Horizontal

Pola ini terjadi bila berfluktuasi di sekitar nilai rata – rata yang konstan.

2. Pola Data Musiman (Seosonal)

Pola yang menunjukkan perubahan yang berulang – ulang secara periodik dalam

deret waktu. Pola yang ini terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor

musiman, misalnya : kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari – hari pada minggu

(28)

3. Pola Siklis (Cyclical)

Pola data yang menunjukkan gerakan naik turun dalam jangka panjang dari suatu

kurva trend. Terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka

panjang seperti yang berhubungan dengan siklis bisnis.

4. Pola Data Trend

Pola yang menunjukkan kenaikan atau penurunan jangka panjang data.

2.5 Metode Pemulusan (Smoothing)

Metode pemulusan (smoothing) adalah metode peramalan dengan mengadakan

penghalusan terhadap masa lalu, yaitu dengan mengambil rata – rata dari nilai

beberapa tahun lalu untuk menaksir nilai pada beberapa tahun ke depan. Secara umum

metode pemulusan (smoothing) diklasifikasikan menjadi dua bagian :

1. Metode Rata - Rata

Metode rata – rata dibagi atas empat bagian :

a. Nilai rata-rata (mean)

b. Rata – rata bergerak tunggal (single moving average)

c. Rata – rata bergerak ganda (double moving average)

d. Kombinasi rata – rata bergerak lainnya.

Metode rata – rata tujuannya adalah untuk memanfaatkan data masa lalu untuk

mengembangkan suatu sistem peramalan pada periode mendatang.

2. Metode Pemulusan Eksponensial

(29)

Ft+1= α Xt + (1-α) Ft

Dimana :

Ft+1 = ramalan suatu periode ke depan

Xt = data aktual pada periode ke-t

Ft = ramalan pada periode ke-t

α = parameter pemulusan

Metode pemulusan (smoothing) eksponensial merupakan sekelompok metode

yang menunjukkan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai observasi

yang lebih tua atau dengan kata lain nilai observasi yang baru diberikan bobot yang

relatif lebih besar dibandingkan nilai observasi yang lebih tua. Metode ini terdiri atas :

1. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Tunggal

a. Satu Parameter (One Parameter)

b. Pendekatan Aditif

Digunakan untuk data yang bersifat stasioner dan tidak menunjukkan pola

data atau trend.

2. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda

a. Metode Linear Satu Parameter dari Brown

b. Metode Dua Parameter dari Holt

3. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Triple

a. Metode Kuadratik Satu Parameter dari Brown

(30)

b. Metode Kecendrungan dan Musim Tiga Parameter dari Winter

Digunakan untuk data berbentuk trend dan musiman.

4. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Menurut Klasifikasi Pegels.

2.5.1 Metode yang Digunakan

Untuk mendapatkan hasil ramalan yang baik, maka harus diketahui cara peramalan

yang tepat. Data nilai UMR ke dalam grafis menunjukkan pola data trend linear yang

dapat dilihat dari plot autokorelasi nilai - nilai autokorelasi yang menunjukkan pola

data trend linear. Maka metode peramalan deret berkala yang digunakan untuk

meramalkan nilai penjualan energi gas pada pemecahan masalah ini adalah dengan

menggunakan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Satu Parameter

dari Brown.

Metode ini merupakan metode linear yang dikemukakan oleh Brown. Dasar

pemikiran dari Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Linear Satu Parameter

dari Brown adalah serupa dengan rata - rata bergerak linear, karena kedua nilai

pemulusan tunggal dan ganda ketinggalan dari data sebenarnya. Bila terdapat unsur

trend, perbedaan nilai pemulusan tunggal dan ganda dapat ditambahkan kepada

pemulusan tunggal dan disesuaikan untuk trend.

Persamaan yang dipakai dalam pelaksanaan metode Pemulusan (Smoothing)

Ekponensial Linear Satu Parameter dari Brown adalah sebagai berikut :

(31)

S"t = αS't + (1 - α) S"t – 1

at = S't + (S't - S"t) = 2 S't - S"t

bt =

Ft+m = at + btm

Dimana,

S't = nilai pemulusan eksponensial tunggal (single eksponensial smoothing value)

S"t = nilai pemulusan eksponensial ganda (double eksponensial smoothing value)

α = parameter pemulusan eksponensial dengan besar 0 < α < 1

at, , bt =konstanta pemulusan

Ft+m = hasil peramalan untuk m periode ke depan yang diramalkan

2.6 Ketepatan Ramalan

Ketepatan ramalan adalah suatu hal yang mendasar dalam peramalan yaitu bagaimana

mengukur kesesuaian suatu metode peramalan tertentu untuk suatu kumpulan data

yang diberikan. Ketepatan dipandang sebagai kriteria penolakan untuk memilih suatu

metode peramalan. Dalam pemodelan deret berkala (time series) dari data masa lalu

dapat diramalkan situasi yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Maka untuk

menguji kebenaran ramalan digunakan kriteria ketepatan ramalan.

