• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Publik Tentang Bahaya Asap Rokok (Studi Deskriptif tentang opini para pekerja dan pengunjung Diskotik Millenium Three Thamrin Plaza Medan mengenai bahaya asap rokok).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Opini Publik Tentang Bahaya Asap Rokok (Studi Deskriptif tentang opini para pekerja dan pengunjung Diskotik Millenium Three Thamrin Plaza Medan mengenai bahaya asap rokok)."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

OPINI PUBLIK TENTANG BAHAYA ASAP ROKOK

(Studi Deskriptif tentang opini para pekerja dan pengunjung

Diskotik Millenium Three Thamrin Plaza Medan mengenai bahaya

asap rokok)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

DIAJUKAN :

O

L

E

H

BOBBY JOHARI

060922061

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : BOBBY JOHARI

Nim : 060922061

Departemen : Ilmu Komunikasi Ekstension

Judul : OPINI PUBLIK TENTANG BAHAYA ASAP ROKOK

(Studi Deskriptif tentang opini para pekerja dan pengunjung Diskotik Millenium Three Thamrin Plaza Medan mengenai bahaya asap rokok)

Medan, Juni 2008

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A Drs. Amir Purba, M.A

NIP. 131.654.103 NIP.131.654.104

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A

(3)

ABSTRAKSI

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt atas anugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Opini Publik Tentang Bahaya Asap Rokok”.

Penulisan skripsi ini merupakan hasil terbaik yang telah dilakukan penulis selama di bangku perkuliahan. Dengan penuh kerja keras dan pengorbanan serta harapan, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik berupa bimbingan maupun pengarahan, oleh karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr.M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara .

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah

sabar membimbing selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.

4. Ibu Emelia Ramadhani, S.Sos, selaku dosen wali.

(5)

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda Ki Agus Usmansyah dan Ibunda Mastiah Simbolon atas segala kasih sayang, perhatian, dukungan, serta doa yang tak habisnya kepada penulis.

7. Untuk kakakku yang tersayang Kak Nora, Kak Viva, Bang Akbar atas semangat dan dukungan baik moril serta materil kepadaku selama ini.

8. Untuk seseorang yang jauh di mata dan selalu di hati “Techi”, makasih ya atas kebersamaan yang pernah kita lewati.

9. Bapak Yanto Wijaya sebagai General Manager diskotik Millenium Three Thamrin Plaza yang telah memberikan izin buat penelis mengadakan penelitian.

10. Untuk K’Icut, K’Ros, Maya, Goi, Rotua yang ikut memperlancar pengerjaan skripsi.

11. Buat teman-temanku ilmu komunikasi ekstensi stambuk ’06, Wina, Rina, Trio “kwek-kwek” Christina, Rizal, Rotua serta teman-teman yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah menemaniku dalam suka maupun duka selama dua tahun di bangku kuliah.

12. Spesial thanks buat teman karokean Asri, Dian, Rita, Ine, Edo, Kucing Garong (Molen), Nidjiholic (Tafa Urbach), Koche’, Trie, Said, Barmen, Dedy, Yahmen, Fachrul dan Stret (Dani).

Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Juni 2008

(6)

DAFTAR ISI

1.6.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 9

1.6.2 Teori Dissonansi Kognitif ………. ... 10

1.6.3 Teori S-O-R ………. ... 11

1.6.4 Komunikasi Antar Pribadi ……… ... 13

1.6.5 Opini dan Opini Publik ………. ... 14

1.7 Kerangka Konsep……… ... 16

1.8 Model Teoritis ... 17

1.9 Operasionalisasi Variabel ... 18

1.10 Definisi Operasional ... 19

1.11 Sistematika Penulisan ……….. .... 21

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa………. 23

2.2.1 Proses Pencegahan Tentang Bahaya Asap Rokok ... 51

2.2.2 Pengukuran Konsentrasi Karbon Monoksida / Asap Rokok ... 53

2.3 Teori Dissonansi Kognitif ... 54

2.3.1 Pengertian dan Proses Dissonansi Kognitif ... 54

2.4 Teori S-O-R ... 56

(7)

2.5.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 72

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Usia Responden ... 81

Tabel 2 Jenis Kelamin Responden ... 82

Tabel 3 Pendidikan Responden ... 83

Tabel 4 Status Perkawinan Responden ... 83

Tabel 5 Penghasilan Responden Per Bulan ... 84

Tabel 6 Pekerjaan Responden ... 85

Tabel 7 Pengenalan Responden Tentang Rokok ... 86

Tabel 8 Perihal Responden Merokok ... 86

Tabel 9 Kunjungan Responden ke Diskotik ... 87

Tabel 10 Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Asap Rokok ... 88

Tabel 11 Sumber Informasi Bagi Responden Tentang Bahaya Asap Rokok .. 88

Tabel 12 Pengetahuan Responden Tentang Penyakit yang Ditimbulkan Oleh Asap Rokok ... 89

Tabel 13 Perhatian Responden Tentang Asap Rokok di Diskotik ... 90

Tabel 14 Bahaya Asap Rokok Selama Berada di Diskotik ... 91

Tabel 15 Informasi Tentang Bahaya Asap Rokok dari Pemerintah ... 91

Tabel 16 Gangguan Kesehatan Responden ... 92

Tabel 17 Pengertian Responden Tentang Pesan Dari Bahaya Asap Rokok .... 93

Tabel 18 Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Asap Rokok Bagi Orang Lain Yang Tidak Merokok... 93

Tabel 19 Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Asap Rokok Bagi Orang Lain ... ... 94

Tabel 20 Keyakinan Responden Tentang Bahaya Asap Rokok ... 95

Tabel 21 Pengetahuan Responden Terhadap Masyarakat Umum Dengan Adanya Informasi Akibat Bahaya Asap Rokok ... 95

Tabel 22 Penyesalan Responden Waktu Merokok ... 96

Tabel 23 Keinginan Responden Untuk Datang Lagi ke Diskotik ... 97

Tabel 24 Manfaat Dari Informasi Bahaya Asap Rokok ... 98

Tabel 25 Informasi Tentang Bahaya Asap Rokok Yang Gencar Dilakukan ... 98

Tabel 26 Pesan Tentang Bahaya Asap Rokok Terhadap Masyarakat ... 99

Tabel 27 Sumber Lain Yang Menginformasikan Tentang Bahaya Asap Rokok Selain Media Massa ... 100

Tabel 28 Kejelasan Informasi Tentang Bahaya Asap Rokok ... 100

Tabel 29 Motivasi Untuk Tidak Merokok Lagi ... 101

Tabel 30 Ketertarikan Informasi Bahaya Asap Rokok ... 102

Tabel 31 Keefektifan Penyampaian Informasi Bahaya Asap Rokok ... 102

(9)

LAMPIRAN

1. Biodata 2. Kuesioner

3. Tabel Fotron Cobol 4. Surat Penelitian

5. Surat Keterangan Penelitian

(10)

ABSTRAKSI

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan yang semakin kompleks, persaingan bisnis yang ketat, problema hidup dan aspek sosial lainnya menyebabkan sebagian orang menganggap diskotik merupakan sarana hiburan yang dapat menghilangkan stress meskipun bersifat sementara, ini terbukti dengan menjamurnya diskotik di kota-kota besar sekarang ini, disamping sebagai sarana hiburan diskotik juga merupakan salah satu sarana penunjang yang harus dipertahankan dalam meningkatkan bisnis pariwisata.

