PENGARUH AKTIFITAS FISIK DAN EKSTRAK TEH HIJAU
(CAMELLIA SINENSIS) TERHADAP PROFIL LIPID MENCIT
JANTAN (Mus Musculus) STRAIN DD WEBSTER
DENGAN PAKAN TINGGI LEMAK
TESIS
Oleh :
KARNIRIUS HAREFA 087008018/BM
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH AKTIFITAS FISIK DAN EKSTRAK TEH HIJAU
(CAMELLIA SINENSIS) TERHADAP PROFIL LIPID MENCIT
JANTAN (Mus Musculus) STRAIN DD WEBSTER
DENGAN PAKAN TINGGI LEMAK
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Biomedik dalam Program Studi Biomedik pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
KARNIRIUS HAREFA 087008018/BM
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
Judul Tesis : PENGARUH AKTIFITAS FISIK DAN EKSTRAK TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS) TERHADAP PROFIL LIPID MENCIT JANTAN (Mus Musculus) STRAIN DD WEBSTER DENGAN PAKAN TINGGI LEMAK
Nama Mahasiswa : KARNIRIUS HAREFA Nomor Pokok : 087008018
Program Studi : BIOMEDIK
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Drs. Herbert Sipahutar, MS, MSc ) (Dr. Marline Nainggolan, MS, Apt)
Ketua Program Studi, Dekan,
(dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D) (Prof. dr. Gontar A. Seregar, SpPD-KGEH)
Telah diuji pada
Tanggal 20 Januari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Drs. Herbert Sipahutar, MS, MSc Anggota : 1. Dr. Marline Nainggolan, MS, Apt
ABSTRAK
Kolesterol adalah senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh sebab merupakan prekursor dari semua steroid didalam tubuh seperti kortikosteroid, hormon seks, garam empedu dan vitamin D. Kelebihan atau kekurangan senyawa ini akan berdampak negatif bagi tubuh. Pemberian teh hijau 2% pada pakan tinggi lemak dan latihan teratur diharapkan dapat menekan peningkatan kadar profil lipid mencit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak. Mencit (Mus Musculus) jantan dibagi dalam 4 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 9 ekor. Pemeriksaan profil lipid masing-masing kelompok diperiksa pada hari ke 21 (4 ekor) dan pada hari ke 42 (5 ekor). Seluruh mencit mengkonsumsi pakan tinggi lemak, kelompok pertama ditambahkan 2% ekstrak teh hijau dan perlakuan berenang, kelompok kedua ditambahkan 2% ekstrak teh hijau tanpa perlakuan berenang, kelompok ketiga perlakuan berenang tanpa ekstrak teh hijau dan kelompok keempat tanpa ekstrak teh hijau dan tanpa perlakuan berenang. Berenang dilakukan selama 40 menit dan dilakukan 3 kali seminggu selama penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh aktifitas fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid mencit. Pemberian pakan tinggi lemak meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL secara signifikan (masing-masing p = 0,03)
ABSTRACT
Cholesterol is a chemical compound which is needed by the body because it acts as precursor of all steroids in body, such as corticosteroid, sexual hormone, gall salt, and vitamin D. the surplus and the shortage of this compound will have a negative effect on the body. Putting 2% green tea in the high-fat content of food and doing reguler exercise can hopefully reduce the increase of the lipid profile content of a mice.
The aim of this research was to know the influence of the physical exercises and giving the green tea extract to the lipid profile of a mice with the high-fat content of food. Male mice (Mus Musculus) is divided into four clusters and each clusters contents of nine mice. The examination of the lipid profile in each cluster was done on the twenty-fist day (four mice) and on the forty second day (five mice). All mice consumed high-fat content of food: the first cluster was given 2% of green tea extract and swim treatment, the second cluster was given 2% of green tea extract without being given swim treatment; the third cluster was given swim treatment without being given green tea extract, and the fourth cluster was given neither green tea extract, nor swim treatment. The swim treatment was done in forty minutes, three times a week during the research.
The result of the research showed that there was no influence of the physical exercises and cosuming the green tea extract on the lipid profile of the mice. Consuming high-fat content of food would significanly increase the total cholesterol content and the LDL (p = 0.03 respectively).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Magister Biomedik pada Program Magister Ilmu Biomedik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari
penelitian ini adalah Pengaruh Aktifitas Fisik dan Ekstrak Teh Hijau
(Camelia sinensis) terhadap Profil Lipid Mencit Jantan (Mus musculus) Starin DD
Webster dengan Pakan Tinggi Lemak.
Saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Prof. Dr. Drs.
Herbert Sipahutar, MS, M.Sc. yang telah bersedia menjadi Ketua Komisi
Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan-masukan dalam penulisan
tesis ini. Dr. Marline Nainggolan, MS, Apt yang telah bersedia menjadi Anggota
Komisi Pembimbing yang selalu tabah dan sabar dalam membimbing dan
memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini. Dr. M. Pandapotan
Nasution, MPS, Apt yang telah bersedia menjadi Komisi Pembanding untuk
memberikan masukan-masukan pada seminar tesis ini. dr. Almaycano
Ginting, M.Kes yang telah bersedia menjadi pembanding demi kesempurnaan
penulisan tesis ini. dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
serta penulisan tesis ini. Prof. Dr. Syafruddin. M. Biomed. yang bersedia
memberikan tempat penggunaan Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam dan juga banyak memberikan masukan untuk
kesempurnaan tesis ini. Pimpinan dan Staf Balai Laboratorium Kesehatan Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Utara untuk penggunaan laboratorium dan bantuan
tenaga laboran dalam membantu saya melakukan penelitian ini.
Terima kasih yang tulus saya ucapkan kepada istri tercinta Flora Elista
Br. Ginting, AMK yang selalu memberikan dukungan moril dan materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ilmu Biomedik
Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara Medan. Rasa sayang penulis
kepada anak-anak tercinta; Irene Callista Harefa, Mira Callista Harefa, Karina
Callista Harefa dan Vina Callista Harefa yang kurang mendapat perhatian selama
masa pendidikan. Orang tua tercinta dan adik-adik yang selalu mendoakan penulis
agar sukses dalam menyelesaikan pendidikan. Terima kasih pula saya ucapkan
kepada teman-teman seluruhnya yang selalu memberi dukungan dan dorongan
untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan mendapat tambahan ilmu pengetahuan serta dapat
memunculkan ide-ide baru pada penelitian-penelitian selanjutnya. Terima kasih.
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Karnirius Harefa, S.Kp
Tempat / tanggal lahir : Gunung Sitoli, 3 Juli 1974
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Ibezaro Harefa
Nama Ibu : Marita Bangun, AMPd
Nama Istri : Flora Elista Br. Ginting, AMK
Nama Anak : 1. Irene Callista Harefa (SD Bethany Medan)
2. Mira Callista Harefa (SD Bethany Medan)
3. Karina Callista Harefa (SD Bethany Medan)
4. Vina Callista Harefa (1 Tahun)
Riwayat Pendidikan :
- SD Negeri 050766 Padang Langkat, 1981 - 1987
- SMP Negeri Gebang Kabupaten Langkat, 1987 - 1990
- SMA Negeri Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 1990-1993
- Mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung, 1998 – 2000.
