• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia Di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia Di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN

DAYA INGAT LANSIA DI PANTI WERDHA KARYA KASIH

MONGONSIDI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Paula Angelina Situmorang

061101072

(2)

Judul : Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan

Peneliti : Paula Angelina Situmorang Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Nim : 061101072

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 1 Juli 2010

Pembimbing Penguji I

Iwan Rusdi, S. Kp, MNS Rika Endah Nurhidayah, S.Kp. MPd NIP. 19730909 200003 1 001 NIP. 19760120 200012 2 001

Penguji II

Ismayadi, S.Kep, NS

NIP. 19750629 200212 1 002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 28 Juni 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan pujian penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyusunan Skripsi ini, sebagai berikut:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai PUDEK I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Iwan Rusdi ,S.Kp, MNS. selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

(4)

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf non-akademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

5. Direktris Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan yang telah memberikan izin penelitian.

6. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung serta ikut mendukung penelitian ini.

7. Teristimewa kepada keluargaku tercinta (Papa saya Bapak L. Situmorang, Mama saya Ibu Nawati, Dini Maslena Situmorang (kakak), Djeki Nami Situmorang (abang), dan Agustine Leonora Situmorang (kakak) yang telah memberikan cinta, doa, dorongan serta membimbing, menghibur, dan memotivasi penulis.

(5)

9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan... 1

1. Latar Belakang... 1

2. Pertanyaan Penelitian... 4

3. Hipotesa Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka... . 6

1. Lanjut Usia... 6

1.1 Pengertian Lansia... 6

1.2 Klasifikasi Lansia... 6

1.3 Karakteristik Lansia ... 7

1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia ... 7

2. Ingatan Manusia... 8

2.1 Pengertian Ingatan ... 8

2.2 Klasifikasi Ingatan ... 9

2.3 Pengukuran Ingatan ... 13

3. Demensia... 19

3.1 Pengertian Demensia... 19

3.2 Penyebab Demensia ... 19

3.3 Kriteria Diagnosa Pikun... 23

3.4 Tahapan Gejala Demensia... 23

4. Senam Otak... 26

4.1 Pengertian Senam Otak... 26

4.2 Tiga Dimensi Otak menurut Edu-K... 27

4.3 Gerakan Senam Otak ... 29

Bab 3 Kerangka Penelitian... 34

1. Kerangka Konseptual... 34

2. Definisi Konseptual... 35

2.1 Daya Ingat... 35

2.2 Senam Otak... 35

(7)

Bab 4 Metodologi Penelitian... 37

1. Desain Penelitian... 37

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling... 38

2.1 Populasi... 38

2.2 Sampel Penelitian... 38

2.3 Teknik Sampling... 39

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4. Pertimbangan Etik Penelitian... 40

5. Instrumen Penelitian... 40

5.1 Data Demografi... 40

5.2 Kuesioner Tes Ingatan... 41

6. Alat dan Bahan... 41

7. Prosedur Pengumpulan Data ... 42

8. Analisa Data... 43

Bab 5 Pembahasan... 45

1. Hasil Penelitian ... 45

1.1 Karakteristik Demografi Responden... 45

1.2 Daya Ingat RespondenPredanPostSenam Otak... 46

1.3 Perbedaan Daya Ingat RespondenPredanPostSenam Otak ... 49

2. Pembahasan... 50

Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi... 54

1. Kesimpulan ... 54

2. Rekomendasi... 54

2.1 Pendidikan Keperawatan... 54

2.2 Praktek Keperawatan ... 54

2.3 Penelitian Selanjutnya... 55 embar Pernyataan Responden ... 62

3...J adwal Tentatif Penelitian... 63

4...R encana Anggaran Biaya Penelitian... 64

5...K uesioner Data Demografi ... 65

(8)

8...P anduan Prosedur Pelaksanaan Senam Otak pada Lansia di Panti

Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan... 69 9...G

ambar Gerakan Senam Otak... 72 10...R

iwayat Hidup... 74

DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan dari Tiap Alat yang Digunakan untukScreen

Kerusakan Kognitif... 16 Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden... 46 Tabel 3. Hasil Pengukuran Daya Ingat RespondenPredanPostSenam Otak ... 48 Tabel 4.Paired Sample t-testuntuk Menguji Perbedaan Daya Ingat

(10)

Judul : Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan Nama Mahasiswa : Paula Angelina Situmorang

NIM : 061101072

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Seiring penuaan selain terjadi penurunan fungsi fisik, umumnya terjadi kemunduran daya ingat dan kecerdasan. Akibatnya, proses berpikir menjadi lamban, sulit konsentrasi, dan kemampuan daya ingat menurun. Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun, frustrasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan terus menstimulasi otak. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental dengan keseluruhan responden terdiri dari kelompok intervensi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 9 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner Mini Mental State

Examination (MMSE). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden

(11)

Judul : Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan Nama Mahasiswa : Paula Angelina Situmorang

NIM : 061101072

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Seiring penuaan selain terjadi penurunan fungsi fisik, umumnya terjadi kemunduran daya ingat dan kecerdasan. Akibatnya, proses berpikir menjadi lamban, sulit konsentrasi, dan kemampuan daya ingat menurun. Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun, frustrasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan terus menstimulasi otak. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental dengan keseluruhan responden terdiri dari kelompok intervensi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 9 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner Mini Mental State

Examination (MMSE). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (CONSTANTINIDES, 1994).

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Proses menua dan usia lanjut memang proses alami (Yulianto, 2008). Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

(13)

jumlah penduduk dan pada tahun 1990, jumlah ini meningkat menjadi ±11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000, diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi ±18,3 juta (8,5%). Pada tahun 2005 2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (±9%) dari jumlah penduduk. Bahkan pada tahun 2020 2025, Indonesia akan menduduki peringkat Negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008).

(14)

diperkenalkan brain gym atau olahraga/senam otak. Sebuah penelitian yang dilakukan di Panti Werdha Dharma Bhakti, Surakarta, sudah membuktikan bahwa senam otak efektif mengembalikan keseimbangan kerja organ. Pada intinya, penting bagi orang tua untuk tetap bergerak, apapun bentuk gerakannya (Yulianto, 2008). Senam otak tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak untuk bekerja. Senam otak ditemukan oleh dr Paul Dennison, ahli senam otak dari lembaga Educational Kinesiology, Amerika Serikat, 19 tahun silam (Tammase, 2009).

Ketua Umum Layanan Santun Lansia Balai Kesehatan Unpad, Sri M Sugana mengungkapkan bahwa senam otak pada lansia ini sudah dipopulerkan secara internasional sejak empat tahun lalu dalam sebuah kongres dokter mata di Jepang. Namun, di Indonesia sendiri, senam otak ini masih sulit berkembang (Arifah, 2008). Perlu sosialisasi lebih lanjut untuk mengembangkan senam otak di kalangan masyarakat, terutama lansia.

(15)

2. Pertanyaan Penelitian

2.1 Bagaimana pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia?

3. Hipotesa Penelitian

Dari hasil penelitian terbukti bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima, yaitu ada pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan.

4. Tujuan Penelitian

4.1 Mengidentifikasi pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia.

5. Manfaat Penelitian

5.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi tambahan tentang pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia, yang akan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.

