ANALISIS PERBANDINGAN MITOLOGI MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT BATAK TOBA TENTANG ASAL-USUL MANUSIA
NINGEN NO KIGEN NI KAN SURU BATAK TOBA NO SHAKAI TO NIHON NO SHAKAI NO SHINWA NO HIKAKU NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam
Bidang Ilmu Sastra Jepang
OLEH :
Hyantes T.B Pasaribu NIM : 060708044
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah menyertai dan memberikan hikmat-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skirpsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Jurusan Sastra Jepang. Adapun judul skripsi ini
adalah “Analisis Perbandingan Mitologi Masyarakat Jepang dan Masyarakat
Batak Toba Tentang Asal-Usul Manusia”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak
yang telah membantu dan memberikan dukungan baik materil maupun moril.
Tanpa bantuan dan dukungan mereka, penulis tidak akan dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih,
penghargaan dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua program Studi Sastra
Jepang yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan kepada saya
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D, selaku Dosen
Pembimbing I, yang telah banyak memberikan waktu, kesempatan, saran,
masukan, kritikan, dan nasehat, serta semangat kepada penulis dalam
4. Bapak M. Pujiono, S.S., M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang
juga berkenan memberikan arahan dan bimbingan kepada saya dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf pegawai Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara, yang juga turut membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
6. Kepada kedua orang tua penulis yang terkasih, Ayahanda Drs. H. Pasaribu
dan Ibunda Dra. M.N Sinaga, terima kasih untuk segala kasih sayang,
kesabaran, pengertian, doa dan dukungan moral maupun materil yang
diberikan selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
7. Saudara-saudari penulis yang terkasih, adinda Nelly Gustina Pasaribu,
Alfian Smalint Pasaribu dan Theo Steven Fernando Pasaribu yang
senantiasa turut menyemangati penulis. Beserta sanak saudara lainnya
yang senantiasa mendukung penulis dalam doa-doanya.
8. Teman-teman penulis di Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara
angkatan 2006, terutama buat Victor Julianto (Mrs. VJ Kalento/Longtail),
Fredy Walis Sembiring (Frey), Ferdian Pardede (Dian Lasak), Randy C.
Simanjuntak, Andi P. Silalahi, Andar Beny Prayogi (Uncle Ben), Friska
Mawarni Sagala (sebut saja Mawar), Octora Hanna Grace (Nana), July
Silaen, Rialita Siregar dan adik-adik junior angkatan 2007 s/d 2010 dan
juga teman-teman lainnya yang tidak disebutkan satu persatu, terima kasih
untuk dukungan, perhatian, petualangan dan persahabatan yang indah
9. Kekasih hati penulis, Ria Ema Sitha yang selalu mengingatkan penulis
untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan menyediakan waktunya untuk
menemani penulis, memberi semangat, saran dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Thanks Hasian.
10.UKM Bola Voli Universitas Sumatera Utara, terutama untuk Bapak
Nasrun, Bang Roby, Bang Cher, teman–teman dan adik-adik, terima kasih
untuk rasa kekeluargaan yang kita bina selama ini. Keep the spirit!
11.Teman-teman dekat penulis lainnya yang juga selalu memberi semangat
dan motivasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
12.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skkripsi ini, yang
mungkin belum disebutkan sebelumnya.
Penulis menyadari tidak ada yang dapat membalas kebaikan dan budi dari
orang-orang yang telah mendukung dan mendampingi ini, hanya Tuhan-lah yang
akan membalas semua kebaikan dan budi tesebut.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
berguna bagi kita semua.
Medan, Juni 2011
Penulis
Hyantes T.B Pasaribu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...
1.2 Perumusan Masalah...
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian...
1.6 Metode Penelitian...
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MITOLOGI
2.1 Mitologi Penciptaan Manusia...
2.2 Mitologi tentang Asal-Usul Manusia
2.2.1 Mitologi Jepang...
2.2.2 Mitologi Batak Toba...
BAB III ANALISIS PERBANDINGAN MITOLOGI MASYARAKAT
JEPANG DAN MASYARAKAT BATAK TOBA TENTANG
3.1 Jepang
3.1.1 Tempat Penciptaan...
3.1.2 Bentuk penciptaan...
3.2 Batak Toba
3.2.1 Tempat Penciptaan...
3.2.2 Bentuk penciptaan...
3.3 Analisis Perbandingan ...
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan...
4.2 Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
言 い われている。日本 にほん の信頼 しんらい によって、神武天皇 じ ん む て ん の う から今 いま のへいか天皇 てんのう まで、 途切 と ぎ れない血統 けっとう がある。つまり、今 いま の日本帝国 に ほ ん て い こ く は紀元前 き げ ん ぜ ん から今 いま までの途切 と ぎ れない 権 力 けんりょく の繋 つな がりわけである。だが、 今 いま は多 おお くの日本 にほん の知的 ちてき な人々 ひとびと が 人間 にんげん の起源 きげん から途切 と ぎ れない 権 力 けんりょく を信 しん じていても、その伝説 でんせつ の真実 しんじつ を 疑 うたが っ ている。 バタクトバの神話学 し ん わ が く
では、「Leangleangmandi Untunguntung Nabolon」
(バタクトバの神話 しんわ で鳥 とり に似 に ていること)クーリエのような仕事 しごと であって、 地球 ちきゅう の占有者 せんゆうしゃ と空 そら の占有者 せんゆうしゃ の関係者 かんけいしゃ である。ある日 ひ
、Siboru Deakparujarさ
んはSiraja
Odap--
odapさんに結婚
けっこん
させられた。だが、Siboru Deakparujarさ
んはSiraja Odap-odapさんの顔
かお の悪 わる い理由 りゆう でその結婚 けっこん をきっぱり 断 ことわ った。
それだけではなく、Siboru Deakparujar さんはわざと banua tonga に捨
す
てた
Ulos と いう伝統的
でんとうてき な バ タク トバ の布 ぬの ロ ール を探 さが し に行 い く理由 りゆう で その 結婚 けっこん を 欺 あざむ いた。要 よう
するに、Siboru Deakparujar さんはやっと、その結婚
けっこん を受 う け る こ と に し た 。 そ の 二人 ふたり は 双子 ふたご を 持 も っ て い た 。 そ の 二人 ふたり
は 、Siraja Ihat
Manisiaさんと Siboru Ihat Manisiaさんである。子供達
こ ど も た ち
は banua tongaに住
す
ん で い る が 、Siboru Deakparujar さ ん と Siraja Odap
--
odap さ ん は banua
ginjang に 戻
にも違 ちが いがある。その二 ふた つの神話学 し ん わ が く は不当 ふとう で、神秘的 し ん ぴ て き である。なぜなら、 大 おお げさの 物 語 ものがたり のようだからである。 バタクトバの神話学 し ん わ が く の面白 おもしろ いことの一 ひと つは全 すべ ての地球 ちきゅう に住 す んでいる 子孫 しそん がはっきりしたことである。逆 ぎゃく に、日本 にほん の神話学 し ん わ が く と同 おな じではなくて、 ただ天皇 てんのう の子孫 しそん がアマテラス臣神 おみかみ の子孫 しそん になることができるだ けだと考 かんが えられている。それに関 かん して、古事記 こ じ き と日本書紀 にほんしょき はただ天皇 てんのう の子孫 しそん だけに ついて説明 せつめい しているが、普通 ふつう の人間 にんげん の子孫 しそん について説明 せつめい していない。普通 ふつう の人間 にんげん の子孫 しそん は地方的 ち ほ う て き な伝説 でんせつ に説明 せつめい し始 はじ まった。また、日本 にほん の社会 しゃかい の名字 みょうじ は 明治時代 めいじじだい に 出 で て き た 。 バ タ ク ト バ の 神話学 し ん わ が く は 地球 ちきゅう に 住 す ん で い る 人間 にんげん の 子孫 しそん
(banua tonga)と空
そら に住 す んでいる神様 かみさま の子孫 しそん
(banua ginjang)の起源
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia
dikaruniai budi sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan
persoalan – persoalan yang ada di sekitarnya. Tentu saja kemampuan manusia ini
tidak diperoleh begitu saja. Melalui pengalaman, pendidikan, lambat laun manusia
memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.
Namun manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah didapatnya.
Rasa ingin tahu , ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat
manusia selalu bertanya-tanya apa ini, apa itu, bagaimana ini, bagaimana itu,
mengapa begini, mengapa begitu. Pertanyaan–pertanyaan ini muncul sejak
manusia mulai bisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh
jalan pikirannya, makin banyak pertanyaan yang muncul , makin banyak usahanya
untuk mengerti. Jika jawaban dari pertanyaan–pertanyaan tersebut mencapai
alasan atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia
dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari pertanyaan itu belum
mencapai dasar, maka manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat
memuaskannya.
