• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL (SPLDV) DI KELAS VIII MTSS UJUNG BARO GAYO LUES T.A.2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL (SPLDV) DI KELAS VIII MTSS UJUNG BARO GAYO LUES T.A.2015/2016."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL (SPLDV) DI KELAS VIII

MTsS UJUNG BARO GAYO LUES T.A.2015/2016

Oleh:

Ruwaidawati NIM 4111111021

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNI NG (CTL ) UNT UK MENINGK AT KAN KE MAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL (SPLDV) DI KELAS VIII

MTsS UJUNG BARO GAYO LUES T.A.2015/2016

Ruwaidawati (NIM 4111111021)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Peningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran cCTL pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII MTsS Ujung Baro Gayo Lues T.A 2015/2016. (2)Penerapan model pembelajaran CTL terhadap peningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII MTsS Ujung Baro Gayo Lues T.A 2015/2016

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-2 MTsS Ujung Baro Gayo Lues yang berjumlah 30 orang siswa dan objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran CTL pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII MTsS Ujung Baro Gayo Lues T.A 2015/2016.

Pengambilan data dilakukan dengan tes awal, tes kemampuan pemecahan masalah pada akhir siklus dan lembar observasi untuk tiap kali pertemuan. Kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari peningkatan rata-rata pemecahan masalah matematika siswa dari tes awal, siklus I dan siklus II, yakni dari 56,66 (56,55%). dengan tingkat kemampuan rendah di tes awal menjadi 69,17 (69,17%) dengan tingkat kemampuan sedang di siklus I dan menjadi 80,08 (80,08%) dengan tingkat kemampuan tinggi di siklus II. Ketercapaian klasikal juga mengalami peningkatan yaitu dari tes awal yakni dari 26,66% menjadi 56,66% pada siklus I dan menjadi 86,66% pada siklus II. Pada proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dilihat dari rata-rata hasil observasi yaitu pada siklus I rata-rata kemampuan guru mengolah pembelajaran adalah 2,85 dengan kategori baik meningkat menjadi 3,52 dengan kategori baik pada siklus II.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala kasih dan kuasa-NYA yang memberikan hikmat dan kesehatan kepada penulis untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) di MTsS Ujung Baro Gayo Lues T.A 2015/2016” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

(5)

v

guru beserta siswa – siswi kelas VIII-2 MTsS Ujung Baro Gayo Lues yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tersayang Alm. Ilyas, dan Ibunda tercinta Siti Aisyah yang telah begitu banyak memberikan kasih sayang, doa, motivasi dan semangat, serta dukungan moral dan material yang tak ternilai harganya. Serta kepada abangda tercinta Irwin Rudini dan Ibrahim Irwan yang begitu banyak memberikan doa dan motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat seperjuangan yang selalu memberi semangat dan dukungan yaitu my bestfriend Fronika, Nova, Rina A.S Sitepu, Shanti, Annisa, Bambang, Maksum, Umam, jeddah dan teman– teman sekelas Matematika DIK – A 2011 dan juga teman PPL, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka. Terima kasih juga kepada sahabatku tersayang Jenni Resti Ayu, Sahara S.Pd dan Hariyanti S.Pd yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Januari 2016 Penulis,

(6)

vi

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika 11 2.1.2. Kesulitan Belajar Matematika 13

2.1.3. Masalah Dalam Matematika 15

2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 17

2.1.5. Model Pembelajaran 21

2.1.6. Pembelajaran Kontekstual 21 2.1.7. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual 23 2.1.8. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual 27 2.1.9. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 28 2.1.10Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dalam Kontekstual 32

2.2 Kerangka Konseptual 34

2.3 Hipotesis Tindakan 35

BAB III METODE PENELITIAN 36

3.1. Jenis Penelitian 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 36

3.2.1. Lokasi Penelitian 36

3.2.2. Waktu Penelitian 36

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 36

3.3.1. Subjek Penelitian 36

3.3.2. Objek Penelitan 36

3.4. Prosedur Penelitan 37

(7)

vii

3.5.1. Tes 41

3.5.1.1. Validitas Tes 42

3.5.2. Observasi 43

3.6. Teknik Analisis Data 43

3.6.1. Reduksi Data 43

3.6.2. Paparan Data 44

3.6.3. Penarikan Kesimpulan 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 49

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 49

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 49

4.1.1.1. Deskripsi Tes Awal 49

4.1.1.2. Alternatif Pemecahan Masalah I 50 4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 51 4.1.1.4. Analisis Data Hasil Observasi Siklus I 52 4.1.1.5. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa I 53