Beberapa kriteria yang digunakan untuk menguji ketepatan ramalan adalah :

1. ME (Mean Error) / Nilai Tengah Kesalahan

ME =

α α

1

(

S'tS ''t

)

N e

N

t t

(32)

2. MSE (Mean Square Error) / Nilai Tengah Kesalahan Kuadrat

MSE =

3. MAE (Mean Absolute Error) / Nilai Tengah Kesalahan Absolut

MAE =

4. MAPE (Mean Absolute Percentage Error) / Nilai Tengah Kesalahan Persentase

Absolut

MAPE =

5. MPE (Mean Percentage Error) / Nilai Tengah Kesalahan Persentase

MPE =

Dimana :

et = Xt -Ft (kesalahan pada periode ke-t)

Xt = data aktual pada periode ke-t

PEt = 100 (kesalahan persentase pada periode ke-t)

Ft = nilai ramalan pada periode ke-t

N = banyaknya periode waktu

(33)

Metode peramalan yang dipilih adalah metode yang memberikan nilai MSE

yang terkecil.

2.7 Penentuan Koefisien Autokorelasi

Koefisien autokorelasi berfungsi untuk menunjukkan suatu deret berkala itu sendiri

dengan selisih 1,2 periode atau lebih. Koefisien autokorelasi yang menggambarkan

hubungan antar suatu deret berkala dengan deret berkala itu sendiri pada kelambatan

waktu (lag) k periode. Secara sistematis untuk menghitung koefisien autokorelasi

dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

rk =

Dimana :

rk = koefisien autokorelasi

Yt = data aktual pada periode ke-t

= nilai tengah dari data aktual

Yt+k = data aktual pada periode ke-t dengan kelambatan (time lag) k

Rumus sederhana yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan standar adalah :

Serk =

Dimana :

n = banyak data asli

Serk = kesalahan standar dari rk

(34)

Batas signifikan koefisien autokorelasi adalah :

-1,96 Serk ≤ rk ≤ +1,96 Serk

Dengan koefisien autokorelasi dapat ditentukan apakah suatu pola data bersifat

acak, konstan, atau musiman. Koefisien autokorelasi juga dapat memperlihatkan

ketidakstasioneran data.

Apabila berada di luar rentang nilai maka koefisien autokorelasi tersebut

(35)

BAB 3

SEJARAH DAN STRUKTUR BPS

3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS)

Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negara Non Departemen. Badan Pusat

Statistik melakukan kegiatan yang ditugaskan oleh pemerintah antara lain pada bidang

pertanian, agraria, pertambangan, kependudukan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan,

pendapatan, dan keagamaan. Selain hal - hal tersebut Badan Pusat Statistik juga

bertugas untuk melaksanakan koordinasi di lapangan, kegiatan statistik dari segenap

instansi baik di pusat maupun daerah dengan tujuan mencegah dilakukannya

pekerjaan yang serupa oleh dua atau lebih instansi, memajukan keseragaman dalam

penggunaan definisi, klasifikasi, dan ukuran - ukuran lainnya. Berikut ini beberapa

masa peralihan di BPS yaitu :

3.1.1 Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Pada bulan Februari 1920, Kantor Statistik pertama kali didirikan oleh Direktur

Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directur Vand Land Bouw Nijeverbeid en

Handel), dan berkedudukan di Bogor. Kantor ini ditugaskan untuk mengelola dan

(36)

Pada bulan Maret 1923, dibentuk suatu Komisi untuk statistik yang

anggotanya merupakan tiap – tiap Departemen. Komisi tersebut diberi tugas

merencanakan tindakan yang mengarah sejauh mungkin untuk mencapai kesatuan

dalam kegiatan di bidang statistik di Indonesia.

Pada tanggal 24 September 1924, nama lembaga tersebut diganti dengan nama

Central Kantor Vor de Statistik (CKS) atau Kantor Statistik dan dipindahkan ke

Jakarta. Bersama dengan itu, beralih juga pekerjaan mekanisme statistik perdagangan

yang semula dilakukan oleh Kantor Invoer Uitvoer en Accijnsen (IUA) yang disebut

sekarang Kantor Bea dan Cukai.

3.1.2 Masa Pemerintahan Jepang

Pada bulan Juni 1944, pemerintahan Jepang baru mengaktifkan kembali kegiatan

statistik yang utamanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perang atau militer.

Pada masa ini juga CKS diganti nama menjadi Shomubu Chosasitu Gunseikanbu.

3.1.3 Masa Kemerdekaan Republik

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945,

kegiatan statistik ditangani oleh lembaga atau instansi baru sesuai dengan suasana

kemerdekaan yaitu KPPURI (Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik

Indonesia). Tahun 1946, kantor KPPURI dipindahkan ke Yogyakarta sebagai hasil

dari perjanjian Linggarjati. Sementara itu, pemerintahan Belanda (NICA) di Jakarta

(37)

Dengan surat Menteri Perekonomian tanggal 1 Maret 1952 No. P/44, lembaga

KPS berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perekonomian.

Selanjutnya, keputusan Menteri Perekonomian tanggal 24 September 1953 No.

18.009/M KPS dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu bagian research yang disebut

Afdeling A dan bagian penyelenggaraan tata usaha yang disebut Afdeling B.

Dengan Keputusan Presiden RI No. 131 tahun 1957, kementerian

perekonomian dipecah menjadi kementerian perdagangan dan kementerian

perindustrian. Untuk selanjutnya, Keputusan Presiden RI No. 172 tahun 1957,

terhitung mulai tanggal 1 Juni 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik.