Untuk apa sebenarnya manusia bertanya-tanya dan mencari jawab dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut? Semua itu dilakukan karena manusia ingin
pengetahuannya itu benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang
sesuai dengan obyeknya. Namun kebenaran itu ternyata tidak abadi. Artinya
sesuatu yang pada suatu saat dianggap benar di saat yang lain dianggap tidak
benar. Ini semua terjadi karena dinamika manusia yang selalu bergerak dan ingin
mendapatkan sesuatu yang baru.
Salah satu hal yang menjadi tanda tanya besar di dalam diri manusia itu
sendiri adalah bagaimana proses terjadinya hingga manusia itu ada. Dan manusia
selalu mencari tahu asal-usul jati dirinya. Sampai sekarang sudah banyak
teori-teori yang diungkapkan beberapa ilmuwan maupun budayawan bagaimana
manusia itu ada, baik secara Arkeologi maupun Mitologi.
Menurut KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia), Arkeologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari segala hal dari zaman purba guna menyusun
sejarah dan pengetahuan dari zaman itu ; -mempelajari susunan tanah,
peninggalan yang tersimpan di dalam tanah itu, mempelajari prasasti,
gambar-gambar, kuburan, dan sebagainya dari zaman purba itu.
Asal usul manusia menurut arkeologi dan ilmu pengetahuan tidak bisa
dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui
proses evolusi. Evolusi menurut para ahli paleontologi dapat dibagi menjadi
empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :
I. Tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg, Afrika
II. Tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891
yang disebut pithecanthropus erectus.
III. Manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang
sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya
dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo
Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
IV. Manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir,
menggunakan otak dan nalarnya.
Masyarakat Jepang yang sekarang adalah hasil perpaduan dari berbagai
jenis ras yang berimigrasi ke Jepang, sehingga tidak diketahui secara jelas siapa
yang merupakan ras yang betul-betul asli Jepang. Yang paling awal diketahui
berada di Jepang adalah Ainu, yang mempunyai hubungan dengan ras Kaukasia;
dan karena itu mungkin sekali bukan penduduk asli Jepang. Kemudian ras yang
bersal dari Asia tenggara, yaitu Polinesia-Malenasia bergerak ke Jepang. Masuk
pula ras China dari daratan China dan ras Mongol melalui Korea. Dan adapula
yang masuk dari Siberia yang berbeda dari kaum Mongol. Boleh dikatakan, lima
sumber ini menjadi asal bangsa dan masyarakat Jepang yang kemudian. Tetapi,
meskipun masyarakat Jepang berasal dari lima sumber dalam perkembangan
sejarahnya Jepang telah menjadi satu bangsa yang homogen (Suryohadiprojo,
1982 : 9).
Sama halnya Jepang, Indonesia termasuk negara kepulauan (Archipelago
state). Negara kepulauan adalah negara yang terjadi dari kumpulan pulau-pulau
dan bentuk-bentuk lainnya yang mempunyai hubungan yang erat dan menjadi
kesatuan geografis, ekonomis dan politis (Djulin, 2000 : 73).
Penduduk Indonesia terdiri dari banyak suku, seperti s
Batak, suku Jawa, suku Dayak dan sebagainya. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) yang telah melakukan survei di tahun 2010 mengenai jumlah suku bangsa
Indonesia memiliki adat budaya dan kebiasaan sendiri-sendiri. Salah satu suku di
Indonesia adalah suku Batak Toba.
Suku Batak Toba adalah salah satu suku dari begitu banyak suku yang
mendiami pulau sumatera, pulau terbesar ke-dua di Indonesia. Secara strategis
suku Batak Toba ini tepatnya bernaung di sekitar danau Toba yang terletak di
provinsi Sumatera Utara.
Ditarik dari garis panjang sebuah sejarah, suku bangsa Batak Toba
termasuk dalam ras Melayu Tua/ Proto Melayu yang merupakan ras Malayan
Mongoloid, dan berdasarkan acuan dari diktat Etika Sosial, Aurelius Ratu, 2010,
menyatakan bahwa suku bangsa ini belum menempati wilayah Nusantara hingga
kurang lebih tahun 1300 Masehi.
Ras Mongoloid (sub ras Malayan Mongoloid) berasal dari daerah Yunan
(Asia Tengah) masuk ke Indonesia melalui Hindia Belakang (Vietnam)/ Indo Cina
baru selanjutnya ke Indonesia. Di Indonesia Ras ini menyebar melalui 2 Jalur
sesuai dengan jenis kebudayaan Neolithikum yang dibawanya, yaitu :
1) Jalur pertama, melalui jalur barat dan membawa kebudayaan berupa
kapak persegi. Dengan menempuh jalur darat dari Yunan mereka
menuju ke Semenanjung Melayu melalui Thailand selanjutnya menuju
ke Sumatra, Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan
berakhir di Nusa Tenggara. Sehingga di daerah tersebut banyak
ditemukan peninggalan berupa kapak persegi/ beliung persegi.
Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah masyarakat/
suku Batak, Nias (Sumatra Utara), Mentawai (Sumatra Barat), suku
Dayak (Kalimantan), dan suku Sasak (Lombok).
2) Jalur kedua, melalui jalur timur dan membawa kebudayaan berupa
kapak lonjong. Dengan menempuh jalur laut dari Yunan (Teluk
Tonkin) menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina,
kemudian ke daerah Sulawesi, Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke
Australia. Peninggalan kapak lonjong banyak ditemukan di Papua.
(Sulawesi Selatan), suku Papua (Irian), suku Ambon, Ternate, Tidore
(Maluku).
Beda halnya dengan Arkeologi, Mitologi termasuk dalam suatu
kesusasteraan suci yang mengandung suatu konsepsi-konsepsi dan
dongeng-dongeng suci mengenai sifat-sifat dan kehidupan dewa-dewa serta makhluk halus
lainnya, dan memuat ajaran serta aturan dan hukum-hukum keagamaan. Para
penganut suatu religi selalu menganggap kesusasteraan suci sebagai sesuatu yang
sakral atau keramat (Koentjaraningrat, 1998:211). Tujuan dari mitologi adalah
agar masyarakat primitif menjadi tenang dan puas tentang asal-usul dirinya.
Setiap kebudayaan dan bangsa memiliki mitos penciptaan-nya
masing-masing. Mitos-mitos ini berkembang sebagai upaya setiap bangsa untuk
menjawab pertanyaan, “Darimana asal-usul manusia”, atau “Mengapa manusia
ada di dunia ini”. Suku Minahasa mempunyai cerita tentang Toar dan Lumimuut
yang digambarkan sebagai nenek moyang mereka. Suku Lakota di Amerika
percaya bahwa sebelum bumi diciptakan, dewa-dewi tinggal di surga sementara
manusia hidup di dunia bawah yang tidak mempunyai budaya. Bangsa Mande di
Mali selatan percaya bahwa pada mulanya hanya ada Mangala, yaitu makhluk
tunggal yang kuat dan dahsyat. Karena Mangala bosan menyimpan empat unsur
kekuatan di dalam dirinya, dewa mengeluarkannya dan membentuknya menjadi
sebuah benih yang menjadi penciptaan dunia ini. Sedangkan agama Yahudi,
Kristen, dan Islam sama-sama memiliki mitos penciptaan yang dimulai dari Adam
dan Hawa (Mitos Penciptaaan, Wikipedia, 2007).
Di dalam mitologi di sajikan dua versi yang menjadi garis besar dalam hal
I. Manusia merupakan kreasi, contohnya adalah narasi tentang penciptaan
manusia dalam kitab-kitab suci agama-agama Semitik (Yahudi, Kristen
dan Islam) memiliki kesamaan struktur atau morfologi penuturan yang
sama. Dalam kitab-kitab itu dinyatakan Tuhan menciptaan manusia
pertama, yaitu Adam. Adam dibuat dari tanah, dibentuk dan dihembuskan
nafas kehidupan. Dan terciptalah manusia pertama, dan selanjutnya
menurut kitab ini Tuhan menciptakan Hawa sebagai isteri Adam.
II. Manusia merupakan berupa keturunan, contohnya dalam mitologi
asal-usul masyarakat Jepang. seperti yang dikisahkan dalam Nihonshoki berupa
seekor burung wagtail yang hinggap di dekat Izanagi dan Izanami untuk
menggoyahkan bulu ekornya keatas dan ke bawah sehingga ditiru oleh
kedua dewa itu. Contoh perkawinan antara dewa-dewi terlihat ketika
Izanagi dan Izanami ikut membantu menciptakan dunia. Pada saat itu
mereka melakukan perkawinan (pembuahan), dan bayi Hiruko pun lahir.
Tetapi kemudian Hiruko dibuang dan diletakkan di atas perahu dari jerami.
Pada saat itu pulau Awashima juga dilahirkan, tetapi Hiruko dan pulau
Awashima tidak dihitung sebagai anak mereka.
