STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I
TESIS
Oleh
MELFA AISYAH HUTASUHUT
097030036/ BIO
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I
TESIS
Oleh
MELFA AISYAH HUTASUHUT
097030036/ BIO
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN HUTAN
SIBAYAK I
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains dalam Progam Studi Magister Ilmu Biologi pada Program Pascasarjana
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara
Oleh
MELFA AISYAH HUTASUHUT
097030036/ BIO
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGESAHAN TESIS
Judul Tesis : STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN
HUTAN SIBAYAK I
Nama Mahasiswa : MELFA AISYAH HUTASUHUT
Nomor Induk Mahasiswa : 097030036 Program Studi : Magister Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam Universitas Sumatera Utara
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc) (Dr. Suci Rahayu, M. Si
Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
PERNYATAAN ORISINALITAS
STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN HUTAN
SIBAYAK I
TESIS
Dengan ini nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah di jelaskan sumbernya dengan benar
Medan, Oktober 2011
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademia Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Melfa Aisyah Hutasuhut
NIM : 097039936
Program Studi : Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :
Studi Tumbuhan Herba di Kawasan Hutan Sibayak I
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya
Medan, Oktober 2011
Telah diuji pada
Tanggal : 18 September 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc Anggota : Dr. Suci Rahayu, M. Si
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Melfa Aisyah Hutasuhut
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 7 Januari 1985
Alamat Rumah : Jl. Baru No. 43 Medan-20225
Telepon / Hp : 061-7380609 / 085297972897
DATA PENDIDIKAN
SD : SDN No. 064974 Medan Tamat : 1997
SMP : MTSN 2 Medan Tamat : 2000
SMA : MAN 2 Medan Tamat : 2003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Studi Tumbuhan Herba Di Hutan Sibayak I. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam menempuh Magister Sains di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc dan Dr. Suci Rahayu, M. Si selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan arahan dan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Kepada Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed dan Dr. Salomo Hutahaean, M. Si selaku Dosen penguji yang telah memberi koreksi dan saran pada penyempurnaan tesis ini. Seluruh dosen dan staff yang terlibat dalam pengajaran di Program Pasca Sarjana Biologi yang telah memberikan ilmunya. Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, BAPEDASU yang telah memberi beasiswa kepada penulis. Kepala Sekolah SMK Sandhy Putra yang telah memberikan Ijin mengikuti perkuliahan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ayah dan Bunda tercinta (alm) Iman Hutasuhut dan Rukiah Siagian atas segala do’a, dukungan, perhatian serta kasih sayang yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis. Kepada suami Junaidi Salat atas perhatian dan dukungannya dan kepada abang dan adik-adik tersayang Anggia Putra Hutasuhut, Dina Rizkiah Hutasuhut dan Budi Kurniawan Hutasuhut atas kasih sayang dan dukungannya dan juga kepada seluruh keluarga besar tercinta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian dalam tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi kehidupan serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Oktober 2011 Penulis
STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I
ABSTRAK
Studi Tumbuhan Herba di hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang telah diteliti dari bulan Maret sampai Juni 2011. Areal pengamatan ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 134 plot berukuran 2 x 2 m. Didapatkan 136 jenis herba yang termasuk kedalam 44 famili dandua kelompok (Pteridophyta &
Spermatophyta). Jumlah jenis terbanyak dari Pterydophyta adalah Polypodiaceae
sebanyak 18 jenis dan Spermatophyta adalah Poaceae sebanyak 10 jenis dan
Urticaceae 5 jenis. Indeks Nilai Penting (INP) dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. Jenis yang paling dominan adalah Micania micrantha dengan INP 26,332 %. Indeks Keanekaragaman dan Indeks keseragaman jenis-jenis herba berturut-turut adalah 3,083 dan 0,321.
STUDY OF HERBACEOUS PLANTS IN SIBAYAK I
ABSTRACT
Study of Herbaceous plants in Sibayak I forest Deli Serdang District had been studied from March to June 2011. Study site was settled using purposive sampling with 134 plot of 2 x 2 m size. There are 136 species of herbs recorded in the study area belonging to 44 families and two groups (Pteridophyta & Spermatophyta). The largest species of the group Pterydophyta is Polypodiaceae with 18 species and Spermatophyta group are Poaceae 10 species and Urticaceae 5 species. Index of importance values range from 0,216 to 26,332%. Micania micrantha is the most dominant species with index of importance values is 26,332%. The index of diversity and index of equitability of species are 3.083, and 0.321, respectively.
DAFTAR ISI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Tumbuhan Herba 4
2.2 Peranan Tumbuhan Herba 5
2.3 Faktor Lingkungan Herba 6
2.4 Keanekaragaman Tumbuhan Herba 7
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 9
3.1 Waktu dan Tempat 9
3.2 Deskripsi Area 9
3.2.1 Letak dan Luas 9
3.2.2 Tipe Iklim 9
3.4.4 Vegetasi 10
3.3 Metode Penelitian 10
3.4 Pelaksanaan Penelitian 11
3.4.1 Penelitian di Lapangan 11
3.4.2 Penelitian di Laboratorium 12
3.5 Analisis Data 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1 Ekologi Herba 14
4.1.2. Kekayaan Jenis Herba 14
4.1.2 Jenis Herba dengan nilai KR, FR dan INP 21
4.1.3 Indeks keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Herba 25
4.2 Taksonomi Herba 27
4.2.1 Kunci Determinasi Tumbuhan Herba di Sibayak I 27
4.2.2 Deskripsi Jenis Tumbuhan Herba di Sibayak I 28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 48
5.1 Kesimpulan 48
5.2 Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel Judul Halaman
1 Jenis-jenis Herba di Sibayak I 14
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar Judul Halaman
1 Angiopteris evecta 28
2 Bolbitis apendiculata 29
3 Dryopteris subarborea 30
4 Selaginella biformis 31
5 Selaginella wildenowi 32
6 Tricomones maximum 33
7 Colocasia esculenta 34
8 Echinocloa sp 35
9 Elatostema acuminatum 36
10 Elastostemma paludosum 37
11 Elatostema rostrarum 38
12 Freycinetia sumatrana 39
13 Hedyotis philipinensis 40
14 Hymenachne acutigluma 41
15 Impatien balsamina 42
16 Impatien platypetala 43
17 Lophaterum gracile 44
18 Mikania micrantha 45
19 Panicum repens 46
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Judul Halaman
A Peta Lokasi Pengamatan L-1
B Plot Pengamatan L-2
C Jenis Herba dengan nilai K, KR, F, FR dan INP di Sibayak I, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
L-3
D Tabel Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) Dan Indeks
Keseragaman (E) Tumbuhan Herba Di Hutan Sibayak I
L-7
E Data Faktor Fisik di Cagar Alam Sibolangit L-11
F Contoh Perhitungan Nilai K, KR, F, FR, INP, H’, E dan IS L-12
G Hasil Indentifikasi Spesimen L-15
STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I
ABSTRAK
Studi Tumbuhan Herba di hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang telah diteliti dari bulan Maret sampai Juni 2011. Areal pengamatan ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 134 plot berukuran 2 x 2 m. Didapatkan 136 jenis herba yang termasuk kedalam 44 famili dandua kelompok (Pteridophyta &
Spermatophyta). Jumlah jenis terbanyak dari Pterydophyta adalah Polypodiaceae
sebanyak 18 jenis dan Spermatophyta adalah Poaceae sebanyak 10 jenis dan
Urticaceae 5 jenis. Indeks Nilai Penting (INP) dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. Jenis yang paling dominan adalah Micania micrantha dengan INP 26,332 %. Indeks Keanekaragaman dan Indeks keseragaman jenis-jenis herba berturut-turut adalah 3,083 dan 0,321.