5.2 Bagi Praktek Keperawatan

(16)

5.3 Bagi Penelitian Keperawatan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Lanjut Usia (Lansia)

1.1 Pengertian Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 70 tahun

3. Lanjut usia tua (old) = antara 70 dan 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun (Nugroho, 2000).

Menurut Budi Anna Keliat (1999) usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

1.2 Klasifikasi Lansia

Menurut Maryam (2008) lansia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, antara lain:

1. Paralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45 59 tahun. 2. Lansia

(18)

3. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

4. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain (Depkes RI, 2003).

1.3 Karakeristik Lansia

Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam (2008) mengungkapkan bahwa lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

(19)

penuaan, dan hal ini berkurang setiap hari. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan jumlah sel otak serta terganggunya mekanisme perbaikan sel otak (Nugroho, 2000). Otak mengalami penyusutan, namun jumlah neuron yang hilang relatif kecil. Pengurangan volume dan massa otak pada penuaan yang normal tidak diakibatkan terutama oleh hilangnya jumlah neuron, melainkan karena adanya perubahan di dalam neuron: berkurangnya cabang-cabang neuron (spina dendrit), pengurangan kerapatan sinapsis, dan merosotnya lapisan myelin yang melapisi akson pada neuron (Nelson, 2008).

2. Ingatan Manusia 2.1 Pengertian Ingatan

(20)

2.2 Klasifikasi Ingatan

Kemampuan mengingat sesuatu dapat berlangsung beberapa jam, berhari-hari atau bertahun-tahun. Secara umum, ingatan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Ingatan jangka pendek

Ingatan jangka pendek (short-term memory) dicirikan oleh ingatan seseorang mengenai 7 sampai 10 angka dalam nomor telepon (atau 7 sampai 10 kenyataan yang jelas lainnya) selama beberapa detik sampai beberapa menit pada saat tersebut, tetapi hanya akan menjadi berlangsung beberapa lama jika seseorang terus-menerus memikirkan tentang nomor-nomor atau kenyataan-kenyataan tersebut (Guyton, 1997).

(21)

kecil sehingga orang tersebut akan kesulitan untuk mengingat kembali memori yang benar-benar penting (Nelson, 2008).

Selain memiliki kemampuan yang terbatas, sistem otak yang menangani ingatan jangka pendek juga rapuh secara fungsional. Ingatan jangka pendek mudah terganggu oleh interupsi. Jika saat seseorang (orang pertama) sedang berusaha untuk mengingat suatu nomor telepon dan masuk seseorang yang lain (orang kedua) dan bertanya kepada orang yang pertama, kemungkinan besar orang pertama akan lupa nomor telepon tersebut dan harus melihat catatannya lagi. Informasi tambahan tadi (pertanyaan yang diajukan) cukup untuk menghilangkan ingatan jangka pendek (Nelson, 2008).

2. Ingatan jangka panjang

(22)

Perbedaan antara ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang bukan hanya pada jangka waktu penyimpanannya saja, namun juga pada kapasitasnya seberapa banyak informasi yang dapat disimpan oleh otak. Walaupun otak hanya dapat mempertahankan beberapa ingatan jangka pendek pada saat yang bersamaan, kapasitasnya untuk menyimpan ingatan jangka panjang dapat dikatakan tak terbatas (Nelson, 2008).

Ingatan jangka panjang juga tidak serapuh ingatan jangka pendek, yang artinya ingatan jangka panjang kurang lebih menetap meskipun ada sesuatu yang mengganggu alur pemikiran seseorang. Tetapi tidak semua ingatan jangka panjang tersimpan selamanya, bahkan meskipun ada perubahan. Beberapa ingatan jangka panjang yang tidak dipakai atau menjadi tidak relevan menghilang sejalan dengan berjalannya waktu. Misalnya seseorang yang membaca buku tertentu yang disukai, namun setelah bertahun-tahun kemudian orang tersebut tidak lagi mengingat lebih banyak selain dari judulnya. Hal ini disebabkan karena orang tersebut tidak memikirkan lagi plot dan karakter di dalamnya dalam jangka waktu yang lama. Di sisi lain, beberapa ingatan jangka panjang tetap bertahan walaupun ingatan tersebut jarang digunakan. Misalnya pada orang-orang yang masih mampu mengingat detail-detail masa kecil yang pernah dialami, yang tanpa disadari masih terus dapat diingat walaupun hal tersebut jarang digunakan (Nelson, 2008).

(23)

melemah akibat pengaruh usia dan juga penyakit otak (misalnya penyakit Alzheimer), dibandingkan dengan ingatan prosedural (Nelson, 2008).

a. Ingatan deklaratif

Ingatan deklaratif meliputi informasi yang mengharuskan melakukan usaha secara sadar untuk mengingat. Ada dua jenis ingatan deklaratif, yaitu ingatan episodik dan ingatan semantik. Ingatan episodik terkait dengan kejadian yang terjadi pada waktu dan tempat yang spesifik. Misalnya liburan yang dijalani musim panas yang lalu kejadian yang terkait dengan konteks waktu dan ruang tertentu. Ketika seseorang mencoba mengingat kembali suatu ingatan mengenai kejadian, orang tersebut akan mengingat informasi temporal (kapan hal itu terjadi) dan informasi ruang (di mana hal itu terjadi) yang terkait dengan kejadian tersebut. Ingatan semantik adalah pengetahuan faktual. Ingatan jenis ini sebagian besar terdiri dari informasi dasar yang dipelajari selama masa-masa sekolah misalnya berhitung. Berbeda dengan ingatan episodik, ingatan semantik tidak terkait dengan waktu atau tempat. Ketika seseorang mampu belajar berhitung, ia tidak akan mengingat kapan pertama kali ia mampu berhitung dan walaupun ia masih mampu mengingatnya, waktu tersebut tidaklah begitu penting bagi pengetahuan atau kenangan tentang fakta-fakta tersebut.

b. Ingatan prosedural

(24)

menghadirkan ingatan prosedural secara relatif tanpa usaha, setiap ingatan tersebut membutuhkan usaha dan latihan agar dapat dipelajari. Namun setelah keterampilan yang terkait dapat dikuasai, seseorang dapat melakukannya tanpa perlu mengingat bagaimana cara mempelajarinya atau langkah-langkah yang terkait di dalamnya. Misalnya saat seseorang mengeluarkan sepeda untuk mengendarainya, ia tidak perlu mengingat kembali bagaimana cara ia berlatih mengendarai sepeda tersebut, Ia cukup menaiki sepeda tersebut dan pergi.

Ingatan prosedural tidak menghilang atau berubah seiring bertambahnya usia. Misalnya seseorang yang sudah lama tidak menaiki sepeda, ia tidak perlu mempelajari keterampilan tersebut dari awal. Dengan sedikit latihan dan keterampilan maka rutinitas tersebut akan muncul kembali. Bahkan penderita penyakit Alzheimer dapat melakukan banyak tugas rutin sampai tahap akhir dari penyakit tersebut. Para ilmuwan percaya ingatan prosedural dapat bertahan lama karena ingatan tersebut disimpan secara meluas di seluruh otak, dan karena ingatan tersebut tidak tergantung pada hipokampus, salah satu struktur ingatan di dalam otak yang secara khusus peka terhadap efek penuaan normal (Nelson, 2008).

2.3 Pengukuran Ingatan

(25)

dalam Hastjarjo (1994) menggolongkan tes ingatan ke dalam (a) tes ingatan eksplisit dan (b) tes ingatan implisit.