Riwayat Pekerjaan :
- Staf Pengajar Akademi Perawat Putra Abadi Langkat, 1996 -1998
- Pembantu Direktur I Akademi Perawat Putra Abadi Langkat, 2000 – 2003
- Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara,
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Penelitian... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 5
2.1.2. Transpor Kolesterol ... 11
2.1.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol Plasma ... 12
2.1.4. Manfaat Khusus Kolesterol ... 13
2.1.5. Fungsi Struktural Selluler Kolesterol dan Fosfolipid 14 2.2. Teh... 15
2.2.1. Sistematika ... 15
2.2.2. Jenis Produksi Teh... 15
2.2.3. Komposisi Kimiawi Teh... 16
2.2.4. Khasiat Teh Hijau... 18
3.5.1. Rancangan Penelitian ... 32
3.5.2. Pemeliharaan Mencit ... 33
3.5.3. Dosis ... 33
3.6. Pelaksanaan Penelitian ... 34
3.6.3. Pengamatan... 35
3.7. Analisa Data ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN ... 42
4.1. Hasil ... 42
4.1.1. Konsumsi Pakan Mencit dan Selisih Berat Badan .... 43
4.1.2. Profil Lipid Kolesterol pada masing - masing Kelompok Mencit... 47
4.1.3. Profil Lipid Trigliserida pada masing - masing Kelompok Mencit... 48
4.1.4. Profil Lipid HDL pada masing - masing Kelompok Mencit... 50
4.1.5. Profil Lipid LDL pada masing - masing Kelompok Mencit... 52
4.2. Pembahasan ... 53
4.2.1. Profil Lipid Kolesterol... 53
4.2.2. Profil Lipid Trigliserida... 55
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Struktur kolesterol ... 10
2 Biosintesis kolesterol ... 11
3 Transpor kolesterol antar berbagai jaringan... 12
4 Prosedur ekstraksi ... 25
5 Pengeringan teh hijau dengan waterbath... 26
6 Hasil freez-dried ekstrak teh hijau ... 26
7 Pengeringan pakan tinggi lemak ... 29
8 Pengeringan pakan tinggi lemak ditambah teh hijau ... 29
9 Perlakuan aktifitas berenang ... 35
10 Pengambilan sampel darah mencit dari jantung... 40
11 Pengambilan sampel plasma darah dengan microlab 300... 40
12 Alur Kerja Penelitian... 43
13 Rata-rata konsumsi pakan hari pertama hingga hari ke 42 .... 44
14 Rata-rata konsumsi pakan mencit ... 45
16 Kadar kolesterol pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42 ... 48
17 Kadar trigliserida pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42... 49
18 Kadar HDL pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42 ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan ... 64
2. Identifikasi Tumbuhan ... 65
3. Etiket reagen yang digunakan pada pemeriksaan kolesterol.... 66
4. Data hasil pemeriksaan laboratorium... 72
5. Daftar berat badan mencit selama penelitian ... 75
6. Daftar konsumsi pakan mencit selama penelitian ... 76
7. Analisa statistik ... 82
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air conditioner
ACAT : Acyl-CoA:cholesterol acyltransferase
A-I : Apolipoprotein A-I
C : Cholesterol unesterified
CE : Cholesteryl ester
CETP : Cholesteryl ester transfer protein
CAD : Coronary artery disease
CHD : Congestive heart disease
CVD : Cardiovasculer disease
EC : Epicatechin
ECG : Epicatechin-3-Gallate
EGC : Epigallocatechin
EGCG : Epigallocatechin-3-Gallate
GA : Gallic acid
HL : Hepatic Lipase
HMG-CoA : 3-hydroxy-3-methylglutatory-CoA
IPP : Isopentenyl pyrophosphate
IDL : Intermediet density lipoprotein
LCAT : Lechitin:cholesterol acyltransferase
LDL : Low density lipoprotein
LPL : Lipoprotein Lipase
LRP : LDL receptor-related protein
MDA-LDL : Malondialdehide-modified LDL
TF1 : Teaflavin
TF2A : Teaflavin-3-monogallate
TF2B : Teaflavin-3’-digallate
TF3 : Teaflavin-3,3’-digallate
TG : Triacylglycerol
ABSTRAK
Kolesterol adalah senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh sebab merupakan prekursor dari semua steroid didalam tubuh seperti kortikosteroid, hormon seks, garam empedu dan vitamin D. Kelebihan atau kekurangan senyawa ini akan berdampak negatif bagi tubuh. Pemberian teh hijau 2% pada pakan tinggi lemak dan latihan teratur diharapkan dapat menekan peningkatan kadar profil lipid mencit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak. Mencit (Mus Musculus) jantan dibagi dalam 4 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 9 ekor. Pemeriksaan profil lipid masing-masing kelompok diperiksa pada hari ke 21 (4 ekor) dan pada hari ke 42 (5 ekor). Seluruh mencit mengkonsumsi pakan tinggi lemak, kelompok pertama ditambahkan 2% ekstrak teh hijau dan perlakuan berenang, kelompok kedua ditambahkan 2% ekstrak teh hijau tanpa perlakuan berenang, kelompok ketiga perlakuan berenang tanpa ekstrak teh hijau dan kelompok keempat tanpa ekstrak teh hijau dan tanpa perlakuan berenang. Berenang dilakukan selama 40 menit dan dilakukan 3 kali seminggu selama penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh aktifitas fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid mencit. Pemberian pakan tinggi lemak meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL secara signifikan (masing-masing p = 0,03)
ABSTRACT
Cholesterol is a chemical compound which is needed by the body because it acts as precursor of all steroids in body, such as corticosteroid, sexual hormone, gall salt, and vitamin D. the surplus and the shortage of this compound will have a negative effect on the body. Putting 2% green tea in the high-fat content of food and doing reguler exercise can hopefully reduce the increase of the lipid profile content of a mice.
The aim of this research was to know the influence of the physical exercises and giving the green tea extract to the lipid profile of a mice with the high-fat content of food. Male mice (Mus Musculus) is divided into four clusters and each clusters contents of nine mice. The examination of the lipid profile in each cluster was done on the twenty-fist day (four mice) and on the forty second day (five mice). All mice consumed high-fat content of food: the first cluster was given 2% of green tea extract and swim treatment, the second cluster was given 2% of green tea extract without being given swim treatment; the third cluster was given swim treatment without being given green tea extract, and the fourth cluster was given neither green tea extract, nor swim treatment. The swim treatment was done in forty minutes, three times a week during the research.
The result of the research showed that there was no influence of the physical exercises and cosuming the green tea extract on the lipid profile of the mice. Consuming high-fat content of food would significanly increase the total cholesterol content and the LDL (p = 0.03 respectively).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegemukan berhubungan dengan peningkatan sejumlah kondisi meliputi
diabetes melitus, penyakit cardiovaskuler, hipertensi, kanker, peningkatan resiko
ketidakmampuan dan peningkatan semua resiko yang menyebabkan kematian.
Kegemukan merupakan konsekwensi dari beberapa faktor yang kompleks antara
lain peningkatan konsumsi kalori, penurunan aktifitas fisik dan juga dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan (Ogden et all., 2007). Menurut
Kasper et al (2005), kegemukan, terutama kegemukan pada abdomen,
berhubungan dengan aterogenik profil lemak dimana terjadi peningkatan kadar
low density lipoprotein (LDL) kolesterol, very low density lipoprotein (VLDL),
dan trigliserida. Pada saat yang sama high density lipoprotein (HDL) kolesterol
menurun.
Kolesterol adalah senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh sebab
merupakan prekursor dari semua steroid di dalam tubuh seperti kortikosteroid,
hormon seks, garam empedu dan vitamin D. Selain itu, kolesterol merupakan
senyawa pembentuk struktur utama sistem membran sel dan lapisan luar
lipoprotein. Tubuh membutuhkan senyawa ini dalam batas normal tertentu dan
Kadar kolesterol yang tinggi memiliki hubungan yang erat dengan
terjadinya patologi aterosklerosis arteri–arteri vital yang dapat meningkatkan
resiko terkena berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit pembuluh darah otak,
penyakit pembuluh darah jantung dan penyakit pembuluh darah perifer
(Velayutham et al, 2008). Resiko aterosklerosis juga diakibatkan oleh kondisi lain
seperti penurunan aktifitas tubuh, kegemukan, diabetes, hipertensi, hiperlipidemia
dan merokok. Tujuh puluh persen kolesterol terdapat didalam lipoprotein plasma
dalam bentuk kolesterol ester dan kadar kolesterol tertinggi terdapat pada LDL
(Guyton dan Hall, 2006).