STUDY OF HERBACEOUS PLANTS IN SIBAYAK I
ABSTRACT
Study of Herbaceous plants in Sibayak I forest Deli Serdang District had been studied from March to June 2011. Study site was settled using purposive sampling with 134 plot of 2 x 2 m size. There are 136 species of herbs recorded in the study area belonging to 44 families and two groups (Pteridophyta & Spermatophyta). The largest species of the group Pterydophyta is Polypodiaceae with 18 species and Spermatophyta group are Poaceae 10 species and Urticaceae 5 species. Index of importance values range from 0,216 to 26,332%. Micania micrantha is the most dominant species with index of importance values is 26,332%. The index of diversity and index of equitability of species are 3.083, and 0.321, respectively.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia terletak di daerah tropis karena itu hutannya bertipe hutan tropik. Hutan
tropik sangat heterogen, hutan yang bentuknya sangat dipengaruhi faktor iklim
dan edafik yang mempengaruhi pertumbuhan dan menentukan komposisi jenis
berbagai komunitas tumbuhan dan juga menentukan kehadiran suatu tumbuhan
atau komunitas tumbuhan (Soemarwoto et al., 1992)
Menurut Resosoedarmo, et al., (1989), luas hutan tropik di Indonesia
adalah seluas 143.970 juta ha atau sekitar 75 % dari seluruh daratan Indonesia
(191 juta Ha). Hutan tropik di Indonesia juga mempunyai keunikan tersendiri dan
keanekaragaman vegetasi yang cenderung membentuk strata-strata seperti pohon,
semak, herba, lumut dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena kompetisi antara
masing-masing tumbuhan tersebut dalam memenuhi kebutuhan akan cahaya yang
penuh, sehingga pertumbuhaannya dapat berlangsung dengan baik (Daunbenmire,
1974).
Ewusie (1990) menambahkan bahwa belukar teduhan hutan hujan bukan
hanya terdiri semak, herba dan kecambah pohon muda, tetapi termasuk juga
paku-pakuan dan perdu. Menurut Richards (1981), tumbuhan bawah yang sering
dijumpai di kawasan hutan hujan tropik terdiri dari famili Araceae, Gesneriaceae,
Rubiaceae, dan tumbuh-tumbuhan tingkat rendah seperti Dryopteris, Polypodium,
Sellaginella dan lain-lain.
Herba adalah tumbuhan pendek (0,3-2 meter) tidak mempunyai kayu dan
berbatang basah karena banyak mengandung air. Menurut Syahbuddin (1992),
herba merupakan tumbuhan tidak berkayu yang tersebar dalam bentuk kelompok
individu atau soliter pada berbagai kondisi habitat seperti tanah yang lembab atau
berair, tanah yang kering, batu-batuan dan habitat dengan naungan yang rapat.
Herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang
ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan semak ataupun pohon yang
batangnya basah dan tidak berkayu (Nadakuvaren &McCracken, 1985). Herba
juga memiliki daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan
disekitarnya (seperti semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di
tempat yang kosong. Hutan Sibayak I, terletak di Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 7.030 Ha. Hutan
Sibayak I merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang memiliki
kekayaan jenis-jenis tumbuhan yang sangat tinggi. Kawasan ini merupakan hutan
yang memiliki peranan penting bagi daerah sekitarnya. Fungsi ekologis kawasan
hutan tersebut adalah sebagai tempat tangkapan air (Cacthment Area),
perlindungan mata air serta mencegah terjadinya erosi. Melihat potensi yang
dimiliki kawasan ini dan penelitian yang berhubungan dengan herba belum pernah
diteliti, maka perlu dilakukan penelitian tentang Studi Tumbuhan Herba di Hutan
Sibayak I.
1.1Permasalahan
Keanekaragaman herba di Sumatera telah diketahui dari beberapa sumber,
diantaranya hutan Taman Nasional Gunung Leuser (Handayani, 2004). Di hutan
Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah (Andriani, 2006). Laporan Dinas
Kusuma (2004) di Taman Nasional Kerinci Seblat, 115 jenis di Cagar Alam
Rimbo Paganti, dan di Taman Hutan Raya Muhammad Hatta. Budiwarman (1988)
di kawasan hutan Kebun Raya Setia Mulia Padang.
Hutan Sibayak I merupakan salah satu hutan yang memiliki keanekaragaman
tinggi khususnya tumbuhan herba. Tumbuhan herba umumnya banyak ditemukan
di daerah aliran sungai. Di hutan Sibayak ada empat lokasi yang berbeda sehingga
dapat mewakili seluruh kawasan.
Dari uraian di atas dapat diperoleh permasalahan yaitu Bagaimana
keanekaragaman tumbuhan herba di kawasan Hutan Sibayak I dan herba apa saja
yang dominan Hutan Sibayak I ?
1.2Tujuan
a. Untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan herba dan jenis-jenis yang
dominan yang terdapat di hutan Sibayak I.
b. Untuk membuat kunci determinasi jenis herba dominan dan deskripsinya.
1.3Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai tumbuhan herba yang terdapat di kawasan Hutan Sibayak I dan sebagai
masukan bagi peneliti, pemerintah, instansi atau lembaga terkait yang ingin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Herba
Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali
permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya
banyak ditemukan di tempat yang ternaungi kecuali pada tempat yang sangat
gelap di hutan (Richards, 1981). Tumbuhan ini memiliki organ tubuh yang tidak
tetap di atas permukaan tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang
cukup lunak (Wilson & Loomis, 1962). Menurut Longman & Jenik (1987)
sejumlah herba menunjukkan bentuk-bentuk yang menarik, warna serta struktur
permukaan daun yang sebagian besar darinya telah menjadi tanaman rumah yang
popular seperti jenis dari suku Araceae, Gesneriaceae Urticaceae dan lain-lain.
Tumbuhan herba memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan
tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak (Wilson &
Loomis, 1962). Menurut Soemarwoto et al (1992), herba mempunyai akar dan
batang di dalam tanah yang tetap hidup di musim kering dan akar akan
menumbuhkan tajuk barunya di permukaan pada musim hujan.
Berdasarkan masa hidupnya tumbuhan herba terbagi menjadi 3
diantaranya annual, perenial dan bienial. Herba annual menghasilkan biji-biji
dan mati seluruhnya setelah tumbuh selama satu musim. Perennial atau herba
terbatas. Beberapa jenis herba ini mungkin secara alami berkembang biak dengan
biji, tetapi sangat reproduktif dengan potongan batang, umbi, rhizome, stolon dan
daun. Terdapat tumbuhan lain yang masa hidupnya terletak antara kedua jenis
tumbuhan di atas. Pada tahun pertama di bentuk tajuk yang kemudian pada tahun
kedua diikuti dengan alat perkembangbiakannya. Tumbuhan tersebut mati setelah
biji terbentuk dan tumbuhan ini disebut herba dua tahun atau biennial
(Soemarwoto et al., 1992).
2.2. Peranan Tumbuhan Herba
Kehadiran herba dalam suatu kawasan hutan mempunyai peranan yang
sangat penting (Anwar et al., 1987). Hutan yang baru mengalami suksesi di tandai
dengan banyaknya tumbuhan pionir dan tumbuhan kecil lainnya seperti herba dan
semak.