A. Tes Ingatan Langsung/Eksplisit

Richardson-Klavehn dan Bjork (1988) merumuskan tes-tes ingatan langsung sebagai tugas-tugas yang perintahnya mengacu kepada peristiwa-peristiwa sasaran dalam sejarah pribadi subjek, yaitu yang menunjuk pada konteks ruang dan waktu (jam, tanggal, atau lingkungan di mana peristiwa tersebut terjadi). Peristiwa-peristiwa khas yang menjadi sasaran tersebut dapat berupa penyajian daftar kata-kata, penyajian daftar gambar-gambar, penyajian daftar kalimat-kalimat maupun bisa juga berupa peristiwa yang terjadi dalam sejarah kehidupan subjek.

Tes ingatan langsung dapat berbentuk (a) tes rekognisi (recognition) dan (b) tesrecall, baik yangfree-recallmaupuncued-recall.

1. Tes rekognisi

Dalam tes rekognisi, subjek diminta untuk membedakan antara stimulus yang ada pada saat terjadinya peristiwa sasaran dengan stimulus-stimulus yang tidak ada pada saat peristiwa berlangsung. Dengan kata lain, subjek diminta mengenali kembali apakah stimulus yang ada pada tahap pengetesan ingatan sama dengan stimulus yang ada pada tahap belajar. 2. Tesrecall

(26)

stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap belajar. Tes recall dapat dilakukan tanpa bantuan tanda-tanda (free-recall) maupun dengan bantuan tanda-tanda (cued-recall). Mengingat dapat dibantu oleh tanda-tanda. Tanda-tanda yang dipakai untuk membantu me-recall dapat merupakan bagian-bagian dari stimulus yang telah disajikan pada tahap belajar (intralist cues). Contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Shimamura dan Squire (1984) mengenai ingatan terhadap pasangan kata-kata pada penderita amnesia. Pada tahap belajar, dua belas pasangan kata-kata disajikan kepada 8 pecandu alkohol yang menderita sindrom Korsakoff. Salah satu pasangan kata tersebut misalnya STAIR-DIAMOND. Masing-masing pasangan kata disajkan dalam 3 detik. Antara dua sampai empat menit sesudah penyajian keduabelas pasangan kata selesai, kepada subjek disajikan kata STAIR dan mereka diminta mengingat kembali pasangan katanya. Tanda-tanda yang dipakai membantu mengingat bisa juga merupakan tanda-tanda yang berhubungan dengan stimulus yang disajikan pada tahap belajar (extralist cues). Hubungan antara tanda-tanda dengan stimulus sasaran dapat berdasarkan kesamaan makna (semantik), atau kemiringan tulisan serta bunyinya (graphemic).

B. Tes Ingatan Tidak Langsung/Implisit

(27)

Bjork, 1988). Dalam tes ingatan tidak langsung, tugas-tugas yang harus diselesaikan tidak mengarahkan subjek untuk mengacu pada peristiwa yang sebelumnya dialami oleh subjek. Atau dengan kata lain, pada tahap pengetesan ingatan subjek tidak diinstruksikan untuk menggunakan tahapan belajar sebagai acuan.

Doerflinger (2007) mengungkapkan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukanscreeningkerusakan kognitif, antara lain:

Tabel 1. Perbandingan dari Tiap Alat yang Digunakan untukScreen Kerusakan Kognitif

Jenis Instrumen Deskripsi Skor Waktu

pelaksanaan Blessed

Dementia Scale

22 item yang mengukur perubahan aktivitas sehari-hari, perawatan diri, kepribadian dan perjalanannya. bentuk semi sruktur; penilaian kerusakan dibagi dalam lima skala poin dalam tiap enam domain fungsi kognitif: ingatan, orientasi,

keputusan dan

pemecahan masalah,

masalah dalam

komunitas; rumah dan

(28)

hobi, dan perawatan diri. dibagi dalam tiga skala poin;

Set Test Penyampaian secara

lisan beberapa hal yang mungkin (bisa sampai 10 hal) yang dibagi dalam empat kategori: warna, binatang, buah-buahan,

Total skor adalah 40; beberapa

(29)

Blessed-Information-mengindikasikan menggambar jam, dan kelancaran verbal

(30)

mendeteksi kerusakan kognitif daripada penggunaan pertanyaan-pertanyaan informal atau kesan keseluruhan dari orientasi pasien (Thomas, 2009).

3. Demensia

3.1 Pengertian Demensia

Demensia (pikun) berasal dari kata de yang berarti kehilangan dan kata mensiayang berarti jiwa. Namun, demensia (pikun) lebih umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex). Di samping itu, pengertian lain menyebutkan bahwa pikun merupakan suatu penurunan kualitas intelektual yang disertai gangguan pengamatan, hingga menurunnya daya ingat yang sangat menggangu kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam pengendalian emosi (Yatim, 2003).

3.2 Penyebab Demensia

Yatim (2003) menyebutkan ada beberapa penyebab demensia antara lain: 1. Tumor

Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita, antara lain:  Tumor pada jaringan otak

 Metastase tumor dari luar jaringan otak 2. Trauma

(31)

 Perdarahan kronis pada bawah selaput otak (chronic subdural hematoma)

 Pengaruh setelah trauma 3. Infeksi kronis

Orang yang bersangkutan didiagnosa terinfeksi, antara lain:  Penyakit Siphilis

 PenyakitCreutzfeld-Jacob(sapi gila)  Penyakit AIDS

4. Kelainan jantung dan pembuluh darah

Orang yang bersangkutan didiagnosa mengalami:

 Kematian jaringan di salah satu daerah jaringan otak (single infarction)

 Kematian jaringan otak di beberapa daerah (multiple infarction), terutama di daerah korteks otak

 Kematian jaringan otak yang luas (large infarction)

 Kematian jaringan otak di daerah lekukan (lacunar infarction) 5. Kelainan kongenital

Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap:  Penyakit Huntington (chorea)

 Penyakit Methachromatic leukodystrophy (kelainan dari bagian putih jaringan otak)

(32)

Pseudodementia (terjadi demensia yang berat tetapi intelektual tetap baik)

7. Kelainan faali

Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap:  Epilepsi (ayan)

 Penekanan dari cairan selaput otak (normal pressure hydrocephalus)

8. Kelainan metabolik

Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita:  Kekurangan vitamin B12 dan B6 (asam folat)  Kelainan metabolik yang kronis

 Kekurangan oksigen yang kronis (chronic anoxic state)

 Kelainan hormon endokrin yang kronis (chronic endocrinophati) 9. Demensia karena kerusakan sel-sel otak (degenerative dementia)

Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita, antara lain:  Penyakit Alzheimer

 Penyakit Pick

demensia karena kerusakan sel-sel otak di daerah frontal dan temporal, dan batang otak [daerah badan Pick].

 Penyakit Parkinson

(33)

 otot-otot kaku (rigidity)  Progressive supra nuclear palsy:

 Kelumpuhan otot akibat kerusakan sel otak di daerah korteks

 Penyakit Fahr (pengendapan zat besi pada jaringan otak)  Penyakit Wilson:

 di samping penyakit hati juga terjadi kerusakan jaringan otak (hepatolenticular degeneration)

10. Hilangnya bungkus saraf (demyelinating)

Orang yang bersangkutan didiagnosa mengalami:

 Penyakit multiple sclerosis (penyakit yang pada sumsum tulang belakang dan otak terjadi bercak-bercak yang mengeras)

11. Obat-obatan dan racun

Orang yang bersangkutan didiagnosa terkontaminasi:  Alkohol

 Logam berat  Keracunan CO2

(34)

3.3 Kriteria Diagnosa Pikun

Yatim (2003) menetapkan beberapa kriteria diagnosa pikun (demensia), antara lain:

1. Kemampuan intelektual menurun sedemikian rupa sampai mengganggu pekerjaan dan lingkungannya.

2. Gangguan berpikir abstrak dan menganalisa masalah serta memberi pertimbangan, tidak mampu melakukan gerakan bertujuan meskipun tidak ada kelumpuhan (apraxia), sulit mengartikan rangsangan luar (agnosia) seperti suara, sentuhan sehingga penderita mengalami kesulitan menunjukkan dan mengenal objek, memperkirakan lamanya kejadian, dan menggambarkan yang dilihat.

3. Kesadaran tetap baik.

Kelompok yang paling beresiko pikun menurut Yatim (2003), yakni: 1. Orang tua usia > / = 65 tahun dan hidup sendiri.

2. Orang tua yang baru kehilangan keluarga.

3. Lanjut usia yang baru pulang dari perawatan sakit.

4. Lanjut usia yang kesehariannya memerlukan bantuan orang sekitarnya. 5. Lanjut usia yang karena suatu kondisi, tergantung pada orang lain. 3.4 Tahapan Gejala Demensia

(35)

1. Tahap Awal

Tahap ini ditandai dengan hilangnya memori terbaru yang menyebabkan sulitnya mendapatkan informasi baru. Selain itu, terdapat kesulitan dalam hal angka; membayar tagihan, menyeimbangkan buku cek, mengatur uang, dan menelepon dapat menjadi hal yang menyulitkan. Perubahan-perubahan kepribadian juga terjadi, misalnya seseorang yang tenang mulai menunjukkan ledakan emosi dan menjadi cemas dan gelisah. Terdapat kebingungan antara orientasi waktu dan jarak; seseorang dapat datang memenuhi janji pada waktu atau tempat yang salah,dan bahkan tidak dapat menemukan jalan pulang. Juga terjadianomia(kesulitan menyebutkan nama benda) (Stanley & Beare, 2006).

2. Tahap Pertengahan

(36)

Perubahan makan juga merupakan konsekuensi kemunduran kognitif yang dihubungkan dengan demensia. Perubahan ini telah dinyatakan sebagai masalah demensia yang unik, meski saat diobservasi, perubahan makan ini tidak terlihat sebagai gangguan kognitif. Pada demensia tingkat dua, masalah ini menyebabkan nafsu makan seseorang menjadi hilang atau mulai makan berlebihan. Tingkah laku makan biasanya benar-benar tidak tepat dan dapat menyebabkan kegemukan atau kehilangan berat badan. Dalam masalah makan yang berlebihan, individu mungkin makan makanan aneh, misalnya makan asinan atau mungkin memakan makanan yang sebelumnya mereka tidak suka. Perilaku tersebut merupakan gangguan tingkah laku. Hal ini mengindikasikan bahwa klien demensia tidak bisa tinggal di rumah tanpa perawatan (Watson, 2003).

(37)

Sebenarnya, tidak ada ciri khas yang tampak pada saat terjadi transisi ke tingkat tiga demensia. Masalah yang terlihat di tingkat dua menjadi lebih buruk dan progresif sehingga banyak masalah yang termanifestasi (Watson, 2003).

3. Tahap Akhir

Tingkat akhir atau tingkat tiga ditandai oleh kehilangan kemampuan kognitif yang hampir total, yang menyebabkan apati yang ekstrem dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi. Inkontinensia urine dan feses semakin memburuk dan klien akan kehilangan rasa ketertarikan terhadap makanan dan kehilangan nafsu makan. Masalah ini sering membuat individu bergantung penuh pada bantuan orang lain untuk semua aktivitas sehari-hari, termasuk makan. Terdapat kehilangan berat badan jika nutrisi tidak tercapai secara adekuat. Hal ini tidak perlu sepenuhnya dipermasalahkan karena klien demensia yang kehilangan berat badan disebabkan oleh asupan nutrisi yang relatif rendah untuk ukuran normal (Watson, 2003).

4. Senam Otak

4.1 Pengertian Senam Otak

(38)

menulis beberapa buku tentang ilmu ini. KataEducationberasal dari bahasa Latin educare, yang berarti menarik keluar . Sedangkan kata Kinesiology dikutip dari bahasa Yunani kinesis, yang berarti gerakan dan merupakan pelajaran gerakan tubuh manusia. Edu-K adalah suatu sistem yang memberdayakan semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakan-gerakan untuk menarik keluar seluruh potensi seseorang (Dennison, 2008).

Senam otak (brain gym) adalah rangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Sebelum melakukan rangkaian gerakan senam otak dianjurkan terlebih dahulu meminum air, karena air adalah unsur pembawa energi listrik. Air mengandung mineral. Air putih bahkan membantu memperlancar peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan air akan membuat otot menegang sehingga tubuh tidak merasa nyaman (Tammase, 2009).

4.2 Tiga Dimensi Otak menurut Edu-K

(39)

pemfokusan, dan dimensi pemusatan (Dennison, 2008). Dengan senam otak (brain gym), maka ketiga dimensi otak ini akan diaktifkan secara keseluruhan.

1. Dimensi Lateralitas (belahan otak kanan dan kiri)

Gerakan untuk menyeberang garis tengah, menyangkut sikap positif: mendengar, melihat, bergerak. Otak bagian kiri aktif jika sisi kanan tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Gerakan menyeberang garis tengah, mengaktifkan kerjasama tersebut.

2. Dimensi Pemfokusan (bagian belakang otak/brainsteamdan bagian depan otak/frontal lobes

Gerakan meregangkan otot, menyangkut: konsentrasi, pengertian, dan pemahaman. Gerakan ini menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Apabila sulit memahami inti keseluruhan pelajaran atau tidak dapat berkonsentrasi, sebaiknya gerakan ini dilakukan agar otot lega dan semangat belajar meningkat.

3. Dimensi Pemusatan (sistem limbis/ midbrain dan otak besar/ cerebral cortex)

(40)

4.3 Gerakan Senam Otak

Dennison (2008) menyatakan beberapa gerakan dasar senam otak yang dapat dilatih diantaranya adalah:

1. Gerakan Silang

Cara: Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan, seperti pada gerakan jalan di tempat, dapat pula dilakukan sambil menyentuhkan tiap tangan ke lutut yang berlawanan secara bergantian. Agar lebih ceria, bisa menyelaraskan gerakan dengan irama musik.

Manfaat: Merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan bagian yang menggunakan informasi (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.

2. Olengan Pinggul

(41)

3. Pengisi Energi

Cara: Duduk nyaman di kursi, kedua lengan bawah dan dahi diletakkan di atas meja. Tangan ditempatkan di depan bahu dengan jari-jari menghadap sedikit ke dalam. Ketika menarik napas, rasakan nafas mengalir ke garis tengah seperti pancuran energi, mengangkat dahi, kemudian tengkuk, dan terakhir punggung atas. Diafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.

Manfaat: Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktifitas yang melelahkan, mengusir stres, meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta meningkatkan kemampuan memahami dan berpikir rasional.

4. Menguap Berenergi

Menguap merupakan refleks pernafasan alami yang meningkatkan peredaran udara ke otak dan merangsang seluruh tubuh. Sebaiknya menutup mulut pada saat menguap, tetapi jangan menahannya karena akan menimbulkan ketegangan rahang. Menguap baik dalam senam otak. Menguap sambil menyentuh tempat-tempat yang tegang di rahang menolong menyeimbangkan tulang tengkorak dan menghilangkan ketegangan di kepala dan rahang (Dennison, 2008).

Cara: Ketika seolah-olah menguap, tutup mata rapat-rapat dan pijat pipi setingkat geraham atas dan bawah. Otot yang terasa dekat geraham atas berperan membuka mulut, sedangkan pada geraham bawah berperan menutupnya. Ulangi gerakan ini tiga hingga enam kali.

(42)

memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta meningkatkan kemampuan untuk memilah informasi.

5. Luncuran Gravitasi

Cara: Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan lengan ke depan bawah. Buang napas ketika turun dan ambil napas ketika naik. Ulangi tiga kali. Lakukan dengan posisi kaki berganti-ganti.

Manfaat: Mengaktifkan rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan kemampuan mengorganisasi dan meningkatkan energi.

6. Tombol Imbang

Tombol imbang dengan segera menyeimbangkan ketiga dimensi: kiri-kanan, atas-bawah, dan belakang depan. Tombol imbang terletak di belakang telinga, pada sebuah lekukan di batas rambut antara tengkorak dan tengkuk (4-5 cm ke kiri dan ke kanan dari garis tengah tulang belakang) dan persis di belakang tulang mastoid (Processus mastiodeus).

Cara: Sentuhkan dua jari ke belakang telinga, pada lekukan di belakang telinga sementara tangan satunya lagi menyentuh pusar selama ± 30 detik, lalu ganti dengan tangan yang satu untuk menyentuh Tombol Imbang yang lain.

Manfaat: memusatkan perhatian, berkonsentrasi, kepekaan indrawi untuk keseimbangan dan kesetimbangan (equilibrium).

7. Tombol Bumi

(43)

atau 4-6 kali tarikan napas penuh. Lakukan dengan benapas dengan perlahan dan dalam serta merasakan relaksasinya.

Manfaat: Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara vertikal dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca kolom dalam tabel), mengurangi kelelahan mental (stres), mengoptimalkan jenis pekerjaan seperti organisasi, perancangan seni, pembukuan.

8. Kait Relaks

Kait relaks menghubungkan lingkungan elektris di tubuh, dalam kaitannya dengan pemusatan perhatian dan kekacauan energi. Pikiran dan tubuh relaks bila energi mengalir lagi dengan baik di daerah yang semula mengalami ketegangan. Pola angka 8 untuk tangan dan kaki (bagian 1) mengikuti garis aliran energi tubuh. Sentuhan ujung jari berpasangan (bagian 2) menyeimbangkan dan menghubungkan kedua bagian otak.

(44)
(45)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2002). Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia.

Salah satu fenomena yang paling dirasakan oleh lansia adalah penurunan daya ingat atau lebih sering disebut dengan kepikunan. Namun penurunan ini dapat dicegah dengan terus membuat otak tetap aktif. Untuk mengatasi masalah ini, banyak hal yang dapat dilakukan oleh lansia. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencegah dan mengatasi kepikunan ini adalah dengan melakukan senam otak.

Senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana yang digunakan untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Dennison, 2008). Senam otak ini dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 2 bulan dengan durasi selama 15 30 menit.

(46)

Skema 1. Kerangka penelitian pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan

2. Definisi Konseptual 2.1 Daya Ingat

Sternberg (2008) mengungkapkan bahwa ingatan adalah cara-cara yang dengannya kita mempertahankan dan menarik pengalaman-pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini.

2.2 Senam Otak

Senam otak(Brain Gym)adalah serangkaian latihan gerak sederhana yang digunakan untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Dennison, 2008).

3. Definisi Operasional 3.1 Daya ingat

Daya ingat merupakan kemampuan yang dimiliki lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan untuk menyimpan setiap informasi yang didengar, dilihat, maupun dipelajari di dalam memori otaknya untuk kemudian

Test Awal (Pre-test) Daya ingat Lansia

Diberikan intervensi berupa senam otak

pada lansia

(47)

Daya ingat ini diukur dengan menggunakan lembar Mini-Mental State Examination (MMSE). MMSE menyediakan ukuran orientasi, registrasi (ingatan segera), perhatian dan perhitungan,recall, dan bahasa.

3.2 Senam Otak

(48)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimental dengan desain pra-pasca tes dalam satu kelompok (One Group Pretest-Postest) yaitu rancangan yang berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek yaitu kelompok intervensi tanpa kelompok kontrol. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia. Pada penelitian ini, intervensi yang dilakukan adalah pelatihan senam otak pada lansia.

Penelitian ini terdiri dari satu kelompok yang merupakan kelompok eksperimen yang diberikan intervensi berupa pelatihan senam otak kepada lansia. Pada kelompok diawali denganpre-testuntuk mengetahui sejauh mana daya ingat yang dimiliki oleh lansia sebelum diberikan senam otak. Kemudian dilakukan senam otak kepada lansia dan setelah itu akan dilakukan kembali post-test untuk mengetahui sejauh mana daya ingat lansia setelah diberikan senam otak. Pre-test

dan post-test dilakukan dengan menggunakan kuesioner Mini-Mental State

(49)

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang telah mengalami penurunan daya ingat di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan dengan jumlah 98 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Menurut Nursalam (2008), untuk besar populasi < 1000, maka penentuan besarnya sampel dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

n = perkiraan jumlah sampel N = perkiraan besar populasi

z = nilai standar normal untuk = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% q = 1 p (100% - p)

d = Tingkat kesalahan ynag dipilih (d = 0,05) Didapatlah nilai n:

(50)

2.3 Teknik Sampling

Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008).

Adapun kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lansia dengan usia > 60 tahun.

2. Tidak mengalami sakit mental seperti demensia Alzheimer, penyakit Parkinson, penyakit Huntington.

3. Mampu melakukan perhitungan sederhana. 4. Tidak mengalami gangguan fisik.

5. Tidak mengalami penyakit yang mengakibatkan lansia tidak dapat bergerak normal, misalnyastroke.

6. Bersedia mengikuti kegiatan senam otak selama 15-30 menit setiap 3 kali/minggu dalam waktu dua bulan tanpa henti sesuai jadwal dan bila tidak hadir bersedia untuk menggantinya pada hari lain, dan tidak melakukan senam otak di luar jadwal yang dikontrol peneliti.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(51)

otak. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari sampai Maret 2010.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara) dan persetujuan dari pimpinan Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan. Penelitian ini mempertimbangkan etik penelitian yaitu dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari wakil responden (Kepala Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan atau keluarga calon responden) kemudian peneliti memberi penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan prosedur pelaksanaan penelitian yaitu pelaksanaan senam otak. Wakil responden (Kepala Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan atau keluarga calon responden) dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Wakil responden yang tidak bersedia berhak untuk menolak. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga oleh peneliti dan data-data yang diperoleh dari responden hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Lembar persetujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1.

5. Instrumen Penelitian 5.1 Data Demografi

(52)

pengobatan yang dilakukan. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data demografi ini dapat dilihat pada lampiran 5.