Sejak jaman dahulu di China dan negara Asia lainnya, teh merupakan
minuman yang dianggap dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
Hal ini didukung oleh banyak penelitian yang menyatakan bahwa polipenol teh
mengandung bahan bioaktif yang menekan patogenesis beberapa penyakit kronis
khususnya penyakit kardiovaskuler (McKay dan Blumberg, 2002;
Velayutham et al., 2008; Cabrera et al., 2006), contohnya epigallocatechin
-3-gallate (EGCG). Terbukti pada hewan merupakan penghambat kuat terhadap
absorbsi kolesterol (Löest et al,2002) dan lemak lain (Wang et al., 2006) serta
dapat mencegah perkembangan aterosklerosis (Miura et al., 2001), dan
menurunkan kondisi hiperkolesterolemia (Bose et al., 2008). Bersama kafein,
EGCG juga menghambat absorbsi kolesterol (Wang dan Koo, 2006).
Yokozawa et al. (2002), juga melaporkan bahwa polipenol teh hijau dapat
Pada manusia konsumsi harian 75 mg teaflafin, 150 mg katekin teh hijau
dan 150 mg polipenol teh lainnya secara bersama-sama, menurunkan kadar
kolesterol total, LDL dan meningkatkan kadar HDL dan trigliserida secara
signifikan (Maron et al., 2003). Konsumsi teh hijau secara signifikan
berhubungan dengan penurunan lemak tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian
yang menyatakan bahwa ekstrak teh hijau menghambat terjadinya kegemukan
(Murase et al., 2005; Bruno et al., 2008), menstimulasi metabolisme lemak
(Murase et al., 2005), meningkatkan oksidasi lemak selama intensitas latihan
teratur (Venables et al., 2008), merangsang pembentukan panas dan oksidasi
lemak (Dulloo et al., 1999). Pemberian EGCG secara tunggal dibuktikan juga
mengurangi terjadinya kegemukan (Murase et al., 2005) dan meningkatkan
oksidasi lemak (Boschmann dan Thielecke, 2007). Sedangkan katekin teh hijau
yang diberikan selama 12 minggu dapat menghilangkan lemak perut pada
penderita kelebihan berat badan dan kegemukan (Maki et al., 2008;
Nagao et al., 2005).
Berbeda dengan beberapa penelitian lainnya, pemberian katekin pada tikus
tidak mempengaruhi kolesterol plasma atau konsentrasi trigliserida
(Miura et al., 2001). Didukung penelitian Chyu et al. (2004), bahwa injeksi intra-
peritoneal dari EGCG pada tikus juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dengan tikus tanpa injeksi EGCG. Secara in vitro juga membuktikan bahwa
konsumsi teh hijau sebanyak 7 cangkir yang sebanding dengan 542,5 mg katekin
(MDA-LDL) yang mana serum ini meningkat pada pasien-pasien dengan
coronary artery disease (CAD) khususnya miocard Infarc (Hirano et al., 2005;
Nagao at al., 2005). Bursill dan Roach (2007), juga menyatakan bahwa estrak teh
hijau tidak berefek terhadap plasma kolesterol, namun secara in vivo
meningkatkan reseptor LDL yang merupakan salah satu mekanisme mengurangi
kolesterol dari sirkulasi.
Latihan fisik yang teratur juga penting dalam menurunkan kolesterol
plasma melalui mekanisme regulasi LDL dan HDL darah (Murray et al., 2003).
Murase et al (2008), juga melaporkan bahwa kombinasi konsumsi katekin dengan
kebiasaan latihan bisa menekan terjadinya penuaan walaupun tampaknya tidak
ada hubungan yang signifikan dengan total kolesterol dan HDL kolesterol darah.
Mengkonsumsi EGCG dan latihan secara teratur, meningkatkan status kesehatan
pada wanita postmenopause yang kegemukan dengan mengurangi denyut jantung
dan konsentrasi glukosa plasma (Hill at al., 2007)
Teh hijau merupakan minuman yang aman dikonsumsi. Laki-laki dewasa
yang mengkonsumsi suplemen polipenol teh hijau dosis tinggi (714 mg) tiap hari
selama 3 minggu berturut-turut terbukti tidak menimbulkan efek tambahan gagal
fungsi hati atau ginjal (Frank et al., 2009) dan EGCG yang diberikan selama 4
minggu dosis tinggi (800 mg) secara bolus juga dinyatakan aman untuk kesehatan
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
pengaruh latihan fisik dan ekstrak teh hijau (Camelia sinensis) terhadap profil
lemak mencit dengan pakan tinggi lemak.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, beberapa masalah dapat diidentifikasi, antara
lain :
a. Manusia cenderung mengkonsumsi makanan tinggi lemak
b. Penurunan aktifitas tubuh manusia
c. Kecenderungan peningkatan kondisi kegemukan pada manusia.
d. Tinggi kolesterol berhubungan erat dengan terjadinya patologi
aterosklerosis yang beresiko meningkatkan berbagai penyakit berbahaya.
1.3. Perumusan Masalah.
a. Bagaimana pengaruh aktifitas fisik terhadap profil lipid mencit dengan
pakan tinggi lemak.
b. Bagaimana pengaruh ekstrak teh hijau terhadap profil lipid mencit dengan
pakan tinggi lemak.
1.4. Landasan Teori
Latihan fisik
CVD CHD
Keterangan : - Menghambat
+ Menyebabkan
1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik dan pemberian ekstrak teh hijau
terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.
1.5.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisik bersamaan dengan pemberian
ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi
lemak.
b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil
lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.
c. Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik terhadap perubahan profil lipid
pada mencit dengan pakan tinggi lemak.
d. Untuk mengetahui perubahan profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi
1.6. Hipotesis
1. Ada pengaruh interaksi antara latihan fisik dan pemberian ekstrak teh hijau
terhadap perubahan profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.
2. Ada pengaruh ekstrak teh hijau terhadap perubahan profil lipid pada mencit
dengan pakan tinggi lemak.
3. Ada pengaruh latihan fisik terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan
tinggi lemak.
4. Ada pengaruh pakan tinggi lemak terhadap profil lipid
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah bagi
masyarakat tentang teh hijau. Bagi ilmu kedokteran, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana
pengaruh teh hijau dalam menjaga status kesehatan dan mencegah
penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat konsumsi lemak yang tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh produk
binatang (contoh : daging, produk susu dan telur). Kolesterol sangat dibutuhkan
bagi tubuh dan digunakan untuk membentuk membran sel, memproduksi hormon
seks dan membentuk asam empedu, yang diperlukan untuk mencerna lemak.
Kolesterol sangat dibutuhkan untuk memperoleh kesehataan yang optimal. Bila
kadar kolesterol didalam darah terlalu tinggi akan terjadi pengendapan pada
dinding pembuluh darah, dan ini dapat mengakibatkan resiko tinggi terhadap
penyakit jantung (Vella, 2001).
2.1.1 Pembentukan kolesterol
Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut
kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel
tubuh disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang
beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain
setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan kenyataan bahwa
banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang
Gambar 1. Struktur kolesterol
Proses sintesis kolesterol (Gambar 2) terdiri dari lima tahapan utama (King,
2010) antara lain :
1.Merubah Asetil CoA menjadi 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA
(HMG-CoA).
3.Mevalonate diubah menjadi molekul dasar isoprene, isopentenyl
pyrophosphate (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO2.
4.IPP diubah menjadi squalene
5.Squalene diubah menjadi kolesterol.
2.1.2. Transpor Kolesterol
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati
dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk
digunakan dan disimpan. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%),
fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesterol (36%) dan asam lemak
bebas (4%). Lipid diangkut didalam plasma sebagai lipoprotein (Gambar 3).
Empat kelompok utama lipoprotein penting yaitu : kilomikron, VLDL, LDL dan
HDL. Kilomikron mengangkut lipid yang dihasilkan dari pencernaan dan
penyerapan; VLDL mengangkut triasilgliserol dari hati; LDL menyalurkan
kolesterol ke jaringan, dan HDL membawa kolesterol ke jaringan dan
mengembalikannya ke hati untuk diekskresikan dalam proses yang dikenal
sebagai transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol transport)
Gambar 3. Transpor kolesterol antar berbagai jaringan
2.1.3. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol Plasma.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi plasma adalah :
Konsumsi kolesterol yang berfungsi sebagai kontrol umpan balik instrinsik, diet
tinggi lemak yang jenuh, diet lemak tidak jenuh akan menekan konsentrasi
konsentrasi kolesterol darah sedangkan kelebihan hormon steroid akan
menurunkan konsentrasi kolesterol plasma (Guyton dan Hall, 2006).