Herba berperan penting dalam siklus hara tahunan. Serasah herba yang
dikembalikan pada tanah mengandung unsur-unsur hara yang cukup tinggi. Selain
itu herba juga dimanfaatkan sebagai sumber pakan satwa, obat-obatan dan sumber
kekayaan plasma nutfah misalnya kelestarian satwa liar sebagai komponen
ekosistem dipengaruhi oleh kehadiran dan keanekaragaman tumbuhan bawah
sebagai tempat hidup dan sumber pakan yang tinggi (Handayani, 2004).
Soeriaadmadja (1997), mengatakan bahwa herba berfungsi sebagai
penutup tanah yang sangat berperan dalam mencegah rintikan air hujan dengan
tekanan keras yang langsung jatuh ke permukaan tanah, sehinggga akan mencegah
hilangnya humus oleh air.
Herba beserta tumbuhan lain berperan besar dalam menentukan corak
suatu ekosistem. Daun-daun tumbuhan dan herba menyaring teriknya sinar
matahari sehingga hanya sebagian sinar matahari yang sampai pada lahan terbuka,
dan dengan penyaringan sinar matahari tersebut maka suhu udara dan tanah tidak
2.3. Faktor Lingkungan Herba
Ismal (1979) dalam Fithriadi (1996), mendefenisikan lingkungan sebagai
alam di luar organisme yang efektif mempengaruhi organisme.
Tumbuh-tumbuhan dalam kehidupannya perlu alam lingkungan yang cocok atau yang
sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan minimum yang dibutuhkan untuk
mempertahankan kehidupannya. Bila alam lingkungan di luar batas yang
diinginkan oleh tumbuh-tumbuhan maka pertumbuhan dan perkembangannya
akan terganggu atau mungkin musnah sama sekali.
Pada bagian hutan yang lapisan pohonnya tidak begitu lebat dan cahaya
matahari yang dapat menembus lantai hutan dalam jumlah cukup, kemungkinan di
dalam hutan tersebut dapat berkembang vegetasi tanah yang tumbuh subur
terutama ditemukan di tempat-tempat yang hutannya terbuka dan dekat
aliran-aliran sungai.
Pertumbuhan herba sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Holtum (1989), pada
umumnya penyebaran tumbuhan herba adalah di hutan-hutan dan kawasan yang
lembab baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, tetapi ada juga yang
tumbuh baik pada kondisi alam yang terbuka dengan intensitas cahaya matahari
yang tidak terlalu tinggi. Jenis-jenis herba seperti famili Araceae, Zingiberaceae,
Polypodiaceae mempunyai penyebaran yang cukup luas dan mempunyai daya
adaptasi yang tinggi terhadap faktor lingkungan. Jenis-jenis tersebut dapat hidup
pada kondisi lingkungan yang lembab sampai pada kondisi lingkungan yang
kelambabannya rendah (Syahbudin, 1992).
Gusmaylina (1983) dalam Handayani (2004) menyatakan bahwa
keanekaragaman jenis herba sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti
cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari pohon sekitarnya, tingkat
matahari merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses perkembangan,
pertumbuhan dan reproduksi. Menurut Baker et al., (1979) dalam Indriyanto et
al., (1993) pengaruh radiasi matahari bergantung pada intensitas, kualitas, atau
panjang gelombang, lama periodesitasnya serta penutupan vegetasi yang ada.
Pada suatu komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang sampai
pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena terhalang
oleh lapisan tajuk yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang
tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya matahari. Menurut
Polunin (1990) jika penetrasi tidak cukup herba tidak dapat berkembang dengan
baik, sehingga tumbuhan ini lebih subur di tempat hutan terbuka atau di tempat
lain yang tanahnya lebih banyak mendapat cahaya (Ewusie, 1990). Dengan
demikian vegetasi herba pada hutan hujan dataran rendah ditemukan pada hutan
yang terbuka, dekat aliran-aliran air, dan tempat-tempat yang terbuka tetapi
sempit (seperti jalan-jalan setapak, sungai-sungai) dengan penyinaran yang cukup
baik, sedangkan pada bagian dalam hutan hujan vegetasi herba yang berwarna
hijau ditemukan jauh terpencar-pencar atau sama sekali langka (Arief, 1994).
2.4. Keanekaragaman Tumbuhan Herba
Menurut Polunin (1990) vegetasi herba dalam hutan hujan tropika kurang
beraneka ragam dibandingkan dengan vegetasi pohon pada kondisi yang relatif
terbuka, sehingga besar kemungkinannya membentuk satu suku saja. Ini berbeda
dengan herba di lereng-lereng yang lebih terjal dengan penterasi cahaya yang
lebih banyak menyebabkan keanekargaman herba lebih melimpah, tetapi tetap
saja jauh lebih kecil dari pada jenis pohon-pohonnya.
Mackinnon et al., (2000) menyatakan bahwa banyak suku tumbuhan yang
memberikan sumbangan bagi lapisan herba, termasuk Monocotiledone seperti
jahe-jahean, pisang liar, Begonia, Gesneriaceae, Melastomataceae, Rubiaceae,
berbagai jenis paku dan anggrek. Walaupun dalam kondisi ternaung, banyak herba
yang secara teratur menghasilkan bunga dan buah meskipun perkembangbiakan
ditumbuhi oleh pohon pisang liar, pohon yang lebih kecil dan berbagai anggota
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2011 di kawasan Hutan
Sibayak I, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
3.2 Deskripsi Area 3.2.1 Letak dan Luas
Lokasi Penelitian terletak Di hutan Sibayak I, secara administrasi pemerintahan
terletak di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara, berjarak kira-kira 52 km di sebelah selatan kota Medan, dan secara
geografis terletak pada 03°13’ s/d 03°18’20” LU dan 98°28’ s/d 98°37’20” LS,
dengan luas 7.030 Ha.
3.2.2 Tipe Iklim
Berdasarkan Schmidt-ferguson, tipe iklim di kawasan Sibayak I adalah tipe A
dengan rata-rata curah hujan 3,995 m3 pertahun. Berdasarkan kelembaban
maksimum dapat mencapai 100%, sedangkan kelembapan minimum 80-90%. Hal
ini menunjukkan bahwa daerah hutan ini sangat tinggi kelembabannya, dimana
kabut turun hampir setiap sore. Suhu udara maksimum pada siang hari kurang
lebih 25°C. Sedangkan suhu minimum pada malam hari berkisar antara 13°C s/d
3.2.3 Topografi
Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada umumnya areal lapangan
memiliki topografi bergelombang sampai dengan curam dan sebagian datar
dengan kemiringan 15-40°.
3.2.5 Vegetasi
Berdasarkan pengamatan pra penelitian di sekitar areal penelitian, vegetasi
yang umum ditemukan yaitu dari Pteridophyta yang umumnya adalah dari famili
Aspleniaceae, Aspidiaceae, Athyriaceae dan Polypodiaceae, Monokotil yang
umumnya adalah dari famili Araceae dan Zingiberaceae dan Dikotil yang
umumnya adalah dari famili Balsaminaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae,
Lauraceae,Moraceae, Rubiaceae dan Urticaceae.
3.3 Metode Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara Purposive Sampling, yaitu
ditentukan secara sengaja dimana lokasi yang dipilih dapat mewakili atau
mendekati kebenaran populasi herba secara keseluruhan. Analisis vegetasi
menggunakan metode kuadrat yaitu berdasarkan suatu luasan petak contoh.
Dalam hal ini ditentukan empat lokasi yang berbeda sehingga dapat mewakili
seluruh kawasan Sibayak I diantaranya:
Lokasi I terletak di daerah aliran sungai Dam atas, yang berada di titik
koordinat 030 16’183’’ dan 0980 32’ 666’’, suhu udara 21,3 0C , suhu tanah 18 0C,
kelembaban 91%, intensitas cahaya 569 luxmeter, pH tanah 6,5.
