• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

(Glycine max L.) DI LUAR MUSIM TANAM TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Phakopsora pachyrhizi Syd. DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh:

DUNIAMAN TONDANG 040302001

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

(Glycine max L.) DI LUAR MUSIM TANAM TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Phakopsora pachyrhizi Syd DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh:

DUNIAMAN TONDANG 040302001

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi pembimbing

(Dr.Ir. Hasanuddin, MS) (Ir. Zulnayati)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

Duniaman Tondang, The Resistance of Some Variety of Soybean

(Glycine max L.) At out of Season to Rust Disease (Phakopsora pachyrhizi Syd) In the Field. Mr. Dr.Ir. Hasanuddin, MS as head

of supervisor and Mrs. Ir. Zulnayati as co-supervisor.

The purpose of this research was to find out the resistance of some variety

of soybean (Glycine max L.) at out of season to rust disease (Phakopsora pachyrhizi Syd.) in the field.

This research was conducted at UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, the district of Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Medan + 25 m from sea level, Startetd from July, 05th until Agustus, 19th 2009.

The methodology of research was using the non factorial randomized block design consist of 6 combines of treatment V1 (Anjasmoro Variety), V2 (Ijen Kaba), V3 (Kaba Variety), V4 (Sinabung Variety), V5 (Detam-2 Variety), V6 (Seulawah Variety) and 4 replication. The observetd parameter are the intensity of attacks Phakopsora pachyrhizi Syd. and soybean production.

(4)

ABSTRAK

Duniaman Tondang, “Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai

(Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan” dengan komisi pembimbing Bapak

Dr.Ir. Hasanuddin, MS selaku ketuadan Ibu Ir. Zulnayati, selaku anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui ketahanan beberapa verietas kedelai (Glycine max L.) di luar musim tanam terhadap penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) di lapangan.

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Medan, Dengan ketinggian tempat + 25 m diatas permukaan laut mulai bulan 05 Juli hingga 19 oktober 2009.

Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial yang terdiri atas 6 perlakuan yaitu V1 (Varietas Anjasmoro), V2 ( Varietas Ijen ), V3 ( Varietas Kaba ), V4 ( Varietas Sinabung ), V5 (Varietas Detam-2) dan V6 ( Varietas Seulawah), dan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan Phakopsora pachyrhizi Syd. (%) dan produksi kedelai (ton/ha).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamatan terakhir perlakuan ketahanan beberapa varietas berbeda nyata terhadap intensitas serangan

Phakopsora pachyrhizi Syd. Pengamatan terakhir intensitas serangan tertinggi

(5)

RIWAYAT HIDUP

“Duniaman Tondang”, dilahirkan di Tanjung Beringin, Desa Bertungen

Julu Kecematan Tigalingga Kab. Dairi pada tanggal 07 Juni 1985 dari pasangan

ayahanda Ngennate Tondang (+), dan Ibunda Asli Situngkir. Penulis merupakan

anak ketiga dari lima bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri No. 034791 Tanjung Beringin,

Tahun 2001 lulus dari SMP Negeri 1 Tigalingga, Tahun 2004 lulus dari SMU

Negeri 1 Tigalingga, lulus seleksi masuk USU Tahun 2004 melalui jalur PMP.

Penulis memilih program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Departemen Hama

dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian. Melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) tahun 2008 di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Kisaran,

dan melaksanakan praktek skripsi bulan Juli sampai pertengahan bulan

Oktober 2009 dilahan percobaan UPT. BBI Palawija Dinas Pertanian Sumatera

Utara, Tanjung Selamat Deli Serdang.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti seminar “Pengendalian

Hayati Sebagai Komponen PHT (Pengendalian Hama Terpadu)” pada tahun

2006, “Peranan Pertanian Dalam Pembangunan Sumatera Utara” pada tahun

2008, “Dengan Pertanian Berkelanjutan Kita Wariskan Kehidupan Berwawasan

Lingkung” pada tahun 2008, “Sadar Dan Tanggap Bencana Berbasis Akademis

dan Pengalaman Praktis” pada tahun 2008. Mengikuti kegiatan organisasi

IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) FP-USU bidang HUMAS

(Hubungan Masyarakat/Mahasiswa) Pada tahun 2005-2007, PEMA

(6)

Kesekretariatan masa bakti 2007-2008, anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum)

FP-USU pada tahun 2007 dan 2008. Penulis merupakan salah satu penerima

Beasiswa Unggulan Aktivis Mahasiswa pada tahun 2008 dalam program

“Student Excheng Malasya-Thailand” ke Universitas Utara Malasya (UUM) dan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat meyelesaikan usulan penelitian ini

dengan baik.

Adapun judul penelitian ini adalah, Uji Ketahanan Beberapa Varietas

Kedelai (Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan, yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada : Dr.Ir. Hasanuddin, MS

selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Ir. Zulnayati , selaku Anggota Komisi

Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan kepada Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Kepala Dinas UPT. BBI Tanjung Selamat Ir. Isya Hutasuhut, Bapak Saut Pasaribu

dan Keluarga serta seluruh keluarga besar UPT.BBI Tanjung Selamat yang telah

banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

Dan ucapan terima kasih kepada ayahanda dan Ibunda atas segala doa dan

perhatiannya juga kepada abang dan kakak serta adek yang tercinta, teman-teman

HPT 04 serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian dan skripsi ini.

Semoga skripsi ini kelak bermanfaat.

Medan, Maret 2009

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT --- i

ABSTRAK--- ii

RIWAYAT HIDUP --- iii

KATA PENGANTAR --- v

DAFTAR ISI --- vi

DAFTAR TABEL --- viii

DAFTAR GAMBAR --- ix

DAFTAR LAMPIRAN --- x

PENDAHULUAN Latar belakang --- 1

Tujuan penelitian --- 4

Hipotesa penelitian --- 4

Kegunaan penelitian --- 4

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Biologi Tanaman Kedelai --- 5

Biologi Penyakit Tumbuhan --- 9

Gejala serangan --- 11

Daur Hidup Penyakit --- 12

Faktor Yang Mempengaruhi --- 13

Pengendalian Penyakit --- 14

Ketahanan --- 15

BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu Percobaan --- 17

Bahan Dan Alat --- 17

Metode Penelitian --- 17

Pelaksanaan penelitian --- 18

Persiapan Areal Penelitian --- 18

Penanaman --- 19

(9)

Parameter Pengamatan --- 20 Intensitas Serangan --- 20 Produksi --- 23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas Serangan Phakopsora pachyrizi Syd. ---24 Produksi ---27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ---30 Saran ---30

(10)

DAFTAR

TABEL

No Judul Hal

(11)

DAFTAR

GAMBAR

No Judul Hal

01. Urediospora Phakopsora pachyrizi Syd --- 10 02. Gejala Serangan Phakopsora pachyrizi Syd --- 11 03. Siklus Hidup Phakopsora pachyrizi Syd --- 13 04. Histogram ketahanan Varietas Terhadap Intensitas Serangan

Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrizi Syd.) Pada

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

01. Bagan Penelitian --- 33

02. Deskripsi Varietas --- 35

03. Data Pengamatan 4 mst --- 41

04. Data Pengamatan 5 mst --- 43

05. Data Pengamatan 6 mst --- 45

06. Data Pengamatan 7 mst --- 47

07. Data Pengamatan 8 mst --- 49

08. Data Pengamatan 9 mst --- 51

09. Data Pengamatan 10 mst --- 53

10. Data Pengamatan 11 mst --- 55

11. Rataan Produksi --- 57

12. Foto lahan Penelitian --- 58

(13)

ABSTRACT

Duniaman Tondang, The Resistance of Some Variety of Soybean

(Glycine max L.) At out of Season to Rust Disease (Phakopsora pachyrhizi Syd) In the Field. Mr. Dr.Ir. Hasanuddin, MS as head

of supervisor and Mrs. Ir. Zulnayati as co-supervisor.

The purpose of this research was to find out the resistance of some variety

of soybean (Glycine max L.) at out of season to rust disease (Phakopsora pachyrhizi Syd.) in the field.

This research was conducted at UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, the district of Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Medan + 25 m from sea level, Startetd from July, 05th until Agustus, 19th 2009.

The methodology of research was using the non factorial randomized block design consist of 6 combines of treatment V1 (Anjasmoro Variety), V2 (Ijen Kaba), V3 (Kaba Variety), V4 (Sinabung Variety), V5 (Detam-2 Variety), V6 (Seulawah Variety) and 4 replication. The observetd parameter are the intensity of attacks Phakopsora pachyrhizi Syd. and soybean production.