4.1.1.6. Refleksi I 58

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II 65

4.1.2.1. Kondisi Awal 65

4.1.2.2. Alternatif Pemecahan Masalah II 66 4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 66 4.1.2.4. Analisis Data Hasil Observasi Siklus II 67 4.1.2.5. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa II 68

4.1.1.6. Refleksi II 73

4.2. Pembahasan Dan Hasil Penelitian 76 4.2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 76 4.2.2 Kesalahan Siswa pada Tes Kemampuam Pemecahan Masalah 78 4.2.3. Peningkatan Pengolahan Pembelajaran 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 84

5.1. Kesimpulan 84

5.2. Saran 85

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kesalahan Siswa Mengerjakan Soal 4 Gambar 2.1 Penyelesaian sistem persamaan 30 Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 41 Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan 56

Masalah I

Gambar 4.2 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap 56 Pemecahan Masalah I

Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 58 Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

Gambar 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan 71 Masalah II

Gambar 4.5 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap 71 Pemecahan Masalah II

Gambar 4.6 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 72 Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

Gambar 4.7 Hasil Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah 77 Gambar 4.8 Persentase Kesalahan Siswa Kategori Memahami Masalah 79 Gambar 4.9 Persentase Kesalahan Siswa Kategori Merencanakan Masala 79 Gambar 4.10 Persentase Kesalahan Siswa Kategori Melaksanakan Masalah 80 Gambar 4.11 Persentase Kesalahan Siswa Kategori Memeriksa Kembali 80

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika 20

Tabel 3.1 Tahapan Siklus 1 37

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika 44 Tabel 3.3 Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah 45 Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Awal 50 Tabel 4.2 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 52

oleh 2 observer

Tabel 4.3 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 53 Tabel 4.4 Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada TKPM I 54 Tabel 4.5 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah pada 54

TKPM I

Tabel 4.6 Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah pada 55 TKPM I

Tabel 4.7 Kemampuan Siswa Memeriksa Pemecahan Masalah pada 56 TKPM I

Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan 57 Masalah Matematika Siklus I

Tabel 4.9 Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan TKPM I 60 Tabel 4.10 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 67

oleh 2 observer

Tabel 4.11 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 68 Tabel 4.12 Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada TKPM II 69 Tabel 4.13 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah 69

pada TKPM II

Tabel 4.14 Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah 70 pada TKPM II

(10)

x

Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan 72 Masalah Matematika Siklus II

(11)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 88 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 95 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 103 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV 110 Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 116 Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 124 Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 135 Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV 144 Lampiran 9 Kisi-Kisi InstrumenTes Awal 153 Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 154 Lampiran 11 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 155

Lampiran 12 Lembar Validator 156

Lampiran 13 Lembar Validasir Tes Awal 157 Lampiran 14 Lembar Validasir Tes Kemapuan Pemecahan Masalah I 160 Lampiran 15 Lembar Validasir Tes Kemapuan Pemecahan Masalah II 163

Lampiran 16 Tes Awal 166

Lampiran 17 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 168 Lampiran 18 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 170 Lampiran 19 Alternatif Jawaban Tes Awal 172 Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 179 Lampiran 21 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 187 Lampiran 22 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 193 Lampiran 23 Tabulasi Nilai Tes Awal Kemampuan Pemecahan Masalah 194

Matematika

Lampiran 24 Tabulasi Nilai TesKemampuan Pemecahan Masalah 197 Matematika Siklus I

Lampiran 25 Tabulasi Nilai TesKemampuan Pemecahan Masalah 200 Matematika Siklus II

(12)

xiv

Lampiran 27 Lembar Observer 204

Lampiran 28 Lembar Observasi Pengelolaan kelas (siklus I) 205 Lampiran 29 Lembar Observasi Pengelolaan kelas (siklus II) 213

