• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Makan, Kecukupan Gizi dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Makan, Kecukupan Gizi dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

CHINTYA NURUL AIDINA NIM. 111000235

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

CHINTYA NURUL AIDINA NIM. 111000235

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015

Chintya Nurul Aidina

(4)
(5)

pada keluarga miskin.

Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 65 balita yang diambil dari 196 balita. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita. Pengumpulan data tentang karakteristik keluarga diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner, data konsumsi makanan anak balita diperoleh melalui food recall dan food frequency, data berat badan balita menggunakan timbangan pijak dan data tinggi badan balita menggunakan microtoise.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan anak balita menurut jenis makanan pokok yang dikonsumsi adalah nasi, lauk-pauk yang dikonsumsi adalah telur, dan tempe, sayuran yang sering dikonsumsi adalah bayam, dan buah-buahan yang dikonsumsi adalah pepaya. Tingkat konsumsi energi umumnya baik sebesar 53,8%, tingkat konsumsi protein baik sebesar 100%, dan tingkat konsumsi lemak baik sebesar 46,2%. Status gizi (BB/U) baik sebesar 92,3%, status gizi (TB/U) normal sebesar 66,2% dan status gizi (BB/TB) normal sebesar 92,3%.

Saran dari penelitian ini adalah kepada petugas kesehatan setempat diharapkan lebih memfokuskan penyuluhan terutama bagi ibu yang memiliki anak balita dalam upaya peningkatan gizi khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi anak balita.

(6)

in poor families.

The research was a descriptive survey, cross-sectional design. Sample in this study consisted of 65 children taken from 196 children. Respondents in this study were mothers of children under five. Collecting data on family characteristics obtained through interviews using a questionnaire, toddler food consumption data obtained through food recall and food frequency data using scales weight toddlers underfoot and data using microtoise toddler height.

The results showed that the diet of children under five according to the type of food consumed staple is rice, side dishes are consumed eggs, and tempeh, vegetables are often consumed are spinach, and fruits consumed is papaya. Generally good level of energy consumption by 53,8%, good protein consumption level of 100%, and the rate of consumption of good fats 46,2%. Nutritional status (BB/U) are good at 92,3%, nutritional status (TB/U) are normal at 66,2% and nutritional status (BB/TB) are normal at 92,3%.

Suggestions of this study was to local health officials are expected to focus more on education, especially for mothers of children under five in improving nutrition in particular on the provision of food within the household level which is very important to support improved nutrition of children under five.

(7)

Kecukupan Gizi Dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Miskin Di Perumnas

Mandala, Kelurahan Kenangan Baru”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Paiman Sumardi dan Ibunda Herlina yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan dan dalam hal apapun.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH yang telah meluangkan waktu di saat bimbingan dan memberikan pemikiran-pemikiran yang

baik serta kritikan dan saran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi dengan lebih baik.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

a. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan.

b. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

(8)

Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah

kesibukannya untuk membantu penulis dalam memberi informasi apapun

yang penulis butuhkan.

e. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

f. Kepala Lurah Kenangan Baru, Mhd. Faisal Nasution, SSTP, MAP, yang telah memberikan izin melakukan survei pendahuluan, penelitian dan

memberikan informasi terkait dalam penyelesaian skripsi ini.

g. Keluargaku Ayahanda Paiman Sumardi, Ibunda Herlina, adik-adikku Lala Nur Aidina, Elisa Lestari, dan Nenek, yang telah memberikan dukungan dan doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

h. Teman seperjuangan PBL Anestia Rovitri, Irma Damayanti, Patima Sijabat, Eskalila, Jenayar, dan Soraya yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini.

i. Teman selama LKP Fannisa Izzati dan Elvira Dewinta Indria, yang telah membantu, mendukung dan menghibur selama penelitian ini.

(9)

persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan

sehingga diperlukan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah senantiasa

melimpahkan karunia-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak, perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan

masyarakat dan dapat menjadi pemecahan masalah dalam bidang kesehatan,

terutama di bidang gizi kesehatan masyarakat.

Medan, Agustus 2015

(10)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Anak Balita ... 7

2.1.1 Status Gizi Balita ... 7

2.2 Penilaian Status Gizi dengan Metode Antropometri ... 8

2.3 Angka Kecukupan dan Tingkat Kecukupan Gizi Anak Balita ... 9

2.4 Pola Makan ... 10

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Kecukupan Gizi dan Status Gizi Balita ... 12

2.6 Kerangka Konsep ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 20

3.2.2 Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 21

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Data Primer ... 23

3.4.2 Data Sekunder ... 23

(11)

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.2 Karakteristik Keluarga ... 30

4.3 Karakteristik Balita ... 31

4.4 Pola Makan Balita ... 32

4.5 Status Gizi Balita ... 37

4.6 Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi ... 40

BAB V PEMBAHASAN ... 47

5.1 Pola Makan Anak Balita ... 47

5.1.1 Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita Di Kelurahan Kenangan Baru ... 47

5.1.2 Umur Balita Berdasarkan Pola Makan dan Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Lemak di Kelurahan Kenangan Baru ... 49

5.2 Status Gizi Balita ... 51

5.2.1 Umur Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Kenangan Baru ... 52

5.2.2 Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Kenangan Baru ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 59

(12)

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 30

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Umur... 31 Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32 Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Pola Makan ... 32 Tabel 4.5 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita di Kelurahan

Kenangan Baru Tahun 2014 ... 33 Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun

2014 Berdasarkan Kecukupan Energi ... 34 Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun

(13)

di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.24 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein

di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.25 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein

di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.26 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Tingkat Konsumsi

Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.27 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak

di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.28 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak

(14)
(15)

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 22 Januari 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Padi Raya Gg. Nira no.11, Tembung Pasar V,

Deli Serdang

RIWAYAT PENDIDIKAN :

Tahun 2000-2005 : SD Muhammadiyah 01 Medan

Tahun 2005-2008 : SMP Muhammadiyah 01 Medan

Tahun 2008-2011 : SMA Harapan 2 Medan

(16)

Lampiran 2 Food Recall Questionaire ... 64

Lampiran 3 Food Frequency Questionaire ... 65

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan ... 66

Lampiran 5 Surat Izin Survei Pendahuluan ... 67

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 68

Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian ... 69

Lampiran 8 Master Data Kategorik Keluarga ... 70

Lampiran 9 Master Data Kategorik Balita ... 73

Lampiran 10 Master Data Tingkat Konsumsi Balita ... 76

Lampiran 11 Hasil Uji Statistik ... 79

(17)

pada keluarga miskin.

Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 65 balita yang diambil dari 196 balita. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita. Pengumpulan data tentang karakteristik keluarga diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner, data konsumsi makanan anak balita diperoleh melalui food recall dan food frequency, data berat badan balita menggunakan timbangan pijak dan data tinggi badan balita menggunakan microtoise.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan anak balita menurut jenis makanan pokok yang dikonsumsi adalah nasi, lauk-pauk yang dikonsumsi adalah telur, dan tempe, sayuran yang sering dikonsumsi adalah bayam, dan buah-buahan yang dikonsumsi adalah pepaya. Tingkat konsumsi energi umumnya baik sebesar 53,8%, tingkat konsumsi protein baik sebesar 100%, dan tingkat konsumsi lemak baik sebesar 46,2%. Status gizi (BB/U) baik sebesar 92,3%, status gizi (TB/U) normal sebesar 66,2% dan status gizi (BB/TB) normal sebesar 92,3%.

Saran dari penelitian ini adalah kepada petugas kesehatan setempat diharapkan lebih memfokuskan penyuluhan terutama bagi ibu yang memiliki anak balita dalam upaya peningkatan gizi khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi anak balita.

(18)

in poor families.

The research was a descriptive survey, cross-sectional design. Sample in this study consisted of 65 children taken from 196 children. Respondents in this study were mothers of children under five. Collecting data on family characteristics obtained through interviews using a questionnaire, toddler food consumption data obtained through food recall and food frequency data using scales weight toddlers underfoot and data using microtoise toddler height.

The results showed that the diet of children under five according to the type of food consumed staple is rice, side dishes are consumed eggs, and tempeh, vegetables are often consumed are spinach, and fruits consumed is papaya. Generally good level of energy consumption by 53,8%, good protein consumption level of 100%, and the rate of consumption of good fats 46,2%. Nutritional status (BB/U) are good at 92,3%, nutritional status (TB/U) are normal at 66,2% and nutritional status (BB/TB) are normal at 92,3%.

Suggestions of this study was to local health officials are expected to focus more on education, especially for mothers of children under five in improving nutrition in particular on the provision of food within the household level which is very important to support improved nutrition of children under five.

(19)

Pangan bagi manusia merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi

untuk dapat mempertahankan hidup serta menjalankan kehidupan. Seperti

diketahui, makan diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup

untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas,

pertumbuhan dan perkembangan.

Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya berkualitas pada

hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada

dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya

(Husaini, 2001).

Pola makan balita secara umum hampir sama dengan pola makan keluarga.

Hanya saja pola makan yang baik untuk anak yaitu dengan memperhatikan

kebutuhan gizi anak dan sesuai dengan jadwal usianya. Pada usia balita (1-5

tahun), sudah dapat dikenalkan dengan makanan rumah atau makanan keluarga

dengan variasi makanan yang lebih beragam dengan mengolah makanan yang

memenuhi standar gizi seimbang dengan pilihan menu yang bervariasi sehingga

anak tidak cepat bosan (Adriani, 2014).

Ditinjau dari sudut pendistribusian makanan, sebagian rumah tangga

cenderung untuk memprioritaskan suami daripada anggota rumah tangga lainnya.

Suami biasanya dianggap yang paling berkuasa maka dari itu diberikan

(20)

makanan yang paling baik dan paling banyak. Menurut Sediaoetama (2008)

anak-anak, terutama balita harus diberikan jatah utama dalam distribusi makanan rumah

tangga karena anak-anak sedang dalam proses pertumbuhan yang sangat pesat

sehingga memerlukan zat-zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kualitas

yang lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian Kartika (2002) tentang pola pemberian makan

anak, dari 15 anak yang berstatus gizi kurang ternyata sebagian besar (66,7%)

mempunyai pola makan yang banyak mengandung sumber karbohidrat,

sedangkan 5 anak yang lain mempunyai pola makan lengkap yaitu pola makan

yang mengandung sumber karbohidrat, protein, vitamin/mineral. Dalam

mengonsumsi makanan sumber protein hewani dan sumber vitamin (sayur dan

buah) tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masukan energi dan zat gizi

mempengaruhi keadaan gizi dan pertumbuhan anak.

Berdasarkan hasil penelitian Pertiwi (2012) tentang hubungan antara

angka kecukupan gizi dengan status gizi balita, dari 60 ibu balita yang menjadi

responden didapatkan 55% balita dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang

baik dan terdapat 45% balita dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang

buruk. Asupan nutrisi yang didapatkan balita akan mempengaruhi status gizi.

Berdasarkan hasil penelitian Realita (2010) mengenai hubungan antara

pola makan dengan pertumbuhan balita yang menjelaskan bahwa konsumsi

makanan atau dalam pola pemberian makan yang baik berpengaruh terhadap

status gizi dan pertumbuhan balita. Status gizi baik bila tubuh memperoleh asupan

(21)

umum pada keadaan umum sebaik mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh

mengalami kekurangan zat gizi.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan

bahwa prevalensi kurus dan sangat kurus (wasting) berdasarkan berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB) pada anak balita berjumlah 12,1% menurun dari

13,3% pada tahun 2010. Angka kejadian gizi buruk pada tahun 2008 yang

mendapat perawatan sebanyak 41.064 kasus, dan pada tahun 2009 sebanyak

56.941 kasus. Prevalensi anak pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2%

meningkat dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 35,6% dan 2007 berjumlah

36,8%. Prevalensi tersebut terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2% pendek.

Secara nasional, prevalensi gizi kurang pada balita mengalami perubahan

yang fluktuatif dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 yaitu jumlah gizi

kurang dan gizi buruk mencapai 18,4% kemudian mengalami kenaikan menjadi

19,6% (Riskesdas 2013).

