• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Perkembangan Penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Perkembangan Penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di Lapangan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH Gliocladium virens DAN VARIETAS TERHADAP

PERKEMBANGAN PENYAKIT Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) PADA

TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Smith) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH:

AFRIANDO FLORA KIRNANDO 060302030

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

M E D A N

(2)

PENGARUH Gliocladium virens DAN VARIETAS TERHADAP

PERKEMBANGAN PENYAKIT Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) PADA

TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Smith) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH:

AFRIANDO FLORA KIRNANDO 060302030

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatra Utara, Medan.

Disetujui oleh: Komisi pembimbing

(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, MAgr) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRACT

Afriando Flora Kirnando, “The Gliocladium virens and variety effect to

the development of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) disease in tomato plants in the field”, supervisor by Mukhtar Iskandar Pinem and Lahmuddin Lubis. Many control maesures have been done to suppress developing of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) but have not succesful, so that one of alternative with biological control. Research aimed to The Gliocladium virens and variety effect to the development of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) disease in tomato plants in the field. This research was held in field of experimental garden (KPTB) Tongkoh Berastagi on 1340m on the sea surface. The research used method of Randomized Block Design Factorial Metode with two factors namely fungal factor antagonist (25, 37.5, 50 and 62.5 gr/polibag) and factor variety (Citra, Sakura and Warani variety), with 15 combinations of treatment and three replications.

(4)

ABSTRAK

Afriando Flora Kirnando, “Pengaruh Gliocladium virens dan varietas

terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan” dibawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Lahmuddin Lubis. Berbagai cara pengendalian yang telah dilakukan untuk menekan perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman Tomat namun belum menunjukkan hasil yang memadai, sehingga alternatif pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan populasi jamur ini yaitu dengan mengembangkan pengendalian secara hayati. Penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. Penelitian dilakukan di kebun percobaan tanaman buah Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial terdiri dari 2 faktor yakni faktor dosis Gliocladium virens (25, 37.5, 50 and 62.5 gr/polibag dan faktor varietas kedelai (Varietas Citra, Sakura and Warani), dengan 15 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan Faktor Dosis Gliocladium Persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu tanpa menggunakan Gliocladium spp, sebesar 13,63 % dan yang terendah G3 (Gliocladium 50 gr) dan G4 (Gliocladium 65 gr) sebesar 6,46%. Dan Faktor varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) menunjukkan serangan tertinggi yaitu pada varietas V3 (Varietas Warani) yakni 14,23 % dan terendah pada V2 (Varietas Sakura) yaitu 7,60 %. Dan interaksi pada kombinasi GxV menunjukan kombinasi perlakuan tidak berbeda nyata.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Afriando Flora Kirnando, lahir 24 January 1988 di Tebing Tinggi, putra

dari ayahanda Sukirno dan Ibunda Faridah Hanum Saragih. Penulis merupakan anak kedua dari 4 (empat) bersaudara.

Pendidikan dan Pengalaman

1. Tahun 2000 lulus dari SD Negeri 104212 Marendal II, Medan 2. Tahun 2003 lulus dari SLTP Negeri 1 Patumbak

3. Tahun 2006 lulus dari SMA negeri 3 Tebing Tinggi.

4. Tahun 2006 diterima di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

melalui jalur SPMB.

5. Sebagai anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan

Tanaman) Departemen HPT-FP USU periode 2006-2011.

6. Sebagai anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat Fakultas Pertanian USU Cabang Medan periode 2008 - 2011

7. Sebagai anggota penganjian KOMUS (Komunikasi Muslim) Departemen HPT-FP USU periode 2006-2011

(6)

9. Tahun 2008/2009 sebagai asisten Laboratorium Mikologi dan

Bakteriologi Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.

10. Tahun 2009/2010 sebagai asisten Laboratorium Penyakit Penting Tanaman Utama Perkebunan Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.

11. Tahun 2009/2010 sebagai asisten Laboratorium Mikrobiologi Pertanian Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.

12. Tahun 2009/20010, 20010/20011 sebagai asisten Laboratorium Bioteknologi Pertanian Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.

13. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Unit Kebun Rambutan, Tebing Tinggi dari

tanggal 21 Juni sampai 21 Juli 2010.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “PENGARUH Gliocladium virens

DAN VARIETAS TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT Fusarium

oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum

esculentum Smith) DI LAPANGAN” disusun sebagai salah satu syarat untuk

dapat Memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, MAgr dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP sebagai komisi

pembimbing yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu. Semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2011

(8)

DAFTAR ISI

Biologi Penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici... 8

Gejala Penyakit ... 10

Daur Hidup Penyakit ... 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit ... 13

Pengendalian Penyakit... 14

Gliocladium virens ... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metodologi Penelitian ... 18

Pelaksaan Penelitian Penyediaan Sumber Inokulum Fusarium oxysporum f.sp lycopersici ... 20

(9)

Perbanyakan Gliocladium virens ... 21

Persiapan Benih ... 22

Persiapan Tempat Penyemaian ... 22

Penyemaian ... 22

Persiapan Media Tanam ... 23

Inokulasi Fusarium oxysporum f.sp lycopersici ... 23

Penanaman ... 24

Parameter Pengamatan ... 24

Persentase Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici ... 24

Produksi Tomat ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Serangan (%) ... 25

Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 25

Pengaruh varietas Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 28

Pengaruh Gliocladium virens dan varietas Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 30

Produksi ... 32

Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Produksi tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 32

Pengaruh varietas Terhadap Produksi tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 34

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Hlm

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Pada Pengamatan 7 hsa - 56 hsa ...25 Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Serangan

(%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Pada Pengamatan 7 hsa - 56 hsa ...29 Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh Dosis Gliocladium virens Terhadap

Produksi pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ...32 Tabel 4.Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Produksi pada

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Hlm

Gambar 1. Fusarium oxysporum f.sp lycopersici ... 8

Gambar 2. Gejala Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici... 9

Gambar 3. Siklus Fusarium oxysporum ... 13

Gambar 4. Gliocladium virens ... 15

Gambar 5. Grafik hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada pengamatan7 hsa - 56 hsa ... 28

Gambar 6. Grafik hubungan antara pengaruh Varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada pengamatan7 hsa - 56 hsa ... 30

Gambar 7. Grafik hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap Produksi ... 33

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Hlm

1. Bagan Penelitian ... 41

2 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 7 HSA ... 43

3 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 14 HSA .... 45

4 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 21 HSA .... 47

5 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 28 HSA .... 49

6 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 35 HSA .... 51

7 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 42 HSA .... 54

8 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 49 HSA .... 56

9 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 56 HSA .... 59

10. Data Pengamatan Produksi ... 62

11. Data Curah Hujan... ` 65

12. Data Deskripsi Varietas ... 71

13 Photo Penelitian ... 74

(13)

ABSTRACT

Afriando Flora Kirnando, “The Gliocladium virens and variety effect to

the development of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) disease in tomato plants in the field”, supervisor by Mukhtar Iskandar Pinem and Lahmuddin Lubis. Many control maesures have been done to suppress developing of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) but have not succesful, so that one of alternative with biological control. Research aimed to The Gliocladium virens and variety effect to the development of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) disease in tomato plants in the field. This research was held in field of experimental garden (KPTB) Tongkoh Berastagi on 1340m on the sea surface. The research used method of Randomized Block Design Factorial Metode with two factors namely fungal factor antagonist (25, 37.5, 50 and 62.5 gr/polibag) and factor variety (Citra, Sakura and Warani variety), with 15 combinations of treatment and three replications.