(14)

ABSTRAK

Duniaman Tondang, “Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai

(Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan” dengan komisi pembimbing Bapak

Dr.Ir. Hasanuddin, MS selaku ketuadan Ibu Ir. Zulnayati, selaku anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui ketahanan beberapa verietas kedelai (Glycine max L.) di luar musim tanam terhadap penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) di lapangan.

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Medan, Dengan ketinggian tempat + 25 m diatas permukaan laut mulai bulan 05 Juli hingga 19 oktober 2009.

Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial yang terdiri atas 6 perlakuan yaitu V1 (Varietas Anjasmoro), V2 ( Varietas Ijen ), V3 ( Varietas Kaba ), V4 ( Varietas Sinabung ), V5 (Varietas Detam-2) dan V6 ( Varietas Seulawah), dan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan Phakopsora pachyrhizi Syd. (%) dan produksi kedelai (ton/ha).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamatan terakhir perlakuan ketahanan beberapa varietas berbeda nyata terhadap intensitas serangan

Phakopsora pachyrhizi Syd. Pengamatan terakhir intensitas serangan tertinggi

(15)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L.) sampai saat ini diduga berasal dari kedelai liar

Cina, Manchuria dan Korea. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak

yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis merupakan kedelai yang

menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang. Penyebaran tanaman

kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara) menyebar ke

daerah Mansuria, Jepang dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika

(Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang penting di Indonesia.

Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ke-3 sebagai

tanaman palawija setelah jagung dan ubi kayu. Rata-rata luas pertanaman per

tahun sekitar 703.878 ha dengan total produksi 518.204 ton (Suprapto, 2001).

Kedelai bernilai gizi tinggi dengan kadar protein sekitar 40%. Kandungan

asam amino penting yang terdapat dalam kedelai yaitu isoleucine, leucine, lysine,

methionine, phenylalanine, threonin, tryptophane, dan valine yang rata-rata

tinggi, kecuali methionine dan phenylalanine. Di samping itu kedelai mengandung

kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan B yang berguna bagi pertumbuhan manusia.

Biji kedelai juga dapat dipakai sebagai bahan baku industri seperti minyak goreng

dan mentega. Minyak dari kedelai dapat digunakan untuk bermacam tujuan

perindustrian. Ini mencakup pembuatan gycerine, insektisida, cat, dan lain

(16)

Penyebab rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara lain adalah

gangguan hama dan penyakit tanaman. Penyakit yang sering merusak tanaman

kedelai adalah penyakit karat daun (P. pachyrhizi Syd.) penurunan hasil oleh

penyakit ini berkisar antara 30-60%. Selain menurunkan hasil penyakit karat daun

juga berpotensi untuk menurunkan kualitas biji kedelai. Tanaman kedelai yang

tertular penyakit ini memiliki biji lebih kecil (Sumarno, dkk, 1990).

Penyakit terpenting pada kedelai adalah karat daun. Di daerah endemik

karat daun, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan menanam varietas

toleran yaitu Wilis, Kerinci, Dempo, Merbabu dan Rinjani. Pengendalian

menggunakan fungisida dilakukan bila gejala penyakit karat daun timbul sebelum

tanaman berbunga. Penyakit karat daun yang timbul saat pengisian polong hampir

penuh (umur 60-80 hari) tidak mempengaruhi hasil biji. Bila terjadi serangan

karat pada tanaman muda. Kehilangan hasil karena serangan karat daun antara

30-60% (Adie dan Krisnawati, 2008).

Banyaknya, lamanya atau berulangnya kelembaban yang tinggi, apakah

dalam bentuk hujan, embun atau kelembaban udara relatif, adalah faktor-faktor

dominandalam perkembangan kebanyakan epidemi penyakit yang disebabkan

oleh jaur seperti karat daun, bercak daun, hawar dll. Kelembaban tidak hanya

mendukung pertumbuhan tanaman yang sukulen dan rentan, tetapi lebih penting

lagi akan meningatkan sporulasi jamur, pelepasan spora. Adanya tingkat

kelembababan yang tinggi memungkinkan semua kejadian yang mendukung

terjadinya penyakit untuk berada dalam keadaan konstan dan berulang dan

(17)

Epidemi sering terjadi pada suhu tinggi atau suhu rendah dibandingkan

dengan suhuyang optimum untuk pertumbuhan tanaman karena pada suhu

optimum ini tingkat ketahanan horizontal pada tanaman akan berkurang. Pada

tingkat tertentu, suhu mungkin mengurangiatau menghilangkan ketahanan vertikal

tanaman inang. Tanaman yang tumbuh pada suhu semacam ini menjadi stress dan

mudah terserang patogen (Abadi, 2003)

Pedoman waktu tanam yang baik untuk kedelai disesuaikan dengan

kemungkinan adanya resiko yang paling kecil dan biaya pemeliharaan yang dapat

ditekan. Penanaman yang dilaksanaan pada musim hujan yang berlebihan, akan

mengalami gangguan yang merugikan pertumbuhan terutama disebabkan karena

serangan penyakit dan hambatan dalam pengolahan lepas panen (Suprapto, 2001).

Ketahanan dapat mempunyai beberapa macam bentuk. Suatu tanaman

dapat tahan terhadap infeksi suatu patogen , sebaliknya tanaman yang tahan itu

dapat juga terinfeksi oleh pathogen. Tanaman yang tahan dapat membatasi

aktivitas pathogen penyebab penyakit sehingga tidak dapat membiak dengan

bebas dan tidak dapat menyebabkan kerusakan berat yang menimbulkan kerugian

yang berarti. Jika pembiakan patogen terhambat , patogen tidak dapat meluas ,

sehingga pertanaman relatif bebas dari penyakit. Dalam praktek dilapangan pada

umumnya penanaman dilapangan cukup mengurangi kerugian sampai sekecil

(18)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Ketahanan Beberapa Verietas Kedelai (Glycine max L.)

Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (P. pachyrhizi Syd.)

Di lapangan.

Hipotesa Penelitian

Beberapa varietas tanaman kedelai { Varietas anjasmoro, ijen, Kaba,

Sinabung, Detam 2 dan Seulawah} di luar Musim Tanam Mempunyai Ketahanan

Yang Berbeda Terhadap Penyakit Karat Daun (P. pachyrhizi Syd.)

Di lapangan.

Kegunaan Penelitian

• Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian

di Departemen Hama & Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistematika dan Biologi Tanaman Kedelai

Menurut Sharma (2002), kacang kedelai diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Family : Leguminoceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max L. Merril.

Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang 20-100 cm.

Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak

akar cabang. Pada setiap akar cabang tersebut terdapat bintil-bintil akar yang

mampu mengikat Nitrogen (N2) dari udara dengan bantuan bakteri

Rhyzobium japonicum yang mempunyai kemampuan mengikat N2 dari udara yang

berguna untuk menyuburkan tanah (Snyder, 1987).

Batang kedelai berwarna ungu atau hijau dan pada umur yang masih muda

terbagi atas hipokotil dan epikotil. Berdasarkan tipe pertumbuhan batangnya,

kedelai dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe determinate, indeterminate, dan semi

(20)

Daunnya merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun

dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningan, bentuknya ada yang

oval dan ada yang segi tiga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga

tumbuh di ketiak daun dan pada ketiak daun terdapat 3-15 kuntum, namun hanya

sebagian membentuk kolom (Adisarwanto, 2005).

Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji yang berwarna

kuning atau hijau transparan sampai yang berwarna kecoklatan atau hitam. Setiap

biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji),

sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi,

tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur.

(Adisarwanto, 2005).

Kedelai tumbuh baik pada tanah bertekstur gembur, lembab, tidak

tergenang air dan memiliki pH 6-6,8. pada pH 5,5 kedelai masih dapat

berproduksi, meskipun tidak sebaik pada pH 6-6,8. pada pH <5,5 pertumbuhannya

sangat terhambat karena keracunan aluminium. Untuk mengatasinya lahan perlu

dikapur (Danarti dan Najiyati, 1999).

Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibanding iklim sangat lembab.

Curah hujan optimum antara 100-200 mm/bulan (Danarti dan Najiyati, 1993).