2.1.3. Manfaat Khusus Kolesterol
Sejauh ini manfaat kolesterol nonmembran yang paling banyak dalam tubuh
adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sebanyak 80 persen kolesterol
dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjugasi dengan zat lain
membentuk garam empedu, yang membantu pencernaan dan absorbsi lemak.
Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal untuk
membentuk hormon adrenokortikal; ovarium, untuk membentuk progesteron dan
estrogen; dan oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar-kelenjar ini juga
dapat membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol
tersebut.
Sejumlah besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini
bersama dengan lemak lainnya, membuat kulit lebih resisten terhadap absorbsi zat
yang larut dalam air dan juga kerja dari berbagai zat kimia, karena kolesterol dan
lemak lain sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai
pelarut, yang bila tidak dapat lebih mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak ini
membantu mencegah evaporasi air dari kulit; tanpa proteksi ini jumlah evaporasi
mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan kehilangan yang biasa hanya
300 sampai 400 mililiter (Guyton dan Hall, 2006).
2.1.4. Fungsi Struktural Sellular Kolesterol dan Fosfolipid
Kolesterol dan fosfolipid bersama-sama membentuk struktural khusus di
seluruh sel tubuh, terutama untuk pembentukan membran. Sejumlah besar
kolesterol dan fosfolipid terdapat dalam sel membran dan membran organel
bagian dalam dari semua sel. Perlu juga diketahui bahwa rasio jumlah kolesterol
dan fosfolipid teruma penting untuk menentukan kandungan cairan sel membran.
Untuk membentuk membran, harus tersedia zat yang tidak larut dalam air.
Umumnya, satu-satunya zat dalam tubuh yang tidak larut dalam air (selain zat
anorganik tulang) adalah lipid dan beberapa protein. Jadi, integritas fisik sel di
semua tempat dalam tubuh didasarkan terutama pada fosfolipid, kolesterol, dan
protein tidak larut tertentu. Muatan polar pada fosfolipid juga mengurangi
tegangan antar permukaan antara membran dan cairan sekitarnya.
Fakta lain yang menunjukkan pentingnya kolesterol dan fosfolipid untuk
pembentukan struktur elemen sel adalah kecepatan pergantian yang diukur dalam
terutama berhubungan dengan sifat fisik keduanya yang tidak dapat dirusak
(Guyton dan Hall, 2006).
2.2.TEH
2.2.1. Sistematika
Menurut silsilah kekerabatan dalam dunia tumbuh – tumbuhan, tanaman teh
termasuk ke dalam bagian :
Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferales
Famili : Theaceae
Genus : Camelia
Spesies : Camelia sinensis
2.2.2.Jenis Produksi Teh
Berdasarkan proses produksinya teh dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis
a. Non fermentasi ( teh hijau)
Diproduksi dengan pengeringan dan penguapan (steaming) daun segar untuk
tidak mengaktifasi oksidasi polipenol dan juga tidak terjadi oksidasi.
b. Semi fermentasi (teh oolong)
Diproduksi saat daun teh segar pada tahapan fermentasi sedang berlangsung
sebelum dikeringkan.
c. Difermentasi (teh hitam dan teh merah)
Merupakan teh yang diproduksi setelah tahapan fermentasi telah selesai
sebelum pengeringan dan penguapan (steaming), walaupun fermentasi dari
teh hitam disebabkan oleh oksidasi katalisasi oleh polipenol oksidasi. Oleh
karena itu teh hitam dan teh merah diperoleh dengan mempergunakan mikro
organisme.
Dari uraian diatas jelas bahwa teh hijau, teh oolong, teh hitam dan teh
merah semuanya berasal dari daun teh (Camelia sinensis) namun dibedakan
berdasarkan cara pembentukannya.
2.2.3. Komposisi Kimiawi Teh
Komposisi teh hijau sangat kompleks antara lain terdiri atas
(Cabrera et al., 2006) :
‐ Protein (15 – 20% berat kering), dimana enzim merupakan bagian yang
penting
‐ Asam amino (1 – 4% berat kering), seperti tiamin atau 5-N
ethylglutamine, asam glutamik, triptopan, glisin, serin, asam aspartik,
tiroksin, valin, leusin, threonin, arginin, lisin.
‐ Karbohidrat (5-7% berat kering), seperti selulosa, pektin, glukosa,
fruktosa, sukrosa.
‐ Lemak : linoleat dan alfa asam linoleat
‐ Sterol : stigmasterol
‐ Vitamin (B, C, E)
‐ Xanthic : kafein dan teophilin
‐ Pigmen : clorofil dan carotenoid
‐ Senyawa volatile : aldehit, alkohol, ester, laktones, hidrokarbon, dll.
‐ Mineral dan unsur-unsur lain (5% berat kering) : Ca, Mg, Cr, Mn, Fe, Cu,
Zn, Mo, Se, Na, P, Cu, Sr, Ni, K, F dan Al.
Polyphenol merupakan kelompok yang menarik dari komponen yang ada
dari polyphenol bagian dari flavonoid. Flavonoid merupakan sintesis derifat
phenol dengan jumlah (0,5 – 1,5%) dan bervariasi dan didistribusikan secara
luas pada berbagai tumbuhan. United States Departement of Agriculture
(USDA) belakangan ini mempublikasikan bahwa isi flavonoid merupakan
makanan pilihan flavonoid utama yang ada pada teh hijau adalah katekin
(flovan -3 ols) (Cabrera et al., 2006; Yang dan Landau, 2000).
Empat jenis katekin adalah (Cabrera et al., 2006; Yang and Landau, 2000;
Stang, 2006) :
‐ Epigallocatechin – 3 gallate (EGCG) 59% dari total katekin
‐ Epigallocatechin (EGC) : 19%
‐ Epicatechin – 3 – gallate (ECG) 13,6%
‐ Epicatechin (EC) 6,4.
‐ Juga berisi Gallic acid (GA), dll.
Teh hijau dan teh hitam juga mengandung senyawa lainnya seperti :
Kafein, gallic acid, theogallin, rutin, quercetin, kaempferol dan beberapa polifenol
lainnya.
b. Teh hitam
Selama proses fermentasi untuk memproduksi teh hitam, katechin
dioksidasi oleh polipenol oksidase menjadi komponen molekul yang lebih tinggi
-3-monogalate (TF2A), teaflavin-3’-monogalate (TF2B), dan theaflavin
-3,3’-digallate (TF3). Sebagai tambahan saat katekin berubah menjadi teaflafin,
sebahagian katekin berubah menjadi bentuk lain yaitu thearubigins
(Cabrera et al., 2006; Stang. 2006).
2.2.4. Khasiat Teh Hijau
Dari beberapa penelitian dijelaskan bahwa teh hijau telah berkhasiat dalam
meningkatkan kesehatan. Adapun beberapa khasiat teh hijau adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai antioksidan
2. Antimutagenik dan anticarsinogenik
3. Anti hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
4. Proteksi terhadap sinar ultraviolet
5. Mengontrol berat tubuh
6. Anti bakterial dan anti aktifitas virus
7. Meningkatkan kesehatan tulang
8. Meningkatkan kesehatan mulut
9. Anti peradangan
(Cabrera et al., 2006; McKay et al., 2002)
2.3. Pengaruh Teh Hijau Terhadap Profil Lemak
Hiperlipidemia merupakan keadaan abnormal dari metabolisme lemak.