Tetapi dari semua cerita Mitologi itu, yang dibahas dalam skripsi ini
adalah mitologi Jepang dan Batak Toba. Baik Jepang maupun Batak Toba
memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Dari kebudayaan yang beraneka
ragam itu, mitologi dianggap sebagai salah satu wujud lisan tanpa praktek yang
mempunyai aliran mistis yang kuat, sehingga mitologi asal-usul masyarakatnya
Jepang percaya bahwa Ninigo no mikoto, cucu Amaterasu Omikami, turun
ke bumi di Kyushu (pulau di barat daya kepulauan Jepang) untuk memerintah
umat manusia. Kepercayaan itu masih berkembang sampai sekarang di kalangan
masyarakat Jepang, keluarga kaisar dipercayai sebagai keturunan dari dewa
matahari (Amaterasu omikami).
Mitologi dengan motif yang sama, dapat kita temukan di masyarakat
Batak Toba, namun mitologi asal-usul masyarakat Batak Toba mempercayai
kewujudan banyak Tuhan. Tuhan yang paling besar atau tertinggi kedudukannya
ialah Mulajadi Nabolon (permulaan awal dan maha atau Dia yang mempunyai
permulaan dalam diriNya). Konsep ini mempunyai persamaan dengan konsep
“Brahman” atau kala purusha Hindu.
Mulajadi Nabolon berbentuk personal bagi masyarakat Batak dan tinggal
di surga yang tertinggi. Ia juga dihadiri oleh atribut-atribut “maha kebal”
(immortality) dan “maha kuasa” (omnipotence), justru berupa pencipta
segala-galanya dalam alam termasuk Tuhan. Dalam kata lain Mulajadi Nabolon hadir
dalam segala ciptaan. Menurut Mitologi Batak, tempat asal suku Batak adalah
Gunung Pusuk Buhit yang terletak di sebelah Barat Laut Danau Toba.
Untuk mengetahui perbandingan mitologi Jepang dan Batak Toba tentang
asal-usul manusia, termasuk tentang ritus-ritus kelahiran, perkawinan, atau
kematian dan roh menurut mitologi Jepang dan Batak Toba, penulis memilih judul
penelitian : Analisis Perbandingan Mitologi Masyarakat Jepang dan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka penulis akan
mencoba menguraikan tentang perbandingan mitologi masyarakat Jepang dan
Masyarakat Batak Toba tentang asal-usul manusia. Dengan demikian penulis akan
mencoba menjawab masalah-masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:
1. Bagaimanakah perbandingan mitologi masyarakat Jepang dan Masyarakat
Batak Toba tentang asal-usul manusia ?
2. Bagaimanakah perbandingan mitologi masyarakat Jepang dan Masyarakat
Batak Toba tentang penciptaan manusia pertama ?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dari permasalahan yang ada maka diperlukan adanya pembatasan ruang
lingkup dalam pembahasan permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu
luas dan berkembang jauh sehingga masalah yang akan dikemukakan dapat lebih
terarah dalam penulisan nantinya.
Ruang lingkup pembahasan ini terfokus kepada mitologi masyarakat
Jepang dan Masyarakat Batak Toba tentang asal-usul manusia. Tetapi agar
penelitian ini tidak terlalu luas pembahasannya, maka penulis perlu membatasi
masalah penelitian. Dari masalah-masalah di atas tadi, maka masalah penelitinya
hanya :
1. Mendeskripsikan perbandingan mitologi masyarakat Jepang dan
Masyarakat Batak Toba tentang asal-usul manusia.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Latar belakang sejarah tidak dapat dipisahkan dari terbentuknya
kebudayaan suatu bangsa, maupun terbentuknya suatu masyarakat. Banyak juga
hal-hal yang mendukung latar belakang seuatu sejarah, misalnya mitologi. Pada
awalnya mitologi diartikan sebagai imajinasi sederhana yang primitif untuk
menyusun suatu cerita, dan biasanya disampaikan secara turun temurun.
Walaupun sedikit melenceng dari kehidupan nyata, mitologi depercayai memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi pemikiran dan kehidupan suatu masyarakat.
Mitologi tidak dapat dipisahkan dari mitos, karena mitologi juga dianggap sebagai
wujud dari mitos, yang berarti di dalam sebuah mitologi terdapat banyak mitos
yang membentuk mitologi itu sendiri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005;749), mitologi diartikan
sebagai ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci
mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan.
Sedangkan mitos diartikan sebagai cerita suatu bangsa tentang dewa dan
pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam,
manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang di ungkapkan
secara gaib.
Menurut William R. Bascom (1965) dalam Gulo (2007 : 7), mitologi atau
mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap
suci oleh yang empunya cerita. Mitologi ditokohi oleh para dewa atau makhluk
dengan legenda (legend), meskipun ciri legenda mirip mite. Legenda dianggap
benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohi oleh manusia,
adakalanya mempunyai sifat luar biasa, dan sering kali dibantu makhluk ajaib.
Tempat terjadi legenda adalah di dunia seperti yang kita kenal kini karena waktu
terjdinya bukan terlalu lampau. Sedangkan dongeng (folktale) juga mirip mite,
tetapi tidak dianggap benar-benar terjadi serta tidak terikat oleh waktu dan tempat.
Folklor yang sekarang disebut mitologi Jepang, hampir seluruhnya
berdasarkan cerita yang terdapat dalam Kojiki, Nihonshoki, dan Fudoki dari
berbagai prefektur di Jepang. Dalam kata lain, mitologi Jepang sebagian besar
berkisar pada berbagai Kami (dewa) penghuni Takamanohara (Takaamahara
atau Takamagahara), dan hanya sedikit sumber literatur tertulis yang dapat
dijadikan rujukan (mitologi Jepang, Wikipedia, 2007).
Di zaman kuno, setiap daerah di Jepang diperkirakan memiliki sejenis
kepercayaan dalam berbagai bentuk dan folklor. Bersamaan dengan meluasnya
kekuasaan kekaisaran Yamato, berbagai macam kepercayaan di adaptasi menjadi
Kunitsugami atau “dewa yang dipuja” yang bentuknya menjadi hampir seragam,
dan semuanya dikumpulkan dalam “mitologi Takamanohara”. Sementara itu,
wilayah dan penduduk yang sampai di abad berikutnya tidak dikuasai Kekaisaran
Yamato atau pemerintah pusat yang lain, seperti suku Ainu dan orang Kepulauan
Ryukyu yang masing-masing juga memiliki mitologi sendiri.
Dengan didahului oleh periode Zomon yang ditandai dengan pembuatan
pot atau kuali (pottery) yang diberi tali-temali pada wajah luarnya, dan periode
maka dapat dilihat terbentuknya kerajaan Yamato. Di dalam buku-buku sejarah
Jepang, Kojiki (diperkirakan ditulis pada tahun 712) dan Nihonshoki atau Nihongi
(ditulis pada tahun 720 dibawah pimpinan pejabat resmi). Tercantum
sumber-sumber terjadinya kerajaan Jepang ( Suryohadiprojo, 1982 :10). Mitos ini
menggambarkan kepulauan Jepang berasal dari dewa Izanami dan dewa Izanagi,
serta dewa-dewa Takamagahara. Diantara dewa-dewa takamagahara, yang
terpenting adalah Amaterasu Omikami (Dewi Matahari) dan kakaknya Susanoo no
Mikoto (Dewa Taufan).
Menurut mitos Jepang, Ninigo no Mikoto dilengkapi dengan tiga benda
suci sebagai lambang kekuasaan, yaitu kalung, kaca dan pedang. Tiga benda suci
itu hingga kini masih dipakai oleh Tenno Heika sebagai tanda kekuasannya, dan
sebagai warisan dari sumber kedewaannya. Cucu Ninigo no Mikoto pergi ke
Yamato, tanah datar di pulau Honshu yang terletak di sebelah timur laut Kyushu.
Di sana ia membangun kekuasaannya dan kemudian disebut Jimmu Tenno.
Menurut kepercayaan Jepang, sejak Jimmu Tenno, melalui berbagai Tenno,
hingga Tenno Heika yang sekarang, terdapat garis keturunan yang tidak terputus.
Sehingga boleh dikatakan bahwa kerajaan Jepang sekarang merupakan jalinan
kekuasaan yang tidak terputus sejak masa sebelum Masehi hingga sekarang.
Namun sekarang cukup banyak kaum cendekiawan Jepang yang menyangsikan
kebenaran legenda itu, sekalipun mereka tetap mempercayai adanya kekuasaan
tidak terputus dari awal sejarah manusia.
Kekuasaan Yamato ini kemudian diletakkan di atas pulau-pulau Jepang
memungkinkan masuknya kebudayaan China ke Jepang dalam bentuk tulisan dan
huruf China (kanji), ilmu konfisius, kalender, teknik irigasi, dan agama Budha.
Hal ini membuktikan bahwa kebudayaan China mempunyai pengaruh yang
mendalam atas masyarakat Jepang sejak abad ke-5.