5.2 Kuesioner Tes Ingatan

Untuk mengukur daya ingat responden, peneliti memberikan lembar tes ingatan kepada responden. Lembar tes ingatan ini menggunakan instrumen Mini Mental State Examination (MMSE). Pengujian ini telah disahihkan di dalam sejumlah populasi. Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) menyediakan ukuran orientasi, registrasi (ingatan segera), perhatian dan perhitungan, recall, dan bahasa. Skor maksimal untuk tes orientasi 10 poin, untuk tes registrasi 3 poin, tes perhatian dan perhitungan 5 poin, tes recall 3 poin, dan tes kemampuan bahasa 9 poin. Jumlah skor seluruhnya adalah 30 poin. Skor 25 30 termasuk kategori ingatan normal; skor 18 24 mengindikasikan adanya kerusakan ingatan ringan sampai kerusakan ingatan sedang; skor 17 atau di bawahnya mengindikasikan kerusakan ingatan berat. Kuesioner Mini Mental State Examination(MMSE) dapat dilihat pada lampiran 6.

6. Alat dan Bahan

(53)

7. Prosedur Pengumpulan Data

(54)

selama 1 minggu karena peneliti memerlukan waktu untuk melakukan pendekatan kembali dengan responden. Setelah dilakukan pendekatan kembali dengan responden, akhirnya responden yang mengikuti kegiatan senam bertambah kembali jumlahnya menjadi 9 orang. Dan oleh karena adanya kesepakatan kepada pihak panti untuk melaksanakan pada pagi hari dan adanya ketidaksesuaian teknis pelaksanaan dengan waktu yang telah ditentukan, maka akhirnya ketika memasuki bulan kedua kegiatan senam otak hanya dilakukan selama 2 kali dalam seminggu. Oleh sebab itu, untuk mencapai jumlah sebanyak 24 kali senam, maka diperlukan penambahan waktu dimana seharusnya kegiatan senam otak hanya dilakukan selama 2 bulan akhirnya kegiatan ini berlangsung selama 3 bulan. Kegiatan senam otak ini dilakukan di salah satu ruangan yang ada di Panti Werdha Karya Kasih. Di hari terakhir penelitian yaitu pada minggu yang terakhir, peneliti memberikan kembali kuesioner Mini-Mental State Examination (MMSE). Melalui kuesioner yang kedua ini dilihat pengaruh senam otak yang telah dilakukan selama 3 bulan terhadap peningkatan daya ingat lansia.

8. Analisa Data

(55)

hipotesa penelitian sehingga diketahui pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputer SPSS versi 17. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data demografi responden di mana data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan statistik inferensial yang digunakan untuk menganalisis perbedaan daya ingat antara pre dan post senam otak adalah uji statistik Paired T-Test . Paired t-test digunakan untuk membandingkan daya ingat lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam otak pada responden. Uji ini biasanya melibatkan pengukuran pada suatu variabel atas pengaruh atau perlakuan tertentu (Trihendradi, 2005). Sebelum dan sesudah pelatihan diberikan, variabel tersebut (daya ingat lansia) diukur, apakah terjadi perubahan yang signifikan atau tidak pada variabel dependen (daya ingat lansia). Uji paired t-test digunakan apabila data berdistribusi normal, namun bila datanya tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji Wilcoxon (Dahlan, 2008).

Menurut Dahlan (2008) dari kedua uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian. Peluang hasil penelitian selanjutnya akan dianalisa dengan membandingkannya dengan nilai alpha ( =0.05). Maka kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha ( = 0.05), maka ketentuannya:

(56)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Panti Werdha Karya Kasih Mongosidi mulai dari tanggal 13 Januari 2010 sampai 29 Maret 2010. Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, skor daya ingat responden pre dan postdilakukan senam otak, dan perbedaan daya ingat pre danpost dilakukan senam otak.

1.1 Karakteristik Demografi Responden

Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, suku bangsa, penyakit yang diderita, lama menderita penyakit, dan pengobatan yang dilakukan. Data ini diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan responden dan dari Kepala Panti Werdha Karya kasih Mongonsidi Medan.

(57)

responden berada pada rentang usia 60 80 tahun yang merupakan usia lanjut (Mean=74.22, SD=6.220), dengan usia minimal 65 tahun dan usia maksimal 80 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir pada jenjang Sekolah Menengah Atas (44.4% ; n=4).

Berdasarkan suku bangsanya, sebagian besar responden dalam penelitian ini merupakan suku bangsa Cina (77.8% ; n=7). Adapun penyakit yang diderita oleh sebagian besar responden adalah penyakit hipertensi (55.6 % ; n=5) dan hanya ada 1 orang responden yang tidak menderita penyakit apapun (11.1%). Sebagian besar responden ini sudah menderita penyakit selama 1 5 tahun (44.4% ; n=4). Responden dalam penelitian ini rutin menjalani pengobatan sesuai dengan penyakit yang dideritanya untuk mempertahankan kesehatan jasmaninya (77.8 % ; n=7). Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.

(58)

Sekolah Menengah Atas

1.2 Daya Ingat RespondenPredanPost Senam Otak

Responden diukur daya ingatnya dengan menggunakan kuesioner Mini

Mental State Examination (MMSE). MMSE menyediakan ukuran orientasi,

(59)

skor 18 24 mengindikasikan adanya kerusakan ingatan ringan sampai kerusakan ingatan sedang; skor 17 atau dibawahnya mengindikasikan adanya kerusakan ingatan berat. Kemudian hasil pengukuran kemampuan daya ingat responden tersebut dicatat dalam kuesioner dan dihitung jumlah keseluruhannya.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Daya Ingat RespondenPredanPostSenam Otak Sampel

<17 = kerusakan ingatan berat

18 24 = kerusakan ingatan ringan sampai kerusakan ingatan sedang >24 = ingatan normal

Dari hasil pengukuran daya ingat dengan menggunakan kuesioner Mini

Mental State Examination (MMSE) sebelum dilakukan senam otak pada 9 orang

(60)

n=2). Setelah dilakukan senam otak, diperoleh hasil bahwa dari 9 orang responden yang mengikuti senam otak terdapat peningkatan jumlah responden dengan kategori ingatan normal pada responden (55.6%, n=5), terjadi penurunan jumlah responden dengan kategori kerusakan ingatan ringan sampai berat (44.4%, n=4), serta tidak ada responden dengan kategori kerusakan ingatan berat. Dari tabel 3 juga didapat nilai rata-rata skor pre-test dilakukan senam otak adalah 22.56 dengan standar deviasi= 3.283 dan skor post-test dilakukan senam otak adalah 25.00 dengan standar deviasi= 1.871.

1.3 Perbedaan Daya Ingat RespondenPredanPostSenam Otak

(61)

Tabel 4.Paired sample t-testuntuk menguji perbedaan daya ingatpredan postdilakukan senam otak pada responden

Paired Differences

Mean DeviationStd. ErrorStd. Mean

95% Confidence Interval of The Difference

Lower Upper t df (2-tailed)Sig. Pair 1 Skor pre test

skor post test -2.444 1.878 .626 -3.888 -1.001 -3.904 8 .005

Dari hasil uji paired t-testini diperoleh nilai t= -3.904,mean difference = -2.444 dan nilai p= 0.005,. Nilai t hitung (-3.904) menunjukkan bahwa nilai t negatif, hal ini berarti skor pre-test senam otak lebih kecil dari skor post-test senam otak. Dan diperoleh nilai mean difference = -2.444 dengan level of

significance = 0.005, hal ini menunjukkan bahwa daya ingat responden sebelum

dan sesudah intervensi memiliki perbedaan yang bermakna (p<0.05). Dari hasil tersebut maka diketahui bahwa senam otak efektif meningkatkan daya ingat lansia.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menjawab mengenai pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia.

(62)

hipertensi dan setelah dilakukan pengukuran daya ingat diketahui bahwa responden yang mengalami penyakit hipertensi tersebut tergolong ke dalam kategori kerusakan ingatan ringan sampai sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Nelson (2008) bahwa seseorang akan mengalami kerusakan ingatan bila seseorang tersebut memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang lain yang normal. Hipertensi diketahui mengganggu ingatan dengan merusak pembuluh darah kecil yang bermuara pada materi putih pada otak yaitu kumpulan akson yang mengirimkan pesan ke seluruh otak dan sistem saraf pusat. Penelitian menunjukkan bahwa hipertensi yang tidak ditangani dengan baik dapat menjadi awal dari demensia.

Penurunan daya ingat yang terkait dengan penuaan bukanlah penyakit namun lebih merupakan akibat dari perubahan struktur dan fungsi otak yang normal terjadi selama penuaan. Perubahan ini mempengaruhi seberapa baik seseorang berkonsentrasi, seberapa cepat seseorang memproses suatu informasi, seberapa efektif seseorang menyimpan ingatan, dan seberapa mudah seseorang mengeluarkan ingatan tersebut. Efek-efek tersebut menjadi sangat tampak pada sekitar usia 50 tahunan (Nelson, 2008). Menurut Stanley & Beare (2007), memori mungkin berubah dalam proses penuaan. Pada umumnya, memori untuk kejadian masa lalu lebih banyak diretensi dan lebih banyak diingat daripada informasi yang baru.

(63)

bahwa secara signifikan terjadi peningkatan daya ingat responden. Hal ini didukung oleh pendapat Church (2007) bahwa peneliti-peneliti mengetahui bahwa gerakan merupakan hal yang penting untuk memacu perkembangan otak. Gerakan membantu dalam membangun hubungan antar sel otak, mengembangkan jaringan saraf dari otak besar (cerebellum) ke batang otak (brain stem) di sepanjanglimbic system dan di neocortex dan akhirnya sampai ke cortex bagian prefrontal (Church,2007). Kemampuan belajar paling tinggi tercapai jika kedua belah otak, dua mata, dan dua telinga aktif serta bisa bekerja sama dengan baik. Selain itu, gerak badan juga terkoordinasi dan seimbang. Pertemuan gerakan yang menyilang ini merupakan pusat dari senam otak (Elen, 2007).

Otak adalah pusat berpikir. emosi, konsentrasi, dan semua kondisi stres yang terjadi bisa berakar dari keseimbangan otak (Elen, 2007). Gerakan senam otak bisa membantu menyeimbangkan kedua belahan otak, mempertajam konsentrasi, bahkan meningkatkan kepercayaan diri (Church, 2007). Seperti halnya senam pada umumnya, dasar dari senam otak adalah gerakan. Akan tetapi gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam otak memiliki ritme yang cenderung lambat dan memiliki fungsi atau tujuan tertentu, seperti meningkatkan konsentrasi, meredakan ketegangan otot (relaksasi), dan mempertajam daya ingat. Senam otak (brain gym) bukanlah terapi, melainkan metode untuk membantu mengakses potensi otak. Prinsip dasarnya adalah bagaimana bergerak mampu menstimulasi otak (Elen, 2007).

(64)
(65)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran daya ingat dengan menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE), diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil pengukuran daya ingat responden sebelum dan sesudah dilakukan senam otak (sebelum dilakukan senam otak: Mean=22.56; Std.Deviasi=3.283. Setelah dilakukan senam otak: Mean=25.00; Std.Deviasi=1.871).

Berdasarkan hasil uji paired t-testterdapat perbedaan yang bermakna pada responden sebelum dan sesudah melakukan senam otak dengan nilai p<0,05 yaitu 0,005. Dari hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia.

2. Saran

2.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang baru dalam penekanan materi untuk meningkatkan kemampuan fisik lansia dalam mengingat yang mulai mengalami penurunan di usia tua.

2.2 Praktek Keperawatan

(66)

otak ini di masyarakat dan mengembangkan senam otak ini serta mengajarkannya kepada lansia yang ada di komunitas sehingga lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

2.3 Penelitian Selanjutnya

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Arifah, Ema Nur. (2008). Mencegah Kepikunan dengan Senam Otak. Diakses

pada tanggal 6 September 2009 dari

http://bandung.detik.com/read/2008/10/10/082857/1018020/486/mencegah -kepikunan-dengan-senam-otak

Dempsey, Patricia & Arthur Dempsey. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar & Latihan.Edisi 4. Jakarta : EGC

Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Jakarta: Salemba Medika

Dennison, Paul E., Gail E. Dennison. (2008).Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak. Jakarta: Grasindo

Doerflinger, Deirdre. (2007).Comparison of Other Brief Tools Used to Screen for Cognitive Impairment. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2009 dari http://ajn@wolterskluwer.com

Fianti, Atiko. (2007).Brain gym (Senam Otak). Diakses pada tanggal 8 September 2009 dari http://atikofianti.wordpress.com/2007/12/05/health-brain-gym-senam-otak/

Guyton, Arthur & John E. Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC

Maryam, Siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Nelson, Aaron. (2008). Mencegah Kepikunan: Nasihat dari Para Dokter di Harvard untuk Anda!. Jakarta: Gramedia

(68)

Nugroho, Wahyu. (2000).Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC

Nugroho, Wahyu. (2008).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Rovner & Folstein. (1987). Mini-Mental State Examination (MMSE). Diakses

pada tanggal 28 Oktober 2009 dari

http://www.medicine.uiowa.edu/igec/tools/cognitive/MMSE.pdf

Sastroasmoro, Sudigdo & Sofyan Ismael. (1995). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kinis. Jakarta: Binarupa Aksara

Setiadi. (2007).Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Stanley, Mickey & Patricia G. Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi Kedua. Jakarta: EGC

Sternberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif. Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tammase, Jumraini. (2009). Lakukan senam otak. Diakses pada tanggal 6

September 2009 dari

http://www.fajar.co.id/koran/1245348270FAJAR.UTM_19_7.pdf

Thomas, Huw. (2009). Mini mental state Examination (MMSE). Diakses pada tanggal 28 Oktober 2009 dari http://www.patient.co.uk/doctor/Mini-Mental-State-Examination-%28MMSE%29.htm

(69)

Watson, Roger. (2003). Perawatan pada Lansia (Caring for Elderly People). Jakarta: EGC

Yatim, Faisal. (2003). Pikun (Demensia), Penyakit Alzheimer, dan Sejenisnya: Bagaimana Cara Menghindarinya. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Yulianto, Agus. (2008). Senam Otak Cegah Pikun. Diakses pada tanggal 11

September 2009 dari

(70)
(71)

Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan

Oleh

Paula Angelina Situmorang NIM 061101072

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Ingin melakukan penelitian di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia. Penelitian ini bermanfaat untuk membantu lansia untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengingat.