Salah satu faktor resiko utama terhadap perkembangan CVD. Peningkatan lemak
plasma seperti asam lemak, kolesterol, phospolipid dan trigliserida dapat
menyebabkan perkembangan aterosklerosis. Resiko CVD dapat menurun 2%
hingga 1 % pada serum kolesterol dan bukti menganjurkan bahwa obat dengan
kemampuan menurunkan lemak plasma kemungkinan dapat menurunkan
kematian akibat kelainan cardiovaskuler. Katekin teh hijau memiliki efek terhadap
metabolisme lemak dengan berbagai macam mekanisme dan pencegahan terhadap
flek aterosklerosis dengan model hiperlipidemia yang bervariasi. Sebagai
tambahan katekin mempengaruhi kelarutan membran sel (micellular solubility),
hidrolisis luminal lemak, dan absorbsi lemak di usus. Selain itu ketekin dapat
meningkatkan regulasi reseptor LDL di hati melalui pengaturan biosintesis,
ekskresi dan proses intra sel lemak. Walaupun belum diketahui secara jelas
bagaimana ketekin mengatur reseptor LDL di hati, sebuah penelitian
membuktikan hal ini mungkin dapat mengurangi konsentrasi kolesterol pada hati,
keadaan peningkatan sintesis reseptor LDL berakibat pada penurunan nilai
kolesterol intra sel.
konsumsi teh hijau dihubungkan dengan lebih rendahnya rasio LDL kolesterol
dengan HDL kolesterol. Ketika ini dilaporkan bahwa tidak ada perubahan pada
konsentrasi serum total kolesterol, trigliserida dan HDL kolesterol pada konsumsi
sehari-hari hingga 4 cangkir teh hijau pada laki-laki umur pertengahan. Hasil dari
penelitian yang sama memperlihatkan hubungan antara konsumsi lebih dari 10
cangkir teh hijau (1500 ml) sehari-hari diperoleh penurunan konsentrasi serum
dari total kolesterol, LDL dan trigliserida dan terjadi peningkatan konsentrasi
HDL. Sesuai dengan laporan ini, penelitian lain memperlihatkan konsumsi 9
cangkir teh hijau atau lebih per hari dapat menurunkan nilai serum kolesterol
total, walaupun serum trigliserida, HDL-kolesterol tidak berubah. Ketika
perbedaan dari data epidemiologi terjadi hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti desain penelitian dengan genetik yang heterogen, ukuran sampel
yang bervariasi, perbedaan persiapan teh, proses produksi, gaya hidup, masukan
yang relatif berbeda pada persiapan teh hijau, masukan relatif dosis tinggi dari
katekin mungkin tergantung pada tercapainya efek bermanfaat. Dilaporkan pula
bahwa terjadi perubahan lipoprotein yang menguntungkan terjadi pada penelitian
hewan. EGCG menurunkan sirkulasi LDL-kolesterol tetapi meningkatkan HDL
kolesterol pada tikus dengan diet tinggi lemak dan tinggi kolesterol. Sesuai
dengan penelitian ini juga telah dilaporkan bahwa ekstrak teh hijau (300 mg/kgBB
selama 4 minggu) berisi 80 % dapat menurunkan sirkulasi LDL kolesterol tetapi
dapat meningkatkan HDL kolesterol pada tikus diabetik (Velayutham et al.,2009).
Aktifitas fisik adalah gerakan seluruh tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi
otot yang akan meningkatkan pengeluaran energi. Defenisi ini meliputi latihan
yang direncanakan, terstruktur dan aktifitas fisik yang dilakukan secara berulang
dengan tujuan meningkatkan kebugaran fisik. Latihan dapat dibagi dua yaitu
latihan aerobik dan latihan anaerobik. Dikatakan latihan aerobik bila oksigen yang
dibutuhkan cukup untuk kelompok otot yang secara terus menerus bergerak
dengan intensitas yang dipertahankan paling sedikit selama 20 menit. Latihan
aerobik menggunakan beberapa kelompok otot utama tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan yang lebih besar terhadap kardiovaskuler dan pernafasan untuk suplay
oksigen terhadap kerja otot. Latihan anaerobik merupakan kerja berat yang
dilakukan terbatas pada beberapa otot, contohnya mengangkat beban berat. Tipe
aktifitas ini dilakukan dengan interval waktu yang pendek dan suplay oksigen
tidak cukup untuk metabolisme aerobik, mengakibatkan terutangnya oksigen dan
terjadi metabolisme anaerobik pada otot tersebut. Contoh lain yaitu lari sprint,
dimana intensitas tinggi dengan durasi yang pendek (Wang, 2004).
Orang dewasa yang melakukan aktifitas fisik akan berdampak pada
peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh manfaat kesehatan dibutuhkan paling
sedikit 150 menit aktifitas sedang atau 75 menit untuk aktifitas latihan aerobik
berat dalam seminggu atau kombinasi dari keduannya. Jumlah waktu tersebut
dapat dibagi dalam seminggu, sehingga dilakukan latihan aerobik paling sedikit
tiga kali dalam seminggu. Latihan aerobik dapat dilakukan dalam bentuk
menambah manfaat kesehatan, semakin besar jumlah waktu yang dilakukan
selama seminggu dan intensitas latihan per kegiatan maka semakin besar manfaat
yang diperoleh (Kauko, 2010)
Menurut Vella et al. (2001), bahwa lamanya latihan positif berhubungan
dengan peningkatan kadar kolesterol HDL pada laki-laki, sedangkan pada wanita
hubungan antara lamanya latihan dengan peningkatan kadar HDL belum jelas
diketahui. Respons kadar kolesterol HDL berbeda untuk setiap individu
tergantung pada intensitas, lama dan frekwensi latihan, kondisi awal kolesterol
dan panjangnya periode latihan. Sedangkan menurut Kodama et al., (2007),
bahwa volume latihan minimal diperkirakan pada pengeluran energi sebanyak
900 kcal seminggu atau 120 menit dari total panjang latihan selama seminggu.
Setiap peningkatan lamanya aktifitas 10 menit sama dengan peningkatan kadar
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan dan pemeriksaan plasma
mencit dilakukan pada Laboratorium Kesehatan Daerah Propinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan selama 14 minggu.
3.2.Sampel Penelitian
Jumlah sampel mencit (Mus Musculus) Strain DD Webster diambil
berdasarkan rumus t(r – 1) >20 (Sugandi, 1994), jika t adalah jumlah kelompok
(dalam penelitian ini terdiri dari 4 kelompok) dan r adalah jumlah ulangan per
kelompok, maka jumlah ulangan adalah sebesar 9 mencit per kelompok maka
jumlah mencit keempat kelompok adalah lebih dari 32 ekor.
3.3.Bahan dan Alat Penelitian 3.3.1. Bahan Penelitian
a. Ekstrak teh hijau
Daun teh hijau (Camalia sinensis) diperoleh dari perkebunan
Sayur, Pematang Siantar Martoba. Pucuk daun teh yang dipetik adalah 3 daun
dari pucuk, dikeringkan dengan sinar matahari selama 1 jam hingga layu,
kemudian dimasukkan dalam ruang ber AC dengan suhu dibawah 27 0C
selama 8 sampai dengan 12 jam dan dibalik setiap 2 jam. Daun kemudian
dimasukkan dalam balancer digiling untuk membuang pasir dan menambah
aroma teh selama 30 menit dengan putaran 30 kali per menit. Daun teh yang
siap diolah dimasukkan kedalam rotary power dengan suhu 250 – 3500C
selama 6 – 7 menit, masukkan ke mouter roller selama 3 - 4 menit untuk
digiling, lalu pengeringan pertama di dalam dryer dengan suhu 1100C selama
35 menit hingga kadar air 30 %. Kemudian proses pembentukan dimana daun
teh dimasukkan kedalam kantung kain selama 8 – 10 jam di bolak baik
sebanyak 40 kali, lalu dilakukan pengeringan kedua hingga kadar air 3 – 5 %,
pemisahan daun dan batang teh. Daun teh hijau yang kering telah siap untuk
digunakan. Sebelum di pasarkan, daun teh hijau yang telah disimpan
beberapa lama dilakukan pengeringan ketiga (Komunikasi pribadi dengan
pemilik : Drs. I Ketut Praptanta). Daun teh hijau yang sudah kering kemudian
di ekstrak pada Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
Prosedur Ekstraksi
Ekstrak teh hijau dilakukan dengan cara menyeduh daun kering teh
hijau dengan air panas selama 5 menit pada suhu + 970C, disaring hingga
terpisah filtrat dan ampasnya (Gambar 3). Ampas diseduh kembali seperti
46
disatukan. Seluruh filtrat yang dihasilkan dikeringkan diatas waterbath
hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental di freeze-dried untuk
menghasilkan ekstrak kering (Harborne, 1987; Murase et al,2005) (Gambar 4
dan 5).