(14)

ABSTRAK

Afriando Flora Kirnando, “Pengaruh Gliocladium virens dan varietas

terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan” dibawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Lahmuddin Lubis. Berbagai cara pengendalian yang telah dilakukan untuk menekan perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman Tomat namun belum menunjukkan hasil yang memadai, sehingga alternatif pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan populasi jamur ini yaitu dengan mengembangkan pengendalian secara hayati. Penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. Penelitian dilakukan di kebun percobaan tanaman buah Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial terdiri dari 2 faktor yakni faktor dosis Gliocladium virens (25, 37.5, 50 and 62.5 gr/polibag dan faktor varietas kedelai (Varietas Citra, Sakura and Warani), dengan 15 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan Faktor Dosis Gliocladium Persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu tanpa menggunakan Gliocladium spp, sebesar 13,63 % dan yang terendah G3 (Gliocladium 50 gr) dan G4 (Gliocladium 65 gr) sebesar 6,46%. Dan Faktor varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) menunjukkan serangan tertinggi yaitu pada varietas V3 (Varietas Warani) yakni 14,23 % dan terendah pada V2 (Varietas Sakura) yaitu 7,60 %. Dan interaksi pada kombinasi GxV menunjukan kombinasi perlakuan tidak berbeda nyata.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat karena sebagai tanaman sayuran, tomat memegang peranan yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia antara lain mengandung

vitamin C,vitamin A (karotien) dan mineral (Tugiyono 1995 dalam Hartati, 2000). Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di

Indonesia. Buahnya dapat dikonsumsi dengan berbagai cara, antara lain dimakan secara langsung, diolah menjadi jus buah, sebagai pelengkap bumbu dapur dan sebagainya. Tomat kaya akan vitamin C, vitamin A, zat besi (Fe) dan potassium

(Supriati & Siregar 2009). Tanaman ini dapat ditanam di berbagai daerah dengan ketinggian tempat yang beragam, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi.

Menurut BPS (2006) dari data Dirjen Bina Hortikultura, produksi tomat nasional meningkat dari 594.022 ton pada tahun 2002 menjadi 629.743 ton pada tahun 2006 (Damayanti, 2010).

Setiap pertumbuhan tomat dihadapkan dengan kehilangan hasil akibat serangan penyakit. Infeksi oleh jamur, bakteri, atau virus adalah penyebab yang

paling banyak dari kehilangan hasil tersebut., tetapi suhu dan kelembaban yang rendah atau tinggi serta kekurangan mineral pada tanah juga menyebabkan kerusakan pada tomat.. Gejala tersebut dapat berupa layu, bercak daun, atau busuk

(16)

Di Indonesia penyakit layu sudah lama dikenal. Tetapi, pada umumnya

orang menduga bahwa penyakit ini hanya satu macam, yaitu yang disebabkan oleh bakteri. Bahkan dalam laporan-laporan lama, penyakit layu sering disebut

sebagai ”penyakit bakteri”. Di negara-negara lain sudah lama diketahui bahwa sebahagian dari penyakit layu pada tomat disebabkan oleh Fusarium. Di Indonesia penyakit layu Fusarium baru mendapat perhatian pada tahun 1970-an

(Semangun, 1991).

Penyakit layu Vascular diinduksi dengan baik Fusarium oxysporum

Schlechtendahl or Verticillium alboatrum Reinke and G.D.W. Berthold terjadi di seluruh dunia. Fusarium biasanya banyak di dalam tanah yang relatif hangat (15°C- 22°C) di zona beriklim sedang dan di zona tropis, sedangkan Verticilium

patogen yang paling sering ditemukan di tanah dingin (8°C- 14°C) di zona beriklim sedang. salah satu bentuk atau lain dari jamur bisa menyerang hampir

semua tanaman tanaman, termasuk semak-semak dan pohon kayu. Fusarium, misalnya, menyebabkan penyakit layu penting dalam berbagai tanaman seperti tomat, pisang, mimosa dan kapas (Robert, 1975).

Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman akibat jamur patogen Fusarium sp. di Indonesia pada saat ini masih banyak

mengandalkan penggunaan fungisida sintetik. Penggunaan fungisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan, gangguan keseimbangan ekologis dan residu yang ditinggalkannya dapat bersifat

racun dan karsinogenik. Spesies jamur Fusarium sp. merugikan para petani karena serangan jamur menyebabkan tanaman mengalami layu patologis yang

(17)

Saat ini diketahui pengendalian patogen di dalam tanah secara kimia

terbukti tidak efektif, oleh karena itu perlu dicari cara lain agar perkembangan patogen dapat ditekan dan mudah dilakukan petani, antara lain adalah

menggunakan mikroba antagonis, pemupukan kalium, penanaman varietas yang toleran atau pun melalui penyambungan menggunakan batang bawah yang tahan terhadap layu Fusarium (Saragih dan Silalahi, 2006)

Pengendalian hayati adalah pemberian mikroba antagonis dan perlakuan tertentu untuk meningkatkan aktivitas mikroba tanah seperti pemberian bahan

organik yang bertujuan agar mikroba antagonis menjadi tinggi aktivitasnya. Mikroba antagonis adalah mikroba yang aktivitasnya berdampak negatif terhadap

kehidupan patogen (Abadi, 2003). Beberapa mikroba antagonis seperti

Trichoderma hamatum, T. viride, T. koningi, Gliocladium virens, G. Roseum,

Penicillium janthinellum, Epicocum purpureum, Pythium nunn (jamur); Bacillus

subtilis, B. polymixa, Pseudomonas fluorescens. P. cepacia, Agrobacterium

radiobacter (bakteri) dan Streptomyces spp. (aktinomiset) adalah

agensia pengendali penyakit tanaman yang tidak asing lagi dalam dunia

‘pengendalian hayati’ (Aryantha, 2001).

Mikoparasit Gliocladium virens dalam penerapannya di lapang dapat digabung dengan agensia pengendali lainnya. Mutan Gliocladium virens toleran

(18)

ini dilakukan dalam pengendalian Corticium rolfsii pada tomat, dengan hasil

penekanan yang lebih besar bila dibandingkan dengan perlakuan tunggal (Soesanto, 2008)

Sehubungan dengan uraian di atas, untuk mengetahui keefektifan jamur antagonis Gliocladium virens pada penyakit layu Fusarium oxysporum f.sp lycopersici maka perlu dilakukan penelitian lanjut

dalam menekan dan mengurangi penyakit layu Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada tanaman tomat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Gliocladium virens dan

varietas terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara medan.

HIPOTESIS PENELITIAN

1. Pemberian Gliocladium virens dengan dosis yang berbeda mempengaruhi efektifitasnya dalam mengendalikan serangan penyakit Layu Fusarium

oxysporum f.sp lycopersici pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum

Smith).

