• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tumbuhan Herba di Kawasan Hutan Sibayak I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Tumbuhan Herba di Kawasan Hutan Sibayak I"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I

TESIS

Oleh

MELFA AISYAH HUTASUHUT

097030036/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I

TESIS

Oleh

MELFA AISYAH HUTASUHUT

097030036/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN HUTAN

SIBAYAK I

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains dalam Progam Studi Magister Ilmu Biologi pada Program Pascasarjana

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

MELFA AISYAH HUTASUHUT

097030036/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN

HUTAN SIBAYAK I

Nama Mahasiswa : MELFA AISYAH HUTASUHUT

Nomor Induk Mahasiswa : 097030036 Program Studi : Magister Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc) (Dr. Suci Rahayu, M. Si

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN HUTAN

SIBAYAK I

TESIS

Dengan ini nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah di jelaskan sumbernya dengan benar

Medan, Oktober 2011

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademia Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Melfa Aisyah Hutasuhut

NIM : 097039936

Program Studi : Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :

Studi Tumbuhan Herba di Kawasan Hutan Sibayak I

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya

Medan, Oktober 2011

(7)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 September 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc Anggota : Dr. Suci Rahayu, M. Si

(8)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Melfa Aisyah Hutasuhut

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 7 Januari 1985

Alamat Rumah : Jl. Baru No. 43 Medan-20225

Telepon / Hp : 061-7380609 / 085297972897

e-mail

DATA PENDIDIKAN

SD : SDN No. 064974 Medan Tamat : 1997

SMP : MTSN 2 Medan Tamat : 2000

SMA : MAN 2 Medan Tamat : 2003

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Studi Tumbuhan Herba Di Hutan Sibayak I. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam menempuh Magister Sains di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc dan Dr. Suci Rahayu, M. Si selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan arahan dan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Kepada Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed dan Dr. Salomo Hutahaean, M. Si selaku Dosen penguji yang telah memberi koreksi dan saran pada penyempurnaan tesis ini. Seluruh dosen dan staff yang terlibat dalam pengajaran di Program Pasca Sarjana Biologi yang telah memberikan ilmunya. Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, BAPEDASU yang telah memberi beasiswa kepada penulis. Kepala Sekolah SMK Sandhy Putra yang telah memberikan Ijin mengikuti perkuliahan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ayah dan Bunda tercinta (alm) Iman Hutasuhut dan Rukiah Siagian atas segala do’a, dukungan, perhatian serta kasih sayang yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis. Kepada suami Junaidi Salat atas perhatian dan dukungannya dan kepada abang dan adik-adik tersayang Anggia Putra Hutasuhut, Dina Rizkiah Hutasuhut dan Budi Kurniawan Hutasuhut atas kasih sayang dan dukungannya dan juga kepada seluruh keluarga besar tercinta.

(10)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian dalam tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi kehidupan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2011 Penulis

(11)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I

ABSTRAK

Studi Tumbuhan Herba di hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang telah diteliti dari bulan Maret sampai Juni 2011. Areal pengamatan ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 134 plot berukuran 2 x 2 m. Didapatkan 136 jenis herba yang termasuk kedalam 44 famili dandua kelompok (Pteridophyta &

Spermatophyta). Jumlah jenis terbanyak dari Pterydophyta adalah Polypodiaceae

sebanyak 18 jenis dan Spermatophyta adalah Poaceae sebanyak 10 jenis dan

Urticaceae 5 jenis. Indeks Nilai Penting (INP) dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. Jenis yang paling dominan adalah Micania micrantha dengan INP 26,332 %. Indeks Keanekaragaman dan Indeks keseragaman jenis-jenis herba berturut-turut adalah 3,083 dan 0,321.

(12)

STUDY OF HERBACEOUS PLANTS IN SIBAYAK I

ABSTRACT

Study of Herbaceous plants in Sibayak I forest Deli Serdang District had been studied from March to June 2011. Study site was settled using purposive sampling with 134 plot of 2 x 2 m size. There are 136 species of herbs recorded in the study area belonging to 44 families and two groups (Pteridophyta & Spermatophyta). The largest species of the group Pterydophyta is Polypodiaceae with 18 species and Spermatophyta group are Poaceae 10 species and Urticaceae 5 species. Index of importance values range from 0,216 to 26,332%. Micania micrantha is the most dominant species with index of importance values is 26,332%. The index of diversity and index of equitability of species are 3.083, and 0.321, respectively.

(13)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Tumbuhan Herba 4

2.2 Peranan Tumbuhan Herba 5

2.3 Faktor Lingkungan Herba 6

2.4 Keanekaragaman Tumbuhan Herba 7

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 9

3.1 Waktu dan Tempat 9

3.2 Deskripsi Area 9

3.2.1 Letak dan Luas 9

3.2.2 Tipe Iklim 9

(14)

3.4.4 Vegetasi 10

3.3 Metode Penelitian 10

3.4 Pelaksanaan Penelitian 11

3.4.1 Penelitian di Lapangan 11

3.4.2 Penelitian di Laboratorium 12

3.5 Analisis Data 12

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14

4.1 Ekologi Herba 14

4.1.2. Kekayaan Jenis Herba 14

4.1.2 Jenis Herba dengan nilai KR, FR dan INP 21

4.1.3 Indeks keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Herba 25

4.2 Taksonomi Herba 27

4.2.1 Kunci Determinasi Tumbuhan Herba di Sibayak I 27

4.2.2 Deskripsi Jenis Tumbuhan Herba di Sibayak I 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 48

5.1 Kesimpulan 48

5.2 Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

1 Jenis-jenis Herba di Sibayak I 14

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

1 Angiopteris evecta 28

2 Bolbitis apendiculata 29

3 Dryopteris subarborea 30

4 Selaginella biformis 31

5 Selaginella wildenowi 32

6 Tricomones maximum 33

7 Colocasia esculenta 34

8 Echinocloa sp 35

9 Elatostema acuminatum 36

10 Elastostemma paludosum 37

11 Elatostema rostrarum 38

12 Freycinetia sumatrana 39

13 Hedyotis philipinensis 40

14 Hymenachne acutigluma 41

15 Impatien balsamina 42

16 Impatien platypetala 43

17 Lophaterum gracile 44

18 Mikania micrantha 45

19 Panicum repens 46

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

A Peta Lokasi Pengamatan L-1

B Plot Pengamatan L-2

C Jenis Herba dengan nilai K, KR, F, FR dan INP di Sibayak I, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

L-3

D Tabel Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) Dan Indeks

Keseragaman (E) Tumbuhan Herba Di Hutan Sibayak I

L-7

E Data Faktor Fisik di Cagar Alam Sibolangit L-11

F Contoh Perhitungan Nilai K, KR, F, FR, INP, H’, E dan IS L-12

G Hasil Indentifikasi Spesimen L-15

(18)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I

ABSTRAK

Studi Tumbuhan Herba di hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang telah diteliti dari bulan Maret sampai Juni 2011. Areal pengamatan ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 134 plot berukuran 2 x 2 m. Didapatkan 136 jenis herba yang termasuk kedalam 44 famili dandua kelompok (Pteridophyta &

Spermatophyta). Jumlah jenis terbanyak dari Pterydophyta adalah Polypodiaceae

sebanyak 18 jenis dan Spermatophyta adalah Poaceae sebanyak 10 jenis dan

Urticaceae 5 jenis. Indeks Nilai Penting (INP) dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. Jenis yang paling dominan adalah Micania micrantha dengan INP 26,332 %. Indeks Keanekaragaman dan Indeks keseragaman jenis-jenis herba berturut-turut adalah 3,083 dan 0,321.