3.1.4 Masa Orde Baru Sampai Sekarang

Pada pemerintahan Orde Baru, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dalam

perencanaan dan evaluasi pembangunan, maka untuk mendapatkan statistik yang

handal, lengkap, tepat, akurat, dan terpercaya mulai diadakan pembenahan Organisasi

Biro Pusat Statistik.

Dalam masa orde baru ini BPS telah mengalami empatkali perubahan Struktur

Organisasi yaitu :

1. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1968 tentang Organisasi BPS.

2. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1980 tantang Organisasi BPS.

3. Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi,

suasana, dan tata kerja BPS.

4. Undang – Undang No. 16 tahun 1997 tentang Statistik.

(38)

6. Keputusan Kepala BPS No. 100 tahun 1998 tentang organisasi dan tata kerja

BPS.

7. PP 51 tahun 1999 tentang penyelenggaraan statistik.

Tahun 1968, ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1968 yaitu yang

mengatur organisasi dan tata kerja di pusat dan di daerah. Tahun 1980, Peraturan

Pemerintah No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti Peraturan

Pemerintah No. 16 tahun 1968 di tiap Propinsi dan di Kabupaten atau Kotamadya

terdapat cabang perwakilan Badan Pusat Statistik. Pada tanggal 19 Mei 1997

menetapkan tentang statistik sebagai pengganti Undang - Undang Nomor : 6 dan 7

tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juni 1998 dengan Keputusan RI No. 86

tahun 1998 ditetapkan Biro Pusat Statistik sekaligus mengatur tata kerja dan struktur

organisasi Badan Pusat Statistik yang baru.

3.2 Visi dan Misi Badan Pusat Statistik

3.2.1 Visi Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik mempunyai visi menjadikan informasi statistik sebagai tulang

punggung informasi pembangunan nasional dan regional, didukung sumber daya

manusia yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang mutakhir.

3.2.2 Misi Badan Pusat Statistik

Dalam perjuangan pembangunan nasional, Badan Pusat Statistik mengembangkan

(39)

handal, efektif, dan efisien, peningkatan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan

statistik dan pengembangan ilmu pengetahuan statistik.

3.3 Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik

Organisasi merupakan suatu fungsi manajemen yang mempunyai peranan dan

kegiatan langsung dengan instansi sosial yang terjadi di antara individu - individu

dalam rangka kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur

organisasi perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai suatu tujuan yang ditetapkan.

Dengan adanya struktur organisasi maka akan jelaslah pemisahan tugas dari para

pegawai/staf.

Struktur organisasi yang ditetapkan di Kantor Badan Pusat Statistik adalah

struktur organisasi ini dan staf. Struktur ini mengandung unsur - unsur spesialisasi

kerja, standardisasi kegiatan, sentralisasi dan desentralisasi dalam pembuatan

keputusan dan ukuran satuan yang menunjukkan lokasi kekuasaan, pembuatan

keputusan, dan ukuran satuan yang menunjukkan suatu kelompok kerja.

Adapun tujuan dari struktur organisasi ini dan staf di Kantor Badan Pusat

Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara adalah :

a. Pengkoordinasian yaitu yang memungkinkan komunikasi integrasi berbagai

departemen dan kegiatan - kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain.

b. Pemberian saran yaitu memberikan saran atau membuat rekomendasi bagi

manajemen.

c. Pembuatan keputusan yaitu membuat keputusan - keputusan dan mengamati

(40)

Adapun bagan struktur organisasi Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera

Utara adalah sebagai berikut :

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 86 tahun 1998 ditetapkan Badan

Pusat Statistik sebagaimana lampiran dalam organisasi Kantor Badan Pusat Statistik

Propinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.

Kepala Kantor dibantu tata usaha yang terdiri dari :

a. Sub Bagian Urusan Dalam

b. Sub Bagian Perlengkapan

c. Sub Bagian Keuangan

d. Sub Bagian Kepegawaian

e. Sub Bagian Bina Potensi/Bina Program

Sedangkan Bidang Penunjang Statistik terdiri dari 5(lima) bidang yaitu :

1. Bidang Statistik Produksi

Bidang Statistik Produksi mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan statistik

pertanian, industri, konstruksi pertambangan dan energi.

2. Bidang Statistik Distibusi

Bidang Statistik Distribusi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan statistik

konsumen, perdagangan besar, statistik keuangan dan harga produsen serta niaga

(41)

3. Bidang Statistik Kependudukan

Bidang BPS Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan statistik

demografi dan rumah tangga, statistik tenaga kerja, serta statistik kesejahteran.

4. Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS)

Bidang IPDS mempunyai tugas untuk penyiapan data, penyusunan sistem, dan

program serta operasional pengolahan data dengan program komputer.

5. Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik mempunyai tugas untuk

penyusunan neraca produksi, neraca konsumsi, dan akumulasi penyajian analisis

serta kegiatan penerapan statistik.

3.4 Tugas dan Wewenang Masing - Masing Bagian di Badan Pusat Statistik

3.4.1 Bidang Tata Usaha

1. Menyusun program kerja tahunan bidang.

2. Mengatur dan melaksanakan perhimpunan dan penyusunan program kerja

tahunan, baik rutin maupun proyek kantor BPS propinsi dan menyampaikan ke

BPS.