2. Penggunaan varietas yang berbeda mempunyai ketahanan yang

(19)

3. Terdapat Interaksi Gliocladium virens dan varietas yang berbeda dalam

mengendalikan serangan penyakit Layu Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith)

KEGUNAAN PENELITIAN

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen

Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith)

Menurut Anonimous (2004), tanaman tomat dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicum Spesies : Lycopersicum esculentum Smith.

Sebagaimana tanaman dikotil lainnya, tanaman tomat berakar tunggang

dengan akar samping yang menjalar ditanah (Anonimous, 2004). Berakar pencar, namun relatif tidak dalam, akar datarnya halus dan cukup tebal

(Rismunandar, 1995).

Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan

batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama di bagian yang berwarna hijau. Diantara rambut-rambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada

bagian buku-bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat akan mempunyai banyak cabang yang menyebar rata (Anonimous, 2004).

(21)

merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7. daunnya

berukuran sekitar 15-30 cm x 10-25 cm. Tangkai daun majemuk mempunyai panjang sekitar 3-6 cm. Umumnya di antara pasangan daun yang besar terdapat

1-2 daun kecil. Daun majemuk tersusun spiral mengelilingi batangnya (Anonimous, 2004).

Bunga tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda, membentuk jurai

yang terdiri atas dua baris bunga. Tiap-tiap jurai terdiri dari 5 hingga 12 bunga. Mahkota bunganya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya ada yang bulatt

panjang, berbentuk bola atau jorong melintang (Rismunandar, 1995)

Buah Tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan oleh 2-9

kantung lendir. Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan rasanya pun jadi enak, asam-asam manis.

Seiring dengan proses pematangan, warna buah yang tadinya hijau sedikit demi sedikit berubah menjadi kuning. Dan ketika buahnya telah matang benar, warnanya menjadi merah. Ukuran buahnya cukup bervaiasi, dari yang

berdiameter 2-15 cm, tergantung dari varietasnya (Anonimous, 2004).

Biji tomat banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji

berbulu (Anonimous, 2004).

Syarat Tumbuh

Tanah

Tomat dapat tumbuh baik pada tanah gembur, porous, kandungan bahan

(22)

dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang banyak mengandung pasir. Dan

akan lebih disukai bila tanah itu banyak mengandung humus, gembur, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuk pertumbuhan tomat

adalah pada pH netral, yaitu sekitar 6 - 7 (Hanum, 2008).

Iklim

Tomat umumnya ditanam di dataran tinggi, beberapa varietas unggul baru dapat ditanam di dataran rendah. Waktu tanam yang baik dua bulan sebelum

musim hujan berakhir (Anonimous, 1993). Tomat secara umum dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi tergantung varietasnya. Namun, kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di dataran tinggi yang

sejuk dan kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari

(Hanum, 2008).

Biologi Penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici

Adapun klasifikasi Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada Agrios (1996), patogen penyebab penyakit layu Fusarium adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisio

Kelas

Ordo : Hypocreales

Famili

Genus : Fusarium

(23)

Makrokonidia

Mikrokonidia

Gambar1. Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sumber:

Spesies Fusarium menghasilkan tiga macam spora. Mikrokonidia bersel

tunggal, spora berbentuk bola yang panjangnya 6 - 15 μm dan diameternnya 3 - 5

μm. Makrokonidia berbentuk sabit, mempunyai 3 - 5 septa, berdinding tipis, dan

rata-rata panjangnya 30 - 50 μm dan diameternya 2 - 5 μm. Berdinding halus, berbentuk bola, bersel tunggal disebut klamidospora yang dihasilkan pada miselium tua dan rata-rata berdiameter 10 μm. Ketiga spora tersebut diproduksi

didalam tanah atau pada tanaman yang terinfeksi. Sesudah tanaman yang terinfeksi mati, jamur dan spora-sporanya kembali kedalam tanah dan mereka

bertahan dalam tanah atau menginfeksi tanaman inang lain (Lucas et al., 1985). Koloni pada media OA (Oat Agar) atau PDA (25˚C) mencapai diameter 3,5 - 5,0 cm. Miselia aerial tampak jarang atau banyak seperti kapas, kemudian

menjadi seperti beludru, berwarna putih atau salem dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat dekat permukaan medium. Sporodokia terbentuk hanya

(24)

Konidiofor dapat bercabang dapat tidak, dan membawa monofialid

(Gandjar et al., 1999).

Gejala Penyakit

Fusarium menyebabkan layu pembuluh pada banyak tanaman sayuran,

bunga, buah, dan serat. Kebanyakan jenis-jenisnya yang penting termasuk

kompleks Fusarium oxysporum. Ada banyak sekali forma khusus (formae speciales, f.sp.), yang masing-masing mempunyai kisaran inang yang

terbatas dan seringkali memiliki sejumlah ras patogen (Shivas dan Beasley, 2005). Tanaman muda di rumah kassa, dua gejala awal adalah tulang-tulang daun memucat dan tangkai merunduk. Di pertanaman penyakit bisa muncul pada

waktu kondisi yang menguntungkan. Daun menguning, pertama kali muncul pada daun tua, biasanya daun sebelah bawah. selanjutnya daun layu dan mati, dan

gejala berlanjut ke daun muda. Satu persatu cabang-cabang mulai terinfeksi. Dalam beberapa minggu penyakit berkembang cepat, pencoklatan pada berkas pembuluh dapat dilihat pada pangkal batang. Keseluruhan tanaman akhirnya

(25)

A B

Gambar2. A. Gejala Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici di Lapangan B. Jaringan Pembuluh yang Mati

Sumber: http://www.broadinstitute.org/files/news/stories/full/Fusarium-031810.jpg

Pada tanaman yang masih sangat muda penyakit dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak, karena pada pangkal terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang. Sedangkan pada tanaman dewasa yang terinfeksi sering

dapat bertahan terus dan membentuk buah, tetapi hasilnya sangat sedikit dan buahnya pun kecil-kecil (Semangun, 1991).

Mikroorganisme dalam tanah dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam keadaan yang menarik. Pemberian pupuk melalui daun (foliar application) seperti pemberian urea pada daun menyebabkan berkurang serangan yang disebabkan

oleh Fusarium. Beberapa penelitian melaporkan, pemberian urea dapat menstimulir perkembangan Actinomycetes disekitar rizosfer tanaman. Pemberian

(26)

Daur Hidup Penyakit

Fusarium oxysporum f.sp lycopersici merupakan patogen tular tanah dan

dapat bertahan di tanah hingga sepuluh tahun. Patogen masuk kedalam tanaman melalui akar dan kemudian menyebar ke seluruh tanaman oleh sistem vaskular.

Penyebaran patogen adalah melalui biji, pacang tomat, tanah, dan terinfeksi dari tanaman transplanting atau tanah yang terikut dari tanaman transplanting. Patogen

dapat disebarkan jarak jauh melalui benih dan tanaman transplanting. Lokal penyebarluasan adalah dengan transplantasi, pancang tomat, angin dan ditularkan melalui air tanah, dan mesin pertanian (Wong, 2003).

