• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 ANGKOLA TIMUR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 ANGKOLA TIMUR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 ANGKOLA TIMUR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

FITRI ARIANI SIREGAR NIM : 8136172035

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

i

ABSTRAK

Fitri Ariani Siregar. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Angkola Timur melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Talk-Write. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk (1). Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, (2). Meningkatkan kemandirian belajar siswa, (3). Meningkatkan kegiatan aktif siswa selama pembelajaran, (4). Meningkatkan kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran.

Jenis penelitian ini merupakan classroom action research yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Angkola Timur. Subjek Penelitian kelas VIII SMP Negeri 1 Angkola Timur Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 32 orang. Objek pada penelitian ini adalah pembelajaran yang menerapkan model kooperatif tipe think-talk-write untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemandirian belajar siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan VI (enam) pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). Meningkatnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes pemahaman konsep pada siklus I terdapat 9 siswa atau 28,125% dengan nilai terendah siswa yakni 1,2 sedangkan untuk nilai ketuntasan memiliki nilai minimal 2,67. Pada siklus II meningkat menjadi 25 siswa atau 78,125%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 50%. Sedangkan pretes pemahaman konsep matematis diperoleh 23,8% atau nilai 2,11 dengan 4 siswa yang dinyatakan tuntas. Pada postes diperoleh 94% dan nilai terendah 2,3 dengan 30 orang yang dinyatakan tuntas. Sehingga terjadi peningkatan 70%. (2). Meningkatnya kemandirian belajar siswa hal ini dapat dilihat pada hasil angket kemandirian belajar siswa pada siklus I sebesar 69,5% terdapat persentase terendah 60,25% dan persentase tertinggi 77,50%. Pada siklus II diperoleh hasil angket kemandirian belajar siswa sebesar 75% dengan persentase terendah sebesar 75,16% dan tertinggi 75,38%%. Sehingga terjadi peningkatan untuk kemandirian belajar siswa sebesar 5,5%. (3). Meningkatnya kegiatan aktif siswa pada siklus I terdapat lima kriteria pengamatan yang memiliki nilai rata-rata 2,59, pada siklus II terdapat lima kriteria pengamatan yang memiliki nilai rata-rata 3,35. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 0,76. (4). Meningkatnya kegiatan guru pada siklus I terdapat lima kriteria pengamatan yang memiliki nilai rata-rata 2,76, pada siklus II terdapat lima kriteria pengamatan yang memiliki nilai rata-rata 3,86. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 1,1.

(3)

ii

ABSTRACT

Fitriariani Siregar. The Effort to Increase Mathematical Concepts Understanding and Student’s Self-Regulated Learning Through Learning Model of Cooperatif Think-Talk-Write. A Thesis. Study Program. Mathematics Education Post Graduate. State University of Medan. 2016.

This study aims to investigate: (1). The increasing of mathematical concepts understanding, (2). The increasing of student’s self-regulated learning, (3). The increasing of student’s active activities when tought by cooperatif learning TTW type, (4). The increasing teacher’s ability to manage learning.

The type of this research is the classroom action research held at SMP Negeri 1 Angkola Timur. Research subjects in class VIII in the academic year 2015/2016 as many as 32 people. The object of this research is learning that applying the model to determine the rising understanding of mathematical concept skills and student independence. the study consisted of two cycles of the first cycle and the second cycle consists of VI meetings.

The results showed that: (1). Student’s mathematical concept understanding improve. it can be seen from the result of the acquisition in the first cycle of 9 students or 28,125% of students the lowest value of 1,2 while for the mastery have a minimum value of 2.67. In the second cycle increased to 25 students or 78,125%. Therefore the increasing of student learning at 50%. While the mathematical understanding of mathematical concepts pretest gained 23,8 %, or a value of 2.11 to 4 students who otherwise completed. In postes obtained 94% or value of 2,3. So that an increase of 70%. (2). Student’s self regulated learning improve. it can be seen on the acquisition results in the first cycle contained 69,25% has the lowest percentage of 60,25% and the highest percentage of 77,50%. In the second cycle contained 75% has the lowest percentage of 75,16% and the highest 75,38%. The increasing students’ independence at 5,5%. (3). Student’s active activities improve, it can be seen in the first cycle there are five criteria observed as having value-average of 2,59, the second cycle there are five criteria observed as having value-average 3,35. So that an increase of 0,76. (4). Teacher’s ability to manage learning improve, it can be seen in the first cycle there are five criteria observed as having value-average of 2,76 , the second cycle there are five criteria observed as having value-average 3,86. So that an increase of 1,1.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini

dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Angkola timur

melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Talk-Write”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dengan keikhlasan baik langsung maupun tidak langsung

sampai terselesainya tesis ini.. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis

sampaikan kepada:

1. Kedua orang tuaku tersayang, Ayahanda Parlagutan, S.Pd dan Ibunda Emly

Yusriati Sagala, S.Pd. serta Adikku tercinta Rizki Evalinda, Zulrahmansyah,

Wahyuni, Lukmanul Hakim, dan Budi Alamsyah yang selalu memberikan

semangat tanpa pernah jemu.

2. Kedua dosen pembimbing terbaik, Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, M.A,

M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. E.Elvis Napitupulu,

M.S, selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Para Narasumber Bapak Dr.

Edy Surya, M.Si, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M. Si,

Ph.D yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan untuk memberikan

(5)

iv

3. Pengurus prodi pendidikan matematika, Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd

selaku ketua prodi, Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku sekretaris prodi, dan

Bapak Hendrik Dalimunthe, M.Si selaku staf prodi.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen pendidikan Matematika Program Pascasarjana

UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna

kepada penulis selama menjalani pendidikan.

5. Bapak Parlagutan, S.Pd selaku Kepala Sekolah tempat penelitian SMP Negeri

1 Angkola Timur.

6. Teristimewa kepada Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Program Studi

Pendidikan Matematika kelas B-4, B-3 dan B-1 yang telah banyak

memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan

bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan

penulis semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya

khasanah ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi peneliti

lebih lanjut.

