SKRIPSI
Oleh:
CHINTYA NURUL AIDINA NIM. 111000235
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
CHINTYA NURUL AIDINA NIM. 111000235
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2015
Chintya Nurul Aidina
pada keluarga miskin.
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 65 balita yang diambil dari 196 balita. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita. Pengumpulan data tentang karakteristik keluarga diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner, data konsumsi makanan anak balita diperoleh melalui food recall dan food frequency, data berat badan balita menggunakan timbangan pijak dan data tinggi badan balita menggunakan microtoise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan anak balita menurut jenis makanan pokok yang dikonsumsi adalah nasi, lauk-pauk yang dikonsumsi adalah telur, dan tempe, sayuran yang sering dikonsumsi adalah bayam, dan buah-buahan yang dikonsumsi adalah pepaya. Tingkat konsumsi energi umumnya baik sebesar 53,8%, tingkat konsumsi protein baik sebesar 100%, dan tingkat konsumsi lemak baik sebesar 46,2%. Status gizi (BB/U) baik sebesar 92,3%, status gizi (TB/U) normal sebesar 66,2% dan status gizi (BB/TB) normal sebesar 92,3%.
Saran dari penelitian ini adalah kepada petugas kesehatan setempat diharapkan lebih memfokuskan penyuluhan terutama bagi ibu yang memiliki anak balita dalam upaya peningkatan gizi khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi anak balita.
in poor families.
The research was a descriptive survey, cross-sectional design. Sample in this study consisted of 65 children taken from 196 children. Respondents in this study were mothers of children under five. Collecting data on family characteristics obtained through interviews using a questionnaire, toddler food consumption data obtained through food recall and food frequency data using scales weight toddlers underfoot and data using microtoise toddler height.
The results showed that the diet of children under five according to the type of food consumed staple is rice, side dishes are consumed eggs, and tempeh, vegetables are often consumed are spinach, and fruits consumed is papaya. Generally good level of energy consumption by 53,8%, good protein consumption level of 100%, and the rate of consumption of good fats 46,2%. Nutritional status (BB/U) are good at 92,3%, nutritional status (TB/U) are normal at 66,2% and nutritional status (BB/TB) are normal at 92,3%.
Suggestions of this study was to local health officials are expected to focus more on education, especially for mothers of children under five in improving nutrition in particular on the provision of food within the household level which is very important to support improved nutrition of children under five.
Kecukupan Gizi Dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Miskin Di Perumnas
Mandala, Kelurahan Kenangan Baru”.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Paiman Sumardi dan Ibunda Herlina yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan pendidikan dan dalam hal apapun.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH yang telah meluangkan waktu di saat bimbingan dan memberikan pemikiran-pemikiran yang
baik serta kritikan dan saran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi dengan lebih baik.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
a. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan.
b. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan
Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah
kesibukannya untuk membantu penulis dalam memberi informasi apapun
yang penulis butuhkan.
e. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
f. Kepala Lurah Kenangan Baru, Mhd. Faisal Nasution, SSTP, MAP, yang telah memberikan izin melakukan survei pendahuluan, penelitian dan
memberikan informasi terkait dalam penyelesaian skripsi ini.
g. Keluargaku Ayahanda Paiman Sumardi, Ibunda Herlina, adik-adikku Lala Nur Aidina, Elisa Lestari, dan Nenek, yang telah memberikan dukungan dan doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
h. Teman seperjuangan PBL Anestia Rovitri, Irma Damayanti, Patima Sijabat, Eskalila, Jenayar, dan Soraya yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini.
i. Teman selama LKP Fannisa Izzati dan Elvira Dewinta Indria, yang telah membantu, mendukung dan menghibur selama penelitian ini.
persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan
sehingga diperlukan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah senantiasa
melimpahkan karunia-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan
masyarakat dan dapat menjadi pemecahan masalah dalam bidang kesehatan,
terutama di bidang gizi kesehatan masyarakat.
Medan, Agustus 2015
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Anak Balita ... 7
2.1.1 Status Gizi Balita ... 7
2.2 Penilaian Status Gizi dengan Metode Antropometri ... 8
2.3 Angka Kecukupan dan Tingkat Kecukupan Gizi Anak Balita ... 9
2.4 Pola Makan ... 10
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Kecukupan Gizi dan Status Gizi Balita ... 12
2.6 Kerangka Konsep ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
3.1 Jenis Penelitian ... 20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 20
3.2.2 Waktu Penelitian ... 21
3.3 Populasi dan Sampel ... 21
3.3.1 Populasi ... 21
3.3.2 Sampel ... 21
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23
3.4.1 Data Primer ... 23
3.4.2 Data Sekunder ... 23
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29
4.2 Karakteristik Keluarga ... 30
4.3 Karakteristik Balita ... 31
4.4 Pola Makan Balita ... 32
4.5 Status Gizi Balita ... 37
4.6 Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi ... 40
BAB V PEMBAHASAN ... 47
5.1 Pola Makan Anak Balita ... 47
5.1.1 Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita Di Kelurahan Kenangan Baru ... 47
5.1.2 Umur Balita Berdasarkan Pola Makan dan Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Lemak di Kelurahan Kenangan Baru ... 49
5.2 Status Gizi Balita ... 51
5.2.1 Umur Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Kenangan Baru ... 52
5.2.2 Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Kenangan Baru ... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
6.1 Kesimpulan ... 59
6.2 Saran ... 59
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 30
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Umur... 31 Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32 Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Pola Makan ... 32 Tabel 4.5 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita di Kelurahan
Kenangan Baru Tahun 2014 ... 33 Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun
2014 Berdasarkan Kecukupan Energi ... 34 Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun
di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.24 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein
di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.25 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein
di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.26 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Tingkat Konsumsi
Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.27 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak
di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.28 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak
Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 22 Januari 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jl. Padi Raya Gg. Nira no.11, Tembung Pasar V,
Deli Serdang
RIWAYAT PENDIDIKAN :
Tahun 2000-2005 : SD Muhammadiyah 01 Medan
Tahun 2005-2008 : SMP Muhammadiyah 01 Medan
Tahun 2008-2011 : SMA Harapan 2 Medan
Lampiran 2 Food Recall Questionaire ... 64
Lampiran 3 Food Frequency Questionaire ... 65
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan ... 66
Lampiran 5 Surat Izin Survei Pendahuluan ... 67
Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 68
Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian ... 69
Lampiran 8 Master Data Kategorik Keluarga ... 70
Lampiran 9 Master Data Kategorik Balita ... 73
Lampiran 10 Master Data Tingkat Konsumsi Balita ... 76
Lampiran 11 Hasil Uji Statistik ... 79
pada keluarga miskin.