(19)

STUDY OF HERBACEOUS PLANTS IN SIBAYAK I

ABSTRACT

Study of Herbaceous plants in Sibayak I forest Deli Serdang District had been studied from March to June 2011. Study site was settled using purposive sampling with 134 plot of 2 x 2 m size. There are 136 species of herbs recorded in the study area belonging to 44 families and two groups (Pteridophyta & Spermatophyta). The largest species of the group Pterydophyta is Polypodiaceae with 18 species and Spermatophyta group are Poaceae 10 species and Urticaceae 5 species. Index of importance values range from 0,216 to 26,332%. Micania micrantha is the most dominant species with index of importance values is 26,332%. The index of diversity and index of equitability of species are 3.083, and 0.321, respectively.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia terletak di daerah tropis karena itu hutannya bertipe hutan tropik. Hutan

tropik sangat heterogen, hutan yang bentuknya sangat dipengaruhi faktor iklim

dan edafik yang mempengaruhi pertumbuhan dan menentukan komposisi jenis

berbagai komunitas tumbuhan dan juga menentukan kehadiran suatu tumbuhan

atau komunitas tumbuhan (Soemarwoto et al., 1992)

Menurut Resosoedarmo, et al., (1989), luas hutan tropik di Indonesia

adalah seluas 143.970 juta ha atau sekitar 75 % dari seluruh daratan Indonesia

(191 juta Ha). Hutan tropik di Indonesia juga mempunyai keunikan tersendiri dan

keanekaragaman vegetasi yang cenderung membentuk strata-strata seperti pohon,

semak, herba, lumut dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena kompetisi antara

masing-masing tumbuhan tersebut dalam memenuhi kebutuhan akan cahaya yang

penuh, sehingga pertumbuhaannya dapat berlangsung dengan baik (Daunbenmire,

1974).

Ewusie (1990) menambahkan bahwa belukar teduhan hutan hujan bukan

hanya terdiri semak, herba dan kecambah pohon muda, tetapi termasuk juga

paku-pakuan dan perdu. Menurut Richards (1981), tumbuhan bawah yang sering

dijumpai di kawasan hutan hujan tropik terdiri dari famili Araceae, Gesneriaceae,

(21)

Rubiaceae, dan tumbuh-tumbuhan tingkat rendah seperti Dryopteris, Polypodium,

Sellaginella dan lain-lain.

Herba adalah tumbuhan pendek (0,3-2 meter) tidak mempunyai kayu dan

berbatang basah karena banyak mengandung air. Menurut Syahbuddin (1992),

herba merupakan tumbuhan tidak berkayu yang tersebar dalam bentuk kelompok

individu atau soliter pada berbagai kondisi habitat seperti tanah yang lembab atau

berair, tanah yang kering, batu-batuan dan habitat dengan naungan yang rapat.

Herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang

ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan semak ataupun pohon yang

batangnya basah dan tidak berkayu (Nadakuvaren &McCracken, 1985). Herba

juga memiliki daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan

disekitarnya (seperti semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di

tempat yang kosong. Hutan Sibayak I, terletak di Kecamatan Sibolangit,

Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 7.030 Ha. Hutan

Sibayak I merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang memiliki

kekayaan jenis-jenis tumbuhan yang sangat tinggi. Kawasan ini merupakan hutan

yang memiliki peranan penting bagi daerah sekitarnya. Fungsi ekologis kawasan

hutan tersebut adalah sebagai tempat tangkapan air (Cacthment Area),

perlindungan mata air serta mencegah terjadinya erosi. Melihat potensi yang

dimiliki kawasan ini dan penelitian yang berhubungan dengan herba belum pernah

diteliti, maka perlu dilakukan penelitian tentang Studi Tumbuhan Herba di Hutan

Sibayak I.

1.1Permasalahan

Keanekaragaman herba di Sumatera telah diketahui dari beberapa sumber,

diantaranya hutan Taman Nasional Gunung Leuser (Handayani, 2004). Di hutan

Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah (Andriani, 2006). Laporan Dinas

(22)

Kusuma (2004) di Taman Nasional Kerinci Seblat, 115 jenis di Cagar Alam

Rimbo Paganti, dan di Taman Hutan Raya Muhammad Hatta. Budiwarman (1988)

di kawasan hutan Kebun Raya Setia Mulia Padang.

Hutan Sibayak I merupakan salah satu hutan yang memiliki keanekaragaman

tinggi khususnya tumbuhan herba. Tumbuhan herba umumnya banyak ditemukan

di daerah aliran sungai. Di hutan Sibayak ada empat lokasi yang berbeda sehingga

dapat mewakili seluruh kawasan.

Dari uraian di atas dapat diperoleh permasalahan yaitu Bagaimana

keanekaragaman tumbuhan herba di kawasan Hutan Sibayak I dan herba apa saja

yang dominan Hutan Sibayak I ?

1.2Tujuan

a. Untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan herba dan jenis-jenis yang

dominan yang terdapat di hutan Sibayak I.

b. Untuk membuat kunci determinasi jenis herba dominan dan deskripsinya.

1.3Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai tumbuhan herba yang terdapat di kawasan Hutan Sibayak I dan sebagai

masukan bagi peneliti, pemerintah, instansi atau lembaga terkait yang ingin

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Herba

Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali

permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya

banyak ditemukan di tempat yang ternaungi kecuali pada tempat yang sangat

gelap di hutan (Richards, 1981). Tumbuhan ini memiliki organ tubuh yang tidak

tetap di atas permukaan tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang

cukup lunak (Wilson & Loomis, 1962). Menurut Longman & Jenik (1987)

sejumlah herba menunjukkan bentuk-bentuk yang menarik, warna serta struktur

permukaan daun yang sebagian besar darinya telah menjadi tanaman rumah yang

popular seperti jenis dari suku Araceae, Gesneriaceae Urticaceae dan lain-lain.

Tumbuhan herba memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan

tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak (Wilson &

Loomis, 1962). Menurut Soemarwoto et al (1992), herba mempunyai akar dan

batang di dalam tanah yang tetap hidup di musim kering dan akar akan

menumbuhkan tajuk barunya di permukaan pada musim hujan.

Berdasarkan masa hidupnya tumbuhan herba terbagi menjadi 3

diantaranya annual, perenial dan bienial. Herba annual menghasilkan biji-biji

dan mati seluruhnya setelah tumbuh selama satu musim. Perennial atau herba

(24)

terbatas. Beberapa jenis herba ini mungkin secara alami berkembang biak dengan

biji, tetapi sangat reproduktif dengan potongan batang, umbi, rhizome, stolon dan

daun. Terdapat tumbuhan lain yang masa hidupnya terletak antara kedua jenis

tumbuhan di atas. Pada tahun pertama di bentuk tajuk yang kemudian pada tahun

kedua diikuti dengan alat perkembangbiakannya. Tumbuhan tersebut mati setelah

biji terbentuk dan tumbuhan ini disebut herba dua tahun atau biennial

(Soemarwoto et al., 1992).

2.2. Peranan Tumbuhan Herba

Kehadiran herba dalam suatu kawasan hutan mempunyai peranan yang

sangat penting (Anwar et al., 1987). Hutan yang baru mengalami suksesi di tandai

dengan banyaknya tumbuhan pionir dan tumbuhan kecil lainnya seperti herba dan

semak.

Herba berperan penting dalam siklus hara tahunan. Serasah herba yang

dikembalikan pada tanah mengandung unsur-unsur hara yang cukup tinggi. Selain

itu herba juga dimanfaatkan sebagai sumber pakan satwa, obat-obatan dan sumber

kekayaan plasma nutfah misalnya kelestarian satwa liar sebagai komponen

ekosistem dipengaruhi oleh kehadiran dan keanekaragaman tumbuhan bawah

sebagai tempat hidup dan sumber pakan yang tinggi (Handayani, 2004).

Soeriaadmadja (1997), mengatakan bahwa herba berfungsi sebagai

penutup tanah yang sangat berperan dalam mencegah rintikan air hujan dengan

tekanan keras yang langsung jatuh ke permukaan tanah, sehinggga akan mencegah

hilangnya humus oleh air.