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting sejak zaman dahulu dan sangat berguna dalam perkembangan ilmu lain. Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa setiap anak didik harus mendapat pelajaran matematika di sekolah. Jadi penting bagi kita terutama siswa untuk menyadari manfaat matematika sebagai subjek yang sangat penting dalam peradaban manusia, terutama dalam sistem pendidikan di seluruh dunia. Hal ini terlihat dari matematika yang juga merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga di perguruan tinggi.Seperti yang di kemukakan oleh Cockrof (dalam Abdurrahman, 2009: 253) menyatakan :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu di gunakan dalam segala kehidupan ,(2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai,(3) merupakan sarana komunikasi yang kuat , singkat ,dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan , dan (6) memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Sejalan dengan ini Cornelius (dalam Abdurrahman,2009: 253) menyatakan :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berfikir jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreaktifitas,dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

(14)

2

kehidupan seseorang di masa yang akan datang. Jadi semakin sering belajar matematika maka akan semakin meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan hal ini akan membantu kita untuk menghadapi kejadian-kejadian dalam hidup dengan pikiran yang logis pula.

Walaupun matematika memiliki peranan penting dalam penentuan masa depan seseorang namun pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak tertarik belajar matematika. Hal ini diketahui dari nilai matematika siswa yang masih tergolong rendah. Ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan matematika siswa. Salah satunya kemampuan pemecahan masalah siswa yang sangat rendah. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, model pembelajaran yang ditetapkan masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru.

Hal yang sama dikemukakan oleh Erman Suherman (2009), bahwa:

Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih, …., dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.

(15)

3

menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam memecahkan masalah tersebut.

Menurut Abbas (2008) menyatakan bahwa :

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidak tepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru.

Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika. Slameto (2010: 94) mengemukakan bahwa :

Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa tidak selalu menngantungkan diri kepada orang lain.

Slameto (2010: 36) menyatakan bahwa:

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajika oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.

(16)

4

Permasalahan saat ini yang di hadapi oleh guru mata pelajaran matematika di MTsS Ujung Baro Gayo adalah penguasaan siswa terhadap beberapa materi matematiaka,terutama dalam mengigat konsef dalam waktu yang terbatas yang telah diajarkan.Pandangan ini akan mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa. Seperti hasil wawancara yang di lakukan peneliti kepada salah satu guru matematika MTsS Ujung Baro Gayo Lues (Ibu Hanifah, S.Pd.I 13 Februari 2015) yang menyatakan bahwa:

Siswa kurang mampu dalam memecahkan masalah pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua varibel terutama soal yang berbentuk cerita karena mereka kurang mampu memahami konsep-konsep pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Ini juga terjadi karena tingkat konsentrasi siswa yang tidak maksimal yang mungkin disebabkan karena model sebelumnya tidak membuat siswa termotivasi sehingga kebanyakan siswa kurang mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi tersebut.

Hal ini juga didukung dengan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal rabu 13 februari 2015 untuk mengukur kemampuan pemecahan matematika siswa. Hasilnya kemampuan siswa masih rendah. Siswa yang diuji adalah siswa VIII-1 MTsS Ujung Baro Gayo Lues. Adapun salah satu soal yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:

Harga sebuah mainan anak-anak Rp20.000. Ibu memperoleh diskon sebesar 10%

karena membayar kontan. Berapa rupiah ibu harus membayar jika ia membeli 2

buah mainan? Berikut dilampirkan hasil jawaban beberapa orang siswa:

Gambar 1.1 kesalahan siswa mengerjakan soal

(17)

5

Dari 30 siswa yang mengikuti tes 29 diperoleh skor rata-rata siswa 60,09 %. Diperoleh gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: terdapat 50,00 % siswa yang sudah mampu memahami masalah 23,27% yang sudah mampu merencanakan pemecahan masalah, 22,41% yang sudah mampu melaksanakan pemecahan masalah, dan hanya 4,32% yang sudah mampu memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh tersebut. Sedangkan kemampuan masalah matematika siswa dalam memecahkan masalah secara individu, yaitu terdapat 0 orang siswa (0%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi, 2 orang siswa (6,66%) dengan tingkat kemampuan tinggi, 7 orang siswa (23,33%) dengan tingkat kemampuan sedang, 11 orang siswa (36,66%) dengan tingkat kemampuan rendah, dan 10 orang siswa (33,33%) dengan tingkat kemampuan yang sangat rendah. Jadi diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika kelas adalah (60,09%) dengan tingkat kemampuan rendah.