Medan, Desember 2016

Penulis

(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 18

1.3. Pembatasan Masalah ... 18

1.4. Rumusan Masalah ... 18

1.5. Tujuan Penelitian ... 19

1.6. Manfaat Penelitian ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 21

2.1.1. Pengertian Konsep ... 21

2.1.2. Konsep Matematika ... 24

2.1.3. Pemahaman Konsep Matematika ... 28

2.1.4. Pembelajaran Konsep Matematika ... 32

2.1.5. Kemandirian Belajar ... 35

2.1.6. Aktivitas Siswa ... 39

2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif... 41

2.1.8. M odel Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write ... 43

2.1.8.1. Pengertian Kooperatif Tipe Think-Talk-Write ... 47

2.1.8.2. Asas Utama Kooperatif Tipe Think-Talk-Write ... 47

2.1.8.3. Prinsip-Prinsip Kooperatif Tipe Think-Talk-Write .... 48

2.1.8.4. Kerangka Rancangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write ... 49

2.1.8.5. Petunjuk Pelaksanaan Kooperatif Tipe Think-Talk- Write ... 50

2.2. Teori Belajar Pendukung ... 51

2.3. Penelitian Yang Relevan... 54

2.4. Kerangka Konseptual... 55

2.5. Hipotesis Tindakan ... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 60

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 60

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 60

3.2.2. Waktu Penelitian ... 60

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 62

3.3.1. Subjek Penelitian ... 62

(7)

vi

3.4. Defenisi Operasional ... 62

3.5. Prosedur dan Rancangan Penelitian... 63

3.6. Instrumen Pengumpulan Data... 84

3.6.1. Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 84

3.6.2. Lembar Pengamatan (Observasi) Kegiatan Siswa ... 92

3.6.3. Lembar Pengamatan (Observasi) Kegiatan Guru ... 93

3.7. Analisis Data ... 94

3.7.1. Analisis Data Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 94

3.7.2. Analisis Data Kegiatan Siswa ... 95

3.7.3. Analisis Data Kegiatan Guru ... 96

3.8. Indikator Keberhasilan Kinerja... 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian ... 99

4.1.1 Deskripsi Hasil Sebelum Penelitian Tindakan Kelas ... 99

4.1.1.1 Hasil Pre Tes (PengetahuanAwal) Sebelum Tindakan ... 101

4.1.1.2 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Sebelum Tindakan ... 103

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 109

4.1.2.1 Permasalahan I ... 109

4.1.2.2 Perencanaan Tindakan Siklus I ... 112

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 114

4.1.2.4 Pengamatan (Observasi) Siklus I ... 133

4.1.2.5 Refleksi Siklus I ... 141

4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 147

4.1.3.1 Permasalahan II ... 147

4.1.3.2 Perencanaan Tindakan Siklus II ... 150

4.1.3.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 151

4.1.3.4 Pengamatan (Observasi) Siklus II ... 169

4.1.3.5 Refleksi Siklus II ... 174

4.1.4 Deskripsi Hasil Sesudah Penelitian Tindakan Kelas ... 176

4.1.4.1 Hasil Kemandirian Belajar Sesudah Penelitian Tindakan Kelas ... 176

4.1.4.2 Hasil Pos Tes Sesudah Penelitian Tindakan Kelas ... 181

4.2. Pembahasan Penelitian ... 182

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 182

4.2.2 Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa ... 183

4.3. Temuan Peneliti ... 184

4.4. Kelemahan Peneliti ... 188

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 189

5.2. Saran ... 190

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Enam Tahap Pembelajaran Kooperatif ... 42

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write ... 45

Tabel 3.1 Daftar Nama Lima Validator ... 75

Tabel 3.2 Rerata Skor Validasi ... 76

Tabel 3.3 Hasil Validasi Aspek RPP ... 77

Tabel 3.4 Lembar Aktivitas Siswa Oleh Lima Validator ... 78

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Ahli ... 80

Tabel 3.6 Kriteria Valid ... 80

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 84

Tabel 3.8 Kriteria Pemberian Skor Tes Pemahaman Konsep Matematis .... 85

Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas ... 86

Tabel 3.10 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pada Siklus I dan Siklus II ... 87

Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 88

Tabel 3.12 Kategori Lembar Observasi dan Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 89

Tabel 3.13 Hasil Validasi Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 90

Tabel 3.14 Kriteria Kegiatan Siswa ... 93

Tabel 3.15 Nilai Ketuntasan Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 94

Tabel 3.16 Kategori NKG ( Nilai Kemampuan Guru) ... 97

Tabel 4.1. Ditribusi Frekuensi ... 102

Tabel 4.2. Hasil Pre Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 103

Tabel 4.3. Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 1 (Memiliki Hasrat Bersaing untuk Maju Demi Kebaikan Dirinya) 104 Tabel 4.4. Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 2 (Mampu Mengambil Keputusan dan Inisiatif untuk Mengatasi Masalah Yang Dihadapi)... 104

Tabel 4.5. Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 3 (Memiliki Kepercayaan Diri Dalam Mengerjakan Tugas -Tugasnya) ... 105

Tabel 4.6. Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 4 (Bertanggungjawab Terhadap Apa Yang Dilakukan) ... 106

Tabel 4.7. Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 5 (Mampu Memutuskan Atau Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain) ... 106

Tabel 4.8. Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 6 (Adanya Inisiatif Pada Kegiatan Belajar) ... 107

Tabel 4.9 Hasil Pre Tes SebelumTindakan ... 109

Tabel 4.10 Hasil Angket Kemandirian Belajar Sebelum Tindakan ... 109

Tabel 4.11 Data Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 1... 110

(9)

viii

Tabel 4.13.Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa Siklus I ... 128

Tabel 4.14 Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Siklus I ... 129

Tabel 4.15 Deskripsi Angket Kemandirian Belajar terhadap TPKM Siklus I ... 132

Tabel 4.16 Observasi Kegiatan SiswaSiklus I ... 134

Tabel 4.17 Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 137

Tabel 4.18 Refleksi perbaikan siklus I ... 145

Tabel 4.19 Hasil Pemahaman Konsep Siklus II ... 147

Tabel 4.20 Hasil Angket Kemandirian Belajar Siklus II ... 147

Tabel 4.21 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Siklus II ... 164

Tabel 4.22 Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Siklus II ... 165

Tabel 4.23 Deskripsi Angket Kemandirian Belajar terhadap TPKM Siklus II ... 167

Tabel 4.24 Observasi Kegiatan SiswaSiklus II ... 169

Tabel 4.25 Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 171

Tabel 4.26 DataAngket Kemandirian Belajar Indikator 1 (Memilki Hasrat Bersaing Untuk Maju Demi Kebaikan Dirinya) 177 Tabel 4.27 Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 2 (Mampu Mengambil Keputusan dan Inisiatif untuk Mengatasi Masalah Yang Dihadapi) ... 177