Dalam Mitologi Batak versi Versi Drs. DJ. Gultom Rajamarpodang,
Leangleangmandi Untunguntung Nabolon (menyerupai burung dalam cerita mitos
Batak Toba) berkedudukan seperti kurir atau penghubung antara penghuni langit
dengan bumi. Suatu ketika, Siboru Deakparujar di jodohkan dengan Siraja
Odap-odap. Tetapi Siboru Deakparujar tidak mau karena kejelakkan Siraja Odap-Odap-odap.
Siboru Deakparujar mengelabuhi perjodohan itu dengan alasan mencari gulungan
tenunan ulos yang dia campakkan dengan sengaja ke banua tonga (dunia).
Singkat cerita, akhirnya Siboru Deakparujar menerima perjodohan itu. Mereka
pun mempunyai anak kembar yaitu : Siraja Ihat Manisia dan Siboru Ihat Manisia.
Mereka tinggal di banua tonga (dunia), sedangkan Siboru Deakparujar dan Siraja
Odap-odap kembali ke banua ginjang (khayangan). Menurut mitologi Batak Toba
dari merekalah keturunan Siraja Batak hingga sampai sekarang.
Walaupun sebagian orang menganggap mitologi (mitos) sebagai suatu
kebohongan, cerita palsu, atau hal-hal yang bernuansa magis dan misterius,
namun banyak ahli justru menganggap bahwa manusia baik sebagai perorangan
maupun sebagai kelompok, tidak dapat hidup tanpa mitos. Pengertian “Mitos”
seperti yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial, khususnya para ilmuwan
sosial , khususnya para antropolog, memandang mitos sebagai sesuatu yang
“pelukisan” atas kenyataan-kenyataan yang tidak terjangkau dalam format yang
disederhanakan sehingga terpahami atau tertangkap oleh orang banyak. Sebab,
hanya melalui keterangan yang bisa dipahami, maka seseorang atau masyarakat
dapat mengerti dimana posisi dirinya dalam susunan kosmik. Berdasarkan
gambaran itu pula mereka menjalin hidup dan melakukan pelbagai aktivitas
kehidupan ( Ruslani, 2004:3-5).
1.4.2 Kerangka Teori
Sebagai rancangan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian, kerangka teori merupakan salah satu unsur dalam prosedur penelitian
yang tak kalah pentingnya dengan hal yang menjadi fokus dalam suatu penelitian
dalam hal ini semua teori-teori yang akan ditampilkan mengacu kepada objek
yang dibahas ataupun dijelaskan secara terperinci. Dimana penjelasan tersebut
dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan dalam suatu penelitian.
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian ini akan disoroti, Nawani dalam Lamtiurma (2007 : 8).
Dalam penulisan ini penulis menggunakan teori semiotika. Dalam Ratna
(2004:97) Paul Cobbley dan Litza Janz menjelaskan bahwa semiotika berarti studi
sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, dan
apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia. Kehidupan manusia dipengaruhi
efisien, dengan perantaraan tanda-tanda manusia dapat berkomunikasi dengan
sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia.
Selain teori di atas, penulis juga menggunakan teori mitopoik dan teori
komparatif. Teori mitopoik dianggap teori yang paling pluralis sebab
memasukkan hampir semua unsur kebudayaan, seperti sejarah, sosiologi,
antropologi, psikologi, agama, filsafat, dan kesenian (Ratna, 2004:67). Dalam
pendekatan mitopoik ini, penulis harus sadar bahwa data harus dipahami secara
metodelogis sehingga diperoleh makna yang tunggal.
Di dalam ilmu sosial, penelitian komparatif adalah cara penelitian dengan
membandingkan masyarakat satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk
mengetahui perbedaan dan persamaan disamping untuk mengetahui sebab-sebab
terjadinya kondisi masyarakat tersebut, Abdulsyani dalam Aryani (2004 : 9). Hal
ini juga didukung oleh Soekanto dalam Aryani (2004 : 9), bahwa penelitian
dengan metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam
masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan
dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya yang bertujuan untuk
mendapatkan petunjuk mengenai perilaku masyarakat baik pada masa silam
maupun pada masa sekarang.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Dalam melakukan setiap kegiatan pasti selalu mempunyai maksud dan
tujuan yang hendak dicapai. Apabila tidak ada maksud dan tujuan, maka sia-sialah
Suwardi Endraswara (2003:201) tujuan merupakan penjabaran secara deskriptif
dari permasalahan. Penelitian yang penulis lakukan terhadap perbandingan
mitologi masyarakat Jepang dan masyarakat Batak Toba tentang asal-usul
manusia ini pun mempunyai tujuan.
Sesuai dengan pokok masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbandingan mitologi masyarakat Jepang dan
Masyarakat Batak Toba tentang asal-usul manusia.
2. Untuk mengetahui perbandingan mitologi masyarakat Jepang dan
Masyarakat Batak Toba tentang penciptaan manusia pertama.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan bermanfaat bagi pihak-pihak
tertentu, seperti :
1. Sebagai informasi untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
pembaca tentang perbandingan mitologi masyarakat Jepang dan
masyarakat Batak Toba tentang asal-usul manusia dan ritus-ritus peralihan.
2. Merupakan pengembangan ilmu pengetahuan bagi yang ingin lebih
mengenal kebudayaan Jepang dan Batak Toba.
1.6Metode Penelitian
Penelitian diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis
untuk mengumpulkan data dengan metode atau teknik tertentu guna mencari
jawaban atas permasalahan yang ada (Sinaga dkk, 1997:2). Sedangkan metode
adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut (Sinaga
dkk, 1997:8).
Metode penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah
satu unsur yang paling penting. Metode yang dalam bahasa Yunani disebut
methodos adalah cara atau jalan. Secara ilmiah, metode merupakan cara kerja
untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Menurut Ginting dalam Gulo (2007: 12), metode penelitian adalah prosedur atau
langkah-langkah teratur yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk
dijadikan ilmu.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif,
yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
subjek atau objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Sinaga dkk, 1997:9).
Menurut Koentjaraningrat (1976:30) penelitian yang bersifat deskrtiptif
yaitu sebuah penelitain yang memberikan gambaran yang secermat mungkin
mengenai suatu indiividu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Dalam
penelitian deskriptif ini untuk memecahkan masalah dilakukan pengumpulan,
Dalam pengumpulan data-data dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan topik penelitain ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan
(library research). Beberapa aspek penting yang perlu dicari dan digali didalam
studi kepustakaan antara lain masalah yang ada, teori-teori, konsep-konsep, dan
penarikan kesimpulan, serta saran (Nasution, 2001:14).
Perpustakaan yang menjadi sumber bahan bacaan adalah : Perpustakaan
Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Jurusan Sastra Jepang
Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Konsulat Jenderal Jepang di Medan,
Perpustakaan Daerah Sumatera Utara- Medan, koleksi pribadi penulis, dan
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP MITOLOGI
2.1MITOLOGI PENCIPTAAN MANUSIA
Mitologi atau mite juga termasuk kedalam Folklor. Berdasarkan asal
katanya, folklor berasal dari dua kata yaitu “folk” dan “lore”. Kata folk dapat
diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial,
dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya.
Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, rambut
yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan
yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi adalah bahwa
mereka memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi secara
turun temurun, sedikitnya dua generasi. Di samping itu, yang paling penting
adalah mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore diartikan
sebagai tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara
turun-temurun, baik secara lisan maupun melalui suatu contoh yang disertai
dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat. Pengertian folklor secara
keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara
tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh
yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu.
Seorang seorang ahli folklor James Danandjaya menyebutkan sembilan
a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni
disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu
contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat)
dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
b. Tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau dalam
bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang
cukup lama (paling sedikit dua generasi).
c. Ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal
ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan),
biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa
diri manusia atau proses interpolasi, folklor dengan mudah dapat
mengalami perubahan. Walaupun demikian, perbedaannya hanya terletak
pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.
d. Anonim, yaitu penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
e. Mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat, misalnya,
selalu menggunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari”
untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan
tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata
pembukaanndan penutup yang baku, seperti “sohibul hikayat… dan
mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut empunya
f. Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik,
pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
g. Pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika
umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian
lisan.
h. Milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu
diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi,
sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
i. Bersifat polos dan lugu, sehingga sering kali kelihatan kasar, terlalu
spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor
merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan
suatu kolektif.
b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga
kebudayaan.
c. Sebagai alat pendidik anak.
d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat
Istilah Inggris “myth” berasal dari perkataan Latin “mythus” atau Yunani
“mythos”. Menurut kamus, mitos didefenisikan sebagai peraturan khayali belaka,
yang biasanya melibatkan tokoh-tokoh, tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
luar alami (supernatural), dan meliputi beberapa ide umum mengenai gejala alam
atau sejarah. Dalam percakapan sehari-hari, mitos pada umumnya diartikan
sebagai cerita bohong, kepalsuan, dan hal-hal yang berbau “dongeng”.