Diseduh dengan air panas
suhu 970C selama 5 menit
Filtrat Ampas
Ekstrak Kering
(320 gr) Ekstrak Kental
Filtrat
Gambar 5. Pengeringan dengan waterbath
b. Diet tinggi lemak.
Makanan tinggi lemak yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
makanan berupa pellet dengan kode 551 (PT Charoen Pokphand, Indonesia)
ditambahkan kolesterol dari kuning telur 1,5%, lemak kambing 10 % dan
minyak kelapa 1 %. Pakan yang dibutuhkan untuk seluruh mencit selama
penelitian 42 hari kurang lebih 15 kg. Pakan tinggi lemak dibuat dengan cara
menggiling pellet 551 hingga halus sebanyak 7.725 g, ditambahkan kuning
telur sebanyak 5.625 g, lemak kambing 1500 g, 150 ml minyak kelapa. Bahan
tersebut dicampurkan hingga rata, dibentuk berupa silinder dengan ukuran
diameter 0,5 cm, panjang 3 cm kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari
(Hardiningsih dan Nurhidayat, 2006).
Cara mempersiapkan diet tinggi lemak yaitu dengan cara mengikuti
tahap-tahapan dibawah ini. Pertama-tama mempersiapkan lemak kambing
sebanyak 1500 gr, memanaskan lemak kambing dengan cara menggoreng
selama kurang lebih 2 jam hingga lemak kambing menjadi minyak dan
sisanya menjadi seperti kerupuk. Kedua, mempersiapkan minyak kelapa
dengan cara mengambil daging kelapa tua sebanyak 3 buah dan diparut,
diambil patinya kemudian pati tersebut dipanaskan diatas kuali hingga
terpisah ampas dan minyak kelapa. Dan minyak kelapa disaring, diambil
sebanyak 150 ml. Ketiga, mempersiapkan kuning telur. Telur direbus hingga
matang, pisahkan kuning telur dengan putih telur, keringkan kuning telur
dengan suhu 600C selama 2 jam didalam oven dan telur sudah siap untuk
Bahan-bahan yang telah disiapkan diadon dengan cara meletakkan
pellet 551 sebanyak 7.725 g dalam sebuah wadah yang telah disediakan.
Tuangkan minyak kambing yang baru saja disiapkan (minyak masih dalam
kondisi panas) diaduk dan dibiarkan selama 20 menit. Tambahkan air
sebanyak 8 liter, aduk dan tunggu selama kurang lebih 1 jam hingga pakan
lembut dan mudah untuk diadon. Sisa lemak kambing berupa kerupuk juga
dihancurkan dan diadon bersama dengan pellet 551 didalam wadah hingga
rata. Tambahkan minyak kelapa sebanyak 150 ml kedalam adonan dan aduk
kembali hingga rata. Tambahkan kuning telur yang sudah dikeringkan
sebanyak 5.625 g kedalam adonan sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
bahan-bahan tersebut diatas tercampur dengan rata. Hasil adonan dibagi dua,
setengah adonan dipersiapkan untuk pakan tinggi lemak yang dicampurkan
ekstrak teh hijau, setengahnya lagi tanpa ekstrak teh hijau. Seluruh adonan
dibentuk dengan panjang kurang lebih 3 cm dengan diameter 0,5 cm,
diletakkan diatas seng dan dikeringkan langsung dibawah sinar matahari
hingga kering (Gambar 7).
c. Diet Tinggi lemak dengan Ekstrak Teh Hijau
Setengah dari hasil adonan diet tinggi lemak yang telah dipisahkan, di
aduk sedikit demi sedikit dengan ekstrak teh hijau sebanyak 2% (150 gr)
sampai rata. Hasil adonan dibentuk dengan panjang kurang lebih 3 cm dengan
diameter 0,5 cm, diletakkan diatas seng dan dikeringkan langsung dibawah
d. Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit
(Mus musculus) Strain DD Webster, berjenis kelamin jantan, berumur 11
minggu dengan rata-rata berat badan 32 g yang diperoleh dari Laboratorium
Penelitian Terpadu FMIPA Universitas Universitas Sumatera Utara Medan.
Mencit akan dipelihara selama 6 minggu untuk penelitian ditambah dengan
masa aklimatisasi selama 7 hari. Makanan yang diberikan adalah makanan
tinggi lemak ditambah dengan 2 % ekstrak teh hijau untuk dua kelompok
(9 ekor) dan 2 kelompok lainnya (9 ekor) diberikan makanan tinggi lemak
tanpa penambahan ekstrak teh hijau. Minuman yang digunakan adalah air
keran (tap water) yang diberikan secara ad libitum. Siklus terang gelap harian,
temperatur dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah
(Ropelle, et al., 2006). Kandang terbuat dari bahan plastik berukuran panjang
17 cm x lebar 12 cm x kedalaman 10 cm. Mencit dikandangkan satu ekor per
kandang dengan tutup kawat halus dan pada tutup kandang dibentuk tempat
pakan khusus. Dasar kandang dilapisi sekam padi setebal 0,5 – 1 cm.
Kandang dibersihkan setiap hari dan sekam padi diganti setiap 2 (dua) hari.
e. Reagensia untuk Pengukuran profil lipid
- Kolesterol CHOD-PAP
- Trigliserida GPO-PAP
- Larutan Kolesterol standart
- Larutan trigliserida standart
- Larutan kolesterol HDL presipitat standart
3.3.2. Alat Penelitian
• Kolam untuk berenang mencit terbuat dari kaca dengan ukuran kolam
adalah panjang 90 cm, lebar 45 cm dan dalam 45 cm.
• Oven merk Oxone untuk mengeringkan kuning telur.
• Termometer untuk mengukur suhu oven saat pengeringan kuning telur.
• Spektrofotometer merk Microlab 300 (Jerman) untuk membaca sampel
pada panjang gelombang 546 nm
• Tabung reaksi digunakan sebagai tempat bahan pemeriksaan
• Spuit 3 cc digunakan untuk mengambil darah dari mencit percobaan
• Centrifuge digunakan sebagai pemutar sampel darah mencit untuk
memisahkan sel darah dan serum.
• Clinic pet produksi biohit : Proline 10 – 250 μl, tip yellow untuk
mengambil supernatant dan Proline 500 – 1000 μl, tip blue untuk
• Inkubator digunakan untuk menginkubasi sampel sebelum pengukuran.
• Timbangan untuk menimbang berat badan dan pakan mencit.
• Waterbath digunakan untuk menguapkan larutan teh hijau menjadi pasta
• Freeze dried untuk mengeringkan pasta teh hijau
3.4. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas yaitu : Ekstrak teh hijau dan latihan fisik.
2. Variabel Tergantung yaitu : Profil lemak; kolesterol total, trigliserida, HDL kolseterol, LDL kolesterol.
3. Variabel kendali yaitu : Berat badan, pakan tinggi lemak, umur dan lingkungan
3.5. Rancangan
3.5.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental
laboratorium dengan rancangan penelitian Faktorial 2 x 2 (Tabel 1). Setiap
kelompok terdiri atas 9 mencit, sehingga jumlah mencit yang digunakan adalah
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Aktifitas Fisik
Berenang (F1)
Tidak Berenang (F2)
Ekstrak teh hijau (E1)
E 1 F 1
E 1 F 2
Tanpa ekstrak teh hijau (E2)
E 2 F 1 E 2 F 2
3.5.2. Pemeliharaan Mencit (Sebelum Penelitian)
Mencit diambil pada umur 10 minggu, dipelihara selama seminggu di
kandangkan dengan satu ekor per kandang pada ruangan dengan siklus terang
gelap harian, temperatur dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran
alamiah. Makanan yang diberikan selama 7 hari fase aklimatisasi adalah makanan
berupa pellet dengan kode 551 (PT Charoen Pokphand, Indonesia) tanpa
campuran bahan lain.