Kedelai tumbuh pada daerah ketinggian kurang dari 400 mdpl. Suhu optimum

bagi pertumbuhan kedelai antara 20-300 C dan jika lama penyinaran 12 jam

perhari dengan kondisi lingkungan yang baik, maka hampir semua tanaman

kedelai dapat berbunga. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman

(21)

pembungaan dan pengisian polong, maka produksi yang dihasilkan akan rendah

(Andrianto dan Indarto, 2004).

Sesuai dengan kondisi iklim dan pola tanam yang berlaku, maka waktu

tanam kedelai pertama adalah bulan september. Penanaman kedelai dapat juga

dilaksanakan pada bulan Maret sampai April (musim kemarau). Di lahan kering,

waktu tanam yang dianjurkan adalah Februari sampai Maret (musim hujan )

(Adrianto dan Indarto, 2004).

Antara suhu dan kelembaban harus selaras atau seimbang. Suhu yang

cukup tinggi dan curah hujan yang kurang, atau sebaliknya pada suhu yang rendah

dan curah hujan berlebihan menyebabkan turunnya kualitas kedelai yang

dihasilkan (Suprapto, 2001).

Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya

merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air

yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, system

pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Pada saat perkecambahan, faktor

air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan.

Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman.

Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian

polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai

berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah

terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan

pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat

kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus

(22)

Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena

dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50%

dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia

pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering

agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan

mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam

(23)

Biologi Penyakit Tumbuhan

Penyakit karat daun pada tanaman kedelai disebabkan oleh jamur

Phakopsora pachyrizi Syd. (Agrios, 1996).

Menurut Alexopoulus (1996), jamur P. pachyrizi Syd diklasifikasikan

sebagai berikut:

Division : Mycota

Class : basidiomycetes

Sub-class : Heterobasidiomycetes

Ordo : Uredinales

Family : Melampaoraceae

Genus : Phakopsora

Spesies : Phakopsora pachyrizi Syd

Jenis penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umumnya belum tua,

dan bisa menyebabkan hampanya polong. Pada serangan yang berat,

daun-daunnya rontok. Apabila tanaman yang terserang ini disentuh, sporanya akan

beterbangan, kemudian akhirnya hinggap dan menyerang tanaman yang masih

sehat. Disamping karena sentuhan, spora tersebut bisa terbawa oleh angin

(Matnawy, 1989).

P. pachyrizi Syd mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas daun,

coklat muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm, sering kali tersebar

merata memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk

penutup yang mirip dengan kubah diatas uredium. Parafisa membengkok

(24)

dengan ruang sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-1,5 µm, dengan panjang 20-47

µ m (Semangun, 1993).

Jamur ini mempunyai uredium pada permukaan daun bagian bawah dan

bagian atas, berwarna coklat, berbentuk tonjolan seperti gunung api kecil, dan

bergaris tengah 100-200 mikron. Pada bagian atas tonjolannya terdapat lubang

yang menjadi jalan keluarnya urediospora (Thompson, 2008)

Uredium bentuknya seperti piknidium, mirip dengan gunung api kecil.

Uredium dibentuk di bawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau

jorong. Dipusar bagian uredium yang menonjol terbentuk lubang yang menjadi

jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur, atau

jorong, hialin sampai coklat kekuningan, 15-34 x 15-24 µm, dengan dinding hialin

yang tebalnya 1-1,5 µm, berduri-duri halus (gambar 1) (Semangun,1993).

(25)

Gejala serangan

Gejala umum penyakit ini terjadi pada saat tanaman selesai berbunga.

Bintik-bintik coklat lebih banyak Nampak dipermukaan daun bagian bawah.

Apabila daun disentuh sporanya menyerupai tepung berwarna coklat bertaburan.

Penyakit ini dapat mengurangi fotosintesis. Apabila serangannya berat

mengakibatkan banyak polong yang tidak terisi penuh (Suprapto, 2001).

Gejala tampak pada daun, tangkai dan kadang-kadang pada batang.

Mula-mula disini terjadi bercak-bercak kecil kelabu atau bercak yang sedikit demi

sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak-bercak karat terlihat

sebelum bisul-bisul (pustule) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut, karena

dibatasi oleh tulang-tulang daun di dekat tempat terjadinya infeksi. Pada

perkembangan tanaman berikutnya, setelah tanaman mulai berbunga,

bercak-bercak menjadi lebih besar atau kadang-kadang bersatu dan menjadi coklat tua

bahkan hitam. Pada umumnya gejala karat mula-mula tampak pada daun-daun

bawah, yang lalu berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Bercak-bercak

meskipun umumnya terdapat pada sisi bawah, dapat juga terbentuk pada sisi atas

daun (Semangun, 1993).

(26)

Daun berbercak-bercak kecil berwarna coklat kelabu dan sedikit demi

sedikit berubah warna menjadi coklat tua. Karena dibatasi oleh tulang-tulang daun

disekitar tempat infeksi, bercak tersebut tampak bersudut-sudut. Bercak-bercak

dapat membesar dan menyatu, terutama setelah tanaman berbunga. Bercak-bercak

ini umumnya terdapat pada bagian bawah daun, tetapi dapat juga terbentuk pada

bagian atas. Gejala ini mula-mula tampak pada daun-daun yang tua kemudian

berkembang ke daun-daun yang lebih muda (Yuswani dan Sumartini, 2001).

Daur Hidup Penyakit

Urediospora masuk kedalam tumbuhan melalui stomata. Setelah mencapai

mulut daun (stomata), ujung pembuluh kecambah membesar dan membentuk

apresorium. Alat ini membentuk lubang penetrasi yang masuk kedalam lubang

stomata lalu membengkak menjadi gelembung sub-stomata di dalam ruang udara.

Dari gelembung ini tumbuh hifa infeksi yang berkembang ke semua arah dan

membentuk hausterium yang mengisap makanan dari sel-sel tumbuhan inang

(Semangun, 1996).

Urediospora yang pertama dapat dihasilkan sejak 9 hari setelah terjadinya

infeksi, dan produksi spora dapat berlanjut sampai 3 minggu kedepan. Uredium

dapat berkembang sampai minggu ke 5 setelah inokulasi tunggal, uredium

sekunder akan menginfeksi sampai minggu ke 8 sejak awal infeksi. Dengan

begitu, dari awal infeksi timbulnya karat daun (Pustul) generasi pertama yang

mengalami sporulasi sampai ke 15. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi kering

yang memperluas kapasitas sporulasi yang menghasilkan pathogen yang menjadi

(27)

dan tanaman inang lainnya. Urediospora ini disebarkan oleh angin, apabila

kondisinya sesuai pathogen ini akan berkecambah. (Agrios, 1997).

Siklus hidup penyakit karat daun dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini

sumber : Dow agroscience, 2009

Factor Yang Mempengaruhi

Urediospora dapat berkecambah pada suhu optimum 15-250 C. oleh sebab

itu, kedelai sering terinfeksi pada suhu 20-250 C dengan cuaca berembun selama

10-12 jam (Semangun, 1996).

Suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 15-250 C. pada

kedelai infeksi paling banyak terjadi pada suhu 20-250 C dengan embun selama

10-12 jam, pada suhu 15-17 diperlukan embun selama 16-18 jam. Masa berembun

terpendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-250 C adalah 6 jam, sedang pada

suhu 15-170C adalah 8-10 jam. Infeksi terjadi bila suhu lebih tinggi dari 27,50C, inkubas

Satu pustule dapat menghasilkan + 10.000

spora dalam 3 minggu Infeksi terjadi pada suhu 60 F –

80 F, enam jam setelah inokulasi

lingkungan Tanaman inang

patogen

Penetrasi langsung melalui stomata daun

Gejala awal tampak antara 2-10 hari

6-7 hari setelah gejala , spora bermunculan

dari karat

(28)

bakal uredium mulai tampak5-7 hari setelah inokulasi, dan pembentukan spora

terjadi 2-4 hari kemudian. Penyakit karat yang lebih berat terjadi pada pertanaman

kedelai musim hujan (Semangun, 1993).

Pengendalian Penyakit

Beberapa hama atau penyakit cukup sulit dikendalikan apabila sudah

terlanjur menyerang tanaman. Untuk itu, disarankan untuk mengadakan

pencegahan dengan cara sebagai berikut:

• Menanam varietas tahan

• Penanaman yang serentak

• Pergiliran tanaman

• Sanitasi lahan dari gulma

• Benih di campur dengan fungisida Benlate T 20

• Tanaman disemprot dengan fungisida

( Danarti dan Najiyati, 1999).

Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane

(mankozeb) atau Benlate (Benomyl) dengan dosis 2 gr/liter bisa lebih efektif jika

(29)

Ketahanan

Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat

relatif, karena untuk melihat ketahanan suatu tanaman, sifat tanaman yang tahan

atau dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau peka. Tanaman

tahan adalah tanaman menderita kerusakan lebih sedikit bila dibandingkan dengan

tanaman yang lain. Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan

sifat asli atau terbawa keturunan (faktor genetik), tetapi dapat juga karena keadaan

lingkungan yang menyebabkan tanaman menjadi tahan (Untung, 2006).

Ketahanan varietas turut mempengaruhi produksi dari suatu tanaman.

Selain itu produksi juga dipengaruhi oleh bentuk morfologis daun seperti luas

permukaan daun, kelengkungan daun, serta kandungan klorofil daun yang

mengakibatkan perbedaan penerimaan sinar matahari dan perbedaan dalam sintesa

protein dan juga karbohidrat ( Untung, 2006).

Ada tiga macam ketahanan terhadap penyakit , yaitu ketahanan mekanis,

ketahanan kimiawi, dan ketahanan fungsional. Ketahanan mekanis terdiri atas

ketahanan mekanis pasif dan ketahanan mekanis aktif. Tumbuhan yang

mempunyai ketahanan mekanis pasif mempunyai struktur morfologi yang

menyebabkan sulit diinfeksi oleh patogen. Misalnya tumbuhan mempunyai

epidermis yang berkutikula tebal, adanya lapisan lilin dan mempunyai mulut kulit

yang sedikit, sedangkan mekanisme ketahanan mekanis aktif bekerja setelah

patogen menginvasi inang, yang merupakan hasil interaksi antara sistem genetik

tumbuhan inang dengan patogen. Ketahanan kimiawi terdiri atas ketahanan kimia

pasif dan aktif. Ketahanan kimia pasif, parasit hanya dapat menyerang tumbuhan

(30)

kimia aktif terbentuk zat-zat kimia atau senyawa penangkal seperti phytoalexyn.

Pada ketahanan fungsional tumbuhan tidak terserang patogen, bukan kerena

adanya struktur morfologis atau zat-zat kimia, melainkan karena pertumbuhannya

sedemikian rupa sehingga dapat menghindari penyakit, meskipun sebenarnya

tumbuhan itu rentan. Tumbuhan melewati fase rentannya ketika tidak ada patogen

(31)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan UPT.BBI Palawija Dinas Pertanian Sumatera Utara, Tanjung Selamat Deli Serdang. Dengan ketinggian tempat + 25 m dpl. Penelitian ini dirancanakan dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 sampai selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang kedelai { Varietas anjasmoro, varietas ijen, Varietas Kaba, Varietas Sinabung, varietas Detam 2 dan varietas Seulawah }, kompos, pupuk urea, TSP, dan KCL.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah papan nama, cangkul, tugal, gembor, meteran, timbangan, hansprayer, kuas, buku data, alat tulis, dan kalkulator.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non-factorial yang terdiri dari 6 perlakuan varietas (V).

Adapun Varietas yang diuji yaitu: V1 : Varietas anjasmoro V2 : varietas ijen V3 : Varietas Kaba V4 : Varietas Sinabung V5 : Varietas Detam 2 V6 : Varietas Seulawah

(32)

Untuk ulangan perlakuan perlakuan dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(t - 1) (r - 1) > 15 (6 – 1) (r -1) > 15 5r – 5 > 15 5r > 20 r > 4 Jumlah ulangan (r) = 4

Model linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Yij = µ + γi + αj + εij

Keterangan :

Yij = data percobaan

µ = efek nilai tambah γi = efek blok dari taraf ke-i

αj = efek perlakuan dari taraf ke-j

εij = efek error

Jika sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata, maka dilanjutkan dengan

uji jarak Duncan (DMRT) (Hanafiah, 2003).

IV. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Areal Penelitian

Areal pertanaman dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya,

kemudian tanah dicangkul dan digemburkan. Dibuat plot-plot dengan ukuran

2 x 2 m sebanyak 24 plot dengan 4 ulangan. Jarak antar plot 0,5 m dan jarak antar

(33)

2. Penanaman

Penanaman dilakukan setelah lahan siap olah dengan memasukkan dua biji

perlubang tanam dengan jarak tanam 20 x 40 cm, kedalaman 2-3 cm dengan

menggunakan tugal. Setelah tanaman berumur 2 minggu dipotong kedelai menjadi

1 tanaman perlubang tanam. Jadi dalam 1 plot terdapat 50 populasi tanaman

kedelai dengan banyak sampel 5 tanaman per plot (10% dari populasi tanaman).

Pemupukan dasar dilakukan sehari sebelum tanam dengan cara menugal

disekitar lobang tanam. Pemupukan kedua dilakukan setelah tanaman berumur 3

minggu. Pupuk yang digunakan adalah urea 0,8 gr/tanaman ( 40 gr/plot),

TSP 0,6 gr/tanaman ( 30 gr/plot) dan KCL 0,4 gr/tanaman (20 gr/plot) . Pupuk

diberikan di sela-sela barisan tanaman 5 cm dari tanaman. Untuk pemupukan

pertama diberikan urea ½ dosis, TSP seluruhnya dan KCL seluruhnya.

Pemupukan kedua diberikan sisa dosis pada pemupukan awal (Suprapto, 2001).

3. Pemeliharaan

Apabila tidak turun hujan, maka perlu dilakukan penyiraman sebanyak 2

kali sehari dan disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman. Penyiangan gulma

dilakukan secara manual dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan agar tidak

mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam penelitian ini.

Pengendalian hama bila ada, dilakukan dengan menggunakan insektisida

Sevin 85 S dengan dosis 2 cc/l air. Penyemprotan dilakukan sejak tanaman

berumur 3 hari untuk mencegah lalat bibit dan selanjutnya dilihat pada serangan

(34)

4. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada saat biji mencapai kemasakan yang tepat, yaitu

daun-daunnya telah menguning dan mulai gugur, polong mengering dan berwarna

kecoklatan. Cara panen dengan memotong batang bawah kedelai menggunakan

sabit yang tajam. Tidak dibenarkan mencabut batang bersama akarnya.

5. Parameter pengamatan

Sampel yang diamati dalam satu plot adalah + 10% jumlah tanaman

perplot. Pengambilan tanaman sampel di buat secara acak, jumlah tanaman

sampel dalam satu plot adalah 5 tanaman..

Intensitas serangan penyakit dihitung tiap seminggu sekali, pengambilan

data dimulai apabila sudah ada gejala serangan dilapangan. Data intensitas

serangan diambil sebanyak 8 kali. Besarnya intensitas serangan di hitung

berdasarkan rumus sebagai berikut:

∑ (n x v)

IS = --- x 100%

Z x N

Dimana:

IS = Intensitas serangan

n = jumlah daun dalam tiap kategori serangan

v = Nilai skala tiap kategori serangan

Z = Nilai skala dari kategori serangan tertinggi

N = jumlah daun yang diamati

Kategori skala kerusakan

Skala kode kerusakan

(35)

3 142, 143, 232, 233, 242, 243, 322, 323

4 332, 333

5 343

Kategori notasi / kode

Digit 1 : mencatat posisi daun yang diamati pada tanaman kacang kedelai

1 = sepertiga bagian bawah daun kedelai diukur dari permukaan tanaman

2 = sepertiga bagian tengah daun kedelai diukur dari permukaan tanaman

3 = sepertiga bagian atas daun kedelai diukur dari permukaan tanaman

Digit 2 : tingkatkepadatan lesiokarat pada daun yang diamati

1 = Tidak terjadi infeksi – 0 lesio / cm2

2 = kepadatan lesio jarang – 1-8 lesio / cm2

3 = kepadatan lesio sedang – 9-16 lesio / cm2

4 = kepadatan lesio padat – lebih padat dari 16 lesio / cm2

Digit 3 : mencatat reaksi tanaman

1 = tidak ada pustule

2 = bercak tak berspora

3 = bercak berspora (Uredospora)

(36)
[image:36.595.130.463.94.418.2]

Gambar 4. tingkat gejala serangan penyakit karat daun

Sumber: Suprapto, 2001

Penilaian ketahanan tanaman terhadap penyakit karat daun didasarkan pada

skala intensitas serangan berikut ini:

Kriteria intensitas serangan

Imun (I) IS = 0%

Tahan ` 0% < IS < 25%

Agak Tahan 25% < IS < 50%

Agak rentan 50% < IS < 75%

Rentan IS > 75%

a. tidak ada serangan b. Serangan ringan

(37)

Produksi

Penghitungan produksi tanaman dilakukan saat panen, ini dilakukan

dengan cara menghitung berat kering polong yang dipanen dari masing masing

plot perlakuan (gr/plot). Lalu hasilnya dikonversikan kedalam ton per

hektar.Dihitung dengan rumus sebagai berikut:

X 10000 m2

Y = --- x --- 1000 Kg L

Keterangan:

Y : Produksi dalam Ton/Ha

X : Produksi dalam Kg/Plot

L : Luas Plot (m2)

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Serangan Phakopsora pachyrizi Syd.