Jamur menjadi mudah tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti sisa tanah dapat hampir tanpa batas. Elliott di Arkansas dijelaskan transmisi patogen dengan

benih, begitu pula Kendrick di California. Samson et al. di Indiana menemukan jarang terjadi pada biji yang diekstraksi dari tanaman yang terinfeksi. Yang berarti distribusi dengan luas adalah dengan transplantasi, sementara penyebaran lokal

adalah dengan transplantasi, tanah yang terbawa angin, permukaan air drainase, tanah terbawa air, dan perlakuan (Walker, 1952)

F. oxysporum merupakan jamur yang mampu bertahan lama dalam tanah

sebagai klamidospora, yang terdapat banyak dalam akar sakit. Jamur mengadakan infeksi melalui akar. Adanya luka pada akar akan meningkatkan infeksi. Setelah

masuk ke dalam akar, jamur berkembang sepanjang akar menuju ke batang dan di sini jamur berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh sebelum masuk

(27)

Gambar 3. Siklus Fusarium oxysporum

Sumber:

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Menurut Clayton (1923) penyakit berkembang pada suhu tanah 21 - 33 ˚C. Suhu optimumnya adalah 28 ˚C. Sedangkan kelembaban tanah yang membantu

tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit. Seperti kebanyakan Fusarium, penyebab penyakit ini dapat hidup pada pH tanah yang luas variasinya.

Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin

(28)

Pengendalian Penyakit

1. Dengan penanaman jenis tomat yang tahan. Disini jenis tomat yang tahan terhadap layu Fusarium sagat terbatas, antara lain adalah Ohio MR 9 dan Walter.

2. Pencelupan akar dengan benomyl 1.000 ppm memberikan hasil yang baik. 3. Penggunaan mulsa plastik untuk meningkatkan suhu tanah untuk

mengendalikan penyakit dengan meningkatkan suhu tanah dengan mulsa plastik memberikan banyak harapan, namun masih memerlukan banyak penelitian untuk dapat dianjurkan dalam praktek

(Semangun, 1991)

Pengendalian diupayakan dengan menjaga agar sirkulasi udara di sekitar

pertanaman tetap lancar. Air hendaknya diusahakan jangan sampai tergenang. Untuk pencegahan semprotkan fungisida Difolatan 4F seminggu sekali dengan konsentrasi 2cc/l (Rismunandar, 1995)

Oleh karena itu, adanya organisme yang mengandung enzim kitinase menyebabkan dan fusarium akan tertekan sehingga sukar didegradasi karena

dinding selnya dilapisi oleh protein dan lipid, yang menghalangi aktivitas enzim hidrolitik (Sivan dan Chet, 1989).

Gliocladium virens

Jamur Gliocladium virens menghasilkan antibiotika antijamur, yaitu

(29)

Genus Gliocladium sering digambarkan sebagai mitra dari Penicillium

dengan konidia berlendir. Koloni tumbuh cepat, seperti berbulu halus di tekstur, putih pada awalnya, kadang-kadang merah muda, menjadi hijau pucat hingga

hijau tua dengan sporulasi. Paling khas dari genus ini adalah tegak, konidiofor penicilate sering padat dengan fialid yang berlendir, hialin bersel satu untuk hijau, konidia berdinding halus di kepala atau kolom. Meskipun, beberapa konidiofor

penicilate selalu hadir, spesies Gliocladium juga dapat menghasilkan konidiofor percabangan verticillate yang dapat membingungkan antara Verticillium atau

Trichoderma (Anonimous, 2010).

Gambar 4. Gliocladium virens Sumber:

Jamur ini mempunyai stadium bentuk teleo, yaitu Hypocrea sublutea Doi.

Jamur Gliocladium virens sering disalah identifikasikan sebagai Trichoderma viride. Koloni tumbuh sangat cepat dan mencapai diameter 5-8 cm dalam waktu

lima ari pada suhu 20°C di media Oat Meal (OA). Perbedaannya dengan

Trichoderma viride hádala fialidanya seperti tertekan dan memunculkan satu tetes

(30)

gulungan. Konidiumnya berbentuk bulat pendek, berdinding halus, agar besar, dan

kebanyakan berukuran (4,5-6) x (3,5-4) μm (Soesanto, 2008).

Pada pengendalian hayati, perkecambahan konidia atau klamidospora

akan memudahkan agensia hayati seperti G. virens untuk menyerang miselium F. oxysporum. G. virens juga dapat menghambat penyebab penyakit lainnya

seperti Rhizoctonia spp., Phytium spp., Sclerotium rolsfii penyebab damping off

dan penyebab penyakit akar, diduga enzimnya beta glucanase. G. virens mampu menekan Sclerotium rolsfii sampai 85% secara in-vitro. G. virens dapat

mengeluarkan antibiotik gliotoksin, glioviridin, dan viridin yang bersifat fungistatik. Gliotoksin dapat menghambat cendawan dan bakteri, sedangkan viridin dapat menghambat cendawan. G. virens dapat tumbuh baik pada substrat

organik, media kering, dan kondisi asam sampai sedikit basa (Winarsih, 2007). Konidia Gliocladium yang diaplikasikan ke tanah, akan tumbuh dan

konidianya berkecambah di sekitar perakaran tanaman. Laju pertumbuhan cepat akibat rangsangan jamur patogen dalam waktu yang singkat sekitar 7 hari di daerah perakaran tanaman. Gliocladium spp yang bersifat mikoparasit akan

menekan populasi jamur patogen yang sebelumnya mendominasi. Interaksi diawali dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan membentuk

struktur seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel

jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis,

(31)

Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur

patogen (Mehrotra, 1980).

Kemasan Gliocladium dengan merek GL-21 pertama kali terdaftar

sebagai fungisida pada tahun 1990 oleh WR Grace & Co (Columbia, MD) untuk mengendalikan penyakit damping-off, terutama yang disebabkan oleh Pythium dan Rhizoctonia sp. G. virens memiliki potensi besar sebagai agen pengendalian

biologi untuk patogen tanah (Mahar, 2009).

Pemberian G. virens berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan

F.o. f.sp. passiflora terhadap perlakuan tanpa pemberian G. virens. Penghambatan

pertumbuhan F.o. f.sp. passiflora oleh G. virens relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi

30,07% pada perlakuan kontrol (GO) tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1 (dosis 25 gram/15 gr tanah) yaitu 28,50%, dan berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan G3 (dosis 50 gram/15 gr tanah) dan 5,34 % dan G4 (dosis 62,5 gram/15 gr tanah) yaitu 2,12% sebagai persentase serangan terendah (Simanjuntak, 2010).

Pengendalian penyakit secara hayati tidak dimaksudkan untuk

memusnahkan suatu patogen dari suatu tempat, tetapi hanya mengurangi jumlah dan kemampuan patogen tersebut dalam menimbulkan suatu penyakit

(32)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan tanaman buah Berastagi

dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl. Pelaksanaan dimulai bulan Desember 2010 sampai Juni 2011.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat,

varietas Sakura, Citra, dan varietas Warani, Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Urea, pupuk NPK , top soil, air, polibag, aquadest, Gliocladium virens, jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici, PDA, clorox, dan jagung giling.