Lokasi II di daerah aliran sungai dam bawah dengan titik koordinat 030 16’
365’’ dan 0980 32’ 115’’, suhu udara 21,6 0C , suhu tanah 18,3 0C, kelembaban
87,6% , intensitas cahaya 521,7 luxmeter, pH tanah 6,5
Lokasi III yaitu di daerah aliran sungai pasir putih. Lokasi ini merupakan
pohon-pohon yang membentuk kanopi sehingga intensitas cahaya tinggi dengan titik
koordinat 030 16’ 593’’ dan 0980 31’ 913’’, suhu udara 23,50C, suhu tanah 21,50C,
kelembaban 82 % , intensitas cahaya 696,6 luxmeter, pH tanah 6,7.
Lokasi IV di daerah aliran sungai Ptimus dengan titik koordinat 030 16’
509’’ dan 0980 32’ 142’’, suhu udara 23,30C, suhu tanah 190C, kelembaban 87,6
% , intensitas cahaya 228,6 luxmeter, pH tanah 6,7.
Jumlah plot dari masing-masing lokasi ditentukan dengan kurva minimum
area, dimana pembuatan plot dilanjutkan sampai saat dimana penambahan luas
plot tidak menyebabkan penambahan yang berarti banyaknya jenis. Biasanya luas
minimum ini ditetapkan dengan dasar : penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 10 % atau 5 % (Soerianegara &
Indrawan, 1988). Dalam hal ini jumlah plot dari seluruh lokasi berjumlah 134
plot.
3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Penelitian Di Lapangan
Pengamatan dilakukan di sepanjang sisi kiri dan kanan keempat daerah
aliran sungai Sibayak I dengan membuat plot 2 x 2 m. Pada setiap plot
pengamatan jenis herba yang ditemukan dan jumlah individu dari tiap jenis
dicatat. Suhu udara diukur dengan termometer, kelembaban udara dengan
Higrometer, pH dan suhu tanah dengan Soil Termometer, intensitas cahaya
dengan Lux meter, ketinggian dengan Altimeter.
Tumbuhan yang dijumpai pada setiap lokasi pengamatan, dikoleksi dan
diberi label gantung. Ciri morfologi yang terdapat pada semua jenis yang
ditemukan di lokasi penelitian dicatat. Spesimen dibungkus dengan koran, diberi
alkohol 70% dan dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian ditutup dengan
3.4.2 Di Laboratorium
Spesimen yang didapat kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven
dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen
Biologi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan buku-buku acuan
antara lain:
a. Plant Classification, (Benson, 1957).
b. Taxonomy Of Vascular Plants, (Lawrence, 1958).
c. Malayan Wild Flowers Didotyledon, (Henderson, 1959).
d. Flora Malesiana seri I. Vol II. (Holtum, 1967)
e. Collection Of Illustrated Tropical Plant, (Corner and Watanabe, 1969)
f. Flora, (Van Steenis, 1987).
g. Fern of Malaysia in color, (Piggot, 1988)
3.5 Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai Kerapatan
mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif
(FR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’) dari lokasi
penelitian. Jumlah individu suatu jenis
Luas Plot Pengamatan
Jumlah plot yang ditempati suatu jenis
INP = KR + FR
d. Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener
H’
pi =
= -Σpi ln pi
dengan :
ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu seluruh jenis
e. Indeks Keseragaman
Jenis herba dengan famili yang dominan disajikan dalam bentuk kunci
determinasi yang dilengkapi dengan deskripsi morfologi dan gambaran
habitat secara umum dari masing-masing jenis. ni
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ekologi Herba
4.1.1. Kekayaan Jenis Herba
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di hutan Sibayak I yang
dilakukan di empat aliran sungai diperoleh 136 jenis herba yang terdiri dari dua
divisi yaitu Pteridophyta dan Spermatophyta. Jenis-jenis vegetasi yang ditemui
tersebut termasuk ke dalam 44 famili seperti yang tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Herba di Sibayak I
No Kelas Famili Jenis
Pteridophyta
1 Filicinae Aspidiaceae Diacalpe aspidioides
No Kelas Famili Jenis
28 Denniscaeadtiaceae Orthiopteris kingii
29 Hemionitidaceae Pityragramma calomelanus
30 Hymenophyllaceae Trichomones maximum
31 Tricomones singaporeaunum
32 Lindsaeaceae Lindsaea ensifolia
33 Lindsaea lucida
34 Sphenomeris chinensis
35 Lomaroipsidaeceae Bolbitis appendiculata
36 Marattiaceae Angiopteris evecta
37 Angiopteris angustifolia
38 Nephrolepidaceae Nephrolepis davalioides
39 Nephrolepis dicksonioides
40 Nephrolepis biserrata
41 Ophioglossaceae Ophioglossum sp.
42 Polypodiaceae Aglomorpha heraclea
No Kelas Famili Jenis
55 Thelypteridaceae Christella papilio
56 Pronephrium menisciicurpon
62 Vittariaceae Monograma trichoidea
63 Vitis sp.
64 Lycopodiinae Selaginellaceae Selaginella willdenowii
65 Selaginella biformis
66 Selaginella sp.
Spermatophyta
67 Monocotyledonae Araceae Colocasia esculenta
68 Colocasia longevaginata
87 Pandanaceae Freycinetia sumatrana
No Kelas Famili Jenis
105 Dicotyledonae Achantaceae Asystasia intrusa
106 Asteraceae Ageratum conyzoides
124 Holoragaceae Gunnera macrophylla
125 Melastomataceae Clidemia hirta
126 Pasifloraceae Pasiflora edulis
No Kelas Famili Jenis
134 Elatostema cuneatum
135 Elatostema acuminatum
136 Elatostema nigrescens
Berdasarkan Tabel 1 di atas diperoleh 136 jenis dan 44 famili yang dibagi
dalam dua Divisi yaitu Pteridophyta dan Spermatophyta. Pterydophyta terdiri dari
dua kelas yaitu Filicinae dan Lycopodinae. Kelas Filicinae terdiri dari 18
famili yaitu Aspidiaceae, Aspleniaceae, Athyriaceae, Cyatheaceae,
Davaliaceae, Denniscaeadtiaceae, Hemionitidaceae, Hymenophyllaceae,
Lindsaeaceae, Lomaroipsidaeceae, Marattiaceae, Neprolephidaceae,
Ophioglossaceae, Polypodiaceae, Pteridaceae dan Thelypteridaceae,
Vittariaceae. Sedangkan dari Kelas Lycopodinae hanya diperoleh 1 famili yaitu
Selaginellaceae. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah family
Polypodiaceae sebanyak 12 jenis diikuti oleh Aspidiaceae dengan 9 jenis.
Jumlah famili dengan jenis terbanyak menunjukkan bahwa famili
Polypodiaceae dan Aspidiaceae memiliki tingkat toleransi yang tinggi untuk
dapat tumbuh dan berkembang mempunyai kemampuan untuk menguasai suatu
kawasan. Banyaknya jumlah jenis dari kedua famili juga disebabkan oleh kodisi
faktor abiotik lokasi pengamatan sesuai bagi kehidupan dan perkembangan jenis
famili tersebut. Menurut Haupt (1956), Filicinae merupakan paku-pakuan yang
jumlah jenis terbanyak dan tersebar pada daerah tropis dan kebanyakan tumbuh
pada daerah yang lembab dan ternaung. Selanjutnya Holtum (1967) juga
menyatakan bahwa famili Polypodiaceae mempunyai jumlah anggota terbesar di
kawasan Malesia, yang sebagian besar terdapat di kepulauan Indonesia.