3. Mengatur dan melaksanakan urusan dalam yang meliputi surat - surat

penggandaan atau percetakan, kearsipan, rumah tangga, pemeliharaan gedung,

keamanan dan ketertiban lingkungan serta perjalanan dinas dalam dan luar

(42)

4. Mengatur dan melaksanakan urusan perlengkapan dan pembekalan yang

meliputi penyusunan rencana kebutuhan, penyaluran, dan pengemasan

penyimpanan pergudangan, iventarisasi, penghapusan serta pemeliharaan

peralatan dan perlengkapan.

5. Mengatur dan melaksanakan urusan keuangan yang meliputi tata usaha

keuangan, pembendaharaan, verifikasi, dan pembukuan.

6. Mengatur dan melaksanakan urusan dan mutasi pegawai, pembinaan pegawai,

kesejahteraan pegawai, administrasi jabatan fungsional, hukum, organisasi tata

laksana serta penyajian.

7. Menyusun laporan kegiatan sevara berkala dan sewaktu - waktu.

8. Mengatur dan melaksanakan urusan penyelenggaraan berbagai pelatihan teknis

dan pelatihan administratif.

3.4.2 Bidang Statistik Produksi

1. Menyusun program kerja tahunan bidang yang meliputi kegiatan statistik

pertanian, industri, konstruksi energi, dan statistik produksi lainnya yang

ditemukan.

2. Mengatur keikutsertaan program latihan yang diselenggarakan oleh pusat

bidang statistik produksi.

3. Membantu kepala kantor BPS atau pimpinan proyek atau bagian proyek untuk

menyiapkan program petugas bagian lapangan.

4. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di

(43)

5. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dan pengawasan lapangan terhadap

pelaksanaan lapangan produksi.

6. Mengatur dan melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan dokumen hasil

pengumpulan data statistik produksi.

7. Bersama - sama dengan bidang pengolahan data, mengatur dan menyiapkan

data statistik produksi melalui komputer sesuai yang diterapkan.

8. Mengatur dan melaksanakan evaluasi hasil kerja kegiatan statistik produksi.

9. Mengatur dan menyiapkan hasil pengolahan statistik produksi yang akan

dikirim ke pusat melalui komputer sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

10.Membantu Kepala Kantor Badan Pusat Statistik melakukan pembinaan secara

teratur petugas pencacah, pengawas, dan pemeriksaan pengumpulan data

statistik produksi, kabupaten, kotamadya maupun kecamatan.

3.4.3 Bidang Statistik Ditribusi

1. Menyusun program kerja tahunan bidang yang meliputi kegiatan statistik

pertanian, industri, konstruksi energi, dan statistik produksi lainnya yang

ditemukan.

2. Mengatur keikutsertaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat di

bidang statistik ditribusi.

3. Membantu kepala kantor BPS propinsi atau pimpinan proyek untuk

menyiapkan program tugas lapangan.

4. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di

(44)

5. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dan pengawasan lapangan terhadap

pelaksanaan lapangan statistik distribusi.

3.4.4 Bidang Pengolahan Data

1. Menyusun program kerja tahunan bidang.

2. Meneliti jenis data yang diolah melalui komputer dan bersama - sama dengan

bidang yang bersangkutan serta menentukan sistem pengolahan dengan

komputer.

3. Mengatur pembuatan sistem dan program pelaksanaan penyiapan data dan

operasi pengolahannya.

4. Mengatur dan melaksanakan penerimaan dokumen yang diolah dengan

komputer.

5. Mengatur dan melaksanakan tugas yang langsung diberikan atasan.

3.4.5 Bidang Statistik Kependudukan

1. Menyusun program kerja tahunan bidang.

2. Melaksanakan kegiatan statistik demografi dan rumah tangga,

ketenagakerjaan, kesejahteraan rakyat dan statistik kependudukan lainnya yang

ditentukan.

3. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dokumen yang diperlukan untuk

pelaksanaan lapangan.

4. Melakukan pembinaan, pengamatan lanjut dan pengawasan lapangan terhadap

(45)

5. Mengatur dan menyiapkan dokumen dan hasil pengolahan statistik

kependudukan melalui komputer sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

3.4.6 Bidang Neraca Wilayah dan Analisa

1. Menyusun program kerja tahunan.

2. Menyusun dan melaksanakan penerangan kegiatan statistik kepada

(46)

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA

[image:46.595.153.475.360.533.2]

4.1 Data yang Dibutuhkan

Tabel 4.1 Data Upah Minimum Regional ( UMR ) Menurut Lapangan Usaha

Pada Sektor Bangunan atau Konstruksi Kota Medan 2006-2010

PERIODE TAHUN NILAI UMR (Rp.)

1 2006 825.000

2 2007 902.000

3 2008 1.009.800

4 2009 1.071.000

5 2010 1.210.000

(47)
[image:47.595.108.521.86.281.2]

Gambar 4.1 Grafik Plot Data Nilai UMR (Upah Minimum Regional) dari Tahun

2006 – 2010

4.2 Analisa Deret Berkala Nilai UMR ( Upah Minimum Regional) kota Medan

Untuk menganalisa data deret berkala. terlebih dahulu kita harus melakukan plot data

pada tabel 4.1 secara grafis. seperti yang terlihat pada gambar 4.1. Sesudah melakukan

plot data deret berkala untuk pemeriksaan secara visual. maka alat statistik yang

utama adalah koefisien autokorelasi (rk). Statistik ini menggambarkan hubungan

antara suatu deret berkala dengan deret berkala itu sendiri pada kelambatan waktu (lag

time) k periode.