3.5.3. Dosis
Dosis ekstrak teh hijau yang diberikan pada mencit adalah sebanyak 2 %
ekstrak teh hijau per kilogram pakan yang diberikan. (Bruno et al., 2008;
3.6. Pelaksanaan Penelitian
3.6.1. Penerbitan Ethical Clearence
Pelaksanaan penelitian profil lemak mencit dengan makanan tinggi lemak
yang melakukan aktifitas fisik secara teratur setelah pemberian ekstrak teh hijau
(Camelia sinensis) meminta persetujuan pelaksanaan penelitian dari Komite Etik
Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan.
3.6.2. Pemberian Perlakuan
a. Pemberian Ekstrak Teh Hijau
Ekstrak teh hijau diberikan bersamaan dengan diet tinggi lemak yang telah
dicampurkan pada diet sebelumnya untuk kelompok E1F1 dan kelompok
E1F2 . Lama pemberian ekstrak teh hijau selama 6 minggu.
b. Latihan Fisik
Prosedur pelaksanaan latihan fisik pada mencit (Gambar 9) dilakukan
secara teratur pada kelompok E1F1 dan kelompok E2F1. Frekwensi
berenang adalah 3 kali seminggu pada hari senin, rabu dan jumat; dimana
waktu berenang 20 menit untuk 2 kali berenang pertama, 30 menit untuk 2
kali berenang berikutnya dan selanjutnya 40 menit sekali berenang dan
dilakukan selama 6 minggu perlakukan (Kodama et al., 2007). Mencit
berenang pada tempat yang telah disediakan (Murase et al., 2005;
Gambar 9. Perlakuan Aktifitas berenang pada mencit
3.6.3. Pengamatan
a. Koleksi Sampel Darah
Pengambilan sampel darah mencit untuk pemeriksaan profil lipid
dilakukan 2 kali (Gambar 10). Pengambilan sampel darah yang pertama
dilakukan pada hari ke 21 pada 4 ekor mencit yang dipilih secara random,
sedangkan 5 ekor lainnya diambil darahnya tepat pada hari ke 42. Setelah
perlakuan dilakukan tepat dengan waktu yang ditentukan maka semua
mencit yang menjadi subjek penelitian dibunuh dengan cara dislokasi
servikalis, kemudian diambil darah mencit sebanyak 0,8 ml pada
masing-masing subjek. Darah masing-masing-masing-masing mencit diambil dengan spuit insulin
yang telah dibilas dengan heparin, diberi label, darah dimasukkan kedalam
termos berisi es dan dibawa ke laboratorium. Di laboratorium darrah
menit pada 3.000 rpm untuk memisahkan plasma. Setelah plasma
dipisahkan, kemudian dimasukkan dalam tabung kecil dan dilakukan
penentuan kadar kolesterol total, trigliserida, , HDL kolesterol dan LDL
kolesterol.
b. Pengukuran profil lipid plasma darah Penentuan kadar Trigliserida
Prosedur untuk menentukan kadar trigliserida plasma darah adalah
sebagai berikut :
1. Penetapan kadar trigliserida standart yaitu mempersiapkan tabung
reaksi yang berisikan reagensia trigliserida GPO-PAP 1000 μl
ditambahkan larutan standart trigliserida 10 μl dengan mikropipet,
dikocok lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Diukur
pada alat Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.
2. Penetapan kadar blanko trigliserida yaitu mempersiapkan tabung
reaksi untuk blanko berisikan reagensia trigliserida GPO-PAP 1000
μl ditambah dengan 10 μl air dengan micropipet, dikocok lalu
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Diukur pada alat
Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.
3. Penetapan kadar trigliserida serum darah mencit yaitu
mempersiapkan tabung reaksi, diberi label, memasukkan reagensia
telah dicentrifugasi sebanyak 10 μl dihomogenkan dan diinkubasi
selama 10 menit pada suhu 370C. Diukur pada alat Microlab 300
dengan panjang gelombang 546. Mencatat hasilnya.
Penentuan Kadar Kolesterol
Prosedur untuk menentukan kadar kolesterol plasma darah adalah
sebagai berikut :
1. Penetapan kadar kolesterol standart yaitu mempersiapkan tabung
reaksi yang berisikan reagensia kolesterol CHOD-PAP 1000 μl
ditambahkan larutan standart kolesterol 10 μl dengan mikropipet,
dihomogenkan lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C.
Diukur pada alat Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.
2. Penetapan kadar blanko kolesterol yaitu mempersiapkan tabung reaksi
untuk blanko berisikan reagensia kolesterol CHOD-PAP 1000 μl
ditambah dengan 10 μl air dengan micropipet, dihomogenkan lalu
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Diukur pada alat
Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.
3. Penetapan kadar kolesterol plasma darah mencit yaitu mempersiapkan
tabung reaksi, diberi label, memasukkan reagensia kolesterol
CHOD-PAP 1000 μl, ditambahkan plasma mencit yang telah dicentrifugasi
sebanyak 10 μl, dihomogenkan dan diinkubasi selama 10 menit pada
Penentuan kadar HDL kolesterol
Prosedur untuk menentukan kadar HDL kolesterol plasma darah
adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan Presipitasi
• Mempersiapkan presipitasi semimikro pada tabung reaksi : reagen
kolesterol HDL standart 200 μl + presipitan sebanyak 500 μl yang
sudah dicampur dengan aquades dengan perbandingan 4 : 1.
Dihomogenkan selama 10 menit dan disentrifugasi selama 10 menit
dengan kecepatan 4000 rpm.
• Mempersiapkan presipitasi semimikro pada tabung reaksi : plasma
sampel 200 μl + presipitan sebanyak 500 μl yang sudah dicampur
dengan akuades dengan perbandingan 4 : 1. Dihomogenkan selama
10 menit dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan
4000 rpm.
2. Menentukan HDL kolesterol
• Mempersiapkan tabung standart berisikan reagensia kolesterol
1000 μl + supernatan standart 100 μl. Diinkubasi selama 10 menit
pada suhu 370C. Baca dengan menggunakan alat microlab 300
• Mempersiapkan tabung blanko berisikan reagensia kolesterol
1000 μl. Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Baca dengan
menggunakan alat microlab 300 dengan panjang gelombang
546 nm.
• Mempersiapkan tabung sampel berisikan reagensia kolesterol
1000 μl + supernatan sampel 100 μl. Diinkubasi selama 10 menit
pada suhu 370C. Baca dengan menggunakan alat microlab 300
dengan panjang gelombang 546 nm (Gambar 11).
Penentuan Nilai LDL
Perhitungan LDL kolesterol dapat digunakan dengan rumus
Friedewald dengan cara :
Trigliserida
LDL (mg/dl) = Total kolesterol HDL
Gambar 10. Pengambilan sampel darah dari jantung mencit.
3.7. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran diekspresikan dalam
mean + SD dengan menggunakan Microsof Excel dan dianalisa dengan program
SPSS 15. Sebelum data dianalisa, terlebih dahulu seluruh data dilakukan uji
normalitas dan homogenitas data. Data-data yang normal dan homogen dapat
dilanjutkan untuk dianalisa dengan program SPSS dengan uji parametrik dengan
uji yang tepat adalah uji Anova dan uji lanjut dengan Bonferroni. Sedangkan
data-data yang tidak normal dan/atau tidak homogen, tidak langsung dianalisa
tetapi data tersebut terlebih dahulu ditransformasi. Setelah ditransformasi
data-data tersebut kembali diuji normalitas dan homogenitasnya. Bila hasil uji
normalitas dan homogenitas data yang telah ditransformasi menjadi normal dan
homogen, maka dilakukan uji parametrik Anova dan uji lanjut Bonferroni
sedangkan data yang tidak normal dan/atau tidak homogen maka uji yang
dilakukan adalah uji nonparametrik dan yang tepat untuk penelitian ini adalah
uji Kruskal Wallis dengan uji lanjut adalah uji Bonferroni.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh latihan fisik
dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit jantan
Mus musculus strain DD Webster dengan makanan tinggi lemak maka sebelum
diberikan perlakuan terhadap mencit, secara random mencit diambil mewakili
kelompok untuk dilakukan pemeriksaan kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL
sebagai kontrol awal (n = 5). Pemeriksaan kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL
selanjutnya dilakukan pada hari ke 21 (masing-masing kelompok n = 4) dan
pemeriksaan terakhir dilakukan pada hari ke 42 (masing-masing kelompok n = 5).
Untuk lebih jelas dapat dilihat alur penelitian (Gambar 12). Darah mencit yang
diperiksa diambil langsung dari jantung mencit dengan menggunakan spuit insulin
setelah dilakukan dislokasi servikalis terlebih dahulu dan kemudian pembedahan
abdomen dan rongga dada mencit. Darah mencit pada masing-masing spuit yang
telah diberi label dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Hasil yang diperoleh
Gambar 12. Alur Kerja Penelitian
4.1.1. Konsumsi pakan mencit dan selisih berat badan
Pakan mencit setiap hari diberikan sebanyak 6 gr, dan sisanya ditimbang
pada pemberian pakan esok harinya. Sehingga jumlah pakan per hari adalah 6 gr
dikurang berat pakan yang sisa. Untuk pemberian pakan selanjutnya ditambahkan
hingga menjadi 6 gr kembali. Pada Gambar 13 menunjukkan bahwa konsumsi
pakan terbanyak adalah pada kelompok mencit yang melakukan aktifitas berenang
Gambar 13. Rata – rata konsumsi pakan pada masing-masing kelompok mencit
dari hari pertama hingga hari ke 42 perlakuan (n = 9 per
kelompok).
Konsumsi pakan pada hari ke 21 adalah konsumsi rata-rata mencit dari hari
pertama hingga hari ke 21, sedangkan konsumsi pakan hari ke 42 adalah
konsumsi rata-rata dari hari ke 22 hingga hari ke 42. Pada Gambar 14 terlihat
konsumsi pakan yang dievaluasi pada hari ke 21 dan ke 42 secara umum kelihatan
meningkat kecuali pada kelompok yang hanya mengkonsumsi teh hijau
mengalami sedikit penurunan dan yang paling banyak mengkonsumsi pakan
adalah kelompok pakan yang tidak dicampur dengan teh hijau. Pada hari ke 21
terdapat perbedaan yang nyata konsumsi pakan antara kelompok berenang dengan
kelompok mengkonsumsi teh hijau dan berenang dimana p = 0,02. Pada hari ke
berenang dan mengkonsumsi teh hijau dengan kelompok berenang p = 0,01 dan
kelompok yang mengkonsumsi teh hijau dengan kelompok berenang p = 0,01.
B A
Gambar 14. Konsumsi pakan mencit setelah 21 dan 42 hari perlakuan (n=36); huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan;
a dan b signifikan dengan uji Anova dilanjutkan dengan uji
Bonferroni, p = 0,02. A dan B signifikan dengan uji yang sama, masing-masing p = 0,01.
Berat badan mencit ditimbang sebanyak tiga kali yaitu pada hari pertama,
hari ke 21 dan hari ke 42. Selisih berat badan hari 21 adalah berat badan rata-rata
mencit hari ke 21 setiap kelompok perlakuan dikurang berat badan mencit
rata-rata setiap kelompok perlakuan pada hari pertama. Sedangkan selisih berat badan
hari ke 42 adalah berat badan rata-rata mencit setiap kelompok perlakuan hari ke
42 dikurang dengan rata-rata berat badan mencit pada hari ke 21 pada setiap
pada Gambar 15, dimana peningkatan berat badan paling tinggi adalah pada
kelompok konsumsi teh hijau.
AB
B B A
ab
b ab a
Gambar 15. Selisih peningkatan berat badan mencit pada hari ke 21 dan 42 (n=36); huruf yang berbeda menyatakan perbedaan yang
signifikan. a dan b dari uji Anova dilanjutkan dengan uji
Bonferroni p = 0,04; A dan B dengan uji yang sama masing-masing p = 0,01 dan p = 0,03.
Secara statistik diperoleh bahwa pada hari ke 21 terdapat perbedaan nyata antara
kelompok konsumsi teh hijau dengan kelompok berenang dimana p = 0,04.
Sedangkan pada hari ke 42 diperoleh perbedaan nyata selisih berat badan antara
kelompok konsumsi teh hijau dengan kelompok berenang p = 0,01 dan kelompok
4.1.2. Profil lipid kolesterol pada masing-masing kelompok mencit.
Pengukuran kadar kolesterol mencit dilakukan sebanyak tiga kali.
Pengukuran pertama dilakukan sebelum dimulainya perlakuan pada setiap
kelompok dengan n = 5 ekor mencit yang diambil secara acak sebagai kadar awal
(kontrol) untuk seluruh kelompok perlakuan. Pengukuran kolesterol kedua
dilakukan pada hari ke 21 dengan n = 4 ekor mencit yang diambil secara acak dari
masing-masing kelompok perlakuan. Sedangkan pengukuran ketiga dilakukan
tepat pada hari ke 42 dengan n = 5. Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa kadar
kolesterol total Meningkat pada hari ke 21 dan ke 42 dibandingkan dengan
kontrol. Hasil uji statistik pada hari ke 21 terlihat perbedaan bermakna antara
kelompok konsumsi teh dan berenang dengan kelompok berenang p = 0,03,
kelompok pakan kolesterol p = 0,42 dan kelompok kontrol p = 0,03; Kelompok
konsumsi teh dengan kelompok kontrol p = 0,03; Kelompok berenang dengan
kelompok kontrol p = 0,03 dan Kelompok pengkonsumsi pakan kolesterol saja
dengan kontrol p = 0,03. Pada hari ke 42 terlihat hasil uji statistik terdapat
perbedaan bermakna seluruh kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
dimana masing-masing p = 0,01. Hasil uji statistik kolesterol antara hari ke 21 dan
ke 42 pada masing-masing kelompok tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
Untuk membandingkan perubahan data kolesterol antara hari ke 21 dan hari ke 42
perlakuan dari masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji t. Hasil
c/B
Gambar 16. Kadar kolesterol total mencit pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42; perbedaan huruf menyatakan perbedaan yang signifikan.
perbedaan c dengan a, ab, b, b dengan uji Kruskal Wallis
dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney masing-masing p = 0,03; perbedaan A dan B dengan uji yang sama masing-masing
p = 0,08. Uji t antara hari ke 21 dan hari ke 42 tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
4.1.3. Profil lipid trigliserida pada masing-masing kelompok mencit.
Pengukuran kadar trigliserida mencit dilakukan sebanyak tiga kali.
Pengukuran pertama dilakukan sebelum dimulainya perlakuan pada setiap
kelompok dengan n = 5 ekor mencit yang diambil secara acak sebagai kadar awal
(kontrol) untuk seluruh kelompok perlakuan. Pengukuran kedua dilakukan pada
hari ke 21 dengan n = 4 ekor mencit yang diambil secara acak dari masing-masing
kelompok perlakuan. Sedangkan pengukuran ketiga dilakukan tepat pada hari ke
pada kontrol jauh lebih tinggi dibandingkan pada hari ke 21 dan ke 42. Hasil uji
statistik trigliserida hari ke 21 terdapat perbedaan bermakna antara kelompok
kontrol terhadap masing-masing kelompok perlakuan yang diberikan teh hijau dan
berenang, kelompok yang diberikan teh hijau, kelompok yang berenang dan
kelompok yang hanya mengkonsumsi pakan kolesterol, dimana secara berurutan
p = 0,001, selanjutnya p = 0,000. Demikian pula pada hari ke 42 terdapat
perbedaan bermakna pada kelompok yang sama dimana secara berurutan masing
p = 0,016; 0,032; 0,016 dan 0,047.
Gambar 17. Kadar trigliserida mencit pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42; perbedaan huruf menyatakan perbedaan secara signifikan.
a dan b dengan uji Anova yang dilanjutkan dengan uji