Dari data ini terlihat jelas bahwa dari aspek merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah dan memeriksa prosedur tingkat penguasaan siswa masih tergolong rendah. Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa banyaknya siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan masih kurang terampilnya siswa dalam memecahkan masalah matematika, sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah matematika dan kemampuan pemecahan masalah matematika kurang maksimal.

(18)

6

khusus mengarahkan siswa kepada kemampuan pemecahan masalah masih kurang.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, namun belum memperlihatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu di upayakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika terutama pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan pemecahan matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika. Slameto (2010: 36) mengemukakan bahwa:

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri,siswa itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru.bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.

Siswa menganggap bahwa materi sistem persamaan linier dua variabel merupakan materi pelajaran yang sulit dipelajari. Apalagi biasanya soal-soal materi sistem persamaan linier dua variabel ini dituangkan dalam bentuk soal cerita. Dari kenyataannya di lapangan, salah satu kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdurrahman (2012: 209) yang mengemukakan: “Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan”.

Kesulitan yang sering tampak dalam menyelesaikan soal dari materi sistem persamaan linier dua variabel adalah siswa belum sepenuhnya memahami permasalahan pokok soal pada saat membaca soal dan mengidentifikasi masalah di dalamnya. Karena ini dibutuhkan kemampuan dalam membaca soal dengan baik. Abdurrahman (2012: 213) mengatakan bahwa: “…anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis”.

(19)

7

persaman linier dua variabel serta pembelajaran yang cenderung kaku karena komunikasi lebih banyak didominasi oleh guru.

Untuk mengantisipasi kondisi yang demikian, model pembelajaran di kelas perlu direformasi. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi tetapi sebagai pendorong siswa belajar agar dapat mengkontruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan berkomunikasi sebagai wahana pelatihan berfikir kritis dan kreatif.

Oleh karena itu harus ada perubahan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakana sehingga dapat membekali siswa dalam menghadapi permasalahan hidup yang di hadapi yang akan datang. Beberapa hal tersebut di atas mengarahkan pada kesimpulan bahwa diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi pendekatan yang mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri agar siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah matematika. Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan diterapkan, salah satunya adalah pendekatan kontekstual atau yang lebih dikenal dengan CTL (Contextual Teaching Learning). Model pendekatan kontekstual dapat menjadi alternatif pendekatan yang di gunakan sebagai solusi permasalahan yang dihadapi guru di MTsS Ujung Baro Gayo Luas. Dengan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL), juga diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian masalah dari soal-soal pemecahan masalah didalam kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variablel. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

(20)

8

1.2 Identifikasi Masalah

1. Pembelajaran matematika yang diterapkan masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

3. Materi sistem persamaan linier dua variabel merupakan materi yang sulit bagi siswa, terutama permasalahan sistem persamaan linier dua variabel yang berbentuk soal cerita.

4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan belum menerapkannya model pembelajaran Contextual Teaching Learning.

1.3 Batasan Masalah

Sesuai latar belakang dan identifikasi masalah diatas,maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah .Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika dan mengetahui kesulitan Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SVLDV) di MTsS Ujung Baro GayoLues.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah dengan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa pada pokok bahasan sitem persamaan linier dua variabel (SVLDV) di MTsS Ujung Baro GayoLues

(21)

9

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

matematika dikelas VIII MTsS Ujung Baro GayoLues.

2. Untuk mengetahui kesulitan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model Contextual Teaching Learning (CTL) pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SVLDV) di MTsS Ujung Baro Gayo Lues.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran Contextual Teaching Learning ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel.

3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika disekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

(22)

10

1.7 Defenisi Operasional

1. Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika yang tidak rutin ditinjau dari aspek (a) memahami masalah, (b) membuat rencana penyelesaian, (c) melakukan penyelesaian masalah, (d) memeriksa kembali.