Herba beserta tumbuhan lain berperan besar dalam menentukan corak

suatu ekosistem. Daun-daun tumbuhan dan herba menyaring teriknya sinar

matahari sehingga hanya sebagian sinar matahari yang sampai pada lahan terbuka,

dan dengan penyaringan sinar matahari tersebut maka suhu udara dan tanah tidak

(25)

2.3. Faktor Lingkungan Herba

Ismal (1979) dalam Fithriadi (1996), mendefenisikan lingkungan sebagai

alam di luar organisme yang efektif mempengaruhi organisme.

Tumbuh-tumbuhan dalam kehidupannya perlu alam lingkungan yang cocok atau yang

sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan minimum yang dibutuhkan untuk

mempertahankan kehidupannya. Bila alam lingkungan di luar batas yang

diinginkan oleh tumbuh-tumbuhan maka pertumbuhan dan perkembangannya

akan terganggu atau mungkin musnah sama sekali.

Pada bagian hutan yang lapisan pohonnya tidak begitu lebat dan cahaya

matahari yang dapat menembus lantai hutan dalam jumlah cukup, kemungkinan di

dalam hutan tersebut dapat berkembang vegetasi tanah yang tumbuh subur

terutama ditemukan di tempat-tempat yang hutannya terbuka dan dekat

aliran-aliran sungai.

Pertumbuhan herba sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan yang

mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Holtum (1989), pada

umumnya penyebaran tumbuhan herba adalah di hutan-hutan dan kawasan yang

lembab baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, tetapi ada juga yang

tumbuh baik pada kondisi alam yang terbuka dengan intensitas cahaya matahari

yang tidak terlalu tinggi. Jenis-jenis herba seperti famili Araceae, Zingiberaceae,

Polypodiaceae mempunyai penyebaran yang cukup luas dan mempunyai daya

adaptasi yang tinggi terhadap faktor lingkungan. Jenis-jenis tersebut dapat hidup

pada kondisi lingkungan yang lembab sampai pada kondisi lingkungan yang

kelambabannya rendah (Syahbudin, 1992).

Gusmaylina (1983) dalam Handayani (2004) menyatakan bahwa

keanekaragaman jenis herba sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti

cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari pohon sekitarnya, tingkat

(26)

matahari merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses perkembangan,

pertumbuhan dan reproduksi. Menurut Baker et al., (1979) dalam Indriyanto et

al., (1993) pengaruh radiasi matahari bergantung pada intensitas, kualitas, atau

panjang gelombang, lama periodesitasnya serta penutupan vegetasi yang ada.

Pada suatu komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang sampai

pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena terhalang

oleh lapisan tajuk yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang

tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya matahari. Menurut

Polunin (1990) jika penetrasi tidak cukup herba tidak dapat berkembang dengan

baik, sehingga tumbuhan ini lebih subur di tempat hutan terbuka atau di tempat

lain yang tanahnya lebih banyak mendapat cahaya (Ewusie, 1990). Dengan

demikian vegetasi herba pada hutan hujan dataran rendah ditemukan pada hutan

yang terbuka, dekat aliran-aliran air, dan tempat-tempat yang terbuka tetapi

sempit (seperti jalan-jalan setapak, sungai-sungai) dengan penyinaran yang cukup

baik, sedangkan pada bagian dalam hutan hujan vegetasi herba yang berwarna

hijau ditemukan jauh terpencar-pencar atau sama sekali langka (Arief, 1994).

2.4. Keanekaragaman Tumbuhan Herba

Menurut Polunin (1990) vegetasi herba dalam hutan hujan tropika kurang

beraneka ragam dibandingkan dengan vegetasi pohon pada kondisi yang relatif

terbuka, sehingga besar kemungkinannya membentuk satu suku saja. Ini berbeda

dengan herba di lereng-lereng yang lebih terjal dengan penterasi cahaya yang

lebih banyak menyebabkan keanekargaman herba lebih melimpah, tetapi tetap

saja jauh lebih kecil dari pada jenis pohon-pohonnya.

Mackinnon et al., (2000) menyatakan bahwa banyak suku tumbuhan yang

memberikan sumbangan bagi lapisan herba, termasuk Monocotiledone seperti

jahe-jahean, pisang liar, Begonia, Gesneriaceae, Melastomataceae, Rubiaceae,

berbagai jenis paku dan anggrek. Walaupun dalam kondisi ternaung, banyak herba

yang secara teratur menghasilkan bunga dan buah meskipun perkembangbiakan

(27)

ditumbuhi oleh pohon pisang liar, pohon yang lebih kecil dan berbagai anggota

(28)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2011 di kawasan Hutan

Sibayak I, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi Area 3.2.1 Letak dan Luas

Lokasi Penelitian terletak Di hutan Sibayak I, secara administrasi pemerintahan

terletak di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera

Utara, berjarak kira-kira 52 km di sebelah selatan kota Medan, dan secara

geografis terletak pada 03°13’ s/d 03°18’20” LU dan 98°28’ s/d 98°37’20” LS,

dengan luas 7.030 Ha.

3.2.2 Tipe Iklim

Berdasarkan Schmidt-ferguson, tipe iklim di kawasan Sibayak I adalah tipe A

dengan rata-rata curah hujan 3,995 m3 pertahun. Berdasarkan kelembaban

maksimum dapat mencapai 100%, sedangkan kelembapan minimum 80-90%. Hal

ini menunjukkan bahwa daerah hutan ini sangat tinggi kelembabannya, dimana

kabut turun hampir setiap sore. Suhu udara maksimum pada siang hari kurang

lebih 25°C. Sedangkan suhu minimum pada malam hari berkisar antara 13°C s/d

(29)

3.2.3 Topografi

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada umumnya areal lapangan

memiliki topografi bergelombang sampai dengan curam dan sebagian datar

dengan kemiringan 15-40°.

3.2.5 Vegetasi

Berdasarkan pengamatan pra penelitian di sekitar areal penelitian, vegetasi

yang umum ditemukan yaitu dari Pteridophyta yang umumnya adalah dari famili

Aspleniaceae, Aspidiaceae, Athyriaceae dan Polypodiaceae, Monokotil yang

umumnya adalah dari famili Araceae dan Zingiberaceae dan Dikotil yang

umumnya adalah dari famili Balsaminaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae,

Lauraceae,Moraceae, Rubiaceae dan Urticaceae.

3.3 Metode Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara Purposive Sampling, yaitu

ditentukan secara sengaja dimana lokasi yang dipilih dapat mewakili atau

mendekati kebenaran populasi herba secara keseluruhan. Analisis vegetasi

menggunakan metode kuadrat yaitu berdasarkan suatu luasan petak contoh.

Dalam hal ini ditentukan empat lokasi yang berbeda sehingga dapat mewakili

seluruh kawasan Sibayak I diantaranya:

Lokasi I terletak di daerah aliran sungai Dam atas, yang berada di titik

koordinat 030 16’183’’ dan 0980 32’ 666’’, suhu udara 21,3 0C , suhu tanah 18 0C,

kelembaban 91%, intensitas cahaya 569 luxmeter, pH tanah 6,5.

Lokasi II di daerah aliran sungai dam bawah dengan titik koordinat 030 16’

365’’ dan 0980 32’ 115’’, suhu udara 21,6 0C , suhu tanah 18,3 0C, kelembaban

87,6% , intensitas cahaya 521,7 luxmeter, pH tanah 6,5

Lokasi III yaitu di daerah aliran sungai pasir putih. Lokasi ini merupakan

(30)

pohon-pohon yang membentuk kanopi sehingga intensitas cahaya tinggi dengan titik

koordinat 030 16’ 593’’ dan 0980 31’ 913’’, suhu udara 23,50C, suhu tanah 21,50C,

kelembaban 82 % , intensitas cahaya 696,6 luxmeter, pH tanah 6,7.