Masalah gizi disertakan sebagai indikator pencapaian MDGs, khususnya

pada tujuan pertama adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Salah satu

target spesifik yang telah ditetapkan untuk tujuan ini antara lain adalah

menurunnya jumlah balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi. Usaha

pemerintah dalam perbaikan gizi anak-anak yaitu berupa Pemberian Makanan

Tambahan (PMT), pemberian vitamin serta suplemen yang dibutuhkan bagi balita

oleh Posyandu dan Puskesmas, serta perbaikan layanan kesehatan.

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014

(22)

1.360.600 orang atau sebesar 9,85 % dari jumlah total penduduk. Jumlah

penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara yang berada di daerah perkotaan

sebanyak 667.500 orang dan di daerah perdesaan sebanyak 693.100 orang.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, pola makan balita pada keluarga

miskin hanya mengonsumsi makanan pokok berupa nasi dengan lauk pauk. Lauk

pauk yang biasa dikonsumsi adalah tahu, tempe, ikan, dan telur. Sementara itu,

daging sangat jarang dikonsumsi karena harganya relatif mahal. Konsumsi sayur

dan buah juga masih sangat terbatas. Frekuensi makan balita tersebut hanya 2 kali

dalam sehari.

Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala adalah salah satu

kelurahan dengan penduduk miskin. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian

sebagai pedagang, yaitu membuka kedai kecil, sebagai supir angkot dan tukang

becak dengan rentang penghasilan antara Rp 500.000 - Rp 1.800.000 untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penghasilan yang rendah dikhawatirkan

dapat mempengaruhi ketersediaan pangan anak sehingga memungkinkan

konsumsi pangan dan gizi anak rendah. Tingkat penghasilan juga menentukan

jenis pangan yang akan dibeli. Indikator dari keluarga miskin di Kelurahan

Kenangan Baru Perumnas Mandala adalah keluarga tersebut mendapat bantuan

seperti beras miskin (raskin), dan keluarga miskin yang memiliki balita diberikan

bantuan dari Puskesmas yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa

biskuit, susu dan beras jimpitan.

Berdasarkan data dari Kelurahan Kenangan Baru tahun 2014 di Perumnas

(23)

sebesar 196 orang (5,3%) diantara penduduk miskin tersebut memiliki balita.

Masalah gizi kurang berdasarkan BB/U juga terdapat di Perumnas Mandala,

Kelurahan Kenangan Baru sebanyak 20 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui pola

makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas

Mandala, Kelurahan Kenangan Baru.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola makan,

kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala,

Kelurahan Kenangan Baru.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pola makan, kecukupan gizi dan status gizi

balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik keluarga (pendapatan, pekerjaan

dan pendidikan orangtua) pada keluarga miskin di Perumnas Mandala,

Kelurahan Kenangan Baru.

2. Mengetahui kecukupan energi dan protein yang dikonsumsi balita

pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan

(24)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang

pola makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin.

1.4.2 Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi

Puskesmas Perumnas Mandala mengenai pola makan, kecukupan gizi dan status

gizi balita pada keluarga miskin untuk membuat kebijakan dalam rangka

meningkatkan status kesehatan ibu dan balita serta dapat disalurkan kepada

masyarakat melalui program pembinaan dan pengawasan terhadap tumbuh

kembang balita sehingga diharapkan (dalam mengonsumsi makanan) selalu

memperhatikan aspek gizi untuk makanan yang diberikan kepada anak dan

(25)

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.

Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita

akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas

hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5

tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun

makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu,

sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya

(Supriatin, 2004).

Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat justru

merugikan penyediaan makanan bagi kelompok balita salah satunya yaitu anak

balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik, dan belum dapat

berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk makanannya dan

walaupun tidak mencukupi, sering tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau

mengambil sendiri tambahannya (Santoso, 2009).

2.1.1 Status Gizi Balita

Menurut Suhardjo (2003), status gizi adalah keadaan kesehatan individu

(26)

zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya

diukur secara antropometri.

Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh asupan

makanan, pencernaan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

(Almatsier, 2009).

2.2 Penilaian Status Gizi Anak Balita

Penilaian status gizi adalah proses keadaan tubuh seseorang kemudian

dibandingkan dengan baku standar yang tersedia (Arisman, 2004). Pemantauan

status gizi anak balita mengunakan metode antropometri sebagai cara untuk

menilai status gizi. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam

penelitian ini peneliti mengunakan penilaian status gizi dengan cara pemeriksaaan

fisik yang disebut antropometri (Supariasa, 2012).

Antropometri telah dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi

perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh

siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana (Supariasa, 2012).

Antropometri digunakan untuk mengetahui keseimbangan antara asupan

protein dan energi. Keseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

(27)

status gizi, diantaranya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, 2012).

Status gizi yang normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas

makanan yang dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh. Kementrian

Kesehatan RI (Kemenkes) mengeluarkan standar antropometri penilaian status

gizi anak yang digunakan sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, Fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan

pihak lain yang tekait dalam penilaian status gizi anak.

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

INDEKS KATEGORI

STATUS GIZI AMBANG BATAS (Z-SCORE) Berat Badan

Sumber : Kemenkes RI 2010

2.3 Angka Kecukupan Gizi Anak Balita

Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan dibuat untuk pengukuran

secara kuantitatif. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah rata-rata

(28)

golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal (Almatsier, 2009)

Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat

kecukupan zat gizi individu. Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi

dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya.

Tingkat kecukupan zat gizi individu dapat diperoleh dari perbandingan

antara asupan zat gizi dengan standar angka kecukupan gizi seseorang.

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Balita Rata-Rata Per Hari

Pola makan (food pattern) adalah kebiasaan memilih dan mengonsumsi

bahan makanan oleh sekelompok individu. Pola makan dapat memberi gambaran

mengenai kualitas makanan masyarakat (Suparlan, 2010).

Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Kardjati (2009)

adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan

jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

(29)

Pola makan di suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan

beberapa faktor ataupun kondisi setempat, yang dapat dibagi dalam dua kelompok

yaitu :

a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan

pangan. Dalam kelompok ini termasuk faktor geografi, iklim, dan

kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jum\lah

produksinya di suatu daerah.

b. Faktor ekonomi dan adat istiadat. Taraf sosial ekonomi dan adat

kebiasaan setempat memegang peranan penting dalam pola konsumsi

penduduk. Di samping itu, kebijakan dalam bidang pangan, misalnya

pemberian bantuan atau subsidi terhadap bahan tertentu, dalam

berpengaruh dalam pola konsumsi.

Faktor jumlah anggota keluarga, sosial budaya dan besarnya pengeluaran

untuk pangan juga berperan dalam mempengaruhi susunan makanan dalam

keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan dalam jumlah

yang mencukupi dipengaruhi oleh ketersediaan dan harga bahan makanan. Bahan

makanan yang harganya mahal atau jarang biasanya tidak pernah atau jarang

dihidangkan dalam susunan makanan keluarga (Apriadji, 2009).

Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk,

buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan

kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka

ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun

(30)

akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit

(Baliwati, 2004).

Martianto dan Ariani (2004) menyatakan bahwa keluarga dengan

pendapatan yang rendah akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan

makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan dari 3 kali menjadi 2

kali dalam sehari. Selain itu, masyarakat berpendapatan rendah juga akan

mengonsumsi pangan dalam jumlah dan jenis yang beragam untuk memenuhi

kebutuhan gizi yang seimbang seperti mengonsumsi tahu dan tempe sebagai

pengganti daging.

Khomsan (2003) menyatakan bahwa konsumsi pangan dipengaruhi oleh

kebiasaan makannya, selain itu juga akan mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam melakukan pekerjaan sehingga kecukupan konsumsi pangan perlu

mendapat perhatian. Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial

ekonomi rendah sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengonsumsi

pangan (energi dan protein) lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dari

keluarga berada.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan, Kecukupan Gizi dan Status Gizi Balita

Ada beberapa faktor penyebab gangguan gizi, baik langsung maupun tidak

langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi khususnya gangguan gizi

pada bayi dan balita adalah tidak sesuai jumlah gizi yang mereka peroleh dari

makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Beberapa faktor yang secara tidak

langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak balita antara

(31)

1. Umur

Pada usia 1-5 tahun merupakan masa golden age di mana pada masa

itu dibutuhkan zat tenaga yang diperlukan bagi tubuh untuk

pertumbuhannya (Adriani, 2014).

Semakin bertambah usia akan semakin meningkat kebutuhan zat

tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung meningkatnya dan

semakin beragamnya kegiatan fisik (Apriadji, 2009).

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi seseorang.

Anak laki-laki lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein daripada

anak perempuan, karena secara kodrati laki-laki memang diciptakan lebih

kuat daripada perempuan. Hal ini dengan mudah dapat dilihat dari

aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan (Adriani, 2014).

3. Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam

tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka

orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara

pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,

pendidikannya, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian pertiwi (2012) menyatakan semakin

tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka jumlah anak balita pendek dan

kurus semakin sedikit. Tingkat pendidikan orangtua akan berkaitan erat

(32)

yang baik untuk konsumsi keluarga. Ibu rumah tangga yang berpendidikan

akan cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam mutu dan

jumlahnya, dibanding dengan ibu yang pendidikannya lebih rendah.

Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, keterampilan terdapat

kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik

pula pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada demikian juga sebaliknya (Supriatin, 2004).

4. Pekerjaan Orangtua

Status ekonomi rumah tangga dapat dilihat dari pekerjaan yang

dilakukan oleh kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga yang

lain. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kepala rumah tangga dan

anggota keluarga lain akan menentukan seberapa besar sumbangan mereka

terhadap keuangan rumah tangga yang kemudian akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, seperti pangan yang bergizi, dan

perawatan kesehatan. Jadi, terdapat hubungan antara konsumsi pangan dan

status ekonomi rumah tangga serta status gizi masyarakat (Suhardjo,

2003).

Keluarga dengan penghasilan rendah akan menggunakan sebagian

besar dari keuangannya untuk membeli makanan dan bahan makanan.

Penghasilan yang rendah berarti rendah pula jumlah uang yang akan

dibelanjakan untuk makanan, sehingga bahan makanan yang dibeli untuk

keluarga tersebut tidak mencukupi untuk mendapat dan memelihara

(33)

terjadi perubahan dalam susunan makanan, karena peningkatan

pendapatan tersebut memungkinkan mereka mampu membeli pangan yang

berkualitas dan berkuantitas lebih baik. Asupan makanan yang tidak cukup

baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam jangka lama akan

menyebabkan terjadinya gangguan gizi. Keadaan kurang gizi akan

mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit, mempengaruhi tingkat

kecerdasan dan prestasi belajar, produktivitas kerja dan pendapatan

(Suhardjo, 2007).

Kartika (2002) menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan

orangtua dengan status gizi balita. Rumah tangga dengan kepala keluarga

yang bekerja sebagai pegawai atau yang berpenghasilan tetap hanya lebih

sedikit ditemukan anak yang berstatus gizi kurang (14,2%). Rumah tangga

dengan jenis pekerjaan kepala keluarga yang berpendapatan tidak tetap

yaitu sebagai buruh ditemukan lebih banyak jumlah anak yang berstatus

gizi kurang (25,4%).

5. Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan adalah rata-rata pendapatan per bulan keluarga

yang dihitung dari total pengeluaran makanan dan non makanan kemudian

dibagi dengan jumlah anggota keluarga (BPS, 2011).

Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang

mempunyai pendapatan relatif rendah sulit mencukupi kebutuhan

(34)

keluarga berpenghasilan rendah. Kemampuan keluarga untuk mencukupi

kebutuhan makanan juga bergantung dari bahan makanan. Bahan makanan

yang harganya mahal biasanya jarang dan bahkan tidak ada (Adriani,

2014).

Berdasarkan hasil penelitian Kartika (2002) menunjukkan bahwa

tingkat dan kualitas konsumsi makanan anggota rumah tangga miskin

tidak memenuhi kecukupan gizi sesuai kebutuhan. Asupan makanan yang

tidak mencukupi, anggota rumah tangga termasuk anak balitanya menjadi

lebih rentan terhadap infeksi sehingga sering menderita sakit. Umumnya,

jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik

juga.