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 65 balita yang diambil dari 196 balita. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita. Pengumpulan data tentang karakteristik keluarga diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner, data konsumsi makanan anak balita diperoleh melalui food recall dan food frequency, data berat badan balita menggunakan timbangan pijak dan data tinggi badan balita menggunakan microtoise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan anak balita menurut jenis makanan pokok yang dikonsumsi adalah nasi, lauk-pauk yang dikonsumsi adalah telur, dan tempe, sayuran yang sering dikonsumsi adalah bayam, dan buah-buahan yang dikonsumsi adalah pepaya. Tingkat konsumsi energi umumnya baik sebesar 53,8%, tingkat konsumsi protein baik sebesar 100%, dan tingkat konsumsi lemak baik sebesar 46,2%. Status gizi (BB/U) baik sebesar 92,3%, status gizi (TB/U) normal sebesar 66,2% dan status gizi (BB/TB) normal sebesar 92,3%.
Saran dari penelitian ini adalah kepada petugas kesehatan setempat diharapkan lebih memfokuskan penyuluhan terutama bagi ibu yang memiliki anak balita dalam upaya peningkatan gizi khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi anak balita.
in poor families.
The research was a descriptive survey, cross-sectional design. Sample in this study consisted of 65 children taken from 196 children. Respondents in this study were mothers of children under five. Collecting data on family characteristics obtained through interviews using a questionnaire, toddler food consumption data obtained through food recall and food frequency data using scales weight toddlers underfoot and data using microtoise toddler height.
The results showed that the diet of children under five according to the type of food consumed staple is rice, side dishes are consumed eggs, and tempeh, vegetables are often consumed are spinach, and fruits consumed is papaya. Generally good level of energy consumption by 53,8%, good protein consumption level of 100%, and the rate of consumption of good fats 46,2%. Nutritional status (BB/U) are good at 92,3%, nutritional status (TB/U) are normal at 66,2% and nutritional status (BB/TB) are normal at 92,3%.
Suggestions of this study was to local health officials are expected to focus more on education, especially for mothers of children under five in improving nutrition in particular on the provision of food within the household level which is very important to support improved nutrition of children under five.
Pangan bagi manusia merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi
untuk dapat mempertahankan hidup serta menjalankan kehidupan. Seperti
diketahui, makan diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup
untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas,
pertumbuhan dan perkembangan.
Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya berkualitas pada
hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada
dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya
(Husaini, 2001).
Pola makan balita secara umum hampir sama dengan pola makan keluarga.
Hanya saja pola makan yang baik untuk anak yaitu dengan memperhatikan
kebutuhan gizi anak dan sesuai dengan jadwal usianya. Pada usia balita (1-5
tahun), sudah dapat dikenalkan dengan makanan rumah atau makanan keluarga
dengan variasi makanan yang lebih beragam dengan mengolah makanan yang
memenuhi standar gizi seimbang dengan pilihan menu yang bervariasi sehingga
anak tidak cepat bosan (Adriani, 2014).
Ditinjau dari sudut pendistribusian makanan, sebagian rumah tangga
cenderung untuk memprioritaskan suami daripada anggota rumah tangga lainnya.
Suami biasanya dianggap yang paling berkuasa maka dari itu diberikan
makanan yang paling baik dan paling banyak. Menurut Sediaoetama (2008)
anak-anak, terutama balita harus diberikan jatah utama dalam distribusi makanan rumah
tangga karena anak-anak sedang dalam proses pertumbuhan yang sangat pesat
sehingga memerlukan zat-zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kualitas
yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian Kartika (2002) tentang pola pemberian makan
anak, dari 15 anak yang berstatus gizi kurang ternyata sebagian besar (66,7%)
mempunyai pola makan yang banyak mengandung sumber karbohidrat,
sedangkan 5 anak yang lain mempunyai pola makan lengkap yaitu pola makan
yang mengandung sumber karbohidrat, protein, vitamin/mineral. Dalam
mengonsumsi makanan sumber protein hewani dan sumber vitamin (sayur dan
buah) tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masukan energi dan zat gizi
mempengaruhi keadaan gizi dan pertumbuhan anak.
Berdasarkan hasil penelitian Pertiwi (2012) tentang hubungan antara
angka kecukupan gizi dengan status gizi balita, dari 60 ibu balita yang menjadi
responden didapatkan 55% balita dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang
baik dan terdapat 45% balita dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang
buruk. Asupan nutrisi yang didapatkan balita akan mempengaruhi status gizi.
Berdasarkan hasil penelitian Realita (2010) mengenai hubungan antara
pola makan dengan pertumbuhan balita yang menjelaskan bahwa konsumsi
makanan atau dalam pola pemberian makan yang baik berpengaruh terhadap
status gizi dan pertumbuhan balita. Status gizi baik bila tubuh memperoleh asupan
umum pada keadaan umum sebaik mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan zat gizi.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi kurus dan sangat kurus (wasting) berdasarkan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) pada anak balita berjumlah 12,1% menurun dari
13,3% pada tahun 2010. Angka kejadian gizi buruk pada tahun 2008 yang
mendapat perawatan sebanyak 41.064 kasus, dan pada tahun 2009 sebanyak
56.941 kasus. Prevalensi anak pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2%
meningkat dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 35,6% dan 2007 berjumlah
36,8%. Prevalensi tersebut terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2% pendek.