Lokasi IV di daerah aliran sungai Ptimus dengan titik koordinat 030 16’

509’’ dan 0980 32’ 142’’, suhu udara 23,30C, suhu tanah 190C, kelembaban 87,6

% , intensitas cahaya 228,6 luxmeter, pH tanah 6,7.

Jumlah plot dari masing-masing lokasi ditentukan dengan kurva minimum

area, dimana pembuatan plot dilanjutkan sampai saat dimana penambahan luas

plot tidak menyebabkan penambahan yang berarti banyaknya jenis. Biasanya luas

minimum ini ditetapkan dengan dasar : penambahan luas petak tidak

menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 10 % atau 5 % (Soerianegara &

Indrawan, 1988). Dalam hal ini jumlah plot dari seluruh lokasi berjumlah 134

plot.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Penelitian Di Lapangan

Pengamatan dilakukan di sepanjang sisi kiri dan kanan keempat daerah

aliran sungai Sibayak I dengan membuat plot 2 x 2 m. Pada setiap plot

pengamatan jenis herba yang ditemukan dan jumlah individu dari tiap jenis

dicatat. Suhu udara diukur dengan termometer, kelembaban udara dengan

Higrometer, pH dan suhu tanah dengan Soil Termometer, intensitas cahaya

dengan Lux meter, ketinggian dengan Altimeter.

Tumbuhan yang dijumpai pada setiap lokasi pengamatan, dikoleksi dan

diberi label gantung. Ciri morfologi yang terdapat pada semua jenis yang

ditemukan di lokasi penelitian dicatat. Spesimen dibungkus dengan koran, diberi

alkohol 70% dan dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian ditutup dengan

(31)

3.4.2 Di Laboratorium

Spesimen yang didapat kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven

dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen

Biologi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan buku-buku acuan

antara lain:

a. Plant Classification, (Benson, 1957).

b. Taxonomy Of Vascular Plants, (Lawrence, 1958).

c. Malayan Wild Flowers Didotyledon, (Henderson, 1959).

d. Flora Malesiana seri I. Vol II. (Holtum, 1967)

e. Collection Of Illustrated Tropical Plant, (Corner and Watanabe, 1969)

f. Flora, (Van Steenis, 1987).

g. Fern of Malaysia in color, (Piggot, 1988)

3.5 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai Kerapatan

mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif

(FR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’) dari lokasi

penelitian. Jumlah individu suatu jenis

Luas Plot Pengamatan

Jumlah plot yang ditempati suatu jenis

(32)

INP = KR + FR

d. Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener

H’

pi =

= -Σpi ln pi

dengan :

ni = jumlah individu suatu jenis

N = jumlah total individu seluruh jenis

e. Indeks Keseragaman

Jenis herba dengan famili yang dominan disajikan dalam bentuk kunci

determinasi yang dilengkapi dengan deskripsi morfologi dan gambaran

habitat secara umum dari masing-masing jenis. ni

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ekologi Herba

4.1.1. Kekayaan Jenis Herba

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di hutan Sibayak I yang

dilakukan di empat aliran sungai diperoleh 136 jenis herba yang terdiri dari dua

divisi yaitu Pteridophyta dan Spermatophyta. Jenis-jenis vegetasi yang ditemui

tersebut termasuk ke dalam 44 famili seperti yang tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Herba di Sibayak I

No Kelas Famili Jenis

Pteridophyta

1 Filicinae Aspidiaceae Diacalpe aspidioides

(34)

No Kelas Famili Jenis

28 Denniscaeadtiaceae Orthiopteris kingii

29 Hemionitidaceae Pityragramma calomelanus

30 Hymenophyllaceae Trichomones maximum

31 Tricomones singaporeaunum

32 Lindsaeaceae Lindsaea ensifolia

33 Lindsaea lucida

34 Sphenomeris chinensis

35 Lomaroipsidaeceae Bolbitis appendiculata

36 Marattiaceae Angiopteris evecta

37 Angiopteris angustifolia

38 Nephrolepidaceae Nephrolepis davalioides

39 Nephrolepis dicksonioides

40 Nephrolepis biserrata

41 Ophioglossaceae Ophioglossum sp.

42 Polypodiaceae Aglomorpha heraclea

(35)

No Kelas Famili Jenis

55 Thelypteridaceae Christella papilio

56 Pronephrium menisciicurpon

62 Vittariaceae Monograma trichoidea

63 Vitis sp.

64 Lycopodiinae Selaginellaceae Selaginella willdenowii

65 Selaginella biformis

66 Selaginella sp.

Spermatophyta

67 Monocotyledonae Araceae Colocasia esculenta

68 Colocasia longevaginata

87 Pandanaceae Freycinetia sumatrana

(36)

No Kelas Famili Jenis

105 Dicotyledonae Achantaceae Asystasia intrusa

106 Asteraceae Ageratum conyzoides

124 Holoragaceae Gunnera macrophylla

125 Melastomataceae Clidemia hirta

126 Pasifloraceae Pasiflora edulis

(37)

No Kelas Famili Jenis

134 Elatostema cuneatum

135 Elatostema acuminatum

136 Elatostema nigrescens

Berdasarkan Tabel 1 di atas diperoleh 136 jenis dan 44 famili yang dibagi

dalam dua Divisi yaitu Pteridophyta dan Spermatophyta. Pterydophyta terdiri dari

dua kelas yaitu Filicinae dan Lycopodinae. Kelas Filicinae terdiri dari 18

famili yaitu Aspidiaceae, Aspleniaceae, Athyriaceae, Cyatheaceae,

Davaliaceae, Denniscaeadtiaceae, Hemionitidaceae, Hymenophyllaceae,

Lindsaeaceae, Lomaroipsidaeceae, Marattiaceae, Neprolephidaceae,

Ophioglossaceae, Polypodiaceae, Pteridaceae dan Thelypteridaceae,

Vittariaceae. Sedangkan dari Kelas Lycopodinae hanya diperoleh 1 famili yaitu

Selaginellaceae. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah family

Polypodiaceae sebanyak 12 jenis diikuti oleh Aspidiaceae dengan 9 jenis.

Jumlah famili dengan jenis terbanyak menunjukkan bahwa famili

Polypodiaceae dan Aspidiaceae memiliki tingkat toleransi yang tinggi untuk

dapat tumbuh dan berkembang mempunyai kemampuan untuk menguasai suatu

kawasan. Banyaknya jumlah jenis dari kedua famili juga disebabkan oleh kodisi

faktor abiotik lokasi pengamatan sesuai bagi kehidupan dan perkembangan jenis

famili tersebut. Menurut Haupt (1956), Filicinae merupakan paku-pakuan yang

jumlah jenis terbanyak dan tersebar pada daerah tropis dan kebanyakan tumbuh

pada daerah yang lembab dan ternaung. Selanjutnya Holtum (1967) juga

menyatakan bahwa famili Polypodiaceae mempunyai jumlah anggota terbesar di

kawasan Malesia, yang sebagian besar terdapat di kepulauan Indonesia.

Divisi Spermatophyta juga diperoleh 2 Kelas yaitu Monocotyledonae dan

Dicotyledonae. Kelas Monocotyledonae diperoleh 11 famili, yaitu Araceae,

Commelinaceae, Costaceae, Cyperaceae, Graminaceae, Hypoxidaceae,

Musaceae, Orchidaceae, Pandanaceae, Poaceae, dan Zingiberaceae. Jumlah

(38)

sebanyak 11 jenis, Poaceae sebanyak 10 jenis dan Zingiberaceae sebanyak 7

jenis. Henderson (1959) mengatakan bahwa kelompok tumbuhan Araceae dan

Poacaea ini banyak ditemukan pada tempat-tempat teduh, lembab atau basah,

karena jenis-jenis ini tidak banyak membutuhkan cahaya matahari untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini sesuai dengan keadaan habitat

dimana pohon-pohon dengan tajuk yang rapat membatasi penetrasi sinar matahari

penuh ke lapisan bawah sehingga menyebabkan kondisi di lapisan ini menjadi

sejuk dan teduh.