Hasil pengamatan intensitas serangan P. phachyrizi Syd. Pada setiap

waktu pengamatan mulai dari 4-11 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada

lampiran 8-15. dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang

nyata antar perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata,

[image:38.595.115.510.363.472.2]

maka dilakukan Uji jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Uji rataan intensitas Serangan P. pachyrizi Syd. (%) Untuk setiap Waktu Pengamatan (mst).

Keterangan: angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata, pada taraf 5% uji jarak Duncan (DMRT).

Serangan penyakit karat daun kedelai (P. phachyrizi Syd.) ini muncul

pada minggu ke-4 setelah tanam, dimana pada setiap tanaman mulai muncul

bercak - bercak karat kecil meskipun sangat sedikit persentasinya. Pada

tabel 1 dapat dilihat dimana serangan tertinggi pada perlakuan

V5 (varietas Detam-2) sebesar 10.31% dan terendah pada perlakuan

V6 (Varietas Seulawah) dan V2 (Varietas Ijen) sebesar 2.87 %. Dan pada

umumnya penyakit karat daun (P. phachyrizi Syd.) muncul dipertanaman pada

saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam hingga siap panen.

Perlakuan Waktu Pengamatan (Mst)

4 5 6 7 8 9 10 11

V1 7.93c 13.68b 19.33b 25.27c 30.64c 35.85c 41.86c 48.80c

V2 2.87d 2.87c 2.87c 4.81d 11.69d 19.44d 27.46d 35.16d

V3 9.30ab 15.50a 21.33a 27.02b 33.53b 39.45b 45.81b 53.20b

V4 8.38c 14.35b 20.27b 25.93b 32.32b 37.90b 43.46c 50.20c

V5 10.31a 16.61a 22.61a 29.25a 36.01a 42.88a 49.56a 57.79a

(39)

Pada tabel 1 pengamatan 11 minggu setelah tanam (mst) menunjukkan

bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan V5 (varietas Detam 2)

yaitu sebesar 57,79 % dan intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan

V6 (varietas Seulawah) yaitu sebesar 30,57 %.

0 10 20 30 40 50 60 70

4 5 6 7 8 9 10 11

[image:39.595.127.495.197.401.2]

Minggu Pengamatan R a ta a n I n te n s it a s S e ra n g a n ( % ) V1 V2 V3 V4 V5 V6

Gambar 4. Histogram ketahanan masing-masing varietas terhadap intensitas serangan penyakit karat daun (P. phachyrizi Syd.) (%) pada setiap waktu

pengamatan

Dari histogram diatas, bahwa pada setiap waktu pengamatan (4-11 mst)

terjadi perubahan nilai persentase serangan pada setiap perlakuan. Namun

intensitas serangan mengalami peningkatan setiap minggunya secara bertahap dari

4 mst sampai 11 mst. Hal ini dapat dipengaruhi oleh umur tanaman serta faktor

musim atau keadaan lingkungan pada saat di pertanaman. Ketahanan tanaman

terhadap penyakit semakin menurun dengan bertambahnya umur tanaman.

Matnawi (1989) mengatakan bahwa penyakit ini menyerang tanaman kedelai

yang umurnya belum tua, dan pada tanaman seperti ini dapat menyebabkan

hampanya polong. Pada tanaman yang telah berumur lebih dari 65 hari penyakit

(40)

Tingginya intensitas serangan penyakit P. pachyrizi Syd. Dipengaruhi oleh

Faktor curah hujan atau kelembaban. curah hujan yang tinggi selama bulan

Agustus-september yaitu 269 mm/bulan dan 618 mm/bulan mendukung patogen

untuk menginfeksi tanaman. Semangun (1993) mengatakan masa berembun

pendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-250C adalah 6 jam, sedang pada

suhu 15-170C adalah 8-10 jam. Penyakit karat yang lebih berat terjadi pada

[image:40.595.112.509.330.471.2]

pertanaman kedelai musim hujan.

Tabel 2. Kriteria ketahanan kedelai terhadap penyakit karat daun (P. phachyrizi Syd.)

Varietas Intensitas Serangan (%()) Kriteria Ketahanan

Varietas Anjasmoro (V1) 48.80 Agak Tahan

Varietas Ijen (V2) 35.16 Agak Tahan

Varietas Kaba (V3) 53.20 Agak Rentan

Varietas Sinabung (V4) 50.20 Agak Rentan

Varietas Detam-2 (V5) 57.79 Agak Rentan

Varietas Seulawah (V6) 30.57 Agak Tahan

Keterangan : Imun : (IS = 0%);Tahan:( 0% < IS < 25%); Agak Tahan:(25% < IS < 50%); Agak rentan: (50% < IS < 75%); Rentan : (IS > 75%)

Dari hasil peneitian terhadap 6 varietas yang di uji diperoleh 3 varietas

agak tahan terhadap penyekit karat daun (P. phachyrizi Syd.) yaitu Varietas

Seulawah (V6), Varietas Ijen (V2) dan Varietas Anjasmoro (V1), dengan masing

- masing Intensitas Serangannya: 30.57%; 35.16%; 48.80%. dan diperoleh 3

varietas Agak Rentan terhadap penyakit P. phachyrizi Syd. Yaitu Varietas

Sinabung (V4), Varietas Kaba (V3) dan Varietas Detam-2 (V3), dengan

(41)

2. Produksi

Berdasarkan hasil sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan varietas

[image:41.595.113.512.195.327.2]

terhadap hasil kering berbeda nyata pada selang kepercayaan 5% uji DMRT.

Tabel 3. Rataan pengaruh varietas terhadap produksi (ton/ha).

No. Perlakuan Produksi ton/ha

Produksi sesuai deskripsi (ton/ha)

Kehilangan hasil (ton/ha)

1 V1 0.96c 2,03-2,25 1,29 (51%)

2 V2 1.41b 2,49 1,08 (43%)

3 V3 0.86e 2,13 1,27 (59%)

4 V4 0.91d 1,6-2,5 1,59 (63%)

5 V 5 0.82f 1,7 0,88 (52%)

6 V6 1.56a 1,6-2,5 0,94 (37%)

Keterangan: angka yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Dari tabel 3 menenunjukkan bahwa rataan berat kering tertinggi terdapat pada perlakuan V6 (Varietas Seulawah) yakni sebesar 1.56 ton/ha, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan V5 (Varietas Detam-2) yaitu sebesar 0,82 ton/ha. Rendahnya berat kering produksi dari kedelai ini dipengaruhi oleh terlalu besarnya curah hujan pada bulan agustus-september yaitu 269 mm/bulan dan 618 mm/bulan. Pada umumnya tanaman kedelai tumbuh dan berproduksi baik pada saat Iklim kering dan Curah hujan optimum antara 100-200 mm/bulan. (Danarti dan Najiyati, 1993) mengatakan Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibanding iklim sangat lembab. Curah hujan optimum antara 100-200 mm/bulan. Produksi ton/ha 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

V1 V2 V3 V4 V5 V6

perlakuan p ro d u si k ed el ai ( to n /h a) Produksi ton/ha

[image:41.595.170.492.581.725.2]
(42)

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan V5 (varietas Detam-2)

merupakan perlakuan dengan produktivitas terendah. Rendahnya produksi ini

diakibatkan juga oleh tingginya intensitas serangan karat daun

(P. phachyrizi Syd.). (Sumarno, dkk, 1990) mengatakan penurunan hasil oleh

penyakit ini berkisar antara 30-60%. Selain menurunkan hasil penyakit karat daun

juga berpotensi untuk menurunkan kualitas biji kedelai. Tanaman kedelai yang

tertular penyakit ini memiliki biji lebih kecil.

Penanaman tanaman kedelai biasanya dilaksanakan setelah panen padi.