Berdasarkan hasil penelitian Pertiwi (2012) menunjukkan bahwa

rendahnya konsumsi energi dan protein keluarga disebakan karena lebih

dari separuh (76,6%) keluarga memiliki pendapatan kategori rendah,

sehingga mempengaruhi keluarga dalam mengakses pangan yang cukup.

6. Jumlah Anggota Keluarga

Keluarga dengan jumlah anak yang banyak dan jarak kelahiran yang

sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah, yakni pendapatan

keluarga yang pas-pasan, sedangkan anak banyak maka pemerataan dan

kecukupan makan di dalam keluarga akan sulit dipenuhi. Anak yang lebih

kecil akan mendapat jatah makanan yang lebih sedikit, karena makanan

lebih banyak diberikan kepada kakak mereka yang lebih besar, sehingga

(35)

Suhardjo (2003) mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata

antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga.

Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan

meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi

pangan akan semakin tidak merata.

Dalam keluarga dengan anak yang terlalu banyak akan sulit untuk

diurus, sehingga suasana rumah kurang tenang dan dapat mempengaruhi

ketenangan jiwa anak. Suasana demikian secara tidak langsung akan

menurunkan nafsu makan bagi anak yang terlalu peka terhadap suasana

yang kurang menyenangkan (Apriadji, 2009).

Harper (2010), mencoba menghubungkan antara besar keluarga dan

konsumsi pangan, diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak

yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika

dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan

bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang, anak balitanya

lebih sering menderita gizi kurang.

Kartika (2002) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga

mempunyai pengaruh terhadap timbulnya masalah gizi karena dapat

mempengaruhi pendistribusian pangan dalam keluarga.

(36)

Pengetahuan penting peranannya dalam menentukan asupan

makanan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap

perilaku dalam memilih makanan yang akan berdampak pada asupan

gizinya. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi, masyarakat akan tahu

bagaimana menyimpan dan menggunakan pangan (Suhardjo, 2007).

Pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan zat gizi berpengaruh

terhadap jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sesungguhnya

berpenghasilan cukup, tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja

(Moehji, 2009).

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua khususnya ibu,

merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita.

Masa peralihan antara saat disapih dan mengikuti pola makan orang

dewasa, merupakan masa rawan karena ibu anak mengikuti kebiasaan

yang keliru. Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti perbaikan gizi pada anak

dapat memperbaiki sikap ibu yang kurang menguntungkan pertumbuhan

anak. Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping

pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi

kontak dengan media massa juga mempengaruhi pengetahuan gizi. Salah

satu penyebab terjadinya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan

gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam

(37)

Pertiwi (2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

ibu dengan status gizi balita. Rendahnya tingkat pengetahuan ibu dapat

mempengaruhi rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein pada anak

balita. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik cenderung memilih

makanan yang lebih baik dari pada ibu yang berpendidikan rendah.

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep yang berkaitan antara

variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan bagan diatas menjelaskan bahwa karakteristik keluarga yaitu

pendapatan, pekerjaan, pendidikan dan jumlah balita dapat mempengaruhi pola

makan anak balita yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan yang

dikonsumsi dan frekuensi makan berkaitan dengan kecukupan zat gizi yaitu

rata-rata zat gizi yang harus dikonsumsi setiap hari dimana hal tersebut dapat

menggambarkan keadaan status gizi anak balita berdasarkan indeks berat badan

(38)

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional

yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pola makan, kecukupan gizi dan

status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan

Kenangan Baru.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan

Baru dengan alasan sebagai berikut:

1. Salah satu kelurahan dengan mayoritas penduduknya bermata

pencaharian sebagai pedagang, yaitu membuka kedai kecil, sebagai

supir angkot dan tukang becak dengan rentang penghasilan antara Rp

500.000 - Rp 1.800.000 untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

2. Pola makan balita pada saat survei pendahuluan hanya mengonsumsi

makanan pokok berupa nasi dengan lauk pauk. Lauk pauk yang biasa

dikonsumsi adalah tahu, tempe, ikan, dan telur. Konsumsi sayur dan

buah masih sangat terbatas. Frekuensi makan balita tersebut hanya 2

kali dalam sehari.

3. Masalah gizi kurang berdasarkan BB/U terdapat di Perumnas

(39)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari Bulan Januari - Agustus 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita dari keluarga miskin di

Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru, yaitu 196 balita (1-5 tahun).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besar sampel dalam penelitian ini

ditentukan dengan menggunakan rumus Bhisma Murti (2006) yaitu :

65

n = Besar sampel yang akan diteliti

N = Besar populasi = 196

d = Kesalahan yang dapat diabaikan = 10% = 0,1

p = Proporsi keluarga yang mempunyai anak balita gizi kurang = 0,5

(40)

Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel yang dibutuhkan dari

hasil penghitungan sebesar 65 orang balita. Responden dalam penelitian ini adalah

ibu yang memiliki anak balita.

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang

dilakukan di Kelurahan Kenangan Baru, Perumnas Mandala yang terdiri dari 14

lingkungan. Dari 14 lingkungan dipilih 5 lingkungan yang memiliki penduduk

miskin menurut catatan dari Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala

yaitu lingkungan VII, lingkungan IX, lingkungan X, lingkungan XIII, dan

lingkungan XIV.

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus :

n = (populasi keluarga miskin yang memiliki balita)/(jumlah populasi

keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan

No. Lingkungan Jumlah Proporsi sampel Jumlah

1. VII 36

Keseluruhan sampel balita dari keluarga miskin adalah 12+6+13+15+19 =

65 orang balita. Kriteria sampel yaitu :

1. Ibu dan anak balita yang masih tinggal di Kelurahan Kenangan Baru,

(41)

2. Ibu yang mempunyai anak yang berumur 1-5 tahun.

3. Bersedia diwawancarai.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Data karakteristik balita (nama, umur, jenis kelamin, berat badan

dan tinggi badan) diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner.

2. Jenis makanan dan frekuensi makanan diperoleh dari hasil wawancara

dengan menggunakan formulir food frequency.

3. Tingkat konsumsi diperoleh dari hasil wawancara dengan

menggunakan formulir food recall 24 jam.