Divisi Spermatophyta juga diperoleh 2 Kelas yaitu Monocotyledonae dan
Dicotyledonae. Kelas Monocotyledonae diperoleh 11 famili, yaitu Araceae,
Commelinaceae, Costaceae, Cyperaceae, Graminaceae, Hypoxidaceae,
Musaceae, Orchidaceae, Pandanaceae, Poaceae, dan Zingiberaceae. Jumlah
sebanyak 11 jenis, Poaceae sebanyak 10 jenis dan Zingiberaceae sebanyak 7
jenis. Henderson (1959) mengatakan bahwa kelompok tumbuhan Araceae dan
Poacaea ini banyak ditemukan pada tempat-tempat teduh, lembab atau basah,
karena jenis-jenis ini tidak banyak membutuhkan cahaya matahari untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini sesuai dengan keadaan habitat
dimana pohon-pohon dengan tajuk yang rapat membatasi penetrasi sinar matahari
penuh ke lapisan bawah sehingga menyebabkan kondisi di lapisan ini menjadi
sejuk dan teduh.
Kelas Dicotyledonae diperoleh 15 famili, yaitu Achantaceae, Apiaceae,
Asteraceae, Balsaminaceae, Begoniaceae, Campanulaceae, Euphorbiaceae,
Fabaceae, Gesneriaceae, Holoragaceae, Melastomataceae, Pasifloraceae ,
Piperaceae, Rubiaceae, Urticaceae. Jumlah jenis terbanyak yaitu dari famili
Asteraceae sebanyak 4 jenis, Balsaminaceae sebanyak 4 jenis, dan Urticaceae
sebanyak 5 jenis. Lemmens & Bunyaprahatsara (2003) mengatakan bahwa pada
umumnya Urticaceae terdapat di daerah hutan hujan daratan rendah maupun
pegunungan bawah. Jenis dari suku Urticaceae ini sering terdapat di sepanjang
daerah ekstrem, di batu-batuan atau dasar hutan.
Tabel 1 menunjukkan jumlah tumbuhan herba di hutan Sibayak I sangat
beraneka ragam. Hal ini menandakan bahwa aliran sungai di hutan Sibayak I
sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan herba. Secara
keseluruhan kondisi fisik di hutan Sibayak I adalah sebagai berikut : Suhu Udara
22,4 0C, Suhu Tanah 19,2 0
C, Kelembapan Udara 87,1 %, Intensitas cahaya
503,225 luxmeter, pH Tanah 6,6 (Lampiran E). Berdasarkan pengamatan tersebut
dapat dinyatakan bahwa kondisi lingkungan di Sibayak I tergolong lembab
dengan intensitas cahaya yang tinggi, dan tempat yang relatif terbuka terhadap
cahaya serta tiupan angin yang kuat sehingga sangat baik untuk pertumbuhan dan
Menurut Indriyanto (2009), luasnya penyebaran jenis tumbuhan
bergantung kepada kemampuan jenis tersebut untuk beradaptasi terhadap tempat
tumbuh dan berasosiasi dengan tumbuhan lainnya. Kemampuan jenis tersebut
disebabkan lebarnya toleransi nisbi terhadap berbagai faktor ekologinya
sebagaimana sifat tumbuhan kosmopolit seperti anggota famili Graminae,
Polypodiaceae dan Passifloraceae.
Menurut Richard (1981), jenis tumbuhan herba yang sering ditemukan di
kawasan hutan hujan tropis terdiri dari famili Araceae, Achantaceae,
Gesneriaceae, Urticaceae, Zingiberaceae, Begoniaceae, Orchidaceae, Rubiaceae,
Piperaceae. Rifai (1993) menyatakan bahwa di tempat-tempat yang tidak
ternaungi akan banyak ditemukan famili Melastomataceae, Poaceae, dan
Asteraceae
Secara hidrologis, tumbuhan herba penting dalam pengaturan
hidro-orologis hutan dan dalam menambah kesuburan tanah terutama bahan organik.
Selanjutnya Polunin (1994), menyatakan bahwa di bagian-bagian hutan dengan
lapisan pohon yang tidak begitu lebat, sehingga cukup cahaya matahari yang
dapat menembus ke dasar hutan. Oleh karena itu di hutan tropik basah umumnya
vegetasi tanah yang tumbuh subur terutama ditemukan di hutan terbuka dan dekat
aliran-aliran air.
Menurut Resosoedarmo et al., (1989), karakteristik dari hutan hujan tropis
adalah mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi dan hanya jenis-jenis
tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat yang sangat
ekstrim (tempat terbuka, cahaya matahari penuh, temperatur tinggi, dampak air
hujan tinggi, tekstur tanah padat dan keras, dan hara makanan masih terikat pada
batu-batuan). Bagi vegetasi yang memang membutuhkan kondisi lingkungan yang
demikian untuk pertumbuhannya akan tumbuh dengan baik dan bagi jenis yang
Selain itu iklim mikro yang berbeda-beda pada lokasi penelitian
membentuk suatu mikrohabitat yang berbeda pula. Kondisi mikrohabitat ini sesuai
dengan besar kecilnya rumpang (tempat yang terbuka pada suatu hutan). Herba
yang dijumpai pada rumpang yang kecil berbeda dengan herba di rumpang yang
lebih besar. Karena banyaknya cahaya matahari sampai ke lantai hutan
menyebabkan suhu tanah menjadi lebih tinggi sehingga kelembaban lebih rendah.
Dengan demikian rimpang cukup mendukung dalam memperkaya jenis herba
dalam suatu hutan. Bahkan jumlah jenis pada ekosistem hutan makin besar
apabila masing-masing komponen dalam sistem itu mewakili habitat dengan
kondisi ekologi yang berbeda-beda (Soemarwoto, 2004).
4.1.2 Jenis Herba dengan nilai KR, FR dan INP
Indeks nilai penting menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta
memperlihatkan peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting itu didapat
dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR). Dari
penelitian yang dilakukan di hutan Sibayak I diperoleh nilai KR, FR dan INP
untuk herba yang disajikan pada Lampiran C. Sedangkan jumlah INP tertinggi
pada 20 jenis tumbuhan herba di Sibayak I disajikan pada Tabel 2.
Tabel2. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Herba
No Famili Jenis
No Famili Jenis Jumlah
7 Rubiaceae Hedyotis philippensis 579 3,859 2,301 6,160 8 Balsaminaceae Impatiens balsamina 361 2,406 2,929 5,335 9 Hymenofillaceae Trichomones maximum 219 1,460 3,766 5,225 10 Urticaceae Elatostema acuminatum 288 1,919 3,138 5,058 11 Aspidiaceae Dryopteris subarborea 245 1,633 2,929 4,562 12 Araceae Colocasia esculenta 92 0,613 3,766 4,379 13 Poaceae Echinochloa sp 409 2,726 1,255 3,981 14 Araceae Scindapsus officinalis 200 1,333 2,510 3,843 15 Selaginellaceae Selaginella biformis 181 1,206 2,510 3,717 16 Marattiaceae Angiopteris evecta 155 1,033 2,510 3,544 17 Balsaminaceae Imaptiens platypetala 201 1,340 2,092 3,432 18 Urticaceae Elatostema rostrarum 259 1,726 1,674 3,400 19 Pandanaceae Freycinetia sumatrana 117 0,780 2,510 3,290 20 lomariosidaceae Bolbitis appendiculata 81 0,540 2,510 3,050
Pada Tabel 2 dapat dilihat 20 jenis tumbuhan herba yang memiliki INP
tertinggi dari 136 jenis tumbuhan herba lainnya dengan jumlah individu/536 m2,
jumlah KR (%), FR (%), dan INP terbesar yaitu pada Micania micrantha..