Kelas Dicotyledonae diperoleh 15 famili, yaitu Achantaceae, Apiaceae,

Asteraceae, Balsaminaceae, Begoniaceae, Campanulaceae, Euphorbiaceae,

Fabaceae, Gesneriaceae, Holoragaceae, Melastomataceae, Pasifloraceae ,

Piperaceae, Rubiaceae, Urticaceae. Jumlah jenis terbanyak yaitu dari famili

Asteraceae sebanyak 4 jenis, Balsaminaceae sebanyak 4 jenis, dan Urticaceae

sebanyak 5 jenis. Lemmens & Bunyaprahatsara (2003) mengatakan bahwa pada

umumnya Urticaceae terdapat di daerah hutan hujan daratan rendah maupun

pegunungan bawah. Jenis dari suku Urticaceae ini sering terdapat di sepanjang

daerah ekstrem, di batu-batuan atau dasar hutan.

Tabel 1 menunjukkan jumlah tumbuhan herba di hutan Sibayak I sangat

beraneka ragam. Hal ini menandakan bahwa aliran sungai di hutan Sibayak I

sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan herba. Secara

keseluruhan kondisi fisik di hutan Sibayak I adalah sebagai berikut : Suhu Udara

22,4 0C, Suhu Tanah 19,2 0

C, Kelembapan Udara 87,1 %, Intensitas cahaya

503,225 luxmeter, pH Tanah 6,6 (Lampiran E). Berdasarkan pengamatan tersebut

dapat dinyatakan bahwa kondisi lingkungan di Sibayak I tergolong lembab

dengan intensitas cahaya yang tinggi, dan tempat yang relatif terbuka terhadap

cahaya serta tiupan angin yang kuat sehingga sangat baik untuk pertumbuhan dan

(39)

Menurut Indriyanto (2009), luasnya penyebaran jenis tumbuhan

bergantung kepada kemampuan jenis tersebut untuk beradaptasi terhadap tempat

tumbuh dan berasosiasi dengan tumbuhan lainnya. Kemampuan jenis tersebut

disebabkan lebarnya toleransi nisbi terhadap berbagai faktor ekologinya

sebagaimana sifat tumbuhan kosmopolit seperti anggota famili Graminae,

Polypodiaceae dan Passifloraceae.

Menurut Richard (1981), jenis tumbuhan herba yang sering ditemukan di

kawasan hutan hujan tropis terdiri dari famili Araceae, Achantaceae,

Gesneriaceae, Urticaceae, Zingiberaceae, Begoniaceae, Orchidaceae, Rubiaceae,

Piperaceae. Rifai (1993) menyatakan bahwa di tempat-tempat yang tidak

ternaungi akan banyak ditemukan famili Melastomataceae, Poaceae, dan

Asteraceae

Secara hidrologis, tumbuhan herba penting dalam pengaturan

hidro-orologis hutan dan dalam menambah kesuburan tanah terutama bahan organik.

Selanjutnya Polunin (1994), menyatakan bahwa di bagian-bagian hutan dengan

lapisan pohon yang tidak begitu lebat, sehingga cukup cahaya matahari yang

dapat menembus ke dasar hutan. Oleh karena itu di hutan tropik basah umumnya

vegetasi tanah yang tumbuh subur terutama ditemukan di hutan terbuka dan dekat

aliran-aliran air.

Menurut Resosoedarmo et al., (1989), karakteristik dari hutan hujan tropis

adalah mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi dan hanya jenis-jenis

tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat yang sangat

ekstrim (tempat terbuka, cahaya matahari penuh, temperatur tinggi, dampak air

hujan tinggi, tekstur tanah padat dan keras, dan hara makanan masih terikat pada

batu-batuan). Bagi vegetasi yang memang membutuhkan kondisi lingkungan yang

demikian untuk pertumbuhannya akan tumbuh dengan baik dan bagi jenis yang

(40)

Selain itu iklim mikro yang berbeda-beda pada lokasi penelitian

membentuk suatu mikrohabitat yang berbeda pula. Kondisi mikrohabitat ini sesuai

dengan besar kecilnya rumpang (tempat yang terbuka pada suatu hutan). Herba

yang dijumpai pada rumpang yang kecil berbeda dengan herba di rumpang yang

lebih besar. Karena banyaknya cahaya matahari sampai ke lantai hutan

menyebabkan suhu tanah menjadi lebih tinggi sehingga kelembaban lebih rendah.

Dengan demikian rimpang cukup mendukung dalam memperkaya jenis herba

dalam suatu hutan. Bahkan jumlah jenis pada ekosistem hutan makin besar

apabila masing-masing komponen dalam sistem itu mewakili habitat dengan

kondisi ekologi yang berbeda-beda (Soemarwoto, 2004).

4.1.2 Jenis Herba dengan nilai KR, FR dan INP

Indeks nilai penting menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta

memperlihatkan peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting itu didapat

dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR). Dari

penelitian yang dilakukan di hutan Sibayak I diperoleh nilai KR, FR dan INP

untuk herba yang disajikan pada Lampiran C. Sedangkan jumlah INP tertinggi

pada 20 jenis tumbuhan herba di Sibayak I disajikan pada Tabel 2.

Tabel2. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Herba

No Famili Jenis

(41)

No Famili Jenis Jumlah

7 Rubiaceae Hedyotis philippensis 579 3,859 2,301 6,160 8 Balsaminaceae Impatiens balsamina 361 2,406 2,929 5,335 9 Hymenofillaceae Trichomones maximum 219 1,460 3,766 5,225 10 Urticaceae Elatostema acuminatum 288 1,919 3,138 5,058 11 Aspidiaceae Dryopteris subarborea 245 1,633 2,929 4,562 12 Araceae Colocasia esculenta 92 0,613 3,766 4,379 13 Poaceae Echinochloa sp 409 2,726 1,255 3,981 14 Araceae Scindapsus officinalis 200 1,333 2,510 3,843 15 Selaginellaceae Selaginella biformis 181 1,206 2,510 3,717 16 Marattiaceae Angiopteris evecta 155 1,033 2,510 3,544 17 Balsaminaceae Imaptiens platypetala 201 1,340 2,092 3,432 18 Urticaceae Elatostema rostrarum 259 1,726 1,674 3,400 19 Pandanaceae Freycinetia sumatrana 117 0,780 2,510 3,290 20 lomariosidaceae Bolbitis appendiculata 81 0,540 2,510 3,050

Pada Tabel 2 dapat dilihat 20 jenis tumbuhan herba yang memiliki INP

tertinggi dari 136 jenis tumbuhan herba lainnya dengan jumlah individu/536 m2,

jumlah KR (%), FR (%), dan INP terbesar yaitu pada Micania micrantha..

Kerapatan Relatif menunjukkan jumlah individu yang menjadi suatu

komunitas tumbuhan dalam areal penelitian. Secara keseluruhan dari semua jenis

herba yang terdapat di hutan Sibayak I (Lampiran C ) memiliki jumlah KR antara

0,007- 18,382%. Jenis yang memiliki KR tertinggi yaitu Micania micrantha

dengan nilai 18,382%, Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran jenis ini merata.

Sedangkan jenis yang memiliki KR terendah adalah Asplenium normale,

Asplenium subnormale, Angectochilus sp, Begonia sp Aff Areolata, Diplazium sp,

Elatostema nigrescens, Homalonema propinqua, Leptochilus decurrens,

Sphenomeris chinensis,Tectaria sp, Tectaria angulata dengan nilai 0,007%.