Adapun alat yang digunakan adalah cangkul, pisau, timbangan, erlenmeyer, petridish, gelas ukur, mikroskop, pipet tetes, jarum inokulasi,

inkubator, meteran, objek glass, pinset, bunsen, alumunium foil, cling wrap, selotip, autoclave, kukusan tanah, ayakan, handsprayer, alat tulis, bambu, tali, polibag, gunting, dan lain-lain.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu:

1. Faktor 1 adalah banyaknya Gliocladium virens

G0 = Kontrol

(33)

G2 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 37.5 gr/15 kg tanah

G3 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 50 gr/15 kg tanah G4 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 62.5 gr/15 kg tanah

2. faktor 2 adalah varietas, yaitu: V1 = Varietas Citra

V2 = Varietas Sakura

V3 = Varietas Warani

Adapun kombinasi perlakuan dari penelitian ini adalah:

G0 V1 G1 V1 G2 V1 G3 V1 G4 V1 G0 V2 G1 V2 G2 V2 G3 V2 G4 V2 G0 V3 G1 V3 G2 V3 G3 V3 G4 V3

Kombinasi perlakuan = 15

Ulangan sebanyak 3 kali, diperoleh dari:

(t-1) (r-1) > 15 (15-1) (r-1) > 15 14r – 14> 15

r> 29/11 r ≥ 2.636

r = 3

Model linier dari rancangan yang digunakan adalah :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + Σijk

Keterangan:

Yijk : nilai pengamatan pada suatu percobaan yang memperoleh perlakuan

(34)

µ : rata-rata

αi : pengaruh dari factor A dari taraf ke-i

βj : pengaruh dari factor A dari taraf ke-j

(αβ)ij : intraksi dari factor A dari taraf ke-i dengan dari factor B dari taraf ke-j

Σijk : efek error dari factor A dari taraf ke-i dengan dari factor B dari taraf

Ke-j

(Bangun, 1991).

Jika hasil analisa menunjukkan nilai nyata dilanjutkan dengan uji jarak

Berganda Duncan (DMRT) (Bangun, 1991).

Jumlah perlakuan = 15 perlakuan Jumlah ulangan = 3 ulangan

Jumlah polibag per perlakuan = 4 polibag Jumlah tanaman per polibag = 1 tanaman

Jumlah seluruh perlakuan = 45 perlakuan

Jumlah sampel yang diamati = 4 tanaman per perlakuan Jumlah tanaman seluruhnya = 180 tanaman

Jarak antar perlakuan = 50 cm Jarak antar polibag = 40 x 40 cm

Pelaksanaan Penelitian

1. Penyediaan Sumber Inokulum

a. Fusarium oxysporum f.sp lycopersici

(35)

dengan air mengalir, dipotong-potong (0,5 cm), disterilkan dengan Clorox 1%

selama 3 menit dan dibilas dengan aquadest 2-3 kali. Selanjutnya potongan akar diberikan di atas kertas steril dan ditanam dalam media PDA. Biakan disimpan

dalam inkubattor pada temperature ruang selama 3 hari.

Miselium F.o f.sp lycopersici yang tumbuh, diisolasi kembali hingga diperoleh biakan murni.

b. Gliocladium virens

Isolat G. virens yang digunakan diperoleh dari Balai Kebun Percobaan

Tanaman Buah Berastagi (BKPTBB). Isolat G. virens kemudian disegarkan kembali pada media PDA.

Perbanyakan Gliocladium virens

Perbanyakan G. virens dilakukan dengan menggunakan media jagung.

Jagung ditimbang sebanyak 25, 37,5, 50, dan 62,5gr dan dicuci bersih, selanjutnya diautoclave selama 30 menit pada suhu 121°C. Jagung yang telah di autoclave kemudian didiamkan selama 1 hari. Kemudian diinokulasikan biakan murni pada

media jagung 2-3 cork borer. Diaduk hingga rata kemudian disusun di dalam inkubator. Diinkubasikan pada suhu kamar. Setelah 10–15 hari jamur siap untuk

(36)

Persiapan Benih

Benih tomat yang digunakan adalah benih yang didapat dari toko pertanian dengan berbagai varietas yaitu varietas Citra, Varietas Sakura dan Varietas Warani.

Persiapan Tempat Penyemaian

Tempat penyemaian benih tomat berupa kotak kayu dengan ukuran lebar 50-60 cm, lebar 30-40 cm dan tinggi 25-30 cm tetapi disesuaikan dengan lokasi

dan kebutuhan bibit. Kotak semai tersebut diisi dengan medium semai yang berupa campuran tanah, dan pupuk kandang setinggi 12cm dengan perbandingan 1: 1, kemudian dipadatkan sedikit demi sedikit.

Penyemaian

Benih yang sudah dipersiapkan dapat langsung disemai pada tempat penyemaian yang telah disediakan. Biji yang telah tersebar itu kemudian ditutup dengan Pupuk Kandang Ayam, lalu disiram. Untuk menghindarkan kerusakan

akibat kekeringan atau hujan, petakan ditutup dengan jerami kering atau atap. Seminggu kemudian pada semaian sudah mulai tampak daun pertama, lalu

dipindahkan kedalam bumbun yang dibuat dari daun pisang/polibag yang berdiameter 5 cm dan tinggi 5 cm. Besar kecilnya bumbun dapat diatur sesuai dengan rencana penanaman. Dalam pelaksanaan membumbun, semai hendaknya

(37)

Persiapan Media Tanam

Tanah top soil dan Pupuk Kandang Ayam yang akan digunakan 3:1 diayak terlebih dahulu. Media campuran tersebut disterilkan dengan menggunakan uap panas untuk membunuh mikroorganisme pada media tanam. Sterilisasi dilakukan

dengan menggunakan drum pengkukus pada suhu 1200 C dan tekanan 1,2 atm selama ± 1 jam. Media yang telah dipanaskan dikeluarkan dari kukusan, lalu

dikering-anginkan di atas plastik di ruangan tertutup sampai dingin. Kemudian media tanam tersebut diberi pupuk, kemudian diaduk rata. Hal ini bertujuan agar unsur hara yang diberikan merata pada masing-masing polibag.

Inokulasi Fusarium oxysporum

Biakan dari F. oxysporum diberi aquades steril sebanyak 10 ml, kemudian miselium dari media PDA dikikis dengan menggunakan jarum oase sehingga bagian permukaan atas dari media terlepas. Lalu dishaker selama 15 menit dengan

kecepatan 100-150 rpm agar media tercampur dengan larutan air. Setelah itu, suspensi disaring dengan kertas saring. Suspensi diambil 1 ml dan diteteskan di

atas Haemocytometer dengan menggunakan pipet tetes. Dibiarkan ruangan Haemocytometer dipenuhi oleh suspensi jamur. Setelah merata dihitung jumlah konidia pada setiap kotak contoh yang berisi 16 kotak kecil, lalu dihitung

kerapatan jamur. Kemudian suspensi tersebut diencerkan sehingga diperoleh konidia yang diinginkan yaitu 106 konidia/liter air.

Suspensi tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dicampurkan dengan 1 liter

(38)

F. oxysporum/liter air. Inokulasi F. oxysporum dilakukan dengan cara dituang

merata ke sekeliling pangkal batang.

Penanaman

Bibit tomat yang telah disemai ditanam ke dalam polibag dengan menggunakan tugal kecil. Bibit ditanam 1 bibit/polibag, dilakukan pada sore hari.