Tabel 4.28 Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 3 (Memiliki Kepercayaan Diri dalam Mengerjakan Tugas-Tugasnya)... 178

Tabel 4.29 Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 4 (Bertanggungjawab Terhadap Apa Yang Dilakukan) ... 178

Tabel 4.30 Data Angket Kemandirian Belajar Indikator 5 (Mampu Memutuskan Atau Mengerjakan SesuatuTanpa Bantuan Orang Lain) ... 179

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Hasil Jawaban Pemahaman Konsep Matematis Siswa...9

Gambar 1.2 Penilaian Kemandirian Belajar... ...10

Gambar 2.1 Desain Model Pembelajaran Koopertif Tipe Think-Talk-Write ... ...46

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ... ...64

Gambar 4.1 Nilai Pre tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... ...102

Gambar 4.2 Persentase Tiap Indikator Kemandirian Belajar Sebelum Tindakan Siklus I.. ... ...108

Gambar 4.3 Jawaban Siswa yang salah Masalah Tiga LAS Satu (siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah) ... ...118

Gambar 4.4 Jawaban Siswa yang benar Masalah Tiga LAS Satu... 119

Gambar 4.5 Jawaban Siswa yang salah Masalah Enam LAS Dua (siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah) ... ...122

Gambar 4.6 Jawaban Siswa yang benar Masalah Enam LAS Dua.. ... ...123

Gambar 4.7 Jawaban Siswa yang salah Masalah Sembilan LAS Tiga (siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah) ... ...126

Gambar 4.8 Jawaban Siswa yang benar Masalah Sembilan LAS Tiga ... ...127

Gambar 4.9 Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa Siklus I ... ...130

Gambar 4.10 Persentase Tiap Indikator Kemandirian Belajar Sebelum Tindakan Siklus I ... ...131

Gambar 4.11 Observasi 1 Kegiatan Siswa Siklus I... ...135

Gambar 4.12 Observasi 2 Kegiatan Siswa Siklus I... ...136

Gambar 4.13 Observasi 1 Kegiatan Guru Siklus I ... ...137

(11)

x

Gambar 4.15 Jawaban Siswa yang salah Masalah Dua belas LAS Empat (siswa sudah mampu menerapkan konsep dalam

pemecahan masalah) ... ...154

Gambar 4.16 Jawaban Siswa yang benar Masalah Dua belas LAS Empat .. ...154

Gambar 4.17 Jawaban Siswa yang salah Masalah Lima belas LAS Lima (siswa sudah mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah) ... ...160

Gambar 4.18 Jawaban Siswa yang benar Masalah Lima belas LAS Lima...160

Gambar 4.19 Jawaban Siswa yang salah Masalah Delapan belas LAS Enam (siswa sudah mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah) ... ...162

Gambar 4.20 Jawaban Siswa yang benar Masalah Delapan belas LAS Enam...163

Gambar 4.21 Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa Siklus II ... ...164

Gambar 4.22 Persentase Tiap Indikator Kemandirian Belajar Sesudah Tindakan Siklus II ... ...166

Gambar 4.23 Obsevasi 1 Kegiatan Siswa Siklus II ... ...169

Gambar 4.24 Obsevasi 2 Kegiatan Siswa Siklus II ... ...170

Gambar 4.25 Obsevasi 1 Kegiatan Guru Siklus II ... ...171

Gambar 4.26 Obsevasi 2 Kegiatan Guru Siklus II ... ...172

Gambar 4.27 Persentase Tiap Indikator Kemandirian Belajar Sesudah Tindakan Siklus I dan Siklus II ... ...180

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk dapat memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tanpa

adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang (terbelakang)bahkan akan

terus terjajah oleh negara lain yang mengakibatkan permasalahan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara iniakan menjadi semakin tua dan

sakit-sakitan sama halnya seperti kita menyakiti Ibu kita yang sudah semakin tua dan

sakit-sakitan (Suranto:53). Untuk itu sebagai generasi penerus bangsa kita tidak

boleh diam dantertidur agar peningkatan mutu pendidikan dapat terus tercapai

dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang berpotensi.

Para ahli pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan sangat

tergantung pada kualitas guru dan praktek pembelajarannya sehingga peningkatan

kualitas pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu. Maka

untuk itu cara yang paling tepat untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan

adalah dengan melakukan perbaikan dalam semua pihak yang mendukung

kegiatan proses belajar mengajar. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa mutu

pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu negara untuk

menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. (Depdiknas

(13)

2

2006 dalam Suranto:32)

Kegiatan proses belajar mengajar yang berlangsung disekolah bersifat

formal, disengaja, direncanakan, bahkan dengan bantuan guru (pendidik). Proses

pembelajaran dikelas tidakakan pernah terlepas dari peran seorang guru (pendidik)

karena merupakan ujung tombak dalam kemajuan suatu bangsa seperti halnya

sejarah perang di Jepang yang pertama kali ditanyakan adalah apakah guru

(pendidik) kita masih ada yang hidup di medan peperangan ini ternyata

jawabannya ya..,ternyata pendidik (guru) kita masih antusias untuk memajukan

bangsanya. Berdasarkan hal itu betapa pentingnya peran pendidik dalam

memajukan peradaban bangsa yang semakin hari semakin menipis karena bangsa

yang maju adalah bangsa yang menghargai para pendidiknya maka untuk itu

kemampuan profesional pendidik yang paling utama terus ditingkatkan karena

merupakan bagian dari kompetensi yang harus dimiliki pendidik dalam rangka

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dengan meningkatnya kualitas pembelajaran maka efektifitas

pembelajaran dan kualitas pendidikan akan semakin tercapai. Selain itu

kurikulum juga harus komprehensif danresponsive terhadap dinamika sosial,

relevan, tidak overload dan mampu mengakomodasi keberagaman keperluan dan

kemajuan teknologi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Isjoni

(2009:13-14) bahwa "ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan

pendidikan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan

efektifitas metode pembelajaran".Sehubungan dengan kompetensi yang harus

dimiliki oleh guru dan lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan reformasi

(14)

3

Oleh karena itu dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional ditetapkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab. Salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam era

yang kompetitif ini adalah matematika.Matematika merupakan pelajaran

disekolah yang dipandang penting dan dipelajari oleh setiap peserta didik mulai

dari sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas dan bahkan perguruan

tinggi.