Pada lansia akan dilakukan senam otak yaitu serangkaian latihan gerak sederhana yang tidak agresif yang menuntut kesinergisan gerakan anggota tubuh sebelah kiri dan kanan yang terdiri dari 8 gerakan inti. Senam ini akan dilakukan dalam waktu 15-30 menit dengan frekuensi 3 kali setiap minggu selama 2 bulan.

(72)

lansia sebagai responden dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menyetujui pelaksanan penelitian yang akan dilakukan di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan atau menolak pelaksanaan penelitian ini tanpa ada sanksi apapun. Jika Ibu menyetujuinya, silahkan Ibu menandatangani formulir persetujuan ini.

Medan, Januari 2010 Responden

(73)

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Responden

Saya telah diminta untuk berperan dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan . Oleh peneliti, saya diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab kuesioner penelitian.

Peneliti telah menjelaskan tentang hal-hal yang menyangkut penelitian, yaitu judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikis. Saya telah mengerti semua penjelasan yang diberikan oleh peneliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan.

Saya mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau paksaan. Adapun catatan mengenai data responden akan dirahasiakan dan peneliti akan memusnahkan instrumen penelitian setelah proses pengumpulan data selesai.

Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya sebagai wakil responden bersedia berperan serta sebagai responden dalam penelitian ini.

Responden

(74)

Lampiran 4

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

1. Persiapan Proposal

Biaya kertas dan print proposal Rp. 50.000,-Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000,-Fotocopy perbanyak proposal Rp.

50.000,-Sidang Proposal Rp.

45.000,-2. Pengumpulan Data

Izin penelitian Rp.

200.000,-Transportasi Rp.

200.000,-Penggandaan Kuesioner Rp.

80.000,-3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

Biaya kertas dan print Rp.

100.000,-Penjilidan Rp.

150.000,-Penggandaan laporan penelitian Rp.

50.000,-4. Biaya tak terduga Rp.

(75)

1.125.000,-Lampiran 5 KUESIONER DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

1. Nomor responden :

2. Jenis kelamin : Pria Wanita

3. Usia : . Tahun

4. Pendidikan terakhir : Tidak sekolah Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi

5. Suku bangsa :

6. Penyakit yang diderita:

7. Berapa lama :

(76)

Lampiran 6 KuesionerMini-Mental State Examination(MMSE)

Instruksi: Tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam tabel. Untuk setiap jawaban yang dijawab dengan benar diberi skor satu poin.

Skor maksimum Skor Responden Pertanyaan

5 Tahun Berapa Sekarang? Musim apa? Tanggal? Hari

apa? Bulan apa?

5 Sedang ada di manakah kita sekarang: Negara? Kota?

Nama tempat? Ruang apa? Lantai berapa?

3 Peneliti menyebutkan tiga buah benda yang tidak berhubungan, tiap satu benda disebutkan dalam waktu satu detik. Kemudian peneliti meminta responden menyebutkan ketiga benda tersebut kembali. Tiap benda yang dapat disebutkan dengan benar oleh responden diberikan nilai satu poin. Apabila responden tidak dapat menyebutkan dengan benar ketiga benda tersebut, hal ini dapat diulangi sebanyak enam kali.

Bila responden sudah melewati tahap ini, minta responden untuk mengingat ketiga kata tersebut karena akan ditanya kan kembali.

5 Saya ingin Anda menghitung mundur mulai dari

angka 100. Namun tiap angka yang Anda sebutkan tersebut harus sudah dikurangi 7.

Alternatif lain: Mengeja kata DUNIA dari belakang. (A-I-N-U-D)

3 Sekarang coba sebutkan tiga benda yang tadi sudah

(77)

jam tangan dan pensil, lalu minta responden untuk menyebutkan nama benda tersebut.

1 Coba ulangi frase ini: tidak jika, dan, akan tetapi.

3 Berikan responden selembar kertas, kemudian katakan

Ambil kertas yang ada di depan Anda dengan tangan kanan Anda, lipat menjadi dua, dan letakkan di lantai.

1 Coba baca kalimat ini sambil melakukan apa yang tertulis.

(Instruksi yang tertulis pejamkan mata anda ).

1 Tolong tuliskan sebuah kalimat tentang sesuatu.

(Kalimat ini harus mengandung subjek dan kata kerja yang masuk akal).

1 Tolong gambarkan kembali gambar ini. (Peneliti

memberikan selembar kertas kosong dan meminta responden menggambarkan gambar yang dimaksud. Kesepuluh sisi gambar harus tergambar dan keduanya saling memotong).

(78)

Lampiran 7 Dummy Table

Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia d Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan

Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan data Demografi Responden

(N = orang)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Usia

Mean: ; SD:

Tingkat Pendidikan Suku bangsa

Penyakit yang Diderita

Tabel Uji paired t-test, orientasi, registrasi, perhatian dan keputusan, recall, dan bahasa pada lansia yang diberikan senam otak di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan dari bulan Januari sampai Februari 2010

Daya Ingat Lansia Skor Persentase (%)

(79)

Lampiran 8 PROSEDUR PANDUAN PELAKSANAAN SENAM OTAK PADA LANSIA

DI PANTI WERDA KARYA KASIH MONGONSIDI MEDAN 1. Lansia dalam keadaan rileks. Musik terdengar mengalun dariaudio player. 2. Gerakan I:

Lansia dalam posisi berdiri. Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan, seperti pada gerakan jalan di tempat, dapat pula dilakukan sambil menyentuhkan tiap tangan ke lutut yang berlawanan secara bergantian. Gerakan ini dilakukan selama 1 menit.

3. Gerakan II:

Duduk di lantai. Posisi tangan ke belakang, menumpu ke lantai dengan siku di tekuk. Angkat kaki sedikit lalu oleng-olengkan pinggul ke kiri dan ke kanan dengan rileks. Bila tidak dapat melakukan di lantai, dapat dilakukan dengan menggunakan kursi, dengan cara berpegangan pada sisi-sisi kursi atau lengan-lengannya untuk menyangga badan sewaktu mengangkat kaki dan bergoyang. Gerakan ini dilakukan sebanyak 6 kali hitungan.

4. Gerakan III:

Gambar

Tabel 1. Perbandingan dari Tiap Alat yang Digunakan untuk Screen
Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden
Tabel 3. Hasil Pengukuran Daya Ingat Responden Pre dan Post Senam Otak
Tabel 4. Paired sample t-test untuk menguji perbedaan daya ingat pre dan

Referensi

Dokumen terkait

SDN 15 t'ulau krmbang+meubteir Si*pan8 hilir 242.OOO.OOO Bangunan norr pemmahan 3 Penambahan ruang kelas sekalah. SDN la Lrrbuk

Permasalahan dalam Laporan Akhir ini yaitu peran media periklanan dan media periklanan apa yang efektif dalam pembelian mobil truk.. Metode yang digunakan dalam penelitian

The syntax for creating the Raphael object, which is the base for all other Raphael methods and functions, is as follows:.. var raphaelObj

This chapter presents literature review of pempek, squid, tapioca, salt, water, the recipe for making pempek, and tips how to make delicious pempek.. Pempek is made of sago flour

bahwa besaran gaji pokok Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai

Dengan menggunakan perspektif Balanced Scorecard dalam menterjemahkan visi, misi ke dalam strategi PTS X, maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajemen

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ragam dan karakteristik pohon pakan dan pohon tidur serta pola penggunaan ruang pada kedua jenis pohon tersebut, serta

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh empat bulan September tahun dua ribu dua belas pukul 16.30 Wib, kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pertanian Kabupaten Nias yang