Penyebutan sesuatu sebagai mitos akan mengisyaratkan perendahan nilai dari
sesuatu sehingga tidak perlu dipertahankan. Dalam pengertian ini, mitos memiliki
makna yang sama dengan tahayul (dari bahasa arab Takhayyul, yakni
pengkhayalan), dongeng atau supertisi (Ruslani, 2004:3).
Sebagaimana telah dikemukakan, manusia praaksara telah memiliki
kesadaran sejarah. Salah satu cara kita untuk melacak bagaimana kesadaran
sejarah yang mereka miliki ialah dengan melihat bentuk folklor. Bentuk
folklore yang berkaitan dengan kesadaran sejarah adalah cerita prosa rakyat.
Seorang pakar kajian agama, Mircea Eliade mendefenisikan mitos sebagai
“kisah nyata” dan sebuah kisah yang paling berharga karena mitos memiliki nilai
sakral, patut diteladani, dan signifikan. Mitos tidak hanya mengisahkan asal-usul
dunia, manusia, binatang, atau tanaman, tetapi juga seluruh peristiwa primordial
yang mengakibatkan manusia hidup seperti sekarang ini, berkelompok
berdasarkan jenis kelamin, terorganisasi dalam suatu masyarakat, diwajibkan
bekerja untuk menyambung dan memmenuhi kebutuhan hidup, dan berkarya
Melalui mitos, manusia tidak hanya menjelaskan dunia mereka, tetapi
secara simbolis juga menampilkan kembali. Mitos bukan hanya deskriptif, tetapi
juga pencerita peristiwa itu sendiri. Mitos menghadirkan masa lalu dan masa yang
akan datang sekaligus. Melalui mitos, manusia terhubung dengan lingkungan,
dengan nenek moyang, dengan keturunan, dan dengan yang berada di luar
jangkauannya.
Mitos menurut Hariyono (1996 : 72) adalah sebuah cerita tentang kejadian
atau peristiwa alam dan kehidupan manusia yang mampu memberikan pedoman
dan arah tertentu kepada sikap dan sekelompok orang. Cerita tersebut dapat
dituturkan tetapi juga dapat diungkapkan lewat kesenian seperti tari-tarian atau
pementasan wayang. Inti cerita itu merupakan lambang yang mencetuskan
pengalaman manusia purba, yakni lambang kebaikan, kejahatan, keselamatan,
hidup atau mati, dosa dan penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan
akhirat.
Mitologi termasuk dalam suatu kesusasteraan suci yang mengandung suatu
konsepsi-konsepsi dan dongeng-dongeng suci mengenai sifat-sifat dan kehidupan
dewa-dewa serta makhluk halus lainnya, dan memuat ajaran serta aturan dan
hukum-hukum keagamaan. Para penganut suatu religi selalu menganggap
kesusasteraan suci sebagai sesuatu yang sakral atau keramat (Koentjaraningrat,
1998:211)
Fungsi dari mitos ialah untuk mengakomodasikan, memberikan dukungan
dan memberikan landasan kebenaran dari kepercayaan tradisional dan tingkah
masyarakat yang mendukungnya bukanlah sekedar cerita yang menarik atau yang
dianggap bersejarah, akan tetapi merupakan satu pernyataan dan kebenaran yang
tinggi, atau kenyataan yang utama, yang memberikan pola dan landasan bagi
kehidupan dewasa ini. Pengetahuan tentang mitos yang telah lampau memberikan
intensif dan pembenaran bagi ritual dan tindak-tindak moral, dan juga membina
pelaksanaan yang benar dari tindakan-tindakan yang suci.
W. Schimidt menarik kesimpulan dari penyelidikannya tentang mitologi di
Indonesia. Menurutnya, semua mitologi di daerah-daerah bahasa-bahasa
Austronesia dapat dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama berpusat
pada tokoh bulan, di dalam mitologi-mitologi bulan, penciptaan dunia dan hidup
tidak terjadi sebagai hasil perkawinan antara dewa dan dewi. Sedangakan
golongan kedua berpusat kepada tokoh matahari, di dalam mitologi-mitologi
matahari, penciptaan dunia dan hidup terjadi sebagai akibat perkawinan antara
bumi dan matahari, atau antara bumi dan langit. Mitologi jenis ini terdapat pada
suku-suku bangsa Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, dan juga pada
penduduk kepulauan Polinesia. Pada bangsa-bangsa yang mempunyai bulan,
kepercayaan kepada Dewa Tertinggi masih utuh. Sebaliknya, pada bangsa-bangsa
yang mempunyai mitologi matahari, kepercayaan kepada Dewa Tertinggi itu
dipercayai telah menjadi satu dengan matahari, dan menjadi seorang tokoh dewa
dalam mitologi saja (Koentjaraningrat, 1958:243-245).
Sistem mitos dari suku-suku bangsa dalam Harsojo (1971:202) biasanya
berisi mengenai dua hal yaitu :
b. Kosmogoni, merupakan penjelasan tentang penciptaan dan asal-usul
manusia.
Pada alam pemikiran mistis, manusia merasakan dirinya dikepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya,
(Hariyono, 1996:71). Dewa adalah makhluk yang oleh manusia dibayangkan
mempunyai nama, bentuk dan ciri-ciri, sifat-sifat, dan kepribadian yang tegas.
Gambaran ini terpatri dalam pikiran manusia berkat adanya dongeng-dongeng dan
kesusasteraan suci (yaitu mitologi), baik yang lisan maupun tulisan
(Koentjaraningrat, 1998:204). Dewa (deity) adalah makhluk supernatural yang
menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia,
disembah, dianggap suci, dan keramat, dan dihormati oleh manusia. Dewa
dianggap berwujud bermacam-macam, biasanya berwujud manusia atau binatang.
Dengan kekuatan luar biasa mereka dapat hidup abadi. Mereka juga memiliki
kepribadian masing-masing, memiliki emosi, kecerdasa, seperti layaknya manusia.
Beberapa fenomena alam seperti petir, hujan, badai, banjir, dan sebagainya
(termasuk keajaiban) adalah ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Mereka juga
mengatur aspek-aspek dalam kehidupan manusia dan menentukan nasibnya.
Mereka dapat pula memberi hukuman. Beberapa Dewa yang supernatural yang
tidak memiliki kemahakuasaan penuh disembah dengan sederhana. Para makhluk
supernatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam
kehidupan manusia yang berjenis kelamin pria disebut Dewa, sedangkan Dewi
adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin wanita (Dewa, Wikipedia, 2007).
dan sebagainya, yang mirip dengan perilaku serta sifat manusia, namun dengan
kemampuan yang lebih unggul. Di antara semua dewa dalam suatu religi,
biasanya ada yang disebut sebagai “dewa tertinggi”, yang masing-masing
dianggap manguasai salah satu gejala atau kekuatan alam, misalnya dewa
matahari, dewa bulan, dewa langit, dewa bumi, dewa gunung, dewa hujan, dewa
sungai, dewa bumi, dewa-dewa yang melindungi perbuatan-perbuatan dan milik
manusia (misalnya dewa perburuan, dewa pertanian, dewa kemakmuran, dan
dewa perang), tetapi juga ada dewa penipu, dewa maut. Para dewa juga dianggap
mempunyai istri dan anak-anak, yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu
dalam dunia dewata.
Dalam mitologi, para dewa biasanya tersusun secara tinggi-rendah. Dua
tokoh mitologi yang banyak dijadikan obyek analisa para ahli antropologi adalah
tokoh dewa tertinggi (dewa pencipta alam) dan tokoh dewa penipu. Kedua tokoh
dewa ini juga terdapat dalam mitologi dari berbagai suku bangsa di Indonesia.
Contoh tokoh dewa tertinggi terdapat dalam mitologi orang Batak Toba yaitu
Ompu Tuan Mulajadi Nabolon yang dianggap sebagai pencipta alam yang
menguasai musim-musim, hujan, guntur, petir, dan kesuburan. Ompu Mulajadi
Nabolon juga merupakan leluhur yang menurunkan semua orang Batak Toba,
sedangkan tokoh dewa penipu terdapat dalam mitologi banyak bangsa dan suku
bangsa di dunia, misalnya dalam mitologi Yunani kuno, kebudayaan-kebudayaan
Semit kuno, mitologi orang Skandinavia, kebudayaan China dan Jepang, dan
Di Jepang kepercayaan terhadap dewa-dewa diwujudkan dalam Shinto (神
道). Ajaran Shinto secara harafiah berarti “Jalan Para Dewa”. Shin juga dibaca
sebagai kami (神), ini adalah istilah untuk para dewa-dewi, jiwa para leluhur,
setan dan jiwa alam seperti binatang, tumbuhan, dan lain-lain. Shinto mulai
dikenal di Jepang pada periode Yayoi (300SM). Shinto adalah agama asli orang
Jepang pada masa lampau, dan masih dilaksanakan hingga pada saat ini dengan
dilakukan banyak modifikasi terutama karena pengaruh ajaran Budha dan
Konghucu. Shinto pada saat ini lebih banyak diperingati dalam bentuk ritual dan
festival-festival keagamaan (“kami “ Para Dewa-Dewi Shinto, Wikipedia, 2007).