Penyebab utama pentingnya matematika adalah kemampuan siswa dalam

memahami konsep matematika merupakan landasan dan wahana pokok yang

menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai untuk dapat melatih siswa berpikir

dengan jelas, logis, sistematis, serta memiliki kepribadian dan keterampilan untuk

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Paling (dalam

Abdurrahman, 2012:203) mengemukakan bahwa

“Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan”

Jadi matematika merupakan landasan dan wahana pokok yang menjadi

syarat mutlak yang harus dikuasai untuk dapat melatih siswadengan jelas, logis,

sistematis, serta memiliki kepribadian dan keterampilan untuk menyelesaikan

masalah dalam kehidupan sehari-hari.Ada beberapa alasan mengapa siswa perlu

(15)

4

bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena

(1). Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2). Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3). Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4). Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5). Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran kekurangan, (6). Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah pembelajaran matematika selalu

menjadi permasalahan yang sepertinya tidak kunjung terpecahkan. Masih banyak

orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit.

Pemahaman konsep matematika senantiasa dirasakan sukar, baik oleh yang belajar

dan tidak jarang oleh pengajarnya, sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar

matematika. Beberapa faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran

yang sulit seperti yang diungkapkan oleh Bambang (2008) yaitu“Banyak faktor

yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulitdiantaranya adalah

karakteristik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan

penuhdengan lambang-lambang serta rumus yangmembingungkan”.

Guru juga mengeluhkan bahwa anak didik sulit mencerna konsep yang

diajarkan, tidak terampil (kurang mandiri) dalam proses penyelesaian masalah

dan lemah dalam penguasaan materi. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa

yang belum dapat memahami konsep matematika dengan baik dan menerapkan

rumus untuk memecahkan persoalan yang diberikan. Selama ini siswa cenderung

menghafal konsep-konsep matematika, tanpa memahami maksud dan isinya.

Siswa hanya berfikir sederhana dan praktis untuk mendapatkan tujuan akhir,

sehingga ketika dihadapkan pada permasalahan yang agak berbeda pada konteks

yang sama, siswa tidak mampu berfikir untuk mencari alternatif solusinya.

(16)

5

“Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dikarenakan siswa tidak membangun sendiri tentang pengetahuan konsep-konsep matematika tetapi cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika tanpa mengetahui makna yang terkandung pada konsep tersebut sehingga pada saat siswa menyelesaikan masalah matematika siswa sering melakukan kesalahan dantidak menemukan solusi penyelesaian masalahnya”.

Matematika juga merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, serta mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu

dan memajukan daya pikir manusia. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai

matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa.

Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi

matematika kurang menggembirakan. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk

memahami konsep-konsep matematika secara bulat dan utuh, sehingga jika

diterapkan dalam menyelesaikan soal matematika siswa tidak mengalami

kesulitan.

Namun sampai saat ini hasil belajar matematika siswa Indonesia belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat jelas dari hasil TIMMS

2007 yang menempatkan siswa Indonesia berada diperingkat 34 dari 50 negara

peserta dalam penguasaan matematika. Demikian juga dari hasil perolehan yang

menempatkan Indonesia dalam hal kemampuan matematika pada urutan ke-61

dari 65 negara peserta jauh dibawah Singapura yang berada diurutan ke-2 dan

masih dibawah Thailand yang berada diurutan ke-50. Ini menunjukkan bahwa

sistem pembelajaran dalam matematika perlu suatu inovasi perubahan atau

perbaikan untuk menjadi lebih baik.

Begitu juga dengan datayang diperoleh pada siswa kelas VIII (delapan)

SMP Negeri 1 Angkola Timur tahun ajaran 2015/2016 nampak hasil matematika

(17)

6

untuk ketuntasan belajar (sumber nilai raport siswa tahun ajaran 2015/2016). Dari

data tersebut terlihat bahwa hasil pembelajaran matematika siswa masih belum

mencapai yang diharapkan oleh kurikulumyaitu 70% untuk rata-rata kelas, 70%

untuk daya serap dan 75% untuk ketuntasan belajar. Untuk nilai ujian nasional

pada tahun ajaran 2015/2016 rata-rata nilai mata pelajaran matematika di SMP

Negeri 1 Angkola Timur dengan nilai terendah 1,2 dan nilai tertinggi 4,0 dari nilai

maksimum 10(sumber daftar kolektif hasil ujian nasional).

Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih rendah

pada SMP Negeri 1 Angkola Timur. Sehingga dapat kita disimpulkan bahwa

prestasi belajar matematika siswa masih rendah.Berdasarkan data yang kita

peroleh itu menandakan bahwa rendahnya hasil belajar matematika diakibatkan

oleh rendahnya mutu pembelajaran maka masih perlu diadakan usaha perbaikan

mutu pembelajaran. Salah satu usaha yang kita lakukan untuk memperbaiki

kualitas pembelajaran adalah dengan memulai dari hal-hal yang paling sederhana

yaitu dengan cara meningkatkan kognitif dan afektif siswa. Kognitif yang harus

ditingkatkan dalam diri siswa yaitu kemampuan akan pemahaman konsep

terhadap matematika itu sendiri sedangkan afektif siswa adalah bagaimana siswa

itu harus mandiri dalam memahami konsep matematika itu sendiri. Seperti halnya

kita ketahui bahwa peningkatan konsep matematika itu terdapat dalam tujuan

pembelajaran matematika, (Depdiknas: 2006) yaitu

(18)

7

dengan simbol, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5). Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu perhatian dan minat dalam mempelajarimatematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah”.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika diatas salah satu tujuan

pembelajaran matematika yang memegang peranan sangat penting adalah

pemahaman konsep matematika. Anderson (dalam Minarni, 2013:164)

mengatakan “Pemahaman merupakan kemampuan siswa untuk membangun

makna dari pesan pembelajaran yang meliputi komunikasi lisan, tulisan dan grafis

dalam bentuk apapun sewaktu disajikan dikelas, buku, atau layar televisi

(komputer)”. Begitu juga yang dikatakan oleh Sumarmo (dalam Asmar : 2011)

mengatakan bahwa ada dua visi pembelajaran matematika yaitu“(1). Mengarahkan

pembelajaran matematika untuk bisamemahami konsep yang kemudian konsep

itu diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan ilmu pengetahuan lainnya, (2).

Mengarahkan kemasa depan yang lebih luas yaitu matematika mampu

memberikan kemampuan pemecahan masalah, sistematik, kritis, cermat,

bersifat objektif dan terbuka”.