Menurut data resmi dari Dinas Pariwisata pada tahun 2008 di Medan terdapat 10 buah diskotik, 6 buah Klab malam, yang tampaknya akan terus bertambah, dan dari pengamatan penulis pada survei awal, ke enam buah Klab malam tersebut juga berfungsi sebagai diskotik, dimana pada setiap diskotik diperkirakan mempekerjakan sebanyak 50-70 orang, yang terdiri dari Disk Jockey, bartender, waiter, pengamanan dan pegawai administrasi.

Adapun salah salah satu diskotik tersebut yakni diskotik Millenium Three Thamrin Plaza Medan dikarenakan peneliti melihat pengunjungnya yang banyak disebabkan tiket masuk yang dapat terjangkau oleh masyarakat yakni seharga 30 ribu rupiah/orang dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2007 di Medan menyatakan kalau asap rokok yang

(12)

memenuhi ruangan diskotik tampaknya telah melewati ambang batas, yakni kekentalannya sekitar 85%, ini terbukti dengan pekatnya asap rokok yang dapat terlihat dengan kasat mata dan bau asap rokok yang melekat pada pakaian saat dilakukan survei awal. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi asap rokok dalam diskotik sebagai ruangan tertutup adalah peralatan Envirocheck I Single Gas Monitor Serial Number QT 5120003, buatan Amerika, dengan ukuran 7 x 12 cm, berat 0,5 kg, daya 9 volt dan satuannya ppm (part per million). Tidak dapat dipungkiri bahwa diskotik merupakan gudang asap rokok yang terbesar dibandingkan dengan industri lainnya karena didalam diskotik pengunjung bebas merokok sepuasnya, sebanyak mungkin dengan jenis rokok yang berbeda-beda sehingga dapat dikatakan bahwa asap rokok merupakan salah satu komponen yang ditemukan didalam ruangan diskotik, bahkan dengan kasat matapun dapat dilihat betapa pekatnya asap rokok itu dibawah terpaan lampu diskotik yang gemerlapan dan bau asap rokok itu dapat tetap melekat dipakaian meskipun telah keluar dari lingkungan diskotik. Asap rokok yang terserap di pakaian yang baunya menetap selama 24 hingga 48 jam dapat diperkirakan bahwa penyerapan juga terjadi dipermukaan paru-paru sebesar diatas 100 meter persegi. (Gale, 1999 : 38) (http://www.people.enternet.com).

(13)

Banyak sekali penelitian mengenai efek kesehatan terhadap tenaga kerja di industri-industri besar di Indonesia namun tenaga kerja di diskotik yang sudah pasti terpapar dengan asap rokok tampaknya terlupakan dan harus disadari bahwa meskipun jumlah pekerja di diskotik jauh lebih kecil dibandingkan dengan pekerja industri-industri besar tapi tenaga kerja di diskotik juga merupakan komunitas tenaga kerja pada umumnya yang juga memiliki hak untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan kerja yang sebaik-baiknya dan ini merupakan suatu opini atau pendapat yang dapat dikaitkan untuk kesehatan bagi pekerja dan pengunjung diskotik pada khususnya.

Adapun penelitian yang telah dilakukan dan memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara penurunan fungsi paru dengan orang yang terpapar asap rokok (perokok pasif), antara lain seperti penelitian yang ditulis oleh National Health and Medical Research Council (NHMRC), 1997 yaitu suatu penelitian yang melibatkan 20 orang wanita dan 20 orang laki-laki dewasa, berumur antara 18–30 tahun, tidak menderita penyakit Asma, diberikan asap rokok melalui suatu mesin dalam suatu ruangan tanpa ventilasi selama 2 jam dan hari yang berselang seling, diperoleh penurunan fungsi paru yang bermakna. (http://www.health.gov.au/nhmrc/advice/nhmrc/chap4/index.htm).

(14)

Pada mulanya rokok tidak menawarkan kenikmatan, tetapi rokok tersebut tetap bertahan untuk diminati dan dikonsumsi hingga rokok itu menjadi sejenis candu bagi sipemakainya. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Apakah ada tujuan, maksud, keyakinan atau ide-ide dalam pemikiran sipemakai rokok sehingga aktivitas merokok itu memberikan atau mempunyai makna tertentu. Hal inilah yang menjadikan adanya suatu asumsi bagi peneliti.

Menurut Nuraini Juliastuti, seorang pemerhati kesehatan mengatakan bahwa merokok merupakan satu jenis pilihan aktivitas popular. Pemaknaan awal yang menyebabkan seseorang melakukan pilihan merokok dan membuat rokok menjadi sesuatu yang menggairahkan bisa bermacam-macam dan bersifat pribadi. (www.kunci.or.id/teks/0607tub.htm).

(15)

peringatan tersebut selalu ada tertulis. Peringatan tersebut merupakan informasi dan himbauan kesehatan kepada masyarakat bahwa merokok itu benar-benar tidak sehat. Seperti adanya opini publik di acara televisi, radio yang menayangkan tentang bahaya merokok, yakni : “Saya sebelumnya tidak merokok atau bisa dikatakan perokok pasif. Saya sering sekali melihat peringatan bahwa adanya larangan merokok, tapi sewaktu melihat banyak teman-teman saya yang merokok tapi tidak apa-apa, saya jadi tidak takut dan menanggapinya biasa-biasa saja. Lagi pula saya berpikir waktu itu kalau memang rokok berbahaya buat kesehatan lantas kenapa tetap dijual bebas?”.

Pengaruh rokok sangat buruk kedepannya bagi kesehatan. Apabila racun rokok itu memasuki tubuh manusia maka akan membawa kerusakan pada setiap organ disepanjang laluannya, yaitu bermula dari hidung, mulut, tenggorokan, saluran pernafasan, paru-paru, saluran darah, jantung, organ pembiakan, dan sampai ke saluran kencing, apabila sebagian dari racun-racun itu dikeluarkan dari badan. (http://www.rcentre.utm.my/articles.php?id=64).

Hal inilah yang menjadikan adanya suatu keprihatinan peneliti terhadap kesehatan untuk masyarakat, khususnya dalam hal merokok, seperti yang telah diterapkan di Jakarta dalam Perda No. 2 dan 75 Tahun 2005 mengenai larangan merokok di tempat umum. (Harian Global, 29 November 2007).