Secara nasional, prevalensi gizi kurang pada balita mengalami perubahan
yang fluktuatif dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 yaitu jumlah gizi
kurang dan gizi buruk mencapai 18,4% kemudian mengalami kenaikan menjadi
19,6% (Riskesdas 2013).
Masalah gizi disertakan sebagai indikator pencapaian MDGs, khususnya
pada tujuan pertama adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Salah satu
target spesifik yang telah ditetapkan untuk tujuan ini antara lain adalah
menurunnya jumlah balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi. Usaha
pemerintah dalam perbaikan gizi anak-anak yaitu berupa Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), pemberian vitamin serta suplemen yang dibutuhkan bagi balita
oleh Posyandu dan Puskesmas, serta perbaikan layanan kesehatan.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014
1.360.600 orang atau sebesar 9,85 % dari jumlah total penduduk. Jumlah
penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara yang berada di daerah perkotaan
sebanyak 667.500 orang dan di daerah perdesaan sebanyak 693.100 orang.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan, pola makan balita pada keluarga
miskin hanya mengonsumsi makanan pokok berupa nasi dengan lauk pauk. Lauk
pauk yang biasa dikonsumsi adalah tahu, tempe, ikan, dan telur. Sementara itu,
daging sangat jarang dikonsumsi karena harganya relatif mahal. Konsumsi sayur
dan buah juga masih sangat terbatas. Frekuensi makan balita tersebut hanya 2 kali
dalam sehari.
Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala adalah salah satu
kelurahan dengan penduduk miskin. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian
sebagai pedagang, yaitu membuka kedai kecil, sebagai supir angkot dan tukang
becak dengan rentang penghasilan antara Rp 500.000 - Rp 1.800.000 untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penghasilan yang rendah dikhawatirkan
dapat mempengaruhi ketersediaan pangan anak sehingga memungkinkan
konsumsi pangan dan gizi anak rendah. Tingkat penghasilan juga menentukan
jenis pangan yang akan dibeli. Indikator dari keluarga miskin di Kelurahan
Kenangan Baru Perumnas Mandala adalah keluarga tersebut mendapat bantuan
seperti beras miskin (raskin), dan keluarga miskin yang memiliki balita diberikan
bantuan dari Puskesmas yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa
biskuit, susu dan beras jimpitan.
Berdasarkan data dari Kelurahan Kenangan Baru tahun 2014 di Perumnas
sebesar 196 orang (5,3%) diantara penduduk miskin tersebut memiliki balita.
Masalah gizi kurang berdasarkan BB/U juga terdapat di Perumnas Mandala,
Kelurahan Kenangan Baru sebanyak 20 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui pola
makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas
Mandala, Kelurahan Kenangan Baru.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola makan,
kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala,
Kelurahan Kenangan Baru.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pola makan, kecukupan gizi dan status gizi
balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran karakteristik keluarga (pendapatan, pekerjaan
dan pendidikan orangtua) pada keluarga miskin di Perumnas Mandala,
Kelurahan Kenangan Baru.
2. Mengetahui kecukupan energi dan protein yang dikonsumsi balita
pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang
pola makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
Puskesmas Perumnas Mandala mengenai pola makan, kecukupan gizi dan status
gizi balita pada keluarga miskin untuk membuat kebijakan dalam rangka
meningkatkan status kesehatan ibu dan balita serta dapat disalurkan kepada
masyarakat melalui program pembinaan dan pengawasan terhadap tumbuh
kembang balita sehingga diharapkan (dalam mengonsumsi makanan) selalu
memperhatikan aspek gizi untuk makanan yang diberikan kepada anak dan
Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang
pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita
akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas
hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5
tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun
makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu,
sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya
(Supriatin, 2004).
Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat justru
merugikan penyediaan makanan bagi kelompok balita salah satunya yaitu anak
balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik, dan belum dapat
berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk makanannya dan
walaupun tidak mencukupi, sering tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau
mengambil sendiri tambahannya (Santoso, 2009).
2.1.1 Status Gizi Balita
Menurut Suhardjo (2003), status gizi adalah keadaan kesehatan individu
zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya
diukur secara antropometri.
Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh asupan
makanan, pencernaan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status
gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
(Almatsier, 2009).
2.2 Penilaian Status Gizi Anak Balita
Penilaian status gizi adalah proses keadaan tubuh seseorang kemudian
dibandingkan dengan baku standar yang tersedia (Arisman, 2004). Pemantauan
status gizi anak balita mengunakan metode antropometri sebagai cara untuk
menilai status gizi. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam
penelitian ini peneliti mengunakan penilaian status gizi dengan cara pemeriksaaan
fisik yang disebut antropometri (Supariasa, 2012).
Antropometri telah dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi
perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh
siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana (Supariasa, 2012).
Antropometri digunakan untuk mengetahui keseimbangan antara asupan
protein dan energi. Keseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
status gizi, diantaranya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, 2012).
Status gizi yang normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh. Kementrian
Kesehatan RI (Kemenkes) mengeluarkan standar antropometri penilaian status
gizi anak yang digunakan sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan
pihak lain yang tekait dalam penilaian status gizi anak.
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
INDEKS KATEGORI
STATUS GIZI AMBANG BATAS (Z-SCORE) Berat Badan
Sumber : Kemenkes RI 2010
2.3 Angka Kecukupan Gizi Anak Balita
Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan dibuat untuk pengukuran
secara kuantitatif. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah rata-rata
golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal (Almatsier, 2009)
Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat
kecukupan zat gizi individu. Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi
dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya.
Tingkat kecukupan zat gizi individu dapat diperoleh dari perbandingan
antara asupan zat gizi dengan standar angka kecukupan gizi seseorang.