Selain itu pemahaman juga termasuk dalam six principles for school

mathematics (NCTM,2000), "Students must learn mathematics with

understanding, actively building new knowledge from experience and prior

knowledge", artinya yaitu siswa harus belajar matematika disertai pemahaman,

secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman atau pengetahuan

sebelumnya.Dari uraian diatasdapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep

matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran yang

(19)

8

sebagai hafalan, tetapi siswa lebih mengerti akan konsep dari materi pelajaran itu

sendiri, membangun pengetahuan baru yang bermakna dan pemahaman matematis

merupakan salah satu tujuan dari materi yang disampaikan oleh guru sebab guru

merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep serta pembelajaran harus

berpusat pada siswa.

SMP Negeri 1 Angkola Timur yang beralamat di J1.Raja Inal Kecamatan

Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu sekolah dari

beberapa sekolah yang ada di Kecamatan Angkola Timur yang siswanya cukup

banyak mengalami masalah dalam pembelajaran matematika.Berdasarkan hasil

wawancara peneliti terhadap Ibu Risma selaku guru mata pelajaran matematika

kelas VIII pada tanggal 6 Ju1i 2016 bahwa dalam prakteknya di sekolah, keaktifan

siswa dalam mengerjakan soal latihan pada proses pembelajaran masih kurang

serta siswa belum mandiri dalam belajar matematika. Dari keseluruhan siswa

hanya beberapa saja yang cukup aktif dalam bertanya.

Selain itu kebanyakan siswa cenderung hanya sekedar menghapal rumus

yang ada dan meniru langkah-langkah penyelesaian yang diberikan oleh guru

sehingga jika diberikan permasalahan yang berbeda dari contoh maka siswa

kesulitan mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari.Dari hasil observasi awal

yang dilakukan peneliti pada tanggal 6 Juli 2016 kepada 32 orang siswa kelas

VIII-5 di SMP Negeri 1 Angkola Timur berupa tes pemahaman konsep matematis

diperoleh10 orang (31,25%) diantaranya tidak menjawab soal tersebut, 16 orang

(50%) menjawab dengan ketidakmampuan siswa menuliskan kembali konsep dan

6 orang (18,75%) menjawab dengan ketidakmampuan siswa memberikan contoh

(20)

9

Sumber :(Erlangga, Adinawan cholik, 108: 2006) Dari kedua pertanyaan diatas salah satu jawaban siswa dapat dilihat sebagaiberikut:

Gambar 1.1

Hasil Jawaban Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Dari jawaban siswa nomor satu dapat dilihat siswa belum dapat

menyatakan ulang sebuah konseppersamaan linear dua variabel dengan baik

artinya siswa belum bisa mendefenisikan konsep persamaan linear dua variabel

berdasarkan defenisi dan konsep yang dimiliki sebuah persamaan linear dua

variabel. Jawaban siswa untuk soal nomor dua juga terlihat bahwa siswa belum

dapat mengidentifikasi mana yang merupakan contoh dan bukan contoh sesuai

dengan defenisi persamaan linear dua variabel. Jawaban siswa diatas

menggambarkan bahwa mereka belum bisa memahami konsep matematikadengan

benar. Sehingga perlu ditekankan kepada siswa pentingya pemahaman konsep

matematika dari setiap kompetensi yang sedang dipelajari, karena dalam

pembelajaran matematika antara kompetensi satu dengan kompetensi yang

1. Tuliskan defenisi persamaan linear dua variabel?

2. Manakah yang merupakan bentuk persamaan linear dua variabel?

a.a+5 = 7 b.3p-2=13 c.x+y = 4

Siswa belum memahami

defenisi PLDV

Siswa belum dapat menentukan

(21)

10

lainnya seperti mata rantai jika salah satu dari konsep matematika belum dipahami

dengan benar maka untuk kompetensi berikutnya akan mengalami kesulitan.

Berikut ini akan tunjukkan kemandirian belajar siswa akan soal diatas yaitu

Gambar 1.2

Penilaian Kemandirian Siswa

Kemandirian belajar siswa seperti terlihat pada gambar 1.2 diatas yaitu

kemandirian siswa pada jawaban nomor satu ditandai dengan siswa tidak mau tau

akan materi sebelumnya artinya siswa tidak mau bertanyak kepada guru atau

teman bila ada konsep atau masalah yang benar-benar belum mereka pahami

padahal konsep yang telah disampaikan guru begitu sederhana dan telah dipelajari

sebelumnya. Sedangkan kemandirian siswa untuk jawaban nomor dua diatas yang

mana siswa hanya menjawab asal saja dan tidak memperhatikan apa yang

ditanyak dalam soal mengakibatkan untuk materi selanjutnyapun siswa kewalahan

menguasai konsep matematikanya seperti siswa tidak bisa membedakan

persamaan linear satu variabel dengan persamaan linear dua variabel padahal

begitu mudah dan mungkin siswa mencontoh saja tugas dari temannya tanpa

melihat kebenarannya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa masih

kurang mandiri dalam memahami soal yang begitu sederhana yang pada akhirnya Siswa hanya menjawab

(22)

11

soal yang sulitpun siswa akan kewalahan mengerjakannya dan nantinya lama

kelamaan menjadikan siswa jenuh akan pelajaran matematika tersebut.

Dari uraian diatas diketahui permasalahan tentang kemampuan

pemahaman konsep matematika dan kemandirian belajar siswa menjadi sebuah

permasalahan serius yang harus ditangani supaya siswa dapat memahami konsep

dengan benar dan memiliki kemandirian belajar yang tinggisehingga hasil

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.Jika hal ini terus

terjadi, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,

diperlukan perbaikan pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa dan kemandirian belajar siswa di sekolah

karena dengan pemahaman konsep matematika yang baik, siswa dapat lebih

mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Depdiknas (dalam Harja, 2012)

mengemukakan bahwa

“Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep ataualgoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah”

Selain kemampuan pemahaman konsep matematis seperti dijelaskan diatas

siswa juga perlu memiliki kepribadian yang baik. Beranjak dari defenisi belajar

dan pembelajaran, Hosnan (2014:3) mengatakan bahwa belajar adalah (1).

Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, (2). Perubahan tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman, (3). Perubahan tingkah laku yang

relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan pembelajaran sebagai perubahan

tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Dari pengertian tersebut

(23)

12

mengarahkan dan membentuk pelajar menuju pada kepribadian yang baik. United

Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) dalam

Rusman (2013:131) mengemukakan bahwa “ada empat pilar pendidikan yaitu (1).

learning to know atau belajar untuk mengetahui, (2). learning todoatau belajar

untuk berkarya, (3). learning to beatau belajar menjadi diri sendiri dan (4).

learning to live together atau belajar untuk hidup bersama”. Dari pilar pendidikan

diatas learning to be atau belajar menjadi diri sendiri berkaitan dengan

kepribadian yang baik yaitu kemandirian belajar, rasa tanggungjawab dan

kepribadian yang baik yang akan berefek positif pada pilar ke empat learning to

live together atau belajar untuk hidup bersama. Salah satu kepribadian yang harus

dimiliki oleh siswa sebagai perwujudan belajar yang dapat membentuk jati diri

adalah sikap kemandirian belajar siswa yang tinggi. Kualitas pemahaman konsep

siswa turut mempengaruhi kemandirian belajar matematika siswa. Karena jika

siswa tidak memahami dengan benar suatu konsep matematika tentu saja siswa

tidak akan mampu untuk mandiri dalam belajar matematika.

Sementara yang diharapkan bahwa pembelajaran harus mampu

mengkondisikan siswa untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yang

tidak diterima begitu saja dari penjelasan guru melainkan harus mampu

membangun sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari sehingga pembelajaran

tidak hanya berpuast pada guru melainkan pembelajaran harus berpusat pada

siswa.Maka untuk itu sikap kemandirian belajar sangat dibutuhkan karena dapat

dibentuk dari pembelajaran yang biasa dilakukan. Sesuai dengan pendapat

Sumarmo yang menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan proses

(24)

13

afektif dalam menyelesaikan suatu masalah. Fauzi (2011:56) juga menyatakan

bahwa

“Kemandirian belajar siswa dalam matematika dikembangkan berdasarkan aspek yaitu inisiatif belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menetapkan target atau tujuan belajar, mengatur dan mengontrol belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, memilih dan menerapkan strategi belajar, mengevaluasi proses dan hasil belajar”.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian

belajar diperlukan agar setiap individu dapat mengambil inisiatif, atau tanpa

bantuan orang lain, dalam hal menentukan kegiatan belajamya seperti

merumuskan tujuan belajar, sumber belajar (buku atau kaset), mendiagnosa

kebutuhan belajar dan mengontrol sendiri proses pembelajarannya, memiliki

kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap

apa yang dilakukan.Pentingnya kemandirian belajar siswa belum sesuai dengan

fakta dilapangan seperti yang terlihat pada observasi awal pemberian tes

pemahaman konsep matematis dan pemberian angket kemandirian belajar yang

dikembangkan oleh Fauzi diatas kepada 32 siswa di kelas VIII-5 SMP Negeri 1

Angkola Timur diperoleh bahwa (1). 65% (21 siswa) belum memiliki hasrat

bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, (2). 50 % (16 siswa) belummampu

mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapinya,

(3). 65% (21siswa) belum memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan

tugas-tugasnya, (4). 80% (26 siswa) belum bisa bertanggung jawab terhadap apa yang

dilakukannya dan (5). 60% (19 siswa) belum mampu memutuskan sesuatu tanpa

bantuan orang lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa tak

(25)

14

Namun seiring dengan rendahnya pemahaman konsep matematis siswa turut

membuat kemandirian siswa rendah. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan

pemahaman konsep matematis dan kemadirian belajar siswa adalah proses

pembelajaran yang terjadi masih saja berpusat pada guru.Siswa tidak banyak

terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuannya hanya menerima saja informasi

searah yang disampaikan oleh guru. Seringkali siswa tidak mampu menjawab soal

yang berbeda dari contoh yang diberikan guru. Hal ini dikarenakan siswa hanya

mendengar penjelasan guru, mencontoh, dan mengerjakan latihan mengikuti pola

yang diberikan guru, bukan dikarenakan siswa memahami konsepnya. Seperti

dikatakan Ansari (2012:2) yaitu:

“Merosotnya pemahaman matematik siswa di kelas antara lain karena (a). Dalam mengajar guru sering mencontohkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan soal, (b). Siswa belajar dengan cara mendengar dan mencontoh guru melakukan matematika, kemudian guru memecahkannya sendiri dan (c). Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari dilanjutkan dengan pemberiancontoh dan latihan”.

Jika kondisi itu dibiarkan terus maka siswa menjadi bosan terhadap

pelajaran matematika dan menganggap pelajaran matematika itu kurang

menyenangkan. Dengan demikian berkuranglah minat dan semangat siswa dalam

memahami konsep matematika dan semakin tidak mandiri dalam belajar yang

akan mengakibatkan tidak ada lagi minat siswa terhadap proses pembelajaran.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran matematika di

kelas misalnya perbaikan kurikulum, seminar pendidikan, pelatihan guru. Namun

tetap saja masih ada kesulitan belajar yang dihadapi siswa, kesulitan ini dapat

timbul akibat materi yang sulit, metode mengajar guruyang kurang bervariasi,

(26)

15

siswa diantaranya yaitu kemampuan awal, ekonomi, fisik dan psikis. Sedangkan

faktor dari luar siswa menurut Amri (2013:25-26) diantaranya keluarga, tempat

tinggal, kondisi, sekolah, guru, cuaca dan keamanan.

Dalam kerangka pembelajaran matematika, siswa harus dilibatkan secara

aktif dalam belajar baik secara mental, fisik, maupun sosial, sehingga memberikan

pengalaman bagi siswa, dapat mempelajari matematika lebih mudah, cepat,

bermakna, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena itu, diperlukan model yang

cocok sehingga dapat membangkitkan motivasi siswa untuk dapat mengkonstruksi

pengetahuan sendiri dan diharapkan mampu meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa dan kemandirian belajar siswa. Sesungguhnya yang diharapkan

adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, proses pembelajaran di kelas yang

melibatkan interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa

dengan media/model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran dan media

yang tepat akan sangat membantu proses pembelajaran matematika

dikelas.Dimyanti (2006:9) menyatakan bahwa,

“Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mengembangkan profesinya melalui penggunaan multi model, metode, strategi, kiat, cara dan teknik dalam membelajarkan bahan pelajaran, sehingga siswa memperoleh hasil yang gemilang baik dalambentuk ranah kognitif, afektif dan psikomotor”.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

pemahaman konsep matematis dan kemandirian belajar siswa adalah model

pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write. Model pembelajaran kooperatif tipe

think-talk-write diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin merupakan gabungan

dari tiga buah kata yang berturut-turut mempunyai arti berpikir, berbicara dan

(27)