Bentuk visual dari suatu plot deret berkala sering kali cukup untuk

meyakinkan orang yang melakukan peramalan terhadap suatu data deret berkala

tertentu bahwa data tersebut adalah stasioner atau tidak stasioner. Dengan demikian

plot data autokorelasi data memperlihatkan ketidakstasioneran.

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000

1 2 3 4 5

Ni

la

i UMR

(Rp

.)

Time Series Plot UMR

(48)

Tampilan plot data nilai Upah Minimum Regional (UMR) di atas

menunjukkan bahwa data asli tersebut tidak stasioner. Untuk memperkuat gambar 4.1

ini perlu dihitung koefisien autokorelasi dari data tabel 4.1 pada berbagai time lag.

Nilai autokorelasi ini sangat berpengaruh dalam peramalan deret berkala. Dari table

4.1 dapat dicari nilai autokorelasinya dengan menggunakan rumus dibawah ini:

rk =

[image:48.595.95.536.485.620.2]

(

)(

)

(

)

= − = − − − − n t t k n t k t t Y Y Y Y Y Y 1 2 1

Tabel 4.2 Nilai - nilai autokorelasi data nilai upah minimum regional kota

Medan dengan k=1

Sumber : Perhitungan

t Tahun Yt Yt-1

Y

YtYt−1−Y

(

YtY

)(

Yt−1−Y

)

(

)

2

Y Yt

1 2006 825.000 - -178.560 - - 31.883.673.600 2 2007 902.000 825.000 -101.560 -178.560 18.134.553.600 10.314.433.600 3 2008 1.009.800 902.000 6.240 -101.560 -633.734.400 38.937.600 4 2009 1.071.000 1.009.800 67.440 6.240 420.825.600 4.548.153.600 5 2010 1.210.000 1.071.000 206.440 67.440 13.922.313.600 42.617.473.600

(49)

Maka untuk r1 .dengan kelambatan (k) 1 periode r1 =

(

)(

)

(

)

= − = − − − − 5 1 2 1 5 1 1 t t t t t Y Y Y Y Y Y r1 =

(

)(

)

(

)

= = − − − − 5 1 2 4 1 1 t t t t t Y Y Y Y Y Y r1= 2 2 ) 560 . 003 . 1 000 . 210 . 1 ( .. ) 560 . 003 . 1 000 . 825 ( ) 560 . 003 . 1 000 . 210 . 1 )( 560 . 003 . 1 000 . 071 . 1 ( .. ) 560 . 003 . 1 000 . 902 )( 560 . 003 . 1 000 . 825 ( − + + − − − + + − −

r1= 2 2

) 206.440 ( ... ) 560 . 178 ( ) 440 . 206 )( 440 . 67 ( ... ) -101.560 )( -178.560 ( + + − + + r1= .000 89.402.672 .400 31.843.958

r1 = 0.36

(50)
[image:50.595.104.549.125.280.2]

Tabel 4.3 Nilai - nilai autokorelasi data nilai upah minimum regional kota

Medan dengan k=2

t Tahun Yt Yt-2

Y

YtYt−2−Y

(

YtY

)(

Yt−2 −Y

)

(

)

2

Y Yt

2006 825.000 - -178.560 - - 31.883.673.600 2007 902.000 - -101.560 - - 10.314.433.600 2008 1.009.800 825.000 6.240 -178.560 -1.114.214.400 38.937.600 2009 1.071.000 902.000 67.440 -101.560 -6.849.206.400 4.548.153.600 2010 1.210.000 1.009.800 206.440 6.240 1.288.185.600 42.617.473.600 jumlah 5.017.800 2.736.800 0 -273.880 -6.675.235.200 89.402.672.000

Sumber : Perhitungan

Maka untuk r2 , dengan kelambatan (k) 2 periode

r2 =

(

)(

)

(

)

= − = − − − − 5 1 2 2 5 1 2 t t t t t Y Y Y Y Y Y r2 =

(

)(

)

(

)

= = − − − − 5 1 2 3 1 2 t t t t t Y Y Y Y Y Y

r2=

2 2 ) 1003560 1210000 ( ... ) 1003560 825000 ( ) 1003560 1210000 )( 1003560 1009800 ( ... ) 1003560 1009800 )( 1003560 825000 ( − + + − − − + + − −

r2 = 2 2

) 206.440 ( ... ) 560 . 178 ( ) 206.440 )( 6240 ( ... ) 6.240 )( -178.560 ( + + − + + r2 = .000 89.402.672 200 6.675.235.