Parameter Pengamatan

1. Persentase Serangan Fusarium oxysporum fs.p lycopersici (Sacc)

Pengamatan terhadap persentase serangan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 hari sampai tanaman berumur 63 hari setelah tanam. Pengamatan

dilakukan satu kali seminggu, yaitu dengan menghitung jumlah tanaman yang layu pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a

PS = x 100% N

Dimana,

PS = persentase serangan

a = Jumlah tanaman yang terserang/perlakuan N = Jumlah tanaman/perlakuan

(Moekasan et al., 2000).

Produksi Tomat (gr/plot)

Produksi dicatat berat pada saat panen dengan kriteria panen pada umur tanaman 60 – 65 hari setelah pindah tanam. Pemanenan dilakukan sebanyak 8 kali

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap

perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Persentase Serangan (%)

a. Pengaruh Gliocladium virens terhadap persentase serangan (%)

Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Data pengamatan persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp

lycopersicum pada setiap pengamatan mulai 7 - 56 hsa dapat dilihat pada lampiran 2 - 9. Pengaruh G.virens terhadap persentase serangan (%) pada

pengamatan 7 hsa- 56 hsa dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Pada Pengamatan 7 hsa - 56 hsa.

Perlakuan Hari Setelah Aplikasi (hsa)

7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa

G0 2,12 2,12 3,57 6,46 9,36 10,81a 13,63a 13,63a

G1 2,12 2,12 2,12 3,57 5,02 9,36a 12,94a 12,94a

G2 2,12 2,12 3,57 5,02 6,46 6,46b 12,02a 12,02a

G3 2,12 2,12 2,12 2,12 3,57 3,57c 6,46b 6,46b

G4 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 3,57c 5,02b 6,46b

Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan

(40)

kontrol (tanpa pemberian Gliocladium virens). Penghambatan pertumbuhan

Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) oleh Gliocladium virens relatif lebih

rendah dibandingkan kontrol. Pada pengamatan 42 hsa, G0 (tanpa Gliocladium

virens) G1 (dosis 25 gram), G2 (dosis 37,5 gram) dan G3 (dosis 50 gram) mulai

terserang oleh Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Hal ini mungkin disebabkan oleh dosis G1 (dosis 25 gram) dan G2 (dosis 37,5 gram) belum

mampu untuk mengendalikan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) lebih sedikit dibanding G4 (dosis 62,5 gram).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi 13,63 pada perlakuan kontrol (GO) tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1 (12,94), G2 (12,02) dan berbeda nyata terhadap perlakuan G3 (6,46) dan G4 (6,64) sebagai

persentase serangan terendah.

Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis G. virens

yang diberikan untuk menekan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) maka semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Ini karena semakin banyak populasi konidia Gliocladium virens dalam media jagung.

akibatnya daya parasitasi G.virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) semakin efektif. Sehingga dapat diprediksi bahwa dengan semakin rendah

serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) maka produktifitas tanaman tomat akan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jamur antagonis G.virens mampu mengeluarkan antibiotik yang dapat menghambat Fusarium yang

sebelumnya mulai menyerang dengan melilitkan hifa dan menembus miselium patogen sehingga terjadi degradasi pada dinding sel jamur Fusarium. Hal ini

(41)

antibiotik gliotoksin, glioviridin, dan viridin yang bersifat fungistatik. Gliotoksin

dapat menghambat cendawan dan bakteri, sedangkan viridin dapat menghambat cendawan.

Dari hasil analisis sidik ragam, jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) terhadap perlakuan Gliocladium virens menunjukkan perbedaan

yang nyata dalam menghambat serangan jamur Fusarium oxysporum f.sp

lycopersici (Sacc). Hal ini karena Gliocladium virens merupakan jamur antagonis

yang mampu memparasit miselium jamur patogen. Reaksi antagonistik dari

Gliocladium virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) adalah

hiperparasit, antibiosis dan kompetisi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mehrotra (1980) bahwa Gliocladium spp yang bersifat mikoparasit akan menekan

populasi jamur patogen yang sebelumnya mendominasi. Interaksi diawali dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan membentuk struktur seperti kait

yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase

dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen.

Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti

jamur golongan peptaibol dan senyawa furanon oleh Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen.

Untuk melihat hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap

(42)

0,00

Gambar 5. Grafik hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada pengamatan7 hsa - 56 hsa.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan persentase serangan yang nyata antara faktor Gliocladium virens. Pada perlakuan persentase

serangan tertinggi adalah 13,63 % yaitu pada perlakuan G0 (kontrol) sedangkan persentase serangan terendah adalah 6,46 yaitu pada perlakuan G4 dan G5. Hal ini

dikarenakan semakin banyak populasi konidia Gliocladium virens dalam media jagung, akibatnya daya parasitasi G. virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) semakin efektif.

b. Pengaruh Varietas terhadap persentase serangan (%) Fusarium

oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum

esculentum Smith) di lapangan

Data pengamatan persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) tanaman Tomat di lapangan dimulai pengamatan 7- 56 hsa

dapat dilihat pada lampiran 2 - 9. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa

varietas memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 7- 35 hsa dan berpengaruh nyata pada pengamatan 42- 56 hsa, hal ini dapat dilihat pada tabel 2

(43)

Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Pada Pengamtan 7 - 56 hsa

Perlakuan Hari Setelah Aplikasi (hsa)

7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa

V1 2,12 2,12 2,12 4,73 5,60 6,46b 9,07b 9,07b

V2 2,12 2,12 2,12 2,99 2,99 3,86c 7,60b 7,60b

V3 2,12 2,12 3,86 3,86 7,33 9,94a 13,37a 14,23a

Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pengaruh varietas terhadap persentase

serangan menunjukkan bahwa V3 (Varietas Warani) berpengaruh nyata dibandingkan V1 (Varietas Citra) dan V2 (Varietas Sakura) pada pengamatan 42-56 hsa. Varietas Sakura dan varietas Citra terlihat lebih efektif dibandingkan

dengan varietas Warani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi 14,23% pada varietas Warani (V3) berbeda nyata terhadap perlakuan V2 yaitu 7,23%

sebagai persentase serangan terendah. Hal ini di karenakan Varietas Warani rentan terhadap penyakit layu fusarium.

Untuk melihat hubungan antara penggunaan Varietas terhadap persentase

(44)

0,00

Gambar 6. Grafik hubungan antara penggunaan Varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada pengamatan7 hsa - 56 hsa.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan persentase

serangan yang nyata antara faktor varietas. Pada perlakuan persentase serangan tertinggi adalah 14,23 % yaitu pada perlakuan Varietas Warani diikuti varietas citra (9,07 %) sedangkan persentase serangan terendah adalah 7,60 % yaitu pada

varietas sakura.

c. Pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap Persentase Serangan

(%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Data pengamatan Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada

tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. Mulai dari pengamatan 7 hsa - 56 has dapat dilihat pada lampiran 2 – 9. Dari hasil analisa

(45)

uang tidak nyata pada setiap minggu pengamatan, hal ini dapat dilihat pada

lampiran 2 – 9.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan G. virens pada

7- 56 hsa tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Dari analisa sidik ragam, interaksi kedua faktor tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan. Hal ini disebabkan karena

Gliocladium virens menekan fusarium dengan melilitkan hifanya pada jamur

patogen yang akan membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan

memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit

ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3 glukanase yang akan

menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan

rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan

senyawa furanon oleh Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur pathogen. Sedangkan Varietas bertahan dari Fusarium karena memiliki gen / ketahanan tanaman. Sehingga dapat dikatakan Gliocladium

dan Varietas menekan perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) dengan cara masing-masing dan tidak saling berinteraksi.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa walaupun perlakuan-perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata, tetapi terlihat persentase serangan cukup kecil. Hal ini dikarenakan suhu rata-rata pada daerah penelitian yaitu 18 ºC. Suhu

(46)

dengan pernyataan Clayton (1923) yang menyatakan penyakit berkembang pada

suhu tanah 21- 33 ºC suhu optimumnya adalah 28 ºC.