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Balita Rata-Rata Per Hari
Pola makan (food pattern) adalah kebiasaan memilih dan mengonsumsi
bahan makanan oleh sekelompok individu. Pola makan dapat memberi gambaran
mengenai kualitas makanan masyarakat (Suparlan, 2010).
Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Kardjati (2009)
adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan
jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri
Pola makan di suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan
beberapa faktor ataupun kondisi setempat, yang dapat dibagi dalam dua kelompok
yaitu :
a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan
pangan. Dalam kelompok ini termasuk faktor geografi, iklim, dan
kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jum\lah
produksinya di suatu daerah.
b. Faktor ekonomi dan adat istiadat. Taraf sosial ekonomi dan adat
kebiasaan setempat memegang peranan penting dalam pola konsumsi
penduduk. Di samping itu, kebijakan dalam bidang pangan, misalnya
pemberian bantuan atau subsidi terhadap bahan tertentu, dalam
berpengaruh dalam pola konsumsi.
Faktor jumlah anggota keluarga, sosial budaya dan besarnya pengeluaran
untuk pangan juga berperan dalam mempengaruhi susunan makanan dalam
keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan dalam jumlah
yang mencukupi dipengaruhi oleh ketersediaan dan harga bahan makanan. Bahan
makanan yang harganya mahal atau jarang biasanya tidak pernah atau jarang
dihidangkan dalam susunan makanan keluarga (Apriadji, 2009).
Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk,
buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan
kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka
ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun
akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
(Baliwati, 2004).
Martianto dan Ariani (2004) menyatakan bahwa keluarga dengan
pendapatan yang rendah akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan
makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan dari 3 kali menjadi 2
kali dalam sehari. Selain itu, masyarakat berpendapatan rendah juga akan
mengonsumsi pangan dalam jumlah dan jenis yang beragam untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang seimbang seperti mengonsumsi tahu dan tempe sebagai
pengganti daging.
Khomsan (2003) menyatakan bahwa konsumsi pangan dipengaruhi oleh
kebiasaan makannya, selain itu juga akan mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam melakukan pekerjaan sehingga kecukupan konsumsi pangan perlu
mendapat perhatian. Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial
ekonomi rendah sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengonsumsi
pangan (energi dan protein) lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dari
keluarga berada.
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan, Kecukupan Gizi dan Status Gizi Balita
Ada beberapa faktor penyebab gangguan gizi, baik langsung maupun tidak
langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi khususnya gangguan gizi
pada bayi dan balita adalah tidak sesuai jumlah gizi yang mereka peroleh dari
makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Beberapa faktor yang secara tidak
langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak balita antara
1. Umur
Pada usia 1-5 tahun merupakan masa golden age di mana pada masa
itu dibutuhkan zat tenaga yang diperlukan bagi tubuh untuk
pertumbuhannya (Adriani, 2014).
Semakin bertambah usia akan semakin meningkat kebutuhan zat
tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung meningkatnya dan
semakin beragamnya kegiatan fisik (Apriadji, 2009).
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi seseorang.
Anak laki-laki lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein daripada
anak perempuan, karena secara kodrati laki-laki memang diciptakan lebih
kuat daripada perempuan. Hal ini dengan mudah dapat dilihat dari
aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan (Adriani, 2014).
3. Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam
tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka
orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara
pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikannya, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian pertiwi (2012) menyatakan semakin
tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka jumlah anak balita pendek dan
kurus semakin sedikit. Tingkat pendidikan orangtua akan berkaitan erat
yang baik untuk konsumsi keluarga. Ibu rumah tangga yang berpendidikan
akan cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam mutu dan
jumlahnya, dibanding dengan ibu yang pendidikannya lebih rendah.
Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, keterampilan terdapat
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik
pula pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada demikian juga sebaliknya (Supriatin, 2004).
4. Pekerjaan Orangtua
Status ekonomi rumah tangga dapat dilihat dari pekerjaan yang
dilakukan oleh kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga yang
lain. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kepala rumah tangga dan
anggota keluarga lain akan menentukan seberapa besar sumbangan mereka
terhadap keuangan rumah tangga yang kemudian akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, seperti pangan yang bergizi, dan
perawatan kesehatan. Jadi, terdapat hubungan antara konsumsi pangan dan
status ekonomi rumah tangga serta status gizi masyarakat (Suhardjo,
2003).
Keluarga dengan penghasilan rendah akan menggunakan sebagian
besar dari keuangannya untuk membeli makanan dan bahan makanan.
Penghasilan yang rendah berarti rendah pula jumlah uang yang akan
dibelanjakan untuk makanan, sehingga bahan makanan yang dibeli untuk
keluarga tersebut tidak mencukupi untuk mendapat dan memelihara
terjadi perubahan dalam susunan makanan, karena peningkatan
pendapatan tersebut memungkinkan mereka mampu membeli pangan yang
berkualitas dan berkuantitas lebih baik. Asupan makanan yang tidak cukup
baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam jangka lama akan
menyebabkan terjadinya gangguan gizi. Keadaan kurang gizi akan
mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit, mempengaruhi tingkat
kecerdasan dan prestasi belajar, produktivitas kerja dan pendapatan
(Suhardjo, 2007).
Kartika (2002) menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan
orangtua dengan status gizi balita. Rumah tangga dengan kepala keluarga
yang bekerja sebagai pegawai atau yang berpenghasilan tetap hanya lebih
sedikit ditemukan anak yang berstatus gizi kurang (14,2%). Rumah tangga
dengan jenis pekerjaan kepala keluarga yang berpendapatan tidak tetap
yaitu sebagai buruh ditemukan lebih banyak jumlah anak yang berstatus
gizi kurang (25,4%).
5. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan adalah rata-rata pendapatan per bulan keluarga
yang dihitung dari total pengeluaran makanan dan non makanan kemudian
dibagi dengan jumlah anggota keluarga (BPS, 2011).
Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang
mempunyai pendapatan relatif rendah sulit mencukupi kebutuhan
keluarga berpenghasilan rendah. Kemampuan keluarga untuk mencukupi
kebutuhan makanan juga bergantung dari bahan makanan. Bahan makanan
yang harganya mahal biasanya jarang dan bahkan tidak ada (Adriani,
2014).
Berdasarkan hasil penelitian Kartika (2002) menunjukkan bahwa
tingkat dan kualitas konsumsi makanan anggota rumah tangga miskin
tidak memenuhi kecukupan gizi sesuai kebutuhan. Asupan makanan yang
tidak mencukupi, anggota rumah tangga termasuk anak balitanya menjadi
lebih rentan terhadap infeksi sehingga sering menderita sakit. Umumnya,
jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik
juga.
Berdasarkan hasil penelitian Pertiwi (2012) menunjukkan bahwa
rendahnya konsumsi energi dan protein keluarga disebakan karena lebih
dari separuh (76,6%) keluarga memiliki pendapatan kategori rendah,
sehingga mempengaruhi keluarga dalam mengakses pangan yang cukup.
6. Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga dengan jumlah anak yang banyak dan jarak kelahiran yang
sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah, yakni pendapatan
keluarga yang pas-pasan, sedangkan anak banyak maka pemerataan dan
kecukupan makan di dalam keluarga akan sulit dipenuhi. Anak yang lebih
kecil akan mendapat jatah makanan yang lebih sedikit, karena makanan
lebih banyak diberikan kepada kakak mereka yang lebih besar, sehingga
Suhardjo (2003) mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata
antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga.
Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan
meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi
pangan akan semakin tidak merata.
Dalam keluarga dengan anak yang terlalu banyak akan sulit untuk
diurus, sehingga suasana rumah kurang tenang dan dapat mempengaruhi
ketenangan jiwa anak. Suasana demikian secara tidak langsung akan
menurunkan nafsu makan bagi anak yang terlalu peka terhadap suasana
yang kurang menyenangkan (Apriadji, 2009).
Harper (2010), mencoba menghubungkan antara besar keluarga dan
konsumsi pangan, diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak
yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika
dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan
bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang, anak balitanya
lebih sering menderita gizi kurang.
Kartika (2002) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga
mempunyai pengaruh terhadap timbulnya masalah gizi karena dapat
mempengaruhi pendistribusian pangan dalam keluarga.
Pengetahuan penting peranannya dalam menentukan asupan
makanan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap
perilaku dalam memilih makanan yang akan berdampak pada asupan
gizinya. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi, masyarakat akan tahu
bagaimana menyimpan dan menggunakan pangan (Suhardjo, 2007).
Pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan zat gizi berpengaruh
terhadap jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sesungguhnya
berpenghasilan cukup, tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja
(Moehji, 2009).
Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua khususnya ibu,
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita.
Masa peralihan antara saat disapih dan mengikuti pola makan orang
dewasa, merupakan masa rawan karena ibu anak mengikuti kebiasaan
yang keliru. Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti perbaikan gizi pada anak
dapat memperbaiki sikap ibu yang kurang menguntungkan pertumbuhan
anak. Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping
pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi
kontak dengan media massa juga mempengaruhi pengetahuan gizi. Salah
satu penyebab terjadinya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan
gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam
Pertiwi (2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
ibu dengan status gizi balita. Rendahnya tingkat pengetahuan ibu dapat
mempengaruhi rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein pada anak
balita. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik cenderung memilih
makanan yang lebih baik dari pada ibu yang berpendidikan rendah.
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep yang berkaitan antara
variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan bagan diatas menjelaskan bahwa karakteristik keluarga yaitu
pendapatan, pekerjaan, pendidikan dan jumlah balita dapat mempengaruhi pola
makan anak balita yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan yang
dikonsumsi dan frekuensi makan berkaitan dengan kecukupan zat gizi yaitu
rata-rata zat gizi yang harus dikonsumsi setiap hari dimana hal tersebut dapat
menggambarkan keadaan status gizi anak balita berdasarkan indeks berat badan
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional
yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pola makan, kecukupan gizi dan
status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan
Kenangan Baru.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan
Baru dengan alasan sebagai berikut:
1. Salah satu kelurahan dengan mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai pedagang, yaitu membuka kedai kecil, sebagai
supir angkot dan tukang becak dengan rentang penghasilan antara Rp
500.000 - Rp 1.800.000 untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Pola makan balita pada saat survei pendahuluan hanya mengonsumsi
makanan pokok berupa nasi dengan lauk pauk. Lauk pauk yang biasa
dikonsumsi adalah tahu, tempe, ikan, dan telur. Konsumsi sayur dan
buah masih sangat terbatas. Frekuensi makan balita tersebut hanya 2
kali dalam sehari.
3. Masalah gizi kurang berdasarkan BB/U terdapat di Perumnas
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari Bulan Januari - Agustus 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita dari keluarga miskin di
Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru, yaitu 196 balita (1-5 tahun).
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besar sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan rumus Bhisma Murti (2006) yaitu :
65
n = Besar sampel yang akan diteliti
N = Besar populasi = 196
d = Kesalahan yang dapat diabaikan = 10% = 0,1
p = Proporsi keluarga yang mempunyai anak balita gizi kurang = 0,5
Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel yang dibutuhkan dari
hasil penghitungan sebesar 65 orang balita. Responden dalam penelitian ini adalah
ibu yang memiliki anak balita.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang
dilakukan di Kelurahan Kenangan Baru, Perumnas Mandala yang terdiri dari 14
lingkungan. Dari 14 lingkungan dipilih 5 lingkungan yang memiliki penduduk
miskin menurut catatan dari Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala
yaitu lingkungan VII, lingkungan IX, lingkungan X, lingkungan XIII, dan
lingkungan XIV.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus :
n = (populasi keluarga miskin yang memiliki balita)/(jumlah populasi
keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan
No. Lingkungan Jumlah Proporsi sampel Jumlah
1. VII 36
Keseluruhan sampel balita dari keluarga miskin adalah 12+6+13+15+19 =
65 orang balita. Kriteria sampel yaitu :
1. Ibu dan anak balita yang masih tinggal di Kelurahan Kenangan Baru,
2. Ibu yang mempunyai anak yang berumur 1-5 tahun.
3. Bersedia diwawancarai.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Data karakteristik balita (nama, umur, jenis kelamin, berat badan
dan tinggi badan) diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner.