Kerapatan Relatif menunjukkan jumlah individu yang menjadi suatu
komunitas tumbuhan dalam areal penelitian. Secara keseluruhan dari semua jenis
herba yang terdapat di hutan Sibayak I (Lampiran C ) memiliki jumlah KR antara
0,007- 18,382%. Jenis yang memiliki KR tertinggi yaitu Micania micrantha
dengan nilai 18,382%, Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran jenis ini merata.
Sedangkan jenis yang memiliki KR terendah adalah Asplenium normale,
Asplenium subnormale, Angectochilus sp, Begonia sp Aff Areolata, Diplazium sp,
Elatostema nigrescens, Homalonema propinqua, Leptochilus decurrens,
Sphenomeris chinensis,Tectaria sp, Tectaria angulata dengan nilai 0,007%.
Tinggi rendahnya nilai KR suatu jenis menunjukkan keadaan lingkungan yang
berubah. Perubahan tersebut meliputi penurunan suhu, kelembaban, nutrisi tanah
seiring dengan laju penambahan ketinggian tempat dan daya tumbuh serta
tumbuhan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangan serta tersedianya biji.
Frekuensi Relatif merupakan perbandingan antara frekuensi mutlak suatu
jenis dengan frekuensi total seluruh jenis pada seluruh areal penelitian. Semakin
tinggi frekuensi suatu jenis menunjukkan semakin cocok faktor lingkungan yang
ada guna mendukung pertumbuhan herba di kawasan hutan tersebut. Frekuensi
kehadiran suatu jenis organisme di suatu habitat menunjukkan keseringhadiran
jenis tersebut di habitatnya. berdasarkan tumbuhan herba yang ditemukan
(Lampiran C ) dapat dilihat bahwa nilai FR antara 0,209 - 7,95 %. Nilai tertinggi
terdapat pada Micania micrantha (7,950%) dan FR terendah diantaranya
Asplenium normale, Belvisia califolia, Digitaria wallichiana, Globba pendulla,
Heckcria peltata, Homalonema propinqua, Monograma trichoidea, Nephrolepis
biserrata, Tectaria sp, Sphenomeris chinensis,Asplenium normale, Belvisia
califolia, Digitaria wallichiana, Globba pendulla, Heckcria peltata,
Homalonema propinqua, Monograma trichoidea, Nephrolepis biserrata, Tectaria
sp, Sphenomeris chinensis,dengan nilai 0,209%.
Nilai Frekuensi Relatif (FR) tertinggi suatu jenis dapat dikatakan bahwa
jenis tersebut memiliki penyebaran yang cukup luas sesuai dengan Whitmore
(1984) dalam Sagala (1997) bahwa suatu jenis dikatakan memiliki penyebaran
yang luas apabila terdapat nilai frekuensi yang tinggi pada jenis tersebut.
Penyebaran yang luas dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, alat reproduksi,
interaksi beberapa jenis dan kompetisi.
Jenis herba dengan nilai FR yang rendah menunjukkan bahwa jenis-jenis
tersebut mempunyai jumlah yang paling sedikit. Nilai FR yang rendah diduga
karena faktor lingkungan yang kurang cocok sebagai syarat tumbuh dari
tumbuhan tersebut hidup. Jenis yang memiliki nilai FR terendah menunjukkan
tumbuhan itu tidak tersebar merata. Hal ini mungkin disebabkan kondisi
(1979), penyebaran tumbuhan selain karena sebab-sebab yang terjadi secara alami
juga dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia.
Micania micrantha adalah jenis herba yang memiliki INP tertinggi dari
seluruh jenis herba yaitu 26,332%. Ini di dukung dari jumlah individu dari
Micania micrantha yang tertinggi dari semua jenis tumbuhan herba yaitu
sebanyak 2758. Hal ini mencerminkan bahwa jenis Micania micrantha memiliki
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan. Micania micrantha juga memiliki
kemampuan dapat bersaing terhadap jenis lainnya. Menurut Setiadi (1989) dalam
Sofyan (1991), jenis tumbuhan yang mempunyai indeks nilai penting yang
tertinggi diantara vegetasi sesamanya disebut jenis yang dominan. Jenis dominan
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta tersedianya biji. Hal ini mencerminkan tingginya kemampuan
jenis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada dan dapat
bersaing terhadap jenis lainnya.
Jumlah INP dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. INP
tertinggi yaitu Micania micrantha (26,332%), Lophaterum gracile (18,600%),
Hymenachne acutigluma (11,863 %) . Tingginya indeks Nilai penting dari ketiga
jenis ini menunjukkan bahwa jenis ini sangat stabil dalam menyusun ekosistem
dan menunjukkan dominansi dari jenis yang lain, selain itu juga pengaruh faktor
fisik lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Indriyanto (2009) menyatakan
bahwa suatu jenis dapat tumbuh baik dan memiliki penyebaran yang luas apabila
telah mengalami penyesuaian dengan lingkungan. Apabila lingkungannya sesuai
maka ia akan tumbuh baik dan memiliki jumlah yang besar dalam populasi.
Jenis herba dengan INP terendah yaitu nilai 0,216% diantaranya
Asplenium normale, Asplenium subnormale, Diplazium sp, Elatostema
nigrescens, Homalonema propinqua, Leptochilus decurrens, Sphenomeris
chinensis, Tectaria sp, Tectaria angulata, dan lainnya. Nilai INP yang rendah
Ini juga diduga karena faktor lingkungan yang kurang cocok dengan syarat
tumbuh dari tumbuhan itu. Menurut Indriyanto (2006), keberhasilan jenis-jenis ini
untuk tumbuh dan bertambah banyak tidak lepas dari daya mempertahankan diri
pada kondisi lingkungan. Resosoedarmo et al.,(1989) menambahkan bahwa suatu
komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa suhu atau beberapa jenis
tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat atau juga disebabkan oleh aktifitas
para pendaki gunung. Penyebaran tumbuhan selain karena sebab-sebab yang
alami juga dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia (Tjondronegoro, 1979).
4.1.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Herba
Indeks keanekaragaman jenis berfungsi untuk menandai jumlah jenis dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah jenis di antara jumlah total individu
seluruh jenis yang ada. Michael (1994) mengemukakan bahwa keanekaragaman
jenis juga sangat penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan
terhadap sistem alam oleh campur tangan manusia atau alam itu sendiri.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, indeks keanekargaman herba di
hutan Sibayak I sebesar 3,083 (Lampiran D). Nilai indeks keanekaragaman ini
menunjukkan herba di kawasan hutan Sibayak I memiliki keanekaragaman jenis
yang melimpah. Menurut Fachrul (2007) jika nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa
keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah. jika H’ 1 ≤
H’ ≤ 3 keanekaragaman adalah melimpah sedang dan jika nilai H’ > 3 maka
keanekaragaman spesies adalah melimpah tinggi. Berdasarkan pernyataan Fachrur
tersebut dapat dilihat bahwa indeks keanekaragaman tumbuhan herba di hutan
Sibayak I memiliki indeks keanekaragaman melimpah tinggi.
Kawasan hutan Sibayak I yang terbuka memungkinkan cahaya lebih
banyak masuk, dan aliran memungkinkan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan herba di dalam hutan tersebut. Fachrul (2007), mengemukakan
bahwa indeks keanekaragaman merupakan parameter vegetasi yang sangat
mempelajari pengaruh gangguan faktor-faktor lingkungan atau abiotik terhadap
komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi atau stabilitas komunitas. Pada
umumnya dalam suatu komunitas terdapat berbagai jenis tumbuhan, maka makin
tua atau semakin stabil keadaan suatu komunitas, makin tinggi keanekaragaman
jenis tumbuhannya.