(23)

84 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah:

1. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan. Pada tes awal rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa adalah 56,66 (56,55%). Sedangkan pada siklus I, rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa adalah 69,17 (69,17%). Pada siklus II, rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa adalah 80,25 (80,25%).Persentase kemampuan pemecahan masalah klasikal pada tes kemampuan pemecahan masalah II (pada siklus II) > dari pada persentase tes kemampuan pemecahan masalah I (pada siklus I) > dari pada persentase tes awal. Dari tes awal ke siklus I terjadi peningkatan presentase ketercapaian klasikal (D) sebesar 30.00%. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan presentase ketercapaian klasikal (D) sebesar 43,34%. Presentase siswa dengan tingkat kemampuan minimal sedang di siklus II adalah 86,66%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa presentase ketercapaian klasikal terpenuhi (Tuntas).Berdasarkan perhitungan rata-rata lembar observasi, kemampuan guru mengelola pembelajaran pada siklus I adalah 2,85 dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 3,52 dengan kategori sangat baik. Maka dapat disimpulkan pengelolaan pembelajaran guru dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada materi SPLDV dalam penelitian ini mengalami peningkatan dan berjalan dengan baik.

(24)

85

33,33(33,33%),menurun kembali pada siklus II sebesar 10,00(10,00%) dan kesulitan siswa dalam melihat kembali siswa pada tes awal sebesar 86,60(86,60%),menurun pada siklus I sebesar 53,33(53,33%),menurun kembali pada siklus II sebesar 23,33(23,33%).

5.2Saran

Adapun saran yang didapat dari hasil penelitian yaitu:

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam pembelajaran dan menerapkan model pembelajaran CTL sebagai salah satu alternatif.

2. Sebaiknya guru lebih sering memberikan latihan soal-soal cerita yang bervariasi. Mulai dari soal-soal pemecahan masalah yang sederhana sampai dengan soal-soal pemecahan masalah yang lebih kompleks dengan menekankan pada penggunaan langkah-langkah penyelesaian masalah dan memeriksa kembali agar siswa lebih terlatih dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan lebih sistematis.

3. Kepada siswa disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam belajar.

(25)

86

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, (2008), http://portalgaruda.org/article.php?article=139237&val=40582008 (diakses 10 Maret 2015)

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Abdurrahman, M., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Amir, M. Tufik., (2009) Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,Bagaimana Pendidikan Memberdayakan Pemelajar Di Era Pengetahuan, Kencana, Jakarta.

Arends, R.L., (2008), Learning To Teach, Belajar untuk Mengajar, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Arikunto,S., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, jakarta.

Arjina,(2010),

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed.

Hamid K., A, (2007), Teori Belajar dan Pembelajaran, Pasca Sarjana Unimed, Medan.

Hamalik, O, (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

(26)

87

Ritonga M.,F.,F.,(2015) Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual di Kelas VII-2 SMP Negeri 1 Simpang Empat T.A 2014/2015 ,Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana Predana Media Group, Jakarta.

Sanjaya, W., (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Soejono, (1988), Pengajaran Matematika, Depdikbud, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suherman, E., (2009), Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika, http;//educare.e-fkipunla.net. (diakses 18 Maret 2015)

Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Depdikbud, Jakarta.

Gambar

Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan 72
Gambar 1.1 kesalahan siswa mengerjakan soal

Referensi

Dokumen terkait

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi.. terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih. Pengukuran. sekurang kurangnya dua kali pemeriksaan

Yang berada di lingkaran I sampai dengan V adalah kerjasama yang sudah dirintis dan program sudah tersusun, sedang yang berada diluar lingkaran I – V, tapi berada dalam lingkaran

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar lompat jauh pada siswa kelas V SD Negeri 1 Bumiharjo Klirong Kebumen Tahun

Kali ini saya update salah satu aplikasi yg banyak user android pakai,terutama untuk pecinta internet gratis,.5 dias atrás.. HTTP Injector

Letak posisi gelembung udara pada tiap tingkatan penambahan kecepatan aliran air pada pipa spiral, dapat dilihat pada gambar berikut:.

Dalam hal ini seharusnya Public Relations tersebut menyiapkan semacam name tag bagi setiap narasumber sehingga insan pers langsung mengetahui cara penuliskan nama

Merupakan kebanggaan tersendiri karena telah melalui perjuangan sangat berat, dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Penggunaan Metode Sosiodrama Melalui