Tinggi rendahnya nilai KR suatu jenis menunjukkan keadaan lingkungan yang

berubah. Perubahan tersebut meliputi penurunan suhu, kelembaban, nutrisi tanah

seiring dengan laju penambahan ketinggian tempat dan daya tumbuh serta

(42)

tumbuhan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan

dan perkembangan serta tersedianya biji.

Frekuensi Relatif merupakan perbandingan antara frekuensi mutlak suatu

jenis dengan frekuensi total seluruh jenis pada seluruh areal penelitian. Semakin

tinggi frekuensi suatu jenis menunjukkan semakin cocok faktor lingkungan yang

ada guna mendukung pertumbuhan herba di kawasan hutan tersebut. Frekuensi

kehadiran suatu jenis organisme di suatu habitat menunjukkan keseringhadiran

jenis tersebut di habitatnya. berdasarkan tumbuhan herba yang ditemukan

(Lampiran C ) dapat dilihat bahwa nilai FR antara 0,209 - 7,95 %. Nilai tertinggi

terdapat pada Micania micrantha (7,950%) dan FR terendah diantaranya

Asplenium normale, Belvisia califolia, Digitaria wallichiana, Globba pendulla,

Heckcria peltata, Homalonema propinqua, Monograma trichoidea, Nephrolepis

biserrata, Tectaria sp, Sphenomeris chinensis,Asplenium normale, Belvisia

califolia, Digitaria wallichiana, Globba pendulla, Heckcria peltata,

Homalonema propinqua, Monograma trichoidea, Nephrolepis biserrata, Tectaria

sp, Sphenomeris chinensis,dengan nilai 0,209%.

Nilai Frekuensi Relatif (FR) tertinggi suatu jenis dapat dikatakan bahwa

jenis tersebut memiliki penyebaran yang cukup luas sesuai dengan Whitmore

(1984) dalam Sagala (1997) bahwa suatu jenis dikatakan memiliki penyebaran

yang luas apabila terdapat nilai frekuensi yang tinggi pada jenis tersebut.

Penyebaran yang luas dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, alat reproduksi,

interaksi beberapa jenis dan kompetisi.

Jenis herba dengan nilai FR yang rendah menunjukkan bahwa jenis-jenis

tersebut mempunyai jumlah yang paling sedikit. Nilai FR yang rendah diduga

karena faktor lingkungan yang kurang cocok sebagai syarat tumbuh dari

tumbuhan tersebut hidup. Jenis yang memiliki nilai FR terendah menunjukkan

tumbuhan itu tidak tersebar merata. Hal ini mungkin disebabkan kondisi

(43)

(1979), penyebaran tumbuhan selain karena sebab-sebab yang terjadi secara alami

juga dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia.

Micania micrantha adalah jenis herba yang memiliki INP tertinggi dari

seluruh jenis herba yaitu 26,332%. Ini di dukung dari jumlah individu dari

Micania micrantha yang tertinggi dari semua jenis tumbuhan herba yaitu

sebanyak 2758. Hal ini mencerminkan bahwa jenis Micania micrantha memiliki

toleransi yang tinggi terhadap lingkungan. Micania micrantha juga memiliki

kemampuan dapat bersaing terhadap jenis lainnya. Menurut Setiadi (1989) dalam

Sofyan (1991), jenis tumbuhan yang mempunyai indeks nilai penting yang

tertinggi diantara vegetasi sesamanya disebut jenis yang dominan. Jenis dominan

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan serta tersedianya biji. Hal ini mencerminkan tingginya kemampuan

jenis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada dan dapat

bersaing terhadap jenis lainnya.

Jumlah INP dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. INP

tertinggi yaitu Micania micrantha (26,332%), Lophaterum gracile (18,600%),

Hymenachne acutigluma (11,863 %) . Tingginya indeks Nilai penting dari ketiga

jenis ini menunjukkan bahwa jenis ini sangat stabil dalam menyusun ekosistem

dan menunjukkan dominansi dari jenis yang lain, selain itu juga pengaruh faktor

fisik lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Indriyanto (2009) menyatakan

bahwa suatu jenis dapat tumbuh baik dan memiliki penyebaran yang luas apabila

telah mengalami penyesuaian dengan lingkungan. Apabila lingkungannya sesuai

maka ia akan tumbuh baik dan memiliki jumlah yang besar dalam populasi.

Jenis herba dengan INP terendah yaitu nilai 0,216% diantaranya

Asplenium normale, Asplenium subnormale, Diplazium sp, Elatostema

nigrescens, Homalonema propinqua, Leptochilus decurrens, Sphenomeris

chinensis, Tectaria sp, Tectaria angulata, dan lainnya. Nilai INP yang rendah

(44)

Ini juga diduga karena faktor lingkungan yang kurang cocok dengan syarat

tumbuh dari tumbuhan itu. Menurut Indriyanto (2006), keberhasilan jenis-jenis ini

untuk tumbuh dan bertambah banyak tidak lepas dari daya mempertahankan diri

pada kondisi lingkungan. Resosoedarmo et al.,(1989) menambahkan bahwa suatu

komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa suhu atau beberapa jenis

tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat atau juga disebabkan oleh aktifitas

para pendaki gunung. Penyebaran tumbuhan selain karena sebab-sebab yang

alami juga dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia (Tjondronegoro, 1979).

4.1.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Herba

Indeks keanekaragaman jenis berfungsi untuk menandai jumlah jenis dalam

suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah jenis di antara jumlah total individu

seluruh jenis yang ada. Michael (1994) mengemukakan bahwa keanekaragaman

jenis juga sangat penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan

terhadap sistem alam oleh campur tangan manusia atau alam itu sendiri.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, indeks keanekargaman herba di

hutan Sibayak I sebesar 3,083 (Lampiran D). Nilai indeks keanekaragaman ini

menunjukkan herba di kawasan hutan Sibayak I memiliki keanekaragaman jenis

yang melimpah. Menurut Fachrul (2007) jika nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa

keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah. jika H’ 1 ≤

H’ ≤ 3 keanekaragaman adalah melimpah sedang dan jika nilai H’ > 3 maka

keanekaragaman spesies adalah melimpah tinggi. Berdasarkan pernyataan Fachrur

tersebut dapat dilihat bahwa indeks keanekaragaman tumbuhan herba di hutan

Sibayak I memiliki indeks keanekaragaman melimpah tinggi.

Kawasan hutan Sibayak I yang terbuka memungkinkan cahaya lebih

banyak masuk, dan aliran memungkinkan mendukung pertumbuhan dan

perkembangan herba di dalam hutan tersebut. Fachrul (2007), mengemukakan

bahwa indeks keanekaragaman merupakan parameter vegetasi yang sangat

(45)

mempelajari pengaruh gangguan faktor-faktor lingkungan atau abiotik terhadap

komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi atau stabilitas komunitas. Pada

umumnya dalam suatu komunitas terdapat berbagai jenis tumbuhan, maka makin

tua atau semakin stabil keadaan suatu komunitas, makin tinggi keanekaragaman

jenis tumbuhannya.

Menurut Soeryaadmadja (1997) dengan memperhatikan keanekaragaman

dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi

komunitas tersebut. Biasanya makin beranekaragam suatu komunitas, makin

tinggi organisasi di dalam komunitas tersebut.

Hasil pengamatan menunjukkan nilai keseragaman pada tumbuhan herba

adalah sebesar 0,321 (Lampiran D). Analisis data menunjukkan bahwa nilai

keseragaman pada hutan Sibayak I adalah rendah. Menurut Krebs (1985),

keseragaman rendah apabila E bernilai 0-0.5 dan keseragaman tinggi apabila E

bernilai 0.5-1. Nilai ini dapat menyatakan herba pada kawasan hutan Sibayak

(46)

4.2. Taksonomi Herba

4.2.1. Kunci Determinasi Famili Tumbuhan Herba di Sibayak I

Berdasarkan hasil perhitungan INP dari seluruh jenis tumbuhan herba (Tabel 2)

diperoleh 20 jenis dengan nilai INP tertinggi dari 12 famili. Jumlah famili dengan

INP tertinggi disajikan dalam bentuk kunci determinasi.