(51)

Dengan demikian, maka autokorelasi untuk time lag ke-3 dan seterusnya dapat kita

peroleh dari persamaan tersebut dengan menggunakan data dalam table untuk

mempermudah penulis dalam mengolah data tersebut dengan tepat dan akurat. Maka

dengan cara yang sama akan diperoleh koefisien autokorelasi yang selanjutnya. Dari

[image:51.595.205.423.269.496.2]

cara datas diperoleh data nilai autokorelasi sebagai berikut :

Tabel 4.4 Nilai Koefisien Autokorelasi

Time Lag r

1 0.36

2 -0.075

3 -0.37

4 -0.41

Sumber : Perhitungan

Dari data analisis deret berkala dengan autokorelasi serta nilai - nilai autokorelasi data

nilai Upah Minimum Regional ( UMR ) dapat dilihat bahwa pola trend linear

menunjukkan bahwa data tersebut tidak stasioner. Maka dapat diplot autokorelasi data

(52)
[image:52.595.116.520.86.243.2]

Gambar 4.2 Diagram Batang Koefisien Autokorelasi Data Asli

Dari plot autokorelasi data di atas dapat dilihat trend searah diagonal. bersama dengan

jumlah time lag dimana nilai - nilai autokorelasi menurun secara perlahan - lahan.

Dan dapat meyakinkan peramalan dalam menganalisa adanya kestasioneran atau

ketidakstasioneran data.

Adapun kesalahan standar (Se)rk =

n

1

= 5 1

= 0.4472

Dengan tingkat kepercayaan 95% dari seluruh koefisien berdasarkan sampel

harus terletak dalam daerah tengah ditambah atau dikurangi 1.96 kali kesalahan

standar. Dengan demikian suatu deret data dapat dituliskan dengan :

-1.96(0.4472) ≤ rk ≤ 1.96(0.4472)

-0.87654 ≤ rk ≤ 0.87654

-0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4

1 2 3 4

Ni

la

i r

Time Lag

(53)

Nilai koefisien autokorelasi time lag 1 berada di dalam rentang. jadi berbeda secara

signifikan dari nol. yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai suatu

variabel dengan nilai variabel itu sendiri dengan time lag suatu periode yang

menunjukkan pola trend.

4.3 Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Linear Satu Parameter dari

Brown

4.3.1 Penaksiran Model Peramalan

Dalam pengolahan dan penganalisaan data. penulis mengaplikasikan data (tabel 4.1)

dengan metode peramalan (forecasting) berdasarkan metode pemulusan (smoothing)

eksponensial linear satu parameter dari Brown. Persamaan yang dipakai dalam

Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown

adalah sebagai berikut:

• Nilai Pemulusan Eksponensial Tunggal

S't = αXt + (1 - α) S't – 1

Agar dapat menggunakan rumus tersebut, karena nilai S't – 1 tidak diketahui, maka

nilainya dapat ditetepakan dari nilai rata-rata Xt atau nilai X pada saat t=1 sebagai titik

awal. Dari data yang telah diperoleh maka nilai S't dimana t mulai dari 1 sampai 5,

dan α mulai dari 0,1 sampai 0,9 (namun yang dijelaskan penulis hanya menggunakan

(54)

Untuk t=1

S'1 = nilai X1 = 825.000

Untuk mendapatkan nilai S' yang selanjutnya.

Untuk t=2

S'2 = 0,1 X2 + (1 – 0,1) S'2- 1

S'2 = 0,1 (902.000) + (1 – 0,1) S'1

S'2 = 0,1 (902.000)+ (0,9) (825.000)

S'2 = 90.200+ 742.500

S'2 = 832.700

Untuk t=3

S'3 = 0,1 X3 + (1 – 0,1) S'3- 1

S'3 = 0,1 (1.009.800) + (1 – 0,1) S'2

S'3 = 0,1 (1.009.800)+ (0,9) (832.700)

S'3 = 100.980 + 749.430

S'3 = 850.410

Untuk S't mulai dari t=3 sampai t=5 dapat dilihat pada table selanjutnya.

• Nilai Pemulusan Eksponensial Ganda

(55)

Sama dengan S't, Agar dapat menggunakan rumus tersebut, karena nilai S"t – 1 tidak

diketahui, maka nilainya dapat ditetepakan dari nilai rata-rata Xt atau nilai X pada saat

t=1 sebagai titik awal. Dari data yang telah diperoleh maka nilai S't dimana t mulai

dari 1 samapai 10, dan α mulai dari 0,1 samapai 0,9 (namun yang dijelaskan penulis hanya menggunakan α=0,1) adalah sebagai berikut:

Untuk t=1

S"1 = nilai S'1 = 825.000

Untuk mendapatkan nilai S״ yang selanjutnya.

Untuk t=2

S"2 = 0,1 S'2 + (1 – 0,1) S"2 – 1

S"2 = 0,1 (832.700)+ (1 – 0,1) S"1

S"2 = 0,1 (832.700) + (0,9) (825.000)

S"2 = 83.270+ 742.500

S"2 = 825.770

Untuk t=3

S"3 = 0,1 S'3 + (1 – 0,1) S"3-1

S"3 = 0,1 (850.410) + (1 – 0,1) S"2

S"3 = 0,1 (850.410) + (0,9) (825.770)

S"3 = 85.041+ 743.193

(56)

Untuk S't mulai dari t=3 sampai t=5 dapat dilihat pada table selanjutnya.