Shinto sudah dipuja dan dikenal oleh orang Jepang berabad-abad sebelum
kedatangan ajaran Budha yang masuk melalui China dan Korea pada abad ke-6.
Salah satu dewa yang dipuja adalah ajaran Shinto adalah Tensho Daijin atau yang
lebih dikenal dengan Amaterasu Omikami (Dewi Matahari).
2.2MITOLOGI TENTANG ASAL-USUL MANUSIA
2.2.1 MITOLOGI JEPANG
Istilah bahasa Jepang untuk mitologi adalah shinwa (神話) yang berarti
kisah mengenai para dewa. Mitologi Jepang merupakan gabungan dari
tema-tema pribumi yang berasal dari daratan asia timur, dan dipengaruhi oleh ajaran
Budhisme dan Taoisme. Mitologi Jepang pada umumnya agak tenang. Di
dalamnya memang ada dewa penipu (trickter deity), tetapi tidak ada dewa yang
Jepang daripada sifat konfrontatif (Danandjaja, 1997:70). Pada umumnya bahan
untuk menyusun mitologi Jepang adalah Kojiki dan Nihonshoki.
Kojiki ( 古事記 ) adalah buku sejarah Jepang yang tertua dan menurut
kata pengantar yang ada di dalamnya dipersembahkan Oho no Asomiyasumaro
(O no Yasumaro) pada tahun 712 (tahun ke-5 zaman Wado). Buku ini berisi
berbagai catatan peristiwa, mulai dari penciptaan langit dan bumi (Ametsuchi) dan
berakhir pada zaman Kaisar Suiko, termasuk di dalamnya cerita-cerita dari
mitologi dan legenda. Selain itu, kojiki juga berisi banyak syair atau kayo (Kojiki,
Wikipedia, 2007).
Kojiki terdiri dari 3 jilid, yaitu:
1. Jilid I disebut Kamitsumaki, bagian ini berisi kata pengantar dan mitologi
seputar kelahiran dan kehidupan berbagai kami.
2. Jilid II disebut, Nakatsumaki, bagian ini berisi kisah para kasiar yang
dimulai dari kaisar pertama (Kaisar Jimmu) dan diakhiri dengan kaisar
ke-1 (Kaisar O
_
jin).
3. Jilid III disebut Shisotsumaki, bagian ini berisi kisah para kaisar yang
dimulai dari kaisar ke-16 (Kaisar Nintoku) hingga kaisar ke-33 (Kaisar
Suiko).
Di dalam kata pengantar ditulis bahwa kojiki merupakan kumpulan tulisan
yang ditulis O
_
no Yasumaro berdasarkan folklor zaman kuno Teiki (silsilah kaisar
dan merupakan nama yang biasa digunakan untuk menyebut buku kuno. Asal-usul
judul buku ini tidak jelas, mungkin sudah diberi judul “kojiki” oleh O
_
no
Yasumaro, tetapi mungkin juga orang lain yang menambahkan judul ini kemudian.
Aksara kanji untuk judul buku ini bisa dibaca sebagai Furukotobumi, tapi
biasanya sekarang dibaca Kojiki.
Tidak seperti Nihonshoki, Kojiki bukan buku sejarah resmi (Seishi)yang
ditulis untuk kaisar. Walaupun demikian, pada kata pengantar kojiki ditulis
tentang Kaisar Temmu yang menghimpun Teiki, memeriksa Kuji, menghapus
tulisan yang tidak benar dan memastikan kebenaran, dan mewariskan buku ini
untuk generasi berikut sehingga buku ini boleh juga dikatakan ditulis untuk kaisar.
Kojiki terdiri dari bagian yang diambil dari Kuji dan bagian yang diambil
dari Teiki. Bagian yang diambil dari Kuji berisi kumpulan cerita yang berkaitan
dengan keluarga kaisar dan keluarga bangsawan, serta cerita dilingkungan dalam
istana. Bagian yang ditulis Teiki semuanya berupa silsilah kaisar, daftar nama
kaisar dari kaisar pertama hingga kaisar ke-33, nama permaisuri, pangeran, putri
kaisar, serta anak keturunan dan keluarganya. Selain itu, di bagian yang sama
ditulis nama istana, tahun bertahta, tahun wafat dan shio pada tahun tersebut, usia,
lokasi makam, serta peristiwa penting yang terjadi selama bertahta. Semua data
merupakan hasil hafalan pencerita istana (kataribe) untuk diucapkan sewaktu ada
upacara pemakaman kaisar, dan baru mulai ditulis di pertengahan abad ke-6.
Kojiki ditulis dalam bahasa Jepang tetapi seluruhnya menggunakan aksara
kanji yang dipakai untuk menuliskan bahasa Tionghoa klasik (Hentai-kanbun).
(kayo
_
)ditulis sat aksara kanji bahasa Tionghoa klasik untuk setiap suku kata.
Sewaktu menuliskan suku kata demi suku kata, disamping kanan aksara kanji juga
ditambahkan tanda baca berupa aksara kanji (seperti 上).
Salinan tertua Kojiki yang masih ada sekarang disebut Shinpukuji-hon
Kojiki (buku Kojiki milik kuil Shinpuku-ji). Buku ini sekarang disimpan di kuil
Shinpuku-ji ( O
_
sukannon), Nagoya, Prefektur Aichi dan merupakan Pusaka
Nasional Jepang. Pekerjaan penyalinan dimulai tahun 1372 oleh pendeta Budha
bernama Kenyu dan selesai di tahun berikutnya (tahun 1372).
Nihonshoki (日 本 書 紀 ) adalah buku sejarah Jepang yang berasal dari
zaman Nara. Buku ini merupakan buku sejarah resmi yang tertua mengenai
Jepang dan masih ada hingga sekarang. Nihonshoki juga disebut Nihongi. Buku
ini merupakan seri pertama dari kumpulan enam sejarah bangsa yang disebut
Rikkokushi. Buku ini selesai ditulis tahun 720 (tahun ke-4 zaman Yo _
ro
_
) dan
disunting dibawah pengawasan Pangeran Toneri ( Nihonshoki, wikipedia, 2007).
Nihonshoki seluruhnya terdiri dari 30 jilid ditambah 1 jilid berisi bagan
silsilah (genealogi) yang hilang. Jilid pertama dimulai dengan cerita mitologi dan
diakhiri dengan sejarah di zaman Kaisar Jito. Isinya disusun secara kronologis,
dan ditulis dalam bahasa Tionghoa klasik (kanbun) seperti lazimnya penulisan
dokumen resmi saat ini. Berikut ini adalah daftar-daftar judul dalam Nihonshoki.