Menurut Soeryaadmadja (1997) dengan memperhatikan keanekaragaman
dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi
komunitas tersebut. Biasanya makin beranekaragam suatu komunitas, makin
tinggi organisasi di dalam komunitas tersebut.
Hasil pengamatan menunjukkan nilai keseragaman pada tumbuhan herba
adalah sebesar 0,321 (Lampiran D). Analisis data menunjukkan bahwa nilai
keseragaman pada hutan Sibayak I adalah rendah. Menurut Krebs (1985),
keseragaman rendah apabila E bernilai 0-0.5 dan keseragaman tinggi apabila E
bernilai 0.5-1. Nilai ini dapat menyatakan herba pada kawasan hutan Sibayak
4.2. Taksonomi Herba
4.2.1. Kunci Determinasi Famili Tumbuhan Herba di Sibayak I
Berdasarkan hasil perhitungan INP dari seluruh jenis tumbuhan herba (Tabel 2)
diperoleh 20 jenis dengan nilai INP tertinggi dari 12 famili. Jumlah famili dengan
INP tertinggi disajikan dalam bentuk kunci determinasi.
1 a. Tumbuhan berspora... 2
b. Tumbuhan berbunga... 6
2 a. Rhizom menjalar ... 3
b. Rhizom tegak... 4
3 a. Tangkai ental dilapisi daun ventral dan lateral... Selaginellaceae
b. Tangkai ental licin ... Hymenafillaceae
4 a. Tepi ental integer ... 5
b. Tepi ental serratus... Lomariopsidaceae
5 a. Spora sepanjang pinggir daun... Marattiaceae
b. Spora dipertulangan daun ... Aspidiaceae
6 a. Pertulangan daun menyirip menjari, tunggal, majemuk…... 7
b. Pertulangan daun sejajar, daun tunggal………... 9
7 a. Daun berbentuk hati, perisai, jantung ... Araceae
b.Daun berbentuk linearis ... 8
8 a. Tangkai daun memiliki auricle... Pandanaceae
b. Tangkai daun licin... Poaceae
9 a. Memiliki stipula interpetiolaris ... Rubiaceae
b. Pertulangan daun garis... Poaceae
10 a. Perbungaan terminal, tunggal, majemuk... 11
b. Perbungaan axilar, majemuk... Urticaceae
11 a. Bunga cawan, pita ... Asteraceae
4.2.2. Deskripsi Jenis Tumbuhan Herba di Sibayak I 1. Pteridophyta
a. Angiopteris evecta Persl
Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh batang tegak lurus,
permukaan batang licin, hijau muda. Panjang tangkai ental 80 cm. Ental; panjang
15 cm, lebar 1,5 cm, majemuk, bentuk lanset dengan ujung daun meruncing,
pangkal daun membulat. Tepi daun rata, pertulangan daun menyirip (pinnenervis),
permukaan daun licin daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak
daun pada ental berseling. Spora; letak sorus rapat di bawah permukaan
sepanjang pinggir daun, bentuk sorus lonjong, coklat tua. (Gambar I)
Spesimen : MH 07 (MEDA USU)
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Filipina dan Sumatera (Holtum, 1968)
b. Bolbitis apendiculata (Wild) Watsuki
Herba teresterial. Batang; bentuk batang bulat, arah tumbuh tegak lurus,
permukaan batang licin, batang coklat. Panjang tangkai ental 15 cm. Ental;
panjang 2 cm, lebar 0,5 cm, majemuk, bentuk jorong, ujung daun membulat,
pangkal tumpul, tepi beringgit dengan pertulangan daun menyirip (pinnenervis),
permukaan daun licin, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus) dengan
letak daun pada ental berseling. (Gambar 2)
Spesimen : MH 50 (MEDA USU)
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, jawa, Sumatera (Holtum, 1968)
c.Dryopteris subarborea Baker C. Chr
Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak lurus,
permukaan batang licin, coklat. Panjang tangkai 10 cm. Ental; panjang ental 5 cm
dan lebar ental 1 cm, majemuk, bentuk lanset, ujung daun membulat, pangkal
daun tumpul, tepi daun beringgit, pertulangan daun menyirip (pinnenervis) dan
permukaan daun licin, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak
daun pada ental berseling. Spora; Letak sorus tersebar di bawah permukaan daun
bentuk sorus, coklat tua. (Gambar 3)
Spesimen : MH 105 (MEDA USU)
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, jawa, Sumatera
d.Selaginella biformis (Des v) Backer
Herba teresterial. Batang; bulat dilapisi sisik ventral, arah tumbuh tegak
lurus, coklat. Panjang tangkai ental 5-8 cm, bersisik. Ental; bentuk jorong sampai
lanset, tersusun majemuk menyirip anak daun sangat banyak, tepi bertoreh dan
berbagi, ujung runcing, anak daun lonjong, percabangan anak tulang daun
menggarpu, terdapat daun sporofil di ujung daun tropofil. Spora; diujung daun,
bentuk elips,hijau. (Gambar 4)
Spesimen : MH 10 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera
e.Selaginella wildenowii A Br. Exkhan
Herba teresterial. Batang; bulat, dilapisi daun ventral dan lateral,arah
tumbuh tegak lurus, hijau kecoklatan. Panjang tangkai 60 cm, di sepanjang
tangkai ental terdapat anak daun kecil-kecil. Ental; panjang ental 10-15 cm, ental
tersusun majemuk menyirip dengan anak daun sangat banyak berbentuk jorong
sampai lanset, tepi bertoreh dan berbagi, ujung tumpul , anak daun membulat
dengan percabangan anak tulang daun menggarpu, warna ental hijau sampai
merah hati. Spora; terminal, berbentuk elips, hijau. (Gambar 5)
Spesimen : MH 03 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera
f. Tricomones maximum BL
Herba teresterial. Batang; bulat, arah tumbuh tegak lurus, hijau. Panjang
tangkai ental 28 cm, tangkai bersisik halus. Ental; panjang 3 cm, tersusun
majemuk menyirip ganda, ental sempit, bentuk keseluruhan seperti segitiga
memanjang, entalnya berdekatan satu sama lain sehingga membentuk rumpun.
Spora; Sori terletak pada anak daun dalam indusium yang bentuknya seperti
tabung, bersayap dan sempit. (Gambar 6)
Spesimen : MH 110 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Australia, Malaya, Sumatera
2. Spermatophyta
g. Colocasia esculenta (L) Schott
Herba teresterial, tinggi tanaman 60 cm. Batang; bulat, arah tumbuh
batang tegak lurus, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 10-15
cm, lebar 20-23 cm, tunggal, bangun daun perisai, ujung meruncing, pangkal
berlekuk (emarginatus), tepi daun rata, pertulangan daun menyirip (pinnenervis),
daging daun tipis lunak, permukaan daun licin, daun hijau, letak daun berhadapan,
panjang pelepah daun 25 cm, hijau muda. (Gambar 7)
Spesimen : MH 100 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera
h. Echinocloa sp.