16

siswa. Hal ini dikarenakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

think-talk-write merupakan model pembelajaran pada dasarnya dibangun melalui berpikir,

berbicara dan menulis. Alur kemajuan model pembelajaran kooperatif tipe

think-talk-write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan

dirinya sendiri setelah proses membaca selanjutnya berbicara dan membagi ide

dengantemannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan

dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta

membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide

bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

Menurut Sugandi, (2011:43) menyatakan bahwa “Model pembelajaran

kooperatif tipe think-talk-writeadalah model pembelajaran yang berusaha

membangun pemikiran (think), merefleksi, dan mengorganisasikan ide (talk),

kemudian menguji ide sebelum siswa menuliskan ide-ide tersebut (write)”. Dari

penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe think-talk-write akan lebih memudahkan peserta didik dalam

mempelajari materi pelajaran matematika. Sedangkan menurut Sunyoto dan

Rahmawati (2011:4) kelebihan dalam menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe think-talk-writeadalah “1). Mengembangkan pemecahan masalah

yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar, 2). Dengan memberikan soal

open-ended dapat mengembangkan berpikir kreatif dan kritis siswa, 3). Dengan

berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif

dalam belajar”.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dapat

(28)

17

pengetahuan, mempercepat kemampuan siswa dalam mengungkapkan idenya

melalui tulisan sehingga meningkatkan pemahaman konsep dan membantu siswa

merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan pemahaman

konsep dari materi yang dipelajari serta memungkinkan membantu guru dalam

melihat perkembangan pemahaman konsep siswanya.

“ Seperti yang diungkapkan oleh Sholikhah (dalam Asmarani dewi) bahwa

1). Think: Anak didik secara individual membaca, berfikir dan menuliskan

hal-hal penting dari bahan pelajaran yang disajikan, 2). Talk: Anak didik mengkomunikasikan kegiatannya pada tahap think secara berkelompok, 3).

Write: Anak didik menuliskan hasil pada tahap talk dengan bahasa

masing-masing ”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

think-talk-write merupakan model pembelajaran yang menekankan peningkatan

kemampuan berpikir siswa, kemampuan berkomunikasi serta kemampuan dalam

merealisasikan ide dalam sebuah tulisan dengan penciptaan lingkungan belajar

yang efektif melalui interaksi didalam kelas yang akan berpengaruh terhadap

efektivitas dan antusiame siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar, sehingga

dapat mengoptimalkan daya pikir siswa dan dapat meningkatkan pemahaman

konsep matematis siswa. Berdasarkan latar belakang masalah penulis telah

melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1

(29)

18

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah adalah sebagai berikut

1. Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.

2. Rendahnya kualitas pembelajaran matematika.

3. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika

4. Hasil belajar matematika siswa rendah.

5. Pemahaman konsep matematis siswa masih rendah terhadap materi sistem persamaan linear dua variabel.

6. Kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebihterfokus mengingat

luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi maka peneliti membatasi

masalah pada poin (4) dan (5) yaitu upaya peningkatan kemampuan pemahaman

konsep matematis dan kemandirian belajar siswa SMP Negeri 1 Angkola Timur

terhadap materi sistem persamaan linear dua variabel melaluimodel pembelajaran

kooperatif tipe think-talk-write.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi

rumusanmasalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(30)

19

sistem persamaan linear dua variabel?

2. Apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe think-talk-write dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa pada materi sistem persamaan linear

dua variabel?

3. Apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe think-talk-write dapat meningkatkan aktivitas siswa?

4. Apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe think-talk-write dapat meningkatkan aktivitas guru?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh

informasi tentang peningkatan pembelajaran matematika melalui model

pembelajaran kooperatif tipe think-talk- write. Sedangkan tujuan khusus yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mendeskripsikan pembelajaran dengan model kooperatif tipe

think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel?

2. Untuk mendeskripsikan pembelajaran dengan model kooperatif tipe think-

talk-write dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa pada materi sistem

persamaan linear dua variabel?

3. Untuk mendeskripsikan pembelajaran dengan model kooperatif tipe

think-talk-write dapat meningkatkan aktivitas siswa?

4. Untuk mendeskripsikan pembelajaran dengan model kooperatif tipe

(31)

20

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas maka diperoleh manfaat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagi Siswa

Sebagai bahan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan

kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berfikir, kerjasama,

tanggung jawab dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika untuk memilih model

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pengalaman baru bagi pihak peneliti (sebagai tenaga pendidik)

(32)

189

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data lapangan tentang upaya

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan

kemandirian belajar siswa SMP Negeri 1 Angkola Timur diperoleh

beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan masalah,

diantaranya:

1. Terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

dari Pre tes (sebelum tindakan) menuju tes siklus I (akhir pembelajaran)

yaitu hanya 4 siswa yang dinyatakan tuntas dengan persentase 23,8%

meningkat menjadi 9 siswa yang dinyatakan tuntas dengan persentase

28,125%,, terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa dari tes siklus I (akhir pembelajaran) menuju tes siklus

II (akhir pembelajaran) yaitu hanya 9 siswa yang dinyatakan tuntas

dengan persentase 28,125% meningkat menjadi 25 siswa yang dinyatakan

tuntas dengan persentase 78,125%, dan terjadi peningkatan kemampuan

pemahaman konsep matematis dari tes siklus II menuju postes (sesudah

tindakan) yaitu hanya 25 siswa yang dinyatakan tuntas dengan persentase

78,125% meningkat menjadi 30 siswa yang dinyatakan tuntas dengan

(33)

190

2. Terjadi peningkatan kemandirian belajar siswa (sebelum tindakan)

menuju kemandirian belajar siklus I (akhir pembelajaran) yaitu dari

69,5% menjadi 69,5 %,kemandirian belajar siklus I menuju

kemandirian belajar siklus II yaitu dari 69,5% menjadi 75% dan

kemandirian belajar siklus II menuju kemandirian belajar sesudah

tindakan yaitu 75% menjadi 82 %.

3. Dari hasil observasi aktivitas siswa pada tindakan siklus I terdapat 5 kategori,

memiliki nilai terendah 2,59. Sedangkan siklus II memiliki nilai 3,35. Jadi

aktivitas siswa meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 0,76.