4. Data berat badan balita diperoleh dengan menggunakan timbangan

pijak, tinggi badan balita diperoleh dengan menggunakan microtoise

atau pengukur tinggi badan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yaitu data

penduduk miskin, data pendapatan, data pendidikan dan data pekerjaan. Data

sekunder diperoleh dari Lurah Kelurahan Kenangan Baru Kecamatan Percut Sei

(42)

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah pola makan, kecukupan gizi dan

status gizi.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang

dikonsumsi anak balita setiap hari.

2. Keluarga miskin adalah keluarga dengan tingkat perekonomian rendah

dengan penghasilan yang berkisar antara Rp 500.000,- - Rp

1.800.000.- dengan indikator mendapat bantuan beras miskin (raskin)

dan bantuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang sesuai

dengan data dari Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala.

3. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang diberikan

kepada anak balita, yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayuran,

buah-buahan.

4. Frekuensi makan adalah berapa kali setiap jenis makanan dikonsumsi

oleh anak balita pada waktu tertentu, yaitu 3x/hr, 4-6x/minggu,

1-3x/minggu, 1x/bln, tidak pernah.

5. Jumlah makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi balita

(43)

6. Status gizi balita adalah keadaan gizi anak balita yang ditentukan

dengan melakukan pengukuran antropometri BB/U, TB/U dan

BB/TB.

7. Pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh

atau dicapai oleh orangtua balita.

8. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orangtua balita secara

rutin yang dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarga sehari-hari.

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pola Makan

Pola makan diperoleh dari hasil recall 24 jam konsumsi makanan balita

yang dilakukan 2 kali dan harinya tidak berturut-turut yaitu melalui wawancara

dengan ibu balita. Jenis dan frekuensi makanan pada balita diperoleh melalui FFQ

(Food Frequency Questionaire).

Kategori untuk jenis makanan adalah sebagai berikut :

1. Lengkap yaitu terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran,

buah-buahan, susu

2. Tidak lengkap yaitu makanan pokok dan lauk-pauk.

3.6.2 Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi diukur dengan menggunakan formulir food recall 24 jam

dengan cara bahan makanan yang dikonsumsi balita dihitung energi, protein, dan

(44)

1. Energi

Tingkat konsumsi energi = (konsumsi energi)/(angka kecukupan gizi

(AKG) energi) X 100%

Klasifikasi tingkat konsumsi energi dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Baik : ≥ 100% AKG

b. Sedang : >80 – 99% AKG

c. Kurang : 70 – 80% AKG

d. Defisit : < 70% AKG

2. Protein

Tingkat konsumsi protein = (konsumsi protein)/(angka kecukupan gizi

(AKG) protein) X 100%

Klasifikasi tingkat konsumsi protein dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Baik : ≥ 100% AKG

b. Sedang : >80 – 99% AKG

c. Kurang : 70 – 80% AKG

d. Defisit : < 70% AKG

3. Lemak

Tingkat konsumsi lemak = (konsumsi lemak)/(angka kecukupan gizi

(AKG) lemak) X 100%

Klasifikasi tingkat konsumsi lemak dibagi menjadi empat, yaitu :

(45)

b. Sedang : >80 – 99% AKG

c. Kurang : 70 – 80% AKG

d. Defisit : < 70% AKG

3.6.3 Status Gizi

Status gizi balita diperoleh melalui pengukuran antropometri tinggi badan

menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan

menurut tinggi badan ( BB/TB).

Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan Kemenkes RI

(2010) yaitu :

Kategori berdasarkan BB/U :

a. Gizi Buruk : < -3 SD

b. Gizi Kurang : -3 SD sampai dengan < -2 SD

c. Gizi Baik : -2 SD sampai dengan 2 SD

d. Gizi Lebih : > 2 SD

Kategori berdasarkan TB/U :

a. Sangat Pendek : < -3 SD

b. Pendek : -3 SD sampai dengan < -2 SD

c. Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD

d. Tinggi : >2 SD

Kategori berdasarkan BB/TB :

(46)

c. Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD

d. Gemuk : >2 SD

3.7 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan :

1. Editing

Langkah ini bertujuan untuk meneliti kelengkapan, kejelasan dan

konsistensi, serta kesinambungan data. Data yang sudah terkumpul lalu

diperiksa segera mungkin tentang isi kuesioner.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya

kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah

dengan computer menggunakan program SPSS.

3. Entri data

Adalah kegiatan memasukkan data ke dalam media computer

setelah semua data terkumpul.

4. Tabulasi data

Pada tahap ini data dikelompokkan ke dalam tabel tertentu menurut

kategorinya. Setelah data terkumpul, diolah, maka perlu disajikan

(47)

4.1.1 Geografi

Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala mempunyai luas wilayah

0.72 km². Kelurahan Kenangan Baru terdiri dari 14 lingkungan dengan 75 RT dan

19 RW.

Adapun batas-batas Kelurahan Kenangan Baru adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kenangan dan

Kecamatan Medan Tembung

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kenangan dan

Kecamatan Medan Denai

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai

4.1.2 Demografi

Mayoritas penduduk miskin di Kelurahan Kenangan Baru bermata

pencaharian sebagai pedagang, yaitu membuka kedai kecil, sebagai supir angkot

tukang becak, dan buruh. Rata – rata penghasilan yang diperoleh adalah antara Rp

500.000 - Rp 1.800.000 untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Indikator

dari keluarga miskin di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala adalah

keluarga tersebut mendapat bantuan seperti beras miskin (raskin), dan keluarga

miskin yang memiliki balita diberikan bantuan dari Puskesmas yaitu Pemberian

(48)

4.2 Karakteristik Keluarga

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah ibu dari balita. Dari hasil pengumpulan data tentang karakteristik keluarga meliputi umur,

pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga, sedangkan karakteristik balita

meliputi umur, berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin. Hasil lengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Karakteristik Keluarga Ayah Ibu

(49)