1 a. Tumbuhan berspora... 2

b. Tumbuhan berbunga... 6

2 a. Rhizom menjalar ... 3

b. Rhizom tegak... 4

3 a. Tangkai ental dilapisi daun ventral dan lateral... Selaginellaceae

b. Tangkai ental licin ... Hymenafillaceae

4 a. Tepi ental integer ... 5

b. Tepi ental serratus... Lomariopsidaceae

5 a. Spora sepanjang pinggir daun... Marattiaceae

b. Spora dipertulangan daun ... Aspidiaceae

6 a. Pertulangan daun menyirip menjari, tunggal, majemuk…... 7

b. Pertulangan daun sejajar, daun tunggal………... 9

7 a. Daun berbentuk hati, perisai, jantung ... Araceae

b.Daun berbentuk linearis ... 8

8 a. Tangkai daun memiliki auricle... Pandanaceae

b. Tangkai daun licin... Poaceae

9 a. Memiliki stipula interpetiolaris ... Rubiaceae

b. Pertulangan daun garis... Poaceae

10 a. Perbungaan terminal, tunggal, majemuk... 11

b. Perbungaan axilar, majemuk... Urticaceae

11 a. Bunga cawan, pita ... Asteraceae

(47)

4.2.2. Deskripsi Jenis Tumbuhan Herba di Sibayak I 1. Pteridophyta

a. Angiopteris evecta Persl

Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh batang tegak lurus,

permukaan batang licin, hijau muda. Panjang tangkai ental 80 cm. Ental; panjang

15 cm, lebar 1,5 cm, majemuk, bentuk lanset dengan ujung daun meruncing,

pangkal daun membulat. Tepi daun rata, pertulangan daun menyirip (pinnenervis),

permukaan daun licin daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak

daun pada ental berseling. Spora; letak sorus rapat di bawah permukaan

sepanjang pinggir daun, bentuk sorus lonjong, coklat tua. (Gambar I)

Spesimen : MH 07 (MEDA USU)

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Filipina dan Sumatera (Holtum, 1968)

(48)

b. Bolbitis apendiculata (Wild) Watsuki

Herba teresterial. Batang; bentuk batang bulat, arah tumbuh tegak lurus,

permukaan batang licin, batang coklat. Panjang tangkai ental 15 cm. Ental;

panjang 2 cm, lebar 0,5 cm, majemuk, bentuk jorong, ujung daun membulat,

pangkal tumpul, tepi beringgit dengan pertulangan daun menyirip (pinnenervis),

permukaan daun licin, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus) dengan

letak daun pada ental berseling. (Gambar 2)

Spesimen : MH 50 (MEDA USU)

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, jawa, Sumatera (Holtum, 1968)

(49)

c.Dryopteris subarborea Baker C. Chr

Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak lurus,

permukaan batang licin, coklat. Panjang tangkai 10 cm. Ental; panjang ental 5 cm

dan lebar ental 1 cm, majemuk, bentuk lanset, ujung daun membulat, pangkal

daun tumpul, tepi daun beringgit, pertulangan daun menyirip (pinnenervis) dan

permukaan daun licin, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak

daun pada ental berseling. Spora; Letak sorus tersebar di bawah permukaan daun

bentuk sorus, coklat tua. (Gambar 3)

Spesimen : MH 105 (MEDA USU)

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, jawa, Sumatera

(50)

d.Selaginella biformis (Des v) Backer

Herba teresterial. Batang; bulat dilapisi sisik ventral, arah tumbuh tegak

lurus, coklat. Panjang tangkai ental 5-8 cm, bersisik. Ental; bentuk jorong sampai

lanset, tersusun majemuk menyirip anak daun sangat banyak, tepi bertoreh dan

berbagi, ujung runcing, anak daun lonjong, percabangan anak tulang daun

menggarpu, terdapat daun sporofil di ujung daun tropofil. Spora; diujung daun,

bentuk elips,hijau. (Gambar 4)

Spesimen : MH 10 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera

(51)

e.Selaginella wildenowii A Br. Exkhan

Herba teresterial. Batang; bulat, dilapisi daun ventral dan lateral,arah

tumbuh tegak lurus, hijau kecoklatan. Panjang tangkai 60 cm, di sepanjang

tangkai ental terdapat anak daun kecil-kecil. Ental; panjang ental 10-15 cm, ental

tersusun majemuk menyirip dengan anak daun sangat banyak berbentuk jorong

sampai lanset, tepi bertoreh dan berbagi, ujung tumpul , anak daun membulat

dengan percabangan anak tulang daun menggarpu, warna ental hijau sampai

merah hati. Spora; terminal, berbentuk elips, hijau. (Gambar 5)

Spesimen : MH 03 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera

(52)

f. Tricomones maximum BL

Herba teresterial. Batang; bulat, arah tumbuh tegak lurus, hijau. Panjang

tangkai ental 28 cm, tangkai bersisik halus. Ental; panjang 3 cm, tersusun

majemuk menyirip ganda, ental sempit, bentuk keseluruhan seperti segitiga

memanjang, entalnya berdekatan satu sama lain sehingga membentuk rumpun.

Spora; Sori terletak pada anak daun dalam indusium yang bentuknya seperti

tabung, bersayap dan sempit. (Gambar 6)

Spesimen : MH 110 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Australia, Malaya, Sumatera

(53)

2. Spermatophyta

g. Colocasia esculenta (L) Schott

Herba teresterial, tinggi tanaman 60 cm. Batang; bulat, arah tumbuh

batang tegak lurus, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 10-15

cm, lebar 20-23 cm, tunggal, bangun daun perisai, ujung meruncing, pangkal

berlekuk (emarginatus), tepi daun rata, pertulangan daun menyirip (pinnenervis),

daging daun tipis lunak, permukaan daun licin, daun hijau, letak daun berhadapan,

panjang pelepah daun 25 cm, hijau muda. (Gambar 7)

Spesimen : MH 100 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera

(54)

h. Echinocloa sp.

Herba teresterial, tinggi tanaman 20 cm. Batang; bentuk bulat, arah

tumbuh tegak lurus, permukaan batang licin, tidak bergetah, hijau muda. Pelepah;

panjang 3 cm, permukaan licin, hijau. Daun; Panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm,

tunggal, bentuk linearis, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, pertulangan

sejajar, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak daun berseling,

permukaan daun licin, warna daun hijau. (Gambar 8)

Spesimen : MH 26 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera

(55)

i. Elatostema acuminatum (Poir) Brogn

Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak lurus,

permukaan batang licin, tidak bergetah, warna hijau. Daun; panjang 6-7 cm,

lebar 2-3 cm, tunggal, bangun daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal

runcing, tepi daun bergerigi dengan pertulangan daun menyirip, permukaan daun

licin, daging daun tipis lunak, hijau, tangkai daun pendek, letak daun berseling.

(Gambar 9)

Spesimen : MH 47 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera

(56)

j. Elastostemma paludosum Miq

Herba teresterial. Batang; bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan

batang licin, tidak bergetah, hijau. Daun; panjang 15-20 cm, lebar 3-4 cm, bangun

daun jorong, tunggal, ujung dan pangkal daun runcing, tepi bergerigi,

pertulangan daun menyirip, daging daun tipis lunak, permukaan daun licin,

tangkai daun pendek, letak daun berseling, hijau. (Gambar 10)

Spesimen : MH 22 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera

(57)

k. Elatostema rostrarum Hassk

Herba teresterial, tinggi tanaman 40 cm. Batang; bulat, arah tumbuh tegak

lurus, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 15-17 cm, lebar 5-8

cm, tunggal, bangun daun jorong , ujung merucing, pangkal tumpul, tepi

bergerigi, pertulangan daun menyirip, daging daun tipis lunak, permukaan licin,

tangkai daun pendek, letak daun berseling, hijau. (Gambar 11)

Spesimen : MH 36 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera

(58)

l. Freycinetia sumatrana Hemsl

Herba teresterial, tinggi tanaman 75 cm. Batang; membulat, arah tumbuh

batang tegak lurus, permukaan batang licin, coklat. Daun; Panjang 20-23 cm,

lebar 0,5 cm, tunggal, bangun daun lanset, daun tersusun membentuk spirostik,

ujung runcing, tepi daun rata, pertulangan daun sejajar, daging daun tipis lunak,

hijau, letak daun berseling. (Gambar 12)

Spesimen : MH 34 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera

(59)

m. Hedyotis philipinensis

Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bulat, arah tumbuh

memanjat, bergetah, permukaan batang licin, hijau kecoklatan. Daun; panjang

daun 4-6 cm, lebar daun 1,5-2 cm, tunggal, bangun daun memanjang, ujung dan

pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip, daging daun

tipis lunak, permukaan licin, letak daun berhadapan, hijau. Bunga; axilaris, bunga

putih bergelombol. (Gambar 13)

Spesimen : MH 09 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera

(60)

n. Hymenachne acutigluma (Steud) Gilliland

Herba teresterial, tegak dengan tinggi tanaman 60 cm. Batang; bersegi,

arah tumbuh tegak lurus, Permukaan batang licin, tidak bergetah, batang coklat.

Daun; Panjang daun 30-35 cm dan lebar daun 1,5-2 cm, tunggal, bentuk linearis,

dengan ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, pertulangan daun sejajar,

daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin, tangkai

daun tidak jelas, letak daun berhadapan, hijau. (Gambar 14)

Spesimen : MH 44 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera

(61)

o. Impatien balsamina

Herba teresterial, tinggi tanaman 60 cm. Batang; bentuk bulat, arah

tumbuh tegak, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau. Daun; Panjang 10-15

cm, lebar daun 2-4 cm, tunggal, bangun daun memanjang, ujung daun runcing dan

pangkal runcing, tepi daun bergerigi, pertulangan daun menyirip, daging daun

tipis lunak, permukaan daun berbulu halus dan rapat, letak daun berhadapan,

hijau. (Gambar 15)

Spesimen : MH 14 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera

(62)

p. Impatien platypetala Lind

Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bentuk batang bersegi,

arah tumbuh batang lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda.

Daun; panjang daun 6-7 cm, lebar daun 2-3 cm,tunggal, bangun daun memanjang,

ujung daun dan pangkal daun runcing. tepi daun bergerigi dengan pertulangan

daun menyirip dan daging daun tipis lunak, Permukaan daun berbulu halus dan

rapat, letak daun berkarang. daun hijau. Bunga; Letak bunga di ujung batang,

warna bunga putih. (Gambar 16)

Spesimen : MH 92 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera

(63)

q. Lophaterum gracile

Herba teresterial, tinggi tanaman 50 cm. Batang; bentuk batang bersegi,

arah tumbuh tegak lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda.

Daun; panjang 10-15 cm, lebar 1-2 cm, tunggal, bangun daun linearis, ujung daun

dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan daun sejajar, daging daun

tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin, letak daun berseling

hijau. (Gambar 17)

Spesimen : MH 95 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera

(64)

r. Micania micrantha

Herba teresterial, merambat. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh menjalar,

tidak bertgetah, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 5-7 cm, lebar

2-4 cm, tunggal, bangun daun delta, ujung meruncing, pangkal daun berlekuk,

tepi daun bergerigi, pertulangan daun melengkung, daging daun tipis seperti

selaput (membranaceus), permukaan daun licin, letak daun berseling, hijau.

(Gambar 18)

Spesimen : MH 12 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : daun merdeka

Distribusi : Paraguay, Jawa, Sumatera

(65)

s. Panicum repens L

Herba teresterial, tinggi tanaman 10 cm. Batang; bentuk batang bulat dan

arah tumbuh batang lurus, tidak bergetah, Permukaan batang licin, hijau muda.

Daun; panjang daun 3-5 cm dan lebar daun 2-3 cm, tunggal, bangun daun bentuk

jorong, ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi daun rata, pertulangan daun

sejajar, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin,

panjang pelepah pendek,letak daun berseling, hijau. Bunga; majemuk, tersusun

dalam bulir yang terletak di ujung batang (flos terminalis). (Gambar 19)

Spesimen : MH 31 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera

(66)

t. Scindapsus officinalis

Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bentuk bulat, arah

tumbuh tegak lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda. Daun;

panjang 8-10 cm, lebar 5-7 cm, tunggal, bangun daun bulat telur, ujung

meruncing, pangkal membulat, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip

(pinnenervis). Daging daun tipis lunak, letak daun berhadapan, permukaan daun

lici, hijau. (Gambar 20)

Spesimen : MH 114 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Irian Jaya, Jawa, Sumatera

(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5,1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Studi Tumbuhan Herba di Hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang, disimpulkan bahwa :

a. Ditemukan 136 jenis tumbuhan herba yang terdiri dari 44 famili (18 famili

Pterydophyta dan 26 famili Spermatophyta).

b. Jumlah jenis terbanyak dari kelompok Pterydophyta yaitu 12 jenis dari

famili Polypodiaceae dan jumlah jenis terbanyak dari kelompok

Spermatophyta yaitu 10 jenis dari famili Poaceae dan 5 jenis Urticaceae

c. Kerapatan Relatif dari tumbuhan herba berkisar 0,007 - 18,382% dengan

jenis tumbuhan dengan KR terbesar yaitu Micania micrantha.

d. Frekuensi Relatif dari tumbuhan herba berkisar 0,209 - 7,950% dengan

FR terbesar yaitu Micania micrantha.

e. INP dari seluruh jenis tumbuhan herba berkisar antara 0,216 -26,332% dan

INP terbesar terdapat pada Micania micrantha.

f. Indeks keanekaragaman herba di hutan Sibayak I tergolong tinggi dengan

nilai 3,083 dan indeks keseragaman herba tergolong rendah dengan nilai

0,321.

5.2. Saran.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keterkaitan antara keanekaragaman tumbuhan herba dengan faktor-faktor biotik dan kandungan

Gambar

Gambar Judul
Tabel Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) Dan Indeks
Tabel 1.  Jenis Herba di Sibayak I
Tabel 2. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Herba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan akan melaksanakan proses belajar mengajar dalam rangka menyediakan sumber daya manusia dibidang Pengelolaan Sumberdaya

Pendekodean khalayak pembaca rubrik Rame Kondhe pada posisi oposisi akan menghasilkan pandangan bahwa khalayak pembaca rubrik Rame Kondhe menolak makna pesan

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan Dinas Pendapatan Daerah dalam hal pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak reklame guna meningkatkan PAD

• Materi yang diujikan untuk mengukur kompetensi tersebut meliputi: pemahaman bacaan dengan cara menentukan informasi yang tersurat/tersirat dan kesimpulan dari isi bacaan;

Just sealt ole- vat see levinud Anatooliasse, st hetiitidele, kes hakkasid kasutama sellist tiit- lit nagu d UTU -ši ehk Minu Päike, mis akkadi keeles kõlas kui Šamš ī ja

7D[ DPQHVW\ SROLF\ LQ WKH EHJLQQLQJ JHQHUDWHV FRQWURYHUV\ GXH WR LWV FDSDFLW\ WR SURYLGH D

Kebanyakan obat mengasilkan efek dengan aksi pada molekul yang spesifik dalam organisme, biasanya pada membran sel molekul tersebut berupa suatu protein yang dinamakan reseptor,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel peluang pertumbuhan tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada konservatisme akuntansi sedangkan variabel leverage yang