(16)

menyebabkan kematian walaupun dampak atau efek yang dihasilkan adalah lama, yaitu dalam hitungan tahun atau bahkan puluhan tahun. Adanya tenggang waktu inilah yang membuat para pengguna rokok cenderung tidak waspada atau tidak merasa takut dan bahkan ada yang bersikap acuh terhadap bahaya penyakit tersebut, karena menurut mereka selama penyakit tersebut belum menjangkit dirinya maka selama itu pulalah mereka mungkin akan tetap mengkonsumsinya.

Locken, seorang pemerhati rokok menyatakan bahwa keputusan seseorang merokok atau tidak secara keseluruhan dapat merupakan kombinasi dari berbagai keyakinan akan akibat-akibat tingkah laku merokok, baik yang bersifat positif maupun negatif. Akibat positif tersebut dapat berupa : mengurangi stress, memudahkan dalam berinteraksi, membawa ke arah penerimaan kelompok teman sebaya, memberi kesibukan, relaksasi, menolong untuk berkonsentrasi dan sebagainya. Akibat negatif seperti : mengganggu orang lain, meningkatkan ketergantungan pada rokok, penyebab pernafasan buruk, meningkatkan kemungkinan terkena kanker, bau tidak enak dan sebagainya. Bagi individu tertentu, misalnya seorang perokok, akibat-akibat yang bersifat positif cenderung menutupi akibat-akibat yang bersifat negatif. Sebaliknya bagi individu yang tidak merokok, akibat yang bersifat negatif dapat meniadakan segala akibat-akibat yang positif. (http://www.mail-archive.com/dokter@yahoogroups.com).

(17)

komponen itu berbentuk gas seperti CO (karbon monoksida) dan partikel zat padat, terutama tar dan nikotin. Tar merupakan penyebab kanker, sedangkan nikotin menyebabkan adanya suatu ketergantungan atau bersifat adiktif. (http://www.qss.org/articles/smoking.html%20).

Untuk itulah opini publik sangat diharapkan karena bertujuan untuk memasyarakatkan kesehatan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : ”bagaimana opini publik tentang bahaya asap rokok di diskotik Millenium Three Thamrin Plaza Medan?”.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka penulis merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih jelas dan spesifik. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Fokus penelitian ini adalah opini para pekerja dan pengunjung di diskotik

Millenium Three Thamrin Plaza Medan, yang berada di JL. Thamrin no. 75R Medan tentang bahaya asap rokok.

2. Penelitian ini bersifat deskriptif, yakni hanya berisi situasi atau peristiwa penelitian dan tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesa, atau membuat prediksi.

(18)

1.4 Tujuan Penelitian

1). Untuk mendapatkan informasi tentang bahaya asap rokok.

2) Untuk mengetahui pengetahuan para pekerja dan pengunjung tentang bahaya asap rokok.

3). Untuk mengetahui opini para pekerja dan pengunjung diskotik Millenium Three Thamrin Plaza Medan tentang bahaya asap rokok.

1.5 Manfaat Penelitian

1). Secara akademis, diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya bidang ilmu komunikasi. 2). Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti terhadap penelitian.

3). Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1.6 Kerangka Teori

(19)

disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang mana penelitian akan disoroti.

Adapun teori yang dianggap relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio dan bersumber dari kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.

Menurut Bernard Berelson dan Garry A.Stainer, komunikasi adalah kegiatan penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain (Ruslan, 2002 : 17).

Menurut Carl I. Hovland, mengemukakan bahwa komunikasi itu adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (Soenarjo, 1995 : 143).

Untuk memahami pengertian dari komunikasi, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell yang terkenal dengan model komunikasinya berupa ungkapan verbal “who says what in which channel to whom with what effect”, yakni komunikasi meliputi 5 unsur :

a. Who (komunikator), pihak yang menyampaikan pesan.

(20)

c. In which channel (media), sarana atau saluran yang mendukung penyampaian pesan.

d. To whom (komunikan), pihak yang menerima pesan.

e. With what effect (efek yang ditimbulkan), dampak yang timbul sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 1992 : 10)

Berdasarkan paradigma ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa yang dapat diartikan dalam dua cara yakni, komunikasi oleh media dan komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khalayak dan demikian pula sebaliknya memilih-milih media. (Rivers, 2003 : 18).

2. Teori Dissonansi Kognitif

Istilah dissonansi kognitif (cognitive dissonance), menjelaskan suatu situasi apabila terjadi ketidaksesuaian antara komponen kognitif dan komponen perilaku dan sikap atau bisa dikatakan dissonansi kognitif adalah suatu keadaan di mana orang mengalami ketidaksesuaian di antara komponen-komponen sikap tertentu. Orang tersebut akan bangkit memperbaiki ketidaksesuaian itu.

(21)

komponen-komponen itu tidak konsisten. Misalnya, jika unsur-unsur yang mendasari dissonansi itu tidak seberapa penting, maka orang itu tidak akan (merasa) tertekan untuk mengurangi dissonansi, selain itu teori ini juga dapat membantu meramalkan kecenderungan (propensity) orang mengubah sikapnya. Misalnya, jika seseorang diharuskan oleh pekerjaan atau jabatannya untuk mengatakan atau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan sikap pribadinya, maka orang tersebut akan mengubah sikapnya supaya lebih sesuai dengan apa yang harus dikatakan atau dilakukan.

3. Teori S-O-R

Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model Stimulus-Responden (S-R) akan tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organisme dalam bagiannya sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R).

(22)

Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami. Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan. Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Respon

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi jika komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan kepadanya sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.

Stimulus

(23)

Respon yang ditimbulkan stimulus hanya sampai pada tahap kognitif dan afektif saja tidak sampai pada tahap behavioral (perubahan sikap terhadap pesan) dikarenakan penelitian tentang bahaya asap rokok di diskotik ini dibatasi hanya pada opini publik saja. Adapun tahap-tahap dari respon tersebut adalah :

1. Tahap kognitif, yaitu meliputi ingatan terhadap pesan, kesadaran/pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan tersebut.

2. Tahap afektif, meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi informasi, evaluasi terhadap pesan, dan minat untuk mencoba. (Rakhmat, 2004 : 209).

Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model S-O-R yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti dan menerima.

4. Komunikasi Antar Pribadi

Ilmu Komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan tingkah laku dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Carl I. Hovland (Purba, et.al, 2006 : 29) yang mengatakan : ”proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”.

(24)

efek dan umpan balik yang langsung. De Vito juga mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi yang mengandung ciri-ciri :

1). Keterbukaan atau openes; 2). Empati atau empathy; 3). Dukungan atau support; 4). Rasa positif atau positivenes; 5). Kesamaan atau equality. (Liliweri, 1991 : 12). 5. Opini dan Opini Publik

Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu.

Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990 : 41), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda.

(25)

Menurut Emory. S. Bagardus, bahwa publik adalah sejumlah orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal. (Sunarjo, 1984 : 20).

Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya ”Effective Public Relation”, opini publik adalah suatu hasil penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah umum. (Sastropoetro, 1990 : 52).

Menurut George Carslake Thompson dalam ”The Nature of Public Opinion” mengemukakan bahwa proses pembentukan opini publik dalam suatu publik yang menghadapi issue timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu : 1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka pun boleh tidak

setuju.

2. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.

3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda. (Sastropoetro, 1990 : 106).

Adapun fungsi dari opini publik diantaranya adalah :

1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut.

(26)

3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga atau bahkan bisa juga menghancurkan suatu lembaga.

4. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan. 5. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.

1.7 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional, yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi,

1995 : 40).

Adapun konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah, yang acuan-acuannya secara relatif mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta mudah diklasifikasi, diurut atau diukur.

(Kriyantono, 2006 : 20).

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

a. Variabel Bahaya Asap Rokok

Bahaya asap rokok merupakan suatu bahaya yang disebabkan adanya asap rokok, yakni asap yang terjadi akibat proses pembakaran tembakau rokok yang keluar melalui hisapan perokok atau ujung rokok yang terbakar.

b. Variabel Opini

(27)

dimulai sebagai jawaban yang diucapkan dan diberi oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pertanyaan yang dipermasalahkan.

c. Karakteristik Responden

Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, seperti : usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, penghasilan, pekerjaan.

1.8 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Karakteristik Responden Pekerja dan Pengunjung Diskotik Variabel

Bahaya Asap Rokok

Variabel Opini Pekerja

(28)

1.9 Operasional Variabel

Berdasarkan konsep yang telah disusun, maka dibuatlah operasional variabel untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep dalam operasionalisasi variabel ini. Jadi, operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: No. Komponen Operasional Komponen

- Informasi tentang bahaya asap rokok. - Isi informasi.

3. Karakteristik Responden

(29)

1.10 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Pengukuran merupakan suatu proses mengubah konstruk ke dalam seperangkat angka yang dapat dianalisis secara statistik (Buleang, 2004 : 73). Untuk memperjelas uraian dalam tulisan ini, penulis memberikan penjelasan atas istilah operasional :

a. Perhatian adalah atensi yang diberikan responden, yakni perhatian terhadap bahaya asap rokok.

b. Pengertian adalah responden mengerti untuk melanjutkan proses berikutnya. c. Penerimaan adalah setelah responden memperhatikan dan mengerti, maka

terjadilah kesediaan untuk menerima sehingga dapat mengubah sikap.

d. Informasi tentang bahaya asap rokok adalah hal-hal yang penting untuk diberitahukan kepada publik tentang bahaya asap rokok.

e. Isi informasi adalah bagian yang paling penting dari suatu informasi.

f. Sumber informasi adalah asal dari data-data yang di dapat secara lisan dan tulisan.

g. Kejelasan informasi adalah pemberitahuan akan informasi secara terpercaya. h. Ketertarikan informasi adalah hal-hal yang menarik dari informasi tersebut. i. Penyampaian informasi adalah proses yang dilakukan dalam memberikan

informasi tersebut.

(30)

k. Jenis Kelamin adalah penggolongan sex pada responden, yakni laki-laki dan perempuan.

l. Pendidikan adalah latar belakang tingkatan sekolah terakhir dari responden. m. Status Perkawinan adalah penggolongan terhadap responden yang sudah

menikah atau belum menikah.

(31)

SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN

Bagian ini menerangkan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, model teoritis, operasional variabel, definisi operasional.

BAB II : URAIAN TEORITIS

Bagian ini berisi teori dan pengertian yang relevan dengan masalah yang diteliti dan digunakan dalam penelitian diantaranya adalah teori komunikasi dan komunikasi massa, informasi bahaya asap rokok, teori dissonansi kognitif, teori S-O-R, teori komunikasi antar pribadi, teori opini dan opini publik.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

(32)

sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini memaparkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Data yang diperoleh, dibahas dan dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian ditetapkan dan dianalisis untuk memperoleh kesimpulan yang berisikan tentang analisis tabel tunggal dan pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Bagian ini berisikan tentang keseluruhan hasil penelitian, yakni berupa kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi kian hari kian popular. Begitu populernya sampai muncul berbagai macam istilah komunikasi. Ada komunikasi timbal balik, ada komunikasi tatap muka, ada komunikasi langsung, komunikasi vertikal, komunikasi dua arah dan lain sebagainya.

Adapun istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communication dan bersumber dari kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.

Sebenarnya istilah-istilah seperti itu tidak perlu membingungkan kita. Apapun istilahnya, bila kita tetap berpijak pada obyek formal ilmu komunikasi dan memahami ruang lingkupnya, maka semua istilah itu dapat diberi pengertian secara jelas dan dapat dibedakan menurut karakteristiknya masing-masing. Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya.

Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Stainer, komunikasi adalah kegiatan penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya

(34)

dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain (Ruslan, 2002 : 17).

Menurut Carl I. Hovland, mengemukakan bahwa komunikasi itu adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (Soenarjo, 1995 : 143).

Untuk memahami pengertian dari komunikasi, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell yang terkenal dengan model komunikasinya berupa ungkapan verbal “who says what in which channel to whom with what effect”, yakni bahwa komunikasi meliputi 5 unsur :

a. Who (komunikator), pihak yang menyampaikan pesan.

b. Says what (pesan), pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang. c. In which channel (media), sarana atau saluran yang mendukung

penyampaian pesan.

d. To whom (komunikan), pihak yang menerima pesan.

e. With what effect (efek yang ditimbulkan), dampak yang timbul sebagai pengaruh pesan.

(Effendy, 1992 : 10).

(35)

2.1.2 Proses Komunikasi

Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “ bahasa komunikasi “ komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

a. Komunikator, yakni orang yang menyampaikan pesan;

b. Pesan, yakni pernyataan yang di dukung oleh lambang-lambang; c. Komunikan, yakni orang yang menerima pesan;

d. Media, yakni sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

e. Efek, yakni dampak sebagai pengaruh dari pesan.

(36)

Gambar, apakah itu foto, lukisan, sketsa, karikatur, diagram, grafik, atau lain-lainnya adalah lambang yang biasa digunakan untuk menyampaikan pernyataan seseorang. Demikian pula warna, seperti lampu lalu lintas : merah berarti berhenti, kuning berarti bersiap-siap atau berhati-hati, dan hijau berarti berjalan. Kesemuanya itu lambang yang dipergunakan polisi lalu lintas untuk menyampaikan instruksi kepada para pemakai jalan.

Diantara sekian banyak lambang yang biasa digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pernyataan seseorang mengenai hal-hal, selain yang kongkrit juga yang abstrak, baik yang terjadi saat sekarang maupun waktu yang lalu dan masa yang akan datang, tidak demikian kemampuan lambang-lambang lainnya.

Adapun yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan.

Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni adanya :

a. Dampak Kognitif

(37)

b. Dampak Afektif

Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.

c. Dampak Behavioral

Merupakan suatu dampak yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang ditimbulkan pada komunikan dalam bentuk adanya suatu perilaku atau tindakan (Rakhmat, 2004 : 209).

(38)

2.1.3 Pengertian Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright yang mengatakan bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Komala dan Elvinaro, 2004 : 3).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Komala dan Elvinaro, 2004 : 3). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, adanya media cetak yakni surat kabar dan majalah serta ada juga media film yakni film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.

(39)

dalam masyarakat industri (Komala dan Elvinaro, 2004 : 4). Dari definisi Gerbner ini tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.

Definisi komunikasi massa dari Meletzke berikut ini memperlihatkan sifat dan ciri komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar (Komala dan Elvinaro, 2004 : 4). Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat.

(40)

sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Komala dan Elvinaro, 2004 : 4).

Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk

sekelompok orang tertentu saja, melainkan diberikan untuk semua orang. Dalam hal ini Freidson dapat menunjukkan ciri komunikasi massa yang lain yaitu

adanya unsur keserampakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat, karena dalam proses komunikasi massa ada sifat keserampakan dalam penerimaan pesan.

Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau

prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi

massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi.

2.1.4 Proses Komunikasi Massa

(41)

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massa melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti : radio, televisi, surat kabar dan film. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya, maka komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.

Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa adalah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau instuisi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, tekhnisi dan sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit.

Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas, tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio, televisi, internet dan sebagainya maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat.

(42)

Pengertian Komunikasi massa, pada satu sisi adalah proses dimana organisasi media memproduksikan dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anionim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan peristiwa yang berlangsung secara berkelanjutan, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhir. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen penunjang. Demikian pula dengan komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen. Pengertian komponen disini adalah bagian-bagian terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan, yakni komunikator, pesan, dan komunikan.

(43)

Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka dimana setiap orang dapat melihat, membaca, mendengarnya seperti terdapat adanya media cetak dan media elektronik. Berkat perkembangan teknologi komunikasi khususnya di bidang komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, maka media massa elektronik makin banyak bentuknya dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara media komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi. Hal ini disebabkan karena makin canggihnya media komunikasi itu sendiri yang bisa dikombinasikan (multi-media) antara satu sama lainnya.

Adapun bentuk-bentuk media massa yang digunakan dalam memberikan suatu informasi, dalam hal ini khususnya tentang bahaya asap rokok adalah sebagai berikut :

a. Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guternberg di Jerman (Komala dan Elvinaro, 2004 : 99).

Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal demi tercapainya tujuan komunikasi, maka seorang komunikator harus memahami kelebihan dan kekurangan media tersebut. Dengan kata lain, komunikator harus

(44)

sebagai media cetak, surat kabar tetap berbeda karena memiliki karakteristik yang khas, yang dimiliki masing-masing media.

Adapun karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup : - Publisitas

Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atau khalayak. Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan yang dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar di berbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum, atau menarik bagi khalayak pada umumnya.

- Periodesitas

Periodesitas menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media massa, khususnya surat kabar. Kebutuhan manusia akan informasi sama halnya dengan kebutuhan manusia akan makan, minum, dan pakaian.

- Universalitas

Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya yang beraneka ragam dari seluruh dunia. Dengan demikian isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan dan lain-lain.

- Aktualitas

(45)

perlu untuk dilaporkan, karena khalayak pun memerlukan informasi yang paling baru. Hal ini dilakukan oleh surat kabar, karena surat kabar sebagian besar memuat berbagai jenis berita.

- Terdokumentasikan

Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping. Misalnya karena berita tersebut berkaitan dengan kesehatan, dalam hal ini tentang informasi akan bahaya merokok, maka artikel yang terdapat dalam surat kabar tersebut bermanfaat untuk menambah pengetahuan khalayak yang membacanya.

Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia.

(46)

bagaimana untuk dapat mengerti bahwa rokok dan asap rokok tersebut dapat membahayakan manusia sehingga dengan secepat mungkin untuk menghindarinya.

b. Majalah

Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika.

Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia (Komala dan Elvinaro, 2004 : 109).

Majalah merupakan media yang paling sederhana organisasinya, relatif, lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat dengan leluasa dan luwes dalam menentukan bentuk, jenis, dan sasaran khalayaknya.

Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki suatu karakteristik tersendiri dibandingkan dengan surat kabar, yang dapat terlihat dalam bentuknya, diantaranya adalah :

- Penyajian lebih mendalam

(47)

lengkap, begitu pula peristiwanya atau proses terjadinya peristiwa (unsur how) dikemukakan secara kronologis.

- Nilai aktualitas lebih lama

Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu apabila kita baca saat ini, tetapi kita tidak pernah menganggap usang majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. Hal inilah yang membuat adanya nilai aktualitas yang lebih lama dari majalah tersebut.

- Gambar/foto lebih banyak

Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang lengkap, dengan ukuran yang besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun lebih baik.

- Cover (sampul) sebagai daya tarik

Disamping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik tersendiri. Cover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia. Cover majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula.

(48)

kesehatan untuk pria seperti adanya artikel dalam majalah yang memuat akan bahaya merokok, sehingga para pembaca khususnya pria dapat lebih mengerti bahwa rokok tersebut tidak baik untuk kesehatan manusia (Majalah Men’s Health 5 Desember 2007).

c. Radio

Sebelum tahun 1950-an, ketika televisi menyedot banyak perhatian khalayak maka banyak juga orang yang memperkirakan bahwa radio siaran berada diambang kematian.

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes dan telah beradaptasi dengan perubahan dunia dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya (Komala dan Elvinaro, 2004 : 115). Selain itu radio merupakan sarana imajinasi, komunikasi, dan sahabat sehingga lebih dari sekedar penyampai fakta (Masduki, 2001 : 34).

Keunggulan radio siaran adalah dapat didengar dimanapun kita berada, dikarenakan radio memiliki kemampuan menjual pada khalayak. Adapun radio siaran sebagai alat komunikasi pertama sekali ditemukan di Amerika Serikat dan Inggris, setelah terlebih dahulu ditemukannya mesin cetak. Radio siaran yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915 (Komala dan Elvinaro, 2004 : 117).

(49)

menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai negara. Salah satu contoh adanya program radio siaran talk show tentang bahaya rokok yang menyatakan bahwa rokok tersebut benar-benar tidak menyehatkan dan bahkan dapat mematikan manusia (http://www.reuters.com).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran tersebut adalah : - Daya Langsung

Daya langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat.

- Daya Tembus

Kekuatan lain dari radio siaran, ialah daya tembus. Melalui benda kecil yang namanya radio siaran, kita dapat mendengarkan siaran berita dari BBC di London atau ABC di Australia dengan mudah kita memindahkan channel dari stasiun radio siaran satu kepada stasiun radio siaran lainnya, padahal jarak Indonesia dengan Inggris maupun Australia sangat jauh dan dipisahkan oleh luasnya laut dan tingginya gunung, dengan demikian radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan.

- Daya Tarik

(50)

sangatlah penting dikarenakan khalayak tidak akan merasa cepat bosan dalam mendengar radio siaran tersebut.

Mark W. Hall dalam buku Broadcast Journalism mengemukakan bahwa perbedaan mendasar antara media cetak dengan radio siaran ialah media cetak dibuat untuk “konsumsi” mata, sedangkan radio siaran untuk “konsumsi” telinga (Komala dan Elvinaro, 2004 : 122). Sebaiknya kita ingat kembali ciri-ciri komunikasi massa, yang membedakan media massa satu dengan media massa lainnya adalah stimulasi alat indra.

Pesan yang disusun untuk surat kabar akan sulit dimengerti oleh komunikan apabila pesan itu disampaikan melalui radio siaran. Untuk radio siaran terdapat cara tersendiri, yakni apa yang disebut radio siaran style atau gaya radio siaran.

Adapun gaya radio siaran ini disebabkan oleh sifat radio siaran yang mencakup :

- Imajinatif

Karena hanya indra pendengaran yang digunakan oleh khalayak dan pesannya pun selintas, maka radio siaran bisa dipastikan dapat mengajak komunikannya untuk ikut berimajinasi. Dengan kata lain, pendengar radio siaran bersifat imajinatif.

- Auditori

(51)

melalui radio siaran diterima selintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali informasi yang tidak jelas diterimanya, karena ia tidak bisa meminta kepada komunikator atau penyiar untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya.

- Akrab

Sifat radio siaran yang lainnya adalah akrab. Seorang penyiar radio siaran seolah-olah berada di kamar pendengar, menemani pendengar dalam mobil, dan di tempat-tempat lainnya dimana saja pendengarnya berada, maka dengan akrab dan cekatan ia menghidangkan acara-acara yang bervariasi, mulai dari acara yang informatif sampai acara-acara hiburan yang menggembirakan yang diberikan kepada khalayak.

- Gaya Percakapan

Bahwa materi radio siaran yang akan disampaikan secara informatif maupun hiburan haruslah bergaya di dalam melakukan percakapannya, sehingga ada kesan yang dapat diingat oleh pendengarnya.

Karakteristik radio siaran tersebut di atas perlu dipahami komunikator agar dalam menyusun dan menyampaikan pesan dengan menggunakan media radio siaran, komunikator dapat melakukan penyesuaian, sehingga komunikasi mencapai sasaran.

e. Televisi

(52)

siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan cirri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya bersifat heterogen.

Sebagaimana radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, adanya penemuan Marconi, pada tahun 1890 dan penemuan dari Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya dengan menggunakan metode pengiriman gambar melalui kabel (Komala dan Elvinaro, 2004 : 126).

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai sekarang.

(53)

contoh bahwa televisi itu berfungsi untuk memberikan informasi kepada khalayak, dapat terlihat adanya penayangan tentang kesehatan yang selalu diadakan di stasiun-stasiun televisi seperti Metro tv yang menayangkan acara “Life and Health”, dimana programnya berupa talk show dalam memberikan informasi kepada khalayak tentang bahaya rokok yang tidak baik untuk kesehatan dan bisa juga dapat mematikan manusia (http://www.metro@tv.com).

Apabila ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan sedangkan televisi memakai kedua alat indra yakni penglihatan dan pendengaran.

Adapun karakteristik dari televisi, diantaranya adalah : - Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Betapa menjengkelkan bila acara televisi hanya terlihat gambarnya tanpa suara, atau suara tanpa gambar. - Berpikir dalam gambar

(54)

menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. Sekalipun ia tidak membuat naskah, ia dapat menyampaikan keinginannya pada acara tentang penggambaran atau visualisasi dari acara tersebut.

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan dan lain sebagainya (Komala dan Elvinaro, 2004 : 129). Tahap kedua dari proses “berpikir dalam gambar” adalah penggambaran, yakni suatu kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. - Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.

f. Internet

(55)

sebuah jaringan komputer yang terdiri dari berbagai komponen jaringan komputer di seluruh dunia mulai dari personal computer (PC), jaringan-jaringan lokal berskala kecil dan menengah (Purwadi, 1997 : 1). Selain itu pengertian internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling berhubungan dengan menggunakan jaringan komunikasi yang ada di seluruh dunia (Tretter, 1997 : 6). Menurut Laquey, seorang pemerhati teknologi komunikasi (Komala dan Elvinaro, 2004 : 141) menyatakan kalau internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia dan asal mula internet tercipta oleh ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, yakni suatu proyek eksperimen Kementerian Pertahanan Amerika Serikat yang bernama DARPA ( Department of Defense Advanced Research Projects Agency) yang misi awalnya sederhana, yaitu mencoba menggali teknologi jaringan yang dapat menghubungkan para peneliti dengan berbagai sumber daya jauh seperti sistem komputer dan pangkalan data terbesar. Adapun laju pertumbuhan jenis sumber daya yang terakses melalui internet sungguh mencengangkan. Istilah sumber daya menyatakan segala sesuatu yang dapat mengakses pada internet, tak peduli dimana pun lokasinya.

(56)

hal ini geografis tak lagi menjadi pembatasnya dan semuanya berada pada tahap yang berskala besar yang tak mungkin terwujud tanpa adanya jaringan internet. Sebagai salah satu contoh dari internet yakni terdapat adanya data-data yang banyak sekali menginformasikan dengan cepat tentang bahaya rokok yang dapat merusak kesehatan manusia (http://www.internet.com).

2.2 Informasi Bahaya Asap Rokok

Asap rokok adalah asap yang terjadi akibat proses pembakaran tembakau rokok yang keluar melalui hisapan perokok atau ujung rokok yang terbakar. Asap rokok yang keluar melalui hisapan perokok disebut sebagai asap arus utama (main stream smoke), biasanya asap ini setelah dihisap ditahan sebentar didalam paru dan kemudian dihembus keluar, sedangkan asap rokok yang mengepul keluar melalui ujung rokok yang terbakar disebut sebagai arus samping rokok (side stream smoke).

(57)

Banyak sekali bahan kimia toksis yang terdapat didalam sebatang rokok, dimana bahan kimia toksis ini akan bertambah akibat reaksi yang timbul pada proses pembakaran rokok, diperkirakan lebih dari 4000 komponen yang berbahaya yang dihasilkan oleh seorang perokok yang menghisap dan mengepulkan asapnya ke udara (Ginzel, 1990 : 31).

Komponen bahan kimia toksis ini dapat berupa gas maupun bukan gas. Karbon monoksida merupakan salah satu komponen gas hasil pembakaran rokok yang paling berbahaya, daya ikat dengan haemoglobin 230 kali lebih kuat dibandingkan daya ikat zat asam (Oksigen) sehingga dapat menbentuk sejumlah besar ikatan Carboksihemoglobin (COHb) yang beredar, maka sel-sel jaringan dan organ tubuh menjadi kekurangan zat asam.

Komponen bukan gas dalam asap rokok antara lain tar, nikotin dan uap air. Tar merupakan komponen padat dalam asap rokok setelah dikurangi nikotin dan uap air, terdiri dari berbagai zat kimia, diantaranya golongan nitrosamin, amin aromatik, senyawa alkan, isoprenoid, benzen, naften, hidrokarbonaromatik-polinuklear, fenol, asamkarbosilat, logam (Ni, As, Ra, Pb) selain itu juga sisa insektisida dan bumbu-bumbu tembakau.

(58)

Komponen Toksis dan Karsinogenik dalam Side Stream Smoke Sebatang Rokok

Compound Type of Toxicity Amount in SS (per cigarette)

Formaldehyde Carcinogenic 1,500 ug 50

3- vinylpyridine Suspected

carcinogen 300 – 450 ug 24 – 34 Hydrogen cyanide Toxic 14 – 110 g 0,06 – 0,4

Hydrazine Carcinogenic 90 ng 3

Nitrogen oxides (NOx) Toxic 500 – 2,000 ug 3,7 – 12,8 N-nitrosodimethylamine Carcinogenic 200 – 1,040 ng 20 – 130 N-nitrosopyrolidine Carcinogenic 30 –390 ng 6 - 120

Particulate phase

Tar Carcinogenic 14 - 30 mg 1,1 – 15,7

Nicotine Toxic 2,1 – 46 mg 1,3 – 21

Phenol Tumor Promoter 70 – 250 ug 1,3 – 3,0 Catechol Co-carcinogenic 58 – 290 ug 0,67 – 12,8

o-toluidine Carcinogenic 3 ug 18,7

2-Naphthylamine Carcinogenic 70 ng 39

4-Aminobiphenyl Carcinogenic 140 ng 3,1

Benz(a)anthracene Carcinogenic 40 – 200 ng 2 – 4 Benzo(a)pyrene Carcinogenic 40 –70 ng 2,5 – 20 Quinoline Carcinogenic 15 – 20 ug 8 –11 N-nitrosonomicotine Carcinogenic 0,15 – 1,7 ug 0,5 – 5,0

NNK Carcinogenic 0,2 – 1,4 ug 1,0 –22

(59)

Cadmium Carcinogenic 0,72 ug 7,2 Nickel Carcinogenic 0,2 – 2,5 ug 13 – 30 Poloniun-210 Carcinogenic 0,5 – 1,6 pCi 1,06 – 3,7 Keterangan :

SS = side stream smoke ( arus samping rokok), MS = main stream smoke (asap arus utama rokok), NNK= 4-(methyl-nitrosamino)-(3-pyridyl)-1-butanone. Sumber : (Millar Donald J.,1991).

Nilai ambang batas karbon monoksida yang diperkenankan menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja nomor : SE – 01/MEN/1997 adalah sebesar 25 BDS (Bagian Dalam Sejuta) atau 29 mg/m3. Nilai ambang batas atau NAB adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (SE – 01/MEN/1997).

(60)

sudah berlangsung lama, maka bahan racun yang terkandung di dalam rokok tersebut akan merusak gerakan rambut getar (silia) yang terdapat pada saluran napas, sehingga bahan-bahan yang seharusnya dikeluarkan seperti dahak tidak dapat diangkut karena gerakan rambut getar atau silia tidak berfungsi dengan baik sehingga disinilah dimulai tragedi perusakan terhadap fungsi paru-paru akibat asap rokok.

Mekanisme Penyakit Paru Akibat Rokok (Soeroso H.R.,1995). Asap Rokok/Racun Rambut Getar / Silia

Pengeluaran Dahak Terganggu Kerusakan Fungsi Silia

Penumpukan Dahak di Saluran Napas

Dahak Dimasuki Kuman Kuman Berkembangbiak

Radang Saluran Napas Pengrusakan Saluran Napas oleh Kuman Bronchitis Bronchitis + Rokok

Sembuh Tidak Sempurna Bronchitis Chronica

(61)

Mekanisme Efek Asap Rokok pada Saluran Napas. (National Research Council, 1986 : 57)

Spirometer adalah alat yang paling sering dan paling umum dipergunakan untuk mengukur fungsi paru, mengukur fungsi ventilasi dari sistem pernapasan, seperti kemampuan gerakan udara keluar dan masuk paru-paru.

2.2.1 Proses Pencegahan tentang Bahaya Asap Rokok a. Tingkat Pertama Pencegahan Penyakit pada Saluran Pernapasan

Spirometer dapat digunakan sebagai alat pengujian sebelum penempatan dan pengujian kebugaran pada calon tenaga kerja yang akan ditempatkan pada posisi :

a. Pekerjaan yang memerlukan kesehatan fisik dalam hal kebugaran jantung dan sistem pernapasan, contohnya pekerjaan pada karyawan di diskotik.

EFEK PEROKOK AKTIF TERHADAP SALURAN NAPAS DAN PARENCHYME PARU

Inflamasi respon yang berlebihan dari bronchus

peningkatan peningkatan netrofil permiabiliti

dari allergen Wheezing gangguan Peningkatan IgE

elastisitas

mucous gland Peningkatan kepekaan hipertropi, hiperplasi, infeksi virus saluran goblet sel metaplasia napas bawah

batuk dan dahak

(62)

b. Pekerjaan yang memerlukan pemakaian alat-alat respirator sehingga dapat memberatkan kerja jantung dan sistem pernapasan, contoh penggunaan alat-alat bantuan pernapasan, penggunaan masker yang lama pada kondisi fisik yang berat seperti heat stress, contohnya pada pemadam kebakaran.

(Alsagaff, 1993 : 39).

Pada seleksi pengujian kesehatan sebelum kerja, pencegahan tingkat pertama kesehatan saluran pernapasan juga termasuk penelitian dan pemantauan status kesehatan dalam suatu kelompok tenaga kerja. Efek potensial kesehatan dalam suatu kelompok tenaga kerja yang terpapar dengan suatu agen atau proses dibandingkan dengan yang tidak terpapar pada semua tingkat paparan. Aspek pencegahan tingkat pertama ini sangat penting untuk menemukan penyakit akibat kerja dan penemuan dini gangguan kesehatan yang tidak diketahui dari suatu paparan agen atau proses yang spesifik.

b.Tingkat Kedua Pencegahan Penyakit Saluran Pernapasan

(63)

c. Tingkat Ketiga Pencegahan Penyakit Saluran Pernapasan

Spirometer digunakan untuk penilaian klinis tentang beberapa gejala penyakit yang dimanifestasikan oleh gangguan pernapasan jenis obstruktif, restriktif atau campuran. Spirometer juga memberikan gambaran tentang tingkat keparahan dari gangguan fungsi paru-paru. Ketidaknormalan nilai spirometer yang ringan selalu tidak menunjukkan hubungan dengan berkurangnya kesanggupan bekerja, tapi penurunan fungsi paru yang terus menerus mempunyai hubungan dengan berkurangnya kemampuan fisik dari banyak pekerjaan.