Gambaran karakteristik anggota keluarga, dapat dilihat pada tabel 4.1

bahwa sebagian besar umur ayah pada 31 – 35 tahun sebesar 46,2%, dan ibu pada

umur 26 – 30 tahun sebesar 55,4%. Jumlah anggota keluarga terbanyak yaitu antara 3 – 4 orang sebesar 61,5%, sedangkan jumlah anggota keluarga ≥ 7 orang

sebesar 3,1%. Mayoritas agama yang dianut yaitu agama islam sebesar 64,6% dan

minoritas agama yang dianut yaitu agama khatolik sebesar 4,6%. Tingkat

pendidikan terakhir ayah sebagian besar pada pendidikan SMA sebesar 44,6% dan

tingkat pendidikan ayah terkecil pada pendidikan SD sebesar 4,6%. Tingkat

pendidikan terakhir ibu sebagian besar pada pendidikan SMP sebesar 43,1% dan

tingkat pendidikan ibu terkecil pada pendidikan SD sebesar 24,6%. Mayoritas

pekerjaan ayah adalah sebagai pedagang sebesar 64,6% dan minoritas pekerjaan

ayah adalah sebagai buruh sebesar 3,1%. Pekerjaan ibu sebagian besar adalah

sebagai ibu rumah tangga sebesar 86,2% dan pekerjaan ibu terkecil adalah sebagai

pedagang sebesar 3,1%.

4.3 Karakteristik Balita

Dari hasil pengumpulan data tentang karakteristik balita meliputi umur,

jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan.

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Umur

No. Umur Balita n %

1. 24 – 36 bulan 30 46,2

2. 37 – 60 bulan 35 53,8

(50)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan

umur, dapat dilihat bahwa umur balita pada 24 – 36 bulan sebesar 46,2% dan

umur balita pada 37 – 60 bulan adalah 53,8%.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin n %

1. Laki – Laki 30 46,2

2. Perempuan 35 53,8

Jumlah 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan

jenis kelamin, dapat dilihat jenis kelamin laki-laki sebesar 46,2% dan jenis

kelamin perempuan sebesar 53,8%.

4.4 Pola Makan Balita

Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk,

buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan

kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka

ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun

dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Pola makan ini akan memberikan

gambaran terhadap jenis, frekuensi dan jumlah zat gizi dari bahan makanan yang

dikonsumsi balita di Kelurahan Kenangan Baru.

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Pola Makan

No. Pola Makan N %

1. Lengkap 28 43,1

2. Tidak Lengkap 37 56,9

(51)

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan

pola makan, dapat dilihat bahwa pola makan yang lengkap sebesar 43,1% dan

pola makan yang tidak lengkap sebesar 56,9%.

Tabel 4.5 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

(52)

Dari data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa sebagian besar pangan

sumber karbohidrat yang dikonsumsi balita adalah nasi dengan frekuensi 1-3x/hari

sebesar 100%.

Konsumsi sumber protein dari pangan hewani balita pada umumnya

adalah telur dengan frekuensi 4-6x/mgg sebesar 73,84%, sebesar 64,61%

mengonsumsi tempe dengan frekuensi 4-6x/mgg dan sebagian kecil balita

mengonsumsi daging sapi sebesar 64,61% dengan frekuensi 1x/bulan.

Konsumsi sumber vitamin dari sayur-sayuran yang sering dikonsumsi

balita yaitu bayam, tauge dan kangkung sebesar 58,46% dengan frekuensi

1-3x/mgg, hanya sebagian kecil balita mengonsumsi kol/wortel/buncis yaitu sebesar

4,61% dengan frekuensi 1-3x/hari, hal ini disebabkan karena balita tidak suka

sayur.

Konsumsi sumber vitamin dari buah-buahan yang sering dikonsumsi yaitu

pepaya sebesar 7,69% dengan frekuensi 1-3x/hari, pisang sebesar 6,15% dengan

frekuensi 1-3x/hari dan hanya sebagian kecil balita mengonsumsi rambutan

sebesar 7,69% dengan frekuensi 4-6x/mgg. Konsumsi makanan selingan balita

sebagian besar mengonsumsi makanan ringan seperti biskuit/roti sebesar 16,92%

dengan frekuensi 1-3x/hari.

Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Kecukupan Energi

No. Kecukupan Energi n %

1. Baik 35 53,8

2. Sedang 25 38,5

3. Kurang 5 7,7

(53)

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan

kecukupan energi, dapat dilihat bahwa kecukupan energi pada kategori baik

sebesar 53,8%, kategori sedang sebesar 38,5% dan kategori kurang sebesar 7,7%.

Karakteristik balita di Kelurahan Kenangan Baru berdasarkan kecukupan

protein, diperoleh bahwa sebesar 100% anak balita memiliki kecukupan protein

pada kategori baik.

Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 Berdasarkan Kecukupan Lemak

No. Kecukupan Lemak n %

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui gambaran karakteristik balita berdasarkan

kecukupan lemak, dapat dilihat bahwa kecukupan lemak pada kategori baik

sebesar 46,2%, kategori sedang sebesar 46,2%, kategori kurang sebesar 4,6% dan

kategori defisit sebesar 3,1%.

Tabel 4.8 Distribusi Pola Makan Balita Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Umur Balita

Gambaran umur balita berdasarkan pola makan, diperoleh persentase

(54)

umur 37 – 60 bulan memiliki pola makan dengan kategori tidak lengkap sebesar 65,7%.

Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Umur

Gambaran umur balita berdasarkan konsumsi energi, diperoleh persentase

terbesar yaitu anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki konsumsi energi baik sebesar 63,3% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 45,7%.

Persentase terkecil yaitu anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki konsumsi energi kurang sebesar 6,7% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 8,6%.

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Umur Balita

Gambaran umur balita berdasarkan konsumsi protein, diperoleh persentase

terbesar yaitu anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan dan pada kelompok

(55)

Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Konsumsi Lemak Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Umur Balita

Gambaran umur balita berdasarkan konsumsi lemak, diperoleh persentase

terbesar yaitu anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki konsumsi lemak baik sebesar 50% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan memiliki

konsumsi lemak sedang sebesar 48,6%. Persentase terkecil yaitu anak balita pada

kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki konsumsi lemak kurang sebesar 6,7% dan

pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 2,9%.