2. Jenis makanan dan frekuensi makanan diperoleh dari hasil wawancara
dengan menggunakan formulir food frequency.
3. Tingkat konsumsi diperoleh dari hasil wawancara dengan
menggunakan formulir food recall 24 jam.
4. Data berat badan balita diperoleh dengan menggunakan timbangan
pijak, tinggi badan balita diperoleh dengan menggunakan microtoise
atau pengukur tinggi badan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yaitu data
penduduk miskin, data pendapatan, data pendidikan dan data pekerjaan. Data
sekunder diperoleh dari Lurah Kelurahan Kenangan Baru Kecamatan Percut Sei
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah pola makan, kecukupan gizi dan
status gizi.
3.5.2 Definisi Operasional
1. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang
dikonsumsi anak balita setiap hari.
2. Keluarga miskin adalah keluarga dengan tingkat perekonomian rendah
dengan penghasilan yang berkisar antara Rp 500.000,- - Rp
1.800.000.- dengan indikator mendapat bantuan beras miskin (raskin)
dan bantuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang sesuai
dengan data dari Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala.
3. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang diberikan
kepada anak balita, yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayuran,
buah-buahan.
4. Frekuensi makan adalah berapa kali setiap jenis makanan dikonsumsi
oleh anak balita pada waktu tertentu, yaitu 3x/hr, 4-6x/minggu,
1-3x/minggu, 1x/bln, tidak pernah.
5. Jumlah makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi balita
6. Status gizi balita adalah keadaan gizi anak balita yang ditentukan
dengan melakukan pengukuran antropometri BB/U, TB/U dan
BB/TB.
7. Pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh
atau dicapai oleh orangtua balita.
8. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orangtua balita secara
rutin yang dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga sehari-hari.
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pola Makan
Pola makan diperoleh dari hasil recall 24 jam konsumsi makanan balita
yang dilakukan 2 kali dan harinya tidak berturut-turut yaitu melalui wawancara
dengan ibu balita. Jenis dan frekuensi makanan pada balita diperoleh melalui FFQ
(Food Frequency Questionaire).
Kategori untuk jenis makanan adalah sebagai berikut :
1. Lengkap yaitu terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran,
buah-buahan, susu
2. Tidak lengkap yaitu makanan pokok dan lauk-pauk.
3.6.2 Kecukupan Gizi
Kecukupan gizi diukur dengan menggunakan formulir food recall 24 jam
dengan cara bahan makanan yang dikonsumsi balita dihitung energi, protein, dan
1. Energi
Tingkat konsumsi energi = (konsumsi energi)/(angka kecukupan gizi
(AKG) energi) X 100%
Klasifikasi tingkat konsumsi energi dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Baik : ≥ 100% AKG
b. Sedang : >80 – 99% AKG
c. Kurang : 70 – 80% AKG
d. Defisit : < 70% AKG
2. Protein
Tingkat konsumsi protein = (konsumsi protein)/(angka kecukupan gizi
(AKG) protein) X 100%
Klasifikasi tingkat konsumsi protein dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Baik : ≥ 100% AKG
b. Sedang : >80 – 99% AKG
c. Kurang : 70 – 80% AKG
d. Defisit : < 70% AKG
3. Lemak
Tingkat konsumsi lemak = (konsumsi lemak)/(angka kecukupan gizi
(AKG) lemak) X 100%
Klasifikasi tingkat konsumsi lemak dibagi menjadi empat, yaitu :
b. Sedang : >80 – 99% AKG
c. Kurang : 70 – 80% AKG
d. Defisit : < 70% AKG
3.6.3 Status Gizi
Status gizi balita diperoleh melalui pengukuran antropometri tinggi badan
menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan ( BB/TB).
Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan Kemenkes RI
(2010) yaitu :
Kategori berdasarkan BB/U :
a. Gizi Buruk : < -3 SD
b. Gizi Kurang : -3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Gizi Baik : -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Gizi Lebih : > 2 SD
Kategori berdasarkan TB/U :
a. Sangat Pendek : < -3 SD
b. Pendek : -3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Tinggi : >2 SD
Kategori berdasarkan BB/TB :
c. Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Gemuk : >2 SD
3.7 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan :
1. Editing
Langkah ini bertujuan untuk meneliti kelengkapan, kejelasan dan
konsistensi, serta kesinambungan data. Data yang sudah terkumpul lalu
diperiksa segera mungkin tentang isi kuesioner.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah
dengan computer menggunakan program SPSS.
3. Entri data
Adalah kegiatan memasukkan data ke dalam media computer
setelah semua data terkumpul.