Herba teresterial, tinggi tanaman 20 cm. Batang; bentuk bulat, arah
tumbuh tegak lurus, permukaan batang licin, tidak bergetah, hijau muda. Pelepah;
panjang 3 cm, permukaan licin, hijau. Daun; Panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm,
tunggal, bentuk linearis, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, pertulangan
sejajar, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak daun berseling,
permukaan daun licin, warna daun hijau. (Gambar 8)
Spesimen : MH 26 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera
i. Elatostema acuminatum (Poir) Brogn
Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak lurus,
permukaan batang licin, tidak bergetah, warna hijau. Daun; panjang 6-7 cm,
lebar 2-3 cm, tunggal, bangun daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal
runcing, tepi daun bergerigi dengan pertulangan daun menyirip, permukaan daun
licin, daging daun tipis lunak, hijau, tangkai daun pendek, letak daun berseling.
(Gambar 9)
Spesimen : MH 47 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera
j. Elastostemma paludosum Miq
Herba teresterial. Batang; bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan
batang licin, tidak bergetah, hijau. Daun; panjang 15-20 cm, lebar 3-4 cm, bangun
daun jorong, tunggal, ujung dan pangkal daun runcing, tepi bergerigi,
pertulangan daun menyirip, daging daun tipis lunak, permukaan daun licin,
tangkai daun pendek, letak daun berseling, hijau. (Gambar 10)
Spesimen : MH 22 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera
k. Elatostema rostrarum Hassk
Herba teresterial, tinggi tanaman 40 cm. Batang; bulat, arah tumbuh tegak
lurus, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 15-17 cm, lebar 5-8
cm, tunggal, bangun daun jorong , ujung merucing, pangkal tumpul, tepi
bergerigi, pertulangan daun menyirip, daging daun tipis lunak, permukaan licin,
tangkai daun pendek, letak daun berseling, hijau. (Gambar 11)
Spesimen : MH 36 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera
l. Freycinetia sumatrana Hemsl
Herba teresterial, tinggi tanaman 75 cm. Batang; membulat, arah tumbuh
batang tegak lurus, permukaan batang licin, coklat. Daun; Panjang 20-23 cm,
lebar 0,5 cm, tunggal, bangun daun lanset, daun tersusun membentuk spirostik,
ujung runcing, tepi daun rata, pertulangan daun sejajar, daging daun tipis lunak,
hijau, letak daun berseling. (Gambar 12)
Spesimen : MH 34 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera
m. Hedyotis philipinensis
Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bulat, arah tumbuh
memanjat, bergetah, permukaan batang licin, hijau kecoklatan. Daun; panjang
daun 4-6 cm, lebar daun 1,5-2 cm, tunggal, bangun daun memanjang, ujung dan
pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip, daging daun
tipis lunak, permukaan licin, letak daun berhadapan, hijau. Bunga; axilaris, bunga
putih bergelombol. (Gambar 13)
Spesimen : MH 09 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera
n. Hymenachne acutigluma (Steud) Gilliland
Herba teresterial, tegak dengan tinggi tanaman 60 cm. Batang; bersegi,
arah tumbuh tegak lurus, Permukaan batang licin, tidak bergetah, batang coklat.
Daun; Panjang daun 30-35 cm dan lebar daun 1,5-2 cm, tunggal, bentuk linearis,
dengan ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, pertulangan daun sejajar,
daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin, tangkai
daun tidak jelas, letak daun berhadapan, hijau. (Gambar 14)
Spesimen : MH 44 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera
o. Impatien balsamina
Herba teresterial, tinggi tanaman 60 cm. Batang; bentuk bulat, arah
tumbuh tegak, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau. Daun; Panjang 10-15
cm, lebar daun 2-4 cm, tunggal, bangun daun memanjang, ujung daun runcing dan
pangkal runcing, tepi daun bergerigi, pertulangan daun menyirip, daging daun
tipis lunak, permukaan daun berbulu halus dan rapat, letak daun berhadapan,
hijau. (Gambar 15)
Spesimen : MH 14 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera
p. Impatien platypetala Lind
Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bentuk batang bersegi,
arah tumbuh batang lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda.
Daun; panjang daun 6-7 cm, lebar daun 2-3 cm,tunggal, bangun daun memanjang,
ujung daun dan pangkal daun runcing. tepi daun bergerigi dengan pertulangan
daun menyirip dan daging daun tipis lunak, Permukaan daun berbulu halus dan
rapat, letak daun berkarang. daun hijau. Bunga; Letak bunga di ujung batang,
warna bunga putih. (Gambar 16)
Spesimen : MH 92 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera
q. Lophaterum gracile
Herba teresterial, tinggi tanaman 50 cm. Batang; bentuk batang bersegi,
arah tumbuh tegak lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda.
Daun; panjang 10-15 cm, lebar 1-2 cm, tunggal, bangun daun linearis, ujung daun
dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan daun sejajar, daging daun
tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin, letak daun berseling
hijau. (Gambar 17)
Spesimen : MH 95 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera
r. Micania micrantha
Herba teresterial, merambat. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh menjalar,
tidak bertgetah, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 5-7 cm, lebar
2-4 cm, tunggal, bangun daun delta, ujung meruncing, pangkal daun berlekuk,
tepi daun bergerigi, pertulangan daun melengkung, daging daun tipis seperti
selaput (membranaceus), permukaan daun licin, letak daun berseling, hijau.
(Gambar 18)
Spesimen : MH 12 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : daun merdeka
Distribusi : Paraguay, Jawa, Sumatera
s. Panicum repens L
Herba teresterial, tinggi tanaman 10 cm. Batang; bentuk batang bulat dan
arah tumbuh batang lurus, tidak bergetah, Permukaan batang licin, hijau muda.
Daun; panjang daun 3-5 cm dan lebar daun 2-3 cm, tunggal, bangun daun bentuk
jorong, ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi daun rata, pertulangan daun
sejajar, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin,
panjang pelepah pendek,letak daun berseling, hijau. Bunga; majemuk, tersusun
dalam bulir yang terletak di ujung batang (flos terminalis). (Gambar 19)
Spesimen : MH 31 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera
t. Scindapsus officinalis
Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bentuk bulat, arah
tumbuh tegak lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda. Daun;
panjang 8-10 cm, lebar 5-7 cm, tunggal, bangun daun bulat telur, ujung
meruncing, pangkal membulat, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip
(pinnenervis). Daging daun tipis lunak, letak daun berhadapan, permukaan daun
lici, hijau. (Gambar 20)
Spesimen : MH 114 (MEDA USU)
Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl
Nama daerah : -
Distribusi : Borneo, Irian Jaya, Jawa, Sumatera
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5,1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Studi Tumbuhan Herba di Hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang, disimpulkan bahwa :
a. Ditemukan 136 jenis tumbuhan herba yang terdiri dari 44 famili (18 famili
Pterydophyta dan 26 famili Spermatophyta).
b. Jumlah jenis terbanyak dari kelompok Pterydophyta yaitu 12 jenis dari
famili Polypodiaceae dan jumlah jenis terbanyak dari kelompok
Spermatophyta yaitu 10 jenis dari famili Poaceae dan 5 jenis Urticaceae
c. Kerapatan Relatif dari tumbuhan herba berkisar 0,007 - 18,382% dengan
jenis tumbuhan dengan KR terbesar yaitu Micania micrantha.
d. Frekuensi Relatif dari tumbuhan herba berkisar 0,209 - 7,950% dengan
FR terbesar yaitu Micania micrantha.
e. INP dari seluruh jenis tumbuhan herba berkisar antara 0,216 -26,332% dan
INP terbesar terdapat pada Micania micrantha.
f. Indeks keanekaragaman herba di hutan Sibayak I tergolong tinggi dengan
nilai 3,083 dan indeks keseragaman herba tergolong rendah dengan nilai
0,321.
5.2. Saran.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keterkaitan antara keanekaragaman tumbuhan herba dengan faktor-faktor biotik dan kandungan