• Konstanta Pemulusan at dan bt

at = S't + (S't - S"t) = 2 S't - S"t

bt = 1−�� � St′ − St"�

Untuk t=1

a1 = 2 S'1 - S"1

b1 = 0,1

1−0,1� S1

S 1"�

untuk nilai a dan b pada saat t=1 nilainya tidak ada karena nilai pemulusan tunggal

dan ganda memakai nilai pada X untuk t=1.

Untuk t=2

a2 = 2 S'2 - S"2

a2 = 2 (832.700) - (825.770)

a2 = 1.665.400 - 825.770

a2 = 839.630

b2 = 0,1

1−0,1� S2

S 2"�

b2 = 00,1

,9( 832.700 − 825.770)

b2 = 0,1

0,9( 6.930)

(57)

untuk t=3

a3 = 2 S'3 - S"3

a3 = 2 (850.410) - (828.234)

a3 = 1.700.820 - 828.234

a3 = 872.586

b3 = 0,1

1−0,1� S3

S 3"�

b3 = 0

,1

0,9( 850.410 − 828.234)

b3 = 0,1

0,9( 22.176)

b3 = 2.464

Untuk a dan bmulai dari t=4 sampai t=5 dapat dilihat pada table selanjutnya.

• Hasil Peramalan Untuk m Periode Kedepan

Ft+m = at + btm

Untuk nilai Ft+m , dapat ditentukan dengan melihat nilai m ( selisih waktu peramalan

dimana m=1,2,3,…). Namun penulis membuat nilai ramalan untuk tahun berikutnya

dipakai 1 tahun sebelumnya. Maka untuk nilai F dapat dicari mulai dari t=2 untuk

memperoleh nilai F3 karena nilai a dan b dimulai dari t=2. Dengan menggunakan

rumus diatas diperoleh sebagai berikut:

Untuk t=2

F2+1 = a2 + b2(1)

F3 = 839.630 + 770(1)

F3 = 839.630 + 770

(58)

Untuk t=3

F3+1 = a3 + b3(1)

F4 = 872.586 + 2.464(1)

F4 = 872.586 + 2.464

F4 = 875.050

Untuk Ft mulai dari t=5 dapat dilihat pada table selanjutnya.

Untuk memenuhi perhitungan smoothing eksponensial ganda. tunggal. dan

ramalan yang akan datang maka terlebih dahulu penulis akan menentukan parameter

nilai α yang biasanya dihitung secara trial and error (coba dan salah). Suatu nilai α

dipilih yang besarnya 0<α<1. dihitung Mean Square Error (MSE) yang merupakan

suatu ukuran ketepatan perhitungan dengan mengkuadratkan masing - masing

kesalahan untuk masing - masing item dalam sebuah susunan data dan kemudian

dicoba nilai α yang lain.

Untuk menghitung MSE pertama kali dicari error terlebih dahulu. yang

merupakan hasil dari data asli dikurangi hasil ramalan. Lalu tiap error dikuadratkan

dan dibagi dengan banyaknya error. Secara matematik rumus MSE (Mean Square

Error) sebagai berikut :

MSE =

N e

N

t t

(59)

Dari rumus tersebut maka dapat di cari nilainya dengan menggunakan tabel yang

diolah dengan microsoft excel. Dengan menggunakan nilai α= 0,1 sampai α=0,9

[image:59.595.76.560.259.450.2]

diperoleh dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0.1

Sumber : Perhitungan

Untuk α = 0.1 . N = 3

Maka :

MSE =

N e

N

t t

=1 2

=

3

6.116 153.115.30

= 51.038.435.372

t Xt S't S"t at bt Ft+m et et2

1

825.000 825.000 825.000 - - - -

-2

902.000 832.700 825.770 839.630 770 - - -3

1.009.800 850.410 828.234 872.586 2.464 840.400 169.400 28.696.360.000 4

1.071.000 872.469 832.657,5 912.280,5 4.423,5 875.050 195.950 38.396.402.500 5

1.210.000 906.222,1 840.013,96 972.430,24 7.356,46 916.704 293.296 86.022.543.616 Jumlah

(60)
[image:60.595.54.546.111.315.2]

Tabel 4.6 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0.2

t Xt S't S"t at bt Ft+m et et2

1 825.000 825.000 825.000 - - - -

-2 902.000 840.400 828.080 852.720 3.080 - -

-3 1.009.800 874.280 837.320 911.240 9.240 855.800 154.000 23.716.000.000

4 1.071.000 913.624 852.580,8 974.667,2 15.260,8 920.480 150.520 22.656.270.400

5 1.210.000 972.899,2 876.644,48 1.069.153,92 24.063,68 989.928 220.072 48.431.685.184

Jumlah 94.803.955.584

Sumber : Perhitungan

Untuk α = 0.2 . N = 3

Maka :

MSE =

N e

N

t t

=1 2

=

3

.584 94.803.955

(61)
[image:61.595.56.547.110.316.2]

Tabel 4.7 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0.3

t Xt S't S"t at bt Ft+m et et2

1 825.000 825.000 825.000 - - - -

-2 902.000 848.100 831.930 864.270 6.930 - -

-3 1.009.800 896.610 851.334 941.886 19.404 871.200 138.600 19.209.960.000

4 1.071.000 948.927 880.611.,9 1.017.242 292.77,9 961.290 109.710 12.036.284.100

5 1.210.000 1.027.248,9 924.603 1.129.895 43.991,1 1.046.520 163.480 26.725.710.400