4.5 Status Gizi Balita

Dari hasil penelitian diperoleh status gizi anak balita berdasarkan indeks

berat badan menurut umur (BB/U), tinggi/panjang badan menurut umur (TB/U)

dan berat badan menurut tinggi/panjang badan (BB/TB).

Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi (BB/U) di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. BB / U n %

1. Kurang 5 7,7

2. Baik 60 92,3

Jumlah 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui gambaran status gizi (BB/U), dapat

dilihat bahwa status gizi (BB/U) pada kategori kurang sebesar 7,7% dan status

(56)

Tabel 4.13 Distribusi Status Gizi (TB/U) di Kelurahan Kenangan Baru

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui gambaran status gizi (TB/U), dapat

dilihat bahwa status gizi (TB/U) pendek sebesar 33,8% dan status gizi (TB/U)

normal sebesar 66,2%.

Tabel 4.14 Distribusi Status Gizi (BB/TB) di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. BB / TB n %

1. Kurus 5 7,7

2. Normal 60 92,3

Jumlah 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui gambaran status gizi (BB/TB), dapat

dilihat bahwa status gizi (BB/TB) kurus sebesar 7,7% dan status gizi (BB/TB)

normal sebesar 92,3%.

Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Umur Balita

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui gambaran umur balita berdasarkan status

gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan

(57)

status gizi (BB/U) kurang sebesar 6,7% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 8,6%.

Tabel 4.16 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Umur Balita

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui gambaran umur balita berdasarkan status

gizi (TB/U), dapat dilihat bahwa anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki status gizi (TB/U) normal sebesar 73,3% dan pada kelompok umur 37 –

60 bulan sebesar 60%. Anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan memiliki status gizi (TB/U) pendek sebesar 26,7% dan pada umur 37 – 60 bulan sebesar 40%.

Tabel 4.17 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Umur Balita

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui gambaran umur balita berdasarkan status

gizi (BB/TB), dapat dilihat bahwa anak balita pada kelompok umur 24 – 36 bulan

memiliki status gizi (BB/TB) normal sebesar 93,3% dan pada kelompok umur 37

(58)

memiliki status gizi (BB/TB) kurus sebesar 6,7% dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 8,6%.

4.6 Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien,

sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan

kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

Tabel 4.18 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Pola Makan

Berdasarkan tabel 4.18 diketahui gambaran pola makan berdasarkan status

gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi (BB/U)

baik memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi (BB/U)

kurang memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 13,5%.

Tabel 4.19 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Pola Makan

(59)

normal memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi

(TB/U) pendek memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 59,5%.

Tabel 4.20 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Pola Makan

Berdasarkan tabel 4.20 diketahui gambaran pola makan berdasarkan status

gizi (BB/TB), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi (BB/TB)

normal memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi

(BB/TB) kurus memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 13,5%.

Tabel 4.21 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Konsumsi Energi

Berdasarkan tabel 4.21 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi

berdasarkan status gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita

memiliki status gizi (BB/U) baik pada tingkat konsumsi energi baik sebesar

100%. Balita memiliki status gizi (BB/U) kurang pada tingkat konsumsi energi

(60)

Tabel 4.22 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Konsumsi Energi

Berdasarkan tabel 4.22 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi

berdasarkan status gizi (TB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki

status gizi (TB/U) normal pada tingkat konsumsi energi baik sebesar 100%. Balita

memiliki status gizi (TB/U) pendek pada tingkat konsumsi energi kurang sebesar

100%.

Tabel 4.23 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Konsumsi Energi

Berdasarkan tabel 4.23 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi

berdasarkan status gizi (BB/TB), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita

memiliki status gizi (BB/TB) normal pada tingkat konsumsi energi baik sebesar

100%. Balita memiliki status gizi (BB/TB) kurus pada tingkat konsumsi energi

(61)

Tabel 4.24 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Konsumsi Protein

Berdasarkan tabel 4.24 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein

berdasarkan status gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita

memiliki status gizi (BB/U) baik pada tingkat konsumsi protein baik sebesar

92,3%. Balita memiliki status gizi (BB/U) kurang pada tingkat konsumsi protein

baik sebesar 7,7%.

Tabel 4.25 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Konsumsi Protein

Berdasarkan tabel 4.25 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein

berdasarkan status gizi (TB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki

status gizi (TB/U) normal pada tingkat konsumsi protein baik sebesar 66,2%.

Balita memiliki status gizi (TB/U) pendek pada tingkat konsumsi protein baik

sebesar 33,8%.

Tabel 4.26 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

(62)

Berdasarkan tabel 4.26 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein

berdasarkan status gizi (BB/TB), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita

memiliki status gizi (BB/TB) normal pada tingkat konsumsi protein baik sebesar

92,3%. Balita memiliki status gizi (BB/TB) kurus pada tingkat konsumsi protein

baik sebesar 7,7%.

Tabel 4.27 Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

No. Konsumsi Lemak

Berdasarkan tabel 4.27 diketahui gambaran tingkat konsumsi lemak

berdasarkan status gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa sebagian besar balita

memiliki status gizi (BB/U) baik pada tingkat konsumsi lemak baik sebesar 100%.

Balita memiliki status gizi (BB/U) kurang pada tingkat konsumsi lemak defisit

sebesar 100%.

Tabel 4.28 Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga di Kelurahan Kenangan
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru
Tabel 4.5 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Distributor Alat Penetas Telor Ayam Untuk Pemesanan Silakan SMS : 081 945

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan

motor bakar otto sesudah penggunaan blower dengan bahan

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kualitas pelayanan kesehatan dalam kategori baik, yaitu sebanyak 63,2%, tingkat kepuasan pasien rawat inap dalam

Berdasarkan Tabel 1 diketahui sebagian kecil (25,0%) responden sebelum bermain bulutangkis kurang melakukan warming up , responden melakukan kebugaran fisik

Budaya organisasi di madrasah merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan mutu proses pembelajaran siswa. Budaya organisasi madrasah dilakukan agar lingkungan

pengembangan pada Kampung Pesindon. Pada tahun 2011, Kampung Pesindon ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata batik di Kota Pekalongan yang mengalami perubahan

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa secara bersama-sama variabel struktur modal, likuiditas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan