• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Nyeri Luka Pasca Seksio Sesarea yang Dilakukan Ibu di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Manajemen Nyeri Luka Pasca Seksio Sesarea yang Dilakukan Ibu di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Medan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN NYERI LUKA PASCA SEKSIO SESAREA

YANG DILAKUKAN IBU DI DUA RSU PEMERINTAH KOTA

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Dirayati Sharfina 071101056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “ Manajemen Nyeri Luka Pasca Seksio Sesarea yang Dilakukan Ibu di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Medan”.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya khususnya kepada kedua orang tua, Ibu yang penuh kasih sayang, yang selalu memberikan semangat serta doanya, Ayah yang tiada lelah dan selalu meluangkan waktunya untuk mengantarkan penulis ke gerbang kesuksesan. Terima kasih juga kepada kedua adikku tercinta Agung dan Cindy. Dan tak lupa pula terima kasih kepada Nenek dan adik kecilku Firza Rendika yang selalu menghiburku.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan prososal skripsi ini.

(4)

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dan Rumah Sakit Umum Pemerintah H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis serta kepada ibu-ibu pasca seksio sesarea yang telah berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Kepada sahabat-sahabat terbaikku, Fitri Handayani Nasution, Dewi Rahmadani Lubis, Riskina Syahputri Nasution, Meli Puspita Dewi, Yuliana, Melinda Agnesha dan Nuraidar yang selalu bersama bercanda tawa dan selalu mengingatkanku, membantu dan mendukungku.

7. Terima kasih kepada kakak kelasku, Elfi Harianti, Syafrina D. Dalimunthe, Ainil Fitri, Eqlima Elfira, serta anak-anak FORKIS Rufaidah yang telah membantu dan mendoakanku.

8. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2007, yang telah memberikan semangat, masukan, dan doanya dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis. Harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Juni 2011

(5)

DAFTAR ISI

1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ... 8

2. Seksio Sesarea ... 13

2.1 Definisi Seksio Sesarea ... 13

2.2 Teknik Seksio Sesarea ... 13

2.3Indikasi Seksio Sesarea ... 16

3. Manajemen Nyeri Yang Dilakukan Ibu ... 17

3.1 Manajemen Nyeri Farmakologi ... 18

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 25

2.1 Populasi ... 25

2.2 Sampel ... 25

3. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 26

4. Pertimbangan Etik ... 26

5. Instrumen Penelitian ... 28

6. Validitas dan Uji Reliabilitas ... 29

7. Rencana Pengumpulan Data ... 30

8. Analisa Data ... 30

BAB 5. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penetiaan ... .. 32

(6)

1.2 Manajemen Nyeri ... 35 2. Pembahasan ... 37

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan ... 41 2. Saran ... 42

Daftar Pustaka ... 43

Lampiran

Lembar Persetujuan Responden Instrumen Penelitian

Jadwal Penelitian Taksasi Dana

Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan Uji reliabilitas

Hasil SPSS

(7)

DAFTAR SKEMA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional……….24

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden... 33

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengalaman Nyeri……….34

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Manajemen Nyeri………..35

(9)

Judul : Manajemen Nyeri Luka Pasca Seksio Sesarea yang Dilakukan Ibu di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Medan

Nama : Dirayati Sharfina

NIM : 071101056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011

Abstrak

Seksio sesarea merupakan pembedahan obstetrik untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus. Seksio sesarea menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan nyeri. Nyeri pasca operasi harus dikontrol secara adekuat sebab nyeri dapat mengakibatkan ketidaknyaman dan menggangu sistem organ yang lain. Manajemen nyeri merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri sampai tingkat yang dapat ditoleransi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen nyeri luka pasca seksio sesarea yang dilakukan ibu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah ibu pasca seksio sesarea di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah di Kota Medan. Pengambilan jumlah sampel menggunakan teknik totally sampling sebanyak 31 responden. Instrumen penelitian merupakan kuesioner yang disusun sendiri dan menggunakan skala

Guttman. Hasil analisa data menunjukkan bahwa ibu melakukan manajemen

nyeri untuk mengurangi nyeri. Manajemen nyeri yang paling banyak dilakukan ibu pasca seksio sesarea adalah relaksasi (82,8%) stimulasi kutaneus (66,1%), distraksi (44,5%), dan imajinasi terbimbing (34,4%). Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen nyeri dan mencari faktor mana yang paling berpengaruh dengan manajemen nyeri.

(10)

Title :Wound Pain Management Post-Caesarean section Performed by Mother in two Government General Hospital Medan

Name : Dirayati Sharfina

NIM : 071101056

Majors : Bachelor of Nursing Year Academic : 2011

Abstract

Caesarean section is an obstetric surgery to give birth to the fetus through an incision in the abdominal wall and uterine wall. Caesarean section causes the tissue damage and pain. Postoperative pain should be controlled adequately because the pain can cause discomfort and interfere with other organ systems. Pain management is an action to reduce or eliminate the pain to a tolerable level. This research aims to determine the picture of pain management post-Caesarean section wound mom did. The research method used is descriptive research method. The population of this research is the mother of post-Caesarean section in two Government General Hospital in Medan. Taking the number of samples used totally sampling technique as much as 31 respondents. Research instrument is a questionnaire composed himself and using a Guttman scale. Results of analysis of data showed that mothers do pain management to reduce pain. Pain management that most mothers do post-Caesarean section is the relaxation (82.8%) cutaneous stimulation (66.1%), distraction (44.5%), and guided imagination (34.4%). Suggestions for further research is to identify the factors that affect pain management and look for where the most influential factor in pain management.

(11)

Judul : Manajemen Nyeri Luka Pasca Seksio Sesarea yang Dilakukan Ibu di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Medan

Nama : Dirayati Sharfina

NIM : 071101056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011

Abstrak

Seksio sesarea merupakan pembedahan obstetrik untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus. Seksio sesarea menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan nyeri. Nyeri pasca operasi harus dikontrol secara adekuat sebab nyeri dapat mengakibatkan ketidaknyaman dan menggangu sistem organ yang lain. Manajemen nyeri merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri sampai tingkat yang dapat ditoleransi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen nyeri luka pasca seksio sesarea yang dilakukan ibu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah ibu pasca seksio sesarea di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah di Kota Medan. Pengambilan jumlah sampel menggunakan teknik totally sampling sebanyak 31 responden. Instrumen penelitian merupakan kuesioner yang disusun sendiri dan menggunakan skala

Guttman. Hasil analisa data menunjukkan bahwa ibu melakukan manajemen

nyeri untuk mengurangi nyeri. Manajemen nyeri yang paling banyak dilakukan ibu pasca seksio sesarea adalah relaksasi (82,8%) stimulasi kutaneus (66,1%), distraksi (44,5%), dan imajinasi terbimbing (34,4%). Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen nyeri dan mencari faktor mana yang paling berpengaruh dengan manajemen nyeri.

(12)

Title :Wound Pain Management Post-Caesarean section Performed by Mother in two Government General Hospital Medan

Name : Dirayati Sharfina

NIM : 071101056

Majors : Bachelor of Nursing Year Academic : 2011

Abstract

Caesarean section is an obstetric surgery to give birth to the fetus through an incision in the abdominal wall and uterine wall. Caesarean section causes the tissue damage and pain. Postoperative pain should be controlled adequately because the pain can cause discomfort and interfere with other organ systems. Pain management is an action to reduce or eliminate the pain to a tolerable level. This research aims to determine the picture of pain management post-Caesarean section wound mom did. The research method used is descriptive research method. The population of this research is the mother of post-Caesarean section in two Government General Hospital in Medan. Taking the number of samples used totally sampling technique as much as 31 respondents. Research instrument is a questionnaire composed himself and using a Guttman scale. Results of analysis of data showed that mothers do pain management to reduce pain. Pain management that most mothers do post-Caesarean section is the relaxation (82.8%) cutaneous stimulation (66.1%), distraction (44.5%), and guided imagination (34.4%). Suggestions for further research is to identify the factors that affect pain management and look for where the most influential factor in pain management.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Seksio sesarea didefinisikan sebagai melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus (Cunningham,1995). Tindakan operasi seksio sesarea dilakukan jika ada indikasi pada ibu dan janin (Wiknjosastro, 2000). Namun pada saat ini tindakan seksio sesarea menjadi alternatif persalinan yang dilakukan tanpa indikasi medis melainkan indikasi sosial. Alasan memilih persalinan secara seksio sesarea, ibu tidak akan mengalami rasa sakit (nyeri) seperti pada persalinan normal (Kasdu, 2005).

Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan (Wall & Jones, 1991). Seksio sesarea merupakan salah satu tindakan operasi obstetrik yang secara sengaja dilakukan untuk menyayat bagian abdomen sehingga dapat menyebabkan perubahan kontinuitas jaringan. Pada proses operasi seksio sesarea ibu diberikan anastesi agar ibu tidak merasakan nyeri. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, ia akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan (Wall & Jones, 1991).

(14)

sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Mahon,1994; dalam Potter & Perry,2005).

Nyeri pasca operasi harus dikontrol secara adekuat sebab nyeri yang tidak diatasi secara adekuat dapat mengakibatkan ketidaknyamanan serta mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan imunologik (Yeager dkk., 1987; Benedetti dkk., 1984, dikutip dari Brunner dan Suddarth, 2002). Ketika impuls nyeri ditransmisikan, tegangan otot meningkat sehingga terjadi iskemia pada tempat yang nyeri. Bila impuls yang menyakitkan ini menjalar secara sentral, aktivitas simpatis diperberat, yang meningkatkan kebutuhan miokardium dan konsumsi oksigen. Riset telah menunjukkan bahwa insufisiensi kardiovaskular terjadi tiga kali lebih sering dan insiden infeksi lima kali lebih besar pada individu dengan kontrol nyeri yang buruk (Benedetti, 1990 dikutip dari Brunner & Suddarth, 2002).

Untuk mengatasi nyeri pasca operasi seksio sesarea dibutuhkan asuhan keperawatan yang efektif. Asuhan keperawatan yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan ibu salah satunya kebutuhan rasa nyaman. Manajemen nyeri merupakan intervensi yang dapat menurunkan rasa nyeri sehingga nyeri dapat ditoleransi oleh ibu. Menurut Yeager et al., (1987, dikutip Carrol dan Browsher, 1993 ) manajemen nyeri yang efektif dapat menurunkan morbiditas.

(15)

mengontrol nyeri. Manajemen nyeri tidak hanya untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri tetapi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kemampuan dan kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya serta membantu ibu untuk menerima peran baru dan bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti tentang manajemen nyeri luka pasca seksio sesarea yang dilakukan ibu.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana manajemen nyeri luka pasca seksio sesarea yang dilakukan ibu.

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gamabaran manajemen nyeri luka pasca seksio yang dilakukan ibu.

3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitain ini adalah

3.2.1 Untuk mengetahui gambaran manajemen nyeri stimulasi kutaneus

yang dilakukan ibu.

3.2.2 Untuk mengetahui gambaran manajemen nyeri distraksi yang

dilakukan ibu.

3.2.3 Untuk mengetahui gambaran manajemen nyeri relaksasi yang

dilakukan ibu.

3.2.4 Untuk mengetahui gambaran manajemen nyeri imajinasi terbimbing

(16)

4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berarti bagi :

4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan akan memberikan masukan kepada perawat untuk dapat mendidik ibu pasca seksio sesarea tentang manajemen nyeri.

4.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang berguna bagi pendidikan keperawatan.

4.3 Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai manajemen nyeri luka pasca seksio sesarea yang dilakukan ibu.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas konsep-konsep yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu : konsep nyeri, konsep seksio sesarea, manajemen nyeri yang dilakukan ibu pasca seksio sesarea.

1. Konsep Nyeri

1.1 Defenisi Nyeri

International Association for the Study of Pain, IASP mendefinisikan

nyeri sebagai “suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan” (IASP, 1986 dikutip dari Carrol dan Browsher, 1993). Definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh individu yang mengalaminya, yang kapanpun individu mengatakannya (Brunner & Suddarth, 2002).

1.2 Fisiologi Nyeri

(18)

& Potter, 2005). Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.

Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor.

Reseptor yang berdiameter kecil yaitu neuron A delta dan C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor dengan diameter lebih besar, neuron A-beta yang melepaskan neurotransmitter penghambat.

Ketika ada rangsangan, kedua neuron membawa rangsangan menuju kornu dorsalis pada medulla spinalis. Di medulla spinalis terjadi interaksi antara kedua serabut yang disebut substantia gelatinosa. Apabila impuls yang berasal dari neuron A-delta dan C lebih dominan maka impuls akan dihantarkan ke otak dan menimbulkan sensasi nyeri yang dirasakan oleh tubuh. Keadaan ini disebut pintu gerbang terbuka.

(19)

Pada nyeri pasca bedah rangasangan nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanik yaitu luka (insisi) dimana insisi ini akan merangsang mediator-mediator kimia dari nyeri yaitu bradikinin, histamin, asetilkolin, dan substansi

prostaglandin dimana zat-zat ini dapat menimbulkan sensari nyeri. Selain zat

yang mampu merangsang kepekaan nyeri tubuh, juga memiliki zat-zat yang menghambat (inhibitor) nyeri yaitu endorphin dan enkefalin (Brunner & Suddart, 2002).

1.3 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau insisi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung dalam waktu yang singkat (Meinhart dan Mccaffery, 1983; NIH, 1986, dikutip dari Perry dan Potter, 2005). Nyeri akut biasanya menurun sesuai dengan proses penyembuhan dan umumnya terjadi kurang dari enam bulan.

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronik berlangsung lama, intensitas bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan (McCaffery, 1986, dikutip dari Potter dan Perry, 2005).

(20)

setelah proses pembedahan yang memiliki awitan yang cepat. Nyeri pasca operasi mengindikasikan kerusakan atau cedera telah terjadi dengan intensitas ringan sampai berat. Nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan proses penyembuhan. Nyeri pasca operasi merupakan nyeri menetap selagi luka dalam proses penyembuhan yang ditandai dengan nyeri yang berlebihan bila daerah luka tersebut terkena rangsangan yang biasanya hanya sebabkan nyeri ringan (Ganong,2003)

Rasa nyeri yang timbul akibat operasi dinding abdomen biasanya ringan–sedang 10–15 %, nyeri lebih berat 30–50 %, dan lebih dari 50 % adalah nyeri ringan (Simarmata, 2003). Menurut Seers, (1989, dikutip dari Carrol dan Browsher, 1993) melaporkan intensitas nyeri pada pasien meningkat menjadi nyeri yang sangat hebat terjadi pada satu hari pasca operasi. Menurut Bonica (1990), biasanya periode nyeri akut rata-rata 1-3 hari (Simarmata, 2003).

1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.

a. Usia

(21)

Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).

b. Jenis kelamin

Gill (1990, dikutip dari Perry & Potter, 2005) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik pasca operatif pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.

c. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991, dikutip dari Perry & Potter, 2005 ).

(22)

Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien lain.

Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003).

d. Ansietas

(23)

e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak mempengaruhi bahwa individu tersebut dapat menerima dengan mudah nyeri pada masa yang akan datang. Apabila individu pernah merasakan nyeri yang hebat dan tidak pernah sembuh maka rasa takut dan ansientas pada diri individu akan muncul. Sebaliknya jika individu mengalami nyeri dan nyeri tersebut berhasil dihilangkan maka akan mudah bagi individu untuk menginterpretasikan sensasi nyeri (Perry & Potter, 2005).

Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer & Bare, 2002).

f. Makna Nyeri

(24)

g. Dukungan Keluarga dan Sosial

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 2005).

h. Pola koping

Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.

(25)

i. Perhatian

Seorang klien yang memfokuskan dirinya terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat ke nyeri dapat dihubungkan dengan respon nyeri yang meningkat, sedangkan pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (Gill, 1990, dikutip dari Perry & Potter, 2005)

2. Konsep Seksio Sesarea

2.1 Defenisi Seksio sesarea

Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya memotong. Pengertian ini dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan

Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya

janin yang di dalam kandungan ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim.

Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus) (Cunningham, 1995).

2.2 Teknik Seksio Sesarea

Ada beberapa jenis seksio sesarea Menurut Wiknjosastro (2000), jenis / teknik dibedakan dalam seksio sesarea transperitonealis profunda, seksio sesarea klasik atau Sectio Caesarea korporal dan seksio sesarea eksrtaperitoneal. Seksio sesarea

transperitonealis profunda adalah Dauercatheter dipasang dan wanita berbaring

(26)

dari rongga perut dengan suatu kain kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang dengan pinset, plika vesiko-uterina dibuka dan insisi ini diteruskan melinyang jauh ke lateral, kemudian kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus didorong ke bawah dengan jari (Wiknjosastro, 2000).

Pada segmen bawah uterus, yang sudah ditutup lagi oleh peritoneum serta kandung kencing dan yang biasanya sudah menipis, diadakan insisi melintang sebesar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung ke atas untuk menghindari terbukanya cabang-cabang arteri uterina. Karena uterus dalam kehamilan tidak jarang memutar ke kanan, sebelum dibuat insisi, posisi uterus diperiksa dahulu dengan memperhatikan ligamenta rotunda kanan dan kiri. Ditengah-tengah, insisi diteruskan sampai dinding uterus terbuka dan ketuban tampak. Kemudian luka terakhir ini dilebarkan dengan gunting berujung tumpul mengikuti sayatan yang telah dibuat lebih dahulu. Ketuban dipecahkan, dan air ketuban yang keluar diisap. Kemudian spekulum perut diangkat dan tangan dimasukkan ke dalam uterus di belakang kepala janin dan dengan memegang kepala dari belakang dengan jari-jari tangan penolong, diusahakan lahirnya kepala melalui lubang insisi (Wiknjosastro, 2000).

(27)

2000). Kurang disukainya pembedahan jenis ini disebabkan oleh lebih besamya bahaya peritonitis, dan kira-kira 4 kali lebih besar bahaya ruptura uteri pada kehamilan yang akan datang. Oleh karena itu sesudah seksio sesarea klasik sebaiknya dilakukan sterilisasi atau histerektomi (Wiknjosastro, 2000).

Seksio sesarea ekstraperitoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Pembedahan tersebut sulit dalam tekniknya dan sering kali terjadi sobekan peritoneum tidak dapat dihindarkan (Wiknjosastro, 2002). Sementara Kasdu (2003), membedakan jenis operasi sesar menjadi 2 yaitu sayatan melintang dan vertikal. Adapun jenis sayatannya, operasi berlangsung sekitar 45-60 menit, tetapi proses melahirkan bayi sendiri hanya berlangsung 5-10 menit Pemilihan jenis sayatan ini tergantung pada perut pada operasi caesarea sebelumnya, kembar siam, tumor (mioma uteri) di segmen bawah uterus,

hipervaskularisasi (pembuluh darah meningkat) di segmen bawah uterus pada

plasenta previa, kanker serviks, risiko bahaya perdarahan apabila dilakukan tindakan sayatan melintang berhubung letak plasenta, misalnya pada plasenta previa, janin letak lintang, atau kembar dengan letak abnormal dan apabila akan melakukan histerektomi setelah janin di lahirkan (Kasdu, 2003).

(28)

daerah dinding atas rahim. Oleh karena itu, pasien tidak dianjurkan hamil lagi, jika menggunakan anestesi lokal, sayatan ini akan memerlukan waktu dan obat lebih banyak (Kasdu, 2003)

2.3 Indikasi Seksio sesarea

Indikasi seksio sesarea yaitu indikasi medis dan sosial. a. Indikasi Medis

Melahirkan dengan cara seksio sesarea sebaiknya dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun bayinya. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan seksio sesarea, dengan tujuan untuk memperkecil terjadinya risiko yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya.

b. Indikasi Sosial

Selain indikasi medis terdapat indikasi sosial untuk melakukan seksio sesarea. Menurut penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika Serikat, pada tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah persalinan seksio sesarea, yang secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya tidak ada kedaruratan persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya.

(29)

Masih banyak penduduk di kota-kota besar mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian, maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik.

Di sisi lain, persalinan dengan seksio sesarea dipilih oleh ibu bersalin karena tidak ingin mengalami rasa sakit dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena kecemasan menghadapi rasa sakit pada persalinan normal.

3. Manajemen Nyeri Yang Dilakukan Ibu Post Seksio Sesarea

(30)

Dalam penelitian ini, manajemen nyeri yang digunakan adalah manajemen nyeri secara non-farmakologi yang sesuai dengan teori gate control.

3.1 Manajemen Nyeri Farmakologi

Beberapa agens farmakologi digunakan untuk menangani nyeri. Semua agen tersebut memerlukan resep dokter. Keputusan perawat, dalam penggunaan obat-obatan dan penatalaksanaan klien yang menerima terapi farmakologi, membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan. Metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri adalah analgesik. Ada tiga jenis analgesik, yakni: (1) non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), (2) narkotik atau opioid dan (3) obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik (Potter & Perry, 2006).

Terapi pada nyeri postoperasi ringan sampai sedang menggunakan NSAID. Mekanisme kerja pasti NSAID tidak diketahui, NSAID diyakini bekerja menghambat sintesis prostaglandin dan menghambat respons selular selama inflamasi. Kebanyakan NSAID bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri. NSAID tidak menyebabkan sedasi atau depresi pernapasan juga tidak mengganggu fungsi berkemih atau defekasi. Sehingga agens NSAID dapat menjadi efektif sebagai analgesik yang manjur bagi beberapa klien atau pemberian analgesik melalui oral dapat semanjur pemberian injeksi untuk mengatasi nyeri (McKenry & Salerno, 1995 dikutip dari Potter & Perry, 2005).

(31)

dan medulla spinalis melalui ikatan dengan reseptor opioid untuk memodifikasi persepsi nyeri dan reaksi terhadap nyeri. Morfin sulfat merupakan derivat opium dan memiliki karakteristik efek analgesik sebagai berikut:

1). Meningkatkan ambang nyeri, sehingga menurunkan persepsi nyeri. 2). Mengurangi kecemasan dan ketakutan, yang merupakan komponen

reaksi terhadap nyeri.

3). Menyebabkan orang tertidur walaupun sedang mengalami nyeri berat. Selain itu, bahaya morfin sulfat dan analgesik narkotik adalah berpotensi mendepresi fungsi sistem saraf vital. Opioid menyebabkan depresi pernapasan melalui depresi pusat pernapasan di dalam batang otak. Klien juga mengalami efek samping, seperti mual, muntah, konstipasi dan perubahan proses mental (Potter & Perry, 2005).

3.2 Manajemen Nyeri Non-farmakologi

Tindakan nonfarmakologi mencakup intervensi perilaku-kognitif dan penggunaan agen-agens fisik. Tujuan intervensi perilaku-kognitif adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi rasa pengendalian yang lebih besar sedangkan agen-agens fisik bertujuan memberi rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respons fisiologis, dan mengurangi rasa takut yang terkait dengan imobilisasi. AHCPR, (1992) mengatakan intervensi nonfarmakologi cocok untuk klien dengan interval nyeri pasca operasi yang lama (Potter & Perry, 2005). Berikut ini metode pereda nyeri nonfarmakologi yang sesuai dengan teori gate control :

(32)

Stimulasi kutaneus merupakan stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri yang meliputi masase, mandi air hangat, kompres menggunakan kantong es, dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS). Cara kerja khusus stimulasi kutaneus masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah bahwa stimulasi kutaneus menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Selain itu, teori gate

– control mengatakan bahwa stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi

serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter kecil. Sentuhan dan masase merupakan teknik intergrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom, apabila klien mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respons relaksasi (Meek, 1993 dikutip dari Potter & Perry, 2005).

Stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) efektif untuk mengontrol nyeri pasca bedah dan mengurangi nyeri yang disebabkan prosedur pasca operasi (Hargreaves & Lander, 1989 dikutip dari Potter & Perry, 2006).

2). Distraksi

(33)

Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu. Musik menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan waktu. Musik yang dapat memberikan efek terapeutik harus didengarkan minimal 15 menit. Di keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri postoperasi (Guzetta, 1989 dukutip dari Potter & Perry, 2006).

3). Teknik Relaksasi

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri postoperasi (Lorenzi, 1991 ; Miller & Perry, 1990 dikutip dari Brunner & Suddarth, 2002).

(34)

4). Imajinasi terbimbing

(35)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen nyeri luka pasca operasi seksio sesarea yang dilakukan ibu. Manajemen nyeri didefinisikan oleh McCloskey & Bulechek (1996) adalah menurunkan atau menghilangkan nyeri sampai ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh klien secara non-farmakologi

Manajemen nyeri yang dilakukan ibu dalam penelitian ini sebagai hasil dari pendidikan kesehatan yang seharusnya diajarkan oleh perawat. Secara tidak lansung manajemen yang dilakuakn ibu dapat dijadikan indikator penilaian terhadap keberhasilan manajemen nyeri perawat.

Skema 1. Kerangka Penelitian Manajemen Nyeri Luka Pasca Seksio Sesarea

yang Dilakukan Ibu.

Manajemen nyeri non-farmakologis − Stimulasi kutaneus − Distraksi

− Relaksasi

− Imajinasi Terbimbing Ibu pasca

(36)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur 1. Manajemen

Nyeri Non-farmakologi

Tindakan yang dilakukan ibu pasca seksio sesaraea untuk menurunkan

intensitas nyeri sampai tingkat yang dapat ditoleransi oleh ibu secara non-farmakologi.

Kuesioner terdiri dari 14 pernyataan.

(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2003). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen nyeri luka pasca seksio sesarea yang dilakukan ibu.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003) . Populasi pada penelitian ini adalah ibu pasca seksio sesarea yang dirawat di RSUD. dr. Pirngadi Medan dan RSUP H. Adam Malik Medan.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2003).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan totally

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari seluruh jumlah populasi yang ada

(38)

Sampel yang menjadi responden memiliki kriteria inklusi sebagai berikut bersedia menjadi respoden, mengalami nyeri postoperasi selama 24-48 jam pertama, dalam keadaan sadar dan tidak ada penyebab nyeri yang lain.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSU dr. Pirngadi dan RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, satu bulan pertama dilakukan di RSU dr. Pirngadi yaitu pada tanggal 9 Maret 2011 sampai 9 April 2011 sedangkan di RSUP H. Adam Malik dilakukan pada 23 Mei 2011 sampai 14 Juni 2011.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan peneliti mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subyek penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjujung tinggi harkat dan martabat manusia (Jacob, 2004). Menurut Polit & Hungler (1996) prinsip-prinsip etika dalam penelitian yaitu :

(39)

bagi subyek penelitian dan tidak menimbulkan hal yang merugikan subyek.

2. Menghormati harkat manusia (Principle of Respect For Human

Dignity)

Pada prinsip ini terdiri dari right to self-determination, right to full

disclosure serta informed consent. 1) Self Determination, peneliti

amemberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Full

disclosure, peneliti menjelaskan tentang manfaat dan tujuan penelitian,

3) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan.

3. Prinsip Keadilan (Principle of Justice)

Pada prinsip keadilan terdiri dari right to fair treatment,dan right

to privacy. 1) Right to fair treatment, peneliti mempertimbangkan

(40)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan terdiri dari dua bagian yaitu karakteristik reponden dan manajemen nyeri yang dilakukan oleh ibu.

Bagian pertama kuesioner ini berisikan data demografi respoden dan pengalaman nyeri ibu. Data demografi responden yang meliputi usia, orang terdekat yang mendampingi, agama, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, sedangkan pengalaman nyeri ibu meliputi riwayat persalinan, riwayat persalinan sebelumnya dan daftar obat nyeri ibu setelah operasi seksio sesarea yaitu obat yang diberikan, skor intensitas nyeri ibu setelah efek anastesi hilang, dan sesudah manajemen nyeri, lokasi nyeri, dan frekunsi nyeri yang dirasakan ibu.

Bagian kedua berbentuk pernyataan mengenai manajemen nyeri yang ibu lakukan secara mandiri yang terdiri dari 14 pernyataan. Dua pernyataan mengenai stimulasi kutaneus (1,2), enam pernyataan mengenai distraksi (3,4,5,6,7,8), tiga pernyataan mengenai relaksasi (9,10,11) dan tiga pernyataan mengenai imajinasi terbimbing (12,13,14). Pada pernyataan mengenai distraksi terdapat satu pernyataan negatif (3).

(41)

6. Validitas dan Uji Relialibilitas

Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh karena itu penting dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2005).

Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu. Setelah di lakukan uji validitas oleh salah seorang dosen yang ahli pada bidang nyeri maka didapatkan hasil bahwa instrumen penelitian yang digunakan telah valid dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen maka dilakukanlah uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji realibilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

Kuder-Richardson 20 karena jenis pernyataan pada kuesioner adalah pernyataan

dikotomi dan merupakan instrumen baru. Instrumen ini reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,632 (Azwar, 2003).

Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang ibu pasca seksio di RSU dr. Pirngadi Medan. Setelah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus

Kuder - Richardson 20 maka didapatkan hasil 0.984 yang artinya instrumen telah

reliabel dan dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

(42)

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari Fakultas Keperawatan USU untuk melakukan penelitian. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara karena ibu masih dalam keadaan lemah. Wawancara ini dilakukan secara terstruktur (structured) meliputi strategi yang memungkinkan adanya suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan peneliti. Daftar pertanyaan sudah disusun sebelum wawancara dan ditanyakan secara urut.

Sebelum pengumpulan data peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan mengenalkan diri kepada responden penelitian untuk memudahkan proses pengumpulan data. Setelah itu peneliti menjelaskan tentang informed

consent yang berisi tentang waktu, tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan

penelitian kepada calon responden dan yang bersedia menjadi respoden diminta untuk menandatangani informed consent. Tidak seluruh responden menandatangani informed consent tapi responden tetap bersedia untuk diwawancarai. Setelah itu yang bersedia akan diwawancarai oleh peneliti dengan berpedoman pada pertanyaan yang terdapat di lembar kuesioner.

8. Analisa Data

(43)

tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Pengolahan data karakteristik responden yang terdiri dari data demografi dan pengalaman nyeri. Data demografi yang meliputi usia, orang terdekat yang mendampingi, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan per bulan sedangkan pengalaman nyeri yang meliputi riwayat persalinan, daftar obat yang diberikan, skor intensitas nyeri, lokasi nyeri dan frekuensi nyeri disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Data yang didapat melalui kuesioner ini tidak dianalisis.

(44)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai manajemen nyeri luka pasca seksio sesarea yang dilakukan ibu di dua RSU Pemerintah Kota Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan mulai dari tanggal 9 Maret – 9 April 2011 di ruang V RSU dr. Pirngadi Medan dan 23 Mei – 14 Juni 2011 di ruang Rindu B1 RSU H. Adam Malik Medan. Responden pada penelitian ini adalah ibu pasca seksio sesarea yang berjumlah 31 responden. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi dan pengalaman nyeri serta manajemen nyeri yang dilakukan oleh ibu.

1.1 Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden terbagi atas dua yaitu demografi responden dan pengalaman nyeri. Demografi responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, orang terdekat yang mendampingi, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan. Sedangkan pengalaman nyeri responden dalam penelitian ini terdiri dari riwayat persalinan, skor intensitas nyeri sesudah efek anastesi hilang dan sesudah manajemen nyeri, lokasi nyeri dan frekuensi terjadinya nyeri.

(45)

responden didampingi oleh suami sebesar 71% dan sisanya didampingi oleh orang tua. Mayoritas responden beragama Islam 71% dan sisanya beragama Kristen. Pendidikan terakhir responden paling banyak adalah SMA sebesar 35,5%, sedangkan jenjang pendidikan SMP sebesar 25,8%, dan sisanya SD dan perguruan tinggi memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 19,4%. Mayoritas responden tidak bekerja dan hanya 19,4% yang bekerja. Penghasilan responden per bulan terbanyak adalah lebih kecil dari Rp 1.000.000. Data ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n = 31 orang) di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Medan

Karakteristik responden Frekuensi (n) Persentase (%)

(46)

Hasil analisa data mengenai pengalaman nyeri responden menunjukkan bahwa mayoritas reponden adalah multipara sebesar 71% dan sisanya primipara sebesar 29%. Riwayat persalinan sebelumnya responden yang terbanyak merupakan persalinan normal sebesar 38,7%. Skor intensitas nyeri responden setelah anastesi hilang paling banyak 7-9 sebesar 64,5% dan skor intensitas nyeri setelah manajemen nyeri paling banyak pada rentang 1-3 sebesar 54,8%. Mayoritas responden merasakan nyeri di sekitar luka insisi sebesar 83,9% serta frekuensi nyeri yang dialami responden paling banyak adalah kadang-kadang sebesar 67,7%. Data ini dapat dilihat secara lengkap pada tabel 5.2 :

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi pengalaman nyeri responden (n = 31 orang) di Dua RSUP Kota Medan

Karakteristik responden Frekuensi (n) Persentase (%)

Riwayat persalinan Skor intensitas nyeri setelah efek

anastesi hilang Skor intensitas nyeri setelah

manajemen

Lokasi nyeri selain di luka insisi − Di sekitar luka insisi

− Menyebar di seluruh bagian abdomen

26 5

(47)

Frekuensi nyeri

1.2 Manajemen Nyeri

Deskripsi data manajemen nyeri yang dilakukan ibu untuk mengurangi nyeri pasca operasi seksio sesarea terdiri dari stimulasi kutaneus, distraksi, relaksasi dan imajinasi terbimbing yang diuraikan berdasarkan setiap butir pernyataan dan yang diuraikan mengenai manajemen nyeri yang paling banyak dilakukan ibu. Gambaran manajemen nyeri dari hasil penelitian menunjukkan bahwa berdoa ketika nyeri timbul merupakan tindakan yang dilakukan oleh keseluruhan responden, 28 responden (90,3%) melakukan tarik napas dalam dan mengatur posisi yang nyaman, 25 responden (80,6%) memberikan sentuhan yang halus pada lokasi nyeri, 22 responden (71%) membayangkan hal-hal yang indah, 21 responden (67,7%) merilekskan organ tubuh yang lain. Data ini dapat dilihat secara lengkap pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi manajemen nyeri yang dilakukan responden (n = 31 orang) di dua RSU Pemerintah Kota Medan

No Pernyataan

1 STIMULASI KUTANEUS

Ibu memberikan sentuhan halus pada lokasi nyeri

25 80,6

6 19,4

(48)

Tabel 5.3. Lanjutan terhadap nyeri yang dirasakan

14 45,2

17 59,8

4. Ibu memfokuskan perhatiannya terhadap bayinya

20 64,5

11 35,5

5. Ibu berbincang-bincang dengan keluarga

8. Ibu melakukan aktivitas lain misalnya berkomunikasi dengan teman seruangan, membaca buku

5

Ibu mengatur posisi yang nyaman (posisi miring kanan atau kiri)

28

11. Ibu merilekskan organ tubuh yang lain

Ibu membayangkan hal yang indah

22 71

9 29

13. Ibu membayangkan dirinya sudah sehat

20 64,5

11 35,5

14. Ibu membayangkan dirinya sedang bermain dengan anaknya

19 61,3

12 38,7

(49)

kutaneus sebesar 66,1%, distraksi sebesar 44,5%, dan imajinasi terbimbing 34,4%. Data ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.4 Rata-rata manajemen nyeri yang dilakukan responden di dua RSU Pemerintah Kota Medan (n= 31orang )

No Manajemen Nyeri Persentase (%)

1. Stimulasi Kutaneus 66,1

2. Distraksi 44,5

3. Relaksasi 82,8

4. Imajinasi Terbimbing 34,4

2. Pembahasan

Dalam pembahasan akan dijabarkan terlebih dahulu mengenai beberapa karakteristik respoden yang meliputi usia, orang terdekat yang mendampingi responden, dan riwayat persalinan.

Karakteristik responden berdasarkan usia respoden sebagian besar adalah berumur 20-35 tahun yang merupakan rentang usia pada masa dewasa awal. Pada masa dewasa awal akan menunjukkan terjadinya kematangan mulai dari kematangan fisik, psikis dan kognitif seorang. Menurut Departemen Pendidikan Kebudayaan usia 20-35 tahun merupakan kelompok usia reproduksi yang sehat dan paling baik bagi seseorang untuk memiliki anak, karena tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Sibuea,2007).

(50)

menginterpretasikan sensasi nyeri dank lien lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi atau menghilangi nyeri.

Selanjutnya akan dibahas mengenai manajemen nyeri yang dilakukan ibu berdasarkan manajemen nyeri yang paling banyak dilakukan oleh ibu.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa seluruh responden berdoa ketika nyeri timbul sehingga responden merasakan perbaikan suasana hati dan tenang. Manusia tidak dapat dilepaskan dari sistem kepercayaan terkait dengan sikap dan perilaku individu untuk mendapatkan kesehatan (wikipedi, 2009). Berdoa adalah bentuk dedikasi diri yang memungkinkan individu untuk bersatu dengan Tuhan atau yang maha kuasa (McCullough, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Berdoa merupakan suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk mengatasi nyeri. stres, dan distres. Hal yang sudah diteliti bahwa berdoa dan mencakup perubahan kardiovaskular dan relaksasi otot.

(51)

(1990) dan Lorenti (1991) dalam Smeltzer dan Bare (2002) yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi.

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan melemaskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi nyeri.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa 80,6% responden melakukan stimulasi kutaneus dengan memberikan sentuhan halus pada lokasi nyeri. Memang berdasarkan penelitian yang dilakukan Meek (2003) dalam Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa sentuhan dan masase merupakan teknik terintegrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom.

Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Stimulasi kutaneus dengan melakukan sentuhan halus akan merangsang serabut-serabut saraf perifer untuk mengirimkan impuls dan dibawa oleh serabut A-beta yang mendominasi sehingga impuls nyeri tidak dihantarkan ke otak.

Pada penelitian ini, 71 % responden membayangkan hal yang indah untuk mengurangi nyeri. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Cleveland

Clinic Foundation in America (2000) bahwa imajinasi terbimbing merupakan

manajemen nyeri yang efektif untuk mengurangi rasa takut, kecemasan dan nyeri pasca operasi.

(52)
(53)

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai manajemen nyeri luka pasca seksio sesarea yang dilakukan ibu di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Medan.

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa ibu untuk mengurangi nyeri melakukan manajemen nyeri. Manajemen nyeri yang dilakukan ibu terdiri dari stimulasi kutaneus, distraksi, relaksasi dan imajinasi terbimbing.

Manajemen nyeri yang paling banyak dilakukan oleh ibu adalah relaksasi sebesar 82,8%. Relaksasi merupakan manajemen nyeri pasca operasi paling sering dilakukan. Siregar (2007) mengungkap bahwa teknik relaksasi merupakan teknik yang paling sering diajarkan oleh perawat.

Pada penelitian ini, stimulasi kutaneus juga banyak dilakukan oleh ibu sebesar 66,1%, ibu memberikan sentuhan halus pada lokasi nyeri sehingga impuls nyri dihambat untuk dihantarkan ke otak.

Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan nyeri ke hal yang lain. Pada penelitian ini sebesar 44,5%. Pada teknik distraksi salah satu cara yang dilakukan seluruh ibu adalah berdoa ketika nyeri timbul.

(54)

2. Saran

2.1 Untuk Praktik Keperawatan

Dalam praktik keperawatan maternitas perlu memberikan pengetahuan dan informasi manajemen nyeri yang lain seperti distraksi, imajinasi terbimbing ke ibu pasca seksio sesarea

2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan perlu menambahkan referensi dan wawasan mengenai nyeri dan manajemen nyeri pasca operasi yang lain karena manajemen nyeri yang sering digunakan dan diajarkan adalah relaksasi.

2.3 Penelitian selanjutnya

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Azwar. (2003). Sifat Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2. Jakarta : Pustaka

Belajar

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta : EGC Cleveland Clinic Foundation in America. (2000), dibuka 17 Juni 2011, dari

www.internethealthlibrary.com

Cunningham, Gary. (1995). Obstetri William. Edisi 18. Jakarta : EGC Dewi Y., dkk. 2007. Operasi Caesar, Pengantar dari A sampai Z. EDSA

Mahkota. Jakarta

Kasdu, D. (2005). Operasi Caesar: Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara. Mander, R. (2003). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC.

McCloskey, Joanne C, & Bulechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions

Classification (NIC). USA : Mosby

Mochtar, R. (1998) Sinopsis Obstetri. Jilid II. Edisi 2, EGC, Jakarta.

Murdiyanto, Joko. (2009). Manajemen Nyeri Akut dan Nyeri Refrakter. Dibuka

pada situs

Perry dan Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses,

(56)

Polit, F & Hungler, B.P. (1996). Nursing Research : Principles and Methods (5th ed). Philladelphia : J. B. Lippincott

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sibuea, Daulat Hasiholan. (2007). Manajemen Seksio Sesarea Emergensi;

Masalah dan Tantangan. Dibuka pada situs www//http: library.usu.ac.id.

pada tanggal 17 Juni 2011.

Simarmata, Albiner. (2003). Perbandingan nyeri pasca hernioplasty shouldice

“pure tissue” dengan lichtenstein “ tension free” . Dibuka pada situs:

www//http: library.usu.ac.id. pada tanggal 15 Oktober 2010

Sinaga, Ezra Marisi D. (2009). Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan

Dengan Seksio Sesarea Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum

Daerah Sidikalang Tahun 2007. Dibuka pada situs: www//http:

library.usu.ac.id. Pada tanggal 12 Oktober 2010.

Siregar, Afrinayanti. (2007). Perilaku Caring Perawat Dalam Manajemen Nyeri

Postoperasi Di Dua Rs Pemerintah Di Kota Medan. Medan : Skripsi

Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah

Brunner and Suddarth. (8 th edition): editor, Suzanne C. Smeltzer,

Brenda G. Bare; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester, Ellen panggabean. Jakarta: EGC

Tamsuri, Anas. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

(57)

Wall, P. D & Jones. M. (1991). Defeating pain: the war againts a silent epidemic

patric the wall and Mervin Jones. New York: Plenum Press

Wiknojosastro S., 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Wikipedi. (2009). Agama. Dibuka 17 Juni 2011, dari

(58)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Manajemen Nyeri Luka Pasca Seksio Sesarea yang Dilakukan Ibu

Oleh

Dirayati Sharfina

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan, yang sedang melakukan penelitian dengan judul Manajemen Nyeri Luka Pasca Seksio Sesarea

Yang Dilakukan Ibu di Dua RSU Pemerintah Kota Medan. Penelitian ini

dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui gambaran manajemen nyeri yang dilakukan ibu pasca seksio sesarea.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela. Saudara berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang saudara berikan, dan informasi yang di dapat hanya akan digunakan untuk perbaikan pendidikan keperawatan USU, tidak akan digunakan untuk maksud lain.

Jika saudara bersedia menjadi responden pada penelitian ini, silahkan menanda tangani kolom di bawah ini. Terima kasih.

Medan, Maret 2011

Peneliti Responden

(59)

Lampiran 2

Kode : ………

Tanggal : ………Waktu: ……… Rumah Sakit : ……….

Pengantar: Instrumen ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama berhubungan

dengan data demografi ibu pasca seksio sesarea, bagian kedua berhubungan dengan manajemen nyeri yang dilakukan ibu pasca seksio sesarea.

Bagian 1: Karakteristik Responden 1.1 Karakteristik Demografik

1. Usia ………… tahun

2. Orang terdekat yang mendampingi

( ) Suami ( ) Orangtua ( ) Saudara 3. Agama

( ) Islam ( ) Kristen ( ) Hindu ( ) Buddha 4. Tingkat pendidikan terakhir

( ) SD ( ) SMP

( ) SMA ( ) Perguruan tinggi/universitas 5. Pekerjaan

( ) Bekerja

( ) Tidak Bekerja 6. Pendapatan keluarga per bulan:

( ) < Rp. 1.000.000 ( ) > Rp 2.000.000 ( ) Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000

1.2 Pengalaman Nyeri Ibu

7. Persalinan ke ………. 8. Riwayat persalinan sebelumnya

( ) persalinan normal

( ) seksio sesarea dengan indikasi ……… 9. Daftar obat nyeri ibu setelah operasi seksio sesarea:

9. 1. Yang diberikan:

(60)

10. Skor intensitas nyeri luka pasca seksio sesarea yang dirasakan ibu setelah efek anastesi hilang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

10. 1. Skor intensitas nyeri luka pasca seksio sesarea yang dirasakan ibu setelah manajemen nyeri.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11. Lokasi nyeri yang dirasakan ibu ( ) di daerah luka insisi

( ) menyebar di daerah luka insisi 12. Frekuensi nyeri yang dirasakan

( ) sering

( ) kadang-kadang

Bagian 2: Manajemen Nyeri yang Dilakukan Ibu

Pengantar: Saya akan menanyakan tentang tindakan yang telah ibu lakukan

untuk mengurangi nyeri ibu selama 24-48 jam pertama setelah operasi seksio sesarea.

Ibu memberikan sentuhan halus pada lokasi nyeri untuk

mengurangi nyeri

2.

Ibu memberikan sentuhan atau mengusap-usap anggota tubuh yang lain untuk mengurangi rasa nyeri

3.

DISTRAKSI

Ibu memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri yang dirasakan 4.

Ibu memfokuskan perhatiannya terhadap bayinya untuk

mengurangi nyeri

5. Ibu berbincang-bincang dengan keluarga untuk mengurangi nyeri 6. Ibu mendengarkan musik untuk

mengurangi nyeri

7. Ibu berdoa ketika nyeri timbul untuk mengurangi nyeri 8.

(61)

9.

RELAKSASI

Ibu mengatur posisi yang nyaman (posisi miring kanan atau kiri) untuk mengurangi nyeri

10. Ibu melakukan tarik nafas dalam untuk mengurangi nyeri

11. Ibu merilekskan organ tubuh yang lain untuk mengurangi nyeri 12.

IMAJINASI TERBIMBING

Ibu membayangkan hal yang indah untuk mengurangi nyeri 13. Ibu membayangkan dirinya sudah

sehat untuk mengurangi nyeri 14. Ibu membayangkan dirinya

(62)
(63)
(64)

Lampiran 4

ANGGARAN PENELITIAN

PROPOSAL

− Biaya rental, jilid, dan print proposal Rp. 100.000 − Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000 − Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

− Sidang Proposal Rp. 60.000

− Biaya internet Rp. 50.000

PENGUMPULAN DATA

− Izin penelitian Rp. 250.000

− Transportasi Rp. 100.000

− Penggandaan kuesioner dan persetujuan penelitian Rp. 100.000

PERSIAPAN SKRIPSI

Biaya rental dan print Rp 150.000

Perbanyak Skripsi Rp 150.000

Sidang Skripsi Rp 60.000

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

− Biaya rental dan print Rp. 100.000

− CD Rp. 10.000

− Penjilidan Rp. 100.000

− Penggandaan laporan penelitian Rp. 100.000

(65)

Lampiran 5

Uji reliabilitas

responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 X

1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

2 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 8 64

3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 12 144

4 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 64

5 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

6 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 9 81

7 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9 81

8 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 9 81

9 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 7 49

10 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 121

Np 8 5 5 8 6 2 10 0 10 9 6 7 10 9 95 927

p 0,8 0,5 0,5 0,8 0,6 0,2 1 0 1 0,9 0,6 0,7 11 0,9

q 0,2 0,5 0,5 0,2 0,4 0,8 0 1 0 0,1 0,4 0,3 0 0,1

pq 0,16 0,25 0,25 0,16 0,24 0,16 0 0 0 0,09 0,24 0,21 0 0,09 1,85

Rumus varians Rumus KR-20

=

r = (

)(

)

=

r =

=

r =

=

927 – 902,5 r = 0,984

(66)
(67)

Lampiran 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid suami 22 71.0 71.0 71.0

orang tua 9 29.0 29.0 100.0

(68)

agama_responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Islam 22 71.0 71.0 71.0

Kristen 9 29.0 29.0 100.0

Total 31 100.0 100.0

pendidikan_terakhir_responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 6 19.4 19.4 19.4

SMP 8 25.8 25.8 45.2

SMA 11 35.5 35.5 80.6

Perguruan Tinggi 6 19.4 19.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

penghasilan_responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < Rp 1.000.000 18 58.1 58.1 58.1

Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 11 35.5 35.5 93.5

> Rp 2.000.000 2 6.5 6.5 100.0

(69)

1.2 Pengalaman Nyeri Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid persalinan normal 12 38.7 38.7 38.7

(70)

riwayat_persalinan_sebelumnya_responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid persalinan normal 12 38.7 38.7 38.7

seksio sesarea 10 32.3 32.3 71.0

tidak pernah 9 29.0 29.0 100.0

Total 31 100.0 100.0

skor_intensitas_nyeri_setelah_efek_anastesi_hilang_responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 4-6 10 32.3 32.3 32.3

7-9 20 64.5 64.5 96.8

10 1 3.2 3.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

skor_intensitas_nyeri_setelah_manajemen_nyeri_responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-3 17 54.8 54.8 54.8

4-6 14 45.2 45.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

lokasi_nyeri_responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(71)

Valid di sekitar luka insisi 26 83.9 83.9 83.9

menyebar di seluruh bagian

abdomeni

5 16.1 16.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

frekuensi_nyeri_responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sering 10 32.3 32.3 32.3

kadang-kadang 21 67.7 67.7 100.0

(72)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dirayati Sharfina

NIM : 071101056

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 10 Agustus 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Ambai No. 37 Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1995-2001 : SD Swasta Pahlawan Nasional Medan 2. 2001-2004 : MTs N 2 Medan

3. 2004-2007 : SMA N 3 Medan

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n = 31 orang) di dua Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Medan
Tabel 5.2 = 31 orang)Distribusi frekuensi dan persentasi pengalaman nyeri responden (n  di Dua RSUP Kota Medan
Tabel 5.3 dilakukan responden (n = 31 orang) di dua RSU Pemerintah Kota Medan Distribusi frekuensi dan persentasi manajemen nyeri yang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori, minimal menguji teori-teori manajemen koperasi yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala koperasi dan

Kajian ini mendedahkan setiap makna, fungsi, jenis, laras bahasa dan gaya terjemahan kata partikel melalui kaedah kualitatif dengan analisis dokumen terhadap

Aplikasi ini mampu melakukan pencarian data yang ada pada MapInfo dan menampilkan peta beserta informasi lainnya yang berupa nama perumahan, alamat, tempat ibadah, sekolah, pasar,

dan Value Consciousness yang menggambarkan faktor-faktor yang menentukan keputusan pembelian produk private label YOA. Fakta ini menunjukkan bahwa konsumen sangat

Masalah MRSA menjadi semakin rumit karena munculnya galur MRSA resisten vankomisin dan munculnya galur baru MRSA yang sama sekali tidak berhubungan dengan

Terdapat dua jenis tanah penyusun lereng jalan Lintas Barat Km 0-30, Liwa, Lampung Barat, yaitu tanah lempung dan tuf pasiran. Tanah lempung merupakan tanah residu hasil

Produksi biogas kumulatif pada penelitian ini yang menghasilkan hasil terbesar pada komposisi A substrat : starter 25:75 yaitu sebesar 16477,48 mL, sedangkan