2.2.2 Pengukuran Konsentrasi Karbon Monoksida / Asap Rokok

Pengukuran konsentrasi karbon monoksida dilakukan dengan menggunakan peralatan Envirocheck I Single Gas Monitor Serial Number QT 5120003, buatan Amerika, dengan spesifikasi sebagai berikut : Ukuran : 7x12 cm, berat : 0,5 kg, daya : 9 Volt, satuan : ppm (part per million).

Adapun prosesnya dapat diketahui dengan menggunakan peralatan Envirocheck I diletakkan dalam ruangan selama 8 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Nilai kadar karbon monoksida dicatat setiap terjadi perubahan nilai kadar, kemudian diambil nilai rata-ratanya. Ruangan yang diukur adalah :

a. Ruangan diskotik, yang meliputi daerah tempat duduk pengunjung, bar tender, dan disc jockey.

(64)

Pengukuran fungsi paru tenaga kerja dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Persiapan

Diberi penjelasan cara bekerjanya alat ini, perintah yang harus dilaksanakan, menegaskan bahwa pemeriksaan ini tidak menyakitkan, pemeriksaan dilakukan dengan berdiri, terutama pada subjek orang yang gemuk.

b. Demonstrasi kepada subjek agar pemeriksaan dapat dikerjakan dengan baik dan benar.

c. Dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. d. Pemeriksaan fungsi paru.

Pertama kali responden diminta untuk bernapas biasa melalui mulut untuk membiasakan bernapas dengan spirometer. Setelah terbiasa, responden diminta untuk menarik napas dalam-dalam, ditahan sebentar, kemudian dihembuskan dengan kuat hingga udara habis.

Responden kemudian diminta kembali untuk menarik napas dalam-dalam, kemudian ditahan sebentar serta dihembuskan sekuat dan secepat mungkin (dalam 1 detik). Data hasil pemeriksan dicetak dan disimpan untuk pengolahan data selanjutnya.

2.3 Teori Dissonansi Kognitif

2.3.1 Pengertian dan Proses Dissonansi Kognitif

(65)

dan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami dissonansi akan berupaya mencari dalih untuk mengurangi dissonansinya itu.

(66)

berpikir bahwa merokok sebenarnya meningkatkan kemampuan mental perokok, yaitu membantu mengurangi atau menanggulangi stress. Contoh di atas menunjukkan, bahwa jika terjadi ketidaksesuaian dalam sikap seseorang, ia akan berupaya menyelesaikan masalah tersebut secara kognitif atau secara perilaku. Pejabat kepala eksekutif tersebut menggunakan proses kognitif untuk mengurangi dissonansinya.

Dissonansi kognitif mempunyai pengaruh penting dalam publik, yakni dapat membantu menjelaskan pilihan yang diambil oleh seseorang apabila komponen-komponen itu tidak konsisten. Misalnya, jika unsur-unsur yang mendasari dissonansi itu tidak seberapa penting, maka orang itu tidak akan (merasa) tertekan untuk mengurangi dissonansi. Teori dissonansi kognitif dapat juga membantu meramalkan kecenderungan (propensity) orang mengubah sikapnya.

2.4 Teori S-O-R

2.4.1 Pengertian dan Proses S-O-R

Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model Stimulus-Responden (S-R) akan tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organisme dalam bagiannya sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R).

(67)

antara pesan dengan reaksi komunikan. Adapun elemen-elemen utama dari model teori S-O-R ini adalah : Stimulus adalah rangsangan atau dorongan yang berupa pesan, organism adalah manusia atau seorang penerima, response adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan.

Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami.

Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan. Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Organisme : Perhatian Pengertian Penerimaan

(68)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi jika komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan kepadanya sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.

Respon yang ditimbulkan stimulus hanya sampai pada tahap kognitif dan afektif saja tidak sampai pada tahap behavioral (perubahan sikap terhadap pesan) dikarenakan penelitian tentang bahaya asap rokok di diskotik ini dibatasi hanya pada opini publik saja.

Adapun tahap-tahap yang sesuai dari respon tersebut adalah :

1. Tahap kognitif, yaitu meliputi ingatan-ingatan terhadap suatu pesan, kesadaran/pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan tersebut.

2. Tahap afektif, meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi informasi, evaluasi terhadap pesan, dan minat untuk mencoba dan melakukananya.

(Rakhmat, 2004 : 209).

(69)

2.5 Komunikasi Antar Pribadi

2.5.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Ilmu Komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan tingkah laku dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.

Hal ini sesuai dengan adanya suatu pendapat dari Carl I. Hovland (Purba, et.al, 2006 : 29) yang mengatakan : “proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk

kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”. Adapun Komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi yang berlangsung

antara dua orang individu atau lebih yang dapat berlangsung secara tatap muka (face to face). Komunikasi Antar Pribadi ini bisa juga berlangsung dengan menggunakan alat bantu atau media seperti : telepon, surat, telegram dan sebagainya.

Gambar

Gambar 2.1 : Anatomi Saluran Pernapasan (Gray’s, 1980)
Gambar 2.2. : Mekanisme Penyakit Paru Akibat Rokok (Soeroso H.R.,1995).
Gambar 2.3. : Mekanisme Terjadinya Obstruksi Saluran Napas Akibat Pengaruh Asap Rokok (Tarigan H.M.M
Gambar  2.4. : Mekanisme Efek Asap Rokok pada Saluran Napas. (National  Research Council, 1986)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat satu responden yang tidak dapat menghindari makanan manis terutama gula dan sirup dengan alasan memang responden tersebut tidak bisa makan apabila tidak

ini terjadi baik pada ayah maupun ibu. Ayah dan ibu menunjukkan reaksi yang berbeda dari stres yang mereka alami yang berhubungan dengan masalah-masalah anak

[r]

MEKANISME DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK Di dalam ekosistem, organisme perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi

Berikut ini merupakan kertas kerja anggota tim Saudara pada waktu melaksanakan penugasan audit atas Aspek Kepegawaian pada Instansi “ABC” tahun 20X5, Kertas kerja audit ini

>erasa diperlakukan tak adil atas pengabdiannya selama ini di 1lobodyne Corporation, +ick pun berniat untuk membalas atas semua kekacauan dalam hidupnya dengan meniru

Nilai DO di stasiun I dan II lebih tinggi kemungkinan disebabkan waktu pengambilan sampel dan arus, stasiun ini memiliki arus deras yang dapat membantu proses

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan yang terjadi antara hasil