Jumlah 57.971.954.500

Sumber : Perhitungan

Untuk α = 0.3 . N = 3

Maka :

MSE =

N e

N

t t

=1 2

=

3

.500 57.971.954

(62)
[image:62.595.51.551.111.311.2]

Tabel 4.8 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0.4

t Xt S't S"t at bt Ft+m et et2

1 825.000 825.000 825.000 - - - -

-2 902.000 855.800 837.320 874.280 12.320 - -

-3 1.009.800 917.400 869.352 965.448 32.032 886.600 123.200 15.178.240.000

4 1.071.000 978.840 913.147,2 1.044.532,8 43.795,2 997.480 73.520 5.405.190.400

5 1.210.000 1.071.304 976.409,92 1.166.198,08 63.262,72 1.088.328 121.672 14.804.075.584

Jumlah 35.387.505.984

Sumber : Perhitungan

Untuk α = 0.4 . N = 3

Maka :

MSE =

N e

N

t t

=1 2

=

3 .984 35.387.505

(63)
[image:63.595.51.551.111.316.2]

Tabel 4.9 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0.5

t Xt S't S"t at bt Ft+m et et2

1 825.000 825.000 825.000 - - - -

-2 902.000 863.500 844.250 882.750 19.250 - -

-3 1.009.800 936.650 890.450 982.850 46.200 902.000 107.800 11.620.840.000

4 1.071.000 1.003.825 947.137,5 1.060.512,5 56.687,5 1.029.050 41.950 1.759.802.500

5 1.210.000 1.106.912,5 1.027.025 1.186.800 79.887,5 1.117.200 92.800 8.611.840.000

Jumlah 21.992.482.500

Sumber : Perhitungan

Untuk α = 0.5 . N = 3

Maka :

MSE =

N e

N

t t

=1 2

=

3

.500 21.992.482

(64)
[image:64.595.54.565.111.315.2]

Tabel 4.10 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0.6

t Xt S't S"t at bt Ft+m et et2

1 825.000 825.000 825.000 - - - -

-2 902.000 871.200 852.720 889.680 27.720 - -

-3 1.009.800 954.360 913.704 995.016 60.984 917.400 92.400 8.537.760.000

4 1.071.000 1.024.344 980.088 1.068.600 66.384 1.056.000 15.000 225.000.000

5 1.210.000 1.135.737,6 1.073.477,76 1.197.997 93.389,76 1.134.984 75.016 5.627.400.256

Jumlah 14.390.160.256

Sumber : Perhitungan

Untuk α = 0.6 . N = 3

Maka :

MSE =

N e

N

t t

=1 2

=

3

.256 14.390.160

(65)
[image:65.595.51.563.111.317.2]

Tabel 4.11 Menentukan Nilai MSE dengan Menggunakan α = 0.7

t Xt S't S"t at bt Ft+m et et2

1 825.000 825.000 825.000 - - - -

-2 902.000 878.900 862.730 895.070 37.730 - -

-3 1.009.800 970.530 938.190 1.002.870 75.460 932.800 77.000 5.929.000.000

4 1.071.000 1.040.859 1.010.058,3 1.071.659,7 71868,3 1.078.330 -7.330 53.728.900

5 1.210.000 1.159.257,7 1.114.497,88 1.204.017,52 104.439,58 1.143.528 66.472 4.418.526.784

Jumlah 10.401.255.684

Sumber : Perhitungan

Gambar

Tabel 4.1 Data Upah Minimum Regional ( UMR ) Menurut Lapangan Usaha
Gambar 4.1 Grafik Plot Data Nilai UMR (Upah Minimum Regional) dari Tahun
Tabel 4.2 Nilai - nilai autokorelasi data nilai upah minimum regional kota
Tabel 4.3 Nilai - nilai autokorelasi data nilai upah minimum regional kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Denpasar Tahun 2016-2021, penyesuaian kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pusat serta Perubahan Rencana Kerja Pembangunan

Dari hasil yang dicapai oleh seluruh benda uji dihasilkan bahwa kekuatan atau performa balok precast dengan sambungan sistim bonded nonprestressed menunjukkan performa yang

Perubahan pengelola DTW Tanah Lot dari pihak swasta menjadi tiga pihak telah memberikan dampak secara langsung dan tidak langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat Desa

Metode pencelupan merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam industri pangan karena dapat digunakan pada produk pangan yang mempunyai bentuk rata ataupun tidak

dalam perjalanan hidupku; Mbah Putri (almh), Mbah Rom (almh), Mbah Salim (almh), Mbah Imam yang selalu penuh perhatian, Mbah Syamsul Kakung dan Mbah Syamsul

Saran yang dapat diberikan yaitu mengoptimalkan sistem control landfill dalam pengelolaan TPA Mrican sebelum TPA baru dengan sistem sanitary landfill siap digunakan,

Dalam hal ini SIG mempunyai manfaat yang dapat digunakan untuk menganalisis dalam proses penentuan lokasi bandara yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan, yaitu

(1) Dengan adanya pembentukan desa baru di Kabupaten Sekadau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini maka Desa-desa di dalam wilayah