2. Produksi (gr/plot)

a. Pengaruh Dosis Gliocladium virens Terhadap Produksi (gr/ plot)

Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di Lapangan

Data pengamatan produksi tanaman Tomat di lapangan dapat dilihat pada

lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa Dosis Gliocladium virens memberikan hasil yang berbeda nyata, hal ini dapat dilihat pada tabel 3

dibawah ini :

Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh Dosis Gliocladium virens Terhadap Produksi (gr/plot) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Perlakuan Total

G0 82,00c

G1 83,12c

G2 89,79b

G3 94,73a

G4 96,14a

Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan

Pengaruh dosis Gliocladium virens berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) terhadap perlakuan

kontrol (tanpa pemberian Gliocladium virens). Produksi oleh Gliocladium virens relatif lebih tinggi dibandingkan kontrol.

(47)

(Dosis 50 gr) yaitu sebesar 94,73 gr/plot, dan berbeda nyata terhadap perlakuan

G2 (Dosis 37,5 gr) dan berbeda nyata terhadap G1 (Dosis 25 gr/) yaitu 83,12 gr/plot dan G0 (kontrol) yaitu 82,00 gr/plot sebagai produksi terendah.

Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis G. virens yang diberikan untuk menekan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) maka semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Ini karena

semakin banyak populasi konidia Gliocladium virens dalam media jagung. akibatnya daya parasitasi G.virens terhadap Fusarium oxysporum semakin efektif.

Sehingga dapat diprediksi bahwa dengan semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) maka produktifitas tanaman tomat akan lebih

tinggi.

Untuk melihat hubungan antara pengaruh Dosis Gliocladium virens terhadap produksi (gr/ plot) tanaman tomat dapat dilihat pada grafik (Gambar 7.)

82,00 83,12

Gambar 7. Grafik hubungan antara Pengaruh Dosis Gliocladium virens Terhadap Produksi pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan produksi yang nyata antara faktor Gliocladium virens G0 (kontrol) dan G1, terhadap perlakuan

(48)

terendah adalah 82 gr/plot yaitu pada perlakuan G0 (kontrol), diikut. oleh G1

(83,12 gr/plot), G2 (89,79 gr/plot), G3 (94,73 gr/plot) dan G4 (96,14 gr/plot) sebagai produksi tertinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis

G. virens yang diberikan maka produksi yang didapatkan juga semakin besar.

b. Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum

esculentum Smith) di Lapangan

Data pengamatan produksi tanaman Tomat di lapangan dapat dilihat pada lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas memberikan

hasil yang berbeda nyata, hal ini dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Produksi (gr/ plot) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Perlakuan Total

V1 91,87a

V2 92,19a

V3 83,40b

Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan

Dari hasil pengamatan pada tabel 4, diperoleh bahwa V1 (Varietas Citra) tidak berbeda nyata dengan V2 (Varietas Sakura) dan berbeda nyata dengan V3 (Varietas Warani).

Dan dapat di ketahui dari ketiga varietas yang diuji, yang produksinya paling tinggi yaitu V2 (Varietas Sakura) yaitu sebesar 92,19 gr/plot, sedangkan

(49)

Untuk melihat hubungan antara pengaruh varietas terhadap produksi

tanaman tomat dapat dilihat pada grafik (Gambar 8.)

75,00

Produk si (gr/plot) 91,87 92,19 83,40

V1 V2 V3

Gambar 8. Grafik hubungan antara Pengaruh Varietas terhadap Produksi pada

tanaman Tomat

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan produksi yang

nyata antara faktor varietas Citra (V1) dan Sakura (V2) dengan faktor Varietas Warani (V3). Pada perlakuan produksi tertinggi adalah 92,19 gr/plot yaitu pada perlakuan Varietas Sakura diikuti varietas citra (91,87 gr/plot) sedangkan

produksi terendah adalah 83,40 gr/plot yaitu pada varietas Warani.

c. Pengaruh Dosis Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Produksi (gr/

plot) Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di Lapangan

Data pengamatan Pengaruh Dosis Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Produksi tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di

lapangan. dapat dilihat pada lampiran 10. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Produksi tanaman

(50)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produksi tertinggi 33,93 gr/plot

pada perlakuan G4V2 tidak berbeda nyata dengan produksi terendah G1V3 yaitu 25,50 gr/plot dan perlakuan-perlakuan lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan G. virens pada 7- 56 hsa tidak berbeda nyata terhadap Produksi tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. Dari analisa sidik ragam, interaksi kedua faktor

tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi. Hal ini disebabkan karena Faktor dari Gliocladium virens dan Varietas menekan perkembangan

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan diketahui Pemberian Gliocldium virens dengan dosis 50 gr/plot efektif dalam menghambat serangan jamur Fusarium

oxysporum f.sp lycopersici (Sacc).

2. Dosis 25 dan 37,5 gr/plot Gliocldium virens yang diberikan belum efektif

untuk menekan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc)

3. Varietas Warani memiliki ketahanan yang lebih rentan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) yaitu 14,23% dibandingkan

Varietas Sakura (7,60%) dan Varietas Citra (9,07%)

4. Tidak terjadi interaksi antara faktor Dosis Gliocldium virens dan faktor

varietas (GxV).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai interaksi antara

Gliocladium virens Miller dan Varietas di lapangan untuk mengendalikan

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan III. Bayumedia Publishing, Malang. 137 hlm.

Agrios, G. N. , 1 996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Terjemahan M. Busnia. UGM-Press, Yogyakarta.. 173 hlm.

Anonimous, 1993. Bercocok Tanam Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Jaya Pura. Edisi November 93. Agdex 266:20.

, 2004. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hlm.

, 2010a. Fusarium. Diakses dari

pada tanggal 12 september 2010. 1 hlm , 2010b

. Fusarium oxysporum lycopersici. Diakses dari

1 hlm.

, 2010c. Gliocladium sp. Diakses dari http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Descriptions/Hyphomycete

s_%28hyaline%29/Gliocladium/. Pada tanggal 12 September 2010. 1 hlm. , 2011a. Cycle of Fusarium. Diakses dari

Juli 2011. 1 hlm.

Aryantha, I.N.P. 2001. Membangun Sistem Pertanian Berkelanjutan KPP Ilmu Hayati LPPM-ITB, Dept. Biologi - FMIPA-ITB. Ganesha,

Bandung. 13 hlm.

Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Damayanti, I., 2010. Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Eandofit Untuk

(53)

Djafaruddin., 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. 271 hlm.

Ganjdar, I., R.A. Samson, K.V.D. Tweel-Vermaulen, A. Oetari, I. santoso, 1999.

Pengenalan Kapang Tropik Umum. UI Press, Depok. 136 hlm.

Hanum, C. , 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. 202 hlm.

Hartati, S. , 2000. Penampilan Genotip dalam Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Hasil Mutasi Buatan pada Kondisi Stress Air dan

Kondisi Optimal. Agrosains 2(2). 8 hlm.

Juanda, I.F., 2009. Potensi Rhizobakteria sebagai Agen Biofungisida untuk

Pengendalian Jamur Fitopatogen Fusarium sp. Jurusan Pendidikan

Biologi Program studi Biologi (Non Kependidikan) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Regional Sales Office (RSO): Bandung, Jawa Barat. 26 hlm.

Lucas, G.B., C.L. Campbell, and L.T. Lucas, 1985. Introduction to Plant

Disease: Identification and Management. Avi Book. New York. 313

hlm.

Mahar, S. 2009. Gliocladium virens. http:www.entomology.wisc.edu.htm. Diakses tanggal 15 Januari 2009.

Mehrotra, R.S. 1980. Plant Pathology. Tata McGraw Hill Publishing Co. Ltd. New Delhi. 771 hlm.

Moekasan, T.K., L. Prabaningrum, dan Meitha L., 2000. Penerapan PHT pada

Sistem Tanaman Tumpang Gilir. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Hortikultura . Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Pinem, M. I., 2001. Peran Agens Antagonis dalam Pengendalian Hayati.

Dalam Pelatihan Agens Hayati untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan Kakao. Medan, 20-25

Agustus 2001. 4 hlm.

Rismunandar, 1995. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo. Bandung. 64 hlm. Robert, D.A., 1972. Fundamentals of Plant Patology. W.H. Freeman and

Company, San Fransisco. 424 hlm

Saragih,Y.S dan F.H. Silalahi. 2006. Isolasi dan Identifikasi Spesies Fusarium

Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Markisa Asam. Jurnal

(54)

Semangun, H., 1991. Penyakit - Penyakit Penting Tanaman Hortikultura di

Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 850 hlm.

Shivas, R dan D. Beasley. 2005. Pengelolaan Koleksi Patogen Tanaman. Diterjemahkan oleh Kramadibrata,K., N. Wulijarni dan M. Machmud. Queensland Department of Primary Industries and Fisheries, Australia. 96 hlm.

Sivan, A and I. Chet. 1989. Degradation of Fungal Cell Walls by Lytic

Enzymes of Trichoderma harzianum. J. Gen. Microbiol. 135 : 675-682.

Soesanto, L., 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman:

Suplemen ke Gulma dan Nematoda. Rajawali Press. 573 hlm

Syahnen. 2006. Teknik Perbanyakan Jamur Antagonis. Balai Pengembangan Proteksi Tanaman Perkebunan, Medan.

Walker, J.C., 1952. Diseases of Vegetables Crops. Mc Graw – Hill Book Company, Inc. New York. 529 hlm.

Wheeler, W.H., 1953. Plant Diseases. United States Department of Agriculture. Washington, D.C.

Winarsih, S. 2007. Pengaruh Bahan Organik pada Pertumbuhan Gliocladium virens dan Daya Antagonisnya Terhadap Fusarium oxisporum secara

In-Vitro. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus(3): 386-390.

Wong, M.Y., 2003. Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici (Sacc.) W.C. Snyder

and H.N. Hans. NC State University. Diakses dari

(55)
(56)

Keterangan:

G0 = Kontrol

G1 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 25 gr/15 kg tanah G2 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 37.5 gr/15 kg tanah

G3 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 50 gr/15 kg tanah G4 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 62.5 gr/15 kg tanah

V1 = Varietas Citra V2 = Varietas Sakura V3 = Varietas Warani

Jumlah perlakuan = 15 perlakuan Jumlah ulangan = 3 ulangan

Jumlah polibag per perlakuan = 4 polibag Jumlah perlakuan seluruhnya = 45 perlakuan Jumlah tanaman seluruhnya = 180 tanaman

(57)

Lampiran 2. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 7 HSA

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

(58)

Tabel Dwikasta Total

Varietas Gliocladium virens Total Rataan G0 G1 G2 G3 G4

V1 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V2 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V3 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

Total 6,36 6,36 6,36 6,36 6,36 31,82

Rataan 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01 Ulangan 2 0 0,00 0,00 tn 3,32 5,39

Perlakuan 14

Gliocladium 4 0,00 0,00 0,00 tn 2,69 4,02

Varietas 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,32 5,39

G X V 8 0,00 0,00 0,00 tn 2,27 3,17

Error 30 0,00 0,00

Total 44 0,00

FK = 22,50

KK = 0,00 %

Ket : tn = tidak nyata

* = nyata

(59)

Lampiran 3. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 14 HSA

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

(60)

Tabel Dwikasta Total

Varietas Gliocladium virens Total Rataan G0 G1 G2 G3 G4

V1 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V2 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V3 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

Total 6,36 6,36 6,36 6,36 6,36 31,82

Rataan 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01 Ulangan 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,32 5,39

Perlakuan 14

Gliocladium 4 0,00 0,00 0,00 tn 2,69 4,02

Varietas 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,32 5,39

G X V 8 0,00 0,00 0,00 tn 2,27 3,17

Error 30 0,00 0,00

Total 44 0,00

FK = 22,50

KK = 0,00 %

Ket : tn = tidak nyata

* = nyata

(61)

Lampiran 4. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 21 HSA

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

Gambar

Gambar1. Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sumber:
Gambar2. A. Gejala Serangan A                                                                 B Fusarium oxysporum f.sp lycopersici di Lapangan B
Gambar 3. Siklus Fusarium oxysporum  http://agricolasonline.es/Proyecto/ciclo/Fusarium.html
Gambar 4. Gliocladium virens Sumber:
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LAYU FUSARIUM PISANG ( Fusarium oxysporum f.sp. cubense ) DENGAN Trichoderma sp.. THE BIOCONTROL OF FUSARIUM WILT OF BANANA ( Fusarium oxysporum

terhadap rata-rata intensitas serangan penyebab penyakit pada cabang tanaman tomat yang. terserang

dalam mengendalikan penyakit layu fusarium ( F. oxysporum ) pada tanaman semangka dengan perlakuan terbaik pada pemberian vermikompos sebanyak 250 gram/polybag, dapat

Adanya perbedaan yang nyata terhadap intensitas serangan penyakit layu Fusarium antara tanaman tomat yang tidak diberi perlakuan kompos dengan yang diberi kompos

untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum L.).. Dibimbing oleh Lisnawita dan

MENGENDALIKAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM (Fusarium oxysporum F.SP capsici) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) DI RUMAH

Penggunaan isolat hipovirulen dalam pengendalian penyakit layu Fusarium yang berasal dari jamur Fusarium oxysporum mampu meningkatkan ketahanan tanaman kentang terhadap penyakit

Tingkat toleransi lima varietas tanaman cabai (Capsicum annum) terhadap penyakit yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum dapat dilihat dari kriteria ketahanan