1. Jilid 1 : Kami no Yo no Kami no maki (Mitos bagian I)
3. Jilid 3 : (Kaisar Jimmu) Kamuyamato Iwarebiko no
Sumeramiko’o
4. Jilid 4 :
a. (Kaisar Suizei) Kamu Nunakawamimi no
Sumerakikoto
b. (Kaisar Annei) Shikitsuhiko Tamatemi no
Sumeramikoto
c. (Kaisar Itoku) Oyamato Hikosukitomo no
Sumeramikoto
d. (Kaisar Kosho ) Mimatsuhiko Sukitomo no
Sumeramikoto
e. (Kaisar Koan) Yamato Tarashihiko Kuni Oshihito no
Sumeramikoto
f. (Kaisar Korei) Oyamato Nekohiko Futoni no
Sumeramikoto
g. (Kaisar Kogen) Oyamato Nekohiko Kunikuru no
Sumeramikoto
h. (Kaisar Kaika) Wakayamato Nekohiko Obibi no
Sumeramikoto
6. Jilid 6 : (Kaisar Suinin) Ikume Iribiko Isachi no Sumeramikoto
7. Jilid 7 :
a. (Kaisar Keiko) Otarashihiko Oshirowake no
Sumeramikoto
b. (Kaisar Seimu) Waka Tarashihiko no Sumeramikoto
8. Jilid 8 : (Kaisar Chuai) Tarashi Nakatsuhiko no Sumeramikoto
9. Jilid 9 : (Permaisuri Jingu) Okinaga Tarashihime no Mikoto
10. Jilid 10 : (Kaisar Ojin) Homuda no Sumeramikoto
11. Jilid 11 : (Kaisar Nintoku) Osasagi no Sumeramikoto
12. Jilid 12 :
a. (Kaisar Richu) Izahowake no Sumeramikoto
b. (Kaisar Hanzei) Mitsuhawake no Sumeramikoto
13. Jilid 13 :
a. (Kaisar Ingyo) Oasazuma Wakugo no Sukune no
Sumeramikoto
b. (Kaisar Anko) Anaho no Sumeramikoto
14. Jilid 14 : (Kaisar Yuryaku) Ohatsuse no Waka Takeru no
Sumeramikoto
a. (Kaisar Seinei) Shikara no take Hirokuni Oshi Waka
Yamato Neko no Sumeramikoto
b. (Kaisar Kenzo) Woke no Sumeramikoto
c. (Kaisar Ninken) Oke no Sumeramikoto
16. Jilid 16 : (Kaisar Buretsu) Ohatsuse no Waka Sasagi no
Sumeramikoto
17. Jilid 17 : (Kaisar Keitai) Odo no Sumeramikoto
18. Jilid 18 :
a. (Kaisar Ankan) Hirokuni Oshi Take Kanahi no
Sumeramikoto
b. (Kaisar Senka) Take Ohirokuni Oshi Tate no
Sumeramikoto
19. Jilid 19 : (Kaisar Kimmei) Amekuni Oshiharaki Hironiwa no
Sumeramikoto
20. Jilid 20 : (Kaisar Bidatsu) Nunakakura no Futo Tamashiki no
Sumeramikoto
21. Jilid 21 :
a. (Kaisar Yomei) Tachibana no Toyyohi no
Sumeramikoto
22. Jilid 22 : (Kaisar Suiko) Toyomike Kashikiya Hime no
Sumeramikoto
23. Jilid 23 : (Kaisar Jomei) Okinaga Tarashi Hihironuka no
Sumeramikoto
24. Jilid 24 : (Kaisar Kogyoku) Ame Toyotakara Ikashi Hitarashi no
Hime no Sumeramikoto
25. Jilid 25 : (Kaisar Kotoku) Ame Yorozu Toyohi no Sumeramikoto
26. Jilid 26 : (Kaisar Saimei) Ame Toyotakara Ikashi Hitarashi no
Hime no Sumeramikoto
27. Jilid 27 : (Kaisar Tenji) Ame Mikoto Hirakasuwake no
Sumeramikoto
28. Jilid 28 : (Kaisar Temmu, bagian I) Ame no Nunakahara Oki no
Mahito no Sumeramikoto, Kami no maki
29. Jilid 29 : (Kaisar Temmu, bagian II) Ama no Nunakahara Oki no
Mahito no Sumeramikoto
30. Jilid 30 : (Kaisar Jito) Takamanohara Hirono Hime no
Sumeramikoto
Berlainan dengan Kojiki, di dalam buku Nihonshoki tidak dijelaskan
alasan, proses penyusunan, dan nama penyusun. Penjelasan baru ditemukan di
dalam buku sejarah Shoku Nihongi yang diterbitkan kemudian. Di dalam Shoku
menyunting Nihongi, dan saat menyelesaikannya, ia mempersembahkan 30 jilid
sejarah dan satu jilid bagan silsilah.
Nihonshoki diperkirakan disusun dari berbagai sumber yang lebih tua,
diantaranya kitab Teiki dan Kuji. Kedua kitab ini merupakan catatan sejarah
Jepang yang dikumpulkan dari legenda milik berbagai klan yang bekerja untuk
istana dimasa pemerintahan Kaisar Kimmei sekitar pertengahan abad ke-6. Selain
itu Nihonshoki berisi kutipan dari berbagai dokumen yang sudah tidak ada lagi
sekarang. Buku sejarah Tennoki dan Kokuki yang disusun Pangeran Shotoku dan
Soga no Umako ditahun 620 diperkirakan merupakan buku sejarah yang lebih tua
dari Nihonshoki, tapi habis terbakar sewaktu terjadi peristiwa Isshi tahun645
sehingga perlu ditulis buku sejarah yang baru (Nihonshoki).
Siklus-siklus Takamagahara dan Tsukushi merupakan garis bersambung
dari generasi para dewa melalui Amaterasu Omikami sampai kaisar Jimmu, maka
kedua siklus ini sering disebut dengan nama “Gabungan Siklus Yamato”. Di
bawah ini akan dikisahkan mitologi-mitologi berdasarkan Kojiki yang tertulis
dalam Danandjaja (1997:72-76).
SIKLUS TAKAMAGAHARA
dewa-menyendiri. Lalu timbul lima pasang dewa lagi. Pasangan terakhir, Izanagi no Mikoto dan Izanami no Mikoto, diperintahkan oleh lima dewa pertama untuk membuat agar tanah dapat tetap berada di tempat. Mereka dihadiahi tombak yang ditaburi permata (Ame no Nuboko). Izanagi dan Izanami berdiri di atas jembatan mengambang dari surga (Ame no Ukihashi) dan menusukkan tombaknya ke dalam laut. Setelah mengaduk dan mengaduknya, mereka angkat tombaknya. Dari ujungnya jatuh setetes garam, yang berkumpul dan bertumbuh, untuk kemudian menjadi tanah yang bergumpal sendiri (Onogorojima).
Kedua dewa itu kemudian turun ke bumi. Mereka melihat sebuah pilar dan menegakkannya dan mereka pun mendirikan sebuah rumah besar. Izanagi kemudian menanyakan Izanami: “Bagaimana tubuhmu terbentuk?” Jawabnya: “Tubuhku sudah terbentuk, tetapi ada bagian yang belum selesai terbentuk!” Izanagi kemudian melanjutkan bertanya: “Tubuhku sudah terbentuk, tapi ada bagian yang kelebihan bentuknya. Saya rasa saya akan mengambil bagian yang lebih itu dan mengisinya di bagianmu yang belum lengkap dan membangun tanah ini. Bagaimana pendapatmu?” Ia pun setuju, dan mereka pun mengelilingi pilar. Si wanita (Izanami) ke kanan, dan si pria (Izanagi) ke kiri. Pada waktu mereka bertemu si wanita berteriak: “Ahh, pria yang baik!” Izanagi menjawab bahwa tidak patut seorang wanita berbicara dahulu. Kendati demikian mereka bersenggama, dan bayi Hiruko pun lahirlah, tapi mereka membuangnya setelah meletakkannya di atas perahu dari jerami. Pulau Awashima juga dilahirkan, tetapi baik pulau itu maupun Hiruko tidak dihitung sebagai anak mereka.
Mereka kembali ke Takamagahara dan diberi tahu oleh kelima dewa pertama, bahwa mereka harus melingkari lagi pilar tersebut, dan setelah bertemu lagi, dewa pria harus berbicara dahulu. Selesai melakukan ini, delapan dewa yang menjadi tanah dari delapan pulau-pulau besar (oyashimaguni) dilahirkan; dan setelah itu dewa-dewa laut, sungai, gunung, sawah, pohon, batu dan api juga dilahirkan. Izanami terbakar sewaktu melahirkan dewa api, tetapi sewaktu ia mati para dewa logam, tanah dan air, lahir dari mulut muntahannya dan kotorannya. Izanagi memenggal kepala dewa api, dan darah yang menetes dari pedangnya lahir delapan dewa. Dari tubuh dewa api, tercipta delapan dewa lagi.
Karena telah mengotori dirinya dalam perjalanan ke dunia orang mati, Izanagi menuju Tsukushi untuk menyucikan dirinya dengan mandi (misogi). Dan setiap lembar pakaian yang ia buang terciptalah seorang dewa; dari kotoran yang ia bersihkan dari tubuhnya tercipta dua orang dewa pencemar. Dua dewa pensuci kemudian diciptakan (lihat Naobi no Kami), dan ditambahkan lagi dengan 10 orang dewa. Tiga dewa terakhir adalah Ameterasu Omikami (dewi matahari), lahir dari mata kirinya sewaktu dibersihkan; Tsukuyomi no mikoto (dewi bulan) lahir dari mata kanannya; dan Susanoo no Mikoto (dewa badai) lahir dari hidungnya. Izanagi memberi tugas kepada Amaterasu untuk memerintah Dataran tinggi Surga, kepada sukuyomi untuk memerintah alam malam, dan kepada Susanno untuk memerintah wilayah lautan. Tetapi Susanno menangis terus; pada waktu ditanya mengapa ia berbuat begitu, maka ia menjawab bahwa ia ingin sekali melihat ibunya. Dalam keadaan marah ayahnya mengucilkannya.
Susanoo kemudian pergi ke Dataran Tinggi Surga untuk berbicara dengan Ameterasu. Gunung-gunung dan sungai-sungai bergemuruh, dan bumi bergetar. Curiga bahwa ia akan merebut surga, Amaterasu mempersenjatai dirinya dengan gendewa, dan mempersiapkan diri untuk berperang; namun Susanoo bersumpah bahwa ia datang hanya untuk mengabarkan bahwa ia telah dikucilkan oleh ayahnya. Ia pun lalu menyediakan dirinya untuk memnuat anak dengan Amaterasu. Dari pedang Susanoo, Amaterasu melahirkan tiga orang putri, dan dari permata rambut Amaterasu, Susanoo menciptakan lima orang putra. Gembira akan kejayaannya, karena ketiga putrinya ialah gadis-gadis cantik, ia kemudian menerobos galangan sawah Amaterasu, menimbun saluran irigasi sawahnya, dan mengotori istana buah-buahan utama Amaterasu dengan kotorannya. Pelanggaran ini masih dapat ditolerir oleh Amaterasu, tetapi kemudian ia malah melubangi langit-langit ruang menenun sang dewi, dan melemparkan masuk seekor keledai langit sampai terjungkir-balik.