Penanaman dianjurkan dilaksanakan pada bulan September, bulan Maret sampai

April (musim kemarau). Di lahan kering, waktu tanam yang dianjurkan adalah

Februari sampai Maret (musim hujan). Untuk mencegah terjadinya kekeringan

pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong,

dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah

memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan pada pola

distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut.

Pada pelaksanaan penelitian, penanaman kedelai dilaksanakan pada bulan

juli, sesuai dengan literature bahwa penanaman ini dilaksanakan di luar musim

tanaman kedelai tersebut. Penanaman pada bulan juli sampai panen bulan oktober

merupakan bulan dengan curah hujan yang tinggi. Tingginya curah hujan akan

mengakibatkan terjadinya gangguan yang merugikan pertumbuhan terutama

disebabkan oleh serangan penyait dan hambatan dalam pengolahan hasil panen.

Suprapto, (2001) menyatakan bahwa Pedoman waktu tanam yang baik untuk

kedelai disesuaikan dengan kemungkinan adanya resiko yang paling kecil dan

(43)

hujan yang berlebihan, akan mengalami gangguan yang merugikan pertumbuhan

terutama disebabkan karena serangan penyakit dan hambatan dalam pengolahan

lepas panen. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan

kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi

lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Intensitas serangan P. phachyrizi Syd. Tertinggi pada 11 mst untuk

perlakuan V5 (Varietas Detam-2) sebesar 57,79% dan yang terendah pada

perlakuan V6 (Varietas Seulawah) sebesar 30.57%.

2. Varietas yang diuji tergolong Ketahanan Agak Tahan (varietas Seulawah

(IS=30,57), varietas Ijen (IS=35,16), varietas Anjasmoro (IS=48,80)). Dan

Ketahanan Agak Rentan (Variertas Detam-2 (IS=57,75), varietas Kaba

(IS=53,20) dan Varietas Sinabung (IS=50).

3. Tingginya intensitas serangan P. phachyrizi Syd dipengaruhi oleh

timggimya curah hujan yang terjadi pada bulan Agustus-September yaitu

269 mm/bulan dan 618 mm/bulan.

4. Produksi tertinggi adalah pada perlakuan V6 (Varietas Seulawah) yakni

sebesar 1,56 ton/ha, dan produksi yang terendah pada perlakuan V5

(Varietas Detam-2) yaitu sebesar 0,82 ton/ha.

Saran

Perlu dilakukan penelitian pengujian Ketahanan Beberapa Varietas

Kedelai (G. max L.) Pada Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun

(45)

DATAR PUSTAKA

Adie, M.M., dan Krisnawati, A., 2008. Peluang Perbaikan Kualitas Biji Kedelai.

Diakses tanggal 22 Februari 2009.

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal, 10-15.

Agrios, N.G., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerjemah: M. Busnia., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 475-478.

Agrios, 1997. Plant Pathology. Academic Press, San Diego, California. Hal 373-375.

Alexopoulus, C. J., Mims, C. W., And M. Blackwell. 1996. Introductory

Mycology. John Wiley and Sons, New York. Hal 501-505.

Andrianto, T. T, dan Indarto, N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani

Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.Hal 1-5.

Danarti, I. dan Najiyati, S. 1999. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 30-38.

Dow agrosciences, 2009. About soybean Rust. http//:www.dowagro.com/usag/soybean about/htm. Diakses tanggal 22 april 2009.

Hanafiah, K. A. 2003. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 27.

Matnawy, H., 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Hal 40.

Santoso, B., 2003. Penyaringan Galur Kedelai Terhadap Penyakit Karat Daun

Isolate Arjasari Di Rumah Kaca. Balai Penelitian Bioteknologi Dan

Sumberdaya Genetik pertanian, Bogor.

Semangun, H., 1993. Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Pangan di Indonesia. UGM-press, Yogyakarta. Hal 169-170.

Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-press, Yogyakarta. Hal 90-95.

(46)

Snyder, H. E., dan T. W. Kwon, 1987. Soybean Utilization. Van Nostrand Reinhold Company, New York. Hal 1-4.

Sudarman dan Sudarsono,1981. Pedoman Managemen UsahaTani, Jakarta. Hal 63

Sumarno, D.M. Arsyad dan I. Manwan, 1990. Teknologi Usaha Tani Kedelai. Risalah lokakarya, Bogor, 12 Desember 1990. Dalam Penyaringan Galur Kedelai Terhadap Penyakit Karat daun.

22 april 2009.

Suprapto, 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 2-5

Thompson,I., 2008. Quick Guide for Uromyces vs. Phakopsora. (Purdue plant

andpest diagnostic laboratory).

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 139-141.

Yuswani dan Sumartini, 2001. Identifikasi Bahan Nabati Untuk Pengendalian

Penyakit Karat Pada Kedelai. Badan Penelitian Tanaman

(47)

DATAR PUSTAKA

Adie, M.M., dan Krisnawati, A., 2008. Peluang Perbaikan Kualitas Biji Kedelai.

Diakses tanggal 22 Februari 2009.

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal, 10-15.

Agrios, N.G., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerjemah: M. Busnia., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 475-478.

Agrios, 1997. Plant Pathology. Academic Press, San Diego, California. Hal 373-375.

Alexopoulus, C. J., Mims, C. W., And M. Blackwell. 1996. Introductory

Mycology. John Wiley and Sons, New York. Hal 501-505.

Andrianto, T. T, dan Indarto, N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani

Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.Hal 1-5.

Danarti, I. dan Najiyati, S. 1999. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 30-38.

Dow agrosciences, 2009. About soybean Rust. http//:www.dowagro.com/usag/soybean about/htm. Diakses tanggal 22 april 2009.

Hanafiah, K. A. 2003. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 27.

Matnawy, H., 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Hal 40.

Santoso, B., 2003. Penyaringan Galur Kedelai Terhadap Penyakit Karat Daun

Isolate Arjasari Di Rumah Kaca. Balai Penelitian Bioteknologi Dan

Sumberdaya Genetik pertanian, Bogor.

Semangun, H., 1993. Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Pangan di Indonesia. UGM-press, Yogyakarta. Hal 169-170.

Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-press, Yogyakarta. Hal 90-95.

(48)

Snyder, H. E., dan T. W. Kwon, 1987. Soybean Utilization. Van Nostrand Reinhold Company, New York. Hal 1-4.

Sudarman dan Sudarsono,1981. Pedoman Managemen UsahaTani, Jakarta. Hal 63

Sumarno, D.M. Arsyad dan I. Manwan, 1990. Teknologi Usaha Tani Kedelai. Risalah lokakarya, Bogor, 12 Desember 1990. Dalam Penyaringan Galur Kedelai Terhadap Penyakit Karat daun.

22 april 2009.

Suprapto, 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 2-5

Thompson,I., 2008. Quick Guide for Uromyces vs. Phakopsora. (Purdue plant

andpest diagnostic laboratory).

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 139-141.

Yuswani dan Sumartini, 2001. Identifikasi Bahan Nabati Untuk Pengendalian

Penyakit Karat Pada Kedelai. Badan Penelitian Tanaman

(49)

Lampiran 1

Bagan Penelitian

13 m

IV III II I

U

15,5m

S

13 m

Keterangan:

V1 = Varietas Anjasmoro

V2 = Varietas Ijen

V3 = Varietas Kaba

V4 = Varietas Sinabung

V5 = Varietas Datem 2

V6 = Varietas Seulawah

V2

V2

V5

V1

V4

V4

V1

V2

V1

V3

V4

V5

V3

V1

V2

V6

V5

V6

V6

V3

(50)

Luas lahan : 13 m x 15,5 m

Jumlah plot : 24 plot

Luas tiap plot : 2 m x 2 m

Jarak antar plot : 0,5 m

Jarak antar ulangan : 1 m

Jarak tanam : 40 cm x 20 cm

Jumlah populasi/plot : 2 m x 2 m 40 cm x 20 cm

: 50 tanaman

Jumlah sampel/plot : 5 tanaman

Jumlah populasi tanaman : 24 x 50 = 1200 tanaman

[image:50.595.125.492.226.697.2]

Jumlah seluruh sampel : 120 tanaman

Gambar bagan penanaman

X = Tanaman utama

2 m

X X X X 40 X

20

X X X X X

X

X

X

X

X

X X X X X

X X

X

X X

X X X X X

X X X X X

X

X

X

X

X

X X X X X

X X X X X

(51)

Lampiran 2 : Deskripsi Kedelai Varietas Ijen

Dilepas tanggal : 5 agustus 2003

SK Mentan : 384/kpts/SR.120/8/2003

Nomor galur : B4F3WH-177-382-109

Asal : Silang balik varietas Wilis dengan Himeshirazu

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Hijau

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning agak mengkilap

Warna hilum : Coklat

Warna daun : Hijau tua

Warna bulu : Coklat

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 51 cm

Bentuk biji : Lonjong

Umur mulai berbunga : 35 hari

Umur saat panen : 83 hari

Kandungan minyak biji : 13.0% Kandungan protein biji : 46,0%

Kandungan air : 6,0%

Bobot 100 biji : 11,23 gram

Daya hasil : 2,49 ton/ha

(52)

Lampiran 3: Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro

Dilepas tanggal : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 537/kpts/TP.240/10/2001

Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria.