4. Dari hasil observasi aktivitas guru pada tindakan siklus I terdapat 5 kategori,

memikli nilai terendah 2,76 Sedangkan siklus II memiliki nilai3,86. Jadi

aktivitas gurumeningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 1,1.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pembelajaran

berbasis masalah, memberikan beberapa hal untuk perbaikan kedepannya.

Untuk itu peneliti menyarankan kepada pihak-pihak tertentu yang

berkepentingan dengan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Guru

a. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe think-talk-write dapat diperluas penggunaannya, tidak hanya pada

materi sistem persamaan linear dua variabel tetapi juga pada materi-materi

(34)

191

b. Guru diharapkan perlu menambah wawasan tentang teori-teori

pembelajaran yang lain (pembelajaran yang inovatif), dan dapat

menerapkannya dalam pembelajaran.

c. Dalam setiap pembelajaran guru harus menciptakan suasana belajar

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka

sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani

berargumentasi, lebih percaya dan kreatif.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dengan menekankan

kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemandirian belajar

siswa masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu

disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemandirian belajar

siswa.

b. Pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep matematis dan kemandirian belajar siswa pada pokok bahasan

sistem persamaan linear dua variabel sehingga dapat dijadikan masukan

bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai model pembelajaran yang

(35)

192

3. Kepada Peneliti Lanjutan

a. Pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write masalah umumnya

memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksaannya. Jadi,

apabila ingin melanjutkan peneletian ini alokasi waktu harus

diperhitungkan agar memperoleh hasil yang maksimal.

b. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi

dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematis yang

lain yaitu kemampuan pemahaman, penalaran, koneksi, dan representasi

matematis secara lebih terperinci dan melakukan penelitian ditingkat

sekolah yang belum terjangkau oleh peneliti saat ini.

c. Pelakasanaan penelitian untuk 1 (semester) atau enam bulan, sehingga

hasil yang diperoleh akan maksimal.

(36)

193

DAFTAR PUSTAKA

Afrilianto,M.2012 . Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung,(Online),Vol.1,No.2,(http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/inde x.php/infiniy/article/view/19/18,diakses1 Oktober 2014).

Arends,R.2008. Learning to Teach. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Abdurrahman,M.2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Alawiyah,T. 2011. Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Terkait (Connected) terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa.Vol. 1.No. 1: 23-28.

Arikunto, S. &dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

Ansari, B.I. 2012. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan PeNA.

Amri. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Asmarani,D. PembelajaranThink-Talk-Write untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pemetaan dan Bilangan Bulat Pada Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Kanjuruhan Malang. Jurnal Inspirasi Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang. Artikel tidak diterbitkan .

Astri,D. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik dan Kemandirian Siswa. UNIMED: tesis program pascasarjana.

Bani,A.2011.Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Edisi khusus. Bandung: UPI.

Bambang, I. 2008. Penyebab Kesulitan Belajar Matematika. (Online) (http://rbaryans.wordpress.com/2008diakses 10Maret2015).

Cholik, M.A.& Sugijono. 2006. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Dimyati, Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

(37)

194

Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Elida,N.2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012.

Fauzi,A.M.2011. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama.Disertasi UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Gagne, R.M., (1983). Some Issues in the Psychology of Mathematics Instruction, Journal for Research in Mathematics Education

Harja,Media. 2012. (http://mediaharja.blogspot.com/2012/05/pemahaman konsep-matematis.html?m=1). (diaksesMaret 2015).

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Cetakan kesembilan. Jakarta: BumiAksara.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: GhaliaIndonedia.

Isjoni, 2009. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.104 tentang SKL Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.Balitbang.

Mendiknas RI. 2011. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. (online) (https://asefts63.files.wordpress.com/2011/0l/permendiknas-no-22-tahun-2006-standar-isi.pdfdiakses 15 Maret 2015).

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM).2000. Prisiple and Standard for School Mathematics. Reston. VA: NCTM

Minarni, A. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis dan Keterampilan Sosial Siswa SMP Negeri di Kota Bandung. Jurnal Paradikma. Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2013: 162-174.

(38)

195

Nizbah, F . 2013.(http://faizalnizbah.blou-spot.com/ 2013/07/konsep-dalam-matematika.html?m=1).(DiaksesMaret 2015).

Program Pascasarjana. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertase. Medan: Pasca sarjana UNIMED.

Ruseffendi,E.T.1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. edisi ke-dua. Bandung. Tarsito

Risdianto, H. dkk. 2013. The Diffrence of Enhancement mathematical Problem

Solving Ability and Self-Efficiency SMA with MA Students IPS Program Through Guided Inquiry Learning Model Assisted Autografh Software in Langsa. Jurnal Paradikma, Vol. 6 No. 1 Edisi Juni 2013:

89-90.

Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suranto, 2009. Konsep Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching and Learning. Semarang: PT. Sindur Press.

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2013. MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sari, Ocky. 2010. Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 3 Depok dalam Pembelajaran Matematika menggunakan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write.

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunyoto, R. 2011.Penerapan Strategi TTW untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika dan Penalaran Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X TITL SMKN 2 Bangkalan. Surabaya:Seminar Nasional Pendidikan Matematika.

(39)

196

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

TIMMS. 2007. http://infopendidikankita.blogspot.com). diakses pada tanggal 5 Februari 2011.

Wardhani, S & Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian dan Hasil Belajar Matematika SMP.Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Departemen Pendidikan Nasional.

Yuwono,W. Penerapan Strategi Think-Talk-Write (TTW) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Brawijaya Smart School (BSS).

Zimmerman, B. 2008. Investigating Self-Regulation and Motivation: Historical

Background, Methological Developments and Future Prospects. America. American Educational Research Journal Math, 45 (1):

166-183.(online)(http://eprints.unvac.id//2112/1/skripsi.dockdiaksespadata nggal 3 Agustus 2015.

Gambar

Gambar 1.1 Hasil Jawaban Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Gambar 1.2 Penilaian Kemandirian Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan

(200 M x 106 M) dan 1 (satu) pintu rumah papan yang terletak di atas tanah tersebut dengan ukuran 4 x 3 M sama dengan luas 12 M, yang terletak di kampung Pilar Jaya, Kecamatan

Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran melalui model ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction), analisis ini

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membuat situs (website) dengan menggunakan program aplikasi Macromedia Flash MX, dengan tujuan membantu bagi para penggemar anime dan manga

Penelitian ini membatasi dan memfokuskan pada pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah (BD) dan flypaper effect

Tanaman sukun dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1100 meter. di atas permukaan laut