Amaterasu menjadi ketakutan, sehingga ia bersembunyi di belakang pintu gua surga (Ame no Iwaya To). Segera kegelapan meliputi Takamagahara dan
Ashihara no Nakatsukunio (bumi Jepang) yang disebut juga dengan nama Utsushi no Kuni ( bumi yang dapat dilihat). Kegelapan terus berlangsung. Para dewa
berkumpul, dan atas saran Omoikane no Kami, anak dari Takamimusubi no Kami, mereka membawa dari gunung Amanokaguya sebatang pohon sakaki tempat bergelantungan 500 permata, sebuah cermin besar, dan kain suci. Ame no Uzume no Mikoto mulai dengan tariannya yang seperti halilintar di atas tempat mandi yang terbalik. Dalam keadaan kerasukan ia memperlihatkan payudaranya, dan menurunkan roknya sehingga terlihat alat kelaminnya. Semua ini memancing gelak tawa para dewa. Mendengar hiruk pikuk itu Amaterasu membuka pintu gua sedikit, untuk menanyakan mengapa Uzume menari dan mengapa para dewa menertawakannya. Uzume menjawab bahwa seorang dewa yang lebih besar dari Amaterasu telah datang, dan ia pun menunjukkan cermin kepadanya. Sewaktu ia membuka pintu lebih lebar, maka ada seorang dewa yang bertenaga kuat memeganggnya dan menariknya keluar dari gua tempat persembunyiannya. Sinar pun menerangi lagi kedua wilayah (surga dan bumi) itu.
ia dibuang. Susanoo minta makanan, dan yang diberikan adalah zat-zat yang
keluar dari hidung, mulut dan lubang dubur dari dewa O
_
ketsushime no Kami.
Susanoo tersinggung dan membunuh O
_
ketsushime. Namun dari lubang-lubang tubuhnya keluar ulat sutera, padi, jawawut, kacang merah, gandum, dan kkacang buncis (broad bean).
SIKLUS IZUMO
Susanoo turun ke gunung Torikamiyama di Izumo; di sana ia menemukan sepasang orang tua sedang menangis di samping putri mereka. Si lelaki mengatakan bahwa ia adalah dewa tanah (kunitsukami), dan setiap tahun ular berkepala delapan dan berekor delapan bernama Yamato no Orochi datang untuk memakan salah seorang putrinya. Kini sudah waktunya ular itu datang lagi untuk mengambil anak yang lain, yaitu Kushinada Hime. Susanoo kemudian mengubah diri Kushinada Hime menjadi selembar sisir yang ia letakkan di kepalanya dan memerintahkan orang tuanya untuk menyiapkan arak khusus; dan tong-tong arak itu harus diletakkan di delapan penjuru mata angin. Ketika ular itu meminumnya dan menjadi mabuk keras sehingga tertidur, Susanoo kemudian memenggal kepala ular-ular itu dengan pedangnya. Di dalam salah satu ekor ular itu ia menemukan sebilah pedang, yang ia persembahkan kepada Amaterasu. Pedang inilah kemudian terkenal dengan nama Kusunagi (alat pembabat rumput). Kelak pedang itu diberikan kepada Ninigi no Mikoto oleh Amaterasu, sebagai salah satu dari tiga lambang otoritas atas Ashihara no Nakatsukuni, atau dengan perkataan lain ketiga benda ini adalah benda pusaka dari kekaisaran Jepang.
dipergunakan untuk mengucapkan ramalannya, dan lari bersama Suseribime. Susanoo mengejarnya tetapi tidak berhasil menangkapnya.
Dari dataran miring Yomi, Susanoo memerintahkan Okuninushi untuk mempergunakan ketiga alat pusaka itu untuk menjadi yang dipertuan wilayah itu. Okuninushi dapat mengalahkan saudara-saudaranya, dan bersama dewa kecil Sukunabikona no Kami, ia melebarkan kekuasaannya di wilayah itu. Ia menjadikan Suseribime istri pertamanya. Keputusan ini membuat Yagami Hime tidak senang.
Amaterasu berkeputusan untuk menjadikan Ashihara no Nakatsukuni sebagai wilayah yang harus diperintah oleh keturunannya. Ia lalu mengirimkan beberapa utusannya kepada Okuninushi agar menyerahkan kedaulatan kepadanya. Okuninushi kemudian menyerahkan keputusan ini kepada kedua putranya: Kotoshironushi no Kami, yang setuju dengan penyerahan, dan Takemina no Kami, yang tidak setuju. Keduanya berperang, dan putranya yang setuju dengan penyerahan menang. Okuninushi pun menyerahkan tanah itu pada dewi Amaterasu.
SIKLUS TSUKUSHI
Putri Dewa Laut naik ke darat untuk melahirkan anaknya. Berhubung ia harus mengubah dirinya kewujud asalnya, maka ia memperingatkan suaminya agar tidak melihatnya sewaktu sedang melahirkan anak. Namun Hoori tidak dapat menahan keingintahuannya. Pada waktu ia melihatnya, ia mendapatkan bahwa istrinya ternyata seekor buaya. Kejadian ini sangat memalukan sang putri, sehingga ia meninggalkan anaknya dan segera pulang kembali ke laut. Untuk merawat anaknya ia mengurus adiknya sebagai perawat. Ketika putranya tumbuh menjadi pemuda dewasa ia menikah dengan bibinya tersebut, dan mereka mempunyai empat orang anak. Anaknya yang bungsu yang bernama Kamuyamato Iwarebiko no Mikoto, kemudian menjadi Kaisar Jimmu.
Kaisar Jimmu atau Jimmu Tenno (神武天 皇) berkuasa pada tahun 711
SM- 585 SM. Jimmu Tenno adalah Kaisar Jepang yang pertama, bertahata dari
tahun 1 bulan hari 1 ( bulan 2 hari 11 660 SM) hingga tahun 76 bulan 3 hari 11
(era Kaisar Jimmu). Nama kaisar ini sama dengan nama kaisar Jepang pertama
seperti dikisahkan dalam mitologi Jepang menurut Kojiki dan Nihonshoki.
Tanggal Kaisar Jimmu naik tahta sekarang diperingati setiap 11 Februari sebagai
Hari Pembentukan Negara dan sebelum Perang Dunia II peringatan ini disebut
Kigensetsu (hari Kaisar Jimmu naik tahta). Kaisar Jimmu dilahirkan dari ayah
bernama Ugaya Fukiaezu, dan ibu bernama Tamayoribime. Kaisar Jimmu adalah
putra ke-4 menurut teks Kojiki serta Nihonshoki jilid 1,2, dan 4 tapi pada jilid 3
dikisahkan sebagai putra ke-3. Selain itu, kedua literatur ini juga tidak
menyebutkan tanggal dan tahun lahir (Kaisar Jimmu, Wikipedia, 2007).
Sumber-sumber lain yang dipergunakan untuk menyusun mitologi Jepang
adalah :
1. Kogo Shui (807M) karya Imbe no Hironari, yang mngandung mitologi dan
legenda yang diwariskan dalam keluarga Imbe. Jilid pertamanya
melengkapi Nihongi. Pada umumnya sama dengan legende-legenda kuno
dan kebiasaan-kebiasaan (adat-istiadat) Jepang. Kogo Shui disebut juga
dengan Kogo-Jui (Frederic, 2002:543).
2. Fudoki, yaitu laporan-laporan resmi di daerah-daerah Jepang, termasuk
tentang catatan sejarah, geografi, dan budayanya. Fudoki ditulis pada awal
abad ke-8 atas perintah Gimmei. Beberapa dari fudoki yang disusun
merupakan dasar-dasar dari Nihonshoki. Beberapa dari Fudoki telah
selesai diubah, ditulis kembali, dan diterbitkan lagi, termasuk Shinpen
Musashi Fudoki Ko (pada tahun 1828) dan Kii Zoku Fudoki (tahun 1839).
Sekarang semua laporan tentan gkebiasaan-kebiasaan (adat istiadat) dan
kehidupan di daerah-daerah Jepang disebut Fudoki (Frederic, 2002:194).
Fudoki yang paling lengkap adalah Izumo no Kuni Fudoki tahun 733M
dan Shoki Nihongi tahun 797 M (Danadjaja, 1997:71).
3. Man’yooshu, merupakan antologi puisi terbesar yang dikumpulkan oleh
Otomo no Yakamochi pada sekitar tahun 760, berisi tentan
gpekerjaan-pekerjaan penyair istana, petani, maupun rakyat jelata. Jilid ke-20
Man’yoshu berisi 4.516 syair (4.173 tanka,260 choka, 62 sedoka, dan 21
nagauta). Syair-syair dalam Man’yoshu (