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning

Warna hilum : Kuning kecoklatan

Warna daun : Hijau

Warna bulu : Putih

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 64-68 cm

Bentuk daun : Oval

Ukuran daun : Lebar

Percabangan : 2,9-5,6 cabang

Umur mulai berbunga : 35,7-39,4 hari Umur saat panen : 82,5-92,5 hari Jumlah buku batang utama : 12,9-14,8

Kerebahan : Tahan rebah

Kandungan minyak biji : 17,2-18,6% Kandungan protein biji : 41,8-42,1%

Ukuran biji : Besar

Bobot 100 biji : 14,8-15,3 gram

Daya hasil : 2,03-2,25 ton/ha

Ketahanan thd penyakit : Toleran terhadap karat daun

Sifat lain : Polong tidak mudah pecah

(53)

Lampiran 4: Deskripsi Kedelai Varietas Kaba

Dilepas tanggal : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 532/kpts/P.240/2001

Asal : Silang ganda tetua

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Hijau

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning

Warna hilum : Coklat

Warna daun : Hijau tua

Warna bulu : Coklat

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 64 cm

Bentuk daun : Oval

Bentuk biji : Lonjong

Ukuran daun : Lebar

Percabangan : 2,9-5,6 cabang

Umur mulai berbunga : 35 hari

Umur saat panen : 85 hari

Jumlah buku batang utama : 12,9-14,8 Kandungan minyak biji : 14 % Kandungan protein biji : 44%

Kandungan air : 8,0%

Bobot 100 biji : 10,37 gram

Daya hasil : 2,13 ton/ha

Ketahanan thd penyakit : Agak tahan terhadap karat daun

(54)

Lampiran 5: Deskripsi Kedelai Varietas Sinabung

Dilepas tanggal : 22 oktober 2001

SK Mentan : 533/kpts/TP.240/10/2001

Nomor galur : MSC 9526-IV-C-4

Asal : Silang ganda 16 tetua

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Hijau

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning

Warna hilum : Coklat

Warna daun : Hijau tua

Warna bulu : Coklat

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 66 cm

Bentuk biji : Lonjong

Umur mulai berbunga : 35 hari

Umur saat panen : 88 hari

Kandungan minyak biji : 13.0% Kandungan protein biji : 46,0%

Kandungan air : 6,0%

Bobot 100 biji : 10,68 gram

Daya hasil : 1,6-2,5 ton/ha

Ketahanan thd penyakit : Agak tahan terhadap penyakit karat daun

(55)

Lampiran 6: Deskripsi Kedelai Varietas Detam 2

Dilepas tanggal : 3 november 1992

SK Mentan : 616/kpts/TP.240/11/1992

Nomor galur : 630/1343-4-1

Asal : hasil seleksi keturunan persilangan kedelai no. 630

dan no 1343 (Orba)

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Hitam mengkilat

Warna hilum : Putih

Warna daun : Hijau muda

Warna bulu : Coklat

Tipe tumbuh : Determinate, Bentuk daun lebar

Tinggi tanaman : 60-65 cm

Bentuk biji : Lonjong

Umur mulai berbunga : 35 hari

Umur saat panen : 82-85 hari

Kandungan lemak biji : 17.0% Kandungan protein biji : 35,0%

Bobot 100 biji : 11-12 gram

Daya hasil : 1,7 ton/ha

Ketahanan thd penyakit : Toleran penyakit karat daun

(56)

Lampiran 7: Deskripsi Kedelai Varietas Seulawah

Dilepas tanggal : 17 Maret 2004

SK Mentan : 5169/kpts/LB.240/3/2004

Nomor galur : Galur W3898-14-3

Asal : Wilis x No. 3898

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Kuning

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning agak kehijauan

Warna hilum : Coklat tua

Warna daun : Hijau tua

Warna bulu : Coklat

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 100 cm

Bentuk biji : Agak bulat

Umur mulai berbunga : 39 hari

Umur saat panen : 93 hari

Kandungan lemak biji : 12.1% Kandungan protein biji : 45,9%

Bobot 100 biji : 9,5 gram

Daya hasil : 1,6-2,5 ton/ha

Ketahanan thd penyakit : Tahan terhadap penyakit karat daun

(57)
(58)

Lampiran 8.

Data Hasil Pengamatan Intensitas Serangan 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 1.67 2.19 1.69 2.12 7.67 1.92

V2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

V3 2.56 2.81 2.51 2.57 10.45 2.61

V4 2.33 2.19 1.81 2.18 8.51 2.13

V5 3.11 3.15 3.27 3.27 12.80 3.20

V6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 9.67 10.34 9.28 10.14 39.43 9.86

Rataan 1.61 1.72 1.55 1.69 6.57 1.64

Data hasil pengamatan Intensitas serangan 4 MST (Transformasi Arc Sin √P)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 7.42 8.51 7.46 8.34 31.73 7.93

V2 2.87 2.87 2.87 2.87 11.48 2.87

V3 9.21 9.65 9.12 9.22 37.20 9.30

V4 8.78 8.51 7.73 8.49 33.51 8.38

V5 10.16 10.22 10.42 10.42 41.22 10.31

V6 2.87 2.87 2.87 2.87 11.48 2.87

Total 41.31 42.63 40.47 42.21 166.62

Rataan 6.89 7.11 6.75 7.04 6.94

Daftar sidik ragam

SK db JK KT Fh F0.5

Ulangan 3 0.46 0.15 1.71 tn 3.29

Perlakuan 5 212.30 42.46 469.20 * 2.90

Galat 15 1.36 0.09

Total 23 214.12

Fk 1156.76

Ket: tn : tidak nyata * : nyata

(59)

Uji Jarak Duncan

Sy 0.17

P 2 3 4 5 6

SSR 0.5 3.01 3.16 3.25 3.31 3.36

LSR 0.5 0.52 0.55 0.56 0.57 0.58

Perlakuan V6 V2 V1 V4 V3 V5

2.87 2.87 7.93 8.38 9.30 10.31

.

a

.

b

C

(60)

Lampiran 9.

Data Hasil Pengamatan Intensitas Serangan 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 3.95 6.68 5.52 6.42 22.57 5.64

V2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

V3 7.37 7.38 6.91 6.90 28.56 7.14

V4 6.58 6.29 5.49 6.24 24.60 6.15

V5 9.18 9.22 7.20 7.37 32.97 8.24

V6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 27.08 29.57 25.12 26.93 108.70 27.18

Rataan 4.51 4.93 4.19 4.49 18.12 4.53

Data hasil pengamatan Intensitas serangan 5 MST (Transformasi Arc Sin √P)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 11.46 14.98 13.59 14.68 54.71 13.68

V2 2.87 2.87 2.87 2.87 11.48 2.87

V3 15.75 15.76 15.24 15.23 61.98 15.50

V4 14.86 14.52 13.55 14.47 57.40 14.35

V5 17.64 17.68 15.56 15.57 66.45 16.61

V6 2.87 2.87 2.87 2.87 11.48 2.87

Total 65.45 68.68 63.68 65.69 263.50

Rataan 10.91 11.45 10.61 10.95 10.98

Daftar sidik ragam

SK db JK KT Fh F0.5

Ulangan 3 2.15 0.72 0.97 tn 3.29

Perlakuan 5 809.15 161.83 219.08 * 2.90

Galat 15 11.08 0.74

Total 23 822.38

Ket: tn : tidak nyata * : Nyata Fk 2893.01

(61)

Uji Jarak Duncan

Sy 0.50

P 2 3 4 5 6

SSR 0.5 3.01 3.16 3.25 3.31 3.36

LSR 0.5 1.49 1.57 1.61 1.64 1.67

Perlakuan V6 V2 V1 V4 V3 V5

2.87 2.87 13.68 14.35 15.50 16.61

a b

(62)