4. Tabulasi data
Pada tahap ini data dikelompokkan ke dalam tabel tertentu menurut
kategorinya. Setelah data terkumpul, diolah, maka perlu disajikan
4.1.1 Geografi
Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala mempunyai luas wilayah
0.72 km². Kelurahan Kenangan Baru terdiri dari 14 lingkungan dengan 75 RT dan
19 RW.
Adapun batas-batas Kelurahan Kenangan Baru adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kenangan dan
Kecamatan Medan Tembung
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kenangan dan
Kecamatan Medan Denai
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai
4.1.2 Demografi
Mayoritas penduduk miskin di Kelurahan Kenangan Baru bermata
pencaharian sebagai pedagang, yaitu membuka kedai kecil, sebagai supir angkot
tukang becak, dan buruh. Rata – rata penghasilan yang diperoleh adalah antara Rp
500.000 - Rp 1.800.000 untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Indikator
dari keluarga miskin di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala adalah
keluarga tersebut mendapat bantuan seperti beras miskin (raskin), dan keluarga
miskin yang memiliki balita diberikan bantuan dari Puskesmas yaitu Pemberian
4.2 Karakteristik Keluarga
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah ibu dari balita. Dari hasil pengumpulan data tentang karakteristik keluarga meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga, sedangkan karakteristik balita
meliputi umur, berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin. Hasil lengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Karakteristik Keluarga Ayah Ibu
Gambaran karakteristik anggota keluarga, dapat dilihat pada tabel 4.1
bahwa sebagian besar umur ayah pada 31 – 35 tahun sebesar 46,2%, dan ibu pada
umur 26 – 30 tahun sebesar 55,4%. Jumlah anggota keluarga terbanyak yaitu antara 3 – 4 orang sebesar 61,5%, sedangkan jumlah anggota keluarga ≥ 7 orang
sebesar 3,1%. Mayoritas agama yang dianut yaitu agama islam sebesar 64,6% dan
minoritas agama yang dianut yaitu agama khatolik sebesar 4,6%. Tingkat
pendidikan terakhir ayah sebagian besar pada pendidikan SMA sebesar 44,6% dan
tingkat pendidikan ayah terkecil pada pendidikan SD sebesar 4,6%. Tingkat
pendidikan terakhir ibu sebagian besar pada pendidikan SMP sebesar 43,1% dan
tingkat pendidikan ibu terkecil pada pendidikan SD sebesar 24,6%. Mayoritas
pekerjaan ayah adalah sebagai pedagang sebesar 64,6% dan minoritas pekerjaan
ayah adalah sebagai buruh sebesar 3,1%. Pekerjaan ibu sebagian besar adalah
sebagai ibu rumah tangga sebesar 86,2% dan pekerjaan ibu terkecil adalah sebagai
pedagang sebesar 3,1%.
4.3 Karakteristik Balita
Dari hasil pengumpulan data tentang karakteristik balita meliputi umur,
jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan.
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Umur
No. Umur Balita n %
1. 24 – 36 bulan 30 46,2
2. 37 – 60 bulan 35 53,8
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan
umur, dapat dilihat bahwa umur balita pada 24 – 36 bulan sebesar 46,2% dan
umur balita pada 37 – 60 bulan adalah 53,8%.
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin n %
1. Laki – Laki 30 46,2
2. Perempuan 35 53,8
Jumlah 65 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan
jenis kelamin, dapat dilihat jenis kelamin laki-laki sebesar 46,2% dan jenis
kelamin perempuan sebesar 53,8%.
4.4 Pola Makan Balita
Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk,
buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan
kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka
ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Pola makan ini akan memberikan
gambaran terhadap jenis, frekuensi dan jumlah zat gizi dari bahan makanan yang
dikonsumsi balita di Kelurahan Kenangan Baru.
Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Pola Makan
No. Pola Makan N %
1. Lengkap 28 43,1
2. Tidak Lengkap 37 56,9
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan
pola makan, dapat dilihat bahwa pola makan yang lengkap sebesar 43,1% dan
pola makan yang tidak lengkap sebesar 56,9%.
Tabel 4.5 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
Dari data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa sebagian besar pangan
sumber karbohidrat yang dikonsumsi balita adalah nasi dengan frekuensi 1-3x/hari
sebesar 100%.
Konsumsi sumber protein dari pangan hewani balita pada umumnya
adalah telur dengan frekuensi 4-6x/mgg sebesar 73,84%, sebesar 64,61%
mengonsumsi tempe dengan frekuensi 4-6x/mgg dan sebagian kecil balita
mengonsumsi daging sapi sebesar 64,61% dengan frekuensi 1x/bulan.
Konsumsi sumber vitamin dari sayur-sayuran yang sering dikonsumsi
balita yaitu bayam, tauge dan kangkung sebesar 58,46% dengan frekuensi
1-3x/mgg, hanya sebagian kecil balita mengonsumsi kol/wortel/buncis yaitu sebesar
4,61% dengan frekuensi 1-3x/hari, hal ini disebabkan karena balita tidak suka
sayur.
Konsumsi sumber vitamin dari buah-buahan yang sering dikonsumsi yaitu
pepaya sebesar 7,69% dengan frekuensi 1-3x/hari, pisang sebesar 6,15% dengan
frekuensi 1-3x/hari dan hanya sebagian kecil balita mengonsumsi rambutan
sebesar 7,69% dengan frekuensi 4-6x/mgg. Konsumsi makanan selingan balita
sebagian besar mengonsumsi makanan ringan seperti biskuit/roti sebesar 16,92%
dengan frekuensi 1-3x/hari.
Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Kecukupan Energi
No. Kecukupan Energi n %
1. Baik 35 53,8
2. Sedang 25 38,5
3. Kurang 5 7,7
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan
kecukupan energi, dapat dilihat bahwa kecukupan energi pada kategori baik
sebesar 53,8%, kategori sedang sebesar 38,5% dan kategori kurang sebesar 7,7%.
Karakteristik balita di Kelurahan Kenangan Baru berdasarkan kecukupan
protein, diperoleh bahwa sebesar 100% anak balita memiliki kecukupan protein
pada kategori baik.
Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Kecukupan Lemak
No. Kecukupan Lemak n %
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan
kecukupan lemak, dapat dilihat bahwa kecukupan lemak pada kategori baik
sebesar 46,2%, kategori sedang sebesar 46,2%, kategori kurang sebesar 4,6% dan
kategori defisit sebesar 3,1%.
Tabel 4.8 Distribusi Pola Makan Balita Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Umur Balita
Gambaran umur balita berdasarkan pola makan, diperoleh persentase
umur 37 – 60 bulan memiliki pola makan dengan kategori tidak lengkap sebesar 65,7%.
Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Umur
Gambaran umur balita berdasarkan konsumsi energi, diperoleh persentase
terbesar yaitu anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki konsumsi energi baik sebesar 63,3% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 45,7%.
Persentase terkecil yaitu anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki konsumsi energi kurang sebesar 6,7% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 8,6%.
Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Umur Balita
Gambaran umur balita berdasarkan konsumsi protein, diperoleh persentase
terbesar yaitu anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan dan pada kelompok
Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Konsumsi Lemak Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Umur Balita
Gambaran umur balita berdasarkan konsumsi lemak, diperoleh persentase
terbesar yaitu anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki konsumsi lemak baik sebesar 50% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan memiliki
konsumsi lemak sedang sebesar 48,6%. Persentase terkecil yaitu anak balita pada
kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki konsumsi lemak kurang sebesar 6,7% dan
pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 2,9%.
4.5 Status Gizi Balita
Dari hasil penelitian diperoleh status gizi anak balita berdasarkan indeks
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi/panjang badan menurut umur (TB/U)
dan berat badan menurut tinggi/panjang badan (BB/TB).
Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi (BB/U) di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. BB / U n %
1. Kurang 5 7,7
2. Baik 60 92,3
Jumlah 65 100,0
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui gambaran status gizi (BB/U), dapat
dilihat bahwa status gizi (BB/U) pada kategori kurang sebesar 7,7% dan status
Tabel 4.13 Distribusi Status Gizi (TB/U) di Kelurahan Kenangan Baru
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui gambaran status gizi (TB/U), dapat
dilihat bahwa status gizi (TB/U) pendek sebesar 33,8% dan status gizi (TB/U)
normal sebesar 66,2%.
Tabel 4.14 Distribusi Status Gizi (BB/TB) di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. BB / TB n %
1. Kurus 5 7,7
2. Normal 60 92,3
Jumlah 65 100,0
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui gambaran status gizi (BB/TB), dapat
dilihat bahwa status gizi (BB/TB) kurus sebesar 7,7% dan status gizi (BB/TB)
normal sebesar 92,3%.
Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Umur Balita
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui gambaran umur balita berdasarkan status
gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan
status gizi (BB/U) kurang sebesar 6,7% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 8,6%.
Tabel 4.16 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Umur Balita
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui gambaran umur balita berdasarkan status
gizi (TB/U), dapat dilihat bahwa anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki status gizi (TB/U) normal sebesar 73,3% dan pada kelompok umur 37 –
60 bulan sebesar 60%. Anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki status gizi (TB/U) pendek sebesar 26,7% dan pada umur 37 – 60 bulan sebesar 40%.
Tabel 4.17 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Umur Balita
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui gambaran umur balita berdasarkan status
gizi (BB/TB), dapat dilihat bahwa anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan
memiliki status gizi (BB/TB) normal sebesar 93,3% dan pada kelompok umur 37
memiliki status gizi (BB/TB) kurus sebesar 6,7% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 8,6%.
4.6 Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Tabel 4.18 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Pola Makan
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui gambaran pola makan berdasarkan status
gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi (BB/U)
baik memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi (BB/U)
kurang memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 13,5%.
Tabel 4.19 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Pola Makan
normal memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi
(TB/U) pendek memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 59,5%.
Tabel 4.20 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Pola Makan
Berdasarkan tabel 4.20 diketahui gambaran pola makan berdasarkan status
gizi (BB/TB), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi (BB/TB)
normal memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi
(BB/TB) kurus memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 13,5%.
Tabel 4.21 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Konsumsi Energi
Berdasarkan tabel 4.21 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi
berdasarkan status gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita
memiliki status gizi (BB/U) baik pada tingkat konsumsi energi baik sebesar
100%. Balita memiliki status gizi (BB/U) kurang pada tingkat konsumsi energi
Tabel 4.22 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Konsumsi Energi
Berdasarkan tabel 4.22 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi
berdasarkan status gizi (TB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki
status gizi (TB/U) normal pada tingkat konsumsi energi baik sebesar 100%. Balita
memiliki status gizi (TB/U) pendek pada tingkat konsumsi energi kurang sebesar
100%.
Tabel 4.23 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Konsumsi Energi
Berdasarkan tabel 4.23 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi
berdasarkan status gizi (BB/TB), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita
memiliki status gizi (BB/TB) normal pada tingkat konsumsi energi baik sebesar
100%. Balita memiliki status gizi (BB/TB) kurus pada tingkat konsumsi energi
Tabel 4.24 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Konsumsi Protein
Berdasarkan tabel 4.24 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein
berdasarkan status gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita
memiliki status gizi (BB/U) baik pada tingkat konsumsi protein baik sebesar
92,3%. Balita memiliki status gizi (BB/U) kurang pada tingkat konsumsi protein
baik sebesar 7,7%.
Tabel 4.25 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Konsumsi Protein
Berdasarkan tabel 4.25 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein
berdasarkan status gizi (TB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki
status gizi (TB/U) normal pada tingkat konsumsi protein baik sebesar 66,2%.
Balita memiliki status gizi (TB/U) pendek pada tingkat konsumsi protein baik
sebesar 33,8%.
Tabel 4.26 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.26 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein
berdasarkan status gizi (BB/TB), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita
memiliki status gizi (BB/TB) normal pada tingkat konsumsi protein baik sebesar
92,3%. Balita memiliki status gizi (BB/TB) kurus pada tingkat konsumsi protein
baik sebesar 7,7%.
Tabel 4.27 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014
No. Konsumsi Lemak
Berdasarkan tabel 4.27 diketahui gambaran tingkat konsumsi lemak
berdasarkan status gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita
memiliki status gizi (BB/U) baik pada tingkat konsumsi lemak baik sebesar 100%.
Balita memiliki status gizi (BB/U) kurang pada tingkat konsumsi lemak defisit
sebesar 100%.
Tabel 4.28 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014