Lampiran 10

Data Hasil Pengamatan Intensitas Serangan 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 8.64 12.26 10.84 12.25 43.99 11.00

V2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

V3 13.39 13.55 12.87 13.14 52.95 13.24

V4 12.45 12.09 11.33 12.15 48.02 12.01

V5 15.61 15.62 13.26 14.68 59.17 14.79

V6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 50.09 53.52 48.30 52.22 204.13 51.03

Rataan 8.35 8.92 8.05 8.70 34.02 8.51

Data hasil pengamatan Intensitas serangan 6 MST (Transformasi Arc Sin √P)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 17.09 20.50 19.22 20.49 77.30 19.33

V2 2.87 2.87 2.87 2.87 11.48 2.87

V3 21.46 21.60 21.02 21.25 85.33 21.33

V4 20.66 20.35 19.67 20.40 81.08 20.27

V5 23.27 23.28 21.35 22.53 90.43 22.61

V6 2.87 2.87 2.87 2.87 11.48 2.87

Total 88.22 91.47 87.00 90.41 357.10

Rataan 14.70 15.25 14.50 15.07 14.88

Daftar sidik ragam

SK db JK KT Fh F0.5

Ulangan 3 2.07 0.69 1.16 tn 3.29

Perlakuan 5 1754.56 350.91 592.46 * 2.90

Galat 15 8.88 0.59

Total 23 1765.51

Ket: tn : tidak nyata * : Nyata

Fk 5313.35

(63)

Uji Jarak Duncan

Sy 0.44

P 2 3 4 5 6

SSR 0.5 3.01 3.16 3.25 3.31 3.36

LSR 0.5 1.34 1.40 1.44 1.47 1.49

Perlakuan V6 V2 V1 V4 V3 V5

2.87 2.87 19.33 20.27 21.33 22.61

a

(64)

Lampiran 11

Data Hasil Pengamatan Intensitas Serangan 7 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 15.63 19.48 18.38 19.50 72.99 18.25

V2 0.59 1.10 0.65 0.63 2.97 0.74

V3 20.96 20.88 20.18 20.51 82.53 20.63

V4 19.33 19.33 18.43 19.42 76.51 19.13

V5 24.11 23.97 22.17 23.77 94.02 23.51

V6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 80.62 84.76 79.81 83.83 329.02 82.26

Rataan 13.44 14.13 13.30 13.97 54.84 13.71

Data hasil pengamatan Intensitas serangan 7 MST (Transformasi Arc Sin √P)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 23.29 26.19 25.39 26.21 101.08 25.27

V2 4.05 6.02 4.62 4.55 19.24 4.81

V3 27.25 27.19 26.69 26.93 108.06 27.02

V4 26.08 26.08 25.42 26.15 103.73 25.93

V5 29.41 29.31 29.09 29.18 116.99 29.25

V6 2.87 2.87 2.87 2.87 11.48 2.87

Total 112.95 117.66 114.08 115.89 460.58

Rataan 18.83 19.61 19.01 19.32 19.19

Daftar sidik ragam

SK db JK KT Fh F0.5

Ulangan 3 2.14 0.71 1.70 tn 3.29

Perlakuan 5 2871.75 574.35 1371.14 * 2.90

Galat 15 6.28 0.42

Total 23 2880.18

Ket: tn : tidak nyata * : Nyata

Fk 8838.91

(65)

Uji Jarak Duncan

Sy 0.37

P 2 3 4 5 6

SSR 0.5 3.01 3.16 3.25 3.31 3.36

LSR 0.5 1.12 1.18 1.21 1.24 1.26

Perlakuan V6 V2 V1 V4 V3 V5

2.87 4.81 25.27 25.93 27.02 29.25

.

a b
(66)

Lampiran 12

Data Hasil Pengamatan Intensitas Serangan 8 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 23.80 27.70 25.99 26.47 103.96 25.99

V2 3.59 5.16 4.02 3.74 16.51 4.13

V3 30.34 31.83 29.40 30.47 122.04 30.51

V4 29.69 28.44 27.27 28.91 114.31 28.58

V5 35.51 35.10 32.71 34.92 138.24 34.56

V6 0.55 0.53 1.17 1.37 3.62 0.91

Total 123.48 128.76 120.56 125.88 498.68 124.67

Rataan 20.58 21.46 20.09 20.98 83.11 20.78

Data hasil pengamatan Intensitas serangan 8 MST (Transformasi Arc Sin √P)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 29.20 31.76 30.65 30.96 122.57 30.64

V2 10.92 13.13 11.57 11.15 46.77 11.69

V3 33.42 34.35 32.83 33.50 134.10 33.53

V4 33.02 32.23 31.48 32.53 129.26 32.32

V5 36.58 36.33 34.89 36.22 144.02 36.01

V6 4.25 4.17 6.21 6.72 21.35 5.34

Total 147.39 151.97 147.63 151.08 598.07

Rataan 24.57 25.33 24.61 25.18 24.92

Daftar sidik ragam

SK db JK KT Fh F0.5

Ulangan 3 2.76 0.92 1.06 tn 3.29

Perlakuan 5 3371.19 674.24 777.22 * 2.90

Galat 15 13.01 0.87

Total 23 3386.96

Ket: tn : tidak nyata * : Nyata

Fk 14903.66

(67)

Uji Jarak Duncan

Sy 0.54

P 2 3 4 5 6

SSR 0.5 3.01 3.16 3.25 3.31 3.36

LSR 0.5 1.62 1.70 1.75 1.78 1.81

Perlakuan V6 V2 V1 V4 V3 V5

5.34 11.69 30.64 32.32 33.53 36.01

.

a b

.

c

.

d
(68)

Lampiran 13

Data Hasil Pengamatan Intensitas Serangan 9 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 31.68 35.58 34.53 35.45 137.24 34.31

V2 9.98 11.91 11.79 10.67 44.35 11.09

V3 40.03 41.13 39.11 41.26 161.53 40.38

V4 39.69 37.91 35.41 37.92 150.93 37.73

V5 46.78 45.73 45.55 47.13 185.19 46.30

V6 4.55 3.47 5.54 6.91 20.47 5.12

Total 172.71 175.73 171.93 179.34 699.71 174.93

Rataan 28.79 29.29 28.66 29.89 116.62 29.15

Data hasil pengamatan Intensitas serangan 9 MST(Transformasi Arc Sin √P)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV

V1 34.25 36.62 35.99 36.54 143.40 35.85

V2 18.42 20.19 20.08 19.06 77.75 19.44

V3 39.24 39.89 38.71 39.97 157.81 39.45

V4 39.05 38.01 36.52 38.02 151.60 37.90

V5 43.15 42.55 42.45 43.35 171.50 42.88

V6 12.32 10.74 13.61 15.24 51.91 12.98

Total 186.43 188.00 187.36 192.18 753.97

Rataan 31.07 31.33 31.23 32.03 31.42

Gambar

Gambar 1. Urediospora Phakopsora  pachyrizi,  penyebab penyakit karat daun kedelai (10x)
Gambar 2. gejala karat daun (P.  pachyrizi)
Gambar 4. tingkat gejala serangan penyakit karat daun
Tabel 1. Uji rataan intensitas Serangan P.  pachyrizi  Syd. (%) Untuk setiap Waktu Pengamatan (mst)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan lahan pada tahun 2004 hingga 2016 campuran yangterbagi atas permukiman, perdagangan dan jasa, industri, sarana peribadatan, sarana pendidikan, pelayanan umum

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa : 1) sebagian besar konsumen berjenis kelamin laki-laki (60%), dari segi usia sebagian besar konsumen berusia diatas 35

Green Architecture dipilih sebagai tema konsep perencanaan rest area ini berbasis pada konsep yang memberikan nuansa atau sebuah keadaan yang nyaman dan sejuk pada

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:.. 1) Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai energi alternative

Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini dapat: (a) Bagi tokoh PNPM Mandiri dapat menjadi informasi agar mampu membimbing ibu rumah tangga untuk mengembangkan,

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul, “SUBSTITUSI ISOLAT PROTEIN KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) SEBAGAI PENGGANTI KUNING TELUR PADA

283 MLBI MULTI BINTANG INDONESIA Tbk SIDP1 - SIRCA DATAPRO PERDANA,

kekhawatiran bahwa informasi tentang seks yang kita berikan pada anak akan mendorong.. bereksperimen merupakan sebagian fenomena yang muncul dalam benak para